Download - Penanaman Teh

Transcript
Page 1: Penanaman Teh

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN,

BATANG, JAWA TENGAH

Oleh DHIAN SARASWATI

A34104066

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: Penanaman Teh

RINGKASAN

DHIAN SARASWATI. Analisis Produkivitas Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS dan SUPIJATNO).

Produktivitas teh Indonesia saat ini masih tergolong rendah yaitu mencapai

sekitar 1 900 – 2 000 kg teh kering per hektar per tahun pada tahun 2007. Skala

tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara

penghasil teh lainnya, seperti Kenya yang mencapai 3 000 kg teh kering per

hektar per tahun. Bahkan pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai

1 478 kg teh kering per hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Hal inilah

yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia, sehingga

dibutuhkan analisis faktor yang mempengaruhi produktivitas.

Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai

aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Kegiatan magang ini

diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui

penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan membandingkan ilmu

yang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan.

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11

Februari 2008 sampai 10 Juni 2008. Kegiatan magang telah dilaksanakan di

Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja

sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan

pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan. Jenis data yang

digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui

pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan staf perusahaan.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan, seperti

produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian tempat,

curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir

(Januari 1998 sampai dengan Desember 2007).

Page 3: Penanaman Teh

Pengelolaan Kebun Pagilaran secara keseluruhan sudah cukup baik,

walaupun masih kurang optimal dalam beberapa hal. Seperti dalam pemeliharaan

kebun juga masih kurang intensif. Hal ini dilihat dalam pemberian pupuk yang

masih banyak terdapat kesalahan yang menyebabkan kurang efisien dan efektif

dalam pemberian pupuk. Selain itu kurangnya pelakanaan Standar Operasional

Prosedur (SOP) untuk setiap kepala bagian kebun.

Faktor yang mempengaruhi produktivitas teh adalah ketinggian tempat,

curah hujan, umur tanaman, asal bahan tanam, serta tenaga pemetik. Ketinggian

optimum untuk pertumbuhan tanaman teh adalah 800 – 1 200, selain itu tanaman

teh tidak membutuhkan curah hujan yang tinggi. Penggunaan bahan tanam stek

dapat meningkatkan produktivitas teh basah. Tanaman yang berumur tua masih

tetap dapat berproduksi dengan baik. Tenaga pemetik laki-laki menghasilkan

produktivitas yang lebih tinggi daripada tenaga perempuan, akan tetapi dalam

kualitas pekerja perempuan lebih tinggi daripada pekerja laki-laki. Selain faktor-

faktor tersebut pengelolaan kebun yang baik juga akan meningkatkan

produktivitas tanaman teh.

Page 4: Penanaman Teh

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH

(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN,

BATANG, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Dhian Saraswati

A34104066

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 5: Penanaman Teh

Judul : ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)

DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH

Nama : DHIAN SARASWATI

NRP : A34104066

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr Ir Iskandar Lubis, MS Ir Supijatno, MSi NIP 131 471 380 NIP 131 578 789

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

Page 6: Penanaman Teh

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada tanggal 31

Agustus 1985 dari pasangan Bapak Suratno dan Ibu Subiyanti. Penulis merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis masuk pendidikan Taman Kanak-kanak Pertiwi Semarang, Jawa

Tengah pada tahun 1990. Sekolah Dasar pada tahun 1992 di SDN Kabluk 03-04

Semarang, Jawa Tengah dan lulus pada tahun 1998. Lulus dari SMPN 2

Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2001. Lulus dari SMA Kesatrian 1 Semarang,

Jawa Tengah pada tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agronomi,

Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor melalui jalur SPMB. Penulis mengikuti organisasi mahasiswa yaitu Badan

Eksekutif Mahasiswa tingkat Fakultas Pertanian (BEM A) selama dua tahun

berturut-turut yaitu 2005/2006 berada di departemen kesekretariatan dan

2006/2007 berada di departemen pendidikan.

Page 7: Penanaman Teh

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat,

Hidayat, dan Kasih Sayang-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan lancar yang berjudul

“ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT.

PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH”. Analisis ini didasari adanya

penurunan ekspor teh Indonesia ke negara lain yang semakin menurun tiap

tahunnya. Skripsi merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program

Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi produktivitas teh di PT Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. Akhirnya

penulis hanya dapat bermohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi siapapun yang memerlukan.

Bogor, September 2008

Penulis

Page 8: Penanaman Teh

UCAPAN TERIMAKASIH

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, berkat dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segenap ketulusan dan

kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS, dan Ir. Supijatno, MSi sebagai pembimbing I

yang telah memberikan nasehat, perhatian, dan masukan kepada penulis

sehingga memperlancar penyelesaian skripsi ini.

2. Ani Kurniawati, SP., MSi, sebagai pembimbing akademik.

3. Ir. Heni Purnamawati, MSc.Agr sebagai dosen penguji.

4. Bapak, Ibu, Duto, Ira tanpa kalian aku tidak akan sampai disini. Kalian

adalah segalanya.

5. Direksi PT. PAGILARAN yang telah berkenan memberikan ijin magang

kepada penulis di PT. PAGILARAN, Unit Produksi Pagilaran, Batang, Jawa

Tengah.

6. Ibu Ketut dan Bapak Harsoyo yang telah memberikan banyak bantuan

kepada penulis.

7. Ir. H. Tentrem Raharjo, selaku Pimpinan Kebun PT. Pagilaran, Unit

Produksi PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah.

8. Bapak Haryoso Setiyo Utomo, Bapak Ujang Mahidi dan Bapak Eko

Purwadi selaku Kepala Bagian Kebun Pagilaran, Andongsili dan

Kayulandak yang dengan sabar selalu memberikan arahan kepada penulis di

kebun.

9. Supriyono, SP. selaku Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan PT.

PAGILARAN, Batang, Jawa Tengah.

10. Bapak Subito, Bapak Riyadi, Bapak Purwanto, Bapak Sutunut, Bapak

Wiyanto, Ibu Sri Rahayu dan seluruh staf Bagian Litbang PT Pagilaran yang

sangat membantu penulis dalam melakukan magang.

11. Pak Nurhan dan keluarga, Ibu Ratmi, Mak surip dan keluarga, Pak

Sungkowo dan keluarga, Pak Girman, Pak Siwit, Pak Santo dan seluruh

Page 9: Penanaman Teh

warga Pagilaran atas keramahaanya dan kebaikannya penulis selama penulis

tinggal di Pagilaran.

12. Seluruh karyawan Pagilaran yang telah membantu penulis dalam melakukan

praktek di kebun.

13. Mbak Restu dan Hendro (Pagilaran-ers) teman seperjuangan selama kita

melakukan magang dalam suka maupun duka.

14. Indah (UNSOED), Ida (UNSOED), Ixa (UNISRI) dan Risdy (UNISRI)

walaupun sejenak kita kenal, tetapi serasa telah lama kenal.

15. Indra, Mudi, Diah (UNPAD 2003), Gita, Dhini, Enunk dan Rika (Q-erz)

yang pernah ada dalam empat tahunku.

16. Sari dan Rika (H4-ers) yang selalu bersama selama tiga tahun terakhir.

17. Nani, Nandini, Asti, Vv, Q-erz dan H4-ers (D’ Gandenkz) yang selalu

membuat hari-hariku tertawa.

18. Agronomi’41 yang memberikan arti teman kepada penulis.

19. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak

memberikan dukungan kepada penulis.

Page 10: Penanaman Teh

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang........................................................................................ 1 Tujuan..................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh ............................................................................. 4 Syarat Tumbuh ...................................................................................... 5 Budidaya Tanaman Teh ......................................................................... 6 Pengolahan dan Produktivitas Teh ......................................................... 8

METODOLOGI Waktu dan Tempat.................................................................................. 10 Metode Pelaksanaan ............................................................................... 10

KEADAAN UMUM Sejarah .................................................................................................... 12 Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim................................................. 13 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................... 14 Bidang Usaha.......................................................................................... 15

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN Pembibitan ............................................................................................. 17 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)........................... 22 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) ......................................... 27 Pemetikan .............................................................................................. 35 Pengolahan ............................................................................................. 38 Pemeriksaan Teh .................................................................................... 46

PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN Struktur Organisasi ................................................................................. 51 Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan ................................................... 53 Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf ................................................. 54 Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Non Staf ......................................... 54

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketinggian Tempat ................................................................................. 60 Curah Hujan............................................................................................ 62 Umur Tanaman ....................................................................................... 65 Bahan Tanaman ...................................................................................... 67 Jenis Klon ............................................................................................... 68 Tenaga Kerja .......................................................................................... 68 Populasi Tanaman................................................................................... 71 Produktivitas Antar Bagian Kebun ........................................................ 72

Page 11: Penanaman Teh

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................ 77 Saran ...................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79

LAMPIRAN..................................................................................................... 81

Page 12: Penanaman Teh

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya ..... 14

2. Jumlah dan Fungsi Alat Penggilingan serta Sortasi Basah ................. 40

3. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT Pagilaran........................................ 44

4. Densitas Teh Hitam PT Pagilaran........................................................ 44

5. Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk Halus dan Kasar Bulan Februari 2008 PT Pagilaran....................................................... 47

6. Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk, Batang dan Tingkat Kerusakan Bulan Februari 2008 PT Pagilaran ....................... 47

7. Jumlah Tenaga Kerja Unit Produksi PT. Pagilaran ............................. 53

8. Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun di PT Pagilaran ............... 59

9. Perbandingan Produktivitas Teh Kering dan Basah PT Pagilaran....... 60

10. Analisis Deskriptif Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun (1998-2007) PT Pagilaran.................................................................... 60

11. Hubungan Ketinggian Tempat dengan Produktivitas Teh Basah ........ 61

12. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan Produktivitas Teh Basah per Tahun Selama 10 Tahun Terakhir................................ 63

13. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan Produktivitas Rata-rata Teh Basah per Bulan Selama 10 Tahun Terakhir................. 64

14. Hubungan Umur Tanaman dengan Produktivitas Teh Basah per Tanaman Teh ................................................................................. 65

15. Hubungan Tahun Tanam dan Bahan Tanam dengan Produktivitas Teh Basah Rata-rata per Tahun Selama 10 Tahun............................... 66

16. Hubungan Tenaga Kerja Pemetik dan Produktivitas Teh Basah Bagian Kebun Pagilaran Bulan Desember Selama 7 Tahun................ 69

17. Hubungan Produktivitas Teh Basah dengan Populasi Tanaman Teh .. 71

18. Produktivitas Teh Basah Antar Bagian Kebun Selama 10 Tahun Terakhir................................................................... 73

19. Perbedaan Faktor Produktivitas Teh Basah Tiap Blok Selama 10 Tahun................................................................. 74

20. Perbedaan Faktor Klon dan Tahun Tanam Setiap Bagian Kebun. ...... 75

Page 13: Penanaman Teh

Nomor Halaman

Lampiran

1. Jurnal harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran ................................. 82

2. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran ........................... 86

3. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak....................... 89

4. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili ........................ 90

5. Hubungan Klon dengan Rata-rata Produksi Teh Basah per Tahun ..... 91

6. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1997 - 2007 ................. 94

Page 14: Penanaman Teh

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Bekong untuk Bibit Stek ............................................................. 18

2. Naungan dan Sungkup di Pembibitan ......................................... 19

3. Single Node Cutting .................................................................... 19

4. Penataan Stek pada Bekong ........................................................ 20

5. Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi ........................................ 20

6. Jarak Tanam double row ............................................................. 25

7. Pemupukan Daun ........................................................................ 30

8. Lahan yang Telah Dipangkas...................................................... 31

9. Pangkasan Jambul ....................................................................... 33

10. Withering Trough ........................................................................ 38

11. PCR (Press Cup Roller) .............................................................. 40

12. OTR (Open Top Roller) .............................................................. 40

13. Skema Alur Penggilingan............................................................ 41

14. Contoh PGL-Form-10-01............................................................ 50

15. Grafik Hubungan antara Populasi dengan Produktivitas Teh Basah.............................................................. 72

Lampiran

1. Peta Perkebunan PT Pagilaran .................................................... 95

2. Struktur Organisasi Unit Produksi PT Pagilaran......................... 96

Page 15: Penanaman Teh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki sekitar 82 spesies,

terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada daerah diantara 30º lintang

utara dan 30º lintang selatan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1997). Tanaman teh

(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dikonsumsi sebagai minuman penyegar karena

mengandung zat katekin dan kafein seperti halnya kopi. Tanaman teh berasal dari

pegunungan Assam, daerah pegunungan India yang berbatasan dengan Republik

Rakyat Cina dan Burma (Siswoputranto, 1978).

Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar 1 900 – 2 000 kg teh

kering per hektar per tahun pada tahun 2007. Hasil produktivitas tersebut masih

tergolong rendah dibandingkan dengan produktivitas negara penghasil teh lainnya,

seperti Kenya yang mencapai 3 000 kg teh kering per hektar per tahun. Bahkan

pada tahun 2006 produktivitas nasional hanya mencapai 1 478 kg teh kering per

hektar (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).

Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kinerja ekspor teh Indonesia.

Berdasarkan data Dirjen Perkebunan Indonesia Departemen Pertanian, pada tahun

2001 ekspor teh Indonesia ke mancanegara masih sebesar 107 144 ton, dengan

nilai ekspor mencapai US$ 112.5 juta. Namun pada 2002, volume dan nilai ekspor

tersebut turun masing-masing menjadi 100 184 ton dan US$ 103.4 juta. Begitu

pula yang terjadi ditahun berikutnya, volume ekspor teh nasional hanya mencapai

88 894 ton dengan nilai ekspor US$ 95 juta. Pada tahun 2004 keadaan membaik

dengan kenaikan volume menjadi 98 572 ton dan nilai ekspor US$ 116 juta.

Prestasi serupa juga dialami pada tahun 2005 dengan volume 102 389 ton (US$

121.7). Tetapi pada tahun 2006 ekspor teh mengalami penurunan kembali menjadi

90 000 ton, dengan nilai ekspor dibawah US$ 100 juta (Direktorat Jendral

Perkebunan, 2007).

Rendahnya produktivitas Indonesia disebabkan lambatnya peremajaan

tanaman dan tidak optimalnya pengelolaan perkebunan teh. Akibatnya, mutu

tanaman teh Indonesia kalah bersaing dengan produk teh yang diekspor dari

sejumlah negara kompetitor, dengan demikian itu perlu meningkatkan

Page 16: Penanaman Teh

produktivitas teh Indonesia melalui pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Agar Indonesia dapat memegang

posisi penting dalam komoditi teh di dunia (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).

Tujuan

Kegiatan magang ini dilakukan untuk memperluas wawasan mengenai

aspek budidaya tanaman teh khususnya produktivitas, sehingga mahasiswa

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas teh. Dengan kegiatan

magang ini mahasiswa agar mampu mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan melalui penerapan ilmu, menjadikan wahana latihan kerja dengan

membandingkan ilmu yang didapat di kampus dengan kenyataan di lapangan.

Page 17: Penanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, pada tahun

1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi koleksi tanaman Kebun Raya di

Bogor, dan pada tahun 1827 ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa

Barat. Jenis Teh yang masuk ke Indonesia (Jawa) Assam berasal dari Sri Lanka

(Ceylon). Masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman

teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di

Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun

perkebunan teh di daerah Simalungan, Sumatra Utara (Pusat Penelitian Pekebunan

Gambung, 1992).

Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan. Di

Pegunungan Assam, teh ditanam pada ketinggian lebih dari 2 000 m dpl.

Perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah pegunungan yang beriklim

sejuk, meskipun dapat tumbuh subur di dataran rendah, tanaman teh tidak akan

memberikan hasil dengan mutu baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh

semakin tinggi mutunya (Siswoputranto, 1978).

Teh diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh. Tanaman teh umumnya

dapat dipetik daunnya secara terus menerus setelah umur 5 tahun. Pemeliharaan

yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40

tahun. Oleh karena itu perkebunan teh selalu memperoleh pemupukan secara

teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pangkasan secara

baik, mendapat curah hujan yang cukup. Perkebunan teh perlu diremajakan

setelah tanaman-tanaman tehnya berumur 40 tahun keatas. Cara pemetikan daun

dapat mempengaruhi jumlah hasil teh dan mutu teh yang dihasilkan

(Siswoputranto, 1978). Faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi produktivitas

teh kering yang dihasilkan.

Perolehan hasil daun yang tinggi, perkebunan teh kini mengutamakan

hanya tanaman-tanaman teh klon-klon unggul. Klon merupakan bahan tanaman

vegetatif yang digunakan untuk pembiakan dengan cara stek (Setyamidjaja, 2000).

Klon mampu memberi hasil berlipat dibanding dengan tanaman teh ‘asli’ yang

berasal dari biji. Pada berbagai negara telah dilakukan usaha untuk menemukan

Page 18: Penanaman Teh

klon-klon unggul, untuk meningkatkan produktivitas teh. Misalnya di India pada

tahun 1934 – 1938 hasil yang dicapai sekitar 580 kg/ha. Hasil ini kemudian

ditingkatkan mencapai 960 kg/ha (tahun 1955 – 1957), dan kini mencapai hasil

rata-rata sekitar 1 125 kg/ha. Di Sri langka hasil dari 460 kg/ha menjadi 760

kg/ha, dan sekarang mencapai 900-950 kg/ha dan masih banyak lagi negara yang

menggunakan penelitian mutakhir (Siswoputranto, 1978).

Botani Tanaman Teh

Tanaman Teh dengan nama latin Camellia sinensis, yang masih termasuk

keluarga Camelia. Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama

telah dikenal dalam peradaban manusia. Dalam botani teh termasuk akar, daun,

bunga, dan buah (Puslitbun Gambung, 1992) .

Tanaman teh secara umum berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik

tanah, dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah. Kebanyakan perdu

mempertahankan akar tunggang sedalam 90 cm – 150 cm dengan diameter sekitar

7.5 cm. Pertumbuhan akar lateral, penyebarannya dibatasi oleh perdu di dekatnya.

Perdu yang ditanam dengan jarak 120 cm, dipangkas dan dipetik, setelah 4 tahun

ujung akarnya saling bertemu (Setyamidjaja, 2000).

Pertumbuhan daun pada semaian (seedling) atau stek (cutting) dimulai dari

poros utama dan duduk secara filotaksis berselang seling. Ranting dan daun-daun

baru, tumbuh dari tunas pada ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau,

berbentuk lonjong, ujungnya runcing, tepinya bergerigi. Daun-daun baru yang

mulai tumbuh setelah pemangkasan, lebih besar daripada daun-daun yang

terbentuk sesudahnya. Besarnya daun berkisar antara 2.5 cm-25 cm, tergantung

varietasnya. Pucuk dan ruas daun tanaman teh berambut. Daun tua bertekstur

seperti kulit, permukaan atasnya berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja,

2000).

Perkembangan bunga mengikuti tahap pertumbuhan daun. Bunga teh

sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri

menghasilkan tanaman yang tumbuh merana. Bunga sempurna mempunyai putik

(calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan

mahkota, berwarna putih halus berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung.

Page 19: Penanaman Teh

Tangkai sari panjang dengan benang sari (anthera) kuning bersel kembar,

menonjol 2 mm – 3 mm ke atas. Putik mempunyai rambut 3 – 5 helai. Hanya

sekitar 2 % dari keseluruhan bunga pada sebuah pohon, berhasil membentuk biji.

Penyerbukan buatan (artificial pollination) hanya meningkatkan jumlah buah

sampai 14 % (Setyamidjaja, 2000).

Buah yang masih muda, berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal.

Mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya

berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan

datar di sisi lain. Biji berbelah dua dengan kotiledon (cotyledone) besar, yang jika

dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas. Biji

mengandung minyak dengan kadar yang tinggi (20 % berat biji) (Setyamidjaja,

2000).

Syarat Tumbuh

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) berasal dari daerah

subtropis, karena itu di Indonesia teh lebih cocok ditanam di daerah pegunungan.

Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah iklim

dan tanah.

Faktor iklim sangat berkaitan erat dengan tinggi tempat (elevasi). Suhu

udara yang baik bagi tanaman teh ialah suhu harian yang berkisar antara 13º - 25

º C yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada

siang hari tidak kurang 70% (Pusat Penelitian Gambung, 1992).

Menurut Setyamidjaja (2000) curah hujan tahunan yang diperlukan untuk

tanaman teh adalah 2 000 mm – 2 500 mm, dengan jumlah curah hujan pada

musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm/bulan. Tanaman teh

merupakan tanaman yang tidak tahan pada kekeringan. Sinar matahari

berpengaruh pada pertumbuhan tanaman teh karena sinar matahari mempengaruhi

suhu, makin banyak sinar matahari maka suhu udara makin tinggi. Daerah

pertanaman tanaman teh umumnya pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas

permukaan air laut (dpl). Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian

antar 400 m sampai 1 200 m dpl. Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di

atas 1 500 meter dpl, sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku

Page 20: Penanaman Teh

(night frost). Berdasarkan ketinggian tempat tanaman teh dibedakan menjadi

dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 800 m dpl, dataran sedang dengan

ketinggian 800-1 200 m dpl dan dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1 200

m dpl.

Menurut Setyamidjaja (2000) tanah yang baik dan sesuai dengan

kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan

organik cukup, tidak bercadas, serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4.5

– 6.0. Sifat-sifat fisik tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah: solum cukup

dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan gembur sedalam

mungkin, mampu menahan air, memiliki kandungan hara yang cukup. Di

Indonesia jenis utama yang digunakan untuk perkebunan teh adalah tanah Andosol

(di pulau Jawa pada ketinggian 800 m dpl.) dan tanah Podsolik (Sumatra).

Pemupukan nitrogen sebaiknya menggunakan pupuk ZA, sehingga tanah tetap

dalam kondisi asam. Unsur hara dalam abu daun teh yang terdapat dalam jumlah

yang besar (makro) adalah: kalium 1.75% - 2.25%, fosfor 0.30% - 0.50%, kapur

0.40% - 0.50%, magnesium 0.20% dan belerang 0.10% - 0.30% dari berat kering.

Budidaya Tanaman Teh

Menurut Ghani (2002) dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan

merupakan titik kritis yang menentukan proses selanjutnya. Sekali salah dalam

menentukan jenis atau klon yang ditanam maka perlu waktu puluhan tahun untuk

menggantinya karena umumnya tanaman teh diremajakan setelah berumur 50

tahun.

Penyediaan bahan tanaman (pembibitan) pada budidaya teh dapat

dilaksanakan dari biji dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian populer,

karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan

tanam (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah

berumur 2 tahun yang mempunyai ukuran batang lebih besar dari pensil (Pusat

Penelitian Gambung). Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif

seperti pemupukan pemberantasan hama penyakit, penyiraman dan penyiangan.

Pada pelaksanaan penanaman bibit teh, hal-hal yang harus diperhatikan

adalah penentuan jarak tanam yang tepat, pengajiran, pembuatan lubang tanam,

Page 21: Penanaman Teh

teknik penanaman dan penanaman tanaman pelindung yang diperlukan. Jarak

tanam antar barisan tanaman 120 cm, dan jarak tanam dalam barisan beragam 60

cm – 90 m. Pengajiran adalah memasang ajir pada tempat-tempat yang akan

ditanami bibit teh, sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Ukuran

lubang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 cm × 30 cm × 40 cm,

sedangkan untuk bibit stek dalam Polybag adalah 20 cm × 20 cm × 40 cm.

Tanaman pelindung atau pohon naungan pertanaman teh terdiri atas pohon

pelindung sementara seperti Theprosia sp. atau Crotalaria sp. dan pohon

pelindung tetap seperti Gliricidia maculata (Setyamidjaja, 2000).

Budidaya selanjutnya seperti pemeliharaan diantaranya pemangkasan,

pemupukan, pengelolaan dan pengawetan tanah, pengendalian hama dan penyakit

serta pengendalian gulma. Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan produksi,

memperbaiki bidang petik dan memperbaiki kondisi tanaman yang terserang hama

dan penyakit. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang

terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. Gilir pangkas dibedakan berdasarkan

ketinggian tempat yaitu pada dataran rendah dilakukan 3 tahun sekali sedangkan

dataran tinggi dilakukan 4 tahun sekali. Waktu pangkasan yang baik adalah pada

saat kandungan pati lebih dari 12 %. Waktu terbaik untuk pemangkasan

perkebunan di pulau jawa adalah bulan April-Mei (akhir musim hujan) dan

Sepetember-Oktober (awal musim hujan) (Tobroni dan Adimulya, 1997).

Jenis pangkasan yang sering dilakukan diantaranya pangkasan kepris yaitu

menurunkan dan meratakan bidang petik, pangkasan bersih yaitu menurunkan

bidang petik dan memangkas semua cabang dengan diameter lebih dari 1 cm,

pangkasan jambul merupakan pangkasan yang menyisakan 2 cabang yang

berdaun 50-100 lembar. Selain itu juga jenis pangkasan lainnya yaitu pangkasan

indung merupakan pangkasan pertama, pangkasan bentuk dengan tujuan

membentuk bidang petik agar lebar, pangkasan tengah bersih hampir sama dengan

pangkas bersih tapi hanya bagian tengah saja, pangkasan dalam adalah

memperbaiki dan memperbaharui bidang petik yang kurang baik, pangkasan leher

akar yaitu pangkasan berat yang dilakukan pada leher akar atau disebut dengan

pangkasan rejuvenasi (Tobroni dan Adimulya, 1997).

Page 22: Penanaman Teh

Ranggas (cabang sisa pangkasan) diletakkan diatas bekas luka pangkasan

untuk mengurangi sengatan matahari secara langsung pada cabang yang terbuka

selama 3-5 hari (Vadumencum Budidaya teh, 1993). Setelah itu ranggas

dibenamkan ke dalam tanah, dan dilakukan gosok lumut agar tidak menghambat

pertumbuhan tunas baru (Tobroni dan Adimulya, 1997).

Pemetikan merupakan ujung tombak produksi, dalam budidaya teh.

Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara

keseluruhan. Menurut Setyamidjaja (2000) pemetikan adalah pekerjaan

memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang masih muda, untuk

kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditi

perdagangan. Jenis pemetikan diantaranya petikan jendangan, gendesan dan

produksi. Petikan jendangan dilakukan pertama setelah pangkasan sekitar 3-4

bulan setelah pangkas. Tujuan dari petikan jendangan adalah membentuk daun

pemeliharaan. Petikan gendesan dilakukan sebelum tanaman dipangkas sekitar 1-2

minggu. Tujuan dari petikan ini adalah untuk mengurangi kehilangan produksi

akibat pemangkasan. Petikan produksi merupakan pemetikan yang dilakukan

untuk produksi. Petikan ini dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu

dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali.

