director of photography dalam pembuatan film …

153
DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM PENDEK BERGENRE DRAMA TENTANG KONFLIK INTERPERSONAL DALAM KELUARGA TUGAS AKHIR Program Studi DIV Produksi Film Dan Televisi Oleh: MOCHAMMAD ADAM MUKTI 15510160030 FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM PENDEK

BERGENRE DRAMA TENTANG KONFLIK INTERPERSONAL DALAM

KELUARGA

TUGAS AKHIR

Program Studi

DIV Produksi Film Dan Televisi

Oleh:

MOCHAMMAD ADAM MUKTI

15510160030

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

2019

Page 2: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

ii

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM PENDEK

BERGENRE DRAMA TENTANG KONFLIK INTERPERSONAL DALAM

KELUARGA

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Sarjana Terapan Seni

Oleh:

Nama :MOCHAMMAD ADAM MUKTI

NIM : 15.51016.0030

Program : DIV Produksi Film Dan Televisi

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA

2019

Page 3: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

iii

Page 4: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

iv

Page 5: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

v

LEMBAR MOTTO

“Innalillahi wainnailaihi roji’un”

Page 6: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk:

1. Almamater tercinta, Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.

2. Kedua orangtua dan saudara yang sangat saya sayangi.

3. Dosen Pembimbing 1,Ir. Hardman Budiardjo, M.Med.Kom.,MOS.

4. Dosen Pembimbing 2, Yunanto Tri Laksono, M.Pd.

5. Dosen Pembahas, Darwin Yuwono Riyanto, S.T., M.Med.Kom.,ACA.

6. Kaprodi DIV Produksi Film Dan Televisi, Ir. Hardman Budiardjo,

M.Med.Kom., MOS.

7. Dosen Wali, Krisna Yowono Fora, M.T.,ACA.

8. Orang tua dan adikku tercinta.

9. Teman seperjuanganku menempuh Tugas Akhir, yakni: Agik dan Adien.

10. Teman-teman angkatan 2015 yang sudah menemani selama empat tahun dan

selalu berkarya bersama.

11. Semua talent, yakni: Firman, Pak Gilang, Ibu Afia, Hawari, Okta.

12. Semua narasumber wawancara yang sudah membagi ilmunya, yakni: mas

Paulus Rizal

13. Semua crew dan pihak yang sudah banyak membantu.

14. Seluruh dosen dan alumni DIV Produksi Film Dan Televisi Institut Bisnis dan

Informatika Stikom Surabaya.

15. Seluruh teman-teman DIV Produksi Film Dan Televisi Institut Bisnis dan

Informatika Stikom Surabaya.

Page 7: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

vii

ABSTRAK

Tugas Akhir ini, penulis sebagai Director of Photography dalam pembuatan

film pendek bergenre drama tentang konflik interpersonal dalam keluarga. Hal ini

di latar belakangi oleh konsep yang dibangun sutradara dalam storyboard yang

telah disusun.

Tujuan penulis dalam Tugas Akhir ini adalah mengembangkan storyboard

sutradara dalam bentuk shot list dan shot plan yang berfungsi sebagai acuan untuk

mengambil gambar dengan didukung oleh pergerakan kamera, deskripsi adegan

tiap shot dan pencahayaan yang sinematik.

Metode yang digunakan dalam penciptaan film ini adalah metode kualitatif

dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, studi literatur,

dan studi eksisting.

Hasil dari Tugas Akhir ini berupa potongan gambar yang nantinya akan

diserahkan ke editor untuk digabungkan menjadi sebuah film.

Kata kunci: Director of Photography, shotlist, shotplan

Page 8: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan

hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Director of

Photography Dalam Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Tentang Konflik

Interpersonal Dalam Keluarga.

Melalui kesempatan yang sangat bahagia ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

penyelesaian Tugas Akhir ini, terutama kepada yang terhormat:

1. Kedua orangtua serta seluruh anggota keluarga yang telah memberikan

dukungan.

2. Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd. selaku Rektor Institut Bisnis dan Informatika

Stikom Surabaya.

3. Dr. Jusak selaku Dekan Fakultas Teknologi dan Informatika Institut Bisnis dan

Informatika Stikom Surabaya.

4. Ir. Hardman Budiardjo, M.Med.Kom., MOS. selaku Kepala Program Studi

DIV Produksi Film Dan Televisi dan Pembimbing I.

5. Yunanto Tri Laksono, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II.

6. Darwin Yuwono Riyanto, S.T., M.Med.Kom, ACA selaku Dosen Pembahas.

7. Krisna Yuwono Fora selaku Dosen Wali.

8. Bapak/Ibu Dosen DIV Produksi Film Dan Televisi.

9. Teman-teman di Program Studi DIV Komputer Multimedia Institut Bisnis dan

Informatika Stikom Surabaya.

Page 9: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

ix

10. Semua pihak yang selalu mendukung, memberi motivasi, dan mendoakan

sehingga dapat memudahkan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini.

Laporan Tugas Akhir ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang

ada. Materi-materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan

dalam kehidupan sosial. Semoga dengan mempelajari laporan Tugas Akhir ini,

dapat memahami nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.

Serta dapat dapat bermanfaat bagi teman-teman yang membaca khususnya bagi

teman-teman DIV Produksi Film Dan Televisi Institut Bisnis dan Informatika

Stikom Surabaya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu dengan hati yang terbuka, kami

mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna kesempurnaan karya

Tugas Akhir ini. Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita

semua.

Surabaya, 27 Agustus 2019

Penulis

Page 10: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penciptaan ..................................................................1

1.2 Fokus Penciptaan .................................................................................3

1.3 Ruang Lingkup Penciptaan ..................................................................3

1.4 Tujuan Penciptaan ................................................................................4

1.5 Manfaat Penciptaan ..............................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................6

2.1 Director of Photography ......................................................................6

2.2 Sinematografi .......................................................................................8

2.3 Pencahayaan .......................................................................................25

2.4 Film ................................................................................................... 29

2.5 Fungsi Film ...................................................................................... 30

2.6 Dasar-Dasar Produksi Film .............................................................. 31

2.7 Tahap Pembuatan Film .................................................................... 33

2.8 Genre Drama .................................................................................... 35

BAB III METODE PENCIPTAAN ....................................................................36

3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................36

3.2 Objek Penelitian .................................................................................36

3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................37

3.4 Sumber Data ..................................................................................... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 38

3.6 Hasil Pengumpulan Data ................................................................. 39

3.6.1 Director of Photography ......................................................... 39

3.6.2 Sinematografi ......................................................................... 41

Page 11: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

xi

3.6.3 Shot List ................................................................................. 42

3.6.4 Lighting .................................................................................. 42

3.7 Teknik Analisa Data ........................................................................ 44

3.7.1 Reduksi Data .......................................................................... 44

3.7.2 Menyajikan Data .................................................................... 50

3.7.3 Kesimpulan Inti ...................................................................... 51

BAB IV PERANCANGAN KARYA ................................................................. 52

4.1 Pra Produksi ...................................................................................... 52

4.1.1 Hasil Recce ............................................................................ 53

4.1.2 Shot List .................................................................................. 59

4.1.3 Shot Plan ...............................................................................116

4.2 Produksi ..........................................................................................120

4.2.1 Working Schedule .................................................................121

BAB V IMPLEMENTASI KARYA ................................................................ 122

5.1 Hasil Potongan Tiap Gambar ......................................................... 122

BAB VI PENUTUP ............................................................................................134

6.1 Kesimpulan ......................................................................................134

6.2 Saran ................................................................................................134

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................136

BIODATA PENULIS .........................................................................................138

LAMPIRAN ........................................................................................................139

Page 12: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Potongan scene Pagi Tanpa Mentari ................................................ 43

Gambar 4.2 Shot Plan Scene Ruang Tengah .................................................... 116

Gambar 4.3 Shot Plan Scene kamar ................................................................... 117

Gambar 4.4 Shot Plan Scene 10 ......................................................................... 117

Gambar 4.5 Plan Scene 10 ................................................................................ 117

Gambar 4.6 Shot Plan Scene 18 ......................................................................... 118

Gambar 4.7 Shot Plan Scene Pos ....................................................................... 118

Gambar 4.8 Shot Plan Scene Wastafel ............................................................... 118

Gambar 4.9 Shot Plan Scene Ruang Tengah Pagi ............................................. 119

Gambar 4.10 Shot Plan Scene 2 ......................................................................... 119

Gambar 4.11 Shot Plan Scene 3 ......................................................................... 119

Gambar 4.12 Shot Plan Scene 3 ......................................................................... 120

Gambar 4.13 Working Schedule ......................................................................... 121

Gambar 5.1 Screenshot Film Scene 1 Shot 2 ..................................................... 122

Gambar 5.2 Screenshot Film Scene 1 Shot 3 ..................................................... 122

Gambar 5.3 Screenshot Film Scene 1 Shot 5 ..................................................... 123

Gambar 5.4 Screenshot Film Scene 1 Shot 6 ..................................................... 123

Gambar 5.5 Screenshot Film Scene 1 Shot 7 ..................................................... 123

Gambar 5.6 Screenshot Film Scene 1 Shot 8 ..................................................... 124

Gambar 5.7 Screenshot Film Scene 1 Shot 9 ..................................................... 124

Gambar 5.8 Screenshot Film Scene 1 Shot 10 ................................................... 124

Gambar 5.9 Screenshot Film Scene 1 Shot 11 ................................................... 125

Page 13: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

xiii

Gambar 5.10 Screenshot Film Scene 1 Shot 12 ................................................. 125

Gambar 5.11 Screenshot Film Scene 1 Shot 13 ................................................. 125

Gambar 5.12 Screenshot Film Scene 1 Shot 14 ................................................. 126

Gambar 5.13 Screenshot Film Scene 1 Shot 15 ................................................. 126

Gambar 5.14 Screenshot Film Scene 1 Shot 16 ................................................. 126

Gambar 5.15 Screenshot Film Scene 1 Shot 17 ................................................. 127

Gambar 5.16 Screenshot Film Scene 1 Shot 18 ................................................. 127

Gambar 5.17 Screenshot Film Scene 1 Shot 19 ................................................. 127

Gambar 5.18 Screenshot Film Scene 1 Shot 20 ................................................. 128

Gambar 5.19 Screenshot Film Scene 1 Shot 21 ................................................. 128

Gambar 5.20 Screenshot Film Scene 1 Shot 22 ................................................. 128

Gambar 5.21 Screenshot Film Scene 1 Shot 23 ................................................. 129

Gambar 5.22 Screenshot Film Scene 1 Shot 24 ................................................. 129

Gambar 5.23 Screenshot Film Scene 1 Shot 25 ................................................. 129

Gambar 5.24 Screenshot Film Scene 1 Shot 26 ................................................. 130

Gambar 5.25 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 130

Gambar 5.26 Screenshot Film Scene 2 Shot 2 ................................................... 130

Gambar 5.27 Screenshot Film Scene 2 Shot 3 ................................................... 131

Gambar 5.28 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 131

Gambar 5.29 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 131

Gambar 5.30 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 132

Gambar 5.31 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 132

Gambar 5.32 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 132

Page 14: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

xiv

Gambar 5.33 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 133

Gambar 5.34 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 133

Gambar 5.35 Screenshot Film Scene 2 Shot 1 ................................................... 133

Page 15: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Reduksi Data Director of Photography

Berdasarkan Studi Literatur ................................................................. 44

Tabel 3.2 Reduksi Data Director of Photography

Berdasarkan Wawancara ...................................................................... 46

Tabel 3.3 Reduksi Data Sinematografi

Berdasarkan Studi Literatur ................................................................. 47

Tabel 3.4 Shot List Berdasarkan Studi Literatur .................................................. 48

Tabel 3.5 Reduksi Data Lighting Berdasarkan Studi Literatur ............................ 49

Tabel 3.6 Reduksi Data Lighting Berdasarkan Studi Eksisting ........................... 50

Tabel 3.7 Penyajian Data ..................................................................................... 50

Tabel 4.1 Analisa Setting ..................................................................................... 53

Tabel 4.2 Shot List ............................................................................................... 60

Page 16: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Form Mengikuti Kolokium ..............................................................139

Lampiran 2. Form Bimbingan Tugas Akhir .........................................................140

Page 17: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penciptaan

Dalam karya film fiksi ini penulis sebagai Director of Photography

mempunyai tugas penting yaitu mengembangkan visi sutradara kedalam bentuk

visual sinematografi berdasarkan director treatment dan storyboard yang sudah

dirancang oleh sutradara. Dalam pengembangan itu Director of Photography

merencanakan penggunaan kamera, lighting, lensa, filter, equipment,

merencanakan penataan cahaya, memikirkan framing termasuk jumlah shot yang

diambil dalam scene, sekaligus Director of Photography membawahi departemen

yang mengoperasikan kamera dan penata cahaya dalam produksi (Muslimin, 2018,

pp. 64-65).

Menurut Muslimin yang dimuat dalam web www.kompasiana.com

Pengembangan visualisasi dari Director of Photography yang merujuk pada

storyboard yang telah dirancang sutradara akan memiliki output yang meliputi list

jenis alat yang akan digunakan, baik kamera, lensa, filter dan lighting (lampu).

Dalam list termasuk juga jumlah shot yang akan diambil dari sebuah scene, angle,

type of shot, movement kamera, deskripsi dari pergerakan kamera dan objek serta

bagaimana tata letak lighting dan semua atribut kamera di set lokasi shooting

tersebut. Dalam hal ini seorang Director of Photography harus pintar dalam

memaknai simbol apa yang akan dipakai dalam visualisasi gambar. Pengembangan

ini akan berupa shot plan dan shot list. ini dibutuhkan sebagai pegangan untuk

Page 18: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

2

Director of Photography, camera person, assistant camera, focus puller, dan

penata cahaya pada saat produksi.

Menurut Fauzan dalam wawancara langsung dengan penulis. Perbedaan

dari shot plan dan shot list adalah shot plan lebih mnegacu pada tata letak dan

pergerakan kamera maupun lighting dalam suatu set lokasi, dimana crew camera

dan crew lighting mengetahui sebatas mana mereka bisa meletakan alat agar tidak

mengganggu adegan dalam shooting. Sedangkan shot list meberikan informasi

segala macam tentang urusan pembingkaian (framing), didalam shot list bisa

meliputi variasi shot, angle, ukuran lensa, equipment, tergantung Director of

Photography ingin sedetail apa dalam framing.

Jhon Grace mengemukakan dalam websitenya www.slideshare.net bahwa

pembuatan shot list bisa dilakukan setelah storyboard sudah dirancang oleh

sutradara. Dan dari storyboard itu akan dikembangkan oleh Director of

Photography menjadi shot list yang didalamnya adalah shot yang lebih mendetail.

Setelah storyboard disepakati, kini giliran Director of Photography yang

bekerja. Dengan diskusi dengan sutradara, Director of Photography mendapat

gambaran lengkap tentang apa saja yang berlangsung dalam set, bagaimana sebuah

adegan berlangsung dan efek apa yang ingin dicapai (Effendy, 2014, p. 54).

Dalam pembuatan film ini penulis sebagai Director of Photography akan

menerapkan konsep “dingin” di segala aspek sinematografi dan penataan cahaya

untuk mendukung kesan dramatik dari konflik interpersonal dalam keluarga.

Menurut (Bishop, 2013, p. 22) banyak yang bisa kita ambil dari konotasi warna,

cahaya & komposisi. Konotasi memiliki kesan positif dan negatif, Contohnya

Page 19: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

3

adalah warna biru, warna biru secara positif memiliki makna sunyi dan

menenangkan, namun secara negatif bermakna dingin tidak bersahabat.

Berdasarkan pernyataan Bishop maka penulis bisa menarik kesimpulan bahwa,

kesan positif dan kesan negatif dari warna biru tidak bisa dipisahkan satu sama lain,

yang mana artinya positif dan negatif ini punya ikatan kuat yang saling mendukung

dan membentuk satu kesatuan. Ini sangat cocok untuk drama konflik interpersonal

dalam keluarga, terutama objek yang dipakai ialah seorang ayah dan seorang anak

laki-laki, dimana sutradara ingin menciptakan suasana yang canggung antar

keduanya namun mereka pada kenyataannya masih saling peduli.

1.2 Fokus Penciptaan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka fokus penciptaan tugas akhir ini adalah

bagaimana Director of Photography mengembangkan visi sutradara yang berupa

director treatment dan storyboard ke dalam bentuk visual yang sudah terpikirkan

sinematografinya. Termasuk jumlah shot, framing, dan merencanakan penggunaan

kamera, lighting, lensa, filter, equipment, penataan cahaya, warna, dan komposisi

sekaligus memimpin tim kamera dan tim penata cahaya dalam produksi.

1.3 Ruang Lingkup Penciptaan

Berdasarkan fokus penciptaan diatas, maka ruang lingkup penciptaan

sebagai berikut :

a. Penulis berperan sebagai Director of Photography dalam pembuatan film

pendek bergenre drama tentang konflik interpersonal dalam keluarga.

b. Mengembangkan storyboard dan shot list ke dalam visual sinematografi.

Page 20: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

4

c. Merencanakan dan membuat list penggunaan kamera, lighting, lensa, filter,

equipment.

d. Merencanakan framing, warna, komposisi dan tata cahaya.

e. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan visual dan

penataan cahaya.

f. Melakukan pengambilan gambar.

1.4 Tujuan Penciptaan

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah bagaimana peran Director of

photography dalam pembuatan film pendek bergenre drama tentang konflik

interpersonal dalam keluarga.

1.5 Manfaat Penciptaan

Manfaat penciptaan yang diharapkan dalam Tugas Akhir ini dibagi

menjaditiga bagian, yaitu:

1. Manfaat bagi Mahasiswa meliputi:

a. Memahami tentang peran sebagai Director of photography.

b. Memahami tentang pemvisualan storyboard dan shot list yang baik sesuai

dengan visi sutradara.

c. Memahami cara mengembangkan visual dengan angle kamera, framing,

warna, cahaya dan komposisi yang sinematografi.

d. Memahami bagaimana membuat list untuk penggunaan kamera, lighting,

lensa, filter, equipment.

e. Memahami bagaimana berperan sebagai kepala dari tim kamera dan tim

penata cahaya.

Page 21: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

5

2. Manfaat bagi Lembaga meliputi:

a. Sebagai bahan materi kuliah untuk mata kuliah yang bersangkutan dengan

film.

b. Sebagai rujukan pengetahuan bagaimana membuat film pendek bergenre

drama.

3. Manfaat bagi Masyarakat meliputi:

a. Hasil film diharapkan mampu dipahami masyarakat untuk mengetahui

penyebab dan dampak rokok ditinjau dari psikologis yang salah satunya

yaitu komunikasi interpersonal ayah dan anak dalam keluarga.

b. Diharapkan masyarakat dapat memahami pesan moral yang terkandung

dalam film pendek ini.

Page 22: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Untuk mendukung pembuatan film pendek ini, maka karya film akan

menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara

lain: Director of Photography, sinematografi, pencahayaan,fungsi film, sifat film,

jenis jenis film, fungsi film, dasar-dasar produksi film, tahap pembuatan film dan

genre drama.

2.1 Director of Photography

Director of Photography adalah orang yang bekerja untuk mewujudkan

dan mengembangkan visual sinematografi dalam naskah atau skenario berdasarkan

visi dari sutradara. Director of Photography harus menguasai cerita, paham akan

kamera, paham lensa, paham filter, paham akan equipment, bisa menentukan

penggambaran cerita itu berdasarkan visi sutradara, menguasai sinematografi dan

menguasai teknik pencahayaan (Irawan and Laelasari 2011: 6).

