Download - Hipotiroid danTalak33
BAB I
PENDAHULUAN
Hormon tiroid merupakan hormon yang berperan untuk metabolisme energi,
nutrisi, dan ion organik, termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan
perkembangan berbagai jaringan, Pada periode kritis hormon ini juga untuk
perkembangan susunan syaraf pusat dan tulang. Hormon ini mempengaruhi beberapa
jaringan dan sel melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta
reseptor yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas.1
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting
adalah thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari
masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi
(contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas
dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 -
hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.2
Hipotiroid adalah suatu kelainan oleh berbagai sebab dimana kelenjar tiroid
mengalami penurunan atau kegagalan baik untuk memproduksi atau mengeluarkan
hormon tiroid untuk jumlah yang adekuat. Hipotiroid disebabkan oleh gangguan pada
salah satu tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan akibat
terjadinya defisiensi hormon tiroid, ataupun gangguan respon jaringan terhadap
1
hormon tiroid. Penyebab tersering kasus hipotiroid dikarenakan penyakit tiroiditis
kronik autoimun (Hashimoto Disease), defisiensi intake iodium, terapi iodine
radioaktif maupun pembedahan kelenjar tiroid.3
Hipotiroid biasanya disebabkan oleh proses primer dimana jumlah produksi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid tidak mencukupi. Dapat juga sekunder oleh karena
gangguan sekresi hormon tiroid yang berhubungan dengan gangguan sekresi Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) yang adekuat dari kelenjar hipofisis atau karena
gangguan pelepasan Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(hipotiroid sekunder atau tersier).4 Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan laju
metabolisme tubuh dan penurunan glukosaminoglikan di interstisial terutama dikulit
dan otot Manifestasi klinis pada pasien akan bervariasi, mulai dari asimtomatis
sampai keadaan koma dengan kegagalan multiorgan (koma miksedema).5
The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
yang melakukan survey pada 17.353 individu yang mewakili populasi di Amerika
Serikat melaporkan frekuensi hipotiroidisme sebesar 4,6% dari populasi (0,3%
dengan klinis jelas dan 4,3% sub klinis). Lebih banyak ditemukan pada wanita
dengan ukuran tubuh yang kecil saat lahir dan indeks massa tubuh yang rendah pada
masa kanak-kanak. Dan prevalensi hipotiroidisme ini lebih tinggi pada ras kulit putih
(5,1%) di bandingkan dengan ras hispanik (4,1%) dan Afrika-Amerika (1,7%).5
2
BAB II
ISI
2.1. Definisi dan Klasifikasi Hipotiroid
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon
tiroid yang abnormal rendahnya atau suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan
pada salah satu tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan
akibat terjadinya defisiensi hormon tiroid, serta gangguan respon jaringan terhadap
hormon tiroid.3
Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroid primer, sekunder & tersier
(sentral), serta resistensi jaringan tubuh terhadap hormon tiroid. Hipotiroid primer
terjadi akibat kegagalan tiroid memproduksi hormon tiroid, sedangkan hipotiroid
sekunder adalah akibat defisiensi hormon TSH yang dihasilkan oleh hipofisis.
Hipotiroid tersier disebabkan oleh defisiensi TRH yang dihasilkan oleh hipotalamus.
