Download - abses muscularis

Transcript
Page 1: abses muscularis

BAB I

PENDAHULUAN

Abses adalah rongga yang berisi nanah. Tanda utamanya dari suatu abses

adalah fluktuasi, meskipun tidak selalu terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir,

bengkak dan nyeri tekan langsung pada rongga abses adalah tanda yang khas (1).

Abses disebabkan oleh flora bacterial campuran yang berkisar sekitar 2,5

spesies bakteri 1,6 diantaranya merupakan bakteri anaerob sementara 0,9 lainnya

adalah bakteri aerob atau fakultatif. Bakteri komensal dari tempat-tempat

disekitarnya merupakan penyebab abses yang biasa ditemukan sehingga spesies

bakteri dalam abses secara tipikal merupakan spesies yang ditemukan dalam flora

normal (1).

Berikut di bawah ini dilaporkan suatu kasus abses muscularis, pasien anak

perempuan berusia 12 tahun yang dirawat dan menjalani drainase abses di RSUD

Ulin Banjarmasin.

1

Page 2: abses muscularis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

      

Definisi

Abses adalah  pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam

jaringan yang kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya

tidak ada dengan jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh terhadap

adanya infeksi (1).

Etiologi

Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti

bakteri pyogenic. (Stapilococcus Spp, Esceriscia coli, Streptokokkus beta

haemoliticus Spp, Pseudomonas, Mycobakteria, Pasteurella multocida, Corino

bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri yang bersifat obligat anaerob

(Bakteriodes sp, Clostridium, peptostreptokokkus,fasobakterium (1,2).

Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran

infeksi melalui aliran darah bisa menyebabkan sepsis. Jika abses akan pecah,

maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.

Kemungkinan  terbentuknya  abses  meningkat pada (3):

Adanya kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

Individu dengan gangguan sistem kekebalan.

Individu dengan gangguan vaskular

2

Page 3: abses muscularis

Patofisiologi

Abses bermula dari trauma mayor ataupun minor yang diikuti masuknya

bakteri. Kemudian terbentuklah eksudat, jika tidak segera diekskresikan atau di

absorbsi tubuh, maka akan memicu terbentuknya kapsul fibrous sebagai respon

tubuh untuk melokalisir untuk membatasi penyebaran lebih lanjut (4).

 

Abses bisa terjadi dimanapun dibagian tubuh dan bisa terjadi setelah suatu luka

ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis (3,4).

Manifestasi Klinis

Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lama-

kelamaan akan terbentuk masa kistik dengan temperatur yang lebih hangat

dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi

sebagai akibat banyaknya eksudat yang terbetuk (4).

3

Page 4: abses muscularis

Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul  demam yang berulang. Adapun

manifestasi klinisyang muncul adalah (1):

adanya masa

nyeri

teraba hangat

pembengkakan

kemerahan

Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di daerah yang

paling fluktuatif. Pada pemeriksaan laboratorium bisa menunjukan penigkatan

leukosit (1).

    Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat

kesadaran biasanya compos metis. Pada Tanda vital sering didapatkan adanya

perubahan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan,

frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi.

Tekanan darah tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit

hipertensi renal (3).

       Pemeriksaan Penunjang

1.      Laboratorium : Pemerikasaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan

hematuria, kultur urine menunjukkan kuman penyebab infeksi, sedangkan pada

pemeriksaan darah terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat (5).

4

Page 5: abses muscularis

2.      Radiografi  :  Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan

kekaburan pada daerah pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat

bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu

di saluran kemih. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya cairan pus (5).

3.      Ultrasonografi : Pemeriksaan menunjukkan cairan abses (5).

 

   Penatalaksanaan

Terapi utama adalah drainase sebagai kontrol sumber infeksi (source

control). Drainase dilakukan dengan menginsisi bagian yang paling fluktuatif dan

dinding yang paling tipis. Adakalanya terbentuk septa-septa dalam satu abses

sehingga diperlukan multiple insisi (2).

