dilema hukum

60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan, mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara sembarangan. Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi tenaga kesehatan itu sendiri, yang bila dihimpun (dikodifikasikan) sering disebut sebagai kode etik. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif 1

Upload: akper-ypib-majalengka-stikes-cirebon

Post on 18-Jul-2015

161 views

Category:

Social Media


4 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan

ilmu pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik

keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan

pasien, perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan,

perawat terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.

Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada

kemanusiaan, mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi,

bentuk pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara

holistik, dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta

menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap perawat

akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang

merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara

sembarangan.

Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi tenaga

kesehatan itu sendiri, yang bila dihimpun (dikodifikasikan) sering disebut sebagai

kode etik. Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif

1

dari profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan

praktek keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, masyarakat, teman

sejawat dan diri sendiri. Dengan kata lain pengertian kode etik perawat yaitu

suatu pernyataan / keyakinan publik yang mengungkapkan kepedulian moral, nilai

dan tujuan keperawatan, yang bertujuan untuk memberikan alasan terhadap

keputusan-keputusan etika. Kode etik diorganisasikan dalam nilai moral yang

merupakan pusat bagi praktik keperawatan yang etika, semuanya bermuara

dalam hubungan profesional perawat dengan klien dan menunjukan apa yang

diperdulikan perawat dalam hubungan tersebut.

Nilai-nilai moral tersebut adalah: Prinsip Penghargaan (respek) terhadap orang,

dari prinsip penghargaan timbul prinsip otonomi yang berkenaan dengan hak

orang.untuk memilih bagi diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran

mereka adalah yang terbaik bagi dirinya, selanjutnya kemurahan hati

(Benefiecence) merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak

merugikan/bahaya orang lain. Prinsip Veracity merupakan suatu kewajiban untuk

mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Prinsip

confidentiality (kerahasiaan), berarti perawat menghargai semua informasi tentang

klien merupakan hak istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak

tepat. Fidelity / kesetiaan, berarti perawat berkewajiban untuk setia dengan

kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat, meliputi menepati janji,

2

menyimpan rahasia serta "Carring". Prinsip Justice (keadilan), merupakan suatu

prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu.

Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap

pelaksanaan praktek keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan

tenaga kesehatan lain. Kondisi inilah yang sering kali menimbulkan konflik dilema

etik. Maka penyelesaian dari dilema etik tersebut harus dengan cara yang bijak dan

saling memuaskan baik pemberi asuhan keperawatan (perawat), Pasien dan profesi

lain (teman sejawat).

Pada penulisan makalah ini dibahas suatu kasus yang berkaitan dengan dilema etik

dalam praktek keperawatan dan bagaimana penyelesaian dari masalah etik

tersebut.

B. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata ajar etika dan

hukum keperawatan dan untuk lebih jauh memahami tentang etika dalam

keperawatan dan penyelesaian dilema etik.

C. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini dengan membuat kasus dilema etik yang sering

terjadi diruang perawaatan dan selanjutnya dengan menggunakan studi literature

3

kasus tersebut dianalisa dan dicari bagaimana cara penyelesaian dilema etik

tersebut.

D. Sistematika Penulisan

Sistematikan penulisan makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu: Bab I,

pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan

sistematika penulisan. Bab II tinjauan teoritis, terdiri dari; pengertian etika, kode

etik keperawatan, hak dan kewajiban perawat dan hak pasien, penyelesaian dilema

etik, masalah-masalah dilema etik yang sering terjadi, Bab IV pembahasan,

merupakan kasus dilema etik dan penyelesaian dari kasus dilema etik tersebut. Bab

V penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

4

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut

Araskar dan David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang

diharapkan dan kriteria tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala

sesuatu yang berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau

tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Curret

English, AS Hornby mengartikan etika sebagai sistem dari prinsip-prinsip moral

atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996), etika berfokus pada

yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau buruk. Sedangkan

menurut Rowson, (1992).etik adalah Segala sesuatu yang berhubungan/alasan

tentang isu moral.

Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih

tindakan baik dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang

sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).

Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan dengan keputusan moral

menyangkut manusia (Spike lee, 1994). Menurut Webster’s “The discipline

dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation, ethics

offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making”

5

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan

moral dan susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta

himpunan hal-hal yang diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat

dan bukan merupakan hukum atau undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa

moral merupakan bagian dari etik, dan etika merupakan ilmu tentang moral

sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia sebagai dasar

prilakunnya. Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk ekspresi

bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur

dalam kode etik keperawatan.

B. Kode Etik Keperawatan

Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan

pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan

praktek dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga,

masyarakat dan teman sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik

keperawatan merupakan daftar prilaku atau bentuk pedoman/panduan etik prilaku

profesi keperawatan secara professional (Aiken, 2003). dengan tujuan utama

adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan bagi pelaku dan

penerima praktek keperawatan.

Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang

akan membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional.

6

(Rejeki, 2005). Konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung

jawab dari anggota untuk melaksanakannya. Profesi keperawatan sebagai salah

satu profesi yang professional dan mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam

melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah diperlukan. Perawat sebagai

anggota profesi keperawatan hendaknya dapat menjalankan kode etik keperawatan

yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan selalu

dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.(Misparsih, 2005).

Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan

benar-benar tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman

menumbuhkan tanggung jawab atau kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak

yang diharapkan oleh orang lain. Anggota profesi mempunyai pengetahuan atau

ketrampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang

mempengaruhi orang lain.(Samporno, 2005).

Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai

implimentasinya diwujudkan dalam asuhan praktek keperawatan. Perawat harus

membiasakan diri untuk sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai

gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan.(Priharjo, 1995).

1. Tujuan dan Fungsi Kode etik keperawatan

Secara umum menurut Kozier (1992). dikatakan bahwa tujuan kode etik

profesi keperawatan adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral

7

dan kualitas dan menggambarkan tanggung jawab, akontabilitas serta

mempersiapkan petunjuk bagi anggotannya. Etika profesi keperawatan

merupakan alat untuk mengukur prilaku moral dalam keperawatan. Dalam

menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai

standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi,

2002). Adanya penggunaan kode etik keperawatan, organisasi profesi

keperawatan dapat meletakkan kerangka berfikir perawat untuk mengambil

keputusan dan bertanggung jawab kepada masyarakat anggota tim kesehatan

lain dan kepada profesi.

Tujuan pokok rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik keperawatan,

merupakan standar etika perawat, yaitu:

a. Menjelaskan dan menerapkan tanggung jawab kepada pasien, lembaga dan

masyarakat

b. Membantu tenaga/perawat dalam menentukan apa yang harus diperbuat

dalam menghadapi dilema etik dalam praktek keperawatan.

c. Memberikan kesempatan profesi keperawatan menjaga reputasi atau nama

dan fungsi profesi keperawatan.

d. Mencerminkan/membayangkan pengharapan moral dari komunitas.

e. Merupakan dasar untuk menjaga prilaku dan integrasi.

8

Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat

mengembangkan etika profesi secara terus menerus agar dapat menampung

keinginan dan masalah baru dan mampu menurunkan etika profesi

keperawatan kepada perawat-perawat muda. Disamping maksud tersebut,

penting dalam meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat

dapat memahami dan menyenangi profesinya.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika

profesi keperawatan adalah, mampu:

a. Mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktik keperawatan

b. Membentuk strategi/cara dan menganalisa masalah moral yang terjadi

dalam praktik keperawatan

c. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat

dipertanggung jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa fungsi kode etik keperawatan, adalah:

1) Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik

keperawatan.

2) Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan

dipertimbangkan

3) Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat

9

4) Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat

5) Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi

keperawatan

6) Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.

