Download - fistum etri laporan

Transcript
Page 1: fistum etri laporan

RESPON FISIOLOGI TANAMAN CABAI RAWIT(Capsicum frutescens L) TERHADAP STRESS GARAM

Oleh :

DewitriB1J011063

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO

2012

Page 2: fistum etri laporan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-

garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya terjadi

dalam tanaman pada tanah salin. Tanah salin mengandung konsentrasi garam larut

tinggi atau sodium dapat ditukar tinggi. Faktor –faktor yang mempengaruhi

kandungan garam dalam tanah yang adalah tekstur tanah, sebaran garam dalam

profil tanah, komposisi garam, dan spesies tanaman. Kejenuhan Na yang tinggi

tidak selalu disertai dengan nilai pH yang tinggi. Pertumbuhan tanaman akan

menunjukkan kelainan akibat pengaruh kondisi fisik yang buruk atau persentase

daya tukar Na yang tinggi. Kelebihan garam mengakibatkan ketahanan penetrasi

dan tarik tanah tinggi dan kation Ca,Mg, Na, serta ESP tinggi

Stres garam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam hingga

tingkat konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-

garam yang menimbulkan stres tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2,

MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam air (Sipayung, 2006). Stres akibat kelebihan

Na+ dapat mempengaruhi beberapa proses fisiologi dari mulai perkecambahan

sampai pertumbuhan tanaman. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tingkat

anti-oksidatif enzim meningkat ketika tanaman yang terkena cekaman biotik atau-

biotik termasuk salinitas. Perbandingan respon kultivar dan / atau spesies terkait

menunjukkan diferensial kepekaan terhadap stres garam, ada hubungan antara

toleransi garam dan peningkatan aktivitas dari sistem anti-oksidan

(Chookhampaeng, 2011).

Cabai rawit (Capsicum frutescens L) merupakan salah satu jenis tanaman

yang tidak tahan salinitas tinggi (glycophyta). Ketahanan terhadap salinitas adalah

kemampuan untuk mempertahankan pertumbuhan dan metabolisme pada

lingkungan yang kaya akan NaCl (Munns et al., 1995). Ketahanan tersebut

ditentukan oleh oleh beberapa faktor struktural dan fisiologis yang berbeda namun

sangat berkaitan membentuk sebuah pengaruh yang sangat kompleks (Robinson et

Page 3: fistum etri laporan

al., 1997, sementara, tumbuhan tingkat tinggi tidak memiliki metabolisme yang

tahan garam, meskipun tumbuhan tersebut terbenam dalam air laut (Yeo, 1998).

B. Tujuan

1. Memahami bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal (lingkungan).

2. Memahani bahwa kondisi lingkungan yang ekstrim (cekaman) merupakan

kondisi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.

3. Menentukan besarnya kandungan garam dalam media tanam dimana tanaman

masih toleran untuk tumbuh.

4. Menjelaskan dampak cekaman garam tinggi terhadap perubahan-perubahan

fisiologi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L),

Page 4: fistum etri laporan

II. MATERI DAN METODE.

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: magnetic stirrer,

timbangananalitis, oven, mikroskop stereo, kamera, gelas ukur, gelas Beaker,

gelas Erlenmeyer, microtom, karet gelang, dan kertas label.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tanaman cabai

rawit (Capsicum frutescens L), NaCl, ethanol PA, xilol, ethanol 96 %, parafin,

asam asetat glasial, formalin, safranin.

B. Metode

1. Cara Kerja:

Pengukuran luas daun

1. Pengukuran luas daun dilakukan dengan metode gravimetri.

2. Dengan menggunakan kertas HVS 70 gram, dibuat kotak bujung sangkar berukur

10 X 10 cm, dengan demikian luas kertas tersebut adalah 100 cm2.

3. Kertas bujur sangkar (a) ditimbang dengan timbangan analitik, misalnya X gram

(B).

