Transcript

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan

Negara Kolonial*Bipan Chandra1

I. Kolonialisme sebagai Formasi Sosial

(A) Kerapkali keterbelakangan dan hambatan-hambatan untukperkembangan ekonomi dihasilkan oleh periode kolonial yangdapat terlihat dari cerminan-cerminan ekonomi pra-kapitalis atauketerbelakangan tradisional atau setidaknya sisa-sisa masa lalupra-kolonial. Bahkan ketika keterbelakangan dilihat dalam‘perspektif historik,’ yang mana peranan kolonialisme dipandangsebagai upaya modernisasi yang tidak berhasil. Misalnya, Indiamengalami kegagalan karena beban keterbelakangan masa lalunya,dan yang mana mengarah menjadi dua masyarakat, sebagian mod-ern dan sebagian tradisional. Dalam beberapa dekade terakhir,selama abad ke-19, ini adalah pandangan dominan di antara parapenulis metropolitan, hanya mereka yang dapat meyakinkanmodernisasi yang paling unggul. Beberapa penulis pada abad ke-20 juga memandang kolonialisme sebagai masyarakat transisi,tetapi mereka tidak mempertanyakan: transisi ke arah mana?Dapatkah koloni berkembang, meskipun, lambat atau bertahap,ke dalam masyarakat modern atau masyarakat kapitalis industri,yakni, serupa dengan metropolis, ‘tentunya’ jika kolonialismemelanjutkan perkembangannya dalam satu periode yang cukuplama, apakah hal itu dapat berjalan tanpa penghancuran

* Dimuat dalam Journal Contemporary Asia, vol. 8, no. 2, 1978.1 Sejarawan, saat ini mengajar di Pusat Studi Sejarah Universitas Jawaharlal Nehru, NewDelhi.

| 2 |

kolonialisme?

Dalam kenyataannya koloni-koloni menjalankan transformasi yangmendasar di bawah kolonialisme. Koloni-koloni secara bertahapdiintegrasikan ke dalam dunia kapitalisme modern. Koloni-kolonidan bekas koloni dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, danpolitik yang terbelakang, setelah merdeka dengan kondisi-kondisiawal mereka mulai melakukan proses pembangunan, namun tidaksemua masa lalu pra-kolonial mereka; mereka tercipta dalamperiode kolonial, era yang mana terjadi dalam “dorongan gencarmodernisasi dari luar.”2 Sejauh sisi tradisional masih ada, berartikondisi-kondisi tersebut, mengevolusi masyarakat-masyarakattradisional pra-kolonial ke dalam masyarakat kolonial. Dengandemikian, misalnya, India di bawah Inggris tidak secara mendasarserupa dengan India Mughal; maupun masyarakat pra-kolonialdengan masyarakat kapitalisme industri akibatnya terasa jauhberbeda. Pada kenyataannya, kolonialisme India yang beriringandengan kapitalisme industrial Inggris adalah fenomena sejarahmodern; dua perkembangan yang berjalan bersama-sama.3 Dancukup menarik, integrasi mendasar India, sebagaimana juga koloni-koloni lainnya, dengan ekonomi kapitalis dunia dan transformasikapitalisme ke dalam koloni klasik terjadi selama abad ke-19yang disesuaikan dengan bendera modernisasi, pembangunanekonomi, dan pencangkokan kapitalisme. Pola modernisasi kolonialseperti ini tidak terelakkan mengarah ke “pembangunanketerbelakangan,” sesuai dengan ungkapan yang dipergunakan olehAndre Gunder Frank. Proses sosial, politik, ekonomi yang serupayang mana menghasilkan perkembangan sosial yang dihasilkan olehmetropolis dan ditegakkannya ketidakmajuan dan keterbelakangandi koloni. Dua negeri yang secara organik berhubungan danberpartisipasi selama beberapa dekade dan berabad-abad padaumumnya, terintegrasi ke dalam sistem ekonomi dunia, bahkandengan konsekuensi yang bertentangan. Sehingga pada saat yang2 Myrdal, Gunnar, Asian Drama, Penguin Edition, Vol. I, 1968, hal. 704.3 Sebagaimana J.S. Furnivall katakan: “India modern tumbuh berdampingan denganEropa modern,” Colonial Policy and Practise, 1956, hal. 537-8.

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 3 |

sama koloni dimodernisasi dan diterbelakangkan.4

Saya nampaknya mendekati bagian ini dengan kutipan panjangdari apa yang saya tulis pada tahun 1971:

... studi kolonialisme dapat dibantu bila studi tersebutdapat melihat tahapan historis yang berbeda atau periodeperkembangan sejarah modern di India yang manamencampurkan antara tradisional, masyarakat pra-Inggris,ekonomi pra-kapitalis dengan kapitalis modern, atauekonomi sosialis dan masyarakat sosialis. Ini semua tidaksemata-mata beradaptasi atau menyimpang terhadap yanglama, masyarakat dimodernisasi tidak secara parsial,maupun negara masyarakat dalam peralihan. Itu semua jugatidak tepat dan ciri-ciri negatif dan positif dari dua halyang dicampur-adukkan juga tidak sesuai. Ini ‘semua’merupakan struktur yang kokoh, formasi sosial (sistem)yang berbeda atau sub-formasi (sub-sistem) yang didasarkanpengawasan ekonomi dan masyarakat di tangan-tangankapitalis asing yang berfungsi di koloni (atau semi koloni)melalui ketergantungan dan kepatuhan ekonomi, sosial,politik dan intelektual, semua bentuk struktur dapatdisesuaikan dengan kondisi-kondisi perubahanperkembangan historis kapitalisme sebagai sistem seluruhdunia.

Di sini saya hendak mengulangi pernyataan saya, bahwapenguasa Inggris menghancurkan basis ekonomi dan politikmasyarakat lama. Terjadinya pembubaran cara produksipra-kapitalis lama; tetapi sistem kapitalis yang baru tidakberlangsung; meskipun cara produksi kolonial yang barutelah masuk ke dalam. Misalnya, setelah diperkenalkansistem sewa tanah pada tahun 1793, secara sempurna

4 Salah satu alasan mengapa tradisi model modernitas adalah alat yang menyesatkanuntuk menganalisa pasca-kolonial. Tentunya setelah koloni-koloni mengalamimodernisasi.

| 4 |

menghancurkan relasi-relasi agraris yang lama. Strukturagraris yang baru dikembangkan disesuaikan dengankebutuhan-kebutuhan kolonialisme dan niscaya denganakibat terlepasnya kekuatan-kekuatan ekonomi dari strukturlama semi-feodal, tetapi struktur yang lama dengan begitumenampilkan struktur yang baru; struktur yang baru tidakdihidupkan dari yang lama. Kenyataannya, seluruh struktursosial India, relasi-relasi yang baru dan klas-klas yang baru-– struktur klas internal yang baru -– di manapengembangannya diproduk, dan diintegrasikansepenuhnya dengan, kolonialisme. Sebagian kekacauanmuncul dari situasi kesejarahan yang rumit. Kapitalismedunia adalah sistem yang tunggal dan kolonialismemerupakan landasan dari sistem kapitalisme. Meskipunkolonialisme mempunyai karakteristik yang berbeda dengankapitalisme. Oleh karena itu, kita mempunyai, pandanganyang sama terhadap sistem imperialisme-kolonialismedalam dua bentuk kesatuan yang terpisah, satu di kolonidan yang lainnya di metropolis.5

(B) Secara tradisional, kolonialisme dilihat sebagai hasil ideologiatau personaliti atau kebijakan yang dengan sendirinya sangatberpedoman dari yang pertama dan yang kedua. Sehingga jikamembedakan administrator-administrator kolonial dapatdiperlihatkan perbedaan motif-motif personal, gagasan-gagasandan kebijakan-kebijakan, kesimpulan dari semua itu nampaknyakolonialisme tidak mempunyai pengertian yang lengkap, kecualisebagai penguasa politik asing. Demikian pula, dewasa ini banyakekonom yang berhubungan dengan teori pembangunan yangmengkritik peranan kapitalisme, tetapi kolonialisme dilihat semata-mata dalam aspek dominasi politik asing.