Sedangkan kode etik keperawatan di Indonesia yng dikeluarkan oleh

organisasi profesi (PPNI) telah diatur lima pokok etik, yaitu: hubungan

perawat dan pasien, perawat dan praktek, perawat dan masyarakat, perawat

dan teman sejawat, perawat dan profesi. Kelima pokok etik keperawatan yang

ada merupakan bentuk kode etik yang telah mejadi panduan dari semua

perawat Indonesia untuk menjalankan profesinya

2. Konsep Moral dalam praktek keperawatan

Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori

keperawatan, yaitu segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi

masalah keperawatan dengan menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan

praktek keperawatan tidak lepas dari fenomena keperawatan dan hubungan

pasien dan perawat.

Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat

individu untuk sampai pada tingkat masyarakat yang juga tercermin pada

tingkat system organ fungsional sampai subseluler (Henderson, 1978, lih, Ann

10

Mariner, 2003). Asuhan keperawatan merupakan bentuk dari praktek

keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian

kegiatan praktek keperawatan yang diberikan pada pasein dengan

menggunakan proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan,

dilandasi etika dan etiket keperawatan (Kozier, 1991). Asuhan keperawatan

ditujukan untuk memandirikan pasien, (Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).

Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada individu,

keluarga dan masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan

perawat dan pasien sebagai hubungan professional (Kozier, 1991). Hubungan

professional yang dimaksud adalah hubungan terapeutik antara perawat pasien

yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta, otonomi, dan didahulu adanya

kontrak yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam proses

penyembuhan dari sakit (Kozier,1991).

a. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan

1) Menghargai otonomi (facilitate autonomy)

Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan

hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu

tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri. Prinsip otonomi

menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk

menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri.

Bagian dari apa yang didiperlukan dalam ide terhadap respect terhadap

11

seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa

memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya.

(Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini adalah adanya

variasi kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal,

seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan Rumah SAkit,

ekonomi, tersedianya informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh:

Kebebasan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak

mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan .

2) Kebebasan (freedom)

Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan

atau paksaan pihak lain (Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas

menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.

Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan

keperawatan yang diberikan.

3) Kebenaran (Veracity) truth

Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika

yang tidak bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut

Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang

sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan

yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran

merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling

12

percaya dengan pasien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian

sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil

penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa

pasien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978).

Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai dengan

SOP yang berlaku dimana klien dirawat.

4) Keadilan (Justice)

Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).

Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua

individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai

kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.

Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka

uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak

sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan

mereka.

Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka

menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-sumber yang besar

pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang dilakukan seorang

perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai

SAK.

13

5) Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)

Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau

membahayakan orang lain.(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien

dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil.

6) Kemurahan Hati (Benefiecence)

Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan

merugikan/membahayakan dari tindakan yang dilakukan. Melakukan

hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk

melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip

ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai

tindakan yang dilakukan sering memberikan dampak yang merugikan

pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat

bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan

pasien.Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan

memperlakukan klien dengan baik dan benar.

7) Kesetiaan (fidelity)

Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan

tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan

sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.

Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi

tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan

14

memberikan perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan

salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan

komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada

pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat

diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan

individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan

kemampuan profesional

Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan suatu tindakan,

maka tidak boleh mengingkari janji tersebut.

8) Kerahasiaan (Confidentiality)

Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat

menghargai semua informsi tentang pasien dan perawat menyadari

bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua yang berhubungan

dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak tepat

(Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh menceritakan rahasia

klien pada orang lain, kecuali seijin klien atau seijin keluarga demi

kepentingan hukum.

9) Hak (Right)

Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan

moralitas, berhubungan dengan hukum legal.(Webster’s, 1998).

Contoh : Klien berhak untuk mengetahui informasi tentang penyakit

dan segala sesuatu yang perlu diketahuinya.

15

b. Nilai-nilai professional yang harus diterapkan oleh perawat

1) JUSTICE (Keadilan) : Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap

yang dapat dilihat dari Justice, adalah: Courage (keberanian/Semangat,

Integrity, Morality, Objectivity), dan beberapa kegiatan yang

berhubungan dengan justice perawat: Bertindak sebagai pembela klien,

Mengalokasikan sumber-sumber secara adil, Melaporkan tindakan

yang tidak kompeten, tidak etis, dan tidak legal secara obyektif dan

berdasarkan fakta.

2) TRUTH (kebenaran): Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang

berhubungan denganperawt yang dapat dilihat, yaitu: Akontabilitas,

Honesty, Rationality, Inquisitiveness (ingin tahu), kegiatan yang

beruhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan

keperawatan secara akurat dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap

sebelum membuat suatu keputusan, Berpartisipasi dalam upaya-upaya

profesi untuk melindungi masyarakat dari informasi yang salah tentang

asuhan keperawatan.

3) AESTHETICS : Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah

pada pemberian kepuasan dengan prilaku/ sikap yang tunjukan dengan

Appreciation, Creativity, Imagination, Sensitivity, kegiatan perawat

yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang

16

menyenangkan bagi klien, Ciptakan lingkungan kerja yang

menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain, Penampilan diri yang

dapat meningkatkan “image” perawat yang positif

4) ALTRUISM : Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan

sikap yang ditunjukan yaitu: Caring, Commitment, Compassion

(kasih), Generosity (murah hati), Perseverance (tekun, tabah (sabar),

kegiatan perawat yang berhubungan dengan Altruism:Memberikan

perhatian penuh saat merawat klien, Membantu orang lain/perawat lain

dalam memberikan asuhan keperawatan bila mereka tidak dapat

melakukannya, Tunjukan kepedulian terhadap isu dan kecenderungan

social yang berdampak terhadap asuhan kesehatan.

5) EQUALITY (Persamaan): Mempunyai hak, dan status yang sama,

sikap yang dapt ditunjukan oleh perawat yaitu: Acceptance

(menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif), Tolerance,

Assertiveness, kegiatan perawat yang berhubungan dengan equality:

Memberikan nursing care berdasarkan kebutuhan klien, tanpa

membeda-bedakan klien, Berinteraksi dengan tenaga kesehatan/teman

sejawat dengan cara yang tidak diskriminatif

6) FREEDOM (Kebebasan): Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap

yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu: Confidence, Hope,

Independence, Openness, Self direction, Self Disciplin, kegiatan yang

berhubungan dengan Freedom: Hargai hak klien untuk menolak terapi,

17

Mendukung hak teman sejawat untuk memberikan saran perbaikan

rencana asuhan keperawatan, Mendukung diskusi terbuka bila terdapat

isu controversial terkait profesi keperawatan

7) HUMAN DIGNITY (Menghargai martabat manusia): menghargai

martabat manusia dan keunikan martabat manusia dan keunikan

individu, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat, yaitu: Empathy,

Kindness, Respect full, Trust, Consideration, kegiatan yang

berhubungan dengan sikap Human dignity: Melindungi hak individu

untuk privacy, Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan

keinginan mereka untuk diperlakukan, Menjaga kerahasiaan klien dan

teman sejawat.

C. Hak, Kewajiban Perawat dan Hak Pasien

Hak mungkin merupakan tuntutan sebagaimana mestinya dengan dasar keadilan,

moralitas atau legalitas (Suhaemi, 2002). Hak adalah tuntutan terhadap sesuatu

yang seseorang berhak, seperti kekuasaan atau hak istimewa.

Hak merupakan peranan fakultatif karena sifatnya boleh tidak dilaksanakan atau

dilaksanakan, menurut suryono (1990). Hak merupakan sutau yang dimilikin

orang atau subyek hukum baik manusia sebagai pribadi atau manusia sebagai

badan hukum, dimana subyek yang bersangkutan mempunyai kebebasan untuk

memanfaatkan atau tidak memanfaatkan. Sedangkan kewajiban merupakan peran

imperative karena tidak boleh tidak dilaksanakan.

