Download - CRS Sudden Deafness

Transcript
Page 1: CRS Sudden Deafness

Case Report Session

SUDDEN DEAFNESS

Oleh :

Abdul Hadie 06120044

Resa Qurrata Aini 07120091

Pembimbing :

dr. Sukri Rahman, SpTHT-KL

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RS DR M DJAMIL PADANG

2012

1

Page 2: CRS Sudden Deafness

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Sudden Deafness adalah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya adalah

sensorineural, penyebabnya tidak langsung dapat diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga.

Para ahli otolaringologis mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran

sensorineural 30db atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan

audiometri, dalam waktu kurang dari tiga hari.1

2. Epidemiologi

Dilaporkan bahwa terdapat sekitar 15.000 kasus per tahun kejadian tuli mendadak di

seluruh dunia, dengan 4.000 kasus terjadi di Amerika Serikat. Jumlah kasus tuli mendadak

diperkirakan lebih tinggi dari jumlah kasus yang dilaporkan, karena beberapa pasien

pendengarannya bisa kembali normal sebelum mendapat tindakan medis. Tuli mendadak dapat

terjadi pada semua umur, meskipun kejadian pada anak jarang dilaporkan. Kasus tuli mendadak

meningkat sesuai dengan pertambahan umur, di Amerika Serikat terdapat 4,7 kasus tuli

mendadak per 100.000 penduduk yang berusia 20-30 tahun, dan 15, 8 kasus per 100.000

penduduk yang berusia 50-60 tahun. Secara keseluruhan tuli mendadak banyak terjadi pada usia

46-49 tahun. Perbandingan kejadian tuli mendadak antara pria dan wanita sama. Jenis kelamin

diperkirakan bukan merupakan suatu faktor risiko. 1, 4, 5

2

Page 3: CRS Sudden Deafness

3. Etiologi

Sebanyak 85% kasus tuli mendadak tidak diketahui penyebabnya, sementara hanya 15%

kasus yang dapat diketahui penyebabnya ini. Tuli mendadak disebabkan oleh berbagai hal, antara

lain oleh infeksi, trauma kepala, pajanan bising yang keras, perubahan tekanan atmosfir, penyakit

autoimun, obat ototoksik, penyakit meniere, masalah sirkulatorik, neuroma akustik.1, 3

Infeksi Virus terlihat pada hampir sepertiga kasus tuli mendadak, meningitis merupakan

penyebab terbanyak tuli mendadak oleh karena infeksi virus, terutama pada anak-anak setelah

sembuh dari meningitis dianjurkan untuk dilakukan tes audiometri. Campak dan cacar juga

dihubungkan dengan tuli mendadak, pada penderita cacar kehilangan pendengaran biasanya

sedang sampai berat dan bilateral sedangkan penderita campak dapat mengalami kehilangan

pendengaran unilateral saja.3

Cedera kepala, terutama yang dihubungkan dengan fraktur kranium dapat mengakibatkan

kehilangan pendengaran yang berat dan sering permanen. Walaupun tidak terdapat fraktur, tuli

mendadak dapat terjadi akibat cedara SSP atau pada telinga dalam.3

Tuli mendadak dapat terjadi akibat pajanan terhadap bising yang kuat misalnya ledakan

yang kuat atau bunyi petasan dan senjata api dalam ruang tertutup. Kerasnya suara maupun

lamanya paparan memegang peranan dalam kasus ini, Occupational Safety and Help

Administration (OSHA) telah menetapkan standar yang dipercaya menggambarkan hubungan

antara ketulian dengan paparan pekerja terhadap bising yang keras saat di temapt kerja. Tingkat

bising 80 db untuk 8 jam diperkirakan aman, maka paparan terhadap bising 110 db untuk waktu

relatif singkat dianggap berbahaya terhadap keselamatan mekanisme pendengaran.3, 4

3

Page 4: CRS Sudden Deafness

Tuli mendadak pada operasi telinga juga dapat terjadi. Derajat risiko tergantung berbagai

faktor yaitu prosedur operasi, dan ketrampilan dari operator sendiri.3 Gangguan vaskuler juga

dikenal sebagai salah satu penyebab tuli mendadak. Spasme, perdarahan arteri auditiva interna

atau trombosis dapat mengakibatkan iskemik koklea yang berujung pada tuli mendadak.1

