Transcript
Page 1: laporan 3 ku eldas 2.docx

Laporan Praktikum

Elektronika Fisis Dasar II

PENGUAT GANDENG RC

DISUSUN OLEH :

NAMA : CHAIRIL ANWAR

NIM : H21114302

KELOMPOK : VII (TUJUH)

TGL PERCOBAAN : 17 MARET 2016

ASISTEN : NELLI AGUSTINA

HUSNAYAENI

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: laporan 3 ku eldas 2.docx

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada tahun 1913 Edwin Howard Armstrong seorang insinyur listrik

Amerika Serikat membuat rangkaian regeneratif yang memberikan penguatan

seratus kali lebih besar dibandingkan dengan penguat yang di temukan oleh De

Forest. Amstrong juga mendapatkan bahwa rangkaiannya itu disetel untuk

penguatan maksimum, rangkaiannya itu dapat berubah fungsi dari penguat

menjadi suatu osilasi. Suatu penguat pada dasarnya adalah peralatan elektronika

yang dapat menerima sinyal masukan pada sepasang kutub masukannya dan

memberikan sinyal keluaran pada kutub keluarannya. Sinyal pada kutub keluaran

itu lebih besar nilainya ketimbang yang masuk ke kutub masukannya. Secara

umum suatu penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk

mengendalikan tenaga yang lebih besar [1].

Penguat pada suatu rangkaian pada umumnya menerima sebuah isyarat di

masukkan dan mengeluarkan isyarat tak berubah yang lebih besar di keluarannya.

Dalam praktikum biasanya untuk memperoleh suatu penguatan yang cukup besar,

dapat dilakukan dengan menggandeng beberapa penguat atau biasa dikenal

dengan penguat bertingkat. Untuk menjaga agar tegangan panjar (bias) pada suatu

tahap tidak terganggu oleh tahap sebelum dan berikutnya, maka antara penguat-

penguat tersebut dipisahkan dengan kapasitor. Rangkaian semacam ini lebih

dikenal dengan penguat gandengan RC [1].

Adapun yang membedakan antara peguat gandeng yang satu dan lainnya

dapat dilihat dari komponen-komponen pendukung (penguat). Seperti namanya,

penguat gandeng RC memiliki terdiri dari komponen resistor (R) dan kapasitor

(C) pada umumnya. Kapasitor pada rangkaianlah yang berfungsi sebagai penguat

gandengan. Di dalam percobaan ini, difokuskan pada dua jenis penguatan

gandeng RC, kemudian kedua jenis penguat ini digabungkan menjadi satu

penguat. Maka dari itu dilakukanlah percobaan ini untuk lebih mengetahui

megenai penguat gandeng RC. Hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini.

Page 3: laporan 3 ku eldas 2.docx

I.2 Ruang Lingkup

Praktikum ini menitikberatkan pada penghitungan VCE serta penghitungan

tegangan input dan output serta penguatannya pada penguat A, penguat B dan

penguat RC dengan menggunakan multimeter serta mengamati bentuk keluaran

dari tegangan input maupun output melalui osiloskop.

I.3 Tujuan

1. Menentukan titik-titik pengukuran pada rangkaian penguat.

2. Mengukur hilangnya tegangan pada penggandengan dua penguat.

3. Mengukur tanggapan amplitudo penguat.

4. Memahami kegunaan kapasitor coupling, kapasitor miller dan kapasitor pintas

serta pengaruhnya terhadap lebar jalur frekuensi kerja.

Page 4: laporan 3 ku eldas 2.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penguat Gandeng RC

Sebelum kita membahas tentang rangkaian penguat gandengan RC, terlebih

dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan rangkaian RC. Rangkaian RC

adalah rangkaian yang didalamnya terdiri dari suatu resistor dan kapasitor [1].

Gandengan yang menggunakan kapasitor (coupling) disebut gandengan RC.

Disamping gandengan RC kebanyakan juga menggunakan gandengan langsung

atau gandengan DC, dan gandengan transformator. Contoh penguat dengan

gandengan RC adalah penguat emitor ditanahkan seperti yang ditunjukkan oleh

gambar II.1 [1].

