Transcript
Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

2.1.1 Pengertian Sampah

Sampah/wastes diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan

dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, serta tidak terjadi dengan

sendirinya (Mubarak & Chayatin, 2009 : 274). Sampah adalah sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Menurut Undang-undang

Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 mengatakan bahwa sampah juga diartikan

sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat

(Adnani, 2011 : 62-63). Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat

keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang

ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut

berlangsung (Mundiatun & Daryanto, 2015 : 73). Sampah merupakan suatu bahan yang

terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum

memiliki nilai ekonomis (Alamsyah & Muliawati, 2013 : 159).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

10

2.1.2 Proses terjadinya Sampah

Manusia mempunyai berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

hidupnya dengan memproduksi bahan makanan, minuman, barang, dan lainnya dari

sumber daya alam yang tersedia. Aktivitas-aktivitas tersebut menghasilkan barang-

barang yang akan dikonsumsi, namun di sisi lain aktivitas tersebut juga menghasilkan

bahan buangan yang tidak diinginkan atau tidak berguna. Membuat sampah bertambah

banyak, hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk disatu

pihak dan dipihak lain dengan ketersediaan ruang hidup manusia relatif tetap, dan

bahan buangan ini dikenal dengan istilah sampah. Penggolongan sampah: 1) Solid waste

refuse, yaitu sampah yang berbentuk padat; 2) Liquid wastel wastes water, yaitu sampah

yang berbetuk cair/air buangan; 3) Atmospheric wastes, yaitu sampah yang berbentuk gas;

4) Human waste lexcreta disposal, yaitu sampah yang berasal dari kotoran manusia; 5)

Special wastes, yaitu sampah dalam kategori khusus, sebab tergolong sampah yang

berbahaya (Mubarak & Chayatin, 2009 : 275).

Gambar 2.1 Karakteristik Proses Terjadinya Sampah.

Sumber (Mubarak & Chayatin,2009 : 275).

Sumber daya alam

Bahan buangan

Manusia dan Aktivitasnya

Lingkungan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

11

2.1.3 Pembagian Sampah

Menurut Mubarak & Chayatin (2009 : 275-276) pembagian sampah ada 3

macam: 1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, yaitu sampah organik

dan anorganik. Sampah organik misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah,

sedangkan sampah anorganik misalnya logam, pecah-belah, atau abu. 2) Berdasarkan

bisa atau tidaknya dibakar dibagi menjadi sampah yang mudah terbakar misalnya kertas,

plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng,

besi, gelas, dan lain-lain. 3) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk sampah

digolongkan menjadi sampah yang mudah membusuk, misalnya sisa makanan,

potongan daging, dan yang sulit membusuk misalnya plastik, karet gelang, kaleng, dan

sebagainya.

Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah ada 8, yaitu: 1) Garbage, adalah

sampah hasil pengolahan makanan yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari

rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya. 2) Rubbish, adalah sampah yang berasal

dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton,

plastik, dan lainnya maupun yang sulit terbakar seperti kaleng bekas, pecahan kaca,

gelas, dan lainnya. 3) Sampah industri (industial wastes), yaitu sampah yang berasal dari

aktivitas industri atau hasil buangan pabrik-pabrik. 4) Ashes (abu), adalah hasil sisa

pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar seperti hasil pembakaran

tumbuhan padi yang sudah dipanen pada masyarakat petani, hasil pembakaran sampah

tebu, termasuk abu rokok dan sebagainya. 5) Sampah jalan (street sweeping), adalah

sampah hasil pembersihan jalan yang terdiri atas campuran bermacam-macam sampah,

daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu, dan sebagainya; 6) Sampah

bangunan (contruction wastes), adalah sampah dari proses pembangunan gedung,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

12

pembangunan rumah dapat berupa puing-puing bekas, potongan kayu, besi, bambu,

dan sebagainya. 7) Sampah bangkai binatang (death animal), adalah bangkai binatang

yang mati karena faktor alam, tertabrak kendaraan, atau karena sengaja dibuang oleh

orang. 8) Sampah bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai kendaraan

mobil, sepeda motor, sepeda ongkel, dan sebagainya (Mubarak & Chayatin, 2009 : 275-

276).