4. Dibuat pola daun ke-2 tanaman sampel kertas bujursangkar dipotong sesuai pola

yang dibuat, untuk kemudian ditimbang dengan timbangan analitik, misalnya

terukur Y gram. Dihitung dengan rumus rumus :

Luas daun = AC cm2

B

Pengukuran Tinggi Tanaman

1. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman

mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh apical tanaman.

2. Pertambahan tinggi tanaman dihitung dengan rumus: (∆h=ht – ht-1)

Page 5: fistum etri laporan

Pengukuran berat basah dan berat kering

1. Memisahkan media dari akar tanaman, dilakukan dengan cara menyobek polybag,

membuang media tanaman dengan air, diusahakan akar tidak ikut terbuang.

2. Memotong atau memisahkan bagian akar, batang, dan daun tanaman.

3. Menimbang masing – masing bagian tanaman (berat basah).

4. Mengkeringkan masing – masing bagian tanaman dengan cara mengoven sampai

dengan diperoleh berat yang konstan (berat kering).

5. Menghitung ratio berat basah dan berat kering masing – masing akar dan batang

.

Pengukuran Kandungan Klorofil

1. Memotong daun segar dengan ukuran 1 x 1 cm (1cm2) dan dilumatkan dalam

mortar dengan pelarut aseton 80 % sampai semua pigment terlarut.

2. Dengan menggunakan spektrofotometer, baca absorbansi filtrat pada panjang

gelombang 470 nm, 646 nm, dan 663 nm.

2. Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan dasar Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan berupa konsentrasi garam NaCl (K) yang

diberikan yaitu: K0 (kontrol), K1 (10 mM NaCl), K2 (20 mM NaCl), K3 (30 mM

NaCl), K4 (40 mM NaCl), dan K5 (50 mM NaCl). Masing-masing perlakuan

diulang minimal 3 kali.

Page 6: fistum etri laporan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Foto Tanaman Minggu 1

Gambar 2. Foto Tanaman Minggu 2

Gambar 3. Foto Tanaman Minggu 3

Gambar 4. Foto Tanaman Minggu 4

Page 7: fistum etri laporan

Gambar 5. Foto Tanaman Minggu 5

Gambar 6. Foto Tanaman Minggu 6

Gambar 7. Foto Tanaman Minggu 7

Gambar 8 . Foto Tanaman Minggu 8

Gambar 9. Foto Berat Basah

Page 8: fistum etri laporan

Gambar 10. Foto Berat Kering

Gambar 11. Foto Kandungan Klorofil

Gambar 12. Foto Luas Daun I

Gambar 13. Foto Luas Daun II

Gambar 14. Foto Luas Daun III

Page 9: fistum etri laporan

Gambar 15. Foto Luas Daun IV

Page 10: fistum etri laporan

ANOVA I

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 0,00 0,000192 1,302838 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 0,00 0,000147  