Ada waktu dimana Director of Photography akan melakukan rembukan

dengan sutradara, pada saat itu Director of Photography mendapat gambaran

lengkap tentang apa saja yang berlangsung dalam set, apa saja yang berlangsung

dalam set dan segala kesan yang ingin dicapai. Setelah itu Director of Photography

akan merancang tata cahaya dan tata kamera yang sesuai, lalu menyusun daftar

seputar lampu, kamera, jenis lensa, filter lensa dan equipment yang akan digunakan.

Pada saat produksi Director of Photography akan membawahi departemen kamera

Page 23: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

7

dan departemen tata cahaya, yang dimana ia tidak harus mengoperasikan kamera

tetapi Director of Photography bertanggung jawab penuh mengenai hal visual yang

akan diambil dan segala sesuatu mengenai tata cahaya. Dalam hal ini Director of

Photography harus sekreatif mungkin untuk mewujudkan visual dari skenario yang

didalam visual itu yang sudah terpikirkan sinematografinya (Effendy 2014: 54).

Ensadi (2013: 54) menjelaskan bahwa Director of Photography disebut

juga sinematografer, bertugas mempersiapkan rancangan blocking dan equipment-

nya, seperti camera, lensa, lighting, grip yang sesuai dengan konsep, dan penafsiran

kreatif atas skenario yang telah dibuat sutradara. Seorang DOP akan menafsirkan

skenario ke dalam bentuk gambar, baik itu type of shot Long shot, Medium shot,

Medium close up dan penempatan lighting-nya.

Menurut Akba (2018) dalam websitenya menjelaskan bahwa Director of

Photography (DOP) mengepalai kru kamera dan lighting. DOP membuat keputusan

pada pencahayaan dan pembingkaian adegan dan berkoordinasi dengan sutradara.

Biasanya, sutradara menceritakan bagaimana mereka ingin tampilan saat shoting,

dan DOP memilih aperture yang tepat, filter, dan pencahayaan untuk mencapai efek

yang diinginkan.

Camera Operator bertugas mengoprasikan kamera berdasar arahan dari

DOP atau sutradara untuk merekam setiap scene/adegan.

First Assistant Camera (Focus Puller) disebut juga 1st AC bertugas

memastikan dan mengamati bahwa kamera selalu dalam kondisi fokus obyek yang

sesuai ketika merekam gambar dalam setiap adegan.

Page 24: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

8

Key Grip merupakan kepala grip yang mengepalai departemen set operasi.

Ia bekerja bersama DOP untuk membantu menempatkan dan membuat blok untuk

posisi lighting. Lighting Technician (LT) ikut membantu menyeting dan

mengontrol perlengkapan lighting.

2.2 Sinematografi

Menurut (Irawan and Laelasari 2011: 1), Asal usul kata sinematografi ialah

dari kata serapan bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa latin

kinema yang berarti “gambar”. Sinematografi bisa dijelaskan sebagai seni dan

teknologi dari fotografi gambar bergerak. Sinematografi adalah bidang ilmu yang

didalamnya mengandung ajaran tentang teknik menangkap gambar dan

menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang

bisa menyampaikan ide atau cerita tertentu.

Menurut (Pratista 2017: 136), Inti dari sinematografi secara luas bisa dibagi

menjadi tiga aspek yakni: film dan kamera, framing, serta durasi gambar. Kamera

dan film meliputi teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok

filmnya, seperti penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, efek visual, warna.

Framing ialah hubungan objek dengan kamera yang akan diambil, seperti besarnya

wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, serta pergerakan dari kamera.

Sementara durasi gambar mencakup lama atau durasi sebuah obyek diambil

gambarnya oleh kamera.

Teknologi kamera digital yang semakin canggih, membuat segala sesuatu

dalam produksi film, kini menjadi lebih mudah dan murah. Seperti penggunaan

kamera DSLR hingga bahka kamera handphone. Sebagian besar produksi film

Page 25: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

9

independent bahkan kadang komersial, kini sudah umum menggunakan kamera

DSLR. Bahkan film-film komersial pun menggunakan jenis ini untuk mengambil

shot-shot tertentu. Pada sekuen aksi klimaks di New York dalam The Avengers,

beberapa shot-nya diambil menggunakan kamera DSLR, yakni 7D dan 5D Mark II,

karena alasan ringan, fleksibel, serta lebih efisien. Dalam hal ini sang penulis dalam

pembuatan film pendek bergenre drama tentang konflik interpersonal dalam

keluarga sebagai Director of Photography akan menggunakan kamera Mirrorless

A6500 dengan alasan fleksibel, dan memumpuni untuk diputar di tempat screening

sekelas bioskop layar lebar.

Menurut (Semedhi 2011, 17) Setiap juru kamera atau Director of

Photography, hampir pasti melengkapi peralatan pengambil;an gambarnya dengan

filter yang berguna sebagai penghasil efek maupun untuk mencegah berbagai sinar

yang tidak dikehendaki terekam oleh kamera. Director of Photography harus

mengenal setidaknya tiga macam filter dengan kegunaanya masing-masing, yaitu:

1. Filter yang menahan sinar masuk

Adapun jenis filter yang fungsinya adalah mengurangi sinar masuk, agar

hasil perekaman gambar yang akan diambil tidak terlihat mengganggu, adalah

seperti berikut:

a. Filter cicular light, adalah filter yang berfungsi menghilangkan efek dari

kaca atau pantulan dari kaca. Filter ini digunakan pula sebagai pelapis

kacamata agar kita tidak memantulkan cahaya.

b. Neutral Density Filter (ND), adalah filter yang berfungsi guna mengurangi

intensitas cahaya. Artinya, untuk pengambilan gambar yang memanfaatkan

Page 26: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

10

sumber cahaya yang sangat kuat atau berlebihan, akan terkurangi

intensitasnya jika pengambilan gambar memakai filter ini.

c. Ultra Violet Filter (UV). Filter ini digunakan untuk menghilangkan efek

terekamnya sinar ultra violet yang dipantulkan oleh benda yang terdapat di

alam, khususnya pada saat pagi atau sore hari. Kemampuan manusia untuk

melihat warna yang hanya mulai dari warna ungu (violet) sampai dengan

warna merah (red). Sementara itu, dalam warna ultra violet dan infra red

tidak bisa dilihat oleh mata manusia, padahal di disekitar kita ini banyak

yang memancarkan sinar ultra violet maupun infra red.

2. Color Temperature Filter

Filter color temperature adalah filter yang berguna untuk menetralkan

percampuran sumber cahaya (cahaya matahari dan cahaya buatan). Seperti kita

ketahui bahwa sumber cahaya berasal dari alam, khususnya matahari, jika diukur

dengan Kelvin Meter, maka kita akan mendapatkan ukuran derajat Kelvin yang

cukup tinggi yaitu di atas 3200 derajat Kelvin. Sementara, untuk cahaya buatan

(tungstens) lebih rendah dari 3200 derajat Kelvin.

3. Diffuse filter

Diffuse filter atau filter yang menyebarkan sinar berguna untuk

memberikan efek dari cahaya yang akan diambil, yang paling pupular dewasa ini

adalah filter star atau filter burst, fog filter dan soft focus filter.

a. Star/star burst filter. Efek yang didapatkan jika kita menggunakan filter

jenis ini adalah hasil rekaman gambar bisa memunculkan efek bintang

Page 27: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

11

untuk setiap ssumber cahaya yang terekam oleh kamera kita. Hal ini sangat

berguna untuk memberikan kesan mewah riang gembira.

b. Fog filter. Filter penyebar sinar yang banyak digunakan sebagai pembentu

special efek pagi hari adalah filter fog. Filter jenis ini memberikan efek

seolah alam sedang berkabut, pagi hari atau sore hari, padahal pengambilan

gambarnya dilakukan di siang hari yang terik.

c. Soft focus filter. Filter ini sangat berguna untuk memberikan kesan halus,

khususnya untuk pengambilan gambar Close up wajah seseorang yang

sedang bermasalah dengan kulit wajahnya.

4. Filter Pembias Sinar

Filter pembias sinar banyak digunakan untuk menciptakan suatu efek

special. Salah satu yang banyak digunakan adalah fish eye.

a. Fish eye filter, yaitu efek mata ikan, yang bisa memberikan kesan gambar

lengkung jika gambar yang akan diambil terdapat tiang-tiang tegak lurus.

b. Filter efek ganda (prismatic multiple image). Filter jenis ini banyak

digunakan untuk menciptakan efek gambar yang berlipat, bahkan

bertumpuk, seolah objek aslinya berhimpitan.

c. Special effect filter, yaitu filter yang bisa membuat gambar berubah menjadi

berbagai macam bentuk, diantaranya adalah membesarkanya sebagian dari

anggota tubuh.

Page 28: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

12

Pada monitor komputer. Kita dapat mengontrol tonalitas gambar (kualitas

gambar dan warna) melalui pengaturan kontras, brightness dan color. Gambar bisa

diatur lebih gelap atau terang dan warna dapat diatur lebih muda atau tua (Pratista

2017: 137).

1. Kontras dan Brightness

Kualitas kontras dan brightness sebuah gambar memiliki motif beragam

dalam sebuah film. Hal ini tentu tak lepas dari proses pewarnaan (color grading)

dalam tahap pascaproduksi sebuah film. kontras dan brightness umunya tergantung

dari tema dan genre filmnya walaupun tidak ada aturan baku dalam penggunaanya.

Film bergenre fantasi, fiksi ilmiah, komedi, atau film bertema keluarga, umumnya

cenderung memiliki gambar lebih focus dan lebih terang daripada film horror,

misteri, atau drama. Aspek kotras dan brightness juga sering digunakan untuk

membuat adegan yang bernuansa mimi atau fantasi, berbeda dengan pewarnaan

filmnya secara keseluruhan dan itu semua karena mata manusia secara cepat akan

memberikan informasi di alam bawah sadar (Pratista 2017: 137).

2. Warna

Sesuai dengan genre, tema, cerita, atau selera sineasnya lazimnya setiap

film memiliki tone warna gambar yang berbeda. Hal ini dicapai melalui Teknik

color grading dalam proses pascaproduksi. Sineas sering menggunakan tone warna

tertentu yang disesuaikan dengan motif cerita untuk membentuk mood filmnya.

Genre drama sendiri yang diambil oleh penulis dalam film akan lebih sering

menggunakan dengan warna dingin untuk mebuat kesan yang tidak bersahabat tapi

masih dalam satu irama.

Page 29: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

13

Hampir sama seperti mata manusia, lensa kamera juga mampu memberikan

efek kedalaman, ukuran, serta dimensi suatu obyek atau ruang. Namun, tidak seperti

mata kita, lensa kamera akan memberikan efek prespektif yang berbeda karena

memiliki ukuran focal length yang berbeda. Focal length, adalah jarak antara titik

tengah bagian lensa dengan bidang sensor atau film yang menangkap gambar pada

titik focus paling tajam. Jika sebuah obyek yang diambil pada jarak yang sama

dengan lensa yang memiliki ukuran focal length berbeda maka lingkup luasan

gambar yang dihasilkan akan berbeda pula. Semakin pendek atau kecil ukuran focal

length maka lingkup gambar akan semakin melebar. Semakin Panjang atau besar

ukuranya maka lingkup gambar akan semakin meyempit. Efek lensa ini bisa dibagi

menjadi beberapa tipe (Pratista, 2017, p. 140).

1. Wide angle Lens

Dari lensa jenis ini efek yang diberikan akan menimbulkan distorsi di

bagian kanan dan kiri frame dikarenakan lensa ini membuat sudut pandang tampak

objek lebih jauh. Sudut pandang yang bermula tampak sempit dengan menggunakan

lensa ini maka akan terlihat akan terlihat luas dari ukuran aslinya. Sementara sebuah

obyek akan terlihat lebih tinggi dari ukuran aslinya. Lensa ini sering digunakan

untuk mengambil dengan ruang yang luas seperti pemandangan dan lanskap, seperti

halnya kita sering jumpai pada film petualanagan atau epik sejarah. Penggunaan

lensa ini dalam jarak dekat akan membuat efek distorsi, dan distorsi ini akan

menambah kesan apapun yang ingin diberikan pada penontonnya. Untuk genre

drama sendiri lensa ini akan menambah kesan dimensi ruang yang sangat luas yang

Page 30: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

14

akan menyebabkan objek atau tokoh akan terlihat kecil di daerah yang luas

menandakan tokoh ini tidak bisa berbuat banyak atas keadaan yang menimpanya.

2. Normal focal Length

Normal focal length menghilangkan efek distorsi perpektif, atau bisa

dikatakan lensa jenis ini mendekati seperti apa yang dilihat oleh mata manusia. Efek

yang dihasilkan lensa ini natural. Ukuran, jarak, dan bentuk sebuah obyek akan sama

persis dengan jarak, ukuran, dan bentuk yang mana dilihat oleh mata manusia.

Wajah manusia akan tampak sama persis, normal, seperti mata kita melihatnya.

Lensa normal tidak memberikan efek kedalaman gambar yang lebih antara

foreground, tengah, dan background. Tipe lensa film ini cocok disaat cerita dalam

film memiliki alur yang tenang atau bisa pada saat alur yang tidak menonjolkan

konflik.

3. Long Focal Length (Telephoto Lens)

Lensa ini mempunyai efek yang berkebalikan dari lensa short focal length.

Lensa ini bias membuat kesan yang mana itu tampak jauh menjadi dekat dengan

sudut pandang yang sempit. Lensa ini mapu memberikan efek “dekat tetapi jauh”

dimana efeknya mirip seperti kita melihat objek pada sebuah teropong atau teleskop.

Efek kedalaman dalam frame sangatlah sedikit sehingga objek yang menjauh

ataupun menderkat seolah bergerak lebih lambat. Efek lensa ini dalam pembuatan

film yang bertemakan drama akan berguna disaat scene dimana suatu tokoh ingin

dilihatkan jauh dari penonton seakan akan sang tokoh menghadapi kejadian itu

sendirian dan penonton hanyalah orang yang tak bisa ikut campur didalamnya.

Page 31: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

15

4. Lensa Zoom

Lensa zoom ialah jenis lensa yang berfungsi guna mengubah focal length

sehingga mampu menghadirkan efek perspektif yang berbeda hanya dalam suatu

shot. Teknik ini sering pula digunakan sebagai efek pergerakan kamera “maju atau

mundur”. Kamera masih pada posisinya, tetapi efek dari lensa memperbesar atau

memperkecil sebuah objek.

5. Deep Focus

Teknik deep focus sebenarnya telah popular digunakan sejak era klasik.

Dengan ditemukannya, stok film yang semakin sensitif cahaya, lensa focal length

yang semakin pendek, serta tata cahaya berintensitas tinggi, membuat para sineas

pada era tersebut semakin intensif bereksperimen dengan efek kedalam gambar.

Teknik ini mampu menampilkan gambar yang sama fokusnya dari latar depat

(Foreground) hingga latar belakang (background).

6. Shallow focus

Sementara Teknik shallow focus atau sering juga diistilahkan rack focus

adalah kebalikan dari Teknik deep focus. Shallow focus menampilkan salah satu,

foreground atau background saja yang fokusnya tajam. Jika latar depan tampak

tampak tajam (infocus) maka latar belakang tampak kabur (outfocus), demikian pula

sebaliknya. Sementara racking focus adalah Teknik memindah fokus dalam sebuah

shot antara latar depan dan belakang. Umumnya dengan teknik ini, para sineas

menggunakannya untuk mengubah penekanan aksi dalam sebuah shot.

Menurut (Nugroho, 2014, p. 12), Pada ilmu sinematografi, unsur visual

yang merupakan “alat” utama dalam berkomunikasi. Maka jika dipelajari lebih

Page 32: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

16

dalam ilmu sinematografi ialah sebuah rangkaian gambar yang bergerak secara

intens yang dalam pem buatannya sangat memperhatikan sharpen, corak

penggambaranya, mengatur gambar yang akan ditampilkan, irama, dan sebagainya

yang seluruhnya adalah alat komunikasi nonverbal. Untuk menciptakan visual yang

bisa mengkomunikasikan pesan maka dibutuhkan bahasa bahasa kamera seperti

sudut pengambilan gambar (camera angle).

Sudut pengambilan dari pembingkaian yaitu sudut pandang dari penonton.

Mata kamera ialah cerminan dari mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili

penonton. Maka dari itu, penempatan kamera dan menentukan sudut pandang

penonton atau wilayah yang dilihat penonton yang nantinya akan sangat

berpengaruh dalam film

Bayu Widagdo dan Winastwan Gora (2007, 53) menjelaskan bahwa

ukuran framing atau Type of Shot dibagi menjadi beberapa ukuran standar

berdasarkan jauh dekatnya objek, yaitu:

1. Big Close Up atau Extreme Close Up

Ukuran close up dengan look detail atau terperinci dari suatu objek, yang

mana fungsinya ialah untuk memberikan informasi secara mendalam atas objek

diabil itu .

2. Close Up

Clsoe Up yaitu sudut pengambilan gambar yang berdekatan dengan objek,

objek akan memenuhi ruang frame.

Page 33: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

17

3. Medium Close Up

MCU yaitu pengambilan gambar dengan ukuran framing subjek lebih

jauh dari close up, tetapi tidak lebih dari medium shot.

4. Medium Shot

Medium shot adalah shot yang mengambil gambar subjek dengan ukuran

kurang lebih setengah badan. Dengan Shot ini akan memberikan kesan detai pribadi

tokoh dengan sedikit kaitannya dengan latar

5. Medium Full Shot

Dalam pengambilan gambar untuk shot ini akan memperlihatkan kira kira

¾ dari tubuh manusia, guna shoot ini ialah kesinambungan peristiwa disekitar tokoh

dengan tokoh itu sendiri.

6. Full Shot

Full Shot memungkinkan untuk framing yang dilakukan pada subjek secara

menyeluruh dari kepala hingga kakinya. Secara teknis, akan diberi ruang untuk head

room.

7. Medium Long Shot

Pengambilan gambar dengan mengikut sertakan latar atau setting di sekitar

subjek sebagai pendukung suasana cerita karena ada kesinambungan antara aksi

tokoh dengan setting tersebut.

8. Long Shot

Long shot adalah type of shot yang termasuk ukuran framing di antara MLS

dan ELS. Maka dari itu, long shot bias diartikan bahwa sudut pengambilannya luas

Page 34: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

18

ruang pandangnya lebih lebar dibandingkan medium long shot dan lebih sempit

dibandingkan ELS.

9. Extreeme Long Shot

Framing gambar dengan metode Extreeme Long Shot yang membuat tokoh

hampit tidak terlihat dari kejauhan. Disini, setting, latar, dan ruang sangat berperan.

Objek gambar terdiri dari artis dan interaksinya dengan ruang, ataupun

menampakkan keindahan alam yang berkesinambungan dengan cerita.

Menurut (Pratista, 2017, pp. 142-144) menjelaskan camera angle yaitu

penempatan atau posisi dari kamera yang diletakkan sesuai mood pada tokoh yang

mana itu akan menghadirkan inovasi baru dalam kesan yang disajikan. Camera

angle ditentukan ole tinggi dan pendek nya ketinggian. Camera angle bisa

dibedakan berdasarkan karakter gambar yang akan dihasilkan, terbagi atas:

1. Low Angle

Low Angle adalah sudut pengambilan gambar yang diambil dari bawah,

setidaknya sudut pengambilan diambil dari bawah mata. Pengambilan ini membuat

tokoh terlihat memiliki kekuatan.

