Transcript

BAB IPRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

1.1. Pendahuluan1.1.1. Latar BelakangBagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya. Kita tahu bahwa batuan adalah gabungan dari dua atau lebih mineral. Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral dapat mempunyai bermacam-macam makna; sukar untuk mendefinisikan mineral dan oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase yang terdapat dalam alam. Demikian pula suatu mineral memiliki bentuk kristalnya masing-masing sesuai dengan proses terbentuknya dan komposisinya. Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan.Untuk mempelajari strukruktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu kristal dan mineral pembentuk batuan tersebut, oleh kerena beberapa hal penting di atas maka praktikum kristalografi dan mineralogi dilakukan unutuk mengenal lebih jauh atau memperdalam ilmu pengetahuan mengenai kristal, sistem kristal, penentuan kelas simetri, bidang simetri, dan mengenal sistem kristal dan perawakan kristal pada mineral. Praktikum kristalografi dan mineralogi juga di lakukan sebagai salah satu prasarat dalam mata kuliah kristalografi dan mineralogi. Semoga kita semua juga memperoleh nilai tambah dari penulisan laporan ini.

1.1.2. TujuanAdapun dan tujuan dari praktikum Kristalografi dan Mineralogi ini adalah untuk :Umum:Mengenal bentuk-bentuk Kristal dan mineral yang banyak corak dan jenisnya dan dapat menggolongkannya dalam kelompok-kelompok yang lazim disebut sebagai klasifikasi Kristal dan mineral.Khusus: 1. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal2. Menentukan klas simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kristal3. Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh semua bentuk kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal.4. Mengetahui sifat-sifat fisik mineral.5. Mengetahui kegunaan mineral.6. Mengetahui cara terbentuk mineral.

1.1.3. ManfaatLaporan praktikum kristalografi dan mineralogi ini sangat bermanfaat bagi setiap mahasiswa pertambangan dalam pengenalan kristal dan mineral sebagai dasar ilmu pembelajaran bagi mahasiswa juga bermanfaat bagi segenap komponen dalam jurusan teknik pertambangan dalam rangka peningkatan ke perpustakaan pada Jurusan Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang.

1.2. Ruang LingkupRuang lingkup dari kegiatan praktikum Kristalografi dam mineralogi adalah : 1. Pembahasan tentang definisi kristalografi dan mineralogi 2. Istilah terkait tentang kristalografi dan mineralogi3. Metode analisis4. Mineralogi fisik dan kimia5. Kristalisasi6. Sifat bentuk dan klasifikasi kristal7. Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar panjang, posisi dan jumlah sumbu kristal yang ada pada setiap bentuk kristal8. Genesa9. Determinasi 10. Sistematika pengelompokan dan terapan mineral dalam batuan

1.3. Alat dan Bahan Yang Digunakan1.3.1. AlatDalam praktikum kristalografi, peralatan yang digunakan adalah:1. Alat tulis2. jangka3. Busur derajat4. Penggaris segitiga (1 set)5. Pensil warna6. Spidol warna7. Lembar sementara (kertas HVS ukuran folio)1.3.2. Bahan Dalam praktikum mineralogi, peralatan dan bahan yang digunakan adalah:a. Alat yang digunakan:1. Skala kekerasan Mohs2. Keping porselin3. Loupe4. Timbangan analitik5. Piknometer6. Keping magnet7. HClb. Bahan yang digunakan: 1. Tabel sifat fisik mineral2. Pensil warna3. Contoh mineral4. Lembar deskripsi

BAB IIKRISTALOGRAFI

2.1. Dasar Teori2.1.1. KristalKristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Kristal memiliki ciri ciri permukaan terdiri dari bidang-bidang datar ataupun polieder (bidang banyak) yang teratur Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal.

0. Struktur KristalStruktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi. Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan.Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafit.Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas.Kristal Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air mengandung pengertian yaitu tidak termasuk didalamnya zat cair dan gas, selain itu kriostal tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-proses fisika. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan bentuk luar, disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara suatu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian. Sifat geometri kristal memberikan pengertian tentang letak, panjang dan jumlah sumbu klristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang membatasinya. Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap sdedangakn sifat fisik kristal sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-bidang kristal, sehingga akan dikenal dua zat yaitu kristalin dan non kristalin.

Gambar 2.1 Struktur Kristal

Gambar 2.1 struktur kristal

2.1.2. Sumbu dan Sudut Kristalografi 2.1.2.1. Sumbu KristalografiSumbu Kristalografi adalah Sumbu kristalografi yaitu garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal. Kristal mempunyai bentuk tiga dismensi, yaitu panjang, lebar dan tebal atau tinggi, namun dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga digunakan proyeksi orthogonal.

Kristal dalam penggambarannya menggunakan 3 sumbu, yaitu sumbu a, b, dan c. Sumbu a = sumbu yang tegak lurus terhadap bidang kertas Sumbu b = sumbu horizontal pada bidang kertas Sumbu c = sumbu vertikal pada bidang kertasa+b+a-C+

b-

L : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu cL Y : sudut yang dibentuk antara sumbu b dan sumbu c L : sudut yang dibentuk antara sumbu c dan sumbu a Gambar 2.2 Kristal dalam penggambaran

2.1.2.2. Sudut Kristalografi Sudut kristalografi: sudut yang dibentuk oleh perpotongan sumbu-sumbu kristalografi pada pusat kristal

Gambar 2.3 Tujuh sistem kristalDefinisi dari kristal adalah bahan yang terdiri dari unit terstruktur yang identik, tersusun dari satu atau lebih atom yang teratur dan berulang secara periodik dalam tiga dimensi. Keteraturan ini berlanjut sampai ratusan molekul. Bangunan terkecil dari kristal disebut basis kemudian susunan yang periodik disebut dengan latis.

holhko

hkl

(001)

okl

(010)

(100)

Gambar 2.4 Tujuh prinsip letak bidang kristal terhadap susunan salib sumbu kristalalografi

2.1.3. Sumbu Simetri KristalografiSumbu Simetri adalah garis lurus yang di buat melalui pusat kristal, yang dimana apabila kristal tersebut di putar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros perputaran, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukan kenampakan semula.Ada 4 Jenis sumbu simetri yaitu 1. Sumbu Simetri Gyre : Sumbu Gyre berlakuk bila kenampakan (Konfigurasi) satu sama yang lain pada kedua belah pihak/ pada kedua ujung sumbu yang sama. Sumbu tersebut di notasikan dengan huruf L (linear) atau g (Gyre). Penulisan Nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi. Contoh : L4 =L4 = g4 = g4 bila terdapat dua kali kenampakan yang sama dinamakan digyre, bila tiga trigyrre (4), empat tetragyre (3), heksagyre (9) dan seterusnya. 2. Sumbu Simetri Gyre Polair : Sumbu Gyre berlakuk bila kenampakan (Konfigurasi) satu sama yang lain pada kedua belah pihak/ pada kedua ujung sumbu yang tidak sama. Jika Salah satu sisinya berupa sudut atau corner, maka pada sisi lainnya berupa bidang atau plane. Sumbu tersebut di notasikan dengan huruf L ( linear) atau g (Gyre). Penulisan Nilai pada kanan atas atau kanan bawah notasi. Contoh : L2 = g23. Sumbu cermin putar atau (Giroide) : Sumbu cermin Putar di notasikan dengan huruf S . sumbu cermin Putar didapatkan dari kombinasi dari suatu perputaran dimana sumbu tersebut sebagai poros putarnya. Dengan Pencerminan ke arah suatu bidang cermin putar yang tegak lurus dengan sumbu tersebut. Contoh : a. Digytoide ( S2 )b. Trigyroide ( S3 )c. Tetragyroide ( S4 )d. hexagroide ( S6 )

