Transcript
Page 1: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978
Page 2: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar NasionalTeknikMesin X 2-3 November 2011JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | iii

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR................................................................................................ iiDAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

KEYNOTE SPEAKER

Tantangan Keilmuwan teknik mesin di bidang nuclear reactor safetyDeendarlianto.......................................................................................................................... 1Rancang Bangun dan Aplikasi Engine Rusnas 500 ccI Nyoman Jujur ................................ ................................ ................................ ........................ 10

BIDANG KONVERSI ENERGI

Peningkatan Efisiensi Pembakaran Tungku Kayu Bakar Tradisional Dengan ModifikasiDisainBambang Yunianto, Nazarudin Sinaga..................................................................................... 24

Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete Dengan Kombinasi Sekam Padi Dan TongkolJagung Sebagai Bahan Bakar AlternatifLydia M Salam, H Baharuddin Mire, M. Fachry. A.R............................................................... 29

Efek Ash Campuran Batubara Mutu Rendah Terhadap Potensi Pembentukan Slagging danFouling Pada Boiler PT. Semen TonasaIsmail....................................................................................................................................... 37

Pengembangan Bahan Bakar Briket dari Campuran Kulit Mete dan Sekam PadiMuchammad ................................ ................................................................ ............................ 42

Pengaruh Air Fuel Ratio Terhadap Emisi Gas Buang Berbahan Bakar Lpg Pada Ruang BakarModel Helle-Shaw CellI Gusti Ngurah Putu Tenaya, Made Hardiana. ......................................................................... 47

Kajian Numerik Aliran Udara Pembakaran pada Tangentially Fired Pulverized-Coal BoilerWawan Aries Widodo, Is Bunyamin Suryo, Giri Nugroho......................................................... 52

Perbandingan Simulasi Dengan Asumsi Ideal gas Dengan Kondisi Real gas Effect pada KasusCombustionAlbert Meigo R.E.Y, Romie O.Bura, Bambang Kismono Hadi .................................................. 57

Karakteristik Pembakaran Briket Limbah Tongkol Jagung Dan Sekam Padi Dengan BerbagaiPerbandingan Tongkol Jagung Dan Sekam PadiAndi Mangkau, Prof. Dr. Ir. Effendy Arif, M. Eng .................................................................... 66

Efek Katalisator (Broquet) Terhadap Emisi Gas Buang Mesin BensinArijanto, Andhika Mahardika................................................................................................... 76

Page 3: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar NasionalTeknikMesin X 2-3 November 2011JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | xx

Rancang Bangun Aktuator Linier ElektromagnetikIndrawanto, Vani Virdyawan .................................................................................................1362

Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Kualitas Hasil Coran Paduan AluminiumI Made Astika......................................................................................................................... 1366

Perancangan Konsep Kursi Kantor Berdasarkan Kebutuhan Konsumen dan Studi ProdukPesaingI Wayan Sukania .................................................................................................................... 1375

BIDANG UMUM

Interval Extension of Preventive Maintenance for Lube Oil and Generator Air Coolers at PTBadak NGLPutra Peni Luhur Wibowo ..................................................................................................... 1382

Stability Control Studies for Hydraulic Servo SystemsHendro Nurhadi..................................................................................................................... 1387

Tata Kelola Perguruan Tinggi Berbasiskan Dosen dan MahasiswaI Made Astina......................................................................................................................... 1394

Pengembangan Metode Diferensiasi Numerik yang Mampu Mereduksi Pengaruh SinyalPengganggu terhadap Hasil DiferensiasiZainal Abidin, Fandi Purnama, dan Budi Heryadi .................................................................1403

Heavy Equipment Rental Rate Calculation Guide for Mining SectorSarno, Teguh Wuryantoro ...................................................................................................... 1411

Simulasi Pengeringan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dengan Finite Difference MethodEndri Yani, Abdurrachim, Adjar Pratoto................................................................................ 1420

