Transcript
Page 1: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

Project group Hari/Tanggal : Jum’at, 14 Januari 2005

Anatomi dan Fisiologi

MEKANISME PENYERAPAN ZAT GIZI MAKRO

DI USUS HALUS

Oleh :

Kelompok VI

Farah Aziiza (A54103009)

Nia Nuryani (A54103032)

Enni Nuraieni (A54103041)

Intan Diani F (A54103058)

Kustiningrum (A54103066)

Andhika Safaat (A54103077)

Asisten dosen

Fithrahturrahmah (A05400060)

Dosen pembimbing

Dr. Clara M Kusharto, M,sc

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

Page 2: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat sehat

kepada kita sehingga dapat menyelesaikan laporan project group anatomi dan

fisiologi.

Laporan ini kami susun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah

anatomi dan fisiologi. Selain itu, sasaran kami dalam menyusun Project Group

Mekanisme Penyerapan Zat Gizi Makro Di Usus Halus untuk mengembangkan

pengetahuan para mahasiswa tentang hal tersebut. Dasar pemikiran dalam

pemilihan judul ini adalah memperdalam pemahaman terhadap anatomi dan

mekanisme yang terjadi di usus halus.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini belum sempurna

sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat kami

harapkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Katrin Roosita selaku dosen pembimbing

2. Ibu Clara M. Kusharto selaku dosen pembimbing

3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu

dalam penyusunan laporan ini.

Bogor, 14 Januari 2005

Penyusun

Page 3: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Gambar iii

Pendahuluan

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Pembahasan

A. Anatomi Struktur dan Anatomi 3

B. Mekanisme Penyerapan 7

C. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat 7

D. Mekanisme Penyerapan Protein 10

E. Mekanisme Penyerapan Lipid 12

Kesimpulan 17

Daftar Pustaka 19

Lampiran 20

Page 4: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Organ Pencernaan 3

Gambar 2. Duodenum 4

Gambar 3. Mikrovilli 5

Gambar 4. Lapisan Usus Halus 6

Gambar 5. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat 8

Gambar 6. Mekanisme Penyerapan Protein 11

Gambar 7. Mekanisme Penyerapan Lipid 1 14

Gambar 8. Mekanisme Penyerapan Lipid 2 15

Page 5: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sistem pencernaan merupakan salah satu sistem yang sangat penting.

Sistem pencernaan pada manusia melibatkan beberapa organ penting seperti

mulut, esofagus, lambung, hati, pankreas, kandung empedu, usus halus, dan usus

besar. Organ-organ tersebut memiliki peranan penting dalam mencerna berbagai

zat dalam makanan menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga dapat

diabsorpsi oleh tubuh.

Dalam makalah ini, kami membahas tentang mekanisme penyerapan zat

makanan dalam usus halus. Bagian terbesar dari pencernaan dan penyerapan

terjadi di saluran panjang, yaitu usus halus. Usus halus memilki fungsi utama,

yaitu mencerna makanan hingga tuntas lalu mengabsorpsinya. Usus halus dalam

tubuh manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Zat-

zat makanan yang telah dicerna sebelumnya dalam mulut oleh enzim amilase

masuk ke esofagus dan didorong ke dalam lambung dengan gerakan peristaltik. Di

dalam lambung, makanan dicerna kembali hingga terbentuk chyme. Kemudian

chyme tersebut masuk ke dalam usus halus untuk dicerna lebih lanjut dan diserap

oleh tubuh.

Pencernaan karbohidrat dalam usus halus dilakukan dengan memecah pati

yang belum dicerna oleh amilase, sehingga sebelum masuk jejunum, pati hampir

seluruhnya diubah menjadi maltosa dan isomaltosa. Usus halus juga

menghidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang dilakukan oleh enzim-

enzim epitel usus halus, seperti enzim laktase, enzim sukrase, enzim maltase, dan

enzim isomaltase. Sehingga hasil akhir pencernaan karbohidrat yang diabsorsi ke

dalam darah semuanya berupa monosakarida.

Selain karbohidrat, dalam usus halus juga dilakukan pencernaan lemak dan

protein. Tahap pertama proses pencernaan lemak dalam usus halus, yaitu

emulsifikasi lemak oleh asam-asam empedu yang merupakan sekret hati yang

tidak mengandung enzim pencernaan dengan memecah butir-butir lemak menjadi

ukuran yang lebih kecil. Tahap selanjutnya, yaitu hidrolisis lemak oleh lipase

Page 6: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

pankreas dan lipase usus sehingga dihasilkan monogliserida, asam lemak, dan

gliserol yang selanjutnya akan diabsorpsi oleh mukosa usus.