Pemberian antibiotik idealnya adalah sesuai dengan tes kultur dan

resistensi, namun mengingat hasil kultur setidaknya membutuhkan waktu 3 hari,

maka diberikan antibiotik broad spectrum sesuai pola kuman penyebab terbanyak

dan pola resistensi yang berbeda di setiap daerah (1,2).

Teknik Operasi

1. Tindakan dan antiseptik, jika abses setelah pecah, maka mulai painting

dari arah luar kedalam (bagian yang kotor diusap terakhir).

2. Drepping

3. Anestesi dengan chlor ethyl topical(disemprot)

4. Siapkan kasa dan neerbeken untuk menampung eksudat

5. Insisi dengan pisau no 11, kemudian lebarkan dengan klem

5

Page 6: abses muscularis

6. Tekan sampai pus/eksudat minimal

7. Lakukan debridement jaringan nekrotik dengan kuret atau kasa.

8. Irigasi dengan NaCl 0,9 % sampai jernih

9. Bilas dengan H2O2

10. Cuci dengan antisetik povidon iodine (betadin), chlorhexidin (savlon).

11. Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif

sebaiknya dipasang drain (dengan penroos drain atau potongan karet handscoon

steril)

12. Rawat sebagai luka terbuka (tidak dijahit)

6

Page 7: abses muscularis

BAB III

LAPORAN KASUS

I.1 Identitas

Nama : An. S

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Status : belum Menikah

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Alamat : jl. Pengambanagn Hulu Sungai Selatan

Pekerjaan : pelajar

MRS : 26 februari 2015

I.2 Anamnesis

Keluhan Utama:

Benjolan berair di pinggang kiri

Riwayat Pe nyakit sekarang :

2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien jatuh dari tangga dan pinggang

pasien membentur tangga. Kemudian pinggang pasien membengkak dan terasa

nyeri, kedua kaki pasien juga terasa sangat nyeri dan sulit untuk digerakkan. Oleh

keluarganya pasien dibawa berobat ke RS Damanhuri Barabai. Di RS Damanhuri

7

Page 8: abses muscularis

dilakukan foto rontgen, BNO IVP, dan USG. Namun sayangnya pasien memilih

pulang atas permintaan sendiri. Selama di rumah, nyeri di kaki pasien dirasa

berkurang dan bisa digerakkan, namun pinggang pasien masih terasa nyeri

disebelah kiri dan membenjol. 1 hari SMRS benjolan di pinggang pasien pecah

dan keluar air terus menerus berwarna kecoklatan. Air kencing pasien juga

menjadi keruh. Karena keluhannya pasien dibawa lagi ke RS Damanhuri Barabai

lalu dirujuk ke RSUD Ulin. Selama di rumah pasien mengaku memiliki riwayat

demam 1 hari SMRS. Riwayat benjolan sebelumnya (-)

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat trauma 2 minggu yang lalu pasien jatuh dari tangga

Riwayat Penyakit dalam Keluarga:

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal

I.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Pernafasan : 20x/ menit

Nadi : 98x/menit

Suhu : 37,8 0C

Kepala : konjungtiva pucat (-), sclera ikterik

8

Page 9: abses muscularis

(-/-)

Leher : Tidak ada kelainan

Pupil : Isokor/ Reflek Cahaya +/+

KGB : Tidak ada kelainan

Thorax : Tidak ada kelainan

Abdomen : Lihat status urologikus

Genitalia Eksterna : Lihat status urologikus

Ektremitas atas dan bawah : Tidak ada kelainan

B. Status Urologikus

Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra et sinistra:

Inspeksi : Bulging (-/+) Luka (-/+) menetes cairan coklat (sin)

Palpasi : Ballotement (-) Nyeri tekan (-/+)

Regio Suprapubik:

Inspeksi : Bulging (-), distensi (-/-)

Palpasi : Nyeri tekan (-/-)

Regio Genitalia Eksterna   :

Inspeksi : bloody discharge (-)

Rectal Toucher (RT):

TSA baik, BCR (+), mukosa recti licin, ampula tidak kolaps, nyeri

tekan (-).

