PENGARUH EKSTRAK DAUN YAKON (Smallanthus
sonchifolia) TERHADAP BERAT BADAN, GLUKOSA
DARAH, SERTA KADAR KOLESTEROL TIKUS
DIABETES strain Sprague dawley YANG DIINDUKSI
DENGAN ALOKSAN
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Laras Respati Ardanareswari
NIM : 1111103000098
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H/2014 M
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat kesehatan dan
limpahan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada junjungan nabi Muhammad saw yang senantiasa kita nantikan
syafaatnya kelak di hari akhir.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
penelitian ini akan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen di prodi pendidikan dokter yang
selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani masa
pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D, dan dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM, selaku
dosen pembimbing penelitian yang telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk selalu
membimbing, menyemangati, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
4. Ibu Nurlaely Mida, M.Biomed, Ph.D selaku penanggungjawab (PJ) laboratorium
Animal house, ibu Zeti Haryyati selaku PJ laboratorium Biologi, Ibu Endah
Wulandari selaku PJ laboratorium Biokimia, dr. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D, dan
dr. Nurul Hiedayati, Ph.D yang telah memberikan izin atas penggunaan laboratorium
pada penelitian ini.
5. Kedua orang tua tercinta, Edi Solehulhadi dan Mimin Halimi yang selalu
mencurahkan kasih dan sayangnya, melimpahkan doa, dan semangat kepada penulis.
Untuk kedua adik penulis, Dwiaji Tantu Panggelaran dan Trijati Danang Anjampiani
yang senantiasa menyemangati penulis dalam mencari ilmu di Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
6. Untuk Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama RI, yang
mana tanpanya mungkin penulis tidak bisa menjalani kehidupan sebagai mahasiswa
kedokteran di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Untuk teman-teman seperjuangan, Kandang Gals and Boys: Elza Amelia Firdaus,
Norma Maulidatul Fitria, Annisatul Muqorrobin, Candra Ahmad Hanif Rasyidi, dan
Hermansyah. Terimakasih untuk semangat dan dukungan yang luar atas terlaksananya
penelitian ini.
8. Untuk Mas Arif yang senantiasa membantu dan mendukung penelitian ini, mulai dari
persiapan riset sampai selesainya penyusunan skripsi.
9. Johan Lazuardi, Salma AW, Syifa Qurratu A, dan Evi Nurul H, serta seluruh laboran
yang terlibat Bu Ayi, Mba Suryani, Mas Rachmadi, dan Mas Panji yang sangat
membantu berlangsungnya penelitian ini.
10. Kepada seluruh mahasiswa PSPD 2011 dan seluruh teman, sahabat, keluarga, serta
pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini ditulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Ciputat, 30 Agustus 2014
Penulis
vii
ABSTRAK
Laras Respati Ardanareswari. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Ekstrak Daun
Yakon (Smallanthus sonchifolia) terhadap Berat Badan, Glukosa Darah, serta Kadar Kolesterol
Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi dengan Aloksan. 2014.
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah dan gangguan metabolisme dari karbohidrat, protein, dan lemak yang berhubungan dengan
defisiensi atau resistensi insulin. Daun yakon (Smallanthus sonchifolia) merupakan tumbuhan yang
ditemukan di pegunungan Andes, Peru, yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Daun yakon
diketahui mempunyai efek hipoglikemik dan dapat digunakan sebagai terapi diabetes. Penelitian
sebelumnya membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun yakon dapat menurunkan kadar gula darah
dan kolesterol secara bermakna (p<0,05) pada tikus diabetes. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efek dari ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgbb secara oral selama 14 hari
terhadap berat badan, kadar glukosa darah, serta kadar kolesterol pada tikus Sprague dawley yang
diinduksi dengan aloksan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kenaikan berat badan sebesar 7,69%
pada kelompok terapi, meskipun tidak signifikan secara statistik. Kadar glukosa darah menurun secara
signifikan pada kelompok terapi sebesar 29,0%. Rerata kadar kolesterol pada kelompok terapi
sebesar 137,72 mg/dl lebih rendah dibandingkan dengan kelompok diabetes (250,92%). Hasil tersebut
signifikan secara statistik. Dapat disimpulkan bahwa daun yakon (Smallanthus sonchifolia)
mempunyai efek hipoglikemik dan mungkin hipolipidemik pada tikus diabetes strain Sprague dawley,
tetapi tidak dengan berat badan tikus.
Kata kunci: Daun yakon, glukosa darah, kolesterol, diabetes
ABSTRACT
Laras Respati Ardanareswari. Medical Education Study Program. Effect of Yacon Leaf Extract
(Smallanthus sonchifola) on Weight Body, Blood Glucose, and Cholesterol Levels Sprague
Dawley Diabetic Rats Were Induced By Alloxan. 2014.
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease characterized by elevated levels of blood glucose and
impaired metabolism of carbohydrates, proteins, and fats are associated with a deficiency or insulin
resistance. Yacon leaf (Smallanthus sonchifolia) is a native plant of Andes, Peru, used in traditional
medicine. Yacon leaf known have hypoglicemic effect and can be use for therapy of diabetes.
Previous research proved that extract of yacon leaf can decrease glucose and cholesterol plasma levels
significantly (p<0,05) in diabetes rats. This study purpose to determine the effect of yacon leaf extarct
dose 300 mg/kg b.w for 14 days on body weight, blood levels, and cholesterol levels in Sprague
dawley rats induced by alloxan. The result are increased of body weight 7,69% in therapy group, but
not significantly in statistic. There are decreased of blood glucose levels significantly in therapy group
29,0%. And average of cholesterol level in therapy group 137,72 mg/dl is the lower than the diabetes
group (250,92%). This result is significant in statistic test. This can be concluded that yacon leaf
(Smallanthus sonchifolia) has glycemic effect and possible as a hypolipidemic agent to Sprague
dawley diabetic rats that induced by alloxan, but not in body weight.
Key word: yacon leaf, blood glucose, cholesterol, diabetic
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1. 3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1. 3. 1 Tujuan Umum ................................................................................... 3
1. 3. 2 Tujuan Khusus ................................................................................... 4
1. 4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1. 4. 1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 4
1. 4. 2 Bagi Institusi ..................................................................................... 4
1. 4. 3 Bagi Masyarakat ................................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 5
2. 1 Landasan Teori ........................................................................................... 5
2. 1. 1 Pankreas ............................................................................................ 5
2. 1. 2 Diabetes Mellitus (DM) .................................................................... 8
2. 1. 2. 1 Definisi ................................................................................... 8
2. 1. 2. 2 Klasifikasi .............................................................................. 8
2. 1. 3 Patofisiologi DM ............................................................................. 10
2. 1. 4 Diagnosis pada DM ......................................................................... 11
2. 1. 5 Dislipidemia pada DM .................................................................... 12
ix
2. 1. 6 Komplikasi DM ............................................................................... 13
2. 1. 7 Penatalaksanaan DM ....................................................................... 15
2. 1. 8 Daun Yakon (Smallanthus Sonchifolia) .......................................... 16
2. 1. 9 Kandungan Kimia Daun Yakon (Smallanthus Sonchifolia) ........... 18
2. 2 Aloksan .................................................................................................... 19
2. 3 Kerangka Konsep ..................................................................................... 20
2. 4 Definisi Operasional ................................................................................ 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 22
3. 1 Disain Penelitian ...................................................................................... 22
3. 2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 22
3. 2. 1 Waktu Penelitian ............................................................................. 22
3. 2. 2 Tempat Penelitian ............................................................................ 22
3. 3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 22
3. 3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 23
3. 4 Cara Kerja Penelitian ............................................................................... 23
3. 4. 1 Alat Penelitian ................................................................................. 23
3. 4. 2 Bahan Penelitian .............................................................................. 23
3. 4. 3 Proses Ekstraksi ............................................................................... 24
3. 4. 4 Adaptasi Hewan Sampel ................................................................. 24
3. 4. 5 Induksi Tikus dengan Aloksan ........................................................ 24
3. 4. 6 Pemberian Ekstrak Daun Yakon pada Tikus ................................... 25
3. 4. 7 Pengukuran Sampel ......................................................................... 25
3. 4. 7. 1 Glukosa Darah Tikus ............................................................ 25
3. 4. 7. 2 Berat Badan Tikus ................................................................ 25
3. 4. 7. 3 Kolestrol Darah Tikus .......................................................... 25
3. 5 Alur Penelitian ......................................................................................... 26
3. 6 Pengolahan dan Analisis Penelitian ......................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 28
4. 1 Berat Badan (BB) ..................................................................................... 28
4. 2 Glukosa Darah ......................................................................................... 29
4. 3 Kolestrol ................................................................................................... 32
x
4. 4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 34
5. 1 Kesimpulan .............................................................................................. 34
5. 2 Saran ........................................................................................................ 34
BAB VI KERJA SAMA RISET .......................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN .......................................................................................................... 38
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi DM: tipe 1, tipe 2, tipe lain, dan DM gestasional................. 9
Tabel 2.2 Karakteristik Klinis Pasien dengan DM Tipe 1 dan Tipe 2 .................. 10