18

Pada prinsipnya hak dasar manusia, terdapat dua hal yaitu: Human Right dan

Fundamental Right. Beberapa hak manusiawi (human right) adalah hak untuk

mengekspresikan dirinya secara bebas untuk tumbuh dan untuk menerima

upah/pembayaran atas pekerjaannya, sedangkan Hak dasar (Fundamental right)

termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia, seperti hak

untuk hidup layak, hak untuk bernafas, hak untuk mendapatkan makanan yang

layak dan sebagainnya (Aiken, 2003).

Perawat sebagai pelaku praktek keperawatan yang langsung memberikan

pelayanan kepada pasien, keluarga, masyarakat disamping mempunyai tanggung

jawab dalam praktek, perawat juga mempunyai hak sebagai manusia secara utuh

baik secara manusia dan hukum.

1. Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa

perawat berhak:

a. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai

dengan profesinya

b. Mengembangkan diri melalui kemampuan kompetensinya sesuai

dengan latar pendidikannya

c. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan serta standard an kode etik profesi

19

d. Mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau keluaregannya tentang

keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan

e. Mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan secara

terus menerus.

f. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan

maupun oleh pasien

g. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat

menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun emosional

h. Diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan

pelayanan kesehatan.

i. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh

pasien dan atau keluargannya serta tenaga kesehatan lainnya.

j. Menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran

maupun pengumuman tertulis karena diperlukan, untuk melakukan

tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode etik

keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.

k. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi

yang diberikannya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di

institusi pelayanan yang bersangkutan

l. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan bidang

profesinya.

20

2. Tanggung jawab/kewajiban perawat

Disamping beberapa hak perawat yang telah diuraikan diatas, dalam mencapai

keseimbangan hak perawat maka perawat juga harus mempunyai kewajibannya

sebagai bentuk tanggung jawab kepada penerima praktek keperawatan. (Claire

dan Fagin, 1975l,dalam Fundamental of nursing,Kozier 1991)

Kewajiban perawat, sebagai berikut:

a. Mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan

b. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan

standar profesi dan batas kemanfaatannya

c. Menghormati hak pasien

d. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang

mempunyai keahlihan atau kemampuan yang lebih kompeten, bila yang

bersangkutan tidak dapat mengatasinya.

e. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan

keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar

profesi yang ada.

f. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya

sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing selama tidak

mengganggu pasien yang lainnya.

21

g. Berkolaborasi dengan tenaga medis (dokter) atau tenaga kesehatan

lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada

pasien

h. Memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan

yang diberikan kepada pasien dan atau keluargannya sesuai dengan batas

kemampuaannya

i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan

berkesinambungan

j. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dn tehnologi keperawatan

atau kesehatan secara terus menerus

k. Melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai

dengan batas kewenangannya

l. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

kesuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang.

m. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah

dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja.

22

3. Hak-hak pasien

Disamping beberapa hak dan kewajiban perawat, perawat juga harus mengenal

hak-hak pasien sebagai obyek dalam praktek keperawatan. Sebagai hak dasar

sebagai manusia maka penerima asuhan keperawatan juga harus dilindungi

hak-haknya, sesuai perkembangan dan tuntutan dalam praktek keperawatan

saat ini pasien juga lebih meminta untuk menentukan sendiri dan mengontrol

tubuh mereka sendiri bila sakit; persetujuan, kerahasiaan, dan hak pasien

untuk menolak pengobatan merupakan aspek dari penentuan diri sendiri. Hal-

hal inilah yang perlu dihargai dan diperhatikan oleh profesi keperawat dalam

menjalankan kewajibannya.

Tetapi dilain pihak, seorang individu yang mengalami sakit sering tidak

mampu untuk menyatakan hak-haknya, karena menyatakan hak memerlukan

energi dan kesadaran diri yang baik sedangkan dalam kondisi sakit seseorang

mengalami kelemahan atau terikat dengan penyakitnya dan dalam kondisi

inilah sering individu tidak menyadari akan haknya, disinilah peran seoran

professional perawat.

Oleh karena itu sebagai perawat professional harus menganal hak-hak pasien,

menurut Annas dan Healy, 1974, hak-hak pasien adalah sebagai berikut:

1) Hak untuk kebenaran secara menyeluruh

2) Hak untuk mendapatkan privasi dan martabat yang mandiri

23

3) Hak untuk memelihara penentuan diri dalam berpartisipasi

dalam keputusan sehubungan dengan kesehatan seseorang.

4) Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun

sesudah dirawat di Rumah Sakit.

Sedangkan pernyataan hak pasien (Patient’s Bill of Right) yang diterbitkan

oleh “The American Hospital Association” 1973, meliputi beberapa hal, yang

dimaksudkan memberikan upaya peningkatan hak pasien yang dirawat dan

dapat menjelaskan kepada pasien sebelum pasien dirawat.

Adapun hak-hak pasien, adalah sebagai beriku, pasien mempunyai hak:

1) Mempertahankan dan mempertimbangkan serta mendapatkan asuhan

keperawatan dengan penuh perhatian

2) Memperoleh informasi terbaru, lengkap mengenai diagnosa, pengobatan

dan program rehabilitasi dari tim medis, dan informasi seharusnya dibuat

untuk orang yang tepat mewakili pasien, karena pasien mempunyai hak

untuk mengetahui dari yang bertanggung jawab dan mengkoordinir asuhan

keperawatannya.

3) Menerima informasi penting untuk memberikan persetujuan sebelum

memulai sesuatu prosedur atau pengobatan kecuali dalam keadaan darurat,

mencakup beberapa hal penting, yaitu; lamanya ketidakmampuan,

alternatif-alternatif tindakan lain dan siapa yang akan melakukan tindakan

24

4) Menolak pengobatan sejauh yang diijinkan hukum dan diinformasikan

tentang kosekwensi dari tindakan tersebut.

5) Setiap melakukan tindakan selalu mempertimbangkan privasinya

termasuk asuhan keperawatan, pengobatan, diskusi kasus, pemeriksaan dan

tindakan, dan selalu dijaga kerahasiaannya dan dilakukan dengan hati-hati,

siapapun yang tidak terlibat langsung asuhan keperawatan dan pengobatan

pasien harus mendapatkan ijin dari pasien.

6) Mengharapkan bahwa semua komunikasi dan catatan mengenai asuhan

keperawatan dan pengobatannya harus diperlakukan secara rahasia.

7) Pasien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat

lain yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang

alasan rujukan tersebut, dan Rumah Sakit yang ditunjuk dapat

menerimannya.

8) Memperoleh informasi tentang hubungan Rumah Sakit dengan instansi

lainnya, seperti pendidikan dan atau instansi terkait lainnya sehubungan

dengan asuhan yang diterimannya, Contoh: hubungan individu yang

merawatnya, nama perawat dan sebaginnya.

9) Diberikan penasehat/pendamping apabila Rumah Sakit mengajukan untuk

terlibat atau berperan dalam eksperimen manusiawi yang mempengaruhi

asuhan atau pengobatannya. Pasien mempunyai hak untuk menolak

berpartisipasi dalam proyek riset/penelitian tersebut.

25

10) Mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Pasien

mempunyai hak untuk mengetahui lebih jauh waktu perjanjian dengan

dokter yang ada. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan Rumah

Sakit menyediakan mekanisme sehingga ia mendapat informasi dari dokter

atau staff yang didelegasikan oleh dokter tentang kesehatan pasien

selanjutnya.

11) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya

sebagai pasien

12) Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.

