Download - LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK (TPK18225)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
(TPK18225)
PERCOBAAN II
PENENTUAN SIFAT FISIK DARI SENYAWA ORGANIK
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kimia Organik (TPK18225)
Dosen Pengampu:
Ratna Kartika Irawati, S.Pd., M.Pd.
Asisten Dosen:
Rahmiati
Raudatul Janah
Disusun Oleh:
Ema Amilia
180101090170
PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ANTASARI BANJARMASIN
FEBRUARI 2020
I. LANDASAN TEORI
Senyawa organik merupakan senyawa yang terdapat pada organisme yang
bervariasi jumlah atom dan strukturnya. Setiap atomnya selalu mengandung
karbon sebagai unsur utamanya, senyawa hidrokarbon kurang diganti dengan
gugus fungsional. (Sukmaria, 1999)
Contoh dari senyawa organik atau molekul adalah asam nukleat, lemak,
protein, gula, enzim, metana, dan beberapa bahan bakar. Sedangkan contoh dari
senyawa anorganik yaitu: NaCI, logam, dan berilium. Zat yang terbuat dari
elemen tunggal dan senyawa lain yang tidak mengandung ikatan karbon-
halogen (Hart, 2003).
Sifat fisik dan kimia senyawa organik dapat dibedakan satu dengan yang
lainnya. Ketika beberaa sufat fisik dan kimia senyaw-senyawa organik dan
anorganik sederhana yang menceritakan apakah senyawa termasuk dalam
senyawa organik atau anorganik antara lain pemanasan, komduktifitas, dan
ionisasi (disosiasi) serta kelarutan (Natsir, 2003).
Alkana, alkena, dan alkuna merupakan senyawa hidrokarbon alifatik.
Alkana adalah senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena dan alkuna adalah
senyawa hidrokarbon tak jenuh (Day dan Underwood, 2002). Alkana, alkena,
dan alkuna memiliki fungsi dan kegunaan sangat luas. Tentunya sangat
dibutuhkan bagi manusia terutama sebagai bahan bakar minyak (misalnya
kerosin, bensin, dan solar) dan bahan bakar gas (LPG) sebab alkana merupakan
komponen utama gas alam serta minyak bumi. Selan itu juga, alkana digunakan
sebaga pelapis jalan atau aspal, lilin (paraffin), dan pelumas. Sedangkan alkena
dan alkuna seringkali digunakan untuk pereaksi awal pada saat mmensintesis
senyawa karena pada senyawa alkena dan alkuna terdapat ikatan rangkap
(Riswiyantoro, 2009).
Sifat fisik hidrokarbon terjadi karena dia bersifat non polar. Biasanya
hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut yang bersifat pola seperti air.
Namun senyawa hidrokarbon cenderung larut pada pelarut yang bersifat
nonpolar juga seperti pada CCI4 atau kloroform. Kereaktifan senyawa
hidrokarbon bergantung pada jenis ikatan yang dimiliki oleh senyawa
hidrokarbon tersenut. Senyawa yang termasuk golongan alkana cenderung sulit
atau tidak reeaktif terhadap sebagan besar pereaksi. Namun, pada senyawa
golongan alkena dan alkuna dia cenderung lebih reatif saat mengalami suatu
reaksi yang biasa di sebut dengan reaksi adisi pada ikatan rangkap dua oleh
alkena dan rangkap tiga oleh alkuna. Sedangkan senyawa aromatik dia
cenderung juga bersifat reaktif saat senyawa tersebut mengalami reaksi subtitusi
(Anonim, 2012).
Alkohol adalah merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidroksil yang
terikat pada atom jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R
adalah alkil, alkil tersubtitusi hidrokarbonsikli. Alkohol tidak memiliki gugus
fenol (gugus hidroksil berikatan dengan aromatic), enol (gugus hidroksil
berikatan dengan karbon vinilik) sifat-sifatnya berbeda. Alkohol digolongkann
menjadi 3 kelompok, yaitu alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier (Riswayanto, 2009).
