Download - Arci Fistum 2

Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ETIOLASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHANNAMA

: DINDA NOVIANITANIM

: J1C113053KELOMPOK: V (LIMA)

ASISTEN: RAHMIYANIKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONALUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI BIOLOGI

BANJARBARU

MARET 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Dasar TeoriPertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan adalah peningkatan permanen ukuranorganisme atau bagiannya yang merupakan hasil dari peningkatan jumlah dan ukuran sel. Selain pertumbuhan, tanaman juga mengalami perkembangan dalam siklus hidupnya. Perkembangan sendiri merupakan koordinasi pertumbuhan dan diferensiasi dari suatu sel tunggal menjadi jaringan, organ, dan organisme seutuhnya. Pada teknik kultur jaringan, pertumbuhan dan perkembangan sel ditandai dengan perubahan eksplan menjadi suatu massa parenkematis yang terus-menerus tumbuh hingga akhirnya membentuk organorgan dan individu tanaman baru (Paramitha, 2012). Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi juga faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Suhu udara berpengaruh pada pertumbuhan, perkembangan dan hasil tanaman dengan cara mempengaruhi laju pertumbuhan dan laju perkembangan serta masa hidup suatu tanaman. Laju perkembangan ini mempengaruhi panjang fase vegetatif yang juga menentukan panjang fase reproduktifnya (Putri, 2009).Cahaya adalah faktor lingkungan yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Cahaya dapat membantu proses fotosintesis yang dapat mengendalikan wujud tumbuhan artinya perkembangan struktur atau morfogenesisnya (awal dari pembentukan wujudnya). Pengendalian morfogenesis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis. Beberapa efek fotomorfogenik cahaya dapat dengan mudah dikenali dengan cara membandingkan kecambah yang tumbuh di tempat terang dengan kecambah di dari tempat gelap. Biji yang besar yang mengandung banyak cadangan makanan mampu menghilangkan kebutuhan akan fotosintesis selama beberapa hari. Kecambah yang tumbuh dalam gelap akan teretiolasi (bahasa prancis: etioler yang berarti tambah pucat atau lemah) (Salisbury, 1995). Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya sangat menentukan proses fotosintesis. Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau). Gejala etiolasi tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang gelap (Marsela, 2013)Etiolasi yang normal ditunjukkan secara nyata pada tanaman tanaman yang dibudidayakan (kacang buncis, mustard dan lain-lain) dan tidak didapati pada spesies yang beradaptasi dan resisten terhadap penaungan (Gardner, 1991). Tanaman yang mendapat cekaman naungan cenderung mempunyai jumlah cabang sedikit dan batang yang lebih tinggi dibanding tanaman yang ditanam dalam kondisi tanpa naungan. Perubahan tinggi batang tanaman pada beberapa tanaman akibat naungan sudah tampak mengalami etiolasi pada naungan lebih dari 25%. Etiolasi yang terjadi pada sebagian besar tanaman akibat naungan disebabkan karena adanya produksi dan distribusi auksin yang tinggi,sehingga merangsang pemanjangan sel yang mendorong meningkatnya tinggi tanaman (Ramadhani, 2013)1.2

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kecambah.

BAB IIMETODE PRAKTIKUM

2.1Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 Maret 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi dan Fisiologi, Laboratorium Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

2.2Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah cup bekas air mineral yang sudah dilubangi sebanyak 12 buah, baskom dan penggaris.

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau (Vigna radiata) dan biji jagung (Zea mays L.) masing-masing sebanyak 30 biji, top soil (media) dan air untuk menyiram.

