Prof. Bambang Pontjo Priosoeryanto, Drh, MS, Ph.D, APVet, DACCM
Divisi Patologi Veteriner, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi (KRP)
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
PATOGENESIS INFLAMASI DAN IMUNOLOGI INFEKSI VIRUS PADA
SALURAN NAFAS
Sistem Pernafasan adalah system yang berhubungan dengan “dunia luar tubuh”
• Hidung • Laring • Trakhea • Bronchus • Paru paru
ALAT TUBUH FUNGSI
Mulut dan hidung Pintu masuk dan keluar udara ke tubuh
Sinus Ruang sela di antara tulang kepala yang mengatur suhu dan kelembaban udara yang dihirup
Faring Percabangan dua saluran, yaitu saluran yang menghubungkan ke saluran pencernaa (osofaring) dan ke saluran pernapasan (nasofaring); Fungsi faring sangatlah unik karena faring berperan dalam sistem pencernaan dan pernapasan
Laring Organ berongga yang terlibat dalam mengeluarkan suara saat udara masuk dan keluar
Trakea Bagian tubuh yang berbentuk pipa menghubungkan paru-paru dan tersusun dari tulang rawan bersilia
Bronkus Percabangan trakea menjadi dua yang terhubung ke paru-paru kiri dan kanan
Paru-paru Organ utama sistem pernafasan tempat pertukaran oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah; memasok oksigen ke seluruh tubuh
Bronkiolus Percabang dari bronkus yang mengarah ke alveoli
Alveoli Kantong udara kecil di paru-paru sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida
Cilia Rambut kecil yang berguna menyaring debu dan alergen dari saluran pernapasan
FUNGSI SALURAN NAFAS
RADANG
Reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk rangsangan yang
merusak.
Dalam reaksi ini ikut berperan pembuluh darah, saraf, cairan dan sel sel tubuh ditempat perubahan/rangsangan
(a local response to cellular injury that is marked by capillary dilatation, leukocytic infiltration, redness, heat, pain, swelling, and often loss of function and that serves as a mechanism
initiating the elimination of noxious agents and of damaged tissue)
Rangkuman terjadinya
Reaksi Radang&
Persembuhan
PNEUMONIA = radang paru,
BRONCHITIS = radang bronchus,
BRONCHOPNEUMONIA = radang paru dan bronkhus ,
PNEUMONIA INTERSTITIALIS = radang jaringan interstitial paru,
PLEURITIS = radang pleura/lapisan paru paru,
PLEUROPNEUMONIA = radang semua jaringan paru
RADANG DI SALURAN PERNAFASAN
LESIO MAKROSKOPI PANCA RADANG
1. TUMOR (kebengkakan)
2. RUBOR (kemerahan) 3. KALOR (rasa panas) 4. DOLOR (rasa nyeri) 5. FUNGSIOLAESA (menimbulkan gangguan fungsi)
Induksi Peradangan oleh Mikroba
ESKALATOR MUKO-SILIARI
Scaning Electron Microscopy Epitel Trakhea
RADANG KRONIS Inflamasi yg belum sembuh setelah 2 minggu
Sering akibat respon inflamasi akut tidak sukses:
kausatif sulit hancur,
jaringan nekrosa luas,
serangan kausatif ber-ulang2,
Inang ‘immune suppressive’
Kausatif lain yg inflamasi-nya kronik:
Microorganisme dgn kandungan lipid & wax tinggi
Punya kemampuan hidup dalam leukosit
Toxins yang berkerja sitolitik (cell lysis)
Chemicals & bahan terlarut yg iritan (kaustik), juga material yg secara fisik punya sifat iritant (logam)
Reaksi Peradangan oleh Virus dan Bakteri
Proliferasi Sel Goblet
Kongesti dan Edema
Deskuamasi epitel
Infiltrasi neutrofil
INFEKSI VIRUS INFEKSI BAKTERI
darah
udara
agen
MØ
Sel nekrosa
neutrofil
Pneumosit I
edema