2. Straight Angle

Straight angle merupakan pengambilan gambar yang diposisikan setinggi

mata subjek atau eye level. Sudut pengambilan gambar ini sering dibilang normal

angle karena pengambilan gambar ini ditempatkan setinggi mata subjek, maka dari

itu pengambilan gambar ini tergantung pada tinggi dari subjek.

Page 35: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

19

3. High angle

Apabila sudut posisi pengambilan kamera ada diatas eye level, maka

disebut high angle. Posisi kamera high angle memberikan kesan pada tokoh

layaknya subjek yang tidak memilki kekuatan dan Nampak kecil di mata orang lain

4. Canted angle

Canted angle yaitu pengambilan gambar yang sudutnya pengambilannya

dimiringkan pada bidang horizontalnya. Canted angle sering juga dikatakan Dutch

angle. Gambar yang dihasilkan akan lebih dinamis dan surealis dimana

pengammbilan ini akan menonjolkan kesan tegang, ada hal yang tidak beres , dan

khayalan penonton.

5. Subjective camera angle

Subjective camera angle, dihasilkan dengan menempatkan pengambilan

gambar pada posisi apa yang dilihat oleh tokoh, sudut ini akan memberikan kesan

penonton untuk ikut merasakan apa yang dilihat oleh tokoh.

6. Objective camera angle

Objective camera angle, adalah menenpatkan pengambilan gambar dari

banyak sudut pandang orang lain, kesan yang dihadirkan pada penonton ialah

penonton hanyalah orang luar yang tidak bias ikut campur dalam urusan tokoh.

7. Bird eye

Dikatakan bird view karena sudut pengambilan ini mengibaratkan mata dari

burung, yakni pengambilan lebih dari atas kepala dengan syarat objek dan subjek

tampak kecil atau jauh. Pengambilan gambar ini sering digunakn untuk melihat

keadaan sekitar yang berkaitan dengan tokoh.

Page 36: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

20

8. Frog eye

Pengambilan gambar yang dihasilkan dengan posisi yang sepadan dengan

lantai atau tanah. Sudut pandang ini menimbulkan kesan fantasi dari penonton.

9. Overhead shot

Overhead shot, bisa jadi adalah framing gambar yang paling tidak lazim

digunakan. Shot yang diambil mengarah secara tegak lurus ke bawah, tidak akan

mampu menampilkan wajah seseorang sehingga sudut pengambilan ini jarang

digunakan untuk objek manusia.

10. Point of View/Over Shoulder Shot

POV ialah framing dari titik pandangan pemain tertentu. Shot point of view

sering kali diikuti dengan shot-shot lewat bahu atau over the shoulder, yakni untuk

membangun hubungan antara pemain dan menggerakkan penonton pada posisi

pemain.

Dalam (Semedhi, 2011, pp. 57-62) Pergerakan gambar di layer bisa

dihasilkan oleh pergerakan kamera, dan pergerakan objek serta pergerakan bersama

antar kamera dan objek. Sudut pandang yang lebih sempit dari sudut pandang mata

manusia inilah yang diyakini sebagai salah satu penyebab juru kamera baru selalu

membuat gerakan pan, zoom, tilt, pedestal, dolly, track, jib.

1. Pan

Berasal dari kata (panoramic, pemandangan) adalah pergerakan kamera

mendatar secara horizontal. Gerakan pan seperti menyapu, baik kekiri maupun

kekanan.

Page 37: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

21

2. Zoom

Zoom, pergerakan kamera dengan mengubah ukuran focal length lensa.

Zoom in mengubah ukuran focal length tinggi (tele). Sebaliknya, zoom out

mengubah ukuran focal length lensa dari lensa tele ke lensa wide.

3. Tilt

Tilt merupakan pergerakan dari kamera ke bawah atau ke atas, tetapi

kamera masih pada titi tumpu yang sama (yang bergerak ke atas dan ke bawah

hanyalah ujung lensanya). Tilt up yaitu pergerakan dari bawah ke atas. Tilt down

merupakan pergerakan dari atas ke bawah.

4. Pedestal

Pedestal merupakan pergerakan kamera dari atas kebawah atau dari bawah

keatas secara vertikal. Namun berbeda dengan Tilt up dan Tilt down, untuk gerak

pedestal, seluruh bagian kamera, termasuk body dan lensa bergerak ke atas atau ke

bawah, namun ujung lensa tetap tidak berubah.

5. Track

Track, adalah pergerakan kamera mengikuti objek dalam pengambilan

gambar. Track right berarti kamera mengikuti objek kearah kanan, sementara track

left berarti sebaliknya, yaitu mengikuti objeknya ke arah kiri.

6. Dolly

Dolly, yaitu pergerakan kamera mendekati atau menjauhi objek. Dolly in

ialah gerakan kamera mendekat kearah objek tanpa mengubah sudut atau ukuran

lensa. Sementara, dolly back berarti pergerakan kamera menjauh dari objek tanpa

mengubah ukura lensa dan sudut liputanya.

Page 38: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

22

7. Jib

Jib, yaitu pergerakan kamera ke hampir segala arah. Namun dengan

pergerakan JIB, kita memerlukan alat bantu yang disebut jib, semacam crane yang

di tempatkan di atas penonton.

Ketika kamera mengambil gambar sebuah obyek, sineas dapat memilih

posisi obyek tersebut dalam frame-nya sesuai tuntutan naratif serta estetik dalam

komposisi yang simetris maupun dinamis. Menggunakan komposisi yang tepat akan

membuat visual yang dihadirkan akan lebih menarik. Director of Photography harus

mengenal berbagai teori komposisi, diantaranya adalah tiga dasar komposisi adalah

intersection of thirds (rule of thirds) atau teori sepertiga layar, golden mean area

(area utama untuk perhatian). Dan diagonal depth (teori kedalaman gambar akibat

komponen diagonal) (Semedhi, 2011, pp. 44-47).

1. Intersection of thirds (rule of thirds)

Empat titik (points of interest) dari empat pertemuan antara garis garis

imaginer yang dimana layar di bagi tiga baik secara vertikal maupun horizontal.

2. Golden mean area

Komposisi yang sering digunakan pada pengambilan full framing atau

close up ini membagi dua tampilan dalam frame secara horizontal kemudian dibagi

menjadi tiga bagian pada bagian atasnya. Area yang telah dibagi tersebut lah disebut

golden mean area dimana ditampilkannya bagian mata objek karena area itulah yang

biasanya menjadi sasaran atau pusat perhatian penonton.

Page 39: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

23

3. Diagonal depth

Diagonal depth adalah satu panduan yang memermudah dalam hal

memberika komposisi yang harmoni. Komposisi ini sangat cocok dipakai saat

pengambilang long shot. Disaat pengambilan long shot, Director of Photography

harus mempertimbangkan komponen yang berbentuk diagonal agar tercipta kesan

“depth” atau kedalaman juga dengan unsur garis diagonal maka akan membentuk

kesan tiga dimensi.

Dalam pengambilan gambar yang menarik menerut (Semedhi, 2011, pp.

47-49), mempunyai arti atau dengan kata lain, gambar yang akan diambil mampu

mewakilkan visi yang diinginkan atau bisa dikatakan gambar yang diambil harus

mampu “berbicara”. Oleh karena itu gambar yang akan diambil bisa dikatakan harus

mempunyai “nyawa”. Sebagai gambar yang “bernyawa” tentunya mempunyai gerak

khususnya kearah depan, atau mempunyai arah pandangan ke depan. Dengan

demikian, gambar kita akan terlihat lebih baik jika gambar yang akan diambil dapat

memberikan ruang yang lebih besar di depan maupun di belakang hidung kita. Oleh

karena itu, beberapa ahli membuat teori yang mengatur jarak objek dengan dinding

frame yang disebut rooming , diantaranya adalah:

1. Nose room

Nose room adalah gambar kosong yang terletak di depan muka atau hidung

objek, dengan tujuan memberikan arahan kepada objek saat berbicara atau

menunjukan arahan untuk menunjukan apa yang akan dituju objek.

Page 40: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

24

2. Back room

Back room adalah gambar kosong dibelakang kepala (terkadang back room

tersisa atau tidak ada). Biasanya ini di pakai pada saat seorang Director of

Photography ingin memberikan tersembunyi dengan syarat back room dengan luas

yang hamper setengah layar.

3. Head room

Head room adalah gambar kosong di atas kepala. Teknik ini biasa

digunakan agar gambar terlihat dinamis dan memberikan ruangan untuk bernafas

untuk objek.

4. Foot room

Foot room adalah gambar dibwah kaki. Sama halnya dengan head room ,

foot room biasa digunakan agar gambar terlihat dinamis dan memberikan ruangan

untuk bernafas untuk objek, tetapi biasanya luas foot room tidak seluas head room.

5. Destination room

Destinition room adalah gambar kosong di sebelah depan gambar yang

sedang bergerak. Ruang kosong sebagai nose room untuk benda yang bergerak ini,

di samping untuk menambah keindahan gambar juga berfungsi untuk menjaga agar

Director of Photography tidak kehilangan objek gambar karena onjek bergerak

cepat seperti halnya lomba balap motor, lomba mobil ataupun lomba lain yang

sangat dinamis.

2.3 Pencahayaan

Tanpa cahaya, sebuah benda tidak akan memiliki wujud. Tanpa cahaya,

sebuah film tidak akan terwujud. Seluruh gambar yang ada dalam film, bisa

Page 41: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

25

dikatakan merupakan hasil manipulasi cahaya. Cahaya membentuk sebuah benda

serta dimensi ruang. Tata cahaya dalam film, secara umum dapat dikelompok

menjadi empat unsur, yakni kualitas, arah, sumber, serta warna cahaya. Keempat

unsur ini sangat mempengaruhi tata cahaya dalam membentuk suasana dan mood

(Pratista 2017: 115-120)

1. Kualitas Pencahayaan

Kualitas cahaya menuju pada besar-kecilnya intesitas pencahayaan.

Cahaya terang (hard light) akan lebih menghasilkan bentuk obyek dan bayangan

yang jelas. kebalikanya cahaya lembut (soft light) akan cenderung membiaskan

cahaya yang mana akan menghasilkan bayangan tipis dan merata. Sinar dari

matahari saat siang hari atau cahaya lampu yang mnenyorot sangat tajam merupakan

hard light. Hard light cenderung membuat objek terlihat kontras dengan

lingkungannnya.

2. Arah Pencahayaan

Arah Pencahayaan merupakan arah dari cahaya yang menuju ke sebuah

objek yang mana akan memberikan kesan tersendiri di setiap fariasinya, yakni front

lighting, side lighting, back lighting, under lighting, top lighting.

b. Front lighting adalah teknik yang cenderung memudarkan bayangan dan

menegaskan bentuk dari sebuah objek atau wajah karakter.

c. Side lighting akan lebih bertujuan untuk menampilkan bayangan ke arah

samping tubuh tokoh atau bayangan pada wajah.

d. Back lighting mengusahakan untuk menampilkan bentuk siluet dari suatu

objek atau tokoh jika tidak di kombinasi dengan arah cahaya lain. Dalam

Page 42: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

26

film bisu, back lighting sering digunakan untuk menutup sebuah adegan

berganti ke adegan lain (seperti efek fade out).

e. Under lighting ditempatkan pada bawah depan dari suatu objek atau tokoh.

Efeknya akan seperti cahaya dari senter dan juga seperti api unggun yang

di arahkan dari arah bawah. Arah cahaya seperti ini akan lebih sering

digunakan untuk mendukung kesan horror atau sekedar untuk mempertegas

sumber cahaya alami seperti, lilin, api unggun, dan lampu minyak.

f. Top lighting digunakan untuk mempertegas cahaya dari lampu alami

seperti, lampu gantung lampu pijar atau lampu tiang jalan , kesan yang

diberikan antaranya ialah memberika mood yang tertekan dari seorang

tokoh.

3. Sumber Cahaya

Sumber cahaya berpusat pada sifat dari sumber cahaya, yaitu pencahayaan

buatan dan pencahayaan natural. Melalui penchayaan natural, pembuat film hanya

menggunakan cahaya apa adanya seperti yang terdapat di lokasi setting. Kualitas

cahaya yang dihasilkan kadang kurang baik, namun efek natural (realistis) dalam

sebuah adegan menjadi semakin tinggi. Sering pada saat produksi film, para

pembuat film kebanyakan memakai dua sumber cahaya, yaitu, sumber cahaya utama

(key light) dan sumber cahaya pengisi (fill light). Key light adalah asal cahaya yang

menjadi cahaya utama dan yang paling keras menghasilkan bayangan. Sementara

itu fill light, dihadirkan untuk melembutkan atau membiaskan bayangan dan

jumlahnya lebih dari satu.

Page 43: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

27

4. Warna Cahaya

Warna cahaya ialah penggunaan warna dari sumber cahaya yang dipakai.

Warna cahaya natural hanya bisa didapatkan dari sinar matahari (putih) dan cahaya

lampu (kuning) . Tetapi dengan menggunakan filter, dan mika sineas bisa

menghasilkan warna yang sesuai keinginannya. Warna cahaya juga digunakan

sineas untuk menghasilkan mood mood dalam cerita. Warna cahaya merah

contohnya, bisa digunakan untuk mengindikasikan seorang karakter yang sedang

marah.

5. Rancangan Tata Lampu

Rancangan tata lampu memang berhubungan erat dengan aspek teknis,

namun sangat berperan besar dalam mendukung suasana nuansa, serta mood sebuah

adegan. Suasana dan mood film roman dan komedi, tentu berbeda dengan film

horror atau thriller yang cenderung gelap dan suram. Adapun rancangan tata lampu

secara umum dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni high key lighting dan low

key lighting. Dua rancangan ini memiliki perbedaan karakter pencahayaan yang

sangat mencolok.

a. High key lighting merupakan satu teknik tata cahaya yang menciptakan

batas tipis antara area gelap dan terang. Teknik ini lebih mengutamakan

pada warna, bentuk, dan garis yang tegas pada tiap elemen mise-en-scene.

Teknik high key lighting, biasanya digunakan untuk adegan yang sifatnya

formal dan umum dengan catatan kesan yang di tonjolkan ialah kesan yang

tanpa adanya konflik.

Page 44: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

28

b. Low key lighting merupakan suatu teknik tata cahaya yang menciptakan

Batasan tegas antara area gelap dan terang. Teknik ini lebih mengutamakan

unsur bayangan yang tegas dam mise-en-scene. Cahaya utama (key light)

yang digunakan berintesitas tinggi dan cahaya pengisi (fill light) biasanya

lebih rendah. Teknik ini menampilkan sebuah efek yang disebut

chiaroscuro, yakni sebuah efek yang menimbulkan kontras antara area

gelap dan area terang. Teknik low key lighting, sering digunakan daam

adegan yang bersifat intim, mencekam, suram, serta misteri.

6. Bayangan

Unsur bayangan tercipta dari sisi gelap sebuah objek yang tidak terkena

cahaya. Teknik low key lighting yang memiliki batas tegas antara gelap dan terang,

tentu menciptakan bayangan, baik bayangan “pada objek” maupun “dari objek”.

Unsur bayangan mampu menambah sentuhan misteri serta efek dramatik sebuah

objek maupun adegan secara keseluruhan.

a. Bayangan pada objek, ialah bayangan yang tercipta ketika cahaya gagal

menerangi seluruh permukaan objeknya. Efek siluet merupakan bayangan

pada objeknya dan sering kali digunakan dalam banyak film untuk beragam

motif, baik tujuan estetik maupun motif cerita.

b. Bayangan dari objek, adalah bayangan yang tercipta dari sisi sebuah objek

yang tidak terkena cahaya dan tercetak di sebuah bidang objek lain.

Bayangan dari objek sering menggunakan bidang permukaan luas, seperti

dinding atau lantai. Teknik ini sering dipakai apabila sineas lebih tidak

Page 45: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

29

ingin menujukan kejadian secara langsung dan dari situ kesan misteri akan

muncul.

2.4 Film

Film adalah media elektronik paling tua daripada media lainnya, apalagi

film telah berhasil mempertunjukkan gambar-gambar hidup yang seolah- olah

memindahkan realitas ke atas layar besar. Keberadaan film telah diciptakan sebagai

salah satu media konflik massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang.

Lebih dari 70 tahun terakhir ini film telah memasuki kehidupan umat manusia yang

sangat luas lagi beraneka ragam.

Definisi film menurut para ahli

Menurut Kridalaksana (1984: 32) film adalah :

Lembaran tipis, bening, mudah lentur yang dilapisi dengan lapisan

antihalo, dipergunakan untuk keperluan fotografi.

Alat media massa yang mempunyai sifat lihat dengar (audio-visual )

dan dapat mencapai khalayak yang banyak.

Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

mengomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari,

film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

masyarakat. Film merupakan gambar yang bergerak. Menurut (Effendi 1986: 239)

film diartikan sebagai hasil budaya dan alat ekspresi kesenian. Film sebagai

komunikasi massa merupakan gabungan dari berbagai tekhnologi seperti fotografi

dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa dan seni teater sastra dan arsitektur serta

seni musik.

Page 46: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

30

Menurut Lihin dalam webnya referensimakalah.com pada dasarnya film

merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak, karena dalam

film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi

antara suara, tata warna, costum, dan panorama yang indah. Film memiliki daya

pikat yang dapat memuaskan penonton.

2.5 Fungsi Film

Fungsi film menurut Pravana Widho Oktendo yaitu menyampaikan

informasi yang sebelumnya belum pernah tersampaikan dalam bentuk audio-visual.

Audio-visual yang kini menambah hampir seluruh aspek kehidupan,mau

tidak mau memaksa pelaku film untuk belajar system audio-visual dengan baik,

agar bisa menampilkan gambar dengan baik pula, sehingga pesan yang akan kita

sampaikan kepada khalayak dapat mencapai hasil sesuai harapan.

Kemampuan sinematografi untuk membuat gambar yang baik dalam arti

komposisinya baik,exposenya bagus, cahayanya cukup dan mutu suaranya

memadai sangat penting, pelaku film dapat menampilkan tayangan yang cukup

informatif jika ditinjau dari segi gambar maupun suara pendukungnya (Semedhi

2011: 43).

2.6 Dasar-Dasar Produksi Film

Proses pembuatan film dilakukan di banyak tempat di seluruh dunia

dengan berbagai konteks ekonomi, sosial, politik, serta menggunakan teknologi dan

teknik yang sistematik. cara pembuatan film yang satu dengan lain pada dasarnya

sama, yang membedakan adalah tantangan untuk mewujudkan step by step

pembuatan tersebut.

Page 47: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

31

Dasar-dasar cara pembuatan film antara lain:

1. Menentukan Ide Cerita

Untuk menentukan Ide cerita bisa di dapatkan dari pengalaman pribadi,

atau suatu kondisi yang sedang di alami masyarakat.

2. Tentukan Sasaran Penonton

Setelah menentukan ide cerita dan tema. Tentukan pula film ini ingin

ditujukan untuk siapa, menentukan segmentasi penonton akan mempermudah kita

membuat alur cerita yang menarik.

3. Membuat Sinopsis Film

Sinopsis adalah komponen yang harus ada dalam sebuah film. Semua film

memerlukan sinopsis, tidak terkecuali film dokumenter. Menulis sinopsis harus

ringkas, padat, jelas, tepat sasaran dengan konflik yang jelas, dan ending yang bisa

memberi kejutan bagi penonton.

4. Menulis skenario

Setelah membuat sinopsis singkat, langkah selanjutnya adalah menulis

skenario. Skenario ini bisa kamu tulis sendiri atau meminta orang lain (yang

kompeten) untuk menuliskannya. Skenario harus ditulis secara detail dan rinci.