Sebagaimana penjelasan di muka, kecenderungan dewasa ini

5 Chandra, Bipan, “Colonialism and Modernization,” Proceedings of Indian HistoryCongress, Jabalpur Session, hal. 22-23, 1971. Selanjutnya sumbangan tema inidikembangkan oleh Jairus Banaji dan Hamza Alavi.

| 5 |

melihat kolonialisme sebagai struktur. Masih belum ada sumber-sumber intelektual untuk memahami struktur kolonialisme secaralengkap dan mencakup bermacam ragam jaringan dan keterkaitan–- lapisan dan lalu-lintas -– yang mana melalui artikulasi strukturkolonialisme. Tetapi kita dapat menentukan penegasan bahwakolonialisme lebih banyak merupakan pengawasan politik ataukebijaksanaan kolonial. “Negara kolonial niscaya bagian dari sistemkolonial: negara kolonial adalah instrumen melalui sistem yangsangat diperkuat; dan kebijakan-kebijakan kolonial membantumengembangkan dan menegakkan struktur kolonial. Namun negarakolonial dan kebijakan-kebijakan kolonial bukan merupakan esensikolonialisme. Kolonialisme adalah penyempurnaan dari integrasiyang kompleks dan melibatkan ekonomi India dan masyarakatIndia dibawa masuk ke dalam kapitalisme dunia dengan tahap-tahap melalui hampir dua abad pengabdian.6

Sehingga ketika kita mengatakan kolonialisme dilihat sebagaisebuah struktur, kita mengartikan kepentingan-kepentingankolonial, kebijakan-kebijakan, negara dan lembaga-lembagakolonial, kebudayaan dan masyarakat kolonial, gagasan-gagasanserta ideologi-ideologi, dan personalitas-personalitas kolonialdilihat sebagai fungsi di dalam karakteristik struktur kolonial,yang mana kolonialisme sendiri dapat dibatasi oleh salingketerkaitannya secara keseluruhan.

(C) Benturan awal struktur kolonialisme antara metropolis kapitalisdengan ekonomi dan masyarakat koloni diawali melalui subordinasimetropolis, sehingga pola-pola perubahan subordinasi dijalankandalam jangka waktu yang lama. Konsekuensinya, kolonialisme dariawalnya menjalankan keterbelakangan. Pandangan ini tidak hanyabertentangan dengan pandangan kapitalis-kolonial yang tradisionalbahwa pembangunan kolonialisme dan modernisasi kolonial -– atausedikitnya dicoba dilakukan –- namun juga pandangan marxistradisional, bahwa kolonialisme berangkat melalui dua tahap, satupositif dan yang lainnya negatif, yang positif berkaitan dengan6 Chandra, Bipan, “Colinialism and Modernization,” op.cit., hal. 21.

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 6 |

periode yang pertama dan yang negatif berhubungan dengan yangkedua, karakter tahapan pertama selama pra-imperialis dandampak terhadap kolonialisme secara keseluruhan positif meskipunbanyak kejahatan, banyak penindasan, sedangkan giliran tahapkedua yang negatif, zaman imperialisme modern (imperialismefinans) termasuk tahap antara 1870 hingga 1914.

Pada kenyataannya, aspek-aspek dan dampak-dampak kolonialismedijalankan secara serempak. Yang disebut aspek positif adalahbagian integral, dan aspek negatif dari kolonialisme adalah, yangsecara efektif memperbesar struktur. Tahap-tahap kolonialismeyang positif dan negatif agaknya merupakan tahap-tahap dalamkognisi dan pemahaman fenomena kolonial dengan penipuan-penipuannya. Sehingga banyak intelektual kolonial danmetropolitan, termasuk Marx sebelum 1859, gagal untukmemahami ciri-ciri utama masyarakat kolonial dalam tahun-tahunawal pembentukan struktur kolonial dan menghadirkan ketentuancitra kolonialisme yang positif. Lambat-laun, sebagai kenyataandipermukaan, mereka mampu melihat ciri-ciri esensialkolonialisme yang negatif. Meskipun intelektual melihat aspek-aspek perubahan dan sejarah politik berhubungan dengan tahap-tahap awal kolonialisme, mereka berasumsi bahwa kenyataankoloni mengalami kekalahan yang drastis. Tulisan-tulisan Hobsondan Lenin, atau membaca tulisan-tulisan Lenin dengan sepenggal-sepenggal, menganggap tahap imperialisme yang baru pada paruhakhir abad ke-19 akan menambah ketidakpahaman terhadapkolonialisme.

(D) Dasar dari kolonialisme adalah eksploitasi ekonomi ataupengedukan surplus sosial dari koloni. Bentuk-bentuk pengedukansurplus atau yang mana pola-pola ekonomi dan masyarakat kolonidisubordinasi dan menyerahkan jasa ke metropolis, perubahan-perubahan dijalankan dalam waktu yang lama. Dan kebijakankolonial, negara dan lembaga-lembaga kolonial, budaya, gagasan-gagasan dan ideologi-ideologi merupakan bentuk-bentukperubahan yang dilakukan.

| 7 |

Sehingga, kolonialisme, tidak dilihat sebagai satu keberlanjutandan struktur yang sama; namun kolonialisme melalui tahap-tahapyang berhubungan dengan bentuk-bentuk pengedukan surplus.7

Secara historis, kolonialisme menjalani tiga tahap yang berbeda,setiap tahap mewakili pola subordinasi ekonomi, masyarakat,dan lingkungan politik kolonial yang berbeda, dan mengakibatkankebijakan-kebijakan kolonial, ideologi-ideologi, dampak sertatanggapan rakyat kolonial yang berbeda. Perubahan dari satu tahapke tahap lainnya secara parsial mengakibatkan perubahan pola-pola sosial, ekonomi, serta perkembangan politik di metropolis,dan perubahan posisi metropolis dengan ekonomi dan lingkunganpolitik dunia.

Tahap-tahap kolonialisme bagi koloni-koloni yang berbeda tidakdibatasi oleh wawasan yang sama; namun tahap-tahap tersebutsecara luas mengandung pokok yang sama bagi semua koloni.Walaupun, tahap-tahap tidak berada dalam bentuk-bentuk yangmurni; dalam pengertian setiap tahap adalah sebuah abstraksi.Maupun pemenggalan penajaman antara satu tahap dengan tahaplainnya. Bentuk-bentuk surplus yang diperoleh dan ciri-cirikolonialisme lainnya dari tahap awal berlanjut ke tahapselanjutnya. Bagaimanapun, setiap tahap, mempunyai pemenggalanyang berbeda, ciri-ciri kualitatif yang dominan yang memisahkantahap pertama dari tahap lainnya. Ciri-ciri kualitatif yang dominanjuga perlu dikemukakan, bentuk baru pengedukan surplus menjaditerhenti pertumbuhannya dalam koloni yang khas karena faktor-faktor historis yang berbeda. Jadi tahap ketiga adalah, tahapimperialis finans yang pertumbuhannya terhenti di India; kedua,tahap perdagangan bebas di Indonesia, dan yang pertama dankedua, tahap merkantilis perdagangan bebas di Mesir.

