Download - PENGANTAR ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
i
i
PENGANTAR ANALISIS
KEBIJAKAN PUBLIK
Dr. (C) Arman Maulana, S.Sy., M.M. Dr. (C) Siti Rosmayati, SST., M.M.
ii
PENGANTAR ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
Penulis: 1. Dr.(c) Arman Maulana, S.Sy., M.M.
2. Dr.(c) Siti Rosmayati, SST., M.M.
Editor: Arman Maulana
Tata Letak: Arman Maulana
Sampul: Guepedia.com
ISBN : 978-623-270-092-5
Diterbitkan Oleh:
Guepedia
The First On-Publisher in Indonesia
E-mail: [email protected]
Fb. Guepedia
Twitter. @guepedia
Website: www.guepedia.com
Hak Cipta dilindungi Undang-undang All right reserved
iii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada suara-suara hati
yang bersifat mulia. Sumber ilmu pengetahuan, Sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan yang terindah, Sang Kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Rukun Iman dan Rukun Islam yang telah terbukti kebenarannya, serta makin terus terbukti kebenarannya.
Alhamdulillah penulistelah menyelesaikan buku dengan judul Policy Analysis For Public Decision (Pengantar Analisis Kebijakan Publik) yang merupakan salah satu aspek dari Kebijakan Publik Dan Kinerja Birokrasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, rekan-rekan teman mahasiswa, dan pihak-pihak lainnya yang membantu secara moral dan material bagi tersusunnya buku ini. Buku yang tersusun ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih baik nantinya untuk memberikan dukungan pengetahuan di kalangan perguruan tinggi.
Bandung, 27 April 2020
Penulis
(Penulis) .
iv
Daftar Isi Kata Pengantar ........................................................ iii Daftar Isi ................................................................. iv Bab I Pendahuluan .................................................. 1 Bab II Analisis Kebijakan Keputusan Publik ............ 10 Bab III Definisi Permasalahan .................................. 23 Bab IV Kriteria Pilihan Kebijakan ............................. 38 Bab V Alternatif, Model, Dan Keputusan .................. 51 Bab VI Pasar Sempurna, Pasar Tidak Sempurna Dan Perbaikan Kebijakan ....................... 61 Bab VII Kelayakan Politik: Pengesahan Dan Implementasi ........................................................... 75 Bab VIII Siklus Analisis Kebijaksanaan .................... 88 Bab IX Penutup ....................................................... 94 Daftar Pustaka ........................................................ 112 Tentang Penulis ....................................................... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan publik merupakan suatu hal
yang diputuskan oleh pemerintah, baik pemerintah
di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan
dalam pembuatan kebijakan publik sangatlah
penting karena menyangkut kepentingan orang
banyak. Menurut Anderson (1973:3) menyatakan
bahwa kebijakan publik meliputi segala sesuatu
yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak
2
dilakukan oleh pemerintah. Dan output dari sebuah
kebijakan publik adalah sebuah keputusan yang
benar benar harus dilakukan. Jika kebijakan tidak
diperhitungakan dan mempertimbangkan prosedur
serta prinsip pembuatan kebijakan publik, maka
akan banyak berdampak pada ketidakberterimaan
kebijakan tersebut yang akibatnya menimbulkan
keresahan dan ketidakstabilan perilaku masyarakat.
Oleh karena itu proses analisis kebijakan publik
untuk membuat keputusan publik harus dipahami
pada berbagai kalangan terutama bagi mereka yang
menerima mandat dari publik atau orang banyak
melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak
atas nama orang banyak.
Dalam beberapa tahun belakangan ini,
dimana persoalan-persoalan yang dihadapi
pemerintah sedemikian kompleks akibat krisis
multidimensional, maka keadaan ini tentu
membutuhkan perhatian yang besar dan
penanganan pemerintah yang cepat namun juga
akurat agar masalah-masalah segera dapat diatasi.
Kondisi ini pada akhirnya menempatkan pemerintah
dan lembaga tinggi negara lainnya berada pada
3
pilihan-pilihan kebijakan yang sulit. Kebijakan yang
diambil tersebut terkadang membantu pemerintah
dan rakyat keluar dari krisis, tetapi dapat juga
terjadi sebaliknya, yakni malahan
mendelegitimasikan pemerintah itu sendiri. Dengan
demikian, dalam kehidupan moderen seperti
sekarang ini, kita tidak dapat lepas dari apa yang
disebut sebagai kebijakan publik. Kebijakan-
kebijakan tersebut kita temukan dalam bidang
kesejahteraan sosial, di bidang kesehatan,
perumahan rakyat, pertanian, pembangunan
ekonomi, hubungan luar negeri, pendidikan nasional
dan lain sebagainya. Kebijakan-kebijakan tersebut
ada yang berhasil namun banyak juga yang gagal.
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang
bagaimana proses pembuatan kebijakan publik
terutama analisis kebijakan untuk keputusan
publik.
Bidang analisis kebijakan merupakan
suatu perkembangan yang relatif baru dalam
sistem pendidikan khususnya di perguruan tinggi.
Pada tahap-tahap awal perkembangannya, analisis
kebijakan dipandang sebagai “interdisipliner”, di
4
tempatkan pada disiplin-disiplin yang sudah ada.
Pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya,
analisis kebijaksanaan merupakan bidang yang
seharusnya didefinisikan berdasarkan logika
internalnya sendiri, dan merupakan disiplin ilmu
yang berdiri sendiri.
Seiring dengan perkembangannya, muncul
buku-buku teks tentang analisis kebijakan dengan
memberikan pengenalan tersendiri dan analisisnya
didasarkan pada logika internal analisis kebijakan.
Sehubungan dengan itu, Macrae dan Widle
menyajikan ide-idenya dalam buku “Policy Analysis
For Public Decision”. Buku itu tidak hanya
diperuntukan bagi mahasiswa pemula bidang
analisis kebijakan, tetapi juga diperuntukan bagi
para dosen di semua tingkatan jenjang karirnya dan
khalayak umum yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam proses pembuatan kebijakan
publik.
B. Ruang Lingkup
Materi-materi yang disajikan dalam buku
ini berkaitan dengan sub-sub bidang analisis
5
kebijakan yang sekarang ini diajarkan secara
tersendiri di perguruan tinggi. Pembatasan masalah-
masalahnya berkaitan dengan sosiologi, ilmu politik,
dan sejarah. Kriteria etis untuk penentuan pilihan
terutama didasarkan pada sudut pandang filsafat,
ekonomi, dan juga teori-teori politik. Model-model
yang digunakan untuk menghubungkan kebijakan-
kebijakan yang efek-efeknya sama dengan yang
digunakan dalam ilmu-ilmu alam dan sosial.
Keputusan-keputusan dibuat tersendiri dalam
rumusan-rumusan umum berdasarkan analisis
statistik, operasional penelitian-penelitian, analisis
system dan rekayasa sistem-sistem (System
engineering). Program perkuliahan analisis kebijakan
dirancang untuk tingkatan mahasiswa tertentu,
dapat dikembangkan menjadi program-program inti
yang lebih khusus yakni sesuai dengan topik-topik
dalam buku yang dilaporkan ini.
Berdasarkan uraian tersebut, secara
konseptual dapat dikatakan bahwa “Analisis
Kebijakan untuk Pengambilan Keputusan Publik”
dapat diinterprestasikan dalam beberapa dimensi.
Analog dengan ungkapan Lincoln, analisis
6
pemerintahan dapat melibatkan pemerintahan dan
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pengertian
yang pertama ungkapan tersebut adalah
interprestasi yang paling umum karena semua
kebijakan pemerintah mempengaruhi publik atau
menentukannya. Dimensi yang kedua dari ungkapan
Linclon tersebut mendapat perhatian khusus dari
Macrae dan Wilde. Demikian pula halnya dengan
pengertian yang ketiga. Pengertian yang ketiga ini
dijelaskan dan dianalisis secara mendalam oleh
Macrae dan Wilde. Khususnya pengertian kedua dan
ketiga dianalisis dalam hubungannya dengan konsep
“oleh rakyat dan untuk rakyat”
Berdasarkan uraian diatas, dapat
dikatakan bahwa permasalahan analisis kebijakan,
khususnya analisis kebijakan untuk pengambilan
keputusan-keputusan publik memiliki ruang lingkup
yang luas. Hal ini, menurut tim penulis, erat
kaitannya dengan sejarah perkembangan bidang
analisis kebijakan dalam program-program
pendidikan di lingkungan perguruan tinggi
C. Rumusan Masalah
7
Sebagaimana telah disinggung bahwa
pada mulanya analisis kebijakan diajarkan secara
terpisah dalam disiplin-disiplin yang relevan, namun
topik-topik yang berhubungan dengan analisis
kebijakan sebagaimana diajarkan dalam disiplin
ilmu lainnya, semua dipandang sebagai
“interdisipliner” inilah yang mendasari keyakinan
bahwa analisis kebijakan merupakan suatu disiplin
yang berdiri sendiri, dapat dikembangkan sebagai
disiplin ilmu yang berdiri sendiri
Berikut ini disajikan rumusan-rumusan
masalah dalam konteks analisis kebijakan untuk
keputusan-keputusan publik.yang umum:
1. Apa yang dimaksud dengan analisis kebijakan ?
2. Masalah-masalah apa yang perlu dikaji dalam
analisis kebijakan, khususnya untuk keputusan-
keputusan umum/khusus ?
3. Kriteria apa yang digunakan untuk menentukan
pilihan (dalam pengambilan keputusan) ?
4. Berapa banyak alternatif, model, dan keputusan
dalam kebijakan publik?
5. Apakah Pasar sempuna dan pasar tidak
sempurna dan koreksi kebijakan?
8
6. Bagaimana hubungan antara analisis kebijakan
dan kelayakan politik?
7. Apa yang dimaksud dengan siklus analisis
kebijakan ?
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang
dirumuskan diatas, maka penulis dalam buku ini
bertujuan untuk menganalisa apa sebenarnya yang
dimaksud dengan analisis kebijakan untuk
keputusan-keputusan yang bersifat publik. Secara
operasional, masalah-masalah yang akan dijawab
melalui penulisan laporan buku ini adalah untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
hal-hal berikut ini :
1. Pengertian analisis kebijakan
2. Masalah yang dihadapi dalam analisis kebijakan,
khususnya untuk keputusan-keputusan yang
bersifat umum/publik
3. Kriteria yang di gunakan untuk penentuan
pilihan (dalam pengambilan keputusan )
4. Alternatif-alternatif, model-model, dan
keputusan-keputusan dalam analisis kebijakan
9
5. Pasar sempurna, dan tidak sempuna dan koreksi
kebijaksanaan
6. Hubungan antara analisis kebijakan dan
kelayakan politis dan
7. Siklus analisis kebijakan
E. Sistematika Penulisan
Buku yang dilaporkan, “Policy Analysis for
Public Decision”, ditulis oleh Duncan MacRae, Jr dan
James A Wilde, diterbitkan di AS, oleh University
Press of America, pada tahun 1985. MacRae dan
Wilde menyajikan pemikiran-pemikirannya tentang
analisis kebijakan untuk keputusan-keputusan
publik. Sistematika penulisannya dimulai dari
pengertian analisis kebijakan, masalah-masalah
analisis, kriteria dan ketentuan alternatif pilihan,
model, dan keputusan. Buku ini dilengkapi dengan
biografi, indeks, tabel-tabel, diagram-diagram,
bahkan rumus-rumus statistik yang digunakan
dalam penelitian analisis kebijakan.
10
BAB II
ANALISIS KEBIJAKAN KEPUTUSAN PUBLIK
A. Apakah Analisis Kebijakan
Suatu kebijakan biasanya mencakup
peraturan, atau menentukan cara bertindak
sehingga bisa menjadi acuan bagi banyak kasus.
Sebagaimana Macrae dan Wilde tegaskan dalam
buku ini, menganalisa kebijakan dengan alasan
untuk memilih fakta sebagai alternatif di antara
urutan kebijakan yang terbaik. Setiap anggota dalam
setiap komunitas memiliki kesempatan untuk
mempengaruhi pilihan-pilihannya, apakah dengan
cara pemungutan suara atau voting, bekerja dengan
kelompok-kelompok yang terorganisir, bicara atau
11
menulis surat, atau dengan mempublikasikan
pemikiran-pemikirannya mengenai issue-issue
tertentu.
Biasanya tipe-tipe pilihan ini berbeda antara
komunitas satu dengan komunitas lainnya.
Komunitas nasional (pemernitah) membuat pilihan
pilihan tentang perpajakan, pembelanjaan negara,
peraturna dan kebijaakn militer. Negara, kota,
daerah lokal, daerah istimewa fokus dengan berbagai
masalah yang sama, misalnya kebijakan tentang
pendidikan dasar dan menengah, transportasi,
keamanan dan perlindungan kebakaran,
pembuangan sampah/barang bekas , rekreasi lokal.
Maka dari itu kajian analisis kebijakan merupakan
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dapat
digunakan untuk membantu individu membuat
pilihan secara cerdas, beretika dan efektif. Dalam
suatu kebijakan, program pilihan secara signifikan
dapat mempengaruhi banyak orang. Jika pilihan itu
dilakukan oleh pemerintah, maka pilihan itu disebut
sebagai ”pilihan publik”. Jika pilihan itu dilakukan
oleh swasta atau individu yang memiliki pengaruh,
maka hal ini juga masih dapat mempengaruhi
12
banyak orang. Intinya bahwa dalam berbagai catatan
analisis kebijakan lebih memperhatikan kehidupan
sesama manusia .
Analisis kebijakan adalah penggunaan alasan
dan bukti untuk memilih kebijakan terbaik diantara
sejumlah alternatif. Analisis kebijakan adalah
sebagai suatu metode menggunakan argumentasi
rasional dan fakta-fakta untuk menjelaskan, menilai,
dan membuahkan pemikiran dalam upaya
memecahkan masalah publik. Atau suatu prosedur
yang menggunakan metode inquiri dan argumentasi
berganda untuk menghasilkan dan
mendayagunakan informasi kebijakan yang sesuai
dalam suatu proses pengambilan keputusan yang
bersifat politis dalam rangka memecahkan masalah
kebijakan.
Pendekatan dalam analisis kebijakan
menggunakan pendekatan deskriptif dan
normatif. Pendekatan deskriptif dimaksudkan
untuk menyajikan informasi apa adanya kepada
pengambil keputusan, agar pengambil keputusan
memahami permasalahan yang sedang disoroti dari
suatu isu kebijakan. Sedangkan pendekatan
13
normatif dimaksudkan untuk membantu para
pengambil keputusan dalam memberikan gagasan
hasil pemikiran agar para pengambil keputusan
dapat memecahkan suatu kebijakan.
Dalam analisis kebijakan ada dua paradigma
metodologi yang sering dipakai, yaitu paradigama
kuantitatif dan paradigma kualitatif. Namun
paradigma kualitatiflah yang sering dipakai karena
analisis kebijakan pada dasarnya merupakan suatu
proses pemahaman terhadap masalah kebijakan
sehingga dapat melahirkan gagasan dan pemikiran
untuk pemecahannya.
Prosedur analisis kebijakan pendidikan tinggi
mempertimbangkan tiga hal yaitu, pertama fungsi
alokasi yaitu mengalokasikan agenda penelitian,
pengembangan, dan analisis kebijakan itu sendiri,
kedua fungsi inquiri yaitu penemuan yang bersifat
integral dari semua agenda yang telah dilakukan,
ketiga fungsi komunikasi dilaksanakan jika analisis
kebijakan telah menghasilkan berbagai gagasan atau
usulan kebijakan yang realistis. Isu-isu sttrategis
dalam dunia pendidikan dewasa ini meliputi tiga hal
yaitu pemerataan dan perluasan akses, peningkatan
14
mutu, relevansi dan daya saing, serta penguatan tata
kelola dan akuntabilitas.
B. Komponen Komponen Analisis Kebijakan
Setiap pilihan analisis kebijakan melibatkan
serangkaian elemen umum. Bab-bab selanjutnya
dalam buku ini menjabarkan elemen-elemen analisis
kebijakan secara rinci dan meringkasnya secara
singkat, serta akan menunjukkan hubungan lebih
lanjut antara analisis kebijakan dan bidang lainnya.
