diktat survey topografi

24
PENGANTAR Pemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi horizontal (x,y) dan posisi vertikal (H) dari obyek- obyek di permukaan bumi yang meliputi unsur-unsur alamiah seperti sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa-rawa, dan sebagainya serta unsur-unsur buatan manusia seperti rumah, sawah, jembatan, jalur pipa, rel kereta api dan sebagainya. Adapun Ilmu Geodesi memiliki dua maksud, yaitu : Maksud ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi. Maksud praktis : Menentukan bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau kecil bentuk permukaan bumi dengan skala tertentu. Kerangka Kontrol Peta. Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun kerangka kontrol peta terbagi atas dua macam yaitu : 1. Kerangka kontrol horizontal. 2. Kerangka kontrol vertikal. Kegiatan pengukuran kerangka kontrol peta ini adalah menentukan posisi titik-titik di lapangan yang berfungsi sebagai titik ikat (titik kontrol) dari posisi titik obyek (detail) yang lain. 1.1. Kerangka Kontrol Horizontal Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi, kerangka kontrol

Upload: krishna-himawan

Post on 25-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

materi survey topografi untuk geodesi semester 2

TRANSCRIPT

PENGANTARPemetaan topografi dilakukan untuk menentukan posisi horizontal (x,y) dan posisi vertikal (H) dari obyek-obyek di permukaan bumi yang meliputi unsur-unsur alamiah seperti sungai, gunung, danau, padang rumput, rawa-rawa, dan sebagainya serta unsur-unsur buatan manusia seperti rumah, sawah, jembatan, jalur pipa, rel kereta api dan sebagainya. Adapun Ilmu Geodesi memiliki dua maksud, yaitu :

Maksud ilmiah : Menentukan bentuk permukaan bumi.

Maksud praktis : Menentukan bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau kecil bentuk permukaan bumi dengan skala tertentu.

Kerangka Kontrol Peta.

Penentuan kerangka kontrol peta adalah salah satu tahapan yang harus dilaksanakan dalam proses pembuatan peta topografi. Adapun kerangka kontrol peta terbagi atas dua macam yaitu :

1. Kerangka kontrol horizontal.

2. Kerangka kontrol vertikal.

Kegiatan pengukuran kerangka kontrol peta ini adalah menentukan posisi titik-titik di lapangan yang berfungsi sebagai titik ikat (titik kontrol) dari posisi titik obyek (detail) yang lain.

1.1. Kerangka Kontrol Horizontal

Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi, kerangka kontrol horizontal juga sangat penting. Pengukuran kerangka kontrol horizontal biasanya dilakukan dengan metode :

a. Metode Triangulasi

b. Metode Trilaterasi

c. Metode Poligon

Dalam praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka kontrol horizontal menggunakan metode poligon.

1.2. Kerangka Kontrol vertikal.

Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat dilakukan dengan metode barometris, Trigonometris, dan metode waterpass.

Pada praktikum ini akan dijelaskan mengenai penentuan kerangka kontrol vertikal dengan menggunakan metode waterpass.

Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut waterpassing atau levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau sistem referensi lain yang dipilih.

Selain penentuan kerangka kontrol horizontal, pembuatan peta topografi, kerangka kontrol horizontal juga sangat penting. Pengukuran kerangka kontrol horizontal biasanya dilakukan dengan metode :

d. Metode Triangulasi

e. Metode Trilaterasi

f. Metode Poligon

Dalam praktikum ini akan dijelaskan mengenai pengukuran kerangka kontrol horizontal menggunakan metode poligon.

A.1. Pengertian poligon

Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak, dan titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik-titik itu dapat dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak.

A.2 Macam-macam poligon.

Berdasarkan bentuk geometrisnya poligon dapat dibedakan menjadi poligon terbuka dan poligon tertutup

A.2.1 Poligon terbuka

Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak berhimpit atau tidak pada titik yang sama. Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik yang tetap.