4. Sumbu Simetri atau inversi Putar : sumbu ini merupakan hasil Perputaran dengan sumbu tersebut sebagai poros putarnya, dilanjutkan dengan menginversikan (membalik) melalui titik / pusat simetri pada sumbu tersebut (sentrum inversi). Cara penulisannya: sering pula ditulis dengan huruf L, kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai sumbu dan sebelah kanan bawah ditulis i.Contoh : L4i, L6i 2.1.4. Bidang SimetriBidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:1. Bidang simetri aksial. Dikatakan Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri vertikal , yang melalui sumbu vertikal (biasanya dinotasikan dengan v), dan bidang simetri horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c (dinotasikan dengan h).2. Bidang simetri menengah adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering pula dikatakan sebagai bidang simetri diagonal dan biasa di notasikan (d).

2.1.5. Pusat SimetriSuatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut. Atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal dari bidang pasangannya.

2.1.6. KristalografiKristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari system-system kristal. Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atomyang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat didefnisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.

2.1.7. Proyeksi Penggambaran 2.1.7.1. Proyeksi OrthogonalProyeksi orthogonal adalah salah satu metode proyeksi yang digunakan untuk mempermudah penggambaran. Proyeksi orthogonal ini dapat diaplikasikan hampir pada semua penggambaran yang berdasarkan hukum-hukum geometri. Contohnya pada bidang penggambaran teknik, arsitektur, dan juga kristalografi. Pada proyeksi orthogonal, cara penggambaran adalah dengan menggambarkan atau membuat persilangan sumbu. Yaitu dengan menggambar sumbu a, b, c dan seterusnya dengan menggunakan susut-sudut persilangan dan perpotongan tertentu. Dan pada akhirnya akan membentuk tiga dimensi dari garis-garis sumbu tersebut dan membentuk bidang-bidang Kristal.

2.1.7.2. Proyeksi StereografisProyeksi Stereografis Merupakan proyeksi yang didasarkan pada perpotongan bidang dengan suatu permukaan bola. Yang di pakai sebagai gambaran posisi struktur di bawah permukaan adalah belahan bola bagian bawah. 2.1.8. Penentuan Simbol2.1.8.1. Simbol Weiss dan MillerIndeks Miller dan Weiss adalah salah satu indeks yang sangat penting, karena indeks ini digunakan pada semua ilmu matematika dan stuktur kristalografi. Indeks Miller dan Weiss pada kristalografi menunjukkan adanya perpotongan sumbu-sumbu utama oleh bidang-bidang atau sisi-sisi sebuah Kristal. Nilai-nilai pada indeks ini dapat ditentukan dengan menentukan salah satu bidang atau sisi Kristal dan memperhatikan apakah sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu utama (a, b dan c ) pada Kristal tersebut.Selanjutnya setelah mendapatkan nilai perpotongan tersebut, langkah yang harus dilakukan selanjutnya dalah menentukan nilai dari indeks Miller dan Weiss itu sendiri. Penilaian dilakukan dengan mengamati beberapa nilai dari perpotongan sumbu yang dilalui oleh sisi atau bidang tersebut. Tergantung dari titik dimana sisi atau bidang tersebut memotong sumbu-sumbu Kristal.Pada dasarnya, indeks Miller dan Weiss tidak jauh berbeda. Karena apa yang dijelaskan dan cara penjelasannya sama, yaitu tentang perpotongan sisi atau bidang dengan sumbu simeti Kristal. Yang berbeda hanyalah penentuan nilai indeks. Bila pada Miller nilai perpotongan yang telah didapat sebelumnya dijadikan penyebut, dengan nilai pembilang sama dengan satu. Untuk indeks Weiss, memungkinkan untuk mendapatkan nilai indeks tidak terbatas, yaitu jika sisi atau bidang tidak memotong sumbu (nilai perpotongan sumbu sama dengan nol ). Dalam praktikum laboratorium kristalografi dan mineralogi jurusan Teknik Pertambangan Undana, disepakati bahwa nilai tidak terbatas ( ) tersebut diganrikan dengan atau disamakan dengantidak mempunyai nilai ( 0 ).

Simbol Weiss =

Simbol Miller = Simbol Weiss digunakan dalam penggambaran Kristal ke dalam bentuk proyeksi orthogonal dan proyeksi stereografis. Simbol Miller digunakan sebagai simbol dan simbol bentuk suatu Kristal. 2.2. Cara Penggambaran

2.2.1.Sistim Kristal Isometrik Sistem kristal isometrik atau kubik Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu sama panjangnya. Terdiri dari 3 buah sumbu kristal: a,b, dan c; Sumbu a = b = c; sudut ===90. Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga Sumbu a. Penggambarannya: L a+ / b- = 30o ; Perbandingan a : b : c = 1 : 3 : 3

C+a+b+30o

Gambar 2.5 sistem Isometrik

Langkah Pengambarannya:1. Dibuat sumbu Kristalografi a : b : c sesuai dengan ukuran perbandingan 1 : 3 : 3 dan besar sudut 3002. Diberi tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1 : 3 : 3 pada sumbu kristalografi3. Ditarik garis sejajar pada 2 titik di sumbu b dan sumbu c dengan ukuran yang sama dengan ukuran a yang telah di beri tanda4. Dibuat garis sejajar dengan panjang sumbu b pada 2 tanda atau titik pada sumbu a dan di sumbu c5. tarik garis sejajar terhadap dengan panjang sumbu c pada 2 titik yaitu sumbu b dan sumbu a6. pada setiap garis perpotongan ( contohya pada garis sejajar b dengan garis sejajar a ) ditarik garis yang sejajar dengan garis c7. pada perpotongan garis yang telah di buat dan hubungkan

