Download - disfungsi integumen

Transcript
Page 1: disfungsi integumen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTubuh manusia mempunyai berbagai cara untuk melakukan proteksi. Pertahanan

pertama adalah barier mekanik, seperti kulit yang menutupi permukaan tubuh.1 Kulit

termasuk lapisan epidermis, stratum korneum, keratinosit dan lapisan basal bersifat  sebagai

barier yang penting, mencegah mikroorganisme dan agen perusak potensial lain masuk ke

dalam jaringan yang lebih dalam. Misalnya asam laktat dan substansi lain dalam keringat

mengatur pH permukaan epidermis dalam suasana asam yang membantu mencegah

kolonisasi oleh bakteri dan organisme lain. Terdapat berbagai infeksi pada anak disertai

dengan kelainan (tanda) pada kulit.

Pada beberapa kasus kelainan kulit dapat merupakan tanda penting penyebab infeksi

yang merupakan indikator bermakna adanya infeksi yang mendasarinya. Walaupun

kebanyakan penyakit eksantema pada anak bersifat ringan, diagnosis banding penting sekali

oleh karena beberapa infeksi pada anak yang fatal sering mempunyai kelainan (tanda) pada

kulit sebagai manifestasi awal. Dermis dengan kolagen dan elastin memberikan dukungan

dan pencegahan banyak elemen seperti saraf, pembuluh darah, dan lain-lain sedangkan

subkutis merupakan insolator panas dan persediaan kalori. Kekurangan kolagen akan

memudahkan terjadinya edema, terutama pada bayi prematur. Penyebab disfungsi integumen

pada anak masih banyak yang akan kita bicarakan pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah a. apa yang dimaksud dengan sistem disfungsi integumen?b. bagaimanakah pembagian terhadap disfungsi integumen pada anak?

1.3 Tujuan Makalah 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sistem disfungsi integumen pada anak.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sistem disfungsi integumen  pada anak.

b. Untuk mengetahui pembagian terhadap disfungsi integumen pada anak.

1

Page 2: disfungsi integumen

1.4 Manfaat Makalah Diharapkan para pembaca dapat mengetahui pengetahuan mengenai sistem disfungsi

integumen, dimana kami juga mengharapkan pembaca lebih bisa memahami dan menjadi

edukator, disini kami mencoba memaparkan sistem disfungsi integumen secara kompleks,

mulai dari definisi, pembagian terhadap disfungsi integumen sebagai tambahan ilmu dalam

aplikasi kehidupan.

Sebab disfungsi integumen pada anak merupakan suatu patologi yang menjadi

pembicaraan kalangan masyarakat, dan tentunya dilandasi pemahamahan yang lebih spesifik

untuk menghindari hal tersebut.

2

Page 3: disfungsi integumen

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 PengertianIntegumen menurut ilmu bahasa latin diambil dari kata integumentum yang berarti

penutup. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,

melindungi, dan menginformasikan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali

merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,

kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).

Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh,

membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-

rata 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa

lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang.

Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Pada vertebrata struktur kulit dibagi

menjadi 2 bagian, bagian terluar disebut epidermis, dan bagian dalam dermis.

- Epidermis merupakan lapisan luar yang selalu terdiri dari jaringan epitel berlapis banyak

dan berasal dari derivat ectoderm.

- Dermis atau torium.Di dalam dermis terdapat kelenjar keringat, kelenjar minyak,

pembuluh darah, ujung-ujung saraf dan kantung rambut. Kulit dibagi kedalam dua

kategori :

a. Kulit tebal

Dapat dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki. Menurut seorang bangsa scot :

Henry Faudlus (1880), kulit dari telapak tangan mempunyai alur yang selalu konstan polanya

yang digunakan dalam dactiloscopy atau ilmu merajah tangan (astrologi).dilihat dari

penampang meintangnya tampak tidak merata karena adanya papilla dermis yang menonjol

ke epidermis. Terbentuknya kulit tebal antara lain :

Mula-mula terjadi pembelahan mitos pada stratum germinativum

Dilanjutkan denga pedorongan sel-sel hasil pembelahan mitosis ini keluar

Sel-sel yang terdorong keluar ini akan mengalami proses penandukan (kornivikasi)

Kemudian sel-sel yang telah mengalami penandukan akan terlepaskan Lapisan epidermis

kulit tebal :

1. Stratum germinativum, lapisan in terdiri 2 lapisan

2. Lapisan basal

3

Page 4: disfungsi integumen

3. Stratum spnosium

4. Stratum granulosum

5. Stratum lusidum

6. Stratum corneum.

b. Kulit tipis

Kulit tipis meliput semua permukaan kulit kecuali pada telapak tangan dan kaki, kulit

yang paling tipis terdapat pada kelopak mata ± 0,5 mm, sedangkan yang tertebal di bagian

punggung yaitu ± 5 mm.

pada kulit tipis dapat di jumpai : kelenjar keringat, kelenjar keringat , kelenjar lemak

atau minyak yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan akar rambut .

