Transcript
Page 1: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA,

DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP KINERJA

AUDIT JUDGMENT

Dosen Pembimbing : H. Dwi Cahyo Utomo, SE, MA, Akt.

Oleh : Novy Puspitasari

ABSTRAK

Pemberian insentif kinerja merupakan suatu upaya atau strategi yang diterapkan oleh

kantor akuntan publik untuk meningkatkan kinerja para auditornya. Insentif kinerja diberikan

untuk tujuan menambah usaha para auditor pada tingkat kompleksitas tugas yang berbeda pada

kinerja audit judgment. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah Insentif kinerja,

usaha, kompleksitas tugas, dan kinerja audit judgment. Penelitian juga menggunakan variabel

kontrol yang digunakan adalah IPK dan gender.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menguji hubungan antara insentif kinerja dan

kinerja audit judgment. Tujuan yang kedua adalah untuk menguji pengaruh usaha pada hubungan

antara insentif kinerja dan kinerja audit judgment dibawah tingkat kompleksitas tugas yang

berbeda.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen kepada para

lulusan S1 Akuntansi yang sedang menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntansi. Penelitian

dilakukan terhadap dua kelas sebesar 41 mahasiswa, data yang dapat diolah sebesar 37

kuesioner.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan bahwa

insentif kinerja memiliki hubungan positif terhadap kinerja audit judgment. Hasil juga medukung

hipotesis bahwa mediasi pengaruh usaha pada hubungan insnetif kinerja dan kinerja audit

judgment dihubungkan oleh kompleksitas tugas.

Kata Kunci: Auditing, Insentif, Analisis Tugas, Analisis Financial

Page 2: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

ABSTRACT

Performance incentives are one of effort or strategy applied by public audit firm to

increase auditor’s performance. The objectives of implementation performance incentives are

increase effort of auditor under different level of task complexity to audit judgment performance.

Variable on this study are performance incentives, effort, task complexity, and audit judgment

performance. This study using a variable control are IPK and gender.

The objectives of this study are firstly to examines the relationship between performance

incentives and audit judgment performance. Secondly to examines the mediating effect of effort

on the relationship between performance incentives and audit judgment performance under

different level of task complexity.

This study using an experimental research design, the pertisipant of this study from

alumni graduated major in accounting who are studying in the post graduate program. There

are two class participants are 41 student, data calculated are 37.

Result of this study indicate performance incentives variable are positively related to

audit judgment performance. Result of this study support the hypothesis that the mediation effect

of effort on the relationship between incentives performance and audit judgment performance is

moderated by task complexity.

Keywords : Auditing, Incentives. Task Analysis, Financial Analysis

Page 3: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat sekarang ini dapat memicu persaingan

yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha dilakukan untuk

meningkatkan pendapatan dan agar tetap bertahan dalam menghadapi persaingan tersebut terus

dilakukan oleh para pengelola perusahaan. Salah satu kebijakan yang sering ditempuh oleh pihak

perusahaan adalah dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.

Sehubungan dengan posisi tersebut, maka auditor dituntut untuk dapat mempertahankan

kepercayaan dari kliennya dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya.

Kepercayaan ini harus senantiasa ditingkatkan dengan didukung oleh suatu keahlian audit.

Auditor pada Kantor Akuntan Publik menghadapi kesulitan-kesulitan tersendiri dalam

menyelesaikan tugas-tugas audit (Snead and Harrell, 1991). Beberapa kesulitan-kesulitan

tersebut muncul karena adanya profesi itu sendiri, misalnya saja tekanan kerja, sumber daya atau

tenaga kerja yang tidak memadai dan ketidakpastian dalam tugas audit. Kesulitan tersebut dapat

berdampak pada kurangnya konsensus auditor dan ketidakakuratan kinerja audit judgment yang

nantinya akan mempengaruhi kualitas dari audit judgment itu sendiri. Untuk memperbaiki

kinerja audit judgment, Kantor Akuntan Publik mengakui pentingnya pelaksanaan insentif

kinerja untuk menambah dan memperbaiki motivasi dalam usaha. Komitmen Kantor Akuntan

Publik untuk menawarkan insentif kinerja mampu menambah motivasi auditor, mengatur

perilaku auditor, dan memperbaiki produktivitas. Kinerja audit judgment tidak hanya

dipengaruhi oleh sejumlah insentif kinerja yang ditawarkan, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya

perbedaan tingkat kompleksitas yang berbeda.

Page 4: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Pemberian insentif kinerja, bertujuan untuk memperbaiki dan menambah motivasi untuk

melaksanakan usaha dan pengaruhnya terhadap kinerja di bawah tingkat kompleksitas tugas

yang berbeda saat ini juga tengah terjadi di Indonesia. Kantor Akuntan Publik juga mengakui

pentingnya insentif kinerja pada tugas audit dalam sebuah Kantor Akuntan Publik untuk

menambah motivasi dan memperbaiki kinerja sesuai dengan tujuan dan kualitas yang diharapkan

oleh organisasi. Insentif kinerja bisa berbentuk material maupun nonmaterial, sedangkan

pemberian insentif kinerja tergantung dari kebijakan Kantor Akuntan Publik dan kualitas dari

kinerja yang telah dicapai. Mediasi usaha pada kinerja audit judgment tidak hanya dipengaruhi

oleh insentif kinerja yang ditawarkan, tetapi juga perbedaan tingkat kompleksitas tugas yang

dihadapi untuk menyelesaikan tugas-tugas audit. Beberapa penelitian sebelumnya masih terbatas,

karena hanya meneliti penggunaan satu insentif saja. Rumusan masalah dari penelitian ini

adalah:

a. Apakah terdapat hubungan antara insentif kinerja dan kinerja audit judgment?

b. Bagaimana pengaruh dari usaha pada hubungan antara insentif kinerja dan kinerja audit

judgment dibawah tingkat kompleksitas tugas yang berbeda?

