Transcript

Apendisitis Akut pada Orang Dewasa

Felicia Calista Ventura Santosa

102013431

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat, [email protected]

Appendisitis akut adalah penyakit radang pada appendiks vermiformis yang terjadi secara akut. Apendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganggu. Apendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6 9 cm), menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya apendisitis (radang pada apendiks). Di dalam apendiks juga terdapat imunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat di dalamnya adalah Ig A. Selain itu pada apendiks terdapat arteria apendikularis yang merupakan end-artery.

Rumusan Masalah

Berdasarkan kasus yang terdapat skenario yang membahas seorang perempuan usia 35 tahun dengan keluhan nyeri hebat pada perut kanan bawah sejak 6 jam yang lalu dan 3 hari yang lalu ulu hatinya terasa sakit serta mual. Dengan melihat kasus pada skenario tersebut maka didapatkanlah sebuah masalah yang dapat dirumuskan dan dibahas dalam makalah ini adalah :

Perempuan usia 35 tahun mengalami nyeri perut kanan bawah sejak 6 jam lalu, 3 hari lalu ulu hati terasa sakit serta mual, keluhan tidak berkurang setelah pasien mengkonsumsi obat maag

Skenario 11

Seorang perempuan berusia 35 tahun diantar oleh keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri hebat pada perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu. Pasien mengeluh sejak 3 hari yang lalu, ulu hatinya terasa sakit disertai mual, akan tetapi keluhan tersebut tidak berkurang setelah pasien mengkonsumsi obat maagAnalisis masalah

Anamnesis Apendisitis AkutAnamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai aloanamnesis.1Anamnesis dalam apendisitis akut dapat dibagi dalam beberapa kategori utama: usia, jenis kelamin, nyeri abdomen, dan gejala sistemik.11. Usia dan Jenis Kelamin

Yang sangat tua dan sangat muda, masing-masing menampilkan sekitar 10 persen penyajian pasien nyeri abdomen akut. Tetapi pasien di atas usia 65 tahun mempunyai dua kali insiden penyakit bedah (30 persen) sebagai sebab nyeri abdomennya dibandingkan pasien di bawah usia 65 tahun. Pada usia dewasa, wanita lebih mungkin tampil dengan nyeri abdomen dibanding pria, tetapi pada pria yang menampilkan gejala ini mempunyai insidens penyakit bedah yang lebih tinggi. Sistem genitourinarius lazim menyebabkan nyeri abdomen pada wanita meliputi penyakit peradangan pelvis, infeksi tractus urinarius, dismenore dan kehamilan ektopik.12. Nyeri

Nyeri tanda abdomen akuta. Ini bisa ditandai oleh cara mulainya, sifat, faktor pencetus atau lokalisasinya. Ada tiga jenis mulainya nyeri abdomen: eksplosif, cepat dan bertahap. Pasien yang mendadak dicekam nyeri eksplosif menderita sekali, lebih mungkin menderita pecahnya viskus berongga ke dalam cavitas peritonealis bebas atau menderita vascular accident berkelanjutan. Kolik berasal dari ginjal dan saluran empedu bisa dimulai mendadak, tetapi jarang menyebabkan nyeri begitu parah, sehingga pasien tak berdaya. Pasien dengan nyeri yang cepat dimulai, yang cepat memburuk mungkin menderita pankreatitis akuta, trombosis mesenterica atau strangulasi usus halus. Pasien dengan nyeri yang dimulai beratahap mungkin menderita peradangan peritoneum, seperti yang terlihat dalam apendisitis atau divertikulitis. Keparahan nyeri bisa ditandai sebagai menyiksa, parah, tumpul atau seperti kolik. Nyeri menyiksa tak berespon terhadap narkotika menggambarkan suatu lesi vaskular akuta seperti ruptura aneurisma abdominalis atau infark usus. Pasien infark usus khas menderita nyeri melebihi proporsi gambaran fisik dan laboratorium. Nyeri yang parah tetapi mudah dikendalikan oleh obat khas peritonitis akibat vikus yang pecah atau pankreatitis akut. Nyeri tumpul, samar-samar yang sukar dilokalisasi menggambarkan suatu proses peradangan dan lazim presentasi awal apendisitis. Nyeri kolik yang ditandai sebagai kram dan dorongan (rush) menggam barkan gastroenteritis. Nyeri akibat obstruksi usus halus mekanik juga bersifat kolik, tetapi mempunyai pola berirama dengan interval bebas nyeri bergantian dengan kolik parah. Dorongan peristaltik menyertai gastronteritis tidak perlu terkoordinasi dengan nyeri kolik.1Pemeriksaan Apendisitis AkutPemeriksaan Fisik Inspeksi: pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada inspeksi biasa ditemukan distensi perut. Palpasi: kecurigaan menderita apendisitis akan timbul pada saat dokter melakukan palpasi perut dan kebahagian paha kanan. Pada daerah perut kanan bawah seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign). Nyeri perut kanan bawah merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.2Juga ada 4 hal yang penting dalam mendiagnosa apendisitis akut:

1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri visceral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah.