Protein dalam usus halus dalam bentuk dipeptida dihidrolisis oleh enzim

peptidase dari sel-sel epitel usus halus menjadi berbagai dipeptida dan polipeptida

kecil. Selanjutnya akan dihidrolisis kembali oleh enzim aminopolipeptidse dan

dipeptidase menjadi asam amino. Proses selanjutnya yang terjadi dalam usus

halus, yaitu penyerapan zat-zat dalam usus halus yang secara spesifik terjadi

dalam vili dan tergantung pada difusi, difusi fasilitatif, osmosis, dan transport

aktif. Sebagian besar zat-zat tersebut diserap dalam bentuk yang lebih sederhana.

Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui anatomi dan fungsiologi dari usus halus

b. Mahasiswa mengetahui mekanisme penyerapan Karbohidrat di usus halus

c. Mahasiswa mengetahui mekanisme penyerapan protein di usus halus

d. Mahasiswa mengetahui mekanisme penyerapan lemak di usus halus

Page 7: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

PEMBAHASAN

A. Struktur dan Anatomi

Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang ± 6 m. Fungsi usus

halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung.. Usus halus

memanjang dari pyloric sphincter lambung sampai sphincter ileocaecal,

tempat bersambung dengan usus besar (gambar 1). Usus halus terdiri atas tiga

bagian , yaitu: duodenum, jejunum, ileum.

Gambar 1 Organ Pencernaan.

Sumber :http://www. Medicastore.com/cybermed/detail

Duodenum, bagian terpendek (25cm), yang dimulai dari pyloric

sphincter di perut sampai jejunum. Berbentuk sepatu kuda melengkung ke

Page 8: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

kiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas dan duodenal papilla, tempat

bermuaranya pancreas dan kantung empedu. Empedu berfungsi

mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Pankreas menghasilkan amilase

yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang

berfungsi mencerna protein menjadi asam amino/albumin dan polipeptida.

Dinding usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung

kelenjar brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum.

Gambar 2. Duodenum

Sumber : http://liver_2.yahoo.com/ imgres?imgurl gif

Jejunum memiliki panjang antara 1,5 m – 1,75 m. Di dalam usus ini,

makanan mengalami pencernaan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan

dinding usus. Getah usus yang dihasilkan mengandung lendir dan berbagai

macam enzim yang dapat memecah makanan menjadi lebih sederhana. Di

dalam jejunum, makanan menjadi bubur yang lumat yang encer.

Usus penyerapan (ileum), panjangnya antara 0,75m – 3,5m terjadi

penyerapan sari–sari makanan. Permukaan dinding ileum dipenuhi oleh

jonjot-jonjot usus/vili. Adanya jonjot usus mengakibatkan permukaan ileum

menjadi semakin luas sehingga penyerapan makanan dapat berjalan dengan

baik. Dinding jonjot usus halus tertutup sel epithelium yang berfungsi untuk

Page 9: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

menyerap zat hara. Terdapat sekitar 1000 mikrovili (gambar 3) dalam tiap sel.

Dinding tersebut juga mengeluarkan mucus. Enzim pada mikrovili

menghancurkan makanana menjadi partikel yang cukup kecil untuk diserap.

Di dalam setiap jonjot terdapat pembuluh darah halus dan saluran limfa yang

menyerap zat hara dari permukaan jonjot. Vena porta mengambil glukosa dan

asam amino, sedangkan asam lemak dan gliserol masuk ke sel limfa.

Gambar 3. Mikrovilli

Sumber : http://humdigest_2. google.com/ imgres?imgurl gif

Lapisan usus halus (gambar 4) terdiri atas 4 lapisan yang sama dengan

lambung, yaitu :

1. Lapisan luar adalah membran selulosa, yaitu peritornium yang melapisi

usus halus dengan erat.

2. Lapisan otot polos terdiri atas 2 lapisan serabut, lapisan luar yang

memanjang (longitudinal) dan lapisan dalam yang melingkar (serabut

sirkuler). Kontraksi otot polos dan bentuk peristaltic usus yang turut serta

dalam proses pencernaan mekanis, pencampuran makanan dengan enzim-

enzim pencernaan dan pergerakkan makanan sepanjang saluran

pencernaan.. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat pembuluh

darah, pembuluh limfe, dan pleksus syaraf.

Page 10: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

3. Submukosa terdiri dari jaringan ikat yang mengandung syaraf otonom,

yaitu plexus of meissner yang mengatur kontraksi muskularis mukosa dan

sekresi dari mukosa saluran pencernaan. Submukosa ini terdapat diantara

otot sirkuler dan lapisan mukosa. Dinding submukosa terdiri atas jaringan

alveolar dan berisi banyak pembuluh darah, sel limfe, kelenjar, dan

pleksus syaraf yang disebut plexus of meissner. Pada duodenum terdapat

kelenjar blunner yang berfungsi untuk melindungi lapisan duodenum dari

pengaruh isi lambung yang asam. Sistem kerjanya adalah kelenjar blunner

akan mengeluarkan sekret cairan kental alkali.