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah

Beberapa faktor yang mempengaruhi sampah adalah jumlah penduduk,

sistem pengumpulan/pembuangan sampah, pengambilan bahan-bahan yang ada pada

sampah, faktor geografis, waktu, sosial, ekonomi, dan budaya, musim hujan, kebiasaan

masyarakat, kemajuan teknologi, serta jenis sampah (Mubarak & Chayatin, 2009 : 276-

277). Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 mengatakan

bahwa penghasil sampah adalah setiap orang dan atau akibat proses alam yang

menghasilkan timbulan sampah. Jumlah dan komposisi sampah yang dihasilkan sangat

berpengaruh oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat, diantaranya adalah

jumlah penduduk, kondisi sosial ekonomi, kemajuan teknologi, faktor geografis,

kebiasaan masyarakat/budaya, musim/iklim (Adnani, 2011 : 66). Faktor yang

memperngaruhi sampah dari segi komposisi dan sumber sampah yaitu: 1) Sumber

sampah, pemukiman penduduk, tempat-tempat umum, tempat-tempat perdagangan,

sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah dan industri. 2) Komposisi sampah,

sampah di daerah perkotaan pada umumnya terdapat sisa makanan, tekstil, kayu,

kertas, karet, kaca, karton, kaleng, plastik, sampah perkarangan, dan logam (Mubarak

& Chayatin, 2009 : 277).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

13

2.1.5 Pengolahan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan,

pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah. Kalimat tersebut biasanya

mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya

dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau

keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam.

Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode

dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat. Praktek pengelolaan sampah

berbeda-beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga antara daerah

perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan

daerah industri. Pengolahan sampah yang tidak berbahayan dari pemukiman dan

institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,

sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh

perusahaan pengolahan sampah. Metode pengolahan sampah berbeda-beda

tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk

mengolah dari ketersediaan area (Mundiatun & Daryanto, 2015 : 75-76).

Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan

pengaturan terhadap penimbunan penyimpanan (sementara, pengumpulan,

pemindahan/pengangkutan, pemprosesan dan pembuangan sampah) dengan suatu

cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat seperti

teknik (engineering), perlindungan alam (conversation), keindahan dan pertimbangan, serta

mempertimbangkan sikap masyarakat (Mubarak & Chayatin, 2009 : 277). Mekanisme

pengelolaan sampah dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah

meliputi kegiatan-kegiatan berikut: 1) Pengurangan sampah, yaitu kegiatan mengatasi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

14

timbulnya sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya),

menggunakan ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan dan daur

ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan. 2) Penanganan sampah,

yaitu rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilahan

(pengelompokkan dan pemisahan sampah menurut jenis dan siatnya), pengumpulan

(memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah

terpadu), pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS

atau tempat pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk,

komposisi, karakterisktik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan

atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau

residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat dikembalikkan ke media lingkungan

(Alamsyah & Muliawati, 2013 :160).

Gambar 2.2 Unsur-unsur dalam pengelolaan sampah

Sumber (Mubarak & Chayatin, 2009 : 278)

Penimbunan sampah

Pengetahuan dan

pemanfaatan

kembali

Pengangkutan

Penyimpanan

Pembuangan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

15

2.2 Konsep Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari

maupun tidak (Wawan & Dewi, 2011 : 48). Perilaku dari pandangan biologis adalah

merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2010 : 20). Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut

dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku

makhluk hidup termasuk perilaku manusia (Wawan & Dewi, 2011 : 50). Menurut

Suryani (2003, dalam Fitriani, 2011 : 120) bahwa perilaku adalah aksi dari individu

terhadap reaksi dari hubunganya. Menurut Chaplin (2006, dalam Pieter & Lubis, 2010

: 27) mengatakan bahwa, perilaku adalah kumpulan dari reaksi perbuatan, aktivitas,

gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses

berpikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya . Bandura (1971, dalam Pieter & Lubis,

