disfungsi endot 2014

Upload: alwi-shahab

Post on 26-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    1/30

    Tinjauan Pustaka :

    Disfungsi Endotelpada

    Diabetes Melitus

    OLEH

    Alwi Shahab

    Subbagian Endokrinologi MetabolismeBagian Ilmu Penyakit Dalam

    FK Universitas SriwijayaRSUP Dr.Mohammad Hoesin

    Palembang

    2014

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    2/30

    Daftar Isi : Halaman

    I. Pendahuluan ........................................................................................................ 3

    II. Disfungsi sel endotel ........................................................................................... 4

    A. Fungsi sel endotel normal ...................................................................... 4

    1. Nitrat oksida : mediator kunci dari sel endotel............................. 7

    2. Cara mengetahui vasodilatasi yang dimediasi oleh NO............... 8

    3. Angiotensin II (ANG-II)............................................................... 9

    4. Sel Endotel sebagai regulator hemostasis....................................11

    5. Sel endotel sebagai mediator pertumbuhan sel otot polos

    pembuluh darah dan proses inflamasi........................................ 13

    B. Disfungsi endotel ................................................................................ 14

    III. Disfungsi endotel dan Diabetes Melitus .......................................................... 16

    A. Efek insulin terhadap pembuluh darah ................................................ 17

    B. Disfungsi endotel pada DM tipe 1........................................................ 17

    C. Disfungsi endotel pada DM tipe 2........................................................ 18

    1. Disfungsi endotel dan resistensi insulin...................................... 18

    2. Disfungsi endotel, disfibrinolisis dan resistensi insulin.............. 20

    3. Dasar2 seluler dan molekuler dari disfungsi endotel pada

    DM tipe 2.................................................................................... 20

    IV. Terapi Disfungsi Endotel pada DM................................................................ 24

    A. Insulin sensitizers................................................................................. 24

    B. ACE inhibitors ..................................................................................... 25

    C. Obat-obat hipolipidemik....................................................................... 26

    D. Suplementasi Arginine dan antioksidan............................................... 27

    E. Terapi Suli Hormonal .......................................................................... 27

    V. Simpulan ........................................................................................................ 28

    VI.Daftar Pustaka ............................................................................................... 29

    2

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    3/30

    I. Pendahuluan

    Penyebab kematian dan kesakitan yang utama pada penderita diabetes (baik

    DM tipe 1 maupun DM tipe 2) adalah penyakit pembuluh darah. Penyulit

    mikrovaskuler merupakan penyebab terjadinya retinopati, neuropati dan nefropati,

    sedangkan makroangiopati pada diabetes bermanifestasi sebagai aterosklerosis dini

    yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan otak). Penyebab aterosklerosis

    pada penderita DM tipe 2 bersifat multifaktorial yang melibatkan interaksi kompleks

    dari berbagai keadaan seperti hiperglikemi, hiperlipidemi, stres oksidatif, penuaan

    dini, hiperinsulinemi dan/atau hiperproinsulinemi serta perubahan-perubahan dalam

    proses koagulasi dan fibrinolisis. Hipotesis terbaru mengatakan bahwa awal

    terjadinya lesi aterosklerosis yaitu berupa adanya perubahan-perubahan fungsi sel

    endotel.Disfungsi endotel dapat terjadi baik pada penderita DM tipe 2 dan juga pada

    penderita DM tipe 1 terutama bila telah terjadi manifestasi klinis mikroalbuminuria.

    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa disfungsi endotel juga dapat terjadi pada

    individu dengan resistensi insulin (pasien obese)atau yang mempunyai risiko tinggi

    untuk menderita DM tipe 2 (toleransi glukosa terganggu) dan penderita diabetes

    gestasi.

    3

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    4/30

    II. Disfungsi sel endotel

    A. Fungsi sel endotel normal

    Sel endotel melapisi bagian dalam lumen dari seluruh pembuluh darah dan

    berperan sebagai penghubung antara sirkulasi darah dan sel-sel otot polos pembuluh

    darah. Disamping berperan sebagai sawar fisik antara darah dan jaringan, sel endotel

    memfasilitasi berbagai fungsi yang kompleks dari sel otot polos pembuluh darah dan

    sel-sel didalam kompartemen darah.

    Gambar 1.Mikroanatomi dari pembuluh darah kapiler.

    Keterangan gambar :

    Sel endotel (EC) melapisi pembuluh darah diseluruh tubuh, berinteraksi langsung dengan sel-

    sel otot polos pembuluh darah (VSMC) dan sel-sel darah serta komponen plasma. Melalui

    berbagai mediator kimiawi, sel endotel berfungsi sebagai regulator dari sel-sel otot polos

    pembuluh darah dan berperan penting dalam mempertahankan homeostasis dan kekentalan

    darah. IEL = lamina elastis interna.

    4

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    5/30

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel endotel memegang peran penting dalam

    proses homeostasis yang terjadi melalui integrasi berbagai mediator kimiawi. Sistem

    ini mempunyai efek baik terhadap sel-sel otot polos pembuluh darah maupun sel-sel

    darah sehingga dapat menimbulkan berbagai perubahan antara lain :

    1. Vasodilatasi atau vasokonstriksi untuk mengatur kebutuhan suplai darah bagi

    seluruh organ tubuh manusia.

