Transcript
Page 1: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 9

3) Faktor Pembentuk Tanah

Di dalam buku yang ditulis oleh Jenny (1941) “Factors of Soil Formation”

disampaikan hipotesis yang menggambarkan gagasan-gagasan tentarig pembentukan

tanah, yang bersumber pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dokuchaev dan

pakar-pakar tanah Rusia yang lain (Glinka dan Sibirtzev). Hipotesis tersebut adalah bahwa

tanah terbentuk sebagai hasil interaksi dari banyak faktor, yang paling penting daripadanya

adalah:

� Iklim (C)

� Organisme (0)

� Relief (R)

� Bahan induk (P)

� Waktu (T)

Cara penghampiran di atas, memperlihatkan bahwa faktor pembentuk tanah berperan

sebagai variabel pengendali (control variables), terbebas dari pengaruh tanah yang

dihasilkan, meskipun tidak sepenuhnya bebas satu variable terhadap variabel yang lain.

Jenny kemudian mencoba untuk mentakrifkan hubungan antara sifat/sifat-sifat tanah dengan

faktor pembentuk tanah utama dengan menggunakan persamaan:

S = f(Cl, O, R, P, T …………………..) …………………………….(3.1)

Titik-titik menunjukkan bahwa faktor yang kurang penting seperti perolehan mineral dari

atmosfer, atau perubahan mineralogi akibat kebakaran, dalam kondisi tertentu mungkin

mempengaruhi sifat tanah. Persamaan 3.1. memperlihatkan asumsi bahwa terdapat

hubungan kausal (causal relationship) antara S dan faktor-faktor pembentuk tanah.

Page 2: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 10

Jenny (1980) mendefinisi ulang faktor-faktor pembentuk tanah sebagai “state variables” dan

memasukkan sifat-sifat ekosistem, vegetasi dan hewan sebagai faktor yang dapat

mempengaruhi sifat-sifat tanah. Bahan induk dan relief menentukan kondisi awal (initial

state) dalam perkembangan tanah, iklim dan organisme menentukan percepatan

berlangsungnya reaksi kimia dan biologis di dalam tanah, dan waktu menentukan masa

keberlangsungan dari reaksi di atas.

Pemakaian persamaan 3.1 dapat disederhanakan apabila perubahan sifat tanah S hanya

terkait pada satu variabel pengendali, misalnya iklim (climate) sedangkan yang lain tetap

(constant) atau mendekati tetap. Dalam keadaan semacam ini hubungan antara faktor

pembentuk tanah dengan sifat tanah disebut juga “climofunction” digambarkan dalam

persamaan:

S = f(Cl)o, r, p, t……………… ……………………….(3.2)

Dan deretan tanah yang terbentuk disebut “Climosequence”. Dengan prinsip yang sama

dikenal Biosequence, Toposequence, Lithosequence, dan Chronosequence.

Istilah toposequence setara dengan konsep catena dari Milne (1935).

3.1) Iklim

Iklim mencakup iklim lokal (iklim mikro) dan iklim global (iklim makro). Komponen

utama iklim dalam hubungannya dengan pembentukan tanah adalah lengas dan temperatur.

3.1.1) Lengas tanah tergantung beberapa faktor:

� Pola dan intensitas curah hujan

� Keragaman musiman

� Kecepatan transpirasi dan evaporasi

� Kemiringan lereng

� Aspek lereng

� Kedalaman jeluk mempan (effective depth)

� Tekstur tanah/permeabiitas bahan induk

Cara untuk menentukan rezim lengas tanah adalah dengan perhitungan neraca air (water

balance). Perhitungan ini didasarkan pada pengukuran distribusi hujan, perhitungan

evapotranspirasi potensial, dan penilaian aliran permukaan (surface runoff dan infiltrasi.