3 Total 29 0,00  

RGR I

0 1 2 3 4 5 6 70

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.00516687929191724

0.00840110702721595

0.0172673777952398

0.0224856088712183

0.0120001405049363

0.012874027054355

RGR I

Perlakuan

ANOVA II

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 0,00

0,00019

3

0,5759

3 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 0,01

0,00033

5  

3 Total 29 0,01  

Page 11: fistum etri laporan

RGR II

0 1 2 3 4 5 6 70

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.00832909743784133

0.0129245154700563

0.0151838748643651

0.00285889866979367

0.0178537485114767

0.0193567101098455

RGR II

Perlakuan

ANOVA III

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 0,00

0,00024

8

0,62021

6 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 0,01 0,0004  

3 Total 29 0,01  

RGR III

0 1 2 3 4 5 6 70

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.035

0.01806280362951910.016411550214

7043

0.00835614506650339

0.0174345379235196

0.0302690198411947

0.019502944025655

RGR III

Perlakuan

Page 12: fistum etri laporan

ANOVA DATA PENGAMATAN IV

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1

Perlakua

n 5 0,01

0,00114

6

2,36838

1 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 0,01

0,00048

4  

3 Total 29 0,02  

RGR IV

0 1 2 3 4 5 6 70

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.0503921093817274

0.00862471949148635

0.02709872265331650.021674422296

9077

0.0267089102576348

0.0101722588139093

RGR IV

Perlakuan

ANOVA V

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1

Perlakua

n 5 0,00

0,00022

2

0,56245

3 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 0,01

0,00039

5  

3 Total 29 0,01  

Page 13: fistum etri laporan

RGR V

0 1 2 3 4 5 6 7

-0.005

0

0.005

0.01

0.015

0.02

0.0143442052703047

0.00526904659342739

-0.000763455669

560225

0.00911509214133538

0.0178274859754933

0.0120160099088934

RGR V

Perlakuan

ANOVA VI

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1

Perlakua

n 5 0,00

0,00027

6

0,65845

7 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 0,01

0,00041

9  

3 Total 29 0,01  

Page 14: fistum etri laporan

RGR VI

0 1 2 3 4 5 6 70

0.005

0.01

0.015

0.02

0.025

0.03

0.015054614370549

0.00854297030472747

0.0258439021112956

0.00831722405804672

0.0168007504890011

0.0239754543588099

RGR VI

Perlakuan

ANOVA VII

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1

Perlakua

n 5 0,00

0,00011

3

0,78015

2 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 0,00

0,00014

5  

3 Total 29 0,00  

Page 15: fistum etri laporan

RGR VII

0 1 2 3 4 5 6 70

0.0020.0040.0060.008

0.010.0120.0140.0160.018

0.00918527493850334

0.0155106525855177

0.00451675959852849

0.004774945506844960.003748044130

882810.00318809449163543

RGR VII

Perlakuan

ANOVA DATA LUAS DAUN I

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 4,47

0,89358

6

0,72659

6 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 29,52

1,22982

5  

3 Total 29 33,98  

GRAFIK LUAS DAUN I

Page 16: fistum etri laporan

K0 (0 mM) K1 (10 mM) K2 (20 mM) K3 (30 mM) K4 (40 mM) K5 (50 mM)0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