2.3 Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Benih kacang hijau dan benih jagung masing-masing 30 biji direndam dengan air dingin selama 24 jam, kemudia tiriskan.2. Setiap cup bekas air mineral sebanyak 12 buah dilubangi bagian bawahnya dan diisi dengan top soil setengah dari cup.3. Kemudian dimasukan benih kacang dan jagung masing-masing 5 biji setiap cup gelas yang telah diisi dengan top soil.4. 4 cup gelas diletakkan diruang gelap (perlakuan A), 4 cup gelas di dalam ruangan (perlakuan B), dan 4 cup gelas diluar ruangan (perlakuan C).5. Pertumbuhannya diamati setiap hari sampai satu minggu.BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 HasilTabel 1. Hasil pengamatan pengukuran panjang jagung

Ulangan

(Hari)Perlakuan

A

(tempat gelap)B

(dalam ruangan)C

(Luar ruang)

1000,6

2000,96

31,211,45

41,671,572,11

53,341,874,34

64,753,737,14

75,786,6611,5

Jumlah16,742,1128,1

Rata-rata2,390,304,01

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengukuran Panjang Kacang

Ulangan

(Hari)Perlakuan

A

(tempat gelap)B

(dalam ruangan)C

(Luar ruang)

10,261,021,05

20,351,161,15

30,401,191,25

40,872,281,35

51,653,852,83

63,617,073,25

74,727,285,32

Jumlah11,8623,8516,2

Rata-rata1,693,402,31

Tabel 3. Perbandingan Kondisi Fisik Tiap Perlakuan Jagung

PerlakuanGambarKeterangan

A (tempat gelap)Batang tumbuh memanjang berwarna putih pucat dan daun layu berwarna kuning pucat.

B(dalam ruangan)Batang tumbuh tegak dan daun berwarna hijau muda

C(luar ruang)Batang tumbuh normal berwarna hijau dan daun mengembang dengan baik berwarna hijau segar.

Tabel 4 Perbandingan kondisi fisik tiap perlakuan kacang

PerlakuanGambarKeterangan

A(tempat gelap)Batang tumbuh memanjang berwarna kuning pucat dan daun layu berwarna kuning pucat

B(dalam ruangan)Batang memanjang berwarna hijau muda dan daun tidak begitu segar

C (luar ruang)Batangnya tumbuh normal berwarna hijau, daun mengembang dengan baik dan segar.

4.2 Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kecambah. Bahan yang digunakan adalah kacang hijau (Vigna radiata) dan biji jagung (Zea mays L.) karena mempunyai cadangan makanan cukup besar sehingga tunas-tunas kecambah dapat tumbuh beberapa waktu sebelum kekurangan makanan karena tidak adanya cahaya untuk fotosintesis. Sebelum digunakan, terlebih dahulu dua jenis biji ini direndam dalam air dingin selama kurang lebih 1 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk mempercepat proses perkecambahan benih serta untuk mengetahui benih atau biji yang mana yang baik untuk ditumbuhkan. Peristiwa etiolasi merupakan salah satu bentuk adaptasi pada kehidupan normal, yaitu biji di dalam kacang hijau (Vigna radiata) ketika mulai berkecambah memiliki ruas yang panjang untuk mencari cahaya matahari kemudian akan normal saat mulai terkena cahaya matahari. Gejalanya menunjukkan batang yang sangat panjang tanpa jaringan serabut penyokong yang cukup, daunnya keputih-putihan tanpa klorofil yang cukup. Hal ini dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan, pada tempat gelap semua batang tumbuhan lebih panjang, berwarna kuning pucat, lemah dan tumbuhnya membengkok. Etiolasi terjadi pada tanaman yang sedikit terkena sinar matahari atau tidak menerima cahaya matahari sama sekali. Tumbuhan yang berada di daerah gelap akan terhambat klorofilnya sehingga menyebabkan warna daun dan batang menjadi pucat. Penyebab utama dari adanya peristiwa ini adalah karena adanya faktor fisiologis dari tumbuhan tersebut. Auksin adalah hormon yang menyebabkan terjadinya peristiwa ini. Keberadaan auksinpada sel menyebabkan semakin meningkatnya permeabilitas sel terhadap air sehingga tekanan dinding sel menurun dimana hal tersebut menyebabkan dinding sel melunak yang ditandai dengan pecahnya kulit biji sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang menyebabkan bertambahnya volume sel (Paramartha, 2012)Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman yang diberi perlakuan tanpa cahaya, hari pertama dan kedua, biji jagung tidak mengalami pertumbuhan, hari ketiga mengalami pertumbuhan sepanjang 1,2 cm, hari ke empat 1,67 cm, hari kelima 3,34 cm, hari ke enam 4,75 cm, dan hari terakhir jumat meningkat menjadi 5,78 cm. Sehingga rata-rata pertumbuhan biji jagung di tempat gelap per hari adalah sebanyak 2,39 cm. Kemudian untuk biji kacang hijau ditempat gelap lebih tinggi dari pada biji jagung. Hari pertama sudah mengalami pertumbuhan yaitu 0,26 cm, hari kedua mengalami pertumbuhan sepanjang 0,35 cm, hari ketiga 0,40 cm, hari ke empat 0,87 cm, hari kelima 1,65 cm, hari ke enam 3,61 cm, dan hari terakhir jumat meningkat menjadi 4,72 cm. Sehingga rata-rata pertumbuhan biji kacang hijau di tempat gelap per hari adalah sebanyak 1,69 cm.