2010 : 27) mengatakan bahwa, perilaku adalah reaksi insting bawaan dari berbagai

stimulus yang selanjutnya akan direseptor di dalam otak. Timbulnya perilaku akibat

pengalaman proses belajar. Branca (1971, dalam Pieter & Lubis, 2010 : 27-28)

mengatakan bahwa, perilau adalah reaksi manusia akibat kegiatan kognitif, afektif dan

psikomotor, ketiga aspek ini saling berhubungan, jika salah satu aspek mengalami

hambatan, maka aspek perilaku lainnya juga terganggu. Walgito (1990, dalam Pieter &

Lubis, 2010 : 28) mengatakan bahwa, perilaku adalah akibat interelasi stimulus eksternal

dengan internal yang akan memberikan respons-respons eksternal. Stimulus internal

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

16

merupakan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis atau

psikologis seseorang.

2.2.2 Pembentukan Perilaku

Seorang ahli psikologi Skinner (1938, dalam Wawan & Dewi, 2011 : 50-51)

merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Skinner mengungkapkan teori SOR (Stimulus-Organisme-

Respon) dimana stimulus terhadap organisme kemudian organisme merespon. Skinner

membedakan 2 respon yaitu: 1) Respondent respons atau reflexive adalah respon yang

ditimbulkan oleh rangsangan tertentu, atau disebut dengan elicting stimulation atau

stimulasi yang menimbulkan respon tetap seperti: makanan lezat merangsang makan,

cahaya terang menyebabkan mata tertutup menarik bila jari terkena api, juga cakupan

emosional seperti menangis bila sedih, luapan kegembiraan bila bahagia. 2) Operant

respon atau instrumental respon, respon yang timbul dan berkembang oleh stimulus

tertentu, perangsang ini disebut dengan reinforcer artinya penguat, seperti karyawan yang

telah bekerja dengan baik diberikan reward (penghargaan) atau hadiah dengan harapan

bisa lebih meningkakan kinerjanya lagi.

Menurut Notoatmodjo (2010 : 21) dengan memperhatikan bentuk respon

terhadap stimulus, membedakan perilaku manusia menjadi dua bentuk, yaitu: 1)

Perilaku tertutup (covert behavior), perilaku tertutup terjadi bila respons terhadapt

stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan

sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert

behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. 2) Perilaku terbuka (overt

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

17

behavior), perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior.

2.2.3 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908, dalam Fitriani, 2011 : 128-135) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain ranah atau kawasan

yakni: 1) Kognitif (cognitive). 2) Afektif (affective). 3) Psikomotor (psychomotor). Teori

Bloom dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: 1)

Pengetahuan: a) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). b) Proses adopsi perilaku, dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh penelitian. c) Tingkat

pengetahuan di dalam domain kognitif, pengetahun yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan: tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi

(application), analisis (analysis, sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). 2) Sikap (attitude),

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseirang terhadap suatu

stimulus objek. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek: a) Komponen pokok sikap. b)

Tingkatan sikap: menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing),

bertanggungjawab (responsible). 3) Praktek atau tindakan, suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

antara lain fasilitas, praktek mempunyai beberapa tingkatan: a) Persepsi (perception). b)

Respon terpimpin (guided response). c) Mekanisme (mechanism). d) Adopsi (adoption).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

18

Gambar 2.3 Proses terbentuknya sikap dan reaksi

Sumber (Fitriani, 2011 : 132)

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010 : 12-19) mengatakan bahwa terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku, yaitu:

1) Faktor personal (internal) perilaku manusia

Stimulus atau rangsangan dari luar tidak akan langsung menimbulkan

respons dari orang yang bersangkutan. Stimulus tersebut memerlukan proses

pengolahan terlebih dahulu dari orang yang menerima stimulus. Pengolahan

stimulus ini terjadi dalam diri orang yang bersangkutan. Pengelolahan stimulus

dalam diri orang tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor dalam diri orang tersebut

(persepsi, emosi, perasaan, pemikiran, kondisi fisik dan sebagainya). Faktor

internal yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku dikelompokkan ke dalam

faktor biologis dan psikologis.