Dimana scene akan diambil (apakah diluar atau di dalam ruangan), bagaimana

ekspresi dan gerak-gerik para pemain, serta penjelasan dilokasi mana mereka akan

mengambil gambar.

5. Menyiapkan alat-alat teknis

Tentukan story board (alat perencanaan yang menggambarkan urutan

kejadian berupa kumpulan gambar dalam sketsa sederhana), tentukan lokasi yang

Page 48: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

32

sesuai dengan skenario. Siapkan kru, lampu, kamera, setting, property, kostum,

make up team, dan lain-lain.

6. Menentukan budget

Setelah menentukan semua alat teknis dan pemain yang kita inginkan,

maka kita harus membuat anggaran agar tidak melebihi budget yang sudah kita

tentukan. Seandainya anggaran melebihi budget mungkin kita bisa menyiasati

dengan “sewa” entah itu sewa kostum, properti atau alat sehingga biaya tidak

terlampau membengkak.

7. Merencanakan Sinematografi

Dalam sebuah produksi film, ketika seluruh aspke property, setting, dan

lain lain dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya sesuai dari

storyboard, pada tahap iniliah unsur sinematografi mulai mengambil peran. Unsur

sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: kamera dan

film, framing, serta durasi gambar.

8. Syuting dan Editing

Setelah ke enam komponen persiapan siap dan izin untuk pembuatan film

sudah turun, maka kamu sudah bisa memulai proses syuting sesuai dengan skenario

yang ada. Apabila proses syuting sudah selesai maka langkah selanjutnya adalah

mengedit film berdasarkan urutan scene dalam skenario.

9. Review dan Revisi

Setelah melalui tahap editing bukan berarti film sudah jadi. Alangkah

baiknya jika kamu meriviewhasil film yang sudah ada kemudian melakukan revisi

Page 49: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

33

apabila ada scene yang jelak dan tidak sesuai dengan skenario. Scene tersebut bisa

kamu buang atau kamu ganti dengan yang baru.

10. Membuat Promosi

Setelah semua proses pembuatan selesai, saatnya kamu mempromosikan

film yang kamu buat dengan berbagai media. Bisa amelalui web, blog, twitter,

facebook, poster, trailer, dan media lain (International Design School: 2014).

2.7 Tahap Pembuatan Film

Menurut (Triharyanto and Sekarwangi 2016: 453-456) proses pembuatan

film tari klasik dipilah menjadi tiga tahapan yaitu tahap praproduksi, tahap produksi

dan tahap pascaproduksi.

1. Tahap Praproduksi

Tahap praproduksi terdiri dari serang-kaian kegiatan yaitu penyusunan

skenario, format shooting ditetapkan menggunakan format VCD, recruitmen SDM

pendukung dan pembagian tugas, penyutradaraan (membuat script breakdown,

storyboard, shot list, schedule shooting), menyiapkan dan menyelenggarakan rapat

produksi, budgeting, logistik, menetapkan studio editing serta menyiapkan

peralatan baik yang perlu dibeli maupun sewa.

2. Tahap Produksi

Tahap produksi adalah pentahapan di mana proses pengambilan gambar atau

shooting film dimulai. Tentu saja tahap produksi hanya bisa dilakukan jika tahap

praproduksi benar-benar sudah dipersiapkan secara matang. Semua kegiatan shooting

pada tahap produksi, akan mengacu pada jadwal yang telah dipersiapkan oleh asisten

sutradara. Sedangkan tanggung jawab proses produksi sepenuhnya ada di tangan

Page 50: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

34

sutradara. Dari sinilah akan terlihat kinerja sutradara dalam memimpin semua pihak

yang terlibat dalam proses produksi. Dalam hal ini kemampuan leadership menjadi hal

yang utama. Demikian hanya terhadap proses peng-ambilan gambar atau shooting pada

sebuah tarian atau sendratari klasik dan seni tradisi, selalu bergerak dan sulit ditulis

dalam naskah, seorang produser harus memiliki konsep yang jelas. Tanpa konsep

program ini hanya akan jadi sajian serampangan.

3. Tahap Pascaproduksi

Tahap ketiga adalah pascaproduksi, yang melibatkan kegiatan yang berkaitan

dengan editing, termasuk dubbing dan spesial efek, menyiapkan materi promosi,

mengontrol promosi dan publikasi, serta menjalin kerja sama dengan pihak eksternal

untuk mendistribusikan hasil. Langkah terakhir pada pascaproduksi adalah

menyelesaikan laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada semua pihak yang

terkait. Tahap pascaproduksi merupakan pekerjaan editing yaitu proses mengolah hasil

pengambilan gambar menjadi sebuah karya sinematografi yang memenuhi standar

kualitas untuk ditayangkan di media komunikasi elektronik tertutama film dan televisi.

Proses editing bukan semata-mata menjadi ruang kreativitas editor tetapi selama proses

editing dilakukan harus melibatkan stageholder yaitu semua crew tim produksi

sehingga hasil editing selaras dengan tuntutan kebutuhan dan tidak menyimpang dari

skena-rio, script breakdown sheet maupun storyboard yang sudah dibuat pada tahap

praproduksi.

2.8 Genre Drama

Dalam film drama kebanyakan mempunyai jalan cerita yang serius, tokoh

tokoh dan setting yang realistis dan memvisualkan situasi kehidupan yang kerap

terjadi sehari-hari. Dengan menyinggung kisah yang sangat dekat dengan para

Page 51: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

35

penonton, film drama seringkali tidak berfokus pada efek-efek special, komedi,

ataupun aksi dari para pemainnya (International Design School, 2014).

Genre drama dalam menentukan sinematografinya mempunyai ciri khas

tersendiri dari pada genre yang lain, tapi itu semua tergantung pada sutradara

bagaimana menyampaikan cerita pada penonton. Untuk menentukan aspek kamera,

framing, dan penataan cahaya dalam contoh banyak film, genre drama sering

mengunakan penataan yang tidak frontal dan cenderung terkesan lambat atau soft.

Page 52: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

36

BAB III

METODE PENCIPTAAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Menurut Conny (dalam Putra 2017: 19), dijelaskan bahwa metode

penlitian berarti cara pengumpulan data dan analisis, dari analisa data tersebut

kemudian peneliti akan mendapatkan hasil berupa penegasan atas teori yang pernah

ada atau suatu penemuan baru. Metode yang digunakan dalam Tugas Akhir ini yaitu

metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualititatif merupakan suatu cara yang

digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data yang

bersumber dari wawancara, observasi, literatur dan studi eksisting. Menurut Corbin

dan Strauss (dalamWahidmurni 2017: 5) merupakan bentuk penelitian dimana peneliti

dalam mengumpulkan dan menganalisis data menjadi bagian dari proses penelitian

sebagai partisipan bersama informan yang memberikan data. Adapun alasan

menggunakan pendekatan kualitatif adalah:

Metode penelitian kualitatif ini kami gunakan untuk mendapatkan data

tentang Director of Photography, sinematografi, shot list dan lighting.

3.2 Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah treatment dan storyboard yang sudah

disusun sutradara. Setelah itu dikembangkan menjadi sebuah shotlist yang menjadi

acuan Director of Photography dalam pengambilan gambar.

Page 53: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

37

3.3 Lokasi Penelitian

Tempat yang menjadi lokasi penelitian di Darmo Permai Surabaya kepada

seorang Director of Photography secara langsung.

3.4 Sumber Data

Sumber data akan dihimpun dari buku atau studi literatur, wawancara dan

studi eksisting. Studi literatur dilakukan untuk menemukan keaslian data yang

sudah diterbitkan baik dari buku-buku maupun dari jurnal dan laporan penelitian

sebelumnya, wawancara dengan narasumber yang memiliki keahlian sesuai serta

dapat memberikan pemaparan kredibel tentang topik bahasan ini, dan studi

eksisting yaitu dengan mengamati beberapa film yang nantinya akan digunakan

sebagai refrensi film kami dari segi konsep, alur cerita, teknik pengambilan gambar,

lighting, editing dan lain sebagainya.

Merujuk dari data diatas, studi literatur akan diperoleh dari buku, laporan,

jurnal online dan website, yaitu sebagai berikut:

a. Memahami Film, buku karangan Himawan Pratista (2017).

b. Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar, buku karangan Bambang Semedhi

(2011).

c. Sinematografi Panduan Usaha Sendiri, buku karangan Etsa Indra Irawan dan

Laelasari (2011).

d. Teknik Dasar Videografi, buku karangan Sawo Nugroho (2014).

e. Mari Membuat Film, buku karangan Heru Effendy (2014).

f. Bikin Film Yuk, buku karangan Nurul Muslimin (2018).

Page 54: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

38

g. Tugas Akhir dengan judul Diroctor of Photography (DOP) dan editor dalam

pembuatan film pendek begenre science fiction berjudul 6 PM , laporan dari

Linda Dwi Wahyuni (2018).

h. Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh, laporan dari Sarah Salpinah (2018).

i. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, jurnal online

dari Anindya Kharisma Juariyah.

j. Proses Komunikasi Interpersonal Ayah Dan Anak Dalam Menjaga Hubungan,

jurnal online dari Yenny Wijayanti (2013).

k. www.idseducation.com

l. www.ilmumanajemenindustri.com

m. www.kreativv.com

Selain studi literatur, pengumpulan data juga akan dilakukan dengan

wawancara yaitu kepada Paulus Rizal yang menekuni bidang Director of

Photography.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pembuatan skenario dalam film ini, penulis menggunakan penelitian

secara kualitatif, menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, studi

literatur dan studi eksisting. Melalui teknik pengumpulan data ini, akan dicari hal-

hal berkaitan dengan Director of Photography, sinematografi, shot list dan lighting.

Penulis menggunakan teknik sampling purposive sampling. Dimana menurut

Sugiyono (2010: 124), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu dari orang yang dianggap paling tahu tentang apa

Page 55: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

39

yang diteliti. Maka dari itu penulis menentukan beberapa narasumber yang sesuai

dan akan memberikan informasi yang valid.

Wawancara dilakukan secara ketat (In-depth Interview) kepada 3 (tiga)

narasumber dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan

dengan objek yang akan diteliti secara langsung, wawancara ini untuk mendapatkan

informasi dan keterangan yang penulis butuhkan demi menyelesaikan penelitian

ini.

3.6 Hasil Pengumpulan Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang kami lakukan, kami

mendapatkan data yaitu sebagai berikut:

3.6.1 Director Of Photography

Data tentang Director of Photography kami dapat berdasarkan studi

literatur dan wawancara yaitu sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Menurut Irawan dan Laelasari (2011: 6) dalam bukunya menjelaskan

bahwa Director of Photography adalah orang yang bekerja untuk mewujudkan dan

mengembangkan visual sinematografi dalam naskah atau skenario berdasarkan visi

dari sutradara.Director of Photographyharus menguasai cerita, paham akan

kamera, paham lensa, paham filter, paham akan equipment, bisa menentukan

penggambaran cerita itu berdasarkan visi sutradara, menguasai sinematografi dan

menguasai teknik pencahayaan.

Dan juga menurut Ensadi (2013: 54) menjelaskan bahwa Director of

Photography disebut juga sinematografer, bertugas mempersiapkan rancangan

Page 56: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

40

blocking dan equipment- nya, seperti camera, lensa, lighting, grip yang sesuai

dengan konsep, dan penafsiran kreatif atas skenario yang telah dibuat sutradara.

Seorang Director of Photography akan menafsirkan skenario ke dalam bentuk

gambar, baik itu type of shot Long shot, Medium shot,Medium close up dan

penempatan lighting-nya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan narasumber sinematografer sekaligus brand

ambrassador dari Sony yaitu Rizal Paulus. Wawancara dilakukan pada hari Sabtu

9 Maret 2019 pukul 16.00. Beliau menjelaskna bahwa tugas terpenting dari seorang

Director of Photography adalah mengerti tentang alat yang berhubungan dengan

kamera. Director of Photography adalah tugas terberat dalam film, karena Director

of Photography mengurusi hal mengenai perekaman yang mana rekaman itu akan

menjadi sebuah film selain itu juga Director of Photography juga mengatur lighting

yang digunakan pada saat produksi karena pencahayaan adalah salah satu factor

film menjadi lebih hidup. angle ,tinggi, rendah dari posisi kamera akan

mempengarusi rasa yang akan diberikan. Walaupun sedikit pergerakan akan

mempengaruhi rasa yang akan ditimbulkan terutama drama.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Director of Photography

memiliki tugas yang berat karena konsep yang diusung seorang Director of

Photography harus mewujudkan visi sutradara kedalam bentuk visual yang

didukung dengan pencahayaan yang penuh makna.

Page 57: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

41

3.6.2 Sinematografi

Data tentang sinematografi penulis dapatkan dari studi literatur yaitu

sebagai berikut:

Menurut Pratista (2017: 136) dalam bukunya menjekaskan bahwa unsur

sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek yakni: kamera dan film,

framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup Teknik-teknik tentang

dapat dilakukan melalui kamera dan stok (data mentah) filmnya, seperti penggunaan

lensa, kecepatan gerak gambar, efek visual, pewarnaan. Framing adalah hubungan

kamera dengan objek yang akan diambil, seperti lingkup wilayah gambar atau

frame, jarak, ketinggian, serta pergerakan kamera. Sementara durasi gambar

mencakup lama atau durasi sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera.

Dan juga menurut Irawan dan Laelasari (2011: 1), sinematografi berasal

dari kata serapan bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa latin

kinema yang berarti “gambar”. Sinematografi dapat diartikan sebagai seni dan

teknologi dari fotografi gambar bergerak. Sinematografi merupakan bidang ilmu

yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan

gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide

atau cerita tertentu.

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai

sinematografi yang diinginkan membutuhkan beberapa aspek agar ide atau cerita

dapat tersampaikan secara visual.

Page 58: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

42

3.6.3 Shot List

Dalam pembuatan shot list memerlukan persiapan yang bertahap, yaitu

perencanaan lokasi, pemahaman alat dan segala fungsinya mengenai efek yang

akan hasilkan dari alat tersebut dan juga pemahaman type of shot yang akan

berpengaruh terhadap rasa dari gambar yang dihasilkan.

Data tentang shot list kami dapat berdasarkan studi literatur sebagai

berikut:

Menurut Andina (2019) dalam websitenya menjelaskan bahwa shot list

adalah dokumen yang dibuat untuk memetakan apa saja aspek yang harus

dilengkapi saat membuat film. Dokumen ini dibuat berdasarkan adegan yang ada

di dalam naskah, kemudian dipecah menjadi scene, shot, camera angle, camera

move, dan keterangan equipment yang lainnya. Daftar shot menjadi rancangan

sebuah film dari yang awalnya berupa naskah, sampai benar-benar divisualisasikan

saat tahap produksi. Dokumen ini menjadi sangat penting, karena di dalamnya

tersedia daftar terperinci yang digunakan sebagai panduan untuk kru yang dibuat

oleh Director of Photography. Semakin besar proyek yang akan di buat, maka akan

semakin detail pula daftarnya. Disimpulkan bahwa shot list adalah sebuah

dokumen pedoman untuk crew kamera dalam menjalankan prosedur pada saat

produksi. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa shot list adalah dokumen

pedoman untuk kru kamera dalam menjalankan prosedur dalam sebuah produksi.

3.6.4 Lighting

Data tentang lighting, penulis dapatkan dari studi literatur dan studi

eksisting yaitu sebagai berikut:

Page 59: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

43

1. Studi Literatur

Menurut Pratista (2017: 115-120) dalam bukunya menjelaskan bahwa tanpa

cahaya, sebuah benda tidak akan memiliki wujud. Tanpa cahaya, sebuah film

tidak akan terwujud. Seluruh gambar yang ada dalam film, bisa dikatakan

merupakan hasil manipulasi cahaya. Cahaya membentuk sebuah benda serta

dimensi ruang. Tata cahaya dalam film, secara umum dapat dikelompok

menjadi empat unsur, yakni kualitas, arah, sumber, serta warna cahaya.

Keempat unsur ini sangat mempengaruhi tata cahaya dalam membentuk

suasana dan mood.

2. Studi Eksisting

Studi eksisting yang kami lakukan kepada film Pagi Tanpa Mentari produksi

tahun 2016. Penulis mengambil contoh pencahayaan dan warna pada film ini.

Dimana pencahaayan sangat penting untuk lebih menghidupkan film. Warna

kami mengambil biru sesuai dengan konsep yang diangkat sutradara dan penulis

skenario.

Gambar 3.1 Potongan scene Pagi Tanpa Mentari

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 60: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

44

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa cahaya dan warna dalam film

untuk membentuk sebuah dimensi ruang. Dan pewarnaan dalam film berfungsi

untuk membangun mood film.

3.7 Teknik Analisa Data

Setelah mengumpulkan data dari berbagai sumber, proses selanjutnya

yaitu analisa data dengan cara mengelompokkan lalu mengolah dan mencar katai

yang identik.

3.7.1 Reduksi Data

Tabel 3.1 Reduksi data Director Of Photography berdasarkan Studi Literatur

Sumber Data Deskripsi Intisari

Menurut Irawan

dan Laelasari

(2011: 6) dalam

bukunya yang

berjudul

Sinematografi

director of photography adalah

orang yang bekerja untuk

mewujudkan dan

mengembangkan visual

sinematografi dalam naskah atau

skenario berdasarkan visi dari

sutradara.Director of

Photography harus menguasai

cerita, paham akan kamera,

paham lensa, paham filter, paham

akan equipment, bisa

menentukan penggambaran

Mengembangkan ke

dalam visual

Page 61: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

45

Sumber Data Deskripsi Intisari

cerita itu berdasarkan visi

sutradara, menguasai

sinematografi dan menguasai

teknik pencahayaan.

Menurut Ensadi

(2013: 54)

director of photography disebut

juga sinematografer, bertugas

mempersiapkan rancangan

blocking dan equipment- nya,

seperti camera, lensa, lighting,

grip yang sesuai dengan konsep,

dan penafsiran kreatif atas

skenario yang telah dibuat

sutradara. Seorang Director of

Photography akan menafsirkan

skenario ke dalam bentuk gambar,

baik itu type of shotLS, MS,MCU

dan penempatan lighting-nya.

Menafsirkan scenario

ke dalam gambar

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 62: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

46

Tabel 3.2 Reduksi data Direct Of Photography berdasarkan wawancara

Sumber

Wawancara Deskripsi Intisari

Rizal Paulus

seorang

sinematografer

tugas terpenting dari seorang

Director Of Photography adalah

mengerti tentang alat yang

berhubungan dengan kamera.

Director of Photography adalah

tugas terberat dalam film, karena

Director of Photography

mengurusi hal mengenai

perekaman yang mana rekaman

itu akan menjadi sebuah film.

selain itu juga Director of

Photography juga mengatur

lighting yang digunakan pada

saat produksi karena

pencahayaan adalah salah satu

factor film menjadi lebih hidup.

angle ,tinggi, rendah dari posisi

kamera akan mempengarusi rasa

yang akan diberikan. Walaupun

sedikit pergerakan akan

Membawahi

cameramen dan

lighting

Page 63: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

47

Sumber

Wawancara Deskripsi Intisari

mempengaruhi rasa yang akan

ditimbulkan terutama drama.