Langkah ILangkah 2

Gambar 2.6 cara menggambar sistem reguler

2.2.2. Sistem Tetragonal (quadratic)Sistem Tetragonal mempunyai kesamaan dengan sistem isometrik, sistem ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai Sistem Tetragonal mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang yang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Kelas simetri yang dibangun oleh elemen-elemen dalam kelas holohedral terdiri dari 3 buah sumbu: a, b, dan c; Sumbu c sumbu a = b;=== c =90 ; Karena Sumbu a = Sumbu b disebut juga Sb a. Sumbu c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sumbu a atau Sumbu b. Bila Sumbu c lebih panjang dari Sumbu a dan Sumbu b disebut bentuk Columnar. Bila Sumbu c lebih pendek dari Sb a dan Sb b disebut sbentuk Stout. Penggambarannya: L a+ / b- = 30o ; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6

C+a+b+30o

``Gambar 2.7 sistem tetragonalLangkah Penggambarannya :1. membuat perbandingan sumbu a:b:c = 1: 3 : 62. membuat garis a- / b+ = 3003. memberikan keterangan pada garis garisnya sepert tanda a+, a-, b+, b-,c+,c-4. membuat proyeksi gaeris yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-5. menujubagian ke tiga dari sumbu b+6. menuju bagian ketiga dari sumbu b-7. membuat proyeksi bidang dari horizontal seperti langkah ke dua tadi8. memproyeksi bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+9. memproyeksi bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-10. melengkapi garis garis seperti contoh gambar di bawah

Gambar 2.8 Contoh mineral yang berbentuk Tetragonal

2.2.3. Sistem HeksagonalSumbu-sumbu kristalografi dalam sistem ini memiliki 3 sumbu horisontal yang di beri nama a1, a2, a3. sudut yang di bentuk dari positif sampai kepositif adalah 1200 dan memiliki sudut yang sama besar. Sumbu vertikal di sebut sumbu c dan tegak lurus terhadap sumbu-sumbu horisontal. sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1=2 = 3 = 120o . Sb a, b dan d sama panjang, disebut juga Sb a. Sb a, b dan d terletak dalam bidang horisontal dan membentuk L 60 Sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a. Penggambarannya: L a+ / b- = 17o ; L a+ / d- = 39o. Perbandingan sumbunya adalah b : d : c = 3 : 1 : 6. Posisi dan satuan panjang Sb a dibuat dengan memperhatikan Sb b dan Sb d.

C+a+b+d+17o39o

Gambar 2.9 sistem heksagonal

Langkah Penggambarannya :1. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 ; 3 : 62. Membuat garis denngan sudut a- / b+ = 170 dan b- / d+ = 3903. Memberikan keterangan pada garis garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-,c+,c-,d+,d-4. Membuat proyeksi garis yang sejajar dengan sumbu b sehingga memotong sumbu a5. Di buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke titik atau garis yang memotong sumbu b pada langkah ke 26. Buat garis garis tersebut sehingga membentuk suatu bidang segi enam7. Hubungkan setiap titik pada garis tersebut sehingga membentuk bidang alas dan atap berbentuk segi enam pada bangun tersebut.

Langkah 2Langkah I

Gambar 2.10 cara menggambar sistem heksagonal

Gambar 2.11 Contoh mineral yang berbentuk heksagonal2.2.4. Sistem Trigonal (rhombohedral)Cara penggambaran Antara system heksagonal memilki persamaan. Perbedaannya bila pada trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang berbentuk segi enam kemudiandibuat segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.Trigonal Terdiri dari 4 buah sumbu: a, b, c, dan d; Sumbu a = b = d c; sudut 1= 2 = 3 = 90o; sudut 1 = 2 = 3 = 120o; Penggambarannya: ketentuan dan cara melukis sama dengan heksagonal, perbedaannya pada sistem heksagonal sumbu c bernilai 6, sedangkan pada sistem trigonal sumbu c bernilai 3. Penarikan Sb a sama dengan sistem Hexagonal.

C+a+b+d+17o39o

Gambar 2.12 sistem trigonal

Langkah Penggambarannya:1. Membuat perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 ; 1 : 62. Membuat garis a- / b+ = 1703. Membuat garis d- / b+ = 3904. Memberikan keterangan pada garis garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-, c+, c-, d+, d-5. Membuat proyeksi garis yang sejajar dengan sumbu b sehungga memotong sumbu a6. Di buat garis yang sejajar dengan sumbu a pada 3 bagian sumbu b -7. Di buat garis yang sejajar dengan sumbu b - pada 1 bagian sumbu d -8. Di buat garis yang sejajar dengan sumbu d pada 3 bagian sumbu b sehingga menampakan bentuk segitiga9. Menarik garis sejajar dengan sumbu c di titik titik perpotongan sepanjang 6 bagian Tarik garis di setiap ujung ujung garris pada penegerjaan langkah sebelumnya Tarik garis dari setiap sudut segitiga di bagian tengah dengan 6 bagian dari sumbu c+ dan c-.

Langkah IILangkah I

Langkah III

Gambar 2.13 cara menggambar sistem trigonal

Gambar 2.14 Contoh mineral yang berbentuk Trigonal

2.2.5. Sistem Orthorhombic (prismatic, rhombic, trimetric)Sistem othorombic ini disebut juga orthorombis (Gambar 2.14) dan mempunyai 3 sumbu kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lain. Ketiga sumbu kristal tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Sumbu a b c; Sudut = = = 90; Penggambarannya: panjang sumbu a, b, dan c tidak sama panjang, tetapi bila dijumpai bentuk kristal yang demikian selalu sumbu c yang terpanjang, sumbu a adalah yang terpendek, dan sumbu b panjangnya adalah medium. Sb a disebut Sb Brachy; Sb b disebut Sb Macro; Sb c disebut Sb Basal. Penggambarannya: L a+ / b- = 30o; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6.

C+a+b+30o

Gambar 2.15 sistem Orthorombic

Langkah Penggambaran:1. Dibuat sumbu Kristalografi a : b : c sesuai dengan ukuran perbandingan 1 : 4 : 6 2. membuat garis a- / b+ = 3003. memberikan keterangan pada garis garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-, c+, c-,4. Diberi tanda atau titik pada ukuran perbandingan 1 : 3 : 3pada sumbu kristalografi5. membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-6. menuju bagian ke empat dari a+, a-, 7. menuju bagian ke enam dari sumbu c-8. menuju bagian ke enam dari sumbu c+9. tarik garis sejajar dengan sumbu b+, b- pada pencerminan 1 bagian a+, a-10. dihubungkan ujung ujung pada garis yang memotong sumbu a+, a-, b+, b-, c+, c-

Langkah IILangkah I

Gambar 2.16 cara menggambar sistem orthorombic2.2.6. Sistem Monoklin (obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic, monoclinohedral)Sumbu a b c; Sudut = = 90o; 90; Sb a disebut Sb Clino; Sb b disebut Sumbu Ortho; Sumbu c disebut Sumbu Basal. Penggambarannya: L a+ / b- = 45o; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6. Sb c adalah sumbu terpanjang; Sumbu a adalah sumbu terpendek.