a) Faktor biologis

DNA seseorang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang

diterima dari kedua orang tuanya. Menurut hasil pengalaman empiris bahwa DNA

Stimulus Proses stimulus Reaksi

Tingkah laku

Sikap

Tertutup

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

19

tidak hanya membawa warisan fisiologis dari pada generasi sebelumnya, tetapi juga

membawa warisan perilaku dan kegiatan manusia.

b) Faktor sosio-psikologis

Faktor psikologis ini adalah faktor internal yang sangat besar pengaruhnya

terhadap terjadinya perilaku. Faktor-faktor psikologis adalah sebagai berikut:

- Sikap

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-

psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi. Sikap

merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum memberikan respons

konkret (Allport (1924, dalam Notoatmodjo, 2010 : 13).

- Kepercayaan

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis.

Kepercayaan tersebut tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi

hanyalah keyakinan bahwa seseuatu itu benar atau salah. Kepercayaan dibentuk

oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

- Kebiasaan

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung

secara otomatis, dan tidak direncanakan. Kebiasaan merupakan hasil pelaziman

yang berlangsung dalam waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulang

berkali-kali.

- Kemauan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

20

Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha orang untuk

mencapai tujuan. Kemauan meruapakn hasil keinginan untuk mencapai tujuan

tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-

nilai yang lain.

2) Faktor situasional (eksternal) perilaku manusia

Faktor situasional adalah mencakup faktor lingkungan di mana manusia

itu berada atau bertempat tinggal, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

politik dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor eksternal yang

mempengaruhi respons manusia dalam bentuk perilaku. Faktor-faktor situasional

mencakup: a) Faktor ekologis, Keadaan alam, geografis, iklim, cuaca dan

sebagainya mempengaruhi perilaku orang. b) Faktor desain dan asitektur, struktur

dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat mempengaruhi pola perilaku

manusia yang tinggal di dalamnya. c) Faktor temporal, telah terbukti adanya

pengaruh waktu terhadap bioritme manusia, yang akhirnya mempengaruhi

perilakunya. d) Suasana perilaku (behavior setting), tempat keramaian, pasar, tempat

ibadah, sekolah/kampus, kerumunan massa akan membawa pola perilaku orang.

e) Faktor teknologi, perkembangan teknologi terutama teknologi informasi akan

berpengaruh pada pola perilaku orang. f) Faktor sosial, peranan faktor sosial yang

terdiri dari struktur umur, pendidikan, status sosial, agama dan sebagainya akan

berpengaruh kepada perilaku seseorang.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

21

2.3 Persepsi

2.3.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan sebuah istilah yang sudah sangat familiar didengar dalam

percakapan sehari-hari. Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris ‘percetion’ yang

diambil dari bahasa Latin ‘perceptio’ yang berarti menerima atau mengambil (Desmita,

2016 : 117). Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan suatu objek yang

diwawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya rangsang oleh alat indra,

kemudian individu memiliki perhatian, selanjutnya diteruskan ke otak, lalu individu

menyadari tentang sesuatu yang diamati (Sunaryo, 2013 : 95). Menurut Walgito (2001,

dalam Sunaryo, 2013 : 95) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian

dan pengintrepretasikan terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau

individu sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang

terintegrasi dalam diri individu. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,

atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya (Notoatmodjo, 2010 : 92). Persepsi dalam kamus diartikan sebagai

proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus,

stimulus diperoleh dari proses pengindraan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan antargejala yang selanjutnya diproses oleh otak, proses kognisi dimulai dari

persepsi (Umam, 2012 : 67). Persepsi didefinisikan sebagai proses kognitif dimana

seseorang individu memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada stimulus

lingkungan (Ivancevich, Konopaske & Matteson, 2007 : 116). Persepsi merupakan

sebuah proses yang aktif dari manusia dalam memilah, mengelompokkan, serta

memberikan makna pada informasi yang diterimanya (Umam, 2012 : 68).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

22

2.3.2 Organisasi dalam Persepsi

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologi

sebagai telaah ilmiah berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara

rangsangan di luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati

terhadap rangsangan. Menurut rumusan tersebut, dikenal dengan teori rangsangan-

tanggapan (stimulus-respon), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang

menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada kepada manusia.