4. Mukosa dalam terdiri dari epitel selapis kolumner goblet yang mensekresi

getah usus halus (intestinal juice). Intestinal juice merupakan kombinasi

cairan yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar usus (glandula intestinalis)

dari duodenum, jejunum, dan ileum. Produksinya dipengaruhi oleh

hormon sekretin dan enterokrinin. Pada lapisan ini terdapat vili (gambar 3)

yang merupakan tonjolan dari plica circularis (lipatan yang terjadi antara

mukosa dengan submukosa). Lipatan ini menambah luasnya permukaan

sekresi dan absorpsi serta memberi kesempatan lebih lama pada getah

cerna untuk bekerja pada makanan. Lapisan mukosa berisi banyak lipatan

Lieberkuhn yang bermuara di atas permukaan, di tengah-tengah villi.

Lipatan Lieberkuhn diselaputi oleh epithelium silinder.

Page 11: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

Gambar 4. Lapisan Usus Halus

Sumber : http://humdigest_1.google.com/ imgres

B. Mekanisme Penyerapan

Absorpsi zat gizi (nutrient) terjadi terutama di usus halus (90%), dan

sisanya (10%) di dalam lambung dan usus besar. Terdapat dua jenis gerakan

yang terjadi di dalam usus halus, yaitu :

Gerakan segmental adalah gerakan yang memisahkan segmen usus yang

satu dengan yang lain. Hal ini memungkinkan chyme dari lambung

bergerak maju mundur dengan tendensi yang menyebabkan chyme

tercampur dengan enzim-enzim pencernaan dan berkontak dengan mukosa

usus untuk diabsorpsi. Setelah makanan diabsorpsi, segmentasi berkurang

dan diganti dengan gerakan peristaltik yang akan mendorong makanan

menuju distal.

Gerakan pendulum atau ayunan menyebabkan isi usus bercampur.

Semua nutrien yang diabsorpsi terjadi melalui membran plasma sel.

Villi-villi usus halus merupakan tempat terjadinya absorpsi karena pada

bagian ini terdapat pembuluh darah kapiler dan pembuluh limfe yang akan

mengirim zat-zat makanan ke seluruh tubuh. Mekanisme penyerapan yang

terjadi di usus halus, yaitu pasif-difusi dan aktif-difusi. Penyerapan secara

pasif-difusi, yaitu penyerapan yang berlangsung menurut hukum

keseimbangan osmosis dan difusi dimana diketahui zat-zat makanan akan

mengalir dari yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi

rendah. Sedangkan penyerapan aktif-difusi, yaitu proses penyerapan yang

membutuhkan energi.

C. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat

Proses pencernaan pati (starch) secara sempurna dimulai di lambung

yang selanjutnya akan diserap melalui pompa mekanisme yang membutuhkan

energi dan perlu bantuan “Carrier” (Tranporting Agents). Faktor-faktor yang

mempengaruhi penyerapan karbohidrat, yaitu:

1. Hormon insulin akan meningkatkan transport glukosa ke dalam jaringan sel.

Berarti juga mempertinggi penyerapan glukosa dalam jaringan, akibatnya

akan mempercepat perubahan glukosa menjadi glikogen dalam hati.

Page 12: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

2. Tiamin (Vitamin B1), Piridoksin, Asam panthotenat, hormon tiroksin

berperan besar di dalam penyerapan dan metabolisme karbohidrat.

Karbohidrat diserap dalam usus halus dalam bentuk monosakarida,

yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Proses pemecahan karbohidrat dimulai

di dalam mulut. Saat makanan dikunyah, kelenjar saliva, terutama kelenjar

parotis, mengsekresikan enzim ptialin yang dapat menghidrolisis pati menjadi

disakarida (maltosa dan isomaltosa). Akan tetapi makanan yang tertinggal

didalam mulut hanya dalam waktu singkat, dan mungkin tidak lebih dari 3%-

5% dari semua pati yang dimakan akan dihidrolisis menjadi maltosa dan

isomaltosa pada waktu makanan ditelan. Sisanya hanya diubah menjadi

senyawa antara yaitu dekstrin.

Mulut Pati

sugar/gula ׀

salivari maltosa sukrosa

fruktosa

amilase=ptialin

Lambung dekstrin maltosa sukrosa

fruktosa

׀

pancreatic amilase

Usus halus maltosa intestinal intestinal

intestinal

maltase sukrase

fruktase

Dinding

usus halus glukosa glukosa

glukosa

Page 13: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

+ +

+

glukosa fruktosa

galaktosa

Gambar 5. Mekanisme Penyerapan Karbohidrat

Sumber : Suhardjo dan Kusharto, 1992

Walaupun makanan tidak tinggal di mulut dalam waktu yang cukup

bagi ptialin untuk menyelesaikan pemecahan pati menjadi maltosa. Kerja

ptialin terus berlangsung selama 15-30 menit setelah makanan masuk ke

dalam lambung, yaitu sampai isi fundus dicampur dengan sekret lambung.