7 Definisi kolonialisme semata-mata dikaburkan oleh aspek utamanya, dominasipolitiknya. Meskipun penaklukkan koloni itu sendiri dalam banyak kasus diciptakanoleh negara kolonial dan hampir seluruh kasus dibayar oleh rakyat dan negara kolonial.

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 8 |

II Garis Besar Tahap-Tahap Kolonialisme

(A) Tahap Pertama: Periode Monopoli Perdagangan danPengedukan HasilSelama tahap pertama kolonialisme dasar obyektif kolonialismeadalah (i) monopoli perdagangan dengan koloni, saudagar-saudagarEropa lainnya berhadapan langsung (vis-a-vis) dengan pedagang-pedagang serta produsen-produsen koloni. Walaupun demikian,pada suatu ketika tukang-tukang yang trampil atau produsen-produsen lainnya akan bekerja untuk kepentingan negara kolonial,perusahaan-perusahaan atau saudagar-saudagar, mereka mengeduksurplus tidak menggunakan ukuran pola industri kapitalis tetapidengan cara saudagar-pengriba. (ii) Pengaturan pengedukan pajakatau surplus melalui kekuatan negara. Negara kolonial atauperusahaan-perusahaan memerlukan sumber-sumber keuangan yangbesar untuk memelihara angkatan laut, pelabuhan-pelabuhan,tentara dan pos-pos perdagangan. Pengaturan pengedukan surplusdari koloni juga memerlukan anggaran belanja untuk produk-produkkolonial, sejak koloni-koloni tidak mampu untuk mengimporproduk-produk dari metropolitan. Pengedukan surplus secaralangsung juga dimanfaatkan sebagai sumber keuntungan bagisaudagar-saudagar, perusahaan-perusahaan, dan kas metropolis.Sebagian besar orang Eropa dipekerjakan di koloni juga sebagianbesar surplus secara langsung diperoleh melalui pemerasan dankorupsi atau gaji-gaji yang tinggi.

Perlu dikemukakan dalam tahap ini (i) elemen perampasan danpengedukan surplus melalui perampasan sangat kuat selama tahapkolonialisme ini; dan (ii) tidak ada impor manufaktur yangsignifikan dari metropolitan ke koloni.

Ciri utama pemerintahan kolonial selama periode ini adalah tidakada perubahan mendasar dalam mengintrodusir administrasi dikoloni, sistem pengadilan, transportasi dan komunikasi, metode-metode pertanian atau produksi industri, bentuk-bentuk urusanpemasaran, atau organisasi ekonomi (kecuali menghasilkan sistem

| 9 |

dan perkebunan-perkebunan di beberapa koloni) pendidikan ataulapangan intelektual, kebudayaan, dan organisasi sosial.Perubahan-perubahan dilaksanakan hanya pada organisasi danteknologi, yang mana pada saat itu kepala-kepala suku yangmerdeka serta penguasa-penguasa koloni juga dicoba diikut-sertakan, dan ditempatkan dalam struktur administrasi tertinggiuntuk turut mengumpulkan pajak agar penarikan pajak lebihefisien.

Kenapa harus demikian? Karena cara pengedukan surplus kolonialmelalui pembelian produk tukang-tukang ahli di kota koloni danperkebunan serta produksi-produksi lainnya melalui monopolipembelian dan melalui pengawasan dalam penarikan pajak, tidakdiperlukan perubahan mendasar dalam sosio-ekonomi danadministrasi di koloni. Koloni benar-benar dipaksa untukmenerima keberadaan ekonomi, sosial, kebudayaan, ideologi,dan struktur politik kolonial. Juga kekuasaan kolonial tidak perlumelakukan penetrasi pedesaan lebih dalam, lebih baikmempergunakan penguasa-penguasa pribumi selama mereka dalammelakukan pengedukan surplus ekonomi dengan baik.

Tidak diperlukannya perubahan juga tercermin dalam ideologi-ideologi penguasa. Di mana, karena, tidak ada ‘ideologipembangunan’ atau gembar-gembor pembangunan. Tidak adaperubahan ekonomi kolonial tetapi keberlangsungan ekonomikoloni berdasarkan eksploitasi ekonomi. Oleh karena itu juga tidakbanyak dibutuhkan untuk mengembangkan peradaban kolonial,agama, hukum, dan sebagainya, bagi mereka melakukan halsemacam itu dilihat sebagai hambatan untuk melaksanakan cara-cara pengedukan surplus. Kebutuhan untuk memahami cara-carapenarikan surlus sehingga roda-roda administrasi bergerak lebihlancar. Kritik yang dilakukan oleh para misionari juga dibatasi.

(B) Tahap Kedua: Eksploitasi melalui PerdaganganPerkembangan industri yang baru dan kepentingan-kepentingandi metropolis serta ideologi-ideologinya lambat-laun mulai

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 11 |

penyedia bahan-bahan mentah di dalam perspektif perluasanreproduksi.

Sehingga esensi tahap kedua kolonialisme adalah mengarahkankoloni ke dalam subordinasi partner dagang yang dapatmengekspor bahan-bahan mentah serta impor manufaktur.Pengedukan surplus sosial dari koloni melalui perdagangan atasdasar penjualan yang murah dan pembelian yang murah. Tahapkolonialisme ini bahkan mencakup mencegah kebebasan berpolitiknegeri-negeri koloni.

Masalahnya masih menunggu keputusan mekanisme pengedukansurplus di koloni di bawah kondisi-kondisi daya beli metropolisserta persaingan harga penjualan. Aliran dominan ekonom-ekonomdi Eropa, hampir selama dua abad, menyangkal keterlibataneksploitasi dalam keterkaitan yang khas; agaknya, penyangkalaneksploitasi ditegakkan melalui teori perbandingan harga danpembagian kerja internasional, kedua sisi ini menguntungkanketerkaitan ekonomi. Banyak kritik terhadap tahap kolonialismekedua, yang berpendapat bahwa eksploitasi koloni berlangsungmelalui nilai tukar terhadap seluruh gerak yang menentang produk-produk primer. Hal ini senantiasa tidak benar. Harga ekspor dimetropolis jatuh merosot ketimbang harga impor. Jatuhnya hargaberkaitan dengan cerminan perbaikan teknologi serta pembesaranteknologi dan terutama dimanfaatkannya mesin dengan lebih baik,yang memungkinkan diperluasnya perdagangan serta pelebaranpasar. Meningkatnya harga-harga impor dan jatuhnya harga ekspormemperluas ekspor jauh lebih memadai untuk mengarah padapeningkatan produktivitas hasil bahan-bahan mentah di koloni.Oleh sebab itu persoalan pokok bagi tahap kolonialisme kedua,adalah apa yang terjadi dengan produktivitas di metropolis sertadi koloni.

Masalah mekanisme pengedukan surplus di tahap keduakolonialisme dalam beberapa tahun belakangan ini ditelaahkembali pada karya Agrghiri Emmanuel dan Samir Amin.

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 12 |

Koloni tidak dapat dieksploitir dalam cara baru denganmelangsungkan eksploitasi ekonomi, politik, administratif, sosial,budaya, serta ikatan ideologi; keadaan ini untuk menghancurkanserta mentransformasikan seluruh struktur kolonial.