    2. Pertumbuhan dan atau perubahan-perubahan karakteristik penotif dari sel-sel

    otot polos pembuluh darah.

    3. Perubahan-perubahan proinflamasi atau antiinflamasi.

    4. Mempertahankan kekentalan darah dan mencegah perdarahan.

    5

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    6/30

    Tabel 1. Fungsi sel endotel

    6

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    7/30

    1. Nitrat oksida : mediator kunci dari sel endotel.

    Selama beberapa dekade , telah terbukti bahwa nitrat oksida tidak hanya berperan

    dalam mengontrol tonus vasomotor melainkan juga berperan dalam homeostasis

    pembuluh darah dan syaraf serta proses imunologik. Nitrat oksida endogen diproduksi

    melalui perubahan asam amino L-arginine menjadi L-citrulline oleh enzim NO-

    synthase (NOS). Saat ini beberapa isoform dari NOS telah berhasil dipurifikasi dan

    diklon sebagai : NOS-type I (yang diisolasi dari otak= neuronal NOS-type I) dan

    NOS-type III (yang diisolasi dari sel endotel= endothelial NOS-type III) yang disebut

    juga constitutive-NOS (cNOS). Kedua isoform ini diatur oleh Ca+2-calmodulin dan

    NADPH, fl avin adenine dinucleot ide /mononuc leot ide (FAD/FMN), dan

    tetrahydrobiopterin (HB4) sebagai kofaktor. Neuronal-NOS type I berperan penting

    dalam proses transmisi syaraf, kontrol homeostasis pembuluh darah dan dalam proses

    pembelajaran dan memori. Didalam sistem syaraf tepi, NOS berhubungan dengan

    jalur syaraf nonadrenergic noncholinergic (NANC).

    Endothelial-NOS (eNOS type III) berperan penting dalam mengontrol tonus

    pembuluh darah sebagai respons terhadap berbagai rangsangan, seperti rangsangan

    mekanik (shear stress), receptor dependent (asetil kholin) dan reseptor independen

    (calcium ionophore).29

    Nitrat Oksida yang dihasilkan oleh NOS type III didalam endotel akan berdiffusi

    kedalam otot polos pembuluh darah yang akan mengaktifkan enzim guanylate

    cyclase. Bersamaan dengan peningkatan cyclic GMP, akan terjadi relaksasi dari otot

    7

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    8/30

    polos pembuluh darah. Jadi hasil akhir dari peningkatan Nitrat Oksida akan terjadi

    vasodilatasi.

    Gambar 2. Sel endotel sebagai regulator dari sel-sel otot polos pembuluh darah

    Sel endotel memproduksi nitrat oksida (NO) yang akan berdiffusi kedalam sel-sel otot

    polos pembuluh darah dan mengaktivasi enzim guanylate cyclase yang memproduksi

    cyclic GMP. Cyclic GMP akan merangsang relaksasi otot sehingga akan terjadi

    vasodilatasi. NOS type III juga berperan dalam pencegahan aggregasi platelet yang

    abnormal. NOS type II dan IV (yang diisolasi dari makrofag) bersifat independen

    terhadap Ca++-calmodulin dan disebut juga "inducible-NOS", karena aktivasinya

    hanya terjadi pada saat makrofag menimbulkan efek sitotoksik sebagai respons

    terhadap sitokin (misal dalam keadaan sepsis).

    2. Cara mengetahui vasodilatasi yang dimediasi oleh NO.

    Vasodilatasi karena NO dapat dibuktikan dengan mengetahui respons vasodilatasi

    terhadap infus suatu senyawaan (misalnya asetilkholin atau metakholin), dimana

    8

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    9/30

    senyawaan ini akan meningkatkan sintesis dan pelepasan NO dari suatu reseptor yang

    bersifat calcium dependent atau respons terhadap hiperemia reaktif yang merangsang

    produksi NO akibat adanya shear stress.

    Respons ini dibandingkan dengan vasodilatasi yang dipicu oleh senyawaan kimia

    spesifik yang langsung bekerja pada sel-sel otot polos pembuluh darah (seperti

    sodium nitroprusside). Perbedaan vasodilatasi yang diobservasi antara kedua kondisi

    diatas dapat dianggap sebagai vasodilatasi yang berasal dari endotel (endothelium-

    dependent vasodilation). Selain itu, beberapa inhibitor spesifik dari NOS [seperti

    nitro-L-arginine (L-NNA)] telah digunakan untuk mengukur fungsi sel endotel in

    vivo.