Gambar 2.17 sistem MonoklinLangkah Penggambarannya:1. Dibuat sumbu Kristalografi a : b : c sesuai dengan ukuran perbandingan 1 : 4 : 6 2. membuat garis a- / b+ = 4503. memberikan keterangan pada garis garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-, c+, c-,4. hubungkan titik titik pada bagian a-, b -a+ dan b+ menjadi sebuah bidang5. tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+, c-,6. membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-

Langkah ILangkah 2

Gambar 2.18 cara menggambar sistem monoklin

Gambar 2.19 Contoh mineral yang berbentuk Monoklin

2.2.7. Sistem Triklin (anorthic, asymmetric, clinorhombohedral)Sumbu a b c; Sudut 90;Sumbu a,b,c saling berpotongan dan membuat sudut miring tidak sama besar ; Sb a disebut Sb Brachy;Sb b disebut Sb Macro;Sb c disebut Sb Basal;Penggambarannya: L a+ / c- = 45o; L b+ / c- = 80o.Perbandingan sumbu: a : b : c = 1 : 4 : 6.

C+a+b+45o80o

Gambar 2.20 sistem triklin

Langkah Penggambarannya:1. membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 ; 4 : 62. membuat garis a+ / b- = 4503. membuat garis c- / b+ = 8004. memberikan keterangan pada garis garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-, c+, c-5. hubungkan titik titik pada bagian a-, b -a+ dan b+ menjadi sebuah bidang6. tarik garis dari pojok bidang tersebut menuju titik pada 6 bagian c+, c-,

Langkah IILangkah I

Gambar 2.21 cara menggambar sistem Triklin

Gambar 2.22 Rodokrosit salah satu contoh mineral berbentuk Triklin

2.3. Deskripsi Sistem Kristal2.3.1. Penentuan Kelas Simetri Penentuan kelas simetri berdasarkan kandungan unsur-unsur simetri yang dimiliki oleh setiap bentuk kristal. Ada beberapa cara untuk menentukan klas simetri suatu bentuk kristal, diantaranya yang umum di gunakan, yaitu simbolisasi Schoenflies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).2.3.1.1. Menurut Herman Mauguin1. Sistem Regulera. Bagian I : menerangkan nilai sumbu a (Sb a, b, c), mungkin bernulai 4 atau 2 dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut.Bagian ini dinotasikan dengan : atau tidak adamenunjukan nilai sumbu dan hutuf m menunjukan adanya bidang simetri yang tegak lurus sumbu a tersebut. b. Bagian II : menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai tiga saja.Maka bagian II selalu di tulis: 3 atau c. Bagian III : menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal) bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tidak lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.Bagian ini di notasikan: , atau tidak ada. 2. Sistem Tetragonal a. Bagian I : menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.Bagian ini di notasikan: , , 4. b. Bagian II: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus yterhadap sumbu lateral tersebut.Bagian ini di notasikan: atau tidak ada. c. Bagian III: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet tersebut.Bagian ini di notasikan: 2, 2, m atau tidak ada.

3. Sistem Hexagonal dan Trigonal a. Bagian I: menerangkan nilai sumbu c (mungkin 6, 6, 3, 3) dan ada tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c tersebut. Bagian ini di notasikan : , 6, 6, 3, 3b. Bagian II: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang simetri vertikal yang tegak lurus.Bagian ini di notasikan: , 2, m atau tidak ada. c. Bagian III: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet tersebut.Bagian ini di notasikan: 2, m atau tidak ada. 4. Sistem Orthorhombica. Bagian I: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak lurus terhadap sumbu a tersebutDinotasikan: , 2, m.b. Bagian II: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut.Bagian ini di notasikan: , 2, m. c. Bagian III: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.Di notasikan:, 2

5. Sistem MonoklinSistem monoklin ini hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.

6. Sistem Trinklin Sistem triklin ini hanya ada 2 kelas simetri, yaitu:a. Mempunyai titik simetri class pinacoidal b. Tidak mempunyai unsur simetri class assymetric 1

2.3.1.2. Menurut Schoenflish1. Reguler atau Isometrika. Bagian I : menerangkan nilai sumbu c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu; sumbu c bernilai 4 atau bernilai 2.Kalau sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder), Kalau sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder),b. Bagian II : menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila Kristal tersebut mempunyai :Bidang simetri horisontal (h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hBidang simetri diagonal (d) Kalau mempunyai:Bidang simetri horisontal (h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hKalau mempunyai : Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan vBidang simetri vertikal (v) Kalau mempunyai : Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

2. Sistem Tetragonal, Hexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Trinklin

a. Bagian I : Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet, ada 2 kemungkinan: Kalau sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D (diedrish).Kalau sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan c (cyklich).b. Bagian II : Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c di tuliskan di sebelah kanan agak bawah dari notasi d atau c.Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya. c. Bagian III : Menerangkan kandungan bidang simetrinya.

Bidang simetri horisontal (h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hBidang simetri diagonal (d) Kalau mempunyai:Bidang simetri horisontal (h)Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan hKalau mempunyai : Bidang simetri diagonal (d) Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan vKalau mempunyai : Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

Penentuan Klas Simetri Berdasarkam Schoenflish :1. Klas Ditetragonal pyramidal C4v2. Klas Ditetragonal bipyramidal D4h3. Klas Tetragonal scalenohedral D2d4. Klas Tetragonal trapezohedral D5. Klas Tetragonal bipyramidalC4h6. Klas Tetragonal pyramidal C47. Klas Tetragonal bispenoidal S48. Klas Dihexagonal pyramidal C69. Klas Dihexagonal bipyramidal D6h10. Klas Hexagonal trapezohedral D611. Klas Hexagonal bipyramidal C6h12. Klas Hexagonal pyramidal C613. Klas Trigonal bipyramidal C3h14. Klas Trigonal trapezohedral D315. Klas Trigonal rhombohedral C3i16. Klas Trigonal pyramidal C317. Klas Ditrigonal scalenohedral D3d18. Klas Ditrigonal bipyramidal D3h19. Klas Ditrigonal pyramidal C3v20. Klas Orthorombic pyramidal C2v21. Klas Orthorombic bisphenoidal D222. Klas Orthorombic bipyramidal D2h23. Klas Prismatik C2h24. Klas Spenoidal C225. Klas Domatic C1h26. Klas Pinacoidal Ci27. Klas AsymetricC128. Klas Hexoctahedral Oh29. Klas Pentagonal icositetrahedral O30. Klas Hextetrahedral Td31. Klas DykisdodecahedralTh32. Klas Tetrahedral pentagonal dodecahedralT