Tuli mendadak juga dapat disebabkan oleh obat-obat ototoksik. Tuli ini biasanya

didahului oleh tinitus.1,3

Tabel 1. Obat-obat ototoksik

Golongan obat Contoh Obat Efek terhadap pendegaran

Salisilat Aspirin Tuli dapat terjadi pada dosis tinggi, tetapi biasanya reversivel

Kuinolin Klorokuin

NSAID

Tuli dapat terjadi pada dosis tinggi atau pemakaian jangka panjang, tetapi biasanya reversibel apabila obat dihentikan

Loop Diuretik Bumetamid

Furosemid

Asam Etackrinat

Dapat menyebabkan tuli sementara atau permanen. Jika dikombinasikan dengan obat-obat ototoksik lainnya, resiko kerusakan permanen meningkat.

Aminoglikosida Amikasin

Gentamisin

Tuli dapat terjadi pada dosis tinggi atau pemakaian jangka panjang. Tuli dapat bersifat permanen.

4. Patogenesis

4

Page 5: CRS Sudden Deafness

Terdapat 4 teori yang dipostulasikan bagi terjadinya tuli mendadak yaitu infeksi viral

labirin, gangguan vaskuler labirin, ruptur membran intrakoklear dan penyakit telinga dalam yang

berhubungan dengan imun. Suatu proses penyakit yang melibatkan salah satu dari kemungkinan

teoiritis ini dapat berakhir dengan tuli mendadak, namun tak satupun yang dapat menjelaskan

secara menyeluruh.5

Penelitian terhadap penderita tuli mendadak menunjukkan adanya suatu prevalensi

sedang penyakit viral. Juga ditemukan bukti serokonversi virus dan histopatologi telinga dalam

yang konsisten dengan infeksi virus. Beberapa penelitian mencatat 17-33% penderita tuli

mendadak baru menderita penyakit virus. Pada pemeriksaan histopatologis tulang temporal,

gambaran kehilangan sel rambut dan sel penyokong, atrofi membrana tektoria, atrofi stria

vaskularis dan kehilangan neuron sesuai dengan kerusakan akibat virus. Pola kerusakan ini mirip

dengan gambaran yang ditemukan pada tuli sekunder akibat cacar,campak dan rubella maternal.5

Teori kedua menyangkut gangguan vaskular yang terjadi pada koklea. Koklea

merupakan suatu end organ karena suplai darahnya tidak ada kolateralnya. Fungsi koklea sensitif

terhadap perobahan suplai darah. Gangguan vaskuler koklea akibat trombosis, embolus,

penurunan aliran darah atau vasospasme adalah etiologi tuli mendadak. Penurunan oksigenasi

koklea kemungkinan akibat dari perubahan aliran darah koklea. Perdarahan intrakoklea

merupakan manifestasi awal yang diikuti fibrosis dan osifikasi koklea. Pada suatu studi

ditemukan kesamaan antara faktor risiko koroner iskemik dan faktor risiko tuli mendadak.

Penemuan keterlibatan vaskuler dalam patogenesis tuli mendadak dapat dijadikan sebagai

strategi preventif dan terapeutik.5

5

Page 6: CRS Sudden Deafness

Teori lainnya terjadi tuli adalah akibat ruptur membran intrakoklea. Membran ini

memisah telinga tengan dan telinga dalam. Di dalam koklea juga terdapat membran-membran

halus memisah ruang perilimfe dan endolimfe. Secara teoritis, ruptur dari salah satu atau kedua

jenis membran ini dapat mengakibatkan tuli mendadak. Kebocoran cairan perilimfe ke ruang

telinga tengah lewat round window dan oval window telah diyakini sebagai mekanisme

penyebab tuli. Ruptur membran intrakoklea membolehkan bercampurnya perilmfe dan endolimfe

dan merobah potensi endokoklea secara efektif.5

5. Diagnosis

Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan

penunjang audiologi dan laboratorium.