Struktur yang membangun epidermis tipis, terdiri dari :

1. Stratum germinativum

2. Stratum spinosum, tipis saja

3. Stratum granulosum, yangtidak kontinyu

4. Stratum korneum juga tipis, stratum lusidum tidak ada.

Fungsi – fungsi kulit

1. Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.

2. Sebagai pelindung organ dibawahnya.

3. Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.

4. Pengatur suhu tubuh.

5. Tempat menimbun lemak.

Kelenjar

kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan getah atau sekret tertentu.

kelenjar keringat

kelenjar keringat berupa saluran melingkar dan bermuara pada kulit ari dan berbentuk

pori-pori halus. Produksi keringat dimulai dari kapiler darah, kelenjar keringat menyerap air

dengan larutan NaCl dan sedikit urea . air beserta larutannya di keluarkan melalui pori-pori

kulit, yaitu tempat air dikeluarkan dan merupakan penyerapan panas tubuh. Kegiatan kelenjar

keringat di bawah pengaruh pesat pengatur suhu badan sistem saraf pusat, kecuali

pengeluaran keringat yang tidak rutin. Sekresi kelenjar keringat disebut keringat atau sudor.

Secara histologis kelenjar keringat termasuk tipe tubuler bergelung dan mirokrin.

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran keringat, antara lain :

1) pancaran terik matahari

4

Page 5: disfungsi integumen

2) pada waktu berolah raga

3) rangsangan saraf yang kuat, dan lain sebagainya.

Fungsi kelenjar keringat selain sebagai alat sekeresi juga berperan sebagai alat

pengatur suhu ( thermoregulasi ).

kelenjar lemak atau kelenjar sebaceous

Kelenjar keringat menghasilkan minyak unuk mencegah kekeringan. pada kelenjar lemak

terdapat butir sekresi yang disebut sebolina. Secara histologi tergolong dalam tipe alveolar /

achiner bergelung dan holokrin,serta mempunyai fungsi sebagai proteksi . kelenjar sebolina

tidak terdapat pada mamalia yang tidak berambut .

kelenjar-kelenjar yang tidak umum pada mamalia:

1) Kelenjar bau ( scanet gland ), terdapat pada cucurut, biasanya terdapat pada ssekitar

anus/ perineal, peranan biologisnya mempunya hubungan dengan kehidupan kelamin.

2) kelenjar meibom, terdapat pada kelopak mata

3) kelenjar lakrimal, juga pada kelopak

2.2 Fungsi Sistem Integumen

a. Pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet dan mekanik,

kimia, atau suhu

b. Penerima sensasi, sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu

c. Pengatur suhu, menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin dan meningkatkan

kehilangan panas saat suhu panas

d. Fungsi metabolic, menyimpan energi melelui cadangan lemak, sintesis vitamin D.

e. Ekskresi dan absorpsi .

5

Page 6: disfungsi integumen

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1. Disfungsi Integumen Pada Anak

1. Lesi Pada Kulit

Berdasarkan penyebabnya, Lesi pada kulit dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

a. Lesi Primer

1. Makula

Ukuran : Titik sampai bercak

Warna : Merah, coklat keputihan, dsb

2. Vesikula

Vesikel merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam

epidermis ; mereka biasanya diisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-

anak yang menderita eksema.

3. Keratosis

Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar epitel (stratum

korneum). Warna: putih sampai keabuan.

Contoh: linea alba bukalis, leukoplakia, lichen planus.

4. Gelegata

Gelegata merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh edema

dermis dan dilatasi kapiler sekitarnya. Biasanya berkaitan dengan respon alergi

terhadap bahan asing.

b. Lesi Skunder

1) Skuama

Skuama merupakan lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit

yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi. Keadaan ini ditemukan

pada psoariasis.

2) Krusta

Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit. Masing-masing

dapat dikenal dengan warna berikut : merah kehitaman (krusta darah), kuning

kehitaman (krusta nanah), berwarna madu (krusta serum).

6

Page 7: disfungsi integumen

3) Fisura

Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan dermis.

Mereka dapat terjadi pada kulit kering dan pada inflamasi kronik.

4) Ulkus

Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari seluruh epidermis dan

sebagian atau seluruh korium di bawahnya.