(Sumber: Olahan Penulis)

Tabel 3.3 Reduksi Data Sinematografi berdasarka studi literatur

Sumber Deskripsi Intisari

Pratista (2017: 136)

yang berjudul

Memahami Film

Sinematografi secara umum

dapat dibagi menjadi tiga aspek

yakni: kamera dan film, framing,

serta durasi gambar. Kamera dan

film mencakup Teknik-teknik

tentang dapat dilakukan melalui

kamera dan stok (data mentah)

filmnya, seperti penggunaan

lensa, kecepatan gerak gambar,

efek visual, pewarnaan. Framing

adalah hubungan kamera dengan

objek yang akan diambil, seperti

lingkup wilayah gambar atau

frame, jarak, ketinggian, serta

pergerakan kamera. Sementara

durasi gambar mencakup lama

Ruang lingkup di

wilayah gambar

Page 64: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

48

Sumber Deskripsi Intisari

atau durasi sebuah obyek diambil

gambarnya oleh kamera.

Irawan dan

Laelasari (2011: 1)

yang berjudul

Sinematografi

Sinematografi merupakan bidang

ilmu yang membahas tentang

teknik menangkap gambar dan

menggabung-gabungkan gambar

tersebut sehingga menjadi

rangkaian gambar yang dapat

menyampaikan ide atau cerita

tertentu.

Ilmu menangkap

gambar

(Sumber: Olahan Penulis)

Tabel 3.4 shot list berdasarkan studi literatur

Sumber Deskripsi Intisari

Menurut Andina

(2019) dalam

websitenya

www.kreativv.com

shot list adalah dokumen yang

dibuat untuk memetakan apa saja

aspek yang harus dilengkapi saat

membuat film. Dokumen ini

dibuat berdasarkan adegan yang

ada di dalam naskah, kemudian

dipecah menjadi scene, shot,

camera angle, camera move, dan

Dokumen pedoman

sinematografer

Page 65: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

49

Sumber Deskripsi Intisari

keterangan equipment yang

lainnya.

(Sumber: Olahan Penulis)

Tabel 3.5 Reduksi Data Lighting berdasarkan studi literatur

Sumber Deskripsi Intisari

Menurut Pratista

(2017: 115-120)

dalam bukunya

yang berjudul

memahami film

Tanpa cahaya, sebuah benda

tidak akan memiliki wujud.

Tanpa cahaya, sebuah film tidak

akan terwujud. Seluruh gambar

yang ada dalam film, bisa

dikatakan merupakan hasil

manipulasi cahaya. Cahaya

membentuk sebuah benda serta

dimensi ruang. Tata cahaya

dalam film, secara umum dapat

dikelompok menjadi empat

unsur, yakni kualitas, arah,

sumber, serta warna cahaya.

Pembentuk dimensi

ruang dalam film

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 66: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

50

Tabel 3.6 Reduksi Data Lighting berdasarkan Studi Eksisting

Sumber Film Deskripsi Intisari

Pagi Tanpa Mentari

(2016) karya IKJ

Penulis mengambil contoh

pencahayaan dan warna pada film

ini. Dimana pencahaayan sangat

penting untuk lebih

menghidupkan film. Warna kami

mengambil biru sesuai dengan

konsep yang diangkat sutradara

dan penulis skenario.

Menghidupkan film

(Sumber: Olahan Penulis)

3.7.2 Menyajikan Data

Tabel 3.7 Penyajian Data

Masalah

yang diteliti

Studi

Literatur Wawancara

Studi

Eksisting Intisari

Director Of

Photography

Visual

Gambar

Gambar

Kameramen

Lighting

Gambar

Sinematografi Ilmu

Gambar

Ilmu

pengambilan

gambar

Page 67: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

51

Masalah

yang diteliti

Studi

Literatur Wawancara

Studi

Eksisting Intisari

Shot List Dokumen

Pedoman

Dokumen

pedoman

Lighting Cahaya

Dimensi

ruang

Menghidupkan

film

Dimensi

ruang

(Sumber: Olahan Penulis)

3.7.3 Kesimpulan Inti

Dapat disimpulkan bahwa seorang Director of Photography memiliki

tugas yang berat dalam produksi. Elemen-elemen penting harus disusun seorang

sinematografer untuk mendukun sebuah visual yang bermakna. Seorang Director

of Photography juga membawahi lighting untuk membentuk dimensi ruang dalam

sebuah shot yang berfungsi untuk lebih menghidupkan sebuah film.

Page 68: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

52

BAB IV

PERANCANGAN KARYA

Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan karya yang dibuat.

Apabila pada saat produksi terjadi perubahan rencana, maka akan dijelaskan lebih

detail pada bab V.

Gambar 4.1 Tabel Perancangan Karya

(Sumber: Olahan Penulis)

4.1 Pra Produksi

Pada proses pra produksi hal yang pertama adalah melakukan recce

bersama sutradara dengan tujuan menentukan peralatan yang dibutuhkan kru

kamera pada saat di lokasi berupa pemilihan lensa, penataan kamera dan penataan

lighting.

Page 69: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

53

4.1.1 Hasil Recce

Tabel 4.1 Analisa Setting

N

O TEMPAT

SPESIFIKA

SI GAMBAR

1 Rumah

Reno

3 kamar

1 kamar

mandi dalam

Dapur

Ruang

keluarga/rua

ng makan

Teras

Page 70: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

54

N

O TEMPAT

SPESIFIKA

SI GAMBAR

2 Suasana

Jalan

3 Suasana

Pantai

Page 71: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

55

N

O TEMPAT

SPESIFIKA

SI GAMBAR

4 Sawah

5 Gapura

6 Rel Kereta

Api

Page 72: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

56

N

O TEMPAT

SPESIFIKA

SI GAMBAR

7 Pos Ronda

8 Rumah

Katering

Tempat

makan

Ruang

tengah

Page 73: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

57

N

O TEMPAT

SPESIFIKA

SI GAMBAR

9 Warung

10 Rumah

Sakit

Page 74: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

58

N

O TEMPAT

SPESIFIKA

SI GAMBAR

11 Kantor

12 Bengkel

Page 75: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

59

N

O TEMPAT

SPESIFIKA

SI GAMBAR

(Sumber: Olahan Penulis)

4.1.2 Shot List

Setelah melakukan recce bersama sutradara, penulis akan merancang shot

list dan shotplan berdasarkan storyboard yang telah disusun sutradara yang akan

digunakan dalam proses produksi film. Shotlist dan shotplan dirancang dengan

mengombinasikan letak kamera, pergerakan kamera, teknik pengambilan gambar,

penataan cahaya dengan ilmu sinematografi.

Page 76: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

60

Tabel 4.2 Shot List

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

1 1 1 WID

E

FROG

VIEW /

DEEP

FOCUS

STIL

L

GIMB

AL /

BACK

WARD

/

STRAI

GHT

Kipas angin

AMBIENT +

SFX KERAN

AIR

2 1 2 WID

E

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

GIMB

AL /

FORW

ARD /

STRAI

GHT

Terlihat ruang tamu

tengah , track in

AMBIENT +

SFX ROKOK

3 - - BLA

CK BLACK

BLA

CK

BLAC

K BLACK SCREEN

VO + SFX

BARANG

BERJATUHAN

4 1 3 FS

GROUND

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L RIG

terlihat lipstick

menggelinding ,

framing tembok atau

lemari disaat

bersamaan terlihat

sapta sehabis

membuang sesuatu

dan sehabis itu

tangannya

memegang wastafel ,

sapta merokok dan

mengeces ke asbak

di depan watafel,

Kamera dari kiri

sapta

SFX +

AMBIENT +

BGM

Page 77: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

61

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

5 1 4 MS

SHOULD

ER

LEVEL /

RACK

FOCUS /

FRAMIN

G

TILT

UP

TRIPO

D

Terlihat sapta

mengeces , framing

badan sapta, tilt up

ke kaca melihatkan

muka sapta yang

bingung campur

sedih , sapta melihat

ke foto(rack focus)

dan sedkit pan

kearah foto , sapta

mengambil foto ,

Kamera dari kiri

sapta

SFX +

AMBIENT +

BGM

6 1 5 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FACUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta dari

depan, sapta melihat

kea rah foto.

SFX

+AMBIENT+

SUARA

SAPTA

7 1 6 CU

SHOULD

ER

LEVEL/

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat foto ninik ,

kamera dari kiri

sapta

SFX +

AMBIENT +

SUARA NINIK

8 1 7 MCU

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

FOL

LO

W

HAND

HELD

Terlihat tangan

sapta meremas foto ,

sedikit terlihat sapta

dan ninik, sapta

mengangkat

tanganya seraya igin

melempar

membanting, kamera

dari kiri

SFX +

AMBIENT

Page 78: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

62

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

9 1 8 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

UP

HAND

HELD

Terlihat sapta dari

memegangnya di

daerah perut ke

posisi tangan di atas

ingin membanting ,

kamera dari kiri

serong Terlihat

dominan mulut sapta

teriak “omong

kosong”

SFX +

AMBIENT

10 1 9 MCU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

DO

WN

HEND

HELD /

BACK

WARD

/

STRAI

GHT

Terlihat Sapta ingin

membanting (track)

tapi ngefreze tiba

tiba karna

mendengar suara

gagang terbuka dan

menoleh kearah

reno, kamera dari

kiri pas

SFX MAU

TERTUTUP

PINTU

TERTUTUP +

AMBIENT

11 1 10 MS

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

PAN

RIG

HT

TRIPO

D

Terlihat reno dari

menutup pintu

sampai di depan

pintu berhenti karna

Sapta membentak ,

kamera dari kanan

sapta ,zoom out

SFX

TERTUTUP

PINTU

TERTUTUP

SUARA

SAPTA +

AMBIENT

12 1 11 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat sedikit

ruang depan muka

reno saat senyum ,

Reno jalan lagi ,

kamera pan sedikit

mengikuti gerkan

Reno , kamera dari

AMBIENT

Page 79: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

63

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

kanan Reno . zoom

out

13 1 12 MS

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

dihiraukan Reno ,

Reno berjalan

menuju kamar dan

menutup pintunya,

Sapta melihat Reno

sampai kamar

kemudian melihat

foto, kamera dari kiri

serong

SFX PINTU

TUTUP +

AMBIENT

14 1 13 CU

OSS /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat foto bagian

Reno , diusap usap,

kamera bahu kiri

AMBIENT +

BGM

15 1 14 MS

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

TILT

UP

&

PAN

RIG

HT

TRIPO

D

Terlihat tangan

Sapta mengusap

dilanjut Sapta

menaruh ke atas Tilt

up, tahan tangan

sebentar Pan right ke

muka Sapta seakan

ingin bertemu Reno ,

Sapta berjalan

sampai menutupi

kamera , kamera dari

kiri depan sapta ,

framing tembok

lebih banyak

AMBIENT +

BGM

16 1 15 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

membuka pintu dan

memanggil Reno,

sapta melirik ke

AMBIENT +

SFX BUKA

PINTU + BGM

Page 80: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

64

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

FOCUS /

FRAMIN

G

bawah , kamera dari

belakang kiri sapta

17 1 16 MS

WAIST

LEVEL /

RACK

FOCUS

STIL

L

SLIDE

R /

RIGHT

WARD

/

STRAI

GHT

Terlihat pintu

tertutup , geser ke

kanan untuk

melihatkan ekspresi

Reno yang terdiam

dan menoleh ke arah

pintu , dan tersugkur

kembali sambil

mengekspresikan

kekesalan dengan

mengusap usapkan

tangannya . kamera

dari kiri pas wajah

Reno

AMBIENT +

BGM

18 1 17 WID

E

BIRD

VIEW /

DEEP

FOCUS

STIL

L

NGAK

AL

Terlihat Reno yang

terdiam tersungkur

di dalam ruangan

yang kosong ,

kemudia suara pesan

masuk , Reno

terbentang ,Vo Reno

“ aaahhh”

AMBIENT +

BGM + SFX

PESAN

MASUK + VO

RENO

19 1 18 MCU

WAIST

LEVEL /

FOLLOW

FOCUS

PAN TRIPO

D

Terlihat Reno

terbentang menoleh

kearah HP yang ada

d kesak , pan right ,

Reno mengambil Hp

di kesak , Reno

melihat hp diikuti

kamera pan left ,

AMBIENT +

BGM

Page 81: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

65

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

terlihat jempol Reno

memencet WA

20 1 19 ECU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L &

TILT

DO

WN

HAND

HELD

Terlihat reno

memencet WA,

Terlihat obrolan

Cuma “ O” saja,

terlihat membuka

chat , tilt down

terlihat chat “O” ,

kamera dari kanan

Reno , zoom in

AMBIENT +

BGM + SFX HP

21 1 20 MCU

HIGH

ANGLE /

RACK

FOCUS

STIL

L &

PAN

RIG

HT

HANH

ELD

Terlihat Reno

tersenyum melihat

chat , dan mulai

mengetik , Pan

kanan sedikit

bersamaan dg rack

focus ke tangan

sampai Reno selesai

mengetik , kamera

dari depan kanan

Reno

AMBIENT +

BGM + SFX HP

22 1 21 ECU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HANH

ELD

Terlihat chat Reno ,

reno melemaskan

tanganya

AMBIENT +

BGM + SUARA

NAFAS RENO

23 1 22

MS

(WID

E)

BIRD

VIEW /

DEEP

FOCUS

STIL

L

NGAK

AL /

BACK

WARD

/

STRAI

GHT

Terlihat Reno

melemaskan

tanganya dan

melihat langit , dan

kemudian terkaget

oleh pecahan pigora,

dan ekspresi reno

AMBIENT +

BGM + SFX

PIGORA

PECAH

Page 82: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

66

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

seakan berkata

“kenapa ini selalu

terjadi” . zoom out

24 1 23 MS

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

GIMB

AL /

BACK

WARD

/STRAI

GHT

Terlihat Sapta

dengan kedua

tanganya diletakkan

kepala dengan

ekspresi stress ,

kamera dari

belakang kiri Sapta

BGM

25 1 24 MCU

HIGH

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

GIMB

AL /

BACK

WARD

/

STRAI

GHT

Terlihat foto

keluarga yang pecah

pada bagian tengah

pada bagian Ninik ,

presisi

BGM

26 1 32 BLA

CK BLACK

BLA

CK

BLAC

K BLACK SUARA JAM

27 2 1 ECU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat jam

setengah 6

SFX SUARA

JAM +

AMBIENT

28 2 2 CU

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat kaos kaki di

pasangkan, sapta

duduk di ruang

utama, kamera dari

kiri sapta

SFX SUARA

TALI

SEPATU+

AMBIENT

29 2 3 CU EYE

LEVEL /

SHALLO

STIL

L

TRIPO

D Terlihat Sapta

membenakan dasi ,

SFX SUARA

DASI+

AMBIENT

Page 83: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

67

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

W

FOCUS

kamera dari depan

presisi

30 2 4 CU

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

melihat Jam tangan

di tangan kiri, terus

menurunkan

tanganya kamera

mata Sapta

AMBIENT

31 2 5 MCU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

menurunkan

tanganya trus

teringat Reno, Sapta

memanggil reno

dengan menoleh ke

kanan , kamera dari

depan kiri Sapta,

Sapta dominan

kanan , banyak

ruang di sebelah kiri

SUARA

SAPTA +

AMBIENT

32 2 6 FS(tel

e)

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat dari

kejauhan Sapta

berteriak Reno ,

terlihat gerak gerik

Sapta jengkel , Sapta

berdiri , menyedot

sekali rokoknya dg

membelakangi

kamera , mematikan

rokok , berjalan

menuju kamera

sampai melewati

kamera. Kamera dari

TV dekat tembok

SUARA

SAPTA + SFX

ROKOK +

AMBIENT

Page 84: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

68

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

33 2 7 MCU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

membuka pintu ,

Kamera dari depan

kiri Sapta di dalam

kamar

SUARA

SAPTA +

AMBIENT +

BGM

34 2 8 WID

E

HIGH

ANGLE /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat ruangan

Reno kosong ,

dengan Sapta berada

di sisi kanan frame ,

kamera dari depan

kiri jauh Sapta

AMBIENT +

BGM + SUARA

RENO

35 3 1 MS

GROUND

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L /

PUL

L UP

GIMB

AL /

FOLLO

W

Terlihat kaki Reno

berlari sekuat tenaga

, pull up melihatkan

sepatu yang dibawa ,

pull up melihatkan

wajah reno sedang

terengah engah dan

stress dan Reno

mempercepat larinya

sampai kamera

tertinggal dengan

ekspresi Reno

seperti “ ahhhhh” dg

kesal , kamera dari

kanan , awal kaki

dominan di bagian

kanan frame ,

memberikan banyak

ruang di kiri, pas

melihatkan wajah ,

wajah dominan di

kiri , dan akhirnya

kamera di salip

AMBIENT +

BGM + SUARA

RENO + SFX

BERLARI

Page 85: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

69

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

36 3 2

WID

E

TELE

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno berlari

menjauh dari kamera

, kamera dari

belakang jauh Reno ,

presisi

AMBIENT +

BGM + SUARA

RENO + SFX

BERLARI

37 4 1

WID

E

TELE

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat

Pemandangan ,

kemudian terlihat

Reno datang dari

arah kanan , Reno

sempat mengambil

beberapa batu ,

sampai di tengah

Reno melihat batu

yang diambilnya ,

kamera dari kanan

Reno Jauh

AMBIENT +

BGM +SFX

RENO

BERJALAN

38 4 2 FS

TELE

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno duduk

di pinggiran

pantai/dermaga dan

memandangi laut ,

kamera dari kanan

belakang , Reno

dominan di kiri ,

memberi space di

kanan untuk

pemandangan laut

AMBIENT +

BGM

39 4 3

CU

WID

E

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat wajah Reno

yang lebam saat

memandangi laut

(Duduk) mata

melihat bawah ( air)