Penyebab terbanyak hipotiroid adalah akibat kegagalan produksi hormon tiroid oleh
tiroid (hipotiroid primer).6
Table. 1 Etiologi Hipotiroid 3
Primer
Tiroiditis Hashimoto (tiroiditis kronis autoimun)Iatrogenik (Pasca Tiroidektomi, Terapi Iodium radioaktif)Tiroiditis subakut, Asupan Iodida yang berlebihan (pemakaian Radiokontras),Kelainan Bawaan Sintesis Hormon Tiroid,Defisiensi Iodium,Obat-obatan (litium, interferon alfa, amiodaron).Kongenital
3
SekunderHipopituitari akibat adenoma hipofisis, terapi ablatif terhadap hipofisis, kerusakan hipofisis
Tertier Defisiensi HipotalamusResistensi Jaringan Perifer Terhadap Hormon Tiroid
2.2. Epidemiologi Hipotiroid
Hipotiroid merupakan suatu penyakit kronik yang sering ditemukan di
masyarakat. Diperkirakan prevalensinya cukup tinggi di Indonesia mengingat
sebagian besar penduduk bermukim didaerah defesiensi iodium. Sebaliknya di
negara-negara Barat, penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun.7
Insidensi hipotiroid bervariasi tergantung kepada faktor geografik dan
lingkungan seperti kadar iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik. Selain
itu juga berperan faktor genetik dan distribusi usia dalam populasi tersebut. Diseluruh
dunia penyebab hipotiroid terbanyak adalah akibat kekurangan iodium. Sementara itu
dinegara-negara dengan asupan iodium yang mencukupi, penyebab tersering adalah
tiroiditis autoimun. Di daerah endemik, prevalensi hipotiroid adalah 5 per 1000,
sedangkan prevalensi hipotiroid subklinis sebesar 15 per 1000. Hipotiroid umumnya
lebih sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan angka kejadian hipotiroid
primer di Amerika adalah 3,5 per 1000 penduduk untuk wanita dan 0,6 per 1000
penduduk untuk pria.3,7
2.3. Patofisiologi Hipotiroidism
Hormon tiroid sendiri diatur oleh hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis
(pituitari) yang berlokasi di otak. Pada gilirannya, hipofisis diatur sebagian oleh
4
hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid
pada kelenjar hipofisis) dan sebagian oleh Hipothalamus. Hipothalamus melepaskan
suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim
sebuah signal ke hipofisis untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH).
Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-
hormon tiroid. Jika terdapat aktivitas yang menurun dari salah satu kelenjar-kelenjar
ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang dibentuk akan menurun bahkan
tidak dihasilkan, dengan demikian berakibat pada keadaan hipotiroid. Angka atau
kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar hipofisis. Jika kadar
hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk tidak bisa membuat tubuh berfungsi
normal atau berkurang, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu
usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid.
Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar,
pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi
hormon tiroid. 4
Gambar 1. Axis hipothalamus, hipofisis dan tiroid
5
Oleh karena etiologi Hipotiroidism yang beragam, perjalanan penyakitnya pun
berbeda, walaupun demikian Manifestasi klinis yang ditimbulkan berasal dari
konsentrasi TSH yang tinggi dan FT4 yang rendah di dalam serum, karena
kebanyakan kondisi seperti ini sudah menimbulkan gejala pada pasien. Hipotiroid
subklinis ketika terjadi peningkatan TSH dengan kadar FT4 normal pada pasien bisa
saja tanpa gejala.8
Tiroiditis Hashimoto atau tiroiditis autoimun kronik merupakan kelainan
hipotiroid yang paling banyak dijumpai di daerah dengan kadar yodium yang cukup.
Penyakit ini merupakan kelainan autoimun yang dimediasi oleh faktor seluler dan
antibodi yang mengakibatkan destruksi jaringan tiroid. Kelainan ini mempunyai dua
tipe yaitu tipe goiter dan tipe atropik. Keduanya dibedakan berdasarkan adanya
infiltrasi limfositik, fibrosis dan hiperplasi sel folikuler tiroid pada kelenjar tiroid.