Laboratorium Sebagai Sarana Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa JurusanPendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri ManadoJenly D.I. Manongko, Parabelem T.D. Rompas, Davidsen O. Mapaliey .................................1425

Design of Hybrid System between Renewable Energy and Conventional Energy in ConsumerHouseholdsJatmiko, Hasyim Asy’ari ................................ ................................................................ ........ 1430

Pengaruh Grain Size Arang Aktif Dari Bahan Limbah Industri Sagu Aren TerhadapPenyerapan Polutan Limbah BatikSudarja, Kunco Diharjo, Novi Caroko ................................................................................... 1435

Studi Eksperimental Aliran Cair-Cair (Water dan Shallow Well Crude Oil) Pada SaluranMendatarIndarto, A.K. Wardiyan, T.A. Indrawan.................................................................................. 1444

Page 4: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1366

Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Kualitas Hasil CoranPaduan Aluminium

I Made AstikaJurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unud, Kampus Bukit Jimbaran

Email: [email protected];[email protected]

Abstract

One of the factors that influence the process of casting aluminum alloy in the process of makingdecorative lighting components is the pouring temperature. Not exactly pouring temperature can cause defectsof the casting product. To get the good quality of casting product is necessary to obtain a suitable pouringtemperature in the casting process of aluminium alloy.

In this study pouring temperature variation used is 650ºC, 700ºC, 750ºC, 800ºC, 850ºC After that thenext observation will be done by visually and weighing to determine the quality of the productof decorativelighting components.

The result showed that the pouring temperatures very influential on the product of casting process. Attemperature 750 º C product of casting aluminum alloy is accordance with the pattern, perfect shape andaccordance with the pattern weight.

Keywords: aluminium alloy, pouring temperature, product quality

1. PendahuluanAluminium merupakan logam yang ringan

tapi mempunyai sifat yang baik, seperti tahanterhadap korosi dan hantaran listriknya yang baik.Penggunaan aluminium cukup luas antara lainpembuatan produk lampu hias, konstruksi bangunan,mobil dan lain sebagainya. Selain sifat – sifatnyadiatas, aluminium juga memiliki sifat lain yaitumudah dibentuk dan dapat di daur ulang. Mendaurulang aluminium bekas merupakan usaha yangcukup berharga bagi masyarakat dan industrialuminium, karena energi yang diperlukan untukmemproduksi 1 (satu) ton aluminium yang didaurulang hanyalah kira – kira 5% banyaknya dari energiyang diperlukan untuk memproduksi unsurnya daribijih.

Salah satu industri yang memanfaatkanaluminium bekas adalah industri dalam usaha lampuhias. Lampu hias suatu hiasan yang cukup unik danmenarik yang banyak diminati oleh wisatawandomestik dan mancanegara. Dari hasil produksilampu hias ini ditemukan hasil yang kurangmaksimal atau kurang sempurna, seperti halnyaberlubang kecil-kecil, permukaan kasar dan bentukyang tidak sempurna.

Selama ini proses penuangan yangdilakukan oleh pengrajin hanya diukur berdasarkanpengalaman yaitu dengan melihat warna dari paduanaluminium yang mencair, setelah warna di ketahuisesuai dengan kriteria pengukuran pengrajin, paduandituangkan kedalam satu cetakan, dibiarkanmendingin dan membeku, kemudian cetakandibongkar dan diperiksa. Jika produk mengalami

cacat maka proses penuangan ditunda terlebih dulumenunggu warna logam cair menjadi sangatkehitaman, baru kemudian dilakukan prosespenuangan kembali.