2. Muntah oleh karena nyeri visceral.

3. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)

4. Gejala lain adalah badan lemas dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindari pergerakan di sekitar perut yang terasa nyeri.2Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

Pada scenario didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas pada pasien.2Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium:a. Leukosit meningkat sebagai respon untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada apendisitis akut dan jika perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.

b. Hb (hemoglobin) tampak normal.

c. Laju Endap Darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrate.

d. Urine penting untuk melihat apakah ada infeksi pada ginjal.3Pada pemeriksaan laboratorium pada pasien didapatkan hasil :

Leukosit 12000 Hb 13, hematokrit 12% Trombosit 200.000

LED 30

Pemeriksaan radiologi:Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnose appendicitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut:

a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan

b. Kadang ada fekolit (sumbatan)

c. Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.Ultrasonografi mungkin bersifat diagnostik. Radiografi toraks menyingkirkan penyakit lapangan paru kanan bawah, yang dapat menyerupai nyeri kuadran kanan bawah karena iritasi saraf T10, T11, T12.2,3Diagnosis Apendisitis AkutWorking Diagnosis

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis lebih sering pada perempuan dibanding pada lelaki. Hal ini dapat disadari mengingat pada perempuan terutama yang masih muda sering timbul gangguan yang mirip apendisitis akut. Keluhan itu berasal dari genitalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lain. Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis akut bila diagnosis meragukan, sebaiknya dilakukan observasi penderita di rumah sakit dengan setiap 1-2 jam. Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi bisa meningkatkan akurasi diagnosis. Demikian pula laparoskopi pada kasus yang meragukan. Pemeriksaan jumlah leukosit membanu menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.3Apendisitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).3Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada di umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa terjadi pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah.3Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).3Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Posisi apendiks terletak posteromedial caecum. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen dan posisinya bervariasi. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.4Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.3,4Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh.4

Gambar 1. Apendiks normal

Gambar 2. Apendiks terinfeksiDefferential Diagnosis

Kehamilan ektopik terganggu

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim (uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii,dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu. Dengan diagnosis sebagai berikut : perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah sedang, kesadaran menurun, pucat, hipotensi dan hipovolemia, nyeri abdomen dan pelvis, nyeri goyang porsio, serviks tertutup. Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG.5

Gambar 3. Kehamilan ektopik terganggua. Tatalaksana Umum

-Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau RingerLaktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.

-Segera rujuk ibu ke rumah sakit.5b. Tatalaksana Khusus

- Segera uji silang darah dan persiapan laparotomy. - Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii

- Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi)

- Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)

- Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemiadengan pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.5Mesenteritis

Mesenteritis ataupun dikenali juga dengan sklerosing mesenteritis merupakan suatu penyakit di mana berlaku nekrosis, inflamasi dan fibrosis jaringan adiposa mesenterium. Gejala bagi mesenteritis dapat dibagi kepada 2 yaitu gejala gastrointestinal dan gejala non-gastrointestinal. Gejala gastrointestinal adalah seperti nyeri abdomen, mual, muntah, kembung, hilang nafsu makan, diare dan konstipasi. Gejala non-gastrointestinal pula adalah seperti lelah, penurunan berat badan, keringat pada malam hari dan demam.5

Gambar 4. Sklerosing mesenteritis

Adneksitis

Adneksitis adalah berlaku peradangan pada adneksa. Adneksa mempunyai berbagai definisi. Sebagian sumber mengatakan adneksa adalah tuba falopii dan ovary. Ada sumber mengatakan adneksa adalah tuba falopii, ovary dan jaringan disekitarnya. Terdapat juga sumber mengatakan adneksa merupakan kawasan di tuba falopii, ovary dan ligamen di sekitarnya.6Dalam arti kata yang lebih mudah, adneksitis adalah berlakunya peradangan dan inflamasi di tuba falopii, ovary dan biasa terkena uterus. Adneksitis juga dapat menjadi salah satu komplikasi akibat apendisitis. Pasien yang menderita adneksitis selalunya mempunyai keluhan demam, vagina mengalami keputihan yang banyak, gangguan menstruasi, mual, muntah dan malaise. Komplikasinya dapat menyebabkan sperma yang ingin membuahi ovary di tuba falopii tidak berlaku karena penyempitan tuba dan lebih parah bias menyebabkan kemandulan pada wanita.6Gambar 5. AdneksitisDiverkulitis