1. Definisi Masalah (bab 2). Dalam
mendefinisikan masalah, seseorang memiliki
dua tugas, yaitu memahami bagaimana
pandangan orang lain tentang masalah dan
mendefinisikannya kembali dengan lebih jelas
untuk keperluan analisis. Seseorang dapat
memperbesar (memperluas) masalah dengan
ruang lingkup negara atau dunia dan
memasukkan langkah-langkah alternatif untuk
mengatur masalah yang dihadapi, juga dapat
membatasi definisi masalah ke tingkat lokal dan
mempertimbangkan kebijakan lokal untuk
mengatasi kekurangan tersebut. Ketika
15
seseorang memilih diantara berbagai definisi
masalah, juga akan secara eksplisit atau implisit
memilih lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
analisis dan kemudahan atau kesulitan untuk
mendapatkan rekomendasi. Jika definisi tentang
masalahnya sama dengan yang dipegang
(diketahui) oleh orang-orang yang dapat
mempengaruhi adopsi solusi, tugas dalam
mengimplementasikan solusi akan lebih sulit
daripada jika harus membujuk mereka untuk
menerima definisinya.
2. Kriteria Pilihan (bab 3). Analisis kebijakan
yang sistematis membutuhkan pernyataan
kriteria yang jelas dan konsisten dengan
kebijakan yang akan dinilai. Kriteria ini adalah
pokok masalah filsafat atau etika tetapi juga
dipertimbangkan dalam ilmu sosial, terutama
dalam ilmu ekonomi dan politik. Beberapa
interpretasi dari pilihan melihat perbedaan
berdasar pada kepuasan dari preferensi warga
negara. Namun, ada perbedaan antara memilih
dalam hal preferensi egois -memilih untuk diri
sendiri- semua orang - memilih dalam hal
16
kesejahteraan umum. Kita masih akan meminta
analis kebijakan untuk peduli, bukan dan
memilih dalam hal memaksimalkan kepuasan
gabungan dari preferensi dengan kepuasan
preferensi pribadi, tetapi dengan kombinasi
preferensi semua. Ini termasuk keadilan atau
kesetaraan individu; perkembangan atau
kesempurnaan individu; dan "kualitas
kehidupan" subyektif individu.
3. Alternatif, model, dan keputusan (bab 4).
Untuk merumuskan kebijakan, berbagai
alternatif atau kemungkinan yang akan
menyelesaikan masalah, meminimalkan efek
samping yang berbahaya, menghindari
keberatan politik, dan menghasilkan informasi
yang akan membantu pilihan lebih lanjut.
Harapannya bahwa suatu kebijakan akan
menangani masalah atau mempengaruhi suatu
nilai biasanya didorong dari beberapa model
umum proses sebab akibat. Model analisis
kebijakan mengaitkan alternatif kebijakan
dengan kriteria atau nilai yang ditentukan,
seperti yang ditunjukkan Gambar 1-1 berikut :
17
Untuk satu jenis nilai seperti efisiensi, ekuitas,
pengembangan manusia, atau kesejahteraan
subjektif kita perlu tahu apakah suatu
kebijakan akan menyebabkan nilai tersebut
lebih daripada yang lain. Hubungan sebab
akibat semacam ini sesuai dengan panah solid
horisontal pada Gambar 1- 1. Untuk jenis nilai
atau kriteria lain seperti larangan moral atau
konstitusional, mempertimbangkan kebijakan
itu sendiri dan bukan konsekuensinya,
ALTERNATIVES Policy 0 (do nothing) Policy 1 Policy 2 Policy 3
CRITERIA How much does each policy alternative produce of – Efficiency? Equity? Human developing? Subjective well-being? Etc.
Model of Causation
Direct relation Other variables not controlled by policy
Is policy morally prohibited? Is policy constitutionally
Gambar 1.1. How a Model Relates Alternatives to Critria, Ducan MecRae ( 1985 : 10)
18
sebagaimana ditunjukkan oleh panah putus-
putus. Model ini juga harus memperhitungkan
variabel, selain yang dirubah oleh kebijakan,
yang mempengaruhi hasil yang
dipertimbangkan, sebagaiman ditunjukkan oleh
panah padat diagonal. Panah mengandung
implikasi probabilitas atau kekuatan sebab
akibat, terkait dengan kelayakan. Dengan
demikian tidak diperlakukan sebagai kriteria
penilaian. Model dapat melibatkan teori ilmu
alam, seperti hukum mekanika, atau
generalisasi ilmu kedokteran, seperti hubungan
yang diharapkan antara pemberian obat dan
pengurangan gejala. Hal tersebut mungkin juga
merupakan simulasi yang lebih kompleks dari
sistem alami, sosial, atau mesin manusia. Pilihan
kebijakan biasanya memerlukan pengumpulan
informasi tentang konsekuensi yang diharapkan
dari kebijakan alternatif. Sumber informasi
pertama yang harus Anda cari terletak pada
studi sebelumnya tentang masalah atau pilihan
yang serupa. Sumber kedua terletak pada
generalisasi atau penelitian ilmiah yang tersedia.
19
4. Kelayakan Politik (bab 6). Memilih tindakan
yang akan membantu menerapkan kebijakan
yang diusulkan biasanya merupakan bagian
paling sulit dari analisis kebijakan. Ini
membutuhkan keterampilan pribadi,
pengetahuan terperinci tentang institusi dan
kepribadian politik, dan sering kali
keberuntungan juga. Bahkan kebijakan terbaik
yang dapat dibayangkan, sebagaimana dinilai
dalam istilah etis (moral), tidak mungkin untuk
diberlakukan karena perlawanan dari orang-
orang yang akan dirugikan olehnya atau
menganggapnya tidak diinginkan atau tidak
bertindak dari orang-orang yang memberikan
prioritas rendah. Selain itu, nilai-nilai pribadi
Anda sendiri dapat mengganggu upaya Anda
mencapai kesejahteraan umum. Kondisi untuk
memaksimalkan kelayakan politik berbeda-beda
tergantung pada orang. Dalam menilai
kelayakan Anda harus membuat penilaian
intuitif yang tidak mudah diungkapkan dalam
istilah ilmiah. Jika ingin menjadi analis yang
efektif, maka harus mengetahui siapa yang
20
bertindak berdasarkan rekomendasi Anda, apa
yang memotivasi dan memengaruhi pribadi-
pribadi masing-masing, dan bagaimana
rekomendasi itu diprioritaskan. Anda juga harus
menyadari peran Anda sendiri dalam kaitannya
dengan individu yang mungkin Anda pengaruhi -
dalam mengatasi masalah Anda, dalam
berkonsultasi dengan orang lain ketika analisis
Anda berlanjut, dalam mengantisipasi reaksi
mereka, dan dalam menerjemahkan temuan
Anda ke dalam istilah yang dapat dipertukarkan
dan dapat diterima oleh khalayak.
5. Siklus Analisis Kebijakan (bab 7). Setelah
kebijakan itu mengambil bentuk program
tertentu, serangkaian program, atau mungkin
eksperimen, dapat dipertimbangkan kembali
sebagai opsi kebijakan mengingat informasi
yang diperoleh dari pelaksanaannya. Siklus
kedua dari analisis kebijakan ini mungkin
mengharuskan kami merancang implementasi
kebijakan awal untuk menghasilkan data yang
berguna mengenai seberapa baik kerjanya.
21
Dalam evaluasi ini, nilai-nilai dari mereka yang
melaksanakan program yang ada dan
pertaruhan politik dari mereka yang
berkomitmen padanya memengaruhi definisi
masalah, kemungkinan mengumpulkan
informasi, pengembangan kriteria, dan
generalisasi pertanyaan yang diajukan.
Meskipun kita akan membahas lima elemen
analisis kebijakan ini secara terpisah, dalam
praktiknya mereka saling terkait. Kita telah
melihat pada Gambar 1-1 bagaimana kriteria,
alternatif, dan model saling berhubungan.
Definisi masalah oleh mereka yang terlibat
membantu kami dalam penilaian kelayakan.
Kebijakan yang kami usulkan mungkin
merupakan respons terhadap satu kelompok
yang memiliki masalah tetapi tidak terhadap
kelompok yang mungkin menentangnya. Selain
itu, kriteria penilaian terlibat sepanjang proses
atau analisis. Definisi masalah, biasanya dibuat
dalam hal nilai-nilai yang ditangani atau dapat
dicapai. Kriteria penilaian adalah variabel akhir
dalam model kami, dan penilaian kelayakan
22
berkaitan dengan nilai-nilai yang dipegang.
23
BAB III
DEFINISI PERMASALAHAN
Dalam mendefinisikan masalah pada konteks
analisis kebijakan, ada dua hal yang harus diperhatikan.
Pertama, memahami bagaimana orang lain memandang
masalah tersebut, dan kedua, mendefinisikannya dengan
cara yang lebih fleksibel untuk kebutuhan analisis
selanjutnya. Suatu definisi permasalahan sering
mempengaruhi tujuan tertentu atau nilai yang dicari.
Nilai tujuan tertentu yang sangat pokok yang dimiliki
kelompok tertentu, memerlukan hubungan dengan
definisi akhir yang lebih bernilai secara menyeluruh.
24
Analisis kebijakan dimulai dengan pernyataan yang
jelas tentang masalah yang usulkan untuk dianalisis.
Masalah akan didefinisikan terlebih dahulu,
mempertimbangkan cara lain untuk mendefinisikannya,
untuk meningkatkan analisis dan mengantisipasi
masalah kelayakan politik yang dihasilkan dari
perbedaan pandangan orang tentang masalah tersebut.
A. Kondisi Masalah dan Persoalan Analis
Sebagai analis perlu mempertimbangkan
untuk mendefinisikan kembali masalah dengan
menggeneralisasikannya, membuatnya lebih
spesifik, atau mengusulkan alternatif baru. Selain
itu, juga harus mempertimbangkan redefinisi yang
baik karena nilai-nilai yang melibatkan berbagai
bidang masalah saling terkait. Kebijakan di satu
bidang akan mempengaruhi nilai atau masalah di
bidang lain, atau karena kebutuhan akan dukungan
memerlukan reformulasi yang lebih dapat diterima
oleh pendukung yang potensial.
Masalah (atau peluang), tediri dari
seperangkat defenisi masalah dari orang lain -
mereka yang dapat mempengaruhi pilihan kebijakan
25
atau dipengaruhi oleh mereka. Berbeda dengan
situasi masalah, aspek situasi yang dipilih untuk
dikerjakan sebagai masalah analis. Kita dapat
menggeneralisasi situasi masalah atau memilih
sebagian masalah, situasinya berkaitan dengan
nilai-nilai yang lebih umum atau lebih tepat,
mencoba untuk menyelesaikan berbagai pandangan
orang yang terkena dampak atau orang yang
membuat keputusan, atau memilih sudut pandang
suatu kelompok peserta lebih dari yang lain.
Oleh karena itu, mulai dengan melihat
keprihatinan masyarakat serta masalah-masalah
substantif yang menjadi perhatiannya. Dengan
demikian deskripsi situasi masalah merupakan
deskripsi dari keprihatinan orang. Perumusan
masalah analis adalah pernyataan substantif
masalah yang melibatkan alternatif kebijakan dan
konsekuensinya. Salah satu cara untuk dapat
mendefinisikan kembali situasi masalah adalah
dengan berusaha merumuskan nilai-nilai umum
yang mendasar. Sulitnya untuk menyelidiki semua
kebijakan alternatif yang mungkin dapat menangani
masalah tertentu dan menganalisis konsekuensinya.
26
Pandangan awal yang luas diinginkan, tetapi
keterbatasan waktu dan sumber daya biasanya
mengharuskan kita untuk berkonsentrasi pada
beberapa alternatif untuk analisis intensif.
Gambar 2-1. menunjukkan beberapa contoh
masalah dari berbagai tingkat originalitas. Setiap
masalah umum yang terdaftar menggabungkan dua
atau lebih masalah tingkat menengah.
Definisi situasi masalah seringkali
menyiratkan bahwa tujuan atau nilai tertentu harus
dicari. Nilai-nilai seperti tujuan organisasi tertentu,
yang penting hanya untuk anggota organisasi
tertentu, perlu dikaitkan dengan tujuan yang lebih
ditentukan oleh nilai-nilai umum. Kemampuan kami
untuk melihat melampaui tujuan organisasi tertentu
ke nilai yang lebih besar yang dapat digunakan oleh
organisasi ini sebagai analogi dalam kebijakan
internasional. Klaim-klaim yang saling bersaing
tentang pandangan umum dan khusus tentang
masalah merasuki baik teori maupun praktik
analisis kebijakan. Dalam pergantian yang
diusulkan ini, yang ia sebut "pemindaian
campuran," seseorang dapat mengambil pandangan
27
yang lebih luas pada waktu-waktu tertentu dan pada
waktu lain bekerja dalam sekumpulan kendala yang
untuk sementara diberikan. Dari yang lebih luas,
melihat masalah dan nilai tujuan dapat dilihat
secara lebih umum; dan berbagai alternatif
kebijakan yang layak - mungkin dalam jangka
panjang - dapat diperbesar.
28
Gambar : 2-1
Specific and Genaral Problems
Blackout of electrical power Gasoline shortages Natural-gas shortages Water shortages Air pollution Water
Resourch shortages
Interrelated problems of energy, ecology, population ( “spaceship Earth”). Disorganization of modern society
Need for New resources Inefficiency in use of resources Exess population in relations to resources External, nonmarket effect of the economy, releted to the population decinty
SPECIFC INTERMEDIATE GENERAL
Problem in functioning of criminal justice system Increases in crime Need for day care for working mother Need for equal employment for women Need for equal employment for minorities Poverty Need for equality in education Need for equality in ehousing Need for excellence and l d hi
General problems of crime and justice Family disorganization Economic inequality
29
B. Perubahan Struktur Masalah Keputusan Politik
Dalam pandangan yang sangat luas dapat
mempertimbangkan untuk mengubah struktur
sistem keputusan daripada membuat keputusan
individu dalam sistem tersebut. Pilihan antara
pandangan yang lebih luas dan sempit tergantung
pada tingkat kepercayaan yang dimiliki dalam
kombinasi bagian-bagian dalam keseluruhan
system, juga tergantung pada diagnosis tentang
kemungkinan dan sumber-sumber yang dapat
dicurahkan untuk analisis dan tindakan. Keputusan
hanya berurusan dengan masalah yang lebih kecil
dalam buku ini mencerminkan sebagian
kesesuaiannya di tingkat pengantar dan sebagian
keyakinan bahwa masalah yang lebih besar dapat
diatasi utuk langkah berikutnya.
C. Bagaimana Situasi Permasalahan Muncul?
Masalah sosial yang diketengahkan oleh
Robert K. Menton, sangat penting agar terdapat
kecocokan antara keadaan yang diharapkan dan
keadaan yang terjadi. Suatu definisi yang mendekati
30
keadaan yang tidak sesuai dengan nilai yang
signifikan dari berbagai kalangan msyarakat yang
menyetujuinya, memerlukan tindakan untuk
merubah situasi.
Definisi mengenai permasalahan sosial
memberi harapan masyarakat tentang kebenaran
terbaik yang diinginkan, suatu perubahan atau
efektifitas yang diinginkan dan mereka ajukan.
Tugas kita adalah menyajikan kebijakan antara dua
kebenaran dan efektifitas yang diperlukan dan
jarang dicurahkan untuk suatu permasalahan yang
penting, serta menawarkan harapan yang
sesungguhnya untuk penawar.
Agar memahami berbagai prespektif terhadap
suatu masalah yang kita cari akar
permasalahannya, sesuai harapan masyarakat
dengan urusan subjektifnya. Maka kita harus
menggambarkan situasi permasalahan dengan nilai
estimasi perorangan atau kelompok yang merasa
tertantang.
Salah satu sumber permasalahan adalah
perubahan sosial yang secara perlahan meningkat
dari kehidupan masyarakat, seperti masalah
31
ekonomi, perubahan demografi, alih profesi
pekerjaan, sebagai salah satu sisi kekuatan negara.
Kemajuan Barat yang menyebabkan masalah
regional, dahulu dianggap skeptik, saat ini dapat
dikompromi. Perubahan teknologi juga menjadi
salah satu permasalahan. yang terpenting
Perubahan kekuatan yang berhubungan
antara kelompok-kelompok juga dapat menjadi
masalah sehingga bercabang-cabang, melebihi
hubungan kekuatan mereka sendiri. Perubahan
sosial mungkin mempengaruhi kedua substansi
yang terbuka (mengenai kasus migrasi) dan tingkah
masyarakat mengenai masalah yang dihadapi. Kasus
proyeksi migrasi akan menjadi bagian analisis-
analisis kita tentang kondisi kebijakan di bawah.