Dari hasil pengamatan dan wawancara denganpengrajin masalah yang sering dihadapi adalahterjadinya cacat pada produk hasil pengecoranaluminium yang mengakibatkan menurunnyaproduksi yang dihasilkan oleh pengrajin. Cacat yangterjadi seperti bentuk yang tidak sesuai dibandingkanpola aslinya, permukaan kasar dan berlubang kecil-kecil. Hal ini kemungkinan disebabkan beberapafaktor salah satu diantaranya adalah temperaturtuang. Oleh karena itu dilakukan penelitian untukmendapatkan temperature tuang yang sesuaisehingga dapat dihasilkan produk yang berkualitas.Adapun yang menjadi kreteria cacat pada produklampu hias adalah terdapatnya lubang kecil-kecil,bentuk yang tidak sesuai dengan pola, berat produkdan kehalusan permukaan

2. Dasar Teori2.1 Aluminium

Aluminium merupakan logam yang ringanmempunyai ketahanan korosi, ketahanan arus yangbaik, daya hantar yang baik, dan koefisien pemuaianyang rendah. Aluminium diklasifikasikan dalamberbagai standar, tapi standar yang umum dipakaiadalah standar Aluminium Association di Amerika(AA) yang distandarkan atas standar Alcoa(Aluminium Company of Amerika). Keunggulanmaterial aluminium adalah berat jenisnya yangringan dan kekuatannya dapat ditingkatkan sesuai

Page 5: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1367

dengan kebutuhan. Kekuatan aluminium biasanyaditingkatkan dengan cara paduan dan memberikanperlakuan panas yang diberikan pada aluminiumselama pengerjaannya sangat mempengaruhi sifatpaduan aluminium yang dihasilkan. Awalnya paduanaluminium dikembangkan dengan tujuanmendapatkan material yang kuat, ringan, usia pakaiyang lama, biaya produksi yang rendah, toleransikegagalan yang tinggi, dan tahan korosi yang baik.

Tabel 2.1 klasifikasi paduan Aluminium tempaan

(Sumber : Pengetahuan Bahan Teknik oleh TataSurdia Ms, Sinroku Soito, 1995.)

2.1.2 Sifat-sifat AluminiumSifat aluminium yang menonjol adalah berat

jenisnya yang rendah, daya hantar listrik/panas yangcukup baik, paling ringan diantara logam-logamyang sering digunakan, tahan terhadap korosi, lunak,ulet, dan kekuatan tariknya rendah.

Aluminium mencapai titik lebur 660ºC dantitik rekristalisasi 150ºC. Rekristalisasi adalah bilalogam dipanaskan sampai temperatur yang cukuptinggi setelah deformasi plastis, dari susunannyayang rusak, kristal akan menyusun sendiri menjadisusunan baru tanpa tegangan dalam dan kekuatantariknya bila dituang 90-120 N/mm², dianneling 70N/mm²,dan diroll 130-200 N/mm².

Tabel 2.2 Sifat-sifat Fisik Aluminium

(sumber : Pengetahuan Teknik oleh Tata Surdia Ms,Sinroku Soito,1995)

Tabel 2.4 sifat-sifat mekanis aluminium

(Sumber: Pengetahuan Teknik oleh Tata Surdia Ms,Sinroku Soito,1995)

2.1.3 Karakteristik AluminiumAluminium memiliki beberapa kombinasi

sifat-sifat yang menjadikannya bahan teknik yangluas penggunaannya. Sifat-sifat penting yangdimiliki aluminium yang menyebabkan dipilihnyaaluminium sebagai bahan teknik adalah ringan, tahankorosi, penghantar panas yang baik. Beberapakarakteristik dari aluminium dapat dijelaskan sebagaiberikut :1. Berat jenis

Berat jenis aluminium 2,7 gr/cm³ karena itubanyak digunakan pada konstruksi yang ringan,seperti alat-alat otomotif, konstruksi bangunan,peralatan-peralatan rumah dan hiasan lampu.Bila sudah dipadukan dengan logam lain makabesar kecilnya berat jenis aluminium tergantungpada jumlah persentase paduannya.