Kemudian aktivitas ptialin dihambat oleh asam dari sekret lambung. Ptialin

pada hakekatnya tidak aktif sebagai enzim bila pH medium turun kira-kira

dibawah 4,0. Walaupun demikian, sebelum makanan bercampur sempurna

dengan sekret lambung, kurang lebih sebanyak 30%- 40 % pati telah diubah

menjadi maltosa dan isomaltosa. Asam getah lambung, dalam arti sempit

dapat menghidrolisis pati dan disakarida. Akan tetapi, secara kuantitatif reaksi

ini terjadi sangat sedikit sehingga biasanya dianggap merupakan efek yang

penting.

Makanan yang telah dicerna di dalam lambung disebut chyme. Chyme

memasuki usus halus melalui sphincter pilorus. Pencernaan dilanjutkan di

dalam usus halus oleh amilase pankreas. Sekret pankreas, seperti saliva,

mengandung α-amilase dalam jumlah besar yang hampir identik dengan

fungsinya dengan α-amilase saliva dan mampu memecahkan pati

menjadi maltosa dan isomaltosa. Oleh karena itu, segera setelah kimus

dikosongkan dari lambung masuk duodenum dan bercampur dengan getah

pankreas. Pati yang belum dipecahkan akan dicerna oleh amilase. Pada

umumnya, pati hampir seluruhnya diubah menjadi maltosa dan isomaltosa

sebelum mereka masuk ke jejunum.

Sel epitel yang membatasi usus halus mengandung empat enzim yaitu

laktase, sukrase, maltase, dan isomaltase, yang masing-masing mampu

memecahkan disakarida laktosa, sukrosa, maltosa, dan isomaltosa menjadi

Page 14: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

unsur-unsur monosakaridanya. Enzim-enzim ini terletak pada brush border

(sel yang membatasi lumen usus halus). Disakarida dicerna menjadi

monosakarida pada waktu berhubungan dengan brush border tersebut.

Monosakarida glukosa, galaktosa dan fruktosa kemudian diabsorpsi melalui

sel-sel epitel usus halus dan diangkut oleh sistem sirkulasi darah melalui vena

porta. Bila konsentrasi monosakarida di dalam usus halus atau mukosa sel

cukup tinggi, absorpsi dilakukan secara pasif atau fasilitatif. Bila konsentrasi

turun, absorpsi dilakukan secara aktif melawan gradien konsentrasi dengan

menggunakan energi dari ATP dan ion natrium.

Di hati, fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa karena

tubuh hanya bisa memanfaatkan energi dari karbohidrat dalam bentuk

glukosa. Dari hati ini, glukosa akan dikirim ke seluruh jaringan tubuh menurut

kebutuhan. Sebagian glukosa disimpan di otot dan di hati sebagai cadangan

yang disebut glikogen. Kapasitas pembentukan glikogen ini terbatas,

kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam

jaringan adiposa.

Laktosa dipecahkan menjadi satu molekul galaktosa dan satu molekul

glukosa. Sukrosa dipecahkan menjadi satu molekul fruktosa dan satu molekul

glukosa. Maltosa dan isomaltosa masing-masing pecah menjadi dua molekul

glukosa. Jadi, hasil akhir pencernaan karbohidrat yang diabsorpsi ke dalam

darah semua berupa monosakarida.

Kadar glukosa darah akan naik dalam jangka waktu ± 30 menit

setelah makan dan secara perlahan kembali ke kadar gula normal (70-100

mg/100 ml) dalam waktu 90-180 menit. Kadar gula darah maksimal dan

kecepatan untuk kembali pada kadar normal bergantung pada jenis makanan.

D. Mekanisme Penyerapan Protein

Pencernaan protein dimulai di organ lambung. Sebagian protein yang

ada di lambung dicerna menjadi peptida oleh enzim pepsin. Sifat setiap jenis

protein ditentukan oleh jenis asam amino dalam molekul protein dan oleh

susunan asam-asam amino tersebut.

Page 15: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

Pepsin paling aktif pada pH sekitar 2 dan tidak aktif sama sekali pada

pH diatas 5. Kelenjar gastrik mensekresikan asam klorida dalam jumlah besar.

Asam klorida ini disekresikan oleh sel parietal pada pH sekitar 0,8. Tetapi

pada saat ia dicampur dengan isi lambung dan dengan sekresi dari sel kelenjar

non parietal lambung, pH berkisar antara 2 atau 3, batas keasaman yang sangat

menguntungkan bagi aktivitas pepsin. Pepsin biasanya hanya mengawali

proses pencernaan, memecahkan protein menjadi protease, pepton dan

polipeptida besar. Pemecahan protein ini merupakan suatu proses ”hidrolisis”

yang terjadi pada ikatan peptida antara asam-asam amino.