a. Anamnesis

1. Kehilangan pendengaran tiba-tiba biasanya satu telinga yang tidak jelas

penyebabnya berlangsung dalam waktu kurang dari 3 hari.1

2. Pasien biasanya mengingat dengan jelas kapan tepatnya mereka kehilangan

pendengaran, pasien seperti mendengar bunyi ”klik” atau ”pop” kemudian pasien

kehilangan pendengaran.3

3. Pusing mendadak (vertigo) merupakan gejala awal terbanyak dari tuli mendadak

yang disebabkan oleh iskemik koklear dan infeksi virus, dan vertigo akan lebih hebat

pada penyakit meniere, tapi vertigo tidak ditemukan atau jarang pada tuli mendadak

akibat neuroma akustik, obat ototoksik.3

6

Page 7: CRS Sudden Deafness

5. Riwayat infeksi virus seperti parotis, mumps, campak, herpes zooster, CMV,

influenza B. 1

6. Riwayat penyakit metabolik seperti DM.7

7. Telinga terasa penuh, biasanya pada penyakit meniere.3

8. Riwayat berpergian dengan pesawat atau menyelam ke dasar laut.7

9. Riwayat trauma kepala dan bising keras.1, 5

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, tidak ditemukan kelainan pada telinga yang

sakit. Sementara dengan pemeriksaan pendengaran didapatkan hasil sebagai berikut:1

Tes penala :

Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, Schwabach memendek. Kesan :

Tuli sensorieural

Audiometri nada murni :

Tuli sensorineural ringan sampai berat.

c. Pemeriksaan penunjang 1

Audiometri khusus

- Tes SISI (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor : 100% atau kurang dari

70%

- Tes Tone decay atau reflek kelelahan negatif.

7

Page 8: CRS Sudden Deafness

Kesan : Bukan tuli retrokoklea

Audiometri tutur (speech audiometry)

- SDS (speech discrimination score): kurang dari 100%

Kesan : Tuli sensorineural

Audiometri impedans :

Timpanogram tipe A (normal) reflek stapedius ipsilateral negatif atau positif

sedangkan kolateral positif.

Kesan : Tuli sensorineural Koklea

BERA ( Brainstem Evolved Responce Audiometry)

Menunjukkan tuli sencori neural ringan sampai berat.

d. Pemeriksaan Laboratorium

Hitung sel darah lengkap.

LED.

Faal Hemotasis dan faktor kuagalasi (PTT.

Kultur bakterik.

Eletrolit pada kadar glukosa .

Kolesterol dan trigliserida

Uji fungsi tiroid

8

Page 9: CRS Sudden Deafness

Tes autoimun seperti antibodi antinuklear dan reumatic

e. ENG ( Electtronistagmografi)

Radiologi

Arteriografi

6. Penatalaksanaan

Terapi untuk tuli mendadak adalah1

1. Tiarah baring yang sempurna (total bed rest) istirahat baik fisik dan mental

selama 2 minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stress yang besar

pengaruhnya pada keadaan kegagalan neovaskular.

2. Vasodilatansia injeksi yang cukup kuat disertai dengan pemberian tablet

vasodilator oral tiap hari.

3. Prednison 4x10 mg (2 tablet),tappering off tiap 3 hari (hati –hati pada penderita

DM)

4. Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari

5. Neurobion 3x1 tablet /hari

6. Diit rendah garam dan rendah kolesterol

7. Inhalasi oksigen 4x15 menit (2 liter/menit), obat antivirus sesuai dengan virus

penyebab

Kortikosteroid merupakan obat anti inflamasi yang digunakan untuk mengobati ketulian

sensorineural mendadak idiopatik. Mekanisme kerjanya terhadap ketulian mendadak belum

9

Page 10: CRS Sudden Deafness

diketahi dengan pasti, meskipun terjadi reduksi inflamasi koklea dan saraf auditorius setelah

pemberian obat ini. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini ditemukan bahwa injeksi

dexamethason intratimpani efektif untuk memperbaiki pendengran pasien yang mengalami tuli

mendadak setelah sebelumnya gagal ditatalaksana dengan terapi standar.5

Vasodilator digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke koklea, sehingga dapat

memperbaiki oksigenasi di daerah tersebut. Untuk meningkatkan perfusi vaskuler, mikrosirkulasi

dan menurunkan viskositas darah dapat diberikan anti koagulan seperti heparin, warfarin, bila

terdapat gangguan hematologi. Sebagai terapi penunjang dapat diberikan vitamin atau

neurotropik lainnya.1, 5

Terapi inhalasi carbogen adalah pengobatan untuk tuli mendadak dengan menggunakan

gas campuran, 95% oksigen dan 5% karbondioksida untuk memperbaiki oksigenasi di koklea.