3.2 Luka

Luka adalah keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan (Mansjoer, 2000:396).

Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular

normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan

jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan.

1) Klasifikasi Luka

Berdasarkan penyebabnya, luka terjadi melalui beberapa cara berikut :a) Ekskoriasi atau luka lecet

b) Vulnus scisum atau luka sayat

c) Vulnus laseratum atau luka robek

d) Vulnus punctum atau luka tusuk

e) Vulnus morsum atau luka karena gigitan binatang

f) Vulnus combotio atau luka bakar

Berdasarkan ada / tidak nya kehilangan jaringan bisa terjadi melalui beberapa cara:

a) Ekskoriasi

b) Skin avulsion

c) Skin loss

Berdasarkan derajat kontaminasi

a) Luka bersih

b) Luka sayat elektif

c) Steril, potensial terinfeksi

d) Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus respiratorius,traktus elimentarius, traktus

genitourinarius.

e) Luka bersih tercemar

7

Page 8: disfungsi integumen

f) Luka sayat elektif

2) Tipe Penyembuhan luka

Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini

dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.

1. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang

terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.

2. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak

mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka

yang luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi

lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.

3. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan

terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini

bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan

luka yang terakhir (Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:4).

3) Fase Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan

maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan yang

tidak dapat dipisahkan.

1. Fase Inflamasi

2. Fase Proliferasi

3. Fase Maturasi

4) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis

karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling

berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada proses

regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi pula oleh faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik (InETNA,2004:13).

1. Faktor Instrinsik adalah faktor dari penderita yang dapat berpengaruh dalam

proses penyembuhan meliputi : usia, status nutrisi dan hidrasi, oksigenasi dan

perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit penyerta (hipertensi, DM,

Arthereosclerosis).

8

Page 9: disfungsi integumen

2. Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita yang dapat

berpengaruh dalam proses penyembuhan luka, meliputi : pengobatan, radiasi, stres

psikologis, infeksi, iskemia dan trauma jaringan (InETNA,2004:13).

- Komplikasi Penyembuhan Luka

Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-beda.

Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat, keterlambatan

pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga akibat komplikasi

post operatif dan adanya infeksi. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah :

hematoma, nekrosis jaringan lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan

juga infeksi luka (InETNA,2004:6).

3.3. Infeksi Bakteri Berikut ini adalah gambaran secara jelas beberapa Infeksi Bakteri yang sering terjadi

pada anak yang dapat menyebabkan infeksi bakteri :

a. Bullous ImpetigoBullous impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Etiologi dari

penyakit ini disebabkan oleh : Staphylococcus aureus, Staphylococcu pyogenic dan Group A

Streptococcus B hemolyticus (GABHS) (Djuanda,2007) Sumber infeksi biasanya dari trauma

minor di kulit. Bullous Impetigo biasanya sering menyerang pada anak anak dan bayi.

Faktor resiko dari penyakit ini antara lain kurang gizi, kebersihan kurang, usia muda dan

pemakaian glukokortikoid jangka panjang.

Morfologi lesi dari bullous impetigo adalah eritema, bulla, vesikel, bulla hipopion, krusta dan

erosi. Biasa pasien datang dengan koleret yang dasarnya masih eritematosa dan krusta

berwarna kuning seperti madu. Tempat predileksi dari penyakit ini adalah di ketiak, dada, dan

punggung.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu diagnosa penyakit ini adalah

dengan pewarnaan gram. Spesimen kulit diambil dan dapat ditemukan bakteri. Tanda

Nikolsky negatif. Terapi dari bullous impetigo adalah dengan antibiotik, bisa secara topikal

menggunakan salep dan sistemik.

Komplikasi dari bullous impetigo adalah glomerulonefritis akut, selulitis dan scarlet fever.

b. Staphylococcal scalded skin  syndrome (SSSS)  Staphylococcal scalded skin  syndrome (SSSS) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh Staphylococcus aureus ( Hamzah M, 2007 )

9

Page 10: disfungsi integumen

Epidemiologi dari penyakit ini adalah umumnya menyerang anak anak usia dibawah 5 taun

dan jenis kelamin laki laki. Sumber infeksi berasal dari fokus infeksi yang bisa berada di

mulut, hidung, tenggorokan dan umbilikus.

Faktor risiko dari penyakit ini adalah sistem imunitas yang melemah, gangguan ginjal dan

renal clearance yang rendah.