D. Masalah Etik dalam Praktek Keperawatan

Setelah beberapa definisi, dan teori yang berkaitan dengan etika, hak perawat, hak

pasien dan kewajiban dari pelaku asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan,

masalah etik menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien dengan harapan

perawat. Masalah eika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika

kesehatan, yang lebih dikenal dengan istilah etika biomedis atau bioetis (Suhaemi,

2002).

Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul banyak sekali, seperti berkata

tidak jujur (bohong), abortus, menghentikan pengobatan, penghentian pemberian

makanan dan cairan, euthanasia, transplantasi organ serta beberpa permasalahan

etik yang langsung berkaitan dengan praktek keperawatan, seperti: evaluasi diri

26

dan kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, memberikan

rekomendasi pasien pad dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk,

masalah peran merawat dan mengobati (Prihardjo, 1995).Disini akan dibahas

sekilas beberapa hal yang berikaitan dengan masalah etik yang berkaitan lansung

pada praktik keperawatan.

1. Konflik etik antara teman sejawat

Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu pencapaian

kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan kesejahteraan pasien,

maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila ada asuhan keperawatan

yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk mengubah keadaan tersebut.

Kondisi inilah yang sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat

sebagai pelaku asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain

pihak perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila ada

teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal inilah yang

perlu diselesaikan dengan bijaksana.

2. Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan

atau pengobatan

Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak bentuk-bentuk

pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan berkembangnya tehnologi yang

memungkinkan orang untuk mencari jalan sesuai dengan kondisinya.

Penolakan pasien menerima pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh

beberapa factor, seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat,

27

keuangan, social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan

keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy pasien,

pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang mereka anggap

tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan oleh perawat adalah

menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi konflik sehingga menimbulkan

masalah-masalah lain yang lebih tidak etis.

3. Masalah antara peran merawat dan mengobati

Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran perawat adalah

memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya berbagai factor sering

kali peran ini menjadai kabur dengan peran mengobati. Masalah antara peran

sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga

kesehatan yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama

oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari hasil penelitian, Sciortio (1992)

menyatakan bahwa pertentangan antara peran formal perawat dan pada

kenyataan dilapangan sering timbul dan ini bukan saja masalah Nasional

seperti di Indonesia, tetapi juga terjadi di Negara-negara lain.Walaupun tidak

diketahui oleh pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar.

Antara pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan keperawatan

yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas sebagai bentuk

perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan hal inisemakin tidak

jelas penyelesaiannya.

28

4. Berkata Jujur atau Tidak jujur

Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali perawat tidak

merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal yang dilakukan

perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan keperawatan.

Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat perawat ditanya

oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat sering menjawab “tidak apa-

apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan ini tidak sakit”. Dengan

bermaksud untuk menyenangkan pasien karena tidak mau pasiennya sedih

karena kondisinya dan tidak mau pasien takut akan suntikan yang diberikan,

tetapi didalam kondisi tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila

perawat berkata jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien

dan bila berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.

5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering, yang berarti

mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada pasien yang sudah

meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-barang berupa obat-obatan

sisa yang belum dipakai pasien, perawat dengan seenaknya membereskan obat-

obatan tersebut dan memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin

keluarga pasien. Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan

tersebut tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien

tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada kondisi ini

29

adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap keluarga pasien dan ijin

dari keluarga pasien itu merupakan hal yang sangat penting, Karena walaupun

bagaimana keluarga harus tahu secara pasti untuk apa obat itu diambil.

Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan orang lain

bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas tidak etis dan tidak

dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab

terhadap peralatan dan barang din tempat kerja.

E. Pembuatan Keputusan dalam Dilema Etik

Menurut Thompson dan Thompson (1985). dilema etik merupakan suatu masalah

yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau

suatu situasi dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan

sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Dan untuk

membuat keputusan etis, seseorang harus bergantung pada pemikiran yang

rasional dan bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema etik banyak

diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya menggunakan kerangka proses

keperawatan dengan pemecahan masalah secara ilmiah.(sigman, 1986; lih. Kozier,

erb, 1991).

Setiap perawat harus dapat mengintegrasikan dasar-dasar yang dimilikinya dalam

membuat keputusan termasuk agama, kepercayaan atau falsafah moral tertentu

yang menyatakan hubungan kebenaran atau kebaikan dengan keburukan. Beberapa

30

orang membuat keputusan dengan mempertimbangkan segi baik dan buruk dari

keputusannya, ada pula yang membuat keputusan berdasarkan pengalamannya

(Ellis, Hartley, 1980).

1. Teori dasar pembuatan keputusan Etis

a. Teleologi

Teleologi (berasal dari bahasa Yunani telos, berarti akhir). Istilah teleologi

dan utilitarianisme sering digunakan saling bergantian. Teleologi me-

rupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat

yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering

disebut dengan ungkapan The end justifies the means atau makna dari

suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi. Teori ini

menekankan pada pencapaian hasil dengan kebaikan maksimal dan

ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987). Teori teleologi

atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarianisme dan act

utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai

suatu tindakan tergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan

kebaikan atau kebahagiaan pada manusia. Act utilitarianisme bersifat lebih

terbatas; tidak melibatkan aturan umum tetapi berupaya menjelaskan pada

suatu situasi tertentu, dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang

dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan

sekecil-kecilnya pada individu. Contoh penerapan teori ini misalny a bayi-

31

bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal daripada nantinya

menjadi beban di masyarakat.

b. Deontologi (Formalisme)

Deontologi (berasal dari bahasa Yunani deon, berarti tugas) berprinsip

pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan

oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai

moralnya. Dalam konteknya di sini perhatian difokuskan pada tindakan

melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan penentu apakah

tindakan tersebut secara moral benar atau salah. Kant berpendapat prinsip-

prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus bersifat universal, tidak

kondisional, dan imperatif. Kant percaya bahwa tindakan manusia secara

rasional tidak konsisten, kecuali bila aturan-aturan yang ditaati bersifat

universal, tidak kondisional, dan imperatif. Dua aturan yang diformulasi

oleh Kant meliputi: pertama, manusia harus selalu bertindak sehingga

aturan yang merupakan dasar berperilaku dapat menjadi suatu hukum

moral universal. Kedua, manusia harus tidak memperlakukan orang lain

secara sederhana sebagai suatu makna, tetapi selalu sebagai hasil akhir

terhadap dirinya sendiri. Contoh penerapan deontologi adalah seorang

perawat yang yakin bahwa pasien harus diberitahu tentang apa yang

sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat menyakitkan.

32

Contoh lain misalnya seorang perawat menolak membantu pelaksanaan

abortus karena keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh.

Dalam menggunakan pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan

pertimbangan, misalnya seperti tindakan abortus dilakukan untuk

menyela-matkan nyawa ibu, karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup

(dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan yang secara moral buruk.

Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip

penting; kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran, dan ketaatan.

2. Kerangka dan strategi pembuatan keputusan etis.

Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu

persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktek keperawatan

professional dan dalam membuat keputusan etis perlu memperhatikan

beberapa nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik keperawatan, konsep moral

perawatan dan prinsip-prinsip etis.

33

(gambar 1)

Gambar 1: Unsur-unsur utama yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan tindakan moral dalam praktik

keperawatan (diadaptasi dari Fry, 1991, lih, Prihardjo, 1995)

Berbagai kerangka model pembuatan keputusan etis telah dirancang oleh

banyak ahli etika, di mana semua kerangka tersebut berupaya menjawab

pertanyaan dasar tentang etika, yang menurut Fry meliputi:

• Hal apakah yang membuat tindakan benar adakah benar?

• Jenis tindakan apakah yang benar?

• Bagaimana aturan-aturan dapat diterapkan pada situasi tertentu?

• Apakah yang harus dilakukan pada situasi tertentu?