Persamaan neraca lengas adalah sbb:

Page 3: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 11

Inflow = Outflow /- cadangan di dalam sistem ………………………(3.1.1)

P = ET + SR + I + / - S

Dimana P curah hujan (mm)

ET evapotranspirasi (mm)

SR aliran permukaan (runoff) (mm)

I infiltrasi (mm)

S cadangan lengas tanah (mm)

Evaporasi potensial dapat dihitung dengan persamaan empiris (e.g. Thornwaite) atau

dengan persamaan Penmann-Monteith. Persamaan empiris Thorriwaite menghitung

evaporasi potensial tanpa memperhitungkan temperatur udara. Persamaan Penmann-

Monteith yang merupakan persamaan penghitungan evaporasi potensial terbaik saat ini,

memungkinkan penghitungan evapotranspirasi dari data meteorologi. Infiltrasi dan runoff

dapat dihitung dengan persamaan empiris seperti Metode Nomor Kurve (Curve Number

Method)(Soil Conservation Service, 1985). Metode ini menghitung infiltrasi dan aliran

permukaan menggunakan data penggunaan lahan dan hidrologi. Terdapat banyak

persamaan yang agak rumit seperti SWAT (Soil and Water Assessment Tool)(Arnold et al.,

1993), WEPP (Water Erosion Prediction Project)(USDA-ARS, 1995), atau OPUS (Smith,

1992), yang menghitung infiltrasi, surface-runoff dan lengas tanah.

Bentuk utama topografi, yaitu kemiringan dan aspek lereng mempunyai pengaruh besar

pada kelengasan tanah. Hal ini pertama kali diungkapkan oleh Beven et al., (1979) dalam

bentuk indeks topografi (CTI~Compound Topographic Index) atau indeks kebasahan

(Wetness Index). Persamaan-persamaan ini menggambarkan pengaruh topografi

(kemiringan dan aspek lereng) terhadap lokasi dan luasan area akumulasi air di dalam

tanah. Indeks kebasahan dihitung sbb:

WT = ln(A/tan b) ……………………………………. (3.1.2)

dimana wT indeks kebasahan (wetness index)

A luas daerah tangkapan

b sudut kemiringan

Secara hidrologi, daerah tangkapan (A) adalah ukuran aliran permukaan (surface runoff)

pada suatu titik tertentu pada bentang lahan, dan merupakan gabungan pengaruh lereng

atasan dan pertemuan (convergence) daerah tangkapan dan pencaran (divergence) aliran.

Indeks kebasahan mencerminkan kecenderungan air untuk terakumulasi pada suatu titik

tertentu pada suatu daerah tangkapan (catchment area ~ A) dan juga sekaligus menunjukan

kecenderungan daya grafitasi untuk memindahkan air ke lereng bawahan (dinyatakan

Page 4: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 12

sebagai tan B. Untuk memperoleh informasi tentang kelengasan tanah Geographic

Information System (GIS) dapat digunakan untuk menghitung indeks kebasahan atas dasar

data Digital Elevation Model (DEM). Lebih lanjut, indeks kebasahan dapat digunakan untuk

mengetahui “zona jenuh” (zone of saturation) pada studi area dan dengan menggunakan

batas ambang indeks kebasahan maka aliran jenuh dapat ditentukan.

Kedalaman profil tanah juga mempengaruhi kandungan lengas tanah, Profil tanah yang

dalam (tebal) akan mampu menyimpan air dalam jumlah besar, makin tipis profil makin

berkurang kemampuan tanah untuk menyimpan air.

Tekstur tanah juga mempengaruhi kemampuan tanah untuk menyimpan lengas. Tanah

dengan tekstur pasiran, debuan dan lempungan biasanya mempunyai kandungan lengas

rendah, sedang dan tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan dalam hal sebaran pori pada

tanah-tanah tersebut. Tanah pasiran mempunyai pori makro ( φ > 10 mikrometer), tanah

debuan dirajai pori sedang ( φ 0.2-10 mikrometer), dan tanah lempungan dirajai oleh pori

mikro (< 0.2 mikrometer).

Istilah lengas tanah mengacu pada keberadaan atau ketiadaan salah satu air tanah atau

lengas yang terdapat pada tekanan kurang dari 1500 kPa, di dalam tanah atau pada horizon

tertentu. Lengas tanah yang tertahan pada tekanan 1500 kPa atau lebih tidak cukup untuk

mendukung tanaman kebanyakan tanaman agar tetap hidup.

Kelas-kelas lengas tanah yang ditakrifkan dalam Taksonomi Tanah terdapat dalam Tabel

3.1.

