di luar kelahiran dan kematian

64
Di Luar Kelahiran dan Kematian

Upload: gung-ngara

Post on 12-Apr-2017

40 views

Category:

Spiritual


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Di luar kelahiran dan kematian

Di Luar Kelahiran dan Kematian

Page 2: Di luar kelahiran dan kematian

Buku-buku Hasil KaryaŚrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda

Bhagavad-gītā Menurut Aslinya•Śrīmad-Bhāgavatam, Skanda1–10 ( beberapa jilid )*Śrī Caitanya-Caritām�ta ( 17 jilid )K���a, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa*Ajaran Śrī CaitanyaIndahnya Pengabdian SuciIndahnya Ajaran Upadeśam�taŚrī Īśopanisad*Sinar BhāgavataJalan Mudah ke Planet Lain*Ajaran Śrī Kapila, Putera dari DevahūtiAjaran dari Ratu Kuntī*Jalan KesempurnaanIlmu Pengetahuan Keinsafan-Diri*Kesempurnaan Yoga•Di luar Kelahiran dan Kematian•Jalan Menuju kepada K���a•Mencari Pembebasan*Rāja-Vidyā: Raja Pengetahuan•Pendakian Menuju Kesadaran K���aKesadaran K���a: Hadiah yang Tiada Taranya*Kesadaran K���a: Sistem Yoga yang Paling UtamaPertanyaan yang Benar, Jawaban yang SempurnaKehidupan Berasal dari Kehidupan*Kembali Lagi; Pengetahuan tentang Reinkarnasi*

Buku-buku yang tertera di atas tersedia dalam Bahasa Inggris,sementara kami sedang menterjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia.•= Tersedia di toko-toko buku/ agen. *=akan segera terbit.Keterangan lebih lanjut/ katalog cuma-cuma, silahkan menghubungi kami;

CV Hanuman Śakti,PO. BOX. 116 / BMD / TNG. 15310Telp./ fax. (021) 538 38 73E-mail: [email protected]

The Bhaktivedanta Book TrustKorsnäs Gård, 14792 Grödinge,Sweden, North Europe+46-8-53029800, [email protected], www.bbt.se

Page 3: Di luar kelahiran dan kematian

DI LUARKELAHIRAN & KEMATIAN

Śrī Śrīmad

A.C. Bhaktivedanta Swami PrabhupādaPendiri–Ācarya International Society for Krishna Consciousness

Penerbit: Hanuman Sakti

di bawah lisensi

THE BHAKTIVEDANTA BOOK TRUST

þ

Page 4: Di luar kelahiran dan kematian

Beyond Birth and Death(Indonesian)

Judul asliBeyond Birth and Deathby Śrī Śrīmad. A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda© Copyright 2001 The Bhaktivedanta Book Trust International.All rights reserved

Di Luar Kelahiran dan KematianTerjemahan, berbahasa Indonesia dan Sansekertadari naskah asli yang berbahasa Inggris dan Sansekerta.Alih bahasa: Tim Penterjemah.Hak cipta © dilindungi Undang-Undang.Penerbit: Hanuman Śakti, anggota IKAPI.Di bawah lisensi, The Bhaktivedanta Book Trust International.

Cetakan pertama : 2001 — 10. 000 exp.Perpustakaan Nasional RIISBN 979–9384–02–8

Sangsi Pelanggaran Pasal 44;Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 TentangPerubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982Tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkanatau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untukitu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 100. 000. 000, -(seratus juta rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaanatau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana di-maksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyakRp 50. 000. 000, - (lima puluh juta rupiah).

Page 5: Di luar kelahiran dan kematian

Daftar Isi

1. Kita Bukan Badan Ini 7

2. Naik Tingkat Saat Meninggal 19

3. Bebas dari Planet-Planet Dunia Fana 31

4. Langit di Luar Jagad Raya 39

5. Berhubungan Dengan K���a 53

Riwayat Penulis 61

Page 6: Di luar kelahiran dan kematian
Page 7: Di luar kelahiran dan kematian

1Kita Bukan Badan Ini

dehī nityam avadhyo ’ya� dehe sarvasya bhāratatasmāt sarvā�i bhūtāni na tva� śocitum arhasi

“Wahai putera keluarga Bhārata, dia yang bersemayam di dalambadan adalah kekal dan tidak pernah dapat dibunuh. Karenaitu engkau tidak perlu meratapi kematian makhluk apa pun.”(Bg. 2.30)

Langkah pertama di dalam keinsafan-diri adalah menginsafiidentitas kita yang sejati, identitas yang terpisah dari badan. “Sayabukan badan ini, melainkan saya adalah roh”, merupakan sebuahesensiil yang harus diinsafi bagi setiap individu yang hendakmengatasi kematian dan masuk dunia rohani di luar sana. Hen-daknya bukan hanya sekedar wacana, “Saya bukan badan ini”,tetapi soal benar-benar menginsafinya. Hal ini tidak sesederhanayang mungkin tampak mudah pada awalnya. Walaupun kitabukan badan-badan ini namun kita adalah kesadaran yangmurni, karena sesuatu dan lain hal kita ini telah terbungkus olehbadan-badan jasmani. Jika kita benar-benar menginginkan keba-hagiaan yang bebas melampaui kematian, kita harus memantap-kan diri kita sendiri untuk kembali dalam kedudukan dasar kitasebagai kesadaran yang suci.

Kehidupan yang berlandaskan konsepsi badani, maka gagasankita tentang kebahagiaan adalah seperti seorang yang mengigau.Beberapa filosof mengklaim bahwa kondisi kegilaan, dari hasil

7

Page 8: Di luar kelahiran dan kematian

8 Di Luar Kelahiran dan Kematian

mengidentifikasi diri sebagai badan jasmani tersebut hendaknyadisembuhkan dengan cara menjauhkan diri dari segala tindakan.Oleh karena aktivitas material merupakan sumber segala pende-ritaan dan membuat kita sengsara, mereka menegaskan bahwakita harus menghentikan segala aktivitas secara aktual. Tingkatkesempurnaan tertinggi menurut pemahaman mereka itu adalahsejenis nirvā�a, dimana tidak ada lagi aktivitas yang diselengga-rakan. Menurut mereka, telah diatur akan adanya suatu kombi-nasi unsur-unsur materiil yang menyebabkan badan ini ada danhidup, dan apabila dengan suatu cara jika unsur-unsur materiildiurai atau dibongkar, sumber penderitaan akan hilang. Apabilapetugas pajak membebani kita dengan pajak tinggi, lantaran ru-mah kita sangat besar, sebuah solusi dungu adalah menghancur-kan rumah itu. Akan tetapi, ajaran Bhagavad-gītā menunjukkanbahwa badan materiil ini bukanlah keseluruhan dan bukan pulasegala-galanya. Di luar gabungan dari unsur-unsur materiil iniada roh/ jiwa, dan kesadaran adalah gejala dari adanya sang rohitu.