Menurut Tobroni dan Adimulya (1997) daur petikan merupakan jangka

waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam hari.

Daur petik juga disebut gilir petik dipengaruhi oleh umur pangkas, ketinggian

tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Berdasarkan ketinggian gilir petik dibagi

menjadi dua yaitu dataran tinggi dengan gilir petik 10-12 hari dan dataran rendah

dengan gilir petik 9-10 hari.

Pengolahan dan Produktivitas Teh

Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh. Pengolahan daun teh

dimaksudkan mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali,

sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang

dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa dan aroma yang baik dan

disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari tiga kelompok

Page 23: Penanaman Teh

yaitu substansi bukan fenol (pectin, resin, vitamin dan mineral), substansi

aromatik dan enzim-enzim.

Pengolahan daun teh menghasilkan tiga jenis teh yang berbeda dan tidak

dapat dicampurkan satu dengan lainnya dalam pemasarannya. Tiga jenis teh

tersebut ialah : teh hitam, teh hijau dan teh oolong (Siswoputranto, 1978).

Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua yaitu

sistem orthodox (orthodox murni dan orthodox rotorvane) serta sistem CTC

(Crushing Tearing Curling). Sistem orthodox yang banyak dilakukan adalah

sistem Orthodox rotorvane yang terdiri dari beberapa tingkat kegiatan yaitu :

penyediaan pucuk daun segar, pelayuan, penggilingan, sortasi basah, fermentasi,

pengeringan, sortasi kering, serta pengemasan. Sedangkan untuk teh hitam sistem

CTC terdiri dari penyediaan bahan baku, pelayuan, ayakan pucuk layu, gilingan

persiapan, gilingan CTC, fermentasi, pengeringan, sortasi kering dan pengemasan

(Setyamidjaja, 2000).

Pengolahan teh hijau lebih sederhana dari teh hitam. Teh hijau merupakan

pucuk daun muda tanaman teh yang diolah tanpa melalui proses fermentasi.

Tahapan-tahapan kegiatan berikut : pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi

dan pengemasan (Setyamidjaja, 2000).

Teh oolong dapat digolongkan sebagai mutu antara teh hijau dan teh

hitam, karena memperoleh sedikit proses fermentasi. Berbeda dengan proses

pengolahan teh hitam, untuk menghasilkan teh oolong daun-daun teh yang telah

dilayukan kemudian dipanaskan dengan menggunakan panas api atau udara panas,

difermentasikan terlebih dahulu kemudian dimasukkan ke mesin-mesin pengiling

dan akhirnya dikeringkan (Siswoputranto, 1978).

Page 24: Penanaman Teh

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai tanggal 11

Februari 2008 sampai 10 Juni 2008, di Perkebunan Pagilaran, Batang, Jawa

Tengah.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja

sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama dua bulan, pendamping mandor dan

pendamping asisten afdeling masing-masing satu bulan.

Kegiatan yang dilakukan oleh penulis selama menjadi KHL adalah

pekerjaan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pengendalian gulma,

pemupukan, pemanenan dan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pihak

perkebunan. Selain itu selama menjadi KHL juga melaksanakan hal-hal sebagai

berikut : menghitung prestasi kerja, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan,

serta target luasan yang akan dikerjakan oleh pekerja.

Pekerjaan yang dilakukan oleh penulis pada saat berstatus sebagai

pendamping mandor adalah melakukan kegiatan pengelolaan pekerjaan yang

meliputi pengawasan, menghitung prestasi kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan

serta mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.

Pada saat menjadi pendamping asisten afdeling bertugas dan bertanggung

jawab membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja tingkat afdeling,

membuat laporan asisten afdeling, mempelajari pembuatan Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan (RKAP), mempelajari manajerial tingkat kebun dan

membuat jurnal harian.

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer

dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan

staf perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data yang dimiliki perusahaan,

seperti produksi pucuk, jumlah tenaga pemetik, populasi tanaman, ketinggian

tempat, curah hujan, umur tanaman, masing-masing selama sepuluh tahun terakhir

(Januari 1998 sampai dengan Desember 2007). Tabel data curah hujan disajikan

Page 25: Penanaman Teh

pada Tabel Lampiran 6. Data sekunder dari perusahaan tersebut kemudian diolah

untuk kemudian dianalisis. Pemilihan faktor-faktor yang dianalisis berdasarkan

kelengkapan data yang tersedia di kebun. Selain dari perusahaan, data sekunder

juga diperoleh dari bahan pustaka baik dari perusahaan maupun instansi yang

terkait, seperti Biro Statistik dan PPTK Gambung.

Page 26: Penanaman Teh

KEADAAN UMUM

Sejarah

Seorang warga Belanda bernama E. Blink merintis pembukaan hutan di

daerah Pagilaran pada tahun 1840 yang digunakan untuk budidaya kopi dan kina.

Ternyata daerah ini tidak cocok untuk tanaman kopi dan kina menyebabkan kedua

tanaman tersebut mulai diganti dengan tanaman teh pada tahun 1880. Keadaan

iklim dan lingkungan yang cocok menyebabkan teh dapat tumbuh subur dan

menghasilkan produksi yang lebih baik daripada kopi dan kina.

Perkembangan perkebunan ini dikelola oleh sebuah maskapai Belanda

yang berkedudukan di Semarang. Perusahaan ini mulai berkembang sangat pesat

dan perluasan areal pun terus dilakukan. Tahun 1920 terjadi kebakaran besar

yang menghancurkan pabrik sehingga Belanda mengalami bangkrut. Tahun 1922

perkebunan ini dibeli dan dibangun kembali oleh pemerintahan Inggris di bawah

perusahaan yang bernama P & T Land's (Pamanukan and Tjiasements Lands).

Sejak saat itu mulai digunakan sarana kabel untuk mempermudah pengangkutan

pucuk teh dari kebun produksi ke pabrik.

Saat Jepang menguasai Indonesia, pabrik dan sebagian besar perkebunan

teh di Pagilaran dirusak kemudian ditanami dengan tanaman pangan untuk

memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang saat perang Asia Timur Raya. Tahun

1945 Indonesia dapat menguasai perkebunan teh tersebut, tetapi pengelolaan

pabriknya masih dilakukan oleh pemerintahan Inggris sampai berakhirnya Hak

Guna Usaha (HGU) pada tahun 1964 dan kembali diambil alih oleh pemerintahan

Indonesia.

Tanggal 23 Mei 1964 oleh pemerintah Indonesia perkebunan diserahkan

kepada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan tujuan ikut

melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan

Pengabdian) dan statusnya diubah menjadi PN Pagilaran oleh Surat Keputusan

Menteri Pertanian dan Agraria dengan No. SK/II/6/Ka-64 tanggal 8 Februari

1964.

Tanggal 1 Januari 1973 PN Pagilaran diubah statusnya menjadi PT

Pagilaran Perusahaan Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Pagilaran

Page 27: Penanaman Teh

dengan seluruh sahamnya dimilki oleh Yayasan Pembina Fakultas Pertanian

UGM Yogyakarta. Tanggal 5 Mei 1977 mendapat tambahan areal Segayung Utara

dengan SK. No. 14/HGU/DA/77. PT Pagilaran sebagai perusahaan swasta yang

bergerak dibidang perkebunan menjadi tempat penelitian ilmiah bagi mahasiswa

dan dosen serta pengemban misi melaksanakan pembangunan subsektor

perkebunan yang ditetapkan pada tanggal 28 Juni 1983 dengan SK No.

15/HGU/DA/83, selanjutnya Menteri Pertanian dengan surat No.

KB.340/97/Mentan/1985, menugaskan kepada PT Pagilaran untuk menjadi

Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Lokal Teh Jawa Tengah pada tanggal 21 Januari

1985.

Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim

PT Pagilaran berlokasi di lereng pegunungan Kemulan, yaitu di sebelah

utara pengunungan Dieng, ± 36 km tenggara kota Batang, tepatnya di Desa

Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah.

Perkebunan ini terletak pada ketinggian 700-1 600 meter dpl, dengan topografi

berbukit-bukit sehingga untuk meminimalkan terjadinya erosi yang berakibat

terkikisnya lapisan top soil maka di perkebunan ini perlu dilakukan terasering.

PT Pagilaran terletak di Dukuh Pagilaran ini berjarak + 1.5 km dari Desa

Keteleng dan + 10 km dari Kecamatan Blado dan jarak dengan kota Kabupaten +

40 km serta jarak dengan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) + 100 km.

Perkebunan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Keteleng, Kecamatan Blado,

Kawedanan Bandar, Kabupaten Batang, Karesidenan Pekalongan.

Batas-batas wilayah PT Pagilaran, yaitu: Sebelah utara adalah Desa

Kalisari, Dukuh Njono, Dukuh Prejengan. Sebelah timur yaitu Desa Ngadirejo,

Dukuh Pringombo, Dukuh Wonokerto dan Desa Plecet. Sedangkan sebelah

selatan adalah Desa Sijeruk, Dukuh Kayulandak. Dan sebelah Barat adalah Dukuh

Andongsili, Desa Kembang Langit.

Jenis tanah di kebun pada ketinggian 1 000 meter dpl ke atas didominasi

tanah Andosol, sedangkan pada ketinggian kurang dari 1 000 meter dpl

didominasi tanah latosol. Tanah Andosol berwarna kekuning-kuningan, dengan

tekstur geluh dan berstruktur lemah, lunak atau sangat halus sehingga mempunyai

Page 28: Penanaman Teh

daya mengikat air yang tinggi, tanah gembur dan ketahanan struktur tinggi, mudah

diolah, permeabilitas (peresapan air) tinggi dan pH tanah yang rendah (4.5 – 6).

PT Pagilaran mempunyai pos pengamatan curah hujan tapi hanya satu

yaitu di afdeling Pagilaran. Dulu PT Pagilaran juga memiliki stasiun pengamatan

suhu dan kelembaban, akan tetapi stasiun ini hilang karena dicuri warga sekitar.

Data curah hujan selama 10 tahun terakhir (1998-2007) dapat dilihat pada Tabel

Lampiran 6. Curah hujan 3 000-6 000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan

sebanyak 280-300 hari/tahun. Suhu udara di sekitar perkebunan berkisar antara

15-28oC, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 70-98%.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal perkebunan unit produksi Pagilaran secara keseluruhan adalah ±

1 115.038 ha dengan 3 afdeling : Kebun Pagilaran, Kebun Kayulandak dan Kebun

Andongsili. Pemanfaatan lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kebun

pagilaran merupakan kebun paling luas diantara 3 kebun yaitu 534.591 ha.

Tabel 1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya.

No Pemanfaatan Lahan Pagilaran (ha)

Kayulandak (ha)

Andongsili (ha) Jumlah(ha)

1 Tanaman Teh TM 428.072 219.263 303.594 953.099 TBM - 8.750 6.500 15.250 Kebun Penelitian 2.170 - - 2.170 Kebun Poliklonal 2,500 - - 2.500 Jumlah 432.742 228.013 310.094 970.849 2. Aneka Tanaman Kopi 7.980 7.250 - 15.230 Cengkeh 58.060 - - 58.060 Tanaman Percobaan 2.170 - - 2.170 Kina - 10.550 - 10.550 Jumlah 68.210 17.800 - 86.010 3. Lain – Lain Hutan belukar 8.019 - 6.290 14.309 Jurang/Alur - 1.540 - 1.540 Lapangan 1.174 1.000 0.816 2.990 Emplasment, pabrik

dan poliklinik 18.896 - - 18.896

Emplasement - 3.330 2.844 6.174 Bak air - 0.100 - 0.100 Makam 2.500 0.750 2.000 5.250 Jalan Produksi 3.050 3,470 2.400 8.920 Jumlah 33.639 10.190 14.350 61.839 Jumlah Total 534.591 256.003 324.444 1 115.038

Sumber : Laporan bulanan tiap bagian kebun, April 2008

Page 29: Penanaman Teh

Areal konsesi dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama adalah areal tanaman

teh dengan luas 970.849 ha dan areal aneka tanaman dengan luas 86.010 ha, selain

itu terdapat areal emplasemen dan lain-lain dengan luas 61.839 ha. Pemanfaatan

areal PT Pagilaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Bidang Usaha

PT Pagilaran memilliki beberapa bidang usaha antara lain Perkebunan teh,

coklat, kopi, cengkeh, kina dan kelapa dan perdagangan teh hitam dan teh hijau

ekspor maupun lokal. PT Pagilaran juga bergerak sebagai biro konsultasi dalam

penelitian dan pengembangan perkebunan dan bergerak dalam usaha pengadaan

bibit tanaman perkebunan (teh, kakao dan kopi).

PT Pagilaran berperan serta sebagai kebun inti dalam pelaksanaan proyek-

proyek pemerintahan dalam pengembangan perkebunan melalui pola PIR. Salah

satunya sebagai kebun inti dalam melaksanakan proyek PIR Lokal Teh Jawa

Tengah yang mencakup areal 3 000 ha. Selain itu juga sebagai kebun inti dalam

pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Kelapa Hibrida di Kabupaten Batang yang

meliputi areal 1 000 ha. PT Pagilaran juga berperan sebagai kebun inti dalam

pengembangan perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kulon Progo dan

pengembangan perkebunan Kakao rakyat di Kabupaten Wonogiri, pengembangan

perkebunan kopi Arabika di Kabupaten Wonosobo dan pengembangan

perkebunan teh rakyat di Kabupaten Kendal. Terdapat juga sebagai kebun inti

dalam pelaksanaan KIK-Plasma-PIR-Kakao-Banpres di Kabupaten Gunung

Kidul yang meliputi areal 3 000 ha.

Pada tahun 2003 PT Pagilaran memulai Pengembangan Agrowisata yang

meliputi pemandangan dan pesona hamparan kebun teh di ketinggian 700-1 600

meter dpl, melihat proses pembuatan teh, paket kesenian daerah, fasilitas

penginapan dan transportasi keliling kebun, ruang sidang dan ruang pertemuan

dengan kapasitas 400 orang, lapangan olahraga tenis, badminton, sepakbola, bola

volley dan bilyard.

Pengolahan teh hitam dan teh hijau setelah pengolahan hasil kebun

lainnya, di PT Pagilaran mempunyai beberapa pabrik, yaitu: Pabrik Pagilaran,

Page 30: Penanaman Teh

Pabrik Kaliboja, Pabrik Sidoharjo, Pabrik Jatilawang, Pabrik Samigaluh dan

Segayung Utara.

Pabrik Pagilaran mengolah pucuk teh menjadi teh hitam dan teh hijau.

Pengolahan teh hitam maupun teh hijau untuk keperluan ekspor maupun lokal

dengan kapasitas 2 500 ton teh hitam per tahun dan 500 ton teh hijau per tahun.

Lokasi pabrik berada di Pagilaran, Kecamatan Blado Kabupaten Batang.

Pabrik Kaliboja mengolah pucuk teh segar menjadi teh hitam. Pabrik ini

mengolah pucuk dari kebun plasma dengan kapasitas 2 400 ton teh hitam per

tahun. Lokasi pabrik ini di Kaliboja, Kecamatan Paninggaran Kabupaten

Pekalongan.

Pabrik Sidoharjo mengolah teh hitam. Pabrik ini juga mengambil pucuk

dari kebun plasma Pengolahan pucuk berkapasitas 1 000 ton teh hitam per tahun

dan berlokasi di Sidoharjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang.

Pabrik Jatilawang dengan pengolahan teh hitam. Pengolahan pucuk plasma

dengan kapasitas 1 000 ton teh hitam per tahun dengan lokasi di Jatilawang,

Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

Pabrik Samigaluh mengolah pucuk teh menjadi teh hijau ekspor.

Pengolahan pucuk plasma dengan kapasitas 1 000 ton teh hijau per tahun dengan

lokasi di Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

Terakhir adalah pabrik Segayung Utara, yaitu pengeringan biji coklat

dengan kapasitas 150 ton per tahun dengan lokasi di Sumbang jati Kecamatan

Tulis, Kabupaten Batang.

Page 31: Penanaman Teh

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN

Pembibitan

Pembibitan di PT. Pagilaran hanya terdapat di Afdeling Pagilaran. Sedang

di Afdeling Kayulandak dan Andongsili tidak terdapat areal pembibitan. Dengan

demikian seluruh bibit diambil dari Afdeling Pagilaran. Luas areal pembibitan

yaitu 1 000 m². Kegiatan pembibitan dilakukan dengan dua teknik yaitu dengan

menggunakan stek dan menggunakan biji. Pada saat penulis melakukan kerja

praktek, terdapat kegiatan pembibitan. Upah yang diberikan pekerja merupakan

upah harian yaitu 5 jam kerja Rp 13 500.

Kegiatan pertama yang dilakukan pada pembibitan adalah persiapan lahan.

Penentuan lahan pembibitan sesuai dengan syarat lahan layak seperti dekat

dengan sumber air dan lahan induk. Lokasi pembibitan dekat dengan lahan induk

agar pengangkutannya lebih mudah. Selain itu untuk posisi kemiringan lebih baik

miring ke timur agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, akan tetapi dapat juga

miring ke segala arah kecuali arah barat. Kegiatan selanjutnya adalah pembuatan

bedengan dengan ukuran (90 cm – 100 cm) × 120 cm. Ukuran bedengan

sebenarnya rata-rata tiga contoh bedeng 82 cm × 817 cm.

Persiapan pohon induk perlu dilakukan untuk memperoleh bahan tanam

yang baik, yaitu pemangkasan dan kerik lumut . Hasil pangkasan dibenamkan di

sekitar tanaman. Selain itu kegiatan selanjutnya adalah membersihkan sekitar

tanaman dengan diameter sekitar 2 m (bokoran). Kemudian tanah di sekitar

tanaman digemburkan dengan menggunakan garpu. Setelah itu bahan stek dapat

diambil 4 – 5 bulan setelah perlakuan tersebut.

Persiapan media tanam dilakukan untuk menunggu proses tumbuhnya stek

di pohon induk. Media tanam terdiri dari top soil, sub soil, tawas

(KAl(SO4)2.12H2O), KCl, TSP dan Dithane M-45. Komposisi untuk campuran

top soil adalah tawas 600 gr/m³, KCl 500 gr/m³, TSP 500 gr/m³ dan Dithane M-45

400 gr/ m³. Sedangkan campuran sub soil adalah tawas 800 – 1 200 gr/m³ dan

Dithane M-45 300 gr/m³. Berdasarkan pengamatan penulis, sebelumnya top soil

dan sub soil diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 1 cm. Prestasi kerja

Page 32: Penanaman Teh

pekerja pengayakan tanah di pembibibitan untuk top soil 2 m³/orang dan sub soil

1 m³/orang, sedangkan penulis top soil mendapat ¼ m³ dan sub soil 1/8 m³.

Campuran media tersebut dimasukkan ke dalam polibag ukuran 12 × 15

cm. Akan tetapi berdasarkan pengukuran penulis ukuran sebenarnya polibag

adalah10 × 16 cm. Takaran top soil 2/3 pada lapisan bawah, dan sub soil 1/3 pada

lapisan atas. Polibag yang berisi komposisi tersebut dinamakan bekong. Bekong

kemudian disusun di bedengan (Gambar 1). Ukuran bekong yang sudah disusun di

bedengan berdiameter 6.4 cm dan tinggi 12.6 cm. Ukuran ini berdasarkan

pengamatan penulis selama melakukan magang. Jarak antar bedengan 60 cm agar

memudahkan pemeliharaan. Setiap bedengan terdapat sekitar 1 820 polibag.

Prestasi kerja Pekerja mendapat 500 polibag/orang, sedangkan penulis mendapat

176 polibag.

Kegiatan selanjutnya adalah membuat sungkup dari plastik (Gambar 2).

Kerangka dibuat dengan tinggi 40 cm dengan panjang plastik 180 cm. Naungan

dibuat dari ayaman bambu kemudian diikatkan dengan paku andam (Glicinia

liniaris), dengan tinggi naungan 180 cm. Naungan ini menghasilkan intensitas

cahaya sekitar 25 – 30 %. Paku andam paling baik digunakan untuk naungan

karena memiliki daya tahan terhadap angin, hujan, dan waktu kering dan rontok

cocok untuk bibit menyesuaikan lingkungan.

Tunas-tunas baru yang akan digunakan untuk bahan stek akan tumbuh,

setelah 4 – 5 bulan pohon induk dipangkas. Pembuangan pucuk dilakukan

sebelumnya, agar menghasilkan batang dan daun yang kuat. Setelah pembuangan

Gambar 1. Bekong untuk Bibit

Page 33: Penanaman Teh

pucuk, pohon induk dibiarkan selama 2 minggu kemudian baru diambil bahan

stek sekitar 10 daun. Pengambilan 10 ruas daun ini harus memenuhi syarat

diantaranya pangkal batang sudah berwarna coklat dan daun menengadah ke atas.

Setelah itu dipotong tiap stek satu daun, jadi terdapat 10 stek dengan bentuk

Single Node Cutting (Stek satu buku) (Gambar 3). Ketika dipotong sudah

disiapkan ember yang berisi air untuk menjaga kelembaban bahan stek. Kemudian

stek direndam dalam larutan Dithane M-45 (bahan aktif Mankozeb 80 %) dengan

dosis 2 gram / liter air selama kurang lebih 1-2 menit. Hal ini dilakukan untuk

menghambat pertumbuhan jamur pada bibit.

Stek ditanam di polibag dengan satu daun, tetapi apabila daun terlalu besar

dipotong setengahnya agar tidak tumpuk antar daun. Arah daun harus sama agar

tidak berantakan (Gambar 4). Bibit disungkup dengan plastik selama 4 bulan

tanpa perlakuan, kecuali bila kering disiram. Penyulaman dilakukan apabila

terdapat stek yang mati atau membusuk, dengan mengusahakan pembukaan

sungkup secepat dan sekecil mungkin. Kelembaban dalam sungkup harus dijaga

yaitu sekitar 80 %. Setelah 4 bulan dilakukan adaptasi dengan lingkungan

dilakukan tiap 2 minggu dengan penambahan pembukaan sungkup selama 2 jam.

Misalnya 2 minggu pertama sungkup dibuka selama 2 jam, 2 minggu berikutnya

dibuka selama 4 jam dan seterusnya. Pada minggu ke 10 dibuka selama 12 jam

dan dibuka seterusnya.

Gambar 2. Naungan dan Sungkup di Gambar 3. Single Node Cutting

Page 34: Penanaman Teh

Pemeliharaan dilakukan pada saat pembukaan bertahap seperti penyiangan

yang dilakukan 3 hari sekali, pemberantasan hama penyakit 2 hari sekali, dan

penyiraman 3 hari sekali. Selain itu juga dilakukan pemupukan tanah dan

pemupukan dengan pupuk daun. Pemupukan tanah menggunakan campuran urea,

KCL, dan TSP dengan dosis masing-masing 0.5 g/polibag. Pupuk tanah ini

diberikan setiap setengah bulan sekali pada bibit yang sudah dibuka dari sungkup.

Cara pemupukan adalah dengan menabur pupuk diatas bekong kemudian

dibersihkan dari daun-daun teh dengan dedaunan atau ranting dan disiram agar

pupuk tidak menempel di daun. Pupuk daun diberikan seminggu sekali dengan

pupuk organik Super Max. Pupuk tersebut merupakan pupuk cair organik

berwarna hitam dengan komposisi 15.2 % N; 6.1 % P; 7.14 % K dan unsur

lainnya dan pupuk dicairkan setiap 10 cc dengan air 15 liter.

Saat penulis melakukan kegiatan magang terdapat bibit stek yang berumur

4 bulan yang sedang dalam masa pembukaan sungkup. Bibit ini mempunyai daya

pertumbuhan sekitar 80 %. Selain itu juga terdapat bibit stek yang berumur

Gambar 5. Stek Berumur 4 Bulan Masa Adaptasi

Gambar 4. Penataan Stek pada

Page 35: Penanaman Teh

sebulan yang sedang disungkup. Bibit ini mempunyai daya pertumbuhan 48 %,

karena terdapat yang terkena jamur dan kemudian mati.

Bibit stek dapat dipindahkan ke lapang setelah berumur 8 bulan atau yang

disebut dengan bibit siap salur. Bibit siap salur terdapat kelas bibit yaitu kelas A ,

kelas B dan kelas C. Kelas A merupakan bibit yang mempunyai tinggi lebih dari

30 cm dan mempunyai 6 helai daun, kelas B tinggi 20-30 cm dan kelas C tinggi

kurang dari 20 cm. Kelas bibit yang sudah siap salur adalah kelas A (tinggi 25 cm

dan jumlah daun 6 daun). Bibit yang termasuk dalam kelas B harus dipelihara

kembali dan kelas C harus disungkup kembali.

Perkebunan Pagilaran selain mempunyai lahan pembibitan juga terdapat

kebun poliklonal. Kebun poliklonal merupakan kebun biji yang terdiri dari dua

macam atau lebih klon yang ditanam dalam bentuk kombinasi barisan, segiempat

atau segitiga ganda (double triangle) (Tarlan dan Adimulya, 1997). Luasnya

kebun poliklonal Pagilaran 2.5 ha dan telah berumur 31 tahun. Kebun ini ditanami

tujuh jenis klon teh unggulan, diantaranya Malabar 2, SA 40, PS 1, TRI 2025,

Cinuruan 143, SKM 118, dan Kiara 8. Diantara 7 klon tersebut TRI 2025

merupakan klon paling unggul karena produktivitasnya paling tinggi yaitu 3

ton/ha teh kering atau sekitar 15 ton/ha teh basah, agak tahan terhadap cacar

dibandingkan TRI 2024, dan mudah tumbuh. Jarak tanam di kebun polilonal

adalah 6 m × 6 m dengan bentuk segitiga ganda.

Kebun poliklonal juga dilakukan pemeliharaan diantaranya pemupukan,

penyiangan, pemangkasan dan pemberantasan hama penyakit tanaman.

Pemupukan dilakukan satu tahun dua kali dengan dosis 100 gram Urea, 40 gram

TSP dan 40 gram KCl setiap pohonnya. Penyiangan dilakukan 3-4 kali dalam

setahun. Pemangkasan dilakukan hanya sekali selama penanaman yaitu pada

tahun 2001, dengan tinggi pangkasan 3 m dari tanah. Pengandalian hama penyakit

dilakukan apabila pohon poliklonal terserang penyakit dalam skala besar.