Tugas pertama dari analisis kebijakan sebagai
alasan penelitian dari suatu permasalahan yang
dimunculkan, juga saran yang berhubungan dengan
situasi sosial terhadap perorangan.
Analisis perseorangan mempengaruhi proses
yang lainnya dengan symbol yang dimanipulasi
golongan, yang semestinya menyajikan tes sebagai
alasan umum dengan sedikit fakta yang menyeluruh
32
untuk keadilan bersama.
D. Penggunaan Statistik untuk Mendefinisikan
Permasalahan
Keinginan masyarakat yang kuat tergantung
pada pengalaman mereka di masa lampau.
Indikasinya adalah, perubahan yang menyeluruh
terutama mengenai ekonomi atau masyarakat, yang
diketahui sebagai indikator sosial. Sebagai
tambahan untuk membandingkan data selanjutnya,
dapat membandingkan data antara populasi
kelompok sebagai cara mendefinisikan
permasalahan.
Statistik sangat penting untuk
mengidentifikasikan permasalahan, sehingga sering
digunakan untuk perbandingan antara situasi
aktual dan situasi yang lainnya. Dengan demikian
harapan bisa terduga, dan dapat mendefinisikan
suatu masalah dengan hati-hati.
33
Table 2-1.
Pengeluaran Militer AS dan Uni Soviet, 1936-1948
(Military Expenditures)
Year US (billon dollars)
USSR Billion rubles)*
1936 1937 1938 1939 1940 1941 1942 1943 1944 1945 1946 1947 1948
0.91 0.94 1.03 1.08
1.50 b 6.04 23.94 63.16 76.70 8L22 43.18
14.39 b 11.77
14.8 20.1 27.0 4L0 b 57.1 70.9 108.4 124.7 137.9 128.2 72.2 68.5 66.0
Source:
Ole R. Holsti The Baseline Problem in Statistics: Examples front
the Study of American Policy," Journal of Politics 37(1975): 190.
Reprinted by permission of The Journal of Politics, © 1975. Old
rubles (officially valued at $20). b Figures selected by Kolko and
Kolko to depict tree
Harapan sebagian orang bergantung pada
apa yang dialami di masa lalu. Indeks semacam ini,
yang mengukur trend ekonomi di masyarakat,
dikenal sebagai indikator ekonomi atau sosial. Selain
membandingkan data dari waktu ke waktu, juga
34
dapat membandingkan data antara kelompok
populasi sebagai cara untuk mendefinisikan
masalah.
Tabel 2-2 menyajikan perbandingan antara
kulit putih dan non-putih rentan terhadap kejadian
kematian dini (sebelum usia 65) dari berbagai
penyebab pada tahun 1972. Untuk setiap baris
dalam tabel, kemungkinan kematian dini dihitung
untuk non-kulit putih dan untuk kulit putih, dan
rasio keduanya dimasukkan dalam tabel. Non-kulit
putih ditemukan 8,9 kali lebih mungkin meninggal
lebih awal dari pembunuhan seperti halnya orang
kulit putih. Untuk TBC, rasionya adalah 5,4 dan
seterusnya sampai rasio terakhir dan terendah
dalam tabel, 037 untuk bunuh diri.
35
Table 2-2. The Ratio of Nonwhite to White Early Death Rates for
Varidus Causes of Death in 1972
Likelihood of Early Death from This Cause for
Nonwhites As a Multiple of the Cause of DeathLikelihood
for Whites at 1972 Mortality Rates
Homicide 8.9
Tuberculosis 5.4
Nephritis and Nepitrosis 4.8
Diabetes Mellitus 3.1
Influenza and Pneumonia 2.5
Appendicitis 2.4
Hernia and Intestinal Obstruction 2.0 Infant Mortality 2.0
Cirrhosis of Liver 1.9
Accidents, other than Motor Vehicle 1.8
Cardiovascular Disease 1.7
Peptic Ulcer 1.7
Malignant Neoplasms (Cancer) 1.3
Motor Vehicle Accidents 1.2 Suicide 0.57
Source: James W. Vaupel, "Early Death: An American Tragedy," p. 109. Reprinted with permission from a smposiumon Valuing Lives appearing in Law and Contemporary Problems Volume XL,
36
Number 4, Autumn, 1976, published by the Duke University School of Law, Durham. North Carolina. Copyright 1977 by Duke University.
Contoh yang kami berikan menunjukkan
bahwa statistik merupakan sarana penting untuk
mendefinisikan masalah; bahwa mereka sering
digunakan untuk melakukan perbandingan antara
situasi aktual dan situasi lain di mana harapan kita
didasarkan; dan bahwa mereka harus digunakan
dengan hati-hati dalam mendefinisikan analis
masalah.
E. Mendenfinisikan kembali permasalahan
Ketika memilih definisi tentang analisis
masalah dan analisis kita, kemudian mengarahkan
untuk membuat rekomendasi, perlu
menyampaikannya keapada orang lain bahwa
definisi kita lebih baik daripada mereka. Persuasi ini
mungkin dimulai sebelum analisis selesai.
Dalam proses persuasi dan diskusi, adanya
kemungkinan untuk mendefinisikan kembali
masalah yang lebih penting atau kurang penting,
lebih umum atau kurang umum, atau melibatkan
37
nilai-nilai yang berbeda dari yang disajikan
sebelumnya. Dalam mendefinisikan kembali
masalah, sering memiliki kemungkinan untuk
menyalahkan orang atau institusi. Dengan demikian,
beragam pandangan tentang masalah yang menjadi
dasar peserta dapat ditekankan dan dipolarisasi
melalui eskalasi counteraccusations.
F. Definisi Pilihan Analisis
Analis warga dapat mempertimbangkan
semua cara redefinisi yang baru saja kami jelaskan.
Definisi awal suatu masalah seringkali terkait
dengan penyebabnya yang nyata. Warga-analis
diharapkan mengambil perspektif yang luas dan
mempertimbangkan terkait bagaimana kebijakan
muncul. Dengan mempertimbangkan berbagai
konsekuensi dan kepentingan definisi masalah,
dapat menilai di antara kebijakan dengan cara yang
lebih mencerminkan kepentingan publik, dengan
tujuan meningkatkan tidak hanya kesejahteraan
umum tetapi juga kelayakan politis.
38
BAB IV
KRITERIA PILIHAN KEBIJAKAN
Untuk memilih kebijakan terbaik dari
sekumpulan alternatif, kita harus mengetahui secara
jelas tentang arti "terbaik." Memilih makna yang jelas
untuk "terbaik" akan memungkinkan kita untuk
mengumpulkan data yang relevan dan membandingkan
hasil kebijakan yang diharapkan untuk melihat mana
yang terbaik. Pedoman yang dapat gunakan untuk
menyatakan dan menyesuaikan kriteria untuk pilihan
kebijakan berasal dari banyak sumber, namun sumber
penting dari kriteria yang digunakan dalam analisis
39
kebijakan adalah disiplin ekonomi. Selain itu, Ekuitas
(Keadilan/kesamaan-equty) atau kewajaran/kejujuran
(fairness) menjadi penting untuk analisis kebijakan.
Kriteria semacam ini dapat digunakan dalam analisis
kebijakan jika dapat diukur secara kuantitatif.
A. Bentuk Prinsip System Moral (Etis)
Kita sering memulai dengan mengumpulkan
nilai khusus dan umum dimana selanjutnya kita
mengaturnya secara sistematis Kita harus mencoba
membabat kriteria prinsip moral yang jelas sehingga
mereka dapat menggunakan analisis yang luas
konsistennya sehingga bisa menggabungkan
berbagai nilai dan menyeluruh sehingga mereka
akan membandingkan suatu rentang yang luas
sebagai alternatif kebijaksanaan. Kita telah
membicarakan tentang kemaslahatan bersama serta
ketertarikan umum sebagai bentuk yang merujuk
pada bentuk kriteria dengan maksud prinsip moral.
Tetapi bentuk ini terbentuk dengan sendirinya maka
moral diperlukan.
B. Keinginan dan Kelayakan Politik
Dua kata “terbesar” sebagai ukuran yang
40
tetap dengan satu sama lainnya untuk suatu
kemungkinan yang sama sebagai alternatif. Suatu
ukuran yang akan kita tetapkan agar mendekati
kejelasan, berkelanjutan dan jaringan menyeluruh
yang bermanfaat sebagai alternatif. Suatu ukuran
yang akan kita tetapkan sehingga mendekati
kejelasan, berkelanjutan dan jaringan menyeluruh
yang bermanfaat untuk analisis, yaitu dengan
menggunakan lengkungan kriteria tunggal, suatu
system yang berkelanjutan.
Kriteria yang digunakan untuk semua pilihan
bagaimanapun juga hal ini sangat umum dan
mungkin hal itu tidak ada sesuai nilai moral.
C. Sifat Kriteria Keadilan yang diinginkan dan
kebijakan/ keputusan yang mungkin
dilaksanakan.
Maksud dari kata “baik” dari yang kita dipilih
untuk dilaksanakan dengan sesuatu yang
diinginkan dari suatu kebijakan, apakah
berhubungan dengan kebijakan umum atau standar
umum mengenai moral. Kita diminta pula untuk
membedakan yang diinginkan dari suatu keputusan
41
yang mungkin dilaksanakan, membandingkan suatu
kemungkinan sehingga suatu keputusan dapat
dijadikan atau dijalankan.
Nilai akhir yang dihasilkan dari suatu
keputusan juga tergantung pada beberapa banyak
usaha kita dan hasil kerja kita. Keputusan yang
tidak mungkin dilaksanakan, sebab nilai yang
sebenarnya bisa ditemukan oleh adanya penelitian.
Banyak sistematika kajian tentang memilih
keputusan meski terfokus searah dengan apa yang
dilaksanakan sesuai dengan harapan. Total
keputusan yang dijalankan bukan hanya dijalankan
suatu kebaikan tetapi juga suatu analisis yang
mendalam seperti diplomasi, mungkin suatu seni
pertama kita menentukan yang relative berhaga dari
suatu kebijakan. Kita mulai menjumpai alternative
yang tidak mungkin dijalankan tanpa adanya
bantuan dan memerlukan koordinir yang jelas
tentang alternatif-alternatif tersebut.
Kondisi yang terpenting untuk kemungkinan
dijalankan dengan mudah satu kebijakan harus ada
persetujuan dari masyarakat untuk mendukung
suatu keputusan. Suatu teleologis kriteria umum
42
dalam diskusi kita apa satu keputusan akan
menjadi besar manfaatnya dari yang lainnya, para
pelaksana alternative perbandingan atau “kebijakan
terbaik” akan berpengaruh pada beberapa
perbandingan dengan kriteria teleologis.
Untuk memilih berbagai keputusan dalam
peraturan sosial yang tertentu (warga Negara,
pegawai negeri, pekerja) ini membuat suatu
perlakuan yang besar dari aturan-aturan yang ada.
Kriteria-kriteria teleologis dibuat secara jelas,
mereka sering mengambil jalan pintas maka sebab
dari itu kita harus memaksimalkan ketentuan yang
terus menghasilkan secara menyeluruh diantara
jalan pintas kesejahteraan, pilihan yang
memuaskan, jaringan yang berguna, dan
perbandingan secara keseluruhan dari keistimewaan
ini tampak yang bukan merupakan teleologis biasa
mempunyai ciri-ciri tersendiri. Mereka menyuplai
kelas khusus terhadap tindakan yang dilarang
sehingga tidak terjadi pada kelas lainnya. Suatu cara
untuk memutuskan dua tipe yang prinsip atau
kebersamaan yaitu dengan menggunakan system
perhitungan yang konsisten, hanya untuk
43
memaksimalkan norma, ukuran teleologis yang
diikuti oleh nonteleologis yang dipaksakan. Kita bisa
menunda alternative yang kita pilih dengan
penghapusan dari analisis kita sehingga melarang
adanya paksaan dari semua alternative tersebut bisa
dilaksanakan dengan mudah.
Persetujuan ini membutuhkan pendekatan-
pendekatan terhadap system deduktif/awal supaya
persetujuan dapat bersatu. System deduktif
digunakan sebagai analisis untuk membandingkan
akibat yang ditimbulkan oleh keputusan. Meskipun
kita diminta untuk belajar memilih analisis
keputusan dalam bentuk kriteria moral umum,
karena mereka melakukannya karena kejelasan yang
tenis-menerus adalah bagian terpenting dari
pendidikan tentang problem masyarakat. Banyak
analisis professional siap melakukan analisis yang
bermanfaat, oleh karena itu kita akan menemukan
banyak guna untuk mengerti alasan terhadap
system nilai.
D. Moral: Tujuan dan keharusan
Analisis yang luar biasa menggunakan dua
tipe perbedaan mengenai kriteria moral untuk
44
memilih ketentuan. Satu tipe diketahui sebagai
“Teleologi” dari bahasa Yunani yang berasal dari
kata “Telos atau end” yang memperhatikan tujuan
akhir (hasil) bertindak dengan konsisten suatu
kebijakan kita yang berbentuk hukum atau
kebenaran. Kita juga membuat banyak pilihan
dalam berbagai bentuk kriteria sehingga bebas dan
konsekuen atau yang “bukan teleologis”. Kriterian
non teleologis tipe yang terpenting di dunia sebagai
mana mereka katakan pada kita tidak diangkat
sebagai tipe keputusan yang jelas.
Standar pengukuran teleologis yang luar
biasa sebagai alternative cara terpenting dengan rasa
bangga untuk apa mereka mengeluarkan sebagai
hasil yang spesifik. Bagaimanapun juga terdapatnya
kriteria menjadi batasan yang ditentukan atau
ketidak bebasan tetapi tidak muncul dari peraturan
moral atau social Ukuran lainnya tampak, sehingga
mempunyai cirri-ciri tersendiri dan nonteleologis
sebagai jaminan bagi level pendidikan rendah atau
masalah kesehatan seluruh warga Negara. Tetapi
dari waktu ke waktu kita juga mungkin
memutuskan kembali sebuah peraturan yang sangat
45
berharga dan bermanfaat. Meningkatkan atau
menurunkan tingkat sumber penghasilan yang
tersedia mungkin naik atau turun pada yang level
rendah. Terakhir standar ukuran antara kriteria
teleologis dan nonteleologi kadang menghasilkan
perbandingan.
E. Sumber Kriteria Moral
Segenap warga Negara terdapat berbagai
kelompok yang berpihak pada nilai atau system
nilai, struktur keagamaan dan persetujuan yang
diakui dari berbagai nilai. Contoh, nilai yang secara
tidak langsung dalam etnik Yahudi Kristen. Kultur
politik suatu Negara mewujudkan suatu pengertian
suatu nilai yang pantas. Tugas yang umum dalam
memformulasikan hasil untuk analisis keputusan
untuk dimengerti dan memungkinkan menyatukan
nilai yang bertebaran oleh partisipan serta
menafsirkan nilai ke dalam bentuk yang mudah
diukur.
Kriteria yang digunakan untuk menganalisa
keputusan atau suatu program, selalu dengan
indicator yang spesifik daripada variabel-variabel
46
yang menyeluruh sebab indikator yang khusus bisa
diukur dengan mudah. Menentukan kebijaksanaan
yang baku menjadikan masyarakat lebih baik dalam
hal pengetahuan sosialnya dalam menjaga berbagai
perdekatan yang berbeda. Kedua pendekatan ini
berhubungan dengan berbagai karakter kedisiplinan
dan catatan nilai yang tersirat dalam berbagai
disiplin dengan apa tujuan yang “Terbaik” untuk
menikmati suatu keadilan yang luar biasa atau
kehidupan yang normal. Suatu perbandingan yang
sistematis suatu kebijakan yang dihasilkan dari
ekonomi yang menampilkan gambaran dalam
pemasaran ekonomi atau taksiran keuntungan
dalam keberhasilan yang berharga. Penelitian
sosiolog dan penelitian lainnya yang dipercayakan
pada survey sampel selalu menanyakan yang
menarik pada masyarakat diukur berdasar
ketentuan masa lalu, dan tidak membiarkan suatu
pertanyaan berbentuk ilmu moneter. Ilmu politik
mempunyai banyak pertanyaan mengenai tanggapan
responden, opini diharapkan sebagai keputusan
alternatif.