Adanya kesadaran tidak dapat disangkal. Tubuh tanpa kesa-daran adalah mayat. Seketika kesadaran meninggalkan badan,mulut tidak bisa berbicara, mata tidak bisa melihat, dan telingatidak bisa mendengar. Anak-anak pun dapat memahaminya. Itumerupakan fakta bahwa adanya kesadaran adalah syarat mutlakuntuk menghidupkan badan ini. Apakah kesadaran itu? Sepertiadanya panas atau kepulan asap merupakan pertanda adanyaapi, begitu pula kesadaran memperlihatkan tanda-tanda adanyasang roh. Energi sang roh atau energi sang diri itu, dihasilkandalam bentuk kesadaran. Memang demikian, kesadaran mem-buktikan bahwa sang roh itu ada. Filsafat ini tidak hanya di-sebutkan di dalam Bhagavad-gītā semata, tetapi merupakan ke-simpulan dari seluruh kesusastraan Veda.

Para pengikut Śa�karācārya yang impersonalis itu, dan begitupula para Vai��ava pengikut garis parampāra perguruan rohanidari Śrī K���a, mengakui akan eksistensinya roh secara faktual,tetapi ada kelompok filosof lain yang tidak mengakui itu. Merekaberpendapat bahwa pada tingkat tertentu dari kombinasi unsur-unsur materiil akan menghasilkan suatu kesadaran. Tetapi argu-

Page 9: Di luar kelahiran dan kematian

9Kita Bukan Badan Ini

mentasi itu disangkal oleh fakta bahwa, walaupun segala unsur-unsur materiil pilihan tersedia dan digunakan, kita tetap tidak da-pat menghasilkan kesadaran dari unsur-unsur tersebut. Pada or-ang mati mungkin semua unsur-unsur materiil masih lengkapadanya, tetapi tanpa unsur rohaninya yaitu sang roh, kita tidaksanggup menghidupkan mayat itu sehingga menjadi sadar kem-bali. Badan materiil ini tidak sama dengan mesin. Apabila salahsatu bagian sebuah mesin telah rusak, bagian itu dapat digantidan mesin tersebut dapat hidup kembali. Tetapi apabila badanmateriil ini rusak sampai kesadarannya pargi meninggalkannya,maka tidak mungkin dengan menggantikan bagian yang rusakkita dapat mengembalikan kesadarannya. Roh itu lain dari badan,dan selama sang roh itu masih berada dalam badan, maka badantetap hidup, menjadikan badan ini hidup tanpa sang roh atau jiwaadalah tidak mungkin.

Oleh karena sang roh tidak telihat oleh indera-indra kasar kita,lalu kita menolak adanya roh itu. Sesungguhnya begitu banyakbenda-benda lain yang tidak tampak bagi kita. Kita tidak mampumelihat udara, siaran radio, suara, ataupun bakteri-bakteri yangsangat kecil dengan indera-indera tumpul kita. Bukan berartibenda-benda itu tidak ada. Dengan menggunakan mikroskopatau alat-alat lainnya, begitu banyak benda-benda yang dapat di-lihat, padahal sebelumnya mereka tidak diakui keberadaannyaoleh indera-indera yang terbatas. Hendaknya kita jangan pernahmenyimpulkan bahwa roh itu tidak ada, yang dengan ukurannyasekecil atom, hanya lantaran ia tidak terlihat oleh indera-inderawiataupun dengan sejumlah alat. Akan tetapi adanya roh itu, dapatdimengerti dari gejala-gejala beserta pengaruh-pengaruhnya.

Dalam Bhagavad-gītā, Śrī K���a telah menunjukkan bahwa,segala kesengsaraan disebabkan oleh kesalahan kita sendiri, yaitumempersamakan diri dengan badan materi ini.

mātrā-sparśās tu kaunteya śīto��a-sukha-du�kha-dā�āgamāpāyino ’nityās tā�s titik�asva bhārata

Page 10: Di luar kelahiran dan kematian

10 Di Luar Kelahiran dan Kematian

“Wahai putera Kuntī, datangnya panas dan dingin, suka danduka, bersifat sementara dan lenyapnya ia kemudian, bagaikanmulai dan berakhirnya musim panas ataupun musim dingin. Wa-hai keturunan Bhārata, hal-hal tersebut berasal dari persepsi in-dera dan seseorang harus belajar sabar menghadapinya tanpamerasa goyah.” (Bg. 2.14)

Pada musim panas mungkin kita senang menyentuh air, tetapisaat musim dingin tiba kita akan menghindarinya, karena terlaludingin. Baik pada musim panas maupun musim dingin, air, samasaja tetapi kita merasakan bahwa itu menyenangkan atau terasamenyakitkan karena hubungannya dengan badan jasmani.

Semua rasa duka-cita ataupun rasa senang dikarenakan hu-bungan badan jasmani. Pada keadaan-keadaan tertentu badandapat merasakan senang atau duka. Sebenarnya kita rindu akankebahagiaan karena kedudukan dasar sang roh adalah bahagia.Roh adalah bagian yang tak terpisahkan dari Kepribadian TuhanYang Maha Esa, yang disebut sac-cid-ānanda-vigraha�—perwujudan pengetahuan, kebahagiaan dan kekekalan. Lagipula, mengingat nama K���a, yang bukan nama suatu sekte ter-tentu, yang artinya, “Kebahagiaan tertinggi”. K� berarti “palingagung”, dan �a berarti “kebahagiaan”. Jadi K��a adalah intisarikebahagiaan, dan kita yang merupakan bagian-bagian-Nya yangtak terpisahkan, maka kita pun merindukan kebahagiaan.Setetes air laut memiliki sifat-sifat keseluruhan dari lautan luasitu, demikian juga kita, kita mempunyai daya hidup seperti hal-nya Penguasa Yang Tertinggi, walaupun kita hanyalah bagian-bagian yang kecil sekali dari Yang Maha Utama.

Roh yang seukuran atom, walau begitu kecil, namun roh-lahyang menggerakkan badan sehingga ia dapat berbuat banyakdengan cara yang menakjubkan. Banyak kota-kota besar, jalanlayang, jembatan, gedung-gedung tinggi, monumen-monumendan peradaban besar yang kita saksikan di bumi ini, lalu kreasisiapakah semuanya itu? Itu semua adalah hasil karya bunga apirohani yang sangat kecil itu, yang berada di dalam badan. Jikahal-hal yang menakjubkan itu dapat dihasilkan oleh bunga apirohani yang sangat kecil itu, maka kita tidak dapat membayang-kan betapa hebatnya sumber daya yang dimiliki oleh Roh Yang

Page 11: Di luar kelahiran dan kematian

11Kita Bukan Badan Ini

Mahabesar. Hasrat yang paling dalam dan alamiah dari bunga apirohani itu adalah memperoleh kembali sifat-sifat keseluruhan-nya—pengetahuan, kebahagiaan, dan kekekalan—tetapi hal itusemua dialangi oleh badan jasmani. Keterangan tentang caramencapai apa yang diinginkan oleh sang roh itu diberikandalam Bhagavad-gītā.