Fisch menyatakan bahwa tekanan oksigen dalam cairan perilimfe manusia akan meningkat

dengan pemberian inhalasi carbogen.5

Saat ini telah dikenal terapi oksigen bertekanan tinggi dengan teknik pemberian oksigen

hiperbarik, yaitu dengan memasukkan pasien ke dalam suatu ruangan yang bertekanan 2 ATM.1

Definisi perbaikan pendengaran pada tuli mendadak adalah:1

1. Dikatakan sembuh bila perbaikan ambang pendengaran kurang dari 30 db pada

frekuensi 250 hz,500 hz,1000 hz dan di bawah 25 db pada frekuensi 4000 hz.

2. Perbaikan sangat baik terjadi bila perbaikannya lebih dari 30 db pada 5

frekuensi

3. Perbaikan baik bila rata-rata perbaikannya berkisar antara 10-30 db pada 5

frekuensi

10

Page 11: CRS Sudden Deafness

4. Tidak ada perbaikan bila perbaikan kurang dari 10 db pada 5 frekuensi

7. Prognosis

Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktorr yaitu : kecepatan pemberian

obat, respon 2 minggu pengobatan pertama, usia, derajat tuli saraf, dan adanya faktor-faktor

predisposisi.1

Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk

sembuh, bila sudah lebih 2 minggu kemungkinan sembuh menjadi lebih kecil. Penyembuhan

dapat sebagian atau lengkap, tetapi dapat juga tidak sembuh, hal ini disebabkan oleh karena

faktor konstitusi pasien seperti pasien yang pernah mendapat pengobatan obat ototoksik yang

cukup lama, pasien diabetes melitus, pasien dengan kadar lemak darah yang tinggi, pasien

dengan viskositas darah yang tinggi dan sebagainya, walaupun pengobatan diberikan pada

stadium yang dini.1

Pasien yang cepat mendapat pemberian kortikosteroid atau vasodilator mempunyai angka

kesembuhan yang lebih tinggi, demikian pula dengan kombinasi pemberian steroid dengan

heparinisasi dan karbogen serta steroid dengan obat fibrinolitik.1

Usia muda mempunyai angka perbaikan yang lebih besar dibandingkan usia tua, tuli

sensorineural berat dan sangat berat mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan dengan

tuli sensorineural nada rendah dan menengah. Tinitus adalah gejala yang paling sering

menyertai dan paling mengganggu disamping vertigo dan perasaan telinga penuh. Gejala

vertigo dan perasaan telinga penuh lebih mudah hilang dibandingkan dengan gejala tinitus.

Ada ahli yang berpendapat bahwa adanya tinitus menunjukkan prognosis yang lebih baik.1

11

Page 12: CRS Sudden Deafness

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.M

Umur : 59 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jati Baru Padang

Suku bangsa : Minangkabau

No. MR : 78.94.29

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki berumur 59 tahun datang ke IGD RS. DR. M. Djamil Padang pada

tanggal 20 Juni 2012 dengan :

Keluhan Utama : Telinga kanan tiba-tiba tidak mendengar sejak 2 hari sebelum masuk

rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang:

Telinga kanan tiba-tiba tidak mendengar sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,

sebelumnya pasien sedang bekerja tiba-tiba telinga kanan seperti berdenging dan terasa

tersumbat kemudian tidak mendengar lagi, pasien sudah coba memasukkan air karena

dipikir ada air di dalam telinga kanannya tetapi telinga kanan tetap kurang mendengar

12

Page 13: CRS Sudden Deafness

Riwayat telinga berair tidak ada, nyeri telinga tidak ada, riwayat mengorek-ngorek

telinga tidak ada, trauma kepala tidak ada.