Pembibitan dengan menggunakan biji juga dilakukan di perkebunan

Pagilaran. Biji yang digunakan adalah biji yang illegitum yaitu induk betina yang

diketahui dari kebun poliklonal. Terdapat dua cara pembibitan biji di kebun ini

yaitu langsung di tanah (konvesional) dan menggunakan polibag.

Page 36: Penanaman Teh

Cara konvesional adalah mengambil biji yang sudah masak tapi belum

berkecambah. Biji kemudian dikupas dan segera dimasukan ke dalam air untuk

memisahkan biji yang baik dan yang kurang baik. Biji yang yang digunakan

adalah biji yang tenggelam (biji yang baik). Biji tersebut kemudian disemai

langsung di tanah di sebuah bedengan. Bedengan ini terletak diantara pohon-

pohon poliklonal. Jarak persemaian antar biji 10 × 10 cm. Pada pelaksanaannya

tidak dilakukan penyungkupan dan pemberian naungan.

Pembibitan dalam polibag menggunakan biji berasal dari kebun poliklonal

yang jatuh kemudian berkecambah, sehingga sebelumnya dicari biji yang

berkecambah di bawah pohon-pohon teh. Biji berkecambah ditanam di polibag

dengan tanah tanpa pemberian perlakukan sebelumnya. Bibit ini hanya digunakan

untuk menyulam kebun yang berasal dari bibit biji. Setelah bibit dari biji ini

berumur 5 bulan, dipindahkan ke lapangan untuk menyesuaikan lingkungannya.

Selain itu dilakukan seleksi antara bibit yang mati dan sehat. Bibit mati disulam

kembali dan yang sehat dikumpulkan. Setelah 7 bulan bibit sehat tersebut

dikelompokkan berdasarkan klon yang dilihat dari bentuk daun. Klon yang sama

dikumpulkan dan diseleksi kembali kebenaran klon tersebut. Bibit asal biji dapat

dipindahkan ke lapang setelah 2 tahun.

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Unit Produksi Perkebunan Pagilaran mempunyai areal tanaman teh belum

menghasilkan (TBM). TBM merupakan tanaman teh muda dan berumur di bawah

dua tahun serta belum diambil produksinya (Tobroni dan Adimulya, 1997). Areal

ini terdapat pada bagian afdeling Andongsili dan Kayulandak, sedangkan bagian

afdeling pagilaran hanya sedikit areal tanaman belum menghasilkan. Setiap

bagian afdeling berbeda dalam pengelolaan tanaman belum menghasilkan.

Kebun Pagilaran

Tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kebun pagilaran merupakan

konversi lahan dari kopi menjadi teh, sehingga luas lahan TBM Pagilaran belum

dicantumkan ke dalam areal Perkebunan PT Pagilaran (Tabel 1). Jenis klon yang

ditanam adalah Pagilaran 4 (PGL 4) dan Pagilaran 11 (PGL 4). Sebelumnya lahan

Page 37: Penanaman Teh

ini dibuat teras terlebih dahulu dengan tujuan agar tanah lebih tahan lama dan

tidak terjadi erosi. Selain itu dibuat saluran drainase yang buntu untuk

menampung air atau yang disebut got buntu.

Pada Perkebunan Pagilaran TBM yang berumur 3 bulan dilakukan

pemupukan dengan menggunakan pupuk tablet. Pupuk ini merupakan campuran

antara pupuk primer yaitu Urea, SP-36, dan KCl. Pupuk ini diberikan dengan cara

membuat dua lubang dengan tugal di samping tanaman. Dosis pupuk tiap tanaman

adalah 6 gram atau enam tablet karena bobot satu tablet 1 gram. Jadi tiap lubang

diberi tablet, lalu ditutup kembali dengan tanah. Standar pekerja satu orang

adalah 1 000 m².

Kebun Andongsili

Pada kebun Andongsili luas areal tanaman belum menghasilkan (TBM)

yaitu 6.5 ha. Umur tanaman pada saat ini sekitar 3 tahun, dan masih ada

penyulaman. Klon yang ditanam adalah TRI 2025. Pertumbuhan tanaman tidak

seragam karena waktu penanaman tidak bersamaan. Bibit teh yang ditanam pada

bulan kemarau mengalami kegagalan, sehingga memerlukan penyulaman.

Sedangkan bibit yang ditanam pada akhir kemarau tumbuh dengan subur.

Pemeliharaan yang dilakukan di TBM antara lain pemupukan, penyiangan,

penggemburan, penanaman pohon pelindung sementara dan pembentukan bidang

petik.

Pemupukan yang dilakukan pada awal tanam dan 3 bulan setelah tanam.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan kandungan NPK 5:1:3.

Dosis yang diberikan setiap tanaman adalah 20 gram. Pemeliharaan selanjutnya

adalah pengendalian gulma yang dilakukan secara intensif yaitu dengan cara

manual dan kimiawi. Penyiangan secara manual dilakukan oleh para pekerja

dengan menggunakan sabit. Gulma yang telah disiangi, dikumpulkan di tempat

yang terbuka. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida dilakukan

apabila tidak hujan. Herbisida yang digunakan adalah Round up dengan bahan

aktif Glyphospate yang dapat aktif apabila tidak terkena air minimal 2 jam. Pada

saat penulis melakukan kegiatan magang, tidak dilakukan pengendalian gulma

dengan herbisisda, karena musim hujan sedang berlangsung.

Page 38: Penanaman Teh

Penggemburan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul, untuk

meningkatkan kesuburan tanah. Sebelum menanam tidak diberi pupuk kompos

dan tidak dibuat terasiring, sehingga diperlukan penggemburan. Pembuatan rorak

sudah dilakukan akan tetapi karena hujan, rorak menjadi rusak dan hilang.

Penanaman pohon pelindung dilakukan, setelah teh ditanam. Pohon

pelindung yang ditanam adalah Puhli (Theprosia sp.). Tanaman ini hanya

bertahan selama satu tahun, dan akan mati dengan sendirinya. Jarak tanaman tidak

ditentukan, dan ditanam secara acak.

Pembentukan bidang petik dilakukan setelah tanaman berumur 3-4 bulan

setelah bibit ditanam di lapang. Cara yang digunakan antara lain Centering,

Bending atau kombinasi keduanya. Cara yang lebih banyak yang digunakan

adalah Centering, yaitu dengan memotong batang utama setinggi 15 – 20 cm dari

tanah. Cara ini memiliki beberapa kelebihan yaitu batang samping yang tumbuh

lebih kuat, tahan lama tidak mudah membusuk akan tetapi pertumbuhannya

lambat. Selain cara Centering juga dilakukan dengan cara Bending yaitu dengan

melengkungkan batang samping dengan bantuan ranting. Setelah dua bulan

ranting dilepas dan batang samping tidak tegak lagi, cabang-cabang baru akan

muncul di atas batang samping tersebut. Cara ini lebih cepat menutup serta cepat

tumbuh dan dapat dipetik pada umur tiga tahun. Akan tetapi pertanaman tidak

tahan lama hanya sekitar 15 – 20 tahun karena pangkal batang mudah membusuk.

Kebun Kayulandak

Bagian Kebun Kayulandak mempunyai kebun TBM dengan luas 8.75 ha,

dan umur tanaman tersebut 4 tahun dengan tahun penanaman 2004. Penanaman

TBM ini dilakukan dalam upaya peremajaan tanaman teh yang sudah tidak

produktif. Klon yang ditanam dalam satu blok ini bermacam-macam antara lain

klon Gambung 7, Gambung 9, MPS dan masih banyak lagi, tetapi yang lebih

didominankan klon Gambung 7. Pemeliharaan di TBM Kayulandak antara lain

penyulaman, penggemburan, penyiangan, pembentukan bidang petik,

pemangkasan awal, pemupukan, pembuatan rorak, pembuatan got panjang dan

penanaman pohon pelindung sementara.

Page 39: Penanaman Teh

Penyulaman hingga saat ini masih dilakukan untuk mengganti tanaman

yang gagal tumbuh. Tanaman banyak yang gagal tumbuh disebabkan oleh lahan

yang berbatu dan serangan hebat hama. Hama yang menyerang adalah hama

penggerek batang (Zeuzela coffeae) yang menyebabkan daun kuning, kemudian

rontok dan mati.

Penyulaman selain dengan menggunakan bahan stek, juga dilakukan

dengan bahan tanam dari hasil cangkok. Bahan tanam dari cangkok ini digunakan

sebagai percobaan. Berdasarkan pengamatan penulis di lapang hasil cangkok tidak

sekuat bahan tanam stek karena batangnya mudah membusuk.

Awal penanaman dilakukan penggemburan dan pembuatan teras. Setiap

teras minimal satu baris tanaman apabila lahan sangat curam. Lebar dari teras juga

harus mengacu pada jarak tanam. Semakin lebar jarak tanam maka semakin lebar

pula teras yang dibuat. Pada tanah datar jarak tanam yang digunakan pada lahan

TBM ini adalah double row seperti Gambar 6.

Kegiatan rutin yang harus dilakukan pada lahan TBM adalah

penggemburan tanah. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperbaiki struktur

tanah. Pengemburan dilakukan setahun 3 kali, dengan menggunakan cangkul dan

garpu.

Pengendalian gulma di kebun Kayulandak menggunakan cara manual,

sedangkan penggunaan herbisida jarang dilakukan. Cara penyiangan dengan

menggunakan cara manual dilakukan 4 kali setahun. Standar penyiangan, pekerja

harus menyelesaikan 2.25 patok per hari. Upah yang diberikan kepada pekerja

penyiangan Rp 6 500.00/patok.

60

120

Gambar 6. Jarak Tanam double row

Page 40: Penanaman Teh

Penanaman tanaman pelindung sementara bertujuan untuk melindungi

tanaman dari cahaya matahari karena tanaman masih belum bisa menyesuaikan

dengan cahaya matahari. Selain itu juga melindungi tanah dari erosi. Tanaman

pelindung sementara yang digunakan pada kebun Kayulandak sama dengan kebun

Andongsili yaitu Theprosia sp. Tanaman ini juga dapat meningkatkan kesuburan

tanah dengan mengikat nitrogen bebas, karena mengandung bintil akar yang

bersimbiosis dengan Rhizobium. Tanaman ini digunakan sebagai tanaman

pelindung hingga tanaman teh dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungan.

Tanaman ini sendiri dapat hidup selama 3 tahun. Apabila tanaman teh sudah dapat

menyesuaikan dengan cahaya matahari kurang dari 3 tahun maka tanaman

pelindung sementara ditebang. Tanaman pelindung sementara ditanam selang

setengah bulan setelah penanaman teh. Setiap empat tanaman teh ditanam satu

tanaman pelindung sementara.

Pembentukan bidang petik banyak digunakan teknik Centering. Teknik ini

dimulai pada saat tanaman teh berumur tiga bulan setelah tanam. Dipotong

setinggi maksimal 20 cm dari tanah, semakin rendah tanaman yang dihasilkan

semakin kuat. Selanjutnya dilakukan selama enam kali hingga teh berumur 18

bulan. Apabila sudah tumbuh tunas dipotong pada batas tunas yang memiliki arah

keluar minimal dua arah telah terisi. Centering lebih efisien dibandingkan dengan

Bending, karena teknik Centering menggunakan alat gunting sehingga satu orang

pekerja dapat mengerjakan 1 ha per hari. Sedangkan Bending membutuhkan kayu

untuk menyangga cabang yang dilekungkan, sehingga pekerjaan kurang efisien.

Pemupukan dilakukan setahun empat kali dengan menggunakan pupuk

NPK. Dosis yang digunakan adalah 8 gram/perdu, dengan perbandingan NPK

yaitu 2 : 2 : 1. Cara aplikasinya dengan membuat bokoran berdiameter 20 cm dari

perdu disekitar tanaman dengan cangkul.

Pembuatan rorak dilakukan pada umur 3 bulan dan dibuat satu tahun

sekali. Rorak ini bertujuan untuk membuang sarasah hasil penyiangan. Serasah

tersebut dimasukan dalam rorak, agar menjadi kompos sehingga menyuburkan

tanah. Rorak ini dibuat dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm dan dalam 60

cm, serta jarak antar rorak 400 cm. Selain untuk menyuburkan tanah rorak juga

untuk menyimpan air dengan mengendapkan air.

Page 41: Penanaman Teh

Pembuatan got panjang bertujuan untuk pembuangan air agar tidak terjadi

erosi dan pencucian hara. Selain untuk menyimpan air pada saat musim hujan dan

mengalirkannya pada saat musim kemarau. Ukuran got panjang yaitu lebar 60 cm,

dalam 60 cm dan panjang sesuai dengan panjangnya teras. Setiap patok dibuat 2

got panjang. Pembuatan ini dipilih teras yang cukup untuk lebar got panjang.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Pemeliharaan kebun yang dilakukan oleh PT. Pagilaran diantaranya adalah

pemangkasan, penyiangan, penyulaman dan pemupukan. Kegiatan lainnya

merupakan kegiatan berurutan setelah pemangkasan adalah kubur ranggas, kerik

lumut, dan penggarpuan. Seharusnya urutan kegiatan setelah pangkas adalah kerik

lumut, kubur ranggas dan penggarpuan. Akan tetapi urutan ini tidak efektif

dilakukan di lapang.

Pengendalian Gulma

Gulma yang dominan di kebun Pagilaran adalah Ageratum conizoides,

Clydemia hirta, Centrocema pubescens, Cromellina diffusa, Cynodon dactilon,

Oplisminus compesitus, Paspalum conjugatum. Penyiangan dilakukan 3-4 bulan

sekali dengan cara manual. Alat yang digunakan adalah sabit atau arit. Standar

yang digunakan tiap pekerja adalah 2 patok, sedangkan penulis mendapat 80 m².

Upah yang diberikan tiap patoknya adalah Rp 7 500 akan tetapi dapat berubah

tergantung kesepakatan dari pekerja dan mandor besar.

Pengendalian gulma juga dilakukan berdasarkan umur pangkas. Tanaman

yang berumur satu tahun setelah pemangkasan dilakukan penyiangan 4 kali dalam

setahun. Tanaman yang berumur dua tahun setelah pangkas dilakukan 3 kali

dalam setahun. Untuk tanaman berumur tiga tahun setelah pangkas dilakukan 2-3

kali setahun. Sedangkan untuk tanaman berumur empat tahun setelah pangkas

atau hampir dipangkas penyiangan dilakukan 2 kali setahun. Pada saat ini terdapat

pengurangan residu penggunaan bahan kimia termasuk herbisida. Untuk itu

Penggunaan herbisida hanya dilakukan setahun sekali untuk tiap blok, dan hanya

dilakukan pada tanaman yang berumur setahun setelah pangkas. Hal ini dilakukan

karena tanaman belum menutup tanah sehingga pertumbuhan gulma yang terlalu

Page 42: Penanaman Teh

besar, sehingga sulit dilakukan secara manual. Herbisida yang digunakan adalah

Round Up, dengan dosis 3.5 liter/ha. Setelah penggunaan herbisida biasanya

dilakukan kegiatan garpu ekstra.

Herbisida Round Up merupakan herbisida sistemik tidak selektif dengan

bahan aktif Gliphospat. Heribisida ini mempunyai daya berantas yang luas, selain

untuk memberantas jenis-jenis gulma berdaun lebar juga dapat digunakan untuk

jenis gulma berdaun sempit dan teki-tekian. Herbisida ini bekerja secara sistemik,

sehingga dapat mematikan gulma sampai ke perakarannya. Oleh sebab itu baik

digunakan untuk memberantas jenis-jenis gulma berdaun sempit maupun berdaun

lebar tahunan yang berkembang biak secara vegetatif (Pusat Penelitian

Perkebunan Indonesia, 1997).

Pada afdeling Andongsili lebih sulit melakukan penyiangan, karena gulma

yang tumbuh lebih banyak dan lebih lebat. Hal ini dikarenakan kelembaban yang

lebih tinggi dan tenaga kerja yang kurang. Keadaan lahan yang lebih terjal dan

tidak dibuat teras sehingga membuat pekerja sulit melakukan penyiangan. Jadi

untuk menentukan upah pekerja tergantung dari keadaan kebun. Apabila keadaan

sulit maka upah kerja lebih mahal. Upah pekerja bekisar Rp 10 000 – Rp 12 000.

Hasil penyiangan secara manual dikumpulkan pada bagian yang sudah

dibersihkan yang nanti akan dibalik pada saat penggarpuan.

Di Kayulandak penyiangan dilakukan 2-3 kali setahun dengan cara

manual. Dibandingkan tanaman TBM, penyiangan pada tanaman dewasa lebih

jarang karena tanah yang sudah tertutup perdu teh sehingga tidak banyak gulma

yang tumbuh. Pemakaian herbisida dilakukan setiap dua tahun sekali dengan

menggunakan Round Up, terutama pada saat akan dilakukan penggarpuan. Setelah

kegiatan penyiangan dilakukan pembuatan rorak (got buntu) dengan ukuran

panjang 200 cm, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm, dengan jarak antar rorak 4 m

(400 cm) yang diukur dengan tombak. Peletakan rorak berselang-seling, dengan

jumlah 16 rorak dalam satu patok (400 m3). Pembuatan rorak ini bertujuan untuk

menimbun hasil penyiangan tetapi tidak ditutup. Sehingga gulma yang ditimbun

tersebut akan membusuk dan dapat menambah kesuburan tanah serta mencegah

erosi. Standar pembuatan rorak seorang pekerja adalah satu patok (16 rorak).

Page 43: Penanaman Teh

Pemupukan

Pemupukan di kebun Pagilaran dilakukan dua kali dalam setahun awal dan

akhir musim hujan, berarti enam bulan sekali. Akan tetapi hanya dilakukan

apabila biaya memadai. Pupuk seharusnya diberikan antar bulan Maret hingga

Mei atau September hingga November. Pada saat ini terjadi keterlambatan dalam

pengiriman pupuk. Pemupukan pada tahun ini hanya dilakukan sekali setahun.

Hal ini dikarenakan kurangnya biaya pemeliharaan. Pemupukan dilakukan apabila

terdapat pengiriman pupuk. Pupuk yang dikirim hanya dapat memupuk sekitar 15

blok untuk masing-masing kebun. Seharusnya yang dipupuk 20-40 blok.

Pupuk yang digunakan pupuk kimia yaitu campuran urea, SP-36, dan KCl.

Dosis yang digunakan 45 gram per perdu, sehingga seharusnya dalam satu karung

dengan berat 25 kg dapat diberikan 555 perdu Kebutuhan pupuk dalam satu hektar

lahan teh adalah 360 kg. Dalam sehari luas areal yang dipupuk sekitar 8 ha dengan

kebutuhan 83 karung atau 2.75 ton. Pupuk yang digunakan dalam bentuk tablet

yang melepaskan hara secara perlahan, sehingga kegiatan pemupukan kembali

dibutuhkan waktu yang lama.

Cara pemberian pupuk dengan membuat lubang di sekitar perdu teh (jarak

dari perdu 15 cm) dengan kedalaman kira-kira 8 cm, kemudian dimasukan pupuk

sesuai takaran yang diberikan. Dalam satu hektar lahan teh membutuhkan tujuh

orang pekerja. Pemupukan dengan bahan organik juga dilakukan, tetapi hanya jika

bahan pupuk tersedia. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang,

dengan kebutuhan 10 ton/ha.

Pembagian kegiatan pemupukan tiap pekerja adalah tiga orang membawa

pupuk dari tempat penurunan pupuk ke pekerja yang akan memberikan pupuk ke

pemupuk, satu orang memberikan pupuk kepada pemupuk, satu orang

mengumpulkan karung, dan sisanya berpasangan sebagai pembuat lubang dan

pemberi pupuk (pemupuk) sekaligus menutup lubang. Standar pekerja pemupukan

adalah 1 250 m²/orang, sedangkan penulis mendapat 240 m². Upah yang diberikan

merupakan upah harian 5 jam yaitu Rp 13 500.

Dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan memerlukan pengawasan yang

intensif karena banyak terjadi penyimpangan. Pada pengamatan yang dilakukan

penulis dalam pemberian pupuk, seharusnya satu karung (25 kg) untuk 555 perdu

Page 44: Penanaman Teh

dengan menggunakan takaran yang sudah diperkirakan bahwa berat satu takaran

tersebut 45 gram/perdu. Akan tetapi pada pelaksanaannya satu perdu mendapat 81

gram/perdu atau satu karung pupuk untuk 307 perdu tanaman teh, sehingga

pemberian pupuk ini tidak efisien. Selain itu juga dalam penutupan pupuk terdapat

25 % yang tidak ditutup dan sekitar 35 % perdu yang tterlewat tidak dipupuk.

Pemupukan pada daun juga dilakukan dengan yang menggunakan pupuk

Super Max yang sudah dijelaskan kandungannya dalam pembibitan. Untuk

tanaman menghasilkan dosis yang digunakan satu liter pupuk daun cair untuk

luasan satu hektar. Berdasarkan pengamatan penulis, pupuk sebelumnya

diencerkan dengan air dengan konsentrasi 3 cc per liter air dan dicampur dengan

urea yang dicairkan (konsentrasi 0.1 %). Urea digunakan sebagai bahan perekat

pupuk dengan daun. Campuran pupuk dimasukkan ke dalam alat penyemprot.

Alat yang digunakan adalah Knapsack Sprayer (Gambar 7) dengan kapasitas 15

liter yang digunakan untuk 1.5-2 patok. Dosis pupuk daun yang dilakukan di

lahan hanya 0.75 liter per hektar, karena ada penambahan larutan urea.

Kegiatan sebelum melakukan pemupukan, terlebih dahulu mempersiapkan

air sehari sebelum pelaksanaan, karena pengangkutan air membutuhkan waktu

yang lama. Pemberikan pupuk ini tidak boleh terkena air hujan minimal 4 jam.

Pupuk ini diberikan pada tanaman yang berumur pendek pada tanaman belum

menghasilkan, seperti klon PS yang berumur 2 tahun sudah dipetik. Pemberian

Gambar 7. Pemupukan Daun

Page 45: Penanaman Teh

pupuk daun ini dimaksudkan untuk menambah ketebalan daun. Standar

pemupukan daun setiap pekerja mendapat 0.5 ha.

Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan empat tahun sekali, berarti perkebunan Pagilaran

menggunakan gilir pangkas empat tahun. Sehingga dalam setahun luas lahan yang

dipangkas seperempat dari seluruh luas kebun. Misalnya luas kebun Pagilaran

kira-kira 428.072 ha, sehingga dalam setahun luas lahan yang dipangkas 107.018

ha, dengan target selama 6 bulan sudah dilakukan pemangkasan seluas 60.211 ha

(60 % dari luas yang akan dipangkas). Pemangkasan ini biasanya dimulai bulan

Maret atau April. Luas ini dibagi kembali per blok kebun, dan per blok

pemangkasan dilakukan selama sebulan, yang seharusnya dapat dilakukan selama

setengah bulan. Satu blok kebun terdapat 16 pekerja, yang setiap pekerja

diberikan satu patok dengan luas kira-kira 400 m². Pada kebun Andongsili pekerja

yang ada sekitar 12 orang, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memangkas

satu blok (14.5 ha) adalah 45 hari.

Tinggi pemangkasan dari tanah bertahap dari 40 hingga 70. Apabila tahun

ini pemangkasan 40 cm maka pemangkasan selanjutnya 65 cm, setiap gilir

pangkas naik 5 cm. Apabila sudah sampai 70 cm maka kembali diturunkan 45 cm

dan seterusnya. Semakin tinggi pangkasan semakin cepat pucuk tumbuh.

Presentasi tanaman mati akibat pangkasan hanya kurang dari 5 %.

Gambar 8. Lahan yang Telah Dipangkas

Page 46: Penanaman Teh

Sebelum pemangkasan dilakukan petikan gendesan, yaitu mengambil

semua pucuk sebelum dipangkas. Akan tetapi sebaiknya sebelum dipangkas

pucuk dibiarkan selama 2 bulan untuk mengumpulkan pati di dalam akar. Kadar

pati ini dapat dilihat dari bekas potongan pada batang yang mengeluarkan cairan.

Para mandor pemangkasan membuat contoh terlebih dahulu, sebelum

pemangkasan dilakukan oleh pekerja. Kemudian dilakukan kesepakatan dengan

pemborong dengan harga yang cocok. Pemangkasan hanya bisa dilakukan oleh

para pekerja yang mahir pemangkasan. Tinggi pohon yang akan dipangkas diukur

terlebih dahulu, misalnya 55 cm menggunakan kayu. Kemudian kayu ini

digunakan untuk menjadi patokan di kebun. Tetapi hanya satu saja yang diukur

kemudian yang lain mengikuti tanaman yang telah diukur tadi. Hal ini agar hasil

pangkasan terlihat rata, sehingga tidak semua tanaman diukur. Hasil pangkasan

yang berupa ranting-ranting (ranggas) diletakkan di atas tanaman teh yang telah

dipangkas, hal ini untuk mengurangi penguapan pada batang teh yang terbuka.

Apabila cuaca baik, hasil pangkasan dapat dipetik lagi pada umur 2.5-3

bulan. Sebaliknya apabila cuaca tidak mendukung, seperti saat ini dimana hujan

terlampau sering, hasil pangkasan dapat dipetik kembali setelah berumur lebih

dari 3 bulan. Pangkasan harus dipotong miring (45°) untuk menghindarkan

pembusukan akibat dari masuknya air hujan. Potongan yang miring akan

mengalirkan air ke bawah, apabila potongan datar akan menampung air hujan,

sehingga batang menjadi busuk. Selain itu pisau pangkas harus tajam agar batang

tidak pecah yang mengakibatkan tanaman menjadi busuk.

Pemangkasan di Kayulandak juga terdapat pemangkasan jambul (Gambar

9). Pangkas jambul adalah pangkasan yang meninggalkan daun kurang lebih 100

lembar daun. Hal ini dilakukan karena jenis tanaman teh yang ditanam tidak tahan

terhadap panas sehingga diperlukan pelindung. Klon ini adalah jenis PS yang

tidak tahan panas. Setelah pemetikan jendangan sisa jambul dipotong. Pada kebun

Kayulandak setelah pemangkasan dibuat got panjang dengan ukuran lebar 60 cm,

tinggi 60 cm dan panjang menyesuaikan panjang lahan teras. Pembuatan got

panjang ini bertujuan untuk menyimpan air dan mengalirkan air yang berlebih.