Destruksi dari sel-sel tiroid pada tipe atropi diperkirakan berhubungan dengan
subkelas dari kompleks histokompatibilitas mayor antigen kelas II. Pada penderita
tiroiditis Hashimoto ditemukan peningkatan konsentrasi IgG serum.9
Lebih dari 90% penderita tiroiditis Hashimoto mempunyai kadar antibodi
terhadap tiroglobulin, antibodi terhadap tiroid peroksidase atau antibodi terhadap
tiroid Na/l transporter yang tinggi dalam tubuhnya. Antibodi–antibodi tersebut tidak
memiliki aktivitas fungsional. Antibodi antitiroid tidak perlu diperiksa secara rutin
pada penderita hipotiroid primer yang bergejala, karena hampir semuanya menderita
tiroiditis Hashimoto. Meskipun demikian pemeriksaan tersebut diperlukan untuk
meramalkan kemungkinan hipotiroid permanen di masa depan pada penderita
6
hipotiroid subklinis atau hipotiroid post partum. Tiroiditis Hashimoto biasanya
bersifat permanen. Hasil biopsi ulangan hanya menunjukkan sedikit perubahan
histologis, demikian juga kadar antibodi antitiroid juga menunjukkan sedikit
perubahan pada sebagian besar penderita. Meskipun demikian, sebagian kecil
penderita dapat mengalami remisi dan tidak memerlukan terapi pengganti hormon
tiroid. (Ross, 2008)10
Pembedahan kelenjar tiroid sebagian atau keseluruhan pada pasien dengan
nodul tiroid, kanker tiroid atau penyakit Grave’s hampir bisa dipastikan menjadi
hipotiroid karena penurunan sekresi hormon akibat hilangnya jaringan penghasil
hormon tiroid. jika sebagian kelenjar disisakan, mungkin saja bisa mensekresikan
kadar hormon tiroid yang cukup di dalam darah. Begitu pula dengan terapi radioaktif
menggunakan iodine (I-131) yang tujuannya menghancurkan kelenjar tiroid dapat
mengakibatkan hampir semua pasien kehilangan sebagian bahkan keseluruhan fungsi
kelenjar tiroid.11
Kelenjar tiroid memerlukan intake iodium untuk menghasilkan hormon T3 dan
T4. Iodium diserap tubuh dari makanan dan melalui darah didistribusikan ke kelenjar
tiroid. Jika intake iodium cukup, produksi hormon tiroid akan tetap seimbang. Pada
keadaan dimana kurangnya intake iodium maka prekursor pembentukan hormon
tiroid juga berkurang keadaan ini bisa menyebabkan atau memperburuk keadaan
hipotiroid pada pasien.11
Selain itu, keadaan hipotiroid dapat dicetuskan oleh berkurangnya atau
hilangnya impuls oleh TSH yang dibentuk oleh kelenjar hipofisis untuk membentuk
7
hormon tiroid. Hal ini dapat disebabkan kerusakan kelenjar hipofisis oleh karena
tumor, radiasi, atau pembedahan yang membuat hipofisis tidak bisa memberikan
impuls yang cukup ke kelenjar tiroid sehingga terjadi penurunan produksi hormon
tiroid.11
Obat-obatan seperti amiodaron, litium, interferon alfa dan interleukin-2 bisa
menghambat kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon. Obat-obat ini paling sering
menjadi pemicu keadaan hipotiroid pada pasien yang memiliki kecenderungan
genetik pada penyakit tiroid autoimun.11
2.4. Manifestasi Klinis Hipotiroid
Gambaran klinik hipotiroid sangat lebar, mulai dari keluhan cepat lelah atau
mudah lupa sampai gangguan kesadaran berat (koma miksedema). Dewasa ini sangat
jarang ditemukan kasus-kasus dengan koma miksedema. Manifestasi klinis hipotiroid
tergantung pada dua hal yaitu beratnya defisiensi hormon tiroid yang terjadi dan
tingkat keakutan kelainan tersebut terjadi.