Dimana: A, B, S, T: titik tetap

1, 2, 3,.n: titik yang akan ditentukan koordinatnya

DA1,,DnB: jarak sisi-sisi poligon

S1, S2,,Sn: sudut

(A1, (BT: azimuth awal dan azimuth akhir

Persyaratan yang harus dipenuhi bagi poligon terbuka terikat sempurna :

1. (S + F(S)

= ((_akhir- (_awal) + (n-1) x 1800.....(1-1)

2. (d Sin ( + F(X)= Xakhir Xawal(1-2)

3. (d cos ( + F(Y)= Yakhir - Y awal(1-3)ket : (S : jumlah sudut

(d : jumlah jarak

: azimuth

F(S) : kesalahan sudut

F(X) : kesalahan koordinat X

F(Y) : kesalahan koordinat Y

A.2.2 Poligon Tertutup

poligon tertutup merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir berada pada titik yang sama.

Ket :1,2,3, : titik kontrol poligon

D12,d23. : jarak pengukuran sisi poligon

S1,S2,S3, : sudut pada titik poligon

Persyaratan geometris yang harus dipenuhi bagi poligon tertutup :

1. (S + F(S)= (n-2) x 1800(1-5)

2. (d sin A+ F(X)= 0.....(1-6)

3. (d cos A + F(Y)= 0.....(1-7)

ket :(S: jumlah sudut

(d sin ( : jumlah (X

(d cos ( : jumlah (Y

F(S) : kesalahan sudut

F(X) : kesalahan koordinat X

F(Y) : kesalahan koordinat Y

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon :

1. Jarak, sudut, azimuth rata-rata dihitung dari data ukuran :

dimana :X: data ukuran rata-rata

Xi: data ukuran ke-I

n: jumlah pengukuran2. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi

S = S + F (F(S) / n((1-9)

Dimana :S: sudut terkoreksi

S: sudut ukuran

Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level - MSL) atau ditentukan lokal. Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi Geodesi (TTG). Hingga saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar . Pada Tabel 1 ditunjukkan ketentuan ketelitian sipat datar untuk pengadaan kerangka dasar vertikal. Untuk keperluan pengikatan ketinggian, bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG, maka bisa menggunakan ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga ketinggian teliti terhadap MSL.

Tabel 1 Tingkat ketelitian pengukuran sipat datar.Tingkat / OrdeK

I 3 mm

II 6 mm

III 8 mm

Dalam melakukan pengukuran kerangka kontrol vertikal dapat dilakukan dengan metode barometris, Trigonometris, dan metode waterpass.Waterpass (level/sipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik yang berdekatan yang ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang menggunakan alat ini disebut waterpassing atau levelling. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan beda tinggi suatu titik yang akan ditentukan ketinggian-ketinggiannya berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan. Sistem referensi yang dipergunakan adalah tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level) atau sistem referensi lain yang dipilih.

Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda di lapangan yang merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi. Jadi, disini tidak hanya dimaksudkan pada benda-benda buatan seperti bangunan-bangunan, jalan-jalan dengan segala perlengkapan dan lain sebagainya. Jadi, penggambaran kembali sebagian permukaan bumi dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari pengukuran detail, yang akhirnya berwujud suatu peta. Berhubung dengan bermacam-macam tujuan dalam pemakaian peta, maka pengukuran detailpun menjadi selektif, artinya hanya detail-detail tertentu yang diukur guna keperluan suatu macam peta.