Gambar II.1 Penguat gandengan RC [1]

Pada gambar diatas, Cjc menyatakan kapasitansi didalam transistor yang

timbul pada sambungan antara basis dan kolektor, oleh karena adanya daerah

pengosongan pada sambungan p-n ini. Kapasitansi Cje menyatakan kapasitansi

yang timbul pada sambungan p-n antara basis dan emitor. Oleh karena pengaruh

kapasitansi yang ada di dalam penguat, nilai penguatan tegangan Gv berubah

dengan frekuensi. Grafik yang melukiskan bagaimana penguatan tegangan

(biasanya dalam dB) berubah dengan frekuensi (biasanya dalam skala log) disebut

tanggapan amplitudo [1].

Peran kapasitor pada penguat transistor terlepas dari cara di mana sebuah

kapasitor terhubung dalam penguat transistor, perilakunya terhadap DC dan a.c.

adalah sebagai berikut. Sebuah blok kapasitor DC yaitu sebuah kapasitor bersikap

Page 5: laporan 3 ku eldas 2.docx

"membuka" ke DC Oleh karena itu, untuk analisis DC, dapat menghilangkan

kapasitor dari rangkaian penguat transistor. Sebuah kapasitor memiliki reaktansi

(= 1/2πfC). Dalam rangkaian transistor praktis, ukuran kapasitor (idealnya nol)

reaktansi untuk rentang frekuensi ditangani oleh sirkuit. Oleh karena itu, untuk

analisis a.c, dapat mengganti kapasitor oleh yaitu singkat oleh kawat [2].

II.2 Karakteristik Tanggapan Frekuensi

Untuk suatu tingkat penguat karakteristik frekuensi dibagi dalam tiga

daerah, yakni daerah yang disebut frekuensi pita-tengah (midband) yang

penguatannya adalah selalu tetap dan sama dengan A0 dan juga penundaannya

tetap. Penguat ideal (dimana semua kapasior diabaikan) termasuk ke dalam

klasifikasi pita-tengah ini. Misalkan bahwa perolehan pita tengah dinormalkan

sama dengan satu, A0 = 1 [2].

Daerah yang kedua (frekuensi rendah), di bawah pita-tengah, kapasitor

gandengan (coupling) atau kapasitor-pintas (bypass) bagian luar memainkan

peranan penting dalam menentukan tanggapan frekuensi. Sebuah penguat pada

frekuensi rendah berkelakuan seperti rangkaian lewat atas (high-pass) sederhana.

Tanggapan menurun dengan menurunnya frekuensi, dan keluarannya mendekati

nol pada frekuensi nol [2].

Dalam daerah yang ketiga (frekuensi tinggi) di atas tengah, kapasitor sejajar

dalam model peralatan atau yang melintasi beban merupakan bagian penting

dalam menentukan tanggapan frekuensi. Rangkaian sering berkelakuan seperti

jaringan lewat-bawah (low-pass) sederhana, dan tanggapan turun dengan naiknya

frekuensi. Karakteristik frekuensi total, yang ditunjukkan dalam gambar untuk

semua dari ke tiga daerah tersebut [2].

Gambar II.2 Tanggapan Amplitudo suatu Penguat [1]

Page 6: laporan 3 ku eldas 2.docx

Gambar diatas, frekuensi f1 disebut frekuensi potong bawah, dan frekuensi f2

disebut frekuensi potong atas. Daerah frekuensi di sekitar f1 dan di bawahnya

disebut frekuensi rendah, sedang antara f1 dan f2 tanggapan amplitudo tak berubah

dengan frekuensi. Daerah frekuensi ini disebut daerah frekuensi tengah. Daerah

frekuensi di sekitar dan di atas f2 disebut daerah frekuensi tinggi [1].

Pada daerah frekuensi rendah, penguat berlaku sebagai tapis lolos tinggi

dengan f1 adalah kutub daripada fungsi alih Gy(ώ). Pada daerah frekuensi tinggi,

yaitu di sekitar f2 dan diatasnya penguat berlaku sebagi suatu tapis lolos rendah.

Pada frekuensi tinggi [1]:

X= 1ωC (2.1)

Untuk kapasitansi ini mempunyai nilai yang cukup rendah sehingga harus di

perhitungkan peranannya dalam mengurangi arus isyarat yang masuk kedalam

basis yang akan diperkuat menjadi arus kolektor. Pada daerah frekuensi tinggi.

kapasitansi seri seperti C1, C2, dan CE boleh dianggap terhubung singkat

[1].