Suatu asumsi dasar analisa yang berharga
47
adalah dua keseimbangan dari suatu pemasaran
yang dibandingkan secara keseluruhan. Keuntungan
dari suatu kebijakan harus berupa keuntungan
sosial yang dikalkulasikan sebagai perbedaan antara
keuntungan mendapatkan kenaikan bayaran dan
kehilangan bayaran ketika penghasilan menurun.
Ketika suatu asosiasi membutuhkan pengajuan
ketentuan nilai dana belanja maka jelas mencakup
semua analisa nilai keuntungan pula. Jika kita
menggolongkan dalam analisis kita konsep.
“kesempatan yang berharga” terhadap ”kesempatan
ekonomi yang berharga dari suatu nilai yang
berharga pula,” maka tidak jadi dilakukan dengan
alternatif penyelesaian.
Analisis yang berharga yang telah dijalankan
dengan begitu intensif oleh pemerintah. Walaupun
kemampuan untuk menjalankan suatu standar
ukuran yang umum sebagai salah satu sifat yang
terpenting dari teknik analisis ini, berusaha
mengaplikasikan dengan berbagai pertemuan yang
membicarakan tentang keuntungan dan kekurang-
jelasan terhadap evaluasi keuangan. Di sisi lain
analisa keputusan hanya mengidentifikasi
48
kebijaksanaan yang baik serta kehati-hatian untuk
suatu keputusan yang terbaik. Ini memerlukan
suatu pengetahuan yang mungkin tidak leluasa
untuk membuat suatu keputusan seperti langkah-
langkah dari suatu bantuan yang diperlukan.
Analogi rasio keuntungan yang berharga
dalam kasus ini yang kita tidak bisa mengkur dalam
bentuk keuangan yang menguntungkan, tetapi
dapat memberikan beberapa keuntungan lainnya
kepada mereka. Jika keuntungan kita ataupun
keunutungan keberhasilan yang digambarkan
berbentuk urutan dari suatu pekerjaan seseorang.
Rasio keuntungan yang berharga atau rasio
kefektifan yang berharga dapat dilakukan untuk
sebuah test yang efisien. Standar ukuran kadang
digunakan untuk memilih suatu ketentuan
efisiennya untuk masalah ini dengan maksud
mendapatkan jumlah bayaran per unit yang lebih
besar dari hasil yang diinginkan atau mendapatkan
hasil jumlah nilai akhir.
F. Kriteria Keadilan
Kriteria yang optimal dari patrea mengatakan
49
: ‘keuntungan apakah seorang ahli yang ”efisien”
selalu meminimalkan biaya atau memaksimalkan
jaringan keuntungan dalam pilihan yang
memuaskan hati, sehingga terfokus kepada keadilan
yang sering dijalankan oleh peraturan yang
menyeluruh dan kajian kebijakan umum. Bentuk
keadilan yang digunakan begitu luas oleh ahli
ekonomi tetapi mendekati “efisien” sebagai standar
moral walaupun terdapat beberapa nilai yang dicoba
mengangkat sebuah kerangka berpikir yang
didalamnya terdapat sedikit perbedaan mengenai
keadilan atau kejujuran yang bisa dibandingkan.
Suatu percobaan sebagai gambaran suatu
perbedaan antara “keadilan vertikal atau keadilan
horizontal” keadilan horizontal telah menegaskan
“perlakuan sama dan yang sama”.
Dalam keadilan vertikal telah ditegaskan
sebagai “perlakuan tidak sama dan keadaan yang
tidak sama” terbiasa menjadikan mereka mendekati
kesamaan. Kita akan sering menemukan standar
tersebut tentang keadilan vertikal yang lebih sulit
untuk menerapkan dengan keadilan horizontal,
bukan hanya kita memberikan alasan yang
50
menyenangkan masyarakat tentang ketidak adilan
tetapi kita mesti memutuskan bagaimana ketidak
adilan bisa menyenangkan mereka. Aturan putusan
yang adil khususnya bisa menjadi penting dalam
analisa bayaran yang di transfer pemerintah. Jika
mereka tidak miskin maka tidak mengharapkan
distribusi bantuan kemiskinan. Jika standar ukuran
patreo akan melarang berbagai transfer dan yang
kaya ke yang miskin.
Penafsiran lainnya tentang keadilan, sehingga
masyarakat berupaya menerima terhadap apa yang
mereka lakukan, kemampuan, atau dengan cara
yang terbiasa, sehingga peranan penting diskusi kita
mengenai pendapatan swasta bisa bermanfaat. Dari
berbagai diskusi kita harus berhati-hati dalam
membedakan antara kriteria keadilan dengan kriteria
keefektifan. Sebagai aspek tambahan mengenai
keadilan yang bijaksana sehingga mengubah sedikit
situasi masyarakat terhadap apa yang mereka
harapkan masalah yang pantas muncul dengan
kejahatan perorangan dengan perubahan yang legal
telah diserahkan sebagai “Peralihan Kebijakan”.
51
BAB V
ALTERNATIF, MODEL, DAN KEPUTUSAN
Setelah kita memilih kriteria, untuk menganalisis
pendapat, kita harus berhubungan dengan mereka
untuk mengantisipasi jalan pintas suatu kebijakan
untuk memilih antara berbagai kebijakan. Pertama kita
harus menerapkan alternatif kebijakan yang jelas,
dengan penafsiran yang luas dari berbagai alternatif yang
akan dihasilkan dimana hasil (positif atau negatif) yang
cocok dengan kriteria kita. Hubungan keputusan ini
dengan hasil mereka yang mencakup berbagai model
formulasi.
52
A. Alternatif kebijakan
Analisa kebijakan meliputi perbandingan
suatu alternatif kebijakan yang mendekati bentuk
kriteria khusus, tetapi tidak mempunyai pandangan.
Situasi permasalahan tidak selalu mendekati bentuk
aslinya. Situasi permasalahan berikutnya mungkin
terfokus dalam bentuk gambaran nilai secara lisan
yang samar-samar. Dalam kasus berikutnya kita
akan menyetting sebuah daftaran alternatif
kebijakan selanjutnya untuk di analisis. Suatu
alternatif kebijakan sering menggunakan rancangan
yang dipersiapkan dalam suatu undang-undang
untuk dipatuhi.
Analisis yang mendalam untuk mengajukan
sebuah rancangan kebijakan lebih spesifik untuk
ditampilkan dalam dua bentuk. Pertama, asumsi
hipotesis kita sebagai aktifitas dalam bentuk
rancangan yang akan dilaksanakan dengan penuh
kehati-hatian, ketepatan serta teruji terhadap apa
yang akan terjadi. Kedua, asumsi kita harus
mencakup segala aktifitas yang akan dilaksanakan
terhadap beberapa perbandingan efektifitas
terpercaya yang diharapkan dari suatu agensi
terhadap tugas yang diberikan.
Variasi ini sebagai implementasi suatu
gambaran perbedaan arti antara suatu “kebijakan”
dan “suatu perencanaan”. Suatu kebijakan
53
mendekati kemiripan dengan suatu perencanaan
kecuali mencakup kebiasaan kurang pasti sehingga
apa yang direnungkan akan benar-benar dijalankan
sebagai perencanaan yang menjamin sedikit
nasehat tidak formal. Diantara alternatif kebijakan
yang kita putuskan, suatu kebiasaan tanpa
pelaksanaan untuk diambil tanpa adanya tindakan
baru perintah, diakui situasi yang ada untuk
berlangsung. Ini penting dalam keputusan awal kita.
Sebuah gambaran alternatif dan kreatif. Suatu
variasi yang melebar dari suatu alternatif yang
sedang berjalan dengan aspek pembesaran dan
pengadilan dari suatu permasalahan yang
membutuhkan keputusan. Suatu sumber alternatif
yang akan kita putuskan dalam bab 5 tentang
operasional pemasaran. Sumber alternatif lainnya
adalah pengalaman di kota-kota lain di berbagai
negara. Lebih dulu menggunakan kebijakan di
tempat lain, mempersiapkan kita bukan hanya
alternatif, tetapi juga dengan informasi mengenai
pengaruh mereka. Sebagai tambahan mengenai
sumber alternatif adalah keilmuan kita dan
teknologi.
B. Alternatif Perorangan
Pilihan alternatif anda untuk menganalisis
bagian yang sebenarnya dari suatu perkumpulan
54
alternatif perorangan yang lebih besar. Satu pilihan
perorangan pilihan anda untuk mencurahkan usaha
anda, untuk menganalisis suatu permasalahan
dalam bentuk pertanyaan. Juga apapun pilihan
anda untuk langsung merekomendasi ke depan dari
berbagai informasi yang mendetail untuk
memutuskan apa yang mencakup lebih luas, dengan
meperhatikan waktu untuk bertemu dan bertindak.
Jika kira-kira analisis ini perlu diputuskan sehingga
memerlukan analisis selanjutnya, jika anda
mempunyai waktu dan sebagai inti untuk di
kerjakan.
C. Model dan Cara
Untuk memilih di antara alternatif
kebijakan dalam bentuk konsekuensi, kita harus
memprediksikan konsekuensi mereka. Dugaan kita
mengenai acuan kebijakan yang akan menghasilkan
yang baik jika dikerjakan secara tidak langsung,
tidak menghasilkan hal yang diharapkan terhadap
penyebab dan pengaruh tersebut, dengan persiapan
pemilihan model pada aspek global. karena sering
berdasarkan perasaan atau pandangan suatu
bangsa yang mengakibatkan dugaan semu di
samping keputusan awal kita mengenai suatu
alternatif.
Suatu analisis kita yang lebih spesifik
55
tentang konsekuensi alternatif seperti model kita,
memperbaiki perumusan kita, dan dalam proses
perbaikan daftaran kita sebagai jalan pintas yang di
persiapkan. Berbagai variasi model perbandingan
mereka mengenai kekerasan dan tingkat
kerpercayaan bahkan hanya dalam bentuk
pengetahuan yang meliputi (ilmu social) tetapi juga
mengenai waktu dari berbagai sumber yang telah
kita analisis. Suatu variasi yang berhubungan
dengan model kebijakan yang telah di ajukan, suatu
sumber khusus penemuan bidang ilmu sosial seperti
model di lapangan adalah operasional lapangan,
system analisis, dan menejemen keilmuan.
Berbagai model dalam analisis kebijakan
harus selalu berhubungan dengan berbagai pilihan
yang memungkinkan terhadap tindakan yang di
hargai atau hasil yang tidak di hargai atau variable,
mutu yang berharga, harus berhubungan dengan
system moral yang umum dimanapun hasil variable
yang menyeluruh, sugesti kita beberapa tahun
mengenai, kehidupan penghasilan,s erta efisiensi
yang memerlukan hubungan dalam kebanyakan
dalam system moral yang umum. Jika kita memilih
diantara berbagai kebijakan yang mempengaruhi
tiga perbedaan nilai.
Kita perlu mengetahui pengaruh variable
non kebijakan sebagai salah satu dari berbagai
56
kebijakan. Model-model yang digunakan untuk
analisa kebijakan mungkin baik, yang umum atau
yang khusus. Mungkin mereka menerapkan
berbagai situasi berbeda dengan seluruh
pengetahuan yang tersedia, sehingga mungkin
perpindahan dari lapangan yang satu ke lapangan
yang lainnya. Untuk mengevaluasi suatu program
yang dipersiapkan hanya pada program tersebut,
rentangnya dari yang simple sampai kompleks,
mengandalkan system alam yang kita gambarkan,
serta waktu dan hasil yang kita gambarkan.
Mungkin juga alternatif kita diantara yang simple
dan model yang kompleks yang kita rubah antara
yang lebih kecil dan yang lebih besar di dalam
paduan pendekatan. Pada prakteknya penerapan
analisis kita yang mendalam bukan hanya penting
mengenai keputusan akan tetapi waktu serta hasil
yang ada. Prinsip yang menyeluruh yang kita cari
dari alternatif kebijakan, tidak hanya mencari
perbaikan dengan segera dari suatu permasalahan.
D. Ketidakpastian Model
Beberapa model yang kita gunakan tidak
hanya kompleks dan rumit tetapi juga dalam
perbandingannya jelas dengan hasil yang mereka
prekdisikan. Model –model yang mencakup ilmu
alam sering membuat prediksi singkat mengenai
57
ketidak -jelasan variasi statistik, ilmu sosial
biasanya mencakup pengalaman yang tersurat
sehingga mungkin kesalahan random yang
ditampilkan dan prediksi mereka berkarakter
statistik.
Model kualitatif digunakan untuk
mengatakan kepada kita apapun alasannya bahwa
kebijakan lebih baik daripada pilihan yang lainnya
diantara berbagai politik yang luas, ekonomi, atau
system sosial juga memiliki konsekuensi terhadap
berbagai kemungkinan kebijaka. Tipe objektif
kebijakan bahwa hubungan alternatif keputusan
antara proses dalam system yang digunakan.
Penafsiran kita pada suatu ketika menjadi kurang
valid,tipe/ model selanjutnya yang sulit membuat
penafsiran untuk mengimplementasikan kebijakan.
Jika kita mempunyai pengetahuan yang sistematis,
maka memutuskan sebagian yang kita pilih dari
variable-variable tersebut terbatas pada perasaan
yang kontak perorangan. Kita lebih dibatasi oleh
analisis formal kita terhadap model yang
mempengaruhi “kebijakan” untuk
mengimplementasikan.
E. Model-model Statistik
Ketika mendapat ketidak pastian dalam
system pembelajaran kita, ketidak pastian
58
digambarkan secara kuantitatif dalam ketidak
pastian kita dapat menganalisis statisitik karena
mencakup beberapa hubungan.
1. Daftar hasil
Kriteria model digambarkan dengan kata-kata
clan konsep-konsep melebihi dari yang telah
diperhitungkan. Dalam ilmu sosial terdapat dua
keputusan yang hampir sama. Jika kita
mengharapkan nilai alternatif kebijakan,
pertama kita memilih indeks yang valid,
berhubungan dengan kriteria valuatif kota
untuk ,mengukur nilai hasil kebijakan. Analisis
ini mungkin lebih untung dan berhasil
dibanding kebijakan yang di buat dengan
bentuk lain.
2. Menguji dan memperbaiki model.
Jika kita menyebabkan yang berhubungan
dengan yang kita putuskan dan ketekunan
dengan memikirkan model, cara dan akhirnya
selalu digunakan clan testing kita banyak
menghabiskan waktu. Tingkat permulaan model
kita, khusus nya jika kita dibawah tekanan
waktu mungkin tergantung pada gambaran yang
kasar clan waktu yang tersedia. Untuk
pengembangan dari verifikasi model akhir yang
panjang, memandang kedepan dengan
penelitian kebijakan yang menyeluruh
59
khususnya yang relevan. Untuk analisa
kebijakan kita memerlukan bukan hanya
perbaikan model kita tetapi keputusan mereka
yang cukup untuk tujuan indra untuk melihat
apa yang mereka perlu perbaikan. Kita harus
“sensitif” mengetest hasil kita untuk merubah
model variabel atau parameter model kebijakan
yang berhubungan di dalam prakteknya yang
memerlukan pengetestan, bukan hanya kontrol
atau kondisi “laboraturium” diantara analisis
serta tindakan, dapat diambil untuk berbagai
tujuan, terus menerus melakukan perbaikan
fungsi organisasi atau memutuskan kembali
mengenai status organisasi itu sendiri.
Evaluasi penelitian dapat memudahkan
pengembangan seperti berbagai model serta
pengaruh yang luas. Cara penelitian sosial
khususnya yang berhubungan dengn cara
pengetestan dengan model kebijaksanaan yang
relevan. Jika kita dapat mengkhususkan
berbagai variabel itu mempermudah mahasiswa
dalam penyelesaian dan baik dalam
menghilangkan rasial system sekolah, kita lebih
baik memutuskan suatu kebijakan mengenai
system pendidikan. Konsekuensi yang di adopsi
mengenai suatu kebijakan walau bagaimanapun
tidak terbatas pada pengaruh yang cepat
60
terhadap perorangan yang secara langsung.
3. Diagram keputusan
Analisis kebijakan menggunakan berbagai model
keputusan yang telah disetujui untuk berbagai
pilihan mempunyai ciri tersendiri dalam
pendekatan penggunaan diagram untuk
membuat keputusan. Untuk tujuan inti, harus
melampirkan berbagai nilai hasil cabang sebelah
kanan, contoh-contoh yang kita berikan disini
sebagai asumsi kita yang simple dan diharapkan
membuat keputusan tentang populasi dari yang
digambarkan, komplikasi selanjutnya
,mencakup lebih dari satu langkah dalam
lingkaran suatu aksi dan observasi, dengan
berbagai fokus suatu keputusan yang serius.