Pada metode ini pengambilan titik detail dengan menaruh alat ukur di sembarang titik dan untuk pembacaan backsight/forsight dapat di bidikkan pada titik tetap, yaitu titik tetap tersebut merupakan hasil transfer dari titik benchmark (BM) terdekat dan dari titik tersebut alat membidik sebanyak mungkin titik-titik/kisi-kisi yang ada. Keterangan gambar:

Dm = Jarak miring Ti= Tinggi Instrument

Dd= Jarak datar bt = Benang tengah

(z = Sudut zenit(h = Beda tinggi

(h = Sudut heling

(h = (Ti bt) + Dd ctg Z

Ha+1 = Hawal + H(awal-n)

Dm = (ba bb).k. Sin (z

Dd = Dm . sin (z

p = Dd . Cotg (z

(h = p + Ti bt

Keterangan :

a, b, c = posisi titik detail

P1, P2, .= posisi titik poligon

= posisi alat

Sa = Sudut yang dibentuk ke titik a

Sb = Sudut yang dibentuk ke titik b

Sc = Sudut yang dibentuk ke titik c

Titik P2 = sebagai back sight

Azimuth adalah suatu sudut yang dibentuk meridian yang melalui pengamat dan garis hubung pengamat sasaran, diukur searah jarumjam positif dari arah utara meredian.Ada dua cara yang sering digunakan untuk menentukan azimuth, yaitu :

a. Penentuan azimuth magnetis dilakukan dengan menggunakan kompas

b. Penentuan azimuth astronomis dilakukan dengan alat yang dinamakan geotheodolite.Untuk menentukan azimuth astronomis dengan pengamatan matahari dapat dilakukan dengan metode tinggi matahari dan metode sudut waktu.

Dibawah ini akan diuraikan penentuan azimuth garis dengan pengamatan matahari metode tinggi matahari., dengan cara menadah bayangan matahari menggunakan kuadran sehingga didapatkan bayangan matahari yang jelas.

PROSEDUR PENGUKURANLangkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

1. Dirikan Theodolit disalah satu titik poligon ( titik 1 ), dan lakukan centering optis terhadap paku payung kemudian atur theodolit sesuai prosedur.

2. Bidikkan teropong pada titik yang lain ( titik 2 ), bidik tepat pada paku payung. Jika paku payung tidak dapat dibidik secara langsung, gunakan bantuan jalon yang didirikan diatas patok kemudian bidik jalon tersebut.

3. Kunci penggerak limbus dan penggerak horisontal serta penggerak vertikal kemudian tepatkan perpotongan benang silang teropong pada paku payung dengan menggunakan penggerak halus horisontal maupun penggerak vertikal dan catat sebagai bacaan Biasa .

4. Buka pengunci penggerak horisontal dan vertikal, bidik matahari dengan menggunakkan visir. ( jangan sekali-kali membidik matahari langsung dengan menggunakan mata karena bisa mengakibatkan kerusakan pada mata).

5. Pasang tadah kertas putih dibelakang lensa okuler untuk melihat posisi bayangan matahari terhadap perpotongan benang silang teropong.

6. Tepatkan bayangan matahari pada kuadran I pada perpotongan benang silang teropong .

7. Jika bayangan matahari sudah berhimpit dengan perpotongan benang silang pada kuadran I, baca detik, menit dan jam dan piringan horisontal dan vertikal dan baca sebagai bacaan Biasa.

8. Buka kunci penggerak horisontal dan vertikal, putar theodolit pada kedudukan luar biasa dan ulang langkah pengukuran no.2-7 untuk mendapatkan bacaan Luar Biasa pada posisi bayangan matahari di kuadran I.

9. Untuk pengukuran selanjutnya bayangan matahari berada di kuadran III, Kemudian di kuadran II dan terakhir di kuadran IV. Lakukan pengamatannya dengan mengikuti langkah pekerjaan seperti yang dijelaskan diatas.

Bayangan matahari di kuadran I :

Bayangan matahari di kuadran II :

Bayangan matahari di kuadran III :

Bayangan matahari di kuadran IV :

E.1 PROSEDUR PERHITUNGAN KKVUntuk perhitungan beda tinggi tiap-tiap titik poligon menggunakan rumus sebagai berikut : (h12 = btB - btM

H = B - M

Keterangan :

(h12 = beda tinggi antara dua titik ( titik 1 ke titik 2 )

btB = bacaan benang tengah rambu belakang

btM = bacaan benang rambu muka

Pada jaringan tertutup, jumlah beda tingginya harus sama dengan nol (0) atau mendekati nol (0), karena pengukuran kembali ketitik semula.