Diverkulitis berasal dari diverkulosis. Diverkulosis adalah suatu penyakit yang menyerang usus di mana bagian dalam usus membentuk seperti kantong. Jika ianya mengalami pembengkakan dan peradangan, ianya dipanggil diverkulitis. Selalunya, diverkulitis terjadi di usus colon.7Penyebabnya masih belum diketahui, namun sebagian pakar mengatakan diverkulitis terjadi akibat diet yang kurang serat. Apabila diet yang dikonsumsi kurang serat, kolon terpaksa bekerja lebih kuat untuk melakukan proses peristaltic dan tekanan yang tinggi ini dapat menyebabkan berlakunya diverkulosis seterunya menjadi diverkulitis. Peradangan dapat berlaku karena kantong tersebut dipenuhi feses yang mengandungi banyak bakteri sehingga menyebabkan berlakunya peradangan dan infeksi.7Gejala diverkulitis dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Gejala yang sering ditemui adalah nyeri di bagian abdomen terutama di kuadran kiri bawah abdomen. Nyeri akan memburuk sewaktu bergerak. Gejala lainnya adalah demam, menggigil, perut kembung, diare, konstipasi, mual, muntah dan hilang nafsu makan.7

Gambar 6. Divertikulitis

Etiologi Apendisitis Akut

Penyebab apendisitis tersering adalah adanya obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:

1. Hyperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.2. Adanya faekolit dalam lumen apendiks.

3. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

Penyebab lainnya adalah infeksi kuman dari colon. Kuman yang terbanyak adalah E. coli dan streptococcus.2,4Manifestasi KlinikNyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.7Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.7Palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.7Faktor Resiko Apendisitis AkutPenderita laki-laki lebih banyak daripada wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut. Morfologi dari apendiks juga mempengaruhi terjadinya apendisitis akut:

1. Apendik yang terlalu panjang,

2. Messo apendik yang pendek.

3. Penonjolan jaringan limpoid.

4. Kelainan katub di pangkal apendiks.2,3Epidemiologi Apendisitis AkutApendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang, namun dalam tiga-empat dasawarsa terakhir terjadi peningkatan. Kejadian ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pola makan berserat dalam menu sehari-hari. Pada laki-laki dan perempuan pada umumnya sebanding, kecuali pada umur 20 30 tahun insiden pada laki-laki lebih tinggi. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak yang kurang dari satu tahun yang jarang dilaporkan, mungkin karena tidak terduga sebelumnya. Insiden tertinggi terjadi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.8Patofisiologi Apendisitis Akut

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.8Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehinga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.8Bila sekresi mucus terys berlanjut, tekanan akan terus meningkat. hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.8Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.8Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.8Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah.8Penelitian terakhir menemukan bahwa ulserasi mukosa akibat parasit seperti E.Hystolitica, merupakan langkah awal terjadinya apendisitis pada lebih dari separuh kasus, bahkan lebih sering dari sumbatan lumen. Makanan rendah serat juga memiliki kemungkinan menimbulkan apendisitis. Tinja yang keras pada akhirnya akan menyebabkan konstipasi yang akan meningkatkan tekanan didalam sekum sehingga akan mempermudah timbulnya penyakit itu. Apendisitis dapat menyerang siapa saja, segala umur dan pada semua jenis kelamin.8Nyeri dari visera seringkali secara bersamaan dilokalisasi di dua daerah permukaan tubuh karena nyeri dijalarkan melalui nyeri alih viseral dan nyeri langsung parietal, mekanisme:

1. Impuls nyeri yang berasal dari apendiks akan melewati serabut-serabut nyeri viseral saraf simpatik dan selanjutnya akan masuk ke medulla spinalis kira-kira setinggi thorakal X sampai thorakal XI dan dialihkan ke daerah sekeliling umbilikus (menimbulkan rasa pegal dan kram).