Kita membuat suatu keputusan dan
mengobservasi berbagai hasil yang di percaya
dari suatu pilihan kita dan bagian yang tidak
diketahui atau variabel-variabel random kontrol
kita, hasil kita selanjutnya membuat suatu
keputusan lain. Dengan berbagai cabang yang
dimungkinkan dalam diagram. Langkah akhir
berbagai alternatif bisa lebih banyak dalam
berbagai cabang pilihan bentuk ini memerlukan
perhitungan yang lebih kompleks.
61
BAB VI
PASAR SEMPURNA, PASAR TIDAK
SEMPURNA DAN PERBAIKAN KEBIJAKAN
Bidang ekonomi telah berkontribusi dalam
meciptakan kumpulan teknik analitik dalam model
pasar, yang juga memiliki peran penting dalam analisis
kebijakan. Model-model ini memberikan dua fungsi yang
bermanfaat. Fungsi pertama yaitu salah satu
pemahaman deksripsi, dimana model ini mampu
menjelaskan hubungan sebab-akibat dan meningkatkan
kemampuan untuk memperkirakan hasil perubahan
dalam lingkungan kebijakan. Fungsi kedua yaitu fungsi
petunjuk. Mengikuti jejak Adam Smith mengenai
62
“invisible hand” (kekuasaan tak terlihat) dalam pasar,
para ekonomi telah mengidentifikasi sebuah kombinasi
khusus dalam kondisi pasar yang mampu menghasikan
hasil terbaik, yaitu yang memuaskan pelanggan. Ketika
semua kondisi ini terjadi secara simultan, terjadilah
sebuah kondisi yang disebut “pasar bebas”.
Bab ini menghadirkan bagan dasar dari model
pasar ekonomi. Dikarenakan keterbatasan tempat,
perluasan tidak bisa diberikan kepada tingkat struktur
pasar. Oleh karenanya, pasar bebas diberlakukan untuk
mengilustrasikan hubungan timbal balik antara peserta
pasar dan kekuatan pasar dan kita harus menguraikan
perannya dalam memuaskan pelanggan.
A. Permintaan dan Penawaran dan Memaksimalkan
Sumber Daya
Mahasiswa yang belajar Pengantar ekonomi
sudah tak asing lagi bahwa semua yang berkaitan
dengan ekonomi adalah tentang demand and supply
(permintaan dan penawaran). Meskipun secara
umum benar, banyak hal kompleks yang ada
didalamnya.
Jika kita membayangkan permintaan adalah
sebuah pasar barang konsumen, kita mengobservasi
minat seorang individual, keluarga dan masyarakat
secara khusus dalam barang atau jasa. Dalam
mewujudkan hasratnya, para pelanggan harus
63
mengetahui sumber daya yang mereka miliki dan
apakah barang tersebut membahagiakan. Mereka
pun harus menyadari biaya yang harus dikeluarkan
untuk itu. Kurva permintaan tradisional
menunjukkan seberapa besar keinginan pembeli
untuk membeli suatu barang dipengaruhi oleh
perubahan hanya dalam satu pengaruh, yaitu harga
produk tersebut. Pada setiap harga yang mungkin
(diasumsikan konstan terlepas dari jumlah yang
dibeli), kurva permintaan menunjukkan jumlah unik
dari barang yang ingin dibeli oleh pembeli. Basis
yang mendasari permintaan dan penawaran
menunjukkan kepentingan yang bertentangan dari
kedua belah pihak dalam hal harga, dengan
permintaan lebih memilih harga yang lebih rendah
dan pemasok dengan harga yang lebih tinggi.
B. Kondisi untuk Pasar Bebas
Hingga saat ini sangat sedikit yang telah
dikatakan tentang kondisi yang harus ada dalam
solusi pasar bebas. Salah satu yang paling umum
dalam kondisi ini menentukan bahwa pembeli dan
penjual harus sangat banyak di setiap pasar
sehingga tidak ada satu pun dari mereka yang dapat
memberikan pengaruh yang cukup besar pada harga
yang dihasilkan.
Persyaratan daya saing ini berarti bahwa
64
setiap pelaku pasar hanya akan merespons situasi
harga, daripada secara individual menentukan
harga-harga itu. Akibatnya, sinyal harga menjadi
refleksi akurat dari preferensi peserta. Agar sistem
pasar bebas dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi dan preferensi yang berubah, para peserta
tidak hanya dibatasi memiliki pangsa pasar yang
kecil tetapi juga dapat memasuki atau meninggalkan
pasar secara bebas. Kondisi kunci lainnya
menyangkut jenis informasi yang harus dimiliki oleh
penuntut dan pemasok. Jika informasi itu tidak
memadai, keputusan yang dihasilkan tidak akan
benar-benar mencerminkan kepentingan peserta.
C. Pengaruh dan Ajakan
Asumsi paling besar dalam model pasar
bebas adalah transaksi akan menjadi bebas, tanpa
adanya pengaruh atau paksaan. Pembeli dan penjual
melakukan transaksi secara sukarela sehingga
memungkinkan melakukan itu dengan situasi yang
lebih diminati. Sangat jelas bahwa akan ada
ketidaksetaraan setelah transaksi, namun sebuah
transaksi yang ideal tidak akan menyengsarakan.
Hingga pada kondisi ini, hukum yang legal akan hak
milik akan dianjurkan.
D. Kesalahan atau Kekurangan Informasi
65
Sebuah system pasar bersandar pada dasar
hukum yang sah. Hukum yang mengatur transaksi
ada untuk mengatur penipuan maupun paksaan.
Transaksi membetuk sebuah kesepakatan antara
dua pihak. Jika barang yang diberikan berbeda dari
yang dijanjikan, diperbolehkan untuk mengajukan
upaya hukum. Ketidak cukupan informasi akan
membentuk kondisi dimana penjual dan pembeli
akan berusaha untuk mencari kebenaran atas
pihaknya dalam persetujuan. Salah satu fungsi dari
system yang legal adalah untuk menjaga konidisi
sesuai dengan perjanjian yang mana yang akan
diikuti.
E. Kurangnya Persaingan
Meskipun barang terjual dengan kondisi
transaksi yang sukarela dan informasi akurat, model
pasar bebas mungkin saja gagal dikarenakan
kurangnya persaingan. Kondisi ini muncul ketika
jumlah penjual atau pembeli kurang sehingga akan
berperngaruh pula pada pemasukan. Dalam kasus
produsen, ini berarti keputusan untuk mengubah
hasil produksinya akan mempengaruhi harga yang
bisa ia peroleh. Kekuatan yang ia miliki dalam pasar
mengindikasikan bahwa dia tidak hanya merespon
harga pasar namun lebih ke mempermainkan harga.
Dengan “kuasa” atas monopoli harga yang bukan
66
hanya tinggi tetapi juga gagal dalam memberikan
harga yang akurat atas barang tersebut. Hal ini
menunjukkan kegagalan koordinasi system harga
yang seharusnya mempertimbangkan produsen dan
konsumen.
F. Efek Eksternal pada Pasar
Meskipun ketika dorongan produsen dan
pembeli yakin untuk bertransaksi di pasar bebas,
kegiatan yang dilakukan bisa saja memiliki
konsekuensi yang tak mempengaruhi harga dan
transaksi. Seperti konsekuensi yang beristilah “efek
eksternal” disebabkan mereka menyertakan orang-
orang yang tidak berpartisipasi dalam keputusan
pasar sehingga mengalami efek eksternal pada
mekanisme transaksaksi sukarela. Hal-hal diluar
pasar ini bisa negative atau positif. Jika seorang
produsen atau pelanggan menciptakan penglihatan,
pendengaran, bau, atau kondisi air yang akan
menurunkan kesejahteraan produsen atau
pelanggan lain tanpa pengganti yang sesuai untuk
efek yang ditimbulkan, hal eksternal negative atau
biaya tak terduga dari luar akan muncul. Masalah
dengan biaya eksternal adalah bahwa produsen
tidak akan menyesuaikan tingkat produksinya dan
pilihan inputnya untuk memperhitungkan biaya-
biaya ini. Dia tidak akan menjadi kalkulator yang
67
efektif untuk kontribusinya sendiri pada biaya dan
manfaat sosial.
G. Barang Kolektif: Jenis Eksternalitas
Kita selanjutnya mempertimbangkan kategori
luas ketidaksempurnaan pasar yang tumpang tindih
sebagian dengan kasus penurunan biaya dan
manfaat eksternal. Istilah "barang kolektif" yang
mengacu pada kategori ini, dapat didefinisikan
sebagai barang yang dikonsumsi secara kolektif,
bukan secara terpisah, oleh dua atau lebih
konsumen yang konsumsinya tidak dapat
dipisahkan dengan mudah. Kita akan
mendefinisikan barang kolektif bukan sebagai
mengidentifikasi kasus baru kegagalan pasar tetapi
lebih pada membedakan kasus sebelumnya dan
menguraikan kasus kombinasi.
Barang-barang pribadi dicirikan oleh
persaingan yang dimaksudkan bahwa satu orang
dapat menikmati manfaat kemeja, sejumlah sumber
daya atau input yang produktif harus habis sehingga
tidak dapat digunakan untuk memuaskan preferensi
kemeja orang lain. Oleh karena itu dua peminat
kemeja adalah saingan untuk sumber daya
produktif, dan dua set input akan diperlukan untuk
memenuhi kedua permintaan. Dalam hal barang
kolektif seperti pertahanan nasional, sumber daya
68
perlu menyediakan perlindungan seharga satu kapal
selam, satu orang secara bersamaan dapat
memberikan perlindungan bagi individu lain.
Konsumen pertahanan nasional bukan saingan dari
input pertahanan nasional, berbagi daripada
bersaing untuk sumber daya.
H. Barang Kolektif: Jenis Biaya-Berkurang
Mari kita mengalihkan perhatian kita ke
contoh situasi penurunan biaya, sekali lagi berfokus
pada kasus-kasus ekstrim atau kutub. Mengingat
bahwa dalam situasi penurunan biaya, biaya tetap
dari produksi mendominasi biaya variabel, kita
dapat beralih ke kasus ekstrim di mana tidak ada
biaya variabel sama sekali (biaya marjinal adalah
nol). Pertimbangkan kasus jembatan di mana unit
output yang relevan adalah jumlah penyeberangan.
Jika tidak ada keausan pada jembatan dari
perlintasan kendaraan atau pejalan kaki, maka kita
dapat mengatakan bahwa biaya marjinal
penyeberangan adalah nol dan bahwa biaya rata-
rata per persimpangan menurun secara terus-
menerus ketika output naik. Anggap saja keadilan
bahwa tidak ada masalah kemacetan di jembatan.
Dalam situasi jembatan yang baru saja
dijelaskan, tampak jelas bahwa penyeberangan
jembatan tidak saling bertentangan. Setiap
69
penyeberangan tidak membebankan biaya sumber
daya pada otoritas jembatan dan karenanya tidak
menghalangi atau mencegah penyeberangan lebih
lanjut.
I. Barang yang Menggabungkan Fitur Pribadi dan
Kolektif
Sejauh ini kita hanya mempertimbangkan
sepenuhnya kasus bukan pesaing dari berbagai jenis
barang kolektif berdasarkan eksternalitas dan
penurunan biaya. Namun banyak situasi dunia
nyata lebih realistis dianggap sebagai campuran
karakteristik pribadi dan kolektif. Mari kita mulai
analisis kita tentang peralihan kasus seperti itu
dengan diskusi tentang pendidikan. Manfaat
langsung dari kegembiraan belajar dan nilai jangka
panjang dari potensi penghasilan yang meningkat
tersedia bagi siswa. Dalam menggunakan sumber
belajar, siswa biasanya bersaing dengan orang lain,
karena keberadaannya di kelas cenderung mencegah
orang lain berada di tempat yang sama atau
mengurangi kesempatan orang lain untuk
berpartisipasi. (Namun, kita harus mencatat bahwa
teknologi telah agak mengaburkan perbedaan yang
rapi untuk pendidikan oleh ceramah televisi dapat
sangat mengurangi karakteristik persaingan).
70
J. Masalah Dinamis
Teorema yang mendasari diskusi kita tentang
kegagalan pasar sejauh ini menyangkut
perbandingan berbagai situasi keseimbangan. Ini
mewujudkan asumsi "statika komparatif," yang
dengannya kita mengabaikan proses transisi dari
satu kesetimbangan ke yang lain. Namun, transaksi
ini menimbulkan kenaikan atau penurunan
kesejahteraan dan tidak dapat diabaikan dalam
perbandingan kebijakan kita.
Kita telah mencatat kesulitan bagi pekerja
terkait relokasi dan biaya yang terkait dengan pasar
kerja. Biaya semacam itu termasuk jumlah
pengangguran friksional, yang dihasilkan dari
perpindahan industri dari satu area ke area lain
atau sumber daya dari satu industri ke industri
lainnya. Biaya kesejahteraan dari gesekan transisi
semacam itu mungkin sedemikian rupa sehingga
pemerintah harus mengatasinya, seperti melalui
asuransi pengangguran, pelatihan kerja, atau
pembayaran pemerintah kepada industri untuk
mengalihkan lini produk ketika barang impor
mengambil alih pasar sebelumnya.
K. Kriteria Etnis Lain
Di luar kriteria kepuasan preferensi dan
optimalitas Pareto adalah yang lain yang biasanya
71
digunakan dalam pilihan kebijakan - dan memang,
yang penting jika kita ingin membuat pilihan
kebijakan yang sering di mana kita tidak acuh untuk
mentransfer uang atau sumber daya dari satu orang
ke orang lain.
"Keadilan horisontal" atau diperlakukan
sama, adalah titik masuk bagi norma-norma
masyarakat yang mendefinisikan kategori di mana
orang dipandang sama. Jadi, jika kita ingin
meningkatkan efisiensi produktif, kita mungkin
mempertimbangkan sistem perpajakan selektif yang
akan memotivasi orang yang paling sensitif terhadap
bujukan pajak yang lebih rendah. Tetapi sistem
seperti itu akan dianggap tidak adil jika ia
menghukum orang yang sudah berproduksi secara
efisien, tanpa perlu bujukan. Penghakiman atas
ketidakadilan ini menimbulkan aspek keadilan
horizontal.
“Ekuitas vertical,” perlakuan tidak setara atas
ketidaksetaraan, termasuk kemungkinan
pembenaran atas transfer pendapatan dari kaya ke
miskin, yang telah menjadi perhatian yang
meningkat di masyarakat industri. Sampai batas
tertentu ini dapat dibenarkan (atau dijelaskan)
sebagai tindakan kolektif untuk menghasilkan tidak
hanya manfaat bagi orang miskin tetapi juga barang
kolektif untuk pembayar pajak dalam bentuk
72
stabilitas sosial, tenaga kerja yang lebih kompeten,
dan kota-kota yang kurang terlihat.
L. Langkah Pemerintah untuk Memperbaiki Pasar
Bebas
Jika kita mengamati contoh kegagalan pasar
dan menyimpulkan bahwa tindakan kolektif harus
dibenarkan, kita masih harus bertanya apa bentuk
tindakan yang harus diambil dan apakah itu
mungkin mengarah pada improvisasi dalam situasi
tersebut. Bentuk utama tindakan kolektif adalah
tindakan pemerintah, tetapi tindakan kolektif pribadi
juga merupakan alternatif.
Pertimbangan utama ketika kita
membandingkan tindakan pemerintah dengan
tindakan swasta untuk memperbaiki kekurangan
pasar adalah efektivitas relatif keduanya. Tindakan
pribadi cenderung kurang efisien karena lebih
banyak orang terlibat dan biaya transaksi lebih
besar. Tindakan pemerintah, bagaimanapun,
biasanya melibatkan pengenaan keinginan satu
kelompok pada yang lain.
Tindakan pemerintah tidak hanya melibatkan
perbaikan substantif untuk kekurangan di pasar
tetapi juga "pemeliharaan pemerintah itu sendiri."
Pemeliharaan semacam itu termasuk retribusi pajak,
pemeliharaan kerangka hukum, pembayaran pejabat
73
publik dan dukungan dari proses pengambilan
keputusan, seperti pemilihan umum dan sesi
legislatif.
