Transcript
Page 1: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian

pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang

penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya

sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk

hidup secara optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin

menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber

pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan

tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang

dibuang ke udara bebas.

Diperkirakan pencemaran udara dan kebisingan akibat kegiatan

industri dan kendaraan bermotor akan meningkat 2 kali pada tahun 2000

dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020. Hasil studi yang

dilakukan oleh Ditjen PPM & PL, tahun 1999 pada pusat keramaian di 3

kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang

menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3,

kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana

angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara.

Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO

diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap

rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat memajan

dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.

Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur

rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian

ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam kendaraan sedan

maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari

kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin

dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan

1

Page 2: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar

CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya.

Karena CO merupakan penyumbang pencemaran udara terbesar

dibandingkan dengan polutan lain, oleh sebab itu kelompok kami memilih

tema “Pencemaran Udara oleh Karbon Monoksida (CO)” sebagai materi

pembahasan mata kuliah Kimia Lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana dampak dari pencemaran udara oleh logam CO bagi

kesehatan?

Bagaimana cara penanggulangan pencemaran udara oleh CO?

Bagaimana cara pencegahan pencemaran udara oleh CO?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menginformasikan

tentang dampak pencemaran udara oleh CO bagi kesehatan, cara

penanggulangan serta pencegahan pencemaran udara oleh CO.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan dalam makalah ini adalah dengan studi pustaka

dan diskusi dalam kelompok.

1.5 Sistematika penulisan

Makalah ini mencakup tiga bab dengan masing-masing subpokok

bahasan yang terdiri atas:

2

Page 3: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

BAB II

PENCEMARAN UDARA

AKIBAT CARBON MONOKSIDA (CO)

Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok

di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting

dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga

dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara

optimal. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang

sangat memprihatinkan. Udara merupakan media lingkungan yang

merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian yang

serius, hal ini pula menjadi kebijakan Pembangunan Kesehatan Indonesia

2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah

satu dari sepuluh program unggulan.

Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dll

disamping memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan

dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan

kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar

ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan

terjadinya penularan penyakit.

Menurut Badan Lingkungan Hidup Dunia, United Nations

Environmental Program pada tahun 1992, Indonesia berada di urutan ketiga

3

Page 4: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

negara terpolusi di dunia setelah Mexico dan Bangkok (UNEP, 2007). Hal ini

menunjukkan bahwa kota – kota di Indonesia mengindikasikan pencemaran

udara yang cukup tinggi.

2.1PENCEMARAN UDARA

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih

substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang

dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu

estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya

unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat

mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada

kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas

lingkungan.

Tabel 1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

4

Page 5: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

Tabel 2. Perbandingan Tingkat Konsentrasi antara Udara Bersih

dan Udara Tercemar

2.1.2 Klasifikasi Pencemaran Udara

Menurut Warner (1981) pencemaran udara berdasarkan

sumbernya, dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Polutan primer, terbentuk langsung dari emisi yang terdiri dari

partikulat berukuran < 10 mikron (PM 10), Sulfur dioksida (SO2),

Nitrogen dioksida (NO2), Karbon monoksida (CO) dan Timbal.

b. Polutan sekunder, merupakan bentuk lanjut dari pencemar

primer yang telah mengalami reaksi kimia di lapisan atmosfer

yang lebih rendah. Yang termasuk kepada kategori pencemar

sekunder adalah ozon yang dikenal sebagai oksidan fotokimia,

garam sulfat, nitrat dan sebagainya.

5

Page 6: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

Sementara Peavy (1985) menyatkan bahwa bahan

pencemar udara dapat dibagi menjadi polutan alami, campuran

kimia, dan partikel. Sementara polutan partikel dapat digolongkan

sebagai partikulat seperti debu, asap dan gas (polutan gas organik

dan inorganik).