Alkohol dapat dibedakan dengan senyawa lain, misalnya hidrokarbon, eter,
dan ester dengan natrium reaktifnya. Adapun cara mendeteksinya dengan uji
hidrogen aktif pada hidroksil. Oleh sebab itu hidrogen aktif lainnya akan ikut
tercampur, terutama air (Bailey dkk, 1978).
Alkohol dapat bereaksi dengan logam reaktif melepaskan gas hidroge.
Sementara eter tidak dapat bereaksi. Contoh logam reaktif adalah Natrium.
Alkohol: 2R-OH +2Na → 2R-ONa +H2
Eter: R-O-R- + Na → tidak dapat bereaksi
berikut adalah reaksi contoh etanol yang berisomer fungsi dengan di dimetil eter
2C2H5-OH etanol + 2Na → 2C2H5-ONa + H2
CH3 – O – CH3 dimetil eter + Na → tidak terjadi reaksi (Safrizaln, 2011).
Etanol disebut juga dengan etil alkohol, alkohol solute, alkohol murni atau
alkohol. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH. Etanol merupakan suatu
alkohol primer, etanol memiliki dua sifat yaitu sifat kimia dan sifat fisika.
Berdasarkan sifat kimianyayatu reaksi asam dan basa, halogenasi, pembuatan
ester, dehidrasi, oksdidasi serta pembakaran. Dan sifat fisiknya dipengaruhi
oleh keberadaan gugus hidroksil, pendeknya rantai karbon etanol, gugus
hidroksilterdapat pada ikatan hidrogen, ikatan hidrogen itulah yang membuat
etanol sulit untuk menguap dengan massa molekul yang sama. Kegunaan dari
etanol biasanya untuk industri dan pelarut. (Bettelheim, 2005).
Aldehid adalah senyawa yang memiliki gugus karbonil terikat pada satu
atau dua atom hidrogen. Aldehid lebih reatif daripada alkohol dan bisa
mengalami reaksi adisi dan oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi asam dan bisa
mengalami reeaksi polimerisasi. Aldehid nenpunyai struktur serta unsur karbon
(C), hidrogen (H), dan oksigen (O). struktur aldehid adalah R-CHO, dengan –
R adalah alkil dan –CHO merupakan gugus fungsi aldehida (Hart, 1998).
Salah satu contoh dari senyawa organik golongan aldehid adalah formalin
atau formaldehida. Rumus molekul dari formaldehida adalah CH2O, dan
memiliki, massa molekul 30,03 g/mol. Formaldehida merupakan cairan tak
berwarna dengan densitas sebesar 1 kg/m3 memiliki titik didih -19,30 C.
formaldehida larut dalam air.
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai gugus karbonil yang
berikatan dengan dua gugus alkil. Keton bersifat polar karena gugus
karbonilnya besifat polar dan keton merupakan senyawa organik yang mudah
menguap (volatile) daripada alkohol dan asam karboksilat, keton memiliki
struktur sama dengan aldehid yaitu R-CO-R’, di mana R alkil dan –CO-
merupakan gugus fungsi dari keton (Fessenden, 1997).
Salah satu contoh dari senyawa organik golongan keton yaitu aseton. Aseton
memiliki rumus molekul C3H6O dan merupakan zat cair tidak berwarna, berbau
tajam, mudah menguap, mudah tebakar, serta mudah larut dalam pelarut polar.
Aseton memiliki massa molar sebesar 58,08 g/mol, densitas 0,79 g/cm3,
memiliki titik leleh -94,90C, dan titik didih 56,530C.
Suatu senyawa dikatakan senyawa organik tidak hanya ketika senyawa tesebut
mengandung unsur C, H, dan O. tetapi ada beberapa senyawa organik yang
mengandung unsur golongan halogen contohnya yaitu kloroform. Di mana
kloroform memiliki rumus kimia CH3CI. Kloroform memiliki titik didih pada
suhu 61,20C, titik beku -6,40C, tetek leleh -620C, densitas 1,48 g/cm3, serta
kloroform merupakan senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air.