Pada daerah frekuensi tengah kapasitansi seri seperti C1, C2, dan CE

mempunyai reaktansi cukup kecil sehingga dapat dianggap terhubung singkat.

Sedang kapasitansi paralel seperti Cje dan Cjc mempunyai nilai amat kecil,

menghasilkan reaktansi amat tinggi sehingga dapat dianggap terbuka atau tidak

terpasang. Akibatnya pada daerah frekuensi tengah tidak ada komponen reaktif,

sehingga tanggapan amplitudo menjadi tidak bergantung pada frekuensi yang

datar [1].

II.3 Pengaruh Kapasitor Penggandeng

Pada bagian ini pengaruh kapasitor pintas emitor CE.tidak diperhatikan. Kita

anggap CE.mempunyai nilai sangat besar, sehingga nilai reaktansi amat kecil, atau

CE. dapat dianggap terhubung singkat. Dibawah ini adalah gambar rangkaian

penguat dan rangkaian setaranya [3].

Page 7: laporan 3 ku eldas 2.docx

Gambar II.3 (a) Rangkaian penguat dan (b) rangkaian setaranya [3]

II.4 Rangkaian Penguat

Rangkaian penguat efek medan sama halnya dengan transistor bipolar, agar

dapat bekerja sebagai penguat harus diberikan tegangan bias. Tegangan bias dapat

diberikan dengan banyak cara, diantaranya yaitu self-bias. FET dapat digunakan

sebagai penguat sinyal kecil dengan impedansi input yang sangat tinggi. Guna

menentukan beberapa parameter penguat dilakukan analisis AC pada rangkaian

penguat FET, untuk melakukan analisis ini diperlukan rangkaian ekivalen ac

seperti yang ditunjukkan pada gambar II.3 [3].

Gambar II.4 Rangkaian ekivalen ac JFET [3]

Pada rangkaian ekivalen ac JEFT, bagian input merupakan rangkaian

terbuka yang menunjukkan bahwa input JEFT mempunyai impedensi sangat

tinggi. Bagian output JEFT terdiri atas sumber arus yang tergantung pada nilai gm

dan vgs dan diparalelkan dengan RDS. Transkonduktansi atau gm adalah

parameter FET yang penting.Parameter ini merupakan perbandingan antara

perubahan arus ID dan perubahan tegangan VGS disekitar titik kerja dengan VDs

Page 8: laporan 3 ku eldas 2.docx

konstan. Nilai gm dapat diperoleh dari kurfa transfer yang juga disebut kurva

transkonduktansi seperti pada gambar II.4 [3].

Gambar II.5 Kurva transfer [3]

gm=∆ I D/∆ V GS|VDS=konsta n (2.2)

Harga gm tergantung dari posisi kerja Q karena kurva transver tidak linear.

Apabila VGS = Vp atau pada saat JFET cut-off akan diperoleh harga gm terkecil.

Sedangkan untuk memperoleh nilai terbesar maka VGS = 0 yakni pada saat arus

ID = IDSS, pada saat ini harga gm disebut gm 0. Secara matematis harga gm

dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan transfer Shockley [3]:

I D=I DSS(1−V GS

V P)

2

(2.3)

I D=2 I DSS

|V P| (1−V GS

V P) (2.4)

Sehingga:

gm=gm0(1−V GS

V p )=gm0 √ ID

I DSS (2.5)

Dari rangkaian ekuivalen AC JFET, selain gm parameter penting lainnya

adalah RDS. RDS merupakan parameter resistansi output FET yang nilai

tipikalnya 40KΩ hingga 100KΩ, sehingga dalam menganilisis praktek parameter

ini sering diabaikan. Apabila parameter RDS diabaikan maka resistor tersebut

dianggap terbuka atau tidak terhingga. Parameter RDS dapat diperoleh dari kurva

Page 9: laporan 3 ku eldas 2.docx

karakteristik output FET. Penguat FET dapat dirangkai dalam beberapa

konfigurasi Konfigurasi penguat JFET dengan source sebagai terminal bersama

disebut sebagai penguat Common Source (CS), rangkaian pengikut source,

rangkaian penguat gate bersama dan lain sebagainya. Untuk menganalisis

rangkaian, rangkaian CS harus diubah menjadi rangkaian ekivalen ac [3].