Pneumosit II
PATOLOGI PERADANGAN
Membran hialin
Kapiler berisi darah, berdinding sel-2 endothel
Migrasi neutrophil dari dalam kapiler menuju fokus radang di jaringan ‘extravaskula’ (contoh infeksi bakteri)
TARGET EXUDAT DARI MIKROSIRKULASI
Plasma ‘Extravasasi’
Disusul Sel Phagosit
Phagositosis, Phagolysosom,
’Oxygenburst’
Degranulasi Molekul Toxic (Extra
Phagocitic Killing)
Debri, Kausatif Bersih
Persembuhan
Exudat humoral, plasma membawa protein albumin, nutrisi, complement, fibrinogen, faktor fibrinolisis, antibody, O2
KAPILER MIKROSIRKULASI DAERAH RADANG
Menjadi ‘permeable’/ rembes
FOKUS RADANG DI JARINGAN EXTRAVASKULA
KAPILER DILATASI & PERMIABEL
ENDOTHELIUM
Extravasasi/ Exudasi/ Diapedesis/ Emigrasi Leukosit Daerah Radang Akut
ALUR LEUKOSIT: Marginasi, Rolling Adhesi Diapedesis Chemotaxis Phagositosis Degradasi
Kausatif Infeksi Virus, Bahan Toxic Hematogenous
Interstitium Jadi Tebal, Pertukaran Gas Kurang, Darah Kurang O2, Jaringan Tubuh Hypoxia
PNEUMONIA INTERSTITIALIS
Sel Radang Mono Nukleus Extravasasi Berada Dalam Interstitium (Interalveoli)
Hyperemia kapiler interalveoli, permiabilitas meningkat
Extravasasi plasma, sedikit sel radang (leukosit), gambar kiri : Pneumonia serous (pneumonia tahap dini)
Alveoli mulai banyak neutrophil, gambar kanan: Pn. suppuratif
Bila exudat berada di interstitium interalveoli (Pn. Interstitialis)
PNEUMONIA ALVEOLARIS
Alveoli Normal Interalveoli vasodilatasi, permiabilitas meningkat, extravasasi plasma protein & leukosit masuk alveoli, terbentuk fibrin, neutrofil fagositasi (Pn. alveolar)
Pneumonia fibrinosuppurative akut
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Sistem Pertahanan Tubuh dibagi menjadi 2
1. Pertahanan tubuh Non-Spesifik (Innate)
2. Pertahanan Tubuh Spesifik (Adaptif)
Sistem pertahanan tubuh non-spesifik dibagi menjadi :
a. Sistem Pertahanan Fisik/Mekanik : kulit, selaput lendir, batuk dan bersin. b. Sistem Pertahanan Kimiawi : Ensim, Asam pada lambung, c. Sistem Pertahanan Selular : Sel leukosit/darah putih yang terdiri dari dua
kelompok besar yaitu agranulosit dan granulosit
1. Fagosit mononuclear (agranulosit) : 1. Ukuran sel yang relatif lebih besar, 2. Dinding sel yang lebih masif dibanding dengan granulosit. 3. Mempunyai umur relatif lebih panjang dan mempunyai kapasitas fagositosis yang tinggi. 4. Banyak terlihat di sekeliling benda asing pada kondisi infeksi yang sudah kronis. 5. Bertanggung jawab pada pendeteksian komponen benda asing yang bersifat imunogenik maka agranulosit disebut juga APC (Antigen Presenting Cell). , Contoh dari agranulosit adalah makrofag (paru-paru dan darah), sel dendritic (saluran cerna), histiosit (tulang dan jaringan ikat), sel Kuppfer (hati), sel glia (jaringan otak), sel mesangial (ginjal), dan monosit (darah).
2. Fagosit polinuklear (myeloid/granulosit), 1. Inti selnya bergelambir sehingga bentuknya polimorf, 2. Lebih gesit bergerak 3. Pada fase dini infeksi, sel-sel ini banyak ditemukan di sekitar benda asing yang menginvasi. 4. Tidak punya ribosom sel, 5. Sangat tergantung pada persediaan enzim-enzim di dalam lisosomnya, 6. Umur yang pendek dan kapasitas fagositosis yang terbatas. Contoh sel fagosit dari kelompok ini misalnya heterofil, basofil, dan asidofil.