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengaruh Insentif Kinerja pada Audit Judgment

Berdasarkan teori harapan menjelaskan bahwa motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam

dua jenis atau tipe, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Pada motivasi instrinsik,

dalam melakukan tugas berdasarkan kemauan untuk terlibat dalam menyelesaikan tugas, karena

hasil yang akan dicapai nantinya berdasarkan kesadaran diri sendiri. Sedangkan untuk motivasi

Page 5: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

ekstrinsik lebih kepada keterkaitan untuk mencapai sesuatu atau keadaan akhir seperti yang

diinginkan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kehadiran motivasi ekstrinsik (insentif

kinerja) mampu menambah pengaruh dari motivasi instinsik dalam kinerja. Insentif kinerja

sering digunakan oleh Kantor Akuntan Publik untuk meningkatkan motivasi dalam usaha.

Insentif sering digunakan untuk memperbaiki kinerja Kantor Akuntan Publik secara keseluruhan.

Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial. Motivasi

merupakan salah satu komponen penting dalam kinerja, Menurut Robert L. Mathis dan Jhon H.

Jackson (2001:82) menjelaskan bahwa motivasi merupakan salah satu dari lima faktor yang ada

yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari kinerja. Teori agensi menjelaskan bahwa untuk

mencapai tujuan dari pimpinan Kantor Akuntan Publik, maka dibutuhkan adanya suatu insentif

untuk memotivasi auditor. Teori kepuasan kinerja dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan atau

kinerja yang sesuai dengan harapan maka diperlukan sesuatu yang dapat memotivasi. Hubungan

kinerja tersebut ditunjukkan dengan hubungan antara Kantor Akuntan Publik dan auditor. Untuk

memotivasi auditor, maka pimpinan Kantor Akuntan Publik menawarkan insentif kinerja untuk

mencapai kinerja yang maksimal. Kinerja membawa pada kebenaran perilaku untuk mengarah

kepada kinerja yang lebih tinggi.

Setiap Kantor Akuntan Publik memiliki Standar Pengendalian Mutu (SPM) yang berbeda

antara Kantor Akuntan Publik yang satu dengan Kantor Akuntan Publik yang lain. Standar

pengendalian mutu yang dimiliki dan diterapkan oleh setiap Kantor Akuntan Publik memiliki

tujuan untuk menjaga standar kualitas yang ditetapkan. Standar pengendalian mutu yang

diterapkan oleh tiap-tiap Kantor Akuntan Publik ini yang memotivasi setiap auditor untuk

memperoleh kinerja sesuai dengan yang diharapkan. Untuk kinerja yang baik, akan diberikan

insentif sesuai dengan kinerjanya. Hal tersebut dilakukan untuk mendorong usaha para auditor.

Page 6: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Penelitian eksperimen terdahulu mendukung fenomena mengenai adanya insentif kinerja

terutama insentif keuangan yang berpengaruh pada kinerja untuk menyelesaikan tugas audit.

Untuk insentif finansial, beberapa mekanisme seperti akuntabilitas atau keadilan diterapkan pada

penelitian sebelumnya dengan insentif umpan balik. Penelitian tersebut mendukung bahwa

insentif finansial dan nonfinansial mampu memperbaiki kinerja audit judgment. Walaupun

beberapa penelitian sebelumnya meneliti mengenai pengaruh berbagai jenis insentif individu,

penelitian sebelumnya belum meneliti insentif kinerja dari finansial dan nonfinansial pada

kinerja audit judgment. Untuk penelitian ini akan meneliti dua jenis insentif kinerja, yakni

insentif finansial dan umpan balik. Ashton (1990) menemukan bahwa insentif finansial mampu

memperbaiki tugas kinerja dan di saat sedang mengalami tingkat kompleksitas yang tinggi tidak

terdapat pengaruh yang signifikan dari insentif finansial pada kinerja. Hasil yang menunjukkan

bahwa insentif kinerja berpengaruh pada kiner audit judgment juga ditunjukkan olejh Mohd.

Sanusi, Nelly Sari, and Mohd. Iskandar (2007). Umpan balik (insentif kinerja) biasanya lebih

mengenai informasi tentang tingkat kinerja dan efisiensi. Penelitian terdahulu memberikan bukti

bahwa pengaruh umpan balik pada kinerja dalam keseluruhan (Earley,1990).

Dari beberapa penelitian terdahulu, terdapat penelitian dengan hasil yang tidak

mendukung insentif finansial pada kinerja. Awasthi and Pratt (1990) dan Libby and Lipe (1992)

memberikan hasil negative dari insentif finansial pada kinerja audit judgment. Berdasarkan

landasan teori, kerangka pemikiran dan hasil penelitian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

H1. Subjek dengan insentif kinerja akan menunjukkan kinerja audit judgment yang lebih

baik.