Subproses psikologis lainnya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan dan penalaran

(Sobur, 2013 : 446).

Gambar 2.4 Variabel Psikologis di antara rangsangan dan tanggapan

Sumber (Sobur, 2013 : 447)

Persepsi meliputi suatu interaksi yang rumit melibatkan setidaknya tiga

komponen utama, yaitu: 1) Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indra terhadap

stimulus, dalam proses ini struktur kognitif yang telah ada dalam kepala akan

menyeleksi, membedakan data yang masuk dan memilih data mana yang relevan sesuai

dengan kepentingan dirinya. Seleksi perseptual ini tidak hanya bergantung pada

determinan-determinan utama dari perhatian seperti: intensitas, kualitas, kesegeraan,

kebaruan, gerakan dan kesesuaian dengan muatan kesadaran yang telah ada melainkan

juga bergantung pada minat, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang dianut. 2)

Penyusunan, adalah proses mereduksi, mengorganisasikan, menata, atau

menyederhanakan informasi uang kompleks ke dalam suatu pola yang bermakna. 3)

Rangsangan Persepsi Pengenalan

Penalaran

Perasaan

Tanggapan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

23

Penafsiran, adalah proses menerjemahkan atau menginterpretasikan informasi atau

stimulus ke dalam bentuk tingkah laku sebagai respon, dalam proses ini individu

membangun kaitan-kaitan antara stimulus yang datang dengan struktur kognitif yang

lama dan membedakan stimulus yang datang untuk memberi makna berdasarkan hasil

interpretasi yang dikaitkan dengan pengalaman sebelumnya dan kemudian bertindak

atau bereaksi. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan tersembunyi (seperti :

pembentukan pendapat dan sikap) dan dapat pula berupa tindakan terbuka atau

perilaku nyata (Desmita, 2016 : 120-121).

2.3.3 Syarat dan Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi membuat individu dapat menyadari dan memahami keadaan

lingkungan sekitar mereka, serta dapat menyadari dan memahami keadaan dari individu

yang bersangkutan (self perception). Instrumen penghubung persepsi antara individu

dengan dunia luar adalah pancaindra. Persepsi terjadi melalui proses yang didahului

dengan pengindraan. Pertama, stimulus diterima oleh reseptor, kemudian diteruskan

ke otak atau pusat saraf yang diorganisasikan, dan diintrepretasikan sebagai prosesk

psikologis. Akhirnya, individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengar.

(Sunaryo, 2013 : 106).

Syarat terjadinya persepsi, yaitu: adanya objek yang berperan sebagai stimulus

sedangkan pancaindra sebagai reseptor, adanya perhatian sebagai langkah pertama

untuk mengadapakn persepsi, adanya pancaindra sebagai reseptor penerima stimulus,

saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat

kesadaran) kemudian dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk

mengadakan respons. Persepsi terjadi melalui tiga proses, yaitu proses fisik, fisiologis,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

24

dan psikologis. Proses fisik terjadi melalui kealaman, yakni objek diberikan stimulus,

kemudian diterima oleh reseptor atau pancaindra. Sementara itu, proses fisiologis

terjadi menjadi stimulus uang dihantarakan ke saraf sensorik lalu disampaikan ke otak.

Terakhir, proses psikologis merupakan proses yang terjadi pada otak sehingga individu

menyadari stimulus yang diterima

Gambar 2.5 Proses terjadinya persepsi

Sumber (Sunaryo, 2013 : 106).