2.3.2. Klasifikasi Kristal Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 klas kristal. Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schonies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).Macam-Macam Sistem Kristal dan Kelasnya 1. Sistem isometrik (Cubic = Tesseral = Tessuler) a. Tritetrahedralb. Didodecahedralc. Hexatetrahedrald. Trioctahedrale. Hexoctahedral2. Sistem Tetragonal (Quadratic)a. Tetragonal pyramidal b. Tetragonal trapezohedralc. Tetragonal bipyramidald. Ditetragonal pyramidale. Ditetragonal bipyramidalf. Tetragonal tetrahedralg. Tetragonal Scalenohedral3. Sistem Hexagonala. Trigonal bipyramidalb. Ditrigonal bipyramidalc. Hexagonal pyramidald. Hexagonal trapezohedrale. Hexagonal bipyramidalf. Dihexagonal pyramidalg. Dihexagonal bipyramidal4. Sistem Trigonal (Rhombohedral)a. Trigonal pyramidalb. Trigonal trapezohedralc. Ditrigonal pyramidald. Rhombohedrale. Ditrigonal scalenohedral5. Sistem Orthorombic (Rhombic = Prismatic = Trimetric)a. Rhombic tetraheralb. Rhombic pyramidalc. Rhombic bipyramidal6. Sistem Monoklin (Oblique = Monosymetric = Clinorhombic = Hemiprismatik)a. Sphenoidalb. Domaticc. Prismatic7. Sistem Triklin (Anorthic = Asymetric = Clinorhombohedral)a. Pedialb. Pinacoidal.

2.3.3. Aplikasi Kristal di Bidang GeologiPada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting. Berikut beberapa hal ini yang menjadi alasan pentingnya mempelajari kristalografi.1. Hampir semua mineral dialam berbentuk kristalin. Kristalin disini artinya mineral itu mempunyai susunan atom yang padat dan teratur. Hal ini telah dibuktikan dengan Scanning Electron Microscope dan secara mineralogi2. Sifat-sifat optis mineral ditentukan oleh sistem kristal3. Sifat-sifat difraksi mineral tergantung pada struktur kristal dan jarak antara kisi-kisi kristal. Hal ini dibuktikan oleh Difraksi Sinar X (X-Ray Diffraction).Batuan sendiri terbentuk dari kumpulan mineral-mineral yang terdiri dari kristal-kristal, dan terbentuk oleh proses alam. Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang paling dicari oleh manusia. Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri. Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.

Berikut Adalah Deskripsi Dari Beberapa Kristal Dari Praktikum Kristalografi Pada Laboratorium Krismin

BAB III MINERALOGI

3.1. Dasar Teori

3.1.1.Pengertian MineralogiMineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur Kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral.Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun kompleks dengan maksud mendeterminasikan sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya, dan kegunaannya.

3.1.1.1. Defenisi mineral menurut beberapa ahli:1. L. G. Berry dan B. Mason, 1959Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.2. D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam anorganik.3. A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.4. Kraus, dkk., 1959Mineral adalah zat atau bahan homogen yang mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.

3.1.1.2. Sifat-sifat suatu mineral sangat tergantung pada:1. Susunan atau struktur kristal yang dimiliki2. Komposisi kimia dari material yang menyusunnyaSetiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga mempunyai bentuk tertentu yang disebut bentuk mineral. Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang jelas. Dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-batas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain.

3.1.1.3. Batasan - batasan Defenisi Mineral:1. Suatu bahan alam. Artinya terbentuk secara alamiah, bukan dibuat oleh manusia.2. Mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tetap. Dimana sifat fisik ini mencakup: warna, kekerasan, belahan, perawakan, pecahan, dan lain sebagainya. Sedangkan sifat kimia mencakup: nyata api terhadap api oksidasi atau api reduksi, dan lain sebagainya.3. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap. Beberapa contoh unsur tunggal antara lain: diamond(c), native silver(Ag), dan lain-lain. Sedangkan unsur senyawa diantaranya berupa: Barit (BaSO4), magnetit (Fe3O4), zircon (ZrSiO4), dan lain-lain.4. Umumnya bersifat anorganik, dimana mineral bukan hasil dari suatu kehidupan.5. Homogen, artinya mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana.6. Berupa padat, cair, dan gas.

3.2. Cara Pemberian Nama Mineral

3.2.1. Sifat-Sifat Fisik Yang DiselidikiPenentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat fisik suatu mineral ini sangat diperlukan di dalam mendeterminasi atau mengenal mineral secara megaskopis atau tanpa menggunakan mikroskop. Dengan cara ini seseorang dapat mendeterminasi mineral lebih cepat dan biasanya langsung di lapangan tempat di man sampel tersebut ditemukan. Sifat-sifat mineral tersebut meliputi

3.2.1.3. Warna (Color)Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorbsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:1. Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit,pirit, dan lain sebagainya.

Gambar 3.1 Warna idiokromatik pada Galena.

2. Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain sebagainya.Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang disebut dengan nama chomophores. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna antara lain:a. Komposisi mineralb. Struktur kristal dan ikatan ionc. Pengotor dari mineral

Gambar 3.2 Warna allokromatik pada kuarsa3.2.1.4. Perawakan Kristal (Crystal Habit)Perawakan kristal merupakan bentuk khas mineral yang ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut.Perawakan mineral dapat dibagi menjadi 3 golongan (Richard Peart, 1975), yaitu:a. Elongated habits (meniang/berserabut); yang terbagi atas:1. Meniang (Columnar): yaitu bentuk Kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.

Gambar 3.3 Contoh mineral : (a) Pirolusit, (b) Tourmalin.

2. Menyerat (Fibrous) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai serat-serat kecil. (a) (b)Gambar 3.4 Contoh mineral : (a)Asbestos, (b)Silimanite.

3. Menjarum (Acicular) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.

Gambar3.5 Contoh mineral : Natrolite

4. Menjaring (Reticulate) yaitu bentuk Kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring.

Gambar 3.6 Contoh mineral : Rutile5. Membenang (filliform) yaitu bentuk Kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.

Gambar 3.7 Contoh mineral : Perak

6. Merambut (Cappilery) 7. Mondok (Stout, Stubby, Equant)8. Membintang (Stellated)9. Menjari (Radiated)

b. Flattened habits (lembaran tipis); yang terbagi atas:1. Membilah (bladed) yaitu bentuk Kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.

Gambar 3.8 Contoh mineral : Kyanite

2. Memapan (Tabular) yaitu bentuk Kristal yang pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tidak terlalu jauh.

Gambar 3.9 Contoh mineral : Barit

3. Membata (Blocky) yaitu bentuk Kristal tebal menyerupai bentuk bata, dimana perbandingan antara lebar dengan tebal hampir sama.

Gambar 3.10 Contoh mineral : Microcline

7. Mendaun (Foliated) yaitu bentuk Kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas atau dipisahkan.

Gambar 3.11 Contoh mineral : Mica8. Memencar (divergent) yaitu bentuk Kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.

Gambar 3.12 Contoh mineral : Gipsum

9. Membulu (plumose) yaitu bentuk Kristal yang tersusun membentuk bulu.

Gambar 3.13 Contoh mineral : Gipsum

10. Melapis (Lamellar)

c. Rounded habits (membutir); yang terbagi atas:1. Mendada (Mamillary) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai buah dada.