Page 7: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Pengaruh Insentif Kinerja pada Usaha

Berdasarkan teori harapan yang memberikan penjelasan mengenai pentingnya motivasi

untuk menentukan hasil tujuan atau kinerja yang maksimal dalam organisasi, dalam hal ini

adalah Kantor Akuntan Publik. Motivasi itu sendiri bukanlah suatu usaha, tetapi motivasi dari

masing-masing individu yang mampu mengerahkan atau mengeluarkan usaha (Carlson, 2000).

Teori keagenan menjelaskam bahwa untuk mencapai tujuan dari Kantor Akuntan Publik maka

tingkat usaha dari auditor perlu ditingkatkan, yakni dengan memberikan motivasi. Teori

kepuasan kerja juga mencerminkan hubungan antara KAP dan auditor, dimana untuk

mendapatkan tujuan dan kinerja yang diharapkan maka diperlukan insentif kinerja. Ketika

auditor memiliki motivasi untuk mendapatkan hasil yang sesuai, maka akan mengerahkan usaha

yang maksimal dibanding ketika auditor yang tidak mendapat insentif kinerja. Standar

Pengendalian Mutu (SPM) yang diterapkan dalam Kantor Akuntan Publik memberikan standar

yang harus dipenuhi oleh seorang auditor untuk mencapai kinerja yang maksimal. Sehingga

untuk mencapai kinerja yang maksimal maka seorang auditor harus mengerahkan usaha sesuai

dengan hasil yang ingin dicapai.

Beberapa penelitian memberikan hubungan yang kuat dari insentif kinerja terhadap

kinerja audit judgment atau dengan kata lain bahwa insentif kinerja mampu memperbaiki kinerja

audit judgment secara keseluruhan termasuk usaha. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

tugas audit harus menyediakan beberapa mekanisme dimana usaha mempengaruhi kinerja

dengan jenis insentif yang berbeda dan tugas yang berbeda (Libby and Lipe,1992; Chang, 1997).

Penelitian Early (1990) sebelumnya dalam akuntansi menunjukkan bahwa insentif kinerja

menyebabkan individu menambah sejumlah usaha mereka untuk menyelesaikan tugas audit.

sebaliknya penelitian dari Chang (1997), Libby and Lipe (1992) bahwa insentif nonfinansial

Page 8: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

mempengaruhi usaha hanya pada kinerja tertentu. Berdasarkan landasan teori, kerangka

pemikiran dan hasil penelitian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2. Subjek dengan insentif kinerja akan menunjukkan usaha yang lebih tinggi

Peran Kompleksitas Tugas sebagai Moderator

Berdasarkan teori harapan yang menjelaskan bahwa tujuan seseorang dipengaruhi oleh

motivasi baik motivasi intrinsic maupun ekstrinsik. Motivasi sendiri bukanlah suatu usaha, tetapi

dapat mengerahkan usaha yang dapat mempengaruhi kinerja. Teori agensi menjelaskan

hubungan pimpinan KAP dengan auditor, di mana pimpinan KAP mempunyai tujuan yang harus

dicapai dengan memberikan insentif kepada auditor untuk mendapatkan kinerja yang maksimal

dengan menambah usaha auditor pada tugas audit, dan teori kepuasan kerja yang menjelaskan

bahwa pentingnya motivasi dalam organisasi, dalam hal ini adalah Kantor Akuntan Publik.

Karena itu Kantor Akuntan Publik yang mengakui pentingnya motivasi menawarkan sejumlah

dan berbagai tipe insentif kinerja untuk meningkatkan kinerja. Adanya insentif kinerja itu sendiri

akan mempengaruhi tingkat usaha yang dikeluarkan, artinya ketika auditor menerima insentif

kinerja dari KAP maka akan mengerahkan usaha yang lebih tinggi. Kinerja yang dihasilkan

dalam audit judgment belum tentu sesuai dengan usaha yang tinggi. Kinerja audit judgment juga

dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satu hal yang mempengaruhi adalah tingkat kompleksitas

tugas dalam tugas audit.

Ketika tugas sedikit lebih komplek, insentif finansial ataupun insentif nonfinansial

memberikan motivasi dan peran secara langsung serta berdampak positif pada usaha yang

menunjukkan kinerja yang lebih baik (Earley,1990; Libby and Lipe,1992; Hun Tong,2001; dan

Chang,2006). Karena semakin besar usaha untuk memahami masalah, semakin besar pula untuk

produktif mencari informasi strategis untuk menyelesaikan masalah (Cloyd, 1997).

Page 9: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Didalam tugas yang kompleks, usaha tidak dapat secara langsung atau kuat berpengaruh

pada kinerja, jika auditor tidak menambah kemampuan atau pengalaman (Bonner, 1994). Ketika

tugas lebih kompleks dan tidak terstruktur, usaha yang tinggi tidak akan membantu seorang

auditor untuk menyelesaikan tugas audit. Penelitian dari Zulaikha (2006) dan Siti Jamilah, Zainal

Fanani, and Grahita Chandra (2007) memberikan hasil yang negative yang memberikan hasil

bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit judgment.

Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran dan hasil penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3. Ketika kompleksitas tugas rendah, subjek dengan usaha yang tinggi akan menunjukkan

kinerja audit judgment yang baik.

METODOLOGI PENELITIAN

Variabel Penelitian

Didalam penelitian ini terdapat beberapa variabel, penelitian ini mengunakan metode

kuasi eksperimental yang digunakan untuk menguji hubungan insentif kinerja dan kinerja audit

judgment dengan dua tingkat dari kompleksitas tugas dengan menggunakan partisipan penelitian

mahasiswa lulusan S1 Akuntansi yang sedang menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntansi

(PPA). Mahasiswa-mahasiswa tersebut dijadikan surrogate (wakil) sebagai auditor independen.