Beberapa kerangka pembuatan keputusan etis keperawatan dikembangkan

dengan mengacu pada kerangka pembuatan keputusan etika medis. Beberapa

kerangka disusun berdasarkan posisi falsafah praktik keperawatan, sementara

model-model lain dikembangkan berdasarkan proses pemecahan masalah

seperti yang diajarkan di pendidikan keperawatan. Berikut ini merupakan

contoh model yang dikembangkan oleh Thompson dan Thompson dan model

34

Nilai dan kepercayaan Pribadi

Kode etik perawat Indonesia

Konsep Moral keperawatan

Teori/prinsip-prinsip etika

Kerangka pembuat

keputusan

Keputusan dan tindakan

moral

oleh Jameton: Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan etika keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan

pasien. Kerangka Jameton, seperti yang ditulis oleh Fry (1991), terdiri dari

enam tahap:

a. Identifikasi masalah. Ini berarti mengklasifikasi masalah dilihat dari

nilai-nilai, konflik dan hati nurani. Perawat juga harus mengkaji ke-

terlibatannya terhadap masalah etika yang timbul dan mengkaji parameter

waktu untuk protes pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan

jawaban pada perawat terhadap pernyataan: Hal apakah yang membuat

tindakan benar adalah benar? Nilai-nilai diklasifikasi dan peran perawat

dalam situasi yang terjadi diidentifikasi.

b. Perawat harus mengumpulkan data tambahan. Informasi yang

dikumpul-kan dalam tahap ini meliputi: orang-orang yang dekat dengan

pasien yang terlibat dalam membuat keputusan bagi pasien,

harapan/keinginan dari pasien dan orang yang terlibat dalam pembuatan

keputusan. Perawat kemudian membuat laporan tertulis kisah dari konflik

yang terjadi. Perawat harus mengindentifikasi semua pilihan atau

alternatif secara terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang

memung-kinkan harus terjadi termasuk hasil yang mungkin diperoleh

beserta dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban: Jenis tindakan apa

yang benar?

35

c. Perawat harus memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.

Ini berarti perawat mempertimbangkan nilai-nilai dasar manusia yang pen-

ting bagi individu, nilai-nilai dasar manusia yang menjadi pusat dari

masalah, dan prinsip-prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah.

Tahap ini menjawab pertanyaan: Bagaimana aturan-aturan tertentu

diterapkan pada situasi tertentu?

d. Pembuat keputusan harus membuat keputusan. Ini berarti bahwa pem-

buat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling

tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika: Apa yang harus dilaku-kan

pada situasi tertentu?

e. Tahap akhir adalah melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan

hasil.

Tahap Model Keputusan BioetisTahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Tahap 5

Tahap 6

Tahap 7

Review situasi yang dihadapi untuk mendeterminasi masalah kesehatan,

keputusan yang dibutuhkan, komponen etis individu keunikan.

Kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi.

Identifikasi aspek etis dari masalah yang dihadapi.

Ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.

Identifikasi posisi moral dan keunikan individu yang berlainan.

Identifikasi konflik-konflik nilai bila ada.

Gali siapa yang harus membuat keputusan.

36

Tahap 8

Tahap 9

Tahap 10

Identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan.

Tentukan tindakan dan laksanakan.

Evaluasi/review hasil dari keputusan/tindakan.

Sedangkan Pembuatan keputusan/pemecahan dilema etik menurut, Kozier, erb

(1989), adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan data dasar; untuk melakukan ini perawat

memerlukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin, dan informasi

tersebut meliputi: Orang yang terlibat, Tindakan yang diusulkan, Maksud

dari tindakan, dan konsekuensi dari tindakan yang diusulkan.

2) Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi

tersebut

3) Membuat tindakan alternative tentang rangkaian tindakan

yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi

tindakan tersebut

4) Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan

siapa pengambil keputusan yang tepat

5) Mendefinisikan kewajiban perawat

6) Membuat keputusan.

Disamping beberapa bentuk kerangka pembuatan keputusan dilema etik yang

terdapat diatas, penting juga diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

37

pembuatan keputusan etik. Diantaranya adalah factor agama dan adat istiadat,

social, ilmu pengetahuan/tehnologi, legislasi/keputusan yuridis,

dana/keuangan, pekerjaan/posisi pasien maupun perawat, kode etik

keperawatan dan hak-hak pasien (Priharjo, 1995).

Beberapa kerangka pembuatan dan pengambilan keputusan dilema etik diatas

dapat diambil suatu garis besar langkah-langkah kunci dalam pengambilan

keputusan, yaitu:

a. Klarifikasi dilema etik, baik pertanyaan fakta dan komponen nilai etik

yang seharusnya

b. Dapatkan informasi yang lengkap dan terinci, kumpulkan data tambahan

dari berbagai sumber, bila perlu ada saksi ahli berhubungan dengan

pertanyaan etik dan apakah ada pelanggaran hukum/legal

c. Buatlah beberapa alternatif keputusan dan identifikasi beberapa alternative

tersebut dan diskusikan dalam suatu tim (komite etik).

d. Pilih dari beberapa alternative dan paling diterima oleh masing-masing

pihak dan buat suatu keputusan atas alternative yang dipilih

e. Laksanakan keputusan yang telah dipilih bila perlu kerjasama dalam tim

dan tentukan siapa yang harus melaksanakan putusan.

f. Observasi dan lakukan penilain atas tindakan/keputusan yang dibuat serta

dampak yang timbul dari keputusan tersebut, bila perlu tinjau kembali

beberapa alternative keputusan dan bila mungkin dapat dijalankan.

38

BAB IIIPEMBAHASAN

A. Kasus

Ny. M seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai seorang anak umur

4 tahun, Ny.M. berpendidikan SMA, dan suami Ny.M bekerja sebagai PNS di

suatu kantor kelurahan. Saat ini Ny.M dirawat di ruang kandungan sejak 3 hari

yang lalu.

Sesuai hasil pemeriksaan Ny.M positif menderita kanker rahim grade III, dan

dokter merencanakan untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim. Semua

pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.M.

Menjelang dua hari operasi, Ny.M hanya diam dan tampak cemas dan binggung

dengan rencana operasi yang akan dijalaninnya. Dokter hanya menjelaskan bahwa

Ny.m harus dioperasi karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Dan

dokter memberitahu perawat kalau Ny.M atau keluarganya bertanya, sampaikan

operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya

yang akan menjelaskannya.

Saat menghadapi hal tersebut Ny.M berusaha bertanya kepada perawat ruangan

yang merawatnya. Ny.M bertanya kepada perawat beberapa hal, yaitu:

“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih

ingin punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan

“apakah operasi saya bisa diundur dulu suster”

39

Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara

singkat,

“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”

“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”

“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”

“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan

dokternya…ya.” Dan setelah menjawab beberapa pertanyaan Ny.M. perawat

memberikan surat persetujuan operasi untuk ditanda tangani, tetapi Ny.M

mengatakan “saya menunggu suami saya dulu suster”, perawat mengatakan

“secepatnya ya bu… besok ibu sudah akan dioperasi”tanpa penjelasan lain,

perawat meninggalkan Ny.M.

Sehari sebelum operasi Ny.M berunding dengan suaminya dan memutuskan

menolak operasi dengan alasan, Ny.M dan suami masih ingin punya anak lagi.