Tabel 2.3 Mekanisme Kerja, Efek Samping, dan Pengaruh Obat Terhadap
Penurunan A1C ................................................................................................. 16
Tabel 4.1 Perubahan BB Tikus Setiap Kelompok .............................................. 28
Tabel 4.2 Hasil Analisa BB Tikus Setiap Kelompok ......................................... 29
Tabel 4.3 Perubahan Kadar Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian . 29
Tabel 4.4 Hasil Analisa Data Kadar Glukosa DarahTikus Setiap Kelompok
Penelitian .......................................................................................................... 31
Tabel 4.5 Rerata Kadar Kolesterol Darah Setiap Kelompok Penelitian ............. 32
Tabel 4.6 Hasil Analisa Data Kolesterol Setiap Kelompok Penelitian ................ 33
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rerata BB Setiap Kelompok Penelitian ................................................... 28
Grafik 4.2 Rerata Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian .................... 31
Grafik 4.2 Rerata Kolesterol Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian ................ 31
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi pankreas terlihat bagian pankreas yaitu caput, corpus dan
cauda .................................................................................................................................. 5
Gambar 2.2 Tipe sel α, sel , dan sel D pada pulau Langerhans ............................... 6
Gambar 2.3 Pengaruh Insulin Terhadap Sel dan Glukosa .......................................... 8
Gambar 2.4 Langkah-Langkah Diagnosis DM .......................................................... 12
Gambar 2.5 Daun Smallanthus Sonchifolia ................................................................ 18
Gambar 7.1 Hasil Determinasi Tanaman .................................................................... 38
Gambar 7.2 Surat Keterangan Sehat Tikus ................................................................. 39
Gambar 7.3 Daun Insulin Yang Telah Dihaluskan .................................................... 42
Gambar 7.4 Penimbangan Daun Yakon ...................................................................... 42
Gambar 7.5 Pencampuran Daun Yakon Dengan Ethanol 70% ................................ 42
Gambar 7.6 Ekstrak Kering Daun Yakon ................................................................... 42
Gambar 7.7 Proses Penumbukan Ekstrak Kering ...................................................... 42
Gambar 7.8 Penimbangan Ekstrak Kering Yang Sudah Dihaluskan ...................... 42
Gambar 7.9 Sampel Penelitian ..................................................................................... 43
Gambar 7.10 Proses Adaptasi ....................................................................................... 43
Gambar 7.11 Pengukuran BB Sampel ......................................................................... 43
Gambar 7.12 Pembiusan Dengan Ether ...................................................................... 43
Gambar 7.13 Proses Pengukuran Kadar Glukosa Darah .......................................... 43
Gambar 7.14 Hasil Glukosa Darah .............................................................................. 43
Gambar 7.15 Sacrificed Dan Pengambilan Darah Vena ........................................... 44
Gambar 7.16 Sampel Darah .......................................................................................... 44
Gambar 7.17 Pengambilan Plasma Setelah Disentrifuse .......................................... 44
Gambar 7.18 Penyimpanan Plasma Dikulkas -80’C ................................................. 44
Gambar 7.19 Aloksan .................................................................................................... 44
Gambar 7.20 Pemeriksaan Kolesterol ......................................................................... 44
Gambar 7.21 Pencampuran Plasma Dengan Kit Kolesterol ..................................... 45
Gambar 7.22 Spektrofotometer .................................................................................... 45
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman Uji .............................................................. 38
Lampiran 2 Surat Keterangan Sehat Tikus ................................................................. 39
Lampiran 3 Data Hasil Analisi Uji Statistik ............................................................... 40
Lampiran 4 Gambar Proses Pembuatan Ekstrak ...................................................... 42
Lampiran 5 Gambar Proses Penelitian ........................................................................ 43
Lampiran 6 Cara Perhitungan ....................................................................................... 46
Lampiran 7 Riwayat Penulis ......................................................................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis tidak menular
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikendalikan. Kadar gula darah dengan nilai >126 mg/dl dalam keadaan puasa
dinyatakan tinggi dan menderita DM.1
DM merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat secara global di
dunia sebagai insiden yang semakin meningkat dari hari ke hari dan sekarang
muncul sebagai epidemik global yang mempengaruhi sekitar 285 juta orang di
dunia yang akan mengalami peningkatan sampai 439 juta pada tahun 2030.
International Diabetic Federation (IDF) memperkirakan di tahun 2025 sebanyak
380 juta orang di dunia menderita diabetes.1
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang banyak terdapat di Indonesia.
Pada tahun 1995, Indonesia menempati urutan tertinggi ke-7 untuk kasus diabetes,
sebagian besar merupakan diabetes tipe 2. Menurut survey yang dilakukan oleh
World Health Organization (WHO) tahun 2000 Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina, dan
Amerika Serikat dengan jumlah penderita sebesar 8,4 juta orang. Jumlah ini
diasumsikan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2030. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2003 prevalensi diabetes pada penduduk
diatas 20 tahun sebanyak 13,7 juta orang.2
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI), jumlah
pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan
pertama dari seluruh penyakit endokrin. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, diabetes di Indonesia menempati urutan ke-6 penyakit penyebab
kematian (5,8 %) setelah stoke, tuberkulosis, hipertensi, cedera dan perinatal.
Diabetes penyebab kematian pada kelompok usia 45-54 tahun didaerah perkotaan
2
menduduki peringkat ke-2 yaitu 14,7%, dan di daerah pedesaan, diabetes
menduduki peringkat ke-6 yaitu 5,8 % .2
DM akan menimbulkan komplikasi baik yang bersifat akut maupun kronik.
Komplikasi akut antara lain ketoasidosis diabetik, hiperglikemi hiperosmolar, dan
hipoglikemia. Komplikasi kronik yang menahun dapat menimbulkan
makroangiopati dan mikroangiopati. Komplikasi makroangiopati meliputi
kelainan kardiovaskuler, kelainan serebrovaskuler, dan kelainan pembuluh darah.
Komplikasi mikroangiopati meliputi retinopati dan nefropati.2
Permasalahan diatas akan bertambah besar jika tidak ada upaya pengobatan
dan pencegahan. Di zaman modern ini telah dikembangkan obat-obatan dari zat
kimia yang banyak digunakan untuk pengobatan diabetes, tetapi terdapat banyak
efek samping dan harga obat-obatan tersebut masih mahal. Pada beberapa tahun
ini, banyak yang tertarik untuk menggunakan produk alami sebagai cara untuk
melengkapi ataupun mengganti terapi diabetes. Pada kasus diabetes, penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa banyak ekstrak tumbuhan yang efektif
untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan efek samping yang lebih rendah
dan dengan harga yang lebih murah dibandingkan obat anti diabetik biasanya.3
Banyak tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan diabetes, salah satunya
adalah daun yakon (Smallanthus sonchifolia). Daun yakon merupakan tumbuhan
yang ditemukan di pegunungan Andes, Peru yang digunakan dalam pengobatan
tradisional diabetes.3 Di Indonesia, daun yakon jarang dibudidayakan melainkan
hanya dijadikan tanaman pagar. Tanaman ini tumbuh liar dipinggir sungai
ataupun pekarangan. Tanaman ini kurang dikenal oleh masyarakat. Kebanyakan
daun yakon ditanam dihalaman rumah keluarga yang menderita diabetes.
Tumbuhan yakon menghasilkan akar besar yang mirip dengan tanaman
kentang manis, tetapi tanaman yakon memiliki rasa yang lebih manis. Tanaman
ini tahan terhadap kondisi yang ekstrim dan dapat tumbuh alam kondisi panas dan
dingin.10
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun yakon memiliki beberapa
efek biologis antara lain : mencegah migrasi polymorphonuclear leucocyites,
immunomodulasi, antioksidan, dan efek sitoprotektor.3
3
Daun yakon juga bisa digunakan untuk penatalaksaan diabetes. Daun yakon
mengandung fruktooligosakarida yang berperan untuk memodulasi sindrom
metabolik dan dislipidemia. Fruktooligosakarida juga memiliki aktivitas prebiotik.
Mekanisme prebiotik dengan mengatur metabolisme kolesterol melalui proses
assimilation yang dapat menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus.Selain itu,
senyawa phenolic pada ekstrak daun yakon mengandung senyawa aktif yang
dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menghambat α-glukosidase.3
Penelitian yang dilakukan oleh Silmara Baroni, et al. (2008) menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak daun yakon dengan dosis 400 mg/kgBB secara oral
selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus.3
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun yakon
terhadap kadar glukosa darah, berat badan, serta kadar lipid terutama kolesterol
darah pada tikus Sprague dawley yang diinduksi dengan aloksan dalam waktu 14
hari dengan menggunakan dosis 300 mg/kgBB.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgBB yang diberikan secara
oral dapat mempengaruri berat badan dalam jangka waktu 14 hari pada tikus
Sprague dawley yang diinduksi aloksan?
2. Apakah ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgBB yang diberikan secara
oral dapat menurunkan kadar gula darah dalam jangka waktu 14 hari pada tikus
Sprague dawley yang diinduksi aloksan?
3. Apakah ekstrak daun yakon dengan dosis 300 mg/kgBB yang diberikan secara
oral dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam jangka waktu 14 hari pada
tikus Sprague dawley yang diinduksi aloksan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak daun yakon (Smallanthus
sonchifolia) terhadap kadar glukosa darah, berat badan, dan kadar
kolesterol darah tikus DM.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui efek ekstrak daun yakon 300 mg/kgBB yang
diberikan secara oral terhadap penurunan kadar gula darah dalam
jangka waktu 14 hari pada tikus yang diinduksi aloksan.
2. Untuk mengetahui efek ekstrak daun yakon 300 mg/kgBB yang
diberikan secara oral dapat mempengaruhi berat badan dalam jangka
waktu 14 hari pada tikus yang diinduksi aloksan.
3. Untuk mengetahui efek ekstrak daun yakon 300 mg/kgBB yang
diberikan secara oral dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah dalam
jangka waktu 14 hari pada tikus yang diinduksi aloksan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian dengan metode
eksperimental terutama di bidang kesehatan.
2. Mendapat pengetahuan mengenai tanaman herbal yang bermanfaat di
Indonesia.
3. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2 Bagi Institusi
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan efek ekstrak daun
yakon sebagai anti diabetes.
2. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Referensi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan
penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tambahan bagi masyarakat untuk mengatasi kadar
glukosa darah yang tinggi karena diabetes.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pankreas
Pankreas merupakan suatu organ yang terdiri dari kelenjar endokrin
dan eksokrin. Pankreas berukuran 12,5 – 15 cm dan terletak dilengkung
duodenum. Pankreas terdiri dari beberapa bagian seperti terlihat pada
gambar 2.1 yaitu caput, corpus, dan cauda. 4,6
Pankreas tersusun oleh dua
jenis jaringan yaitu: (1) acini, kelenjar eksokrin yang menyekresikan
enzim pencernaan ke duodenum, dan (2) islet of Langerhans (pulau
Langerhans), kelenjar endokrin yang menyekresikan insulin dan glukagon
secara langsung kedalam darah.4,5
Gambar 2.1. Anatomi pankreas terlihat bagian pankreas yaitu caput, corpus
dan cauda
Sumber : Tortorra, 2009
Pada pankreas terdapat 1-2 juta kelompokan sel dari jaringan
endokrin yang disebut pulau Langerhans. Pulau Langerhans
memiliki
beberapa jenis sel, yaitu :
4,5,6
6
Sel α, sekitar 17% dalam sel pulau Langerhans yang menyekresikan
glukagon.
Sel β, sekitar 70% dalam sel pulau Langerhans, sekresi insulin.
Sel D, sekitar 7% dalam sel pulau Langerhans, sekseri somatostatin.
Sel F, sekresi polipeptida pankreas.
Gambar 2.2 Tipe sel α, sel , dan sel D pada pulau Langerhans
Sumber : Sherwood, 2011
Insulin merupakan hormon yang disekresikan oleh sel β pulau
Langerhans. Pankreas manusia mensekresikan sekitar 30 unit insulin tiap
hari. Konsentrasi basal insulin pada orang normal yang berpuasa adalah 10
μU/ml dan akan meningkat pada keadaan setelah makan mencapai 100
μU/ml. Peningkatan konsentrasi insulin di perifer dimulai pada menit ke 8-
10 setelah makan dengan konsentrasi puncak 30-45 menit setelah makan.
Insulin terdiri dari 51 asam amino dan mengandung rantai α (21 asam
amino) dan β (30 asam amino). Kedua rantai ini dihubungkan oleh
jembatan disulfida pada posisi 6 dan 11 rantai α.4
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan subunit α reseptor
insulin sehingga sub unit β mengalami autofosforilasi. Selanjutnya sub unit
β memfosforilasikan substrat intra sel (IRS 1 dan IRS 2) yang akan
mengaktivasi kinase dan fosfatase. Aktivasi kinase dan fosfatase menuju
ke jalan metabolik untuk meregulasi metabolisme nutrien. Selain itu,
7
fosfotidilinositol 3 kinase membantu pergerakan vesikel GLUT-4 (glucose
transporter) ke membran sel. Efek insulin terdapat pada 3 jaringan, yaitu
di hati, otot, dan jaringan adiposa. Efek insulin dihati yaitu menurunkan
glikogenolisis, meningkatkan glikogenesis, meningkatkan sintesis
trigliserida dan very low density lipoprotein (VLDL), menurukan konversi
asam lemak dan asam amino. Di otot, insulin berefek untuk meningkatkan
sintesis protein dan meningkatkan sintesis glukagon. Insulin juga berperan
dalam membantu meningkatkan penyimpanan trigliserida di hati.4,6
Gambar 2.3 Pengaruh insulin terhadap sel dan glukosa darah
Sumber : Gardner, 2007
Glukosa bersifat impermeable terhadap membran sel sehingga
glukosa memerlukan sebuah “carrier” agar bisa masuk ke dalam sel, yaitu
dengan bantuan GLUT protein. Glukosa darah yang meningkat akan
menginduksi sekresi insulin oleh sel β pankreas. Begitu juga jika kadar
asam amino dalam darah meningkat, maka akan memicu sekresi insulin.
Insulin mempunyai reseptor insulin di sel target yang menyebabkan
terbentuknya sinyal, sehingga GLUT akan berpindah ke permukaan sel dan
glukosa dapat masuk ke dalam sel. Glukosa dalam sel akan dimanfaatkan
8
untuk berbagai hal, seperti menghasilkan energi, sintesis glikogen, lipid,
dan asam amino yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah
menurun.7,8
Metabolisme protein juga dipengaruhi oleh insulin. Insulin
menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein.
Insulin menstimulasi transpor aktif asam amino dari darah ke otot dan
jaringan, sehingga kadar asam amino turun dan tersedianya bahan untuk
membentuk protein dalam sel. Insulin meningkatkan inkorporasi asam
amino menjadi protein dalam sel dan menghambat proses penguraian
protein.6
Insulin juga mempunyai efek terhadap metabolisme lemak secara
fisiologis, antara lain menurunkan asam lemak darah dan mendorong
penyimpanan trigliserida, meningkatkan pemasukan asam lemak dari
darah ke dalam sel jaringan lemak, meningkatkan transpor glukosa ke
dalam sel jaringan lemak melalui rekruitment GLUT-4, mendorong reaksi
kimia dengan menggunakan turunan asam lemak dan glukosa untuk
sintesis trigliserida, menghambat lipolisis, dan mengurangi pembebasan
asam lemak dari jaringan lemak ke dalam darah.5,6
2.1.2 Diabetes Melitus (DM)
2.1.2.1 Definisi
Diabetes melitus didefinisikan sebagai sindrom terganggunya
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat menurunnya
sekresi insulin atau berkurangnya sensitivitas terhadap insulin.5
2.1.2.2 Klasifikasi
Terdapat 2 tipe utama DM, yaitu :
2,10
DM tipe 1, disebut juga insulin dependent diabetes mellitus
(IDDM), yang disebabkan berkurangnya sekresi insulin oleh
sel β pankreas.
DM tipe 2, disebut juga non-insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM), yang disebabkan oleh adanya sekresi
9
insulin yang normal atau bahkan meningkat tetapi
sensitivitas sel sasaran terhadap insulin berkurang.
Klasifikasi DM berdasarkan American Diabetes Association
(ADA) terdapat pada tabel dibawah: 2,7,18
Tabel 2.1 DM dibagi menjadi tipe 1, tipe 2, tipe lain dan DM gestasional
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi absolut
Autoimun
Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi
insulin disertai resisensi insulin
Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes melitus
gestasional
Sumber : PERKENI, 2011
DM tipe 1 diakibatkan oleh adanya kerusakan sel beta
pankreas maupun akibat dari penyakit lain yang dapat
mengganggu produksi insulin.5 DM tipe 1 disebabkan oleh
adanya reaksi autoimun terhadap protein sel pulau Langerhans
pankreas. Terdapat hubungan yang kuat antara IDDM dan
penyakit autoimun endokrin yang lain, dan meningkatnya
insidensi penyakit autoimun terlihat juga dalam keluarga yang
menderita DM.9 Faktor herediter juga dapat menyebabkan
kerusakan sel beta pankreas.5
DM tipe 2 disebabkan oleh berkurangnya kepekaan sel
sasaran terhadap insulin yang dikenal sebagai resistensi insulin.
Resistensi insulin diakibatkan oleh kelainan jaras insulin yang
dapat disebabkan oleh adanya efek toksik dari akumulasi lipid di
jaringan. Resistensi insulin dapat dijadikan gambaran telah
10
terjadinya sindrom metabolik. Gambaran sindrom metabolik
antara lain obesitas, resistensi insulin, hiperglikemi puasa,
abnormalitas lipid, dan hipertensi. Sindrom metabolik berdampak
utama pada kelainan kardiovaskular seperti aterosklerosis.5,14
Tabel 2.2 Karakteristik Klinis Pasien dengan DM Tipe 1 Dan Tipe 2
Gambaran Tipe 1 Tipe 2
Onset usia Biasanya kurang dari 20 tahun Lebih dari 30 tahun
Massa tubuh Rendah sampai normal Obesitas
Insulin plasma Rendah atau tidak ada Normal sampai tinggi
Glukagon plasma Tinggi, dapat disupresi Tinggi, resisten terhadap
supresor
Glukosa plasma Meningkat Meningkat
Sensitivitas insulin Normal Menurun
Terapi Insulin
Kurangi berat badan,
thiazolidinedion, metformin,
sulfonilurea, insulin
Sumber : Ozougwu, 2013
Selain itu terdapat tipe diabetes lain, yaitu diabetes melitus
gestasional (GDM) yang didefinisikan sebagai suatu toleransi
glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat
hamil.1 Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat GDM
terdahulu.7
2.1.3 Patofisiologi DM
Destruksi sel β pankreas dapat menyebabkan defisiensi sekresi
insulin (DM tipe 1) maupun resistensi insulin (DM tipe 2) yang akan
mengakibatkan terganggunya proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein dalam tubuh.8,9
Pada pasien DM terjadi peningkatan pengeluaran glukosa hati yang
tidak terkontrol. Peningkatan produksi glukosa hati dan penurunan
metabolisme jaringan perifer menyebabkan tingginya kadar glukosa darah.
Ketika kemampuan ginjal untuk mengabsorbsi glukosa menurun, maka
akan terjadi glukosuria. Glukosa merupakan diuresis osmotik, ketika kadar
11
glukosa darah tinggi dan melebihi ambang filtrasi glukosa diginjal, maka
akan terdapat glukosa di urin yang dapat menarik air dari tubulus ginjal
sehingga volume urin meningkat. Hal ini akan menyebabkan hilangnya
cairan dan elektrolit tubuh. Kehilangan cairan tersebut akan mengaktivasi
mekanisme haus sehingga pasien DM akan sering minum (polidipsi).