Tujuan digunakannya surrogate mahasiswa yang telah lulus S1 Akuntansi adalah syarat untuk

profesi akuntan dan diharapkan cukup memahami prosedur audit. Untuk variabel kontrol yang

digunakan adalah gender dan indeks prestasi kumulatif mahasiswa atau IPK.

POPULASI DAN SAMPEL

Populasi

Page 10: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Populasi didefinisikan sebagai sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik tertentu untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dari

penelitian ini adalah auditor independen yang di surrogate dengan sarjana S1 Akuntansi

sebagaimana dijelaskan di atas. Tujuan digunakannya surrogate mahasiswa yang telah lulus S1

Akuntansi adalah syarat untuk profesi akuntan dan diharapkan cukup memahami prosedur audit.

Berdasarkan data yang diperoleh, mahasiswa atau lulusan sarjana akuntansi yang sedang

menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntansi untuk dua kelompok sebesar 41 dan data

yang dapat diolah sebesar 37.

Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah para lulusan sarjana akuntansi yang sedang

menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntansi. Metode pemilihan sampel yang digunakan

adalah nonprobabilitas sampling atau pemilihan random, yaitu apabila setiap elemen populasi

tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel atau pemilihan yang

dilakukan secara acak, sehingga ada kebebasan dalam memilih sampel. Penelitian ini

menggunakan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling), yang mengumpulkan

populasi yang tersedia pada saat dilakukannya penelitian untuk memberikan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian, yaitu dua kelas PPA. Dari dua kelas tersebut diperoleh 41

mahasiswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan tugas audit kepada para lulusan

sarjana akuntansi yang sedang menempuh Program Pendidikan Profesi Akuntansi setelah kuliah,

kemudian responden diharuskan mengerjakan tugas audit sesuai dengan petunjuk dari kuesioner

Page 11: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Metode Analisis

Penelitian ini meneliti pengaruh mediator dan moderator pada kinerja audit judgment.

Untuk pengaruh moderasi, analisis kovarian dilakukan untuk menguji pengaruh secara langsung

dan interaksi dari insentif kinerja dan kompleksitas tugas pada kinerja audit judgment. Teknik ini

juga memungkinkan untuk menggunakan variabel control (gender dan IPK) dalam analisis.

Dalam pengolahan data peneliti menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak statistik

(statistik software) yang dikenal dengan SPSS versi 17. Alat analisis yang digunakan adalah one

way ANOVA untuk menguji tingkat kompleksitas dan pertanyaan manipulasi motivasi.

Kemudian penelitian ini juga menggunakan analisis korelasi untuk mengetahui koefisien korelasi

semua variabel. Yang ketiga, untuk menguji hubungan pengaruh dari insentif kinerja, mediasi

pengaruh usaha dan pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja audit judgment digunakan alat

pengujian analisis regresi dengan variabel intervening.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

One Way ANOVA

One way ANOVA digunakan untuk menguji tingkat kompleksitas tugas dan usaha.

Analysis of covariance merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel

dependent (skala metric) dengan satu atau lebih variabel independent (skala nonmetrik atau

kategorikal dengan kategori lebih dari dua). Dari hasil one way ANOVA maka dapat diperoleh

hasil sebagai berikut pada table berikut ini:

Page 12: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Statistik Deskriptif

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Kinerja Kompleksitas Rendah

Umpan Balik

19 3.37 1.012 .232 2.88 3.86 2 5

Financial 18 4.11 1.530 .361 3.35 4.87 2 7

Total 37 3.73 1.326 .218 3.29 4.17 2 7

Kinerja Kompleksitas Tinggi

Umpan Balik

19 2.74 .733 .168 2.38 3.09 2 4

Financial 18 3.33 1.085 .256 2.79 3.87 1 5

Total 37 3.03 .957 .157 2.71 3.35 1 5

Usaha Umpan Balik

19 18.68 3.038 .697 17.22 20.15 12 25

Financial 18 20.67 2.425 .572 19.46 21.87 16 26

Total 37 19.65 2.898 .476 18.68 20.62 12 26

Tabel di atas menunjukkan statistik deskriptif pengaruh dari dua variabel pada kinerja

audit judgment. Dari tabel menunjukkan insentif finansial sejumlah 19 dan insentif umpanbalik

sejumlah 18. Hasil menunjukkan nilai rata-rata kompleksitas tugas rendah pada insentif

umpanbalik sebesar 3,37 dan insentif finansial sebesar 4,11 dan untuk nilai rata-rata

kompleksitas tinggi menunjukkan insentif umpanbalik sebesar 2,74 dan insentif finansial sebesar

3,33. Hasil rata-rata untuk usaha pada insentif umpanbalik sebesar 18,68 dan pada insentif

finansial sebesar 20,67. Dari hasil tersebut pada kedua insentif menunjukkan bahwa hasil rata-

rata kompleksitas rendah, kompleksitas tinggi, dan usaha untuk insentif finansial lebih tinggi

daripada insentif umpanbalik.