0.2702 0.3132

0.5880.631000000000

001

1.2661.171

Kandungan Klorofil

Perlakuan

ANOVA DATA LUAS DAUN II

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 9,51

1,90248

8

0,59126

6 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 77,22

3,21765

1  

3 Total 29 86,74  

GRAFIK LUAS DAUN II

K0 (0 mM) K1 (10 mM) K2 (20 mM) K3 (30 mM) K4 (40 mM) K5 (50 mM)0

0.20.40.60.8

11.21.41.61.8

2

1.262

0.628200000000001 0.548 0.503

1.808 1.8012

Kandungan Klorofil

Perlakuan

Page 17: fistum etri laporan

ANOVA DATA LUAS DAUN III

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 8,07

1,61403

7

0,68483

8 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 56,56

2,35681

6  

3 Total 29 64,63  

GRAFIK LUAS DAUN III

K0 (0 mM) K1 (10 mM) K2 (20 mM) K3 (30 mM) K4 (40 mM) K5 (50 mM)0

0.20.40.60.8

11.21.41.61.8

2

1.3952

0.44920.684 0.592

1.446

1.8472

Kandungan Klorofil

Perlakuan

ANOVA DATA LUAS DAUN IV

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 0,44

0,08858

2

0,9505

6 ns 2,62 3,9

Page 18: fistum etri laporan

2 Galat 24 2,24

0,09318

9  

3 Total 29 2,68  

GRAFIK LUAS DAUN IV

K0 (0 mM) K1 (10 mM) K2 (20 mM) K3 (30 mM) K4 (40 mM) K5 (50 mM)0

0.10.20.30.40.50.60.70.80.9

0.431

0.630200000000001

0.766000000000002 0.8082

0.671400000000001 0.613200000000

001

Kandungan Klorofil

Perlakuan

ANOVA RASIO BERAT KERING : BERAT BASAH

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 0,76

0,15299

6

0,3561

9 ns 2,62 3,9

2 Galat 24 10,31 0,42953  

Page 19: fistum etri laporan

6

3 Total 29 11,07  

RGR RASIO BERAT KERING : BERAT BASAH

K0 (0 mM) K1 (10 mM) K2 (20 mM) K3 (30 mM) K4 (40 mM) K5 (50 mM)0

0.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1

0.537718414481842 0.427429688578

578

0.817449630291395

0.897137817556125

0.684744416853585

0.734366701132743

Rasio BK:BB

Perlakuan

ANOVA KANDUNGAN KLOROFIL

NoSumber

ragamdB JK KT Fhitung

  FTabel

  0,05 0,01

1 Perlakuan 5 19,11

3,82103

9

0,42715

4 ns 2,62 3,9

2 Galat 24

214,6

9

8,94534

6  

3 Total 29

233,7

9  

GRAFIK KANDUNGAN KLOROFIL

Page 20: fistum etri laporan

K0 (0 mM) K1 (10 mM) K2 (20 mM) K3 (30 mM) K4 (40 mM) K5 (50 mM)0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

1.06632

1.59856

3.6252

1.76672 1.729162.14128

Kandungan Klorofil

Perlakuan

B. Pembahasan

Hasil pengamatan stres garam dengan parameter luas daun, Fhitung yang didapat

pada luas daun I adalah 0.726596 yang lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2.62 dan 0,01

= 3,9. Fhitung yang didapat luas daun II adalah 0.591266 yang lebih kecil dari F tabel

0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9. Fhitung yang didapat pada luas daun III adalah 0,684838

yang lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9. Fhitung yang didapat pada luas

daun IV adalah 0.95056 yang lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9. Hal

ini menunjukkan hasil yang non signifikan yang artinya garam tidak

Page 21: fistum etri laporan

mempengaruhi secara nyata pada varietas luas daun tanaman. Tingginya salinitas

tanah mengakibatkan potensial air tanaman semakin rendah yang mengakibatkan

tanaman mengalami dehidrasi. Keadaan seperti ini sangat potensial menekan

perluasan daun. Hasil pengamatan stress garam dengan parameter berat basah dan

berat kering didapatkan rasio bahwa Fhitung = 0,35619 yang didapat lebih kecil dari

F tabel 0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9. Berarti hasil ini non signifikan yang artinya stres

garam tidak mempengaruhi secara nyata pada berat basah dan berat kering

tanaman. Yuniati (2004) menyatakan bahwa kadar stress garam yang tinggi dapat

meningkatkan laju transpirasi, sehingga tanaman menjadi layu dan berat basahnya

berkurang. Garam yang berada pada tanaman mengakibatkan potensial osmosis

tanaman menurun sehingga proses transportasi dari akar ke daun maupun dari

daun ke akar akan menjadi terhambat dan sehingga proses fotosintesis terhambat,

maka berat kering akan berkurang. Hal ini didukung oleh Harnowo (2002) yang

mengatakan bahwa hasil berat kering tanaman merupakan keseimbangan antara

pengambilan CO2 untuk fotosintesis. Umumnya, salinitas mengurangi

pertumbuhan tanaman dan bobot kering. Fe, Mn, Cu dan Zn konsentrasi lebih

tinggi pada akar dibandingkan pada daun dan tunas dalam sampel garam.

Hasil pengamatan stres garam dengan parameter tinggi tanaman yang

didapat pada laju pertumbuhan 1 (RGR I) mengalami fluktuasi pada konsentrasi

0mM, 10mM, 20mM, 30mM dan 50mM. Dapat dilihat dari anova Fhitung yang

dihasilkan 1,302838 lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2,62 dan 0,01= 3,9 yang

menunjukan data nonsignifikan. Fhitung yang didapat pada laju pertumbuhan 2

(RGR II) adalah 0,57593 yang lebih kecil dari F tabel 0,05= 2,62 dan 0,01 = 3,9

Fhitung yang didapat pada laju pertumbuhan 3 (RGR III) adalah 0,620216 yang

lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2,62 dan 0,01 = 3,9. Fhitung yang didapat pada laju

pertumbuhan 4 (RGR IV) adalah 2,368381 yang lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2.62

dan 0,01 = 3,9. Fhitung yang didapat pada laju pertumbuhan 5 (RGR V) adalah

0,562453 yang lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9. Fhitung yang didapat

pada laju pertumbuhan 6 (RGR VI) adalah 0.658457 yang lebih kecil dari F tabel

0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9. Fhitung yang didapat pada laju pertumbuhan 7 (RGR

VII) adalah 0.780152 yang lebih kecil dari F tabel 0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9.