Transformasi ini secara aktif dikerjakan di bawah sloganpembangunan dan modernisasi. Dalam lapangan ekonomi ini berartimengintegrasikan ekonomi kolonial dengan ekonomi dunia kapitalisdan yang terpenting ekonomi metropolitan. Instrumen utamaterhadap integrasi tersebut adalah perdagangan bebas luar negeridi koloni terhadap semua pembatasan dan tarif, teristimewa sejauhmenyangkut perdagangan luar-negeri dengan metropolis. Periodeini merupakan tahap yang penting, lebih jauh koloni terlibatdengan negeri perdagangan bebas ketimbang denganmetropolisnya sendiri. Masuknya kebebasan sekarang diberikankepada kapitalis untuk mengembangkan perkebunan metropolis,perdagangan, transportasi, tambang, dan beberapa kasus industridi koloni. Negara kolonial aktif menyumbang keuangan dan lainnyauntuk membantu kapitalis metropolitan, bahkan ketika doktrinlaissez faire kekuasaannya merajalela di dalam negeri. Strukturagraria koloni diusahakan untuk ditransformasikan dengan tujuanmembuat koloni lebih banyak mereproduksi dengan menginisiasiagrikultur kapitalis. Demikian pula, usaha utama untuk membuatperbaikan sistem transportasi dan komunikasi.

Perubahan utama berlangsung dalam bidang administratif.Sekarang administrasi kolonial menjadi lebih terperinci dan jugamengkonprehensifkan perembesan ke bawah seandainya produk-rpoduk metropolitan melakukan penetrasi ke kota-kota dan desa-desa pedalaman serta produksi pertanian mereka begitu berlarut-larut. Struktur legal di koloni harus berhasil sebagai kontrak resmi(sanctify) dan esensial penyelenggaraan kontrak yang legal jikakeperluan transaksi jutaan bagi pengembangan impor serta eksporbarang-barang menjadi aktif. Penyelenggaraan ekspor-imporberlangsung selama tahap ini, kapitalis Barat dengan resmimemperkenalkan sistem pengadilan di koloni-koloni dan semi-

| 13 |

koloni. Bagaimanapun, perubahan-perubahan, kerapkali hanyaberkaitan dengan hukum kriminal, hukum kontrak, dan prosedur-prosedur hukum sipil; hukum personal, termasuk perkawinan sertawarisan, sering tidak disentuh.

Sekarang diperkenalkan pendidikan modern, dengan perluasanlebih besar atau lebih kecil, secara mendasar dengan pandanganuntuk menciptakan manusia baru, mesin administratif sangatdiperluas, namun juga sebagai aspek transformasi masyarakat dankebudayaan koloni, yang mana kedua aspek tersebut, denganpandangan untuk membuat pengembangan reproduksi kolonial danuntuk mengembangkan budaya patuh di antara rakyat kolonial.Banyak intelektual di koloni juga mengibarkan benderamodernisasi dan budaya namun dengan alasan-alasan yangbertentangan.

Tahap kedua kolonialisme membangkitkan ideologi politikimperialis yang liberal di antara bagian-bagian pernyataanimperialis serta para administratornya membicarakan untukmelatih rakyat kolonial dalam seni demokrasi dan pemerintahansendiri. Para administrator imperialis percaya jika rakyat kolonial‘diajarkan’ hukum-hukum kebajikan dan tata tertib, bisnis-bisniskontrak yang resmi, perdagangan bebas, dan pembangunanekonomi, keterkaitan ekonomi diletakkan pada inti mengekalkantahap kedua kolonialisme, sekalipun kekuatan metropolitanmenarik diri dari pengaturan politik dan pengawasan administrasi.

Usaha mentransformasikan struktur sosio-ekonomi koloni syaratyang tidak terelakkan, bahwa kelangsungan budaya dan masyarakatkoloni dianggap tidak memadai dan mengalami kemerosotan.Sekarang mereka mengkritik dengan tajam pengawasan ketat olehnegara kolonial. Tahap ini juga membuktikan melahirkan pengikutideologi pembangunan. Karena munculnya ekonomi ‘pembangunan’setelah Perang Dunia Kedua dalam periode keberhasilan gerakan-gerakan pembebasan nasional, hal ini kerapkali dilupakan bahwaekonomi kolonisasi, banyak menjadikan koloni di bawah bendera

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 14 |

ideologi pembangunan. Selain itu, seringkali dua teori ekonomipembangunan memiliki kemiripan, meskipun sama sekalidipisahkan oleh pergeseran zaman. Pada awalnya teori ekonomipembangunan menegaskan (i) hukum dan tata tertib, (ii) pemilikanpribadi atas tanah, (iii) penanaman modal asing untukmenggantikan kekurangan modal di koloni dan untuk memberikancontoh kepada pengusaha domestik, (iv) pembangunan alat-alattransportasi, (v) mengembangkan perdagangan luar-negeri, (vi)pendidikan modern yang dapat memungkinkan rakyat kolonialuntuk memahami teori-teori pembangunan, dan (vii) kebudayaanmodern yang dapat mengembangkan kebiasaan menghemat(menabung) dan keberanian berusaha.

Diperlukan satu petunjuk untuk menegaskan hubungan ini: Otoritaskolonial tidak sengaja meletakkan keterbelakangan koloni.Sebaliknya, mereka berusaha sepenuhnya untuk membangun kolonisehingga koloni dapat disempurnakan, meskipun dalam posisisubordinasi, masyarakat dan ekonomi metropolitan.Keterbelakangan bukan keinginan tetapi konsekuensi yang takterelakkan terhadap kerja perdagangan kolonialisme yang tidakdapat ditawar-tawar dan kontradiksi-kontradiksi di dalamperdagangan kolonialisme. Untuk alasan yang sama, di sana tidakada teori imperialisme keterbelakangan -– keterbelakanganadalah hasil praktek teori-teori pembangunan yang khas.

Bentuk-bentuk awal pengedukan surplus dilanjutkan selama tahapini dan menjadi tak henti-hentinya atas kerja penuh kolonialisme.Ditambah, sejak itu koloni juga membayar ongkos transformasipembangunan, beban atas petani kolonial semakin meningkat.

Dalam banyak sektor upaya dalam praktek transformasionaldibatasi dan yang terpenting dalam sektor agrikultural karenakontradiksi-kontradiksi di dalam tubuh kolonialisme. Contohnya,kolonialisme selama tahap ini, banyak koloni memperoleh apayang dikenal sebagai ciri-ciri ‘semi-feodal’ pada agrikultur mereka.

| 15 |

(C) Tahap Ketiga: Era Penanaman Modal Asing dan KompetisiInternasional untuk Memperebutkan Koloni-Koloni.Tahap baru kolonialisme menunjukkan hasil beberapa perubahanutama dalam ekonomi dunia; lajunya industrialisasi untuk beberapanegeri di Eropa, Amerika Utara, dan Jepang; intensifikasiindustrialisasi sebagai hasil penerapan pengetahuan ilmiah bagiindustri; selanjutnya penggabungan pasar dunia yang berkaitandengan revolusi dalam alat-alat transportasi internasional. Di manasekarang terjadi perjuangan yang kuat bagi pasar-pasar eksklusifyang baru, dan terjamin serta perjuangan untuk memperolehsumber-sumber bahan mentah mineral dan pertanian dan bahanmakanan. Selain itu, diperluasnya reproduksi di dalam negeri danmempertajam eksploitasi koloni-koloni serta semi-koloni untukmenghasilkan akumulasi kapital yang besar bagi negeri-negerikapitalis maju. Berlangsungnya konsentrasi kapital secara serempakdan penggabungan kapital bank dengan kapital industri di beberapanegeri. Hal ini mengarah kepada ekspor kapital skala besar sertamencari lapangan-lapangan monopoli dan wilayah-wilayah yangdapat ditanamkan kapital. Seluruhnya terdiri dari tiga aspek, yaknipasar, sumber-sumber bahan mentah, dan kapital ekspor, ketiganyasaling berkaitan, dan tidak satupun di antara ketiganya dapatmenaikkan ongkos produksi satu sama lain secara berlebihan.Contohnya, luasnya penanaman modal dapat menopang lajunyalaba di dalam negeri, bantuan produksi bahan-bahan mentah,dan secara langsung atau tidak langsung menciptakan pasar bagiproduk industri dalam negeri. Perjuangan bagi pembagian danpembagian kembali dunia di antara negeri-negeri imperialis sangatdiperkuat, penyegaran digunakan untuk menemukan koloni-koloniyang lama. Penarikan surplus sosial dan tenaga-kerja yang merekalakukan digunakan untuk menanggapi perjuangan ini. Kolonialismepada tahap ini juga membawa kepentingan politik dan tujuan-tujuan ideologi di metropolis. Nasionalisme atau Cauvinisme,petualang, pemujaan empire dapat digunakan untuk memperlambatpertumbuhan pembagian kerja di dalam negeri denganmenekankan kepentingan-kepentingan umum di empire. Lebihistimewa, empire dan pemujaan tersebut digunakan untuk