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Kinerja Kompleksitas Rendah Between Groups 5.098 1 5.098 3.066 .046

Within Groups 58.199 35 1.663

Total 63.297 36

Kinerja Kompleksitas Tinggi Between Groups 3.289 1 3.289 3.878 .042

Within Groups 29.684 35 .848

Total 32.973 36

Page 13: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Usaha Between Groups 36.327 1 36.327 4.778 .036

Within Groups 266.105 35 7.603

Total 302.432 36

Berdasarkan hasil uji ANOVA di atas menunjukkan hasil dari kompleksitas rendah,

kompleksitas tinggi, dan usaha pada kinerja audit judgment. Pada kompleksitas rendah

menunjukkan F sebesar 3,066 dan tingkat signifikansi sebesar 0,046 (< 0,05). Hasil untuk

kompleksitas tinggi dengan F sebesar 3,878 dan tingkat signifikansi sebesar 0,42 (< 0,05).

Sedangkan hasil untuk usaha menunjukkan F sebesar 4,778 dan tingkat signifikansi sebesar

0,036 (< 0,05). Hasil ANOVA di atas menunjukkan bahwa insentif umpanbalik dan insentif

finansial mempengaruhi kinerja kompleksitas rendah dan usaha dengan tingkat signifikansi <

0,05, sedangkan kedua insentif tidak berpengaruh pada kompleksitas tinggi dengan tingkat

siginfikansi < 0,05, karena kinerja lebih ditentukan oleh keterampilan, kemampuan, dan

pelatihan yang dimiliki (Bonner, 1994)

Analisis Korelasi

Analisis korelasi diuji untuk menguji hubungan antara semua variabel Insentif, Usaha,

Kompleksitas Tugas, dan Kinerja Audit Judgment. Dari hasil uji analisis korelasi didapat hasil

seperti dalam table berikut:

Hasil Analisis Korelasi

Insentif IPK Gender

Kinerja Kompleksitas

Rendah

Kinerja Kompleksitas

Tinggi Usaha

Insentif Pearson Correlation 1 -.009 -.029 .284 .316 .347*

Sig. (2-tailed) .960 .863 .089 .057 .036

N 37 37 37 37 37 37

IPK Pearson Correlation -.009 1 -.430** -.048 .121 -.013

Sig. (2-tailed) .960 .001 .780 .477 .941

N 37 37 37 37 37 37

Gender Pearson Correlation -.029 -.430** 1 .232 .031 -.095

Sig. (2-tailed) .863 .001 .167 .855 .575

N 37 37 37 37 37 37

Kinerja Kompleksitas Pearson Correlation .284 -.048 .232 1 .466** .191

Page 14: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Rendah Sig. (2-tailed) .089 .780 .167 .001 .256

N 37 37 37 37 37 37

Kinerja Kompleksitas Tinggi

Pearson Correlation .316 .121 .031 .466** 1 .184

Sig. (2-tailed) .057 .477 .855 .001 .276

N 37 37 37 37 37 37

Usaha Pearson Correlation .347* -.013 -.095 .191 .184 1

Sig. (2-tailed) .036 .941 .575 .256 .276

N 37 37 37 37 37 37

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil korelasi di atas menunjukkan koefisien korelasi semua variabel. Analisis tersebut

untuk memastikan bahwa tidak ada pelanggaran terhadap uji normalitas, linearity, dan

homocedaticity (Pallant, 2001). Koefisien korelasi bivariat menunjukkan korelasi tinggi sehingga

multikolinearity bukan masalah serius.

Analisis Regresi Model Variabel Intervening

Uji Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi model intervening

yang menguji penilaian hubungan insentif kinerja terhadap kinerja audit judgment dengan usaha

sebagai mediating dan kompleksitas tugas sebagai moderating. Pengujian pada hipotesis pertama

(H1) dengan kinerja audit judgment sebagai variabel dependent dan insentif kinerja sebagai

variabel independent. Terdapat juga sebagai variabel kontrol adalah IPK dan gender. Rincian

hasil dipaparkan dalam table berikut:

Persamaan Regresi (I) Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .408a .167 .091 1.872

a. Predictors: (Constant), Gender, Insentif, IPK

b. Dependent Variable: Kinerja

Page 15: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 23.163 3 7.721 2.203 .005a

Residual 115.648 33 3.504

Total 138.811 36

a. Predictors: (Constant), Gender, Insentif, IPK

b. Dependent Variable: Kinerja

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.662 5.479 .303 .764

Insentif 1.371 .616 .354 2.225 .033

IPK 1.204 1.599 .133 .753 .457

Gender .930 .685 .239 1.358 .184

a. Dependent Variable: Kinerja

Dari hasil uji regresi pada koefisien menunjukkan hasil tingkat signifikansi 0,033 (<

0,05) hasil tersebut menunjukkan bahwa insentif kinerja memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kinerja audit judgment. Dengan variabel dummy pada insentif kinerja menunjukkan

bahwa insentif finansial 1,371 lebih tinggi daripada insentif umpanbalik. Hasil untuk IPK

menunjukkan tingkat signifikansi 0,457 (> 0,05). Untuk variabel gender menunjukkan tingkat

signifikansi sebesar 0,184 (> 0,05). Hasil tersebut mendukung H1, maka kesimpulannya adalah

H1: Subjek dengan insentif kinerja menunjukkan kinerja audit judgment yang lebih baik.

Uji Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua ini menggunakan usaha sebagai variable dependent dan

insentif kinerja sebagai variabel independent serta IPK dan gender sebagai variable control.