    3. Angiotensin II (ANG-II).

    Sel endotel juga memproduksi mediator-mediator yang merangsang vasokonstriksi,

    yaitu endothelin, prostaglandin dan angiotensin II serta mengatur tonus pembuluh

    darah dengan cara mempertahankan keseimbangan antara vasodilatasi (produksi NO)

    dan vasokonstriksi (pembentukan angiotensin II), Angiotensin II diproduksi oleh sel

    endotel pada jaringan lokal. Enzim yang mengatur produksi angiotensin II adalah

    angiotensin converting enzyme (ACE). Enzim ini bersifat proteolitik, disintesis oleh

    sel endotel , diekspresikan pada permukaan sel endotel dan mempunyai aktivitas

    dibawah pengaruh angiotensin I. Angiotensin I diproduksi melalui pemecahan dari

    suatu makromolekul prekursor (angiotensinogen) dibawah pengaruh renin, suatu

    enzim proteolitik yang dihasilkan oleh ginjal. Angiotensin II berikatan dan mengatur

    tonus otot polos pembuluh darah melalui reseptor angiotensin yang spesifik.

    Tergantung dari reseptor yang diaktivasi, ANG-II dapat memberi efek regulasi

    9

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    10/30

    terhadap berbagai aktivitas fungsional otot polos pembuluh darah, termasuk kontraksi

    (vasokonstriksi), pertumbuhan, proliferasi dan differensiasi. Secara keseluruhan ,

    kerja dari ANG-II berlawanan dengan kerja Nitrat Oksida (NO).

    Sebagaimana diterangkan sebelumnya, bahwa NO merupakan produk dari enzim

    NOS sebagai respons terhadap pengaruh aktivator dan inhibitor spesifik. Produksi

    NOS juga diatur oleh konsentrasi lokal dari bradykinin. Bradykinin merupakan suatu

    peptida yang bekerja dengan reseptor b2 pada permukaan membran sel endotel untuk

    meningkatkan produksi NO melalui aktivasi NOS. Konsentrasi lokal dari bradykinin

    diatur oleh aktivitas ACE, dimana ACE memecah bradykinin menjadi peptida yang

    inaktif. Kadar ACE yang tinggi akan menghambat aktivitas NO , tidak hanya karena

    peningkatan produksi ANG-II, tetapi juga karena penurunan konsentrasi bradykinin.

    Suatu model pengaturan tonus pembuluh darah ( dan regulasi lumen pembuluh darah

    dimana ACE memegang peranan penting, telah dikemukakan dalam beberapa tahun

    terakhir (gambar 3) Model ini memprediksi aktivitas ACE yang tinggi akan

    menyebabkan vasokonstriksi karena menyebabkan penurunan produksi NO dan

    peningkatan produksi ANG-II. Keadaan ini akan menyebabkan kontraksi sel-sel otot

    polos pembuluh darah dan pengecilan diameter lumen pembuluh darah. Aktivitas

    enzim ini akan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan , proliferasi dan differensiasi

    sel otot polos pembuluh darah dan penurunan kerja anti proliferatif dari NO serta

    penurunan proses fibrinolisis dan peningkatan aggregasi platelet.

    10

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    11/30

    Gambar 3.Peranan ACE dalam mengatur fungsi sel endotel

    Membran sel endotel mengikat ACE yang bila mengalami overaktif atau over

    ekspresi, akan memproduksi sejumlah besar ANG-II. ANG-II bekerja langsung pada

    sel-sel otot pembuluh darah dengan cara menempel pada reseptor spesifik yang

    terdapat di membran sel. Aktivasi ACE juga akan menyebabkan katabolisme

    bradikinin yang lebih cepat.

    4. Sel Endotel sebagai regulator hemostasis.

    Sel endotel mempunyai peran penting dalam mempertahankan kekentalan darah dan

    mengembalikan integritas dinding pembuluh darah bila terjadi cedera untuk

    mencegah perdarahan. Secara garis besar, sistem yang mempertahankan homeostasis

    pembuluh darah meliputi :

    11

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    12/30

    a. Lumen pembuluh darah (efek vasokonstriktor dan atau

    vasodilator)

    b. Platelet

    c. Koagulasi

    d. Fibrinolisis

    Sel endotel berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan antara sistem

    koagulasi dan fibrinolitik (gambar 4) Koagulasi terjadi karena terbentuknya trombin

    yang aktif. Trombin merupakan suatu enzim proteolitik yang akan merubah

    fibrinogen menjadi fibrin dengan cara melepaskan fibrinopeptida A dan B. Fibrin

    kemudian akan mengalami polimerisasi dan cross-link membentuk gumpalan fibrin

    yang stabil (stable clot). Gumpalan fibrin selanjutnya akan mengalami pemecahan

    akibat kerja enzim proteolitik lain, yaitu plasmin, yang merupakan efektor utama

    dalam sistem fibrinolitik. Plasmin terbentuk dari plasminogen melalui kerja beberapa

    aktivator spesifik. Secara fisiologik (dan farmakologik) aktivator penting dalam

    proses perubahan plasminogen menjadi plasmin adalah tissue plasminogen activator

    (t-PA). Peptida ini mempunyai peranan penting dalam proses pemecahan gumpalan

    fibrin dan mempertahankan keutuhan lumen pembuluh darah. Zat ini telah banyak

    digunakan dalam pengobatan berbagai keadaan dimana terjadi oklusi akut yang

    mengancam kehidupan seperti infark miokard, stroke dan emboli paru masif.