H = 0 fhSedangkan pada jaringan terbuka terikat pada kedua ujung jumlah beda tingginya harus sama dengan selisih kedua ketinggian titik ikat.

H = HB - HATetapi pada bentuk jaringan terbuka lepas jumlah beda adalah rata-rata pengukuran pergi dan pulang

Toleransi kesalahan dari pengukuran waterpass yang diperbolehkan adalah 8mmd. Untuk jaringan terbuka lepas toleransi dihihitung berdasarkan selisih H pergi dan H pulangE.2 PROSEDUR PERHITUNGAN KKH (POLIGON)2.1 Perhitungan Jarak

Dalam pengukuran kerangka kontrol horisontal, jarak yang diambil dengan jarak langsung yaitu dengan menggunakan roll meter.

Dari pengukuran jarak langsung diperoleh jarak

No.Bacaan JarakJarak Rata-rata

Pergi (m)Pulang (m)

BM P150.49850.50250.502

P1 P282.70882.69082.690

P2 P368.94068.93468.934

P3 P456.20256.20656.206

P4 BM52.60052.60852.604

d= 310.944

Koreksi terhadap sudut dalam horisontal :

+ f = ( n 2 ) x 180 o = ( 5 - 2 ) x 180 oSedangkan jumlah sudut horisontal adalah 539 o 59 32,5 , jadi besar kesalahan sudut horizontal :

f = 540 o 539 o 59 32.5

f = 00 o 00 27.5

Maka besar koreksi untuk setiap sudutnya adalah :

Koreksi 1 : f1 = d/d x f = (50.500/310.944) 27.5= 4.5

Dalam bentuk tabel :

Titik PoligonSudut DalamKoreksiSudut Dalam Terkoreksi

BM (1)104 04504.51040454.5

P1 (2)55407.35547.3

P2 (3)177.56.11713.6

P3 (4)0032.55.00037.5

P4 (5)4122.54.74127.2

=5395932.5f = 27.50000

2.4 Perhitungan Harga Absis (X) dan Ordinat (Y)

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung absis dan ordinat adalah:

X = jarak sin

Syarat absis

Diketahui X = 0.004

X + fx = 0

fx = - 0.004

fx1 = d/d x fx

= - 0.001

X1 = 50.500 x sin 143256.9 + fx1 = 12.685 meter

Y = jarak x cos

Syarat ordinat

Diketahui Y = 0.008

Y + fy = 0

fy = - 0.008

fy1 = d/d x fy

= -0.001

Y1 = 50.500 x cos 143256.9 + fy1 = 48.880 meter

2.5 Perhitungan Koordinat Titik PoligonDiketahui koordinat awal titik poligon ( BM ) adalah :

Xawal = 680180.963

Yawal = 9124444.189Maka koordinat pada titik poligon dapat diketahui dengan rumus :

X2 = X awal + X

Y2 = Y awal + Y

Perhitungan koordinat untuk tiap poligon adalah :

X2 = 680180.963 + 12.685

= 680193. 648

Y2 = 9124444.189 + 48.880

= 9124493.068

Data koordinat yang didapat dari perhitungan :

TitikKoordinat XKoordinat Y

P1680193. 6489124493.068

P2680120. 9559124532.500

P3680081.6459124475.868

P4680128.3619124444.619

2.6 Ketelitian Linier Poligon

Perhitungan ketelitian linier poligon menggunakan rumus sebagai berikut :

= 0.004064

= 1 : 2005.634

Jadi ketelitian linier poligon adalah 1 : 2005

E.3 PROSEDUR PERHITUNGAN AZIMUTH MATAHARILangkah perhitungan azimuth matahari :Dengan menggunakan data contoh hasil pengukuran sebagai berikut :