Pusing berputar tidak ada, sakit kepala tidak ada.

Riwayat Hipertensi tidak ada, Diabetes Melitus dan kolesterol tinggi tidak diketahui

Demam, batuk, dan pilek tidak ada, riwayat bersin pagi hari dan bila terpapar cuaca

dingin kadang-kadang.

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan jangka lama tidak ada.

Riwayat terpapar suara bising ditempat kerja dan jangka waktu lama tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan :

Pasien adalah seorang wiraswasta

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan darah : 120/ 80 mmHg

13

Page 14: CRS Sudden Deafness

Frekuensi nadi : 82 ×/menit

Frekuensi nafas : 19 ×/menit

Suhu : 36,5oC

Pemeriksaan Sistemik

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Toraks : Paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler < 2 detik

STATUS LOKALIS THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun Telinga

Kel. Congenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada

Dinding Liang

Telinga

Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang (N)

Sempit - -

Hiperemi Tidak ada Tidak ada

Edema Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Bau Tidak ada Tidak ada

14

Page 15: CRS Sudden Deafness

Sekret/serumen Warna Coklat kekuningan Coklat kekuningan

Jumlah Sedikit Sedikit

Jenis Lunak Lunak

Membran timpani

Utuh

Warna Putih Putih

Reflex cahaya -, Sklerotik -, Sklerotik

Bulging Tidak ada Tidak ada

Retraksi Tidak ada Tidak ada

Atrofi Tidak ada Tidak ada

Perforasi

Jumlah perforasi - -

Jenis - -

Kuadran - -

Pinggir - -

Gambar

Mastoid

Tanda radang Tidak ada Tidak ada

Fistel Tidak ada Tidak ada

Sikatrik Tidak ada Tidak ada

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Tes Garpu Tala

15

Page 16: CRS Sudden Deafness

FREKUENSI RINNE WEBER

(Lateralisasi)

SCHWABACH

128 R

L

-

+

Kiri Memendek

= pemeriksa

256 R

L

-

+

Kiri Memendek

= pemeriksa

512 R

L

-

+

Kiri Memendek

= pemeriksa

1024 R

L

-

+

Kiri Memendek

= pemeriksa

2048 R

L

-

+

Kiri Memendek

= pemeriksa

Kesan : AD tuli campur, AS normal

Tes Audiometri

16

Page 17: CRS Sudden Deafness

Kesan : AD Tuli campur derajat berat, AS Normal

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Hidung luar

Deformitas Tidak ada Tidak ada

Kel. Congenital Tidak ada Tidak ada

Trauma Tidak ada Tidak ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

17

Page 18: CRS Sudden Deafness

Sinus paranasal :

Pemeriksaan Dekstra Sinistra

Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi Anterior :

Vestibulum

Vibrise Ada Ada

Radang Tidak ada Tidak ada

Cavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang

Sempit - -

Lapang - -

Sekret

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Jenis - -

Jumlah - -

Bau - -

Konka inferior

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Konka media

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Cukup lurus/deviasi Cukup lurus Cukup lurus

18

Page 19: CRS Sudden Deafness

Septum

Permukaan Licin Licin

Warna Merah muda Merah muda

Spina Tidak ada Tidak ada

Kripta Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Perforasi Tidak ada Tidak ada

Massa

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk - -

Ukuran - -

Permukaan - -

Warna - -

Konsistensi - -

Mudah digoyang - -

Pengaruh

vasokonstriktor

- -

Gambar

Rinoskopi Posterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

19

Page 20: CRS Sudden Deafness

Koana

Cukup lapang (N) Cukup lapang (N) Cukup lapang (N)

Sempit - -

Lapang - -

Mukosa

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Jaringan granulasi Tidak ada Tidak ada

Ukuran Eutrofi Eutrofi

Konka superior Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema Tidak ada Tidak ada

Adenoid Ada /tidak Tidak ada Tidak ada

Muara tuba

eustachius

Tertutup sekret Tidak Tidak

Edema mukosa Tidak ada Tidak ada

Massa

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Ukuran - -

Bentuk - -

Permukaan - -

Post nasal drip Ada/tidak Tidak ada Tidak ada

20

Page 21: CRS Sudden Deafness

Jenis - -

Gambar

Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Palatum mole +

arkus faring

Simetris /tidak Simetris Simetris

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Bercak /eksudat Tidak ada Tidak ada