Sekarang ini kita berusaha untuk mencapai kekekalan, kebaha-giaan, dan pengetahuan dengan menggunakan sarana yang tidaksempurna. Sesungguhnya kemajuan menuju pada tujuan-tujuantersebut, dihambat oleh badan jasmaniah; karena itu kita harussegera menyadari eksistensi rohani kita di luar badaniah. Penge-tahuan yang secara teoritis bahwa kita bukan badan jasmani ini,masih belum cukup. Kita harus selalu menjaga agar dapat me-nguasai dan mengendalikan badan, janganlah kita menjadibudak sang badan. Kalau kita mengemudikan kendaraan denganbaik, maka kendaraan tersebut akan melayani kita dengan baik,tetapi kalau kita tidak bisa mengemudi, dan kita mengemudikankendaraan secara ngawur, maka kita berada dalam bahaya.

Badan terdiri dari indera, dan indera-indera selalu haus akanbenda-benda. Mata melihat orang cantik, lalu memberitahukan,“Wah, ada gadis cantik, ada pria tampan, ayo kita lihat.” Telingamenyampaikan, “Wah, musik itu bagus, ayo dengarkan.” Lidahmengatakan, “Wah, ada restoran terkenal dan hidangannya lezat.Mari kita ke sana.” Seperti itu, indera-indera selalu menyeret kitake sana ke mari, dan kita dibuat bingung.

indriyā�ā� hi caratā� yan mano’nuvidhīyatetad asya harati prajnā� vayur nāvam ivāmbhasi

“Bagaikan bahtera di atas air terbawa hanyut oleh hembusanangin yang kuat, begitu juga salah satu di antara indera yang men-jadi pusat akal pikiran bisa mempengaruhi dan menghilangkankecerdasaan seseorang.” (Bg. 2.67)

Adalah sangat penting bagi kita untuk belajar mengendalikanindera-indera. Gelar gosvāmī diberikan kepada mereka yang te-

Page 12: Di luar kelahiran dan kematian

12 Di Luar Kelahiran dan Kematian

lah mengetahui cara menaklukkan indera-inderanya. Go berarti“indera-indera”, dan svāmī berarti “pengendali”; demikian orangyang mampu mengendalikan indera-inderanya disebut gosvāmī.K���a mengindikasikan bahwa, orang yang mengidentikkan diri-nya dengan badan kasar ini tidak bisa mantap dalam identitasnyayang benar, yaitu, sebagai roh/ ātman. Kesenangan badaniahpenuh gemerlap dan membuat kecanduan, dan kita tidak dapatbenar-benar menikmatinya karena sifatnya yang sementara itu.Kesenangan yang aktual berada pada roh, bukan pada badan.Kita harus membentuk kehidupan kita sedemikian rupa agar kitatidak disesatkan oleh kesenangan badaniah. Jika kita tersesatolehnya, maka tidak mungkin kesadaran kita dijadikan mantapdalam identitasnya yang sejati, yaitu lain dan terpisah dari badanjasmani.

bhogaiśvarya-prasaktānā� tayāpahta-cetasāmvyavasāyātmikā buddhi� samādhau na vidhīyate

trai-gu�ya-vi�ayā veda nistrai-gu�yo bhavārjunanirdvandvo nitya-sattva-stho niryoga-k�ema ātmavān

“Mereka yang pikirannya terlalu terikat pada kepuasan indera-inderawi dan kekayaan materiil, dan orang yang dibingungkanoleh hal-hal itu, tidak dapat bertabah hati dengan mantap untukberbakti kepada Yang Mahakuasa. Sastra-sastra Veda mengurai-kan tentang tiga sifat alamiah dunia materi [tri gu�a]. Atasilahsifat-sifat itu wahai Arjuna. Lampauilah semuanya. Lepaslah darisemua dualitas dan dari semua kecemasan akan keuntungan dankeselamatan, dan mantaplah pada Sang Diri.” (Bg 2.44-45).

Kata Veda berarti “kitab pengetahuan”. Terdapat bermacam-macam kitab pengetahuan, yang sesuai dengan keadaan suatunegara, penduduk, lingkungan, dan sebagainya. Di India kitab-kitab pengetahuan merujuk pada kitab yang dikenal dengan

Page 13: Di luar kelahiran dan kematian

13Kita Bukan Badan Ini

Veda. Di negara-negara Barat kitab itu disebut Perjanjian Lamadan Perjanjian Baru. Umat Islam mengakui Al Qur’an. Apa tujuandari seluruh kitab-kitab pengetahuan itu? Tujuannya adalah men-didik kita agar kita sadar serta merta bisa mengerti kedudukankita sebagai roh-roh yang bersifat suci, dan mengendalikan ke-giatan-kegiatan badan kita dengan aturan-aturan tertentu yangdisebut sebagai norma-norma moril. Misalnya dalam Alkitab me-muat Sepuluh Perintah Allah yang tujuannya adalah mengatur ke-hidupan kita. Badan harus dikendalikan agar kita mencapaikesempurnaan kehidupan tertinggi, dengan tanpa prinsip-prin-sip yang mengatur, tidak mungkin kita dapat menyempurnakankehidupan. Peraturannya mungkin berbeda antara satu negaradengan negara lain, atau antara satu Kitab Suci dengan Kitab Sucilainnya, tetapi itu bukan persoalan penting, sebab peraturan-per-aturan tersebut disesuaikan dengan zaman, situasi, dan mentali-tas warga negaranya masing-masing. Tetapi prinsip-prinsip yangutamanya adalah sama. Begitu pula dengan pemerintah yang te-lah menetapkan peraturan-peraturan untuk dipatuhi oleh rakyat.Tidak mungkin ada kemajuan dalam pemerintahan ataupundalam peradaban tanpa adanya peraturan. Dalam śloka di atas,Śrī K���a memberitahukan kepada Arjuna bahwa peraturan yangada dalam Veda dimaksudkan untuk mengatasi tiga sifat alamiahdunia materi; yaitu sattva (kebaikan), rajas (nafsu), dan tamas(kebodohan) (traigu�ya-vi�ayā vedā). Akan tetapi, Arjuna dibe-rikan nasehat oleh K���a agar ia sendiri menjadi mantap dalamkedudukan dasarnya yang murni yaitu sebagai sang roh di luardualisme alam materi.

Sebagaimana telah ditunjukkan tadi, hal-hal relatif atau dua-lisme—panas, dingin, senang, sakit—timbul lantaran hubunganindera-inderawi dengan obyek-obyeknya. Dengan kata lain, se-mua hal-hal tersebut timbul karena seseorang mengidentifikasidiri sebagai badan jasmani. K���a menerangkan bahwa, merekayang memuja, yang mencari kenikmatan dan kekuatan ataupunkemasyhuran telah terpengaruh oleh kata-kata dari Veda yangmenjanjikan kebahagiaan dan kenikmatan di surga dengan caramelakukan pengorbanan serta kegiatan-kegiatan yang teratur.Memang, kenikmatan adalah hak asasi kita, sebab itu merupakan

Page 14: Di luar kelahiran dan kematian

14 Di Luar Kelahiran dan Kematian

sifat dari sang roh, tetapi sang roh telah berusaha menikmati se-cara duniawi, dan inilah kesalahannya.