Sistem imun merupakan mekanisme dari sejumlah organ, jaringan, sel dan molekul yang secara bersama sama aktif dalam mepertahankan tubuh dari berbagai serangan benda asing (al. mikroba) yang menimbulkan penyakit. Garis pertahanan pertama (bawaan/innate), mikroba inhalasi terperangkap oleh lender dan disapu menuju faring dan ditelan. Mikroba yang menembus lapisan mukosa ditangani dengan Garis pertahanan kedua (bawaan/ innate) yang meliputi peptida antimikroba yang disekresikan oleh sel epitel permukaan saluran pernapasan yang membunuh banyak strain mikroba. Mikroba yang resisten terhadap peptida antimikroba tersebut dibunuh oleh berbagai spesies oksigen reakti (ROS) diproduksi oleh sel fagosit. Garis pertahanan ketiga (adaptif) dan sebagai upaya terakhir, infeksi bakteri persisten yang lolos dari sistem imun bawaan dihilangkan oleh sistem imun spesifik (pembentukan antibody spesifik).
SISTEM KEKEBALAN TUBUH SALURAN NAFAS
INNATE IMMUNITY vs ADAPTIF IMMUNITY
Inflamasi adalah pertahanan imun yg alami (innate immunity), beda dengan imun adaptif (antibodi):
Respon imun adaptif punya target menghancurkan kausatif/antigen yg menggertaknya
Antigen yang berbeda akan menimbulkan respon yg tidak sama
Proses imun adaptif panjang (2-3 minggu) sebelum kausatif sebagai target imun adaptif mulai disingkirkan
Bila antigen serupa datang kembali, respon imun adaptif punya memory sehingga berlangsung lebih cepat (1-2 minggu)
Selama respon panjang berlangsung, kausatif yang merusak jaringan dihambat oleh inflamasi
Respon dimulai
Target mulai disingkirkan
persembuhan
Proses yg lama (2-3 mgg)
IMMUNE ADAPTIVE (CONTOH VAKSINASI)
Respon dimulai
Target mulai disingkirkan
persembuhan
Proses yg cepat (menit-jam)
INFLAMASI BAGIAN DARI INNATE IMMUNITY
Overview of the sequence of immune events in viral clearance and disease. In primary infection of nonvaccinated individuals (A), virus peaks on about day 4, associated with recruitment of NK cells, which make IFN- ␥ . Virus is eliminated between days 5 and 8, during which time activated CD4 and CD8 T cells are recruited and produce local cytokines. The peak of disease coincides with this phase. Anti-RSV serum antibody appears relatively late. In previously vaccinated or sensitized individuals (B), the virus titer is typically 100- to 1,000-fold less than in primary infection and peaks earlier (e.g., day 2). However, the rapid and potent cellular response enhances disease severity, which is usually much greater than in primary infection. No- tably, high levels of preexisting specific antibody can prevent infection completely and do not cause disease enhancement.
Cells involved in the immune response to RSV. Cellular infection triggers the release of early inflammatory mediators, e.g., TNF and IFN- ␣ /  . NK cells and PMN are recruited in the first 3 days of infection, at which time DC carry viral antigen to local lymph nodes and present it to CD4 ϩ T cells. Once primed, these cells migrate back to the infected epithelium, release further mediators, and recruit additional inflammatory cells, including mononuclear cells (including CD8 ϩ T cells and B cells) and granulocytes (e.g., neutrophils [PMN] and eosinophils [Eo]).
