file · web viewberbau aromatik. bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. mudah...

34
BAB I PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3 TUGAS 1. Berilah masing-masing 2 contoh bahan kimia pada symbol berbahaya! Toxic (Sangat beracun), Kode T + : Arsen Triklorida, MercuryKlordia Corrosive (Korosif), Kode C : Belerang, Klorin Explosive (Bersifat mudah meledak), Kode E: Amonium Nitrat, Nitroselulosa Oxidizing (Pengoksidasi), Kode O : Hidrogen Peroksida, Kalsium Perklorat Flammable (Sangat mudah terbakar), Kode F: Benzoat, Aseton Harmful (Berbahaya), Kode Xn, Xi : Benzyl Alcohol, Amonia 2. Carilah MSDS (Material Safety Data Sheet) pada masing- masing bahan kimia yang anda sebutkan pada no.1! Harmfull (Berbahaya) : 1. Amonia (NH3) Amonia merupakan suatu bahan kimia berbentuk gas yang tidak berwarna namun berbau tajam. Bahan ini bersifat mengiritasi atau korosif terhadap jaringan terbuka. Menghirup uapnya dapat menyebabkan edema paru Nama Andreas Bimanda C. NIM 145100100111015 Kelas A Kelompo k A1

Upload: dinhdung

Post on 02-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

BAB I

PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3

TUGAS

1. Berilah masing-masing 2 contoh bahan kimia pada symbol berbahaya!

Toxic (Sangat beracun), Kode T+ : Arsen Triklorida, MercuryKlordia

Corrosive (Korosif), Kode C : Belerang, Klorin

Explosive (Bersifat mudah meledak), Kode E: Amonium Nitrat, Nitroselulosa

Oxidizing (Pengoksidasi), Kode O : Hidrogen Peroksida, Kalsium Perklorat

Flammable (Sangat mudah terbakar), Kode F: Benzoat, Aseton

Harmful (Berbahaya), Kode Xn, Xi : Benzyl Alcohol, Amonia

2. Carilah MSDS (Material Safety Data Sheet) pada masing-masing bahan kimia yang

anda sebutkan pada no.1!

Harmfull (Berbahaya) :

1. Amonia (NH3)

Amonia merupakan suatu bahan kimia berbentuk gas yang tidak berwarna

namun berbau tajam. Bahan ini bersifat mengiritasi atau korosif terhadap jaringan

terbuka. Menghirup uapnya dapat menyebabkan edema paru dan pneumonitis. Bahan

ini sedikit mudah terbakar. Amonia juga bersifat tidak stabil. Bahan ini dapat bereaksi

keras dengan fluor, klor, HCl, HBr, nitrosyl klorida, chromyl klorida, nitrogen

dioksida, trioxygen difluoride dan triklorida nitrogen(Sutresna,2007).

2. Benzyl Alkohol

Berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak mata (iritan), dari inhalasi.

Sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit (Permeator), menelan. Berbentuk cair, tak

berwarna dan berbau aromatik. Bahan ini bersifat stabil dan reaktif terhadap oksidator

dan asam(Parthasarati,2005).

Flammable(Sangat mudah terbakar) :

1. Benzoat

Senyawa kimia yang dapat menyebabkan iritasi apabila bersentuhan langsung

dengan kulit. Berbentuk padatan kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan

Nama Andreas Bimanda C.

NIM 145100100111015

Kelas A

Kelompok A1

Page 2: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

berbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada

suhu tinggi(Rahayu,2005).

2. Aseton

Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna dan mudah terbakar. Senyawa ini

dapat menyebabkan iritasi dan sedikit berbahaya apabila bersentuhan langsung dengan

kulit. Senyawa ini juga reaktif dengan oksidator, asam dan alkali(Pringgodigdo,2004).

Oxidizing (Pengoksidasi) :

1. Hidrogen peroksida

Senyawa berbentuk senyawa bening, sedikit kental dan merupakan oksidator

kuat. Dapat menyebabkan iritasi kulit dan inhlasi (sensitizer paru) apabila dihirup.