Data Sudut Vertikal (Biasa)

: 64 31 30Data Sudut Vertikal (Luarbiasa)

: 296 20 48Data Sudut Horizontal

: 21o 32 30Data Waktu Verikal (Biasa)

: Jam 07 menit 31 detik 33.41

Tinggi matahari (hu)

Biasa (hu) = 90 0000 - bacaan vertikal

= 90 0000 - 64 31 30

= 25 28 30

Luar biasa (hu)= bacaan vertikal 270 00 00

= 296 20 48-270

= 26 20 48

Koreksi refraksi (r)

= -58 . ctg hu

= -58 . ctg 28 28 30

= -00 02 1.7Koreksi paralaks (p)= 8,8 . Cos hu

= 8,8 . Cos 28 28 30

= 00 00 7.9

Koreksi d

Harga rata-rata = - 00 16 48Tinggi pusat matahari (h)

h = hu + r + p + d

= 25 28 30+ (-00 02 1.7) + 00 00 7.9-00 16 48

= 25 9 48.2Lintang pengamatan (( )

Pada peta pengamatan topografi untuk daerah yang bersangkutan, Lintang pengamatan ( ( ) = -07(553.7 LS

Deklinasi ( ( )

Dari tabel deklinasi matahari pada pukul 07.00 di peroleh 15(3357 dan perubahan yang terjadi setiap jam adalah -0(0 43.9 dan pengamatan matahari dilakukan pada pukul 07:31:33.41, maka :

Selisih waktu pengamatan dengan jam 07:00 = 07jam 31 menit 33.41 detik

= 07jam 00 menit 00 detik _

= 00jam 31 menit 33.41 detik

= 00.526 jam

Sehingga perbedaan deklinasi ( (( ) = 0.526 ( -00(0043.9

= -00( 00 23.09

Sehingga deklinasi (() pada jam 07:31:33 = -00(0023.09 + 15(3357

= 15 33 33.9

Azimuth pusat matahari

Cos A =

=

A= 68( 37 12.2 Koreksi d . sec h

= Koreksi d .

= - 00 16 48.

= 00( 18 33.7 Koreksi d sec h yang didapat sebesar 00( 18 33.7

AP

= Azimuth titik acuan

= A - ( + Koreksi d . sech

= 68( 37 12.2+ 213230+ 00( 18 33.7

= 90(2815.9Azimuth matahari rata-rata dari 4 pengamatan dikuadran 1 dan III

= (Ap / 4

= ( 90(2815.9+90(2229.9+90(2324.1+90(2226.7)/4

= 90(249.15

E.4 PROSEDUR PERHITUNGAN DETAIL

Hasil pengukuran titik-titik detail yang diperoleh di lapangan dibagi menjadi :Penghitungan data hasil pengukuran :

Dm = ( ba bb ) . 100 . Sin (

= ( 1350-0745 ) . 100 . Sin 89( 32 36

= 60.498 m

Dd= Dm . Sin (

= 60.498 x Sin 89( 32 36

= 60.494 m

(h= ( Ti bt ) + Dd . Cotg (

= ( 1190- 1047 ) + 60.494 x

= 0.147m

H= Hawal ( (h1

= 100.000 + 0.147 = 100.147 mE.5 PROSEDUR PENGGAMBARAN

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian yang sama. Penggambaran garis kontur ini dilakukan dengan cara interpolasi linier dengan formasi segi tiga dan dalam pengambaran garis kontur harus memperhatikan sifat-sifatnya. Adapun sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut :

1. Awal garis kontur akan selalu bertemu kembali dengan akhir garis kontur tersebut.

2. Garis kontur tidak pernah saling berpotongan.

3. Garis kontur makin rapat menunjukkan wilayah yang makin terjal.

4. Garis kontur makin renggang menunjukkan wilayah yang semakin datar. .

5. Sebuah garis kontur tidak pernah digambarkan pada permukaan air,

tetapi garis tersebut harus melawati dasar permukaan air tersebut.