Page 16: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Persamaan Regresi (II) Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .361a .130 .051 2.824

a. Predictors: (Constant), Gender, Insentif, IPK

b. Dependent Variable: Usaha

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 39.323 3 13.108 1.644 .018a

Residual 263.110 33 7.973

Total 302.432 36

a. Predictors: (Constant), Gender, Insentif, IPK

b. Dependent Variable: Usaha

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 21.519 8.264 2.604 .014

Insentif 1.961 .929 .343 2.110 .043

IPK -.763 2.412 -.057 -.316 .754

Gender -.630 1.033 -.110 -.610 .546

a. Dependent Variable: Usaha

Hasil pengujian hipotesis kedua dengan uji regresi pada koefisien menunjukkan bahwa

tingkat signifikansi 0,043 (< 0,05) yang berarti bahwa insentif kinerja memiliki pengaruh pada

usaha. Dengan variabel dummy pada insentif kinerja menunjukkan bahwa insentif finansial lebih

tinggi 1961 daripada insentif umpanbalik. Untuk variable IPK memiliki tingkat siginifikansi

sebesar 0,754 (> 0,05) dan gender dengan tingkat signifikansi 0,546 (> 0,05). Dari hasil uji

regresi di atas mendukung hipotesis kedua, maka kesimpulannya H2: Subjek dengan insentif

kinerja menunjukkan usaha yang lebih tinggi

Page 17: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Uji Hipotesis Ketiga

Pada pengujian hipotesis ketiga menggunakan kinerja audit judgment sebagai variabel

dependent, IPK dan gender sebagai variabel kontrol, usaha sebagai variabel mediator, serta

insentif kinerja dan kompleksitas tugas sebagai variabel independent.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .456a .208 .149 1.108

a. Predictors: (Constant), Kompleksitas Tugas, Usaha, IPK, Insentif, Gender

b. Dependent Variable: Kinerja

ANOVA

b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 21.879 5 4.376 3.562 .003a

Residual 83.526 68 1.228

Total 105.405 73

a. Predictors: (Constant), Kompleksitas Tugas, Usaha, IPK, Insentif, Gender

b. Dependent Variable: Kinerja

Coefficients

a

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .171 2.522 .068 .946

Insentif .593 .275 .248 2.159 .034

IPK .638 .670 .114 .952 .345

Gender .494 .288 .206 1.716 .091

Usaha .047 .048 .113 .973 .004

Kompleksitas Tugas -.703 .258 .294 2.727 .001

a. Dependent Variable: Kinerja

Dari hasil uji regresi pada koefisien menunjukkan hasil insentif kinerja memiliki tingkat

signifikansi 0,034 (< 0,05) dan dengan variabel dummy menunjukkan insentif finansial lebih

tinggi 0,593 lebih tinggi daripada insentif umpanbalik. Untuk IPK memiliki tingkat signifikansi

Page 18: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

0,345 dan untuk gender 0,091 (> 0,05). Untuk variabel usaha memiliki tingkat signifikansi 0,004

(< 0,05), pada variabel kompleksitas tugas sebesar 0,001 (< 0,05) yang berarti bahwa memiliki

pengaruh yang signifikan pada kinerja. Dengan variabel dummy menunjukkan bahwa

kompleksitas tinggi lebih rendah 0,703 daripada kompleksitas rendah. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa hasil tersebut mendukung hipotesis ketiga. Kesimpulannya H3: Ketika

kompleksitas tugas rendah, subjek dengan usaha yang tinggi akan menunjukkan kinerja

audit judgment yang baik.

Dari hasil uji regresi model variabel intervening maka di dapat hasil dengan persamaan

regresi model intervening sebagai berikut:

Pembahasan Hasil

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan one way ANOVA, analisis korelasi

dan regresi, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diambil kesimpulan

bahwa insentif kinerja, baik insentif finansial maupun insentif umpan balik menunjukkan kinerja

audit judgment yang lebih baik, insentif kinerja dapat mempengaruhi usaha yang dikeluarkan

dalam kinerja audit judgment serta kompleksitas rendah dengan usaha yang tinggi mampu

menunjukkan kinerja audit judgment yang lebih baik. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian

Early (1990) dan Chang (1997), hal tersebut didukung dengan diterimanya ketiga hipotesis yang

Kinerja audit judgment= 0,354Insentif kinerja R²= 0,167

Usaha = 0,130Insentif kinerja R²= 0,130

Kinerja audit judgment= 0,208Ins. kinrja + 0,113Usaha + 0,294Kom. tgs R²= 0,208

e1 = (1-0,167)² = 0,693889

e2 = (1-0,130)² = 0,7569

e3 = (1-0,208)² = 0,627264

Pengaruh lansung = 0, 354

Pengaruh tidak langsung:

0,343Ins.kinerja x 0,113usaha x 0,267 kom.tgs= 0,0103

Total pengaruh = 0,3643

Page 19: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

telah diajukan. Hasil tersebut sesuai dengan teori-teori motivasi yang digunakan, yaitu teori

harapan, agensi, standar pengendalian mutu, dan teori kepuasan kerja. Teori-teori motivasi

tersebut menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kinerja, maka diperlukan insentif untuk

mencapai kinerja yang sesuai dengan tujuan atau melebihi tujuan yang telah ditetapkan. Hasil

dari penelitian ini juga konsisten dengan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian dari Libby and Lipe (1997) yang menyimpulkan bahwa usaha dapat menambah

perbaikan kinerja. Untuk memperbaiki kinerja audit judgment, Kantor Akuntan Publik mengakui

pentingnya insentif kinerja.