Bila protein meninggalkan lambung, protein biasanya dalam bentuk

proteosa, pepton, polipeptida besar, dan sekitar 15 % asam amino. Segera

setelah masuk ke usus halus, hasil pemecahan parsial diserang oleh enzim

tripsin, kimotripsin, dan karboksipeptidase pankreas. Enzim-enzim ini mampu

menghidrolisis semua hasil pemecahan parsial protein menjadi asam amino.

Akan tetapi, sebagian besar hasilnya adalah dipeptida atau polipeptida kecil

lainnya.

Mulut

gastric protease

Lambung

Pancreatic protease

Intestinal protease

Usus Halus

Intestinal dipeptidase

Dinding usus

Protein

Proteosa dan Pepton

Dipeptida

Asam amino

Page 16: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

halus

Gambar 6. Mekanisme Penyerapan Protein

Sumber : Suhardjo dan Kusharto, 1992

Ikatan antara pasangan asam amino tertentu berbeda dalam ikatan

energi dan sifat fisikanya dari ikatan antara pasangan lain. Oleh karena itu,

dibutuhkan enzim spesifik untuk setiap jenis ikatan spesifik. Hal ini

menyebabkan tidak ada satu enzim pun yang dapat mencernakan protein

sepenuhnya menjadi unsur-unsur asam amino.

Asam amino keluar dari sel epitel melalui difusi ke dalam aliran darah.

Asam amino mengikuti aliran yang sama dengan yang ditempuh

monosakarida. Dalam waktu yang bersamaan, dipeptida dan tripeptida dibawa

oleh sel epitel melalui transport aktif. Dipeptida dan tripeptida dihidrolisis

menjadi asam amino di dalam sel dan melewati kapiler yang ada di dalam

villi. Dari kapiler, asam amino diangkut ke dalam darah menuju ke hati

melalui sistem peredaran darah porta.

Ternyata tidak semua protein dipecah sampai ke tingkat asam amino,

sebagian tetap dalam bentuk ptoteosa, pepton, dan berbagai ukuran

polipeptida. Terkadang ada protein atau peptida yang lolos dari kerja enzim

pencernaan, sehingga ia diserap dalam bentuk bukan asam amino. Protein dan

peptida yang lolos itu bisa aktif bekerja dan sering memberikan manfaat atau

berfungsi secara khusus. Sehingga kedua senyawa itu dikenal sebagai protein

dan peptida aktif atau fungsional. Bila makanan dikunyah dengan semestinya

dan tidak dimakan dalam jumlah yang terlalu banyak pada saat yang sama,

sekitar 98% semua protein akhirnya menjadi asam amino.

E. Pencernaan Lipid

Lemak dalam susunan makanan sebagian besar merupakan lemak netral

(trigliserida) yang masing-masing molekul terdiri atas satu inti gliserol dan

tiga asam lemak. Lemak netral ditemukan dalam makanan yang berasal dari

hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Page 17: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

O׀׀

CH3—(CH2)16—C—O—CH2 HO — CH2 O׀׀ ׀ lipase ׀

CH3—(CH2)16—C—O—CH + 3H2O HO — CH + 3CH3 — (CH2)16

— C — OH ׀ ׀

CH3—(CH2)16—C—O—CH2 HO— CH2

(Tristearin) (Gliserol) (Asam stearat)

Dalam susunan makanan juga biasa terdapat sejumlah kecil fosfolipid,

kolesterol, dan ester-ester kolesterol. Karena fosfolipid dan ester kolesterol

mengandung asam lemak maka dianggap sebagai lemak sendiri. Sedangkan

kolesterol merupakan senyawa sterol yang mengandung asam lemak dengan

menunjukkan sifat fisika dan kimia lemak; kolesterol merupakan derivat

lemak dan dimetabolisme sama seperti lemak. Oleh karena itu kolesterol

dipandang dari segi makanan sehari-hari sebagai lemak.

Lemak yang didapat dari makanan terdapat dalam 2 bentuk (dalam

mulut):

- sebagai lemak yang telah diemulsikan (emulsified fat), dan

- sebagai lemak yang belum diemulsikan (unemulsified fat).

Sejumlah kecil trigliserida rantai pendek yang berasal dari lemak

mentega dicernakan di dalam lambung oleh lipase lambung (Tributirase).

Akan tetapi, jumlah yang dicerna demikian kecil sehingga tidak penting. Pada

hakekatnya, semua pencernaan lemak terjadi di dalam usus halus. Langkah

pertama pencernaan lemak adalah proses emulsifikasi lemak, yaitu

memecahkan butir-butir lemak menjadi ukuran-ukuran kecil sehingga enzim-

enzim pencernaan yang larut dalam air dapat bekerja pada permukaan butiran.