Perlakuan kedua adalah tanaman yang diberi perlakuan atau diletakkan didalam ruangan, hari pertama dan kedua, biji jagung tidak mengalami pertumbuhan, hari ketiga mengalami pertumbuhan sepanjang 1,00 cm, hari ke empat 1,57 cm, hari kelima 1,87 cm, hari ke enam 3,73 cm, dan hari terakhir jumat meningkat menjadi 6,66 cm. Sehingga rata-rata pertumbuhan biji jagung yang diletakkan di dalam ruangan per hari adalah sebanyak 0,30 cm. Kemudian untuk biji kacang hijau ditempat gelap lebih tinggi dari pada biji jagung. Hari pertama sudah mengalami pertumbuhan yaitu 1,02 cm, hari kedua mengalami pertumbuhan lagi sepanjang 1,16 cm, hari ketiga 1,19 cm, hari ke empat 2,28 cm, hari kelima 3,85 cm, hari ke enam 7,02 cm, dan hari terakhir jumat meningkat menjadi 7,28 cm. Sehingga rata-rata pertumbuhan biji jagung di tempat gelap per hari adalah sebanyak 3,40 cm.

Perlakuan ketiga adalah tanaman yang diberi perlakuan atau diletakkan di tempat terbuka yaitu botani, untuk hari pertama biji jagung mengalami pertumbuhan sepanjang 0,6 cm, hari kedua mengalami pertumbuhan 0,96 cm, hari ketiga baru mengalami pertumbuhan yaitu 1,45 cm, hari ke empat 2,11 cm, hari kelima 4,34 cm, hari ke enam 7,14 cm, dan hari terakhir jumat meningkat menjadi 11,5 cm. Sehingga rata-rata pertumbuhan biji jagung yang diletakkan di tempat terbuka (botani) per hari adalah sebanyak 4,01 cm. Kemudian untuk biji kacang hijau di tempat terbuka atau botani lebih pendek dari pada biji jagung. Hari pertama kacang hijau mengalami pertumbuhan sepanjang 1,05 cm, hari kedua sudah mengalami pertumbuhan sepanjang 1,15 cm, hari ketiga 1,25 cm, hari ke empat 1,35 cm, hari kelima 2,83 cm, hari ke enam 3,25 cm, dan hari terakhir jumat meningkat menjadi 5,32 cm. Sehingga rata-rata pertumbuhan biji jagung di tempat gelap per hari adalah sebanyak 2,31 cm.