Gambar 3.14 Contoh mineral : Malakhit

2. Membulat (colloform) yaitu bentuk Kristal yang menunjukan permukaan yang bulat-bulat.

Gambar 3.15 Contoh mineral : Goethile

3. Membulat jari (colloform radial) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan struktur dalam memencar menyerupai bentuk jari.

Gambar 3.16 Contoh mineral : Pyromorphite

4. Membutir (granular) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal kecil yang berbentuk butiran.

Gambar 3.17 Contoh mineral : Sodalite

5. Memisolit (pisolitic) yaitu bentuk Kristal berupa kelompok Kristal lonjong sebesar kerikil seperti kacang tanah.

Gambar 3.18 Contoh mineral : Goethile

6. Stalaktit (stalactic) yaitu bentuk Kristal yang membulat dengan litologi gamping.

Gambar 3.19 Contoh mineral : Goethite

7. Mengginjal (Rentiform) yaitu bentuk Kristal yang menyerupai bentuk ginjal.

Gambar 3.20 Contoh mineral : Hematit

Gambar 3.21. Contoh beberapa perawakan mineral dan asal mulanya (Klein & Hurlbut, 1993)

3.2.1.5. Kilap (Luster)Kilap merupakan sifat optis dari mineral yang rapat hubungannya dengan refleksi dan efraksi. Kilap sebagai kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang memiliki indeks bias >3. Contohnya mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Kilap ini memiliki indeks bias < 2,5.Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-metallic luster), yang terdapat pada mineral-mineral semi-opaque yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.a. Kilap logam (metalic luster)Mineral-mineral opak dalam fragmen-fragmen yang tipis dan mempunyai indeks refraksi (n=3) atau lebih pada umumnya mempunyai kilap logam, misalnya: pirit, galena, sulfida, logam alam.

b. Kilap sub metalicKilap sub metalic terdapat padaa mineral-mineral smi opak sampai opak dan mempunyai indeks refraksi (n= 2,6 dan 3), contoh : mieral cuprit, cinabar, hematit, alabandit.

c. Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:1. Kilap Kaca (Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila terkena cahaya. Contohnya: calsite, kuarsa, dan halite, sulfate, kaabonat, garnet.2. Kilap Intan (adamantine Luster): adalah kilap yang sangat cemerlang seperti berlian ataau intan. Contohnya : belerang, intan, rutil.3. Kilap damar (resinous luster) : adalah kilap seperti pada damar, kombinasi dari warna kuning dan coklat. 4. Kilap Sutera (Silky Luster): adalah kilap seperti sutera. Umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, aktinolit, dan gipsum, barit.5. Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.6. Kilap Mutiara (Pearly Luster): adalah kilap seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran. Contohnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.7. Kilap Lemak (Greasy Luster): Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini ditimbulkan oleh pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan serpentin.8. Kilap Tanah (Earthy Luster): Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya kaolin, limonit,dan bentonit, pirolusit.

3.2.1.6. Kekerasan (Hardness)Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.

MineralKekerasan

Talc Mg3Si4O10(OH)21

Gypsum CaSO42H2O2

Calcite CaCO33

Fluorite CaF24

Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)5

Orthoclase KAlSi3O86

Quartz SiO27

Topaz Al2SiO4(OH,F)28

Corundum Al2O39

Diamond C (pure carbon)10

Tabel 3.1 Kekerasan mineralMisalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana misalnya:

Alat yang digunakanSkala mosh (H)

Kuku jari manusiaH = 2,5

Kawat tembagaH = 3

Pecahan kacaH = 5,5

Pisau bajaH = 5,5

Kikir bajaH = 6,5

Lempeng bajaH = 7

Tabel 3.2 Alat penguji kekerasan dan skala moshnyaBila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

Gambar 3.22 Skala kekerasan Mineral dipakai skala kekarasan MOHS3.2.1.7. Gores (Streak)Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Warna ini umumnya lebih stabil sehingga dapat dipertanggung-jawabkan, dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin kasar, atau dengan membubuk mineral, kemudian warna bubuk itu dilihat. Tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

Gambar 3.23 Contoh goresan mineral cinnabar dan pirit.3.2.1.8. Belahan (Cleavage)Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi:a. Sempurna (perfect)Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya. b. Baik (good)Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.c. Jelas (distinct) Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata. d. Tidak jelas (indistinct)Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.e. Tidak sempurna (imperfect)Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.

3.2.1.9. Pecahan (Fracture)Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur. Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Pecahan dapat dibagi menjadi:a) Pecahan konkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang. Contohnya kuarsa.b) Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakan seperti serat atau berserarbut Contohnya asbes, augit.c) Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan permukaan bidang pecahnya tidak teratur dan kasar. Misalnya pada garnet.d) Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya mineral lempung.e) Pecahan Runcing (Hackly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.f) Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya kaoline.

3.2.1.10. Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan, penghancuran, dan pemotongan. Tenacity dapat dibagi menjadi:a) Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.b) Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.c) Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik akan menjadi panjang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.d) Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.e) Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti semula bila dilepaskan.f) Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

3.2.1.11. Berat Jenis (Specific Grafity)Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur. Besarnya berat jenis ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan mempunyai berat jenis sekitar 2,7 meskipun berat jenis rata-rata unsur metal di dalamnya berkisar antara 5.Berat jenis dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.2.1.12. Sifat KemagnetanKemagnetan merupakan sifat mineral terhadap gaya magnet. Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah sifat dari mineral yang diselidiki, apakah merupakan feromagnetik, paramagnetit ataukah diamagnetit.a. Feromagnetik : yaitu mineral-mineral yang dengan mudah tertarik oleh gaya magnet.b. Paramagnetik: yaitu mineral-mineral yang tertarik lemah oleh gaya magnetc. Diamagnetik: yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak terhadap magnet.

3.2.1.13. Derajat Ketransparanan (Diaphaineity)Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut mentransmit sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral dibedakan atas:a. Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk lembaran tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan meninggalkan berkas hitam atau gelap.b. Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca.c. Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi tidak tembus pandang.d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-pecahan tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis.

3.3. Proses Pembentukan Mineral

Secara umum proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses altirasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu,baik bernilai ekonomi maupun yang bersifat ganggue mineral, yaitu:

3.3.1. Proses MagmatisProses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultrabasa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:a. Early magmatis, yang dibagi atas:Disseminated, segregasi, injeksi.b. Late magmatis, yang dibagi atas:Residual liquid segregation, residual liquid injeksion, immiscible liquid segregation, immiscible liquid injection.

3.3.2. Proses PegmatismeSetelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 6000C sampai 4500C berupa larutan magma sisa.

3.3.3. Proses PneumatolisisSetelah temperatur mulai turun, antara 550-4500C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan sampingdisekitarnya, kemudian akan membentuk mineral yang baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral.