Page 47: Penanaman Teh

Kubur Ranggas

Kegiatan selanjutnya setelah pemangkasan adalah kubur ranggas atau belet

ranggas. Ranggas merupakan ranting-ranting sisa pemangkasan. Kubur ranggas

berarti membenamkan ranting-ranting sisa pangkasan ke dalam tanah. Hal ini

dilakukan disela-sela tanaman teh. Kubur ranggas dilakukan dengan tujuan untuk

mengembalikan unsur hara ke tanah, kemudian digunakan kembali oleh tanaman

teh. Kegiatan ini dilakukan seminggu setelah pemangkasan, karena untuk

menghilangkan gas beracun yang dikeluarkan dari sisa-sisa ranting tersebut.

Seharusnya sampai ranting benar- benar kering, akan tetapi untuk memberikan

pekerjaan pada pekerja supaya tidak menganggur maka dilakukan seminggu

setelah pemangkasan. Kegiatan ini tidak selalu dilakukan setelah pemangkasan

dapat pula dilakukan setelah kerik lumut seperti pada kebun bagian Andongsili.

Kerik Lumut

Kegiatan ini dilakukan setengah bulan setelah kubur ranggas. Tujuan dari

kerik lumut adalah untuk membersihkan lumut dan tumbuhan yang menempel

pada batang teh. Batang teh terdapat pada kondisi yang lembab akibat dari

ternaungnya daun teh, sehingga banyak lumut dan tumbuhan yang menempel pada

batang teh. Selain itu tujuan dari kerik lumut adalah menghilangkan hama dan

penyakit yang menempel pada lumut di batang teh sehingga pertumbuhan tunas

tidak terhambat. Alat yang digunakan adalah karung bekas tempat teh diangkut,

karung beras, atau alat lain yang mempunyai permukaan kasar. Bahkan ranting-

ranting teh pun dapat digunakan. Tidak terdapat alat khusus dalam kegiatan ini.

Gambar 9. Pangkasan Jambul

Page 48: Penanaman Teh

Cara kerik lumut tinggal menggosok-gosokan alat ke batang teh. Prestasi pekerja

dalam sehari 400 m² (satu patok) dengan upah antara Rp 14 000-Rp 15 500.

Untuk setiap patoknya tergantung kebersihan pohon teh dari lumut, sedangkan

penulis mendapat 100 m².

Pada Kebun Andongsili kerik lumut dilakukan sebelum kubur ranggas. Hal

ini dikarenakan pekerja yang kurang. Keadaan tanaman teh yang mempunyai

lumut yang lebih tebal dan banyak, juga akan memperlambat pekerja dalam

melakukan kegiatan kerik lumut. Hal ini menyebabkan tanaman teh terlalu lama

dibiarkan, sehingga akan segera bertunas. Akan tetapi tunas yang tumbuh akan

terhambat karena adanya lumut dan tumbuhan lain yang menempel pada tanaman

teh.

Proses kegiatan kerik lumut dilakukan setelah menyingkirkan ranting-

ranting (ranggas) yang terdapat di atas tanaman teh. Pada pelaksanaan kerik lumut

bagian bawah tanaman dibersihkan, dan kerik lumut dimulai dari tanaman bagian

bawah terlebih dahulu. Bagian tunas yang akan tumbuh harus bersih dari lumut

agar tunas tumbuh dengan baik. Setelah selesai kerik lumut, ranggas dikembalikan

ke atas tanaman teh atau langsung dilakukan kegiatan kubur ranggas.

Penggarpuan

Penggarpuan dilakukan setelah kerik lumut. Sebelum dilakukan

penggarpuan, dilakukan pembersihan gulma terlebih dahulu. Tujuan dari

penggapuan ini adalah mengemburkan tanah dengan membalik tanah, menjaga

aerasi tanah dan memutuskan sebagian akar teh karena teh merupakan tanaman

yang membutuhkan regenerasi akar. Alat yang digunakan adalah garpu, dan tidak

menggunakan cangkul karena dapat terjadi pemutusan akar yang besar sehingga

dapat merusak akar. Selain itu juga dilakukan garpu ekstra ketika tanaman

berumur satu tahun setelah pangkas. Garpu ekstra ini biasanya dilakukan setelah

pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Prestasi pekerja

penggarpuan 400 m² selama 5 jam kerja, sedangkan penulis mendapat 4 m². Upah

seorang pekerja Rp 14 500/patok.

Penggarpuan di kebun Andongsili lebih sulit dilakukan karena keadaan

kebun yang terjal, gulma yang tinggi, dan tidak terdapat terasering. Selain itu

Page 49: Penanaman Teh

barisan yang tidak teratur. Penggarpuan di kebun ini sering terlambat, hal ini

dikarenakan gulma yang terlalu banyak dan kurangnya pekerja.

Pemetikan

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi

syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk

kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan

(Tobroni dan Adimulya, 1997). Pemetikan yang dilakukan di PT Pagilaran adalah

pemetikan jendangan, produksi dan gendesan. Setiap mandor membawahi 40

orang pemetik. Untuk pemetikan tidak ditentukan luasan yang harus dipetik. Akan

tetapi setelah penulis melakukan pengamatan dalam sehari rata-rata seorang

pemetik memetik dengan luas 134.6 m² dengan hasil pucuk 60 kg. Pada bagian

kebun Kayulandak penulis memetik selama 5 jam mendapat 14 kg.

Sejak tahun 1975 pemetikan banyak menggunakan gunting, walaupun

sudah diketahui kualitas petikan menggunakan tangan lebih baik, tetapi masih

digunakan gunting. Hasil petikan dengan menggunakan gunting lebih kaku dan

luka yang ditinggalkan lebih lama kering daripada petikan dengan tangan. Akan

tetapi dengan menggunakan gunting hasil produksi lebih besar daripada

menggunakan tangan Tujuan dari pemetikan adalah mengambil pucuk untuk

produksi di pabrik yang berkisenambungan. Untuk itu diperlukan kecermatan

dalam pemetikan agar pada saat gilir petik selanjutnya masih berproduksi tinggi,

serta memperhatikan pucuk yang diambil, dibuang dan dibiarkan..

Pemetikan produksi digunakan gilir petik 10 hari. Rumus petikan yang

digunakan adalah medium dengan daun muda yang masih menggulung yaitu

maksimal p + 3m. Pemetikan disini lebih mementingkan kuantitas yang maksimal,

bukan kualitas.

Cara pemetikan produksi di PT Pagilaran gabungan antar petikan ringan,

sedang dan berat. Petikan ringan dilakukan apabila daun yang ditinggalkan pada

perdu satu atau dua di atas kepel (k + 1 atau k + 2). Petikan sedang yaitu daun

yang ditinggalkan di atas perdu tidak ada (k + 0), tetapi dipinggir perdu

ditinggalkan satu (k + 1). Dan petikan berat adalah pemetikan yang tidak

meninggalkan daun sama sekali di perdu (k + 0).

Page 50: Penanaman Teh

Pucuk yang diambil sesuai standar yaitu bidang petik. Untuk burung harus

dipetik dengan rumus b + 1m. Apabila tidak dipetik maka akan muncul pucuk

kembali sekitar 100 hari. Sedangkan apabila burung dipetik maka muncul pucuk

kembali 54 hari. Untuk pucuk yang berada di pinggir-pinggir perdu sebaiknya

jangan diambil, agar dapat menyatu dengan tanaman yang ada disebelahnya,

sehingga dapat menutupi tanah. Untuk cakar ayam apabila berada diatas bidang

petik harus dipetik karena dapat mengambat pertumbuhan pucuk, sedangkan yang

berada dibawah bidang petik sebaiknya jangan dibuang terlebih dahulu karena

dapat membuat lubang di perdu.

Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal

setelah tanaman dipangkas. Pada Perkebunan Pagilaran pemetikan jedangan

dilakukan setelah 2.5 bulan setelah pemangkasan, dan dilakukan 6-10 kali.

Pemetikan ini dilakukan apabila pucuk memenuhi syarat untuk dipetik yaitu

ketika muncul p + 3, berada diatas bidang petik dan berwarna kuning kehijauan

(manjing). Pemetikan jedangan dilakukan memotong minimal 4 daun diatas daun

kepel, sehingga daun yang ditinggal mempunyai rumus k+0. Tetapi untuk

meratakan bidang petik tidak semua menggunakan rumus k+0, dapat juga k+1.

Pemetik jendangan rata-rata mendapat 35-40 kg/hari, sedangkan penulis mendapat

3 kg.

Tinggi bidang petik jendangan terhadap bidang pangkasan tergantung pada

tinggi rendahnya pangkasan. Apabila tinggi pangkasan 55 cm dari tanah maka

petikan jedangan 10-15 cm dari luka pangkas. Semakin tinggi pangkasan dari

tanah maka semakin pendek petikan jedangan. Petikan ini dilakukan kembali

sesuai dengan gilir petik yaitu sekitar 10 hari. Hasil dari petikan jedangan

sekarang digunakan untuk produksi. Pada bagian Kayulandak pemetikan

jendangan benar-benar diperhatikan. Ketinggian pucuk yang diambil agar

menghasilkan bidang petik yang rata. Selain itu pemetik hanya terdapat 2-4 orang

untuk 1 ha luas kebun. Hal ini dilakukan agar pengawasan lebih mudah. Pada

bagian kebun Kayulandak dalam sehari pemetik jendangan mendapatkan pucuk

90 kg.

Setyamidjaja (1997) menyatakan pemetikan gendesan merupakan

pemetikan yang dilakukan pada kebun yang akan dipangkas. Pada Perkebunan

Page 51: Penanaman Teh

Pagilaran petikan gendesan dilakukan setengah bulan sebelum pemangkasan. Pada

pemetikan ini, semua pucuk yang memenuh syarat untuk diolah akan dipetik

tanpa memperhatikan daun yang tinggalkan. Petikan ini bertujuan untuk

mengurangi hasil produksi akibat pemangkasan.

Harga pucuk teh yang diberikan untuk pemetik adalah Rp 390/kg. Setiap

mandor diberikan target luas lahan yang harus dipetik selama gilir petik. Misalnya

setiap mandor harus memetik pucuk teh 1 blok (18 ha), dan gilir petik 10 hari,

sehingga untuk setiap hari harus memetik seluas 2 ha. Hasil ini diperoleh dari 18

ha dibagi 9 hari, karena pada hari ke 10 sudah pindah ke blok lain. Apabila dalam

9 hari tersebut terdapat hari libur maka harus menambah luasanya misalnya

menjadi 2.5 ha.

Jenis kelamin pemetik mempengaruhi hasil pemetikan. Pemetik wanita

mendapat pucuk lebih halus daripada pemetik pria tetapi berdasarkan kuantitas

pemetik pria lebih banyak daripada pemetik wanita.

Bagian Afdeling Andongsili mempunyai ketinggian tempat lebih dari

Afdeling Pagilaran yaitu 1 200 m dpl, sehingga gilir petiknya lebih lama yaitu 12

hari. Luas kebun Andongsili sekitar 310 ha, dengan 30 blok yang memiliki luasan

yang berbeda-beda. Setiap blok memiliki patok dan untuk luasan 1 ha memiliki 28

patok, sehingga satu patok mempunyai luas sekitar 360 m.

Pemetikan menggunakan tangan akan meninggalkan cakar ayam di bidang

petik. Cakar ayam merupakan bentuk pertumbuhan tunas lebih dari 2 buah dari

ketiak daun. Tunas tersebut berukuran kecil dan biasanya cepat menjadi burung.

Cakar ayam ini harus segera dibuang dan dipetik dengan cara yang benar.

Pemetikan dengan menggunakan gunting dapat mengurangi cakar ayam, selain itu

fermentasi dini pada pucuk dapat terhindar.

Evaluasi analisis pucuk yang didapat oleh para mandor dilakukan setiap

setengah bulan sekali. Analisis pucuk dilakukan oleh pegawai pabrik, sedangkan

analisis petik dilakukan oleh mandor. Selain itu juga dilakukan evaluasi dari perdu

yang telah dipetik. Penilaian yang dilakukan oleh para mandor adalah jumlah

cakar ayam yang ditinggal, daun yang masih ditinggal, bidang petik, pucuk yang

harus ditinggal dan pucuk burung yang masih tertinggal. Kemudian hasil yang

didapat adalah jumlah persentasi dari pengamatan mandor.

Page 52: Penanaman Teh

Pengolahan

Pengolahan di Unit Produksi Pagilaran adalah pengolahan teh hitam

Orthodox Rotorvane. Rangkaian kegiatan dimulai dari pelayuan, penggilingan dan

sortasi basah, Oksidasi enzimatis (fermentasi), pengeringan, sortasi kering, dan

pengepakan. Pengolahan oleh PT Pagilaran berdasarkan keinginan pelanggan.

Pelayuan

Proses pelayuan terdapat beberapa yang perlu diperhatikan yaitu peralatan,

bahan baku, dan tenaga kerja. Tujuan dari pelayuan adalah memudahkan proses

berikutnya, mengurangi kadar air, dan menciptakan rasa. Peralatan terdiri dari

palung pelayuan/ Withering Trough (22 buah) (Gambar 10) yang berkapasitas 1

500-2 000 kg pucuk/palung, Blower (25 buah) dengan kecepatan 1 460 rpm,

Hitter/kompor yang berbahan baku kayu dan BBM tetapi lebih banyak

menggunakan kayu (2 buah), peti angkut (6 buah) yang berkapasitas 100 kg,

timbangan (4), penyekat, kotak pelayuan, alat pengukur suhu. Bahan bakunya

pucuk teh p + 3. Tenaga kerja dipelayuan terdapat 18 orang dengan pembagian 3

waktu kerja masing-masing 6 orang.

Tahap – tahap pelayuan dimulai dengan mengalirkan udara segar tiap

palung sebelum pucuk diletakan di palung. Fungsi dari mengalirkan udara ini

adalah membersihkan debu dan kotoran. Pucuk yang sudah ditimbang dan

dianalisis diletakan di palung sesuai dengan kasar dan halusnya. Kemudian diberi

udara segar selama kurang lebih 18 jam sampai layu. Setelah 3 jam pucuk

diletakkan, kemudian diberi udara panas dengan suhu tergantung dari suhu

Gambar 10. Withering Trough

Page 53: Penanaman Teh

lingkungan (ruangan). Perbandingan suhu kompor dan suhu ruangan adalah 4 : 3

(Dry/Wet). Kemudian 3 – 4 jam selanjutnya balik wiwir yaitu pemerataan agar

pucuk tidak menggumpal dan dilakukan 4 – 5 kali/palung (tempo 3 – 4 jam). Cara

balik wiwir yaitu pucuk di dalam palung diambil 1 peti angkut kemudian

diletakan paling ujung agar rata. Untuk mengetahui yang sudah balik wiwir atau

belum dengan menggunakan papan penyekat. Proses pelayuan ini dilakukan

bertahap atau yang disebut dengan layu bertahap, karena kapasitas giling teh

hanya 1 000 – 1 700 kg.

Ciri – ciri daun yang telah layu adalah pucuk lentur dan lemas, warna

kuning kehijauan, berbau harum, terjadi penyusutan volume ± 50 – 52 %

maksimal 55 %. Pucuk yang lentur dan lemas adalah pucuk yang apabila

digenggam tidak patah dan membentuk gumpalan serta apabila dilepaskan

kembali seperti semula. Hal – hal yang mempengaruhi pelayuan adalah pucuk,

kondisi alam, peralatan, dan tenaga kerja. Pucuk yang kasar lebih cepat layu

daripada yang halus. Pucuk yang kering dari kebun lebih cepat layu daripada yang

basah. Dan ketebalan dipalung lebih tipis lebih cepat layunya. Kondisi alam

sangat mempengaruhi pelayuan, musim kemarau pucuk lebih cepat layu walau

tanpa kompor dibandingkan musim hujan dengan kompor. Pada musim hujan sulit

membuat penyusutan volume hingga 52 %.

Penggilingan dan sortasi basah

Alat yang digunakan pada PT Pagilaran adalah OTR (Open Top Roller)

PCR (Press Cup Roller), RRB (Rotary Roll Breaker), RV (Rotor Vane), Kereta

bubuk (bak penampung bubuk), Hygrometer dan Thermometer. Masing-masing

alat mempunyai fungsi dan jumlah yang berbeda. Fungsi-fungsi tersebut dapat

dilihat pada Tabel 2.

Proses terbentuknya bubuk basah ini dimulai dengan memasukkan pucuk

yang telah layu kedalam OTR (Gambar 12) dengan kapasitas 300-350 kg dan

kecepatan 1 460 rpm. Setelah kurang lebih 40 menit, hasil dari OTR dikeluarkan.

Kemudian hasil bubuk OTR dimasukkan RRB I yang terdapat 5 corong. 4 corong

merupakan tempat lolosnya RRB I yang kemudian menjadi bubuk I dan langsung

menuju ke kamar fermentasi. Untuk corong kelima atau terakhir, bubuk

Page 54: Penanaman Teh

dimasukkan RV I dan dilanjutkan oleh RRB II. Kegiatan sama seperti RRB I akan

tetapi RRB II akan menghasilkan bubuk II. Selanjutnya RV II dan RRB III yang

menghasilkan bubuk III. Kemudian dilanjutkan oleh RV III dan RRB IV yang

menghasilkan bubuk IV dan badag. Pada corong kelima RRB IV digiling kembali

oleh PCR dan dimasukan kembali ke RV III dan RRB IV. Untuk bubuk yang

tidak lolos RRB IV yang sudah masuk PCR dikategorikan sebagai badag.

Program penggilingan terdapat tiga jenis yaitu program BOP, program Dust, serta

program BOP dan Dust. Skema ketiga program tersebut dapat dilihat pada

Gambar 13.

Tabel 2. Jumlah dan Fungsi Alat Penggilingan serta Sortasi Basah

No Alat Jumlah Fungsi 1. OTR 6 buah menggulung, meremas, mememarkan dan

memotong pucuk yang telah dilayukan. 2. PCR 3 buah mengulung, memotong hasil gulungan dan

mengeluarkan cairan sel semaksimal mungkin, karena adanya tekanan yang diberikan dari bobot pucuk dan tekanan yang dikehendaki.

3. RRB 6 buah Memisahkan bubuk 1,2,3,4 dan badag hasil dari OTR dan PCR maupun dari Rotor Vane melalui ayakan pada RRB dan untuk menurunkan suhu bubuk yang keluar dari mesin serta membantu proses fermentasi.

4. RV 4 buah Mengecilkan ukuran partikel dan menyeragamkan ukuran partikel.

5. Kereta Bubuk 13 buah Memindahkan bubuk teh hasil penggilingan dari OTR ke RRB, dari RRB ke PCR, dari RRB ke RV dan sebaliknya.

Sumber : Bagian Pabrik, 2008

Gambar 11. PCR (Press Cup Gambar 12. OTR (Open Top Roller)

Page 55: Penanaman Teh

Program BOP

Program BOP dan DUST

Program DUST

Gambar 13. Skema Alur Penggilingan

Saat ini pengolahan sedang melaksanaan program Dust. Berdasarkan data

yang diambil tiga hari secara acak presentasi bubuk yang dihasilkan adalah 20 %

bubuk I, 36 % bubuk II, 24 % bubuk III, 9 % bubuk IV dan 11 % badag. Selama

proses tersebut terjadi perubahan suhu, yaitu pada saat keluar OTR suhu bubuk

28º C, saat keluar RRB suhu turun menjadi 23º C. Bubuk yang keluar RV suhu

naik menjadi 30º C, dan kembali 23º C ketika keluar RRB. Akan tetapi pada saat

keluar PCR suhu menjadi 27º C. Perubahan suhu ini akan mempengaruhi proses

oksidasi enzimatis (fermentasi). Bubuk sebaiknya jangan lebih dari 30º C atau

optimal 26.5º C, untuk itu dilakukan penguraian yang dilakukan oleh alat

pemecah gumpalan pada tiap alat. Kadar air pada bubuk basah berkisar 50-60%.

DAG UK IV

FERMEN

UK I UK III UK IV

PENGEm

DAG UK IV

FERMEN

UK I UK III UK IV

PENGEm

DAG UK IV

FERMEN

UK I UK III UK IV

PENGEm

Page 56: Penanaman Teh

Oksidasi enzimatis (Fermentasi)

Oksidasi enzimatis atau fermentasi dilakukan untuk menciptakan warna,

rasa, dan aroma pada teh hitam. Proses ini berlangsung sejak pucuk masuk ke

proses penggilingan hingga masuk ke kamar oksidasi (kamar fermentasi). Untuk

itu pada tempat penggilingan dan sortasi basah dilengkapi dengan Humidifier

yang menghembuskan uap air ke seluruh ruangan. Suhu ruangan penggilingan dan

sortasi basah kurang lebih 22º C - 23º C dan kelembaban 82 % - 92 %.

Setelah proses penggilingan dan sortasi basah selesai, bubuk basah

diletakkan pada baki fermentasi sesuai dengan jenis bubuknya. Baki-baki tersebut

ditempatkan di troli dan kemudian diletakan di ruang fermentasi dengan suhu 21°

C dan kelembaban 95 %. Keadaan tersebut dipertahankan dengan maksimal suhu

25° C dan kelembaban diatas 90 %. Lama fermentasi rata-rata 140 menit dengan

ketebalan bubuk dibaki rata-rata 7 cm. Kapasitas troli masing-masing 10 baki,

dengan bobot bubuk setiap baki rata-rata 5 kg, sehingga bobot setiap troli 50 kg.

Suhu masing-masing bubuk pada waktu dimasukan dalam ruang

fermentasi dan setelah keluar ruang fermentasi atau siap untuk dilakukan

pengeringan mengalami penurunan sekitar 1-2° C. Setiap bubuk juga mempunyai

suhu yang berbeda-beda. Bubuk II dan badag mempunyai suhu lebih tinggi sekitar

25º C, dibandingkan bubuk III dan IV dengan suhu sekitar 23° C. Untuk bubuk I

mempunyai suhu paling rendah 21° C. Hal ini dikarenakan perbedaan dalam

proses pada penggilingan.

Pengeringan

Setelah proses oksidasi selesai bubuk dikeringkan dengan alat pengering

atau dilakukan proses penggorengan. Proses pengeringan bertujuan untuk

menghentikan proses oksidasi enzimatis dan menurunkan kadar air sehingga teh

tahan lama disimpan. Mesin pengering yang digunakan adalah Endless Chain

Pressure Dryer (ECP Dryer). Terdapat empat buah mesin ECP di pabrik

Pagilaran akan tetapi pada saat ini hanya dua mesin yang masih dapat bekerja, dua

mesin lainnya mengalami kerusakan. Masing-masing mesin berkapasitas 240

kg/jam. Suhu masuk (inlet) ECP yaitu 95°-100° C, sedangkan untuk suhu keluar

(outlet) 45°-50° C. Keadaan tersebut harus dipertahankan agar tidak merusak

Page 57: Penanaman Teh

mutu teh. Bahan bakar mesin menggunakan kayu bakar, hanya satu mesin yang

menggunakan bahan bakar BBM. Hal ini dikarenakan harga BBM yang terlalu

mahal. Penggunaan kayu bakar, panas yang dihasilkan kurang merata sehingga

perlu dilakukan pengecekan setiap saat.

Setiap bubuk dipisah dalam proses pengeringan. Apabila empat mesin

tersebut dapat bekerja seluruhnya maka pembagian berdasarkan bubuk. Masing-

masing mesin 1, mesin 2 dan mesin 3 secara berurutan untuk mengeringkan

bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, sedangkan mesin 4 untuk bubuk 4 dan badag. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan dalam proses sortasi kering. Akan tetapi pada saat

ini hanya dua mesin yang beroperasi, maka pembagian kerja untuk mesin 1

mengeringkan bubuk 1, 2 dan 3. Sedangkan mesin 2 untuk mengeringkan bubuk 4

dan badag. Bubuk teh masuk ke dalam alat pengeringkan selama kurang lebih 20

menit atau hingga kadar air 2.5 %-3.5%.

Sortasi kering

Tujuan dari sortasi kering adalah menghilangkan serat, menyeragamkan

bubuk dan berat jenis. Alat yang digunakan adalah Vibro screen, Chotta, Crusher,

Theewan (Tea Winnower), Cutter, dan Tea Breaker. PT Pagilaran menghasilkan

beberapa jenis teh hitam sesuai dengan gradenya, masing-masing grade memiliki

ciri yang membedakan dengan grade yang lain. Adapun spesifikasi produk akhir

teh hitam yang dihasilkan PT Pagilaran dilihat dari gradenya, dapat dilihat pada

Tabel 3.

Berat jenis teh hitam yang dihasilkan oleh pabrik PT Pagilaran Batang,

berbeda-beda sesuai dengan gradenya. Grade yang memiliki berat jenis terbesar

adalah BOP sedangkan berat jenis paling kecil adalah dust. Densitas masing-

masing teh hitam secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.

Secara mendasar kerja sortasi kering dimulai dari Vibro terasan yang

berfungsi menghilangkan serat, Chotta yang berfungsi menyeragamkan ukuran,

Theewan yang betugas memisahkan bubuk teh berdasarkan berat jenis, dan

terakhir Vibro Finishing. Akan tetapi sortasi memisahkan setiap bubuk teh secara

terpisah sehingga alur sortasi menjadi lebih komplek. Setiap alat memiliki 4

corong, dengan masing-masing corong ditentukan gradenya yaitu corong 1 untuk

Page 58: Penanaman Teh

grade Dust, corong 2 untuk grade PF, corong 3 untuk grade BOPF, corong 4

untuk grade BOP.