Dari pengelompokan tersebut, sumber-sumber emisi zat

pencemar udara secara diagramatis disajikan pada gambar berikut

ini:

Gambar 1. Klasifikasi Sumber Emisi

(Sumber : Colls, 2002)

2.1.3 Jenis-Jenis Bahan Pencemar

o Karbon monoksida (CO)

o Nitrogen dioksida (NO2)

o Sulfur Dioksida (SO2)

o CFC

o Karbon dioksida (CO2)

o Ozon (O3)

o Benda Partikulat (PM)

o Timah (Pb)

o HydroCarbon (HC)

6

Page 7: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

2.1.4 Penyebab Utama Pencemaran Udara

Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang

segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang terjadi adalah akibat

adanya kendaraan bermotor. Contoh : di Jakarta antara tahun

1993-1997 terjadi peningkatan jumlah kendaraan berupa :

Sepeda motor 207 %

Mobil penumpang 177 %

Mobil barang 176 %

Bus 138 %

2.1.5 Dampak Pencemaran Udara

o Penipisan Ozon

o Pemanasan Global ( Global Warming )

o Penyakit pernapasan, misalnya: jantung, paru-paru dan

tenggorokan

o Terganggunya fungsi reproduksi

o Stres dan penurunan tingkat produktivitas

o Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak

o Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak.

WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality

and Method of Measurement telah menetapkan beberapa tingkat

konsentrasi pencemaran udara dalam hubungan dengan akibatnya

terhadap kesehatan/lingkungan sebagai berikut:

a. Tingkat I : Konsentrasi dan waktu expose di mana tidak ditemui

akibat apa-apa, baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Tingkat II : Konsentrasi di mana mungkin dapat ditemui iritasi

pada panca indera, akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan,

pembatasan penglihatan dan akibat lain pada lingkungan

(adverse level).

7

Page 8: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

c. Tingkat III : Konsentrasi di mana mungkin timbul hambatan pada

fungsi-fungsi faali yang fital serta perubahan yang mungkin

dapat menimbulkan penyakit menahun atau pemendekan umur

(serious level).

d. Tingkat IV : Konsentrasi di mana mungkin terjadi penyakit akut

atau kematian pada golongan populasi yang peka (emergency

level).

Gambar 2. Pengaruh Pencemaran Udara Bagi Kesehatan

8

Page 9: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

2.1.6 Peraturan Pencemaran Udara di Indonesia

Dari segi ketentuan atau peraturan, peraturan di indonesia

tidak kalah dengan peraturan di amerika. Karena undang undang

ingkungan di indonesia sangat bagus. Bedanya pada aplikasi

peraturannya saja, negara maju lebih responsif daripada di

Indonesia.

Peraturan yang ada di Indonesia merupakan peraturan yang

berkiblat pada Eropa karena masa lalu Indonesia yang pernah

dijajah oleh Belanda. Sistem yang dianut oleh Indonesia adalah

sisil law, dimana hukum- hukumnya dibukukan ke dalam Undang –

Undang. Indonesia telah meratifikasi hukum yang ada. Meratifikasi

adalah memasukkan ketentuan asing, biasanya berupa konvensi

atau traktat (perjanjian). Caranya adalah dengan membuat UU

mengenai ratifikasi ketentuan – ketentuan tersebut. Peraturan yang

ada di Indonesia yang mengatur tentang pencemaran udara

diantaranya yaitu (Tamin, 2004) :

1 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

2 PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

3 KepMen KLH No.45/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran

Udara

4 Kep Kepala Bappedal No.107/1997 tentang Perhitungan dan

Pelaporan Informasi PSI

5 KepMen KLH No.KEP/MENLH/1995 tentang Emisi Sumber

Tidak Bergerak

6 Kep Kepala Bappedal No. 205/1997 tentang Pedoman Teknis

Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak

7 KepMen KLH No.129/2003 tentang Standar Emisi untuk

Kegiatan Minyak dan Gas

8 KepMen KLH No.35/93 tentang Standar Emisi untuk

Kendaraan Bermotor

9

Page 10: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

9 KepMen KLH No.141/2003 tentang Standar Emisi untuk Tipe

Baru dan Produksi Masa Kini Kendaraan Bermotor

10 KepMen KLH No.252/2004 tentang Keterbukaan Informasi baik

Sumber Tidak Bergerak dan Sumber Bergerak

11 KepMen KLH No. 50/96 tentang Standar Tingkat Kebauan

2.1.7 Pemantauan Kualitas Udara

Secara garis besar ada empat tujuan utama yaitu :

1. Untuk mengetahui tingkat pencemaran udara yang ada di

suatu daerah dengan mengacu pada ketentuan dan peraturan

mengenai kualitas udara yang berlaku dan baku.