Asumsi dasar yang digunakan bahwa pada kondisi ac semua kapasitor

kopling (C1 dan C2) dan by-pass (CS) dianggap hubungan singkat. Dengan

demikian RS seakan-akan tidak ada karena telah terhubung singkat oleh CS. Pada

rangkaian ekivalen ac terminal source langsung terhubung ke ground.Sumber

tegangan VDD juga dianggap hubungan singkat ke ground. Dengan analisis ini

kita dapat menentukan penguatan tegangan AV dengan menerapkan hukum

Kirchoff pada ikal output sehingga diperoleh persamaan [3]:

Av= vovi (2.6)

Av=(−gm V gs )(r ds‖RD )

V gs

(2.7)

Av=−gm (rds‖RD ) (2.8)

II.5 Pengaruh Kapasitor Pintas Emitor.

Kita anggap sekarang pengaruh kapasitor penggandeng kita abaikan (kita

anggap terhubung singkat), dan hanya memperhatikan pengaruh kapasitor pintas

emitor.Hal ini dapat berarti bahwa frekuensi patah oleh kutub pada fungsi alih

oleh kapasitor penggandeng adalah jauh di bawah frekuensi patah oleh kapasitor

pintas emitor CE. Untuk keadaan ini rangkaian setara penguat dapat digambarkan

sebagai berikut [4]:

Gambar II.6 Rangkaian setara penguat [4]

Page 10: laporan 3 ku eldas 2.docx

Jika arus yang mengalir melalui 1/ hoe kita abaikan terhadap arus yang mengalir

melalui RE dan CE , maka RE dan CE akan dialiri arus sebesar [4]:

I b+hfe ib=( 1+hfe ) ib atau (1+β ) ib (2.9)

Sehingga [4]:

V i=hfe ib+(1+ β )ib(RE⋰⋰ZCE) (2.10)

II.6 Parameter Penguat

Sebelum masuk rangkaian ekuivalen transistor secara rinci, terlebih dahulu

akan dibahas beberapa parameter yang penting dalam pembicaraan tentang

penguat. Rangkaian penguat pada dasarnya merupakan jaringan dengan dua

pasang terminal (two-port network). Satu pasang pada sisi input yang terletak di

sebelah kiri merupakan terminal untuk jalan masuk sinyal input dan satu pasang

lainnya pada sisi output di sebelah kanan merupakan jalan dari keluar sinyal

output [5].

Pada sisi input terdapat impedansi input, Zi, yang menurut hukum Ohm

yaitu perbandingan dari tegangan input dengan arus input. Secara matematis dapat

dituliskan [5]:

Zi=ViIi (2.11)

Parameter kedua adalah Impedansi Output, Zo. Impedansi output ditentukan

pada terminal output melihat belakang ke dalam sistem dengan sinyal input dibuat

nol. Untuk memperoleh Zo, sumber sinyal diberikan pada terminal output dan

sesuai dengan hokum Ohm, yaitu [5]:

Zo=V 0I 0 (2.12)

Parameter ketiga adalah Penguatan Tegangan, Av, yang merupakan salah

satu karakteristik penguat yang sangat penting. Definisi penguatan tegangan

adalah [5]:

AV=VoVi (2.13)

Page 11: laporan 3 ku eldas 2.docx

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan penguat gandengan RC ini dilakukan pada hari Kamis, 17 Maret

2016, pukul 13.00 – 15.15 WITA, bertempat di Laboratorium Elektronika dan

Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Hasanuddin, Makassar.

III.2 Alat dan Bahan

III.2.1 Alat beserta Fungsinya

1. Osiloskop

Gambar III.1 Osiloskop

Osiloskop berfungsi untuk menampilkan sinyal input maupun output suatu

tegangan tertentu dari rangkaian penguat A, B, dan RC setelah diberikan

frekuensi dari signal generator.

2. Signal generator

Page 12: laporan 3 ku eldas 2.docx

Gambar III.2 Signal generator

Signal generator berfungsi sebagai pembangkit sinyal serta pengatur frekuensi

pada rangkaian penguat A, B, dan RC.