Adanya ketidakseimbangan kalori yang disebabkan oleh glukosuria dan
katabolisme jaringan juga akan meningkatkan rasa lapar, sehingga pasien
DM akan banyak makan (polifagia).8
Insulin berperan dalam menstimulasi penyimpanan energi makanan
dalam bentuk glikogen dalam sel hepar dan otot skeletal. Insulin
menstimulasi sel hepar untuk mensintesis dan menyimpan trigliserida di
jaringan adiposa. Pada pasien DM, mobilisasi trigliserida terjadi secara
cepat dan tidak terkontrol, sehingga akan menimbulkan tingginya asam
lemak bebas dalam darah. Hal ini akan mempengaruhi keseimbangan lipid,
sehingga dapat terjadi keadaan hiperlipidemia pada pasien DM.8
Defisiensi insulin menyebabkan peningkatan katabolisme protein.
Peningkatan kecepatan proteolisis akan menyebabkan meningkatnya
konsentrasi asam amino dalam darah. Asam amino merupakan prekursor
glikoneogenesis hati dan ginjal, sehingga jika kadar asam amino darah
tinggi, maka akan menyebabkan hiperglikemia.8
2.1.4 Diagnosis DM
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa
darah. Untuk pemeriksaan glukosa dianjurkan dengan cara enzimatik
dengan bahan darah plasma vena.1
Diagnosis klinis DM dipikirkan dengan adanya keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsi, dan polifagia serta penurunan berat badan.
Keluhan lainnya adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritas vulvae pada wanita. Jika terdapat
keluhan khas DM dengan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200
mg/dl cukup untuk mendiagnosis DM. Hasil pemeriksaan glukosa darah
puasa ≥126 mg/dl juga digunakan untuk mendiagnosis DM.1
12
Langkah-langkah diagnosis DM seperti terlihat pada gambar 2.4
dibawah ini :1
Gambar 2.4 Langkah-langkah diagnostik DM
Sumber : IPD UI, 2009
2.1.5 Dislipidemia pada DM
Dislipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid utama dalam plasma.
Fraksi lipid utama dalam tubuh adalah peningkatan low-density lipoprotein
(LDL), peningkatan kolesterol total, peningkatan trigliserida (TG), dan
penurunan high-density lipoprotein (HDL). Dislipidemia sering ditemukan
pada resistensi insulin atau DM tipe 2, meskipun dengan gula darah
terkontrol. Dislipidemia ini diduga berhubungan dengan hiperinsulinemia.
Pada resistensi insulin terjadi peningkatan lipolisis, sehingga terjadi
peningkatan asam lemak bebas dalam plasma yang selanjutnya akan
meningkatkan uptake asam lemak bebas ke dalam liver. Selain itu terjadi
peningkatan sintesis TG de novo di liver karena insulinemia merangsang
ekspresi sterol regulation element binding protein (SREBP1c), protein ini
13
berfungsi sebagai faktor transkripsi yang mengaktifasi gen yang terlibat
lipogenesis di liver. Peningkatan protein kolesterol ester transferase dan
hepatic lipase akan mengakibatkan terjadinya peningkatan very low
density lipoprotein (VLDL) yang selanjutnya menjadi small dense LDL.
Dengan meningkatnya kadal VLDL, maka katabolisme HDL juga
meningkat, sehingga HDL menjadi rendah. Beberapa mekanisme diatas
menjelaskan rendahnya HDL, tingginya TG, dan small dense LDL pada
DM tipe 2.1
2.1.6 Komplikasi DM
Jika tidak dikelola dengan baik, maka DM akan menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi baik yang bersifat akut maupun kronik.
Komplikasi DM dapat dibagi dalam 2 kategori mayor, yaitu : (1)
komplikasi metabolit akut, dan (2) komplikasi vaskular jangka panjang. 2,7
Komplikasi metabolit akut pada DM disebabkan oleh adanya
perubahan yang relatif akut dari kadar glukosa darah. Komplikasi
metabolit akut pada DM antaralain :7
Ketoasidosis diabetik (KAD), komplikasi akut paling serius pada
pasien DM tipe 1. Pada KAD, kadar insulin plasma sangat menurun,
terjadi hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,
peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai pembentukan benda keton yang mengakibatkan ketosis
(ketonuria dan ketonemia). Pada keadaan ini pasien DM dapat
mengalami dehidrasi dan kekurangan elektrolit yang dapat
menyebabkan hipotensi dan syok, bahkan mengalami koma.
Status hiperglikemi hiperosmolar koma nonketotik (HHNK), biasa
terjadi pada DM tipe 2. Akibat defisiensi insulin relatif, muncul
hiperglikemia (kadar glukosa >600mg/dl) tanpa ketosis dan dapat
menyebabkan dehidrasi berat dan penurunan kesadaran pada pasien.
Hipoglikemia. Jika serangan hipoglikemik berlangsung lama maka
akan menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan
mengalami kematian.
14
Komplikasi vaskular kronik dapat menimbulkan makroangiopati dan
mikroangiopati. Komplikasi makroangiopati meliputi kelainan
kardiovaskuler, kelainan serebrovaskuler, dan kelainan pembuluh darah.2
Makroangiopati memiliki gambaran histologi berupa aterosklerosis.
Gangguan biokimia akibat insufisiensi insulin dapat menyebabkan
beberapa gangguan, antara lain penimbunan sorbitol dalam intima
vaskuler, hiperlipoproteinemia, dan kelainan pembentukan darah.
Makroangiopati dapat menyebabkan penyumbatan vaskuler. Jika
mengenai arteri perifer maka akan menyebabkan insufisiensi vaskular
perifer disertai claudicatio intermitten dan gangren pada ekstremitas, serta
stroke. Jika mengenai arteri koronaria dan aorta maka akan menyebabkan
terjadinya angina dan infark miokardium.7
Mikroangiopati melibatkan lesi spesifik diabetes yang menyerang
kapiler dan arteriola retina (retinopati dibaetik), glomerulus ginjal
(nefropati diabetik), saraf perifer (neuropati diabetik), otot-otot serta
kulit.2,7
Pada retinopati diabetik proliferatif, sel perisit menghilang dan
terjadi pembentukan mikroaneurisma. Selain itu, terjadi pula hambatan
aliran pembuluh darah yang akan menghambat kapiler. Semua kelainan
tersebut akan menyebabkan kelainan mikrovaskular yaitu lokus iskemik
dan hipoksia lokal. Sel retina merespon dengan meningkatkan ekspresi
faktor pertumbuhan endotel vaskular (Vascular Endothelial Growth
Factor) yang akan memacu terjadinya neovaskularisasi pembuluh darah.1
Hal ini dapat mengakibatkan kebutaan.7
Pada nefropati diabetik, tekanan glomerular meningkat disertai
peningkatan matriks intraselular sehingga menyebabkan terjadinya
penebalan membran basal, ekspansi mesangial, dan hipertrofi glomerular.
Hal ini akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang menyebabkan
terjadinya glomerulosklerosis.1
Neuropati diabetik dan katarak disebabkan oleh adanya gangguan
pada jalur poliol, dimana terjadi perubahan glukosa menjadi sorbitol dan
fruktosa akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa akan
15
mengakibatkan terjadinya katarak dan kebutaan. Pada saraf, sorbitol dan
fruktosa akan menimbulkan neuropati akibat adanya aktivitas biokimia
yang mengganggu aktivitas metabolik sel Schwan dan menyebabkan
hilangnya akson. Sehingga kecepatan konduksi motorik akan berkurang.
Selanjutnya timbul nyeri, parastesi, berkurangnya propioseptik, muncul
kelemahan otot dan atrofi.7
2.1.7 Penatalaksanaan DM
Terdapat 4 pilar untuk penatalaksaan DM, yaitu : edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. Pengelolaan DM
dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa
waktu, biasanya 2-4 minggu. Jika kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran maka diberikan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
oral dan atau suntikan insulin. Dalam keadaan dekompensasi metabolik
kronik seperti ketoasidosis, stres berat, BB turun dengan cepat dan
ketonuria maka langsung diberikan insulin.2
Empat pilar penatalaksaan DM adalah sebagai berikut : 2,17
Edukasi
Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses edukasi pasien DM
diantaranya adalah memberikan dukungan dan nasehat positif serta
hindari terjadinya kecemasan, memberikan informasi secara
bertahap, dan melakukan diskusi program pengobatan secara terbuka
menurut keinginan pasien.
Terapi gizi medis
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan makan dengan masyarakat umum, yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Pada pasien DM perlu diperhatikan pentingnya
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun
glukosa darah atau insulin.
Latihan jasmani
16
Untuk pasien DM latihan jasmani meliputi kegiatan jasmani sehari-
hari secara teratur (3-4 kali seminggu) selama ± 30 menit.
Terapi farmakologis
Diberikan bersama-sama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani. Terapi farmakologis tersebut dapat berupa obat oral atau
dalam bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral terdiri dari golongan
pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid), peningkat sekresi
insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penghambat
glukoneogenesis (Metformin), penghambat absorbsi glukosa
(inhibitor α glukosidase) dan DPP-IV inhibitor. Terapi suntikan
yang diberikan adalah insulin. Indikasi pemberian insulin antara lain
: DM tipe 1 absolut terjadi penurunan berat badan yang sangat cepat,
hiperglikemia berat disertai ketosis, dan ketoasidosis diabetik.