Tabel 3.1. Klasifikasi lengas tanah

Rezim Lengas

Tanah Karakteristik

Dry (Kering) Kandungan lengas tanah kurang dari jumlah yang tersedia pada

tekanan 15 atmosfer (1500 kPa ~ titik layu permanen (permanent

wilting point) dalam kebanyakan tahun (6 dari 10 tahun)

Xeric Terdapat pada tanah di daerah sedang (temperate areas) yang

mempunyai muslin dingin lembab dan musim panas kering

(misalnya daerah iklim mediterranean)

Aridic/Torric Tanah kering lebih dari setengah waktu dalam satu tahun (zone

iklim arid)

Perudic Dalam kebanyakan tahun curah hujan bulanan melebihi

Page 5: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 13

evapotranspirasi bulanan (pada tahun yang sama)

Udic Pada kebanyakan tahun, tanah tidak kering lebih dari 90 hari

berturutan

Ustic Dalam kebanyakan tahun, tanah kering selama 90 hari berturutan

dan lembab pada salah satu bagian tanah selama setengah hari

dengan suhu tanah di atas 5°C (e.g. selama musim tanam)

Aquic Tanah cukup jenuh, terdapat kondisi tereduksi. Biasanya

mempunyai chroma rendah, berbecak atau terdapat gley pada

horizon bawahan

Bilamana kandungan lengas tanah tinggi, sebagaimana pada daerah iklim humid, akan

timbul gerakan lengas kebawah (downward movement) pada kebanyakan tahun yang

menyebabkan pelindian (leaching) garam-garam terlarutkan tinggi. Pada kondisi ekstrim

garam-garam terlindi ini dapat keluar dari solum dan terjadi translokasi zarah dari horizon-

horizon atasan ke horizon bawahan. Pada daerah arid terdapat gerakan lengas ke atas

(upward movement) disebabkan percepatan evapotranspirasi tinggi yang menyebabkan

gerakan keatas dari garam-garam terlarutkan. Akumulasi dari garam-garam ini dapat

tersementasi membentuk padas (pan) yang tak tertembuskan oleh akar dan sangat

menurunkan infiltrasi.

3.1.2. Temperatur

Temperatur beragam tergantung lintang dan ketinggian tempat, dan besarnya

penyerapan serta pemantulan radiasi matahari oleh atmosfer. Radiasi matahari (solar

radiation) meningkat sejalan dengan ketinggian tempat, bervariasi musiman, dan

dipengaruhi oleh awan serta gejala atmosfer lain (misalnya pencemaran udara). Serapan

radiasi matahari pada permukaan tanah dipengaruhi banyak faktor seperti warna tanah dan

vegetasi penutup. Secara umum makin gelap warna tanah makin banyak radiasi diserap.

Pengaruh tanaman penutup terhadap serapan radiasi matahari beragam tergantung

kerapatan, tinggi dan warna vegetasi penutup. Serapan radiasi matahari berbeda pada

vegetasi hutan dan lahan olahan (tanaman semusim). Permukaan tanah yang berwarna

cerah atau keputihan cenderung untuk memantulkan radiasi matahani lebih tinggi.

Suhu mempengaruhi kecepatan pelapukan dan sintesis mineral, dan proses biologis serta

dekomposisi. Pelapukan akan semakin kuat dengan meningkatnya temperatur, itulah

sebabnya pelapukan di daerah tropis lebih kuat dibandingkan dengan daerah sub-tropis.

Temperatur juga mempengaruhi tingkat pembekuan dan pencairan (pelapukan fisik) di

daerah dingin. Proses biologis meningkat dengan meningkatnya temperatur. Kecepatan

Page 6: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 14

reaksi lebih kurang dua kali lipat untuk setiap kenaikan temperatur 10 °C. Meskipun demikian

reaksi-reaksi dengan katalis enzim cukup peka terhadap temperatur yang tinggi dan

biasanya optimum pada suhu antara 30-35 °C.

Mulai zaman Dokuchaev (1870), banyak pakar pedologi di Eropa dan Amerika Utara

beranggapan bahwa iklim paling dominan dalam pembentukan tanah. Hubungan antara

zona iklim dengan sebaran luas tanah-tanah serupa (sangat mirip) yang tersebar dari timur

ke barat Rusia mengilhami konsep zonal tanah. Tanah zonal adalah tanah dimana faktor

iklim, mempengaruhi tanah sedemikian kuat sehingga menihilkan pengaruh dari faktor-faktor

yang lain. Tanah intrazonal adalah tanah dimana terdapat kelainan lokal dari relief, bahan

induk, atau vegetasi yang cukup kuat untuk memodifikasi pengaruh iklim regional. Tanah

azonal adalah tanah yang belum matang, diferensiasi profil sangat terbatas karena salah

satu, sangat muda atau terdapat salah satu faktor lingkungan menghambat perkembangan

tanah. Di Amerika Serikat konsep zonal digunakan dalam menyusun klasifikasi tanah yang

dipublikasikan dalam USDA Yearbook of Agriculture (Baldwin et al, 1938).