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Rakhmat (1994, dalam Sobur, 2013 : 460-461) Faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang dapat dikategorikan menjadi: 1) Faktor fungsional,

faktor fungsional dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan dan

pengalaman masa lalu seseorang individu. Hasil percobaan yang dilakukan Bruner dan

Goodman (1947, dalam Sobur, 2013 : 461), terbukti bahwa pengalaman menunjukkan

dampak kebutuhan terhadap persepsi. 2) Faktor struktural, faktor-faktor struktural

berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan

Objek Stimulus Reseptor

Sensorik Otak

Saraf Motorik

Persepsi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

25

efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem saraf individu. 3) Faktor Situasional,

faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk prosemik, petunjuk

kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa dari faktor situasional

yang mempengaruhi persepsi. 4) Faktor personal, faktor keempat yang mempengaruhi

persepsi adalah faktor personal yang terdiri dari atas pengalaman, motivasi,

kepribadian.

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

knowledge. Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (Edwards, 1972, dalam

Bakhtiar, 2011 : 85). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai intensitas

perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003, dalam Wawan & Dewi, 2011 : 11).

Menurut Gazalba (1992, dalam bakhtiar, 2011 : 85), pengetahuan adalah apa yang

diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal,

sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan adalah semua miliki atau isi pikiran.

Menurut Bagus (1996, dalam Bakhtiar, 2011 : 86), pengetahuan adalah proses

kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri, dalam

peristiwa tersebut yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam

dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui tersebut menyusun yang

diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

26

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan

yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat

diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang

akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang

diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif tterhadap objek tertentu

(Wawan & Dewi, 2011 : 11-12). Menurut teori WHO (World Health Organization) yang

dikutip oleh Notoadmodji (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan

oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

2.4.2 Hakikat Pengetahuan

Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state). Mengetahui

sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun

gambaran tentang fakta yang ada di luar akal (Bakhtiar, 2011 : 94). Terdapat dua teori

untuk mengetahui hakikat pengetahuan: 1) Realisme, teori tersebut mempunyai

pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran

yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).

Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah copy dari yang asli yang ada di

luar akal. Realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat jika sesuai

dengan kenyataan. 2) Idealisme, pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses

psikologis yang bersifat subjektif. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui,

yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut (Bakhtiar, 2011 : 94-97).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

27

2.4.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknnya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengalaman dan penelitian

mengungkapkan jika perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgen dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan & Dewi, 2011 : 12).

Menurut Notoatmodjo (2003, dalam Wawan & Dewi, 2011 : 12-14) pengetahuan yang

cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: 1) Tahu (Know), tahu

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk

ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2)

Memahami (Comprehention), memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan daimana dapat

mengintrepretasikan secara benar. 3) Aplikasi (Application), aplikasi diarikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi apapun

kondisi riil (sebenarnya). 4) Analisis (Analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk

menyatakan materi atau suatu objek kedalam organisasai tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Syntesis), sintesis yang dimaksud menunjukkan

pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lai sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi bari dari formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation),

evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

28

2.4.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari notoadmodjo (2003, dalam

Wawan & Dewi M, 2011 : 14-15) adalah sebagai berikut: 1) Cara kuno untuk

memperoleh pengetahuan. Cara coba salah (Trial and Error) cara ini telah dipakai orang

sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara kekuasaan

atau otoritas yakni sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemipin-pemimpin

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintahan, dan

berbagai prinsip orang lain yang menerima yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya

baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. Berdasarkan pengalaman

pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu. 2) Cara modern dalam memperoleh

pengetahuan, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau lebih popular

disebut metodologi penelitian.

2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: a) Faktor Internal : 1)

Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia

untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatk informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Mantra yang dikutip

Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juda perilaku

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/42089/3/jiptummpp-gdl-muhammadri-49056...plastik, daun kering, dan kayu. Sampah yang tidak mudah terbakar misalnya kaleng, besi, gelas, dan

29

seseorang akan pola hidpu terutama memotivasi untuk sikap berperan serta dalam

pembangungan. 2) Pekerjaan, menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam, pekerjaan

adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan

kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkan yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

3) Umur, menurut Elisabeth yang dikuti Nursalam, usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat kelahiran sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok

bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. b) Faktor Eksternal : 1) faktor lingkungan, menurut

Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam, lingkungan merupakan seluruh kondisi yang

ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok. 2) sosial budaya, sistem sosial budaya yang ada pada

masyarakat dapa mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan &

Dewi, 2011 : 16-18).


Top Related