Tabel 2.3 Mekanisme kerja, efek samping utama, dan pengaruh
obat terhadap penurunan A1C
Cara kerja utama Efek samping utama Penurunan
A1C
Sulfonilurea Meningkatkan
sekresi insulin
BB naik,
hipoglikemia
1,5-2 %
Glinid Meningkatkan
sekresi insulin
BB naik,
hipoglikemia
?
Metformin Menekan produksi
glukosa hati &
menambah
sensitivitas
terhadap insulin
Diare, dispepsia,
asidosis laktat
1,5-2%
Penghambat
glukosidase alfa
Menghambat
absorbsi glukosa
Flatulens, tinja
lembek
0,5-1%
Tiazolidindion Menambah
sensitivitas
terhadap insulin
Edema 1,3%
Insulin Menekan produksi
glukosa hati,
stimulasi
pemanfaatan
glukosa
Hipoglikemia, BB
naik
Potensial
sampai
normal
Sumber : PERKENI, 2011
2.1.8 Daun Yakon (Smallanthus sonchifolia)
Daun yakon merupakan tumbuhan yang ditemukan di pegunungan
Andes, Peru, yang digunakan dalam pengobatan tradisional.3
Di Indonesia,
daun yakon jarang dibudidayakan melainkan hanya dijadikan tanaman
17
pagar. Tanaman ini tumbuh liar dipinggir sungai ataupun pekarangan.
Tanaman ini kurang dikenal oleh masyarakat. Kebanyakan daun yakon
ditanam dihalaman rumah keluarga yang menderita diabetes.
Tumbuhan yakon menghasilkan akar besar yang mirip dengan
tanaman kentang manis, tetapi tanaman yakon memiliki rasa yang lebih
manis. Tanaman ini tahan terhadap kondisi ekstrim dan dapat tumbuh
dalam kondisi panas dan dingin.10
Secara morfologi, tumbuhan yakon merupakan tumbuhan herbal
dengan tinggi 1,5–3 m, akarnya tersusun dari 4-20 berbentuk oval. Bagian
atasnya tersusun dari daun yang lebar dan bunga yang berwarna kuning
yang tersusun teratur.3
Taksonomi daun yakon (Smallanthus sonchifolius) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Suku : Asteraceae
Genus : Smallanthus
Spesies : Smallanthus sonchifolius
Gambar 2.5 Daun Smallanthus sonchifolia
18
2.1.9 Kandungan Kimiawi Daun Yakon (Smallanthus sonchifolia)
Beberapa penelitian membuktikan bahwa daun yakon memiliki
beberapa efek biologis antara lain: mencegah migrasi polymorphonuclear
leucocyites, immunomodulasi, antioksidan, dan efek sitoprotektor. Selain
itu penelitian menunjukkan bahwa teh yang dibuat dari daun yakon dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan konsentrasi insulin
plasma pada tikus diabetik. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
ekstrak tanaman yakon menurunkan kadar glukosa pada kultur darah
dengan cara kerja mirip insulin.3
Daun yakon juga bisa digunakan untuk penatalaksanan diabetes.
Daun yakon mengandung β fruktooligosakarida yang berperan untuk
memodulasi sindrom metabolik dan dislipidemia. Fruktooligosakarida juga
memiliki aktivitas prebiotik. Mekanisme prebiotik daun yakon dengan
mengatur metabolisme kolesterol melalui proses assimilation yang dapat
menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus.3
Daun yakon mengandung beberapa komponen penting senyawa
phenolic yang terdiri dari chlorogenic, dicaffeonylquinic, dan caffeic acid.
Chlorogenic dan caffeic acid selain dikenal sebagai antioksidan, juga
diidentifikasi sebagai komponen aktif dalam regulasi metabolisme
glukosa. Chlorogenic dan derivatnya merupakan kompetitif inhibitor
glukosa 6 phosphatase.11
Caffeonylquinic pada ekstrak daun yakon
mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan menghambat α-glukosidase.3
Penelitian Valentova et al. (2004) menunjukkan bahwa ekstrak daun
yakon dapat menurunkan produksi glukosa di hati. Tidak hanya
meningkatkan konsentrasi plasma insulin, namun ekstrak daun yakon juga
memiliki aktifitas inhibitor glikogenolisis dan glukoneogenesis. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak daun yakon memiliki efek lebih baik
dibandingkan dengan Metformin yang hanya menghambat
glukoneogenesis tetapi lemah dalam menghambat glikogenolisis. 11
19
2.2 Aloksan
Salah satu metode paling potensial untuk menginduksi DM adalah dengan
menggunakan induksi aloksan, yang dikenal sebagai agen diabetogenik. Aloksan
merupakan derivat pirimidin yang teroksidasi, gabungan dari allantoin dan
oxaluric acid secara selektif merusak sel β pankreas yang menyekresikan insulin.
Mekanisme kerja aloksan meliputi inhibisi enzim glukokinase dan mengganggu
homeostasis kalsium intraseluler. Sehingga mengindikasikan terjadinya efek
hiperglikemik pada tikus yang diinduksi.12
Penggunakan lower dose aloksan (150 mg/kgbb/i.p) dapat menyebabkan
terjadinya destruksi sel β pankreas sehingga hewan yang diinduksi dapat menjadi
diabetes secara permanen, meskipun ada kemungkinan beberapa hewan dapat
mempertahankan sel β dan beregenerasi.13
Hal ini tergantung pada spesies hewan,
cara pemberian, dan status nutrisi dari hewan yang diinduksi.12
Respon glukosa darah setelah induksi aloksan terdiri dari beberapa fase,
tergantung pada perubahan konsentrasi plasma insulin, perubahan struktur sel β
dan nekrosis sel. Fase pertama terjadi pada menit pertama setelah injeksi aloksan.
Pada fase ini terjadi respon hipoglikemik yang menunjukkan adanya stimulasi
sekresi insulin yang dikonfirmasi oleh peningkatan konsentrasi insulin plasma.
Fase kedua (fase hiperglikemik) terjadi 1 jam setelah injeksi sampai terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa darah. Keadaan ini bersamaan dengan adanya
penurunan insulin plasma. Fase ketiga (fase hipoglikemik) terjadi 4-8 jam setelah
injeksi. Peningkatan insulin plasma sebagai akibat rupturnya membran sel yang
menyebabkan hipoglikemik transisional yang berat. Pada fase ini terjadi nekrosis
sel Islet pankreas. Fase keempat (fase hiperglikemik diabetik) terjadi 24-48 jam
setelah injeksi. Pada keadaan ini terjadi degranulasi dan hilangnya integritas dari
sel β. 12
20
2.3 Kerangka konsep
Defisiensi insulin atau
resistensi insulin Diabetes
mellitus
Lipid
pengeluaran glukosa
oleh hati
Karbohidrat
Protein
Mempengaruhi
metabolisme
glukosa darah
hiperglikemia
Starvation cell
Pemecahan
cadangan
energi dalam
sel
BB turun
Pergeseran netto ke
arah katabolisme
protein
kadar
kolesterol
darah
asam
lemak
darah
lipolisis
Penciutan otot
Nekrosis sel β
pankreas
Aloksan
Toxic terhadap sel
pankreas
Mengganggu
homeostasis
Ca intrasel
Inhibisi enzim
glukokinase
Ekstrak
daun
Smallanthus
sonchifolia
300mg/kgbb
fruktooligosakarida
Memodulasi
sindrom
metabolik dan
dislipidemia Senyawa
phenolic
Regulasi
metabolisme
glukosa
21
2.4 Definisi operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
Pengukuran
1. Gula Darah
Sewaktu
(GDS)
Hasil pemeriksaan
gula darah sampel
tanpa melihat waktu
terakhir sampel
makan.
Alat glukometer
dan strip (Easy
Touch)
Darah sampel
diambil dari insisi
ekor dan
dimasukkan ke
dalam strip
glukometer
kemudian dilihat
angka pada
glukometer sebagai
hasil pengukuran
kadar gula darah
sampel.
Numerik
2. Berat Badan
(BB)
Ukuran yang lazim
digunakan untuk
mengukur keadaan
gizi
Timbangan BB
(gram) (Kitchen
scale)
Sampel diletakkan
pada timbangan dan
dilihat angka pada
timbangan yang
merupakan BB
sampel.
Numerik
3. Kolesterol Lipid utama pada
kilomikron dan
VLDL
Spektrofoto-
meter (Thermo
spektronic)
Serum sampel
dicampurkan
dengan reagen
kolesterol (Sclavo)
kemudian nilai
hasilnya pada alat
spektrofotometer
Numerik
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain penelitian eksperimental laboratorium.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Maret 2014.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, laboratorium Biologi,
laboratorium Riset, laboratorium Pharmacy Drug Research (PDR),
laboratorium Farmakologi, dan laboratorium Biokimia Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, jl. Kertamukti No. 05, Pisangan, Ciputat
15419, Tangerang Selatan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus jantan
strain Sprague dawley berumur 90-120 hari, dengan berat badan rata-rata 200-
240 gram yang diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor
(IPB). Hewan percobaan tersebut telah dinyatakan sehat seperti pada Lampiran 2.
Pada penelitian ini hewan percobaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok I adalah kontrol normal (N), kelompok II adalah kontrol positif atau
kontrol tikus DM yang diinduksi dengan aloksan 150 mg/kgBB tanpa diberikan
terapi (D), dan kelompok III adalah tikus DM yang telah diinduksi dengan
aloksan dan diberikan terapi ekstrak daun yakon (Smallanthus sonchifolia) dosis
300 mg/kg BB (D+SS).
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Consecutive
sampling/purposive dimana semua subjek yang ditemui yang sesuai dengan
kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah sampel yang
diperlukan terpenuhi.