II. HIPOTESIS
Etanol, kloroform, aseton dan iso-propopil memiliki sifat fisik yang berbeda
dibuktikan dengan:
1. Penentuan titik didih yaitu nilai titik didih etanol sebesar = 78,290 C,
kloroform = 61,150 C, aseton = 56,530C, dan Isopropanol = 82,60 C.
2. Penetuan berat jenis yaitu nilai ρetanol= 0,7893 g/cm3 , ρkloroform =
1,48 g/cm3 , ρaseton= 0,79g/cm3, ρisopropanol= 82,6 g/cm3.
3. Penentuan kelarutan: kelarutan etanol = larut, kloroform = tidak larut,
aseton =larut, isopropanol = larut.
4. Uji nyala: etanol = biru, kloroform = tidak terbakar, aseton = biru, dan
isopropanol = biru.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi 5 buah
b. Rak tabung reaksi 1 buah
c. Gelas arloji 2 buah
d. Gelas beker 100 ml 1 buah
e. Gelas beker 500 ml 1 buah
f. Botol semprot 1 buah
g. Kassa asbes 1 buah
h. Klem 1 buah
i. Penjepit tabung reaksi 1 buah
2. Bahan
a. Etanol
b. Air
c. Kloroform
d. Aseton
e. Formaldehida
IV. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Titik Didih
a. Memasukkan etanol dalam tabung reaksi sebanyak 8-10 mm dari
dasarnya.
b. Mengikat tabung reaksi yang berisi etanol dengan termometer
c. Ujung tabung reaksi sejajar dengan ujung bawah thermometer
d. Isi gelas kimia dengan aquades secukupnya, kemudian meletakkan di
atas pemanas.
e. Pasang termometer pada standar dengan bantuan klem, kemudian
celupkan termometer pada pemanas air.
f. Memanaskan pemanas.
g. Mengamati perubahan yang terjadi dalam tabung reaksi hingga
membentuk gelombang kontinu.
2. Penentuan Berat Jenis
a. Menimbang gelas ukur 10 ml yang kering dan bersih
b. Mengisi gelas ukur dengan 10 ml sampel (kloroform, etanol aseton, dan
formaldehida.
c. Menghitung berat 10 ml cairan tersebut kemudian hitunglah berat
jenisnya.
d. Mencatat beratnya
3. Uji Kelarutan
a. Masukkan 2 ml aquades dalam tabung reaksi pada masing-masing 4
tabung reaksi
b. Menetesi tabung reaksi berisi air dengan etanol, kloroform,
formaldehida dan aseton pada masing-masing tabung reaksi.
c. Mengocok tabung reaksi yang telah ditetesi sampel.
d. Mengamati perubahan yang terjadi dan mencatat pada lembar
pengamatan.
4. Uji Nyala
a. Meneteskan sampel (etanol, formaldehida, kloroform, aseton) sebanyak
5 tetes ke dalam gelas arloji.
b. Membakar sampel menggunakan korek api.
c. Mencatat pengamatan kalian.
V. HASIL PENGAMATAN
1. Penentuan titik didih
No perlakuan Hasil pengamatan
1 Memasukkan sampel (etanol,
kloroform, aseton, dan
formaldehida) ke dalam tabung
reaksi sebanyak 8-10 mm dari
dasarnya.
Sampel (etanol, kloroform, aseton,
dan formaldehida) tidak berwarna
dalam taung reaksi
2 Mengikat tabung reaksi yang
berisi etanol dengan termometer
Tabung reaksi dan termometer
terikat.
3 Memasang termometer pada
standar dengan bantuan klem,
kemudian mencelupkan
thermometer pada pemanas air.