Subjek Dengan Insentif Kinerja Menunjukkan Kinerja Audit Judgment Yang Lebih Baik

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan penelitian

Earley (1990) Stajkovic and Luthans (2001) yang menyatakan bahwa dalam kinerja dipengaruhi

oleh tipe dan sejumlah insentif kinerja, hasil tersebut menunjukkan bahwa insentif kinerja

mampu memperbaiki kinerja. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian dari Awasthi

and Pratt (1990) dan Libby and Lipe (1992) memberikan hasil negative dari insentif finansial

pada kinerja audit judgment.

Teori harapan (Vroom’s) menjelaskan terkait dengan hasil bahwa terdapat dua jenis

motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Dijelaskan bahwa motivasi ekstrinsik

mempengaruhi motivasi ekstrinsik, insentif kinerja yang ditawarkan Kantor Akuntan Publik

kepada auditor merupakan motivasi ekstrinsik yang dapat mempengaruhi tujuan seorang auditor.

Hal tersebut juga dijelaskan dalam teori keagenan, dimana untuk memenuhi tujuan pimpinan

KAP, kinerja dari auditorlah yang dapat menentukan keberhasilan tujuan pimpinan KAP

tersebut. Untuk keberhasilan dari tujuan tersebut maka pimpinan KAP memotivasi auditor

Page 20: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

dengan memberikan insentif kinerja. Dalam standar pengendalian mutu dijelaskan bahwa Kantor

Akuntan Publik memiliki SPM yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungan dan kondisi Kantor

Akuntan Publik itu sendiri. Standar pengendalian mutu dapat memotivasi para auditor untuk

menghasilkan kinerja yang lebih baik. Hasil dari uji hipotesis juga dijelaskan dalam teori

kepuasan kerja, setiap auditor mencapai kinerja yang tinggi diperlukan motivasi atau insentif

kinerja yang berbeda-beda. Karena itu insentif kinerja dapat mendorong kinerja yang tinggi,

sesuai dengan insentif yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Asthon

Robert H (1990), Mohd Sanusi, Nelly Sari, dan Mohd. Iskandar (2007). Dari hasil statistik

deskriptif menunjukkan bahwa subjek dengan insentif kinerja menunjukkan nilai rata-rata yang

lebih baik, yakni pada kompleksitas rendah sebesar 4,11untuk insentif finansial dan 3,37 untuk

insentif umpan balik. Pada kompleksitas tugas tinggi 3,33 untuk insentif finansial dan 2,74 untuk

insentif umpan balik pada usaha menunjukkan 18,68 untuk insentif finansial dan 20,67 untuk

insentif umpanbalik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek dengan insentif kinerja

menunjukkan hasil yang lebih baik.

Subjek Dengan Insentif Kinerja Akan Menunjukkan Usaha yang Lebih Tinggi

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Libby and Lipe (1992) dan Early

(1990) yang menyatakan bahwa sejumlah dan berbagai tipe insentif yang ditawarkan dapat

menambah usaha untuk kinerja yang lebih baik pada tugas yang berbeda. Hasil tersebut juga

dijelaskan dalam teori harapan bahwa motivasi ekstrinsik dapat mempengaruhi usaha untuk

mencapai tujuan individu dalam kineja audit judgment, hasil juga sesuai dengan teori keagenan

di mana seorang pimpinan KAP untuk meningkatkan usaha diperlukan adanya motivasi yang

salah satunya merupakan insentif kinerja, dan teori kepuasan kerja yang menyatakan bahwa

untuk memotivasi supaya mendapatkan tujuan dan hasil kinerja yang diharapkan maka insentif

Page 21: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

kinerja yang ditawarkan dapat menambah usaha untuk mencapai tujuan dan kinerja yang

ditentukan. Dari hasil statistik deskriptif insentif kinerja menunjukkan rata-rata usaha yang lebih

tinggi, yaitu 18,68 dan 20,67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek dengan insentif kinerja

menunjukkan usaha yang lebih tinggi.

Ketika Kompleksitas Tugas Rendah, Subjek Dengan Usaha Yang Tinggi Akan

Menunjukkan Kinerja Audit Judgment Yang Lebih Baik

Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian dari Zulaikha (2006) dan penelitian dari

Siti Jamilah, Zainal Fanani, dan Grahita Chandrarin (2007) yang menyatakan bahwa

kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja audit judgment. Ketika

kompleksitas rendah, insentif akan menambah usaha yang secara langsung dapat mempengaruhi

kinerja (Cloyd, 1997). Hasil tersebut sesuai dengan teori harapan yang menjelaskan bahwa

motivasi ekstrinsik, yakni insentif kinerja dapat mempengaruhi usaha untuk kinerja yang lebih

baik, pada teori keagenan mengakui pentingnya insentif kinerja pada auditor untuk menambah

usaha pada kinerja, dan teori kepuasan kerja juga menjelaskan pentingnya insentif kinerja untuk

memotivasi individu untuka mencapai hasil yang diharapkan serta pada Standar Pengendalian

Mutu yang memotivasi seseorang untuk mengerahkan usaha supaya mendapatkan tujuan dan

kinerja yang diharapkan. Namun, jika kompleksitas tinggi maka teori-teori tersebut tidak

berlaku, karena insentif kinerja yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditor dan

usaha yang tinggi sebagai dampak insentif kinerja, jika tidak diimbangi dengan pelatihan,

ketrampilan atau kemampuan, dan pengalaman yang memadai maka hasil yang diperoleh belum

tentu sesuai tujuan, meskipun terdapat insentif kinerja yang diberikan (Bonner, 1994). Hasil

tersebut konsisten dengan penelitian dari Libby and Lipe (1992) Hun Tong Tan and Alison Kao

Page 22: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

(1999). Statistik deskriptif menunjukkan bahwa dengan kompleksitas rendah subjek dengan

insentif kinerja menunjukkan rata-rata 4,11 dan 3,37.