9

Page 10: abses muscularis

I.4 Pemeriksaan Penunjang

26 Februari 2015

HASIL NILAI NORMAL SATUAN

Gran% 74.0 50-70 %

Limfosit% 16.1 25-40 %

Gran# 6.24 2.5-7 ribu/ul

Limfosit# 1.2 1.25-4 ribu/ul

27 Februari 2015

10

HASIL NILAI NORMAL

SATUAN

Hemoglobin 12.7 14,0-18,0 g/dl

Leukosit 8.3 4,0-10,5 ribu/ul

Eritrosit 4.75 4,5-6,0 juta/ul

Hematokrit 37.7 42,0-52,0 vol%

Trombosit 671 150-450 ribu/ul

RDW-CV 16,3 11,5-14,7 %

MCV 78.5 80,0-97,0 Fl

MCH 26.7 27,0-32,0 Pg

MCHC 34.1 32,0-38,0 %

Page 11: abses muscularis

HASIL NILAI NORMAL SATUAN

Hemoglobin 1 3 .7 14,0-18,0 g/dl

Leukosit 6 . 4 4,0-10,5 ribu/ul

Eritrosit 4 . 97 4,5-6,0 juta/ul

Hematokrit 38,8 42,0-52,0 vol%

Trombosit 648 150-450 ribu/ul

RDW-CV 1 4,9 11,5-14,7 %

MCV 78 . 1 80,0-97,0 fl

MCH 2 6,4 27,0-32,0 pg

MCHC 3 3,8 32,0-38,0 %

HASIL NILAI NORMAL SATUAN

Gran% 62.1.0 50-70 %

Limfosit% 22.1 25-40 %

Gran# 3.94 2.5-7 ribu/ul

Limfosit# 1.4 1.25-4 ribu/ul

HASIL NILAI NORMAL SATUAN

Kolestrol total 167 150-220 Mg/dl

GDP 96 70-105 Mg/dl

G2PP 130 <140 mg/dl

SGOT 39 0-46 U/I

11

Page 12: abses muscularis

SGPT 71 0-45 U/I

Ureum 23 10-50 mg/dl

Kreatinin 0,4 0,7-1,4 mg/dl

GDS 114 <200 GOD-PAP

Natrium 138.1 10-50 Mmol/l

Kalium 4.2 3.4-5.4 Mmol/l

Klorida 100.5 95-100 Mmol/l

PT 10.5 9.9-13.5 nephelometri

Control normal PT 11.4 nephelometri

APTT 22.2 22.2-37.0 nephelometri

Control normal PT 26.1 nephelometri

URINALISA 26 Februari 2015

HASIL NILAI NORMAL

Warna Kuning-

jernih

Kuning-jernih

BJ 1,025 1,005-1,030

pH 7,5 5,0-6,5

Keton Negatif Negatif

Prot-albumin trace Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Darah samar Negatif Negatif

12

Page 13: abses muscularis

Nitrit Negatif Negatif

Urobilinogen 0,1 0.1-1.0

Leukosit Negatif Negatif

HASIL NILAI NORMAL

Leukosit 5-10 0-3

Eritrosit 0-2 0-2

Silinder Negatif Negatif

Epitel 2+ 1+

Bakteri Negatif Negatif

Kristal Negatif Negatif

Lain-lain Negatif Negatif

USG (2/2/1025)

13

Page 14: abses muscularis

Hasil:

• Ukuran hepar normal, bata/ intake tidak terdapat tanda tanda laerasi tegas,

tampak cairan bebas.