Berdasarkan data tersebut dari laju pertumbuhan 1 sampe 7 menunjukkan non

Page 22: fistum etri laporan

signifikan yang artinya stress garam tidak mempengaruhi secara nyata tinggi

tanaman. Penghambatan tinggi tanaman biasanya terkait dengan terjadinya

klorosis dan nekrosis. Pertumbuhan sel tanaman pada tanah salin memperlihatkan

struktur yang tidak normal. Penyimpangan yang terjadi meliputi kehilangan

integritas membran, kerusakan lamella, kekacauan organel sel, dan akumulasi

Kalsium Oksalat dalam sitoplasma, vakuola, dinding sel dan ruang antar sel.

Kerusakan struktur ini akan mengganggu transportasi air dan mineral hara dalam

jaringan tanaman (Sipayung, 2006).

Hasil pengamatan pada stress garam dengan parameter kandungan klorofil

total menunjukkan bahwa tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) dengan

nilai Fhitung 0.427154 adalah lebih kecil dari Ftabel 0,05 = 2.62 dan 0,01 = 3,9 yang

artinya perlakuan stress garam tidak berpengaruh (non significant). Hal tersebut

tidak sesuai dengan pernyataan Basri, (1991), gejala pertumbuhan tanaman pada

tanah dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak

normal seperti daun mengering di bagian ujung dan gejala klorosis. Gejala ini

timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya

potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga

terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah.

Semakin tinggi konsentrasi NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan

daya hantar listrik tanah. Kandungan klorofil menurun akibat penghambatan

biosintesis klorofil. Hilangnya klorofil sering digunakan sebagai indikasi toleransi

stres garam. Hilangnya pigmen-pigmen mungkin merupakan penampilan adaptif

untuk mencegah kerusakan fotosintesis dengan cara mengurangi kemungkinan

terjadinya kerusakan fotooksidatif (Kimbal, 1983). Hasil pengamatan degan

parameter titik eksklusi garam didapatkan hasil bahwa tidak terdapat butir-butir

garam pada daun.

Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b.

perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada

protein. Perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom

magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping

hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (Santoso, 2004).

Page 23: fistum etri laporan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dari semua

parameter yang telah dilakukan F hitungnya lebih kecil daripada F tabel baik F

tabel 0,01 maupun tabel 0,05. Tabel anova menunjukkan bahwa F hitung non

signifikan. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan yang telah dilakukan selam 8

minggu tidak berpengaruh terhadap tanaman cabai (Capsicum frutescens L). Hal

ini tidak sesuai dengan pernyataan Harjadi dan Yahya (1988), bawa salinitas

menyebabkan perubahan struktur yang memperbaiki keseimbangan air tanaman

sehingga potensial air dalam tanaman dapat mempertahankan turgor dan seluruh

proses biokimia untuk pertumbuhan dan aktivitas yang normal. Perubahan

struktur mencakup ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per

satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada

permukaan daun, serta lignifikansi akar yang lebih awal. Menurut pernyataan

Sipayung (2006), cekaman yang diberikan akan mempengaruhi fase pertumbuhan

tanaman, baik pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif, yang pada