Dinding faring Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Tonsil

Ukuran T1 T1

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Rata Rata

Muara kripti Tidak melebar Tidak melebar

Detritus Tidak ada Tidak ada

Eksudat Tidak ada Tidak ada

Perlengketan dengan

pilar

Tidak ada Tidak ada

21

Page 22: CRS Sudden Deafness

Peritonsil

Warna Merah muda Merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Abses Tidak ada Tidak ada

Tumor

Lokasi Tidak ada Tidak ada

Bentuk - -

Ukuran - -

Permukaan - -

Konsistensi - -

Gigi Karies /radiks Karies (-) Karies (-)

Kesan Higiene mulut baik

Lidah Warna Merah muda Merah muda

Bentuk N N

Deviasi Tidak ada Tidak ada

Massa Tidak ada Tidak ada

Gambar

Laringoskopi Indirek

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Bentuk seperti kubah seperti kubah

22

Page 23: CRS Sudden Deafness

Epiglotis

Warna merah muda merah muda

Edema Tidak ada Tidak ada

Pinggir rata/ tidak Rata Rata

Massa Tidak ada Tidak ada

Aritenoid

Warna merah muda merah muda

Edema tidak ada tidak ada

Massa tidak ada tidak ada

Gerakan simetris simetris

Ventricular band

Warna merah muda merah muda

Edema tidak ada tidak ada

Massa tidak ada tidak ada

Plika vokalis Warna Merah muda Mudah muda

Gerakan simetris Simetris

Pinggir medial Rata Rata

Massa tidak ada tidak ada

Subglotis/trakea Massa tidak ada tidak ada

Sekret tidak ada tidak ada

Sinus piriformis Massa tidak ada tidak ada

23

Page 24: CRS Sudden Deafness

Sekret tidak ada tidak ada

Valekula Massa tidak ada tidak ada

Sekret (jenisnya) tidak ada tidak ada

Gambar

Pemeriksaan kelenjar getah bening leher

Inspeksi : Tidak terlihat tanda pembesaran kelenjar getah bening

Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

RESUME

Seorang pasien laki-laki berumur 59 tahun mengeluhkan telinga kanan tiba-tiba tidak

mendengar sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya pasien sedang bekerja tiba-tiba

telinga kanan seperti berdenging dan terasa tersumbat kemudian tidak mendengar lagi, pasien

sudah coba memasukkan air karena dipikir ada air di dalam telinga kanannya tetapi telinga kanan

24

Page 25: CRS Sudden Deafness

tetap kurang mendengar. Riwayat telinga berair dan nyeri telinga tidak ada. Riwayat mengorek-

ngorek telinga, trauma kepala, pusing berputar, dan sakit kepala tidak ada. Riwayat hipertensi

tidak ada, diabetes melitus dan kolesterol tinggi tidak diketahui. Demam, batuk, dan pilek

sebelumnya tidak ada, riwayat bersin pagi hari dan bila terpapar cuaca dingin kadang-kadang.

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan jangka lama tidak ada. Riwayat terpapar suara bising

ditempat kerja dan jangka waktu lama tidak ada.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan membran timpani pada telinga kiri dan kanan

berwarna putih dengan sklerotik tanpa refleks cahaya. Pada tes penala dan tes audiometri

didapatkan kesan tuli campur pada telinga kanan.

1. Diagnosis Kerja

Sudden Deafness AD

2. Pemeriksaan Anjuran

- Audiometri

- Timpanometri

- OAE

- BERA

3. Terapi

- Bed rest total

- O2 2L/menit (4×15 menit)

- Prednison 4×10 mg (tapering off tiap 3 hari)

- Tarontal 2×300 mg (IV) dalam RL 12 jam/kolf

25

Page 26: CRS Sudden Deafness

- Neurobion 3×1 tablet

- Vitamin C 1×500 mg

4. Terapi Anjuran

- Hiperbarik Oksigen

5. Prognosis

Quo ad Sanam: Dubia ad malam

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Fungtionam : Dubia ad malam

Pasien ini telah dirawat selama 6 hari di bangsal THT RS. Dr. M. Djamil Padang dan telah

dilakukan timpanometri, pemeriksaan laboratorium darah rutin, PT/APTT, ureum/kreatinim,

elektrolit darah, gula darah, profil lipid, konsul mata dan penyakit dalam, dengan hasil:

