Download - Lp Abses Paru

Transcript

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN ABSES PARUKajian TeoriDefinisiAbses paru pada hakekatnya adalah suatu penyakit infeksi di sebagian paru yang sesuai dengan namanya, terdiri dari suatu rongga berisi pus dengan dinding tipis dikelilingi proses radang setempat. Karena dalam paru didapatkan banyak percabangan bronkus, biasanya rongga abses berhubungan dengan satu atau lebih bronkus, sehingga pus bisa keluar melalui bronkus tersebut untuk kemudian dibatukkan keluar. Sehingga biasanya kadang terisi udara juga.EtiologiAbses paru dapat terjadi akibat halhal sebagai berikut :Bakteri an aerob Bahan teraspirasi dari hidung atau mulutObstruksi bronkus oleh benda asing, tumor, secret/ mucusNekrotisasi pneumonia, tuberkulosis, embolisme paru, atau trauma dadaManifestasi KlinikPresentase klinik abses paru dapat beragam dari batuk produktif ringan sampai penyakit akut. Sebagian besar pasien mengalami batuk produktif dengan jumlah sputum sedang sampai banyak dan berbau yang sering bercampur darah. Dispnea, kelemahan, anoreksia, demam, berkeringat, dan penurunan berat badan biasa terjadi. Ketika bernapas penderita juga dapat merasakan nyeri dada, terutama jika telah terjadi peradangan pleura.Pada kasus yang tipikal gejala timbul 1 sampai 3 hari setelah aspirasi bahan infeksius dengan malaise, demam, menggigil diikuti dengan batuk dan sering dengan sakit dada. Bila tidak diobati keadaan tambah buruk dengan nyeri pleural, seaak napas dan sianosls. Pada hari ke 10 biasanya timbul batuk dengan nanah yang banyak berbau busuk dan campur darah. Pada kasus yang tidak khas gejala seperti pneumonia denqan batuk sputum purulen dan batuk darah. berulang kali. Abses yang pecah ke dalam kavum pleura menimbulkan nyeri pleural hebat, sesak napas dengan tanda - tanda empiema atau piopnrumotoraks.PatologiProses dimulai di bronki/bronkioli, menyebar ke parenkim paru dikelilingi oleh jaringan granulasi. Perluasan ke pleura sering terjadi. Hubungan dengan bronkus dapat terjadi sehingga pus atau jaringan nekrotik dapat dikeluarkan. Drainase dan pengobatan yang tidak memadai akan menyebabkan abses menjadi menahun.Garry tahun 1993 mengemukakan proses terjadinya abses paru sebagai berikut :Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi bakteria pada penderita dengan faktor predisposisi. Bakteri mengadakan multiplikasi dan merusak parenkim paru dengan proses nekrosis. Bila berhubungan dengan bronkus, maka terbentuklah air fluid level bakteria masuk kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa juga dengan penyebaran hematogen (septik emboli) atau dengan perluasan langsung dari proses abses ditempat lain (nesisitatum) misal abses hepar.Kavitas yang mengalami infeksi. Pada beberapa penderita tuberkolosis dengan kavitas, akibat inhalasi bakteri mengalami proses keradangan supurasi. Pada penderita emphisema paru atau polikisrik paru yang mengalami infeksi sekunder.Obstruksi bronkus dapat menyebabkan pneumonia berlajut sampai proses abses paru. Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena kanker bronkogenik. Gejala yang sama juga terlihat pada aspirasi benda asing yang belum keluar. Kadang-kadang dijumpai juga pada obstruksi karena pembesaran kelenjar limphe peribronkial.Pembentukan kavitas pada kanker paru. Pertumbuhan massa kanker bronkogenik yang cepat tidak diimbangi peningkatan suplai pembuluh darah, sehingga terjadi likuifikasi nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi dapat terbentuk abses.Pemeriksaan DiagnostikPada pemeriksaan foto paru, akan tampak gambaran konsolidasi (infiltrat padat) suatu lobus dengan suatu kavitas didalamnya. Kadang kadang dapat dijumpai AFL.Pada pemeriksaan darah perifer, akan didapatkan peningkatan leukosit. Juga akan ada peningkatan LED. Kultur darah jarang menunjukan kuman penyebab.Sputum hanya bila ada drainase dari rongga abses ke suatu percabangan bronkus, sehingga nanah dapat langsung dibatukan keluar, pemeriksaan Gram dan perbenihan akan dapat menunjukkan etiologi.PenatalaksanaanTerapi antimikroba intravena, tergantung pada hasil kultur sputum dan sensitivitas yang diberikan untuk periode yang lama. Pengobatan pilihan tergantung pada organisme yang di isolasi. Contoh: klindamisin merupakan obat pilihan, diikuti dengan penisilin dan metronidazol.Antibiotik oral menggantikan terapi intravena, setelah klien menunjukkan tanda tanda perbaikan dalam 3 4 hari.Drainase yang adekuat abses paru sering dicapai melalui drainase postural dan fisioterapi dada. Penggunaan bronkoskopi untuk mengalirkan abses merupakan hal yang kontroversial. Tindakan ini akan sangat berguna untuk menyingkirkan benda asing atau tumor atau untuk mencari letak saat drainase bronkus.Diet tinggi protein dan kalori penting karena infeksi kronis berkaitan dengan keadaan katabolik, yang memerlukan peningkatan masukan kalori dan protein untuk mempercepat penyembuhan.Intervensi bedah jarang dilakukan. Namun reseksi paru (lobektomi) dilakukan jika terjadi hemoptisis masif, malignansi, atau tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan medis.PathwayAspirasi berulang, M.O Terjebak di sal nafas bawah, proses lanjut pneumonia inhalasi bakteriaUjung saraf paru tertekanBakteri mengadakan multiplikasi dan merusak parenkim paruFaktor PredisposisiProduksi Sputum berlebihPanasDilepasnya zat pirogen oleh leukosit pada jaringanyang meradangProses PeradanganDikelilingi