Kesimpulan

Berikut dibawah ini merupakan beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan:

1. Terdapat hubungan antara insentif kinerja dan kinerja audit judgment, yaitu subjek

dengan insentif kinerja menunjukkan kinerja audit judgment yang lebih tinggi.

2. Subjek dengan insentif kinerja maka akan menunjukkan usaha yang tinggi sehingga

menghasilkan kinerja audit judgment yang lebih tinggi

3. Ketika kompleksitas rendah, subjek dengan menunjukkan usaha yang tinggi dapat

menghasilkan kinerja audit judgment yang lebih tinggi, sebaliknya jika kinerja audit

judgment tinggi, maka subjek dengan insentif kinerja tidak menghasilkan kinerja audit

judgment yang sama.

Kelebihan, Keterbatasan, dan Saran

Adapun kelebihan yang dapat dikemukan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan lebih dari satu insentif, yaitu insentif finansial dan insentif

umpan balik. Kebanyakan penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu insentif saja

dalam penelitiannya.

2. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa lulusan S1 akuntansi sebagai surrogate

(wakil) sebagai auditor independen.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 23: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

1 Informasi yang digunakan dalam penelitian ini sangat terbatas, sehingga informasi yang

disajikan dalam tugas audit pada kuesioner sangat terbatas sehingga kurang mencerminkan

lingkungan audit yang sesungguhnya.

3. Insentif yang terdapat dalam penelitian ini pada penelitian ini didasarkan pada asumsi

responden, sehingga hasil yang didapat kurang representative.

Dari keterbatasan yang ada, maka untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk:

1. Memasukkan variabel tambahan yang dapat mempengaruhi, misalnya adalah efektivitas

diri.

2. Memperbanyak informasi sehingga untuk tugas audit dalam penelitian berikutnya lebih

mencerminkan lingkungan audit yang sesungguhnya.

3. Memperbesar area atau kapasitas sampel sehingga lebih merepresentatifkan hasil yang

diperoleh.

Page 24: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

DAFTAR PUSTAKA

Ashton, R.H. (1990), “Pressure and performance in accounting decision settings paradoxical

effects of incentives, feedback and justification”, Journal of Accounting Research.

Awasthi, V. and Pratt, J. (1990), “The effects of monetary incentives on effort and

decisionperformance: the role of cognitive characteristics”, The Accounting Review.

Bailey, C.D., Brown, L.D. and Cocco, A.F. (1998), “The effects of monetary incentives on

worker learning and performance in an assembly task”, Journal of Management

Accounting Research.

Bonner, S.E. (1994), “A model of the effects of audit task complexity”, Accounting,

Organizations and Society.

Bonner, S.E. and Lewis, B.L. (1990), “Determinants of auditor expertise”, Journal of

Accounting Research.

Bonner, S.E. and Sprinkle, G.B. (2002), “The effects of monetary incentives on effort and

taskperformance: theories, evidence, and a framework for research”,

Accounting,Organizations and Society.

Chang, C.J., Ho, J.L.Y. and Liao, W.M. (1997), “The effects of justification, task complexity

andexperience/training on problem-solving performance”, Behavioral Research in

Accounting.

Chung, J. and Monroe, G.S. (2001), “A research note on the effects of gender and task

complexity on an audit judgment”, Behavioral Research in Accounting.

Cloyd, C.B. (1997), “Performance in tax research tasks: the joint effects of knowledge and

accountability”, The Accounting Review.

Earley, P.C., Northcraft, G.B., Lee, C. and Lituchy, T.R. (1990), “Impact of process and

outcomefeedback on the relation of goal setting to task performance”, Academy of

Management Journal.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP

Undip.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba

Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat.

Jamilah, S. Fanani, Z. and Chandrarin, G. 2007. Pengaruh Gender, tekanan ketaatan, dan

Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi X

Unhas Makassar.

Page 25: PENILAIAN HUBUNGAN INSENTIF KINERJA, USAHA, DAN ...eprints.undip.ac.id/26528/1/JURNAL.pdf · Insentif kinerja yang paling sering digunakan adalah insentif finansial dan nonfinansial

Komputer, Wahana. 2009. SPSS Untuk Pengolahan Data Statistik. C.V Andi Offset (Penerbit

Andi).

Mulyadi. 2002. Auditing 1. PT. Salemba Empat Patria Jakarta

Nataline. 2007. Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing,

Bonus Serta Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di

Semarang. www.skripsi-tesis.com.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business – A Skill Building Approach, Fourth

Edition. John Wiley & Sons, Inc. : NY – USA.

Simamora, Henry. 2002. Auditing. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN.

Tan, H.T and Kao, A. (1999).”Accountability Effects on Auditor,s Performance: Influence of

Knowledge, Problem Solving Ability, and Task Complexity. Academy of Management

Journal.

Zulaikha. 2007. Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor

Terhadap Audit Judgment. Kumpulan Materi SNA.

Zuraidah Mohd-Sanusi and Takiah Mohd-Iskandar. 2007. “Audit Judgment Performance”.

Managerial Auditing Jounal, Vol. 22, hal 34-52.

www.IAI.com

www.google.com


Top Related