Download - Laporan Praktikum Kimia Organik
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
1/13
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Judul : REKRISTALISASI
Tujuan Percobaan : Mempelajari teknik rekristalisasi untuk pemurnian senyawa organik.
Pendahuluan
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dimana zat-zat tersebut
tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada
kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Konsentrasi total impuriti biasanya
lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang
rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap
(Arsyad, 2001).
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting untuk pemurnian komponen
larutan organik. Ada tujuh metode dalam rekristalisasi yaitu: memilih pelarut, melarutkan zat
terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan,
mengumpul dan mencuci kristal, serta mengeringkan produknya (hasil) (Williamson, 1999).
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada
struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar kristal-
kristal yang terbentuk selama berlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka dapat disaring
dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun keluar dari
larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting. Struktur yang
sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum, sangat menguntungkan, karena mudah
dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang mengandung lekuk-
lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid), bahkan setelah dicuci
dengan seksama. Endapan yang terdiri dari kristal-kristal, pemisahan kuantitatif lebih kecil
kemungkinannya bisa tercapai (Svehla, 1979).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor penting
yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju pembentukan inti
tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan tumbuh menjadi
terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan
inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin
Paraf Asisten
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
2/13
besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti.
Laju pertumbuhan Kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi ukuran kristal yang
terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-kristal yang besar akan
terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan datar. Banyak zat
padat seperti garam, kuarsa, dan salju ada dalam bentuk-bentuk yang jelas simetris, telah lama
para ilmuwan menduga bahwa atom, ion ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara
simetris. Penampilan luar suatu partikel Kristal besar tidak menentukan penataan partikel. Bila
suatu zat dalam keadaan cair atau larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh
lebih ke satu arah daripada ke lain arah. Kristal-kristal itu akan turun keluar dari larutan yang
berfungsi membantu penyaringan (Syabatini, 2010).
Prinsip Kerja
Prinsip kerja yang digunakan adalah mememurnikan padatan organik murni berdasarkan
kelarutan setiap zat pada senyawa tertentu.
Alat
Tabung reaksi, mortar, pipet mohr 5 mL, pipet tetes, penangas air, erlenmeyer, pipet Pasteur,
corong Buchner, timbangan, alat penentu titik leleh.
Bahan
Etanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, n-hekasana, aquades, norit, kapas.
Prosedur Kerja
a. Pemilihan pelarutSampel dengan berat 0,05 gram dimasukkan ke dalam 6 tabung reaksi. Masing-masing
tabung reaksi ditambahkan 1 mL aquades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluen, dan heksana.
Keenam tabung reaksi diberi nomor 1-6 secara berurutan. Goyang tabung dan amati apakah
sampel larut dalam pelarut tersebut pada suhu kamar dan dicatat pengamatannya. Tabung yang
berisi sampel yang tak larut dipanaskan, lalu digoyang tabungnya dan dicatat bilamana sampel
tersebut larut dalam pelarut panas, serta catat pengamatannya. Kemudian larutan dibiarkan
menjadi dngin, dan pembentukkan kristalnya diaamati. Masing-masing pelarut dicatat dan
ditunjukkan pelarut yang manakah yang terbaik diantara keenam pelarut dan cocok untuk proses
rekristalisasi sampel. Prosedur yang sama dengan dilakukan untuk sampel unknown dan
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
3/13
ditentukan pelarut yang sesuai untuk rekristalisasinya.
b. Rekristalisasi sampel unknown
Satu tablet sampel unknown (3 gram) yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer, lalu ditambahkan 3 mL pelarut yang sesuai hasil dari prosedur A. Campuran
dipanaskan secara perlahan sambil digoyang hingga semua padatan larut. Jika padatan tidak larut
sempurna, ditambahkan sedikit pelarut (kira-kira 0,5 mL) dan pemanasan dilanjutkan, serta
diamati setiap penambahan pelarut apakah lebih banyak padatan yang terlarut atau tidak. Jika
tidak banyak padatan yang larut, kemungkinan karena adanya pengotor. Larutan panas disaring
melewati pipet Pasteur penyaring untuk menghilangkan pengotor yang tak larut atau dapat
menggunakan karbon aktif. Langkah ini bisa diloncati jika tidak terdapat partikel yang tak larut
atau semua padatan telah dapat larut sempurna.
Pipet Pasteur penyaring disiapkan dengan cara memasukkan sedikit kapas pada pipet lalu
ditekan menggunakan kawat atau lidi sehingga kapas berada pada bagian bawah (posisi
menyumbat tip). Lalu pipet penyaring dipanaskan dengan cara melewatkan pelarut panas
beberapa kali kedalam pipet dan ditampung pelarut panas yang telah melewati pipet kedalam
wadah penampung atau erlenmeyer. Bilamana larutan memenuhi pipet, dorong larutan dengan
bantuan karet penghisap seperti gambar berikut.
Sebelum larutan sampel dilewatkan dalam pipet penyaring, larutan diencerkan dulu untuk
mencegah terjadinya kristalisasi selama proses penyaringan. Lalu, dicuci pipet Pasteur penyaring
dengan sejumlah pelarut panas untuk recovery solute yang kemungkinan terkristalisasi didalam
pipet dan kapas. Wadah penampung atau Erlenmeyer ditutup dan dibiarkan filtrat atau larutan
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
4/13
menjadi dingin. Setelah larutan berada dalam suhu kamar, ice bath disiapkan untuk
menyempurnakan proses kristalisasi. Lalu dimasukkan wadah larutan kedalam ice bath dan
diamati pembentukan kristalnya. Kristal disaring dan dicuci dengan sejumlah pelarut dingin
dengan menggunakan penyaring Buchner. Lalu penyaringan dilanjutkan hingga kering. Kristalditimbang dan dihitung persen recovery-nya, serta ditentukan titik leleh kristalnya.
Data dan Perhitungan
a. Pemilihan pelarut sampel A, B, dan C
Pelarut
Larut
Tidak larutKeteranganTidak butuh
panasButuh panas
A B C A B C A B C
Aquades - - - - - -
Awalnya sedikit larut
ketika dipanaskan
larut, setelah
didinginkan terbentuk
Kristal seperti
jarum+++ (besar-
besar)
Etanol 95% - - - - - - -
Etil Asetat - - - - - - -
Aseton - - - - - - -
Toluena - - - - - -
Kristal yang terbentuk
seperti jarum( lebih
halus dari aquades)
n-Heksana - - - - - -
Ketika pemanasan
heksana langsung
menguap
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
5/13
b. Pemilihan pelarut untuk sampel unknown
Pelarut
Larut
Tidak larut KeteranganTidak
butuh
panas
Butuh
panas
Aquades - -Awalnya larut sebagian. Setelah
pemanasan larut dan setelah
didinginkan terbentuk Kristal lembut
Etanol 95% - - -
Etil Asetat - - -
Aseton - - -
Toluena - - -
n-Heksana - - -
Perhitungan Rekristalisasi sampel unknown
Berat Kertas Saring =1,01 gram Berat Kertas Saring + sampel = 1,11 gram Berat sampel = 0,10 gram
Titik Lebur = 136
0
C
%33,33%10030,0
10,0
%100teoritismassa
percobaanmassaRendemen
gram
gram
Waktu yang dibutuhkan
No. Kegiatan Pukul Waktu
1. Preparasi alat dan bahan 07.00-07.45 45 menit
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
6/13
2. Pemilihan pelarut A, B, C 07.45-09.45 120 menit
3. Pemilihan pelarut unknown 09.45-10.15 30 menit
3. Rekristalisasi sample unknown 10.15-12.15 120 menit
Total waktu yang dibutuhkan: 5 jam 15 menit
Hasil
a. Pemilihan Pelarut
1. Sampel ANo Pelarut Keterangan Gambar
1 aquades
Awalnya sedikit larut ketika
dipanaskan larut, setelah didinginkan
terbentuk kristal seperti jarum+++
(besar-besar)
Tidak larut
2Etanol
95%Larut tanpa pemanasan
3 Etil Asetat Larut tanpa pemanasan
4 Aseton Larut tanpa pemanasan
5 Toluena Larut tanpa pemanasan
6 n-HeksanaKetika pemanasan heksana langsung
menguap
2. Sampel BNo Pelarut Keterangan Gambar
1 aquades
Awalnya sedikit larut
ketika dipanaskan larut,
setelah didinginkan
terbentuk Kristal seperti
jarum+++ (besar-besar)
Larut
2 Etanol 95% Larut tanpa pemanasan
3 Etil Asetat Larut tanpa pemanasan
4 Aseton Larut tanpa pemanasan
5 Toluena Membentuk kristal ketika
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
7/13
dipanaskan. Kristal yang
terbentuk seperti jarum
(lebih halus dari aquades)
Tidak larut
6 n-Heksana Ketika pemanasan heksanalangsung menguap
3. Sampel CNo Pelarut Keterangan Gambar
1 aquades
Awalnya sedikit larut
ketika dipanaskan larut,
setelah didinginkan
terbentuk Kristal seperti
jarum+++ (besar-besar)
Larut
2 Etanol 95% Larut tanpa pemanasan
3 Etil Asetat Larut tanpa pemanasan
4 Aseton Larut tanpa pemanasan
Tidak larut
5 Toluena
Membentuk kristal ketikadipanaskan. Kristal yang
terbentuk seperti jarum(
lebih halus dari aquades)
6 n-heksanaKetika pemanasan heksana
langsung menguap
4. Pemilihan pelarut untuk sampel unknownNo Pelarut Keterangan Gambar
1 aquades
Awalnya larut sebagian.
Setelah pemanasan larut
dan setelah didinginkan
terbentuk Kristal lembut
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
8/13
2 Etanol 95% Tidak larut
Tidak larut
3 Etil Asetat Tidak larut
4 Aseton Tidak larut
larut
5 Toluena Tidak larut
6 n-heksana Tidak larut
b. Rekristalisasi sampel unknown
Titik Lebur aspirin = 136 0C
No. Keterangan Massa (gram)
1. Berat kertas saring 1,01
2. Berat kertas saring dan sampel 1,11
3. Berat sampel 0,1
4. Rendemen 33,33 %
Pembahasan Hasil
Percobaan ini adalah pemilihan pelarut dan rekristalisasi sampel unknown. Pemilihan
pelarut dengan menguji beberapa sampel yang dilarutkan dalam senyawa tertentu. Sampel yang
dimaksud adalah sampel A, B, dan C. Sampel A adalah asam salisilat, sampel B adalah asam
benzoat, dan sampel C adalah asetanilida. Pelarut yang digunakan adalah aquades, etanol 95%,
etil asetat, aseton, toluena, dan n-heksana. Pemilihan pelarut ini bertujuan untuk menentukan
pelarut yang cocok untuk proses rekristalisasi. Pelarut yang baik adalah pelarut yang sedikit
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
9/13
larut pada suhu kamar, larut dalam air panas, dan pelarut yang cepat membentuk kristal ketika
pada suhu yang rendah (dingin).
Prinsip dasar proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan
dengan zat pengotornya. Pelarut yang digunakan tidak semua pelarut, hanya pelarut sesuai yangdigunakan. Syarat pelarut yang digunakan adalah pelarutnya tidak bereaksi dengan zat yang
dilarutkan, pelarut hanya dapat melarutkan yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat
pencemarnya. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang dimurnikan agar zat
tersebut tidak terurai (Kotz, 2009).
Sampel A adalah asam salisilat. Asam salisilat memiliki gugus polar dan nonpolar. Gugus
polarnya adalah OH dan gugus nonpolarnya adalah gugus cincin benzennya. Struktur asam
salisilat (di bawah) dapat larut pada sebagian pelarut polar dan sebagian pelarut nonpolar,
namun sukar larut dalam pelarut yang memiliki gugus polar saja atau nonpolar saja. Hal ini
disebabkan karena memiliki gugus polar dan nonpolar dalam satu gugus, sehingga lebih mudah
larut pada pelarut semipolar.
O
OH
OH
asam salisilat
Asam salisilat yang merupakan sampel A adalah sampel pertama yang diuji kelarutannya.
Sebanyak 0,05 gram sampel A dimasukkan ke dalam 1 mL pelarut aquades, etanol 95%, etil
asetat, aseton, toluena, dan n-heksana. Etanol 95%, aquades, dan aseton merupakan senyawa
polar, sedangkan etil asetat merupakan senyawa semipolar. Toluena dan n-heksana merupakan
senyawa nonpolar. Sampel A larut dalam etanol 95%, etil asetat, dan aseton. Hasil ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa senyawa semipolar hanya larut pada pelarut semipolar.
Namun, tidak seharusnya sampel ini tidak larut pada pelarut etanol 95% dan aseton, karena
kedua senyawa tersebut merupakan pelarut polar. Kesalahan ini disebabkan karena adanya
pengotor saat pelarutan, yaitu pencucian alat yang kurang bersih sehingga terkontaminasi.
Sampel A tidak larut dalam aquades, toluena, dan n-heksana. Aquades merupakan senyawa
yang bersifat polar, sedangkan toluena dan n-heksana merupakan senyawa nonpolar, jadi asam
salisilat tidak larut pada ketiga senyawa tersebut. Sampel yang tidak larut dalam ketiga pelarut
tersebut dipanaskan. Tujuan pemanasan ini adalah untuk melarutkan padatan yang tidak dapat
larut pada suhu kamar. Peningkatan temperature larutan meningkatkan kelarutan zat padat. Hal
ini disebabkan pada suhu tinggi dapat meningkatkan energi kinetik partikel-partikelnya,
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
10/13
sehingga tumbukan antar partikel sering terjadi akibat reaksi semakin cepat. Hasilnya adalah
asam salisilat larut dalam aquades dan toluena, sedangkan dalam n-heksana asam salisilat tidak
larut dalam pemanasan. Sampel tidak larut pada proses pemanasan karena ketika dipanaskan
heksana langsung menguap sehingga senyawanya telah habis, dan yang tersisa dalam tabungreaksi hanya asam salisilat .
Sampel yang telah dipanaskan, kemudian didinginkan dengan memasukkan tabung reaksi
pada ice bath. Namun, hanya asam salisilat dalam pelarut aquades yang dapat membentuk
Kristal. Kristal seperti jarum yang berukuran besar terbentuk setelah pendinginan dalam pelarut
aquades. Sampel A yang dilarutkan dalam aquades, mula-mula sedikit larut, dan larut ketika
dipanaskan, lalu terbentuk kristal setelah didinginkan dalam ice bath. Pelarut yang cocok untuk
proses rekristalisasi asam salisilat adalah aquades karena titik didihnya lebih rendah dari pada
titik leleh asam salisilat. Titik didih aquades adalah C dan titik le
C.
O
OH
benzoic acid
Sampel kedua pada pemiihan pelarut dengan menguji kelarutannya adalah sampel B.
Sampel B adalah asam benzoat. Senyawa ini larut pada dalam pelarut etanol 95%, etil asetat,
dan aseton. Etanol dan aseton merupakan senyawa polar, sedangkan etil asetat adalah senyawa
semipolar. Asam benzoat merupakan senyawa polar, sehingga akan larut pada senyawa polar.
Namun, hasil percobaan didapatkan bahwa asam benzoat selain larut dalam pelarut polar, juga
dapat larut dalam pelarut nonpolar dan semipolar. Hal ini disebabkan pada sampel
dimungkinkan masih mengandung senyawa lain yang dapat berikatan dengan pelarut selain
pelarut polar. Kesalahan praktikan pada pengambilan pelarut terkontaminasi senyawa lain
sehingga didapatkan hasil yang kurang sesuai.
Sampel B sediki larut dalam pelarut aquades dan toluena. Kedua pelarut dipanaskan,
sampel B dalam aquades larut pada proses pemanasan, dan membentuk kristal setelah
didinginkan. Sampel B pada toluena membentuk kristal pada proses pemanasan. Kristal yang
terbentuk pada pelarut aquades berbeda dengan kristal yang terbentuk pada pelarut toluena.
Kristal pada pelarut aquades lebih besar dan membentuk seperti jarum. Kristal dalam pelarut
toluena membentuk jarum lebih kecil dibandingkan kristal yang terbentuk dengan aquades.Sampel B tidak larut dalam n-heksana, karena heksana merupakan senyawa nonpolar. Sampel B
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
11/13
dalam pelarut n-heksana dipanaskan dan langsung menguap ketika dipanaskan. Larutan ini
kemudian didinginkan dalam ice bath dan tidak terbentuk kristal. Pelarut yang cocok untuk
proses rekristalisasi asam benzoat adalah aquades karena titik didihnya lebih rendah dari pada
titik leleh asam benzoat. Titik didih aquades adalah 100
dan titik leleh asam benzoat adalah122-123
NH CH3
OOH
N-(4-hydroxyphenyl)acetamide
Hal yang sama juga diperlakukan pada sampel C yaitu pemilihan pelarut. Sampel C adalah
N-(4-hidroksifenil)asetamida atau asetanilida. Pelarut yang digunakan juga sama yaitu pelarut
aquades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, dan n-heksana. Sebanyak 0,05 gram sampel C
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 1 mL dari masing-masing pelarut. Hasilnya
adalah sampel ini larut dalam etanol 95%, etil asetat, dan aseton. Sampel C ini larut dalam
aquades, dan toluena dengan proses pemanasan. Pemanasan bertujuan untuk mempercepat
terjadinya reaksi. Kedua pelarut ini sedikit larut dalam suhu kamar, dan didinginkan dalam ice
bath setelah pemanasan. Hasilnya adalah terbentuk kristal pada sampel C. Kristal yang
terbentuk pada kedua pelarut ini berbeda, yaitu kristal pada pelarut aquades lebih besar daripada
kristal yang terbentuk pada pelarut toluena. Pelarut yang baik pada proses rekristalisasi
asetanilida adalah dengan menggunakan aquades karena titik didihnya lebih rendah dari pada
titik leleh asetanilida. Titik didih aquades adalah 100 dan titik leleh asetanilida adalah
114.5
Percobaan selanjutnya adalah rekristalisasi sampel unknown. Sampel yang digunakan
adalah bodrexin. Senyawa yang terkandung dalam sampel adalah aspirin dan glisin. Langkah
awal sebelum proses rekristalisasi adalah menentukan pelarut yang cocok. Satu tablet sampel
dihaluskan, dan ditimbang 0,05 gram, lalu dilarutkan dalam 1 mL pelarut. Pelarut yang
digunakan antara lain aquades, etanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, dan n-heksana. Pelarut
yang digunakan adalah pelarut hanya melarutkan senyawa murni, dan pelarut tidak melarutkan
zat yang dilarutkan.
Hasil dari pemilihan pelarut adalah sampel hanya larut pada aquades, dan tidak larut pada
pelarut yang lain. Sampel dengan aquades mula-mula sedikit larut pada suhu kamar, kemudian
dipanaskan dan larut pada proses pemanasan. Pemanasan ini bertujuan meningkatkan energi
kinetik suatu larutan, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat. Sampel dalam pelarutaquades yang telah dipanaskan lalu didinginkan pada ice bathdan membentuk kristal lembut.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
12/13
Hasil yang berbeda terjadi pada kelima pelarut yang lain. Kelima pelarut tidak dapat melarutkan
sampel, walaupun dilakukan proses pemanasan, sampel dalam pelarut tidak larut. Hal ini
menandakan bahwa etanol 95%, etil asetat, aseton, toluena, dan n-heksana bukan pelarut yang
tepat untuk proses rekristalisasi sampel unknownini. Aquades adalah pelarut yang cocok untukproses rekristalisasi sampel ini.
Percobaan pada pemilihan pelarut didapatkan satu jenis pelarut yang cocok, yaitu aquades
karena merupakan pelarut polar dan aspirin merupakan senyawa polar. Pelarut ini digunakan
untuk proses selanjutnya yaitu rekristalisasi sampel unknown. Satu tablet (sekitar 0,3 gram)
sampel dihaluskan lalu di larutkan dalam 2-3 mL aquades hingga sampel larut. Hasilnya adalah
hanya sebagian sampel yang larut, dan dilakukan proses pemanasan dan didinginkan pada ice
bath. Kristal halus terbentuk setelah larutan dipanaskan dan didinginkan. Tahap selajutnya
adalah penyaringan kristal menggunakan corong Buchner. Proses ini dilakukan dengan tujuan
memisahkan zat pengotor dengan larutan kristal yang murni. Penyaringan kristal dilakukan
dengan menambahkan aquades dingin. Tujuannya adalah agar kristal yang terbentuk tetap terjaga
bentuk kristalnya, dan kristal terbentuk pada suhu yang rendah karena pengaruh dari derajat
lewat jenuh pada pembentukan kristal tersebut.
Tahapan selanjutnya adalah pengeringan dengan menggunakan oven. Tujuannya adalah
menguapkan sisa dan menghilangkan pelarut dari kristal agar diperoleh kristal yang murni.
Sampel yang sudah dikeringkan ditimbang, dan didapatkan massa sampel yang tersisa sebesar
0,10 gram. Berat sampel ini berkurang sebesar 0,2 gram. Hal ini disebabkan pada proses
kristalisasi tidak semua sampel menjadi kristal, masih ada sampel yang terlarut dalam air.
Sampel yang larut dalam air membentuk ikatan hidrogen, sehingga pada proses pendinginan
tidak semua sampel berubah menjadi kristal. Adanya pengotor dapat menghambat sampel
menjadi bentuk padat atau kristalnya.
OHO
O CH3
O
2-(acetyloxy)benzoic acid
Berat sampel pada proses rekristalisasi ini, dapat ditentukan rendemen dari suatu sampel.
Rendemen bertujuan untuk membandingkan kadar atau prosentase sampel yang didapatkan
dengan massa totalnya. Apabila diketahui rendemennya, maka dapat menentukan kadar
maksimum yang ingin dicapai pada proses rekristalisi atau pemurnian suatu sampel. Selain itu,
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Kimia Organik
13/13
senyawa yang dikristalisasi dapat ditentukan titik leburnya. Senyawa yang ditentukan titik
leburnya dimasukkan dalam pipa kapiler dan diukur menggunakan termometer. Hasilnya adalah,
sampel memiliki titik lebur 136 yang hampir sama dengan titik lebur aspirin yang terkandung
dalam bodrexin yaitu 135
Kesimpulan
1. Pemilihan pelarut sangat penting dalam proses rekristalisasi.2. Sampel A, B, dan C membentuk kristal pada pelarut aquades dan toluena.3. Sampel unknownmengandung aspirin dengan titik lebur 136dan memiliki rendemen
33,33%.
Referensi
Arsyad, 2001.Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia : Jakarta.
Kotz John, dkk. 2009. Chemistry and Chemical Reactivity Volume 2. USA : Mary Finch
Svehla. 1979. Buku Ajar Vogel : Analisi Anorganik Kuntitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT Kalman Media Pusaka.
Syabatini, Annisa. 2010. Pemurnian Bahan secara Rekristalisasi. Banjarmasin : Universitas
Lambung Mangkurat
Williamson. 1999. Macroscale and Microscale Organic Experiment. USA : Houghton Mifflin
Company.
Saran
Rekristalisasi suatu senyawa sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan penuh ketelitian agar
didapatkan hasil yang benar dan akurat, terutama dalam pemilihan pelarut.
Nama Praktikan
Marena Thalita Rahma (121810301031)