Senyawa ini reaktif terhadap pereduksi dan bersifat sedikit mudah

terbakar(H.Stem,2004)..

2. Kalsium Perklorat (KclO4)

Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi bila bersentuhan langsung dengan

kulit. Berbentuk kristal/padatan yang tak berwarna dan tak berbau. Senyawa ini dapat

mengalami dekomposisi yang berbahaya, reaktif pada kondisi shock atau jika terjadi

peningkatan suhu atau tekanan secara tiba-tiba(H.Stem,2004).

Explosive (bersifat mudah meledak) :

1. Amonium nitrat

Berbentuk kristal putih yang mudah larut dalam air dan bersifat mudah

meledak. Dapat menyebabkan iritasi, luka bakar dan gangguan bernafas. Bersifat

reaktif terhadap pereduksi, bahan mudah terbakar, bahan organik, logam dan

alkalis(Pringgodigdo,2004).

2. Nitroselulosa

Senyawa ini merupakan bahan baku dari bahan peledak. Berbentuk padat dan

mudah terbakar. Senyawa ini daat menyebabkan iritasi kulit dan iritasi saluran

pernafasan. Dapat dengan mudah meledak apabila terkena ppanas, kejutan dan

gesekan(A.Tracton,2005).

Page 3: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

Corrosive (Korosif) :

1. Belerang

Berbentuk padatan berwarna kuning tidak berbau dan tidak berasa. Bersifat

korosif dan dapat menyebabkan iritasi mata. Senyawa ini juga mudah

terbakar(Salirawati,2008).

2. Klorin

Berbentuk gas kuning kehijauan, bersifat korosif dan beracun. Dapat

menyebabkan iritasi mata dan kulit serta kerusakan lingkungan. Senyawa ini dapat

menghasilkan gas beracun apabila bereaksi dengan asam(Rahayu,2005).

Toxic (Sangat Beracun) :

1. Arsen Triklorida

Senyawa ini sangat berbahaya apabila tertelan. Berbentuk padat, tak berbau

dan tak berwarna. Bersifat reaktif dengan oksidator, asam dan kelembaban serta

bersifat sedikit mudah terbakar pada suhu tinggi(Clarkson,2008).

2. Mercury Klorida

Senyawa ini sangat berbahaya apabila tertelan, dapat menyebabkan iritasi kulit

dan mata. Berbentuk padatan putih tak berbau. Mudah larut dalam air, metanol dan

dietil eter. Reaktif terhadap oksidator, logam, asam dan alkali(Clarkson,2008).

3. Apa fungsi lemari asam dalam laboratorium kimia?

Lemari asam (Fume Hood) adalah salah satu alat keselamatan kerja didalam

laboratorium kimia. Lemari asam berfungsi untuk mencegah agar gas-gas yang

dikeluarkan dari bahan kimia yang tergolong asam/basa kuat tidak membahayakan

orang atau praktisi laboratorium yang sedang bekerja. Bahaya bahan kimia yang

bersifat asam/basa kuat tersebut dapat menyebabkan iritasi atau terbakarnya kulit dan

gangguan pernafasan yang disebabkan gas beracun yang dihasilkan bahan kimia

tersebut. Bahan kimia yang dapat merusak kulit seperti Asam Sulfat (H2SO4), Asam

Chlorida (HCl), Asam Nitrate (HNO3) dan masih banyak lagi bahan kimia lainnya

yang berbahaya. Bahan kimia tersebut selain dapat merusak kulit juga dapat

menghasilkan gas beracun yang dapat mengganggu pernafasan atau bisa juga

keracunan yang akhirnya bisa menyebabkan kematian. (Clarkson,2008).