2. Konduktifitas panasAluminium dapat digolongkan sebagai bahanyang memiliki konduktifitas panas yang baikdan masih baik dibandingkan dengan tembaga

3. Sifat tahan korosiSifat tahan korosi pada aluminium disebakankarena terbentuknya lapisan oksida aluminiumpada permukaan aluminium. Lapisan oksida ini

Page 6: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1368

akan melekat pada permukaan dengan sangatkuat dan rapat sehingga dapat melindungilapisan bagian dalamnya. Adanya lapisan oksidaini selain menyebabkan aluminium tahanterhadap korosi tapi aluminium sukar untuk dilasatau disolder.

4. Kemampuan fabrikasiSifat lain yang sangat menguntungkan padaaluminium adalah sangat mudah difabrikasi,dapat dituang dengan penuangan apa pun, dapatdibentuk dengan berbagai cara.

5. Kekuatan dan kekerasanKekuatan dan kekerasan aluminium memangtidak begitu tinggi, tetapi stength to weight ratioaluminium masih tinggi dari baja, kekuatan dankekerasan aluminium dapat diperbaiki denganpemaduan unsur lainnya dan perlakuanpanas.Keburukan yang paling serius padaaluminium dari segi teknik adalah sifatelastisitasnya yang sangat rendah hampir tidakdapat diperbaiki walaupun dengan pemaduan.Keuntungan lain dari logam aluminium adalahmemiliki nilai dekoratif, dan memiliki titik cairyang rendah sehingga banyak digunakan sebagaibahan coran.

2.2 Pengecoran LogamPengecoran (Casting) adalah proses

penuangan logam yang telah dicairkan dalam sebuahtungku pada temperatur tertentu sesuai dengankarakteristik logam tersebut kedalam suatu cetakan,kemudian dibiarkan mengeras sesuai dengan ronggacetakan. Pengecoran dilakukan dengan caramemanaskan logam hingga titik leburnya laluleburan logam tersebut dituang kedalam sebuahcetakan dengan bentuk yang dikendaki.

Pengecoran logam merupakan salah satuilmu pengetahuan tertua yang dipelajari oleh umatmanusia. Walaupun telah berumur sangat tua, ilmupengecoran logam terus dikembangkan denganpesatnya. Berbagai macam metode pengecoranlogam telah ditemukan dan terus disempurnakandiantaranya adalah investment casting, die casting,permanent mould casting, dan sand casting sertamasih banyak lagi metode-metode lainnya.Dalammemahami ilmu pengecoran logam tidaklah cukuphanya dengan mengerti tiori pengecoran logamsemata, karena ilmu pengecoran logam ini menuntutpula pemahaman dan penerapannya baik melaluieksperimen maupun praktikum. Untuk menjadiseorang ahli teknik pengecoran logam pengetahuandan keterampilan yang harus dipelajari adalah sifatdan struktur material (metalurgi), teknik pembuataninti dan cetakan (core dan mould), teknikpengecoran, dsb. Seorang ahli teknik pengecoranlogam harus biasa bekerja dengan mesin danperalatan pengecoran tradisional ataupun modernserta mampu menghasilkan produk cor (besi, baja,non ferro dengan tingkat kesulitan tertentu yang

memenuhi standar. Pengecoran adalah suatu caramembuat komponen dengan cara menuangkan bahanyang dicairkan kedalam cetakan. Bahan disini dapatberupa metal dan non metal. Untuk mencairkanbahan diperlukan furnace (dapur kupola). Furnanceadalah sebuah dapur atau tempat yang dilengkapidengan heater (pemanas).Bahan padat dicaikansampai suhu titik cair dan dapat ditambahkancampuran bahan seperti aluminium, silicon, tembaga,dan lain-lain supaya bahan menjadi lebih baik,Bahan yang sudah cair dituangkan kedalam cetakan.Industri yang membuat komponen alumuniumdengan cara casting sering mengalami efisiensiproduksi karena tingginya tingkat reject akibat daricacat yang terbentuk. Timbulnya cacat pada produkbiasanya disebabkan oleh banyak faktor, salah satudiantaranya akibat dari rendahnya temperatur tuangatau mampu alir dari material yang diproduksi.Pengaruh temperatur dan kandungan inklusi materialmerupakan salah satu hal yang mempengaruhi nilaisuatu material.Sifat mampu alir aluminium cair akanmeningkat dengan kenaikan temperatur tuang,Namun sayangnya hal ini justru akan berakibat padamasuknya gas hidrogen dalam jumlah yang besarpada aluminium cair yang pada akhirnya dapatmembentuk cacat porositas pada produk.