26

Page 27: CRS Sudden Deafness

Timpanometri:

Kesan: Terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)

Pemeriksaan Laboratorium:

Gula Darah Puasa : 180 mg/dl

Gula Darah 2 Jam PP : 194 mg/dl

27

Page 28: CRS Sudden Deafness

Kolesterol total : 321 mg/dl

Kolesterol LDL : 244 mg/dl

Kolesterol HDL : 38 mg/dl

Trigeliserida : 195 mg/dl

PT/APTT : 10,3/28,3

Hb : 14,2 g/dl

Hemtokrit : 44 %

Leukosit : 8.500 /mm3

Trombosit : 247.000 /mm3

Na/K/Cl : 138/4,1/103 mmol/L

SGOT/SGPT : 21/17 u/l

Ur/Kr : 16/1,2 mg/dl

Hasil Konsul Mata :

Kesimpulan : belum ditemukan tanda-tanda retinopati diabetik

Anjuran : konsul poli mata 1×1 tahun

28

Page 29: CRS Sudden Deafness

Hasil Konsul Penyakit Dalam :

Kesimpulan : DM tipe 2 baru dikenal normoweight

Hiperkolesterol

Terapi : istirahat/ diet diabetes 1900 kkal

Metformin 2×500 mg

Neurodex 1×1 tab

Simvastatin 1×20 mg

Follow up (27 Juni 2012)

S/

Telinga berdenging

Telinga kanan kurang mendengar

Kepala terasa berat

Telinga kanan terasa penuh

Pusing berputar (-)

Mual-muntah (-)

O/ Status generalis, KU: sedang, Kes : CMC, Suhu : af

Status lokalis

Telinga ADS : LT cukup lapang/cukup lapang, MT utuh/utuh, sklerotik +/+, RC -/-

29

Page 30: CRS Sudden Deafness

Hidung dan tenggorok: dalam batas normal

Tes penala, Rinne: -/+, weber lateralisasi ke kiri, scwabach memendek/=pemeriksa

WD/ Sudden Deafness AD hari ke-8

Th/

- Bed rest total

- O2 2L/menit (4×15 menit)

- Prednison 4×10 mg (tapering off tiap 3 hari)

- Tarontal 2×300 mg (IV) dalam RL 12 jam/kolf

- Neurobion 3×1 tablet

- Vitamin C 1×500 mg

- Metformin 2×500 mg

- Simvastatin 1×20 mg

30

Page 31: CRS Sudden Deafness

Hasil Audiometri

Kesan : AD Tuli campur derajat berat, AS Tuli konduktif derajat ringan.

31

Page 32: CRS Sudden Deafness

BAB III

DISKUSI

Pada kasus di atas, diagnosis Sudden Deafness AD ditegakkan berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan pasien datang dengan keluhan telinga kanan

tiba-tiba tidak mendengar sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya pasien sedang

bekerja tiba-tiba telinga seperti berdenging dan terasa tersumbat kemudian tidak mendengar lagi,

dimana Sudden Deafness ini merupakan tuli yang terjadi secara tiba-tiba, biasanya terjadi pada

satu telinga.

Tuli mendadak bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi, trauma kepala, pajanan

bising yang keras, perubahan tekanan atmosfir, penyakit autoimun, obat ototoksik, penyakit

meniere, masalah sirkulatorik, neuroma akustik dimana dari anamnesa terhadap pasien ini tidak

ada ditemukan dari penyebab-penyebab tersebut. Menurut teori bahwa sebanyak 85% kasus tuli

mendadak tidak diketahui penyebabnya, sementara hanya 15% kasus yang dapat diketahui

penyebabnya ini dan kemungkinan pada pasien ini termasuk kasus tuli yang tidak diketahui

penyebabnya.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan membran timpani pada telinga kiri dan kanan

berwarna putih dengan sklerotik tanpa refleks cahaya. Pada tes penala dan tes audiometri

didapatkan kesan tuli campur pada telinga kanan. Seharusnya pada Sudden Deafness akan

ditemukan tuli sensorineural, sedangkan pada pasien ini kemungkinan didapatkan tuli campur

karena kemungkinan kekakuan pada tulang pendengaran dimana pada pemeriksaan otoskopi

32

Page 33: CRS Sudden Deafness

didapatkan sklerotik pada membran timpani dan pada gambaran timpanometri ditemukan tipe

AS.