Tabel 3. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT Pagilaran

Mutu Bentuk Warna Tip Tekstur Bau Serat Benda asing

BOP Keriting Kehitaman Tidak ada Tidak rapuh Normal Tidak ada Tidak ada

BOPF Keriting Kehitaman Ada sedikit Tidak rapuh Normal Tidak ada Tidak ada

PF Butiran Kehitaman Jarang ada Padat berisi Normal Tidak ada Tidak ada

DUST Butiran Kehitaman Tidak ada Padat berisi Normal Tidak ada Tidak ada

F I Butiran Kehitaman Tidak ada Padat ringan Normal Tidak ada Tidak ada

BT Flaky Kehitaman Tidak ada Ringan Normal Sedikit Tidak ada

BP Choppy Hitam kecoklatan Tidak ada Berat keras Normal Tidak ada Tidak ada

BOP II Keriting Kecoklatan Tidak ada Tidak rapuh Normal Sedikit Tidak ada

F II Butiran Kecoklatan Jarang ada Padat ringan Normal Jarang ada Tidak ada

BT II Flaky Kecoklatan Tidak ada Ringan Normal Ada sedikit Tidak ada

DUST II Butiran Kecoklatan Tidak ada Ringan Normal Ada sedikit Tidak ada

BOHEA Serat Panjang Merah Tidak ada Ringan Normal Banyak Tidak ada

Sumber : Bagian Sortasi Kering Pabrik Teh PT Pagilaran, 2008

Tabel 4. Densitas Teh Hitam PT Pagilaran

Mutu Densitas/100 gram

BOP 340-350

BOPF 330-335

PF 290-295

DUST 250-255

BT 410-420

BP 245-250

BOP II 340-350

PF II 280-290

BT II 340-350

DUST II 240-245

BP II 250-260

Sumber : Bagian Sortasi Kering Pabrik Teh PT Pagilaran, 2008

Page 59: Penanaman Teh

Bubuk 1 dan 2 setelah dari pengering, masuk ke Vibro yang mempunyai

corong atas (6 buah) dan corong bawah (6 buah). Corong bawah merupakan

bubuk yang telah lolos Mesh pada Vibro dan hasilnya merupakan First Grade.

Corong 1 – 4 langsung menuju ke Chota lalu Thewaan kemudian ke Vibro

Finishing dan langsung ke pengepakan. Sedangkan corong 5 dan 6 menuju ke

Crusher untuk dipotong kembali dan alur kembali ke Chotta selanjutnya sama

seperti pada alur corong 1-4. Corong atas merupakan serat dan yang tidak lolos

Mesh Vibro sehingga digunakan sebagai Second Grade yang masuk ke Crusher

terlebih dahulu kemudian menuju Chotta, Theewan dan Vibro Finishing. Hasil

Second Grade ditandai dengan tanda II disetiap grade seperti BOP II, PF II dan

seterusnya.

Bubuk 3 dan 4 sortasi kering hampir sama dengan bubuk 1 dan 2. Setelah

masuk Vibro masuk ke Crusher dan langsung masuk Chotta. Lalu akan diayak

kembali dengan Chotta selanjutnya yang sebelumnya dimasukan kedalam Tea

Breaker untuk memperkecil ukuran. Selajutnya proses sama dengan bubuk 1 dan

2. Untuk badag lebih banyak dimasukkan ke Crusher dan Cutter, untuk

memperhalus bubuk.

Pengepakan

Pengepakan dimaksudkan untuk menjaga agar bubuk teh yang telah

melewati proses sortasi kering dapat meminimalisasi penurunan kualitas. Bubuk

teh bersifat higroskopis sehingga dengan pengemasan dapat mencegah

bertambahnya kadar air. Alat yang digunakan antara lain adalah Tea Bulker, Tea

Packer, mesin penggetar, Tea Bin dan Pallet.

Tea Bulker berfungsi untuk mencampur beberapa bubuk teh yang sama

jenisnya tetapi berbeda waktu pembuatannya. Tea Bulker mempunyai 8 kamar.

Pada bagian bawah berbentuk kerucut dan terdapat empat pintu sebagai tempat

untuk mengeluarkan campuran bubuk. Pintu ini dilengkapi dengan klep untuk

mengatur pengeluaran. Pengisian ke dalam bulker menggunakan conveyor.

Tea Packer berfungsi memasukkan bubuk teh kering ke dalam kemasan

dengan kepadatan yang merata sesuai dengan yang diinginkan. Prinsip Kerja dari

Tea Packer adalah Setelah Tea Bulker penuh, Klep pengeluaran dibuka sehingga

Page 60: Penanaman Teh

bubuk akan menuju konveyor dan masuk ke dalam Tea Packer. Paper Sack

disiapkan pada corong pengeluaran Tea Packer dan Klepnya dibuka. Setelah

penuh, kemudian teh kering dalam kemasan ditimbang.

Tea Bin (peti miring) berfungsi menyimpan bubuk teh kering hasil sortasi

sebelum pengepakan dilakukan. Peti ini berbentuk miring, dimaksudkan untuk

memudahkan dalam pengambilan (pengeluaran) bubuk dari dalam peti.

Pemasukan bubuk dilakukan lewat pintu atas dan dikeluarkan lewat pintu bawah.

Sedangkan Pallet berfungsi untuk meletakkan teh kering yang sudah dikemas,

baik dalam paper sack maupun karung plastik. Pallet terbuat dari kayu yang

dibuat persegi dengan susunan kayu tidak rapat yang berfungsi untuk sirkulasi

udara selama penyimpanan dan supaya bahan tidak bersentuhan langsung dengan

lantai. Spesifikasi ukuran pallet adalah 112 × 112 cm dengan tinggi 15 cm, dan

kapasitas per pallet adalah 20 Paper Zack.

Di PT Pagilaran kemasan yang digunakan adalah Paper Zack, karung

plastik dan karton. Paper Zack mempunyai empat lapisan yaitu tiga lapis kertas

dan satu lapis Alumunium Foil. Kapasitas dari Paper Zack adalah 50 – 55 kg.

Paper Zack ditumpuk di gudang penyimpanan dengan dialasi Paper Zack

ditumpuk maksimal dengan ketinggian 210-220 cm karena tinggi pintu Container

227.4 cm, sehingga dalam satu Pallet ditumpuk 20 Paper Zack. Gudang

penyimpanan dari teh yang sudah dikemas harus dijaga kelembabannya yaitu

sekitar 60 %.

Pemeriksaan Teh

Pemeriksaan pucuk segar di PT Pagilaran dimulai dari pucuk tiba di pabrik

yaitu dengan analisis pucuk, selanjutnya pengujian kadar air bubuk basah dan

kering dan pada akhir pengolahan dilakukan uji organoleptik. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk menjaga kualitas teh.

Analisis Pucuk

Analisis pucuk merupakan pemisahaan pucuk berdasarkan tingkat

mudanya pucuk atau tingkat pemenuhan syarat pengolahan. Di PT Pagilaran

analisis pucuk di kepala seorang mandor analisis pucuk dan enam orang pekerja

Page 61: Penanaman Teh

yang seluruhnya adalah wanita. Pembagian kerja sebagai berikut : dua orang

mengambil pucuk secara acak dari waring pengangkutan kemudian mengambil

contoh dari tiap mandor, satu orang penimbangan, dua orang melakukan

pemisahan berdasarkan rumus pucuk, dan satu orang menimbang hasil pemisahan

dan mencatat.

Analisis pucuk dilakukan tiap mandor. Dari penerimaan pucuk diambil

100 gram pucuk teh dari tiap-tiap mandor. Setelah itu dipisahkan berdasarkan

rumus petik yaitu p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m dan lembaran daun muda yang

kemudian dijumlahkan sebagai pucuk halus. Sedangkan b+2t, b+3t, b+4t dan

lembaran tua yang dikelompokan sebagai pucuk kasar. Hasil dari pengelompokan

tersebut di hitung persentasi pucuk halus dan pucuk kasar. Dari analisis yang

didapat pucuk halus lebih dari 50 %, maka mandor telah bekerja dengan baik dan

harus mempertahankan keadaan pucuk tersebut. Apabila pucuk halus kurang dari

50 % atau maksimal 46 % maka mandor tersebut mendapat peringatan dari

mandor besar. Kegiatan ini dilakukan dua kali setiap hari, karena pemetikan

dilakukan dua kali dalam sehari.

Tabel 5. Hasil Rata-Rata Analisis Pucuk Halus dan Kasar Bulan Februari 2008 PT Pagilaran

Sumber : Bagian Pabrik, 2008

Tabel 6. Hasil Rata-Rata Presentase Pucuk, Batang dan Tingkat Kerusakan

Bulan Februari 2008 PT Pagilaran

Sumber : Bagian Pabrik, 2008

Analisis halus yang dihasilkan dari jumlah pucuk p+2, p+3, b+1m, b+2m,

b+3m dan lm (lembaran muda) antara 40 – 42 gram (Tabel 5). Sedangkan untuk

Analisis Halus (gram) Analisis Kasar (gram) Afdeling

p+2 p+3 b+1m

b+2m

b+3m lm Jml b+2t b+3t b+4t lt Jml

Jml Besar

Kayulandak 3.8 5.6 3.3 15 9 4 40.7 7.3 9 2 41 59.3 100 Pagilaran 3.9 6.6 3.7 15 9 4 42.2 6.8 8 2 41 57.8 100 Andongsilih 4.5 6.8 3.4 15 8 4 41.7 7.3 8 2 41 58.3 100

Afdeling Pucuk Batang Rusak Berat Rusak Ringan

Kayulandak 86.58 13.42 9.02 9.02 Pagilaran 85.83 14.17 8.74 9.05 Andongsilih 85.94 14.06 8.94 9.04

Page 62: Penanaman Teh

analisis kasar yang merupakan jumlah pucuk b+2t, b+3t, b+4t dan lt (lembaran

tua) berjumlah antara 58-60 gram. Batang rusak berat dan rusak ringan masih

tergolong rendah yaitu antara 8-9 gram (Tabel 6). Dari hasil Tabel 5 dan 6 kualitas

pucuk yang dipetik belum memenuhi syarat karena pucuk halus yang dihasilkan

hanya 40%-42% kurang dari 50%.

Organoleptik

Organoleptik merupakan pengujian mutu teh dengan menggunakan organ

manusia. Seluruh organ dikerahkan untuk pengujian ini kecuali pendengaran.

Diantaranya penciuman, perasaan dan penglihatan. Kegiatan ini dilakukan dua

kali dalam sehari dan dilakukan setiap grade yang dihasilkan baik teh basah

maupun teh kering. Pengujian ini diantaranya rasa, warna, aroma seduhan dan

penampakan. Tujuan dari pengujian ini selain pengujian mutu juga untuk

mengetahui keadaan alat pengolahan serta waktu dan suhu fermentasi. Syarat

ruangan yang digunakan untuk organoleptik adalah tenang, nyaman, jauh dari bau

yang menyengat dan sinar matahari tidak langsung masuk kedalam ruangan.

Peralatan yang digunakan antara lain :

1. Kompor gas/listrik

2. Mangkok pencoba (bowl) harus berwarna putih dan terbuat dari porselen,

karena porselen tidak menyerap panas

3. Gelas seduhan

4. Neraca

5. Timer

6. Sendok pencicip

7. Tempolong penampung ludah

8. Saringan

9. Kaca bening

Tata cara untuk penampakan seduhan adalah

1. Timbang contoh uji sebanyak 5.68 gram, kemudian masukkan ke dalam gelas

seduhan

Page 63: Penanaman Teh

2. Didihkan air murni diatas kompor, kemudian tuang air ke dalam gelas seduhan

sebanyak 280 ml

3. Diamkan selama 6 menit, dengan memasang timer

4. Setelah 6 menit saring kemudian hasil seduhan tuang ke dalam mangkuk

pencoba usahakan tidak ada ampas yang tertinggal

5. Lakukan pengamatan warna, rasa dan aroma dari air seduhan

Ampas dari hasil diatas letakkan diatas kaca dengan berdampingan antar

contoh. Kemudian ditutup kembali dengan kaca, lalu diamati penampakan dari

ampas.

Hasil penilaian dari pengujian diatas, penampakan teh kering yang diuji

adalah warna, bentuk , bau, tekstur dan benda asing. Warna dinyatakan dengan

kehitaman, kecoklatan, kemerahan atau keabu-abuan. Bentuk dinyatakan dengan

tergulung, tidak tergulung, keriting atau tidak keriting. Bau dinyatakan dengan

normal, tidak normal atau berbau asing. Tekstur dinyatakan dengan rapuh, tidak

rapuh, padat atau tidak padat. Benda asing dinyatakan dengan ada atau tidak ada.

Penilaian terhadap tip juga dilakukan yaitu meliputi warna, jumlah dan

keadaan tip. Tip adalah bagian dalam pucuk peko yang masih berbentuk tunas.

Warna tip dinyatakan dengan keemasan atau keperakan. Jumlah tip dinyatakan

dengan banyak (Tippy), sedang (Some Tips) dan sedikit (Few Tip). Keadaan tip

dinyatakan sesuai hasil pengamatan seperti cerah, hidup dan berambut rapat.

Rangkuman dari penilaian penampakan teh kering merupakan gabungan

dari kombinasi dari unsur-unsur penilaian antara lain warna, bau, aroma, tekstur,

keragaman ukuran dan benda asing.dengan nilai sebagai berikut:

A = sangat baik (Well Made)

B = baik (Good)

C = sedang (Fair Made)

D = kurang baik (Unsatisfactory)

E = tidak baik (Bad)

Warna seduhan dinyatakan dengan memberikan nilai/score angka dari 2

sampai 5. Nilai 5 apabila air seduhan berwarna merah dan sangat cerah (Very

bright and coloury). Nilai 4 apabila air seduhan merah dan cerah (bright and

Page 64: Penanaman Teh

coloury). Nilai 3 apabila air seduhan merah dan terang (light and bright). Bila

ditemukan air seduhan teh yang berwarna kusam atau dull, maka dikategorikan

dengan nilai 2.

Penilaian rasa air seduhan meliputi unsur-unsur kesegaran (Briskness),

kekuatan (Strength), aroma (Flavour) dan rasa asing. Kesegaran dapat dilihat

seduhan air teh yang segar, yang didapat dari proses fermentasi dan pengeringan

yang tepat. Kekuatan adalah kombinasi antara kepekatan, rasa sepet yang

mengigit dan segar tetapi tidak pahit. Aroma adalah kombinasi antara rasa dan bau

yang spesifik yang dimiliki oleh kebun teh tertentu. Rasa asing adalah rasa yang

menyimpang dari khas teh seperti Tainted (tercemar).

Penilaian rasa dinyatakan dengan memberikan nilai ganjil dari angka 20

sampai 50. Nilai 21 sampai 29 apabila unsur-unsur penilaian dinyatakan tidak

enak (Bad) sampai kurang enak (Unsatisfactory). Nilai 31 sampai 39 apabila

unsur-unsur penilaian rasa dinyatakan sedang (Fair Good) sampai enak (Good).

Nilai 41 sampai 49 apabila unsur-unsur penilaian rasa dinyatakan enak (Good)

sampai sangat enak dan memuaskan (Very Good).

Penilaian kenampakan ampas seduhan dinyatakan dari kerataan warna

ampas seduhan, yang dapat dinyatakan dengan memberikan nilai dengan huruf a,

b, c, d dan e. nilai a apabila ampas seduhan berwarna sangat cerah dan seperti

tembaga (Very Bright and Coppery). Nilai b apabila ampas seduhan berwarna

cerah dan seperti tembaga (Bright and Coppery).

Hasil dari pengujian tersebut dicatat dalam formulir PGL-Form-10-01

(Gambar 14). Kemudian dilaporkan kepada kepala bagian pengolahan. Sebelum

melakukan pengujian di perusahaan, penguji (Tester) melakukan penyeragaman

rasa dengan penguji lainnya.

Gambar 14. Contoh PGL-Form-10-

Page 65: Penanaman Teh

PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN

Struktur Organisasi

Setiap perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang jelas. Struktur

organisasi merupakan kerangka hubungan kerja yang mengatur wewenang dan

kegiatan pengaturan kerja supaya segala sesuatu yang menjadi tujuan organisasi

akan dapat tercapai dengan efisien.

Stuktur organisasi yang digunakan oleh PT. Pagilaran adalah struktur

organisasi garis. Organisasi garis merupakan organisasi sederhana dengan ciri

mata rantai vertikal, antara berbagai tingkatan organisasi menerima perintah

melalui rantai komando.

Struktur organisasi PT. Pagilaran Batang terdiri dari berbagai badan

organisasi. Badan organisasi tertinggi di PT. Pagilaran adalah Dewan Guru tetap

yaitu Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Dewan

Guru Tetap menunjuk Direktur Utama, kemudian Direktur Utama menunjuk

Direktur Umum dan Komersial, Direktur Produksi dan Pimpinan Kebun (Kepala

Unit Perkebunan).

Di PT. Pagilaran, pemegang kekuasaan tertinggi terletak pada Pimpinan

kebun yang bertanggungjawab langsung kepada Direksi yang berdomisili di

Yogyakarta. Pimpinan kebun ini membawahi beberapa bagian PT. Pagilaran

Batang terdiri dari 8 bagian, yaitu : Bagian Pabrik, Bagian Teknik, Bagian

Penelitian dan Pengembangan, Bagian Kantor Induk, Bagian Kebun Pagilaran,

Bagian Kebun Andongsili, Bagian Kebun Kayulandak dan Bagian Agrowisata.

Kepala Unit Produksi bertanggungjawab semua keadaan kebun terutama

mengenai produksi dan pengolahannya, memberi petunjuk kepada bawahannya

dan mengawasi pekerjaan kebun dan bertanggungjawab kepada direksi. Kepala

bagian kantor induk bertugas melayani tata usaha umum, administrasi, produksi

dan keuangan serta membawahi balai pengobatan, gudang persediaan bahan

bakar. Selain itu juga bertanggungjawab kepada kepala unit produksi.

Kepala Bagian Kebun bertugas mengawasi keadaan kebun, mengatur

jalannya produksi dan mengadakan pemeliharaan tanaman dan pemanenan hasil

dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Produksi. Dalam menjalankan

Page 66: Penanaman Teh

tugasnya kepala bagian kebun dibantu oleh pengawas kebun, mandor besar

pemetikan dan mandor besar pemeliharaan.

Kepala Bagian Pabrik bertanggungjawab terhadap kelancaran pengolahan

dan pengiriman produksi dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Produksi.

Kepala Bagian Teknik bertanggungjawab terhadap transportasi, instalasi listrik

dan mesin-mesin pengolahan dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Produksi

Kepala Bagian Litbang bertugas mengamati perubahan iklim dan cuaca,

melakukan pemuliaan tanaman. Selain itu juga mengadakan pencegahan dan

pemberantasan hama penyakit dan mengadakan penelitian dan memberikan

alternatif-alternatif yang dapat meningkatkan produksi teh. Kepala Bagian

Agrowisata bertanggungjawab terhadap pengelolaan obyek dan paket wisata,

bertanggungjawab terhadap pengelolaan akomodasi dan konsumsi, serta

bertanggungjawab kepada kepala unit produksi.

Status tenaga kerja di perkebunan PT. Pagilaran terbagi atas 4 jenis

golongan yaitu staf, pegawai, karyawan harian tetap dan karyawan harian kontan.

Karyawan staf dan pegawai diangkat oleh pihak direksi dan diberi gaji setiap

bulannya pada tanggal 10 dengan jumlah yang sudah ditetapkan. Karyawan harian

tetap diangkat oleh pimpinan kebun dan diberi gaji berdasarkan jumlah hari kerja

dalam sebulan dan diberikan 2 kali setiap tanggal 10 dan 25. Karyawan harian

kontan merupakan karyawan yang bekerja atas tanggungan mandor besar dengan

pemberian upah setiap tanggal 5 dan 20.

Data karyawan per tanggal 31 Januari 2008 yaitu meliputi: jumlah Kepala

Bagian 8 orang, jumlah pegawai 102 orang, jumlah karyawan harian tetap 215

orang dan jumlah karyawan harian kontan 1 570 orang, sehingga total tenaga kerja

di PT Pagilaran kebun inti Pagilaran Batang berjumlah 1 895 orang. Perincian

jumlah karyawan di PT Pagilaran dapat dilihat pada Tabel 7.

Hari kerja karyawan yaitu selama 6 hari dalam seminggu yaitu dari hari

senin sampai hari sabtu, kecuali karyawan pabrik. Jam kerja karyawan kebun

yaitu 5 jam dan 1 jam istirahat dari pukul 07.00-12.00, sedangkan karyawan

kantor 7 jam dan 1 jam istirahat yaitu dari pukul 07.00-15.00. Pada hari jum’at

jam kerja kebun dari pukul 07.00-11.00, sedangkan jam kerja kantor pukul 07.00-

12.00. Jam kerja pegawai pabrik menggunakan sistem pergantian menurut jam.

Page 67: Penanaman Teh

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja Unit Produksi PT. Pagilaran

Staff Pegawai Harian Tetap Harian Kontan Jumlah No. Bagian

L P L P L P L P L P Total

1. Kantor 1 1 5 7 5 1 19 1 30 10 40

2. Pabrik 1 - 10 4 41 18 102 95 154 117 251

3. Teknik 1 - 6 - 20 - 36 - 63 - 634. Penelitian - - 5 - - 1 15 16 20 17 37

5. Kebun Pagilaran 1 - 21 3 10 26 183 42

1 215 450 665

6. Kebn Andongsili 1 - 15 4 10 50 124 24

8 150 302 452

7. Kebun Kayulandak 1 - 14 3 7 26 108 18

9 130 218 348

8. Agrowisata 1 - 2 3 - - 13 - 16 3 19

Jumlah 7 1 78 24 93 122 600 970 778 11

17 1895

Sumber : Bagian Kantor Induk Pabrik PT. Pagilaran, 2008

Fasilitas dan Kesejahteraan Karyawan

Pihak perusahaan PT Pagilaran sangat memperhatikan kesejahteraan

karyawan, yaitu dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan karyawan,

yaitu fasilitas kesejahteraan karyawan dan fasilitas umum. Fasilitas kesejahteraan

karyawan antara lain perumahan (emplasmen), pemberian tunjangan hari tua,

pemberian cuti pada karyawan, pemberian tunjangan hari raya, pemberian biaya

kesehatan. Sedangkan fasilitas umum antara lain sarana pendidikan (TK sampai

SLTP), sarana angkutan bagi anak sekolah, sarana peribadatan, sarana olah raga

dan sarana kesehatan.

Demi kesejahteraan karyawan perusahaan memberikan kesempatan bagi

karyawan untuk mengikuti berbagai pelatihan, penataran, studi banding dan

lainnya. Perumahan (emplasmen) yang diberikan dilengkapi listrik dan air secara

terbatas untuk karyawan. Pemberian cuti bagi karyawan harian tetap selama 12

hari dalam setahun dan tetap masih mendapatkan gaji. Pemberian tunjangan hari

tua bagi karyawan yang sudah pensiun dan telah mengabdi selama 55 tahun.

Pemberian kesempatan libur bagi karyawan. Selain itu pemberian THR

(Tunjangan Hari Raya).

Page 68: Penanaman Teh

PT. Pagilaran Selain menyediakan fasilitas dan kesejahteraan bagi

karyawan, juga menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang terdiri dari : Sarana

pendidikan dari TK sampai SLTP, Sarana peribadatan berupa masjid dan gereja,

Sarana angkutan bagi anak sekolah SLTP dan SMU, angkutan belanja dan lelayu.

Sarana kesenian dan olah raga meliputi peralatan musik, lapangan bulutangkis,

bola voli dan bilyard. Pada bagian Agrowisata menyediakan berbagai fasilitas.

Terdapat tempat penitipan anak bagi karyawan dan sarana ekonomi seperti

koperasi dan pasar umum. Sarana keamanan berupa hansip, satpam dan

siskamling kampung.

Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Staf

Tenaga tingkat staf di PT Pagilaran dimulai Kepala bagian dan jabatan di

atasnya. Kepala kebun terdiri dari kantor induk, penelitian dan pengembangan,

masing-masing bagian kebun, pabrik dan agrowisata. Tugas dan masing-masing

tanggung jawab kepala kebun telah dijelaskan diatas. Secara keseluruhan tugas

kepala bagian adalah melakukan perencanaan, pengaturan dan bertanggungjawab

atas pelakasanaan pekerjaan dibidang tanaman, mulai dari pengolahan tanah

sampai dengan panen, yang hasilnya diantar ke pabrik. Selain itu juga melakukan

monitoring pembinaan dan bimbingan untuk para petani peserta kemitraan.

Kepala bagian juga dapat menyampaikan, mengajukan masukan, pendapat dan

saran kepada Kepala Unit Produksi mengenai peningkatan, perbaikan dan

penyempurnaan pengelolaan tanaman.

Kepala Bagian mempunyai wewenang untuk mengatur pelaksanaan secara

efektif dan efisien, termasuk melakukan koordinasi dengan bagian lain. Kepala

bagian bertanggungjawab kepada Kepala Unit Produksi. Sedangkan yang

bertanggungjawab kepada Kepala Bagian adalah pengawas, mandor besar dan

mandor setiap bagian.

Pengelolaan Tenaga Kerja Tingkat Non-Staf

Tenaga kerja tingkat non-staf adalah pengawas, mandor besar, mandor

pemeliharaan dan karyawan.

Page 69: Penanaman Teh

Pengawas

PT Pagilaran saat ini hanya mempunyai seorang pengawas, yaitu di bagian

kebun Pagilaran. Sedangkan bagian kebun Andongsili dan Kayulandak belum

mempunyai pengawas karena belum mempunyai pengganti setelah pengawas

sebelumnya pensiun.

Pengawas mempunyai tugas membantu Kepala Bagian dalam

mengkoordinasikan mandor besar. Secara singkat tugas pengawas diantaranya

melakukan perencanaan, mengkoordinir dan bertanggungjawab atas pelaksanaan

dan pengawasan dalam mengelola bagian tugas kewajibannya. Selain itu juga

dapat menyampaikan dan mengajukan masukan, pendapat dan saran kepada

Kepala Bagian mengenai upaya peningkatan, perbaikan atau penyempurnaan

pengelolan bagian.

Mandor Besar

PT Pagilaran mempunyai mandor besar yang terdiri dari dua bagian yaitu

mandor besar pemeliharaan yang mengkoordinasikan para mandor pemeliharaan.

Sedangkan mandor besar pemetikan yang mengkoordinasikan para mandor

pemetikan.

Secara singkat tugas dari mandor besar adalah melakukan perencanaan,

mengkoordinir, melaksanakan, mengawasi dan bertanggungjawab dalam

mengelola bagian yang menjadi tugas kewajibannya. Pelaksanaan tugas ini harus

sesuai dengan prosedur, norma, ketentuan (peraturan) yang telah disahkan.

Mandor besar mempunyai wewenang pelaksanaan tugas pekerjaannya secara

efektif dan efisien, termasuk melaksanakan koordinasi. Mandor besar

bertanggungjawab kepada Kepala Bagian.

Mandor

Setiap bagian terdapat mandor, dan para mandor bertanggungjawab

terhadap mandor besar.