Proses pembuatan secara umum prosespengecoran dilakukan melalui beberapa tahap mulaidari pembuatan cetakan, persiapan dan peleburanlogam, penuangan logam cair kedalam cetakan,pembersihan coran dan proses daur ulang tanahcetakan. Hasil dari pengecoran disebut dengan coranatau benda cor. Proses pengecoran logam merupakanproses berkesinambungan dan saling terkait dariberbagai proses yang ada seperti yang terlihat padadiagram 2.1.

Secara umum ada 4 faktor yangberpengaruh atau merupakan ciri-ciri dari prosespengecoran, yaitu :1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga

cetakan2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan

dan pendinginan dari logam dalam cetakan3. Pengaruh material cetakan4. Pembekuan logam dari kondisi cair

Pencairan paduan logam aluminium bekaspada produksi lampu hias dengan sekali tahappencairan .

Page 7: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1369

Diagram 2.1 Proses pengecoran Logam

Pencairan ini dilakukan pada dapur dengan kapasitasyang disesuaikan. Mula-mula aluminium bekasdilebur dan dicairkan, pada saat aluminium bekassudah mencair dan mencapai titik cairnya dengantemperatur yang divariasikan kemudian dituangkanpada cetakan lampu hias. Setelah itu cetakan lampuhias didinginkan dengan udara, selanjutnyadilakukan proses permesinan untuk mengurangicacat saat proses pengecoran. Lampu hias yang telahmengalami proses permesinan dipilih,lampu hiasyang dianggap baik dapat dipasarkan, sedangkanyang memiliki kualitas buruk akan dicairkan kembali

2.3 Logam Cair2.3.1 Proses Pencairan Logam

Pencairan logam merupakan aspekterpenting dalam operasi-operasi pengecoran karenaberpengaruh langsung pada produk cor. Pada prosespencairan, mula-mula yang terdiri dari logam, unsur-unsur paduan dan material lainnya seperti fluks danunsur pembentuk terak dimasukan kedalam tungku.Fluks adalah senyawa inorganic yang dapat“membersihkan” logam cair dengan menghilangkangas-gas yang ikut terlarut dan juga unsur-unsurpengotor (impurities). Fluks memiliki beberapakegunaan yang tergantung pada logam yangdicairkan, seperti menghalangi oksidasi dipermukaanlogam cair.

Peleburan paduan aluminium bekas padaproduksi lampu hias dengan sekali tahap pencairan .3. Metode Penelitian

Rancangan penelitian dibuat dengan tujuanuntuk memberikan pedoman bagi peneliti agarterencana dalam melaksanakan penelitian sertadalam rancangan penelitian digambarkan tahap-tahappelaksanaan penelitian secara keseluruhan. Dalamprosedur penelitian ini dijelaskan langkah-langkahyang dapat diambil dalam pelaksanaan penelitian.

3.1 Persiapan Peralatan dan Bahan BakuLangkah persiapan ini dilakukan sebelum

melakukan proses peleburan, dimana langkahpersiapan yang dilakukan adalah mempersiapkantungku pemanas, cetakan dan bahan coran yaitualuminium bekas.