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 16 |

menanggapi pertumbuhan demokrasi rakyat dan sertamengintroduksi hak suara orang dewasa, sikap yang dapatmembahayakan dominasi politik klas kapitalis dan dapatmeningkatkan pentingnya instrumen-instrumen hegemoni ideologiatas masyarakat. Gagasan hegemoni ideologi empire memainkanperanan yang semakin penting.

Metropolitan berusaha dengan giat membuat pengawasan yangterkonsolidasi terhadap koloni-koloni yang diperoleh dalam tahapawal. Sekarang kebijakan-kebijakan imperialis reaksioner digantidengan kebijakan-kebijakan imperialis liberal. Untuk mengawetkankelangsungan kekuasaan kolonial atas basis permanen, secaraesensial sekarang didasarkan atas seluruh perhitungan, namunteristimewa untuk menarik kapital metropolitan ke koloni danmenyediakan jaminan keamanan kapital metropolitan.Bagaimanapun hal ini harus dikemukakan berkenaan denganperanan penting kelangsungan koloni-koloni agar lebih dapatdiharapkan atau memotivasi hal yang potensial ketimbang halyang aktual. Bagaimanapun, potensial, sama dengan motifpengawasan metropolitan terhadap koloni sangat kuat dan penting.Dalam kenyataannya, pada tahap pertama dan kedua, banyakkoloni dan semi-koloni gagal untuk menyedot kuantitas kapitalmetropolitan mengekspor surplus-surplus sosial lebih banyakketimbang impor kapital ke dalam metropolitan. Bahkan, kerapkaliperluasan penanaman modal asing dibatasi di metropolitan, sebabsebagian kecil pengedukan surplus sosial dilakukan oleh metropolis.Alasan utama kenapa kapital metropolitan tidak ditanam dikoloni-koloni, karena tingkat kerusakan ekonomi koloni semakinsignifikan atau keterbelakangan selama tahap keduakolonialisme. Jika kapital asing diinvestasikan di koloni-koloni,produk-produk metropolitan terutama harus dijual di koloni –-namun kegagalan mereka mereproduksi koloni-koloni selama tahapkedua, sekarang sedikit banyak mereka membuka koloni untukkepentingan modal asing. Ditambah pula dengan keadaankapitalisme di dalam negeri, Keadaan kapitalisme di koloni-kolonidalam tahap yang sekarat! Konsekuensinya, bahkan penanaman

| 17 |

modal asing dibatasi hanya di bidang pengusahaan pertanian atauindustri yang mana produknya siap dipasarkan di luar koloni ataumenyediakan infrastruktur bagi keperluan ekspor. Pasar kolonialkurang bermanfaat untuk kapitalis asing, kebanyakan kasus setelahpasar koloni ditemukan, pasar mengalami himpitan dan kerusakanberat. Bagaimanapun, keadaan pasar koloni seperti ini, tetapmengharuskan tekanan pada dilanjutkannya penyerapan potensialkapital asing ke koloni-koloni bagi keberlangsungan kekuatan ElDoradoes (surga yang dihayalkan) yang dipengaruhi oleh kebijakankolonial.

Bentuk-bentuk awal pengedukan surplus sekali lagi dilanjutkandalam tahap ini. Kenyataannya, beberapa koloni, terutama India,awal bentuk kedua pengedukan surplus tetap lebih pentingketimbang tahap ketiga atau pertama.

Secara politik dan administratif tahap ketiga kolonialisme berartipembaruan dari tahap sebelumnya serta pengawasan lebih intensifatas koloni. Selain itu, yang lebih penting tahap ketiga sekarang,bahwa administrasi kolonial dapat merembes ke setiap pori-porimasyarakat kolonial dan setiap pelabuhan, kota kecil, pedesaanberkaitan dengan ekonomi dunia. Sekarang administrasi jugamenjadi lebih birokratik, terperinci dan efisien.

Sekarang perubahan utama terjadi dalam ideologi kolonialisme.Pembicaraan tentang melatih rakyat kolonial untuk merdekadimatikan dan hanya menghidupkan kembali tekanan di bawahgerakan-gerakan anti-imperialisme. Malahan melahirkanperbincangan despotisme yang penuh kebajikan, keberadaanrakyat kolonial secara permanen belum dewasa atau rakyat yangmasih ‘kanak-kanak’ atas kegelisahannya diperlukan perwalianyang permanen. Geografi, ‘ras,’ iklim, sejarah, organisasi sosial,budaya, agama rakyat kolonial ditunjuk sebagai faktor-faktor yangmembuat mereka secara permanen tidak layak untukpemerintahan-sendiri. Tahap ini sangat tajam bedanya dengantahap kedua yang mana rakyat kolonial dipercayai mampu untuk

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 18 |

dididik dan dilatih menjadi tiruan rakyat Eropa yang maju danoleh karena itu berhak mendirikan bangsa-bangsa yang memerintahdiri sendiri.

Upaya-upaya transformasi ekonomi, masyarakat, dan budayakoloni dilanjutkan selama tahap ini juga sekali lagi melalui hasil-hasil yang telah diperbaiki. Bagaimanapun, kecenderungandikembangkannya pemutusan sosial dan modernisasi budaya,khususnya sebagai kekuatan-kekuatan anti-imperialis merupakantugas yang baru dimulai. Administrasi kolonial semakin dianggapmempunyai sikap netral terhadap masalah-masalah sosial danbudaya dan kemudian mulai mendukung reaksi sosial dan budayaatas nama pengawetan lembaga-lembaga pribumi.

III. Negara Kolonial

Bagian terakhir dari tulisan ini, saya ingin menyusun beberapacatatan pendahuluan dan ciri-ciri sementara mengenai negarakolonial, sedangkan menyesuaikan dengan fakta studi sejarah yangserius mengenai sifat negara kolonial serta hubungannya denganmasyarakat kolonial masih dalam penggarapan. Perbedaan utamaantara negara kolonial dengan negara kapitalis adalah kekhususankesejarahannya; sebaliknya kerangka teoritis kita serupa sepertiyang disusun dalam studi negara kapitalis oleh Marx, Engels, danLenin dan selanjutnya dikembangkan oleh Antonio Gramsci, RalphMilliband, Nicolas Poulanzas dan lain-lainya. Usaha kita terutamamenguraikan apa yang menjadi keistimewaan kolonial di sekitarnegara kolonial.