Dengan penolakan Ny.M dan suami, perawat mengatakan pada Ny.M dan suami”

Ibu ibu tidak boleh begitu, ibu harus dioperasi agar penyakit ibu tidak parah, kita

hanya berusaha” dan perawat meninggalkan pasien dan suami tanpa penjelasan

apapun. Dan setelah penolakan pasien tersebut, perawat A datang ke Kepala

ruangan dan mengatakan bahwa Ny.M menolak untuk operasi. Ny.M masih ragu

karena dokter belum menjelaskan rencana operasi yang akan dilakukan, Kepala

ruangan bertanya kepada perawat A “kenapa tidak dijelaskan” Perawat A

menjawab “pesan dokter, saya tidak boleh menjelaskan tentang operasi tersebut,

disuruh menunggu dokter…”, kepala ruangan mengatakan “ kalau begitu buat

40

surat pernyataan saja” dan kita sampaikan ke dokter bedahnya. Dan sampai saat ini

dokter belum menjelaskan operasi yang akan dilakukan pada Ny.M dan keluarga.

Dan akhirnya pasien pulang. Beberapa hari kemudian Rumah Sakit mendapat surat

keluhan dari keluarga Ny.M yang berisi ketidakpuasan dari pelayanan dimana

Ny.M dirawat. Oleh karena itu pihak Rumah Sakit (pimpinan) menanggapi surat

tersebut dan berusaha mencari tahu kebenaran kasus yang tejadi pada Ny.M dan

akan mengambil tindakan bila ada unsure pelanggaran kode etik dalam pelayanan

kesehatan yang dilakukan staff Rumah Sakit.

Sekilas berkaitan dengan ruangan, kepala ruangan adalah Ners S1 yang bekerja

telah lima tahun dan perawat A, adalah perawat lulusan DIII baru bekerja diruang

tersebut dua tahun.

B. Analisa Kasus

Sebelum menganalisa kasus diatas apakah merupakan pelanggaran etik atau

dilema etik, hal pertama yang harus dilakukan oleh tim pencari fakta adalah

mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan beberapa informasi yang

diperlukan, baik dari internal maupun exsternal ruangan termasuk staf yang

bterlibat, perawat primer, kepala ruangan dan dokter yang merawat dan

pasien/keluarga. Hal-hal lain yang menyangkut prinsip-prinsip moral dalam

pemberian asuhan keperawatan dan berkaitan dengan standarisasi asuhan

keperawatan yang diberikan (SOP).

41

Pada kasus yang melibatkan Ny.M dapat dianalisa dengan beberapa hal

menyangkut nilai-nilai etika, prinsip moral dalam professional keperawatan, Kode

etik keperawatan (PPNI), hak-hak pasien, hak dan kewajiban perawat dan juga

bentuk standar praktek keperawatan yang harus dilaksanakan pada pasien yang

akan menjalani operasi. Bila diidentifikasi masalah-masalah yang mungkin

merupakan pelanggaran etik yang terjadi dan merupakan data dari informasi yang

dibutuhkan, adalah sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan prinsip-prinsip moral/etik dalam praktek

keperawatan, yaitu:

a. Otonomi pasien

Prinsip autonomy menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan

untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri.

Bagian dari apa yang diperlukan dalam ide terhadap respect terhadap

seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan individu tanpa

memperhatikan apakah pilihan seperti itu adalah kepentingannya.

Seperti telah banyak dijelaskan dalam teori bahwa otonomi merupakan

bentuk hak individu dalam mengatur keinginan melakukan kegiatan atau

prilaku. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab

terhadap dirinya sendiri.

42

Pada kasus Ny.M. bahwa pasien menginginkan informasi yang banyak

tentang tindakan operasi yang akan dilakukan terhadap dirinnya, informasi-

informasi yang dibutuhkannya karena Ny.M berkeinginan bahwa ia masih

ingin punya anak lagi dan bila operasi dilakukan berarti pasien merasa

tidak akan mempunyai anak lagi. Tetapi keinginan pasien untuk mendapat

informasi yang lebih banyak tidak terpenuhi, hal inilah yang menjadi

dilema bagi pasien sementara itu kondisi sakitnya akan membuat Ny.M

tidak tertolong lagi.

Penolakan Ny.M dan keluarga untuk dilakukan operasi merupakan hak

pasien tetapi, hak dan kewajiban perawat juga untuk dapat memberikan

asuhan keperawatan yang optimal dengan membantu penyembuhan pasien

yaitu dengan jalan dilakukan operasi.

b. Advokasi perawat terhadap pasien

Advokasi merupakan salah satu peran perawat dalam menjalankan praktek

keperawaatan dan asuhan keperawatannya. Perawat seharusnya

memberikan penjelasan lebih rinci dan mendukung pasien agar dapat

berkonsultasi kepada tim dokter yang akan melakukan operasinya.

Advoaksi perawat yang dapat dilakukan pada kondisi kasus Ny.M, dapat

berupa: penjelasan yang jelas dan terinci tentang kondisi yang dialami

Ny.M, melakukan konsultasi dengan tim medis berkaitan denganmaslah

43

tersebut, juga harus disampaikan bahwa Ny.M ingin mempunyai anak lagi.

Bentuk-bentuk advokasi inilah yang memungkinkan tim baik keperawatan

dan medis akan bersama menjelaskan dengan lengkap dan baik.

Bentuk advokasi lainnya adalah Perawat ruangan dapat membuat tim

keperawatan dan medis dan dapat menberikan informasi dan komunikasi

yang baik pada pasien.

2. Berkaitan hak-hak pasien

Pada teori telah dijelaskan bahwa pasien juga mempunyai hak-hak yang harus

diperhatikan oleh perawata dalam praktek keperawatan, diantarannya yang

berhubungan dengan kasus Ny.M. Pasien berhak mendapatkan informasi

yang lengkap jelas, pasien berhak memperoleh informasi terbaru baik dari tim

medis dan perawat yang mengelolannya, pasien juga berhak untuk memilih

dan menolak pengobatan ataupun asuhan bila merasa dirinnya tidak berkenan.

Ny.M. merasa bahwa dirinya tidak memperoleh informasi yang

diharapkannya, pasien berharap banyak informasi dan hal-hal yang berkaitan

dengan kondisinnya sehingga pasien dapat memnentukan pilihannya dengan

tepat. Apapun pilihan pasien dan keputusan pasien setelah mendapatkan

informasi yang jela merupakan hak automi pasien.

44

3. Berkaitan Kode Etik Keperawatan (PPNI)

a. Kewajiban perawat dalam melaksanakan tugas.

Sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada

individu, keluarga dan masyarakat, perawat berkewajiban untuk

melaksanakan kode etik profesinya dan menjalankan semua kewajiban

yang didasari oleh nilai-nilai moral yang telah diatur dalam profesinya.

Terdapat beberapa kewajiban perawat yang tidak dijalankan dengan baik

dalam kasus Ny.M. diantaranya berkewajiban memberikan informasi,

komunikasi kepada pasien, memberikan peran perlindungan kepada

pasien, perawat wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk dapat

menentukan pilihan dan memberikan alternative penyelesaian atas kondisi

dan keinginan pasien dalam arti bahwa perawat wajib menghargai pilihan

atau autonomi pasien. Sesuai kode etik keperawatan (PPNI) bahwa

perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien

dalam melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam

melaksanakan tugas. Bila kewajiban diatas dapat dilaksanakan dengan

baik maka dapat memberikan kesempatan kepada Ny.M dan keluarga

dapat berfikir rasional dan logic atas kondisi yang menimpannya.

b. Hubungan Perawat terhadap Pasien, tenaga kesehatan lain

(dokter)

Sesuai kode etik keperawatan (PPNI) bahwa perawat senantiasa menjaga

hubungan baik antar sesame perawat, pasien dan tenaga kesehatan lain

45

dengan tujuan keserasian suasana dan ligkungan kerja maupun dalam

mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Pada kasus Ny.M terdapat beberapa dilema etik yaitu perawat tidak mampu

mengambil suatu keputusan yang terbaik dari intruksi yang telah

disampaikan oleh dokter seharusnya perawat mengklarifikasi atas apa yang

disampaikan oleh tim medis. Dan perlunya tim konsultasi yang berkaitan

dengan masalah-masalah yang terggambar pada kasus Ny.M. tim inilah

yang merupakan kelompok yang baik sebagai tempat untuk menjelaskan

kondisi pasien. Tim inipun akan memberikan alternatif-alternatif atau

masukan yang berarti tentang dampak dari tindakan dan bila tidak

dilakukan tindakan. Tim ini juga terdiri dari beberapa profesi yaitu: medis,

keperawatan, dan tenaga lain yang berkaitan dengan masalah Ny.M.