2. Untuk menyediakan pengumpulan data (data base) yang

diperlukan dalam evaluasi pengaruh pencemaran dan

pertimbangan perencanaan, seperti pengembangan kota dan

tata guna lahan, perencanaan transportasi, evaluasi penerapan

strategi pengendalian pencemaran yang telah dilakukan,

validasi pengembangan model difusi dan dispersi pencemaran

udara.

3. Untuk mengamati kecenderungan tingkat pencemaran udara

yang ada di daerah pengendalian pencemaran udara tertentu.

4. Untuk mengaktifkan dan menentukan prosedur pengendalian

darurat untuk mencegah timbulnya episode pencemaran udara.

10

Page 11: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

Gambar 3. Alat dan Skema Kerja Pemantauan Kualitas Udara

2.2 CARBON MONOKSIDA

Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan

beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas

karbon monoksida antara lain:

Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa

karbon lainnya:

2 C + O 2 → 2 CO

Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses

industri yang terjadi dalam tanur:

CO2 + C → 2 CO

Penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi:

2 CO2 → 2 CO + O 2

Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke

atmosfer lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari

kegiatan manusia.

2.2.1 Sifat Fisika dan Kimia

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa

karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak

sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran

sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa yang tidak

berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal berbentuk gas

yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai

potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk

ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.

2.2.2 Sumber dan Distribusi

Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara

alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia,

Korban monoksida yang berasal dari alam termasuk dari lautan,

11

Page 12: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan

badai listrik alam.

Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor,

terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan

estimasi, Jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati

60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari

kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan

sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti

pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran

sampah domestik.

Didalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90%

dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor.

Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para

perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang

sedang dihisapnya.

Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku

dapur rumah tangga dan tungku pemanas ruang. Dalam beberapa

penelitian ditemukan kadar CO yang cukup tinggi didalam

kendaraan sedan maupun bus. Kadar CO diperkotaan cukup

bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang

menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar

maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi

dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga

dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya.

Pemajanan CO dari udara ambien dapat direfleksikan dalam

bentuk kadar karboksi-haemoglobin (HbCO) dalam darah yang

terbentuk dengan sangat pelahan karena butuh waktu 4-12 jam

untuk tercapainya keseimbangan antara kadar CO diudara dan

HbCO dalam darah. Oleh karena itu kadar CO didalam lingkungan,

cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam

pemajanan. Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam

pengukuran sepajang hari (moving 8 hour average concentration)

adalah lebih baik dibandingkan dari data CO yang dinyatakan

12

Page 13: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

dalam rata-rata dari 3 kali pengukuran pada periode waktu 8 jam

yang berbeda dalam sehari. Perhitungan tersebut akan lebih

mendekati gambaran dari respons tubuh manusia tyerhadap

keracunan CO dari udara.

Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang

(indoor) terutama berasal dari alat pemanas ruang yang

menggunakan bahan bakar fosil dan tungku masak. Kadar nya

akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut bekerja, tidak

memadai ventilasinya. Namun umunnya pemajanan yang berasal

dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar

CO hasil pemajanan asap rokok.

Beberapa Individu juga dapat terpajan oleh CO karena

lingkungan kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpajan

oleh CO termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja

bengkel mobil, petugas industri logam, industri bahan bakar

bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran. Pemajanan

Co dari lingkungan kerja seperti yang tersebut diatas perlu

mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan

bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan didalam

darah para pekerja bengkel tersebut bisa mengandung HbCO

sampai lima kali lebih tinggi dari kadar nomal. Para petugas yang

bekerja dijalan raya diketahui mengandung HbCO dengan kadar

4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari

bekarja. Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang

yang melampaui 1% walaupun studi yang dilakukan di 18 kota

besar di Amerika Utara menunjukan bahwa 45 % dari masyarakat

bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam darahnya

terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa

manusia sendiri dapat memproduksi CO akibat proses

metabolismenya yang normal. Produksi CO didalam tubuh sendiri

ini (endogenous) bisa sekitar 0,1+1% dari total HbCO dalam darah.