3.3.4. Proses HiydrotermalMerupakan proses pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar endapan mineral hydrotermal dibagi atas :3.3.4.1. Endapan hipotermal Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi, endapannya berupa urat-uratdan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalam yang besar.3.3.4.2. Endapan mesotermalTekanan dan temperatur endapan mesotermal yang berpengaruh lebih rendah dari pada endapan hipotermal, endapan mesotermal berasosiasi dengan batuan beku asam-basa yang dekat dengan permukaan bumi.3.3.4.3. Endapan epitermalTekanan dan temperaur endapan epitermal yang berpengaruh paling rendah dari pada endapan hipotermal dan mesotermal, endapan ini bisa dekat pada permukaan bumi, teksturnya berlapis (fissure-vein).

3.3.5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)Proses replasement merupakan proses dalam pembentukan endapan-endapan mieral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal, dan sangat penting dalam grup epitermal.Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa larutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain.

3.3.6. Proses sedimenter Terbagi atas endapan besi, mangan, phospate, nikel.

3.3.7. Proses evaporasiTerdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

3.3.8. Supergen enrichmentKarena adanya suplai air dab saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa oleh air turun ke tanah, lambat laun akan berkumpul di zona air yang tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock. Maka ikatan dari Ni akan berasosiasi dengan Mg, SiO han H akan membentuk mineral garnierit.

3.3.9. MetamorfismeTerbagi atas endapan-endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

3.4. Deskripsi MineralDalam laporan ini, meliputi deskripsi dari seluruh mineral dan terutama mineral yang memiliki nilai ekonomis saja. Deskripsi mineral-mineral ini meliputi beberapa sifat fisik dan sifat optik, seperti:1. Nama dan Rumus Kimia: Penamaan mineral yang telah di kenal berikut rumus kimia 2. Sisitem kristal: Seperti Triklin3. Belahan: Sempurna (010)4. Kekerasan: Berdasarkan skala mohs, yaitu 1-105. Berat Jenis (BJ): Dalam gram/cm26. Kilap: Seperti kilap logam7. Warna: Warna asli mineral itu sendiri8. Gores:Warna dalam bentuk serbuk halus9. Optik:Sifat mineral di bawah mikroskop10. Genesa/Asosiasi Mineral:Peristiwa yang menyebabkan terbentuknya mineral tersebut.Beberapa deskripsi mineral logam secara umum :1. Emas (Au)a. Tempat ditemukan: Sulida, Sumatra Baratb. Sistem kristal: Isometrikc. Warna: Kuning Emasd. Goresan: Kuninge. Kilap: Metalikf. Belahan dan pecahan:Tak ada; Hacly(pecahan bergerigi dengan ujung tajam)g. Kekerasan: 2,5 - 3h. Berat jenis: 19,3i. Genesa: kebanyakan emas terdapat dalam urat-urat kuarsa yang terbentuk melalui proses hidrotermalj. Manfaat: untuk membuat perhiasan, lempeng elektrode, pelapis gigi, dan emas lantakan.

2. Sulfur (S)a. Tempat ditemukan: Kawah Papandayan, Jawa Baratb. Sistem kristal: Ortorombik.c. Warna: Kuning sampai coklat kekuningand. Goresan: Putihe. Belahan dan pecahan: Tak ada ; Konkoidal sampai tidak rataf. Kekerasan: 1,5 2,5g. Berat jenis: 2,07h. Genesa:Sulfur dapat terbentuk di daerah gunung api aktif, di sekitar mata air panas, dan hasil aktivitas bakteri yang memisahkan sulfur dari sulfat. Dapat pula terbentuk karena oksidasi sulfida-sulfida pada urat-urat yang berasosiasi dengan sulfida-sulfida metal.i. Manfaat:Digunakan untuk membuat senyawa-senyawa sulfur, seperti asam sulfat (H2SO4); dalam pembuatan insektisida, pupuk buatan, vulkanisasi karet, dan sabun.

3. Calcite (CaCO3)a. Tempat ditemukan: Kliripan, Yogyakartab. Sistem kristal: Trigonalc. Warna: Tak-berwarna sampai putihd. Goresan: Putih sampai keabuane. Belahan dan pecahan: {10 11} sempurnaf. Kekerasan: 3g. Berat jenis: 2,71h. Genesa:Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, sedimen, metamorf dan melalui proses hidrotermal i. Manfaat :merupakan sumber senyawa CaO, yang digunakan untuk membuat semen, campuran adonan semen,pupuk,kapur tohor,industry kimia,industry besi baja dan pembenahan tanah.

4. Kalkopirit (CuFeS2)a. Tempat ditemukan: Pegunungan tengah, Irian Jayab. Sistem kristal: Tetragonalc. Warna: kuning - kuningand. Goresan: hitam kehijauane. Belahan dan pecaha: {001} kadang-kadang jelas ; tak rataf. Kekerasan: 3,5 - 4g. Berat jenis: 4,1 4,3h. Genesa :Terbentuk melalui proses hidrotermal,terutama terdapat dalam deposit mesotermal dan hipotermal. Dalam deposit hipotermal, khalkopirit terdapat bersama pirit, turmalin, kuarsa dan kasiterit. Dijumpai juga dalam batuan beku, retas pegmatit dan dalam deposit metamorfisme kontak.i. Manfaat: mineral bijih sumber logam tembaga.

5. Gipsum (CaSO42H2O)a. Tempat ditemukan: Besuku, Jawa Timurb. Sistem kristal: Monoklinc. Warna: Tak-berwarna dan transparand. Goresan: Putihe. Belahan dan pecahan: {010} sempurna ; {100} dengan permukaan konkoidal, dan {011} dengan pecahan yang fibrus.f. Kekerasan: 2g. Berat jenis: 2,32h. Genesa :Terbentuk dalam lingkungan sedimen, dan sering berselingan dengan batugamping, serpih, batupasir, lempung dan garam batuan. Dapat pula ditemukan dalam urat-urat metalik sebagai mineral geng.i. Manfaat: Digunakan dalam industri konstruksi.

6. Kaolinit (Al4Si4O10(OH)8)a. Tempat ditentukan: Flores, NTTb. Sistem kristal: Triklinc. Warna: Putih, kadangkala berwarna coklat, atau abu-abu karena pengotorand. Goresan: Putihe. Belahan dan pecahan: {001} sempurna, tetapi tidak terlihat dengan mata biasa karena berukuran Sangat kecil.f. Kekerasan: 2g. Berat jenis: 2,6h. Genesa: Terbentuk sebagai hasil dekomposisi aluminosilikat, khususnya feldspar, baik oleh aktivitas pelapukan, atau hidrotermal.Suatu deposit yang besar dapat terbentuk dari alterasi hidrotermal pada feldspar yang terdapat dalam granit, atau pegmatit granit; atau oleh proses erosi terhadap granit terkaolinisasi, yang mengendapkan kaolinit.i. Manfaat: Digunakan dalam industri yertas, karet, keramik, tembikar dan farmasi.7. Grafit (C)a. Tempat ditentukan: Kepulauan Semrau, Sanggau, Kal-Barb. Sistem kristal: Heksagonalc. Warna: Hitamd. Goresan: Hitame. Belahan dan pecahan: Sempurna pada ( 0001 ) ; tak adaf. Kekerasan: 1 - 2g. Berat jenis: 2,09 2,23h. Genesa: Terbentuk pada lingkungan batuan metamorf, baik pada metamorf fisme regional, atau kontak. Dapat dijumpai pada batu gamping kristalin, genes, sekis, kuarsit, dan lapisan batubara termetamorf.i. Manfaat: Digunakan dalam industri sebagai alat pemotong kaca, pengasah, dipasang pada mata bor untuk eksplorasi; dan dijadikan batu permata.