Proses ini dicapai dengan pengaruh empedu yang disekresikan oleh hati yang

tidak mengandung enzim pencernaan. Pada waktu lemak memasuki usus

halus, hormon kolesistokinin memberi isyarat kepada kantung empedu untuk

mengeluarkan cairan mepedu. Cairan empedu berperan sebagai bahan emulsi.

Cairan empedu terdapat sebagai asam empedu dan garam empedu. Tetapi

empedu mengandung sejumlah besar garam-garam empedu terutama dalam

bentuk garam natrium terionisasi yang sangat penting dalam proses

emulsifikasi lemak.

Page 18: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

Bagian karboksil atau polar garam empedu sangat larut dalam air,

sedangkan bagian sterol garam empedu sangat larut dalam lemak. Oleh karena

itu, garam empedu berkelompok pada butiran lemak dalam isi usus dengan

bagian karboksil garam empedu menonjol keluar dan larut dalam cairan

sekitarnya, sedangkan bagian sterol hanya larut dalam lemak, efek ini

menurunkan tegangan permukaan lemak.

Bila tegangan permukaan butiran cairan nonmisel rendah, cairan

nonmisel yang berada dalam keadaan agitasi dapat dengan mudah dipecah

menjadi partikel-partikel yang jauh lebih kecil daripada bila tegangan

permukaannya besar. Akibatnya, sebagian besar fraksi garam empedu

membuat butiran lemak dan dengan mudah mengalami fragmentasi oleh

agitasi dalam usus kecil. Kerja ini sama seperti kerja deterjen dalam rumah

tangga untuk menghilangkan lemak. Setiap saat diameter butiran lemak

berkurang akibat proses agitasi dalam usus halus. Luas total permukaan lemak

bertambah dua kali. Hal ini berarti luas permukaan total partikel lemak

berbanding terbalik dengan diameternya.

Pencernaan selanjutnya yang terjadi di dalam usus halus yaitu lemak

yang sudah teremulsi dihidrolisis oleh enzim lipase pankreas dalam getah

pankreas dan lipase usus. Hasil akhir pencernaan lemak antara lain asam

lemak dan gliserol (40-50%), monogliserida (40-50%), dan digliserida atau

trigliserida (10-20%).

(Empedu + agitasi) Asam lemak

Lipid Emulsifikasi lemak Gliserol

Gliserida

Gambar 6

Absorpsi lipid terutama terjadi dalam jejunum, bagian tengah usus halus.

Hasil pencernaan lipid (gliserol, asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai

sedang, asam lemak rantai panjang, monogliserida, trigliserida, kolesterol, dan

fosfolipid) diabsorpsi ke dalam membran mukosa usus halus dengan cara

Page 19: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

difusi pasif (gambar 7). Perbedaan konsentrasi pada membran mukosa usus

halus dipengaruhi dengan dua cara:

1). Kehadiran protein pengikat asam lemak yang segera mengikat asam lemak

memasuki sel epitel,

2). Esterifikasi kembali asam lemak menjadi monogliserida (produk utama

pencernaan yang melintasi mukosa usus halus).

Gambar 7. Mekanisme Penyerapan Lipid 1

Sumber : http://fatabsorb_1.google.com/ imgres

Kolesterol sebelum diabsorpsi mengalami esterifikasi kembali yang

dikatalis oleh asetil-Koenzim A dan kolesterol asetiltransferase, dimana

enzim-enzim tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi tinggi kolesterol makanan.

Sebagian besar hasil pencernaan lemak berupa monogliserida dan asam

lemak rantai panjang (C12 atau lebih) contoh asam stearat (C18) ditambah

misel (garam-garam empedu yang membentuk gumpalan) berada di lumen

usus halus berdifusi melalui mikrovilli ke dalam sel epitel usus halus. Setelah

masuk ke dalam sel epithel, monogliserida dicerna menjadi gliserol dan asam

lemak oleh lipase sel epithel. Kemudian asam lemak bebas diubah kembali

oleh retikulum endoplasma menjadi trigliserida. Setelah terbentuk, trigliserida

berkumpul dalam butiran, bersama kolesterol yang diabsorpsi, fosfolipid yang

diabsorpsi, dan posfolipid yang baru disintesis. Masing-masing zat tersebut

diliputi oleh selubung protein yang disintesis oleh retikulum endoplasma.

Page 20: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

Lipoprotein yang mengangkut lipid terutama trigliserida dari saluran cerna ke

dalam tubuh ini dinamakan kilomikron.

Kilomikron diabsorpsi dari sel epithel pada villus ke dalam lakteal villi.

Kilomikron masuk ke dalam sistem limfe melalui pembuluh limfatik melewati

ductus thoraxicus di sepanjang tulang belakang masuk ke dalam vena besar di

tengkuk dan seterusnya masuk ke dalam aliran darah. Antara 80-90% semua

lemak yang diabsorpsi dari usus ditransport ke darah melalui limfe toraks

dalam bentuk kilomikron (gambar 8).