MEDIATOR INFLAMASI AKUT
Fase Respon Peradangan Mediator Kimia Dilatasi pembuluh darah Histamin, prostaglandin, komponen
dari komplemen C3a, C5a
Peningkatan permeabiltas pembuluh darah
Histamin, Kinin, prostaglandin
Emigrasi dari lekosit Komponen dari komplemen C5a, leukotrin, protein kationik dari netrofil
SITOKIN PERADANGAN Sitokin Sumber Utama Peran Dalam Peradangan
RADANG AKUT
TNF Makrofag, sel mast, Limfosit-T Merangsang pengeluaran molekul perlekatan sel endotel dan mensekresikan sitokin lainnya, efeknya sistemik
IL-1 Makrofag, sel endotel, sel epitel Mirip dengan TNF; berperan besar dalam proses demam
IL-6 Makrofag dan sel lainnya Berefek sistemik, (respon pada fase akut)
Chemokines Makrofag, sel endotel, Limfosit-T, sel mast, sel lainnya
Mengundang sel lekosit ke daerah radang; migrasi sel ke jaringan normal
RADANG KRONIS
IL-12 Sel dendrit, Makrofag Meningkatkan produksi IFN-γ
IFN-γ Limfosit-T, Sel NK Activasi makrofag (meningkatkan kemampuan membunuh mikroba dan sel tumor)
IL-17 Limfosit-T Mengundang sel netrofil dan monosit
Agen Kausatif Merusak Sel
Respon aktivasi pertahanan jaringan
Inflamasi
Lokalisasi fokus nekrosa
Degradasi nekrosa & kausatif
Persembuhan
ALUR PROSES PERADANGAN
GANGGUAN PERSEMBUHAN LOKAL 1. Suplai darah kurang (pasca vaskulitis, arteritis, atherosklerosis, lumen
vaskula menyempit)
2. Infeksi sistemik (leukosit terpakai dibanyak tempat, proses fagositosis debri lamban)
3. Peregangan mekanis yg berlebihan (pesembuhan luka akan robek kembali)
4. Patogen/Benda asing masih ‘inplant’ didalam luka (benang jahit, serpihan tulang, sisa tampon)
5. Jaringan nekrosa dalam sarang radang berlebihan, butuh waktu >lama untuk pembersihan (debridement)
6. Kausatif yg berulang/ repetitif ( radiasi/ rontgen, gesekan seperti pada luka decubitus di siku anjing jenis besar)
GANGGUAN PERSEMBUHAN INTERNAL
Umur tua (proses apoptosis meningkat, kapasitas regenerasi menurun)
Gangguan hormonal (persembuhan butuh ‘growth hormon’)
Defisiensi nutrisi: protein, asam lemak esensial, vitamin terutama vit C
(kolagen terbentuk tidak normal, tidak kuat mudah rusak)
Mengidap penyakit kronis (penderita diabetes, luka sulit sembuh selama
kadar gula tinggi)
‘Drug abuse’
Covid-19
Terima Kasih
Airway macrophages are important guardians of pulmonary homeostasis. They are primary immune sentinels critical in regulating the balance between immune cell defense against pathogens and tolerance toward innocuous stimuli. Airway macrophages promote resolution of tissue inflammation but when this balance is perturbed they contribute to pathological remodeling in acute and chronic infections and diseases such as asthma, idiopathic pulmonary fibrosis and chronic obstructive pulmonary disease.
Morphologic Patterns of Acute Inflammation
The morphologic hallmarks of all acute inflammatory reactions are dilation of small blood vessels, slowing of blood flow, and accumulation of leukocytes and fluid in the extravascular tissue.
Pengaruh Vitamin D terhadap infeksi virus
Peptida anti mikroba
Spesies oksigen reaktif ( ROS ) adalah spesies kimia reaktif kimia yang mengandung oksigen.
Contohnya termasuk peroksida, superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet, dan alfa-oksigen
Fungsi hidung dan cara kerjanya 1. Fungsi hidung dalam sistem pernapasan (al. udara dilebabkan, dihangatkan)
2. Fungsi hidung dalam sistem pertahanan tubuh (penyaringan partikel via lender, silia) 3. Fungsi hidung sebagai indra penciuman (adanya syaraf penciuman)
4. Fungsi hidung dalam membantu pengecapan makanan (aroma makanan bekerjasama dengan indera pengecapan)
Fungsi Faring Percabangan dua saluran, yaitu saluran yang menghubungkan ke saluran pencernaa (osofaring) dan ke saluran pernapasan (nasofaring); Fungsi faring sangatlah unik karena faring berperan dalam sistem pencernaan dan pernapasan. 1. Menjadi jalan untuk udara 2. Memisahkan udara dari makanan dan air 3. Berperan dalam proses menelan makanan 4. Mendorong makanan ke dalam kerongkongan 5. Menyeimbangkan tekanan udara, karena faring terhubung dengan telinga bagian tengah dengan
bantuan saluran eustachius. 6. Membantu Anda bisa berbicara 7. Fungsi faring yang jarang diketahui adalah membuat Anda bisa berbicara atau melafalkan kata. Faring
bekerja sama dengan otot-otot lain untuk membuat suara.