Pada hipotiroid primer di mana fungsi tiroid menurun perlahan, gejala yang
timbul lebih ringan dibandingkan pada kondisi post tiroidektomi. Pasien dengan
hipotiroid akan datang dengan gambaran tak lazim, Gejala yang sering dikeluhkan
pada usia dewasa adalah neurasthenia dengan gejala kram otot, parestesia, dan
kelemahan; anemia; gangguan fungsi reproduksi, termasuk infertilitas, menoragia;
edema idiopatik, efusi pleurokardial; pertumbuhan terhambat; obstipasi; rinitis kronis,
8
tidak tahan dingin, depresi, cepat lelah. Pengaruh hipotiroid pada berbagai sistem
organ dapat dilihat pada tabel12
Tabel 2. Gejala klinis hipotiroid berdasarkan sistem organ12
Organ/Sistem Organ Keluhan/Gejala/KelainanKardiovaskuler Bradikardia
Gangguan kontraktilitasPenurunan Curah jantungKardiomegali ( paling banyak disebabkan oleh efusi perikard)
Respirasi Sesak dengan aktivitasGangguan respon ventilasi terhadap hiperkapnia dan hipoksiaHipoventilasiSleep apneaEfusi Pleura
Digestif AnoreksiaPenurunan peristaltik usus konstipasi kronik, impaksi feses dan ileus
Ginjal (Air dan Elektrolit)
Penurunan laju filtrasi ginjalPenurunan kemampuan ekskresi kelebihan cairan intoksikasi cairan dan hiponatremia
Hematologi Anemia, disebabkan:Gangguan sintesis hemoglobin karena defisiensi tiroksinDefisiensi besi karena hilangnya besi pada menoragia dangangguan absorbsi besiDefisiensi asam folat karena gangguan absorbsi asam folatAnemia pernisiosa
Neurovasklular Kelemahan otot proksimalBerkurangnya refleksGerakan otot melambatKesemutan
Psikiatri DepresiGangguan memoriGangguan kepribadian
Endokrin Gangguan pembentukan estrogen gangguan ekskresi FSH danLH, siklus anovulatoar, infertilitas, menoragia
9
2.5. Diagnosis Hipotiroid
Gejala-gejala klinis hipotiroid sering tidak khas, juga dapat ditemukan pada
orang normal atau penyakit-penyakit lain, sehingga maka untuk menegakkan
diagnosisnya perlu diperiksa fungsi tiroid. Pemeriksaan faal tiroid yang sudah
tervalidasi adalah kadar TSH dan FT4 (Free Thyroxine). Kesalahan dalam
mendiagnosis hipotiroid dapat berakibat berbagai efek yang tidak diinginkan oleh
terapi hormon tiroid, sementara penyakit dasar yang sebenarnya tidak terdiagnosis.4
Terdapat tiga pegangan klinis untuk mencurigai adanya hipotiroid, yaitu apabila
ditemukan. 13
1. Klinis keluhan-keluhan dan gejala fisik akibat defisiensi hormon tiroid.
2. Tanda-tanda adanya keterpaparan atau defisiensi, pengobatan ataupun etiologi dan
risiko penyakit yang dapat menjurus kepada kegagalan tiroid dan hipofisis.
3. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit tiroiditis
autoimun kronis.Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik,
Pemeriksaan kadar tirotropin (TSH) merupakan uji diagnostik lini pertama
untuk hipotiroid dan menentukan etiologinya sehingga dapat menekan biaya yang
dikeluarkan untuk pemeriksaan. Walaupun penentuan hanya dengan kadar TSH untuk
mendiagnosis dan memonitori penyakit tiroid masih menjadi kontroversi kenaikan
kadar TSH dapat memastikan seseorang menderita hipotiroid primer. Menurut studi
NHANES III Kadar TSH normal 0.45 sampai 4.12 mU/L Terdapat sedikit perbedaan
dengan NACB merumuskan kadar TSH normal adalah 0,4 mU/L sampai 4,0 mU/L
yang terdistribusi secara logaritmik, sehingga konsentrasi rata-rata berada di batas
10
bawah dari kisaran normal. Namun dalam hal ini kadar TSH normal yang di pakai