(A) Apa yang dikatakan Marx tentang keberadaan negara “semata-mata alat dari klas yang berkuasa untuk menindas klas lainnya“digunakan untuk negara kolonial tetapi dengan landasan yangberbeda: negara kolonial adalah alat untuk menindas seluruhmasyarakat. Sebenarnya asumsi ini menjadi tidak dapat disangkalnamun yang menjadi perlu ditegaskan di sini hampir semuasejarawan dan ilmuwan sosial yang mempelajari imperialis

| 19 |

mengabaikan atau mengaburkan aspek ini.

Negara kolonial memainkan peranan yang sangat besar, baik secarakuantitatif maupun kualitatif, barangkali di dalam sistem kolonialada formasi sosial lainnya. Pertama-tama, kolonialisme adalahstruktur dari negara kolonial.8 Tidak seperti di sistem kapitalis,di mana negara terutama berperan untuk secara legal menyediakanlembaga infrastruktur bagi relasi-relasi produksi kapitalis dan dimana negara kerapkali tidak memaksakan turut dalam prosesproduksi hingga abad ke-20 dan sistem dipelihara oleh prosesproduksi itu sendiri, negara kolonial tidak memancangkansuperstruktur atas basis ekonomi kolonial; negara kolonial elemenyang integral dan turut campur tangan dalam menstrukturkan danmemfungsikan ekonomi kolonial. Sedangkan “‘klas penguasa’ dalammasyarakat kapitalis yang memiliki dan mengawasi alat-alatproduksi dan mempunyai wewenang, didasarkan atas kekuatanekonomi sehingga dapat berunding dengan negara, negaradimanfaatkan sebagai alat kekuasaan klas kapitalis untukmendominasi masyarakat,“9 di bawah kolonialisme merupakankasus yang sebaliknya. Karena di bawah kolonialisme pengawasankoloni melalui negara kolonial, maka kapitalisme metropolitanmampu untuk mensubordinasikan pengawasannya, danmengeksploitasi masyarakat. Sebenarnya kurun ini sama denganperiode laissez faire.

Jaminan hukum negara kolonial dan tata tertib keamanan yangdimilikinya juga mengandung bahaya baik dari internal maupuneksternal. Juga berbahaya, secara langsung atau tidak langsung,melalui tindakan-tindakan kelalaian atau komisi, menekankekuatan-kekuatan ekonomi pribumi dan proses-prosespeperangan bagi kepentingan kolonial. Kepentingan ini secaralangsung dijalankan bagi pengedukan surplus, terutama selamatahap pertama tetapi juga selama tahap lainnya. Hal ini terutama8 Selain itu penaklukkan koloni sendiri dalam banyak kasus dilakukan oleh negarakolonial dan hampir semua kasus dibayar oleh negara kolonial dan rakyat kolonial.9 Milliband, R., The State in Capitalist Society, 1969, hal. 22.

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 20 |

menunjukkan kebiasaan dari negara kapitalis. Peranan lain negarakolonial mencegah kesatuan di antara rakyat kolonial. Sebaliknyanegara kapitalis berupaya untuk mencegah bersatunya klas pekerjatetapi berusaha aktif untuk mengembangkan kesatuan dankeharmonisan di antara klas pemilik dan klas yang tidak bermilik,negara kolonial mencoba menghancurkan munculnya kesatuannasional di koloni, mengembangkan pembelahan masyarakatkolonial ke dalam berbagai bentuk kelompok sosial, termasukklas-klas sosial, dan meletakkan mereka dalam perselisihan satusama lain. Secara serempak, masyarakat kolonial diarahkan kedalam teori bahwa masyarakat kolonial dapat tercerai-berai(disintegrasi) tanpa adanya kolonialisme dan kesatuan masyarakatkolonial hanya dimungkinkan di bawah negara kolonial. Sehingga,perjuangan masyarakat kolonial terhadap anti-imperialisme dicobadibelokkan ke dalam perjuangan kasta terhadap kasta, ‘komunitas’terhadap ‘komunitas,’ ‘suku’ terhadap ‘suku’ dan bahkankadangkala klas terhadap klas.10

Lebih nyata, negara kolonial tidak hanya menegakkan kondisi-kondisi yang menguntungkan bagi berlanjutnya pengedukan surpluskolonial, namun secara aktif dan secara langsung memprodukdan mereproduksi kondisi-kondisi tersebut, termasukmemproduksi barang-barang dan jasa-jasa, untuk lebih diperluasketimbang yang dilakukan oleh negara kapitalis. Dan negarakolonial secara aktif membantu pengusaha-pengusaha asing.Terutama secara langsung memberikan bantuan ekonomi, sosial,budaya, politik, dan transformasi legal ke koloni agar reproduksisurplus kolonial skalanya dapat diperluas.

Bagaimanapun, negara kolonial, tidak mampu menanggung bebanberat selama fungsi-fungsi katalogusnya masih berperan.Munculnya kontradiksi utama di dalam kolonialisme bobotrelatifnya ditandai dengan kebijakan kolonial dan fungsi-fungsi

10 Analisa historis ataupun politik ilmuwan sosial imperialis, fenomena tersebut dijelaskansebagai refleksi ketika perjuangan anti-imperialis oleh masyarakat kolonial merupakanperjuangan ‘ideologi’ versus ‘kelompok kepentingan’ di dalam masyarakat kolonial.

| 21 |

pendanaan secara langsung pada satu pihak dan pada pihak lainmemfungsikan ‘transformasi’ atau ‘pembangunan’ masyarakatkolonial. Kontradiksi ini tercermin dalam krisis yang terus-meneruspada anggaran belanja kolonial, pajak yang tinggi terhadap rakyatkolonial, dan menghentikan pertumbuhan fungsi-fungsi‘pembangunan.’

Dalam masyarakat kolonial, keterkaitan antara dengan strukturekonomi yang mendasari adalah langsung dan eksplisit.Konsekuensinya, kekuatan-kekuatan anti-kolonial dengan mudahmampu untuk dipenetrasi dan karakter negara kolonial terungkapsebagai instrumen struktur ekonomi kolonial. Sekali lagi ekonomikolonialisme dapat dianalisa dan dipahami, dengan mudah dandengan cepat dipahami berdasarkan karakter negara kolonial dantanpa terkecuali gerakan-gerakan perjuangan anti-kolonial melaluirencana negara dan tingkat politisasi semakin bertambah.Sebaliknya di bawah kapitalisme perjuangan antara klas pekerjadengan kapitalisme terjadi pada serikat buruh dan perencanaan-perencanaan ekonomi serta tugas-tugas kapitalisme untukmengangkat rencana politik, teristimewa menampatkan perjuanganbagi kekuatan negara, tetap serius, kompleks, dan persoalan yangtak habis-habisnya, kekuatan anti-kolonial di bawah kolonialisme,hampir diawali, bahkan mereka dimulai dengan tahap-tahapmoderat, tuntutannya diarahkan sebagai bagian dari kekuasaannegara, dan kemudian gerak laju ke dalam politik anti-kolonialdibelenggu. Ini merupakan salah satu alasan mengapa perjuanganpembebasan nasional lebih mudah diorganisir ketimbang gerakan-gerakan (klas) sosial dalam kapitalis ataupun masyarakat pascakapitalis di mana hubungan antara negara dengan struktur ekonomiyang dominan yang kompleks dan sulit untuk dipahami dandijelaskan.