    Beberapa aktivator positif dan negatif mengatur aktivitas t-PA. Secara fisiologik

    regulator utama dari t-PA adalah plasminogen activator inhibitor (PAI). Saat ini

    terdapat 4 jenis PAI, dimana PAI-1 berperan paling menonjol.

    12

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    13/30

    Gambar 4.Koagulasi dan fibrinolisis yang diatur oleh sel-sel endotel. Penghambat

    utama sistem fibrinolitik adalah PAI-1, yang terbukti meningkat pada sindrom

    resistensi insulin.

    5. Sel endotel sebagai mediator pertumbuhan sel otot polos pembuluh darah dan

    proses inflamasi.

    Sel endotel juga berperan penting dalam pertumbuhan dan differensiasi sel otot polos

    pembuluh darah dengan cara melepaskan berbagai promotor atau inhibitor

    pertumbuhan dan differensiasi, yang memberi pengaruh terhadap terjadinya

    remodelling pembuluh darah. Sejumlah besar peptida telah diketahui berperan sebagai

    messenger utama terhadap sinyal-sinyal pertumbuhan seperti insulin-like growth

    factor 1 (IGF-1), PGF, basic fibroblast growth factor (bFGF), dll. Namun berbagai

    bukti menunjukkan bahwa rangsangan pertumbuhan otot polos pembuluh darah

    dimediasi oleh produksi lokal dari PGF dan ANG-II. Sebagai antagonis utama dari

    kerja ANG-II dalam merangsang pertumbuhan sel otot polos pembuluh darah adalah

    NO dan prostacyclin (PGI2). Sel endotel juga terlibat dalam produksi berbagai

    molekul yang berperan dalam proses inflamasi , yaitu antara lain LAM, intracellular

    adhesion molecule (ICAM) dan vascular cel adhesion molecule (VCAM).

    Molekul-molekul ini disebut sebagai "molekul adhesi" dan berfungsi mengaktifkan

    sel-sel yang terlibat dalam reaksi inflamasi.

    13

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    14/30

    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dalam proses aterosklerosis terjadi

    peningkatan kadar pertanda-pertanda inflamasi (acute phase proteins) didalam darah.

    B. Disfungsi endotel

    Karena fungsi sel endotel sangat banyak dan melibatkan berbagai sistem didalam

    tubuh , maka perubahan fungsinya akan memberi dampak perubahan fungsi tubuh

    secara sistemik. Jadi tidak ada definisi tunggal dari disfungsi endotel yang dapat

    menerangkan keseluruhan perubahan dari fungsi normalnya. Secara mendasar,

    disfungsi endotel merupakan keadaan dimana terjadi peningkatan (atau penurunan)

    dari setiap messenger kimiawi yang diproduksi oleh sel endotel atau perubahan dari

    setiap fungsi masing-masing dari messenger tersebut (tabel 1). Beberapa contoh dari

    disfungsi endotel termasuk meningkatnya permeabilitas membran kapiler terhadap

    makromolekul, peningkatan atau penurunan produksi faktor2 vasoaktif yang

    menyebabkan vasokonstriksi/vasodilatasi yang abnormal dan peningkatan aktivitas

    protrombotik dan atau prokoagulan.

    Cara menentukan fungsi sel endotel in vivo

    Fungsi sel endotel bervariasi tergantung jenis pembuluh darah dan jaringan atau organ

    dimana pembuluh darah berada. Kerjanyapun dapat mempengaruhi satu atau berbagai

    fungsi organ tubuh baik secara simultan maupun berdiri sendiri. Oleh karena itu tidak

    ada baku emas untuk mengukur adanya disfungsi sel endotel.

    Umumnya, fungsi sel endotel diukur secara eksperimental melalui cara:

    Mengukur fungsi organ sebagai akibat dari aktivitas sel endotel

    Mengukur kadar mediator2 kimiawi yang memediasi fungsi sel endotel.

    14

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    15/30

    Secara klinis , fungsi sel endotel dapat ditentukan dengan cara mengukur perubahan-

    perubahan aliran darah baik secara invasif (misal : kateterisasi koroner) atau secara

    noninvasif (ultrasound). Jadi secara fisiologik, in vivo, fungsi endotel pada manusia

    ditunjukkan dengan adanya peningkatan aliran darah atau diameter pembuluh darah

    sebagai respons terhadap zat-zat yang dapat meningkatkan konsentrasi NO (misal

    nitroprusside).

    Tabel 2. Cara mengukur aliran darah pada manusia.

    PET, Positron emission tomography.

    15

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    16/30

    Fungsi endotel selanjutnya dapat dievaluasi dengan cara mengukur aliran darah

    secara fisiologik disertai dengan pengukuran kadar senyawaan tertentu yang

    berhubungan dengan fungsi endotel seperti endotelin, faktor Von Willebrant,

    thrombomodulin, selectin, adhesion molecules (VCAM,ICAM) dan t-PA serta

    inhibitornya, PAI-1.