Setiap orang mencari hal-hal materi sebagai sasarannya untukkesenangan dan berusaha memperoleh pengetahuan sebanyakmungkin. Ada akhli kimia, akhli fisika, pakar politik, pakar seni,dan lain-lain. Setiap orang mengetahui sesuatu dari sesuatu yanglain, atau segalanya dari sesuatu, dan secara umum hal inidikenal sebagai pengetahuan. Tetapi ketika kita meninggalkanbadan ini, segala pengetahuan tersebut terkalahkan. Dalam kela-hiran sebelumnya, mungkin seseorang sangat berpengetahuanpada masa hidupnya, akan tetapi pada kelahiran berikutnya, diaharus mulai bersekolah untuk belajar membaca dan menulis dariawal kembali. Pengetahuan apa pun yang diperoleh dalam kehi-dupan sebelumnya menjadi terlupakan. Keadaan sebenarnyaadalah kita sedang mencari-cari pengetahuan yang abadi, tetapiitu tidak bisa diperoleh dengan menggunakan badan materiil.Kita telah mencoba untuk berbahagia melalui badan-badan ini,tetapi kenikmatan badaniah bukanlah kenikmatan yang sejati.Itu adalah tiruan/palsu. Kita harus mengerti bahwa jika kita terusmenerus mengejar kenikmatan palsu, maka kedudukan kenik-matan kita yang kekal tidak pernah kita temukan.

Seharusnya badan ini dianggap berada dalam keadaan sakit.Orang sakit tidak dapat menikmati kesenangan sebagaimanamestinya. Misalnya, orang yang sakit kuning, gula dirasakan pa-hit olehnya, tetapi bagi orang sehat gula itu terasa manis. Satu diantaranya, merasakan dengan normal, sesuai dengan keadaankita bahwa rasa-rasa tersebut berbeda satu sama lain. Sebelumkita sembuh dari sakit konsepsi kehidupan badan jasmani, tidakmungkin kita dapat merasakan betapa manisnya kehidupan da-lam kerohanian. Lagi pula, itu akan terasa pahit bagi kita. Padawaktu yang sama, dengan mengembangkan kesenangan kitapada materialisme, kita semakin memperparah kondisi sakit kita.Pasien yang terkena penyakit tipes tidak dibolehkan makan ma-kanan yang padat. Kalau seseorang memberikan makanan padatkepadanya agar ia dapat menikmati, maka orang tersebut telahmemperparah penyakit si pasien dan membuatnya berada dalambahaya. Jika kita benar-benar ingin bebas dari kesengsaraan ke-

Page 15: Di luar kelahiran dan kematian

15Kita Bukan Badan Ini

hidupan material, maka kita harus meminimais tuntutan dan ke-nikmatan badaniah kita.

Sebenarnya, kesenangan duniawi bukanlah kesenangan yangseutuhnya. Kebahagiaan sejati tidak pernah berakhir. Di dalamMahābhārata terdapat sebuah śloka—ramante yogino ’nante—hasil yang diterima para yogī (yogino), yang berusaha menaikkandirinya pada tingkatan rohani, benar-benar merasakan kenik-matan (ramante), namun kenikmatan mereka bersifat anante,yaitu, tak putus-putusnya. Ini karena kenikmatan mereka berhu-bungan dengan Sang Mahapenikmat (Rāma), Śrī K���a. BhagavānŚrī K���a adalah penikmat yang sebenarnya, dan Bhagavad-gītā(5.29) membenarkan hal ini:

bhoktāra� yajña-tapasā� sarva-loka-maheśvaramsurhda� sarva-bhūtānā� jñātvā mā� śāntim cchati

“Para resi, yang mengetahui bahwa Aku sebagai penerima utamaseluruh korban suci dan pertapaan, sebagai Penguasa Tertinggiatas semua planet-planet dan dewa-dewa dan pemberi berkahdan keselamatan bagi setiap entitas hidup, merekalah yang men-capai kedamaian kenikmatan sejati, bebas dari pedihnya keseng-saraan duniawi.”

“Bhoga” berarti “kenikmatan”, dan kenikmatan kita berasaldari pengertian tentang kedudukan kita; yaitu bahwa, kita yangdinikmati. Sebenarnya penikmat sejati ialah Tuhan Yang Maha-kuasa dan kita dinikmati oleh-Nya.

Sebuah contoh tentang hubungan tersebut terdapat di duniaini, yaitu, hubungan antara suami-isteri: sang suami sebagai penik-mat (puru�a), dan sang isteri yang dinikmati (prakti). Kata priberarti “wanita”. Puru�a, atau pengendali adalah subyek, danprakti, atau alam, adalah obyek. Akan tetapi suami-isteri kedua-duanya berpartisipasi di dalam kenikmatan. Apabila kenikmatanitu benar-benar ada, maka tidak ada perbedaan, bahwa suamiakan lebih menikmati atau isteri kurang menikmati. Walaupunpria lebih berkuasa, tidak ada perbedaan dalam rangka menik-

Page 16: Di luar kelahiran dan kematian

16 Di Luar Kelahiran dan Kematian

mati. Dalam skala yang lebih luas, tidak ada makhluk hidup yangsebagai penikmat.

Tuhan Yang Maha Esa memperluas energi-Nya, dan kita ini ter-masuk susunan perluasan tersebut. Tuhan adalah satu yang tiadaduanya, tetapi Dia ingin memperluas dan memperbanyak kenik-matan-Nya. Kita tentu pernah mengalami bahwa jika kita tinggalsendirian di kamar dan berbicara sendirian, kenikmatannya sa-ngat terbatas atau hampir tidak ada kenikmatan. Akan tetapi, jikahadir lima orang, maka kenikmatan kita meningkat, dan apabilakita dapat berdiskusi tentang K���a, dengan porsi lebih banyak,pada banyak orang, maka kenikmatannya terasa lebih luas lagi.Kenikmatan berarti keaneka-warnaan. Energi Tuhan menjadibanyak demi kenikmatan-Nya, demikian kedudukan kita adalah“sebagai yang dinikmati”. Walaupun K���a yang menikmati, dankita yang dinikmati, semuanya berpartisipasi dalam kenikmatansecara merata. Kenikmatan kita dapat menjadi sempurna apabilakita berpartisipasi dalam kenikmatan Tuhan. Tidak mungkin kitadapat menikmati secara terpisah pada bidang badaniah. Kenik-matan duniawi melalui badan-badan kasar tidak dianjurkanmenurut Bhagavad-gīta:

mātrā-sparśās tu kaunteya śīto��a-sukha-du�kha-dā�āgamāpāyino’nityās tā�s titik�asva bhārata