(C) Dengan cara yang sama, mekanisme pengawasan kolonialdiletakkan pada kulit luarnya, hal tersebut, hampir seluruhkebijakan kolonial dapat dijelaskan melalui proses-prosesinstrumental, yang mana lebih mudah untuk memahami dan

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

| 22 |

menyingkapnya. Kepentingan-kepentingan yang bagaimana yangdijalankan oleh negara kolonial? Dari awal jawabnya tidak begitujelas dan anti-imperialis jawaban yang sederhana. Keterkaitanantara kebijakan-kebijakan administratif kolonial dengankepentingan-kepentingan metropolitan lebih mudah ditegakkan.Mengapa kepentingan-kepentingan metropolitan lebih diutamakan?Tak pelak lagi, karena nampaknya pengawasan metropolitan sangatluas, bagaimana hal ini dapat dibuktikan bahwa negara kolonialmenjalankan kepentingan-kepentingan asing: Merupakan analisisinstrumental yang sederhana. Sebaliknya di bawah kapitalisme,kebijakan-kebijakan yang kompleks dan aparat-aparat negara tidakmemadai menjelaskan pengertian manipulasi mereka oleh klas-klas yang memerintah, di bawah kolonialisme tugas semacam initidak sulit. Rakyat kolonial bukan bagian dalam pengambilankebijakan serta pengawasan aparat-aparat negara dan proses-prosesnya. Ditambah pula milik-milik negara kolonial, karena dasarkarakter negara kolonial, kurang mampu untuk mengadakanperbaikan dan tindakan-tindakan kesejahteraan sertamengembangkan keharmonisan antara penguasa dengan yangdikuasai.

Dengan kata lain, negara kolonial buram, negara kolonial kerangkayang tidak jelas, dan mudah dipenetrasi. Legitimasi negara kolonialmudah dihancurkan. Pembuktian empiris kedudukan anti-imperialis mudah dihimpun dan dikembangkan. Sejarah dankehidupan saat ini penuh dengan kejadian-kejadian dan contoh-contoh yang mencolok. Dua aspek ini konsekuensi penting untukmasyarakat-masyarakat pasca kolonial. Pemimpin-pemimpin yangpaling anti-imperialis dijalankan melalui perjuangan kebebasandengan analisa-analisa instrumentalis dan diperluas dan,konsekuensinya, gagal untuk berupaya menghancurkan strukturkolonialisme secara total setelah kemerdekaan politik. Merekadatang dengan kepercayaan bahwa setelah mekanisme politik dibawah pengawasan pribumi, koloni berhasil dikolonisasi. Secaraserentak, mereka kehilangan peranan ideologi dan budaya kolonialdan aparat-aparat idolognya kerapkali melanjutkan keberadaan

| 23 |

dan mengfungsikan secara penuh dan secara bebas dalam situasipasca-kolonial. Kedua, mencakup dengan kesulitan dan tugaskompleks perjuangan organisasi sosial di dalam masyarakat pasca-kolonial, kelompok-kelompok sayap kiri berhubungan dengankeprihatinan untuk mengorganisir gerakan anti-kolonial dan dengandaya tarik untuk membenahi situasi kolonial dan tugas-tugas dalampembebasan nasional di masyarakat mereka.

(D) Bagaimanapun, dalam pengertian yang besar, jangkauan analisisstruktural bahkan lebih besar dalam negara kolonial ketimbangdalam negara kapitalis. Kenyatannya, aspek instrumental dan aspekstruktural dilebih-lebihkan dalam masyarakat kolonial. Jelasnya,negara kolonial bukan birokrasi dan instrumen-instrumen negarakolonial yang mana fungsi-fungsinya ditentukan oleh negara kolonialdan memasukkan kebijakan-kebijakan kolonial.11 Untuk itu kitaharus mempelajari struktur kolonialisme, dan yang terpentingstruktur ekonomi kolonialnya. Hal ini terutama yang paling penting,sebagaimana kita jabarkan dalam Bagian II, karena struktur kolonialdan konsekuensinya perubahan-perubahan dasar pada kebijakankolonial dalam tahap-tahap perbedaan kolonialisme bahkan melaluiinstrumen-instrumen negara lebih kurang dilanjutkan pada hal yangsama. Kolonialisme awalnya dimulai dengan kontradiksi-kontradiksidi dalam. Kebijakan-kebijakan kolonial ditentukan olehkontradiksi-kontradiksi tersebut dan upaya-upaya untukmemutuskan mereka pada setiap tahap kolonialisme.

(E) Negara kolonial lebih banyak bersandar pada dominasi danpolitik, tekanan aparat-aparatnya dan lebih kurang pada‘kepemimpinan’ atau ‘pengerahan’ didasarkan atas perwakilanketimbang negara kapitalis. Di bawah kolonialisme, perwakilanmenguasai pada masyarakat yang paling pasif. Masyarakat koloniallebih kurang sebuah masyarakat sipil. Kerangka ini, yang mana

11 Hal ini jelasnya nampak pada setiap administrator tingkat kolonial dan pernyataan,bagaimanapun mereka nampak ”mengkisahkan” sebagai individu-individu, juga batastertentu dengan struktur kolonial, bahkan mereka tidak dapat berfikir untuk melampauikondisi kolonial.

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

kerapkali dibahas oleh kolonialisme secara potensial menjadipertentangan di dalam dirinya sendiri, lebih kurang menjadi sosokyang hampa. Hal ini mempunyai dua konsekuensi: (i) negarakolonial sangat cepat masuk ke dalam krisis negara; dan (ii) ruanghampa dengan cepat diduduki oleh kekuatan-kekuatan anti-imperialis yang mana terutama bertugas menjadi kekuatan-kekuatan mobilisasi politik untuk melawan dominasi negarakolonial. Ini, kenyataan, alasan lainnya kenapa masyarakat kolonialpada awalnya lebih mudah untuk mengorganisasi gerakankemerdekaan nasional ketimbang gerakan sosial.

Dalam kerangka yang terbatas ini, kolonialisme merupakan elemenideologi yang mempesona yang terdiri dari dua aspek yangberbeda: Pertama mempercayai sistem birokrasi kolonial, danlainnya penetrasi ideologi dan mengawasi yang dikuasai.Pembahasan semacam ini tidak menguntungkan, maupun untukmempelajari struktur masyarakat kolonial secara akurat. Dalammempelajari struktur kolonialisme perlu untuk menganalisaideologi kolonialisme dalam tahap-tahap masyarakat kolonial yangberbeda, baik secara teoritis maupun secara politik. Umpamanya,dalam tahap kedua kolonialisme, rakyat kolonial dibujuk denganjanji modernisasi secara keseluruhan termasuk pembangunanekonomi, budaya modern, dan diperkenalkan politik modern dangagasan-gagasan politik termasuk pemerintahan-sendiri dandemokrasi. Dalam tahap ketiga, pada satu pihak, penekanan padatindakan kebajikan dan depolitisasi. Ketidak-mampuan permanenrakyat kolonial yang ‘kekanak-kanakan’ untuk mengatur diri merekasendiri atau untuk ketegasan praktek demokrasi. ‘Rakyat yangkekanak-kanakan’ juga tidak mampu untuk berpolitik, merekahanya dapat menjadi penerima kebajikan yang pasif.

Sehingga, secara aktif otoritas kolonial berlawanan denganpolitisasi rakyat dan mengajarkan ideologi yang tidak politis.Sepanjang periode ini mereka menyebarkan politik-politik yangtidak loyal tetapi dalam politik yang non-partisipasi. Merekamengambil jalan lain bagi politik-politik yang loyalis dan politik

| 24 |

memecah belah komunal, kasta, atau ‘suku’ hanya setelah upaya-upaya pencegahan politisasi anti-imperialis mengalami kegagalan.