3. Papan rangkaian

Gambar III.3 Papan rangkaian

Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat merangkai komponen elektronika.

4. Kabel jumper

Gambar III.4 Kabel jumper

Kabel jumper berfungsi untuk menghubungkan komponen-komponen listrik

pada papan rangkaian.

5. Catu Daya

Gambar III.5 Catu Daya

Catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan pada rangkaian.

6. Multimeter

Page 13: laporan 3 ku eldas 2.docx

Gambar III.3 Multimeter

Multimeter berfungsi untuk mengukur nilai Vce sebelum dan setelah coupling

dari rangkaian penguat A dan B.

III.2.2 Bahan beserta Fungsinya

1. Resistor

Gambar III.6 Resistor

Resistor berfungsi sebagai penghambat arus yang mengalir pada rangkaian.

2. Kapasitor

Gambar III.7 Kapasitor

Kapasitor berfungsi sebagai komponen yang menyimpan muatan listrik

sementara dalam medan listrik statis serta sebagai filter atau penapis.

3. Transistor

Gambar III.8 Transistor

Transistor berfungsi sebagai penguat dan stabilisasi tegangan.

4. Potensiometer

Page 14: laporan 3 ku eldas 2.docx

Gambar III.10 Potensiometer

Potensiometer berfungsi sebagai pengatur hambatan pada rangkaian.

III.3 Prosedur Percobaan

III.3.1 Penguat A

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Merancang rangkaian seperti pada gambar berikut:

(a) (b)

Gambar III.9 (a) Rangkaian penguat A (b) Foto Rangkaian penguat A

3. Setelah semua komponen terhubung sesuai rangkaian diatas, lalu

dihubungkan catu daya pada rangkaian . Probe merah di Vcc dan probe hitam

di ground.

4. Menghubungkan multimeter pada rangkaian. Probe merah di kaki colector

dan probe hitam di kaki emiter.

5. Mengukur Nilai Vce harus ½ dari nilai Vcc 12 V.

6. Mengkalibrasi osiloskop.

7. Menghubungkan osiloskop pada rangkaian. Untuk Channel 1, probe merah di

Vin dan probe hitam di ground. Untuk channel 2, probe merah di Vout dan

probe hitam di ground.

8. Menghubungkan signal generator pada rangkaian. Probe merah di Vin dan

probe hitam di ground.

9. Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran serta menghitung Vin dan

Vout rangkaian pada osiloskop.

10. Mencatat hasil yang didapatkan pada tabel data.

Page 15: laporan 3 ku eldas 2.docx

III.3.2 Penguat B

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Merancang rangkaian seperti pada gambar berikut:

(a) (b)

Gambar III.9 (a) Rangkaian penguat B (b) Foto Rangkaian penguat B

3. Setelah semua komponen terhubung sesuai rangkaian diatas, lalu

dihubungkan catu daya pada rangkaian . Probe merah di Vcc dan probe hitam

di ground.

4. Menghubungkan multimeter pada rangkaian. Probe merah di kaki colector

dan probe hitam di kaki emiter.

5. Mengukur Nilai Vce harus ½ dari nilai Vcc 12 V.

6. Mengkalibrasi osiloskop.

7. Menghubungkan osiloskop pada rangkaian. Untuk Channel 1, probe merah di

Vin dan probe hitam di ground. Untuk channel 2, probe merah di Vout dan

probe hitam di ground.

8. Menghubungkan signal generator pada rangkaian. Probe merah di Vin dan

probe hitam di ground.

9. Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran serta menghitung Vin dan

Vout rangkaian pada osiloskop.

10. Mencatat hasil yang didapatkan pada tabel data.

Page 16: laporan 3 ku eldas 2.docx

III.3.3 Penguat RC

1. Merancang rangkaian seperti pada gambar berikut:

(a) (b)

Gambar III.9 (a) Rangkaian penguat RC (b) Foto Rangkaian penguat RC

2. Menggandengkan output penguat A dengan input penguat B.

3. Menggandengkankan Vcc penguat A dengan Vcc penguat B (3K3).

4. Menggandengkan ground penguat A dengan ground penguat B.

5. Setelah semua komponen digandengkan sesuai rangkaian diatas, lalu

dihubungkan catu daya pada rangkaian. Probe merah di Vcc dan probe hitam

di ground.