2. Dimulai di peritoneum parietal tempat apendiks meradang yang melekat pada dinding abdomen. Ini menyebabkan nyeri tajam di peritoneum yang teriritasi di kuadran kanan bawah abdomen.8Penatalaksanaan Apendisitis Akut

Terapi selalu operatif karena lumen yang terobstruksi tidak akan sembuh dengan antibiotic saja. Apendisitis akut tanpa rupture diterapi dengan apendektomi segera setelah evaluasi medis selesai. Rupture apendisitis dengan peritonitis local atau flegmon, dioperasi setelah resusitasi awal untuk memperbaiki cairan serta elektrolit yang hilang. Rupture apendisitis dengan penyebaran pada peritonitis membutuhkan resusitasi cairan yang lebih luas, tetapi pasien harus menjalani operasi secara normal dalam 4 jam untuk mencegah berlanjutnya kontaminasi peritoneum.81. Sebelum operasia. Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali masih belum jelas. Dalam keadaan ini obsevasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun bentuk peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal seta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic. Foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.b. Intubasi bila perluc. Antibiotik: Pemberian antibiotik untuk kuman Gram negatif dan positif serta kuman anaerob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum pembedahan.82. Operasi. Ada 2 macam:

a. Operasi terbuka: satu sayatan akan dibuat (sekitar 5 cm) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan lebih besar jika apendisitis sudah mengalami perforasi.

b. Laparoskopi: sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya diseputar perut. Laparoskopi berbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan apendiks, pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.83. Pascaoperasi.

Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan di dalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadarm sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi Fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama itu pasin dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada pergorasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.

Kemudian berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5jam lalu naikkan menjadi 30ml/jam. Keesikan harinya diberikan makanan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

Satu hari pascaoperasi, pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempa tidur selama 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.8Prognosis Apendisitis AkutDengan diagnosis yang akurat seta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak diangkat. Terminologi apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.3Komplikasi Apendisitis AkutApendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan tetapi penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.3,4Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlikalisasi, ileus, demam, malaise, dan leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak pasien pertama kali datang, diagnosis dapat ditegakan dengan pasti.3,4Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang di lakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang:

Tirah baring dalam posisi Fowler medium (setengah duduk)

Pemasangan NGT

Puasa

Koreksi cairan dan elektrolit

Pemberian penenang

Pemberian antibiotic spectrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotic yang sesuai dengan hasil kultur

Transfuse untuk mengatasi anemia

Penanganan syok septic secara intensif, bila ada.3,4Bila terbentuk abses apendiks, akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rectum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotic (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang menonjol kea rah rectum atau vagina dengan fluktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase.3,4Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus kita curigai bila ditemukan demam sepsism menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi perforasi apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotic kombinasi dengan dranase.3,4Komplikasi lain yang dapat terjadi berupa abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan.3,4Prevensi Apendisitis AkutTidak ada cara untuk memprediksi terjadinya apendisitis atau mencegah terjadinya apendisitis. Juga tidak ada cara pencegahan faktor resiko untuk apendisitis. Sedangkan faktor resiko yang memungkinkan terjadinya apendisitis adalah diet randah serat dan tinggi gula, sejarah keluaga, dan infeksi kuman.5KesimpulanBerdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang disepakati, yaitu Perempuan 35 tahun dengan keluhan demam dan nyeri pada perut sebelah kanan bawah menderita apendisitis akut dapat diterima. Pasien yang datang dengan keluhan nyeri hebat di perut kanan bawah diduga menderita apendisitis akut. Hal ini karena apendisitis sering kali terjadi di titik McBurney yaitu titik yang terletak di 1/3 distal Antara SIAS kanan dan umbilicus. Tambahan pula, pasien tersebut tidak mengalami gangguan siklus menstruasi dan tidak mengalami kehamilan. Informasi ini secara tidak langsung menolak kemungkinan berlaku adneksitis dan kehamilan ektopik. Hipotesis diterima.Daftar Pustaka

1. De Jong , W. Sjamsuhidajat, R. Buku ajar ilmu bedah. Edisi kedua. Jakarta: Penerbit buku kedokteran (EGC). 2004.h.640-5.2. Mansjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2000.h.307-10.

3. Schwartz, S, I. Shires, G, T, S. Spencer, F, C. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran. 2000.h.437-41.4. Teirney LM, McPhee SJ, Papadokis MA. Current medical diagnosis and treatment. 44th ed. New York: Mc Grw-Hill; 2005.p.594-5.

5. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS. Harrisons principles of internal madicine. Acute appendicitis and peritonitis. Philadelphia, USA: Mc Graw Hill; 2012. p.2516-9

6. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN. Robbins basic pathology. Acute appendicitis. Philadelphia, USA: Saunders Elsevier; 2007. p.628-30

7. Talley NJ, Oconnor S. Clinical examination a systematic guide to physical diagnosis. Acute abdomen. Sydney, Australia : Apac Publishers; 2006. p.185-200

8. Anderson RE, Burns T. A randomized controlled study comparing early laparoscopy vs. clinical observation. Acute non-spesific abdominal pain. London, UK: Ann Surg Publications; 2006. p.881-92PAGE 1


Top Related