Gambar 8. Mekanisme Penyerapan Lipid 2

Sumber : http://fatabsorb_2.google.com/ imgres

Trigliserida dan lipid besar lainnya (kolesterol dan fosfolipida) yang

terbentuk di dalam usus halus dikemas untuk diabsorpsi secara aktif dan

ditransportasi oleh darah. Bahan-bahan ini bergabung dengan protein-protein

khusus dan membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein. Tubuh

membentuk empat jenis lipoprotein yaitu seperti yang telah dijelaskan

kilomikron, Low Density Lipoprotein/LDL, Very Low Density

Lipoprotein/VLDL, dan High Density Lipoprotein/HDL. Tiap jenis

lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas dan mengangkut berbagai jenis

lipida dalam jumlah yang berbead.

Asam lemak rantai pendek (C4-C6) contoh asam lemak butirat, dan

rantai sedang (C8-C10) contoh asam lemak kaprat dalam lumen usus halus

diabsorpsi langsung melalui proses difusi menembus mikrovili melewati sel

epithel villi ke dalam kapiler darah kemudian ke vena porta dibawa ke hati

Page 21: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

untuk segera dioksidasi. Oleh karena itu, asam-asam lemak ini tidak

mempengaruhi kadar lipida plasma dan tidak disimpan di dalam jaringan

lemak dalam jumlah berarti.

KESIMPULAN

Page 22: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa

fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung.

Struktur dari usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan

ileum. Dinding usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung

kelenjar brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum. Lapisan usus

halus terdiri atas empat lapisan yang sama denagn lambung, yaitu lapisan luar

(membran serosa), lapisan muskularis, submukosa, dan mukosa.

Pencernaan karbohidrat dalam usus halus dilakukan dengan memecah pati

yang belum dicerna oleh amilase, menjadi maltosa dan isomaltosa. Di dalam usus

halus juga terjadi hidrolisis disakarida menjadi monosakarida yang dilakukan oleh

enzim-enzim epitel usus halus, seperti enzim laktase, enzim sukrase, enzim

maltase, dan enzim isomaltase. Sehingga hasil akhir pencernaan karbohidrat yang

diabsorsi ke dalam darah semuanya berupa monosakarida.

Tahap pertama proses pencernaan lemak dalam usus halus, yaitu

emulsifikasi lemak oleh asam-asam empedu yang merupakan sekret hati yang

tidak mengandung enzim pencernaan dengan memecah butir-butir lemak menjadi

ukuran yang lebih kecil. Tahap selanjutnya, yaitu hidrolisis lemak oleh lipase

pankreas dan lipase usus sehingga dihasilkan monogliserida, asam lemak, dan

gliserol yang selanjutnya akan diabsorpsi oleh mukosa usus.

Protein dalam usus halus dalam bentuk dipeptida dihidrolisis oleh enzim

peptidase dari sel-sel epitel usus halus menjadi berbagai dipeptida dan polipeptida

kecil. Selanjutnya akan dihidrolisis kembali oleh enzim aminopolipeptidse dan

dipeptidase menjadi asam amino. Proses selanjutnya yang terjadi dalam usus

halus, yaitu penyerapan zat-zat dalam usus halus yang secara spesifik terjadi

dalam vili dan tergantung pada difusi, difusi fasilitatif, osmosis, dan transport

aktif. Sebagian besar zat-zat tersebut diserap dalam bentuk yang lebih sederhana.

Semua nutrien yang diabsorpsi terjadi melalui membran plasma sel. Villi-

villi usus halus merupakan tempat terjadinya absorpsi karena pada bagian ini

terdapat pembuluh darah kapiler dan pembuluh limfe yang akan mengirim zat-zat

makanan ke seluruh tubuh. Mekanisme penyerapan yang terjadi di usus halus,

yaitu pasif-difusi dan aktif-difusi. Penyerapan secara pasif-difusi, yaitu

Page 23: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

penyerapan yang berlangsung menurut hukum keseimbangan osmosis dan difusi

dimana diketahui zat-zat makanan akan mengalir dari yang berkonsentrasi tinggi

ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Sedangkan penyerapan aktif-difusi, yaitu

proses penyerapan yang membutuhkan energi.

Page 24: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2004. Sistem Pencernaan. http://www.medicastore.com/cybermed/

detail_ pyk. php? idktg=7&iddtl=9

------------ . 2004. Small Intestine. http ://www. Yahoo.com/image.

------------ . 2004. Duodenum. http://liver_2.yahoo.com/ imgres?imgurl gif

------------ . 2004. http://humdigest_2. google.com/ imgres?imgurl gif

------------ . 2004. http://humdigest_1.google.com/ imgres

------------ . 2004. http://fatabsorb_1.google.com/ imgres

------------ 2004. http://fatabsorb_2.google.com/ imgres

Ganong, William F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Junqueira, l. Carlos, dkk. 1997. Histologi Dasar.Edisi 8. Jakarta : ECG.