Konsep zonalitas tanah tidak terlalu bermanfaat apabila diaplikasikan pada tanah-tanah

subtropik dan tropik. Di wilayah ini terdapat tanah-tanah yang umumnya jauh lebih tua

dibandingkan dengan tanah-tanah di Eropa, dan sebagai konsekwensinya tanah-tanah ini

telah mengalami beberapa tahapan erosi dan deposisi yang terkait dengan perubahan iklim,

umur tanah dan kedudukan topografi dalam lingkungan bentang darat tertentu. Konsep

tanah zonal juga tidak terlalu bermakna untuk daerah-daerah seperti Skandinavia atau

Page 7: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 15

bagian utara Amerika Serikat dimana bahan induk dari tanah yang ada sekarang sangat

muda dan relief berperan sangat kuat dalam proses pembentukan tanah.

Apabila rezim temperatur mempunyai imbuhan iso, perbedaan rata-rata temperatur tanah

pada musim dan musini dingin kurang dari 5 °C pada jeluk (kedalaman dari permukaan) 50

cm.

3.2. Organisme

Tanah dan makhluk di atas dan di dalam tanah membentuk suatu ekosistem khusus.

Komponen aktif dari suatu ekosistem adalah vegetasi, hewan termasuk jasad renik, dan

manusia.

� Vegetasi

Spesies tumbuhan yang membentuk koloni pertama pada batuan terlapuk sangat

ditentukan oleh iklim dan bahan induk tetapi pada gilirannya akan sangat menentukan tanah

Page 8: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 16

yang terbentuk. Sebagai contoh dibagian Barat-Tengah USA vegetasi hutan lebth

mendorong percepatan pembentukan tanah dibandingkan dengan vegetasi padang rumput

pada bahan induk yang sama dan iklim yang serupa. Perbedaan komposisi kimiawi dari air

tetesan daun dapat merupakan sebagian sebab dari perbedaan kecepatan pembentukan

tanah. Sebagai contoh seresah masam dari pinus mendorong pembentukan tanah masam

dengan struktur lemah, dimana seresah pohon berdaun lebar mendorong terbentuknya

tanah-tanah dengan struktur yang baik (well-structured soils).

� Meso- / Makrofauna

Cacing tanah adalah salah satu yang sangat penting dari hewan pembentuk tanah di

daerah sedang (temperate), didukung oleh berbagai anthropoda kecil serta hewan hewan

penggerek lainnya (e.g. kelinci). Cacing tanah juga penting di daerah tropis tetapi pada

umumnya rayap, semut dan kutu lebih berperan dalam proses pembentukan tanah terutama

di daerah subhumiud sampai semiarid-savanna di Afrika dan Asia.

� Mikroorganisme

Bahan organik tanah dikolonisasi oleh berbagai jenis organisme tanah, yang

terpenting adalah mikroorganisme yang memperoleh energi untuk pertumbuhan dan

perombakan/dekomposisi molekul organik. Selama dekomposisi unsur-unsur essensial

diubah dari kombinasi organik menjadi bentuk inorganik sederhana (mineralisasi).

Kebanyakan mikroorganisme terkonsentrasi pada 15-25 cm lapisan teratas karena substrat

C paling banyak tersedia pada jeluk tersebut. Jenis-jenis mikroorganisme tanah terdiri atas

bakteria, actinomycetes, fungi, algae, dan protozoa.

� Manusia

Manusia mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui pengaruhnya terhadap

vegetasi alami i.g. praktek pertanian, urban dan pengembangan industri. Penggunaan

peralatan mesin-mesin berat mengakibatkan pemampatan tanah dan menurunkan infiltrasi

air ke dalam tanah, yang lebih lanjut meningkatkan aliran permukaan (surface-runoff) dan

erosi. Penggunaan lahan dan pengelolaan spesifik lokasi (e.g. pemakaian pupuk,

pengapuran) juga mempengaruhi proses perkembangan tanah.