23
Jumlah sampel pada setiap kelompok penelitian ditentukan dengan rumus
Federer sebagai berikut :
n = jumlah sampel, t = jumlah kelompok
(n-1) (3-1) >15
(n-1)(2) > 15
(n-1) > 15/2
n > 15/2 + 2/2
n > 8,5 (bulatkan 9)
Berdasarkan dari perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang
diperlukan adalah 9 tikus untuk masing-masing kelompok.
3.3.1 Kriteria Inklusi
Kelompok N : tikus Sprague dawley jantan dengan kadar glukosa darah
<200 mg/dl.
Kelompok D dan D+SS : tikus Sprague dawley jantan dengan kadar
glukosa darah <200 mg/dl.
3.4 Cara Kerja Penelitian
3.4.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah glukometer,
strip glukotes, kit kolesterol, vortex, centrifuge, sfektrofotometer, minor
set, tabung EDTA dan effendorf, kulkas (-80˚C), timbangan untuk
mengukur berat badan tikus (timbangan gram), oral sonde, kandang tikus,
botol minuman serta tempat makan tikus.
3.4.2 Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah daun yakon
(Smallanthus sonchifolia) sebanyak 1 kg yang diperoleh dari pusat
penjualan tanaman “Bursa Bibit” Yogyakarta . Daun yakon yang didapat
selanjutnya di determinasi di Kebun Raya Bogor. Kemudian daun yakon
tersebut di ekstraksi sendiri oleh peneliti di laboratorium Riset dan
(n-1) (t-1) > 15
24
laboratorium PDR. Selanjutnya hasil ekstrak tersebut dijadikan ekstrak
kering di PAU Institut Pertanian Bogor. Didapatkan hasil sebanyak 200
gram.
Bahan-bahan kimia yang digunakan pada pembuat ekstrak pada
penelitian ini adalah ethanol 70%. Sedangkan untuk proses penelitian
secara umum bahan yang digunakan adalah larutan alloxan monohydrate
5%, D-glukosa monohidrat 5% , natrium hidroklorida 0,9%, ether, dan
reagen lipid (Sclavo).
3.4.3 Proses ekstraksi
Daun yakon yang telah dideterminasi kemudian dihaluskan menggunakan
blender di laboratorium PDR. Daun yakon yang sudah halus kemudian
dicampur dengan ethanol 70% dengan konsentrasi 10%. Larutan ethanol
dan daun yakon diaduk selama 5 jam dengan menggunakan magnetic dan
hot plate stirer di laboratorium Riset. Hasil campuran tersebut difiltrasi
dengan kertas saring untuk mendapatkan hasil ekstrak basah. Selanjutnya
ekstrak basah dikirim ke Kebun Raya Bogor sehingga diperoleh ekstrak
kering, lalu disimpan pada suhu 4oC. Ekstrak kering daun yakon dilarutkan
dengan air destilasi menggunakan vortex dilaboratorium biokimia.
3.4.4 Adaptasi Hewan Sampel
Sampel diadaptasikan di Animal house selama 21 hari. Sampel
diadaptasikan terhadap tempat tinggal barunya, pemberian makanan dan
minuman yang disamakan pada semua tikus.
3.4.5 Induksi Tikus Dengan Aloksan
Setelah proses adaptasi tikus diinduksi dengan aloksan 150 mg/kgBB
secara intraperitoneal. Kemudian diberi makanan yang cukup (ad libitum)
dan dalam waktu 72 jam pertama dalam air minumnya ditambahkan 40%
larutan D-glukosa monohidrat untuk mencegah terjadinya efek
hipoglikemia. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 7 hari setelah
induksi. Hanya tikus dengan glukosa darah >200 mg/dl yang dikatakan
sebagai tikus DM dan digunakan pada penelitian ini.
25
3.4.6 Pemberian Ekstrak Daun Yakon Pada Tikus
Setelah tikus dinyatakan DM, dilakukan pemberian ekstrak daun yakon
selama 14 hari dengan dosis 300 mg/kgBB pemberian secara oral dengan
alat sonde, satu kali dalam sehari.
3.4.7 Pengukuran Sampel
3.4.7.1 Glukosa Darah Tikus
Pengambilan darah dilakukan di laboratorium Animal House sebanyak
tiga kali, yaitu yang pertama saat sebelum pemberian ekstrak, yang
kedua setelah 7 hari pemberian ekstrak, dan yang terakhir setelah
pemberian ekstrak berakhir pada hari ke-14. Pengambilan darah
dilakukan untuk mengukur kadar glukosa darah tikus. Pengambilan
darah dilakukan dengan memotong sedikit ujung ekor tikus. Sebelum
dipotong ekornya, tikus dibius menggunakan larutan ether sampai tidak
sadarkan diri untuk mengurangi rasa sakit saat dipotong ujung ekornya.
Darah yang keluar diteteskan pada strip pengukur glukosa darah dan
diukur dengan glukometer.
3.4.7.2 Berat Badan Tikus
Untuk mendapatkan hasil perbandingan berat badan tikus sebelum dan
sesudah diberikan ekstrak, maka setelah tikus dinyatakan DM, berat
badan tikus awal diukur. Pengukuran berat badan tikus dilakukan setiap
hari sejak diberikan ekstrak daun yakon selama 14 hari di laboratorium
Animal house.
3.4.7.3 Kolesterol Darah Tikus
Setelah mendapatkan data berat badan dan glukosa darah tikus
selama 14 hari pemberian ekstrak, selanjutnya tikus akan disacrificed
dengan cara dianastesi terlebih dahulu menggunakan larutan ether
sampai mati. Setelah mati tikus dibedah dan akan dilakukan
pengambilan darah tikus dari vena cava inferior jantung, sebanyak 3cc.
Darah yang diambil dimasukan dalam tabung EDTA untuk selanjutnya
dilakukan sentrifugasi di laboratorium Biokimia. Sentrifugasi dilakukan
selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Plasma yang didapat
26
dipisahkan dan disimpan kembali ke tabung effendorf (1,5 ml) dan
disimpan dalam kulkas pada suhu -80˚C di laboratorium Farmakologi.
Selanjutnya plasma akan dicampurkan dengan kit ukur kolesterol untuk
mengetahui kadar kolesterol darah pada tikus. Pengukuran kadar
kolesterol dilakukan di laboratorium Biokimia.
Kit dalam penelitian merupakan jenis yang biasa digunakan di
laboratorium (Sclavo). Perhitungan setiap sampel dilakukan dua kali
(duplo), sehingga dapat dilihat variasi data dan ditentukan rata-ratanya.
Terdapat 24 tabung sampel kolesterol, tabung blanko serta 2
tabung standart, masing-masing dicampur dengan 600 μL reagen
kolesterol. Setelah dicampur, tabung dikocok sebentar hingga homogen,
dan dibaca dialat spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm.
3.5 Alur Penelitian
Mempersiapkan alat dan bahan penelitian setelah lulus proposal
dan kaji etik
Masa adaptasi tikus selama 21 hari (hari ke-1 sampai hari ke-21)
DM : kadar glukosa darah > 200 mg/dl
Pengelompokan tikus : kelompok Normal (N), kelompok DM
tanpa terapi (D), dan kelompok DM dengan terapi ekstrak daun
Smallanthus sonchifolia (D+SS)
Mengukur kadar glukosa darah setelah induksi aloksan dengan
menggunakan glukometer pada hari ke-28, 29, 30
Induksi aloksan 150 mg/kgBB pada tikus dengan intraperitoneal
pada hari ke-21, 22, dan 23
Menimbang BB awal tikus untuk menghitung dosis aloksan pada
hari ke-21, 22, dan 23
27
3.6 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data kadar glukosa darah, berat badan, dan kolesterol tikus
semua kelompok penelitian yang didapatkan akan diolah dengan cara
komputerisasi menggunakan SPSS versi 16.0. Oleh karena data yang diperoleh
merupakan variabel data kategorik-numerik lebih dari 2 kelompok tidak
berpasangan, maka pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji One-Way
Anova dan uji Kruskal-Wallis.19
Sacrificed dan pengambilan darah tikus sebanyak 3 cc pada hari
ke-14 pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia
Mengukur kadar glukosa darah pada hari ke-35, 36, dan 37
Pemberian ekstrak daun insulin 300 mg/kgBB pada tikus D+SS
secara oral dengan menggunakan sonde dan mengukur BB tikus
selama 14 hari
Pengukuran kadar kolesterol darah
Darah disentrifugasi untuk mengambil plasma
Mengolah dan menganalisa data penelitian
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Berat Badan (BB)
Data berat badan yang diambil pada penelitian ini adalah jumlah rerata berat
badan pada awal penelitian (hari ke-1) hingga akhir penelitian (hari ke-14) dari
masing-masing kelompok. Data berat badan yang didapatkan selama penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Perubahan BB Tikus Setiap Kelompok Penelitian
Berat badan
Kelompok
H1
(gram)
H7
(gram)
H14
(gram)
Persentase ratio
BB (%)
N (n=4) 310 ± 57.74 285 ± 41.23 330 ± 20.00 106.45
D (n=4) 245 ± 25.17 240 ± 73.03 240 ± 32.66 97.96
D+SS (n=4) 260 ± 23.09 250 ± 38.30 280 ± 32.66 107.69
Keterangan : Data adalah mean ± Standar Deviasi
N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak daun
Smallanthus sonchifolia.
H1, hari ke-1; H7, hari ke-7; H14, hari ke-14 pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia.