M. Rangkuman
Bab ini berfokus pada pasar, baik yang
berfungsi baik maupun tidak. Kriteria dasar yang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja pasar adalah
efisiensi, sebagaimana didefinisikan dalam kaitannya
dengan kepuasan preferensi warga negara.
Garis besar mendasar dan cara kerja sistem
pasar bebas dijelaskan sehingga hubungan antara
aktivitasnya dan preferensi peserta dapat dipahami
dengan jelas. Preferensi mereka terungkap ketika
orang berpartisipasi dalam peran konsumen dan
produsen. Kecenderungan equalibrum dari pasar
diuraikan sehingga dampak yang dimiliki peserta
pasar terhadap satu sama lain ketika pasar
berusaha untuk melakukan fungsi alokasi sumber
dayanya dapat dipahami. Dampak ini termasuk efek
pada distribusi daya beli di antara para peserta.
Bagian utama bab ini dikhususkan untuk
kondisi yang mencegah pasar dari mencapai efisiensi
optimal Pareto. Kondisi-kondisi ini adalah: kekuatan
dan persuasi, informasi yang salah atau tidak
memadai, kurangnya persaingan, efek eksternal, dan
barang kolektif, yang mencakup berbagai kombinasi
74
sifat monopoli dan eksternalitas. Kami membahas
cara di mana setiap kondisi mengurangi tujuan
efisiensi, dan kami menganalisis langkah-langkah
perbaikan alternatif.
Akhirnya, kami mempertimbangkan aspek
perilaku dinamis, atau transisi, dari ekonomi pasar
dan kriteria etis lainnya yang tidak tercermin dalam
optimalitas Pareto.
75
BAB VII
KELAYAKAN POLITIK: PENGESAHAN DAN
IMPLEMENTASI
A. Kelayakan dan Peran Sosial dari Seorang Analis
Interaksi antar seorang analis dengan mereka
yang membuat dan mengimplementasikan kebijakan
adalah sebuah proses yang akan menjadi langkah
pertama bagi seorang analis. Dalam mendefiniskan
sebuah masalah, perumusan kriteria, alternative
pilihan dan model serta kumpulan dan interpretasi
data, seorang analis mungkin meningkatkannya
dengan baik diantara orang yang ia konsultasi, dia
juga mampu menilai siapa yang bisa memberikan
76
pengaruh dalam membantu ataupun menghalangi
usulannya.
Anda tentu saja dapat menjadi bagian dari
sebuah organisasi di mana Anda bertanggung jawab
untuk menilai keinginan kebijakan alternatif dan
untuk menilai kelayakan kebijakan. Tetapi bahkan
dalam situasi ini, beberapa perhatian terhadap
kelayakan dapat bermanfaat.
B. Pemberlakuan dan Implementasi
Sebuah kebijakan yang diinginkan akan
memberikan pengaruh bergantung pada secara
resmi kebijakan itu diberlakukan kemudian
dilaksanakan atau diimplementasikan. Masing-
masing dari kedua aspek ini menghadirkan masalah
yang tidak bisa diabaikan.
Kita dapat mengatakan bahwa suatu
kebijakan telah diberlakukan ketika telah disetujui
pada titik pilihan otoritatif yang diperlukan. Untuk
hukum negara, poin-poin ini mungkin termasuk
persetujuan oleh komite legislatif, perjalanan oleh
dua majelis legislatif, dan tanda tangan oleh
gubernur. Untuk peraturan administrasi dalam
suatu organisasi, hanya persetujuan presiden atau
kepala administrasi yang diperlukan. Jika pilihan
kebijakan melibatkan perubahan dalam hukum, ini
mungkin terjadi melalui perubahan presiden dalam
77
keputusan pengadilan.
Hanya berlakunya kebijakan tidak
memastikan bahwa itu akan diberlakukan.
Pemberlakuan sesuai dengan otorisasi umum awal
di atas kertas atau program. Implementasi kebijakan
ini terdiri dari semua langkah lebih lanjut untuk
ketentuan kebijakan yang akan diberlakukan.
Beberapa langkah-langkah ini dapat berupa
pernyataan tertulis tambahan dari atasan kepada
bawahan untuk perincian melaksanakan bagian-
bagian tertentu dari kebijakan. Kemudian, ketika
aktivitas yang ditentukan dalam kebijakan telah
dilakukan, dapat kita katakan bahwa kebijakan
tersebut telah dilaksanakan.
C. Sistem Keputusan Kolektif
Ketika Anda sebagai seorang warga mencari
pemberlakuan kebijakan, Anda akan terlibat dalam
system keputusan dari komunita politik. Untuk
menilai kelayakan berlakunya suatu kebijakan,
Anda harus membentuk gambaran dari sistem di
mana proses ini terjadi.
Sistem politik akan beragam dari mufakat
atau konflik, mulai dari komunitas yang menyetujui
nilai-nilai yang relevan untuk masalah hingga sistem
negara-negara yang berkonflik tentang kepentingan
vital mereka. Dalam kasus yang konfliknya sangat
78
ekstrim sebuah keputusan yang akan diraih tidak
bisa dikatakan kolektif atau bersumber dari yang
berwenang sebanyak hasil transaksi yang diterima
oleh setiap anggota karena keinginan sendiri atau
hasil dari sebuah pengaruh.
1. Organisasi
Komunitas tempat Anda mencari pemberlakuan
biasanya akan mencakup organisasi dan juga
individu. Organisasi-organisasi ini, swasta atau
publik, terlibat sebagai bagian dari keputusan
kolektif. Tetapi untuk berlakunya, Anda dianggap
tidak beroperasi sepenuhnya dalam organisasi
birokrasi. Aspek sentral dari penilaian kelayakan
pemberlakuan Anda adalah penilaian Anda
mengenai bagaimana orang-orang dalam
organisasi akan bertindak.
2. Koalisi
Kita kemudian dapat menganggap organisasi,
dengan tujuan khususnya, sebagai analog dengan
building blocks atau bidak catur yang darinya
kombinasi dapat dibentuk dalam pencarian untuk
kelayakan pemberlakuan. Kombinasi ini, atau
koalisi, melibatkan kewajiban timbal balik yang
diasumsikan selama masa berlakunya atau lebih
lama. Koalisi dapat mencari mayoritas yang
dibutuhkan untuk diberlakukan atau kadang-
kadang konsensus yang lebih besar yang akan
79
mempengaruhi kelayakan atau kapasitas mereka
untuk bertindak bersama nanti.
D. Masalah dalam Pelaksanaan
Meskipun pemberlakuan dan implementasi
berlangsung dalam lingkungan organisasi yang
serupa, penerapannya melibatkan birokrasi publik
dan patut mendapat perhatian khusus dalam hal ini.
Banyak organisasi harus melakukan bagian
mereka agar suatu kebijakan diberlakukan.
Terkadang organisasi-organisasi ini saling tumpang
tindih. Yang penting adalah bahwa setiap organisasi
harus menyetujui sebelum kebijakan dapat
dilakukan. Masing-masing memiliki hak veto yang
efektif, seperti halnya setiap pejabat harus sering
"menandatangani," atau memberikan
persetujuannya, agar kebijakan nasional disetujui
oleh eksekutif.
Ini juga menunjukkan bahwa keputusan
walikota untuk memberlakukan kebijakan tersebut
bisa jadi hanya simbolis; dia sepertinya
menginginkan publisitas daripada kebijakan itu
sendiri. Di sini, seperti banyak contoh lainnya,
pemberlakuan dan implementasi memerlukan
komitmen berkelanjutan oleh para pemimpin jika
keduanya ingin terlaksana. Gangguan keterlibatan
walikota dapat menggagalkan implementasi
80
kebijakan. Salah satu cara menantisipasi hal ini
adalah dengan mengawasi orang yang akan memiliki
wewenang dalam pemberlakuan, agar melihat ke
depan untuk menghindari membimbing penerapan
kebijakan ke dalam organisasi yang lesu,
mengkhawatirkan, atau menentang.
E. Pengaturan Agenda
Terlepas ketika anda mencari pemberlakuan
atau implementasi sebuah kebijakan, anda akan
menghadapi tugas untuk medapatkan kebijakan
anda dalam agenda orang-orang yang akan
melaksanakannya. Hal ini berarti bukan hanya
mempengaruhi sebuah definisi kebijakan publik
situasi masalah, tapi juga kepada prioritas tertentu
dari legislator, pemerintah eksekutif, dan
administrasi. (Pengadilan juga memiliki kantong dan
prioritas. Keputusan mereka dapat membuat
kebijakan lebih lanjut, menghentikan implementasi
mereka, atau memberikan kompensasi kepada
orang-orang yang telah dirugikan oleh mereka.)
Anda harus menyadari peluang Anda untuk
mempengaruhi sistem keputusan terutama untuk
memilih di antara beberapa kemungkinan. Anda
dapat mencoba memengaruhi definisi publik tentang
situasi masalah. Namun, sebuah proposal dapat
didukung secara luas meski tidak secara resmi
81
sebelum pengambil keputusan bertindak.
Sebaliknya, hal itu bisa saja muncul di hadapan
pembuat keputusan meskipun Anda tidak dikenal
luas oleh publik. Dengan demikian, Anda harus
peduli dengan jalur yang dengan melaluinya
tindakan dapat terjadi. Ada kemungkinan bahwa ada
beberapa jalur tindakan alternatif, dalam hal ini
Anda harus memilih yang mana atau yang paling
tepat untuk diambil.
F. Pengaruh Tidak Langsung
Telah dikatakan sebelumnya bahwa jika
kamu ingin mempengaruhi sebuah kebijakan, kamu
mungkin akan lebih baik jika melakukannya melalui
perantara daripada secara langsung kepada orang
yang memberi kebijakan. Kamu mungkin bisa
mempengaruhi seorang perantara, yang nantinya
akan mempengaruhi ia yang akan membuat
kebijakan. Sebuah pengaruh seperti ini biasa dalam
politik. Kita harus bisa menilai kapan hal ini bisa
digunakan dengan tepat. Namun, dalam analisis
terakhir, ketika Anda mempertimbangkan untuk
menggunakan pengaruh tidak langsung, Anda harus
mempertimbangkan tidak hanya apakah Anda dapat
melakukannya tetapi apakah Anda harus
melakukannya. Sehingga hal ini berkaitan dengan
"kelayakan pribadi".
82
G. Kelayakan Pribadi
Aspek sentral di mana etika pribadi menjadi
perhatian Anda sebagai analis kebijakan adalah
pilihan orang-orang yang bekerja dengan Anda,
komunitas, kelompok, atau karyawan. Jika
pekerjaan Anda efektif, dan jika Anda ingin mencari
nafkah sebagai seorang analis (daripada hanya
mengevaluasi kebijakan sebagai warga negara), Anda
biasanya harus mendapatkan persetujuan dari
orang dan organisasi lain untuk melakukan analisis
Anda. Perjanjian Anda dengan mereka biasanya
menentukan tujuan penyelidikan dan saran dan
menyediakan akses ke data yang diperlukan.
Beberapa analisis kebijakan dapat dilakukan tanpa
komitmen semacam ini, tetapi banyak analisis yang
mengharuskannya. Analisis dan kelayakan politik
dapat mengambil manfaat dari sumber daya yang
Anda peroleh dengan keanggotaan grup dan peran
kepemimpinan.
Karena itu, kita tidak dapat mengabaikan
kondisi kelayakan pribadi. Pengorbanan dan upaya
yang diperlukan untuk mencapai beberapa
kebijakan tidak dapat diharapkan dari semua orang.
Seorang politisi yang lebih tua tidak dapat
diharapkan untuk mengumpulkan sumber daya fisik
83
pribadi untuk sebuah perjuangan daripada yang
lebih muda. Seseorang atau kelompok yang rela
berkorban dan mengembangkan upaya demi cita-
cita mungkin semakin dekat untuk mencapainya
daripada orang atau kelompok lain yang memiliki
sumber daya serupa.
H. Ilmu Sosial dan Model Kelayakan
Karena kita mengaitkan analisis kebijakan
dengan kontribusi ilmu-ilmu sosial, kita harus
mengajukan pertanyaan khusus apakah model-
model kelayakan ilmiah ini mungkin dan, jika
demikian, sampai sejauh mana. Kelayakan tidak
dapat dinyatakan sebagai probabilitas objektif
selama itu tergantung pada tindakan kita sendiri
dan tindakan mereka yang kita bujuk. Inilah
sebabnya mengapa kita tidak dapat mencapai
tingkat objektivitas yang sama dalam menilai
kelayakan seperti pada model sebab dan akibat
lainnya.
Karena analis yang berupaya menerapkan
kebijakan biasanya berinteraksi dengan mereka yang
memutuskan dan yang terkena efeknya, analisis
mereka tentang kondisi kelayakan tidak dapat
terlepas dari ilmu alam murni. Mereka harus
berharap untuk berkonsultasi, membaca, menerima
kontra-proposal, dikritik sehubungan dengan fakta
84
dan nilai-nilai yang mereka kembangkan, dan
menjadi objek aksi politik. Apa pun kesulitan yang
kita saksikan dalam pembentukan model mengenai
konsekuensi kebijakan, kesulitan merumuskan
kondisi kelayakan jauh lebih besar. Memang, kita
mungkin merasa gagal untuk mengekspresikannya
dalam hukum dan formula sains karena keterlibatan
kita sendiri dan perlunya memperlakukan sesama
peserta seperti memperlakukan diri kita sendiri.
I. Rangkuman
Bagian penting dari analisis kebijakan adalah
penilaian Anda dan pengaruhnya terhadap
kelayakan politik - kemungkinan kebijakan yang
Anda pilih akan dilaksanakan. Peluang Anda untuk
memengaruhi kemungkinan ini tergantung pada
peran sosial yang Anda tempati. Kelayakan
tergantung pada peningkatan kebijakan, atau
dipilihnya otoritas, dan implementasinya,
diberlakukan. Masing-masing aspek kelayakan itu
sendiri dapat melibatkan banyak tahapan atau
pilihan.
Untuk menilai kelayakan berlakunya suatu
kebijakan, Anda harus memahami sistem keputusan
di mana Anda ingin memberlakukannya. Sebagai
warga negara Anda biasanya terlibat dalam
komunitas politik yang membuat keputusan kolektif
85
yang melibatkan kombinasi kelompok. Komunitas
semacam itu memasukkan organisasi sebagai
elemen utama. Organisasi-organisasi ini terdiri dari
dua jenis: birokrasi dan asosiasi sukarela. Anda
dapat memulai kelayakan penilaian Anda dengan
menilai tujuan tertentu organisasi dan orang-orang
di dalamnya. Hal ini terkait dengan misi dan sumber
daya organisasi, wali, dan konstituensi. Dalam
upaya meningkatkan kelayakan diberlakukannya
suatu kebijakan, Anda dapat mencoba mendorong
koalisi antar organisasi.
Implementasi kebijakan yang telah
diberlakukan membutuhkan antisipasi masalah
implementasi saat Anda sedang mencari
pemberlakuan. Kebijakan harus dirujuk ke
organisasi yang tepat, atau jenis organisasi baru
yang tepat harus dibuat. Saat organisasi
melaksanakan kebijakan, hasilnya harus dipantau.
Untuk meningkatkan kelayakan
pemberlakuan dan implementasi, Anda harus
bertindak untuk menempatkan kebijakan tersebut
pada agenda satu atau lebih pengambil keputusan.
Ini berarti mendorong para pembuat keputusan
untuk memberikan pertimbangan serius dan
prioritas tinggi serta menafsirkan kebijakan sesuai
keinginan Anda. Sebagai warga negara, Anda
biasanya akan mendekati pembuat keputusan dari
86
luar organisasi mereka, sering kali terkait dengan
konstituensi pemilihan atau konstituensi pejabat
terpilih yang memengaruhi mereka.
Pengaruh yang Anda berikan kadang-kadang
bisa bersifat tidak langsung, yaitu, dilakukan
terhadap orang lain sebagai perantara dan
berdasarkan imbalan atau ancaman yang tidak
secara langsung terkait dengan kebijakan tersebut.
Anda mungkin dapat mendorong orang lain ini
untuk mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan
tentang kebijakan tersebut. Contoh pengaruh tidak
langsung sering kali menyangkut tindakan
organisasi besar dengan kontrol atas pekerjaan dan
pasar organisasi lain, tetapi Anda dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan pengaruh
semacam ini.
Dalam mencari pengaruh, Anda mungkin
harus membuat dan mematuhi kewajiban.