13

Page 14: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

Karbon monoksida dapat terjadi di berbagai lingkungan,

baik secara alamiah dan buatan (artifisial). Konsentrasi gas

karbon monoksida berikut dalam ppm dapat ditemui dari:

Tabel 3. Konsentrasi Gas Karbon Monoksida

KONSENTRASI TEMPAT/SUMBER

0,1 ppm Kadar alami di atmosfer

0,5 – 5 ppm Kadar rata-rata di rumah

5 – 15 ppm Kadar dekat kompor gas rumah

100 – 200 ppm Daerah pusat kota (Seperti Meksiko)

5.000 ppm Cerobong asap rumah dari

pembakaran kayu

7.000 ppm Gas knalpot mobil yang tidak

diencerkan

30.000 ppm Asap rokok yang tidak diencerkan

2.2.3 Dampak Terhadap Kesehatan

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah

kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel

darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini

menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang

200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2).

Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan

terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya

membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa

berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan

keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-

seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil

tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang

14

Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)Hemoglobin + CO –>  COHb (karboksihemoglobin)

Page 15: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi

darah periferal yang parah.

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih

dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO

sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan

menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida

(CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan

manusia yang satu dengan yang lainnya.

Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan

itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan

mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan

konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer

sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang

tinggi didalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam

darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah

barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang

merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama

(perokok berat) konsentrasi CO-Hb dalam darahnya sekitar 6,9%.

Hal inilah yang menyebabkan perokok berat mudah terkena

serangan jantung.

Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan

dengan 100 ppm terhadap tanaman hampir tidak ada, khususnya

pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara

mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka

kana mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri

bebas yang ada pada lingkungan terutama yang terdapat pada

akar tanaman.

Gas CO sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak

berbau, berat jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara

perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk

mencapai kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya karena

bereaksi dengan haemoglobin darah membentuk Carboxy

haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke

15

Page 16: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

sel- sel tubuh terhalangi, sehingga gejala keracunan sesak nafas

dan penderita pucat. Reaksi CO dapat menggantikan O2 dalam

haemoglobin dengan reaksi :

O2Hb + CO         –>            OHb + O2

Penurunan kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan,

fungsi sistem kontrol syaraf turun serta fungsi jantung dan paru-

paru menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Waktu

tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat

dioksidasi menjadi CO2 dalam atmosfer adalah HO dan HO2

radikal, atau oksigen dan ozon. Mikroorganisme tanah merupakan

bahan yang dapat menghilangkan CO dari atmosfer.

Dari penelitian diketahui bahwa udara yang mengandung

CO sebesar 120 ppm dapat dihilangkan selaIna 3 jam dengan cara

mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971), dengan

demikian mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO

dari lingkungan, sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur

penicillium dan Aspergillus.

Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status

kesehatan seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang

yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar

HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi

seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan

menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar

5–10%.

Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan

sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari

masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah

dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya

kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan

untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya

yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya

dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat

terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 16

Page 17: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan

kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3)

Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan

sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.

Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah

sukarelawan berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi

untuk melihat penyerapan oksigen maksimal) menunjukkan bahwa

kesadaran hilang pada kadar HbCO 50% dengan latihan yang

lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit.

Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung

meningkat cepat dan tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu

yang lebih panjang terhadap pekerja yang bekerja selama 4 jam

dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh yang serupa

terhadap denyut jantung, tetapi agak berbeda.

Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk

para bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara

HbCO dan menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun

kadar CO yang tinggi dapat menyebabkan perubahan tekanan

darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung menjadi

abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal,

tidak banyak didapatkan data tentang pengaruh pemajanan CO

kadar rendah terhadap sistim kardiovaskular.

Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan

peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa

CO kemungkinan mempunyai peran dalam memicu timbulnya

penyakit tersebut (perokok berat tidak jarang mengandung kadar

HbCO sampai 15 %). Namun tidak cukup bukti yang menyatakan

bahwa karbon monoksida menyebabkan penyakit jantung atau

paru-paru, tetapi jelas bahwa CO mampu untuk mengganggu

transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat serius

pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru.

Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat

penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan

17

Page 18: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

wilayah, sangat sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit

pada saat melakukan gerakan fisik, terlihat jelas akan timbul pada

pasien yang terpajan CO dengan kadar 60 mg/m3, yang

menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil

dan janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam

tubuh (endogenous) dengan kadar yang lebih tinggi, pajanan

tambahan dari luar dapat mengurangi fungsi oksigenasi jaringan

dan plasental, yang menyebabkan bayi dengan berat badan

rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita merokok

melahirkan bayi dengan berat badan lebih rendah dari normal.

Masih ada dua aspek lain dari pengaruh CO terhadap kesehatan

yang perlu dicatat. Pertama, tampaknya binatang percobaan dapat

beradaptasi terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir

dengan mudah pemajanan akut pada kadar tinggi, walaupun masih

memerlukan penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya

dengan CO di lingkungan kerja yang dapat menggangggu

pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan bahwa

paling sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon-halogen yaitu metilen

khlorida (dikhlorometan), dapat menyebabkan meningkatnya kadar

HbCO karena ada metobolisme di dalam tubuh setelah absorpsi

terjadi. Karena senyawa diatas termasuk kelompok pelarut

(Sollvent) yang banyak digunakan dalam industri untuk

menggantikan karbon tetrakhlorida yang beracun, maka keamanan

lingkungan kerja mereka perlu ditinjau lebih lanjut.

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi COHb di dalam darah

Terhadap Kesehatan Manusia

KONSENTRASI

CO DALAM

DARAH

GEJALA - GEJALA

Kurang dari 20% Tidak ada gejala

18

Page 19: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

20%

30%

30% – 40%

40% - 50%

60% - 70%

70% - 89%

Nafas menjadi sesak

Sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernafasan

sedikit meningkat

Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya

ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan

Kebingungan makin meningkat, setengah sadar

Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol faeces

dan urin

Koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian

karena kegagalan pernafasan

Tabel 4. Efek paparan Gas Karbon Monoksida

2.2.4 Gejala – gejala Keracunan Gas CO

Umumnya rute keterpajanan gas karbon monoksida adalah

melalui jalan pernapasan atau rute terhirup atau inhalasi

(inhalation route). Gas ini dikelompokkan sebagai bahan kimia

asfiksia (asphyxiate). Ia mengakibatkan racun dengan cara

meracuni homoglobin (Hb) darah. Hb berfungsi mengikat darah

dalam bentuk HbO. Setelah CO mengikat haemoglobin darah 19

Page 20: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

terbentuk ikatan: HbCO maka otomatis oksigen akan terusir.

Dengan mekanisme ini, tubuh mengalami kekurangan oksigen

dan gejala asfiksia atau kekurangan oksigen akan terjadi.

Sebab afinitas atau sifat pengikatan atau daya lengket

karbon monoksida ke haemoglobin darah dibandingkan dengan

oksigen jauh lebih besar sebanyak 200 – 3-000 kali lipat.

Dalam jumlah sedikit pun gas karbon monoksida jika

terhirup dalam waktu tertentu dapat menyebabkan gejala racun

terhadap tubuh.

Gejala akut – waktu singkat:

Gas karbon monoksida adalah gas beracun. Gejalanya

dapat terjadi perlahan-lahan, dan kerap terjadi secara mendadak

cepat. Ini bergantung dari konsetrasi paparan dan lama

paparan. Indikasinya bibir dan kuku-kuku jari jemari akan

berubah menjadi agak merah. Ini suatu tanda adanya paparan

yang melampaui batas yang bisa diterima. Juga bisa terlihat

seseorang yang terpapar mengalami gejala sakit kepala,

pernapasan jadi pendek dan dangkal, pusing, mendesah, indiges,

dan mual. Pada konsetrasi yang tinggi bisa saja terjadi pingsan

atau tidak sadarkan diri dan mungkin berakibat kematian.

Gejalanya juga bisa berupa penglihatan terganggu dan kehilangan

ingatan.