adalah 0.45 sampai 4.12 mU/L; oleh karena itu para prakitisi kesehatan sebaiknya
berhati-hati terhadap fleksibilitas dari interpretasi kadar hormon TSH. Akibatnya,
kadar TSH pada batas atas normal (> 3,0 mU/L) kemungkinan menunjukkan
disfungsi tiroid yang masih ringan, yang berisiko berkembang menjadi hipotiroid,
terutama jika ditemukan adanya autoantibodi tiroid. 13
Uji kadar FT4 (Free Thyroxin) juga penting dalam penentuan fungsi dari
kelenjar tiroid kemudian dikorelasikan dengan kadar TSH, dapat menentukan kausa
dari hipotiroid. kadar TSH yang tinggil dan FT4 yang rendah mengindikasikan
adanya hipotiroid primer, ketika kadar TSH rendah dan FT4 juga rendah level
menunjukkan adanya hipotiroid sekunder. Kadar TSH yang tinggi dan FT4 yang
normal menunjukkan hipotiroid subklinis. Kadar T3 biasanya dalam batas normal,
sehingga pemeriksaan kadar T3 serum tidak terlalu membantu untuk menegakkan
diagnosis hipotiroid.12 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 3 Hasil Laboratorium pada Hipotiroid 13
Kadar TSH Kadar T4 Kadar T3 Kemungkinan Diagnosis
Tinggi Rendah Rendah Hipotiroid Primer
Tinggi (>10mU/L)
Normal Normal Hipotiroid Subklinis yang cenderung menjadi Hipotiroid Klinis
Tinggi
(>5-10mU/L)
Normal Normal Hipotiroid Subklinis yang tidak cenderung menjadi Hipotiroid Klinis
Tinggi Tinggi Rendah Hilangnya enzim pengubah T4-T3, Efek Amiodaron
Tinggi Tinggi Tinggi Resistensi Hormon Tiroid Perifer
Rendah Rendah Rendah Hipotiroid Sentral (defisiensi tiroid hipofisis)
11
Penghentian Tiba-tiba tiroksin setelah terapi pengganti yang berlebih
2.6. Penatalaksanaan Hipotiroid
Pada prinsipnya, Hipotiroid tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol
secara sempurna. Hipotiroid adalah kondisi menetap yang memerlukan terapi seumur
hidup pada kebanyakan pasien. Target terapi adalah membuat kadar TSH pada
keadaan normal yaitu 1-2 mU/L dan mengembalikan keadaan eutiroid. Pilihan terapi
untuk hipertiroid adalah Levotiroksin sintetis (LT4) atau dengan nama yang familiar
adalah Sodium Levotiroksin, diberikan pada saat perut kosong. Jika diberikan dalam
dosis yang tepat, Levotiroksin mempunyai efektivitas yang tinggi dan efek samping
minimal. Tiroksin diabsorbsi di usus halus bagian proksimal, mempunyai waktu
paruh 7 hari, dan dimetabolisme di organ target (kelenjar tiroid) menjadi
triiodotironin (T3), bentuk aktif untuk di jaringan perifer sesuai kebutuhan
metabolisme pasien.8
Secara umum dengan dosis levotiroksin 1,6 -1,8 mg/kgBB/hari (100-125
mg/hari) dapat mencapai keadaan yang eutiroid.4 Dosis optimal tiroksin berhubungan
dengan berat badan dan umur. Dosis yang lebih besar diperlukan pada bayi dan anak-
anak, sementara pada usia lanjut diperlukan dosis yang lebih kecil (0,5 mg /kg BB/
hari). Dosis lebih besar dapat diberikan pada penderita post tiroidektomi, atau lebih
rendah pada penderita hipotiroid ringan (0,5 mg/kgBB/hari). Dosis penuh dapat
diberikan pada pasien usia muda dan pasien yang sehat.8,13
12
Absorpsi tiroksin menurun pada penderita malabsorpsi atau pasien dengan
riwayat operasi pemotongan usus. Beberapa obat seperti antasida, sukralfat,
omeprazole, suplemen kalsium dan besi, diet tinggi serat, kolestiramin serta kopi
dapat mempengaruhi absorpsi tiroksin.8
Penentuan kadar dosis dipengaruhi oleh kondisi malabsorpsi atau interaksi obat.