Dalam pengambaran garis-garis kontur hal-hal yang juga harus diperhatikan adalah interval konturnya dengan tidak mengabaikan segi artistiknya.Tentang ketinggian suatu tempat, maka dibuat kontur indeks dengan garis yang lebih tebal dari kontur biasa

Rumus interval garis kontur =

EMBED Equation.3

Dengan interval kontur 0,5 dengan rumus :

=

Sifat garis kontur pada suatu medan :

1. Sungai

100 99 98

2. Bentuk kontur gunung / bukit 3. Bentuk kontur danau 4. Bentuk kontur jalan

98,5 99 99,5

Setelah tahap perhitungan selesai, tahap selanjutnya adalah tahap penggambaran. Penggambaran detail ini dapat dilakukan dengan bantuan penggaris, jangka dan busur derajat. Untuk penggambaran peta situasi haruslah ditentukan besaran skala yang akan dipakai.

Adapun tahap penggambaran situasi adalah sebagai berikut:

1. Tahap pertama:

Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan

Mempersiapkan data yang telah diolah untuk diplot atas kertas milimeter.

Ukuran kertas gambar adalah A0 dengan ukuran 100 x 100 cm, atau A1 ukuran 80 x 60 cm tergantung skala peta yang akan dibuat Jarak antara kertas gambar dengan garis batas peta adalah 2 cm dengan rapido ukuran 0,5

2. Tahap kedua:

Plot titik-titik kerangka dasar horisontal berdasarkan koordinat hasil perhitungan poligon.

Pengeplotan titik-titik detail dari hasil pengukuran situasi dengan busur 360 dan penggaris skala Pada titik-titik detail tersebut langsung ditulis elevasinya.dimana titik detail dilapangan ditepatkan persis posisinya dengan koma pada elevasi. Penuliasan elevsi adalah 3 angka dibelakang koma3. Tahap ketiga:

Penarikan garis kontur dengan cara interpolasi menggunakan teknik triangulasi. Tarik garis kontur dengan interval 1 m terlebih dahulu, kemudian baru ditarik 0,5m, 0,25 dan seterusnya Pada setiap garis kontur dicantumkan ketinggiannya.

4. Tahap keempat:

Setelah tahap-tahap diatas selesai kemudian dipindahkan atau diplot diatas kertas kalkir dengan mamakai rapido.

P2

DB-c

DB-b

DB-a

Sb

Sa

Sc

d

c

b

a

P1

P3

BACKSIGHT

FORSIGHT

Backsight

1

2

AM = Azimuth matahari

(= sudut titik 2 ke M

U

(1-2 = Azimuth titik 1 ke 2

U

U

U

1

D34

D23

T

(BT

S1

Sn

S3

S2

S4

DnB

D12

n

3

2

B

A

Poligon Terbuka Terikat Sempurna

2

3

6

n

4

d12

d23

d34

d45

dn5

S1

S2

S3

S4

S5

Sn

Poligon terutup

(

1

Kontur indeks

Kontur indeks

Gbr. Pengambaran Garis Kontur

102.00

102.50

103.00

103.50

105.00

101.50

104.00

104.50

Ti

(h

(z

(h

p

bt

Dm

Dd

Ket :U : utara

: azimuth

hor : horisontal

mth : matahari

1, 2 : no. titik kontrol

1

2

Gambar pengamatan matahari

s. hor

(12

( mth

Matahari

_1281735803.unknown

_1281735877.unknown

_1282478441.unknown

_1282478457.unknown

_1281736984.unknown

_1281737103.unknown

_1281736283.unknown

_1281735845.unknown

_1202765513.unknown

_1281735772.unknown

_1280643648.unknown

_1114077036.unknown

_1202765512.unknown

_1202765511.unknown

_1113778234.unknown

_1113778439.unknown

_1113778465.unknown

_1006862689.unknown