3.1.2 Proses Pencairan Aluminium BekasAluminium bekas yang akan dicairkan

dimasukkan kedalam tungku bakar kemudiankompor dihidupkan dan tungku pembakaran ditutupuntuk mempercepat proses pencairan aluminiumbekas tersebut.

Saat pencairan, semua krak dan kotoranberupa oksida yang terapung dipermukaandibersihkan mempergunakan sendok pengaduk.3.1.3 Pengecoran Pada Masing – Masing

CetakanSetelah cetakan siap dan Aluminium mencair denganbaik, tuangkan paduan cair ke dalam cetakan yangtelah dipersiapkan. Penuangan kedalam cetakan inidilakukan melalui lubang yang berada dibagian atascetakan. Setelah semua cetakan terisi, cetakandidiamkan beberapa saat sampai membeku kemudiancetakan dibongkar.

3.1.4 Perbandingan Hasil Akhir Lampu HiasSecara Visual

Perbandingan hasil akhir coran lampu hiasdengan master pola lampu hias meliputi ketepatanbentuk tanpa cacat dan bentuk yang tidak sempurna.Ketidak sempurnaan hasil akhir coran lampu hiasdiberikan keterangan tipe cacat yang dialami.Dengan hasil akhir lampu hias yang tidak cacat dapatdiketahui temperatur penuangan yang menghasilkankualitas produk yang lebih baik atau mendekatisempurna.

Page 8: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1370

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Penelitian4. Hasil Dan Pembahasan4.1 Hasil penelitian

Setelah tahapan pengecoran komponenlampu hias selesai, selanjutnya dilakukanpengamatan secara visual pada hasil akhir komponenlampu hias dan penimbang beratnya untukmenganalisa baik atau cacatnya hasil corankomponen lampu hias tersebut sehingga didapatkanperbandingan temperatur tuang dari masing-masingcoran komponen lampu hias dengan (5) lima variasitemperatur penuangan.

4.1.1 Hasil Pengecoran Pada Temperatur Tuang650ºC

Gambar 4.1 Hasil pengecoran pada temperaturpenuangan 650ºC

4.1.2 Hasil Pengecoran Pada Temperatur Penuangan700ºC

Gambar 4.2 Hasil Pengecoran Pada TemperaturPenuangan 700ºC

4.1.3 Hasil Pengecoran Pada Temperatur Penuangan750ºC

Page 9: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1371

Gambar 4.3 Hasil Pengecoran Pada TemperaturPenuangan 750ºC

4.1.4 Hasil Pengecoran Pada Temperatur Penuangan800ºC

Gambar 4.4 Hasil Pengecoran Pada TemperaturPenuangan 800ºC

4.1.5 Hasil Pengecoran Pada Temperatur Penuangan850ºC

Gambar 4.5 Hasil Pengecoran Pada TemperaturPenuangan 850ºC

4.2 Data Hasil Penimbangan Berat KomponenLampu Hias

Ada pun hasil penimbangan yang didapatpada setiap variasi temperatur penuangan antara lainsebagai berikut dengan toleransi berat penimbangan± 3 gram dari berat pola asli yang sempurna 102,18gram ;

Tabel 4.1 Data Hasil Penimbangan dan PengamatanVisual Pada Temperatur 6500C

Page 10: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1372

Tabel 4.2 Data Hasil Penimbangan dan PengamatanVisual Pada Temperatur 7000C

Tabel 4.3 Data Hasil Penimbangan dan PengamatanVisual Pada Temperatur 7500C

Tabel 4.4 Data Hasil Penimbangan dan PengamatanVisual Pada Temperatur 8000C

Tabel 4.5 Data Hasil Penimbangan dan PengamatanVisual Pada Temperatur 8500C

4.2.1 Jumlah Komponen Lampu Hias yang Baikdan Cacat

Tabel 4.6 Jumlah Komponen Lampu Hias Yang Baikdan Cacat.