3.3. Relief (timbulan)

Gejala topografi utama mudah diketahui di lapangan (e.g. pegunungan, lembah,

perbukitan, dataran banjir). Bentuk topografi (topographic attribute) misalnya lereng, aspek,

daerah tangkapan khusus (specific catchment area) penting dalam pedologi

Page 9: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 17

Topographic

attnbute Definition Hydrologic significance

Altitude Elevation climate, vegetation type,

potential energy

Slope Gradient overland and subsurface flow,

velocity and runoff rate

Aspect Slope azimuth solar radiation

Catchment area Area draining to catchment outlet runoff volume

Specific catchment Upslope area per unit width of

contour

runoff volume

flow path length maximum distance of water flow

to a point in the catchment

erosion rates, sediment yield

Profile curvature describes the shape of a slope in

a downward direction and

indicates the rate of change in

gradient

water flow, flow velocity,

sediment transport processes

(erosion, deposition)

plan curvature describes the shape of the slope

in a direction perpendicular to the

slope and indicates the rate of

change in gradient

converging/diverging flow, soil

water content

Page 10: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 18

Atas dasar bentuk topografi urisur-unsur bentang darat dapat dipilah-pilahkan. Beberapa

penulis (Hugget, 1975; Pennock et al., 1987; Irvin (1996) mencoba menggambarkan

hubungan antara unsur-unsur bentang darat dengan sifat-sifat tanah dan karakteristik

hidrologi yang juga mempengaruhi genesis tanah. Hugget menggunakan bentuk lereng

(slope shape) untuk menentukan kelas-kelas drainase. Ia menyatakan bahwa pada

umumnya daya hantar hidraulik (hydraulic conductivity) menurun sejalan dengan penurunan

jeluk tanah. Dengan demikian aliran bawah permukaan bervariasi tergantung tebal profil dan

kemiringan lereng. Aliran air yang mengandung bahan terlarut dan tersuspensikan akan

bergerak dari daerah atasan ke lembah di bagian bawahan. Gerakan ini dapat berakibat

terjadinya eluviasi pada daerah atasan dan illuviasi pada bagian bawahan. Penelitian

Pennock et al. (1987) menunjukkan hubungan antara kandungan lengas tanah dan posisi

topografi e.g. punggung (shoulder) < lereng atas (backslope) < lereng bawah. Irvin (1996)

menghubungkan unsur bentang darat dengan sifat-sifat tanah dan berpendapat bahwa pada

umumnya, meningkatnya kemiringan diikuti oleh penurunan:

o Pelindian (leaching)

o Kandungan bahan organik

o Translokasi lempung

o Pelapukan mineral

o Diferensiasi horizon

Page 11: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 19

o Ketebalan solum

Bentuk topografi dan vegetasi penutup mempengaruhi lengas tanah lewat pengaruhnya

pada agihan aliran permukaan dan infiltrasi. Tanah dengan lapisan bawahan kedap air dan

tanah yang berkembang pada lereng akan memperlihatkan aliran lateral bawah permukaan

yang cukup besar. Dengan demikian tanah pada bagian atas (lereng atas) akan terdrainase

bebas dengan kedudukan air tanah yang dalam. Sedangkan tanah pada lereng bawahan

dan lembah akan mengalami drainase buruk dengan air tanah dekat pada permukaan.

Urutan pembentukan tanah dibawah kondisi drainase yang berbeda-beda pada bahan induk

yang relatif serupa digambarkan pada Gambar 3.4.

Setiap lereng bukit dengan kemiringan tinggi sangat rentan terhadap transportasi bahan

penyusun tanah. Erosi cenderung lebih tinggi pada permukaan cembung dan terjal

dibandingkan dengan permukaan cekung dengan kemiringan rendah. Tanah pada punggung

perbukitan cenderung lebih tipis karena erosi sedangkan tanah pada lereng bawah dan

lembah cenderung tebal karena deposisi. Transportasi sedimen berbeda tergantung ukuran

partikel. Perpindahan partikel kasar sangat lambat tetapi pertikel yang berukuran seang dan

halus akan teralih tempatkan lebih cepat. Partikel lempung akan membentuk aggregat

dengan bahan organik dan oksida-oksida besi dan aluminium sehingga lebih stabil dan

kurang peka terhadap transport partikel.