, dan Reno melihat

AMBIENT +

BGM

Page 86: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

70

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

depan, kamera dari

kanan depan Reno

40 4 4 WID

E

OVERHE

AD /

DEEP

FOCUS

TILT

UP

TRIPO

D

Terlihat Reno dari

melihat ke bawah

kemudian ke depan

,tilt up , melihatkan

pemandangan pantai

agak lama, Reno

berdiri kemudian

Reno melihat tangan

kiri yang

menggenggam batu

dan membuka

tanganya, Reno ada

di tengah tengah

frame Cuma

kelihatan pundak

dan kepala , kamera

dari belakang Reno

presisi

AMBIENT

41 4 5 CU

OSS /

RACK

FOCUS

STIL

L /

TRA

CK

TRIPO

D

Reno melihat tangan

kiri yang

menggenggam batu

dan membuka

tanganya , Reno

mengambil yang

paling kiri(ayah)

dengan tangan kanan

dan menggenggam

seakan dia marah ,

dan melempar ,

kamera dari pundak

kiri , tangan kiri dari

rule of third kiri dan

AMBIENT

Page 87: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

71

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

rack focus ke tangan

kanan

42 4 6

EXT

REM

E

WID

E

HIGH

ANGLE /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno dan

pemandangan , Reno

dari mengambil batu

sampai melempar ,

merenunginya

sebentar , Kamera

dari belakang kiri

reno, Reno Rule of

thurd kanan bawah

AMBIENT +

SFX BATU

NYEMPLUNG

43 4 7 CU

OSS /

RACK

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Tangan

Reno , Reno dari

melihat depan terus

melihat ke tangan

,Reno mengambil

batu paling kanan ,

menggenggam ,

melempar , Kamera

Dari pundak kanan

Reno , saat

mengambil batu

Rack focus

AMBIENT

44 4 8 MS

TELE

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno, Reno

dari mengambil batu

sampai melempar ,

merenunginya

sebentar , Reno

melihat batu terakhir

di tanganya ,

Kamera dari

belakang kanan reno,

Reno dominan di kiri

, kasih space di

AMBIENT +

SFX BATU

NYEMPLUNG

+ SFX SUARA

RENO NAFAS

NGOS

NGOSAN

Page 88: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

72

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

kanan untuk

melempar

45 4 9 ECU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

DO

WN

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat batu di

tangan kiri Reno ,

zoom in , kamera

bagaikan mata Reno

AMBIENT +

SFX SUARA

RENO NAFAS

NGOS

NGOSAN

46 4 10 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat mata Reno ,

zoom in ,tangan kiri

di sbelah kanan

frame sbg framing,

terlihat satu mata

kamera dari bawah

depan agak kanan

Reno

AMBIENT +

SFX SUARA

RENO NAFAS

NGOS

NGOSAN

47 4 11 ECU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat batu di

tangan kiri Reno ,

zoom in , kemudian

Reno mengambil

dengan tangan

kananya , dan

melempar nya

AMBIENT +

SFX SUARA

RENO NAFAS

NGOS

NGOSAN

48 4 12 CU

TELE

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno dari

mengambil batu

sampai ingin

melemparnya,

kepala menunduk

dan ngefreeze focus

pada mata Reno

yang merem , Reno

dominan di kanan ,

kasih space di

belakang Reno ,

AMBIENT +

SFX SUARA

RENO NAFAS

NGOS

NGOSAN +

BGM

Page 89: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

73

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

kamera kanan

belakang Reno

49 4 13 FS

SHOULD

ER

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Hanya Terlihat

langit yang luas dan

Reno dengan posisi

ngefreeze disaat

ancang ancang

melempar ,

kemudian melihat

batu di tanganya dan

menghela nafas,

tangan kanan yg

membawa batu ke

bawah (mengesak),

Reno di tengah

presisi, terlihat

pinggang ke atas ,

kamera dari

belakang

AMBIENT +

SFX SUARA

RENO NAFAS

NGOS

NGOSAN

MEREDAH +

BGM

50 4 14 MCU

TELE

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat tangan Reno

dari atas terus

mengesak batu ,

Reno balik kanan

dan meninggalkan

tempat itu , kamera

dari kanan Reno ,

kamera ditinggal

Reno

AMBIENT

51 4 15 - - - - FADE TO BLACK

52 5 1

CU

WID

E

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

HEND

HELD

Terlihat pintu

didepan Reno ,

kamera sebagai mata

Reno presisi

PUNCH BASS

IN + AMBIENT

Page 90: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

74

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

53 5 2 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

melihat gagang, dan

selanjutnya melihat

ke depan kearah

pintu dan membuka

pintu, presisi

AMBIENT +

BGM

54 5 3 MS

TELE

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L +

PAN

RIG

HT

HAND

HELD

Terlihat Reno

membuka pintu ,

Reno menutup dg

gerakan yg seakan

acuh , dan langsung

melihat depan ,

berjalan 3 langkah

lalu Reno dipanggil

Sapta , Sapta

menanya, framing

Sapta merokok ,

setelah melewati

sapta yg sebagai

framing ditengah ,

Reno di panggil pas

Reno di bagian

kanan frame ,

kamera dari kiri pas

sapta , sapta sebagai

foreground yg

sedang merokok

AMBIENT +

SFX ROKOK +

SUARA

SAPTA + BGM

55 5 4 MS

TELE

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

sebagai Foreground ,

focus ke Reno

walaupun yang

berbicara adalah

Sapta , sampai Reno

berjalan out of frame

. zoom out

AMBIENT +

BGM + SUARA

SAPTA +

SUARA

CEKLEK

PUNTI

DIKUNCI +

BGM

Page 91: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

75

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

56 5 5 MS

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

UP

HAND

HELD

Terlihat tangan Reno

mengunci, tangan

dari mengunci terus

memegang kepala

seakan akan Reno ini

pusing dengan

keadaan nya

sekarang , kamera

dari kanan Reno ,

zoom out

AMBIENT +

BGM +

SUARA

SAWAH

57 TRANSISI J CUT

58 6 1

EXT

REM

E

WID

E

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat

pemandangan

sawah , disitu

terlihat Reno yang

berjalan . kamera

dari kanan jauh Reno

. zoom in

AMBIENT +

BGM

59 6 2 FS

TELE

KNEE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

berjalan menuju

kamera dengan

murung , reno

menendang batu ,

dan berjalan lagi ,

menendang batu ke

arah kamera ,Reno

melihat batu

menggelinding itu ,

kamera dari depan

kanan Reno , Reno

dominan di kiri ,

memberi space

kanan untuk titik

lenyap lebih terasa

AMBIENT +

BGM

Page 92: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

76

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

60 6 3 FS

TELE

KNEE

LEVEL /

RACK

FOCUS

TILT

UP

TRIPO

D

Terlihat batu

menggilinding tilt up

, terlihat ibu dengan

anak nya yang

berboncengan

mengarah ke kamera

rack focus

AMBIENT +

BGM + SUARA

TERTAWA

IBU DAN

ANAK

65 6 4 FS

TELE

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

SLIDE

R /

BACK

WARD

/

STRAI

GHT

Terlihat si ibu2 itu

berpapasan dgn reno,

Reno hanya diam

terpana tertunduk

setelah terdengar

suara sapta reno

menarik nafas

sedalam dalamnya

dan

mengeluarkannya

dengan kepala keatas

, kamera dari kanan

Reno.

AMBIENT +

BGM + SUARA

TERTAWA

IBU DAN

ANAK +

SUARA

SAPTA

66 7 1 MCU

OSS /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

menunduk , dari

outframe Sapta

masuk frame dan

sebagai framing OSS

dengan mengatai

Reno , Sapta

memarahi Reno agar

melihat mata Sapta

dengan menekek

Reno memaksa Reno

untuk melihat Sapta ,

Reno dominan di

kanan , kamera dari

Kanan reno , Reno

AMBIENT +

BGM + SUARA

SAPTA

Page 93: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

77

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

posisi mau masuk

kamar

67 7 2 ECU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

TRA

CK

HAND

HELD

Terlihat Reno

ditekek , mulai dari

sebelum ditekek ,

sampai ditekek

Track mukak Reno

ditekek , tit up ke

mata Reno ,dikata

kata in Sapta, tit

dwon ke tangan

Reno berusaha

melepaskan tangan

Sapta dari muka nya

Track ke tangan

Sapta, Sapta terus

mendorong Reno

sampai terbentur

barang di

belakangnya , Reno

melihat tajam kea

rah Sapta , kamera

dari kanan Sapta ,

kiri Reno , Reno

menghadap ke arah

Sapta

AMBIENT +

BGM + SUARA

SAPTA

68 8 1 ECU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat mata Reno

tatapan kosong ke

depan , tidak lama

terdengar suara

pesan masuk , mata

Reno melihat ke

bawah , kamera

kanan Reno pas

AMBIENT +

BGM + SUARA

SAPTA + SFX

PESAN

MASUK

Page 94: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

78

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

69 8 2 CU

OSS /

SHALLO

W

FOCUS

TIT

DO

WN

TRIPO

D

Terlihat Reno

mengeluarkan Hp

dari kesak dan

melihatnya , kamera

dari pundak kanan

Reno

AMBIENT +

BGM

70 8 3 ECU

HIGH

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

PAN

RIG

HT

TRIPO

D

Terlihat pesan di

dalam HP Reno ,

Kamera sebagai

mata Reno

AMBIENT +

BGM

71 8 4 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

tersenyum melihat

pesan tsb , trus Reno

senden dan

melemaskan tangan ,

kamera dari bawah

depan Reno Hp

sebagai foreground

ada di sebelah kiri

frame

AMBIENT +

BGM + SFX

TERTAWA

RENO

72 8 5 FS

TELE

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

senden kepala

melihat ke atas dan

melemaskan tangan

di tengah tengah

gapura yang

mengurungnya ,

kamera bisa dari

depan , atau dari

belakang pokoknya

presisi

AMBIENT +

BGM + VO

RENO

Page 95: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

79

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

73 9 1 MCU

HIGH

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L +

PAN

HAND

HELD

Terlihat Reno jatuh

didorong kebelakang

, punggunngnya

terbentur lemari ,

Reno melihat ke arah

Sapta , kamera pan

right , Sapta berjlan

menuju Reno dengan

emosi , “ maksutmu

opo koyok ngono iku

, pan left ke Reno ,

Reno “ bapak

enggak akan pernah

tau kalo ak… ,

belum slesai bicara ,

muka Reno ditinju ,

Sapta “ mbok piker

golek duwek iku

gampang a? Reno

tatapan jengkel pada

Sapta , kamera dari

kiri Reno , focus

track zoom IN

AMBIENT +

BGM + VO

RENO +

SUARA

SAPTA +

SUARA RENO

74 10 1 FS

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

GIMB

AL /

FORW

ARD /

STRAI

GHT

Terlihat Reno duduk

di pinggir jalan ,

presisi , kamera dari

belakang Reno

AMBIENT +

BGM+ SUARA

SAPTA

75 10 2 MS

LOW

ANGLE /

RACK

FOCUS

STIL

L /

PAN

SLIDE

R /

RIGHT

WARD

/

Terlihat lebam Reno

di mata kiri , tatapan

kosong ke depan ,

kamera Cuma

melihatkan lebam di

bwah mata , tidak

melihatkan mata

AMBIENT +

BGM+ SUARA

OKTA

Page 96: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

80

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

STRAI

GHT

untuk kesan depresi,

terdengar suara Okta

datang menyapa

dari kanan Reno ,

RIGHTWARD

bareng Reno noleh,

Okta duduk , tanya

tanya sampe mau

megang pipi

76 10 3 MCU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat tangan Okta

mau memegang pipi

, dari outframe

,memegang , Reno

memalingkan muka

nya , tangan Okta

kaget , tangan Okta

outframe ,Okta

menanyakan kembali

, Okta bicara tentang

bekal makan dan

mencoba

mengeluarkan

makanan tapi hanya

suara , visual tetap

menunjukan Reno

menunduk depresi ,

setelah beberapa

detik Reno

menghadap ke Okta,

Reno merenung

menghadap kebawah

, Reno menghadap

ke depan, Reno

berdiri kamera

belakang Okta

AMBIENT +

BGM+ SUARA

OKTA +

SUARA RENO

Page 97: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

81

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

(KAMERA 1) focus

ke Reno

77 10 4 MCU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L /

TILT

TRIPO

D

Terlihat Terlihat

Okta mau

memegang pipi , dari

outframe ,memegang

, Reno memalingkan

muka nya , tangan

Okta kaget , ,Okta

menanyakan kembali

, Okta bicara tentang

bekal makan TILT

DOWN(kalo bisa

zoomin) ke kalung ,

okta mencoba

mengeluarkan

makanan , setelah

mau menyodorkan

makanan Reno

berdiri, kamera di

kiri belakang Reno ,

Reno framing

(KAMERA 2) focus

ke Okta

AMBIENT +

BGM+ SUARA

OKTA +

SUARA RENO

78 10 5 FS

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno &

Okta , Reno berdiri ,

mulai dari beleum

berdiri melihat

kedepan , dan

berjalan kea rah

kanan , dengan Okta

yang terus

memanggi Reno ,

tapi di diemin Reno ,

sampai Reno

outframe, Kamera

AMBIENT +

BGM+ SUARA

OKTA

Page 98: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

82

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

dari belakang Reno

presisi

79 10 6 MS

SHOULD

ER

LEVEL /

RACK

FOCUS

STIL

L

SLIDE

R /

BACK

WARD

/STRAI

GHT

Terlihat Reno

berjalan maju dan

berhenti , Reno

bicara , Reno

berjalan lagi sampai

out frame, kamera

dari kiri Reno follow

Reno saat jalan ,

disaat berhenti

kamera juga berhenti

, di saat Reno jalan

lagi , kamera still ,

dan mulai rack focus

ke Okta

AMBIENT +

BGM + SUARA

RENO + SFX

DIPUKULI

80 11 1 FS

HIGH

ANGLE /

DEEP

FOCUS

STIL

L

SLIDE

R

Ada 2 opsi , terlihat

bayangan di tembok

/ bayangan di

candela dikasih kain

putih, intinya

melihatkan

pertengkaran

AMBIENT +

BGM +SUARA

SAPTA +

SUARA

DIPUKULI

81 11 2 WID

E

BIRD

VIEW /

DEEP

FOCUS

STIL

L

NGAK

AL

Terlihat Reno

terbaring di Kasur

dengan , tangan kiri

nyelempang

menutup mata ,

Reno melepas

tangan nyelempang

dan duduk

JANGAN SAMPE

TERLIHATMATA

AMBIENT +

BGM +SUARA

SAPTA +

SUARA

DIPUKULI

Page 99: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

83

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

SAMPAI SCENE

KERETA API

82 11 3 MS

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

PAN HAND

HELD

Terlihat Reno dari

berbaring kemudian

duduk , duduk

melihat kebawah

terus melihat kea rah

cermin kemudian

berdiri, head space

dempetin aja biar

terkesan sempit ,

kamera dari kanan

belakang Reno

AMBIENT +

BGM

83 11 4 MCU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno dari

duduk kemudian

berdiri , terlihat

tangan Reno mulai

mengepal, nafas

mulai ngos ngosan ,

reno meninju kaca ,

Reno berhenti

sejenakkamera dari

kanan pas tangan

Reno

AMBIENT +

BGM SUARA

NGOS

NGOSAN +

SFX KACA

PECAH

84 11 5 MCU

OSS /

RACK

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

melihat kaca ,

Tangan dari ninju

kaca terus tangan ke

bawah Rack focus ke

Reno di kaca ngos

ngosan mulai

meredah , kemudian

Reno menoleh ke

kanan kea rah foto ,

AMBIENT +

BGM SUARA

NGOS

NGOSAN

Page 100: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

84

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

kamera dari pundak

kanan Reno

85 11 6 FS

EYE

LEVEL /

RACK

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

menoleh kea rah foto

rack focus, kamera

dari kiri Reno ,

kepala reno sebagai

framing. zoom in

AMBIENT +

BGM

86 11 7 MS

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

terdiam melihat foto

, kamera dari

belakang foto

pinggiran foto sebgai

framing, kamera

tidak melihatkan

mata (memotong

sampai bawah mata).

Zoom in

AMBIENT +

BGM

87 11 8 CU

TELE

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat foto ,

kamera mata Reno .

zoom in

AMBIENT +

BGM

88 11 9 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

terdiam melihat foto

, , kamera tidak

melihatkan mata

(memotong sampai

bawah mata). Zoom

in

AMBIENT +

BGM+ SUARA

LONCENG

89 11 10 ECU

TELE

HIGH

ANGLE /

SHALLO

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat ibunya ,

kamera mata Reno

AMBIENT +

BGM + SUARA

LONCENG

Page 101: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

85

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

W

FOCUS

90 12 1 CU

EYE

LEVEL /

RACK

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat gerbang

tertutup ,Rack focus

ke lampu berkedap

kedip, kamera dari

samping kiri lampu ,

lampu awalnya jadi

foreground dengan

focus kegerbang

nutup , terus rack

focus ke lampu

AMBIENT +

BGM + SUARA

LONCENG +

SUARA

MELANGKAH

RENO

91 12 2 MS

EYE

LEVEL /

RACK

FOCUS

FOL

LO

W

HAND

HELD

Terlihat Reno dari

belakang berjalan,

dan kemudian

berhenti , Reno

menoleh kea rah

kesak ,kamera dari

belakang presisi

AMBIENT +

BGM + SUARA

LONCENG +

SUARA

MELANGKAH

RENO

92 12 3 MCU

OSS /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

DO

WN

HAND

HELD

Reno menoleh kea

rah kesak kanan ,

Reno melihat foto

dengan tangan kanan

, diangkatnya foto

itu , kamera dari

pundak kanan

AMBIENT +

BGM + SUARA

LONCENG +

SUARA BEL

SEPUR

93 12 4 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat sepur mulai

lewat , kamera dari

samping kiri lampu ,

masih focus ke

lampu

AMBIENT +

BGM + SUARA

LONCENG +

SUARA BEL

SEPUR

Page 102: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

86

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

94 12 5 CU

HIGH

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

PAN

LEF

T

HAND

HELD

Terlihat foto

dipegang Reno dg

tangan kanan , pan

ke kiri dari gambar

Reno sampai ke ayah

, kamera dari kanan

kepala Reno

AMBIENT +

BGM + SUARA

LONCENG +

SUARA BEL

SEPUR

95 12 6 CU

LOW

ANGLE /

DUTCH

ANGLE/

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

melihat foto , dg foto

menjadi Foreground

, focus ke bawah

mata Reno , muka

Reno kepotong

daerah mata , Reno

mulai tak tahan

dengan suara Sapta

dengan tangan

kirinya ikut

memegan foto

bagian Sapta seakan

akan mau nyobek,

kamera dari kanan

Reno, sebelah kiri

frame itu foto ,

kanan frame itu

muka reno , salah

satu mata Reno

tertutup foto sebagai

forground

AMBIENT +

BGM + SUARA

BEL SEPUR +

VO SAPTA

96 12 7 CU

SHOULD

ER

LEVEL /

SHALLO

TILT

UP +

HAND

HELD

Terlihat tangan Reno

menyobek trus tilt up

ke wajah

Reno,jangan sampe

mata ,trus Reno

dikagetkan dengan

bel sepur dan cahaya

AMBIENT +

BGM + SUARA

BEL SEPUR

Page 103: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

87

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

W

FOCUS

lampu sepur, kamera

dari kanan Reno

setara tangan Reno

97 12 8 MCU

TELE

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

TILT

DO

WN

HAND

HELD

Terlihat sepur lewat

sampai selesai ,

terdengar suara Reno

, Tilt down Terlihat

Reno duduk sehabis

jatuh tatapan kaget,

Reno melihat foto

ditangannya kamera

dari depan Reno

presisi sebrang Rel

AMBIENT +

BGM + SUARA

SEPUR +

SUARA

NAFAS RENO

98 12 9 CU

OSS/

SHALLO

W

FOCUS

PAN

LEF

T

TRIPO

D

Terlihat Foto

ditangan Reno, Reno

mengangkat

tangannya untuk

diliat (pan),merekes

foto , kamera dari

pundak Kanan Reno

. ZOOM IN

AMBIENT +

BGM + SUARA

NAFAS RENO

99 12 10 CU

KNEE

LEVEL

/SHALLO

W

FOCUS

TILT

UP

TRIPO

D

Terlihat bawah mata

Reno dan ekspresi

bibirnya, Tilt up ke

mata Reno , Reno

menangis dan

mendekap foto it uke

mukaknya . ZOOM

IN

AMBIENT +

BGM + SUARA

RENO

100 12 11 WID

E

HIGH

ANGLE /

DEEP

FOCUS

STIL

L

NGAK

AL

Terlihat reno mulai

mendekap foto, dan

memanggil “ ibu”,

kamera terserah

pokoknya

AMBIENT +

BGM + SUARA

RENO

MEMANGGIL

IBU + SUARA

Page 104: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

88

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

melihatkan Reno

sendirian dan

mendekap foto itu

dalam keheningan .

zoom out

BEL KERETA

API YANG

SANGAT

JAUH

101 - - - - - - BLACK SCREEN

SFX RENO

BERJALAN +

BGM

102 13 1 MCU

KNEE

LEVEL

TO OSS /

DEEP

FOCUS

TILT

UP

GIMB

AL /

FOLLO

W

Terlihat kaki Reno

berjalan sampai

berhenti , setelah

kaki Reno berhenti

tilt up terlihat badan

Reno sekaligus

terlihat Rumah ,

Reno mengusap air

mata sambil

nyeruput umbel

,kamera still Reno

berjalan menuju

Rumah , kamera dari

belakang Reno pas

AMBIENT +

SFX UMBEL

103 13 2 MCU

TELE

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

PAN

RIG

HT

GIMB

AL /

FOLLO

W

Terlihat Reno

membuka pintu

melihat sekeliling,

Reno masuk dengan

biasa , menutup

pintu , Reno berjalan

2 langkah PAN

RIGHT, terdengar

suara sandungan

asbak, Reno melihat

ke bawah, Reno

melihat banyaknya

putung rokok , Reno

AMBIENT +

SFX PINTU

TERBUKA +

SFX ASBAK

PIJAK

Page 105: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

89

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

melihat kedepan dg

maksut dalam

hatinya ini pasti ulah

Sapta, Reno

memejam kan mata,

Reno mulai berjalan

ke kamar FOLLOW

sampai Reno

berhenti di depan

pintu kamarnya,

disaat Reno berhenti

kamera masih

FOLLOW sedikit

kemudian berhenti,

kamera dari nemplek

tembok pas , tembok

sebagai framing,

disaat Reno berjalan

cuma pan aja, baru

setelah Reno melihat

kebawah dan mulai

berjalan lagi ,

kamera mulai follow

104 13 3 MCU

GROUND

LEVEL /

RACK

FOCUS

TILT

DO

WN

/

PAN

RIG

HT

HEND

HELD

Terlihat kaki Reno

menginjak asbak ,

diangkatnya kaki

Reno , pan ke kanan

melihatkan banyak

putung rokok RACK

FOCUS , kamera

dari kanan belakang

Reno

AMBIENT +

SFX PINTU

TERBUKA +

SFX ASBAK

PIJAK

105 13 4 CU

WAIST

LEVEL /

DUTCH

ANGLE /

PAN HEND

HELD

Terlihat Reno

menyadari ada

seseorang

dibelakangnya, Reno

AMBIENT +

SUARA

TABOKAN

Page 106: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

90

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

SHALLO

W

FOCUS

menoleh sedikit

demi sedikit ke arah

belakang dan tidak

sampai full

kebelakang akhirnya

di tabok ,kamera dari

depan kanan presisi ,

kamera pan ke kiri

perlahan saat Reno

meoleh, dan saat di

tabok kamera

langsung banting

kekanan bersamaan

dengan Reno jatuh

106 13 5 MCU

KNEE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

TRA

CK

HAND

HELD

Terlihat Reno

terjatuh kamera

track, Reno tampak

kesakitan, focus ke

mata , Reno melihat

sabuk yang di

pegang Sapta ,

setelah itu Reno

melihat kea rah mata

Sapta ,Kamera dari

depan kiri Reno,

Reno dominan kanan

frame .