(F) Apakah keterkaitan antara negara kolonial dan asing sertaklas-klas pribumi yang dieksploitasi? Negara kolonial secarasempurna disubordinasikan oleh burjuis negara metropolis danburjuis metropolitan secara keseluruhan. Oleh sebab itu negarakolonial kurang mempunyai karakteristik otonomi relatif negarakapitalis. Walaupun demikian, negara kolonial, mempunyaiotonomi yang saling berhadapan (vis-a-vis) dengan setiap kapitalisatau setiap kelompok kapitalis. Negara kolonial menjalankankepentingan jangka panjang bagi klas kapitalis metropolitan tetapitidak selamanya bergantung pada (behest) mereka. Denganpengertian, barangkali negara kolonial memiliki lebih besar tingkatotonomi relatif ketimbang negara kapitalis. Struktur negarakolonial atas koloni bukan arena percekcokan bagi pengembangankepentingan-kepentingan yang berlainan pada kelompok-kelompokkapitalis metropolitan yang berbeda. Perselisihan terjadi dilembaga-lembaga negara metropolitan. Umpamanya, perjuanganpolitik untuk membuat negara kolonial sebagai instrumen transisidari tahap kolonialisme pertama ke tahap lainnya terjadi dimetropolis.

Secara mendasar kolonialisme adalah berkaitan dengankemanusiaan. Tetapi sebaliknya di bawah kapitalisme keterkaitanini muncul di antara klas-klas, di bawah kolonialisme kaitantersebut ditegakkan antara klas penguasa asing dengan rakyatkolonial secara keseluruhan. Hal ini karena karakteristik negarakolonial sangat berbeda. Tugas utama negara kolonial tidakmemungkinkan untuk mengeduk nilai lebih melalui subordinasiklas atau klas-klas, tetapi menggabungkan ekonomi kolonial danmenundukkan masyarakat kolonial untuk ekonomi metropolitan,tidak memungkinkan untuk mengeksploitasi koloni secarakeseluruhan. Konsekuensinya, kolonialisme mendominasi seluruhklas pribumi di koloni. Salah satu aspek yang paling penting daristruktur klas koloni klas penguasa adalah asing dan pemilikan

| 25 |

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

klas-klas domestik bukan bagian dari klas pengasa; bahkan merekabukan bagian dari persekutuan subordinasi atau partner yunior;mereka secara sempurna dikuasai oleh klas penguasa; merekasecara keseluruhan “sama-sama impoten dan sama-sama bisu,mereka jatuh terbenam sebelum dikuasai.“12 Burjuis metropolitanboleh mengambil surplus sosial di koloni dengan klas atas pribumitetapi burjuis metropolitan bagian dari kekuasaan negara bersamamereka. Bahkan tuan-tuan semi-feodal dan para komprador bukanbagian dari kekuasaan negara kolonial. Aspek proposisi umumlainnya bahwa klas penguasa masyarakat kolonial tidak dikontrololeh kekuasaan negara karena kekuatan ekonomi berasal daripemilikan pribadi alat-alat produksi di koloni. Secara serentak,negara kolonial melindungi klas-klas pribumi yang dieksploitasitetapi dalam rangka melindungi kepentingan-kepentingan pemilikannegara kolonial, dengan cara, mengawasi kebebasan berpolitikmereka. Negara kolonial tidak melindungi mereka kecualisepanjang mempertahankan hakekat pemilikan pribadi di dalammasyarakat burjuis, termasuk versi masyarakat kolonial.13 Padakenyataannya, aspek ini menentukan dasar manuver politik negarakolonial. Manuver politik negara kolonial ini, untuk periodetertentu dan dalam situasi tertentu, memakai tuan-tuan tanahdan penyewa-penyewa dan kapitalis-kapitalis serta pekerja-pekerja berlawanan satu sama lain. Sehingga manuver politiknegara kolonial tidak akurat untuk menggambarkan pemecahanklas atas kolonial atau klas menengah sebagai elit politik. Klaspenguasa asing didudukkan dalam keterkaitan majikan denganmereka semua yang disebut di atas.

Keterkaitan antara negara kolonial dengan klas-klas atas pribumisecara krusial berbeda dengan koloni-koloni dan semikoloni-semikoloni. Lebih jauh, contohnya, Cina, Mesir setelah 1920,

12 Dikutip dari Marx, yang mana ia mengacu kepada keterkaitan antara klas-klas diPrancis dengan Louis Bonaparte, The Eightteenth Brumaire of Louis Bonaparte, NewYork, International Publishers, n.d. hal. 106.13 Dengan demikian, sejarah kolonial, banyak contoh di mana negara kolonial mengedukpemilikan pribadi dari klas-klas pemilik pribumi.

| 26 |

Thiland, dan negeri-negeri Amerika Latin, tuan-tuan tanahkomprador, atau bagian-bagian burjuis nasional yang merupakanbagian dari koalisi klas yang menegakkan klas penguasa; merekadapat dikatakan junior atau bahkan partner senior dengan negara.

Masihkan ada persoalan kompetisi melalui kebijakan-kebijakannegara antara penguasa klas kolonial dengan klas atas pribumi,sebagaimana beberapa teori politik mempersoalkan hal tersebut.Pada rakyat kolonial tidak terdapat kelompok yang berbentuk‘kelompok kepentingan yang bersaing’ di dalam struktur negarakolonial. Kebijakan-kebijakan negara kolonial yang berasal dariluar struktur negara mempengaruhi klas-klas pribumi, melaluipartai loyalisme atau partai dan gerakan-gerakan anti-imperialisme; mereka melakukan tindakan pemerasan dari konsesi-konsesi. Maka, setelah gerakan anti-imperialis muncul, gerakantersebut berakibat pada kebijakan kolonial oleh karena itu negarakolonial perlu untuk ‘menanggapi’ gerakan tersebut, kadangkaladengan bujukan dan kadangkala dengan kekerasan. Ini semua secaralengkap diakui oleh klas atas pribumi.

Kesimpulannya, sekedar menjelaskan kolonialisme, pengawasanmetropolitan, dan negara kolonial yang terbaik dapat disingkapdengan banyak mempelajari kontradiksi-kontradiksi kolonialismedi dalam. Umpamanya, kontradiksi ekonomi kolonialisme yangkrusial memunculkan kebutuhan obyektif untuk menyusunreproduksi eknomi kolonial dan konsekuensi obyektif prosesproduksi kolonialisme hasilnya bertentangan, hal ini mengarahkepada dua kontradiksi lainnya: (i) hubungan ‘eksternal’ antararakyat kolonial dan pembangunan sosial mereka dengan peranankolonialisme terhadap proses subyektif perjuangan rakyat kolonialuntuk meruntuhkan kolonialisme; dan (ii) hubungan internal yangmana cenderung membuat koloni bertambah ‘sia-sia’ atau tidakmampu menjalankan kebutuhan-kebutuhan kapitalismemetropolitan atas skala yang diperluas. Selama tahap ketiga,sejumlah besar koloni gagal melaksanakan jalan ke luar yangmemadai bagi kapital metropolitan atau bahkan manufaktur-

| 27 |

Kolonialisme, Tahap-Tahap Kolonialisme dan Negara Kolonial

manufaktur metropolitan. Selain itu, di antara mereka banyakyang menjadi jaringan importir bahan-bahan makanan! Negarakolonial sekarang memainkan peranan untuk mengatasi keduakontradiksi tersebut, pada satu pihak melalui penindasan dan hal-hal yang menakjubkan (mystification) dan pada pihak lain melalui‘pembangunan’ yang dapat mengambil bentuk memberikan‘bantuan’ dalam kasus masyarakat semi-koloni dan masyarakatpasca-kolonial.

>>><<<

| 28 |


Top Related