Page 12: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 20

Relief juga mempunyai pengaruh kuat terhadap iklim lokal dan vegetasi. Perubahan

ketinggian tempat (elevasi) akan mempengaruhi temperatur (penurunan temperatur 0.5-1 °C

untuk setiap kenaikan elevasi 100 m), jumlah curah hujan (presipitasi) dan dengan demikian

mempengaruhi lengas tanah. Saling tindak dari faktor-faktor ini akan sangat mempengaruhi

tipe vegetasi.

3.4. Bahan Induk

Sifat bahan induk mempunyai pengaruh yang sangat menentukan pada sifat-sifat

tanah. Sifat bahan induk yang sangat menonjol pada sifat tanah antara lain adalah tekstur,

komposisi mineralogi, dan tingkat stratifikasi bahan induk. Tanah mungkin terbentuk

langsung lewat pelapukan batuan padu ditempat (tanah residual), saprolit (batuan terlapuk),

atau mungkin juga berkembang dari deposit permukaan (superficial deposits) yang mungkin

telah teralihtempatkan oleh es, air, angin atau gravitasi.

Bahan padu (batuan beku, sedimen) berfungsi sebagai sumber bahan induk setelah

berlangsung pelapukan fisik atau kimia. Tanah dapat juga terbentuk dari sedimen organik

(gambut). Sifat-sifat kimia dan mineralogi bahan induk akan sangat menentukan kecepatan

pelapukan. Pada tahap awal pembentukan tanah, kecepatan disintegrasi batuan mungkin

membatasi kecepatan dan kedalaman pembentukan tanah. Gerakan infiltrasi air sebagian

besar dikendalikan oleh tekstur bahan induk. Lebih lanjut, bahan induk mempunyai pengaruh

yang sangat kuat terhadap tipe mineral lempung yang terdapat di dalam tanah.

3.5 Waktu

Waktu berpengaruh pada pembentukan tanah lewat dua cara:

� Kondisi faktor pembentuk tanah mungkin berubah seiririg dengan waktu (eg.

perubahan iklim, topografi dan bahan induk baru)

� Tingkaf-capaian (extent) reaksi pedogenetik tergantung waktu dimana ia telah

bekerja

Tanah-tanah monogenetik (monogenetic soils) adalah tanah yang terbentuk dibawah

pengaruh seperangkat (one set) faktor pembentuk tanah untuk suatu periode tertentu. Tanah

yang terbentuk oleh lebih dari satu set faktor disebut juga tanah poligenetik. Tanah yang

sangat tua terbentuk pada lapukan batuan padu (eg. granit, basalt) dimana batuan tsb

terbentuk lebih dari 500 juta tahun yang lalu (Paleozoikum). Tanah semacam ini dapat

dijumpai di Afrika dan Australia.

lklim telah berubah sepanjang sejarah geologi, paling akhir, peruhahan besar terkait dengan

pergantian periode glacial dan interglacial pada Pleistocene Eropa lan Amerika Utara telah

Page 13: Faktor Yang Membentuk Tanah

Universitas Gadjah Mada 21

menderita 4 kali invasi kuat es, dimana setiap periode glacial dipisahkan oleh interval

interglacial bebas es yang cukup panjang. Kondisi lingkungan pada masa-masa bebas es ini

cukup hangat atau semi-tropis. Jumlah zaman es Pleistocene diperkirakan 1-1.5 juta tahun.

Es menghilang dari Amerika Utara diperkirakan sekitar 12.000 tahun yang lalu. Ketika saliu

berpindah, tanah tersapu, pegunungan terkupas, lembah terisi dan batuan bawahan tergilas.

Akhirnya ketika es mencair, terdapat regolith dan bahan induk baru yang tersedia bagi

proses pembentukan tanah selanjutnya. Salah satu tanah yang termuda adalah terbentuk

pada bahan aluvial atau lakustrin, umumnya belum mempunyai waktu yang cukup untuk

berkembang sebagaimana tanah disekitarnya. Termasuk tanah-tanah muda adalah tanah

yang berkembang dari bahan koluvial (colluvial).

Pada Gambar 3.5. terlihat bahwa perkembangan tanah merupakan fungsi waktu. Bahan

induk dapat berupa batuan induk yang relatif belum terlapuk. Setelah terjadi pelapukan

batuan dan akumulasi bahan organik pada permukaan akan berlangsung perkembangan

horizon A karena proses dekomposisi dan mineralisasi. Setelah horizon A, secara perlahan

akan terbentuk horizon B, ditandai terbentuknya mineral lempung sekunder (ditunjukan oleh

huruf “t”).


Top Related