Page 11: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1373

Keterangan tabel :Produk Baik

x :Produk Cacat, meliputi :- Aliran logam cair yang terputus.- Permukaan yang kasar.- Aliran logam cair yang meluber.- Bentuk yang tidak sesuai dengan master pola

4.3 Persentase Keberhasilan dan Data DalamBentuk Grafik

Dari hasil pengamatan secara visual danhasil penimbangan maka akan didapat perbandinganpada setiap temperatur yang digunakan sehinggaakan dapat dilihat persentase keberhasilan padamasing-masing temperatur penuangan. Ada punpersentase keberhasilan pada masing-masingtemperatur sebagai berikut ;

4.3.1 Persentase keberhasilan dari penimbangan :Persentase Keberhasilan (%) setiap temperatur =

Temperatur Penuangan 650ºC =

Temperatur Penuangan 700ºC =

Temperatur Penuangan 750ºC =

Temperatur Penuangan 800ºC =

Temperatur Penuangan 850ºC =

4.3.2 Persentase keberhasilan dari pengamatansecara visual :

Persentase Keberhasilan (%) setiap temperatur =

Temperatur Penuangan 650ºC =

Temperatur Penuangan 750ºC =

Temperatur Penuangan 750ºC =

Temperatur Penuangan 800ºC =

Temperatur Penuangan 850ºC =

Gambar 4.6 Grafik Hubungan PersentaseKeberhasilan Dengan Temperatur Penuangan.

4.4 PembahasanBesarnya toleransi dari penimbangan adalah

± 3 gram dimana toleransi tersebut didapat darirekomendasi pengerajin. Di pilihnya toleransitersebut dengan pertimbangan apabila batas toleransidibawah 3 gram perbedaan cacat dari hasil coransangat kecil hampir tidak kelihatan perbedaanyadengan master pola sedangkan apabila diatastoleransi tersebut perbedaan cacat dari hasil coranterlalu besar sehingga sangat sulit menentukankualitas hasil coran walaupun secara visual hasiltersebut kelihatan sempurna. Adapun hasilpengecoran pada temperatur 650ºC menghasilkancoran yang kurang sempurna karena banyak hasilcoran yang cacat, tidak mengisi rongga cetakansecara utuh, dengan persentase keberhasilan 16,67%pada penimbangan berat, dan 0% pada pengamatanvisual. Pada variasi temperatur penuangan 700ºC,menghasilkan komponen lampu hias yang cukupbaik dimana dari hasil berat penimbangan jumlahkomponen lampu hias yang baik berjumlah 3 buahdan yang cacat berjumlah 3 buah dengan persentasekeberhasilan mencapai 50%,dan secara visual jumlahkomponen lampu hias yang baik berjumlah 4 buahdan yang cacat 2 buah, dimana berdasarkanpengalaman pengerajin biasanya mengunakantemperatur 700ºC ini, karena berdasarkanpengamatan secara visual hasil coran terlihatmendekati sempurna, dengan persentase keberhasilan66,67%. Pada temperatur penuangan 750ºCmenghasilkan kualitas produk lebih baik,keberhasilan hasil akhir komponen lampu hias palingtinggi dibandingkan dengan temperatur penuanganyang lainnya baik dari berat penimbangan maupunpengamatan secara visual dengan jumlah komponenlampu hias yang baik mencapai 5 buah dan yangcacat 1 buah dari 6 kali proses penuangan sehinggapersentase keberhasilan mencapai 83,33%.Selanjutnya dari temperatur penuangan 800ºC hanyamenghasilkan komponen lampu hias yang baiksebanyak 2 buah dan jumlah yang cacat mencapai 4

Page 12: JurusanMesinFakultasTeknik UB ISBN 978

Seminar Nasional Teknik Mesin X 2-3 November 2011Jurusan Mesin Fakultas Teknik UB ISBN 978 – 602 – 19028 – 0 – 6