Kesan:

Abses perirenal posterior

BNO IVP

14

Page 15: abses muscularis

15

Page 16: abses muscularis

• Fungsi ekskresi dan sekresi kedua ginjal baik

• Tidak tampak tanda tanda laserasi ginjal kiri atau ekstravasasi kontras

keluar dari PCS/ginjal kiri, ginjal kanan baik

• Uretra dan buli-buli dalam batas normal

• Tulang intake densiatas baik

Kesimpulan : BNO IVP saat ini dalam batas normal

RONTGEN THORAX

16

Page 17: abses muscularis

USG Abdomen RSUD Ulin (28 Februari 2015)

17

Page 18: abses muscularis

Kesan:

o Liver : ukuran normal, sudut tajam, tepi rata, bilier normal, tak tampak

nodul

o GB, lien, pankreas normal

o Ren kanan dan kiri ukuran normal tak tampak ectasis/abses

o VU : kateter (+)

o Tak tampak abses regio punggung

Kesimpulan : Abses submuscularis punggung, tak tampak perirenal abses kiri,

liver, buli, pankreas, VU normal

Saran ct scan abdomen dengan kontras

CT Scan Abdomen (12 Maret 2015)

18

Page 19: abses muscularis

19

Page 20: abses muscularis

Kesimpulan hasil ct scan abdomen tanpa dan dengan kontras:

o Hepatobilier, lien dan pankreas dalam batas normal

o Tak tampak cairan bebas intraperitoneal

o Tak tampak pembesaran KGB paraaorta

o Ginjal kanan dan kiri normal

o Buli-buli dan uterus normal

o Tampak lesi hipodens intramuskulus oblikus eksternus kiri, pada

pemberian kontras tampak penyekatan di bagian dinding. Tak tampak

infiltrasi pada jaringan sekitarnya

Kesimpulan : Muscular abscess (m. Oblikus eksternus kiri)

FOLLOW UP

27 Februari 2015 (H.I)

S) subjektif Demam (+) Nyeri pada punggung kiri (+)O)Objektif HR 80 x/menit T 37.70C

RR 20 x/menit TD 110/80Pemeriksaan fisikK/L Reflex cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva pucat (-), sclera

ikterik (-), hematom palpebra (-)P> KGB (-/-)

Thorax I= simetris, retraksi (-) P=FV simetrisP= sonor/sonor, redup pada batas jantungA=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)

Cor S1>S2 tunggal, bising (-)Abdomen I=datar

A= BU (+)P=H/L/M tidak terabaP=timpani

Ekstremitas Akral hangat, edema (-)A)Diagnosis Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd UrinomaP) Terapi IVFD D5 ½ NS 15tpm

cateter

20

Page 21: abses muscularis

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Inj. Antrain 2x400 mg

Inj. Ranitidin 2x1amp

Program CT Scan Abdomen

28 Februari 2015 (H.II)

S) subjektif Demam (-) Nyeri pada punggung kiri (+) Bengkak di punggung (+)

O)Objektif HR 98 x/menit T 36.50C RR 20 x/menit TD 110/80

Pemeriksaan fisikK/L Reflex cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva pucat (-), sclera

ikterik (-), hematom palpebra (-)P> KGB (-/-)

Thorax I= simetris, retraksi (-) P=FV simetrisP= sonor/sonor, redup pada batas jantungA=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)

Cor S1>S2 tunggal, bising (-)Abdomen I=datar

A= BU (+)P=H/L/M tidak terabaP=timpani

Ekstremitas Akral hangat, edema (-)A)Diagnosis Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd UrinomaP) Terapi IVFD D5 ½ NS 15tpm

cateter

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Inj. Antrain 2x400 mg

Inj. Ranitidin 2x1amp

Posisi lateralkiri

R/ insisi abses

Rawat luka

21

Page 22: abses muscularis

Program CT Scan Abdomen

1 Maret 2015 (H.III)

S) subjektif Demam (-) Nyeri pada punggung kiri (-) Bengkak di punggung (+)

O)Objektif HR 80 x/menit T 36.80C RR 20 x/menit TD 110/80

Pemeriksaan fisikK/L Reflex cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva pucat (-), sclera

ikterik (-), hematom palpebra (-)P> KGB (-/-)

Thorax I= simetris, retraksi (-) P=FV simetrisP= sonor/sonor, redup pada batas jantungA=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)