“Wahai putera Kuntī, datangnya panas dan dingin, suka danduka, bersifat sementara dan lenyapnya ia kemudian, bagaikanmulai dan berakhirnya musim panas dan musim dingin. Wahaiketurunan Bharata, hal-hal tersebut adalah berasal dari persepsiinderawi, dimana seseorang harus belajar sabar menghadapinyatanpa merasa goyah.”(Bg. 2.14)

Badan kasar ini adalah hasil interaksi dari tiga sifat alam materi,dan telah ditakdirkan bahwa badan itu akan dibinasakan.

antavanta ime dehā nityasyoktā� śarīri�a�

Page 17: Di luar kelahiran dan kematian

17Kita Bukan Badan Ini

anāśino ’prameyasya tasmād yudhyasva bhārata

“Hanya badan materiilnya sajalah yang dapat dihancurkan darientitas hidup yang tak termusnahkan itu, yang tak terkira, danyang abadi itu; oleh karena itu, berperanglah wahai keturunandari Bharata.”(Bg. 2.18)

Demikian Śrī K���a memberikan semangat kepada kita agarkita mengatasi konsep-konsep yang bersifat badani dan supayakita dapat mencapai kehidupan rohani yang sejati.

gu�ān etān atītya trīn dehī deha-samudbhavānjanma-mtyu-jarā-du�khair vimukto ’mtam aśnute

“Apabila makhluk hidup yang terkungkung oleh badan jasmanidapat mengatasi tiga sifat alamiah dunia materi [kebaikan, nafsu,dan kebodohan], maka ia dapat bebas dari kelahiran, kematian,usia tua, dan penderitaannya serta dapat menikmati amta bah-kan dalam kehidupan ini pun.” (Bg. 14.20)

Untuk memantapkan diri kita pada tingkatan brahma-bhūtayang murni, tingkatan rohani, atau suatu tingkatan di atas tigasifat alamiah dunia materi, kita harus menempuh cara kesadaranK���a ini. Anugerah dari Śrī Caitanya Mahāprabhu, yaitu caramengucapkan nama-nama suci K���a—Hare K���a, Hare K���a,K���a K���a, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, Rāma Rāma,Hare Hare—sebagai sarana untuk proses tersebut. Cara ini di-sebut bhakti-yoga atau mantra-yoga dan mantra itu digunakanoleh para rohaniawan/ transendentalis yang paling agung. Bagai-mana para rohaniawan itu menginsafi identitasnya di luar kelahi-ran dan kematian, di luar badan materi, dan memindahkan dirimereka keluar dari alam materi untuk mencapai alam semestarohani, merupakan pokok-pokok bahasan dalam bab-babberikutnya.

Page 18: Di luar kelahiran dan kematian
Page 19: Di luar kelahiran dan kematian

19Kita Bukan Badan Ini

2Naik Tingkat Saat

Meninggal

Ada berbagai jenis rohaniawan yang juga disebut para yogī—hahayogī, jñāna-yogī, dhyāna-yogī, dan bhakti-yogī—dan se-mua dari mereka dapat memenuhi syarat, untuk dipindahkanke dunia rohani. Kata yoga berarti, “menjalin hubungan”, dansistem-sistem yoga dimaksudkan untuk memungkinkan kitadapat berhubungan dengan dunia rohani. Seperti yang dibica-rakan dalam Bab Pertama, sesungguhnya kita semua memilikihubungan dengan Tuhan Yang Mahakuasa, namun sekarangkita telah dicemari oleh pengaruh duniawi. Kita harus kembalike dunia rohani, dan proses hubungan itu disebut yoga. Kata“yoga” juga berarti “penambahan”. Yang sekarang ini kita sangatkurang dalam memperhatikan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apa-bila kita mengisi/ menambahkan dengan K���a—atau TuhanYang Mahasempurna—dalam kehidupan kita, maka kehidupankita sebagai manusia ini menjadi sempurna.

Pada saat ajal tiba, kita harus menyelesaikan proses penyem-purnaan tersebut. Selama kehidupan ini, kita harus melakukanmetode untuk mendekati kesempurnaan itu agar pada saat kitameninggal, yaitu ketika kita harus meninggalkan badan materiilini, kesempurnaan dapat dicapai.

praya�a-kale manasa ’calena bhaktya yukto yoga-balena caivabhruvor madhye pra�am aveśya samyak sa ta� para� puru�am upaiti divyam

19

Page 20: Di luar kelahiran dan kematian

20 Di Luar Kelahiran dan Kematian

“Pada saat meninggal dunia, orang yang memusatkan prā�a(nafas kehidupan) di tengah-tengah di antara kedua keningnyadengan bhakti yang sepenuh hati ingat kepada Penguasa YangMahaagung, pasti mencapai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.”(Bg. 8.10)

Seperti seorang siswa yang belajar tentang satu bidang studiselama empat atau lima tahun, lalu mengikuti ujian dan mene-rima gelar, begitu juga dalam hidup ini: kalau kita berlatih dalamhidup ini menghadapi ujian pada waktu meninggal, dan kita lu-lus, maka kita dipindahkan ke dunia rohani. Kehidupan kita se-muanya diuji pada waktu kita meninggal.

ya� ya� vāpi smaran bhāva� tyajaty ante kalevaramta� tam evaiti kaunteya sadā tad-bhāva-bhāvita�

“Keadaan apa pun yang diingat oleh seseorang pada saat ia me-ninggalkan badan jasmaniahnya, maka pasti keadaan itulah yangdicapainya.” (Bg. 8.6)

Ada sebuah peribahasa dalam bahasa Bengala yang menya-takan bahwa, apa pun yang dilakukan seseorang untuk menca-pai kesempurnaan, ia akan diuji pada saat kematiannya. DalamBhagavad-gītā, K���a menguraikan tentang apa yang harus di-lakukan seseorang ketika meninggalkan badannya. Bagi seorangdhyāna-yogī (yang melakukan meditasi) Śrī K���a bersabda se-bagai berikut:

yad ak�ara� veda-vido vadanti viśanti yad yatayo vīta-raga�yad icchanto brahmacarya� caranti tat te pada� sa�grahe�a pravak�ye

sarva-dvara�i sa�yamya mano hdi-nirudhya camūrdhny adhayatmana� pra�am asthito yoga-dharana�

Page 21: Di luar kelahiran dan kematian

21Naik Tingkat Saat Meninggal

“Para akhli-akhli Veda, yang mengucapkan o�kāra dan kemu-dian menjadi resi-resi agung pada tingkatan sannyāsa—tingkatpelepasan ikatan materiil—mereka masuk ke dalam Brahman.Seseorang yang menghendaki kesempurnaan seperti itu mem-praktekkan brahmacarya (membujang tanpa hubungan seksualapa pun). Sekarang aku menerangkan kepadamu salah satu carayang dilakukan seseorang untuk memungkinkan ia mencapaipembebasan. Keadaan yoga adalah suatu keadaaan yang terbe-bas dari semua kegiatan pemuasan hawa-nafsu duniawi. Denganmenutup semua pintu-pintu indera-indera dan memusatkan pi-kiran pada jantung dan nafas kehidupan pada ubun-ubun, sese-orang menjadi mantap dalam yoga.” (Bg. 8.11-12)