    III. Disfungsi endotel dan Diabetes Melitus

    Penurunan kemampuan dari NOS untuk memproduksi NO telah dibuktikan

    secara eksperimental bila sel endotel terpajan baik secara in vitro maupun in vivo

    dengan lingkungan diabetes. Sel endotel merupakan target dari milieu diabetes dan

    disfungsi endotel memainkan peranan utama dalam proses terjadinya vaskulopati

    pada DM. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa disfungsi endotel berhubungan erat

    dengan proses terjadinya mikroangiopati dan aterosklerosis baik pada DM tipe 1

    maupun DM tipe 2. Hubungan ini terutama berlaku bagi pasien2 DM tipe 1 yang

    disertai dengan mikroalbuminuria atau makroalbuminuria. Pada pasien ini , disfungsi

    endotel ditunjukkan dengan adanya peningkatan kadar faktor von Willebrand,

    thrombo-modulin, selectin, PAI-1, kolagen tipe IV dan t-PA. Sekali terjadi disfungsi

    endotel, maka perubahan-perubahan didalam pembuluh darah akan makin

    memperburuk vaskulopati.

    16

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    17/30

    A. Efek insulin terhadap pembuluh darah

    Beberapa tahun yang lalu, Jialal dan kawan-kawan menemukan adanya reseptor

    terhadap insulin yaitu IGF-I dan IGF-II pada sel-sel dari pembuluh darah besar dan

    kecil dengan karakteristik ikatan yang sama dengan yang ada pada sel-sel lain. Para

    peneliti ini menyatakan bahwa reseptor IGF-I dan IGF-II pada sel endotel terbukti

    berperan secara fisiologik dalam komplikasi vaskuler yang terjadi pada diabetes.

    Defisiensi insulin dan hiperglikemi kronik dapat meningkatkan kadar total protein

    kinase C (PKC) dan diacylglycerol (DAG). Insulin mempunyai efek langsung pada

    jaringan pembuluh darah. Pada penelitian terhadap jaringan pembuluh darah dari

    obese Zucker rat didapatkan adanya resistensi terhadap sinyal PI3-kinase. Temuan ini

    membuktikan bahwa resistensi insulin akan menimbulkan gangguan langsung pada

    fungsi pembuluh darah. King dan kawan-kawan dalam penelitiannya menggunakan

    kadar insulin fisiologis mendapatkan bahwa hormon ini dapat meningkatkan kadar

    dan aktivitas mRNA dari eNOS, sebesar 2 kali lipat setelah 2-8 jam inkubasi sel

    endotel. Peneliti ini menyimpulkan bahwa insulin tidak hanya memiliki efek

    vasodilatasi akut melainkan juga memodulasi tonus pembuluh darah.

    B. Disfungsi endotel pada DM tipe 1.

    Dari berbagai kepustakaan , masih belum jelas apakah disfungsi endotel merupakan

    akibat dari milieu diabetes pada DM tipe 1 atau merupakan suatu pertanda dari

    kerusakan pembuluh darah. Terdapat suatu kesepakatan bahwa adanya disfungsi

    endotel pada DM tipe 1 merupakan risiko tinggi untuk terjadinya mikro dan

    makroangiopati.

    17

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    18/30

    Dari beberapa studi , didapatkan bahwa disamping milieu diabetes, terdapat faktor2

    lain yang berperan dalam terjadinya disfungsi endotel pada DM tipe 1 yaitu antara

    lain faktor genetik dan lingkungan.

    C. Disfungsi endotel pada DM tipe 2

    Peranan disfungsi endotel pada DM tipe 2 lebih rumit dibandingkan yang terjadi pada

    DM tipe 1. Pengaruh usia, adanya hiperlipidemi, hipertensi dan berbagai faktor lain

    makin menambah rumitnya permasalahan. Berbeda dengan penderita DM tipe 1,

    disfungsi endotel pada penderita DM tipe 2 juga dapat terjadi walaupun ekskresi

    albumin urin dalam keadaan normal. Pada kenyataannya, berbagai pertanda (marker)

    dari disfungsi endotel sering mengalami peningkatan beberapa tahun jauh sebelum

    terjadinya penyulit mikroangiopati. Perubahan patofisiologik utama pada DM tipe 2

    adalah resistensi insulin. Oleh karena itu berbagai penelitian dititik beratkan pada

    kemungkinan adanya kontribusi dari resistensi insulin terhadap terjadinya disfungsi

    endotel pada DM tipe 2.

    1. Disfungsi endotel dan resistensi insulin

    Berbagai bukti menunjukkan bahwa disfungsi endotel dapat terjadi bersamaan dengan

    adanya resistensi insulin. Pada individu dengan resistensi insulin dapat terjadi

    berbagai kelainan, seperti:

    o Gangguan produksi NO

    o Peningkatan kadar endothelin

    o Peningkatan kadar PAI-1

    o Penurunan respons vasodilatasi terhadap asetilkholin

    18

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    19/30

    Penderita dengan sindrom resistensi insulin dapat mengalami hipertensi, hiperlipidemi

    dan disfibrinolisis walaupun tanpa disertai tanda-tanda klinis akibat peningkatan

    kadar glukosa darah (hiperglikemi). Oleh karena itu disfungsi endotel dapat kita

    temukan pada penderita dengan hipertensi, yang merupakan salah satu gambaran dari

    sindrom resistensi insulin. Terjadinya gangguan vasodilatasi dan meningkatnya

    vasokonstriksi merupakan faktor etiologik dari terjadinya hipertensi. Selanjutnya,

    gangguan aktivitas dan kuantitas endothelium-bound protein lipase dapat

    menyebabkan terjadinya hiperlipidemi, yang juga merupakan tanda khas dari sindrom

    resistensi insulin. Jadi terdapat suatu interaksi yang sinergik serta lingkaran setan

    dimana resistensi insulin dapat menyebabkan disfungsi endotel atau sebaliknya.