Page 4: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

BAB II

PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN

TUJUAN:

Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu

Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu

A. PRE-LAB

1. Jelaskan perbedaan molaritas, molalitas dan normalitas?

Molaritas adalah satuan konsentrasi yang banyak dipergunakan, dan didefinisikan sebagai

banyak mol zat terlarut dalam 1 liter (1000 mL) larutan. Hampir seluruh perhitungan kimia

larutan menggunakan satuan ini. Di dalam laboratorium kimia sering kita jumpai satuan

molaritas misalnya larutan HNO3 3M. Dalam botol tersebut terkandung 3 mol HNO3 dalam

1 Liter larutan (Salirawati, 2008).

Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang terdapat

didalam 1000 gram pelarut. Molalitas diberi lambang dengan huruf m. Sebagai contoh

didalam botol di laboratorium tertera label bertuliskan 0.5 m CuSO4, hal ini berarti didalam

larutan terdapat 0.5 mol CuSO4 dalam 1000 gram pelarut. Penggunaan satuan konsentrasi

molalitas, ketika kita mempelajari sifat- sifat zat yang ditentukan oleh jumlah partikel

misalnya kenaikan titik didih atau penurunan titik beku larutan (Salirawati, 2008).

Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah

memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas

didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara sederhana

gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan (Salirawati, 2008).

2. Jelaskan perbedaan satuan konsentrasi dalam molar (M), normal (N), %(b/v), %(v/v), %

(b/b), ppm,dan ppb !

Molar adalah banyaknya jumlah zat terlarut tiap 1000 gram zat pelarut.

Normalitas adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap larutan.

%volum menyatakan jumlah ml volume / berat zat terlarut dalam 100 ml larutan.

%berat menyatakan jumlah gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Bagian per sejuta (part per million) menyatakan jumlah gram berat zat yang terlarut dalam

volume atau berat total larutan.

Bagian per miliar (part per billion) menyatakan jumlah mikro gram berat zat yang terlarut

dalm volume atau berat total larutan.

(Herning, 2011)

Page 5: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

3. Jelaskan perbedaan pengenceran larutan HCl dan H2SO4 dari larutan pekatnya!

Untuk melakukan pengencerkan HCl dari larutan pekatnya dilakukan dengan cara

menambahkan air ke dalam larutan pekat HCl, sebaliknya untuk pengenceran H2SO4 dari

larutan pekatnya dilakukan dengan cara menambahkan larutan pekat H2SO4 ke dalam air

(Sutresna, 2007).

Page 6: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan sifat larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat

yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat

bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan

yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan

larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat

terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut

(Sutresna, 2007). Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain

air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,

minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan

(Salirawati, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut,

efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain

(Pringgodigdo, 2004).

Sifat :

Tidak ada bidang batas antar komponen – kompone penyusunnya.

Antara partikel solven (pelarut) dan solut (terlarut) tidak dapat dibedakan.

komponen yang paling banyak dianggap sebagai pelarut. Jika larutan

berbentuk cair, maka air yang dianggap sebagai pelarut.

komposisi di seluruh bagian adalah sama .

Pengertian konsentrasi dan perhitungan dalam konsep larutan

Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut,

dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume

tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu

fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa

dan persen volume (Rahayu, 2004).

X = mol zat terlarut (mol)

mol zat terlarut (mol )+mol pelarut (mol)

M = mol zat terlarut (mol )Volume larutan(L)

Keterangan :X : Fraksi molM : MolaritasN : Normalitasm : Molalitasppm : Part per million

Page 7: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

m = mol zat terlarut (mol )

Berat pelarur (kg)

N = mol zat terlarut xekivalen (eq)

Volume laru tan (L)

ppm = berat zat terlarut (mg)

volume larutan(L) atau ppm = berat zat terlarut (mg)

berat larutan(kg)

Aplikasi larutan dalam teknologi pertanian

Pembuatan campuran pupuk

Pengawetan dan pemrosesan bahan pangan

Pengaturan pH dalam pemrosesan hasil pertanian (Herning, 2011).