Page 70: Penanaman Teh

Mandor pemeliharaan

Mandor pemeliharaan terdiri dari mandor pemangkasan, kerik lumut,

penggarpuan, pengendalian gulma dan pemupukan. Tugas mandor pemeliharaan

antara lain pengawasan terhadap pekerja, membuat perencanaan, membuat

laporan bulanan dan mengevaluasi hasil kegiatan. Mandor pemeliharaan dapat

bergantian bertugas dengan mandor pemeliharaan yang lain. Sehingga antar

mandor pemeliharaan dapat merangkap berbagai kegiatan pemeliharaan. Mandor

pemangkasan tidak dapat digantikan dengan mandor pemeliharaan lainnya. Hal

ini dikarenakan mandor pemangkasan memerlukan keahlian khusus akan tetapi

mandor pemangkasan dapat menggantikan tugas mandor pemeliharaan lainnya.

Setiap mandor bertanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukan

pekerjanya masing-masing yang terdiri dari pekerja harian dan borongan. Pekerja

harian merupakan pekerja yang mendapat upah per hari atau selama jam kerja.

Pekerja yang melakukan lima jam kerja mendapat upah Rp 13 500, sedangkan

pekerja yang melakukan tujuh jam kerja mendapat Rp 18 000. Pekerja yang

termasuk dalam pekerja harian adalah pemupuk dan tukang penembang kayu.

Pekerja borongan merupakan pekerja yang mendapat upah berdasarkan prestasi

kerjanya. Prestasi kerja ini ditentukan berdasarkan luas lahan yang dikerjakan.

Luas lahan ini ditandai dengan sebuah patok, dengan satu patok mempunyai luas

sekitar 400 m². Satu patok dihargai berkisar Rp 6 500 sampai Rp 12 000

tergantung jenis pekerjaan yang dilakukan dan kesepakatan awal dengan pekerja.

Mandor kerik lumut dan penggarpuan biasanya dilakukan oleh satu

mandor karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang beriringan dan rangkaian

kegiatan dari pemangkasan. Akan tetapi luas kebun yang terlalu besar sehingga

membutuhkan lebih banyak pekerja, maka kegiatan kerik lumut dan penggarpuan

dipimpin masing-masing satu orang mandor. Absensi mandor dilakukan terlebih

dahulu di kantor kebun, sebelum melaksanakan kegiatan di kebun. Mandor juga

melakukan absensi pekerjanya. Kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan

instruksi dari mandor besar pemeliharaan. Mandor pemeliharaan mendapat

perintah dari kepala bagian kebun. Sebelum hari pelaksanaan kegiatan dilakukan

pembuatan rencana berdasarkan instruksi dari mandor besar.

Page 71: Penanaman Teh

Mandor pengendalian gulma mempunyai tanggung jawab dan pelaksanaan

sama seperti mandor kerik lumut dan penggarpuan. Setelah mendapat perintah

dari mandor besar, mandor pengendalian gulma membuat rencana yang harus

dikerjakan sebelum hari pelaksanaan kegiatan. Mandor pengendalian gulma juga

berasal mandor pemangkasan, jika tidak terdapat kegiatan pemangkasan.

Mandor pemupukan mendapat tugas apabila terdapat pupuk yang telah

dikirim dari direksi. Sebelumnya membuat rencana blok yang harus dipupuk

terlebih dahulu. Pemupukan menggunakan pekerja harian sehingga memerlukan

pengawasan yang ketat agar kegiatan pemupukan dilakukan dengan optimal.

Pekerja pemupukan dapat diambil dari pekerja pengendaian gulma, kerik lumut

atau penggarpuan. Tetapi apabila pekerja hanya sedikit dapat diambil dari luar

yang disebut sebagai pekerja musiman. Pembagian kegiatan tiap pekerja adalah 3

orang membawa pupuk dari tempat penurunan pupuk ke pekerja yang akan

memberikan pupuk ke pemupuk, 1 orang memberikan pupuk kepada pemupuk,

satu orang mengumpulkan karung, dan sisanya berpasangan sebagai pembuat

lubang dan pemberi pupuk (pemupuk) sekaligus menutup lubang.

Mandor pemangkasan tidak dapat digantikan oleh mandor lainnya. Tetapi

dapat menjadi mandor selain pemangkasan. Mandor pemangkasan telah mendapat

pelatihan khusus memangkas, sehingga hanya orang tertentu saja yang menjadi

mandor pemangkasan. Sebelum pekerja melakukan kegiatan pemangkasan,

mandor pemangkasan memberikan contoh terlebih dahulu hasil pangkasan.

Kemudian membuat kesepakatan harga dengan pekerja untuk setiap patoknya.

Mandor Pemetikan

Mandor pemetikan tidak dapat berganti dengan mandor pemeliharaan atau

sebaliknya. Mandor pemetikan bertanggungjawab terhadap mandor besar

pemetikan. Tugas dari mandor pemetikan antara lain mengabsen pemetik,

pengawasan pemetik, membuat rencana, menentukan hanca (areal yang harus

dipetik), membuat laporan bulanan berupa hasil pucuk teh per hari, memperbaiki

bidang petik. Kegiatan perbaikan bidang petik yang dilakukan mandor antara lain

mengambil pucuk burung dan cakar ayam yang tertinggal dan meratakan perdu.

Page 72: Penanaman Teh

Setiap mandor petik bertanggungjawab dua sampai tiga blok. Setiap harinya rata-

rata seorang mandor harus memetik seluas 2.25 ha (satu hanca).

Setiap mandor bertanggungjawab atas sekitar 10-20 pemetik dan harus

memenuhi target yang diberikan direksi tiap tahunnya. Selain itu mandor juga

harus meningkatkan analisis pucuk dari pabrik. Apabila analisis kurang dari 45%

mendapat peringatan dari mandor besar dan harus memperbaikinya. Apabila

analisis pucuk lebih dari 50% lebih dari setengah bulan, maka mandor mendapat

premi sebesar Rp 15 000 per bulan.

Pemetik merupakan pekerja borongan yang mendapat upah berdasarkan

prestasi kerjanya. Harga pucuk yang diberikan PT Pagilaran adalah Rp 390/Kg.

Tidak terdapat premi yang diberikan pemetik apabila analisis pucuknya baik,

sehingga pemetik dapat memetik sebanyak-banyaknya.

Karyawan yang bekerja di PT Pagilaran terdapat dua status yaitu karyawan

harian tetap dan karyawan harian kontan (lepas). Keduanya terdapat beberapa

macam perbedaan. Diantaranya jika harian tetap mendapat gaji walaupun tidak

masuk atau hari libur, sedangkan harian kontan apabila tidak masuk dan hari libur

tidak mendapat upah. Selain itu harian tetap mendapat jaminan sosial sedangkan

harian kontan tidak. Apabila telah pensiun karyawan harian tetap mendapat

tunjangan pensiun yang merupakan gaji selama sembilan bulan yang masing-

masing bulan mendapat Rp 400 000 sehingga mendapat Rp 3 600 000. Sedangkan

untuk karyawan harian kontan mendapat empat bulan sehingga mendapat

Rp 1 600 000.

Page 73: Penanaman Teh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas berkaitan dengan produksi (kg) pucuk yang dihasilkan per

satuan luas (ha). Produktivitas dapat menggambarkan potensi pucuk di lapangan.

Sedangkan, produktivitas tanaman teh dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Perangin-angin (2000) faktor yang mempengaruhi produktivitas komoditas teh

adalah curah hujan, ketinggian tempat, umur pangkas, tanah dan kesehatan

tanaman. Sedangkan menurut Adimulya (2006) selain faktor tersebut jumlah

populasi dan jumlah tenaga pemetik juga berpengaruh terhadap produktivitas teh.

Data sepuluh tahun terakhir (1998-2007) menunjukkan bahwa

produktivitas PT Pagilaran berfluktuasi baik setiap tahun maupun setiap bulan.

Tabel 8 menunjukkan produktivitas teh basah PT Pagilaran secara keseluruhan

selama 10 tahun terakhir. Produktivitas tertinggi tercapai pada tahun 2007 yaitu

10 192 kg/ha, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu

8 019 kg/ha.

Tabel 8. Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun di PT Pagilaran

Tahun Produktivitas kg/ha/tahun

1998 9 778 1999 7 736 2000 8 068 2001 8 970 2002 9 503 2003 8 019 2004 9 597 2005 9 737 2006 7 280 2007 10 192

Sumber : Setiap bagian kebun PT Pagilaran, 2008

Rata-rata perbandingan antara teh kering dan basah selama lima tahun

(2003-2007) PT Pagilaran adalah 22 % (Tabel 9). Hal ini berarti PT Pagilaran

telah memenuhi standar rasio penyusutan bobot kering dan basah yang ditetapkan

yaitu 1 : 5 atau 20 %. Penyusutan bobot teh menjadi sekitar 20 % diduga terjadi

pada saat proses pengolahan. Pada saat proses pelayuan, bobot teh menyusut 50 %

dan pada proses pengeringan kadar air teh kering menjadi 2-3 %.

Page 74: Penanaman Teh

Tabel 9. Perbandingan Produktivitas Teh Kering dan Basah PT Pagilaran

Tahun Kering (kg/ha) Basah (kg/ha) % kering/basah 2003 2 136 265 8 709 304 25 2004 1 830 224 8 651 184 21 2005 1 823 709 8 693 087 21 2006 1 455 461 6 924 759 21 2007 1 906 165 8 936 738 21

Rata-rata 1 830 365 8 383.014 22 Sumber : Direksi PT Pagilaran, 2008

Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa tingkat produktivitas rata-

rata di PT Pagilaran dari 96 blok (N) adalah sekitar 8 701.292 kg/ha (Tabel 9).

Produktivitas PT Pagilaran telah melebihi dari produktivitas nasional yaitu sekitar

7 310 kg/ha. Produktivitas terendah mencapai 4 265 kg/ha, sedangkan

produktivitas tertinggi mencapai 12 838 kg/ha (Tabel 10).

Tabel 10. Analisis Deskriptif Produktivitas Teh Basah Selama 10 Tahun (1998-2007) PT Pagilaran

Berdasarkan penjelasan di atas, produktivitas tanaman teh dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor produktivitas akan dianalisis berdasarkan data yang

diperoleh penulis dalam kegiatan magang di PT Pagilaran. Faktor-faktor tersebut

antara lain ketinggian tempat setiap blok, curah hujan (1998-2007), umur

tanaman, asal bahan tanam, jenis klon, serta jenis kelamin dan pendidikan tenaga

pemetik.

Ketinggian Tempat

Menurut Setyamidjaja (2000) tanaman teh dibagi menjadi tiga bagian

berdasarkan ketinggian tempatnya yaitu dataran rendah (< 800 meter di atas

permukaan laut (m dpl)), dataran sedang (800-1 200 m dpl) dan dataran tinggi (>

1 200 m dpl). Hal ini yang mendasari pengkatagorian ketinggian tempat, untuk

N Minimum Maximum Mean Rata-rata produktivitas 96 4 265.00 12 838.00 8 701.2917 Valid N (listwise) 96

Page 75: Penanaman Teh

memudahkan analisis hubungan ketinggian tempat dengan produktivitas teh per

tahun.

Tabel 11 menunjukkan produktivitas teh tidak terlalu berbeda pada ketiga

ketinggian tempat. Akan tetapi produktivitas terbesar berada pada ketinggian

antara 800-1 200 m dpl yaitu 8 811.10 kg/ha/tahun. Produktvitas terendah yaitu

7 690.81 kg/ha/tahun berada pada ketinggian kurang dari 800 m dpl.

Tabel 11. Hubungan Ketinggian Tempat dengan Produktivitas Teh Basah

Sumber : Pengamatan dan Setiap Bagian Kebun PT Pagilaran, 2008

Pada dasarnya ketinggian tempat bukan merupakan faktor pembatas bagi

pertumbuhan tanaman teh, sepanjang iklim dan tanahnya serasi bagi tanaman teh.

Hal ini terlihat pada Tabel 11 bahwa produktivitas teh tidak terlalu berbeda pada

ketiga ketinggian tempat. Akan tetapi perbedaan elevasi berkaitan dengan

perbedaan suhu yang mempengaruhi sifat tumbuh, yang akhirnya berpengaruh

terhadap perbedaan mutu jadi teh (Kartawijaya, 1997).

Menurut Syamsulbahri (1996) ketinggian paling baik pertumbuhan

tanaman teh adalah 900-1 100 m dpl. Bila tanaman teh ditanam pada ketinggian

kurang dari 800 m dpl maka pertumbuhan tanaman akan terganggu

perkembangannya. Pada ketinggian lebih dari 1 200 m dpl, sinar matahari kurang

dan pada malam hari temperatur akan turun yang berakibat buruk terhadap proses

fisiologis tanaman.

Ketinggian tempat berkaitan dengan unsur iklim yaitu suhu udara.

Menurut Eden (1976) suhu yang tinggi akan menyebabkan proses transpirasi yang

berlebihan sehingga menyebabkan turunnya poduksi. Sedangkan suhu yang terlalu

rendah pada tempat yang terlalu tinggi menyebabkan penyakit mudah menyerang

tanaman teh.

Semakin rendah ketinggian tempat maka suhu semakin tinggi. Sehingga

pohon naungan dibutuhkan tanaman teh dataran rendah. Akan tetapi, seluruh

Ketinggian (m dpl) Rata-rata produktivitas teh basah (kg/ha/tahun)

< 800 7 690.81 800-1 200 8 811.10

> 1 200 8 578.05

Page 76: Penanaman Teh

lahan Kebun Pagilaran ditanami pohon naungan yang sangat rapat, baik dataran

rendah maupun dataran tinggi. Naungan pada dataran tinggi akan menyebabkan

kelembaban lebih tinggi dan suhu lebih rendah. Sehingga ini juga akan

menghambat pertumbuhan pucuk teh.

Menurut Siswoputranto (1978) tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah

dengan ketinggian 200-2 000 meter di atas permukaan laut (m dpl). Di daerah-

daerah yang rendah umumnya tanaman kurang dapat memberi hasil yang cukup

tinggi dan semakin tinggi letak daerah untuk penanaman teh umumnya dapat

diperoleh hasil yang lebih baik mutunya.

Pada perkebunan Pagilaran semakin meningkatnya ketinggian tempat,

tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas. Hal ini disebabkan adanya perbedaan

dalam pelakasanaan pemeliharaan kebun untuk setiap blok kebun. Pada daerah

dataran tinggi (> 1 200 m dpl) keadaan tanaman lebih tidak terawat dibandingkan

tanaman teh di dataran sedang rendah. Hal ini disebabkan kurangnya

pemeliharaan, sehingga tanaman teh menjadi terlalu tinggi dan pertumbuhan

gulma yang tinggi. Oleh karena itu, pemetik mengalami kesulitan dalam

melakukan pemetikan, dan produksi yang dihasilkan menjadi rendah.

Curah Hujan

Salah satu penentu ketersediaan air bagi tanaman perkebunan yang tidak

menggunakan sistem irigasi adalah curah hujan. Data yang diambil untuk analisis

hubungan produktivitas dengan curah hujan, hanya data bagian kebun Pagilaran

selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini dikarenakan pada bagian kebun lainnya,

alat pengukur curah hujan mengalami kerusakan.

Berdasarkan data curah selama 10 tahun terakhir, iklim perkebunan

Pagilaran merupakan tipe A menurut Schmidth-Fergusson (Tabel Lampiran 6).

Iklim tipe A merupakan iklim daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.

Sehingga dareah ini cocok untuk tanaman perkebunan seperti teh.

Curah hujan Pagilaran sangat tinggi yaitu berkisar 3 500 - 7 000 mm per

tahun (Tabel 12). Curah hujan tersebut berfluktuasi setiap tahun selama 10 tahun

terakhir. Curah hujan minimum berjumlah 3 527 mm dengan hari hujan 181 hari,

menghasilkan produktivitas 10 192 kg/ha pada tahun 2007. Produktivitas

Page 77: Penanaman Teh

minimum yaitu 7 280 kg/ha, terdapat pada tahun 2006 dengan curah hujan 4 131

mm dan hari hujan 189 hari.

Tabel 12. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan

Produktivitas Teh Basah per Tahun Selama 10 Tahun Terakhir

Sumber : Bagian kebun Pagilaran, 2008

Peningkatan curah hujan belum tentu diikuti dengan meningkatnya

produktivitas. Hal ini terlihat pada tahun 2007 curah hujan yang minimum (3 527

mm) memberikan produktivitas tertinggi (10 192 kg/ha). Sehingga curah hujan

yang melimpah tidak selalu meningkatkan produktivitas. Menurut Iskandar (1988)

tidak hanya jumlah curah yang terpenting, melainkan curah hujan yang harus

merata sepanjang tahun. Hal ini dapat terlihat pada tahun 1998 dan 2007 hujan

hampir merata sepanjang tahun (Tabel Lampiran 6), sehingga produktivitas yang

dihasilkan optimum.

Pengelolaan air dibutuhkan untuk mengatasi kelebihan dan kekurangan air.

Pengelolaan air pada perkebunan teh Pagilaran telah dilakukan dengan membuat

saluran drainase. Saluran drainase digunakan untuk menyimpan air yang berlebih

dan mengalirkan kembali pada saat musim kemarau. Saluran drainase ini berupa

got panjang dengan ukuran lebar 60 cm, dalam 60 cm dan panjang sesuai dengan

panjangnya teras.

Tabel 13 menunjukkan curah hujan dan hari hujan per bulan tertinggi

berada pada bulan Januari dengan curah hujan 741 mm dan hari hujan 25 hari,

bulan Februari dengan curah hujan 716 mm dan hari hujan 25 hari serta bulan

Desember dengan curah hujan 597 dan hari hujan 25 hari. Akan tetapi

Tahun CH (mm) HH (hari) Produktivitas kg/ha/tahun

1998 6 413 275 9 778 1999 5 751 246 7 736 2000 5 660 231 8 068 2001 6 595 246 8 970 2002 6 546 205 9 503 2003 5 396 198 8 019 2004 4 764 228 9 597 2005 4 669 255 9 737 2006 4 131 189 7 280 2007 3 527 181 10 192

Page 78: Penanaman Teh

produktivitas per bulan tertinggi terjadi pada bulan Mei, Juni dan Oktober yaitu

masing-masing 812.70 kg/ha, 830.07 kg/ha dan 870.88 kg/ha. Pada bulan tersebut

hari hujan sekitar 13 -18 hari dengan curah hujan antara 200-450. Produktivitas

rendah sekitar 600 kg/ha terjadi Januari (801 mm), Februari (710 mm) dan Juli

(180 mm).

Tabel 13. Hubungan Curah Hujan (CH), Hari Hujan (HH) dan

Produktivitas Rata-rata Teh Basah per Bulan Selama 10 Tahun Terakhir

Sumber : Bagian kebun Pagilaran, 2008

Curah hujan rata-rata per bulan juga berpengaruh terhadap produktivitas.

Hal ini berkaitan dengan musim yang terjadi di Indonesia. Produktivitas tinggi

terjadi pada bulan Mei, Juni dan Oktober yang merupakan bulan pergantian

musim. Bulan Mei dan Juni merupakan pergantian musim hujan menjadi

kemarau, sedangkan bulan Oktober merupakan pergantian musim kemarau

menjadi musim hujan. Musim dimana pertumbuhan pucuk yang tinggi pada bulan

Mei, Juni dan Oktober tersebut, disebut dengan musim flush.

Musim kemarau pada bulan Juni menyebabkan persediaan air dalam tanah

menjadi turun. Sehingga akan mengganggu proses fotosintesis tanaman teh. Jumin

(1992) menjelaskan, kekurangan air pada saat proses fotosintesis berakibat pada

kecepatan fotosintesis. Hal tersebut sebagai akibat dari menutupnya stomata,

meningkatkan resistensi mesofil yang akhirnya memperkecil efisiensi fotosintesis.

Sebaliknya ketersediaan air yang cukup akan meningkatkan kecepatan

fotosintesis. Selain itu, menurut Kartawijaya (1997) tanaman teh tidak tahan

Bulan Rata-rata CH (mm)

Rata-rata HH (hari) Rata-rata Produktivitas (kg/ha)

Januari 741 25 664.91 Februari 716 25 626.87 Maret 603 25 701.42 April 618 24 749.39 Mei 445 18 812.70 Juni 253 13 830.07 Juli 197 12 697.69 Agustus 86 7 774.81 September 174 11 702.72 Oktober 359 18 870.88 November 598 26 767.13 Desember 597 25 773.36

Page 79: Penanaman Teh

terhadap kekeringan dan jumlah hujan tahunan sebaiknya tidak kurang dari 2 000

mm.

Crabe dan Paul B (1996) menjelaskan pada saat musim kemarau pucuk

mengalami masa dorman kemudian dipecahkan oleh butiran air yang datang pada

musim hujan. Sehingga pucuk dapat tumbuh aktif pada saat pergantian musim

kemarau menjadi musim hujan. Hal ini yang menyebabkan produktivitas tinggi

pada saat bulan Oktober.

Curah hujan yang tinggi pada saat musim hujan (bulan Januari dan

Februari) dapat meningkatkan aktivitas cendawan penyebab cacar daun, sehingga

akan mengakibatkan penurunan produksi. Selain itu juga menurunkan intensitas

cahaya sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis dan produksi pucuk

menurun.

Pucuk akan kembali tumbuh dengan baik ketika hujan mulai berkurang,

yaitu saat pergantian musim hujan menjadi musim kemarau. Sehingga produksi

pucuk kembali tinggi pada saat pergantian musim tersebut. Hal ini yang

menyebabkan produktivitas menjadi tinggi pada bulan Mei dan Juni.

Umur Tanaman

Menurut Adimulya (2006) umur tanaman teh dapat mencapai 100 tahun.

Penurunan produksi bisa disebabkan umur tanaman yang sudah tua. Sedangkan

Siswoputranto (1978) menjelaskan dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh

dapat memberikan hasil daun teh cukup besar selama 40 tahun. Peremajaan

dilakukan saat kebun teh telah berumur lebih dari 40 tahun.

Tabel 14. Hubungan Umur Tanaman dengan Produktivitas Teh Basah per

Tanaman Teh

Sumber : Bagian kebun Andongsili, 2008

Umur (Tahun) Produktivitas (kg/tanaman) 81 1.471 82 1.235 92 1.204 97 1.310

102 1.309 107 1.247 108 1.214

Page 80: Penanaman Teh

Data yang diambil pada Tabel 14, berdasarkan blok yang memiliki

kesamaan klon, ketinggian dan pemeliharaan. Hal ini dilakukan, agar lebih

memperlihatkan hubungan umur dengan produktivitas tanpa pengaruh faktor

lainnya. Sehingga data yang digunakan adalah data bagian kebun Andongsisli.

Tanaman teh di PT Pagilaran mempunyai umur tanaman yang sangat tua.

yaitu sekitar 100 tahun. Bahkan umur tanaman teh paling tua mencapai umur 108

tahun. Produktivitas tinggi terdapat pada umur 81 tahun yaitu 1.471 kg/pohon.

Sedangkan produktivitas rendah terdapat pada umur 92 dan 108 tahun yaitu

masing-masing 1.204 kg/pohon dan 1.214 kg/pohon. Sehingga dari hasil Tabel 14

menunjukkan bahwa umur tanaman semakin muda, maka produktivitas semakin

tinggi. Selain itu, walau tanaman teh sudah tua, tetapi tetap dapat menghaslkan

produksi yang tinggi.

Tabel 15 menunjukkan tahun tanam 1961-1980 mempunyai produktivitas

lebih tinggi dibandingkan tahun 1921-1940. Begitu pula dengan tahun 1921-1940

produtivitas lebih tinggi dibandingkan tahun 1890-1920. Secara keseluruhan hasil

menunjukkan tahun tanam mempengaruhi produktivitas, walaupun pada tahun

1981-2000 mengalami penurunan.

Tabel 15. Hubungan Tahun Tanam dan Bahan Tanam dengan Produktivitas Teh Basah Rata-rata per Tahun Selama 10 Tahun.

Sumber : Setiap bagian kebun PT Pagilaran, 2008

Semakin muda tanaman teh, semakin tinggi produktivitasnya. Sebaliknya

semakin tua tanaman teh, maka semakin rendah produktivitasnya. Hal ini

memberikan dugaan bahwa semakin tua tanaman, fungsi jaringan semakin

melemah. Sehingga proses fotosintesis menjadi tidak optimal dan hasilnya

menjadi berkurang. Hal ini yang menyebabkan produksi pucuk menjadi rendah

pada tanaman yang sudah tua.

Bahan Tanam Tahun Tanam Rata-rata Produktivitas (kg/ha/Tahun) Biji Stek

1890-1920 8 038.40 77% 23% 1921-1940 8 295.99 99% 1% 1961-1980 9 391.60 73% 27% 1981-2000 9 234.85 2% 98%

Page 81: Penanaman Teh

Usaha peningkatan produksi tanaman teh yang berumur tua perlu

dilakukan. Salah satunya adalah pemeliharaan yang lebih intensif, seperti

pemberian pupuk yang lebih optimal. Selain itu juga perlu dilakukan dengan

peremajaan tanaman, yaitu dengan mengganti tanaman teh yang sudah tua dengan

tanaman teh baru.

Bahan Tanam

Bahan tanam di perkebunan Pagilaran sebagian besar berasal dari biji yang

merupakan warisan dari Belanda. Tabel 15 menunjukkan pada bagian tahun 1921-

1940 bahan tanam biji 99 % sedangkan sisanya berasal dari stek (1%), dengan

produktivitas teh mencapai 8 295.99 kg/ha/tahun. Sedangkan pada tahun 1981-

2000 bahan tanam dari stek 98 % dan biji 2 % menghasilkan produktivitas

9 234.85 kg/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa bahan tanam yang sebagian

besar dari stek mempunyai produktivitas lebih besar dari pada bahan tanam biji.

Potensi produksi tanaman asal stek lebih tinggi dibandingkan tanaman asal

biji. Hal ini dikarenakan perbanyakan bahan tanaman secara vegetatif dengan stek

merupakan salah satu cara mempertahankan sifat-sifat baik tanaman induk, karena

dengan perbanyakan secara vegetatif tidak terjadi perubahan sifat genotip.