Cor S1>S2 tunggal, bising (-)Abdomen I=datar

A= BU (+)P=H/L/M tidak terabaP=timpani

Ekstremitas Akral hangat, edema (-)A)Diagnosis Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd UrinomaP) Terapi IVFD D5 ½ NS 15tpm

cateter

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Inj. Antrain 2x400 mg

Inj. Ranitidin 2x1amp

Posisi lateralkiri

R/ insisi abses

Rawat luka

Program CT Scan Abdomen

22

Page 23: abses muscularis

2 Maret 2015 (H.IV)

S) subjektif Demam (-) Nyeri pada punggung kiri (-) Bengkak di punggung (˂)

O)Objektif HR 82 x/menit T 36.70C RR 20 x/menit TD 110/70

Pemeriksaan fisikK/L Reflex cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva pucat (-), sclera

ikterik (-), hematom palpebra (-)P> KGB (-/-)

Thorax I= simetris, retraksi (-) P=FV simetrisP= sonor/sonor, redup pada batas jantungA=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)

Cor S1>S2 tunggal, bising (-)Abdomen I=datar

A= BU (+)P=H/L/M tidak terabaP=timpani

Ekstremitas Akral hangat, edema (-)A)Diagnosis Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd UrinomaP) Terapi IVFD D5 ½ NS 15tpm

cateter

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Inj. Antrain 2x400 mg

Inj. Ranitidin 2x1amp

Posisi lateralkiri

R/ insisi abses

Rawat luka

Program CT Scan Abdomen

3 Maret 2015 (H.V)

S) subjektif Demam (-) Nyeri pada punggung kiri (<) Bengkak di punggung (˂)

O)Objektif HR 88 x/menit T 36.70C RR 18 x/menit TD 110/70

23

Page 24: abses muscularis

Pemeriksaan fisikK/L Reflex cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva pucat (-), sclera

ikterik (-), hematom palpebra (-)P> KGB (-/-)

Thorax I= simetris, retraksi (-) P=FV simetrisP= sonor/sonor, redup pada batas jantungA=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)

Cor S1>S2 tunggal, bising (-)Abdomen I=datar

A= BU (+)P=H/L/M tidak terabaP=timpani

Ekstremitas Akral hangat, edema (-)A)Diagnosis Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd UrinomaP) Terapi IVFD D5 ½ NS 15tpm

cateter

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Inj. Antrain 2x400 mg

Inj. Ranitidin 2x1amp

Posisi lateralkiri

R/ insisi abses

Rawat luka

4 Maret 2015 (H.VI)

S) subjektif Demam (-) Nyeri pada punggung kiri (-) Bengkak di punggung (-)

O)Objektif HR 80 x/menit T 36.70C RR 18 x/menit TD 110/80

Pemeriksaan fisikK/L Reflex cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva pucat (-), sclera

ikterik (-), hematom palpebra (-)P> KGB (-/-)

Thorax I= simetris, retraksi (-) P=FV simetris

24

Page 25: abses muscularis

P= sonor/sonor, redup pada batas jantungA=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)

Cor S1>S2 tunggal, bising (-)Abdomen I=datar

A= BU (+)P=H/L/M tidak terabaP=timpani

Ekstremitas Akral hangat, edema (-)A)Diagnosis Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd UrinomaP) Terapi IVFD D5 ½ NS 15tpm

cateter

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Inj. Antrain 2x400 mg

Inj. Ranitidin 2x1amp

Posisi lateralkiri

R/ insisi abses

Rawat luka

5 Maret 2015 (H.VII)

S) subjektif Demam (-) Nyeri pada punggung kiri (<) Bengkak di punggung (˂)

O)Objektif HR 88 x/menit T 36.70C RR 18 x/menit TD 110/70

Pemeriksaan fisikK/L Reflex cahaya (+/+), pupil isokor, konjungtiva pucat (-), sclera

ikterik (-), hematom palpebra (-)P> KGB (-/-)

Thorax I= simetris, retraksi (-) P=FV simetrisP= sonor/sonor, redup pada batas jantungA=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)