akhirnya akan mempengaruhi hasil tanaman. Hal ini mungkin terjadi karena

kurang ketelitian dalam pengukuran, faktor musim pada saat pemeliharaan yaitu

musim penghujan, tempat pemeliharaan yang berpindah dari tempat yang terbuka

ke tempat yang berkanopi yaitu di teras dan volume penyiraman yang tidak

terukur dan teratur

Stres (cekaman) adalah faktor luar yang tidak menguntungkan yang

berpengaruh buruk terhadap tanaman. Stres dapat diartikan sebagai keadaan yang

dapat merusak kesetimbangan suatu sistem. Pertumbuhan tanaman dan gangguan

kesetimbangan dapat berasal dari faktor lingkungan tumbuh atau berasal dari sifat

tanamannya. Berdasarkan faktor lingkungan tumbuh diperoleh klasifikasi derajat

toleransi tumbuh dalam kondisi sub-optimal. Tanaman dalam keadaan sub-

optimal sebenarnya sudah menderita stres, tetapi stres yang didapat balik yaitu

stres yang dapat diatasi oleh tanaman tersebut. Tanaman tidak bisa mengatasi,

gejala stres biasanya dicirikan oleh kerusakan sel permanen, maka stres yang

dialami tanaman dikatakan sebagai stres yang tidak dapat balik (Darusman, 1991).

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres garam terhadap

struktur anatomi dan fisiologi tanaman Capsicum frutescens. Konsentrasi larutan

garam (NaCl) yang digunakan dalam praktikum ini adalah 0 mM, 10 mM, 20

Page 24: fistum etri laporan

mM, 30 mM, 40 mM dan 50 mM. Setiap tanaman memerlukan unsur hara dalam

pertumbuhannya. Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi

garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya

terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan

meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat

mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan stres

tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam

air (Sipayung, 2006). Stres akibat kelebihan Na+ dapat mempengaruhi beberapa

proses fisiologi dari mulai perkecambahan sampai pertumbuhan tanaman. Stres

garam meningkatkan efek reduksi potensial air, ketidakseimbangan ion dan

toksisitas. Perubahan status air memicu reduksi pertumbuhan awal dan penurunan

produktivitas tanaman, sebab cekaman garam mempengaruhi osmosis dan

cekaman ion (Pranasari, 2012).

Salinitas tidak ditentukan oleh garam Na Cl saja tetapi oleh berbagai jenis

garam yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman. Dalam konteks ini

tanaman mengalami stres garam bila konsentrasi garam yang berlebih cukup

tinggi sehingga menurunkan potensial air sebesar 0,05 – 0,1 Mpa. Stres garam ini

berbeda dengan stres ion yang tidak begitu menekan potensial air (Lewit, dalam

Sipayung, 2006). Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek

yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta

penambahan biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya

tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan

yang tertekan dan perubahan secara perlahan. Gejala pertumbuhan tanaman pada

tanah dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak

normal seperti daun mengering di bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini

timbul karena konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya

potensial larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga

terpengaruh antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah.

Menurut Dwidjoseputro (1980), factor-faktor yang berpengaruh kepada

pembentukan klorofil:

1. Faktor Pembawaan. Pembentukan klorofil seperti halnya dengan

pebentukan pigmen-pigmen lain pada hewan dan manusia dibawakan oleh

Page 25: fistum etri laporan

gen tertentu di dalam kromosom. Jka gen ini tidak ada, maka tanaman akan

tampak putih belaka(albino), peristiwa ini sering kita lihat pada tanaman

jagung. Jagung albino tak dapat hidup lama.

2. Cahaya. Pada beberapa kecambah tanaman Angiosperma, klorofil dapat

terbentuk dengan tiada memerlukan cahaya. Tanaman yang lain yang

ditumbuhkan di dalam gelap tak berhasil membentuk klorofil, mereka pucat

(klorosis) kekuning-kuningan. Ada terdapat padanya protoklorofil yang

mirip dengan klorofil-a, hanya protoklofil mengandung kurang 2 atom H

daripada klorofil-a.

3. Oksigen. Kecambah yang ditumbuhkan di tempat gelap, kemudian

ditumbuhkan di tempat yang bercahaya tak mampu membentuk klorofil,

jika tidak diberi oksigen kepadanya.