SLOWMOTION

AMBIENT +

SUARA

JATUH + BGM

107 13 6 MCU

OSS /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

UP

HAND

HELD

Terlihat sabuk yang

dipegang Sapta,

sabuk mulai

diangkatnya lagi Tilt

up terlihat sapta ,

kamera dari pundak

AMBIENT +

BGM

Page 107: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

91

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

kiri Reno,

SLOWMOTION

108 13 7 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

UP

HAND

HELD

Terlihat Sapta mulai

mengangkat

tanganya untuk

ancang ancang

menyamblek

slowmotion ,

menyamblek enggak

slowmotion lagi,

Sapta dominan

kanan

AMBIENT +

BGM + SFX

SAMBLEKAN

109 13 8 CU

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

TRA

CK /

SHA

KIN

G

HAND

HELD

TErlihat Reno di

sambleki , kamera

dari depan atas

kanan Reno , Reno

dominan kiri frame

AMBIENT +

BGM + SFX

SAMBLEKAN

110 13 9 FS

TELE

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat dari jauh

Sapta memukuli

Reno , kamera dari

meja makan

AMBIENT +

BGM + SFX

SAMBLEKAN

111 13 10 CU

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

TRA

CK /

SHA

KIN

G

HAND

HELD

Terlihat Reno di

sambleki , Reno

mulai berteriak “

pakk!!” “pak!!”

sambil menangkis

sabuk, kamera dari

depan kiri Reno ,

Reno dominan kanan

frame ,

AMBIENT +

BGM + SFX

SAMBLEKAN

+ SUARA

RENO

112 13 11 MCU KNEE

LEVEL /

SHALLO

TRA

CK /

SHA

HAND

HELD

Terlihat Reno

berteriak keras sekali

, “pakk!” sambil

meraih sabuk nya

AMBIENT +

BGM + SFX

SAMBLEKAN

Page 108: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

92

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

W

FOCUS

KIN

G

track ke tangan yang

memegang sabuk,

track ke muka , Reno

dialog “ bapak ini

kenapa sih”, kamera

dari depan kanan

Reno, terlihat tangan

dan muka , enggak

ada head space

+ SUARA

RENO

TRANSISI MASUK

FLASBACK

113 13 12 FS

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

merokok di meja

makan , kemudian

terlihat Ninik

membawakan Kopi ,

kamera dari depan

kamar Reno ,

frmaing tembok

kanan, Sapta

dominan kiri Rule of

Third

AMBIENT +

SFX BUKA

KORAN + SFX

ROKOK

114 13 12 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

PAN

LEF

T &

TILT

DO

WN

TRIPO

D

Terlihat Ninik

berjalan mendekati

kamera, Ninik

menunujukan

ekspresi muka risih

dan sempat batuk

karna asap rokok,

Ninik menaruh gelas

kopi , gelas kopi

menjadi framing ,

Ninik melihat kea

rah Sapta , dengan

ke hati hatian nada

AMBIENT +

SFX BUKA

KORAN + SFX

ROKOK + SFX

GELAS KOPI

Page 109: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

93

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

bicara Ninik

menyampaikan

keluh kesahnya,

kamera dari dekat

kopi atau sebelah

meja Ninik dominan

kanan

115 13 13 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

memegang koran

yang menutupi

mukanya dengan

tangan kanan

memegang rokok

lalu terdengar Ninik

memanggil , “pak” ,

lalu Sapta

menanggapi dengan

menurunkan koranya

dengan cepat seakan

mau marah, sehingga

terlhat muka Sapta ,

kamera sama seperti

sebelumnya , gelas

kopi sebagai

Framing dominan

Kanan , Sapta

dominan kanan

AMBIENT +

SFX BUKA

KORAN + SFX

ROKOK +

SUARA NINIK

116 13 14 MS

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS /

FRAMIN

G

PAN

RIG

HT

TRIPO

D

Terlihat Reno

sehabis menyapa

temanya , “mbalek

sek yo” Reno “ oiyo

ati ati dam “ sehabis

itu langsung menuju

pintu kamera pan

kekanan mengikuti

Reno berjalan

AMBIENT +

SFX KORAN

DIBANTING +

SUARA

SAPTA

MARAH

Page 110: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

94

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

menuju pintu , Reno

terdiam didepan

pintu karna terjadi

dialog antara Sapta

dan Ninik , setelah

tenang Reno masuk.

Kamera dari dekat

tembok pintu masuk

, tembok sebagai

framing, space

punggung Reno kalo

bisa tidak ada

117 13 15 MS

TELE

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno masuk

dengan foreground

Sapta yg mulai

mengangkat koranya

dan menyedot rokok

, Reno melihat

dengan wajah

kecewa , Sapta

nyelatu “ teko endi

ae” , Reno “ dari

rumah temen pak” ,

Sapta “ wes kono

wangono ibukmu

masak”, Reno

berjalan dengan

biasa sampai out

frame , kamera dari

kanan pas Sapta

yang lagi duduk ,

Sapta sebagai

foreground terlihat

mulut sampe separuh

badan

AMBIENT +

SUARA RENO

+ SUARA

SAPTA

Page 111: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

95

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

118 13 16 MS

KNEE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

TILT

DO

WN

TRIPO

D

Terlihat Ninik jatuh

dengan beberapa

panci yang

dipegangnya ,

kemudian Reno

datang dengan

tergesa gesa , Reno “

buk?” loh buk

kenapa bu”

foreground ibu jatuh

, focus ke pintu

lorong , kemudia

Reno masuk kamera

tracking ke Reno ,

Reno mendatangi

ibu dan melihat

tangan ibunya yang

berdarah , Ninik

batuk batuk

ditunjukannya

tangannya kepada

Reno , kamera dari

kanan Ninik , Ninik

menghadap kekanan,

Ninik dominan

kanan

AMBIENT +

SUARA RENO

+ SFX

GLONTANG

GLONTANG +

SUARA

BATUK NINIK

119 13 17 CU

OSS /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Lanjutan tadi, Reno

melihat tangan ibu

mulai ditunjukan ke

Reno , kamera dari

pundak kanan Reno

AMBIENT +

BGM

120 13 18 CU EYE

LEVEL /

SHALLO

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

membuka matanya

seakan dia kaget

dengan darah itu ,

BGM + SFX

PLAK

Page 112: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

96

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

W

FOCUS

kamera presisi .

zoom in

121 13 19 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L +

PAN

RIG

HT

TRIPO

D

Terlihat Reno sudah

posisi di tampar ,

dengan menoleh ke

kanan , Terlihat

muka Reno yang

menahan amarah,

diam menunduk

merasakan sakitnya

tamparan lalu

memegang pipinya ,

Reno dengan wajah

marah langsung

masuk ke kamar dan

menutup pintu

kamarnya dengan

keras PAN RIGHT

sedikit mengikuti

Reno masuk, kamera

sama dengan

sebelumnya,kamera

presisi zoom in,

MATCH CUT

DISSOLVE

BGM +

AMBIENT

122 13 20 CU

OSS /

SHALLO

W /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

berpose setelah

menampar dengan

foreground Reno,

Sapta Dibagian

kanan frame , Reno

dikiri , Reno masuk

ke kamar, kamera

tetap focus ke Sapta ,

setelah digebrak

Sapta mundur 1

BGM +

AMBIENT

Page 113: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

97

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

langkah biar terlihat

cahaya dari lampu

wastafel menghiasi

mukanya

123 13 21 WID

E

HIGH

ANGLE /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta dari

jauh dari ruang

tamu , Terlihat Sapta

menundukan kepala

seperti seakan

menyesal telah

memukul Reno

BGM +

AMBIENT

124 14 1 CU

BIRD

VIEW /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat wajah Reno

terkena sinar

matahari masuk

,Reno kiyep kiyep

karna cahaya terlalu

terang ,setelah mata

udah melek, Reno

kaget dgn ekspresi

mata agak lebar ,

Reno bangun dari

berbaringnya menuju

ke duduk, kamera

dari depan dada

Reno saat tidur focus

muka presisi

BGM +

AMBIENT +

SFX

125 14 2 FS

WAIST

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

bangun dari

berbaringnya menuju

ke duduk dan

langsung kesakitan

BGM +

AMBIENT +

SFX

Page 114: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

98

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

di bagian tangan kiri

bagian atas,

dipegang abo itu

dengan tangan kanan

, dilihatnya tangan

kananya itu terlihat

bekas minyak tawon

, kamera dari kanan

Reno , Reno

dominan kiri frame

126 14 3 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Kamera sebagai

mata Reno yang

melihat minyak

ditangannya, presisi

BGM+

AMBIENT +

SFX

126 14 4 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat ekspresi

heran Reno melihat

minyak itu , tangan

kanan sebagai

framing di bagian

kiri frame , muka

Reno sedikit tertutup

tangan kanan Reno ,

Reno melihat

kedepan

menandakan ingin

melakukan sesutau ,

Reno beranjak dari

tempat tidurnya

kearah , reno out

frame , kamera dari

depan bawah Reno

BGM +

AMBIENT +

SFX

127 14 5 MCU LOW

ANGLE/

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

mengambil beberapa

ijazah di tempat

BGM +

AMBIENT +

Page 115: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

99

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

DEEP

FOCUS

yang tinggi , Reno

seperti melihat lihat

tapi glagatnya cepat

dalam mengambil ,

kamera dari bawah

dari objek yang

diambil , objek yang

diambil dominan

kanan

SFX AMBIL

BUKU

128 14 6 MCU

MEDIUM

ANGLE /

DEEP

FOCUS

STIL

L

HAND

HELD

Terlihat Reno

mengambil beberapa

kertas , ketinggian

kamera sepadan

dengan tinggi objek

yang diambil

BGM +

AMBIENT +

SFX KERTAS

129 14 7 CU

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

PAN HAND

HELD

Terlihat wadah

bullpen dan pensil

pensil , terus Reno

mengambil satu

bullpen dan pensil

diceknya bullpen itu

lalu dimasukanya

bullpen dan pensil

itu ke dalam ta PAN

TRACK, kamera

lebih tinggi dari

objek yang diambil ,

presisi

BGM +

AMBIENT +

SFX BULPEN

130 14 8 CU

MEDIUM

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

membuka lemari ,

dilihat lihatnya baju

baju didalam itu ,

dan diambilnya baju

yang pas didedpan

kamera lalu

BGM +

AMBIENT +

SFX

Page 116: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

100

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

ditutupnya lemari itu

, kamera di dalam

lemari

131 14 9 FS

TELE

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

PAN

RIG

HT

TRIPO

D

Terlihat Reno sudah

rapi membenakan

sangklotan ransel

didepan pintu , Reno

menutup pintunya

berjalan menuju

pintu keluar , disaat

di tengah jalan Reno

berhenti , kamera

dari deket pintu

keluar, Reno

dominan dari kiri

Frame Rule of Third

BGM +

AMBIENT +

SFX

132 14 10 MS

OSS /

RACK

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta

sebagai foreground ,

terlihat Reno mulai

muncul dari arah

kamar lalu berhenti ,

Reno sedikit

menoleh sinis Sapta

habis noleh lgsung

Rack focus ke sapta ,

Reno melihat

kebawah, Reno

melihat kea rah

depan, Reno berjalan

lagi kea rah depan ,

Sapta lagi

membenakan dasi

sambil sungkan

sungkan , setelah

Reno melewati Sapta

, Sapta menoleh utk

BGM +

AMBIENT +

SFX

Page 117: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

101

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

melihat Reno pergi

Pan sedikit ,Sapta

merenung , kamera

dari sebelah Sapta,

sapta terlihat MCU

sebagai foreground

di sbelah kanan

Golden Frame

133 14 11 MCU

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta masuk

membuka pintu ,

Sapta melihat kea

rah dalam sapta

melihat kearah

dalam , kmaera dari

dalam kamar , dari

depan Sapta ,

Golden frame kanan

BGM +

AMBIENT +

SFX

134 14 12 MS

WAIST

LEVEL /

RACK

FOCUS

PAN

LEF

T +

TILT

UP

TRIPO

D

Terlihat Sapta masuk

dalam kamar ,

melihat lihat , sapta

melihat foto di atas

meja, Rack focus ke

foto , SApta menuju

foto itu dan

mengambilnya dan

dilihatnya sambil

kamera tilt up untuk

melihatkan muka

sapta, Sapta berfikir

melihat kea rah

depan sedikit lalu

menoleh kea rah

candela , kamera

dari dekat foto , foto

sebagai foreground ,

tapi diawal

BGM +

AMBIENT +

SFX

Page 118: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

102

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

belumkeliatan ,

keliatanya pda saat

Pan

135 14 13 CU

TELE

OSS /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Foto Reno

yang sobek , Sapta

menaruh kembali ke

meja itu , dan Sapta

out frame, kamera

awal dari pundak

Sapta, Kamera

langsung focus ke

tempat foto yang

nanti akan di taruh ,

kamera dari pundak

kanan Sapta

BGM +

AMBIENT

SUARA

KERAMAIAN

+ SFX

136 15 1 MS

TELE

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno tola

tole dipinggir jalan

dengan maksut ingin

menyebrang ,

kamera dari

seberang Reno ,

dengan posisi agak

ke kiri agar Reno

terlihat berjalan dari

kiri ke kanan frame

AMBIENT

SUARA

KERAMAIAN

137 15 2 FS

TELE

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

PAN

LEF

T +

TILT

UP

TRIPO

D

Terlihat Reno

berjalan kea rah kiri

kamera pan track

Reno berjalan ,

terdiam di depan

toko , melihat map ,

dan gerak geriknya

sepeti dia harus

percaya diri , Reno

masuk kamera tilt up

AMBIENT

SUARA

KERAMAIAN

Page 119: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

103

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

untuk melihatkan

nama toko, kamera

dari bagian kiri jauh

Reno ,framing

terserah , yang

penting pojok kiri

frame ada

framingnya entah itu

pohon ato tiang ,

disini memberikan

kesan Reno bekerja

sembunyi sembunyi

138 15 3 FS

TELE

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

TRACK

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L /

TILT

UP /

TILT

DO

WN

TRIPO

D

Terlihat Reno masuk

mulai membuka

pintu , Reno terdiam

, karna Penunggu

lagi telponan ,

setelah telponan

selesai Reno

dipersilahkan duduk

, Reno ditanyai mau

ngapain, Reno

memberikan berkas,

Reno dipersilakan

duduk , berkas

diambil Penunggu,

posisi Reno duduk

agak condong ke

depan ,Reno ditanyai

seputar nama , umur

lulusan , keahlian

kameera dari

belakang bagian

kanan penunggu ,

terlihat Penunggu

sebagai foreground

AMBIENT +

SUARA

PENUNGGU +

SUARA RENO

Page 120: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

104

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

MCU tidak terliat

mata

139 15 4 MCU

LOW

ANGLE /

DUTCH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Penunggu

membaca berkas ,

Cuma terlihat satu

mata kiri saja , muka

semua tertutup

berkas yang

dibacanya , disaat

menanyai keahlian ,

reno punya keahlian

bersih bersih , ,mata

sinis penunggu

melirik ke bagian

kiri frame ,

Penunggu itu

menjawab dengan

menyindir “ maaf y

mas , kita engga

punya waktu untuk

orang suka

bercanda” sambil

membatingkan

berkas ke meja yang

berada di depan

Reno , Kamera dari

depan kiri Penunggu

AMBIENT +

SUARA

PENUNGGU +

SFX BERKAS

DI JATUHKAN

140 15 5 MS

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno yang

awalnya sudut

badannya ke depan

mulai

kebalakang(nyenden

) dengan muka

tatapan kosong

disaat dilemparnya

map berkas itu di

AMBIENT +

SUARA

PENUNGGU +

SFX BERKAS

DI JATUHKAN

+ SFX

KEERTAS

Page 121: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

105

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

depan Reno , kamera

dari depan kanan

Reno , zoom out

DIBALIK

BALIK

141 15 6 MCU

HIGH

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Penunggu 2

membolak balik

kertas berkas Reno ,

Penunggu 2

memastikan kalo

Reno lulusan SMA,

karna tau lulusan

SMA penunggu 2

menyerahkan

kembali berkas Reno

kamera depan

Penunggu 2 , kamera

seakan seperti mata

reno yg lagi meliat

berkas tapi aga atas

+ SFX

KEERTAS

DIBALIK

BALIK

+SUARA

PENUNGGU 2

142 15 7 CU

WAIST

LEVEL

/SHALLO

W

FOCUS

TILT

UP

TRIPO

D

Terlihat Reno

dibagian kiri frame ,

Map diberikan dari

arah kanan frame

(out frame) , di

terimanya map itu

,tangan Reno seperti

menggenggam kuat

map lalu TILT UP

untuk menunjukan

ekspresi Reno pasrah

dengan melihat map

kemudian melihat ke

depan , kamera dari

kanan Reno .