6. Menghubungkan multimeter pada rangkaian. Probe merah di kaki colector

dan probe hitam di kaki emiter.

7. Mengukur nilai Vce penguat A dan penguat B.

8. Menghubungkan osiloskop pada rangkaian. Untuk Channel 1, probe merah di

Vin dan probe hitam di ground. Untuk channel 2, probe merah di Vout dan

probe hitam di ground.

9. Menghubungkan signal generator pada rangkaian. Probe merah di Vin dan

probe hitam di ground.

10. Mengamati bentuk isyarat masukan dan keluaran serta menghitung Vin dan

Vout rangkaian pada osiloskop.

11. Mencatat hasil yang didapatkan pada tabel data.

Page 17: laporan 3 ku eldas 2.docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Data

1. Komponen yang digunakan dalam rangkaian penguat RC

No. Resistor Kapasitor Transistor

1 51 KΩ 100 nF NPN (100 K)

2 6K8 KΩ 100 µF

3 10 KΩ 1 nF

4 100 KΩ 10 µF

5 1 KΩ 10 nF

6 3K3 Ω

7 22 KΩ

8 3K9 Ω

9 220 KΩ

10 Potensiometer (100 kΩ)

2. Nilai VCE

No.Sebelum coupling Setelah coupling

Penguat A Penguat B Penguat A Penguat B

1 5,99 V 6,02 V 0,58 V 5,92 V

3. Tanggapan Amplitudo Penguat

NoPenguat A Penguat B Penguat RC

Vin Vout Vin Vout Vin Vout

Page 18: laporan 3 ku eldas 2.docx

1 0,5 V 11 V 0,5 V 2,05 V 0,1 V 2,3 V

2 0,5 V 2,75 V 0,1 V 3,8 V 0,5 V 6,2 V

IV.1.2 Pengolahan Data

Penguat Gandeng RC

An= V out

V ¿

1. Penguat A

A1= V out

V ¿ =

11V0,5 V = 22 kali A2=

V out

V ¿ =

2,75V0,5V = 5,5 kali

2. Penguat B

A1= V out

V ¿ =

2,05V0,5V = 4,1 kali A2=

V out

V ¿ =

3,8V0,1V = 38 kali

3. Penguat RC

A1=V out

V ¿ =

2,3V0,1V = 23 kali A2=

V out

V ¿ =

6,2V0,5 V = 12,4 kali

IV.1.3 Gambar

IV.1.3.1 Penguat A

a. Input 0,5 Volt

Gambar IV.1 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran

b. Input 0,5 Volt

Page 19: laporan 3 ku eldas 2.docx

Gambar IV.2 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran

IV.1.3.2 Penguat B

a. Input 0,5 Volt

Gambar IV.3 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran

b. Input 0,1 Volt

Gambar IV.4 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran

IV.1.3.3 Penguat RC

a. Input 0,1 Volt

Gambar IV.5 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran

b. Input 0,5 Volt

Page 20: laporan 3 ku eldas 2.docx

Gambar IV.6 Isyarat Masukan dan Isyarat Keluaran

IV.2 Pembahasan

Percobaan rangkaian penguat RC dilakukan dengan melakukan perakitan

secara terpisah pada penguat A dan penguat B. Pada masing-masing rangkaian

penguat, digunakan satu ransistor NPN dengan VCE pada rangkaian adalah

setengah dari VCC, dimana VCE penguat A dan B yakni 5,99 Volt dan 6,02 Volt.

VCE atau tegangan pada emitter ini diatur dengan menggunakan potensiometer.

Dengan menyambungkan multimeter pada rangkaian yakni pada sambungan

kolektor dan sambungan emitor, kemudian tegangan diatur dengan mengubah

resistansi pada potensiometer.

Setelah memperoleh rangkaian yang sesuai, nilai tegangan pada rangkaian

penguat dihitung yakni pada masukan dan keluaran. Dilakukan dua kali

pengambilan data pada masing-masing penguat. Pada rangkaian penguat A, data

yang pertama V ¿adalah sebesar 0,5 Volt sedangkan V outadalah sebesar 11 Volt,

sehingga besar penguatan yang diperoleh untuk penguat A adalah 22 kali. Data

kedua V ¿ yang diperoleh adalah sebesar 0,05 Volt sedangkan V outadalah sebesar

2,75 Volt, sehingga besar penguatan yang diperoleh adalah 5,5 kali.