Gejala kronik – gejala jangka panjang:

Kajian klinis menunjukkan adanya hubungan antara

paparan gas karbon monoksida untuk pekerjaan tertentu

seperti petugas pemadam kebakaran, pekerja proyek/foundry dan

kejadian meingkatnya penyakit jantung. Gas karbon moniksida

adalah gas toksin reproduksi.

Kajian klinis secara inhalasi terhadap tikus (hamil)

menunjukkan dampak negatif. Melibatkan konsentrasi sekitar

20

Page 21: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

65ppm/24 jam maka akan menunjukkan gejala atau efek negatif

terhadap sistem reproduksi.

2.2.5 Pertolongan Pertama Keracunan

Bila terjadi keracunan gas karbon monoksida, maka untuk

pertolongan pertama adalah segera bawa korban ke tempat yang

jauh dari sumber karbon monoksida, longgarkan pakaian korban

supaya mudah bernafas. Pastikan korban masih bernafas dan

segera berikan oksigen murni. Korban harus istirahat dan

usahakan tenang. Meningkatnya gerakan otot menyebabkan

meningkatnya kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen

untuk otak dapat berkurang. Segera bawa ke rumah sakit terdekat.

2.2.6 Siapa yang beresiko keracunan karbon monoksida

Kasus kematian akibat kebakaran gedung atau bangunan

disebabkan karena keracunan CO, oleh karena itu petugas

pemadam kebakaran merupakan yang beresiko tinggi

mendapat keracunan CO

Pengecat yang menggunakan cat yang mengandung metilin

klorida, asapnya mudah diserap melalui paru-paru dan mudah

masuk ke peredaran darah, metilin klorida ditukar ke karbon

monokisida di hati.

Perokok adalah salah satu kelompok yang beresiko keracunan

CO karena asap tembakau merupakan salah satu sumber CO.

Bayi, anak-anak dan mereka yang mengalami masalah

kardiovaskuler lebih mudah beresiko keracunan karbon

monoksida, walaupun pada kepekatan yang rendah.

2.2.7 Pencegahan

2.2.7.1 Sumber Bergerak

1) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.

2) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara

berkala.

21

Page 22: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

3) Memasang filter pada knalpot.

2.2.7.2 Sumber Tidak Bergerak

1) Memasang scruber pada cerobong asap.

2) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan

pengujian secara berkala.

3) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara

dengan kadar CO rendah.

2.2.7.3 Manusia

Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku

mutu (10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu

pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak

kesehatan dilakukan upaya-upaya:

a) Menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker

gas.

b) Menutup/menghindari tempat – tempat yang diduga

mengandung CO seperti sumur tua , Goa , dll.

2.2.8 Penanggulangan

a) Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan

exhaust-fan.

b) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :

Berikan pengobatan atau pernafasan buatan

Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat

22

Page 23: Pencemaran Udara Kimia Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Colls, Jeremy. (2002). Air Pollution, Second Edition, Spon Press Tylor &

Francis Group, London.

Huboyo, Haryono S, M. Arief Budiharjo. 2008. Buku Ajar Pencemaran Udara.

Semarang: Universitas Diponegoro

InfoPOM Badan POM Volume 5 No. 1 Januari 2004, Keracunan Yang

Disebabkan Gas Karbon Monoksida, Jakarta, 2004.

Peavy, Howard S, Rowe, Donald R, Tchobanoglous, George, (1985),

Environmental Engineering, McGraw Hill Inc, Singapore

Sentra Informasi Keracunan Badan POM, Pedoman Penatalaksanaan

Keracunan Untuk Rumah Sakit, Karbon Monoksida, Jakarta, 2001.

Tamin, Ridwan D (2005), Assistant Deputy for Vehicles Emissions Pollution

Control, Policy And Regulation Of Air Pollution In Indonesia, paper

presented in Training of Trainer BASIC URBAN AIR QUALITY

MANAGEMENT CAI Net, September 19 – 23, 2005, Bandung

http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF

http://xa.yimg.com/kq/groups/9413146/259254791/name/

RacunGasKarbonMonoksida.pdf

http://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_monoksida

http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunKarMon.pdf

23


Top Related