Page 8: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

B. DIAGRAM ALIR

1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M

Dihitung konsentrasi larutan yang akan dibuat

NaCl ditimbang dengan timbangan analitik

Diletakan dalam beaker glass

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur ukuran 100mL

Ditambah hingga tanda batas

Dihomogenkan

NaCl 0,585 gram

Aquades secukupnya

Aquades

Hasil

Page 9: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

NaCl ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik

Diletakan dalam beaker glass

Dilarutkan

Dipindahkan ke dalam labu ukur ukuran 100mL

Ditambahkan hingga tanda batas

Dihomogenisasi

NaCl 10 mg

Aquades secukupnya

Aquades

Hasil

Page 10: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)

Dihitung volume etanol dengan rumus pengenceran

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL

Ditimbahkan hingga tanda batas

Dihomogenisasi

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

Ditimbang sebanyak 5 gram

Diletakan dalam beaker glass

Diaduk hingga larut

Dipindahkan ke dalam labu takar ukuran 100mL

Ditambahkan hingga tanda batas

Etanol 96%

Aquades

Hasil

Gula

Aquades secukupnya

Hasil

Hasil

Page 11: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

Perhitungan konsentrasi HCl 32% dan volume yang dibutuhkan

Dihitung volume HCl yang akan diambil dengan rumus pengenceran

Diletakan dalam labu ukur yang berukuran 100ml

Ditambahkan hingga tanda batas

Dikocok hingga homogen

Konsentrasi 32% dalam (M)

Larutan HCl 32%

Aquades

Hasil

Page 12: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

C. DATA HASIL PRAKTIKUM

Larutan KonsentrasiSolute (zat terlarut) /

satuan (g/ml)

Solven (pelarut) / satuan

(g/ml)

NaCl0,1 M 0,585 gram 100 ml

100 ppm 0,014 gram 100 ml

Etanol 20% (v/v) 20,83 ml 79 ml

Gula 5% (b/v) 5,0031 gram 100 ml

HCl 0,1 M 0,96 ml 9,04 ml

D. PEMBAHASAN

1. Hal apakah yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan dari padatan dan cairan

(larutan pekat), sebutkan dan jelaskan !

Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan larutan yang pertama adalah sifat dari

bahan-bahan yang akan digunaka, dalam hal ini harus melihat MSDS dari setiap

bahan. Penghitungan konsentrasi, ppm, %volume, dan %berat haruslah tepat dan

cermat karena apabila terjadi kesalah kecil saja dapat menyebabkan praktikum gagal

dan harus diulangi kembali lagi.

2. Jelaskan langkah-langkah pembuatan larutan NaCl 10 M dan 100 ppm dari kristal

padat NaCl! Jelaskan langkah kerja pengenceran larutan tersebut menjadi 1 M !

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan dalam

percobaan pembuatan larutan NaCl 10 M dan pembuatan larutan NaCl 100 ppm

dengan menggunakan rumus molaritas dan ppm.

M = g

MrL

ppm = berat zat terlarut (mg)

volume larutan(L)

10 = g

58,50,1 L

100 = be rat zat terlarut (mg )0,1 L

g = 58,5 gram g = 10 mg

2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang

telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai

Page 13: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

massa 58,5 gram untuk larutan NaCl 10 M dan 10 mg untuk larutan NaCl 100

ppm.

3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan

menuangkannya ke dalam gelas beker.

4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.

5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan pengaduk

hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.

6. Menuangkan larutan NaCl 10 M dan larutan NaCl 100 ppm ke dalam labu ukur

masing-masing larutan.

7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan

menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda

batas, yaitu tepat 100 ml.

8. Menutup labu ukur dengan penutup.

9. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 10 M di dalam labu ukur dengan proses

homogenisasi sebanyak 12 kali. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

di dalam labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.

10. Hasil 100 ml larutan NaCl 10 M dan 100 ml larutan NaCl 100 ppm.

Langkah kerja pengenceran 100 ml larutan NaCl 10 M menjadi 1 M.