Dalam sistem yoga, cara-cara ini disebut pratyāhāra, yangartinya, “justru berlawanan”. Walaupun seumur hidup mata si-buk menikmati indahnya dunia, saat ajal tiba seseorang harusmenarik indera-inderanya dari kebendaan dan melihat kein-dahan di dalam. Begitupun, telinga sudah terbiasa mendengarbebagai suara di dunia ini, tetapi pada saat meninggal dunia,seseorang harus mendengarkan o�kāra rohani dari dalam.

o� ity ekāk�ara� brahma vyāharan mām anusmaranya� prayāti tyajan deha� sa yāti paramā� gatim

“Setelah menekuni yoga tersebut, dan menggetarkan suku katasuci o�, yaitu kombinasi huruf yang paling utama, kalau sese-orang ingat pada Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian mening-galkan badannya, maka dia pasti akan mencapai planet-planetrohani.” (Bg. 8.13)

Dalam hal ini, semua aktivitas dari indera-indera yang menujuarah keluar, harus ditarik untuk dipusatkan kembali pada bentukvi��umūrti, yaitu, bentuk Tuhan. Pikiran sangat bergelora, tetapipikiran itu harus dipusatkan pada Tuhan yang berada dalam hati.Ketika pikiran telah dipusatkan dalam hati, dan nafas kehidupan(prā�a) telah dipindahkan ke ubun-ubun, maka seseorang dapatmencapai kesempurnaan yoga.

Page 22: Di luar kelahiran dan kematian

22 Di Luar Kelahiran dan Kematian

Pada keadaan itulah sang yogī menentukan kemana tujuannya.Di alam semesta, begitu banyak planet-planet sehingga tak terhi-tung jumlahnya, dan di luarnya adalah alam rohani. Para yogīmempeoleh pengetahuan mengenai tempat-tempat tersebut darikesusastraan suci Veda. Seperti halnya orang yang akan pergi keAmerika dia bisa mendapatkan gambaran bagaimana keadaan dinegara itu dengan cara membaca buku-buku, demikian, sese- or-ang dapat mengetahui mengenai planet-planet rohani denganmembaca sastra-sastra suci Veda. Seorang yogī mengenal semuagambaran tersebut, dan ia dapat berpindah ke planet mana punsesuai dengan kehendaknya tanpa bantuan pesawat ruang ang-kasa. Berjalan-jalan di angkasa dengan cara mekanis bukanlahcara yang dibenarkan untuk naik tingkat ke planet-planet lain.Mungkin beberapa di antaranya dapat mencapai planet-planetlain dengan menggunakan sarana-sarana materiil, namun hal itubegitu banyak menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya—denganmenggunakan pesawat ruang angkasa, dan pakaian khusus un-tuk antariksa, dan sebagainya—selain cara yang sangat sulit, jugatidak praktis. Bagaimanapun juga, tidak mungkin bagi seseoranguntuk pergi ke luar alam semesta dengan menggunakan saranamekanis.

Metode umum yang bisa diterima untuk berpindah ke planet-planet yang lebih unggul adalah melalui cara dhyāna-yoga ataucara jñāna-yoga. Akan tetapi cara bhakti-yoga tidak dimaksud-kan untuk berpindah ke planet materi apa pun, sebab orangyang menjadi hamba Śrī K���a, tidak tertarik terhadap planetmateri mana pun di alam semesta ini karena mereka mengenalbahwa di alam alam semesta materi masih terdapat empat pokokpenderitaan; yaitu, kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian.Kendatipun usia akan lebih panjang di planet-planet yang lebihunggul dibandingkan di bumi ini, namun kematian masih tetapdialami. Istilah “alam semesta materi” menunjukkan planet-planet yang masih memiliki kelahiran, penuaan, penyakit, dankematian, dan istilah “alam semesta rohani” menunjukkanplanet-planet yang tidak ada kelahiran, penuaan, penyakit, dankematian. Orang cerdas tidak berusaha naik tingkat ke planetmana pun di alam semesta materi ini.

Page 23: Di luar kelahiran dan kematian

23Naik Tingkat Saat Meninggal

Kalau seseorang berusaha memasuki planet-planet yang lebihutama melalui cara mekanis, dapat dipastikan ia akan meninggaldengan segera, sebab badan kasar tidak dapat menahan suasanayang amat drastis itu. Tetapi kalau seseorang mencoba pergi keplanet-planet yang lebih unggul itu dengan menggunakan sistemyoga, maka ia akan memperoleh badan yang sesuai untuk masukke planet itu. Kita dapat melihat contoh yang pas dengan haltersebut di bumi ini, seperti kita ketahui bahwa tidak mungkinkita berharap hidup di dalam laut, yaitu, suasana dalam air, dantidak mungkin ikan hidup di darat. Kita dapat mengerti bahwa, diplanet ini pun makhluk harus mempunyai badan tertentu untuktinggal di tempat tertentu, begitu juga badan tertentu dibutuhkanuntuk tinggal di planet-planet lain. Di planet-planet yang lebihunggul, usia lebih panjang daripada di bumi ini, karena enam bu-lan di bumi sama dengan satu hari di planet-planet yang lebihunggul itu. Demikian sastra-sastra suci Veda menguraikan bahwamereka yang tinggal di planet-planet yang lebih unggul, usianyabisa mencapai jangka waktu sepuluh ribu tahun di bumi ini. Wa-lau usia hidup di sana begitu lama, maut tetap menanti siapa pun.Bahkan jika usia dapat mencapai dua puluh ribu tahun, atau limapuluh ribu, dan berjuta-juta tahun pun di alam materi ini, tahun-tahun itu tetap dihitung sehingga kematian tetap ada. Bagaimanacara kita mengatasai agar kita tidak ditaklukkan oleh kematian?Itulah pelajaran dari Bhagavad-gītā.

na jāyate mriyate vā kadācin nāya� bhūtvā bhavitā vā na bhūya�ajo nitya� śāśvato ‘ya� purā�o na hanyate hanyamāne śarīre

“Tidak ada kelahiran ataupun kematian bagi sang roh. Dan rohitu, jika sudah pernah ada, dia tidak akan pernah berhenti men-jadi roh. Roh itu bersifat kekal dan abadi dan berada untuk sela-manya. Roh itu tidak mati apabila badan terbunuh.” (Bg. 2.20)

Kita ini adalah roh, dan karena itu kita semua kekal dan abadi.Jika demikian, mengapa kita menyerah pada kelahiran dan ke-matian? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan cerdas. Dan bagi

Page 24: Di luar kelahiran dan kematian

24 Di Luar Kelahiran dan Kematian

mereka yang sadar akan K���a dianggap lebih cerdas lagi, karenamereka tidak berminat untuk dapat masuk ke planet mana punjika kematian masih ada di sana. Kehidupan semacam itu akanditolaknya karena ada tujuan yang lebih dari sekedar berusiapanjang, yang dalam tujuannya untuk mencapai bentuk badanseperti badan Tuhan. Iśvara� parama� k��a� sac-cid-ānanda-vigraha�. Sat berarti “kekal”, cit berarti “penuh pengetahuan”,dan ānanda berarti “penuh kebahagiaan”. K���a adalah sumbersegala kebahagiaan. Kalau kita berpindah dari badan ini dan ma-suk ke dunia rohani—baik ke K���aloka (planet K���a) maupunke planet-planet rohani yang lainnya—maka kita akan menerimabadan rohani yang bersifat sac-cid-ānanda seperti yang telahdiuraikan di atas. Demikian, tujuan dari orang yang berada dalamkesadaran K���a berbeda dengan mereka yang berusaha untukdapat naik ke planet-planet yang lebih unggul di alam ini.