jar. Granulasi Gangguan Rasa Nyaman: HiperthermiProses nekrosisGangguan Pertukaran GasGangguan rasa nyaman: NyeriReflek batukBersihan Jalan NafasDifusi-Ventilasi tergangguKadar O2 TurunKelemahan FisikIntoleransi AktifitasKurang ImformasiKurang PengetahuanKONSEP DASAR KEPERAWATANDasar Data Pengkajian PasienAktivitas/ IstrahatGejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.Tanda : Penurunan toleransi terhadap aktivitas; letargiSirkulasiGejala : TakikardiTanda : Warna kulit/ membran mukosa: cyanosisIntegritas EgoGejala : Peningkatan faktor resiko, perubahan pola hidupTanda : Ansietas, gelisahMakanan/ CairanGejala : Kehilangan nafsu makanTanda: Penurunan berat badanNyeri/ KenyamananGejala: Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batukTanda: Melindungi area yang sakit ( pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan) PernapasanGejala: Riwayat adanya pneumoni, tuberkulosis, emboli paru; Batuk produktif dan tidak produktif; dispneaTanda: Sputum sering bercampur darah dan berbau; foto paru tampak konsolidasi; perkusi: pekak diatas area yang konsolidasi; cyanosis bibir/ kuku; bunyi napas: bronkial; mulut atau tenggorokan berbau busuk; krepitasi.Keamanan Gejala: DemamTanda: Peningkatan suhu tubuh, berkeringat, menggigilPenyuluhan/ PembelajaranGejala: Faktor resiko keluarga, riwayat mengalami pembedahan.Diagnosa KeperawatanBersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi mucusGangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada parenkim paru dan aktivitas batukIntervensi KeperawatanBersihan jalan napas tidak efektif b/d peningkatan produksi mukuIntervensi:Kaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan gerakan dadaR : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada atau cairan paru.Auskultasi area paru, catat area penurunan/ tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius,mis krekels, mengi.R : Penuruan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki dan mengi terdengar pada inspirasi atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.Bantu pasien melakukan latihan napas sesering mungkin. Tunjukan/ bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis: menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggiR : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.Penghisapan mukus sesuai indikasiR : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karna batuk tidak efektif.Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/ hari. Tawarkan air hangat.R : Cairan ( khususnya yang hangat ) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.Kolaborasi dengan dokter dalam program pengobatan. Berikan sesuai indikasi, misal : bronkodilator.R : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secretGangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigenKaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapasR : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.Observasi warna kulit, membran mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis.R : Sianosis kuku menunjukan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil.Kaji status mentalR : Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia (penurunan oksigen serebral).Awasi frekuensi jantung/ iramaR : Takikardi biasanya ada sebagai akibat demam/ dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksemia.Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan menggigilR : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.Pertahankan istrahat tidurR : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif.R : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi oksigen.R : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan Pa O2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.Nyeri b/d proses inflamasi pada parenkim paru dan aktivitas batukTentukan karateristik nyeri.R : Nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada abses paru.Pantau TTVR : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain u/ perubahan TTV telah terlihat.Berikan tindakan nyamanR : Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesik.Tawarkan pembersihan mulut dengan seringR : Pernapasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringkan membran mukosa, potensial ketidaknyamanan umum.Anjurkan dan bantu pasien dalam tekhnik menekan dada selama episode batukR : Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya batuk.Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, mis: dalam pemberian obat analgesik dan antitutif sesuai indikasi.R : Obat ini dapat digunakan u/ menekan batuk no produktif/ paroksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatkan kenyamanan/ istrahat umum.DAFTAR PUSTAKABaughman, Diane C; 2000; Keperawatan Medikal-Bedah: Buku saku untuk Brunner & Sudarth; Penerbit buku kedokteran EGC, JakartaCapernito, Linda Juall; 1998; Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktek klinis; Edisi ke-6 Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta Doenges, Marilynn E; 1999; Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien; Edisi ke-3 Penerbit buku kedokteran EGC, JakartaSmeltzer, Suzanne C; 2001; Buku ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Sudarth; Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABSES PARUdisusun oleh :Erwin Ardiansyah08.01.1021PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX B SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM2013


Top Related