Banyak obat-obatan yang diketahui menyebabkan hipotiroid atau hipertiroid. Obat-
obatan lain mungkin merubah hasil tes fungsi tiroid tanpa menginduksi fungsi tiroid
sebgai contoh estrogen, meskipun dalam kadar yang rendah dapat meningkatkan
kadar serum Thyroxine Binding Globulin (TBG). Oleh karena itu, pasien eutiroid
yang mendapatkan terapi estrogen secara umum menunjukkan peningkatan kadar T3
and T4 total, meskipun kadar serum TSH, free T3, and free T4 levels tidak berubah.13
Setelah kadar TSH pasien menjadi normal, pengaturan dosis harus dilanjutkan
dengan bersama tes TSH tahunan atau tiap setengah tahun atau ketika pasien
menunjukkan perubahan dari gejala. Dosis dapat berubah pada sesuai umur,
keparahan penyakit dan kehamilan. Jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
perubahan yang signifikan setelah tiga bulan terapi, kebutuhan terapi harus kembali
diperkirakan bahkan perlu di rujuk kepada ahli endokrinologi.13
2.7 Prognosis
Hipotiroid terbukti dapat diobati dengan with levotiroksin, meskipun secara
perlahan digunakan untuk mencapai kadar TSH yang normal. Overdosis dari terapi
ini sangat dihindari karena dapat membuat pasien berisiko mendapatkan gejala klinis
13
sisa hipertiroid seperti osteoporosis atau fibrilasi atrial. Meskipun FDA telah
menetapkan grup dosis dan jenis dari produk bioequivalen levotiroksin, jangkauan
luas dari standar dan terapi subtisusi sangat mungkin terjadi perbedaan dalam jenis
dan dosis levotiroksin yang dipakai oleh tiap pasien. Oleh karena itu, mengganti jenis
produk levotiroksin yang satu kepada yang lainnya selama terapi tidak dianjurkan.13
Pengobatan pimer dari dokter dapat membantu pasien dengan hipotiroid
mengontrol penyakitnya dengan edukasi yang benar.
Sedangkan untuk hipotiroid pada anak makin dini pemberian hormon tiroid,
makin baik prognosisnya. Prognosis jelek pada kasus yang terlambat diobati,
terutama defisit IQ. Sebaliknya penderita yang diobati dengan hormon tiroid sebelum
umur 3 bulan, dapat mencapai pertumbuhan dan IQ yang mendekati normal. Oleh
karena itu diagnosa dini sangat penting, namun sangat sulit ditegakkan secara klinis
karena seringkali pada waktu lahir bayi tampak normal, kalaupun memperlihatkan
gejala sangat samar dan tidak spesifik. Gejala khas hipotiroid biasanya tampak jelas
pada saat bayi berumur beberapa bulan.14
14
BAB III
PENUTUP
Hipotiroid adalah suatu kelainan oleh berbagai sebab dimana kelenjar tiroid
mengalami penurunan atau kegagalan baik untuk memproduksi atau mengeluarkan
hormon tiroid untuk jumlah yang adekuat yang disebabkan gangguan pada salah satu
tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid dan organ, dengan akibat terjadinya
defisiensi hormon tiroid, serta gangguan respon jaringan terhadap hormon tiroid.3
Insidensi hipotiroid bervariasi tergantung kepada faktor geografik dan
lingkungan seperti kadar iodium dalam makanan dan asupan zat goitrogenik. Selain
itu juga berperan faktor genetik dan distribusi usia dalam populasi tersebut. Diseluruh
dunia penyebab hipotiroid terbanyak adalah akibat kekurangan iodium. Sementara itu
dinegara-negara dengan asupan iodium yang mencukupi, penyebab tersering adalah
tiroiditis autoimun.3
Hipotiroid dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroid primer, sekunder, tersier,
serta resistensi jaringan tubuh terhadap hormon tiroid. Hipotiroid primer berhubungan
dengan defek pada kelenjar tiroid itu sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan
sekresi hormon tiroid, sedangkan hipotiroid sentral (sekunder dan tertier)
berhubungan dengan penyakit penyakit yang mempengaruhi produksi hormon
thyrotropin releasing hormone (TRH) oleh hipothalamus atau produksi tirotropin
(TSH) oleh hipofisis.6
15
Penatalaksanaan Hipotiroid adalah dengan medikamentosa dan perbaikan
asupan iodium jika disebabkan oleh defisiensi iodium, Hipotiroid tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikontrol secara sempurna. Hipotiroid adalah kondisi
menetap yang memerlukan terapi seumur hidup pada kebanyakan pasien. Target
terapi adalah membuat kadar TSH pada keadaan normal yaitu 1-2 mU/L dan
mengembalikan keadaan eutiroid pilihan terapi untuk hipertiroid adalah Levotiroksin
sintetis (LT4) atau dengan nama yang familiar adalah Sodium Levotiroksin.8
16