1. Menghitung terlebih dahulu volume kedua menggunakan rumus pelarutan.

M1V1 = M2V2

10*100 = 1*V2

V2 = 1000 ml

2. Menuang 100 ml larutan NaCl 10 M ke dalam gelas beker 1000 ml.

3. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.

4. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan pengaduk.

5. Menuangkan larutan NaCl 1 M dalam labu ukur 1000 ml.

6. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan

menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda

batas, yaitu tepat 1000 ml.

7. Menutup labu ukur dengan penutup.

8. Menghomogenkan 1000 ml larutan NaCl 1 M di dalam labu ukur dengan proses

homogenisasi sebanyak 12 kali.

9. Hasil 1000 ml larutan NaCl 1 M.

Page 14: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

Langkah kerja pengenceran 100 ml larutan NaCl 100 ppm menjadi 1 M.

1. Menghitung terlebih dahulu konsentrasi 100 ml larutan NaCl 100 ppm.

100 = berat zat terlarut (mg)0,1 L

g = 10 mg

M = 0,01 mg

58,50,1

M = 0,001

2. Menghitung volume kedua menggunakan rumus pelarutan.

M1V1 = M2V2

0,001*100 = 1*V2

V2 = 0,1 ml

3. Mengurangi volume larutan hingga mencapa 0,1 ml.

4. Menutup labu ukur dengan penutup.

5. Menghomogenkan 0,1 ml larutan NaCl 1 M di dalam labu ukur dengan proses

homogenisasi sebanyak 12 kali.

6. Hasil 0,1 ml larutan NaCl 1 M.

3. Jelaskan cara pembuatan larutan 100 ml HCl 0,1 M dari larutan HCl pekat 37% !

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume HCl 37% yang akan diencerkan dalam

percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37% dengan

menggunakan rumus konsentrasi dan pengenceran larutan.

M1 = % x 10 x ƿ

Mr

M1 = 37% x10 x1,19

36,5

M1 = 12,06

M1V1 = M2V2

12,06*V1 = 0,1*100

V1 = 0,1 x 100

12,06 = 0,82 ml

Page 15: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

2. Mengambil HCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes 1 ml dan

memasukkannya ke dalam labu ukur.

3. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur hingga mencapai 100

ml dengan tetap memperhatikan meniskus bawah.

4. Menutup labu ukur dengan penutup.

5. Menghomogenkan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37% di dalam labu ukur

dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.

6. Hasil 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 37%.

4. Jelaskan cara pembuatan larutan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dari krital garam NaCl !

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan dalam

percobaan pembuatan 50 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus part

per million (ppm).

ppm = berat zat terlarut (mg)L

100 = mg

0,05

berat = 5 mg

2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang telah

ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai massa 5

gram.

3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan

menuangkannya ke dalam gelas beker.

4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.

5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan pengaduk

hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.

6. Menuangkan larutan NaCl 100 ppm ke dalam labu ukur.

7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan

menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah mencapai tanda

batas, yaitu tepat 50 ml.

8. Menutup labu ukur dengan penutup.

9. Menghomogenkan 50 ml larutan NaCl 100 ppm di dalam labu ukur dengan proses

homogenisasi sebanyak 12 kali.

10. Hasil 50 ml larutan NaCl 100 ppm.

5. Jelaskan cara pembuatan larutan gula 10% (b/v) !

Page 16: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa gula yang akan dipergunakan dalam

percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) dengan menggunakan %berat.

%berat = berat zat terlarut (gram)

100mlx100 %

10% = berat zat terlarut ( gram )

100 mlx100 %

Berat zat terlarut = 10 gram

2. Mengambil gula sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang telah

ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai massa 10

gram.

3. Mengambil gula di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan menuangkannya

ke dalam gelas beker.

4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.

5. Mengaduk larutan campuran aquades dan gula dengan menggunakan pengaduk hingga

gula larut, tidak terlihat oleh mata dan warna larutan berubah menjadi kuning

kecoklatan

6. Menuangkan larutan gula 10% ke dalam labu ukur.

7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur dengan

menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus atas mencapai tanda batas,

yaitu tepat 100 ml.