Sang diri, atau roh dari setiap individu adalah bunga api rohaniyang kecil sekali. Kesempurnaan yoga berarti memindahkan bu-nga api rohani tersebut sampai ke ubun-ubun. Setelah mencapaitingkatan tersebut, seorang yogī dapat berpindah ke planet manapun di alam semesta ini, sesuai dengan keinginannya. Kalau yogīitu ingin tahu bagaimana keadaan di bulan, maka ia dapat berpin-dah ke sana, ataupun jika ia tertarik pada planet-planet yang le-bih utama lagi, ia dapat berpindah ke sana. Seperti halnya parapelancong pergi ke New York, Kanada, dan kota-kota lainnya dibumi. Ke negara mana pun seseorang bepergian, dia akan me-nemukan sistem visa dan bea cukai yang sama berlaku di setiapnegara, begitu juga setiap planet di alam semesta ini, juga ditemu-kan prinsip-prinsip kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian,yang berlaku di sana.

O� ity ekāk�ara� brahma: pada saat meninggal seorang yogīdapat mengucapkan kata o�, o�kāra, merupakan bentuk sing-kat dari getaran suara rohani. Jika seorang yogī dapat mengucap-kan getaran suara tersebut dan pada saat yang sama ingat padaK���a atau Vi��u (mām anusmaran), maka dia mencapai tujuanyang paling utama. Memusatkan pikiran pada Vi��u merupakancara yoga. Mereka yang mengakui bentuk pribadi Tuhan YangMahakuasa tidak mengkhayalkan lagi bentuk tersebut; mereka

Page 25: Di luar kelahiran dan kematian

25Naik Tingkat Saat Meninggal

benar-benar melihatnya. Baik bila seseorang hanya mengkha-yalkan maupun sungguh-sungguh melihat Dia, dia harus tetapmemusatkan pikiran pada bentuk pribadi K���a.

ananya-ceta� satata� yo ma� smarati nityaśa�tasyaha� sulabha� partha nitya-yuktasya yogina�

“Wahai putera P�tha, orang yang ingat kepada-Ku tanpa me-nyimpang, mudah sekali mencapai kepada-Ku, sebab dia tekunberbakti kepada-Ku.” (Bg. 8.14)

Menurut Bhagavad-gītā, orang yang hanya puas terhadap ke-hidupan yang sementara, kebahagiaan sementara, dan fasilitas-fasilitas yang sementara, dianggap orang yang kurang cerdas,dan karena mereka sangat picik, mereka tertarik olehnya. Kitasemua kekal abadi, maka untuk apa kita tertarik pada hal-halyang sementara itu? Tak seorang pun yang menginginkan kese-nangan yang sesaat. Jika kita telah merasa senang tinggal di apar-temen mewah, kita akan kecewa apabila pemiliknya menyuruhkita untuk pindah, tetapi siapa pun akan merasa senang jika iadipindahkan ke apartemen yang lebih bagus. Itulah sifat hakikikita, karena kekekalan, wajar apabila kita menginginkan tempattinggal abadi yang menyenangkan. Kita tidak ingin meninggaldunia, dikarenakan keabadian kita. Begitupun juga kita tidakingin menjadi tua atau sakit, karena keadaan-keadaan tersebutsemuanya di luar hal-hal yang kekal. Walaupun kita tidak ber-maksud untuk sakit demam dan menderita, terkadang sakit itudatang juga, untuk itu kita harus melakukan pencegahan dan mi-num obat agar sehat kembali. Empat jenis kesengsaraan (kelahi-ran, kematian, usia tua, dan penyakit) adalah seperti sakit demamtadi, dan empat kesengsaraan itu semua bersumber pada badanmateri. Jika dengan suatu cara kita dapat bebas dari ikatan badanmateri, maka kita juga akan bebas dari kesengsaraan yang meru-pakan bagian dari badan materi.

Bagi yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, tetapi inginlepas dari badaniah yang sementara ini, di sini, K���a menasihati

Page 26: Di luar kelahiran dan kematian

26 Di Luar Kelahiran dan Kematian

agar mereka mengucapkan suku kata o�. Dengan cara itu, dapatdipastikan bahwa mereka bisa berpindah ke dunia rohani. Na-mun demikian, walaupun mereka boleh memasuki lingkungandunia rohani, namun mereka tidak dapat masuk ke planet-planetrohani. Mereka akan berada di luar planet-planet rohani itu, yaitudi dalam brahmajyoti. Brahmajyoti dapat diumpamakan sebagaisinar matahari, dan planet rohani diumpamakan sebagai mata-hari sendiri. Di angkasa rohani, mereka yang tidak percaya padabentuk pribadi Tuhan akan ditempatkan di dalam brahmajyoti,pancaran sinar Tuhan Yang Maha Esa. Di sana mereka tetap se-bagai bunga api rohani. Demikian, brahmajyoti penuh bunga apirohani. Inilah yang dimaksudkan dengan istilah “menyatu dalamkehidupan rohani”. Hendaknya jangan pernah beranggapanbahwa orang yang masuk ke dalam brahmajyoti berarti ia telahlarut di dalam brahmajyoti; individualitasnya tetap ada, namunkarena ia tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, secara otomatisia juga menolak bentuk pribadinya sendiri, maka ia ditemukan disana sebagai bunga api rohani dalam cahaya tersebut. Sepertihalnya sinar matahari yang terdiri dari banyak partikel-partikelyang sangat kecil, brahmajyoti juga terdiri dari banyak bunga apirohani.