Termometer terpasang pada klem
dan tercelum ke dalam pemanas air.
4. Mengisi gelas kimia dengan
aquades secukupnya, kemudian
meletakkan di atas spiritus.
Gelas kimia berisi aquades dan
terletak di atas spiritus
5. Memanaskan pemanas dengan
pembakar spiritus
Pemanas dipanaskan.
6. Mengamati perubahan yang
temperature yang terdapat pada
tabung reaksi hingga
membentuk gelombang kontinu.
Titik didih yang diperoleh:
Etanol = 790 C
Kloroform = 7850 C
Aseton = 750 C
Formaldehida = 970 C
2. Penentuan Berat Jenis
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 Menimbang gelas ukur 10 ml
yang kering dan bersih
Berat gelas ukur yang ditimbang
sebesar 29,21 g
2 Mengisi gelas ukur dengan 10
ml sampel (kloroform, etanol,
aseton dan formaldehida).
Etanol + gelas ukur = 39,00 g
Kloroform + gelas ukur = 43,90 g
Aseton = 37,35 g
Formaldehida = gelas ukur = 38,77
3 Menghitung berat 10 ml sampel
tersebut, kemudian menghitung
berat jenisnya.
- Berat 10 ml sampel
Etanol = 9,79 g
Kloroforrm = 14,69 g
Aseton = 8,54 g
Formaldehida = 9,56 g
- Berat jenis
Etanol = 0,979 g/ml
Kloroforrm = 1,469 g/ml
Aseton = 0,854 g/ml
Formaldehida = 0,956 g/ml
3. Uji Kelarutan
No Perlakuan Hasil pengamatan
1 Memasukkan 2 ml aquades
dalam tabung reaksi pada
masing-masing 4 tabung reaksi
2 ml aquades dalam 4 tabung reaksi
2 Menetesi tabung reaksi berisi air
dengan etanol, kloroform,
formaldehida, dan aseton pada
masing-masing tabung reaksi
Tabung reaksi yang ditetesi dengan
kloroform.
3 Mengocok tabung reaksi yang
telah ditetesi sampel.
- Etanol larut dalam air
- Kloroform tidak tercampur
dengan air
- Aseton larut dalam air
- Formaldehida larut dalam
airr
4. Uji Nyala
No perlakuan Hasil pengamatan
1 Meneteskan sampel (etanol,
fermaldehida, kloroform,
aseton) sebanyak 5 tetes ke
dalam sebuah gelas arloji
Sampel (etanol, fermaldehida,
kloroform, aseton) terdapat pada
gelas arloji.
2 Membakar sampel dengan
menggunakan korek api.
- Etanol: terbakar, nyala api
biru, serta mudah mengup
- Kloroform: tidak terbakar,
dan mengeluarkan asap
- Aseton : menyala, nyala api
biru, dan mudah menguap.
- Formaldehida : tidak
menyala
VI. ANALISIS DATA
1. Penentuan titik didih
Pada uji penentuan titik didih di panaskan sampel pada penangas air
sampa terdapat gelembung pada tabung reaksi dan sambil diukur suhunya
dengan thermometer. Pada pemanasan etanol dia mendidih pada suhu 790C,
dan ketika menguji titik didih aseton diperoleh, aseton mendidih pada suhu
750C, kloroform mendidih pada suhu 850C, dan formalin mendidih pada
suhu 970 C.