8. Menutup labu ukur dengan penutup.

9. Menghomogenkan 100 ml larutan gula 10% di dalam labu ukur dengan proses

homogenisasi sebanyak 12 kali.

10. Hasil 100 ml larutan gula 10% (b/v).

ANALISA PROSEDUR

1. ALAT DAN BAHAN

Nama Alat dan Bahan Keterangan

Pipet ukur 1 ml & 10 ml

Pipet ini memiliki skala, digunakan untuk mengambil

larutan dengan volume tertentu. Gunakan bulb atau

karet penghisap untuk menyedot larutan, jangan

dihisap dengan mulut.

Pipet tetes Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca

Page 17: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung

atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil

cairan dalam skala tetesan kecil.

Gelas beker 100 ml & 250 ml

Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat

skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan

untuk tempat larutan dan dapat juga untuk

memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan

solven/pelarut atau untuk memekatkan.

Bulb Bulb digunakan untuk menghisap larutan.

Penggunanya di pasang di ujung pipet ukur.

Pengaduk gelas Digunakan untuk mengaduk larutan, campuran, atau

mendekantir (memisahkan larutan dari padatan).

Labu ukur/Labu takar 100 ml

Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam

bentuk cair pada proses preparasi larutan dan juga

menghomogenkan larutan Alat ini tersedia berbagai

macam ukuran.

Gelas Arloji Digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat

menimbang, mengeringkan bahan, dll.

Timbangan Analitik Digunakan untuk menimbang massa suatu zat dengan

ketelitian mencapai empat angka dibelakang koma.

SpatulaDigunakan untuk mengambil bahan padat atau

serbuk.

Aquades Digunakan untuk mengencerkan atau melarutkan

bahan, baik padat maupun cairan.

Gula Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan

gula 12% (v/v).

Garam dapur

(NaCl)Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan

NaCl 0,1 M dan 100 ml larutan NaCl 100 ppm.

Etanol 96% Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan

etanol 20% (v/v).

HCl 32% Bahan untuk percobaan pembuatan 100 ml larutan

HCl 0,1 dari larutan HCl 32%.

2. LANGKAH KERJA

Page 18: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan

dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M dengan menggunakan

rumus molaritas.

M = g

MrL

0,1 = g

58,50,1

g = 0,585 gram

2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang

telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai

massa 0,585 gram.

3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan

menuangkannya ke dalam gelas beker.

4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.

5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan

pengaduk hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.

6. Menuangkan larutan NaCl 0,1 M ke dalam labu ukur.

7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur

dengan menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah

mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml.

8. Menutup labu ukur dengan penutup.

9. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 0,1 M di dalam labu ukur dengan

proses homogenisasi sebanyak 12 kali.

10. Hasil 100 ml larutan NaCl 0,1 M.

2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa NaCl yang akan dipergunakan

dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan

menggunakan rumus part per million (ppm).

ppm = berat zat terlarut (mg)

L

Page 19: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

100 = mg0,1

berat = 0,01 mg

2. Mengambil NaCl sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang

telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai

massa 0,01 gram.

3. Mengambil NaCl di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan

menuangkannya ke dalam gelas beker.

4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.

5. Mengaduk larutan campuran aquades dan NaCl dengan menggunakan

pengaduk hingga NaCl larut dan tidak terlihat oleh mata.

6. Menuangkan larutan NaCl 100 ppm ke dalam labu ukur.

7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur

dengan menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus bawah

mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml.

8. Menutup labu ukur dengan penutup.

9. Menghomogenkan 100 ml larutan NaCl 100 ppm di dalam labu ukur dengan

proses homogenisasi sebanyak 12 kali.

10. Hasil 100 ml larutan NaCl 100 ppm.

3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume etanol 96% yang akan diencerkan

dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v) dengan

menggunakan rumus pengenceran larutan.