Morfologi lesi berupa eritema, bula yang besar dengan dinding yang kendor, erosif,

deskuamasi dan bisa menimbulkan jaringan parut. Tempat predileksi adalah di seluruh bagian

tubuh kecuali mukosa, telapak tangan dan telapak kaki.

Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan bakteriologik. Tanda Nikolsky positif. Terapi

dapat diberikan antibiotik dan menjaga keseimbangan elektrolit. Komplikasi dari penyakit ini

adalah sepsis, dehidrasi dan shock.

3.4. Infeksi Virus

Infeksi yang sering menyerang anak adalah sebagai berikut

Varicella

Varisella atau cacar air ( Chiken pox ) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

infeksi virus Varicella zooster. Sumber infeksi berasal dari udara. Chicken Pox atau istilah

medisnya Varicella simplex merupakan penyakit yang menyerang kulit dan mudah menular .

Infeksi virus ini akan menyerang setiap orang baik anak-anak maupun sudah dewasa yang

belum mengalami cacar air, namun jika seseorang sudah mengalami cacar air tubuhnya akan

kebal terhadap serangan infeksi virus ini, namun pada anak gejala akan lebih ringan dan

kesembuhan akan lebih menjadi lebih mudah tanpa masalah sedangkan pada orang dewasa

infeksi ini bisa menjadi berat baik gejala maupun penyembuhannya.

Etiologi

Adapun etiologinya adalah sebagai berikut :

1. Timbulnya bintik-bintik merah pada kulit dan akan menyebar ke seluruh tubuh.

2. Setelah beberapa hari bintik merah baru akan timbul dan lebih banyak serta timbulnya

gelembung berisi air.

3. Setelah gelembung berisi air terbentuk biasanya masa inkubasinya sekitar 2 hingga 3

minggu.

4. Tubuh akan mengalami demam.

5. Rasa gatal  membuat penderita akan menggaruk dan mengakibatkan parut.

10

Page 11: disfungsi integumen

6. Gejala lain yang dimbulkan seperti nyeri di pergelangan sendi, sakit kepala, sakit

perut, nafsu makan berkurang, rasa lelah da tidak nyaman.

7. Sebelum bintik merah timbul biasanya penderita cacar air akan mengalami batuk

ringan serta hidung berair. 

8. Jika daya tahan tubuh seseorang yang terkena cacar air ini kuat maka cacar air yang

ditimbulkan akan lebih sedikit serta cepat mengering.

Faktor resiko dari varisela adalah sistem imunitas yang melemah, pemakaian glukokortikoid

jangka panjang, dan di daerah tersebut sedang terjadi wabah varisela.

Manifestasi klinis, morfologi lesi varisela berupa papul eritematosa yang beberapa jam

kemudian menjadi vesikel, pustul, dan krusta. Bentuk khas dari vesikel varisela adalah

vesikel yang berbentuk tear drops. Selain itu, terdapat juga ulserasi dangkal. Tempat

predileksinya adalah batang tubuh yang akan menyebar secara sentrifugal ke daerah wajah

dan ekstermitas. Varisela juga bisa menyerang selaput lendir mata, saluran nafas atas dan

mukosa mulut.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu diagnosa penyakit ini adalah

dengan tes Tzanck, yaitu pengambilan spesimen dari vesikel dan ditemukannya sel datia

langhans. Tanda Nikolsky negatif. Terapi dari varisela adalah simptomatik yaitu diberikan

antipiretik dan analgetik jika ada demam, diberikan antipruritus jika ada gatal, dan antibiotik

jika ada infeksi sekunder. 

Komplikasi

1. Infeksi kulit sehingga kulit menjadi merah, sakit dan bengkak.

2. Radang sendi terjadinya bengkak dan sakit pada sendi.

3. Infeksi paru, seperti susah bernafas, batuk, sakit didada dan mengi.

4. Peradangan di otak, seperti sakit kepala, leher mengeras dan tidak sadarkan diri.

5. Terjadinya dehidrasi, karena muntah berkelanjutan mengakibatkan mulut kering.

3.5. Dermatitis

Dermatitis atau eksim adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh

faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula,

vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau

alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan ( Meiner, 2006 )

11

Page 12: disfungsi integumen

Dermatitis terkait dengan penyakit imunoglobulin E [IgE] misalnya, reaksi alergi akut

terhadap makanan, asma, urtikaria, dan rhinitis alergi. Dermatitis ini memiliki morbiditas

yang sangat besar, dan kejadian dan prevalensi tampaknya. akan meningkat. Dermatitis

merupakan penyakit pertama yang hadir dalam serangkaian penyakit alergi seperti alergi

makanan, asma, dan rinitis alergi, memprovokasi “atopik march” teori, yang menunjukkan

bahwa Dermatitis awal atau berat dan sensitisasi kulit untuk lingkungan alergen dapat

menyebabkan penyakit alergi berikutnya di lain permukaan epitel penghalang misalnya,

saluran pencernaan atau pernapasan.