    Gambar 5: Hubungan terjadinya resistensi insulin dan disfungsi endotel

    19

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    20/30

    2. Disfungsi endotel, disfibrinolisis dan resistensi insulin

    Dalam keadaan normal, darah secara konstan berada dalam keseimbangan antara

    aktivasi koagulasi dan fibrinolisis. Pada pasien dengan disfungsi endotel, kadar PAI-1

    mengalami peningkatan yang akan menghambat pemecahan/penguraian endapan

    fibrin yang terdapat pada bagian dalam dinding pembuluh darah. Beberapa peneliti

    mendapatkan bahwa PAI-1 berperan penting dalam proses terjadinya dan

    progresivitas aterosklerosis. Tingginya kadar PAI-1 terjadi akibat adanya

    hiper(pro)insulinemi.

    3. Dasar2 seluler dan molekuler dari disfungsi endotel pada DM tipe 2.

    Faktor-faktor biokimiawi dan seluler yang berperan dalam proses terjadinya disfungsi

    endotel pada DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :

    20

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    21/30

    Tabel 3.Dasar2 seluler dan molekuler dari disfungsi endotel pada DM tipe 2

    Perubahan faktor-faktor biokimiawi dan seluler yang menyertai disfungsi endotel

    pada DM tipe 2 antara lain :

    a. Hiperglikemi meningkatkan aktivasi PKC intraseluler sehingga akan

    menyebabkan gangguan NADPH pool yang akan menghambat produksi NO.

    b. Overekspresi growth factors meningkatkan prolifierasi sel endotel dan otot

    polos pembuluh darah sehingga akan terjadi neovaskularisasi.

    c. Hiperglikemi kronik menyebabkan glikosilasi non enzimatik dari protein dan

    makromolekul seperti DNA, yang akan mengakibatkan perubahan sifat

    antigenik dari protein dan DNA. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan

    tekanan intravaskuler dan mengganggu reaktivitas serebrovaskuler akibat

    gangguan keseimbangan NO dan prostaglandin.

    d. Hiperglikemi akan meningkatkan sintesis diacylglyerol (DAG) melalui jalur

    glikolitik. Peningkatan kadar DAG akan meningkatkan aktivitas PKC. Baik

    DAG maupun PKC berperan dalam memodulasi terjadinya vasokonstriksi.

    e. Sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stres oksidatif. Keadaan

    hiperglikemi akan meningkatkan tendensi untuk terjadinya stres oksidatif dan

    peningkatan oxidized lipoprotein, terutama small dense LDL-cholesterol

    (oxidized LDL) yang lebih bersifat aterogenik. Peningkatan kadar asam

    lemak bebas dan keadaan hiperglikemi dapat meningkatkan oksidasi fosfolipid

    dan protein.

    f. Hiperglikemi akan disertai dengan tendensi protrombotik dan aggregasi

    platelet. Keadaan ini berhubungan dengan beberapa faktor antara lain

    penurunan produksi NO dan penurunan aktivitas fibrinolitik akibat

    peningkatan kadar PAI-1. Disamping itu DM tipe 2 disertai dengan

    peningkatan aktivitas koagulasi akibat pengaruh berbagai faktor seperti

    pembentukan advanced glycosylation end products (AGEs) dan penurunan

    sintesis heparan sulfat. Walaupun tidak ada hubungan langsung antara aktivasi

    koagulasi dengan disfungsi endotel, namun aktivasi koagulasi yang berulang

    21

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    22/30

    dapat menyebabkan overstimulasi dari sel-sel endotel sehingga akan terjadi

    disfungsi endotel.

    g. Ekspresi Tumor Necrosis Factor (TNF) terbukti berhubungan dengan

    resistensi insulin dan disfungsi endotel. Peningkatan ekspresi TNF pada

    obesitas mendukung hipotesis bahwa peningkatan TNF dapat menginduksi

    terjadinya resistensi insulin. TNF juga dapat merangsang sintesis berbagai

    sitokin lain, yang bersama-sama dapat menyebabkan perubahan fungsi

    endotel.

    Gambar 6. Mekanisme terjadinya disfungsi endotel dan komplikasi diabetes yang

    dipicu oleh hiperglikemi.