M1V1 = M2V2

96*V1 = 20*100

V1 = 20∗100

96 = 20,83 ml

2. Mengambil etanol sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet ukur 10 ml

sebanyak dua kali dan memasukkannya ke dalam labu ukur. Pada saat

memasukkan, pipet yang berisi etanol harus menyentuh dinding labu ukur,

agar etanol mengalir dan tidak menetes.

3. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur hingga

mencapai 100 ml dengan tetap memperhatikan meniskus bawah.

4. Menutup labu ukur dengan penutup.

Page 20: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

5. Menghomogenkan 100 ml larutan etanol 20% M di dalam labu ukur dengan

proses homogenisasi sebanyak 12 kali.

6. Hasil 100 ml larutan etanol 20%.

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah massa gula yang akan dipergunakan

dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) dengan

menggunakan %berat.

%berat = berat zat terlarut (gram)

100mlx100 %

5% = berat zat terlarut (gram)100ml

x100 %

Berat zat terlarut = 5 gram

2. Mengambil gula sedikit demi sedikit dan menaruhnya di atas gelas arloji yang

telah ada di dalam timbangan analitik sambil menimbangnya hingga mencapai

massa 5,0083 gram.

3. Mengambil gula di atas gelas arloji dari dalam timbangan analitik dan

menuangkannya ke dalam gelas beker.

4. Menuangkan aquades ke dalam gelas beker secukupnya.

5. Mengaduk larutan campuran aquades dan gula dengan menggunakan pengaduk

hingga gula larut, tidak terlihat oleh mata dan warna larutan berubah menjadi

kuning kecoklatan

6. Menuangkan larutan gula 5% ke dalam labu ukur.

7. Menambahkan kembali aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur

dengan menggunakan pipet ukur dan pipet tetes hingga meniskus atas

mencapai tanda batas, yaitu tepat 100 ml.

8. Menutup labu ukur dengan penutup.

9. Menghomogenkan 100 ml larutan gula 5% di dalam labu ukur dengan proses

homogenisasi sebanyak 12 kali.

10. Hasil 100 ml larutan gula 5% (b/v).

5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

Page 21: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

1. Menghitung terlebih dahulu jumlah volume HCl 32% yang akan diencerkan

dalam percobaan pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

dengan menggunakan rumus konsentrasi dan pengenceran larutan.

M1 = % x 10 x ƿ

Mr

M1 = 32% x10 x1,19

36,5

M1 = 10,43

M1V1 = M2V2

10,43*V1 = 0,1*100

V1 = 0,1 x 100

10,43 = 0,96 ml

2. Mengambil HCl sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes 1 ml

dan memasukkannya ke dalam labu ukur.

3. Menambahkan aquades sedikit demi sedikit ke dalam labu ukur hingga

mencapai 100 ml dengan tetap memperhatikan meniskus bawah.

4. Menutup labu ukur dengan penutup.

5. Menghomogenkan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% di dalam

labu ukur dengan proses homogenisasi sebanyak 12 kali.

6. Hasil 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%.

3. TUJUAN PERLAKUAN

1. Mengecek semua kelengkapan alat, cara prosedur dan MSDS agar praktikum dapat

berjalan sesuai prosedur dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

2. Menghitung konsentrasi, ppm, atau persen berat maupun volume sangatlah penting

agar mendapat hasil yang diinginkan karena kesalahan sedikit saja dapat

mempengaruhi keseleruhan hasil praktikum.

3. Dalam menghitung massa suatu zat menggunakan timbangan analitik, Saat

menimbang haruslah sedikit demi sedikit, kaca penutup haruslah selalu tertutup

karena debu dapat mempengaruhi penghitungan massa zat.

4. Saat memasukkan etanol maupun HCl ke dalam labu ukur, pipet haruslah dalam

posisi miring menyentuh dinding labu ukur supaya tidak menetes karena dapat

menyebabkan ledakan

ANALISA HASIL

1. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M

Page 22: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

Percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 0,1 M dengan menggunakan rumus

konsentrasi atau molaritas.