Hubungan yang baik harus diciptakan sehingga pada setiap interaksi

dengan pasien terjadi komunikasi yang terintegrasi dan menyeluruh

sehingga informasi yang diberikan kepada pasien dapat sama dan saling

menunjang.

4. Berkaitan nilai-nilai praktek keperawatan professional.

Secara teori dikatakan bahwa nilai-nilai professional perawat harus selalu

dijalankan pada setiap berhubungan dan melaksanakan praktek keperawatan,

nilai-nilai professional yang dimaksud yaitu Aesthetics, altruism, equality,

46

freedom, human dignity, justice dan truth. Dari kasus Ny.M. dapat dikatakan

bahwa perawat ruangan menlanggar nilai-nilai praktek profesionalnya.

Sifat altruism yang ditunjukan pada pasien Ny.M tidak terlihat sama sekali

apalagi kepedulian “caring” terhadap Ny.M, seakan perawat mengabaikan

pasien, selayaknya perawat menunjukan perhatiannya kepada pasien terhadap

isu/kondisi saat ini sehingga dampak dari tindakan/pengobatan dapat

melegakan bagi pasien. Disamping itu nilai kebebasan dalam menentukan

sikap terhadap tindakan/pengobatan yang diambil oleh tim medis seharusnya

perawat menggunakan kapasitasnya secara independent, confidence, serta

menghargai hak pasien.

Nilai yang lain adalah menghargai martabat manusia dengan sikap empathy,

respect full, yang dapat dijalankan oleh perawat menghadapi kasus Ny.M.

penting dalam melindungi hak individu, memperlakukan pasien sesuai

keinginannya. Disamping nilai-nilai tersebut penting juga berkata jujur sesuai

kebenaran, walaupun kadang-kandang kebenaran itu akan memberikan dampak

yang tidak selalu baik, tetapi dalam nilai kebenaran ini yang penting adalah

perlu dilihat kondisi, dampak dan apa keinginan pasien sehingga apa yang kita

sampaikan kepada pasien dapat diterima dan dipertimbangkan dengan baik,

apapun keputusannya dapat memberikan keduannya hal yang baik yang telah

dilaksanakan.

47

5. Tinjauan dari standar praktek dan SOP

Didalam standar praktek keperawatan pada pasien yang akan dilakukan operasi

harus dipersiapkan baik fisik dan mental, termasuk memberikan informasi-

informasi yang berkaitan dengan rencana operasi yang akan dilakukan. Saat

penanda tanganan persetujuan operasi harus dijelaskan, walaupun kewajiban

memberikan informasi hal tersebut adalah dokter yang akan melakukan

operasi, tetapi perawat harus tetap mendampingi dan memberikan advokasi dan

memberikan penjelasan lain secara lengkap agar pasien dapat menjalani

operasi dengan baik. Didalam setiap SOP-pun hal ini telah diidentifikasi

beberapa tindakan yang harus dilakukan pada pasien yang akan menjalani

operasi, maka harus dilihat lagi apakah SOP di ruangan tersebut telah tersedia

dan selalu diperbaharui.

C. Penyelesaian Kasus

Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. M, dapat

diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik

yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989), dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mengembangkan data dasar dalam hal klarifiaksi dilema etik,

mencari informasi sebanyaknya, berkaitan dengan:

a. Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami pasien, dokter

bedah/kandungan, kepala ruangan dan perawat primer.

48

b. Tindakan yang diusulkan, yaitu: Akan dilakukan operasi

pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.M. dan perawat primer tidak

boleh menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan operasi, menunggu

dokter bedahnya.

c. Maksud dari tindakan, yaitu: Agar kanker rahim yang dialami

Ny.M dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan pengobatan

tuntas.

d. Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan, yaitu: bila operasi

tetap dilaksanakan keinginan Ny.M dan keluarga untuk mempunyai anak

kemungkinan tidak bisa lagi dan bila operasi tidak dilakukan

penyakit/kanker rahim Ny.M kemungkinan akan menjadi luas. Dan

mengenai pesan dokter untuk tidak menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan rencana operasi Ny.M, bila dilaksanakan pesan tersebut, perawat

melannggar prinsip-prinsip moral, dan bila pesan dokter tersebut

melanggar janji terhadap teman sejawat.

2. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.

a. Konflik yang terjadi pada perawat A, yaitu:

- Bila menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya

perawat kawatir akan kondisi Ny.M akan semakin parah dan stress,

putus asa akan keinginannya untuk mempunyai anak.

- Bila tidak dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak

melaksanakan prinsip-prinsip professional perawat

49

- Atas penolakan pasien perawat merasa hal itu kesalahan dari

dirinya

- Berkaitan dengan pesan dokter, keduanya mempunyai

dampak terhadap prinsip-prinsip moral/etik.

- Bila perawat menyampaikan pesan dokter, perawat A

melangkahi wewenang yang diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak

disampaikan perawat A tidak bekerja sesuai standar profesi.

b. Konflik yang terjadi pada Kepala Ruangan, yaitu:

- Berkaitan dengan pesan dokter kondisinya sama dengan

perawat primer

- Atas penolakan pasien merupakan gambaran manajemen

ruangan yang kurang terkoordinasi dengan baik.

- Meninjau kembali SOP pada pasien yang akan dilakukan

operasi apakah masih relevan atau tidak.

3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang

direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi

tindakan tersebut.

a. Menjelaskan secara rinci rencana tindakan operasi termasuk

dampak setelah dioperasi.

b. Menjelaskan dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan

penyakit bila tidak dilakukan tindakan operasi

50

c. Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan

keinginan dari mempunyai anak lagi, kemungkinan dengan anak angkat

dan sebagainnya.

d. Mendiskusikan dan memberi kesempatan kepada keluarga atas

penolakan tindakan operasi dan memberikan alternative tindakan yang

mungkin dapat dilakukan oleh keluarga.

e. Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga untuk dapat

bertemu dan mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan

memfasilitasi pasien dan kelurga untuk dapat mendapat penjelasan seluas-

luasnya tentang rencana tindakan operasi dan dampaknya bila dilakukan

dan bila tidak dilakukan.

4. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa

pengambil keputusan yang tepat.

Perawat tidak membuat keputusan untuk pasien, tetapi perawat membantu

dalam membuat keputusan bagi dirinya dan keluarganya, tetapi dalam hal ini

perlu dipikirkan, beberapa hal:

a. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan

mengapa mereka ditunjuk.

b. Untuk siapa saja keputusan itu dibuat

c. Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan (social,

ekonomi, fisiologi, psikologi dan peraturan/hukum).

d. Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkan

51

e. Apa saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh

tindakan yang diusulkan.

Dalam kasus Ny.M. dokter bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau

tidaknya untuk dilakukan operasi adalah dirinya, dengan memperhatikan

faktor-faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk memberikan

penjelasan yang rinci dan memberikan alternatif pengobatan yang

kemungkinan dapat dilakukan oleh Ny.M dan keluarga. Sedangkan perawat

primer seharusnya bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan

keluarga dapat membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya,

sehingga pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih

alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.