Kewajiban ini dapat menciptakan masalah etika
yang harus Anda evaluasi. Masalah etika semacam
itu adalah bagian dari masalah kelayakan pribadi
yang lebih besar, yang melibatkan kesediaan Anda
untuk mengorbankan kesejahteraan pribadi Anda
demi kesejahteraan umum.
Kelayakan tidak mudah dinilai oleh model
ilmiah yang ketat karena kita terlibat erat dengan
warga negara lain yang tindakannya memengaruhi
87
itu. Keterlibatan ini membuatnya sulit untuk
mengambil peran yang terpisah dari pengamat
ilmiah.
Jika kita berhasil dalam
mengimplementasikan suatu program, kemudian
analisis nilai-nilai program akan mengambil bentuk
yang berbeda.
88
BAB VIII
SIKLUS ANALISIS KEBIJAKSANAAN
Rangkaian langkah-langkah yang di singgung
diatas sering kali di ulang jika suatu kebijakan ingin
diberlakukan. Setelah kebijakan itu mencapai bentuk
tertentu/suatu program sehingga program, atau
eksperimen, kita dapat mempertimbangkan pilihan-
pilihan kebijakan kita sesuai dengan informasi yang
diperoleh oleh operasinya. Siklus yang kedua ini dalam
analisis kebijakan agaknya dibutuhkan agar kita
mendesain implementasi kebijakan awal yang akan
diberlakukan untuk memproses data mengenai sejauh
mana efektifitas kebijakan tersebut.
89
Analisis dalam siklus yang kedua ini dapat menjadi
lebih khusus karna pembentukan kebijakan itu sendiri
dilakukan dalam suatu proses khusus. Pengembangan
kebijakan-kebijakan baru yang berhubungan dengan
program-program yang sudah ada, secara khusus
melibatkan evaluasi terhadap program-program dan
evaluasi ini merupakan suatu tipe khusus dalam analisis
kebijakan. Sebab, keputusan mengevaluasi suatu
program, khusus menjadi suatu bagian penting dan
pembatasan masalah.
Apabila membahas atau menulis tentang kebijakan
publik pemikiran biasanya langsung tertuju pada
pengambil keputusan,para pemimpin, ilmuan, birokrasi,
dan sebagainya. Dan mempertimbangkan tindakan-
tindakan serta peranan-peranan yang dimainkanya,
penulis beranggapan bahwa fakta ini meceritakan suatu
yang signifikan tentang keadaan demokrasi dalam hal ini
barangkali tidak salah bila seseorang dalam politik
demokrasi memikirkan bahwa warga merupakan actor
utama dalam penentuan kebijaksanaan public.
Dalam analisis kebijaksanaan untuk keputusa-
keputusan public,Macrae dan Wilde menenkankan suatu
peranan penting yang sesungguhnya dimainkan para
warga dan mereka pentingnya diberikan pendidikan
kepada warga tersebut mengansumsi tanggung jawab
tersebut. Dalam hal ini mereka merumuskan dasar-
dasar etis bagi semua keputusan kebijakan publik dan
90
mendorong mahasiswa sebagai warga negara untuk
terlibat didalamnya.
Setelah mempelajari buku yang dilaporkan dalam
laporan ini,dapat dikatakan bahwa lapangan suatu
analisa kebijakan memiliki suatu “affinitas alamiah”
sesuai dengan dasar-dasar etis interdisipliner. Hal ini
dibutuhkan agar para pratisinya dapat merumuskan
dengan baik apakah itu tujuan-tujuannya sendiri
maupun hubungannya dengan kekhususan mereka pada
tanggungjawab politis demokrasi. Rentang panjang nilai-
nilai etika yang mendasarinya dapat dicapai melalui
pendidikan para warga ,khususnya para mahasiswa yang
bertanggungjawab sebagai warga dapat memperluas
pandangannya yang relatif pada pikiran-pikiran
pekerjaan,s aluran-saluran karier dan sebagainya.
Pandangan-pandangan tersebut erat kaitannya
dengan tradisi kewarganegaraan demokratis klasik
misalnya : sebagaimana ditegaskan oleh john dewey
dalam “The public and its problem” inilah yang terutama
yang diangkat oleh Macrae dan Wilde dalam buku yang
dilaporkan ini. Kebutuhan yang esensial, dengan kata
lain, merupakan pembaharuan metode dan kondisi-
kondisi diskusi perdebatan dan persuasi. Sebenarnya
inilah yang menjadi masalah publik. Sebagaimana yang
telah kita singgung bagian sebelumnya, usaha-usaha
perbaikan ini sangat tergantung pada pembahasan dan
91
penyempurnaan proses-proses penyelidikan dan
kesimpulan-kesimpulannya. Dalam masyarakat modern,
terciptanya suatu situasi sadar, aktif, dan publik dewasa
secara polis, tetap merupakan tantangan yang signifikan.
Atas dasar ini analisis kebijakan untuk keputusan-
keputusan publik perlu ditanamkan pada setiap
masyarakat.
Komponen-komponen analisis kebijakan yang
diuraikan diatas,dalam prakteknya saling berkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya. Kriteria
alternative-alternatif dan model-model saling
berhubungan saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya dalam konteks ini,definisi-definisi
masalah dalam analisis kelayakan keputusan public
atau kebijakan-kebijakan secara politik.
Pandangan Macrae dan Wilde mengenai analisis
kebijakan untuk keputusan-keputusan publik, demikian
juga dengan proses-proses yang dilakukan
sesungguhnya dapat dipandang sebagai suatu system.
Sebagai system, dengan sendirinya ada komponen-
komponen dan prosedur yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan. Mengenai hal ini, Bernard H Rudwich
menegaskan analisis system untuk perencanaan yang
efektif.
Apanila dianalisis lebih jauh, pada dasarnya
perencanaan yang efektif tersebut tidak terbatas pada
administrasi publk, diyakini dapat berlaku dalam setiap
92
bidang kehidupan bermasyarakat. Perencanaan yang
efektif ini, sangat baik apabila diterapkan dalam bidang
pendidikan yaitu perencanaan pendidikan. Hal ini
sangan dibutuhkan mengingat bahwa pendidikan
memainkan peranan penting untuk memajukan
masyarakat.
Keputusan-keputusan pendidikan hendaknya
dicapai melalui penentuan kebijakan-kebijakan yang
berorientasi pada keputusan-keputusan publik. Dengan
demikian dapat diharapkan penyelenggara-
penyelenggara pendidikan sesuai dengan harapan-
harapan masyarakat. Berdasarkan uraian-uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa analisis kebijakan yang
terbaik penggunaan pikiran dan bukti-bukti rasional
untuk memilih kebijakan yang terbaik dan sejumlah
alternatf yang tersedia. Kelayakan politik suatu
kebijakan adalah sejauh mana kemungkinan kebijakan
yang bersangkutan dapat direalisasikam dalam praktek
nyata. Dalam hal ini, kebijakan publik adalah kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah sebab menyangkut
kepentingan setiap individu dalam masyarakat.
Beberapa kriteria yang sering digunakan dalam
analisis kebijakan adalah yang menyangkut suatu
prinsip yang sesuai dengan tindakan-tindakan dengan
konsekuensi-komsekuensi yang diketahui dapat
dianggap lebih baik atau lebih buruk. Selain itu kriteria
evaluasi dalam analisis kebijakan adalah yang
93
menyangkut tindakan-tindakan dengan karakteristik-
karakteristik yang diketahui yang dinggap benar dan
diketahui.
Dalam setiap analisis kebijakan selalu dimulai
dengan pernyataan yang jelas mengenai masalah yang
akan di analysis, masalah ini sering kali di definisikan
terlebih dahulu sebelum analisis itu dilakukan.
Walaupun cara itu tidak mutlak namun dalam
mempertimbangkan definisi-definisi lainnya dapat
dilakukan perbaikan analisis dan dapat diantisipasi
beberapa masalah kelayakan politik yang diperoleh dan
pandangan-pandangan orang lain yang berbeda terhadap
masalah-masalah tersebut. Definisi masalah ini
mendasari tindakan berikutnya dalam analisis
kebijakan, penentuan kriteria untuk pilihan, penentuan
alternatif, model, dan keputusan-keputusan melakukan
koreksi kebijakan, melakukan penilaian kelayakan
politis, dan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
prosedur-prosedur analisis kebijakan ini.
94
BAB IX
PENUTUP
A. Bidang- Bidang Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik adalah seperangkat
prinsip yang berurusan dengan masalah publik,
besar ataupun kecil, masalah-masalah besar layak
dianalisis secara besar, tetapi masalah-masalah kecil
masih dapat mengambil manfaat dari studi
sistematis yang lebih kecil.
Prinsip-prinsip tersebut sangat berharga
untuk masyarakat, walaupun masih sering
digunakan oleh staf pembantu pejabat publik atau
pemimpin kelompok yang akan mempengaruhi
95
kebijakan publik. kami mengharapkan analisis
kebijakan publik oleh warganegara menjadi
karakteistik dengan bimbingan simtem etik, sebuah
interest publik atau kesejahteraan umum yang
dipilih warganegara.
Aspek lain dari analisis kebijakan publik
dapat digunakan dengan memperkerjakan siapa
yang menetapkan tujuan mereka oleh orang lain
atau oleh pemrakarsa/pendukung tertentu yang
kurang inklusif daripada kepentingan umum, seperti
perusahaan atau industri pencari untung; sebuah
grup pencari penghasilan, sekuriti, atau power; atau
sebuah kelas sosial yang mencari untung dengan
mengorbankan kelas-kelas lainnya.
Sebagai warga negara, suatu saat telah
memilih tujuan-tujuan, kemudian dapat mengasses
situasi masalah, mere-definisi analisis masalah,
menggunakan model sebab akibat untuk
memperkirakan efek dari kebijakan yang bervariasi
pada tujuan merencanakan suatu tindakan yang
dapat meningkatkan kelayakan dan
diimplementasikannya tujuan kebijakan. Masing-
masing langkah ini nampak kompleks bagi pemula,
maka kami berharap pada point ini anda
menemukannya lebih familiar. Kami
memperkenalkan beberapa istilah teknis, serta
beberapa teknis sistematis untuk analisis.
96
Kebijakan publik mencakup bidang yang
luas, dari mulai masalah pertahanan, ekonomi,
kesempatan kerja sampai dengan masalah
pendidikan, keadaan ini akan makin menuntut
pemerintah/pembuat kebijakan untuk cermat dan
berhati hati dalam menentukan kebijakan.
Kecermatan itu sudah barang tentu mesti dimulai
dari menentukan masalah yang perlu dipecahkan
melalui serangkaian tindakan, oleh karena itu
penentuan masalah yang tepat serta perumusannya
merupakan langkah penting yang perlu
diperhatikan, mengingat kekeliruan dalam langkah
ini akan berakibat pada kelirunya pemecahan
masalah yang diambil.
Selain luasnya cakupan kebijakan, orientasi
analis kebijakan juga bervariasi sesuai dengan
tujuan serta klien yang menjadi konsern dalam
analisis kebijakan yang dilakukan, sebagaimana
dikemukakan Ian Gordon, Janet Lewis, dan Ken
Young dalam tulisannya Perspectives on Policy
Analysis (1993), berkaitan dengan pemahaman
tentang berbagai perspektif dalam analisis
kebijakan.
B. Terminologi Analisis Kerbijakan
Beberapa terminologi diperkenalkan sebagai
derivat dari disiplin akademis dan profesional yang
97
menggunakan pendekatan bersama dan mere-
organisasi analisa kebijakan publik. Analisis
kebijakan dalam buku ini, masing-masing bab nya
dapat dikembangkan dengan berbagai subjek atau
berbagai studi penelitian. Redefinisi dari masalah,
membutuhkan keterampilan sebagai antisipasi
proses analisa. Formula tentang sistem nilai menarik
kembali pada pertanyaan perenial dari etika dan
kembali lagi pada filosofi politik sesuai dengan dasar
“agreement dan disagreement” dalam komunitas
politik.
Pilihan terhadap model-model membimbing
kita kepada semua aplikasi ilmu-ilmu alam dan llmu
sosial. Profesi teknologi dan kesehatan saat
dihadapkan pada pilihan kebijakan utama (Mayor
Policy), mengalami over laping dengan kebijakan
yang lebih besar sehingga perlu adanya analisis
kebijakan. statistika dan teori kebijaka dapat
dipelajari lebih lanjut.
Masalah utama yang paling sulit dari
“assesing dan promotion” yang rasional membawa
kita untuk melihat elemen umum dalam
pertentangan politik umum, sebagaimana
kontroversi-kontroversi dan pemilihan keputusan
pada kelompok yang lebih kecil. Dengan demikian
anda harus mempelajari sudut pandang spiritual
publik dari suatu pengambilan keputusan.
98
Duncan MacRae, penulis buku ini tidak
membuat final–judgment mengingat sudut pandang
spiritual warganegara. Duncan mencoba
mempersiapkan bagaimana menghadapi resiko
politik inherent pada analisis kebijakan. Pada bab 6
dan 7 penulis memberi iliustrasi dengan contoh-
contoh yang simpel. Penulis percaya bahwa
mengajar keterampilan politik, dalam arti power
(kekuasaan) tanpa pilihan utama dari kebijakan
yang benar, hanya akan menyelesaikan hal-hal yang
kecil. Penulis mempersilakan kita untuk
mengeksplorasi setiap aspek dari kebijakan politik
sebagaimana kita kehendaki.
C. Analisis Kebijakan Publik dari berbagai sumber
Memahami dan melaksanakan suatu analisis
kebijakan, terlebih dahulu perlu diperoleh
pemahaman yang jelas tentang makna analisis
kebijakan. Suatu konsep atau istilah bisa
mempunyai makna yang bermacam-macam sesuai
sudut pandang masing-masing. Dalam hubungan ini
pendefinisian istilah atau konsep menjadi penting
guna memudahkan pemahaman akan suatu
masalah atau topik yang sedang/akan dibahas,
meskipun pemaknaan antara para pakar
menunjukkan formulasi yang bervariasi. Berikut ini
akan dikemukakan pengertian berkaitan dengan
99
analisis kebijakan dari sudut pandang Duncan
MacRae, dibandingkan dengan pandangan penulis
dalam sumber yang berbeda. Pengertian analisis
kebijakan dengan formulasi yang bervariasi,
menurut para ahli.
1. Policy analisys is the use of reason and evidence
to choose the best policy among a number of
alternatives (Duncan MacRae. 1985:4)
2. Policy analisys will be defined as the disciplined
application of intellect to public problems (Leslie
A. Pal. 1992:16)
3. Policy analisys…. The study of what government
do, why and with what effect (Sandra Taylor, et
al 1997:35)
4. It (policy analisys) concerned with what
government do, why they do it, and what
difference it make….it is also about political
science and the ability of this academic
discipline to describe, analyse, and explain
public policy (Thomas R. Dye. 1987:2)
5. Policy analisys is a process of multidisciplinary
inquiry designed to create, critically assess, and
communicate information that is useful in
under-standing and improving policies (William
N. Dunn. 2004:2).
Definisi Duncan MacRae menekankan pada
100
instrument pemilihan kebijakan yaitu penalaran dan
bukti-bukti, definisi Leslie A Pal juga menekankan
pada instrument pemahaman kebijakan yakni
aplikasi penalaran. Definisi Sandra Taylor
menekankan pada objek/substansi kebijakan
beserta alas an dn akibatnya definisi Thomas R. Dye
disamping menekankan substansi, alasan dan
akibatnya juga pada kapasitas disiplin akademik
dalam mengkaji kebijakan. Sementara itu William N.
Dunn menekankan pada proses inkuiri dalam
mencermati atau mengkaji guna memperoleh
pemahaman dan memperbaiki kebijakan. Pengertian
analisis kebijakan sebagai mana diungkapkan di
atas menunjukan perbedaan dalam perumusannya,
namun bila dicermati terdapat benang merah
terutama secara implicit, dimana analisis kebijakan
adalah penghadapan subjek/analis kebijakan atas
kebijakan public baik sebatas memahami, mengkaji,
menganalisis, maupun memperbaiki suatu
kebijakan.