    22

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    23/30

    IV. Terapi Disfungsi Endotel pada DM

    A. Insulin sensitizers

    Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa resistensi insulin akan disertai

    dengan disfungsi endotel. Oleh karena itu beberapa peneliti mencoba membuktikan

    apakah obat-obat yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin juga dapat

    memperbaiki disfungsi endotel. Pasceri dan kawan kawan mendapatkan bahwa

    troglitazone (aktivator PPAR " dan juga suatu insulin sensitizer) secara in vivo

    menghambat ekspresi VCAM-1 dan ICAM-1 pada sel endotel yang diaktifkan. Obat

    ini juga secara bermakna menurunkan jumlah /kandungan monosit/makrofag pada

    plak aterosklerotik. Dalam beberapa penelitian yang lain, obat ini juga menurunkan

    ekspresi VCAM-1, ICAM-1 dan E-selectin yang diinduksi oleh oxidized LDL dan

    TNF. Dalam suatu penelitian lain , Tack dan kawan kawan mendapatkan bahwa

    troglitazone dapat memperbaiki sensitivitas insulin, namun tidak mempunyai efek

    terhadap respons vaskuler yang endothelium-dependent. Penelitian-penelitian diatas

    menunjukkan manfaat jangka pendek dari insulin sensitizer terhadap fungsi endotel

    pada penderita DM tipe 2 atau resistensi insulin. Namun sampai saat ini belum ada

    studi jangka panjang yang dapat menyimpulkan bahwa insulin sensitizer bermanfaat

    dalam mencegah atau memperlambat progresivitas aterosklerosis pada penderita DM

    tipe 2 atau sindrom resistensi insulin.

    23

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    24/30

    B. ACE inhibitors

    Studi TREND (Trial on Reversing Endothelial Dysfunction) ingin membuktikan teori

    bahwa hambatan ACE dengan quinapril dapat memperbaiki disfungsi endotel pada

    penderita PJK normotensi tanpa payah jantung, kardiomiopati atau dislipidemia.

    Setelah 6 bulan terapi, kelompok yang diterapi dengan quinapril menunjukkan

    perbaikan bermakna dalam repons vasodilatasi terhadap konsentrasi tertentu dari

    asetilkholin dibandingkan kelompok plasebo. Peneliti menduga bahwa manfaat

    hambatan ACE terjadi karena perbaikan efek ANG-II terhadap kontraksi dan produksi

    superoksida serta peningkatan produksi NO dari sel endotel sebagai respons terhadap

    penurunan metabolisme bradykinin.

    Studi QUIET (Quinapril Ischemic Event Trial) meneliti 1750 pasien dengan fungsi

    ventrikel kiri normal yang mengalami angiografi dan angioplasti , secara acak

    diberikan 20mg/hari quinapril atau plasebo dan dipantau selama 3 tahun. Dari

    penelitian ini tidak diperoleh kesimpulan tentang peranan hambatan ACE sebagai anti

    aterosklerosis, karena semua pasien yang diikutsertakan dalam studi ini sudah

    mengalami aterosklerosis. Penelitian terbaru , yaitu HOPE (Heart Outcomes

    Prevention Evaluation) study, meneliti tentang peranan ramipril pada pasien yang

    mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi kardiovaskuler namun tanpa

    disfungsi ventrikel kiri atau payah jantung. Sebanyak 9297 pasien (usia 55 tahun

    keatas) dengan penyakit pembuluh darah atau DM disertai satu faktor risiko

    kardiovaskuler diberikan ramipril (10 mg perhari) atau plasebo selama rata-rata 5

    tahun. Hasil akhir berupa infark miokard, stroke atau kematian akibat penyulit

    kardiovaskuler.

    24

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    25/30

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ramipril secara bermakna menurunkan angka

    kematian akibat penyebab kardiovaskuler dan angka kejadian infark miokard serta

    stroke pada penderita dengan risiko tinggi. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan

    ACE inhibitor ramipril dapat mencegah progresivitas dari silent atherosclerosis.

    ODriscoll dan kawan-kawan melaporkan tentang respons akut dari sel endotel

    terhadap hambatan ACE pada pasien DM tipe 1. Respons asetilkholin pada awal

    pengobatan mengalami penurunan pada pasien diabetes dibandingkan orang normal,

    namun tidak ada perbedaan dalam respons terhadap nitroprusside.

    Hambatan akut terhadap ACE (dengan pemberian enalapril intrabrakhial)

    meningkatkan respons asetilkholin pada pasien diabetes (p< 0,005) disertai perbaikan

    setelah 1 bulan pengobatan (p < 0,001). Hambatan ACE tidak mempengaruhi respons

    sodium nitroprusside. Jadi , hambatan ACE jangka pendek memperbaiki fungsi sel

    endotel pada pasien DM tipe 1.

    C. Obat-obat hipolipidemik

    Sebagaimana diterangkan sebelumnya, diantara faktor2 lain, hiperlipidemia dan

    peningkatan kadar oxidized LDL merupakan faktor risiko untuk terjadinya disfungsi

    endotel pada penderita diabetes. Statin telah dipergunakan secara luas dalam

    pengobatan hiperkholesterolemi pada penderita DM tipe 2, namun belum ada bukti

    yang menunjukkan efek obat ini terhadap fungsi endotel pada penderita DM tipe 2.