Grafik 4.1 Rerata BB Tikus Setiap Kelompok Penelitian
0
50
100
150
200
250
300
350
400
H1 H7 H14
Be
rat
Bad
an (
gram
)
Waktu Pengukuran (Hari)
N D D+Ss
29
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 diperoleh data bahwa terdapat
perbedaan BB pada masing-masing kelompok penelitian. Persentase kenaikan BB
pada kelompok D+SS (7,69%) lebih besar daripada kelompok N (6,4%).
Sedangkan kelompok D mengalami penurunan BB yaitu 2,04%.
Selanjutnya dilakukan uji analisa statistika menggunakan One-Way Anova.
Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Analisa Data BB Setiap Kelompok Penelitian
Kelompok Berat badan (gram) p-value
N (n=4) 108.76 ± 17.18
D (n=4) 98.32 ± 13.58 0.517
D+SS (n=4) 107.74 ± 8.99
Keterangan : Data merupakan mean ± standar deviasi
N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun
Smallanthus sonchifolia;
Nilai p-value (p>0.05) pada data Tabel 4.2 diatas menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antarkelompok penelitian. Hal ini berarti
bahwa ekstrak daun Smallanthus sonchifolia yang diberikan selama 14 hari
dengan dosis 300 mg/kgBB tidak mempengaruhi berat badan secara bermakna
dalam statistik antarkelompok penelitian.
4.2 Glukosa Darah
Data kadar glukosa darah yang diambil pada penelitian ini adalah jumlah
rerata kadar glukosa darah pada awal penelitian (hari ke-1), hari ke-7 dan akhir
penelitian (hari ke-14) dari masing-masing kelompok.
Data kadar glukosa darah yang didapatkan selama penelitian adalah sebagai
berikut :
30
Tabel 4.3 Perubahan Kadar Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok Penelitian
Kelompok H1
( mg/dL)
H7
( mg/dL)
H14
(mg/dL)
Persentase (%)
N (n=4) 132.75 ± 18.02 120.75 ± 29.51 136.75 ± 13.67 3.0 (kenaikan)
D (n=4) 540.25 ± 54.63 430.00 ± 220.76 536.25 ± 84.94 0.7 (penurunan)
D+SS (n=4) 487.25 ± 137.59 407.25 ± 213.93 345.75±119.22 29.0
(penurunan)
Keterangan : Data merupakan mean ± Standar Deviasi
N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak daun
Smallanthus sonchifolia.
H1, hari ke-1; H7, hari ke-7; H14, hari ke-14 pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia.
Grafik 4.2 Rerata Glukosa Darah Setiap Kelompok Penelitian
Dari Tabel 4.3 dan Grafik 4.2 diperoleh data terdapat penurunan kadar
glukosa darah pada kelompok D dan kelompok D+SS. Kelompok D+SS
mengalami persentase penurunan kadar glukosa darah sebesar 29,0 %, yang
berarti lebih besar dibandingkan dengan persentase penurunan pada kelompok D
(0,7%). Sedangkan kelompok N mengalami kenaikan kadar glukosa darah sebesar
3,0 %.
0
100
200
300
400
500
600
700
H1 H7 H14
Kad
ar G
luko
sa (
mg/
dl)
waktu pengukuran (hari)
N D D+SS
31
Perhitungan data kadar glukosa darah penelitian dilanjutkan dengan
perhitungan statistik menggunakan uji analisa One-Way Anova. Dari uji statistik
didapatkan hasil distribusi data tidak normal dan varians data tidak sama
(Lampiran 3) sehingga perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan uji Kruskal-
Wallis. Data kadar glukosa darah yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Hasil Analisa Data Kadar Glukosa Darah Tikus Setiap Kelompok
Glukosa darah Mean Rank P value
N (n=4) 2.50
D (n=4) 10.00 0.012
D+SS (n=4) 7.00
Keterangan :
N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun
Smallanthus sonchifolia;
Dari Tabel 4.2 diatas diperoleh nilai p<0.05 yang menunjukkan adanya
perbedaan kadar glukosa darah yang signifikan antara kelompok penelitian,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun Smallanthus
sonchifolia selama 14 hari dengan dosis 300 mg/kgBB memberikan efek terhadap
penurunan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi dengan aloksan. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh kandungan senyawa phenolic yang terdapat dalam ekstrak daun
Smallanthus sonchifolia yang berperan aktif dalam regulasi metabolisme glukosa,
terutama aktifitas inhibitor glikogenolisis dan glukoneogenesis. Efek inhibisi α
glukosidase juga berperan.12
Sehingga terdapat penurunan kadar glukosa darah
pada tikus DM yang diberi ekstrak daun Smallanthus sonchifolia.
Penelitian lain menunjukkan bahwa ekstrak daun Smallanthus sonchifolia
dengan dosis 400 mg/kgBB selama 14 hari secara signifikan dapat menurunkan
kadar glukosa darah tikus DM sebesar 59%. Dalam penelitian tersebut dijelaskan
terdapat beberapa mekanisme daun yakon menurunkan konsentrasi glukosa darah,
yaitu dengan meningkatkan pelepasan insulin oleh sel β pankreas, resistensi
terhadap hormon yang dapat meningkatkan pelepasan glukosa, meningkatkan
jumlah dan sensitifitas reseptor insulin, menurunkan pelepasan degradasi insulin,
meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan dan organ, dan menurunkan absorpsi
intestinal glukosa.3
32
4.3 Kolesterol
Data kadar kolesterol total yang didapatkan pada penelitian adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.5 Rerata Kadar Kolesterol Setiap Kelompok Penelitian
Kelompok Kadar kolesterol (mg/dl)
N (n=4) 140.30 ± 13.38
D (n=4) 250.92 ± 78.32
D+SS (n=4) 137.72 ± 26.63
Keterangan : Data adalah mean ± Standar Deviasi
N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun
Smallanthus sonchifolia.
Grafik 4.3 Rerata Kolesterol Darah Setiap Kelompok Penelitian
Dari Tabel 4.5 dan Grafik 4.3 diperoleh data rerata kadar kolesterol
kelompok D+SS dan N (masing-masing 137,72 mg/dl dan 140,30 mg/dl) masih
dalam batasan normal (<200 mg/dL). Sedangkan kelompok D memiliki rerata
kadar kolesterol tertinggi (250,92 mg/dL). Perbedaan kadar kolesterol setelah
pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia dapat terjadi karena diperkirakan
daun Smallanthus sonchifolia dapat mengatur metabolisme kolesterol. Salah satu
mekanismenya adalah dengan mengatur metabolisme kolesterol melalui proses
assimilation yang dapat menurunkan absorbsi kolesterol di usus halus.1
Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik menggunakan uji analisa One-
Way Anova. Dari uji statistik didapatkan hasil distribusi data tidak normal dan
0
50
100
150
200
250
300
350
rerata kolesterol setiap kelompok
ko
lest
ero
l (m
g/d
l)
N
D
D+SS
33
varians data tidak sama sehingga perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan
uji Kruskal-Wallis. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Analisa Data Kolesterol Setiap Kelompok Penelitian
Kadar kolesterol Mean Rank
(mg/dl)
P value
N (n=4) 4.25
D (n=4) 10.50 0.024
D+SS (n=4) 4.75
Keterangan :
N: kelompok normal; D: kelompok DM; D+SS: kelompok DM yang diterapi ekstrak kering daun
Smallanthus sonchifolia;
Dari Tabel 4.7 didapatkan hasil nilai (p<0.05) yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kadar kolesterol yang signifikan pada semua kelompok
penelitian. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar kolesterol pada
tikus DM dengan pemberian ekstrak daun Smallanthus sonchifolia dosis 300
mg/kgBB selama 14 hari.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Selama penelitian berlangsung, mulai dari persiapan penelitian hingga akhir
penelitian hambatan yang didapat, antara lain:
1. Selama penelitian berlangsung banyak hewan penelitian banyak yang
mati, kemungkinan besar akibat efek aloksan, dan sulitnya memberikan
dextrose secara ad libitum.
2. Kit kolesterol terbatas dan harganya mahal.
34
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun insulin
(Smallanthus sonchifolia) dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari dapat
mempengaruhi berat badan, kadar glukosa darah, dan kolesterol tikus Sprague
dawley yang diinduksi aloksan, sehingga dapat dijadikan alternatif untuk anti
diabetes. Adapun kesimpulannya adalah sebagai berikut :
1. Terdapat kenaikan berat badan kelompok D+SS sebesar 7,69%, yang
merupakan kenaikan terbesar dibandingkan kelompok N (6,44%).
Namun hasilnya tidak signifikan secara statistik (p>0,517).
2. Terdapat penurunan kadar glukosa darah pada kelompok D+SS sebesar
29,0 %, yang merupakan persentase penurunan terbesar, meskipun belum
mencapai nilai normal. Hasil tersebut signifikan secara statistik
(p<0,012).
3. Rerata kadar kolesterol pada kelompok D+SS sebesar 137,72 mg/dl yang
berarti masih dalam batasan normal dibandingkan dengan kelompok D
(250,92%) dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (p<0,024).
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya:
1. Memperhatikan higienitas tempat, makanan, dan minuman hewan
penelitian agar bisa mengurangi kematian hewan penelitian.
2. Menjaga kebersihan laboratorium Animal House untuk mengurangi
resiko kesehatan pada hewan penelitian dan peneliti.
3. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian ekstrak
daun insulin (Smallanthus sonchifolia) dengan menggunakan dosis yang
bervariasi, jumlah hewan penelitian yang lebih banyak dan waktu
penelitian yang lebih lama.