4. Karbohidrat. Terutama di dalam bentuk gula ternyata menolong kepada

pembentukan klorofil dalam daun-daun yang mengalami etiolasi. Dengan

tiada pemberian gula, daun-daun tersebut tak mampu menghasilkan klorofil,

meskipun faktorfaktor lain cukup ada.

5. Nitrogen, Magnesium, Besi. Yang menjadi bahan pembentuk klorofil, sudah

barang tentu merupakan suatu keharusan. Kekurangan akan salah satu dari

zat-zat tersebut mengakibatkan klorosis kepada tumbuhan.

6. unsur Mn, Cu, Zn. Meskipun hanya dalam jumlah yang sedikit sekali, dapat

membantu pembentukan klorofil.

7. Air. Merupakan keharusan juga, kekurangan air dapat mengakibatkan

desintegrasi dari klorofil aeperti terjadi pada rumput dan pohon-pohonan di

musim kering.

8. Temperatur antara 3o-48oC.merupakan suatu kondisi baik untuk

pembentukan klorofil pada kebanyakan tanaman, akan tetapi yang paling

baik aialah antara 26o-30o C.

Page 26: fistum etri laporan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah dibahas, dapat disimpulkan :

1. Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam

terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya terjadi

dalam tanaman pada tanah salin. Tanah salin mengandung konsentrasi garam

larut tinggi atau sodium dapat ditukar tinggi.

Page 27: fistum etri laporan

2. Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa dari semua

parameter yang telah dilakukan F hitungnya lebih kecil daripada F tabel baik F

tabel 0,01 maupun tabel 0,05. Tabel anova menunjukkan bahwa F hitung non

signifikan. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan yang telah dilakukan selam 8

minggu tidak berpengaruh terhadap tanaman cabai (Capsicum frutescens L)

3. Faktor –faktor yang mempengaruhi kandungan garam dalam tanah yang adalah

tekstur tanah, sebaran garam dalam profil tanah, komposisi garam, dan spesies

tanaman.

B. Saran

Sebaiknya untuk pembuatan laporan data yang digunakan menggunakan

data satu rombongan saja agar dalam proses pembuatan dan memasukan datanya

tidak terlalu banyak dan rumit.

DAFTAR REFERENSI

Basri, H., 1991. Pengaruh Stres Garam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Empat Varietas Kedelai. Thesis Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Chookhampaeng, Sumalee. 2011. The Effect of Salt Stress on Growth, Chlorophyll Content Proline Content and Antioxidative Enzymes of Pepper (Capsicum Annuum L.) Seedling. Department of Biology, Faculty of Science, Mahasarakham University Mahasarakham 40004, Thailand

Page 28: fistum etri laporan

Darusman.1991. Pengaruh Stress Air dan pH Tanah Terhadap Kemungkinan Timbulnya Senyawaan Stress pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.). Forum Pascasarjana.Vol. 14 No. (1): Hal. 13-23.

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia, Jakarta.

Harjadi , S. S. dan S. Yahya, 1988. Fisiologi Stres Tanaman. PAU IPB, Bogor.

Harnowo, D. 2002. Pertumbuhan Kecambah Kedelai Akibat Cekaman Salinitas. Jakarta: BPPT. Hal. 192 – 202.

Kimbal, J. 1983. Biologi Jilid I. Bandung: IPB.

Pranasari. 2012. Persaingan Tanaman Jagung (Zea mays) dan Rumput Teki (Cyperus rotundus) Pada Pengaruh Cekaman Garam (NaCl). Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Robinson, M.F., Very, A., Sanders, D., Mansfield, T.A., 1997. How can stomata contribute to salt tolerance. Annals of Botany 80: 387 – 393.

Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Bengkulu.

Sipayung, Rosita. 2006. Stress Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. http://library.usu.ac.id/download/fp/bdp-rosita2.pdf. Diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

Yeo, A., 1998. Molecular biology of salt tolerance in the context of whole-PlantPhysiology. Journal of Experimental Botany 49 (323): 915 – 929.


Top Related