Etiologi

Hal ini dilihat dari keadaan penderita yang pada umumnya

a. kurang memperhatikan kebersihan

b. dipengaruhi faktor genetic

c. Idiopatik

d. aktifitas daya tahan tubuh yang berlebihan, Hal ini menyebabkan tubuh melakukan reaksi

yang berlebihan terhadap iritan atau bakteri yang sebenarnya tidak berbahaya bagi kulit

( Scully, 2004 ).

e. kondisi stres, alergi dan infeksi pathogen .

Tanda dan gejala

Dermatitis cenderung datang dan pergi sendiri. Beberapa anak akan mengatasi itu

sementara yang lain akan terus diganggu oleh selama bertahun-tahun yang akan dating .

Penyakit ini disebut penyakit terkendali.

a. Dermatitis kadang muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir.

b. Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai

bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair.

c. Dermatitis seringkali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul

kembali.

d. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1

atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut.

e. Warna, intensitas dan lokasi dari ruam bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal.

12

Page 13: disfungsi integumen

f. Rasa gatal seringkali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga

penyakitnya semakin buruk.

g. Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk

untuk bakteri sehingga terjadi infeksi.” Dengan alasan yang belum pasti, penderita

dermatitis dalam jangka panjang kadang mengalami katarak pada usia 20-30an tahun.

Pada penderita dermatitis biasanya hanya menyerang daerah yang kecil dan ringan, bisa

menyebabkan penyakit serius berupa eksim dan demam tinggi (eksim herpetikum).

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

Dermatitis atopik umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sebagian

penderita mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia. Langkah pertama dalam

penatalaksanaan penderita dermatitis adalah menghindari dan mengurangi faktor penyebab,

misalnya makanan, faktor inhalan, atau faktor pencetus sel, walaupun masih kontroversial

ternyata bayi yang memperoleh air susu ibu lebih jarang menderita dermatitis atopik

dibandingkan bayi yang memperoleh pengganti air susu ibu

1. Perawatan Kulit Hidrasi adalah terapi dermatitis yang esensial. Dasar hidrasi yang

adekuat adalah peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi dan menerapkan

sawar hidrofobik untuk mencegah evaporasi. Mandi selama 15-20 menit 2 kali sehari

tidak menggunakan air panas dan tidak menambahkan oil (minyak) karena mempengaruhi

penetrasi air.

2. Pengobatan topikal adalah untuk mengatasi kekeringan kulit dan peradangan. Mengatasi

kekeringan kulit atau memelihara hidrasi kulit dapat dilakukan dengan mandi memakai

sabun lunak tanpa pewangi. Jangan menggunakan sabun yang bersifat alkalis

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan dermatitis. Terdapat banyak jenis obat dermatitis yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

Antibiotik : Empiris terapi antimikroba harus komprehensif dan harus mencakup

semua patogen mungkin dalam konteks pengaturan klinis. Untuk pengobatan infeksi klinis

oleh S aureus, kloksasilin atau sefaleksin digunakan. Pada infeksi streptokokus, sefaleksin

lebih disukai. Jika tidak efektif, penisilin dan klindamisin dalam kombinasi yang efektif.

Pertimbangkan infeksi stafilokokus dalam setiap suar dermatitis atopik.

13

Page 14: disfungsi integumen

BAB IVPENUTUP

4.1 KESIMPULANIntegumen menurut ilmu bahasa latin diambil dari kata integumentum yang berarti

penutup. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,

melindungi, dan menginformasikan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali

merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,

kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).

Disfungsi integumen pada anak dapat dibagi menjadi 5 yaitu :

1. Lesi pada kulit2. Luka3. Infeksi Bakteri4. Infeksi virus5. Dermatitis

Pengobatan- Pengobatan non obat (non farmakologis)- Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

4.2 SARANKami mengharapkan partisipasi pembaca juga pembimbing dalam penyusunan makalah

ini, juga saran, kritikan yang bersifat membangun tentu sangat kami butuhkan demi

kesempurnaan makalah ini.

14

Page 15: disfungsi integumen

DAFTAR PUSTAKA

Sriyono,dkk.2005. Ilmu Pengetahuan Alam Biologi. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.

Djuanda A, Hamzah M. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: BP FKUI, 2007

Aisah S,. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: BP FKUI, 2007

15


Top Related