Cor S1>S2 tunggal, bising (-)Abdomen I=datar

A= BU (+)P=H/L/M tidak teraba

25

Page 26: abses muscularis

P=timpaniEkstremitas Akral hangat, edema (-)A) Diagnosis Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd UrinomaP) Terapi IVFD D5 ½ NS 15tpm

cateter

Inj. Ceftriaxone 2x500 mg

Inj. Antrain 2x400 mg

Inj. Ranitidin 2x1amp

Posisi lateralkiri

R/ insisi abses

Rawat luka

I.5 Diagnosis Kerja : Flank mass sinistra

I.6 Diagnosis Etiologi : Abses Muscularis

I.7 Diagnosis Komplikasi : Decubitus

I.8 Diagnosis Penyerta : Konstipasi

I.7 Penatalaksanaan

- Drainase abses

I.8 Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

BAB IV

26

Page 27: abses muscularis

PEMBAHASAN

Dari kasus di atas, An. S usia 12 tahun datang dengan keluhan terdapat

benjolan berair di pinggang kiri. Dari anamnesa didapatkan keluhan berupa

benjolan berair di pinggang sebelah kiri, air berwarna kecoklatan. Air kencing

pasien berwarna coklat seperti teh. Konstipasi selama 1 minggu. Nafsu makan

menurun makan sedikit, demam dan nyeri didaerah kostovetebra.

Kemudian pada riwayat penyakit dahulu, pasien pernah mengalami

trauma 2 minggu sebelum mengeluh keluhan ini. Hal ini bisa saja mengakibatkan

terjadi perdangan pada daerah tauma dan mengakibatkn infeksi pada daerah yang

terjadi truma karena di daerah berongga.

Berdasarkan pemeriksaan fisik pada status generalis didapatkan vital

sign didapatkan pasien mengalami demam 37,8° C hal ini menandakan terjadi

reaksi infeksi bakteri dalam tubuh pasien, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak

ikterik. Pada inspeksi regio CVA dan regio supra pubik didapatkan adanya

benjolan berair pada sebelah kiri dengan cairan berwarna coklat dan nyeri tekan

pada benjolan dan area sekitar benjolan, regio genitalia externa tidak ditemukan

bloody discharge.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pada darah rutin

didaptkan peningkatan trombosit, pemeriksaan urinalisis didapat peningkatan PH

urin, rotgen thorax didapatkan efusi pleura kanan, hasil USG didapatkan hasil

abses perirenal posterior sedangkan pada pemeriksaan BNO didapatkan hasil

27

Page 28: abses muscularis

dalam batas normal. Setelah dilakukan ct scan pada tanggal 12 maret 2015

didapatkan kesimpulan Muscular Abses (M. Obliqus kiri).

Abses bisa terjadi dimanapun dibagian tubuh dan bisa terjadi setelah suatu

luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis. Pada pasien ini abses

yang terbentuk terletak pada musculus di dinding abdomen yakni Musculus

Obliqus Externus sebelah kiri. Origo dari musculus ini adalah permukaan luar

costa 5-12 dengan insertio serabut superior di Vagina Musculi Recti abdominis

dan serabut inferior ligamentum inguinale, labium crista illiaca sedangkan

inervasinya pada n. Intercostalis 5-12, n. Illiohipogastricus, n. Illioinguinali.

Tatalaksana yang telah dilakukan adalah pemebrian antibiotik dan

analgetik untuk pengobatan secara simtomatik dan drainase untuk mengeluarkan

cairan abses.

28

Page 29: abses muscularis

BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan suatu kasus an. S yang berusia 12 tahun. Dari anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa abses

muscularis yaitu pada musculus obliqus sinistra. Untuk penanganan pada kasus ini

pasien dilakukan draines abses.

29

Page 30: abses muscularis

DAFTAR PUSTAKA

1. Col Rs Rai*, Col Sc Karan. Col Rs Rai*, Col Sc Karan. Mjafi, Vol. 63,

No. 3, 2007.

2. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13. jakarta : EGC.

1999.

3. Siregar, R,S. Atlas Berwarnt. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.

Jakarta:EGC,2004.

4. Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Medikal-Bedah Edisi 8

jakarta : EGC, 2001.

5. Dylan Tsukagoshi, Mb Bs; Bozanka Dinkovski. C J E M • J C M U July •

Juillet 2006; 8 (4).

30


Top Related