Sedangkan tanaman asal biji merupakan hasil persilangan yang dapat

menimbulkan perubahan sifat pada keturunannya. Selain itu pembibitan teh

dengan menggunakan stek lebih cepat dibandingkan dengan biji (Setyamidjaja,

2000)

Penggunaan bahan tanam biji di perkebunan Pagilaran masih dilakukan.

Hal ini dikarenakan bahan tanam biji memiliki beberapa kelebihan. Tanaman asal

biji di kebun Pagilaran memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi, hal ini terlihat

dari ketahanan terhadap penyakit lebih baik daripada bahan tanam stek. Hal ini

dikarenakan bahan tanam biji memiliki akar lebih kuat dibandingkan tanaman asal

stek. Tanaman asal biji mempunyai akar tunggang sedangkan pada tanaman asal

stek mempunyai akar serabut, sehingga tanaman teh yang berasal dari stek mudah

dicabut dan mudah roboh dibandingkan tanaman asal biji (Tarlan dan Adimulya,

1997). Oleh karena itu tanaman asal biji lebih tahan lama dibandingkan tanaman

asal stek.

Page 82: Penanaman Teh

Jenis Klon

Analisis hubungan jenis klon dan produktivitas pada perkebunan Pagilaran

sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan, selain sebagian besar berasal dari biji,

setiap blok juga terdiri bermacam-macam klon. Astika (1997) menyatakan untuk

mendapatkan kualitas yang baik, jumlah klon yang ditanam dalam suatu

perkebunan teh hendaknya berkisar antara 3 – 5 klon. Di samping itu, setiap klon

hendaknya ditanam dalam blok-blok yang terpisah, untuk memudahkan

pemeliharaan. Hal tersebut belum dilakukan di perkebunan Pagilaran, karena

masih terdapat banyak klon bahkan dalam satu blok ditanam bermacam-macam

klon.

Klon merupakan bahan tanaman vegetatif yang digunakan untuk

pembiakan dengan cara stek (Setyamidjaja, 2000). Hasil data secara keseluruhan

menunjukkan klon TRI 2025 mempunyai produktivitas terbesar (Tabel Lampiran

5). Klon TRI 2025 memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan klon

lainnya, yaitu mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga dapat ditanam di

dataran rendah maupun dataran tinggi. Walaupun klon TRI 2025 memiliki

kekurangan seperti peka terhadap serangan hama dan cendawan, tetapi masih

dapat menghasilkan produksi yang tinggi dibandingkan dengan klon lainnya

(Malabar 2, SA 40, PS 1, Cinyiruan 143, SKM 118, dan Kiara 8).

Tenaga Kerja

Data yang diperoleh hanya data berasal dari bagian kebun Pagilaran

selama 7 tahun terakhir. Tabel 16 menunjukkan tenaga pemetik meningkat setiap

tahun hingga tahun 2004. Pada tahun 2005 terjadi penurunan tenaga kerja hingga

tahun 2007. Sebagian besar tenaga pemetik berjenis kelamin perempuan dan

berpendidikan SD. Sedangkan tenaga pemetik perempuan tertinggi yang bekerja

pada tahun 2002 yaitu 521 orang dengan produktivitas 956.55 kg/ha.

Tabel 16 juga memperlihatkan Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang

merupakan rasio tenaga kerja dengan luas areal tanaman teh. ITK tertinggi terjadi

pada tahun 2004 yaitu 1.33 dengan produktivitas 1 048.86 kg/ha. Tahun 2007

terlihat ITK terendah dengan produktivitas 927.48 kg/ha. Selain itu kapasitas

Page 83: Penanaman Teh

pemetik Pagilaran tahun 2007 mencapai 0.89 ha/orang. Kapasitas ini dihitung dari

areal pemetikan per hari dibagi total tenaga pemetik dengan gilir petik 10 hari.

Sebelum tahun 2004 jumlah tenaga kerja terus meningkat setiap tahunnya. Hingga

tahun 2004 merupakan puncak dari jumlah tenaga kerja. Hal ini dikarenakan

adanya pergantian pimpinan kebun, yang menyebabkan kebijakan perkebunan

berubah. Kebijakan tersebut adalah tidak adanya penerimaan tenaga kerja, akan

tetapi dilakukan pengurangan tenaga kerja. Sehingga pada tahun berikutnya

jumlah pekerja menurun, walaupun pada tahun 2007 kembali terjadi peningkatan

jumlah pekerja.

Tabel 16. Hubungan Tenaga Kerja Pemetik dan Produktivitas Teh Basah Bagian Kebun Pagilaran Bulan Desember Selama 7 Tahun

Sumber : Bagian Kebun Pagilaran, 2008

Jumlah tenaga kerja pemetik semakin tinggi, maka semakin tinggi pula

produktivitas yang dihasilkan. Hal ini dapat terlihat dari ITK tertinggi pada tahun

2004 menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. ITK merupakan kebutuhan

tenaga kerja per satuan luas (ha). ITK pada perkebunan Pagilaran (1.12) berarti

dalam 1 ha luas areal petikan membutuhkan pekerja sebanyak 11 – 12 orang untuk

setiap harinya dengan gilir petik 10 hari.

Kapasitas Pemetik kebun Pagilaran cukup tinggi dengan rata-rata antara

0.08-0.09 ha/orang. Kapasitas ini lebih tinggi dari standar pemetik pekebunan teh

yang hanya mencapai 0.04 ha/orang. Hal ini dikarenakan para pemetik teh di

kebun pagilaran sudah menggunakan alat gunting untuk memetik teh.

Kekurangan tenaga kerja mengakibatkan kesulitan dalam mengalokasikan

tenaga pemetik, terutama pada saat musim flush. Akibatnya banyak kebun dalam

Jenis Kelamin Pendidikan No Tahun L P SD SMP SMA

Jumlah ITK Kapasitas Pemetik (ha/org)

Produktivitas kg/ha

1 2001 23 510 523 10 - 533 1.22 0.08 739.40 2 2002 24 521 523 19 3 545 1.25 0.08 956.55 3 2003 43 517 546 12 2 560 1.29 0.08 1 094.33 4 2004 65 513 554 21 3 578 1.33 0.08 1 048.86 5 2005 65 508 549 21 3 573 1.32 0.08 1 005.88 6 2006 53 464 493 21 3 517 1.19 0.08 762.94 7 2007 47 442 466 21 2 489 1.12 0.09 927.48

Page 84: Penanaman Teh

keadaan kaboler (pucuk yang terlalu tinggi). Usaha perkebunan Pagilaran dalam

mencukupi kebutuhan tenaga pemetik dilakukan dengan mendatangkan pemetik

dari blok lain atau dengan lintas antar blok. Upaya lain yang dilakukan adalah

dengan menambah jam kerja.

Tenaga pemetik di PT Pagilaran sebagian besar berjenis kelamin

perempuan. Walau demikian Tabel 16 menunjukkan semakin besar jumlah

pekerja laki-laki, semakin besar pula produktivitas pucuk. Hal ini berarti pekerja

laki-laki lebih baik dalam hal kuantitas dibandingkan pekerja perempuan. Akan

tetapi dalam hal kualitas pekerja perempuan lebih baik daripada pekerja laki-laki.

Pendidikan sebagian besar pekerja pemetik di PT Pagilaran adalah SD.

Tabel 16 menunjukkan pendidikan tidak terlalu berpengaruh pada jumlah

produktivitas pucuk teh. Sehingga, pekerjaan sebagai pemetik teh relatif tidak

membutuhkan tingkat pendidikan formal yang tinggi, tetapi membutuhkan

keterampilan. Selain itu, tingkat pendidikan formal tidak dipermasalahkan oleh

pihak manajemen perkebunan.

Manajemen dalam pengelolaan tenaga kerja mempengaruhi proses tenaga

kerja melakukan kegiatan di kebun. Pengelolaan tenaga pemetik di PT Pagilaran

belum sepenuhnya optimal, hal ini dikarenakan biaya tenaga kerja yang kecil.

Upah yang diberikan sering mengalami keterlambatan dan tanpa ada premi untuk

pemetikan yang melebihi bobot standar pemetik. Hal inilah yang menyebabkan

tenaga kurang bekerja dengan baik. Selain itu pengadaan bahan-bahan

pemeliharaan kebun dari direksi sering mengalami keterlambatan, sehingga

mengganggu proses pengelolaan pemeliharaan di lapang.

Peran Pimpinan Kebun berhubungan dengan manajemen pengelolaan

kebun. Pimpinan kebun dibantu dengan para kepala masing-masing kebun harus

mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapka oleh direksi.

Tapi dalam kenyataannya belum sepenuhnya dilaksanakan oleh setiap kepala

bagian kebun. Hanya bagian Kayulandak yang hampir mendekati pelaksanaan

SOP. Untuk itulah bagian Kayulandak memiliki manajemen yang lebih baik

dibandingkan dengan bagian kebun lainnya.

Page 85: Penanaman Teh

Populasi Tanaman

Peningkatan populasi diikuti dengan peningkatan produktivitas per hektar

(Tabel 17). Populasi tanaman tertinggi yaitu antara 13 001 pohon/ha – 14 000

pohon/ha, dengan produktivitas tertinggi pula yaitu 10 672.68 kg/ha/tahun.

Populasi terendah yaitu antara 4 000-5 000 pohon/ha dengan produktivitas

8 050.38 kg/ha/tahun.

Tabel 17. Hubungan Produktivitas Teh Basah dengan Populasi Tanaman Teh

Sumber : Setiap bagian kebun PT Pagilaran, 2008

Gambar 15 menunjukkan bahwa populasi tanaman mempengaruhi

produktivitas per hektar (garis biru). Semakin tinggi populasi, semakin tinggi pula

produktivitasnya. Wanyoko dan Owour (1995) menjelaskan bahwa kerapatan

tanaman berpengaruh terhadap produksi. Areal tanaman yang kerapatan yang

lebih tinggi maka akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Semakin banyak

pohon teh maka semakin banyak jumlah pucuk yang dapat dipetik dan semakin

tinggi nilai produktivitas yang dapat dicapai.

Gambar 15 juga menunjukkan bahwa produktivitas per pohon berbanding

terbalik dengan jumlah populasi. Semakin tinggi populasi maka semakin rendah

produktivitas per pohon (garis merah). Populasi tertinggi menghasilkan populasi

per pohon terendah yaitu 0.791 kg/pohon. Sedangkan populasi terendah

menghasilkan produktivitas tertinggi untuk setiap pohonnya yaitu 1.723 kg/pohon.

Populasi (pohon/ha)

Rata-rata Produktvitas (kg/ha/tahun)

Rata-rata Produktivitas (kg/pohon/tahun)

4 000-5 000 8 050.38 1.723 5 001-6 000 8 304.51 1.473 6 001-7 000 7 504.92 1.125 7 001-8 000 8 155.57 1.094 8 001-9 000 8 542.57 0.997

9 001-10 000 8 751.83 0.914 10 001-11 000 9 537.66 0.943 11 001-12 000 9 613.26 0.838 12 001-13 000 10 359.20 0.831 13 001-14 000 10 672.68 0.791

Page 86: Penanaman Teh

Tidak seperti halnya produktivitas per hektar, populasi yang tinggi dapat

menurunkan produktivitas tanaman teh per pohon. Penurunan ini diduga adanya

persaingan hara, sehingga menyebabkan turunnya produksi setiap individu

tanaman. Akan tetapi jumlah tanaman yang tinggi menyebabkan produktivitas

akan tetap tinggi, walaupun produktivitas per pohon rendah.

Jumlah populasi per ha dipengaruhi oleh jarak tanam. Jarak tanam yang

digunakan di kebun Pagilaran tidak dapat diketahui secara jelas. Seperti yang

dikatakan di depan bahwa tanaman teh tersebut merupakan warisan dari

pemerintahan Belanda yang tidak pernah dilakukan peremajaan kecuali dengan

pemangkasan. Sehingga populasi tanaman teh dalam satu hektar sangat kecil.

Apabila jarak tanam standar 120 cm x 60 cm dengan populasi tanaman berjumlah

13 888 pohon/ha. Sedangkan populasi di kebun Pagilaran masih dibawah standar.

Populasi minimal berjumlah 4 404 pohon/ha dan populasi maksimal berjumlah

13 600 pohon/ha (Tabel Lampiran 1, Tabel Lampiran 2 dan Tabel Lampiran 3).

Produktivitas Antar Bagian Kebun

Tabel 18 menunjukkan produktivitas masing-masing bagian kebun

berfluktuasi setiap tahun. Bagian Pagilaran produtivitas tertinggi yaitu 10 191.85

kg/ha/tahun terjadi pada tahun 2007. Produktivitas tertinggi Kayulandak yaitu

11 021.23 kg/ha/tahun pada tahun 2003. Tahun 1998 bagian kebun Andongsili

Gambar 15. Grafik Hubungan antara Populasi dengan Produktivitas Teh

Page 87: Penanaman Teh

mencapai produktivitas tertinggi yaitu 9 480.61. Produktivitas rendah di seluruh

bagian kebun terjadi pada tahun yang sama yaitu tahun 2006. Rata-rata

produktivitas tertinggi berada pada bagian kebun Kayulandak yaitu 9 131.84

kg/ha, kemudian diikuti oleh bagian kebun Pagilaran yaitu 9 131.84 kg/ha/tahun.

Rata-rata produktivitas terendah berada pada bagian Andongsili yaitu 7 873.09

kg/ha/tahun.

Tabel 18. Produktivitas Teh Basah Antar Bagian Kebun Selama 10 Tahun Terakhir

Sumber : Setiap bagian kebun PT Pagilaran, 2008

Produktivitas teh basah yang berfluktuasi setiap tahunnya, disebabkan oleh

adanya faktor yang mempengaruhi produktivitas dan perbedaan teknik

pemeliharaan. Faktor produktivitas tersebut diantaranya ketinggian tempat, curah

hujan, populasi, jenis klon dan tahun tanam. Perbedaan teknik pemeliharaan

disebabkan adanya ketersediaan biaya pemeliharaan setiap tahunnya.

Ketinggian tempat dan populasi tanaman tidak berubah setiap tahun,

sedangkan curah hujan berubah setiap tahun (Tabel 19). Untuk ketinggian,

Kayulandak mempunyai tempat tertinggi yaitu 1 090-1 470 m dpl sedangkan

Andongsili berada pada urutan kedua dengan ketinggian 930-1 300 m dpl.

Pagilaran mempunyai ketinggian tempat terendah yaitu antara 700-1 100 dpl.

Untuk populasi tertinggi terdapat pada kebun Pagilaran yaitu 9 410 pohon/ha,

Sedangkan Kayulandak urutan kedua dengan populasi 8 978 pohon/ha. Populasi

terendah terdapat pada kebun Andongsili yaitu 6 972 pohon/ha. Selanjutnya curah

Produktivitas Bagian Kebun (kg/ha) Tahun Pagilaran Kayulandak Andongsili 1998 9 777.92 10 250.94 9 480.61 1999 7 735.67 8 360.33 7 918.19 2000 8 068.19 8 188.33 6 816.20 2001 8 970.29 9 045.68 7 421.16 2002 9 503.21 10 349.97 7 268.86 2003 8 019.02 11 021.23 8 921.48 2004 9 596.66 9 137.70 7 864.18 2005 9 736.59 9 004.36 7 896.72 2006 7 279.99 7 330.26 6 840.37 2007 10 191.85 8 629.57 8 303.12

Rata-rata 8 887.94 9 131.84 7 873.09

Page 88: Penanaman Teh

hujan setiap bagian kebun tidak berbeda, akan tetapi berubah setiap tahunnya.

Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu 6 595 mm/tahun dan curah hujan

terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu 3 527 mm/tahun.

Tabel 20 menunjukkan perbedaan klon dan tahun tanam setiap bagian

kebun dengan luas lahan. Pagilaran sebagian besar ditanam beberapa jenis klon

dalam satu blok, sehingga merupakan campuran dari berbagai klon. Sedangkan

bagian Kayulandak jenis tanaman teh yang ditanam adalah biji dan klon PS (Pasir

Sarongge). Untuk jenis biji banyak ditanam pada bagian kebun Andongsili.

Tabel 19. Perbedaan Faktor Produktivitas Teh Basah Tiap Blok Selama 10

Tahun

Sumber : Setiap bagian kebun PT Pagilaran, 2008 Keterangan : P : Blok Pagilaran K : Blok Kayulandak A : Blok Andongsili

Tahun tanam setiap kebun hampir sama yaitu antara tahun 1894 hingga

1999. Tahun tanaman pada Tabel 20 dibagi menjadi dua yaitu 1899 – 1950

(tanaman tua) dan 1951 – 2000 (tanaman muda) dengan luas lahan masing-masing

tahun tanam. Tanaman tua banyak terletak di bagian kebun Andongsili yaitu luas

lahan 305.510 ha dan hanya 12.750 ha yang ditanam tanaman muda. Sedangkan

tanaman muda banyak ditanam di bagian kebun Pagilaran yaitu luas lahan

354.652 ha dan tanaman tua seluas 68.420 ha. Bagian Kayulandak sebagian besar

merupakan tanaman tua dengan luas tanam 160.410 ha dan tanaman muda seluas

58.852 ha.

Ketinggian Tempat (m dpl) Populasi (pohon/ha) Curah Hujan (mm/tahun) Tahun P K A P K A P K A

1998 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 6 413 6 413 6 413

1999 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 5 751 5 751 5 751

2000 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 5 660 5 660 5 660

2001 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 6 595 6 595 6 595

2002 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 6 546 6 546 6 546

2003 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 5 396 5 396 5 396

2004 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 4 764 4 764 4 764

2005 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 4 669 4 669 4 669

2006 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 4 131 4 131 4 131

2007 700-1 100 1 090-1 470 930-1 300 9 410 8 978 6 972 3 527 3 527 3 527

Page 89: Penanaman Teh

Tabel 20. Perbedaan Faktor Klon dan Tahun Tanam Setiap Bagian Kebun.

Sumber : Setiap Bagian Kebun PT Pagilaran, 2008

Kayulandak mempunyai rata-rata produktivitas paling tinggi diantara

bagian lainnya, walaupun jenis yang ditanam merupakan jenis campuran antara

biji dan klon PS, serta memiliki tanaman yang tua. Ketinggian tempat tertinggi

terletak pada bagian kebun Kayulandak, dengan curah hujan yang tinggi pula

sehingga dapat mendatangkan cendawan cacar daun. Klon PS merupakan klon

yang mudah beradaptasi dan mempunyai bulu peko yang banyak, sehingga

cendawan penyebab cacar tidak dapat menempel pada peko. Hal inilah yang

memberikan dugaan bahwa tanaman teh tetap berproduksi dengan baik, sehingga

produktivitas tertinggi terletak pada bagian kebun Kayulandak.

Pemeliharaan kebun juga sangat mempengaruhi produktivitas.

Berdasarkan pengamatan penulis, pemeliharaan pada kebun Kayulandak sangat

intensif dibandingkan dengan bagian lainnya. Jumlah pekerja juga mencukupi

dalam proses pelaksanaan pemeliharaan kebun. Selain itu peraturan juga sangat

ditegakkan di kebun Kayulandak, sehingga para pekerja bekerja secara disiplin

dalam melaksanakan kegiatan kebun.

Kebun Pagilaran merupakan kebun terluas (428.072 ha) diantara ketiga

kebun. Hampir seluruh bagian telah ditanami tanaman teh yang bahan tanamnya

berasal dari jenis klon dan tanaman muda, sehingga seharusnya kebun pagilaran

mempunyai produktivitas tertinggi. Akan tetapi setiap blok pada bagian kebun

Pagilaran ditanam berbagai macam jenis klon, sehingga menjadi campuran klon

dalam satu blok. Hal inilah yang menyebabkan produktivitas Pagilaran lebih

rendah dari Kayulandak. Selain itu proses pemeliharan kebun di bagian kebun

Faktor Produksi Bagian Kebun Klon Tahun Tanam (Luas Lahan ) Pagilaran Klon Campuran • 1899 – 1950 (68.420 ha)

• 1951 – 2000 (354.652 ha)

Kayulandak Biji dan PS • 1899 – 1950 (160.410 ha) • 1951 – 2000 (58.852 ha)

Andongsili Biji • 1899 – 1950 (305.510 ha) • 1951 – 2000 (12.750 ha)

Page 90: Penanaman Teh

Pagilaran tidak memiliki disiplin yang tinggi di antara pekerja, sehingga peraturan

yang berlaku tidak dijalankan dengan baik.

Produktivitas tinggi pada bagian kebun Pagilaran tahun 2007 diduga,

disebabkan oleh populasi yang tinggi pada ketinggian yang rendah, sehingga

hanya memerlukan sedikit curah hujan. Populasi yang tinggi menyebabkan

kerapatan yang tinggi pula, sehingga air hilang akibat evaporasi tanah cukup

rendah. Jadi, air dalam tanah dapat disimpan dengan baik dan persediaan air

cukup untuk pertumbuhan tanaman teh. Menurut Jones (1992) evaporasi dapat

menghilangkan air dalam tanah, akan tetapi dapat diatasi dengan adanya penutup

tanah. Tanah pada kebun Pagilaran ditutup dengan kanopi tanaman teh yang

memiliki kerapatan yang tinggi.

Andongsili memiliki produktivitas terendah, karena hampir keseluruhan

kebun ditanami tanaman yang berasal dari biji dengan sebagian besar lahan

merupakan tanaman tua. Hanya 3 blok dari 30 blok yang ditanami jenis klon.

Produksi biji lebih rendah dibandingkan produksi jenis klon. Populasi rendah pada

bagian kebun Andongsili juga menyebabkan produksi menurun.

Andongsili pada tahun 1998 mengalami produktivitas tertinggi. Pada

tahun tersebut curah hujan relatif tinggi dengan populasi terendah dibandingkan

bagian yang lain. Populasi yang rendah menyebabkan tingginya proses evaporasi

dan persediaan air tanah berkurang. Curah hujan yang tinggi dapat

mengembalikan air hilang akibat proses evaporasi, sehingga tanaman teh tetap

berproduksi secara optimal.

Bentuk topografi pada bagian kebun Andongsili sangat terjal dan yang

banyak mengandung batu, sehingga menyulitkan pekerja dalam pengelolaan

kebun. Sehingga mengakibatkan pekerja tidak dapat bekerja secara optimal dan

lambat serta membutuhkan penambahan jumlah pekerja. Hal ini menyebabkan

keadaan kebun Andongsili menjadi sangat tidak kondusif untuk pertumbuhan

tanaman teh, sehingga produktivitas teh Andongsili menjadi rendah.

Page 91: Penanaman Teh

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang yang dilakukan penulis di PT Pagilaran telah

memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman kerja. Melalui kegiatan

sebagai tenaga kerja, penulis berlatih untuk meningkatkan keterampilan teknis dan

kemampuan manajerial sesuai tingkat deskripsi tugas masing-masing manajer.

Selain itu juga memberi pelajaran kepada penulis untuk bisa bersosialisasi dengan

masyarakat.

Pengelolaan Kebun Pagilaran secara keseluruhan sudah cukup baik,

walaupun masih kurang optimal dalam beberapa hal. Seperti dalam pemeliharaan

kebun juga masih kurang intensif. Hal ini dilihat dalam pemberian pupuk yang

masih banyak terdapat kesalahan yang menyebabkan kurang efisien dan efektif

dalam pemberian pupuk. Selain itu kurangnya pelaksanaan Standar Operasional

Prosedur (SOP) untuk setiap kepala bagian kebun.

Faktor yang mempengaruhi produktivitas teh adalah ketinggian tempat,

curah hujan, umur tanaman, asal bahan tanam, serta tenaga pemetik. Ketinggian

optimum untuk pertumbuhan tanaman teh adalah 800 – 1 200, selain itu tanaman

teh tidak membutuhkan curah hujan yang tinggi. Penggunaan bahan tanam stek

dapat meningkatkan produktivitas teh basah. Tanaman yang berumur tua masih

tetap dapat berproduksi dengan baik. Tenaga pemetik laki-laki menghasilkan

produktivitas yang lebih tinggi daripada tenaga perempuan, akan tetapi dalam

kualitas pekerja perempuan lebih tinggi daripada pekerja laki-laki. Selain faktor-

faktor tersebut pengelolaan kebun yang baik juga akan meningkatkan

produktivitas tanaman teh.

Saran

Untuk mencapai pengelolaan yang lebih optimal perlu dilakukan pelatihan

kepada para mandor secara rutin, agar para mandor lebih memahami tugasnya di

kebun. Dalam hal ini perlu adanya optimalisasi peran serta dari pimpinan kebun

dan kepala masing-masing kebun. Peremajaan tanaman teh yang sudah berumur

terlalu tua, dan pengaturan jarak tanam yang lebih teratur perlu diterapkan

Page 92: Penanaman Teh

sehingga menghasilkan populasi yang optimal. Penanaman klon yang seragam

dalam satu blok juga akan sangat memudahkan dalam pemeliharaan. Selain

pengelolan kebun diatas, untuk dapat meningkatkan produktivitas perlu lebih

mengoptimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas di kebun

Pagilaran.

Page 93: Penanaman Teh

DAFTAR PUSTAKA

Adimulya, V. 2006. Analisis Produksi Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Kebun Jolotigo, PTPN IX, Pekalongan, Jawa Tengah. Skripsi. Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 80 hal. (Tidak dipublikasikan)

Adisewojo, R. S. 1992. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung. 224

hal. Astika I. G. P. W. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi 2. Pusat

Penelitian Teh dan Kina. Gambung . 151 hal.

Bambang, K. 1994. Petunjuk Kultur Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 154 hal.

Crabe, J. and B. Paul. 1996. A New Conceptual Approach to Bud Dormancy in

Woody Plants in Plant Dormancy Physiology Biochemistry and Molecular Biologi. Editor G. A. Lang. Cab International. Uk. Hal 83-106

Darmawijaya, M. I. 1997. Keserasian Tanah dan Kemampuan Lahan Teh.

Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh . PPTK Gambung. Bandung. 147 hal.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2007. Standar Ekspor Teh Indonesia (seri online). URL http://www.disbun.jabarprov.go.id/. Diakses pada 20 Juli 2008-08-27

Eden, T. 1976. Tea. Third edition. Lowe and Brydone (Printers) Ltd, Thetford,

Norfolk: Great Britain. 215 p. Ghani, M. A. 2002. Buku Pintar Mandor : Dasar-Dasar Budi Daya Teh. Penebar

Swadaya. Jakarta. 134 hal. Heru, C.N. 2003 . Dari Belanda ke Kampus. Koran Tempo (seri

online).URL:http://www.korantempo.com/news/2003/2/27/Nasional/62.html. Diakses pada 2 November 2007.