Karmana, Oman. 2000. Biologi Untuk SMU kelas II Jilid 2 B. Bandung :

Grafindo Media Pratama.

Pearce, Evelyn. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

Suhardjo dan Clara M. Kusharto. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta:

Kanisus.

Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : ECG.

Syamsuri, Istamar. 1997. Biologi 2000. Jakarta: Erlangga.

Tortora, Gerald J dan Nicholas P. Anagnostaros. 1990. Principle Of Anatomy and

Physiology. New York: Harper and Row Publishers.

Page 25: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

LAMPIRANPERTANYAAN DAN JAWABAN

Ratna Wedhaningsih

- Berapa lama waktu penyerapan?

Jawab :

Jangka waktu penyerapan di usus halus yaitu antara 4-8 jam. Dalam jangka

waktu tersebut makanan dicerna secara sempurna dan disbsorpsi. Kecepatan

maksimum absorpsi glukosa dari usus halus yaitu 120 g/jam. Untuk jangka

waktu penyerapan protein dan lipid, kami belum menemukan sumber yang

menyatakan tentang hal tersebut.

Johana Pritha

- Apa yang akan terjadi bila penyerapan di usus halus terganggu?

Jawab :

Usus halus merupakan saluran panjang yang berfungsi sebagai tempat

pencernaan dan penyerapan zat gizi makro. Bila terjadi gangguan di usus halus

dapat menyebabkan malnutrition (kekurangan zat gizi).

- Faktor-faktor apa saja yang dapat mengganggu penyerapan di usus halus?

Jawab :

Faktor-faktor yang menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi di usus halus:

a. Adanya gangguan pada usus halus seperti adanya ektoparasit (misal:

cacing) yang menyerap sari-sari makanan sebelum diserap oleh usus halus.

b. Adanya mukosa usus yang terluka (infeksi).

Page 26: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

c. Adanya makanan yang tidak dapat dicerna seperti makanan instan yang

tidak mengandung zat gizi.

d. Terjadi peradangan di usus misalnya terjadi merah-merah dan

pembengkakan pada usus sehingga usus tersebut tidak dapat melakukan

fungsinya secara optimalsehingga tidak dapat menyerap seluruh sari-sari

makanan, tetapi hanya sebagian yang terserap.

e. Di lambung makanan belum tercerna dengan baik karena ada masalah di

lambung sehingga lambung tidak mampu mencerna makanan secara baik

dan akhirnya makanan masuk ke usus, dan usus tidak mampu melakukan

pencernaan secara kimiawi dengan baik.

- Apa penyebab diare dan apakah ada hubungannya dengan proses

penyerapan zat gizi di dalam usus halus?

Diare ialah penambahan kadar air di dalam tinja (mencret-

mencret) dan peningkatan frekuensi buang air besar setiap harinya. Diare

disebabkan oleh berkurangnya absorpsi cairan (beserta ion-ion) ataupun

bertambahnya sekresi cairan (beserta ion-ion) di dalam usus. Mencret-mencret ini

sering disertai dengan meningkatnya peristaltik usus (karena usus mengembung

atau karena racun bakteri). Hal ini akan mengurangi waktu untuk berlangsungnya

absorpsi cairan, dengan demikian akkan menambah intensitas diarre.

Beberapa bakteri (contoh Vibrio cholera), virus dan protozoa akan

menghasilkan racun-racun yang akan mempengaruhi epithel usus untuk

mengurangi absorpsi, bahkan menambah sekresi cairan (beserta ion-ion) ke

dalam usus. Dengan demikian terjadilah diarre.

Diarre dapat juga disebabkan oleh faktor psichis, contohnya stress, cemas

meningkatkan peristaltik usus yang akan menimbulkan diarre. Diarre yang berat

dapat menimbulkan kehilangan elektrolit (K+, HCO3-, Na+), air dan

terganggunya keseimbangan asam basa tubuh, tekanan darah menurun dan

berakhir dengan kematian.

Pertolongan pertama pada diarre ialah dengan minum cairan dari garam oralit

yang terdiri dari larutan Na+, K+, HCO3-, Cl-, dan glukosa, dengan maksud

mengembalikan air dan elktrolit yang hilang dan pemberian energi (glukosa).

Page 27: Mekanisme Penyerapan Di Usus Halus

Kuswan

- Mekanisme terjadinya Flatulence ?

Jawab :

Flatulence adalah fermentasi karbohidrat yang tak tercerna oleh bakteri yang

terjadi di Usus Besar. Makanan jenis karbohidrat yang tak dapat diserap di

usus halus dilewatkan/ diteruskan ke usus besar untuk dibuang bersama tinja.


Top Related