M = g

MrL

0,1 = g

58,50,1

g = 0,585 gram (Oxtoby, 2004)

2. Pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm

Percobaan pembuatan 100 ml larutan NaCl 100 ppm dengan menggunakan rumus part

per million atau bagian per sejuta.

ppm = berat zat terlarut (mg )L

100 = mg0,1

mg = 0,01 gram (Sunarya, 2010)

3. Pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v)

Percobaan pembuatan 100 ml larutan etanol 20% (v/v) dengan menggunakan rumus

pengenceran larutan.

M1V1 = M2V2

96*V1 = 20*100

V1 = 20∗100

96 = 20,83 ml (Komarudin, 2010)

4. Pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v)

Percobaan pembuatan 100 ml larutan gula 5% (b/v) dengan menggunakan rumus

%berat.

%berat = berat zat terlarut (gram)

100mlx100 %

5% = berat zat terlarut ( gram )

100 mlx100%

Page 23: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

Berat zat terlarut = 5 gram (Rahayu, 200)

5. Pembuatan 100 ml larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32%

M1 = % x 10 x ƿ

Mr

M1 = 32% x10 x1,19

36,5

M1 = 10,43

M1V1 = M2V2

10,43*V1 = 0,1*100

V1 = 0,1 x 100

10,43 = 0,96 ml (Rahayu, 2005)

KESIMPULAN

Setelah melakukan pengamatan dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat diambil

beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Dalam melakukan praktikum haruslah sesuai prosedur dan budaya K3

2. Memperhatikan MSDS dari setiap bahan yang digunakan dalam praktikum.

3. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml

larutan NaCl 0,1 M dengan 0,5 gr NaCl.

4. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml

larutan NaCl 100 M dibutuhkan 0,01 gr NaCl.

5. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml

larutan etanol 20% (v/v) dibutuhkan 20,83 ml => 21 ml etanol 96%.

6. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml

larutan gula 5% (b/v) dibutuhkan 5 gr gula.

7. Sesuai dengan prinsip dan langkah yang ditetapkan untuk membuat larutan dengan prinsip 100 ml

larutan HCl 0,1 M dari larutan HCl 32% dibutuhkan 0,8 ml larutan HCl 32%.

Page 24: file · Web viewberbau aromatik. Bahan ini stabil dan reaktif terhadap oksidator. Mudah terbakar pada suhu tinggi(Rahayu,2005). 2. Aseton. Senyawa ini berbentuk cairan, tak berwarna

DAFTAR PUSTAKA

A.Tracton, Arthur. 2005. Coatings Technology Handbook. USA: CRC Press LLC.

Clarkson, Thomas W. 2008. Advances in Mercury Toxicology. New York: Plenum Press.

Herning, F Geofrey, dkk. 2011. Kimia Dasar Prinsip – Prinsip dan Aplikasi Modern.

Jakarta:Erlangga.

H.Stem, Kurt. 2004. High Temperature Properties. USA:CRC Press LLC.

Oxtoby, David W. 2004. Prisnip-2 Kimia Modern/1 Ed.4. Jakarta: Erlangga.

Komarudin, Omang. 2010. Ringkasan Lengkap Kimia. Jakarta: Cmedia.

Parthasarati, G., Nyfort, K., dan C. Nahata, Milap. 2005. A Text Book of Clinical Pharmacy

Practice: Essential Concepts and Kills. New Delhi: Orient Longman Private Limited

Pringgodigdo. 2004. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS

Salirawati, Das. 2008. KIMIA. Bandung: Grafindo Media Pratama

Sunarya, Yayan. 2010. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Grafindo Media

Pratama.

Sutresna, Nana. 2007. KIMIA. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Rahayu, Imam. 2005. KIMIA. Jakarta: Visindo Media Persada.

Tanggal Nilai Paraf

Asisten