2. Penentuan Berat Jenis
Pada penentuan berat jenis ini ditimbang berat dari gelas ukur kosong
dan juga kering dan diperoh berat gelas ukur sebesar 29,21 g, lalu setelah
itu mengukur berat gelas ukur + sampel dimana sampelnya itu adalah etanol,
kloroform, aseton dan juga formalin. Hasil dari masing-masing timbangan
sampel + gelas ukur tersebut adalah
a. 10 ml etanol + gelas ukur = 39,00 g
b. 10 ml kloroform + gelas ukur = 43,90 g
c. 10 ml aseton + gelas ukur = 37,75 g
d. 10 ml formalin + gelas ukur = 38,77 g
Untuk mendapatkan berat jenis dari senyawa-senyawa tesebut maka kita
harus mencari berat bersih dari 10 ml sampel tersebut baru setelah dibagi
dengan volume sampel yaitu 10 ml. setelah itu baru didapt berat jenisnya
sebagai berikut:
a. Etanol = 0,979 g/ml
b. Kloroform = 1,469 g/ml
c. Aseton = 0,854 g/ml
d. Formalin = 0,956 g/ml
2. uji kelarutan
Pada sampel, bahan pelarut yang digunakan adalah air, di mana
sampel yang digunakan adalah etanol, kloroform, aseton dan juga formalin
atau disebut dengan formaldehida. Sebanyak 2 ml sampel tersebut
dilarutkan dalam air dan diperoleh hasil, aseton, etanol, dan formalin larut
dalam air sedangkan kloroform dia tidak larut dalam air tetapi kloroform
dan air membentuk dua lapisan yaitu lapisan pertama air dan lapisan kedua
kloroform.
3. Uji Nyala api
Percobaan terakhir yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik
senyawa organik yaitu dengan uji nyala api pada sampel, sampel yang
digunakan yaitu, etanol, aseton, kloroform, dan formalin. Pada uji nyala,
sampel yang dapat menghasilnya nyala api adalah etanol dan aseton. Pada
etanol dia terbakar menghasilkan nyala api biru, serta etanolnya cepat sekali
menguap, dan pada aseton juga menghasilkan nyala api biru serta cepat
menguap bahkan penguapannya lebih cepat daripada etanol untuk menguap.
VII. PEMBAHASAN
1. Penentuan Titik Didih
Pada pecobaan penentuan titik didih, ini sampel yang digunakan
adalah etanol, kloroform, aseton, dan juga formalin yang mempunyai wujud
cair dan tidak berwarna. Dalam teori titik didih dari etanol yatu sebesar
78,290C, kloroform sebesar 61,20C, aseton sebesar 56,530C, dan formalin
sebesar -19,30C.
Pada saat percobaan titik didih dari etanol yaitu sebesar 790C, pada
kloroform sebesar 850C, aseton 750C, dan formalin 970C suatu sampel
mencapai titik didih ketika didapat gelembung-gelembung yang kontinu.
Pada percobaan titik didih yang dihasilkan dari sampel-sampel yang diujika
memiliki perbedaan dengan titik didih yang ada pada teori terlebih pada titik
formalin yang memiliki perbedaan sangat tampak yaitu dari teori sebesar -
19,30C dan pada percobaan titik didih ini dihasilkan didih sebesar 970C. hal
itu terjadi karena pada saat melakukan praktikum tidak dilakukan
pengadukan selama pemanasan sehingga memperlambat proses kloroform
untuk mendidih serta hal itu juga dikarenakan volume air saat memanaskan
terlalu banyak pada penangas hal itu juga menghambat proses pendidihan
apada formalin sehingga pada suhu 970C dia baru bisa mendidih.
Pada sampel yang digunakan setiap sampel memiliki titik didih yang
berbeda hal itu dikarenakan adanya gaya antar molekul seperti pada etanol
dia memiliki ikatan hidrogen yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan
gaya van deer waals yang dimiliki oleh molekul lain seperti aseton,
kloroform, ataup formalin. Karena itu di teori disebutkan bahwa titik didih
etanol lebih tinggi dari golongan hidrokarbon lainnya.
Selan itu ada faktor-faktor yang mempengaruhi titik didih sehingga
apa yang kita praktikumkan tidak sesuai dengan teori yang ada:
a. Tekanan, bila tekanan eksternal:
a) tekanan yang kurang dari satu atmosfer, titik didih cairan akan
lebih rendah daripada titik didih normalnya.
b) Tekanan sama dengan satu atmosfer, titik didih cairan disebut
juga dengan titik didih normal.
c) Tekanan lebih besar dari satu atmosfer, titik didih cairan akan
lebih besar dari titik didih normalnya.
b. Jenis Molekul, jika gaya antarmolekulnya adalah:
a) Gaya antar molekul relative kuat maka titik didih akan cenderung
tinggi
b) Gaya antar molekul relative rendah maka titik didih cenderung rendah.
Perbedaan titik didih yang dihasilkan dengan teori yang ada juga
dapat dikarenakan sanpel yang digunakan tidak memiliki kemurnian,
melainkan terkontaminasi dengan zat lain.
2. Penentuan Berat Jenis
Percobaan ini betujuan untuk menentukan berat jenis dari senyawa
organik yang diujikan, adapun senyawa organik yang digunakan yaitu
etanol, kloroform, aseton dan juga formalin. pada percobaan ini pula metode
yang digunakan adalah dengan menimbang gelas ukur kosong ukuran 10
ml, kemudian menimbang lagi gelas ukur + sampel yang diujikan, lalu untuk
mendapakan massa dari sampel itu makam berat gelas ukur dan sampel lalu
dikurang dengan berat gelas ukur kosong, dan setelah itu ketika kia ingin
memperoleh berat massanya maka berat sampel tersebut dibagi 10.
Pada percobaan ini didapatkan berat jenis dari etanol sebesar 0,979
g/ml. kloroform sebesar 1,469 g/ml, aseton sebesar 0,854 g/ml, dan formalin
0,956 g/ml. Berat jenis yang dihasilkan hampir mendekati dengan massa
jenis pada teori, adapun pada teori berat jenis dari etanol adalah 0,7893
g/cm3, kloroform sebesar 1,48 g/cm3, aseton sebesar 0,79 g/cm3, dan
formalin sebesar 1 kg/m3. Pebedaan tersebut bisa tejadi karena pada saat
penimbangan pada timbangan yang digunakan tekontaminasi atau terdapat
zat pengotor pada timbangan sehingga mempengaruh hasil dari timbangan
tersebut.
Selain itu ada beberapa faktor lagi yang menyebabkan perbedaan
berat jenis antara teori dengan percobaan yang dilakukan
a. Temperature
Pada suhu yang tinggi sampel akan lebih cepat menguap hal itu bisa
mengakibatkan kesulitan dalam mengukur berat jenisnya, demikian juga
jika suhunya telalu rendah akan menyebabkan sampel membeku hal itu
juga menyebabkan kesulitan dalam mengukur berat jenisnya, oleh
karena itu diperlukan suhu yang biasa membuat senyawa stabil yaitu
pada suhu kamar (250C)
b. Massa sampel
Jika massa sampel yang digunakan besar maka hasil perhitungan dari
berat jenisnya juga akan besar.
c. Volume sampel
apabila volume dari sampel besar maka penentuan berat jenisnya
akan berpengaruh, juga berat jenis bergantung pada ukuran partikel
dari sampel, berat sampel, dan kekentalan dari sampel.
3. Uji Kelarutan
Pada uji kelarutan senyawa organik dari sampel yang digunakan yaitu
etanol, klroform, aseton, dan formalin. dilakukan uji kelarutan dengan
menggunakan pelarut air.
Hasil yang didapat pada percobaan ini adalah etanol, aseton, dan
formalin larut dalam air hal itu terjadi karena etanol, aseton, dan formalin
merupakan senyawa polar sehingga dia dapat larut dalam pelarut polar yaitu
air, berbeda dengan kloroform dia tidak dapat larut dalam air dan
membentuk dua lapisan yaitu lapisan pertama air dan lapisan kedua
kloroform, kloroform tidak dapat larut dalam air karena dia termasuk
senyawa non polar sehingga dia tidak dapat larut pelarut polar seperti air.