Pemeriksaan anjuran yaitu audiometri dan BERA untuk menentukan jenis tuli dan

derajatnya sementara timpanometri untuk menilai kondisi telinga tengah. OAE untuk menilai

fungsi koklea secara objektif.

Terapi yang diberikan yaitu terapi bed rest total fisik dan mental selama 2 minggu untuk

menghilangkan atau mengurangi stress yang besar pengaruhnya pada keadaan kegagalan

neurovascular. Tujuan pemberian oksigen adalah untuk memperbaiki oksigenasi di koklea..

Prednison diberikan karena kortikosteroid merupakan obat anti inflamasi yang digunakan untuk

mengobati ketulian sensorineural mendadak idiopatik. Tarontal adalah vasodilator yang

diberikan untuk meningkatkan aliran darah ke koklea, sehingga dapat memperbaiki oksigenasi di

daerah tersebut. Neurobion dan Vitamin C sebagai multivitamin dan pada pasien dianjurkan

terapi Hiperbarik Oksigen dengan tujuan meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam darah.

Prognosis ragu-ragu ke arah buruk karena pada pasien didapatkan tuli campur derajat

berat yang mana menurut teori tuli sensorineural berat dan sangat berat mempunyai prognosis

lebih buruk dibandingkan dengan tuli sensorineural nada rendah dan menengah dan pasien juga

memiliki faktor konstitusi yaitu diabetes melitus dan kadar lemak dalam darah yang tinggi

sehingga yang akan memperberat penyembuhan meskipun pengobatan diberikan pada stadium

yang dini.

33

Page 34: CRS Sudden Deafness

DAFTAR PUSTAKA

1. Jenny B dan Indro S. 2007. Bab Tuli mendadak dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga

hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi ke 6:Jakarta:FK UI.

2. Muller C. 2001. Sudden Sensorineural hearing loss. Grand Rounds Presentation, UTMB,

Dept of Otolaryngology. Diakses dari :

http://www.utmb.edu/otoref/grnds/SuddenHearingLoss-010613/SSNHL.htm

3. Deafness Research. 1999. Sudden sensorineural hearing loss. UK. Diakses dari:

http://www.deafnessresearch.org.uk/Sudden%20sensorineural%20hearing%20loss+1627.twl

4. Levine SC. Penyakit telinga dalam dalam buku ajar penyakit THT BOIES, edisi ke 6. EGC

Jakarta. 119-38

5. Marthur N, Carr M et al. 2012. Sudden hearing loss. Diakses dari:

http://emedicine.medscape.com/article/856313-overview#showall.

6. Malik, Ghulam H et al. 1974. Sudden idiopathic sensorineural deafness and its treatment.

The Long Island College Hospital Brooklyn, New York. Diakses dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1749386/

7. Griffith RW. 2004. Sudden deafness on one side - is it diabetes?. Diakses dari:

http://www.healthandage.com/public/health-center/16/article-home/2926/Sudden-Deafness-

on-One-Side-Is-It-Diabetes.html

8. The prevalence and incidence of hearing loss in adults. Diakses dari:

http://www.asha.org/public/hearing/disorders/prevalence_adults.htm

9. Rauch SD. 2004. Treating Sudden deafness. A new study. Diakses dari:

http://www.hearinglossweb.com/Medical/Causes/sens_neur/sud/trial.htm

34

Page 35: CRS Sudden Deafness

10. Indra S dkk. 2007. Bab gangguan pendengaran akibat ototoksik buku ajar ilmu kesehatan

telinga hidung tenggorokan kepala dan leher. Edisi ke 6:Jakarta:FK UI.

35


Top Related