SNTTM X | 1374

buah dari berat penimbangan dan secara visualmengahasilkan jumlah produk baik 2 buah dan yangcacat 4 buah karena permukaan dari hasil coranbanyak yang kasar/cacat dan juga aliran logam cairmeluber akibat temperatur penuangan yang tinggi.Persentase keberhasilan yang dicapai hanya 33,33%.Temperatur penuangan yang terakhir adalah 850ºC,temperatur ini tidak menghasilkan satu punkomponen lampu hias yang baik dan semuakomponen lampu hias yang dihasilkan cacat karenaaliran logam cair meluber sama seperti halnya padatemperatur penuangan 800ºC dan persentasekeberhasilan yang dicapai adalah 0 %.

Dari semua hasil pengecoran komponenlampu hias diatas, temperatur penuangan 750ºCmenghasilkan hasil coran yang lebih baiksebagaiman terlihat pada grafik persentasekeberhasilan. Dalam pengecoran komponen lampuhias pengerajin perlu memperhatikan temperaturpenuangan sehingga dapat meminimalkan cacatproduk sebagaimana terlihat perbedaan cacat darihasil coran pada temperatur tuang 650ºC dantemperatur tuang 850ºC, dimana pada temperatur650ºC cacat yang dihasilkan berupa aliran logamyang terputus, karena tidak mampu mengisi ronggacetakan secara utuh hal tersebut disebabkan karenalogam cair belum cair secara sempurna dimana titikcair dari aluminium adalah 660ºC sehingga terjadipembekuan secara dini sebelum memenuhi ronggacetakan dan panas dari logam cair diserap olehpermukaan dinding cetakan sehingga pendinginanmenjadi lebih cepat. Lain halnya pada temperatur850ºC cacat yang terjadi berupa aliran logam cairyang meluber dan bentuk yang tidak sesuai masterpola. Hal tersebut disebabkan terlalu tingginyatemperatur tuang sehingga laju aliran logam cairpada rongga cetakan terlalu cepat yangmengakibatkan dinding-dinding dari rongga cetakantidak mampu menahan laju aliran logam tersebutsehingga mengakibatkan cacat pada hasil coranberupa aliran logam meluber.

5. KesimpulanDari proses pengecoran komponen lampu

hias yang telah dilakukan dengan menggunakan 5variasi temperatur penuangan, dan setelah diamatisecara visual dan penimbangan dari jumlah baik dancacatnya, terlihat pengecoran komponen lampu hiasdengan temperatur penuangan 750ºC yangmenghasilkan kualitas hasil coran lebih baik daritemperatur penuangan yang lainnya, denganpersentase keberhasilan mencapai 83,33%.

Daftar PustakaAnonim, (2010), Pengecoran Logam, House Of

Wavega (http://3.bp.blogspot.com) (25Desember 2010)

Anonim, (2008), ’Sand Casting Procces’, sandCasting, (www.Sandcastinc. com/ process2.htm) (25 Desember 2010)

Bayne, S.C. (2009), ’Cast and Die Stone (Products)’,Department of Operative Dentistry School ofDentistry University of North Carolina ChapelHill, NC 27599-7450(http://www-personal.umich.edu/ ~sbayne/dental-materials/Die-Stone-PPT-SS.pdf), (29 -12 2010)

John, A.S (2009), Introduction To ManufacturingProcesses, Edisi Ketiga, Andi, Yogyakarta

Subondo, Wirawan (2008) Teknik Produksi MesinIndustri, Jilid 1, Direktorat PembinaanSekolah Menengah Kejuruan, Jakarta

Surdia Tata, Sinroku Saito (1995) PengetahuanBahan Teknik, Edisi keenam, PT PradnyaPramita, Jakarta.

Wikipedia (The Free Ecyclopedia), (2010),‘aluminium, Wikipedia Foundation.(http://en.wikipedia.org/wiki/Al) (29-12- 2010)


Top Related