Persamaan reaksinya adalah:
C₂H₅OH + H₂O ⇒ C₂H₅OH + H₂O (persamaan reaksi etanol dan air)
C3H6O + H₂O ⇒ C3H6O + H₂O ( persamaan reaksi aseton dan air)
CH2O + H₂O ⇒ CH2O + H₂O ( persamaan reaksi formalin dan air)
4. Uji Nyala Api
Pada uji nyala api digunakan sampel berupa etanol, kloroform, aseton dan
juga alkohol. Dimana sampel tesebut dibakar diatas kaca arloji dan diamati
warna api yang dihasilkan.
Pada uji etanol menghasilkan api berwarna biru serta alkohol yang sangat
mudah menguap daripada air hal itu dikarenakan terjadi karena pada alkohol
terdapat gugus hidroksil atau ikatan hidrogen. Adapun persamaan reaksinya
adalah: C₂H₅OH (g) + 3O₂ (g) -> 2CO₂ (g) + 3H₂O (g).
Uji yang kedua yaitu uji pada kloroform tidak terjadi proses pembakaran
namun pada sampel mengeluarkan asap
Pada uji terhadap aseton menghasilkan nyala api juga berwarna biru
serta mudah mengalami penguapan, hal itu terjadi karena pada pada aseton
dia tidak memiliki gugus hidroksil atau ikatan hidrogen seingga dia mudah
menguap. Persamaan reaksinya adalah:
C₃H₆O + 4O₂ ⇒ 3CO₂ + 3H₂O
Dan yang terakhir adalah uji terhadap formalin, dimana ketika
diuji formalin tidak terbakar namun mengeluarkan asap, Pada etanol dan
aseton, nyala api lebih biru karena jumlah atom C nya hanya 2 atau 3,
seingga enegi yang dipelukan untuk memutuskana ikatan makin kecil, dan
enegi yang dibebaskan saat pembentukan ikatan baru makin besar.
Pembakaran etanol aseton melepas banyak kalor sehingga panas api lebih
besar. Karena pembakaran etanol dan aseton adalah pembakaran
sempurna. Jadi warna nyala api biru, dan aseton bir agak oranye. Warna
biru yang dihasilkan dari etanol dan aseton disebabkan karena dibawah
2000oC.
Pembakaran sempurna menghasilkan CO2 dan H2O, sedangkan
pada pembakaran tidak sempurna menghasilkan CO dan H2O atau jelaga
(partikel karbon)
Kloroform dan formalin tidak terbakar karena tidak mengalami
pembakaran sempurna.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan sifat fisik etanol, kloroform, aseton, dan
formalin berbeda yaitu:
Sampel Titik didih Berat jenis kelarutan Uji nyala
Etanol 790C 0,979 g/ml Larut Nyala
Kloroform 850C 1,469 g/ml Tidak larut Tidak nyala
Aseton 750C 0,854 g/ml Larut Menyala
Formalin 970C 0,956 g/ml Larut Tidak
menyala
DAFTAR PUSTKA
Bailey, dkk. (1978). Organic Chemistry. Boston: Atlantic Inc.
Bettelheim. (Pengantar kimia Organik dan Hayati). 2005. Bandung: ITB.
Fessenden, R.J. dan Joan, S.F. (1997). Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Hart,Harold. (1998). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Riswayanto. (2009). Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
Penentuan Titik Didih
mengukur sampel sebanyak 8 mm
mengikat tabung reaksi dengan
thermometer
memanaskan air dalam penangas
Menunggu sampai terbentuk
gelumbung secara kontinu
Uji Nyala
Nyala api pada etanol Uji nyala pada aseton
Uji nyala pada kloroform Uji Nyala pada formalin
Uji Kelarutan
Uji Kelarutan pada aseton Uji kelarutan pada formalin
uji kelarutan pada kloroform uji kelarutan pada etanol
Penentuan Berat Jenis
mengukur berat etanol mengukur berat formalin
mengukur berat kloroform mengukur berat aseton