Pengertian analisis kebijakan sebagai mana
diungkapkan di atas menunjukkan perbedaan dalam
perumusannya, namun bila dicermati terdapat
benang merah terutama secara implisit, dimana
analisis kebijakan adalah penghadapan
subjek/analis kebijakan atas kebijakan publik baik
sebatas memahami, mengkaji, menganalisis,
101
maupun memperbaiki suatu kebijakan. Oleh karena
itu analisis kebijakan dalam berbagai bidang
kehidupan termasuk bidang pendidikan menjadi
suatu yang amat penting dalam era demokrasi.
Artinya pemerintah tidak dibiarkan melaksanakan
tindakan tertentu yang mempengaruhi masyarakat
tanpa dipelajari dan dikaji substansi, alasan dan
akibatnya bagi masyarakat, disamping penting juga
bagi pembuat kebijakan guna memperbaiki, atau
mempertahankan kebijakan demi kemaslahatan
masyarakat banyak.
Perbedaan dalam perspektif ini jelas akan
menghasilkan output analisis yang berbeda, dan
perbedaan ini akan dapat bermanfaat bagi kajian
lebih lanjut serta sebagai bahan untuk melakukan
meta analisis yang bisa memberikan kontribusi
penting bagi perkembangan akademik dibidang
analisis kebijakan maupun untuk menjadi dasar
penentuan kebijakan bagi policy maker. Pengkajian
análisis kebijakan publik, tidak semata dijabarkan
hanya oleh Duncan McRea, juga dari beberapa
sumber, antara lain : “Public Policy Analysis : An
Integrated Aprooach, Sixth edition” karangan William
N. Dunn (2018), Handbook of Public Policy Analysis :
Theory, Polotics, and Methods” oleh Frank Fisher,
Gerald J. Miller dan Mara S. Sidney (2007), sebagai
sumber pembanding.
102
Konsep análisis kebijakan publik dapat
dijelaskan dengan berbagai cara, teknik, dan metode
serta tujuan penulisannya, namun memiliki maksud
dan tujuan yang sama, seperti berikut ini.
3. Duncan McRae dalam “Policy Analysis for
Public Decisions”
a. Analisis kebijakan focus pada hubungan
alami dengan wacana/ pembelajaran
etika antar-disiplin dalam mendefinisikan
secara cerdas tujuan dan hubungan
spesialisasi dengan tanggungjawab politik
demokratis, masalah pekerjaan, jalur
karir, dan konstituensi pekerjaan sekolah
pascasarjana yang diterapkan. [P. 291].
Pandangan ini diperkuat John Dewey
dalam The Public and the Problem Problem
(Nit 'w York: Holt, 1927). Tanggung jawab
warga dalam "Komunitas Hebat" sangat
menuntut, karena mereka membutuhkan
perhatian dan tindakan pada hal-hal
yang ditekankan oleh MacRae dan Wilde.
b. Kebutuhan esensial adalah peningkatan
metode dan kondisi debat, diskusi, dan
persuasi tergantung pada membebaskan
dan menyempurnakan proses penyelidikan
dan penyebarluasan kesimpulan.
c. Isi buku Dunncan adalah analisis kebijakan
103
publik. Tujuannya adalah menyatukan
topik-topik yang sekarang dibahas dalam
pengajaran disiplin dan profesi dan untuk
menunjukkan bahwa topik-topiktersebut
menjadi satu dalam kerangka kerja baru
terfokus pada pendidikan siswa (mahasiswa)
dan perubahan struktural bertahap di
perguruan tinggi dan universitas. Bidang
analisis kebijakan adalah pengembangan
terbaru dalam pengajaran.
d. Analisis kebijakan merupakan bidang yang
harus didefinisikan oleh logika internalnya
sendiri. Karena alasan ini, kursus dan materi
yang dikembangkan untuk disiplin ilmu yang
ada tidak cocok secara optimal untuk
pengajaran dalam analisis kebijakan.
e. Bab-bab buku ini secara kasar sesuai
dengan subbidang analisis kebijakan yang
sekarang diajarkan secara terpisah,
sebagian besar, di setiap perguruan tinggi
atau departemen universitas. Definisi
masalah (bab 2) dibahas dalam sosiologi,
ilmu politik, dan sejarah. Kriteria etis umum
untuk pilihan (Bab 3) dibahas dalam filsafat
dan ekonomi serta dalam teori politik. Model
yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi kebijakan dengan efeknya
104
(bab 4 dan 5) diperlakukan dalam semua
ilmu alam dan sosial. Model semacam itu
mungkin dalam keputusan di antara
kebijakan alternatif. Keputusan sendiri
diperlakukan istilah eneral dalam statistik,
jika teori keputusan ditekankan, serta
dalam penelitian opera, analisis sistem, dan
rekayasa sistem. Aplikasi kelayakan politik
6) diperlakukan dalam ilmu politik,
sosiologi, antropologi, dan pelayanan publik;
"kelayakan pribadi" dapat ditangani dalam
kursus etika dan agama. Fitur siklus
evaluasi program (bab 7) diajarkan di
sekolah profesional dan juga dalam ilmu
sosial terapan: Dalam program sarjana
dalam analisis kebijakan, kursus "inti" yang
lebih khusus dapat dikembangkan tentang
topik yang ditunjukkan oleh bab kami.
f. Analisis Kebijakan untuk Keputusan Publik
dapat diartikan dalam beberapa cara.
Dengan analogi dengan frasa Lincoln,
kebijakan pemerintah dapat melibatkan
pemerintah dan publik (masyarakat), publik
(masyarakat), dan public (masyarakat). Arti
pertama adalah yang paling umum karena
semua kebijakan pemerintah memengaruhi
public. Kedua akan menjadi perhatian
105
khusus dari buku ini karena kami
memperhatikan pemerintah oleh publik atau
oleh warga negara yang mengetahui
kebijakan. Makna ketiga juga sangat penting
karena kami peduli dengan kebijakan
pemerintah yang ditujukan untuk memberi
manfaat bagi publik, yaitu memajukan
kepentingan publik atau kesejahteraan
umum
4. William N. Dunn dalam “Public Policy
Analysis : An Iegrated Aproach”
a. Tujuan William N. Dunn menulis beberapa
edisi buku ini adalah untuk menghasilkan
sintesis kritis dari lapangan, sementara
pada saat yang sama menawarkan siswa,
instruktur, dan praktisi pengetahuan dan
keterampilan yang berlaku untuk dunia
nyata
b. Sejak publikasi edisi pertama Analisis
Kebijakan Publik lebih dari tiga puluh lima
tahun yang lalu, Willian N. Dunn menjadi
semakin yakin bahwa metodologi analisis
kebijakan bertumpu atau harus bertumpu
pada fondasi epistemologis yang berbeda
dari disiplin ilmu yang menyusun analisis
kebijakan. Untuk alasan ini, William N.
106
Dunn terus mendefinisikan analisis
kebijakan sebagai disiplin ilmu sosial
terapan yang menggunakan berbagai
metode pertanyaan untuk memecahkan
masalah praktis, yiatu bahwa metodologi
analisis kebijakan tidak dapat direduksi
menjadi teori dan rutinitas analitis ekonomi
mikro, karena solusi untuk masalah praktis
menuntut lebih dari analisis pilihan
rasional, utilitas yang diharapkan, dan
biaya peluang dan juga tidak dapat
direduksi menjadi studi politik, karena
solusi untuk masalah praktis memerlukan
lebih dari analisis kekuasaan, aturan, dan
otoritas atau siapa yang mendapatkan apa,
kapan, dan bagaimana.
c. Dalam edisi ke-6 ini, William N. Dunn
mencoba menggunakan gaya penulisan
yang disederhanakan, pilih case
berdasarkan praktik analitik dunia nyata,
dan membuat tampilan visual yang
membuat rumit ide bisa dimengerti,
termasuk isu-isu dalam kebijakan luar
negeri dan keamanan internasional serta
masalah-masalah domestik keadilan
lingkungan, ekonomi perkotaan,
transportasi, kesehatan, dan keselamatan
107
lalu lintas.
5. Frank Fisher, dkk. Dalam “Handbook of
Public Policy Analysis : Theory, Politics, and
Method”.
a. Studi kebijakan publik, termasuk metode
analisis kebijakan, telah menjadi salah satu
bidang yang paling cepat berkembang dalam
ilmu sosial selama beberapa dekade
terakhir.
b. Analisis kebijakan muncul untuk keduanya
lebih memahami proses pembuatan
kebijakan dan untuk melengkapi para
pembuat kebijakan dengan pengetahuan
terkait kebijakan yang dapat diandalkan
tentang masalah ekonomi dan sosial yang
mendesak, didukung definisi Dunn (1981,
35), yaitu analisis kebijakan sebagai
"disiplin ilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode penyelidikan
dan argumen untuk menghasilkan dan
mengubah informasi yang relevan dengan
kebijakan yang dapat digunakan dalam
situasi politik untuk menyelesaikan
masalah kebijakan."
c. Beberapa sarjana hanya memahami
kebijakan sebagai apa pun yang pemerintah
108
pilih untuk lakukan atau tidak lakukan.
Yang lain telah menguraikan definisi yang
berfokus pada karakteristik spesifik
kebijakan publik. Lowi dan Ginsburg (1996,
607), misalnya, mendefinisikan kebijakan
publik sebagai “niat resmi yang dinyatakan
didukung oleh sanksi, yang bisa berupa
hadiah atau hukuman.” Sebagai tindakan
(atau tidak bertindak), kebijakan publik
dapat mengambil bentuk "hukum,
peraturan, undang-undang, dekrit,
peraturan atau perintah."
d. Fokus kebijakan biasanya dikaitkan dengan
tulisan Harold Lasswell, yang dianggap
sebagai pendiri ilmu kebijakan, yaitu
membayangkan sebuah perusahaan
multidisiplin mampu memandu proses
keputusan politik masyarakat industri
pasca-Perang Dunia II (Torgerson, bab 2),
yang menyerukan studi tentang peran
"pengetahuan dalam dan dari proses
kebijakan."
e. Proyek ini merujuk pada disiplin ilmu
sosial-ilmiah yang menyeluruh yang
diarahkan untuk menyesuaikan praktik-
praktik demokratis dengan realitas
masyarakat teknologi-industri yang baru
109
muncul. Dirancang untuk memotong
berbagai spesialisasi, bidang itu termasuk
kontribusi dari ilmu politik, sosiologi,
antropologi, psikologi, statistik dan
matematika, dan bahkan ilmu fisika dan
alam di beberapa kasus. Itu untuk
menggunakan metode kuantitatif dan
kualitatif.
f. Berbeda dengan perspektif metodologis
multidisiplin, bidang ini telah dibentuk oleh
kerangka kerja metodologis yang lebih
terbatas yang berasal dari teori-teori
pengetahuan neopositivist / empiris yang
mendominasi ilmu-ilmu sosial saat itu.
Penekanannya pada analisis kuantitatif
yang ketat, pemisahan obyektif dari fakta
dan nilai-nilai, dan pencarian untuk
temuan yang dapat digeneralisasikan yang
validitasnya akan terlepas dari konteks
sosial tertentu dari mana mereka diambil,
yaitu, kerangka kerja terbatas menjadi ilmu
kebijakan yang akan dapat
mengembangkan aturan yang dapat
digeneralisasikan yang berlaku untuk
berbagai masalah dan konteks.
g. Buku ini Buku ini dibagi menjadi sepuluh
bagian. Bagian I, "Perspektif Historis,"
110
membahas asal-usul dasar dan evolusi
medan. Yang pertama dari tiga bab dalam
bagian ini oleh Peter deLeon dan
DanielleVogenbeck, Berdasarkan
pertimbangan ini, mereka menawarkan
saran untuk pengembangan di masa depan
di lapangan.
h. Douglas Torgerson berfokus lebih spesifik
pada kontribusi pendiri lapangan, Harold
Lasswell. Dia membuat sketsa dalam
beberapa detail perspektif multidisiplin
Lasswell, konsepnya tentang "ilmu
kebijakan demokrasi, ”dan kebutuhan
untuk memperhatikan peran konteks sosial
dan politik baik dalam analisis masalah
kebijakan maupun penerapan tujuan
kebijakan di dunia aksi. Peter Wagner
menyimpulkan bagian I dengan melangkah
lebih jauh ke belakang untuk memeriksa
perkembangan perspektif kebijakan dalam
hal evolusi negara modern dan
kebutuhannya akan pengetahuan
kebijakan. yang menawarkan survei
pengembangan lapangan keberhasilan dan
kegagalannya dan menekankan isu-isu
politis dan metodologis yang membentuk
evolusinya, khususnya orientasi
111
masalahnya, perspektif multidisiplin, dan
sifat normatif penelitiannya.
112
DAFTAR PUSTAKA
Duncan Jr. MacRae and Wilde A. James (1979). Policy
Analysis For Public Decision, London : University
Press Of America.
Anonim, 2001. Trade-Off Analysis. Department of
Agricultural Economicsand Econoics Montana State
University. Laboratory of Soil Science and Geology
Wageningen University. International Potato
Center. International Potato Center and
International Fertilizer Development Center.
Badjuri, Abdulkahar. & Teguh Yuwono. 2002. Kebijakan
Publik Konsep dan Strategi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Brown, K., Tompkins, E, & W.N. Adger. 2001. Trade-Off
Analysis for Participatory Coastal Zone Decision
Making. UEA Norwich : ODG DEA. Csserge.
Crissman, C. C. J. M. Antle. & S. M. Capalbo. 1998.
Economic, Environmental, and Health Trade-offs in
Agriculture : Pesticides and the Sustainability of
Andean Potato Production. Boston
Dunn Willian N., (2018 )“Public Policy Analysis : An
Iegrated Aproach Sixfth edition, New York :
Routledge.
Fischer Frank., Miller J Gerald dan Sidney S. Mara,
(2007). Handbook of Public Policy Analysis :
113
Theory, Politics, and Method”. New York : CRC
Press, Taylor& Francis Group.
Hermanides. & P. Nijkkamp. 1997. Multicriteria
Evaluation of Sustainable Agricultural Land Use. A
Case Study of Lesvos. Research Memorandum
1997-5. Amsterdam: Vrije Universiteit.
Hinloopen, E., P. Nijkkamp. & P Rietveld. 1982.
Qualitative Discrete Multiple Criteria. Choice
Models in Regional Planning. Research
Memorandum 1982-23. Amsterdam:Vrije
Universiteit.
Weimer, David L. & Aidan R Vining. 1998. Policy
Analysis, Concept, and Practice. New Jersey:
Practice Hall, Upper Saddle River. Yeo, S.H. & Ang,
W.M. 2001. Trade- Off Analysis Between Business
and Environnmental Strategies. International
Journal Environmental Technology and
management Vol. I, No. ½.
114
Tentang Penulis
PROFIL SINGKAT PENULIS 1
Arman Maulana, S.Sy., M.M. dilahirkan di Bandung, Lahir pada tahun 1991. Pendidikan dasar yang ditempuhnya lulus pada tahun 2009. Gelar sarjana (S,Sy) bidang Hukum Ekonomi Syariah diperolehnya di STAI Sabili Bandung lulus pada Tahun tahun 2016. Gelar Magister Manajemen (M.M.) bidang ilmu Manajemen diperolehnya di STIE Ekuitas Bandung pada tahun 2019.
Di sela sela kesibukan dalam pekerjaan Struktural nya, sejak tahun 2018 sampai sekarang menjadi sembari mengajar sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Bina Muda Bandung. Matakuliah yang pernah dibinanya melainkan di Bidang Ekonomi dan Manajemen.
Arman Maulana, S.Sy., M.M. Lulus S1 dari Jurusan Hukum Ekonomi Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Sabili Bandung (2016), gelar Magister Manajemen bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (2019), dan sedang melanjutkan Program Pascasarjana Doktor di Universitas Islam Nusantara Bandung.
115
PROFIL SINGKAT PENULIS 2
Siti Rosmayati, SST., M.M. dilahirkan di Cimahi, Lahir pada tahun 1991. Pendidikan dasar yang ditempuhnya lulus pada tahun 2009. Gelar sarjana (SST) bidang ilmu Kesejahteraan Sosial diperolehnya di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung 2013. Gelar Magister Manajemen (M.M.) bidang ilmu Manajemen diperolehnya di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung.
Pengalaman mengajar sebagai Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Bina Muda Bandung (2017), Matakuliah yang pernah dibinanya di Bidang Ekonomi dan Manajemen. Lulus S1 dari Bidang Sosial Jurusan Kesejahteraan Sosial di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung, gelar Magister Manajemen bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (2017), dan sedang melanjutkan Program Pascasarjana Doktor di Universitas Islam Nusantara Bandung.