Etiolasi terjadi pada tanaman jagung (Zea mays L.) yang ditempatkan di tempat gelap, yaitu dengan rata-rata jumlah pemanjangan batangnya 2,39 cm. Sedangkan untuk tanaman jagung (Zea mays L.) yang berada di dalam ruangan mempunyai rata-rata pertambahan panjang batang setiap harinya sepanjang 0,30 cm dan di luar ruangan sepanjang 4,01 cm. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata) dan jagung (Zea mays L.) yang diletakkan di dalam ruangan tetapi terkena cahaya matahari mempunyai batang berwarna hijau muda yang tumbuh lurus dan berdiri tegak. Daunnya berwarna hijau dan bentuk daunnya lebih lebar. Peristiwa ini terjadi karena adanya cahaya matahari yang dapat menghambat kerja auksin dan membantu proses pembentukan klorofil. Tanaman kacang hijau dan jagung yang diletakkan di tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung (terik), akan mengakibatkan pertumbuhannya menjadi terhambat. Pada perlakuan diluar ruangan yang banyak terdapat cahaya, benih justru berkecambah semua dan mempunyai tinggi dengan rata-rata paling besar, sehingga terjadi error pada hasil praktikum petumbuhan tanaman. Hal ini dapat dikarenakan tanaman tersebut tidak ditempatkan pada tempat terang (masih terdapat naungan), faktor genetik dan hormon, setiap benih memiliki kebutuhan akan intensitas cahaya yang berbeda-beda, dan penyiraman rutin yang menyebabkan semuamya berkecambah. Dari data yang telah didapat kesimpulan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan berhasil tidaknya berkecambah dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormon, air dan nutrisi, cahaya, oksigen, suhu, kelembapan, dan pH.

BAB IVPENUTUP

4.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:1. Peristiwa etiolasi merupakan salah satu bentuk adaptasi pada kehidupan normal.2. Pada tempat gelap tanaman menunjukkan kondisi batang lebih panjang di bandingkan di dalam dan di luar ruangan, warna daun kuning.3. Pada tempat terang dalam ruangan dan di luar ruangan menunjukkan kondisi tanaman normal, tetapi batangnya sedang dengan daun berwarna hijau4. Tempat yang gelap akan mengakibatkan auksin bekerja maksimal karena tidak adanya cahaya matahari yang menghambat dan merangsang pembentukan klorofil. 5. Etiolasi terjadi pada tanaman jagung (Zea mays L.) yang ditempatkan di tempat gelap, yaitu dengan rata-rata jumlah pemanjangan batangnya 2,39 cm. Sedangkan untuk tanaman jagung (Zea mays L.) yang berada di dalam ruangan mempunyai rata-rata pertambahan panjang batang setiap harinya sepanjang 0,30 cm dan di luar ruangan sepanjang 4,01 cm.6. Etiolasi terjadi pada tanaman kacang hijau (Vigna radiata) yang ditempatkan di tempat gelap, yaitu dengan rata-rata jumlah pemanjangan batangnya 1,69 cm. Sedangkan untuk kacang hijau (Vigna radiata) yang berada di dalam ruangan mempunyai rata-rata pertambahan panjang batang sepanjang 3,40 cm dan di luar ruangan sepanjang 2,31 cm4.2 Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah agar para praktikan dapat lebih bekerja sama dalam mengamati dan mengumpulkan data dalam membuat hasil praktikum.DAFTAR PUSTAKA

Marsela T, Rhiza S. S., & Andani A. 2013. Sistem Kendali Intensitas Cahaya Rumah Kaca Cerdas pada Budidaya Bunga Krisan. Paramartha, A. I., Dini, E., & Siti, N. 2012. Pengaruh Penambahan Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith Secara In Vitro. Jurnal Sains Dan Seni ITS. 1(1): 40-43Putri, S. M. D & I. N. Sudianta. 2009. Aplikasi Penggunaan ZPT pada Perbanyakan Rhododendron javanicum Benn. (Batukau, Bali) secara vegetatif (setek pucuk ). Jurnal Biologi. XIII (1) : 17 -20Ramadhani, F., Lollie, A. P. P., & Hasmawi, H. 2013. Evaluasi karakteristik beberapa varietas kedelai (glycine max l.merill) hasil mutasi kolkisin m2 pada kondisi naungan. Jurnal online agroekoteknologi. 1(3): 453-466

Salisbury, F. B & Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Penerbit ITB: Bandung. EMBED Word.Picture.8

_1068627150.doc


Top Related