Bila beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang penolakan

rencana operasi dapat diselesaikan atau diterima oleh pasien setelah

mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap dan valid tentang

kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak dilakukan operasi yang jelas

pasien telah mendapat informasi yang jelas dan lengkap sehingga hak

autonomi pasien dapat dipenuhi serta dapat memuaskan semua pihak. Baik

pasien, keluarga, perawat primer, kepala ruangan dan dokter bedahnya.

5. Mendefinisikan kewajiban perawat

52

Dalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu membuat

daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan, sebagai berikut:

a. memberikan informasi yang jelas, lengkap dan terkini

b. meningkatkan kesejahteran pasien

c. membuat keseimbangan antara kebutuhan pasien baik otonomi,

hak dan tanggung jawab keluarga tentang kesehatan dirinya.

d. membantu keluarga dan pasien tentang pentingnya sistem

pendukung

e. melaksanakan peraturan Rumah Sakit selama dirawat

f. melindungi dan melaksanakan standar keperawatan yang

disesuikan dengan kompetensi keperawatan professional dan SOP yang

berlaku diruangan tersebut.

6. Membuat keputusan.

Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar atau salah, mengatasi

dilema etik, tim kesehatan perlu dipertimbangkan pendekatan yang paling

menguntungkan atau paling tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah

ditetapkan, secara konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang

diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat

keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat

keputusan dilema etik, perlu mengali dahulu apakah niat/untuk kepentinganya

siapa semua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk kepentingan pasien atau

53

kepentingan pemberi asuhan, niat inilah yang berkaitan dengan moralitas etis

yang dilakukan.

Pada kondisi kasus Ny.M. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan

keluarga tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan

secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan

operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil

dari tim yang terlibat dalam pengelolaan perawatan dan pengobatan Ny.M.

Tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan dahulu beberapa

alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.M

sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral

profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari

oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi

pasien dan keluarga.

Pada kasus diatas dapat diputuskan dan disimpulkan, bahwa terjadi

pelanggaran etik, dengan alasan-alasan dan informasi yang telah ditelaah,

yaitu:

a. Belum ada penjelasan yang lengkap dari perawat dan dokter (Tim)

berkaitan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan (tidak sesuai

dengan SOP atau standar praktek keperawatan)

54

b. Pasien dan keluarga tidak diberi kesempatan dan mendiskusikan mengenai

penyakit, akibat dan tindakan-tindakan yang akan dilakukan terhadapnya

c. Berdasarkan kajian dan hasil analisa kasus bahwa hubungan dokter,

perawat dan psien tidak sesuai dengan harapan kode etik keperawatan

(PPNI)

d. Terdapat pelanggaran nilai-nilai moral dan professional perawat, meliputi,

otonomi, altruism, justice, truh dan lainya

e. Terdapat pelangaran hak-hak pasien, yaitu hak mendapatkan informasi

yang valid dan terkini

Dengan alasan-alasan tersebut dan telah melalui langkah-langkah penyelesaian

etik maka Komite etik di Rumah Sakit tersebut harus menentukan tindakan

dengan hati-hati dan terencana sesuai tingkat pelanggaran etik yang dilakukan

baik terhadap dokter, perawat primer (perawat A) dan kepala ruangan, masing-

masing perlu mendapatkan beberapa peringatan atau bentuk pembinaan sesuai

tingkat pelanggaran etik masing-masing.

55

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas

pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan. Oleh sebab itu pemberian

pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika

keperawatan. Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk

melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh

organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan

dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara

terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat

dipertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan

didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia

(niat). Prinsip-prinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk

didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan

nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi

dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.

Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga

bagi pasien sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama

56

walaupun sedang dalam kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi

asuhan keperawatan mempunyai hak dan kewajiban masing-masing. Kedua-

duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai posisinya. Disinilah sering terjadi

dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang terjadi disebabkan oleh

beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping itu karena

adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema

etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi

profesi dengan penuh tanggung jawab dan tuntas.

Penyelesaian dilema etik harus mempunyai kerangka berfikir yang jelas sehingga

keputusan yang diambil dapat memberi kepuasan terhadap semua pihak baik

pemberi dan penerima asuhan keperawatan. Banyak teori yang membahas dan

membuat kerangka penyelesaian masalah etik, tetapi penyelesaian secara umum

bila terjadi kasus etik adalah sebagai berikut; melakukan peninjauan kembali

terhadap kejadian, memanggil saksi-saksi, mengkaji dan mengidentifikasi

pelanggaran etik yang dilakukan, dan menetapkan sangsi terhadap pelanggaran

atau memberikan rehabilitasi bila tidak terbukti melanggar etik. Semua hal

tersebut yang penting adalah bagaimana masalah dilema etik dapat diputuskan

dengan baik dan memuaskan semua pihak.

Beberapa kerangka pembuatan dan pengambilan keputusan dilema etik diatas

dapat diambil suatu garis besar langkah-langkah kunci dalam pengambilan

57

keputusan, yaitu: Klarifikasi dilema etik, baik pertanyaan fakta dan komponen

nilai etik yang seharusnya, Dapatkan informasi yang lengkap dan terinci,

kumpulkan data tambahan dari berbagai sumber, bila perlu ada saksi ahli

berhubungan dengan pertanyaan etik dan apakah ada pelanggaran hukum/legal,

Buatlah beberapa alternatif keputusan dan identifikasi beberapa alternative

tersebut dan diskusikan dalam suatu tim (komite etik), Pilih dari beberapa

alternative dan paling diterima oleh masing-masing pihak dan buat suatu

keputusan atas alternative yang dipilih, dan Laksanakan keputusan yang telah

dipilih bila perlu kerjasama dalam tim dan tentukan siapa yang harus

melaksanakan putusan.

B. Saran

1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat

dipertanggung jawabkan.

2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai

bentuk pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktek

keperawatan

3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya

perangkat-perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik

dilapangan.

4. Keputusan dilema etik perlu diambil dengan hati-hati dan saling

memuaskan dan tidak merugikan bagi pasien, maka perlu dibentuk komite

58

etik disetiap Rumah Sakit dan bila perlu disetiap ruang ada yang

mengawasi dan mengontrol pelaksanaan etik dalam praktek keperawatan.

5. Perlunya sosialisai yang luas tentang kode etik profesi keperawatan dan

bila perlu diadakan pelatihan yang bersifat review tentang etika

keperawatan secara periodic dan tidak terbatas.

6. Penyelesaian yang terbaik bila terdapat kasus etik, seperti pada kasus

Ny.M, penting adanya bentuk koordinasi dan kolaborasi yang jelas antara

tim pengelola pasien dan kasus tersebut dapat diselesaikan didalam

tim/komite etik yang ada di Rumah Sakit bersangkutan.

59

Daftar pustaka

Craven & Hirnle. (2000). Fundamentals of nursing. Philadelphia. Lippincott.

Canadian Nurses Association (1999). Code of Ethics. For Registered Nurses: Otawa, Canada: CNA.

Huston, C.J, (2000). Leadership Roles and Management Functions in Nursing; Theory and Aplication; third edition: Philadelphia: Lippincott.

Husted Gladys L. (1995). Ethical Decision Making in Nursing, 2nd ed, St.Louis: Mosby.

Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. Philadelphia. Addison Wesley.

Leah curtin & M. Josephine Flaherty (1992). Nursing Ethics; Theories and Pragmatics: Maryland: Robert J.Brady CO.

Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan, lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI

Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak diterbitkan.

Staunton, P and Whyburn, B. (1997). Nursing and the law. 4th ed.Sydney: Harcourt.

Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.

Tonia, Aiken. (1994). Legal, Ethical & Political Issues in Nursing. 2nd Ed. Philadelphia. FA Davis.

60