    Suatu studi kecil (dengan 21 pasien DM tipe 2 + hiperkholesterolemi ) yang diberi

    simvastatin (10 mg/hari) selama 24 minggu tidak menunjukkan perbaikan yang

    bermakna dalam fungsi endotel.

    25

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    26/30

    Evans dkk meneliti efek terapi fibrate jangka pendek (3 bulan) terhadap fungsi

    endotel dan stres oksidatif pada penderita DM tipe 2. Dari hasil penelitiannya

    didapatkan bahwa terapi fibrat memeperbaiki fungsi endotel penderita DM tipe 2

    disertai dengan perbaikan kadar trigliserida serum.

    D. Suplementasi Arginine dan antioksidan

    L-arginine merupakan substrat bagi pembentukan NOS, sehingga diasumsikan bahwa

    pemberian suplemen L-arginine dapat mengaktivasi NOS dan meningkatkan produksi

    NO serta memperbaiki vasodilatasi. Hipotesis ini telah diteliti pada berbagai keadaan

    yang menyertai disfungsi endotel seperti pada payah jantung kronik, cyclosporin-

    induced endothelial damage dan DM tipe 2. Namun tidak semua penelitian tersebut

    dapat membuktikan bahwa suplementasi L-arginine mempunyai efek dalam

    meningkatkan produksi NO dan meningkatkan vasodilatasi. Sampai sekarang belum

    jelas bagaimana peningkatan kadar L-arginine didalam plasma dapat meningkatkan

    aktivasi NOS. Vitamin E dan vitamin C serta terapi anti oksidan lain dikatakan dapat

    memperbaiki fungsi pembuluh darah penderita DM. Reaven dkk dalam

    penelitiannya mendapatkan bahwa pemberian vitamin E 1600 IU/hari selama 10

    minggu dapat menurunkan kepekaan terhadap oksidasi LDL. Hipotesis yang

    menyatakan bahwa ada hubungan antara fungsi endotel dengan oksidasi LDL diteliti

    oleh Pinkney dkk dengan pemberian vitamin E 500 UI/hari pada 46 orang penderita

    DM tipe 1 selama 3 bulan. Dari hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa pemberian

    suplementasi vitamin E pada penderita DM tipe 1 dapat memperbaiki fungsi endotel

    tanpa perubahan pada oksidasi LDL. Hasil ini menunjukkan bahwa perbaikan fungsi

    endotel tidak dimediasi oleh adanya penurunan oksidasi LDL.

    26

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    27/30

    Ting dkk meneliti 10 orang penderita DM dan 10 orang kontrol dengan melakukan

    infus metakholin intra arterial sebelum dan selama pemberian vitamin C (24 mg/

    menit) intraarterial, untuk melihat respons vasodilatasi yang endothelium-dependent.

    Pada penderita DM didapatkan bahwa vasodilatasi setelah pemberian metakholin

    meningkat dengan pemberian infus vitamin C secara simultan. Sebaliknya pada

    kontrol , pemberian vitamin C tidak merubah vasodilatasi yang endothelium-

    dependent. Hasil studi ini mendukung hipotesis bahwa pemberian akut vitamin C

    dapat memperbaiki fungsi endotel pada penderita diabetes, walaupun manfaat jangka

    panjangnya masih belum jelas.

    E. Terapi Suli Hormonal

    Terapi Suli Hormonal dengan estrogen dikatakan dapat memperbaiki fungsi endotel,

    namun sampai sekarang belum ada studi yang khusus dilakukan untuk mengetahui

    efek estrogen terhadap fungsi endotel pada wanita post menopause dengan diabetes.

    27

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    28/30

    V. Simpulan

    Disfungsi endotel terbukti dapat ditemukan baik pada penderita DM tipe 1

    maupun DM tipe 2. Pada DM tipe 1, terjadinya disfungsi endotel berhubungan erat

    dengan kelainan pembuluh darah sebagai akibat dari perubahan metabolisme yang

    menyebabkan terjadinya mikroangiopati. Pada DM tipe 2, disfungsi endotel dapat

    terjadi lebih awal dalam perjalanan penyakit DM tipe 2, bahkan sebelum terjadinya

    hiperglikemi yang nyata. Kelainan ini berperan penting dalam etiopatologi dari

    vaskulopati yang menyertai DM tipe 2. Hipotesis yang menyatakan bahwa disfungsi

    endotel merupakan penyebab terjadinya sindrom resistensi insulin masih dalam

    penelitian lebih lanjut. Sedikitnya ada 2 studi berskala besar (TREND dan HOPE

    study) yang menawarkan optimisme bahwa pengobatan disfungsi endotel dengan

    ACE inhibitor dapat memperlambat progressivitas aterosklerosis. Peranan insulin

    sensitizer dan atau terapi anti oksidan dan obat-obat hipolipidemik masih memerlukan

    penelitian lebih lanjut. Belum ada data yang membuktikan efek dari terapi suli

    hormonal dengan estrogen terhadap perbaikan fungsi endotel pada wanita post

    menopause dengan diabetes.

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    29/30

    VI. Daftar Pustaka

    29

  • 7/25/2019 Disfungsi Endot 2014

    30/30

    VI. Daftar Pustaka