35
BAB VI
KERJA SAMA RISET
Penelitian ini merupakan bagian dari kerja sama riset mahasiswa dan
kelompok riset diabetes dan regenerasi pankreas PSPD FKIK UINSH (dr. Flori
Ratnasari, Ph.D; dr. Hari Hendarto,Sp.PD, Ph.D; FINASIM)
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta :
Interna Publishing.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
3. Baroni, S., Suzuki-Kemmelmeier, F., Martins, S., Assef, C., Cuman,
R.K.N., Aparecida, C. 2008. Effect of crude extracts of leaves of
Smallanthus sonchifolius (yacon) on glycemia in diabetic rats. Revista
Brasileira de Ciencias Farmaceuticas, 44(3), 521-530.
4. Tortora,Gerrard, J., Derrickson, Bryan. 2009. Priciples of anatomy and
physiology 12th
edition. USA: John Wiley & Son. hal 669-673.
5. Guyton, Arthur C & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi
11. Jakarta: EGC. hal 961-976.
6. Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem edisi 2.
Jakarta: EGC. hal 714-725.
7. Price, Sylivia, Anderson.,Wilson, Lorraine, M. 2012. Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit vol. 2, edisi 6. Jakarta: EGC. hal
1259-1270.
8. Gardner, David, G., Shoback, Dolores. 2007. Greenpan’s Basic & Clinical
Endocrinology 8th
ed. Mc Graw Hill.
9. Ozougwu, J. C., Obimba, K. C., Belonwu, C.D., dan Unakalamba, C.B.
2013. The Pathogenesis and Pathophysiology of Type 1 and Type 2
Diabetes Mellitus. Academic journals, 4(4),46-57.
10. Rohman, Mohammad S. 2007. Patogenesis dan Terapi Sindroma
Metabolik. Jakarta : Jurnal Kardiologi Indonesia.
11. Volenta, K., Moncion, A., de Wazier, I., Ulrichova, J. 2004. The Effect of
Smallanthus sonchifolius Leaf Extracts On Rat Hepatic Metabolism. Cell
biology and toxicology. 20: 109-120.
12. Rohila, Ankur., Ali, Shahjad. 2012. Alloxan Induced Diabetes :
Mechanisms And Effects. International Journal of Research in
Pharmaceutical and Biomedical Science.
37
13. Sharma, Manoj., Fernandes, J., Ahirwar, Dheeraj., Jain, Ritesh. 2008.
Hypoglicemic And Hypolipidemic Activity Of Alcohol Extract Of Citrus
Aurantium In Normal And Alloxan-Induced Diabetic Rats.
Pharmachologyonline.
14. Goodman HM. 2003. Basic Medical Endocrinology, 3rd ed. Academic
Press. San Diego.
15. Lachman, J., Fernandez E.C., Orsak, M., 2003. Yacon : (Smallanthus
sonchifolia (Poepp.et Endl) H.Robinson) chemical composition and use –
review. Czech Republic :Czech University of Agriculture in Prague, 283-
290.
16. Roselino, Mariana N., Silveira, Nadiege D., Cavalini, Daniela CU.,
Celiberto, Larissa S., Pinto, Roseli A., Vendramini, Regina C., Rossi,
Elizeu A. 2012. A Potentiaol Synbiotic Product Improves The Lipid
Profile Of Diabetic Rats. Brazil: Lipids And Health Disease, 114.
17. National Institute for Health and Clinical Excellence. 2008. Type 2
Diabetes: The Management of Type 2 Diabetes. London: NICE Clinical
Guidline. hal 8-22.
18. Kasper, Dennis L., Fauci, Anthony. S., Longo, Dan L., Braunwald,
Eugene., Hausher, Stephen L., dan Jameson, J. Larry. 2005. Harrison’s :
Principles of Internal Medicine 16th
ed. Mc Graw Hill : Medical
Publishing Divison. 2152-2153.
19. Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. jakarta:
PT. Prestasi Pustakakarya.
38
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Determinasi Tanaman Uji
Gambar 7.1 Hasil determinasi tanaman
39
Lampiran 2
Surat Keterangan Sehat Tikus
Gambar 7.2 Surat Keterangan Sehat Tikus
40
Lampiran 3
Data Hasil Uji Analisis Statistik
1. Uji normalitas dan varians data
GDS
Test of Normality Test of Homogenity of Varians
Kelompok Shapiro-Wilk
Sig. Sig.
N 0.484
D 0.207 0.041
D+SS 0.600
Ratio_BB
Test of Normality Test of Homogenity of Varians
Kelompok Shapiro-Wilk
Sig. Sig.
N 0.218
D 0.644 0.212
D+SS 0.085
Kolesterol
Test of Normality Test of Homogenity of Varians
Kelompok Shapiro-Wilk
Sig. Sig.
N 0.872
D 0.638 0.023
D+SS 0.898
41
2. Uji statistik One-Way Anova
ANOVA
Sig.
GDS
0.000
ANOVA
Sig.
Ratio_BB
0.517
ANOVA
Sig.
Kolesterol 0.014
3. Uji Kruskall-Wallis
GDS
Kruskal-Wallis
Kelompok Mean Rank Asymp. Sig.
N 2.50
D 10.00 0.012
D+SS 7.00
Kolesterol
Kruskal-Wallis
Kelompok Mean Rank Asymp. Sig.
N 4.25
D 10.50 0.024
D+SS 4.75
42
Lampiran 4
Gambar Proses Pembuatan Ekstrak
Gambar 7.3 Daun yakon yang telah
dihaluskan
Gambar 7.4 Penimbangan daun yakon
Gambar 7.5 Pencampuran daun yakon
dengan etanol 70 %
Gambar 7.6 Ekstrak kering daun yakon
Gambar 7.7 Proses penumbukan ektrak
kering
Gambar 7.8 Penimbangan ekstrak
kering yang sudah dihaluskan
43
Lampiran 5
Gambar Proses Penelitian
Gambar 7.9 Sampel penelitian Gambar 7.10 Proses adaptasi
Gambar 7.11 Pengukuran BB sampel
Gambar 7.12 Pembiusan dengan ether
90%
Gambar 7.13 Proses pengukuran
glukosa darah
Gambar 7.14 Hasil glukosa darah
44
( Lanjutan )
Gambar 7.15 Sacrificed dan
pengambilan darah vena
Gambar 7.16Sampel darah
Gambar 7.17 Pengambilan plasma
setelah disentrifuse
Gambar 7.18 Penyimpanan plasma
dikulkas -80’C
Gambar 7.19 Aloksan Gambar 7.20 Pemeriksaan kolesterol
45
( Lanjutan )
Gambar 7.21 Pencampuran plasma
dengan kit kolesterrol
Gambar 7.22 Spektrofotometer
46
Lampiran 6
Cara perhitungan
1. Induksi aloksan
Dosis aloksan yang digunakan adalah 150 mg/kgBB = 150mg /1000grBB.
Dosis untuk 20 ekor tikus dengan berat 300 gr :
20 x 300 x 150 / 1000 = 900 mg
Jadi dosis untuk 20 ekor tikus dengan berat badan 300 gr adalah 900 mg
aloksan.
Konsentrasi obat = 15 mg
0,1 ml
15 mg = 900
0,1 ml X
X = 0,1 ml x 900 = 6 ml
15
Jadi untuk dosis 900 mg aloksan diperlukan 6 ml akuades.
900 mg = 15 mg
6 ml 0,1ml
Dosis aloksan untuk 20 ekor tikus dengan berat badan 300 gr adalah:
150 mg x 300 gr = 45 mg
10 ml
Konsentrasi obat :
900 mg = 45 mg X = 6 ml x 45 mg = 0,3 ml
6 ml X 900
Jadi untuk tikus dengan BB 300 gr disuntik aloksan yang telah dilarutkan
dengan akuades sebanyak 0,3 ml.
47
(Lanjutan)
2. Pemberian ekstrak
Dosis ekstrak daun insulin yang diberikan adalah 300 mg/kgBB
300 mg/1000grBB = 30 mg /100 grBB
Untuk konsentrasi obatnya adalah : 30 mg
0,1ml
Dosis ekstrak untuk 10 ekor tikus dengan rata-rata BB 300 gr adalah
sebagai berikut:
10 ekor tikus x 300 grBB x 30/100 grBB = 900 mg
Konsentrasi obat = 30 mg = 900 mg
0,1ml X
X = 0,1ml x 900 mg = 3 ml
30 mg
Jadi untuk setiap 10 ekor tikus dibutuhkan 900 mg ekstrak daun insulin
dan 3 ml akuades.
Pemberian ekstrak daun insulin :
900 mg = 300 mg = 30 mg 30 mg x 300 grBB = 90 mg
3ml 1 ml 0,1 ml 100gr
30 mg = 90 mg X = 0,3 ml
0,1 ml X
Jadi untuk tikus dengan BB 300 gr diberikan ekstrak daun insulin
sebanyak 0,3 ml.
48
(Lanjutan)
3. Kolesterol
Cara perhitungan kolesterol adalah sebagai berikut :
Kolesterol = kadar kolesterol sampel x 200%
kadar kolesterol standar
sampel kolesterol dijadikan duplo = tabung 1 + tabung 2
2
Nilai rujukan normal untuk kolesterol adalah < 200 mg/dl
Standar = 0,272 + 0,373 = 0,3225
2
49
Lampiran 7
Riwayat penulis
IDENTITAS
Nama : Laras Respati Ardanareswari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Majalengka, 27 November 1991
Agama : Islam
Alamat : Sukawana, Kertajati, Majalengka
e-Mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1996-1998 : TK Al falah Sukawana
1998-2004 : MI PUI Sukawana
2004-2005 : MDPTs Raudlatul Ulum Pati
2005-2008 : MTs Raudlatul Ulum Pati
2008-2011 : MAN Raudlatul Ulum Pati
2011-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta