Transcript

I. JUDUL PERCOBAAN : Pengenalan Jenis-Jenis Karbohidrat

II. HARI,TANGGAL PERCOBAAN :

Mulai : Rabu, 22 Oktober 2014, 09.30 WIB

Selesai : Rabu, 22 Oktober 2014, 12.30 WIB

III. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar dalam reaksi pengenalan karbohidrat

2. Melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida

3. Melakukan pengujian adanya gula pereduksi

4. Melakukan hidrolisis polisakarida dan disakarida

5. Menguji hasil hidrolisis polisakarida dan disakarida

IV. DASAR TEORI :

A. Pengertian Karbohidrat

Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) adalah segolongan besar

senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat sendiri terdiri atas

karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh

makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan

(misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun

(misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur). Pada proses

fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.

Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-

keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.

Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan

banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan

senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom

karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekul air. Namun demikian, terdapat pula

karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung

nitrogen, fosforus, atau sulfur.

B. Klasifikasi karbohidrat

1. Monosakarida

Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya hanya

terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi

karbohidrat lain. Rumus empirisnya adalah (CH2O)n, dimana n>/=3. Sifat fisik

monosakarida adalah tidak berwarna, merupakan kristal padat yang bebas larut dalam

air, tidak larut dalam pelarut non polar, dan umumnya berasa manis.

Monosakarida dibedakan berdasarkan:

a. Menurut gugus karbonil penyusunnya

1. Aldosa , jika gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida adalah turunan

aldehid.

2. Ketosa, jika gugus karbonil pada ujung rantai monosakarida adalah turunan

keton.

b. Menurut banyaknya atom karbon yang menyusun molekul monosakarida :

1. Monosakarida yang mengandung 3 atom karbon disebut triosa

2. Monosakarida yang mengandung 4 atom karbon disebut tetrosa

3. Monosakarida yang mengandung 5 atom karbon disebut pentose

4. Monosakarida yang mengandung 6 atom karbon disebut heksosa

Contoh dari monosakarida adalah:

1. D-glukosa

D-glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena

mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. D-glukosa ini

mengandung lima gugus hidroksil dan sebuah gugus aldehida yang dilekatkan

pada rantai enam karbon. Fungsi utama: sumber energi dalam sel hidup, disebut

juga gula anggur karena terdapat dalam buah anggur, gula darah karena terdapat

dalam darah. Glukosa merupakan monomer dari polisakarida terpenting yaitu

amilum, selulosa dan glikogen. Glukosa merupakan senyawa organik terbanyak

terdapat pada hidrolisis amilum, sukrosa, maltosa, dan laktosa. Di alam, glukosa

terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah.

2. Fruktosa

Fruktosa adalah suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar cahaya

terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mengandung

lima gugus hidroksil dan gugus karbonil keton pada C-2 dari rantai enam-karbon.

Molekul ini kebanyakan berada dalam bentuk siklik. Fruktosa terdapat dalam

buah-buahan, merupakan gula yang paling manis. Bersama dengan glukosa,

fruktosa merupakan komponen utama dari madu.

3. Galaktosa

Galaktosa adalah monosakarida yang jarang terdapat bebas di alam. Galaktosa

merupakan aldoheksosa. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk

laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang

manis dari pada glukosa dan kurang larut dalarn air. Galaktosa dapat memutar

bidang polarisasi kekanan.

2. Disakarida

Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida

yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari

disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa. Disakarida merupakan senyawa yang

terbentuk dari dua molekul atau lebih yang sejenis ataupun tidak. Disakarida dapat

dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi satu molekul

monosakarida. Rumus molekulnya adalah C12H22O11. Cotoh dari disakarida adalah :

1. Sukrosa

Sukrosa terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa merupakan gula yang kita

kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu, bit, buah nanas dan wortel. Dengan

hidrolisis akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sukrosa terbentuk

dari ikatan glikosida antara karbon nomor 1 pada glukosa dengan karbon nomor 2

pada fruktosa

2. Maltosa, terdiri dari glukosa dan glukosa.

3. Laktosa

Terdapat dalam air susu. Bila dihidrolisis menghasilkan D-galaktosa & D-

glukosa. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon nomor 1 pada

galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. terdiri dari glukosa dan

galaktosa.

3. Polisakarida

Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida sebagai

monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh polisakarida adalah

selulosa, glikogen, dan amilum. Senyawa polisakarida terdapat dalam tumbuh-

tumbuhan, misalnya pati, inulin (seagai zat cadangan), dan selulosa (sebagai bagian

dinding sel). Dalam jazad hewan juga terdapat zat yang sejenis dengan zat pati, yaitu

glikogen.

Polisakarida mempuyai rumus molekul (C6H10O5)n dengan harga n yang besar.

Contoh golongan polisakarida yang penting antara lain pati (amilum), glikogen, dan

selulosa.

a. Pati (amilum atau zat tepung)

Pati merupakan cadangan makanan pada biji, akar, batang, dan umbi. zat pati

terdiri atas rantai-rantai tidak bercabang (amilosa) dan rantai-rantai yang

bercabang (amilopektin). Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan

alfa-glikosidik. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang

rantai C-nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri

dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut

amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Pati sediki sekali larut dalam

air dingin, tetapi jika dipanaskan dengan air, butir-butir zat pati tersebut

berkembang menjadi sebuah gel (kanji) dan pada pemanasan selanjutnya yang

disertai cukup air menghasilkan koloid

Amilum dapat dihidrolisis sempurna menggunakan asam sehingga

menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan mengguakan enzim

amilase. Amilase dikeluarkan oleh ludah dan cairan yang dikeluarkan oleh

pangkreas.

Sifat Fisik Pati adalah:

Merupakan zat kimia padat berbentuk granular

Berwarna putih, tidak berasa dan berbau

Tidak larut dalam air dan pelarut organic

Tidak termasuk reducting power

Pati dapat memutar bidang polarisasi cahaya yang besarnya α20 D, tetapi

berbeda untuk tiap jenis pati.

Pada temperature 60oC, larutan pati tidak bereaksi dalam air dan hanya

terjadi proses adsorpsi fisis yang reversible dimana akan terjadi

pengembangan massa sampai konsentrasi 50% larutan.

Pada suhu 60-80oC freaksi amylase larut dalam amilopektin membentuk gel.

Pada suhu ini terjadi peristiwa absorbs chemist yang irreversible yang disebut

glatinization terp.

Sifat Kimia Pati

Pati dapat mereduksi larutan Fehling

Pati mengalami reaksi hidrolisa total membentuk glukosa.

Reaksi :

(C6H10O6) (C6H10O5)n + nH2O (n+1)(C6H12O6)

pati glukosa

Pati tidak dapat mereduksi perak amoniakal (reagens tollens). Reagen ini

dibuat dari AgNO3, KOH dan endapannya dilarutkan dalam NH4OH berlebih

b. Glikogen

Glikogen juga sering disebut gula otot, karena jenis gula ini banyak ditemukan

dalam otot dan hati vertebrata, yang berfungsi sebagai cadangan makanan.

Glikogen menunjukkan sifat kimia yang sama dengan zat tepung. Zat ini dapat

larut oidal dalam air dingin, tetapi tidak membentuk gel-gel seperti pada kanji.

Larutan koloidal glikogen tidak menunjukkan daya reduksi yang kuat terhadap

larutan fehling. Hidrolisis dengan asam-asam encer menghasilkan glukosa,

sedangkan hidrolisis dengan amilosa terutama menghasilkan maltosa. Dalam

pertanian Glikogen juga telah berhasil diisolasi dari benih jagung (sweet corn).

c. Selulosa

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang bersama-sama hemiselulosa,

pektin, dan protein membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel

tanaman. Atau dapat dikatakan selulosa merupakan penyusun utama dinding sel

tumbuhan.

Tanaman kapas sebagian besar terdiri selulosa. Kertas saring seluruhnya

terdiri atas selulosa. Selulosa dapat diubah oleh asam sulfat menjadi hasil yang

dapat larut, jika larutan ini diencerkan dengan air dan direbus, terjadi hidrolisis

dan terbentuk glukosa sebagai hasil akhir.

Selulosa tudak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut

Schweitzer (larutan kuprioksida-amonia). Tidak seperti amilum, selulosa tidak

dapat dicerna ileh perut manusia atau mamalia lainnya, tetapi dapat dicerna oleh

sapi dan dan hewan ruminansia lain dengan prtolongan bakteri. Turunan selulosa

yang dikenal dengan carboxymethyl cellulose (CMC) sering dipakai dalam

industri makanan untuk mendapatkan tekstur yang baik. Misalnya pada

pembuatan es krim, pemakaian CMC akan memperbaiki tekstur dan kristal laktosa

yang terbentuk akan lebih halus.

d. Pektin.

Pektin secara umum terdapat dalam dinding sel primer tanaman, khususnya di

sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Senyawa pektin berfungsi sebagai

perekat antara dinding sel satu dengan yang lain. Pada umumnya senyawa pektin

dapat diklasifikasi menjadi tiga kelompok senyawa yaitu asam pektat, asam

pektinat (pektin), dan protopektin. Kandungan pektin dalam tanaman sangat

bervariasi baik berdasarkan jenis tanamannya maupun bagian-bagian jaringannya.

Komposisi kandungan protopektin, pektin, dan asam pektat di dalam buah sangat

bervariasi tergantung pada derajat pematangan buah.

Pada umumnya protopektin yang tidak dapat larut itu terdapat dalam jaringan

tanaman yang belum matang. Potensi pembentukan jeli dari pektin menjadi

berkurang dalam buah yang terlalu matang. Di antara buah-buahan yang dapat

digunakan untuk membuat jeli adalah jambu biji, apel, lemon, plum, jeruk, serta

anggur.

C. Reaksi-Reaksi Karbohidrat

Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang terdapat dalam

molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus keton. Beberapa sifat kimia

karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan senyawa

karbohidrat yang satu dengan yang lainnya.

1. Uji Molisch

Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji

Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang alhi botani dari

Australia. Uji molisch bertujuan membuktikan adanya karbohidrat secara kualitatif.

Identifikasi karbohidrat oleh molisch didasarkan pada hidrolisis karbohidrat oleh asam

sulfat pekat yang menghasilkan monosakarida. Dehidrasi monosakarida jenis pentosa

oleh asam sulfat pekat menghasilkan furfural. Sedangkan golongan heksosa

dihidrolisis oleh asam sulfat pekat menjadi hidroksi-metil furfural. Pereaksi molisch

terdiri atas alfa-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural membentuk

senyawa kompleks berwarna ungu.

Pereaksi Molisch dibuat dengan melarutkan 12,5 gram alfa-naftol ke dalam

alkohol 95% sampai volumenya tepat 250 mL. Pereaksi ini dibuat baru setiap kali

digunakan.

2. Uji Seliwanoff

Uji seliwanoff bertujuan membuktikan adanya ketosa (fruktosa). Dasar teorinya

adalah dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetil furfural dan

dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa

kompleks berwarna merah oranye.

Pereaksi Seliwanoff dibuat dengan mencampurkan 3,5 mL resorcinol 0,5%

dengan 12 mL HCl pekat, lalu encerkan dengan akuades sampai 35 mL

3. Uji Barfoed

Uji Barfoed bertujuan membedakan antara monosakarida dengan disakarida.

Dasar dari pengujian ini adalah ion Cu2+  dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam

akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan

menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata.

Terdiri atas tembaga (II) asetat dan asam asetat dalam pelarut air yang digunakan

untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida. Monoskaarida cepat sekali

mereduksi ion Cu(II) menjadi Cu(I) sedangkan disakarida agak lambat, walaupun

dengan konsentrasi yang sama. Reaksinya :

Monosakarida + Cu2+ → Cu2O (cepat)

Disakarida + Cu2+ → Cu2O (lambat)

Pereaksi Barfoed dibuat dengan melarutkan 13,3 gram kristal tembaga asetat

dalam 200 mL air, saring bila perlu. Kemudian tambahkan 1,9 mL asam asetat glasial.

Pereaksi dibuat baru setiap kali digunakan.

4. Uji Tollens

Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan senyawa

aldehid dan senyawa keton.

Dalam percobaan ini yang pertama dilakukan adalah membuat Pereaksi tollens

yaitu dengan Mencampurkan 1 ml AgNO3 kemudian 2 tetes NaOH 10 % ( tetes demi

tetes) sehingga menghasilkan pengoksidasi ringan yaitu larutan basa dari perak nitrat.

Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai oksida pada suhu tinggi, maka

ditambahkan beberapa tetes larutan amonia, amonia membentuk kompleks larut air

dengan ion perak.

Pada praktikum ini menggunakan delapan jenis sampel yang diuji apakah dia

termasuk ke dalam senyawa aldehid atau senyawa keton. Sampel-sampel tersebut

antara lain Larutan Glukosa, Larutan Fruktosa, Larutan Maltosa, Larutan Laktosa,

Larutan Amilum, Larutan Gula, Larutan Madu, dan Larutan Susu. 

Pada percobaan terhadap Larutan gula, larutan maltosa, larutan fruktosa, larutan

laktosa, larutan glukosa dan madu pada saat ditambahkan dengan pereaksi tollens

terjadi perubahan warna larutan menjadi coklat keruh dan tebentuk endapan berwarna

hitam. Kemudian dipanaskan terjadi lagi perubahan yaitu warna larutan abu-abu keruh

dan terbentuknya endapan cermin perak pada dinding tabung reaksi dan endapan

berwarna kehitaman, setelah larutan di dinginkan warna larutan berubah lagi menjadi

bening kehijauan dan endapannya berwarna hitam. Dari pengamatan ini dapat

dinyatakan bahwa keenam larutan ini merupakan senyawa aldehid, karena pada dasar

tabung reaksi mengkilat yang menunjukkan adanya endapan cermin perak.Endapan

cermin perak ini berasal dari Gugus aktif pada pereksi tollens yaitu Ag2O yang bila

tereduksi akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada

dinding tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Aldehid dioksidasi menjadi

anion karboksilat . ion Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji

positif ditandai dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi .

reaksi dengan pereaksi tollens mampu meng ubah ikatan C-H pada aldehid menjadi

ikatan C-O. 

Pada percobaan terhadap larutan susu dan amilum pada saat ditambahkan pereaksi

tollens terjadi perubahan warna pada susu yang awalnya berwarna putih susu berubah

menjadi coklat dan terbentuk endapan abu – abu sedangkan pada amilum yang

awalnya bening berubah menjadi warna putih susu dan terbentuk endapan abu –abu,

kemudian pada saat dipanaskan warna larutan berubah lagi warna larutan dan endapan

hitam sedangkan pada larutan amilum larutan menjadi bening dan endapan ungu.

Pada kedua larutan ini tidak tebentuk endapan cermin perak yang terbentuk hanya

endapan berwarna hitam pada susu dan ungu pada amilum.

Dari pengamatan ini dapat dinyatakan bahwa kedua larutan ini termasuk kedalam

senyawa keton karena tidak menghasilkan endapan cermin perak. Susu dan amilum

tidak dapat membentuk cermin perak karena tidak mempunyai atom hidrogen yang

terikat pada gugus karbonnya. Kedua tangan gugus karbonnya sudah mengikat dua

gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami oksidasi ketika ditambah pereaksi tollens

dan dipanaskan.  

5. Uji Fehling

Larutan Fehling adalah larutan yang digunakan untuk membedakan senyawa

aldehid dan keton. Bahan yang akan diuji dengan larutan fehling hingga

berwarna merah, menandakan adanya senyawa aldehid. Keton tidak bereaksi

dengan larutan fehling, kecuali keton hidrolisa alfa. Salah satu kegunaannya

adalah untuk menguji glukosa dalam upaya untuk menunjukkan kencing manis.

Fehling ditemukan oleh para ahli kimia dari jerman, Hermann Van Fehling.

Larutan fehling dibuat dari :

34,639 gr cuprum (II) sulfat pentahidrat yang dilarutkan dengan aquadest hingga

500 ml, biarkan 2 hari lalu disaring.

172 g Rochelle (kalium Natrium Tartrat Tetrahidrat) dan 50 g natrium

hidroksida dalam aquadest sampai volume 500 ml, biarkan 2 hari kemudian

disaring.

Uji Fehling :

Aldehid dicampur dengan larutan fehling, kemudian dipanaskan.

Aldehid akan teroksidasi menjadi asam menghasilkan ion Cuprum (II)

yang kemudian akan terendap sebagai CO2O (Cuprum (I) Oksida) yang

berwarna merah.

Reaksi :

2Cu2+ + 2CH- + 2e CO2O + H2O

Pengoksidasi

R-CHO + 2CH- RCOOH + H2O + 2e

Redoks

2Cu2+ + R-CHO + 4OH- Cu2O + R-COOH + 2H2O

6. Uji Benedict

Nama Benedict merupakan nama seorang ahli kimia asal Amerika, Stanley

Rossiter Benedict (17 Maret 1884-21 Desember 1936). Benedict lahir di Cincinnati

dan studi di University of Cincinnati. Setahun kemudian dia pergi ke Yale University

untuk mendalami Physiology dan metabolisme di Department of Physiological

Chemistry.

Uji Benedict bertujuan membuktikan adanya gula reduksi. Pengujian ini

berdasarkan  gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas mereduksi ion

Cu2+ dalam suasana alakalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna

merah bata.

Pereaksi Benedict dibuat dengan melarutkan 173 gram kristal natrium sitrat dan

100 gram natrium karbonat anhidrous di dalam 800 mL air. Aduklah, lalu saring.

Kemudian, ke dalamnya ditambahkan 17,3 gram tembaga sulfat yang telah dilarutkan

dalam 100 mL air. Buat volume total 1 liter dengan penambahan air.

7. Uji Iodin pada Hidrolisis Pati

Uji Iodin bertujuan membuktikan adanya polisakarida (amilum, glikogen, dan

dekstrin). Identifikasi ini didasarkan pada pembentukan kompleks adsorpsi berwarna

spesifik oleh polisakarida akibat penambahan iodium. Amilum atau pati dengan

iodium menghasilkan berwarna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur

sedangkan glikogen dan sebagian pati terhidrolisis bereaksi dengan iodium

membentuk warna merah coklat.

Larutan Iodin 0,01 M dibuat dengan melarutkan 1,26 gram iod (I2) dan 2-2,5 gram

Kalium Iodida (KI) dalam air sampai 1 Liter.

D. Gula Pereduksi

Gula pereduksi adalah golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-

senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Gula reduksi adalah

gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus

aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor

adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi

adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan yang

termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia UMM,

2008).

Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang

tidak ditemui di alam bebas, tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa)

melalui proses metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus

kreb’s untuk diproses menjadi energi. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida,

yaitu turunan lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto, 2002).

Sedangkan salah satu ontoh dari gula reduksi adalah Sukrosa. Sukrosa adalah senyawa

yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai gula dan dihasilkan dalam tanaman

dengan jalan mengkondensasikan glukosa dan fruktosa. Sukrosa didapatkan dalam sayuran

dan buah-buahan, beberapa diantaranya seperti tebu dan bit gula mengandung sukrosa

dalam jumlah yang relatif besar. Dari tebu dan bit gula itulah gula diekstraksi secara

komersial (Gaman, 1992).

Ujung dari suatu gula pereduksi adalah ujung yang mengandung

gugus aldehida atau keto bebas . Semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa)

dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai

gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan

aktifitas enzim, dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula

pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur

dengan menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada

panjang gelombang 540 nm. Semakin tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin

banyak pula gula pereduksi yang terkandung.

V. ALAT DAN BAHAN:

ALAT DAN BAHAN :

1. Alat :

Tabung reaksi dan rak

Pipet tetes

Gelas ukur

Bekker glass

Kompor listrik

Kaki tiga dan kasa

2. Bahan:

Larutan 2% glukosa

Sukrosa 2%

Amilum 0,4 mg/L

Laktosa 2%

Reagen-reagen :

Molish

Benedict

Fehling A dan B

Barfoed

Seliwanof

Tollens

Amoniak encer

Asam sulfat pekat

NaOH 3M

HCl 6M

VI. ALUR KERJA :

1. Tes Mollish

2. Tes Seliwanoff

2-3 tetes cuplikan sukrosa

2-3 tetes cuplikan glukosa

2-3 tetes cuplikan amilum

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambah 5 tetes pereaksi Mollish

Ditambah 7-8 tetes H2SO4 di dasar tabung hingga membentuk lapisan yang terpisah

Cincin warna merah

Didinginkan selama 2 menit

Diencerkan dengan 5 mL air

Larutan ungu

5 tetes reagen Seliwanoff

Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambahkan 2-5 tetes cuplikan amilum,

laktosa, glukosaDikocokDipanaskanDihitung waktu yang diperlukan untuk

terjadi perubahan warnaJika perubahan warna memerlukan waktu

diatas 10 menit, tes negatif

Perubahan warna

3. Tes Barfoed

4. Tes Tollens

2-5 tetes amilum

2-5 tetes laktosa

2-5 tetes glukosa

Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambah 5 mL pereaksi BarfoedDipanaskan dalam penangas airJika terjadi endapan merah bata selama 2

menit monosakaridaJika terjadi endapan merah bata selama

10 menit disakarida

Endapan merah bata

2-5 tetes cuplikan (sukrosa, amilum, laktosa, glukosa)

Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambah 5 tetes reagen tollensdipanaskan

Cermin perak

5. Tes Fehling

6. Tes Benedict

7. Hidrolisis Sukrosa

2-5 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa, glukosa)

Dimasukkan dalam tabung reaksi Ditambah 2-3 mL larutan FehlingDikocokDipanaskan di penangas air 3-4

menit

Endapan merah bata (gula pereduksi)

2-5 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa, glukosa)

Dimasukkan dalam tabung reaksiDitambah 2-5 tetes larutan benedictDikocokDipanaskan di penangas air 2 menit

Endapan merah bata (gula pereduksi)

0,5mL Sukrosa

Dilarutkan dalam 6mL air air

Larutan Sukrosa

1mL larutan Sukrosa

Dimasukkan dalam tabung 2

Ditambah 1mL air

Dipanaskan di atas penangas air

Didinginkan pada suhu kamar

Ditambah 1,5mL NaOH

Dibagi menjadi dua2A 2B

Ditambah 5mL benedict

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamati

Ditambah 2mL seliwanoff

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamatiHasil pengamatan Hasil pengamatan

1mL larutan Sukrosa

Dimasukkan dalam tabung 1

Ditambah 1mL HCl 3M

Dipanaskan di atas penangas air

Didinginkan pada suhu kamar

Ditambah 1,5mL NaOH

Dibagi menjadi dua

Tabung 1A Tabung 1B

Ditambah 5mL benedict

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamati

Ditambah 2mL seliwanoff

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamati

Hasil pengamatan Hasil pengamatan

8. Hidrolisis Pati

1mL larutan Sukrosa

Dimasukkan dalam tabung 3

Ditambah 1mL air

Dibiarkan pada suhu kamar

Ditambah 1,5mL air

Dibagi menjadi dua

Tabung 3A Tabung 3B

Ditambah 5mL benedict

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamati

Ditambah 2mL seliwanoff

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamatiHasil pengamatan Hasil pengamatan

2mL larutan pati

Dimasukkan dalam tabung 1

Ditambah 2 mL HCl 3 M

Dipanaskan duatas penangas air

Dibiarkan pada suhu kamar

Ditambah 3mL NaOHDitambah 5mL benedict

diamati

Hasil pengamatan Hasil pengamatan

Dilakukan tes iodin

diamati

2mL larutan pati

Dimasukkan dalam tabung 2

Ditambah 2mL H2O

Dipanaskan pada penangas air

didinginkan

Ditambah 3mL H2O

Ditambah 5mL benedict

diamati

Hasil pengamatan Hasil pengamatan

Dilakukan tes iodin

diamati

2mL larutan pati

Dimasukkan dalam tabung 3

Ditambah 2 mL air

Dibiarkan pada suhu kamar

Ditambah 3mL air

Ditambah 5mL benedict

diamati

Hasil pengamatan Hasil pengamatan

Dilakukan tes iodin

diamati

VII. DATA HASIL PENGAMATAN :

No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan

1 Tes Mollish

Tes dinyatakan positif merupakan karbohidrat

Pereaksi Mollish = berwarna cokelat

Sukrosa Sukrosa = larutan tidak berwarna

Sukrosa + Pereaksi Mollish = berwarna cokelat (+)

H2SO4 = larutan tidak berwarna

Sukrosa + pereaksi Mollish + H2SO4 = lapisan atas cokelat keruh dan lapisan bawah ungu kecokelatan

Diencerkan dengan 5 ml air sedikit memudar (ungu muda) terdapat endapan hitam dibawahnya

Glukosa Glukosa = larutan tidak berwarna

Glukosa + Pereaksi Mollish = berwarna cokelat

Glukosa + pereaksi Mollish + H2SO4 = lapisan atas cokelat keruh dan lapisan bawah ungu kecokelatan

Pereaksi molish : dibuat dari α-naftol untuk mengidentifikasi karbohidrat secara umum

Fungsi H2SO4untuk menghidrolisis polisakarida dan menghasilkan fulfural ketika bereaksi dengan monosakarida

Glukosa

C6H12O6H2O

3H2O +HO

CH2

C

H

O

selanjutnya reaksi berlanjut dengan alpha naf tol sebagai berikut:

HO

CH2

C

H

O

+

OH

HO

C

HC

H

O

HO2S

OH

SO2H

O

senyawa kompleks berwarna ungu

Sukrosa, glukosa, dan amilum merupakan karbohidrat karena menunjukkan hasil positif dengan uji molish yang ditunjukkan cengan adannya perubahan warna yakni ungu

Endapan hitam yang terbentuk dari yang terhitam hingga hitam tercerah glukosa > amilum >sukrosa

Hidroksil furfural

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambah 5 tetes pereaksi Mollish

Ditambah 7-8 tetes H2SO4 di dasar tabung

2-3 tetes cuplikan sukrosa

2-3 tetes cuplikan glukosa

2-3 tetes cuplikan amilum

Cincin warna merah

Didinginkan selama 2 menit

Diencerkan dengan 5 mL air

Larutan ungu

2. Tes Seliwanoff Reagen Seliwanof = tidak berwarna

Amilum = tidak berwarna +seliwanoff = tidak berwarna Dipanaskan = tidak berwarna

(selama 4 menit 5 detik)

Laktosa = tidak berwarna

+seliwanoff = tidak berwarna Dipanaskan = tidak berwarna

(selama 4 menit 5 detik)

Glukosa = tidak berwarna

+seliwanoff = tidak berwarna Dipanaskan = tidak berwarna

(selama 4 menit 5 detik)

Uji seliwanoff terdiri dari resorsinol dalam HCl 6M digunakan untuk menguji adanya gula ketosa.

HCl berfungsi untuk mengubah hektosa menjadi hidroksi-metil furfural.

C6H12O6 + HClHO

CH2

C

H

O

Selanjutnya bereaksi dengan resorsinol yang menghasilkan warna merah.

HO

CH2

C

H

O

+

OH

O

HO

HOO

CH2OH

Pada amilum, glukosa, dan laktosa tidak terdapat gula ketosa sehingga memberikan hasil negatif terhsdap uji seliwanof .

5 tetes reagen Seliwanoff

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 2-5 tetes cuplikan amilum, laktosa, glukosa

DikocokDipanaskanDihitung waktu yang diperlukan

untuk terjadi perubahan warnaJika perubahan warna

memerlukan waktu diatas 10 menit, tes negatif

Perubahan warna

3. Tes Barfoed Reagen barfoed = biru (+) Amilum (polisakarida)

+ pereaksi barfoed = biru (+)

-dipanaskan = biru Glukosa (monosakarida)+pereaksi barfoed = biru (+)-dipanaskan = terbentuk

endapan merah bata (+) waktu 4 menit 26 detik

Laktosa (disakarida) +pereaksi barfoed : biru (+)-dipanaskan terbentuk

endapan merah bata Waktu : 11 menit 40 detik Reagen barfoed adalah

pereaksi yang mengandung ion Cu2+

yaitu Cu(CH3COO)2

Tes barfoed digunakan untuk menguji monosakarida

Reaksi barfoed digunakan untuk menguji monosakarida

O

OH

OH

OH

CH2OH

OHH2O

C

OH

OH

OH

CH2OH

O

H

Cu(CH3COO)2

CH3COOH

COO-

OH

OH

OH

OH

CH2OH

+ Cu2O

endapanmerah bata

Pada glukosa merupakan monosakarida karena memberikan hasil positif terhadap uji barfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata (+) dalam waktu 4menit 26detik

Laktosa merupakan disakarida katena memberikan hasil positif terhadap ujibarfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata dalam waktu 11 menit 59 detik

Amilum merupakan polisakarida karena memberikan hasil negatif terhadap uji barfoed karena tidak terdapat endapan merah bat

2-5 tetes amilum

2-5 tetes laktosa

2-5 tetes glukosa

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambah 5 mL pereaksi Barfoed

Dipanaskan dalam penangas air

Jika terjadi endapan merah bata selama 2 menit monosakarida

Jika terjadi endapan merah bata selama 10 menit disakarida

Endapan merah bata

4. Tes Tollens Reagen tollens = bening (tidak berwarna)merupakan [Ag(NH3)2}OH digunakan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi adanyapada karbohidrat (gugus aldehid)

Glukosa +reagen tollens = hitam (++)-dipanaskan = terdapat cermin perak (++)

Laktosa +reagen tollens = hitam (++)-dipanaskan terdapat cermin perak (+)

Sukrosa +reagen tollens = hitam kecoklatan -dipanaskan terdapat cermin perak

Amilum +reagen tollens = kekuningan -dipanaskan terdapat cermin perak

Uji tollens digunakan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi pada karbihidrat.

C

OH

CH2OH

OH

OH

O

H2OO

C

OH

CH2OH

OH

OH

O

HAg(NH3)2

OH

CO2-

OH

CH2OH

OH

OH

+ Ag (S)

glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi karena memberikan hasil positif pada uji tollens dengan cincin perak.

Sukrosa dan amilum bukan merupakan gula pereduksi karena memberi hasil negatif pada uji tollens dengan tida terbentuknya cermin perak .

5. Tes Fehling Reagen Fehling A = biru muda

Reagen Fehling B = tidak berwarna

-reagen fehling mengandung Cu2+(tattarat) + 5OH- digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid sebagai gula

Glukosa dan laktosa meeupakan gula pereduksi mengandung gugus

2-5 tetes cuplikan (sukrosa, amilum, laktosa, glukosa)

Dimasukkan ke dalam tabung reaksiDitambah 5 tetes reagen tollensdipanaskan

Cermin perak

2-5 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa, glukosa)

Dimasukkan dalam

tabung reaksi Ditambah 2-3 mL larutan

FehlingDikocokDipanaskan di penangas air

3-4 menit

Glukosa +reagen fehling= biru (+)-dipanaskan = jingga

kecoklatan terdapat endapan merah bata(+++)

Laktosa +reagen fehling = biru (+)-dipanaskan = berubah jingga

kecoklatan terdapat endapan merah bata(+++)

Sukrosa +reagen fehling = biru (+)-dipanaskan = larutan berwarna

biru (+) Amilum +reagen fehling = biru (+)-dipanaskan = larutan berwarna

biru (+)

pereduksi pada karbohdrat

O

CH2OH

OH

OH

C

OH

CH2OH

OH

OH

O

HOH

+ 2 Cu2+

C

OH

CH2OH

OH

OH

O

H

+ 2 CuO (S)

aldehid karena memberi hasil positif pada uji fehling dengan t terbentuknya endapan merah bata.

Sukrosa dan amilum bukan merupakan gula pereduksi karena memberi hasil negatif pada uji fehling.

6. Tes Benedict Reagen benedict biru Glukosa +reagen benedict = biru -dipanaskan = jingga terdapat

endapan merah bata(+)

Reagen benedict mengandung Cu2+(sitrat ). Digunakan untuk menguji adanya gula pereduksi pada karbohidrat

glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi karena memberi hasil positif pada uji beneditc

2-5 tetes cuplikan (amilum, laktosa, sukrosa, glukosa)

Ditambah 2-5 tetes larutan benedict

DikocokDipanaskan di penangas air 2

menit

Laktosa +reagen fehling = biru (+)-dipanaskan = jingga ,terdapat

endapan merah bata Sukrosa +reagen benedict = biru -dipanaskan = biru Amilum +reagen fehling = biru (+)-dipanaskan = larutan berwarna

biru

O

CH2OH

OH

OH

C

OH

CH2OH

OH

OH

O

HOH

+ 2 Cu2+

C

OH

CH2OH

OH

OH

O

H

+ 2 Cu2O (S)

dengan terdapapat endapan merah bata .

Sukrosa dan amilum bukan merupakan gula pereduksi karena menunjukkan hasil negatif

7. Hidrolisis Sukrosa Sukrosa larutan tidak

berwarna Sukrosa + H2O = tidak

berwarna

Tabung 1 Sukrosa + HCl = tidak

berwarna Setelah dipanaskan = tidak

uji benedict merupakan uji gula pereduksi (glukosa) akan memberikan hasil positif dengan didapatkan endapan merah bata

uji seliwanoff merupakan uji gugus keton pada gula (fruktosa ) maka akan didapat hasil yang positif engan terbentuknya warna kuning-merah

fungsi penambahan HCl = untuk menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

fungsi penambahan NaOH = untuk mempercepat laju muta rotasi

Tabung reaksi 1

terjadi hidrolisis

sempurna pada

sukrosa, dan

dihasilkan glukosa

dan fruktosa.

Terbukti dari hasil

positif pada uji

benedict dan

seliwanoff.

0,5mL Sukrosa

Dilarutkan dalam 6mL air

Larutan Sukrosa

1A

1mL larutan Sukrosa

Ditambah 2mL seliwanoff

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamati

Dimasukkan dalam tabung 1

Ditambah 1mL HCl 3M

Dipanaskan di atas penangas air

Didinginkan pada suhu kamar

Ditambah 1,5mL NaOH

Dibagi menjadi dua

1B

Ditambah 5mL benedict

Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

diamati

berwarnaDitambah NaOH =

tidakberwarnaTabung 1A

-Ditambah benedict = larutan biru jernih-Setelah dipanaskan = terbentuk endapan merah bata pada larutan biru

Tabung 1B Ditambah seliwanoff =tidak berwarna Setelah dipanaskan =

larutan kuning jernih

Tabung 2 Sukrosa + air = tidak

berwarna Setelah dipanaskan = tidak

berwarnaDitambah NaOH = larutan

tidak berwarnaTabung 2A Ditambah benedict =

larutan biru jernih Setelah dipanaskan =

larutan biru k(+) terdapat endapan

Tabung 2B Ditambah seliwanoff =

tidak berwarna Setelah dipanaskan =

Sukrosa Glukosa +

Fruktosa

Tabung reaksi 2

mengalami

hidrolisis sebagian.

Tabung reaksi 3 tidak mengalami hidrolisis.

H2OH+

1mL larutan Sukrosa

larutan kuning jernih (+)

Tabung 3 Sukrosa + air = tidak

berwarna Setelah dipanaskan = tidak

berwarnaDitambah air = larutan tidak

berwarnaTabung 3A Ditambah benedict =

larutan biru jernih Setelah dipanaskan =

larutan biru Tabung 3B Ditambah seliwanoff =

larutan tidak berwarna Setelah dipanaskan =

larutan tidak berwarna

- Dimasukkan dalam tabung 2

- Ditambah 1mL air- Dipanaskan di atas

penangas air- Didinginkan pada

suhu kamar- Ditambah 1,5mL

NaOH- Dibagi menjadi dua

2A

1mL larutan Sukrosa

Hasil pengamatan

- Ditambah 5mL benedict

- Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

- diamati

Hasil pengamatan

- Dimasukkan dalam tabung 3

- Ditambah 1mL air- Didiamkan pada suhu

kamar

2B

- Ditambah 2mL seliwanoff

- Dipanaskan di atas penangas selama 5 menit

- diamati

8. Hidrolisis Pati Pati = tidak berwarna Iodin (o,1 M) = kuning

kecoklatan Tabung 1

Larutan pati + air = larutan tidak berwarnaDiuji dengan iodin =Diuji dengan benedith = biru (+)

Tabung 2 Larutan pati + air = larutan tidak berwarnaDiuji dengan iodin = biru kehitamanDiuji dengan benedith = biru (+)

Tabung 3Larutan pati + air = larutan

tidak berwarnaDiuji dengan iodin = biru kehitaman (+)Diuji dengan benedith = biru (+)

pati = polimer D-glukosa warna biru khas pati yang

dihasilkan dengan iodium,beikatan dengan fraksi lurus pada rantai pati

Amilum Maltosa

D-Glukosa

Pada tabung 1 amilum terhidrolisis sempurna

Pada tabung 2 amilum terhidrolisis sebagian

Pada tabung 3 amilum tidak terhidrolisis

H2

H+

H2

H+

2mL larutan pati

Dimasukkan dalam tabung 1

Ditambah 2 mL HCl 3 M

Dipanaskan diatas penangas air

Dibiarkan pada suhu kamar

Ditambah 3mL NaOH

Ditambah 5mL benedict

diamatiHasil

pengamatan

Hasil pengamata

n

Dilakukan tes iodin

diamati

2mL larutan pati

Dimasukkan dalam tabung 2

Ditambah 2 mL air

Dipanaskan diatas penangas air

Dibiarkan pada suhu kamar

Ditambah 3mL air

Ditambah 5mL benedict

diamatiHasil

pengamatanHasil

pengamatan

Dilakukan tes iodin

diamati

- Dimasukkan dalam tabung 3

- Ditambah 1mL air- Didiamkan pada suhu

kamar

2mL larutan pati

Dimasukkan dalam tabung 2

Ditambah 2 mL air

Dipanaskan diatas penangas air

Dibiarkan pada suhu kamar

Ditambah 3mL airDitambah 5mL benedict

diamati

Hasil pengamata

n

Hasil pengamata

n

Dilakukan tes iodin

diamati

VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASANPercobaan mengenai pengenalan jenis-jenis karbohidrat yang secara umum

memiliki tujuan antara lain : (1) Menjelaskan prinsip-prinsip dasar reaksi pengenalan

karbohidrat, (2) Melakukan pengujian adanya monosakarida dan disakarida, (3) Melakukan

pengujian adanya gula pereduksi, (4) Melakukan hidrolisis polisakarida dan disakaridadan (5)

Menguji hasil hidrolisis disakarida dan polisakarida. Pada percobaan ini terdapat 8 kali

percobaan yakni Uji Molish, Uji Seliwanof, Uji Barfoed, Uji Tollens, Uji Fehling, Uji

Benedict, Uji Benedict, Hidrolisis Sukrosa dan terakhir Hidrolisis pati, yang masing-masing

akan diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Uji Molish

Uji molish bertujuan untuk menguji adanya karbohidrat. Sampel yang digunakan

pada percobaan ini adalah sukrosa 2%, glukosa 2% dan amilum 2%. Adapun pereaksi

yang dijadikan sampel uji adalah pereaksi molish yang berisi α-naftol yang nantinya

akan bereaksi dengan fulfural atau hidroksi metil fulfural dalam identifikasi karbohidrat.

Reaksi yang terjadi yaitu :

Ketiga sampel tersebut ditetesi dengan reagen molish yang kemudian masing-

masing sampel ditambahkan dengan 7 tetes H2SO4 pekat. Penambahan Pereaksi molish

dibuat dari α-naftol untuk mengindentifikasi karbohidrat secara umum.. dan Penambahan

H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis ikatan glikosidik karbohidrat menjadi

monosakarida yang selanjutnya menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya.

Pada pengujian sampel pertama yaitu sukrosa yang berupa larutan tidak

berwarna. Ketika sukrosa ditambahkan dengan pereaksi molish yang berupa larutan

berwarna coklat terbentuk endapan atau gumpalan hitam yang mengapung diatas larutan.

Setelah ditambahkan dengan 7 tetes larutan H2SO4 pekat terbentuk dua lapisan, lapisan

atas cokelat keruh dan bagian bawah ungu kecokelatan dan ketika larutan diencerkan

dengan 5 mL aquades larutan yang awalnya ungu kecokelatan sedikit memudar menjadi

berwarna ungu muda dengan sedikit endapan ungu kehitaman. Penambahan H2SO4 pekat

dan pengenceran menyebabkan sukrosa terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.

adanya warna ungu ini, menunjukkan bahwa sukrosa memberikan uji positif

terhadap pereaksi molish sehingga sukrosa merupakan karbohidrat dengan dua gugus

gula yang terdiri dari glukosa dan fruktosa dan biasanya dikenal dengan disakarida.

Adapun pengujian pada sampel kedua yaitu glukosa yang berupa larutan tidak

berwarna. Ketika ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molish menghasilkan endapan

atau gumpalan berwarna ungu kehitaman yang mengapung di dasar larutan dan ketika

ditambahkan dengan 7 tetes larutan H2SO4 terbentuk dua lapisan, lapisan atas cokelat

keruh dan bagian bawah ungu kecokelatan (+) dan ketika larutan diencerkan dengan 5

mL aquades larutan yang awalnya ungu kecokelatan sedikit memudar menjadi berwarna

ungu muda dengan sedikit endapan ungu. Warna ungu kehitaman menujukkan bahwa

glukosa merupakan karbohidrat. Uji ini menunjukkan hasil positif bahwa glukosa

merupakan jenis karbohidrat dengan satu gugus gula atau yang disebut dengan

monosakarida

Sedangkan pengujian pada sampel ketiga yaitu amilum yang berupa larutan tidak

berwarna ketika ditambahkan dengan 5 tetes pereaksi molish menghasilkan endapan atau

gumpalan berwarna ungu kehitaman yang mengapung di dasar larutan dan ketika

ditambahkan dengan 7 tetes larutan H2SO4 pekat terbentuk dua lapisan, lapisan atas

cokelat keruh dan bagian bawah ungu kecokelatan dan ketika larutan diencerkan dengan

5 mL aquades larutan yang awalnya ungu kecokelatan sedikit memudar menjadi

berwarna ungu muda dengan sedikit endapan ungu kehitaman. Warna ungu kehitaman

menujukkan bahwa amilum merupakan karbohidrat. Adanya penambahan H2SO4 pekat

dan pengenceran menyebabkan amilum terhidrolisis menjadi glukosa.

Hasil uji ini menunjukkan bahwa amilum merupaka karbohidrat dengan banyak gugus

gula sehingga disebut dengan polisakarida.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sukrosa, glukosa dan amilum memberikan uji

positif terhadap pereaksi molish yang menunjukkan bahwa ketiga sampel larutan tersebut

termasuk jenis karbohidrat yang ditandai dengan adanya warna ungu.

2. Uji Seliwanof

Uji Seliwanof bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus keton pada

sakarida, Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah amilum 2%, laktosa 2% dan

glukosa 2%. Adapun pereaksi yang dijadikan sampel uji adalah pereaksi seliwanof yang

mengandung resorsinol dalam HCl 6M. Fungsi HCl adalah untuk mengubah hekso asam

menjadi hidoksi metil fulfural, seperti ditunjukkan pada reaksi kondensasi furfural

berikut :

pada reaksi kondensasi furfulal dengan resorsinol ini akan menghasilkan warna kuning

yang menunjukkan adanya gugus keton (gula ketosa).

Pada uji ini, dari ketiga sampel yang digunakan yakni amilum, laktosa dan

glukosa yang ketiganya berupa larutan tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan 5

tetes pereaksi seliwanof larutan tidak berwarna menghasilkan larutan yang tidak

berwarna dan setelah dipanaskan selama lebih dari 4 menit larutan tetap tidak berwarna.

Hal ini menunjukkan bahwa amilum, laktosa dan glukosa tidak terjadi reaksi kondensasi

dengan resorsinol yang dikarenakan ketiga sampel tersebut tidak mengandung gugus

keton (gula ketosa), sehingga tidak mengalami perubahan warna. Oleh karena itu, larutan

sampel amilum, laktosa dan glukosa menunjukkan uji negatif terhadap pereaksi

seliwanof.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa amilum, laktosa dan glukosa bukan

merupakan gula ketosa sehingga memberikan uji negatif terhadap pereaksi Seliwanoff.

3. Uji Barfoed

Uji Barfoed bertujuan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida,

Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah amilum 2%, laktosa 2% dan glukosa

2%. Adapun pereaksi yang dijadikan sampel uji adalah pereaksi barfoed yang

mengandung ion Cu2+ yaitu Cu(CH3COO)2, dimana ion Cu2+ direduksi oleh gugus

aldehid pada karbohidrat menjadi Cu+ dalam bentuk endapan merah bata Cu2O. Reaksi

yang terjadi yaitu :

Pada pengujian sampel pertama yaitu amilum yang berupa larutan tidak berwarna. Ketika

sampel amilum ditambahkan dengan pereaksi barfoed yang berupa larutan berwarna biru

(+) menghasilkan larutan berwarna biru (+) dan ketika dipanaskan pada tidak

membentuk endapan merah bata Cu2O. Hal ini menunjukkan bahwa amilum bukan

merupakan monosakarida maupun disakarida melainkan polisakarida.

Adapun pada pengujian sampel kedua yaitu glukosa yang berupa larutan tidak

berwarna. Ketika sampel glukosa ditambahkan dengan pereaksi barfoed menghasilkan

larutan berwarna biru (+) dan ketika dipanaskan selama 4 menit 26 detik terbentuk

endapan merah bata (+) Cu2O pada dasar tabung . Hal ini menunjukkan bahwa glukosa

merupakan monosakarida. Larutan Barfoed hanya dapat direduksi oleh

monosakarida.Pereduksi ini disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid, yang

mempunyai sifat mereduksi.Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan ion kupri

dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk endapan Cu2O

yang berwarna merah bata.

Sedangkan pada pengujian sampel ketiga yaitu laktosa yang berupa larutan tidak

berwarna. Ketika sampel laktosa ditambahkan dengan pereaksi barfoed menghasilkan

larutan berwarna biru (+) dan ketika dipanaskan selama lebih dari 11 menit 40 detik

terbentuk endapan merah bata Cu2O. Hal ini menunjukkan bahwa laktosa merupakan

disakarida.

4. Uji Tollens

Uji tollens bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehid pada

karbohidrat. Langkah awal yang dilakukan pada uji ini adalah dengan membuat reagen

tollens dengan mencampurkan 1mL AgNO3 yang berupa larutan tidak berwarna dengan

1mL NaOH (5%) yang berupa larutan tidak berwarna sampai menghasilkan endapan

abu-abu kecoklatan. Lalu menambahkan NH4OH hingga endapan tepat larut. NH4OH

disini berfungsi untuk melarutkan endapan Ag2O. Dengan reaksi sebagai berikut :

2AgNO3 + 2NaOH Ag2O + 2NaNO3 + H2O

Abu-abu

Ag2O + 4NH4OH 2Ag[(NH3)2]OH + 3H2O

Reagen tollens

Kemudian menyiapkan sampel yang digunakan yakni sukrosa 2%, amilum 2%, laktosa

2% dan glukosa 2%.

Pada pengujian sampel pertama yaitu sukrosa yang berupa larutan tidak

berwarna. Ketika sampel sukrosa ditambahkan dengan reagen tollens dan dipanaskan

tidak membentuk endapan cermin perak dan larutan berwarna hiam kecokelatan. Hal ini,

sukrosa tidak dapat mereduksi reagen tollens karena sukrosa tidak memiliki gugus

aldehid dengan karbon anomer.

Pada pengujian sampel kedua yaitu amilum yang berupa larutan tidak berwarna,

ketika ditambahkan dengan reagen tollens dan dipanaskan tidak membentuk endapan

cermin perak dan larutan berwarna kekuningan. Hal ini dikarenakan, amilum tidak

mengandung gugus pereduksi (aldehid) dan tidak memiki hemiasetal pada salah satu

ujung dari molekulnya, tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak

mengarah ke reaksi yang diamati. Akibatnya, amilum tidak dapat mereduksi pereaksi

tollens untuk membentuk cermin perak dan pula amilum dikatakan bukan gula pereduksi.

Pada pengujian sampel selanjutnya yaitu laktosa dan glukosa yang berupa larutan

tidak berwarna, ketika ditambahkan dengan reagen tollens dan dipanaskan membentuk

endapan cermin perak begitu juga dengan sampel glukosa membentuk cermin perak

ketika ditambahkan denga reagen tollens dan dipanaskan. Hal ini dikarenakan laktosa

dan glukosa memiliki atom C yang merupakan bagian dari gugus hemiasetal. Akibatnya,

laktosa dan glukosa berada dalam kesetimbangan pada larutan dengan aldehid rantai

terbuka, sehingga laktosa dan glukosa dapat mereduksi pereaksi tollens membentuk

cermin perak.

Gugus aldehid pada karbohidrat dioksidasi menjadi anion karboksilat, sedangkan

ion Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Reaksinya yaitu:

Sehingga dapat disimpulkan bahwa laktosa tidak dapat mereduksi reagen tollens

karena, sukrosa bukan merupakan gula pereduksi dan sukrosa tidak memiliki gugus

aldehid dengan karbon anomer. Begitu juga dengan amilum yang bukan merupakan

mengandung gugus pereduksi (aldehid) dan juga tidak memiki hemiasetal pada salah

satu ujung dari molekulnya, tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan

tidak mengarah ke reaksi yang diamati, sehingga amilum tidak dapat mereduksi reagen

tollens dan tidak dapat membentuk endapan cermin perak. Sedangkan,

laktosa dan glukosa dapat mereduksi reagen tollens sehingga dapat membentuk

cermin perak. Hal ini dikarenakan laktosa dan glukosa memiliki atom C yang merupakan

bagian dari gugus hemiasetal.

5. Uji Fehling

Uji fehling bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gugus aldehide sebagai gula

pereduksi pada karbohidrat. Langkah awal yang dilakukan pada uji ini adalah dengan

membuat pereaksi fehling dengan mencampurkan 1mL lrutan fehilng A yang berupa

larutan CuSO4 berwarna biru dengan 1mL larutan fehling B yang merupakan campuran

Ag(NH3)2+

+ Ag↓H2O

dari larutan NaOH dengan kalium natrium tartrat yang tidak berwarna, sehingga

menghasilkan larutan fehling yang berwarna biru tua. Dalam Reagen Fehling, ion Cu2+

terdapat sebagai ion kompleks. Reagen Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.

Reaksi yang terjadi pada uji Fehling adalah reaksi oksidasi gugus aldehid pada

karbohidrat dan reduksi pada ion Cu2+ menjadi ion Cu+ yang berbentuk endapan merah

bata Cu2O.

Kemudian menyiapkan sampel yang digunakan yakni 2% amilum, 2% laktosa, 2%

sukrosa dan 2% glukosa.

Pada pengujian sampel pertama yaitu sampel amilum yang berupa larutan tidak

berwarna, ketika ditambahkan dengan pereaksi fehling berwarna biru (+) dan

dipanaskan menghasilkan larutan berwarna biru (++) dan tidak terbentuk endapan

merah bata, yang mana proses pemanasan tersebut bertujuan untuk mempercepat reaksi

reduksi glukosa, sukrosa, laktosa dan amilum dengan reagen fehling. Hal ini

dikarenakan, sampel amilum bukan merupakan gula pereduksi yang tidak memiliki

gugus aldehid dan keton bebas, sehinggaamilum tidak dapat mereduksi ion Cu2+ pada

reagen Fehling menjadi ion Cu+, maka pada sampel amilum ini tidak terbentuk endapan

merah bata dan larutan tetap berwarna biru.

Pada pengujian sampel glukosa dan laktosa yang masing-masing sampel berupa

larutan yang tidak berwana, ketika ditambahkan pereaksi fehling dan dipanaskan, kedua

sampel menghasilkan endapan merah bata dimana pada glukosa adalah endapan merah

bata (++++) sedangkan pada laktosa adalah endapan merah bata (+++). Endapan merah

bata ini terbentuk karena ion Cu2+ pada reagen Fehling direduksi oleh gugus aldehid pada

glukosa dan laktosa sehingga membentuk endapan Cu2O.

glukosa mempunyai gugus karbon anomerik yang merupakan bagian dari suatu

gugus hemiasetal. Laktosa dan glukosa berada dalam kesetimbangan dengan bentuk

aldehid rantai terbuka, sehingga dapat mereduksilarutan Fehling menjadi merah bata.

Laktosa juga mengandung gugus gula pereduksi, dikarenakan apabila laktosa dihidrolisis

akan menjadi galaktosa dan glukosa. Adanya glukosa dan galaktosa inilah yang

mengandung gugus aldehid sehingga mampu mereduksi fehling, sehingga terbentuk

endapan. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa mengandung gula pereduksi yaitu gugus

aldehid.

Pada pengujian sampel pertama yaitu sampel sukrosa yang berupa larutan tidak

berwarna, ketika ditambahkan dengan pereaksi fehling berwarna biru (+) dan

dipanaskan menghasilkan larutan berwarna biru (+++) dan tidak terbentuk endapan

merah bat,. Hal ini dikarenakan, sampel sukrosa bukan merupakan gula pereduksi yang

tidak memiliki gugus aldehid dan keton bebas, sehinggaamilum tidak dapat mereduksi

ion Cu2+ pada reagen Fehling menjadi ion Cu+, maka pada sampel amilum ini tidak

terbentuk endapan merah bata dan larutan tetap berwarna biru.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Glukosa dan laktosa merupakan jenis

karbohidrat yang mengandung gula pereduksi (mengandung gugus aldehid), Karena

memberikan hasil positif pada uji Fehling. Sedangkan Amilum dan sukrosa bukan

merupakan gula pereduksi. Karena memberikan hasil negatif pada uji Fehling.

6. Uji Benedict

Uji benedict bertujuan untuk menguji adanya gula pereduksi. Sampel yang digunakan pada uji ini adalah amilum 2%, laktosa 2%, sukrosa 2% dan glukosa 2%. Adapun pereaksi yang digunakan pada uji ini adalah pereaksi benedict yang mengandung CuSO4 dan berfungsi menyediakan Cu2+, Na-sitrat yang berfungsi mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3, dan Na2CO3berfungsi sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi bentuk enol yang reaktif.Berikut merupakan reaksi ion Cu2+ dengan gugus aldehid yang menghasilkan endapan merah bata.

Pada pengujian sampel pertama yakni amilum yang berupa larutan tak berwarna,

ketika ditambahkan dengan reagen Benedict menghasilkan larutan yang berwarna biru

muda. Dan ketika dipanaskan, pada sampel ini tidak terbentuk endapan merah bata

melainkan larutan tetap berwarna biru. Hal ini dikarenakan amilum memiliki bentuk

hemiasetal dengan karbon anomerik pada salah satu ujung dari tiap molekulnya, akan

tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak mengarah pada reaksi

yang diamati. Akibatnya amilum (polisakarida) tidak dapat mereduksi larutan Benedict

dan tergolong bukan gula pereduksi.

Adapun pada pengujian sampel glukosa dan laktosa yang berupa larutan tak

berwarna, ketika ditambahkan dengan pereaksi benedict menghasilkan larutan berwarna

biru dan setelah dipanaskan, kedua sampel tersebut membentuk endapan merah bata,

dimana pada glukosa adalah endapan merah bata (+) sedangkan pada laktosa adalah

endapan merah bata. Endapan merah bata tersebut terbentuk disebabkan glukosa dan

laktosa mampu mereduksi reagen benedict yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi

ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O).

Glukosa dan laktosa mampu mereduksi reagen benedict dikarenakan mempunyai gugus

karbon anomerik yang merupakan bagian dari suatu gugus hemiasetal. Laktosa dan

glukosa berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehid rantai terbuka, sehingga

dapat mereduksi reagen benedict menjadi merah bata.

Reaksi:Glukosa + reagen Benedict——→ enol reaktif

↓mereduksi

Cu2+ ——→ Cu+

Cu+ + OH → CuOH (kuning) Cu2O (merah)

Sedangkan pada pengujian sampel sukrosa yang berupa larutan tak berwarna,

ketika ditambahkan dengan reagen Benedict menghasilkan larutan yang berwarna biru

muda. Dan ketika dipanaskan, pada sampel ini tidak terbentuk endapan merah bata

melainkan larutan tetap berwarna biru. Hal ini dikarenakan sukrosa memiliki bentuk

hemiasetal dengan karbon anomerik pada salah satu ujung dari tiap molekulnya, akan

tetapi ujung ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan dan tidak mengarah pada reaksi

yang diamati. Akibatnya sukrosa tidak dapat mereduksi larutan Benedict dan tergolong

bukan gula pereduksi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Glukosa dan laktosa merupakan jenis

karbohidrat yang mengandung gula pereduksi karena memberi hasil positif pada uji

Benedict yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Sedangkan Amilum

Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena memberikan hasil negatif pada uji

Benedict.

7. Hidrolisis Sukrosa

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa. Langkah percobaan yang dilakukan yaitu dengan mengambil 0,5 ml sukrosa yang berupa larutan tidak berwarna dilarutkan dalam 6 ml air sehingga menghasilkan larutan jernih tidak berwarna. Selanjutnya larutan tersebut dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi, yaitu tabung I tabung II, dan tabung III. Lalu hasil larutan dari ketiga tabung tersebut, masing-masing dibagi dalam 2 tabung yaitu tabung A dan tabung B. Pada tabung A diuji dengan Bennedict sedangkan pada tabung B diuji dengan seliwanoff. Uji Benedict berfungsi untuk mengetahui salah satu sifat glukosa yaitu sebagai gula pereduksi. Sedangkan Uji Seliwanoff berfungsi untuk mengetahui fruktosa yang mempunyai gugus fungsi keton, pereaksi ini khas untuk menunjukkan adanya ketosa.

Hidrolisis sukrosa pada tabung I dilakukan dengan penambahan larutan HCl 3M yang menghasilkan larutan jernih tidak berwarna, kemudian dipanaskan dan ketika ditambahkan dengan larutan NaOH tidak mengalami perubahan. Penambahan HCl bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan penambahan NaOH bertujuan untuk mempercepat laju mutarotasi. Adapun pada tabung II hidrolisis sukrosa dilakukan hanya dengan penambahan air dan pemanasan yang menghasilkan larutan jernih tidak berwarna. Sementara pada tabung III hidrolisis

sukrosa hanya dilakukan dengan penambahan air yang menghasilkan larutan jernih tidak berwarna.

Hasil dari hidrolisis ketiga tabung tersebut, kemudian diuji dengan pereaksi benedict dan pereaksi seliwanof. Pada pengujian dengan benedict, tabung IA, dan IIA menghasilkan larutan berwarna biru jernih dan terbentuk endapan merah bata ketika dipanaskan. Hal ini menunjukkan bahwa, sukrosa pada tabunng I, dan II ini terhidrolisis dengan bantuan HCl membentuk glukosa dan fruktosa, sehingga apabila di reaksikan dengan reagen benedict akan menghasilkan endapan merah bata.untuk tabung I terhidrolisis sempurna dan tabung II terhidrolisis sebagian. Pada tabung III tidak terbentuk endapan merah bata ketika dipanaskan. Hal ini menunjukkan bahwa, sukrosa pada tabunng III ini tidak terhidrolisis dengan bantuan HCl membentuk glukosa dan fruktosa. Sehingga apabila di reaksikan dengan reagen benedict akan menghasilkan endapan merah bata. Dengan reaksi:

Endapan ini dapat terbentuk karena adanya glukosa inilah yang mengandung

gugus aldehid sehingga dapat mereduksi reagen bennedict membentuk endapan Cu2O

yang berwarna merah bata.

Pada uji seliwanof pada tabung IB dan IIB setelah proses pemanasan larutan

berwarna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa terjadi reaksi kondensasi dengan

resorsinol yang dikarenakan sampel tersebut mengandung gugus keton (gula ketosa),

sehingga mengalami perubahan warna menjadi warna kuning. Oleh karena itu, larutan

sampel sukrosa pada tabung IB dan IIB menunjukkan uji positif terhadap pereaksi

seliwanof. Sedangkan pada tabung IIIB setelah proses pemanasan larutan tidak berubah

warna yaitu tetap tidak berwarna menunjukkan bahwa sukrosa tidak terjadi reaksi

kondensasi dengan resorsinol yang dikarenakan sampel tersebut tidak mengandung

gugus keton (gula ketosa). Jika ketiga tabung dibandingkan, maka tabung I akan

menunjukkan warna kuning yang jelas dari pada tabung II dan III. Hal ini karena sukrosa

pada tabung I terhidrolisis sempurna, sukrosa pada tabung II terhidrolisis sebagian dan

sukrosa pada tabung III tidak terhirdolisis.

8. Hidrolisis Pati

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hasil hidrolisis pati. Pati merupakan polimer dari glukosa sehingga jika pati dihidrolisis sempurna akan menghasilkan glukosa. Hidrolisis parsial pada pati akan menghasilkan maltosa. Persamaan reaksinya:

Untuk mengamati berlangsungnya reaksi hidrolisis dapat dilakukan dengan tes iodine.

Campuran pati dan iodine memberikan warna biru tua. Hal ini dikarenakan terbentuknya

kompleks iodine-pati. Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak

diketahui, namun ada pemikiran bahwa molekul-molekul iodine tertahan dipermukaan β-

amilosa.

Langkah percobaan yang dilakukan yaitu 2 ml larutan pati sebanyak 3 kali

kemudian dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda Pada Tabung I, 2mL

larutan pati ditambah 2mL larutan HCl 3M larutan tidak berwarna dan dipanaskan dalam

penangas menghasilkan larutan yang tidak berwarna. Selanjutnya didinginkan pada suhu

kamar. Setelah dingin, ditambah 3ml larutan NaOH 3M dan larutan tidak mengalami

perubahan. Penambahan HCl bertujuan untuk menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa

dan fruktosa. Sedangkan penambahan NaOH bertujuan untuk mempercepat laju

mutarotasi. Proses ini merupakan proses hidrolisis pati, dimana pati akan terhidrolisis

menjadi glukosa. Kemudian hasil hidrolisis ini dilakukan uji iodin dan benedict. Pada uji

iodin, menghasilkan larutan yang kuning kecokelatan sedangkan pada uji benedict

menghasilkan larutan yang berwarna biru (++) terdapat endapan. Hal ini menunjukkan

bahwa tabung I pati terhidrolisis sempurna sehingga menghasilkan banyak glukosa yang

dapat diidentifikasi dari warna larutan setelah penambahan reagen Benedict.

Pada Tabung II, 2ml larutan pati ditambah 2ml air, kemudian dipanaskan dalam

penangas, setelah didinginkan pada suhu kamar dan ditambahkan 3ml air menghasilkan

larutan yang tidak berwarna.Selanjutnya hasil hidrolisis ini dilakukan uji iodin dan uji

benedict. Pada uji iodin, menghasilkan larutan yang berwarna biru kehitaman sedangkan

pada uji benedict menghasilkan larutan yang berwarna biru (+) terdapat endapan. Hal ini

menunjukkan bahwa tabung II pati terhidrolisis.

Pada Tabung III, 2ml larutan pati ditambah 2ml air dan didiamkan pada suhu

kamar, kemudian ditambah 3ml air menghasilkan larutan yang tidak berwarna.

Selanjutnya hidrolisis ini dilakukan uji iodin dan benedict. Pada uji iodin menghasilkan

larutan yang berwarna biru kehitaman (+), sedangkan pada uji benedict menghasilkan

larutan yang berwarna biru.warna biru tersebut terjadi karena telah terbentuk kompleks

iodin-pati. Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna ini tidak diketahui, namun

molekul-molekul iodin akan tertahan di permukaan ß-amilosa. Pada percobaan ini pati

tidak terhidrolisis sehingga pada saat penambahan benedict tidak terbentuk endapan

merah bata.

IX. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :

1. Uji Molish

Larutan sampel sukrosa, glukosa dan amilum memberikan uji positif terhadap

pereaksi molish yang menunjukkan bahwa ketiga sampel larutan tersebut termasuk

jenis karbohidrat yang ditandai dengan adanya warna ungu.

2. Uji Seliwanof

Larutan sampel amilum, laktosa dan glukosa memberikan uji negatif terhadap

pereaksi seliwanof yang ditandai dengan tidak adanya perubahan warna larutan dan

ketiga sampel tersebut bukan merupakan gula ketosa.

3. Uji Barfoed

Glukosa merupakan jenis monosakarida, karena glukosa memberikan tes positif

terhadap uji Barfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata dalam

waktu pemanasan selama 4 menit 26 detik.

Laktosa merupakan disakarida, karena laktosa memberikan hasil positif terhadap

uji Barfoed yang ditandai dengan adanya endapan merah bata dalam waktu

pemanasan 11 menit 40 detik.

Amilum merupakan polisakarida, karena amilum memberikan hasil positif

terhadap uji Barfoed tidak terbentuk endapan merah bata .

4. Uji Tollens

Glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi ( mengandung gugus aldehid) yang

ditunjukkan dengan terbentuknya cermin perak (Ag) setelah direaksikan dengan

reagen tollens.

Amilum dan sukrosa bukan merupakan gula pereduksi., karena memberikan hasil

negatif pada uji Tollens.