Iskandar, S. H. 1988. Budidaya Tanaman Teh. Jurusan Budaya Pertanian. Institut

Pertanian Bogor. 40 hal Jones, H. 1992. Plant and Microclimate. Second Edition. The Press Sydicate of

The University of Cambidge. Australia. 123 p. Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis. Rajawali Pers.

Jakarta. 162 hal. Kertawijaya, W. S. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi 2. Pusat

Penelitian Teh dan Kina. Gambung . 151 hal.

Page 94: Penanaman Teh

Martosupono, M. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi 2. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung . 151 hal.

Nazaruddin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya.

Jakarta. 198 hal. Perangin-angin, M. D. 2000. Pengelolaan Pemetikan Pucuk Teh (Camellia

sinensis (L.) O. Kuntze) di PTP Nusantara VIII, Kebun Ciater, Subang, Jawa Barat. Skripsi. Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.73 hal. (Tidak dipublikasikan)

PT Perkebunan XI. 1993. Vademecum Budidaya Teh. PT Perkebunan XI. Jakarta.

140 hal.

Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. 1992. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (Eds 1). Gambung. 136 hal.

Rachmiati, Y. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi 2. Pusat

Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 151 hal. Sanusi, M dan S. Adimulya. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi 2.

Pusat Penelitian Teh dan Kina.Gambung . 151 hal. Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh.

Kanisius. Yogkarta. 154 hal. Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh Kopi Cokelat Internasional. PT

Gramedia.. Jakarta. 125 hal.

Suhargyanto, K. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi 2. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung. 151 hal.

Suryatmo, F. A. 1994. Petunjuk Kultur Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan

Kina.Gambung. 154 hal.

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 318 hal

Tarlan, S dan S. Adimulya. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi 2.

Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung . 151 hal. Tobroni, M dan S. Adimulya. 1997. Petunjuk Kultur Teknik Tanaman Teh. Edisi

2. Pusat Penelitian Teh dan Kina. Gambung . 151 hal. Wanyoko, J. K. and P. O. Owour. 1995. Effect of Plantensities and Nitrogen

Fertilize Rates on The Yield of Mature Seedling Kenya Tea. Tea, 16 (1) : 14-20

Page 95: Penanaman Teh

LAMPIRAN

Page 96: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 1. Jurnal harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran Prestasi kerja (satuan/

HOK) No Status Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Standar Penulis

1 Umum 12-Feb-08 Orientasi pembibitan Pembibitan - -

13-Feb-08 Orientasi kantor induk kantor induk - -

14-Feb-08

Pengukuran Curah hujan dan Orientasi Pabrik

Kebun dan Pabrik - -

15-Feb-08 Orientasi teknik Bag Teknik - -

16-Feb-08 Orientasi kebun pagilaran Kantor Kebun - -

2 KHL 18-Feb-08 Pembibitan membuat bekong Kebun bibit 50

Bekong 10

Bekong 19-Feb-08 membuat bekong Kebun bibit

20-Feb-08 mengayak tanah Kebun bibit

21-Feb-08 melubangi polibag Kebun bibit 5 jam

kerja 5 jam kerja

22-Feb-08

mencampur tanah dengan pupuk dan dithane M-45

Kebun bibit - -

23-Feb-08 mengayak sub soil Kebun bibit 0.5 m³ 0.125 m³

25-Feb-08

mengangkut dan memasukkan top soil

Kebun bibit 500 168

26-Feb-08 menyiapkan polibag Kebun bibit 500 70

27-Feb-08 memasukkan top soil ke polibag Kebun bibit 500 205

28-Feb-08

mengangkut dan memasukkan sub soil ke polibag

Kebun bibit 5 jam kerja 5 jam kerja

29-Feb-08 memasukkan sub soil Kebun bibit 5 jam

kerja 5 jam kerja

01-Mar-

08 menyeleksi bibit Kebun bibit 5 jam kerja 5 jam kerja

03-Mar-08

praktek pemangkasan awal

Kebun Pagilaran - -

04-Mar-

08 praktek pemangkasan

Blok Kebun Jati 400 m² 18 pohon

05-Mar-

08 kerik lumut Blok Beji II 400 m² 6 m²

06-Mar-

08 penggarpuan dan penyiangan Blok Beji II 400 m² -

07-Mar-

08 kubur ranggas Blok Beji II 400 m² -

10-Mar-

08 pemangkasan Blok Kebun jati 400 m² -

11-Mar-

08 Pengenalan pemetikan Blok Garjito II - -

Page 97: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi kerja (satuan/

HOK) No Status Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Standar Penulis

12-Mar-

08 pemetikan Blok Garjito II 35-40 kg 1.8 kg

13-Mar-

08 pemetikan Blok Garjito II 40 kg 3 kg

14-Mar-

08 pemupukan TBM Pagilaran 1 ha

15-Mar-

08 Pemetikan Blok Garjito II 35-40 kg 3 kg

16-Mar-

08 penyiangan gulma Blok Garjito II - -

17-Mar-

08 Penggarpuan dan pemetikan Blok Gondang 5 jam

kerja 5 jam kerja

18-Mar-

08 Penyiangan dan TBM

Blok karang sari I - -

19-Mar-

08 kerik lumut Blok karang sari I - -

20-Mar-

08 pemetikan Blok gondang IA - -

24-Mar-

08 pemeliharaan TBM Blok Jrakah II - -

25-Mar-

08 pemeliharaan TBM Blok Jrakah II - -

26-Mar-

08 pemetikan Blok Kayulandak II - -

27-Mar-

08 pemetikan Blok kemulan - -

29-Mar-

08 Pemupukan TM Blok Sirebut II - -

30-Mar-

08 Pemupukan TM Blok Sirebut II - -

31-Mar-

08 Pemupukan daun Blok Sirebut II - -

01-Apr-08 Analisa pucuk Pabrik 5 jam kerja 5 jam kerja

02-Apr-08 Analisa pucuk Pabrik 5 jam kerja 5 jam kerja

03-Apr-08 Supervisi Pabrik - -

04-Apr-08 pelayuan Pabrik - -

05-Apr-08 pelayuan (pengamatan) Pabrik - -

07-Apr-08 Pembibitan. penanaman stek Kebun bibit - -

08-Apr-08 Penggilingan dan sortasi basah Pabrik - -

09-Apr-08 Penggilingan dan sortasi basah Pabrik - -

10-Apr-08 Pengeringan Pabrik - -

11-Apr-08 Pengeringan Pabrik - -

12-Apr-08 sortasi kering Pabrik - -

14-Apr-08 sortasi kering Pabrik - -

Page 98: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi kerja (satuan/

HOK) No Status Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Standar Penulis

15-Apr-08 sortasi kering Pabrik - -

16-Apr-08 pengepakan Pabrik - -

17-Apr-08 uji organoleptik teh Pabrik - -

3 23-Apr-08 pembibitan Kebun bibit - -

Pendamping Mandor 24-Apr-08 pengamatan

HPG Kebun Pagilaran - -

25-Apr-08 pengamatan HPG

Kebun Pagilaran - -

26-Apr-08 Pengamatan Pucuk Klon

Blok Sanderan II - -

28-Apr-08 pengukuran ketinggian

Kebun Pagilaran - -

29-Apr-08 pemetikan blok pagilaran II - -

30-Apr-08 Pemupukan Blok Beji II - -

01-Mei-

08 Pengukuran Ketinggian

Kebun Pagilaran - -

02-Mei-

08 pengukuran ketinggian

Kebun Pagilaran - -

05-Mei-

08 Prosedur Gudang

Kantor Gudang - -

06-Mei-

08 Pemetikan Gondang III - -

07-Mei-08 Pemupukan

Blok Pekandangan IB

- -

08-Mei-

08 pengukuran ketinggian

Kebun Andongsili - -

09-Mei-

08 pengukuran ketinggian

Kebun Andongsili - -

10-Mei-

08 Penggarpuan dan Babat

Blok Dawuhan II - -

12-Mei-

08 pengukuran ketinggian

Kebun Kayulandak - -

13-Mei-

08 pengukuran ketinggian

Kebun Kayulandak - -

14-Mei-

08 Pemetikan Jendangan

Blok Sirebut IA - -

15-Mei-08 Pemetikan

Blok Pagergunung IA

- -

16-Mei-

08 Pemeliharaan Blok Kayulandak - -

17-Mei-

08 Pembukaan Lahan

Blok Kayulandak - -

4 19-Mei-

08 Pembibitan Penelitian dan Pengembangan - -

Pendamping Kepala Afdeling 20-Mei-

08 Kontrol Kebun Kebun Pagilaran - -

21-Mei-

08 Proses RKT kepala bagian

Kebun Pagilaran - -

Page 99: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Prestasi kerja (satuan/

HOK) No Status Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Standar Penulis

22-Mei-

08 Pengumpulan data

Kantor Pagilaran - -

26-Mei-

08 Tugas Kepala Bagian

Kebun Andongsili - -

27-Mei-08

Pengambilan Contoh Tanah dan daun

Kebun Andongsili - -

28-Mei-08

Pengambilan Contoh Tanah dan daun

Kebun Andongsili - -

29-Mei-08

Pengambilan Contoh Tanah dan daun

Kebun Kayulandak - -

30-Mei-

08 Penanaman perdana

Kebun Kayulandak - -

31-Mei-

08 Prosedur Tugas Pengawas

Kebun Kayulandak - -

1-10 Juni 08

Pembuatan Laporan Sementara

Bagian Penelitian - -

Page 100: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 2. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran

I. Kebun Produksi

Luas No Blok Kebun

(ha) Patok Tahun Tanam

Populasi/ ha Klon Ketinggian

m dpl

1 Garito II 18.79

0 469.75 1978/ 1998 9 908

Campur (biji. Kiara 8, TRI, PSI)

850

2 Garito IIIB 3.180 79.75 1987 9 900 TRI 875

3 Gamblok I 7.270 181.75 1976 7 922 Biji 880

4 Gamblok II 10.28

0 257.00 1976 7 422 Campur (biji. Kiara 8, TRI, PSI)

860

5 Pecundukan IIIA

5.320 133.00 1972 10 000 Biji/Kloon 820

6 Pecundukan IV

10.66

0 266.50 1973/ 1990 6 858 Biji 820

7 Kebunjati I 9.860 246.50 1974 8 717 Biji 780

8 Pulosari III 18.52

6 463.25 1973/ 1990 9 257

Campur (Biji. TRI, Kiara 8, PSI)

730

9 Pulosari I 5.170 129.25 1987/ 1999 9 697 TRI 780

10 Gamblok III 11.63

0 290.75 1976/ 1977 8 324

Campur (Biji. TRI, Kiara 8, PSI)

880

11 Sijanggel 8.500 212.50 1977 9 800

Campur (Biji. TRI, Kiara 8, PSI)

875

12 Karangdadi I / II

9.093 254.75 1962/ 1977 8 325 Biji 890

13 Karangdadi III

7.500 187.50 1975/ 1976/ 1998

8 772 Biji, Klon Campuran 880

14 Pecundukan I 12.40

0 310.00 1987 7 375

TRI, PSI, Biji Tanaman lama 1 ha

860

15 Kebunjati II 12.30

0 307.50 1974 8 739

Campur (Biji. TRI2024, 2025, PSI.Kiara)

730

16 Pulosari II 7.833 196.00 1974/ 1975 8 550 Biji, Kiara 700

17 Pecundukan II 11.42

0 285.50 1925 7 000 Biji 840

18 Pecundukan IIIB

4.630 115.75 1972 10 000 Biji 840

Page 101: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 2. (Lanjutan) Luas

No Blok Kebun (ha) Patok

Tahun Tanam

Populasi/ ha Klon Ketinggian

m dpl

19 Drejeg 6.210 155.25 1980/ 1990 10 045 TRI 860

20 Sanderan IV 12.190 304.75 1961/ 1985/ 1988

8 767 TRI 900

21 Garjito I 4.520 113.00 1989/ 1999 8 836

Campur (biji 0.43ha. TRI 3.23 ha)

860

22 Sanderan II 3.360 84.00 1999 1 1008 Gambung 7. 8 GPPS 1 870

23 Beji I 4.142 116.00 1899/ 1912 7 322 Biji 1 055

24 Beji II 15.205 425.75 1899/ 1912 5 884 Biji 1 045

25 Kejawen IA 11.870 296.75 1992 8 316 TRI 1 000

27 Keteleng 13.151 368.25 1925 5 476 Biji, TRI 2 ha 1 050

28 Sanderan III 7.000 175.00 1984 10 005 TRI 920

29 Sukowero 8.010 200.25 1977/ 1978 9 887 Biji. TRI 2

ha 955

30 Kwarasan I 13.000 325.00 1978 9 477 Campur

(biji. Kiara 8, TRI, PSI)

955

31 Kwarasan II 15.666 391.75 1979 12 000 Campur

(TRI,PSI, Kiara 8)

955

32 Jemanen II 15.314 383.00 1979 13 300 TRI, SKM 990

33 Garjito IIIA 4.070 101.75 1980 9 392 Kiara 8, PSI, Kiara 860

34 Pagilaran III 4.440 111.00 1988 9 418 TRI 900

35 Depok IA 11.580 289.50 1991 11 500 TRI 1 050

36 Sanderan IA 6.250 156.25 1992 11 500 TRI 920

37 Depok IIA 11.070 276.75 1993 12 525 TRI 1 100

38 Karangnongko

13.182 329.75 1980/ 1998 8 995 TRI, Biji 985

39 Kejawen II 10.000 250.00 1979/ 1980 13 600 Biji, SKM 1 000

40 Giyanti IA 9.000 225.00 1979/ 1980 13 600 TRI, Biji 1 030

41 Sirebut IIIA 14.268 356.75 1980 9 300 TRI 1 075

42 Pagilaran I 12.690 355.50 1899/ 1953 7 400 Biji 940

43 Pagilaran II 11.812 330.75 1899/

1953/1999

11 015 Biji, MPS 7, GPPS, PS 915

Jumlah 428.072

10901.50

Page 102: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 2. (Lanjutan) II. Kebun Penelitian

Luas No Blok Kebun ha Patok Tahun Tanam Populasi/ha Klon Ketinggian

m dpl

1 Pecundukan II 1.170 29.25 1925 7.00 Aneka Kloon 840

2 Sanderan II 1.000 25.00 1999 11.08 Gambung 7, 8, GGPS I 885

Jumlah 2.170 54.25

Jumlah Total 430.242 10 955.75

Sumber : Bagian Kebun Pagilaran, 2008

Page 103: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 3. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak

I. Kebun Dewasa

No Blok Kebun Luas (ha)

Tahun Tanam

Populasi/ ha Klon Ketinggian m dpl

1 Pagergunung IA 15.715 1905/1923 8 630 Biji 1 240

2 Pagergunung IB 16.143 1905/1923 8 586 Biji/PS 1 240

3 Pager pelah IA 7.000 1894/1914 9 240 Biji 1 205

4 Pager pelah II 9.143 1894/1914 9 144 Biji 1 260

5 Pager pelah IB 13.000 1894/1915 9 240 Biji/PS 1 270

6 Kemulan IA 15.179 1903/1991 8 059 Biji/PS 1 470

7 Kemulan IB 12.750 1903/1991 10 064 Biji/PS 1 390

8 Jrakah I 14.392 1903/1914 7 457 Biji/PS 1 460

9 Jrakah III 3.538 1990 11 281 Klon 1 340

10 Jrakah II 3.678 1990 11 231 Klon/PS 1 285

11 Kayulandak I 4.893 1904/1915 10 013 Biji 1 270

12 Kayulandak II 14.500 1904/1915 8 960 Biji/RB 1 260

13 Sirebut IA 12.766 1901/1912 7 730 Biji 1 160

14 Depok IIB 8.786 1900/1909 8 195 Biji 1 190

15 Keteleng II 6.000 1925 8 160 Biji 1 170

16 Depok IB 3.250 1900/1909 7 180 Biji 1 200

17 Plantongan IA/I 7.950 1991 10 429 TRI 1 140

18 Plantongan IB 11.822 1906/1910 7 978 Biji 1 170

19 Plantongan IA 9.000 1906/1909 7.180 Biji 1 170

20 Sirebut III 13.287 1981 12 427 TRI 1 200

21 Sirebut II 2.750 1901/1912 4 404 Biji 1 205

22 Sirebut IB 11.250 1901/1912 9 720 Biji/PS 1 185

23 Giyanti II 2.470 1991 11 189 TRI 1 090

JUMLAH 219.263

II. Kebun Belum Menghasilkan

No Blok Kebun Luas (ha)

Tahun Tanam

Populasi /ha Klon Ketinggian m dpl

1 Jrakah II 8.75 2003/2004 13 059 Gambung 7, 9, 11 1 290

Jumlah total 228.013

Sumber : Bagian Kebun Kayulandak, 2008

Page 104: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 4. Keadaaan Tanaman Teh Dewasa / Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili

Kebun Belum Menghasilkan

No Blok Kebun Luas(ha) Populasi/ha Tahun Tanam Ketinggian m dpl

1 Dawuhan IA 8.50 5 568 1925 1 060 2 Dawuhan IB 12.00 5 620 1925 1 050 3 Dawuhan II A 7.00 5 560 1925 1 070

Page 105: Penanaman Teh

Sumber : Bagian Kebun Andongsili. 2008

Kebun Belum Menghasilkan

No Blok Kebun Luas (ha) Populasi/ha Tahun

Tanam Ketinggian m dpl

1 Gondang III 6.25 11 500 2004 1 020 Jumlah total 310.094 Sumber : Bagian Kebun Andongsili. 2008

4 Dawuhan II B 12.00 5 986 1925 1 125 5 Andong Silih 12.25 7 340 1915 1 160 6 Karang Sari I 14.50 6 564 1915 1 070 7 Karang Sari IIA 10.25 6 000 1915 1 020 8 Karang Sari II B 11.00 5 320 1915 1 010 9 Cikalong 15.25 5 612 1905 1 300

10 Gondang Ia 8.50 5 912 1926 1 120 11 Gondang Ib 8.00 6 592 1926 1 030 12 Gondang IIA 9.50 5 560 1926 1 080 13 Gondang IIB 7.834 5 560 1926 1 040 14 Gondang III 4.76 4 772 1926 1 020 15 Gondang IV 7.25 5 864 1926 1 050 16 Tenggung 14.00 7 200 1900 1 105 17 Karangmego IA 10.75 6 380 1905 1 220 18 Karangmego IB 6.75 6 432 1905 1 210 19 Karangmego II 15.00 7 436 1905 1 290 20 Pekandangan IA 16.50 8 700 1899 1 280

21 Pekandangan IA/1 11.50 9 560 1899 1 300

22 Pekandangan IB 8.00 8 850 1899 1 215

23 Pekandangan IB/1 13.00 9 196 1899 1 195

24 Pekandangan II 8.50 5 200 1899 1 115 25 Sitogog 6.00 7 800 1900 1 250 26 Bismo IA 6.25 7 040 1910 1 145 27 Bismo II 8.25 4 940 1910 1 020 28 Karangsari III 11.75 11 500 1915 1 000 29 Bismo III 11.25 11 500 1900 930 30 Bismo IB 11.75 11 500 1990 1 135

Jumlah 303.594

Page 106: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 5. Hubungan Klon dengan Rata-rata Produktivitas Teh Basah per Tahun

Klon Rata-rata produktivitas (kg/ha)

TRI 2025, TRI 2024 12 838.68 Biji/Kloon 12 245.78 TRI 12 084.24 TRI. Biji 11 779.48 TRI 11 542.19 TRI 11 290.34 TRI 11 199.95 TRI 2025 10 940.24 TRI 10 799.76 TRI 10 649.39 TRI 10 564.15 TRI. SKM 10 545.34 Campur (biji. Kiara 8. TRI. PSI) 10 448.30 Biji. TRI 2 Ha 10 437.05 Biji 10 268.57 Campur (Biji. TRI2024.2025. PSI.Kiara) 10 102.02 Campur (Biji. TRI. Kiara 8. PSI) 10 089.17 biji 10 026.92 Campur (TRI. PSI. Kiara 8) 9 990.47 Klon/PS 9 837.38 Biji. TRI 2 Ha 9 824.90 Biji. SKM 9 693.22 Biji 9 689.41 Biji 9 602.51 Biji 9 563.50 Biji 9 548.48 TRI 9 518.44 Biji 9 499.60 Campur (Biji. TRI. Kiara 8. PSI) 9 408.01 TRI 9 392.95 Biji 9 350.42 Biji 9 334.69 TRI 9 304.97 Biji 9 273.59 biji 9 183.59 Biji/RB 9 169.65 Campur (biji. Kiara 8. TRI. PSI) 9 137.83 Biji 9 096.22 Biji 9 079.22 Klon 9 016.68

Page 107: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 5. (Lanjutan) Klon Rata-rata produktivitas (kg/ha) Biji 8 976.83 Biji 8 921.02 Biji/PS 8 878.08 Biji 8 861.08 Biji 8 827.73 Biji 8 794.58 Biji. Kloon Campuran 8 757.26 TRI. Biji 8 687.06 Biji 8 677.81 Biji 8 663.15 Kiara 8. PSI. Kiara 8 648.95 Campur (biji. Kiara 8. TRI. PSI) 8 645.66 TRI 8 597.63 TRI 8 582.64 Biji/PS 8 526.25 Biji 8 520.49 Biji 8 466.64 Biji 8 458.86 Biji/PS 8 391.31 Biji 8 373.88 Biji/PS 8 362.00 Biji 8 357.82 Biji 8 328.17 Biji 8 308.04 Biji 8 269.13 Biji 8 200.82 Biji/PS 8 129.37 Biji 8 089.85 Biji 8 004.42 Biji 7 995.53 Biji 7 978.94 Biji 7 924.13 Biji 7 885.07 Campur (biji 0.43 Ha. TRI 3.23 Ha) 7 829.32 Biji 7 726.38 TRI 7 641.09 TRI. PSI. Biji Tanaman lama 1 Ha 7 571.01 Biji/PS 7 545.63 Biji 7 378.88 Biji 6 900.88 Biji. MPS 7. GPPS. PS 6 854.41 TRI 6 727.68

Page 108: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 5. (Lanjutan) Klon Rata-rata produktivitas (kg/ha) Campur (Biji. TRI. Kiara 8. PSI) 6 686.85 Biji 6 492.71 Biji. Kiara 6 324.87 Biji 6 185.15 Biji 6 174.75 Biji 6 097.66 Biji 6 050.00 Biji 5 835.61 Gambung 7. 8 GPPS 1 5 721.40 Biji 5 589.48 Biji 5 192.40 Biji 5 188.28 TRI 5 071.76 TRI 2025. TRI 2024 2 687.23

Sumber : Setiap Bagian Kebun, 2008

Page 109: Penanaman Teh

Tabel Lampiran 6. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1998 - 2007 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata Bulan

CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH Januari 681 28 794 30 1146 29 741 27 1018 27 407 17 536 25 385 21 1208 28 496 18 741 25

Februari 538 27 843 26 227 17 688 28 1419 26 1167 24 736 25 465 26 556 26 524 26 716 25

Maret 655 29 492 23 475 25 637 22 1004 28 840 27 480 22 586 24 225 20 632 26 603 25

April 576 25 472 25 703 27 667 24 1068 23 260 20 699 23 699 23 490 26 548 21 618 24

Mei 613 17 386 14 496 21 545 12 261 16 348 16 685 24 332 16 413 21 370 26 445 18

Juni 453 19 340 17 230 9 298 19 117 7 266 9 107 10 292 23 108 9 323 12 253 13

Juli 504 25 211 14 224 11 357 14 118.5 12 19 2 305 17 193 14 8 3 27 4 197 12

Agustus 260 17 119 10 157 8 72 5 50 5 92 5 0 0 54 11 2 2 0 0 86 7

September 399 13 90 5 218 18 323 14 50 4 179 14 105 16 352 19 3 2 53 6 174 11

Oktober 524 25 569 24 598 27 916 27 50 5 231 9 159 15 378 23 43 12 21 3 359 18

November 640 26 856 30 976 29 831 28 454 26 837 25 326 22 393 24 252 20 120 14 598 26

Desember 570 24 579 28 210 10 520 26 938 26 752 30 626 29 540 31 823 20 413 25 597 25

Jumlah 6413 275 5751 246 5660 231 6595 246 6546 205 5396 198 4764 228 4669 255 4131 189 3527 181 5345 225

BB 12 11 12 11 9 10 11 11 8 8 10.3

BK 0 0 0 0 3 1 1 1 4 4 1.4

BL 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0.3

Sumber : Bagian Penelitian dan Pengembangan PT Pagilaran. Februari 2008

Keterangan :

BB : Bulan Basah (≥ 100 mm) BK : Bulan Kering (≤ 60 mm) BL : Bulan Lembab (60 – 100 mm)

Q : Rata-rata Bulan Kering × 100 % Rata-rata Bulan Basah : (1.4/10.6) × 100%

:13.6 % (termasuk iklim sangat basah tipe A menurut Schmidth-Fergusson)

Page 110: Penanaman Teh

Gambar Lampiran 1. Peta Perkebunan PT Pagilaran

Page 111: Penanaman Teh

Sumber : Kantor Induk PT Pagilaran. 2008

Gambar Lampiran 2. Struktur Organisasi Unit Produksi PT Pagilaran

Kepala Unit

Pagilaran (Pimpinan

Kebun)

Kepala Bagian Pabrik

Kepala Bagian Teknik

Kepala Bagian Kantor Induk

Kepala Bagian Agrowisata

Kepala Bagian Andongsili

Kepala Bagian Penelitian dan Antan

Kepala Bagian Kebun Kayulandak

Kepala Bagian Kebun Pagilaran

Korkam

Pengawas

Pengawas

Pengawas

Pengawas

Pengawas

Pengawas

Pengawas

Mandor Besar Pengolahan

Mandor Besar Pemeliharaan

Mandor Besar Pemeliharaan

Mandor Besar Pemeliharaan

Mandor Besar Penelitian

Mandor Besar Mesin + Kendaraan

Kepala TU

Kepala TU

Kepala TU

Kepala TU

Kepala TU

Kepala TU

Mandor Besar Sortasi dan Pengepakan

Mandor Besar Antan

Mandor Besar Kontruksi & Listrik

Mandor Besar Petik

Mandor Besar Petik

Mandor Besar Petik

Sie Kesehatan

Page 112: Penanaman Teh

Top Related