Pada rangkaian penguat B, data pertama V ¿yang diperoleh pada penguat

adalah sebesar 0,5 Volt sedangkan V outadalah sebesar 2,05 Volt, sehingga besar

penguatan yang diperoleh adalah 4,1 kali. Data kedua V ¿ yang diperoleh adalah

sebesar 0,1 Volt sedangkan V out adalah sebesar 3,8 Volt,. sehingga besar

penguatan yang diperoleh adalah 38 kali.

Setelah masing-masing tegangan penguat dihitung, rangkaian penguat

digabungkan hingga meghasilkan rangkaian RC. Pada rangkaian penguat RC

(atau penguatan gabungan), rangkaian yang telah dibuat pada penguatan A dan

penguatan B disatukan, nilai VCE penguat A dan B yakni 0,58 Volt dan 5,92 Volt.

Dari data tersebut nilai VCE penguat B lebih besar dibandingkan penguat A, hal ini

dikarenakan penguat A ditanggung oleh penguat B. Adapun perhitungan masukan

Page 21: laporan 3 ku eldas 2.docx

dan keluaran, dimana data pertama V ¿yang diperoleh adalah sebesar 0,1 Volt

sedangkan V out adalah sebesar 2,3 Volt, sehingga besar penguatan yang diperoleh

adalah 23 kali. Data kedua V ¿ yang diperoleh adalah sebesar 0,5 Volt sedangkan

V out adalah sebesar 6,2 Volt, sehingga besar penguatan yang diperoleh adalah 12,4

kali.

Pada percobaan ini, saat kapasitor coupling digroundkan maka diperoleh

tegangan pada isyarat keluaran menjadi berkurang. Selain itu pada tanggapan

amplitudo, dimana semakin besar frekuensinya maka semakin kecil tanggapan

amplitudonya.

Page 22: laporan 3 ku eldas 2.docx

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. Titik-titik pengukuran pada rangkaian penguat yaitu pengukuran tegangan Vce

(kolektor-emitor), tegangan kapasiotr coupling, dan penguatan rangkaian kelas

A , B dan penguat RC.

2. Nilai Vce sebelum dan setelah rangkaian digandengkan berbeda, dimana

setelah digandengkan nilai Vce dari penguat B lebih besar dari penguat A. Hal

ini dikarenakan penguat A ditanggung oleh penguat B.

3. Tanggapan amplitudo penguat berbanding terbalik dengan frekuensi.

4. Kapasitor coupling memiliki fugsi untuk meneruskan arus AC dan

membelokkan arus DC sedangkan pengaruhnya terhadap rangkaian yaitu

menurunkan penguatan pada rangkaian gabungan.

V.2 Saran

V.2.1 Saran untuk laboratorium

Sebaiknya alat yang ada di laboratorium yang telah rusak dan tua di ganti

dengan alat yang baru dan layak pakai agar kegiatan praktikum berjalan dengan

lancar.

V.2.2 Saran untuk asisten

Cara kakak memberikan pengarahan dan penjelasan ke praktikan sudah

bagus. Untuk kedepannya kak, tingkatkan dan tetap semangat serta pertahankan

sikap ramahnya kak.

Page 23: laporan 3 ku eldas 2.docx

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sutrisno. 1987. Elektronika:teori dasar dan penerapannya. Bandung: ITB.

[2] Jumadi. 2015. Penguat Gandengan RC tingkat 1. http://staff.uny.ac.id. 10

Maret 2016 (15:30).

[3] Millman, Jacob dan Christos C. Halkias. 1993. Mikroelektronika Sistem

Digital Dan Rangkaian Analog. Bandung: ITB.

[4] Surjono, Dwi, Herman. 2011. Elektronika Teori dan Penerapan. Jember:

Cerdas Ulet Kreatif.

[5] Bagade, Ravi, Shantosin H.S. 2015. Comparison of BW for RC Coupled

Single Stage and Multi Stage Amplifiers. Scientific Journal Impact Factor

1711 : 103-107.


Top Related