5. Uji Fehling

Glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi (mengandung gugus aldehid)

yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata setelah ditetesi dengan

reagen fehling.

Sukrosa bukanlah gula pereduksi walaupun menunjukkan hasil positif terhadap

uji ini.

Amilum dan Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi. Karena memberikan

hasil negatif pada uji Fehling.

6. Uji Benedict

Glukosa dan laktosa merupakan karbohidrat yang mengandung gula pereduksi

yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata setelah ditetesi dengan

reagen benedict.

Amilum dan Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi karena memberikan

hasil negatif pada uji Benedict.

7. Hidrolisis Sukrosa

Hidrolisis sukrosa bernilai positif pada uji benedict pada tabung I A

menghasilkan larutan berwarna biru jernih (++) dan terbentuk endapan merah bata

dan pada uji seliwanof menhasilkan warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa

sukrosa terhirolisis sempurna menjadi glukosa.

Hidrolisis sukrosa bernilai positif pada uji benedict pada tabung II A

menghasilkan larutan berwarna biru jernih (+) dan terbentuk endapan merah bata

dan pada uji seliwanof menhasilkan warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa

sukrosa terhirolisis sebagian menjadi glukosa.

Hidrolisis sukrosa bernilai negatif pada uji benedict pada tabung III A

menghasilkan larutan berwarna biru jernih dan tidak terbentuk endapan merah

bata dan pada uji seliwanof menghasilkan larutan tidak berwarna. Hal ini

menunjukkan bahwa sukrosa tidak terhirolisis menjadi glukosa.

Hidrolisis sukrosa dapat terjadi secara sempurna maupun parsial. Hidrolisis

sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat diidentifikasi dengan

reagen Benedict dan Seliwanoff.

8. Hidrolisis Pati

Hidrolisis pati dapat terjadi secara sempurna maupun parsial. Hidrolisis pati

menghasilkan glukosa yang dapat diidentifikasi dengan reagen Benedict. Pada uji

iodin, tabung I dan tabung II menghasilkan larutan yang berwarna biru kehitaman

sedangkan pada uji benedict, tabung I menghasilkan larutan yang berwarna biru (++)

terdapat endapan dan tabung II menghasilkan larutan yang berwarna biru (+) terdapat

endapan. Hal ini menunjukkan bahwa tabung I pati terhidrolisis sempurna dan tabung

II terhidrolisis sebagian.

Pada uji iodin, tabung III menghasilkan larutan yang berwarna biru kehitaman

sedangkan pada uji benedict, tabung I menghasilkan larutan yang berwarna biru tidak

terdapat endapan. Hal ini menunjukkan bahwa tabung III pati tidak terhidrolisis.

X. DAFTAR PUSTAKA :

Agus. 2011. Reaksi-Reaksi Uji Karbohidrat.

agustonipujianto.files.wordpress.com/2011/.../ reaksi -uji- karbohidrat .doc.

Diakses 25 Oktober 2014

Anonim. 2013. Karbohidrat. http://id.wikipedia.org/wiki/Karbohidrat. Diakses 25

Oktober 2014

Desy, Lestari. http://organiksmakma3c09.blogspot.com/2013/03/uji-kualitatif-

karbohidrat-u-uji.html Diakses 25 Oktober 2014

Estien, Yazid.2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Fessenden, dkk.1982. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:Erlangga

Klooman, dan Klaus-Heinrich Rohm. 1995. Atlas berwarna & Teks Biokimia.

Hipokrates, Jakarta

Lehninger, Albert L,. 1995. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I .Jakarta:Erlangga

Tim. 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: UNESA FMIPA JURUSAN

KIMIA

JAWABAN PERTANYAAN

1. Tuliskan senyawa penyusun reagen-reagen yang di gunakan dalam uji pengenalan

karbohidrat!

Jawaban :

1. Reagen Molisch

Terdiri atas Alfa-naftol berfungsi sebagai indicator warna untuk memudahkan saja,

sedangkan H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa) hidroksimetil

fufural atau arabinosa (pentosa) furufural. Reaksi Molisch ini positif untuk semua

karbohidrat.

Rumus ᾳ-naftol

2. Reagen Selliwanof

Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus keton

pada suatu sakarida. Reagen selliwanof terdiri atas 0,5% resorsinol dan 5 N HCl .

Rumus Resorsinol

3. Reagen Barfoed

Terdiri atas senyawa tembaga asetat. Reagen Barfoed merupakan asam lemah dan

hanya direduksi oleh monosakarida.

4. Reagen Benedict

Terdiri atas :

a CuSO4 : menyediakan Cu2+

b Na-sitrat : mencegah terjadinya endapan Cu(OH)2 atau CuCO3

c Na2CO3 : sebagai alkali yang mengubah gugus karbonil bebas dari gula menjadi

bentuk enol yang reaktif.

5. Reagen Tollens

Terdiri atas 1 ml AgNO3 1% , 1 ml NaOH 2 M, dan NH4OH encer

6. Reagen Fehling

Terdiri atas fehling A dan Fehling B

2. Jelaskan prinsip-prinsip reaksi yang terjadi antara reagen dan karbohidrat yang di uji!

Jawaban :

1. Percobaan Molisch

Prinsip : kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau furfural (pentosa)

dengan alfa-naftol membentuk suatu cincin berwarna ungu.

2. Percobaan Seliwanof

Reaksi selliwanof adalah suatu reaksi untuk mengidentifikasi adanya gugus keton

pada suatu sakarida. Reaksi positif apabila terbentuk warna merah. HCl akan

mengubah heksosa menjadi hidroksi metal furfural yang kemudian akan bereaksi

dengan resorsinol membentuk kompleks yang berwarna merah.

3. Percobaan Barfoed

Adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida dengan mengontrol

kondisi pH serta waktu pemanasan. Prinsipnya berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+.

Pemanasan yang lama akan menghidrolisa disakarida menghasilkan reaksi positif.

4. Percobaan Benedict

Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya endapan merah bata, maka

cuplikan mengandung gula pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+

menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.

5. Percobaan Tollens

Prinsip reaksi ini didasarkan pada terbentuknya cermin perak (Ag) dan

mengoksidasi gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Akan tetapi, pada fruktosa

yang mengandung gugus ketosa dapat teroksidasi karena dalam larutan basa fruktosa

berada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diasteromik serta penggunaan

suatu zat antara tautomerik enadiol.

6. Percobaan Fehling

Prinsip reaksi ini didasarkan pada ion Cu2+ yang dapat mengoksidasi gugus

aldehid, tetapi tidak dapat mereduksi gugus keton.

3. Glukosa yang berada dalam bentuk asiklik hanya 0,2% selebihnya merupakan siklik.

Jelaskan mengapa terjadi reaksi oksidasi glukosa dengan pereaksi Tollens dan Fehling!

Jawaban :

Glukosa dapat teroksidasi dengan pereaksi Tollens yaitu membentuk cermin perak

dan dengan Fehling membentuk endapan merah bata karena glukosa terhidrolisis dengan

adanya pemanasan sahingga rantai siklik dari glukosa (struktur Haworth) yang tidak

mengandung gugus aldosa terurai (desiklikisasi) menjadi struktur Fischer (rantai terbuka)

yang mengandung gugus aldosa. Olehkarena itu, glukosa menghasilkan uji positif

terhadap reagen Tollens dan Fehling.

4. Jelaskan beberapa fakta berikut :

a Sukrosa bersifat bukan pereduksi dengan tes Benedict, sedangkan pada kondisi

tersebut laktosa menunjukkan sebagai gula pereduksi.

Jawaban :

Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict , maka sukrosa tidak

mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+ jika struktur Haworth terurai

(membentuk rantai terbuka), Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi

Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat

melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid

bebas dan alpha hidroksi keton. Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan

fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada

setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat

bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat

mereduksi pereaksi benedict. Sehingga sukrosa juga tidak bersifat pereduksi.

b Monosakarida bereaksi dengan pereaksi Barfoed lebih cepat dibandingkan dengan

disakarida pereduksi.

Jawaban :

Hal ini terjadi karena sukrosa (disakarida) mempunyai sifat yang lemah dalam

mereduksi ion-ion Cu2+ dalam larutan tembaga (II) asetat, sehingga dalam uji

barfoed sukrosa (disakarida) mengalami perubahan yang lambat dibandingkan

glukosa (monosakarida).

LAMPIRAN

1. Tes Molish

2. Tes Seliwanoff

3. Tes Barfoed

AmilumLaktosa Glukosa

4. Tes Tollens

5. Tes FehlingPembuatan Reagen Fehling

Pengujian dengan reagen Fehling

Laktosa Amilum GlukosaSukrosa

Laktosa Glukosa Amilum

Glukosa terbentuk endapan merah bata selama 2 menit

Laktosa terbentuk endapan merah bata selama 10 menit

Amilum tidak terbentuk endapan

6. Tes Benedict

7. Hidrolisis Sukrosa

Laktosa dan Glukosa mengandung gula pereduksi karena terdapat endapan merah bata pada larutan. Sedangkan sukrosa dan amilum tidak mengandung gula

pereduksi.

Laktosa dan Glukosa mengandung gula pereduksi karena terdapat endapan merah bata pada larutan. Sedangkan sukrosa dan amilum tidak mengandung gula pereduksi karena larutannya berwarna biru muda.

8. Hidrolisis Pati

Hidrolisis pati dengan uji iodin Hidrolisis pati dengan uji benedict

1A

1B

2A

2B

3A

3B


Top Related