3.5. Klasifikasi MineralMineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dengan grup anion. Berikut klasifikasinya menurut Dana :1. Silicate Class, merupakan grup terbesar. silicates (sebagian besar batuan adalah >95% silicates), yang terdiri dari silicon dan oxygen, dan dengan ion tambahan seperti aluminium, magnesium, iron, dan calcium. Contoh lain seperti feldspars, quartz, olivines, pyroxenes, amphiboles, garnets, dan micas.2. Carbonate Class, merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan termasuk calcite dan aragonite (keduanya merupakan calcium carbonate), dolomite (magnesium/calcium carbonate) dan siderite (iron carbonate). Carbonate terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves, stalactites dan stalagmites.Carbonate class juga termasuk mineral-mineral nitrate dan borate.3. Sulfate Class, Sulfat terdiri dari anion sulfat, SO42-. Biasanya terbentuk di daerah evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halides berinteraksi. Contoh sulfat; anhydrite (calcium sulfat), celestine (strontium sulfat), barite (barium sulfat), dan gypsum (hydrated calcium sulfat). Juga termasuk chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate, dan mineral tungstate.4. Halide Class, halides adalah grup mineral yang membentuk garam alami (salts) dan termasuk fluorite (calcium fluoride), halite (sodium chloride), sylvite (potassium chloride), dan sal ammoniac (ammonium chloride). Halides, seperti halnya sulfats, ditemukan juga di daerah evaporitic settings seperti playa lakes dan landlocked seas seperti Dead Sea dan Great Salt Lake. The halide class termasuk juga fluoride, chloride, dan mineral-mineral iodide.5. Oxide Class, Oxides sangatlah penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores) terbentuk dari mineral-mineral dari kelas oxide. Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan Kutub Magnetic Bumi. Biasanya terbentuk dekat dengan permukaan bumi, teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral asesori pada batuan beku crust dan mantle. Contoh mineral Oxides; hematite (iron oxide), magnetite (iron oxide), chromite (iron chromium oxide), spinel (magnesium aluminium oxide mineral pembentuk mantle), ilmenite (iron titanium oxide), rutile (titanium dioxide), dan ice (hydrogen oxide). Juga termasuk mineral-mineral hydroxide.6. Sulfide Class, hampir serupa dengan Kelas Oxide, pembentuk bijih (ores). Contohnya termasuk pyrite (terkenal dengan sebutan emas palsu fools gold), chalcopyrite (copper iron sulfide), pentlandite (nickel iron sulfide), dan galena (lead sulfide). Termasuk juga selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides, dan sulfosalts.7. Phosphate Class, termasuk mineral dengan tetrahedral unit AO4, A dapat berupa phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium. Phospate yang umum adalah apatite yang merupakan mineral biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan. Termasuk juga mineral arsenate, vanadate, dan mineral-mineral antimonate.8. Native Element Class, terdiri dari metal dan element intermetalic (emas, perak dan tembaga), semi-metal dan non-metal (antimony, bismuth, graphite, sulfur). Grup ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides dan carbides.9. Organic Class, terdiri dari substansi biogenic; oxalates, mellitates, citrates, cyanates, acetates, formates, hydrocarbons and other miscellaneous species. Contoh lain juga; whewellite, moolooite, mellite, fichtelite, carpathite, evenkite and abelsonite.

Berikut Adalah Gambar KristalPerawakan Dan Deskripsi Dari Beberapa MineralDari Praktikum MineralogiPada Laboratorium Krismin

BAB IVPENUTUP4.1 Kesimpulan Dan Saran4.1.1 Kesimpulan

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem kristal. Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan susunan atom dalam zat padat. Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh komposisi kimia tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan yang halus yang mengikuti hukum geometri tertentu. Kristalografi adalah ilmu - ilmu yang mempelajari tentang:a. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya. b. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.c. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio.d. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.

Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, akan tetapi akan diterangkan lebih lanjut tentang 4 sistem kristal yaitu sistem reguler, sistem tetragonal, sistem triklin, dan monoklin.Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.

Definisi mineral menurut beberapa ahli :1. L. G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.2. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.

Sifat-sifat fisik dari mineral :a. Warna (Colour)b. Perawakan kristal (Crystal habit)c. Kilap (Luster)d. Kekerasan (Hardness)e. Gores (Streak)f. Belahan (Cleavage)g. Pecahan (Fracture)h. Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)i. Berat jenis (Specific gravity)j. Rasa dan bau (Tasteand odour)k. Kemagnetanl. Derajat ketransparanan

4.1.2 SaranPraktikum kristalografi dan mineralogi adalah suatu kegiatan yang sangat penting dan sangat bermanfaat bagi seorang mahasiswa jadi saran penulis yaitu : 1. Kegiatan praktikum kristalografi dan mineralogi merupakan kegiatan yang sangat penting bagi mahasiswa pertambangan, oleh karena itu penulis berharap agar alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum dapat ditambah agar peserta praktikum tidak kesulitan ketika melakukan kegiatan praktikum.2. Perlu ditambah kristal dan mineral pada laboratorium pertambangan agar pengetahuan mahasiswa tentang kristal dan mineral lebih banyak dan lebih luas.3. Kepada para asisten agar mempertahankan cara mengajar dan kalau perlu lebih meningkatkan cara mengajar dan kepada peserta praktikum agar mengikuti kegiatan praktikum dengan serius karena untuk memahami materi yang ada diperlukan keseriusan dari mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.Oktober 2012.Kristalografi.http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalografi(17/11/2012)Kotta, Z. Herry, 2012. Panduan Praktikum Kristalografi, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknik, Undana., Kupang. Kotta, Z. Herry, 2012. Panduan Praktikum mineralogi, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknik, Undana., Kupang. Sioh, M. Deni, 2012. Album Kristalografi dan Mineralogi, Laboratorium Kristalografi dan Mineralogi, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknik, Undana., Kupang. Riyanto, Bambang, 1987, Penuntun Kristalografi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Yogyakarta

LAMPIRANLampiran I: ACC Praktikum KristalografiLampiran II : ACC Praktikum Mineralogi

77


Top Related