Transisi Dissolve

AMBIENT +

SFX +

AMBIENT

TEMPAT

JALANAN

Page 122: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

106

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

143 15 8 EWS

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno dari

jauh melewati jalan

dari kiri ke kanan ,

Terlihat background

gedung gedung

menunjang tinggi ,

kamera dari kanan

jauh Reno

AMBIENT +

SFX +

AMBIENT

TEMPAT

JALANAN

144 16 1 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat pintu yang

tertutup , kemudia

dibuka , terlihat

Reno , Reno masuk

kemudian menutup,

Kamera dari depan

kanan Reno , di

dalam rumah, posisi

pintu dominan kanan

frame

AMBIENT +

SFX PINTU

TERBUKA

145 16 2 WID

E

HIGH

ANGLE /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno mulai

menutup pintu ,

Reno berjalan

menuju kamar ,

Sapta duduk dengan

membaca koran ,

kamera dari

ornament kaca , kiri

frame ada Sapta ,

kamera dari serong

kanan depan reno ,

kanan frame Reno,

kamera seperti titik

lenyap condong

kanan , space kanan

lebih banyak

AMBINET +

SFX

Page 123: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

107

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

146 16 3 MCU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Sapta baca

koran sebagai

foreground , dengan

background Reno

menuju kamar ,

kamera dari kanan

Sapta , kalo bisa

Reno terlihat dari

jarak antara koran

dan kepala SApta

AMBINET +

SFX

147 16 4 MCU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

sebagai foreground

menuju kamar ,

pintu dibukanya

sampai Reno masuk

dan menutup ,

terlihat Sapta hanya

membaca koran ,

kamera dari kiri pas

Reno, posisi Reno

kiri frame , focus ke

Sapta dengan Sapta

psosisi nya di

belakang kepala

Reno

AMBIENT +

SFX PINTU

148 16 5 MCU

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

PAN

LEF

T

TRIPO

D

Terlihat Reno

terdiam di belakang

pintu , kemudian

melihat kedepan dan

mulai berjalan untuk

menaruh barang

barangnya di kasur

Pan left mengikuti

Reno , kamera

berhenti saat terlihat

tanggalan di posisi

AMBIENT +

SFX NARUH

BERKAS +

MENGAMBIL

HP

Page 124: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

108

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

kanan frame, Reno

tetap maju sampai

out frame ,kemudian

Reno kembali lagi

putar balik dengan

melihat hp dengan

tangan kanan ,

terdiam , Kamera

dari kiri jauh Reno ,

posisi awal Reno

dominan Kanan

frame , beris space

lebih di bagian kiri,

di akhir Reno

dominan kiri beri

space kanan

149 16 6 ECU

MATA

RENO /

SHALLO

W

FOCUS

TILT

DO

WN

TRIPO

D

Terlihat sms Okta

menyemangati Reno

, membaca sambil

TILT DOWN,

kamera sebagai mata

Reno yang kanan

AMBIENT +

SFX HP

150 16 7 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno komat

kamit membaca ,dan

melihat stiker , lalu

Reno tertawa kecil

lalu lgsung terdiam

memikirkan sesuatu ,

Reno melihat ke arah

tanggalan, Kamera

dari depan Reno

bwah tangan Reno ,

Tangan kanan

sebagai framing di

bagian kiri frame ,

kamera agak ke

AMBIENT +

SUARA RENO

+ BGM

Page 125: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

109

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

kanan sedikit , untuk

menunjukan Muka

Reno sepenuhnya

,presisi

151 16 8 CU

EYE

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat tanggalan ,

lalu Reno maju

didepan tanggalan

untuk menyobek

tanggalan, kamera

dari depan kalender

,presisi , usahakan

udah di bloking agar

kalender tidak

ketutupan

AMBIENT +

SFX SOBEK +

BGM

152 17

Scene 17 cut to cut

dibuat melamar cut

to menyobek

tanggalan , melamar

cut to menyobek

tanggalan , pulang

ke rumah gak

menyapa cut to

menyobek tanggalan

cut to menyobek

tanggalan cut to

menyobek tanggalan

153 17 1 Berjalan dipinggir

jalan BGM

154 17 2 Terlihat FS double

,Reno ditolak BGM

155 17 3 Nyuek tanggalan ,

disetiap nyuek

tanggalan psosisi

BGM + SFX

NYUEK

Page 126: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

110

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

sama semua , kalo

bisa presisi

156 17 4 Terlihat FS double

,Reno ditolak BGM

157 17 5

Nyuek tanggalan ,

disetiap nyuek

tanggalan psosisi

sama semua , kalo

bisa presisi

BGM + SFX

NYUEK

158 17 6 Terlihat FS double

,Reno ditolak

159 17 7 WID

E

WAIST

LEVEL

/DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno masuk

tanpa menghiraukan

ayahnya yang lagi

makan sendirian ,

kamera dari sbelah

pintu masuk

mengarah ke lemari ,

kanan frame sapta,

kiri frame Reno

BGM

160 17 8

Nyuek tanggalan ,

disetiap nyuek

tanggalan psosisi

sama semua , kalo

bisa presisi

17 9 Nyuek tanggalan

17 10 Nyuek tanggalan

TRANSISI SC 17

KE

SELANJUTNYA

Page 127: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

111

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

ADALAH

DISSOLVE

161 18

Scene 18 flasback

ditiadakan , Reno

tidur di halte

memang karna

kecapean dan tak

sempat pulang

kerumah

162 19

Sc 19 , ditambahkan

Reno membaca sms

Okta , dan tertawa

kecil saat melihatnya

,sampe ketiduran

163 20

164 21

165 22 1 MS

WAIST

LEVEL /

DEEP

FOCUS

PAN

LEF

T

SLIDE

R /

FOLLO

W

TRAC

K

/LEFT

WARD

/

STRAI

GHT

Terlihat Reno

berjalan dari

menggok

menggokan rumah

utama yang diuar

sampai ke pintu

dengan ekspresi

senang sambil

melihat hp nya,

kamera dari kiri

Reno

AMBIENT+

SFX

166 22 2 MS

FROG

VIEW /

SHALLO

W

FOCUS /

STIL

L RIG

Terlihat Reno

berjalan menuju

pintu , terlihat pintu

di bagian kiri frame ,

Reno datang dari

arah bawah frame

AMBIENT+SF

X

Page 128: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

112

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

FRAMIN

G

karna frog view,

Reno terdiam untuk

melihat sms dari

hpnya , Reno

menghadap ke pintu

,tertawa kecil ,

setelah tertawa kecil

Reno melirik

sampah , kamera

dari pinggir sampah ,

sampah sebagai

framing , sampah

posisi nya di bawah

tangga pojok dekat

tembok

167 22 3 CU

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W /

SHALLO

W

FOCUS /

FRAMIN

G

TILT

DO

WN

TRIPO

D

Terlihat pinggang

kiri Reno sabgai

framing , focus ke

sampah rokok

kamera dari

belakang kiri Reno ,

framing pinggang

bagian kanan frame

lumayan banyak

AMBIENT

168 22 4 CU

FROG

VIEW /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat mata Reno

yang melihat

sampah, “ dungaren”

, terus melanjutkan

masuk Rumah ,

kamera dari tempat

sebelumnya

AMBIENT +

SFX PINTU

TERBUKA

169 22 5 WID

E HIGH

ANGLE /

STIL

L

TRIPO

D

TErlihat Reno

masuk rumah , Reno

bingung melihat

kesepian , ditutupnya

AMBIENT +

SFX PINTU

TERBUKA

Page 129: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

113

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

DEEP

FOCUS

pintu , kamera dari

ornament kapal,

Reno golden frame

kanan

170 22 6 CU

SHOULD

ER

LEVEL

LEVEL /

RACK

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat kepala reno

menutup pintu,

disaat reno menutup

pintu dengan psosisi

menghadap ke pintu,

Reno menoleh seikit

kea rah tempat

duduk Sapta RACK

FOCUS dan agak

PAN ke tempat

duduk Sapta, Reno

menghadap

kebawah, RACK

FOCUS dan agak

PAN muka Reno,

kamera dari kiri pas

Reno

AMBIENT

TRANSISI

DISSOLVE AMBIENT

171 23 1 CU

LOW

ANGLE /

SHALLO

W

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terliat jam sudah

menunujkan pagi

hari , kamera agak

dari kanan tapi tetap

presisi

AMBIENT +

SFX PINTU

TERBUKA

172 23 2 MCU

SHOULD

ER

LEVEL /

DEEP

FOCUS

STIL

L

TRIPO

D

Terlihat Reno

berbaju rapi keluar

dari kamar tidur ,

menutup pintu

berjlan hingga out

AMBIENT +

SFX PINTU

TERBUKA

Page 130: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

114

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

frame, kamera dari

depan pintu ,presisi

173 23 3 MCU

SHOULD

ER

LEVEL /

RACK

FOCUS

STIL

L

SILDE

R /

RIGHT

WARD

/

STRAI

GHT

Terlihat Reno

berjalan dari bagian

daerah wastafel

menuju pintu , nge

slide mengikuti

Reno berjalan

sampai terlihat Sapta

berhenti sampai

Sapta keliatan ,

Sapta membenahi

kerah didepan lemari

menghadap ke kiri

frame, Reno tetap

terus jalan sampai

out frame , saat

sudah berjalan

keluar , Sapta agak

menoleh sedikit ke

kiri untuk melihat

Reno, kamera dari

kanan pas Reno

AMBIENT + +

SFX RENO

MEMAKAI

SEPATU + SFX

RENO

BERJALAN

DILUAR +

AMBIENT SC

26

174 27 a.1 MS

TELE

WAIST

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

FRAMIN

G

STIL

L

TRIPO

D

FLASHBACK SC

27 SAPTA INGIN

BICARA TAPI

DEIBALAKANGI,

Terliat Sapta

membuka pintu

sedikit mendengkek ,

menghela nafas

karna dibelakangi,

trus nutup pintu

BGM

Page 131: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

115

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

175 27 a.2 MS

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

PAN

LEF

T

TRIPO

D

Kamera sebagai

mata Sapta , Sapta

dari pintu masuk,

terlihat Reno dari

kaki ke kepala PAN

LEFT

BGM

176 27 b.2 CU

EYE

LEVEL /

SHALLO

W

FOCUS

PAN

LEF

T /

TILT

UP

TRIPO

D

FLASHBACK SC

13 SAPTA

MENGOLESI

MINYAK ,Terliat

jari Sapta mengolesi

abo tangan Reno,

trus PAN LEFT ke

minyak tawon terus

TILT UP ke wajah

Sapta , kamera dari

kanan Sapta

BGM

177 27 c

Sapta : “ Aslinya

Ren, bapak ingin

bicara dengan mu

secara langsung ,

tapi… langsung

flasbak

178 27 d

SC FLASBACK

TAMBAHAN,

KASIH BEBERAPA

SC SAPTA

SELALU

MELIHAT RENO

BERUSAHA

UNTUK CARI

PEKERJAAN

179 SC TAMBAHAN

DIMANA BOS PH

Page 132: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

116

NO

S

C

E

N

E

S

H

O

T

VISUAL

DESCRIPTION AUDIO SHO

T

SIZE

SHOT

TYPE

MO

VE

ME

NT

EQUIP

MENT

MENANYAI

ALASAN KAMU

MENCARI KERJA ,

RENO

MENJAWAB

UNTUK

(Sumber: Olahan Penulis)

4.1.3 Shot Plan

Gambar 4.2 Shot Plan Scene Ruang Tengah

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 133: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

117

Gambar 4.3 Shot Plan Scene kamar

(Sumber Olahan Penulis)

Gambar 4.4 Shot Plan Scene 10

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.5 Plan Scene 10

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 134: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

118

Gambar 4.6 Shot Plan Scene 18

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.7 Shot Plan Scene pos

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.8 Shot Plan Scene wastafel

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 135: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

119

Gambar 4.9 Shot Plan Scene ruang tengah pagi

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.10 Shot Plan Scene 2

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.11 Shot Plan Scene 3

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 136: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

120

Gambar 4.12 Shot Plan Scene 3

(Sumber: Olahan Penulis)

4.2 Produksi

Proses produksi yaitu proses shooting berlangsung. Pada proses produksi,

tugas Director of Photography yaitu membawahi beberapa divisi penting,

diantaranya:

Camera Person

Focus Puller

Lighting

Seorang Director of Photography akan mengambil gambar setiap shot

berdasarkan shotlist dan shotplan yang sudah dirancang. Selain itu juga mengatur

cahaya yang dibutuhkan sesuai konsep untuk membuat film lebih hidup.

Page 137: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

121

4.2.1 Working Schedule

Gambar 4.13 Working Schedule

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 138: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

122

BAB V

IMPLEMENTASI KARYA

Bab V ini menjelaskan tentang implementasi karya berdasarkan perancangan

karya yang telah dibuat.

5.1 Hasil Potongan Tiap Adegan

Gambar 5.1 Screenshot Film Scene 1 Shot 2

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.2 Screenshot Film Scene 1 Shot 3

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 139: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

123

Gambar 5.3 Screenshot Film Scene 1 Shot 5

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.4 Screenshot Film Scene 1 Shot 6

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.5 Screenshot Film Scene 1 Shot 7

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 140: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

124

Gambar 5.6 Screenshot Film Scene 1 Shot 8

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.7 Screenshot Film Scene 1 Shot 9

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.8 Screenshot Film Scene 1 Shot 10

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 141: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

125

Gambar 5.9 Screenshot Film Scene 1 Shot 11

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.10 Screenshot Film Scene 1 Shot 12

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.11 Screenshot Film Scene 1 Shot 13

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 142: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

126

Gambar 5.12 Screenshot Film Scene 1 Shot 14

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.13 Screenshot Film Scene 1 Shot 15

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.14 Screenshot Film Scene 1 Shot 16

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 143: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

127

Gambar 5.15 Screenshot Film Scene 1 Shot 17

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.16 Screenshot Film Scene 1 Shot 18

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.17 Screenshot Film Scene 1 Shot 19

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 144: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

128

Gambar 5.18 Screenshot Film Scene 1 Shot 20

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.19 Screenshot Film Scene 1 Shot 21

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.20 Screenshot Film Scene 1 Shot 22

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 145: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

129

Gambar 5.21 Screenshot Film Scene 1 Shot 23

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.22 Screenshot Film Scene 1 Shot 24

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.23 Screenshot Film Scene 1 Shot 25

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 146: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

130

Gambar 5.24 Screenshot Film Scene 1 Shot 26

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.25 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.26 Screenshot Film Scene 2 Shot 2

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 147: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

131

Gambar 5.27 Screenshot Film Scene 2 Shot 3

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.28 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.29 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 148: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

132

Gambar 5.30 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.31 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.32 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 149: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

133

Gambar 5.33 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.34 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 5.35 Screenshot Film Scene 2 Shot 1

(Sumber: Olahan Penulis)

Page 150: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

134

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan proses pengerjaan Tugas Akhir ini, maka diambil

kesimpulan bahwa pembuatan film pendek bergenre drama tentang konflik

interpersonal dalam keluargayang dikerjakan secara tim (Sutradara, penulis

skenario, Direct of Photography) dibutuhkan kerjasama yang baik serta tanggung

jawab tiap individu dalam melakukan tugasnya dan juga penyatuan visi dan misi.

Penulis sebagai penulis skenario mempunyai tugas untuk menulis skeanario.

Pada tahap pra-produksi penulis bertugas untuk membuat shot list dan shot

plan untuk menjadi dokumen pedoman crew kamera pada saat produksi

Film yang dihasilkan yaitu film pendek berdurasi dibawah 60 menit dengan

menekankan pada konflik yang terjadi antara ayah dan anak laki-laki. Unsur budaya

berupa bahasa, wardrobe yang digunakan dan footage yang lekat sekali dengan

Indonesia.

6.2 Saran

Berdasarkan pengalaman penulis saat mengerjakan Tugas Akhir ini, maka

didapat saran penelitian lanjutan sebagai berikut:

1. Perencanaan yang matang akan memudahkan kita dalam memroduksi sebuah

film pendek.

2. Pemakaian SLOG 2 pada kamera Sony a6300 dan a6500 seharusnya

menggunakan ISO tidak lebih dari 800 untuk mengurangi noise pada video.

Page 151: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

135

3. Setiap shot yang diambil sebaiknya selalu merecord audio meskipun tidak

dibutuhkan untuk mengantisipasi perubahan rencana pada saat proses editing.

4. Selalu berhati-hati dengan properti yang bisa memantulkan bayangan benda.

5. Tugas Akhir yang dilakukan secara berkelompok mempunyai kesulitan

tersendiri. Maka dari itu penyatuan visi dan misi, komunikasi yang kuat,

kekompakan, menurunkan ego, dan tanggung jawab tiap individu menjadi

kunci kesuksesan dalam menjalankan Tugas Akhir ini.

6. Memaksimalkan dan mengatur waktu agar efektifitas tetap terjaga.

Banyak kekurangan yang ada dalam pembuatan karya maupun dalam karya

itu sendiri. Tugas Akhir ini masih terkendala masalah pengaturan waktu

pengerjaan. Demikian saran yang didapat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca

bahkan bagi penelitian selanjutnya.

Page 152: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

136

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Alnur, R. D., Ismail, D., & Padmawati, R. S. (2017). Kebiasaan merokok keluarga

serumah dan kejadian. Berita Kedokteran Masyarakat.

Bala, M. E., Senduk, J., & Boham, A. (2015). Peran Komunikasi Keluargadalam

Mencegah Perilaku Merokok Bagi Remajadi Kelurahan Winangun

Kecamatan Malalayang Kota Manado. Acta Diurna, IV, 4.

Dewi, T. H., & Handayani, A. (2013). Kemampuan Mengelola Konflik

Interpersonal Di Tempat Kerja Ditinjau Dari Persepsi Terhadap

Komunikasi Interpersonal Dan Tipe Kepribadian Ekstrovert. Jurnal

Psikologi Undip, 33.

Moelong, D. L. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan.

Patonah, S. (2012). Hubungan perilaku merokok keluarga di dalam rumah dengan

kejadian bronchopneumonia pada balita.

Perdiansyah, V. A. (2015). Konflik Intrapersonal Anggota Keluarga . Yogyakarta:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta .

Prawiswari, P. (2017). Penulis Skenario Dan Asisten Sutradara Dalam Pembuatan

Film Bergenre Thriller Menggunakan Teknik Canted Angel Tentang

Psikopat Berjudul Hate. Surabaya: Stikom surabaya.

Putra, E. P. (2017). Pembuatan Game Bergenre Tower Defense Dengan Judul

"Selendang" Untuk Melestarikan Cerita Rakyat Jaka Tarub Bagi Anak.

Surabaya: Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya.

Salpinah, S. (2018). Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh Antara Orangtua Dan

Anak. Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

Wijayanti, Y. (2013). Proses Komunikasi Interpersonal Ayah Dan Anak Dalam

Menjaga Hubungan. Jurnal e-komunikasi, 1, 129.

Akba. (2018). Beberapa Jabatan Dalam Bidang Film. Retrieved from

www.kreatifproduction.com

Page 153: DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM PEMBUATAN FILM …

137

Bishop, S. (2013). Panduan Fotografer Warna Cahaya & Komposisi. Jakarta:

Elex Media Komputindo.

Effendy, H. (2014). Mari Membuat Film. Jakarta: Gramedia.

Irawan, E. I., & Laelasari. (2011). Sinematografi. Bandung: Yrama Widya.

Muslimin, N. (2018). Bikin Film yuk. Yogyakarta: Araska.

Nugroho, S. (2014). Teknik Dasar Videografi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Pratista, H. (2017). Memahami Film. Yogyakarta: Montase press.

Semedhi, B. (2011). Sinematografi-Videografi Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia

Indonesia.