Akan tetapi, sebagai entitas hidup, kita semua ingin nikmat.Hidup, begitu saja, tidaklah cukup. Kita menginginkan kebaha-giaan (ānanda) dan juga kehidupan (sat). Dalam diri kita yangseutuhnya, dimana sang roh itu terdiri dari tiga sifat—kekekalan,pengetahuan, dan kebahagiaan. Mereka yang masuk ke dalambrahmajyoti dan tidak mengakui personalitas Tuhan, dapat ber-ada di sana selama beberapa waktu dengan kesadaran seutuhnyabahwa saat itu mereka telah menyatu dengan Brahman, tetapimereka belum mendapatkan ānanda atau kebahagiaan yangkekal, karena bagian itu belum lengkap. Mungkin seseorang be-tah tinggal sendirian di kamarnya selama beberapa saat denganmembaca buku ataupun sibuk berpikir, tetapi tidak mungkin iaakan betah tinggal di kamar itu sendirian selama bertahun-tahunsecara terus menerus. Akhirnya pasti ia jenuh tinggal lebih lamadi sana. Demikian halnya seseorang yang tidak mengakui bentukpribadi Tuhan dan masuk ke eksistensi-Nya, kemungkinan besar

Page 27: Di luar kelahiran dan kematian

27Naik Tingkat Saat Meninggal

ia akan kembali ke dunia materi ini demi pergaulannya. Iniadalah ketetapan dari Śrīmad-Bhāgavatam. Para astronotmungkin telah menempuh perjalanan beribu-ribu mil, namunjika mereka tidak dapat menemukan tempat istirahat di suatuplanet, maka mereka harus kembali ke planet bumi.Bagaimanapun, istirahat tetap diperlukan. Dalam keadaan tanpabentuk, istirahat tidak dapat dipastikan adanya. Karena itu, dalamŚrīmad-Bhāgavatam dikatakan bahwa, kendati dengan usahabegitu keras, dan jika orang yang tidak mengakui personalitasTuhan berhasil masuk dunia rohani dan menerima eksistensinyayang tanpa wujud, ia juga akan kembali lagi ke dunia materikarena kelalaiannya, yaitu tidak melayani Kepribadian TuhanYang Maha Esa dalam cinta kasih dan bhakti. Selama hidup dibumi ini, kita harus belajar mencintai dan berbakti kepada K���a,Tuhan Yang Mahakuasa. Jika kita mempelajarinya dengan tekun,maka kita akan dapat masuk ke planet-planet rohani tersebut.Orang yang menolak personalitas Tuhan dan dapat mencapaibrahmajyoti berada di sana bukan untuk selamanya, sebab iaakan mencari pergaulan untuk menghilangkan kejenuhannya.Oleh karena ia tidak menjalin hubungan pribadi dengan TuhanYang Mahakuasa, maka dia harus kembali ke dunia fana dan ber-gaul kembali dengan roh-roh yang terbelenggu di sana.

Suatu keharusan, betapa pentingnya mengetahui sifat kedu-dukan hakiki kita: kita ingin kekekalan, pengetahuan lengkap,dan kebahagiaan. Ketika kita sendirian berada cukup lama dibrahmajyoti yang tanpa bentuk dan tanpa aktivitas, kita merasabosan—karena itu kita menerima tawaran bersenang-senangyang disediakan dunia fana. Di dalam kesadaran K���a, yang di-nikmati adalah kebahagiaan yang sejati. Di dunia fana, hubunganseksual umumnya dianggap kebahagiaan puncak. Hal ini meru-pakan gambaran yang menyesatkan tentang hubungan intim didunia rohani, yaitu kebahagiaan pergaulan bersama K���a. Hen-daknya jangan pernah kita berpikiran bahwa, kebahagiaan di du-nia rohani serupa dengan kebahagiaan kegiatan pemuasan nafsuseksual di dunia fana. Tidak demikian, kebahagiaan di duniaroha-ni berbeda dengan itu. Tetapi kalau hubungan intim itutidak ada di dunia rohani, maka tidak mungkin hal itu dapat

Page 28: Di luar kelahiran dan kematian

28 Di Luar Kelahiran dan Kematian

direfleksikan di sini. Hanya saja ia direfleksikan secara menyesat-kan di sini, tetapi kehidupan yang sejati ada dalam K���a, yangpenuh dengan segala macam kebahagiaan. Karena itu, cara yangpaling baik adalah melatih diri kita sekarang ini, agar pada saatmeninggal kita dapat berpindah ke alam semesta rohani, yaitu,ke K���aloka, dan di sana menjalin hubungan dengan K���a.Dalam Brahma-sa�hitā Śrī K���a dan juga tempat tinggal-Nyadiuraikan sebagai berikut:

cintāma�i-prakara-sadmasu kalpa-vk�a- lak�āvte�u surabhīr abhipālayantamlak�mī-sahasra-śata-sambhrama-sevyamāna� govindam ādi-puru�a� tam aha� bhajāmi

“Hamba menyembah Govinda, Tuhan Yang Mahakekal, leluhuryang pertama, yang memelihara sapi-sapi dan memenuhi segalakeinginan di tempat tinggal yang didirikan dengan permata-per-mata rohani, yang dikelilingi oleh berjuta-juta pohon yang me-menuhi segala keinginan, selalu dilayani dengan penghormatandan cinta kasih yang agung, oleh beratus-ratus ribu lak�mī ataugopī.” (Brahma-sa�hitā 5.29)

Gambaran di atas adalah K���aloka. Rumah-rumah di sana di-buat dari permata cintāma�i. Apa pun yang menyentuh permatacintāma�i akan segera menjadi emas. Pohon-pohon yang tum-buh di sana adalah pepohonan yang memenuhi keinginan, ataupohon kalpa-vk�a, sebab seseorang dapat menerima apa yangdikehendakinya dari pohon itu. Di dunia ini kita mendapat buahmangga dari pohon mangga, dan apel dari pohon apel, namun didunia rohani orang bisa mendapatkan apa pun yang dikehen-dakinya dari setiap pohon. Begitu juga sapi-sapi disebut dengannama surabhi, dan sapi-sapi itu menghasilkan susu yang tiadahabisnya. Inilah uraian mengenai planet-planet rohani yang ter-cantum dalam kesusastraan suci Veda.

Di dunia fana kita menyesuaikan diri dengan kelahiran, kema-tian, dan segala jenis penderitaan. Para ilmuwan duniawi telahmenemukan begitu banyak fasilitas untuk kenikmatan dan jugapenghancurnya, akan tetapi penyelesaian atas masalah-masalah

Page 29: Di luar kelahiran dan kematian

29Naik Tingkat Saat Meninggal

penuaan, penyakit, dan kematian belum dapat mereka temukan.Mereka tidak sanggup membuat mesin yang dapat menghentikankematian, penuaan, dan penyakit. Kita dapat memproduksi se-suatu untuk percepatan kematian, tetapi tidak sesuatu pun dapatkita buat untuk mencegah kematian itu. Akan tetapi, merekayang cerdas, tidak menjadi risau oleh empat jenis kesengsaraankehidupan duniawi, melainkan mereka memfokuskan usahanyauntuk naik tingkat ke planet-planet rohani. Orang yang senan-tiasa berbahagia secara rohaniah (nitya-yuktasya yogina�) per-hatiannya tidak pernah menyimpang ke hal-hal yang lainnya. Diaselalu mantap dalam kebahagiaan rohani. Selalu berpikir tentangK���a dengan sepenuh hati tanpa menyimpang (ananya-cetā�satatam). Satatam berarti di mana-mana dan kapan saja.

Dahulu, saya tinggal di kota suci V�ndāvana, India, dan seka-rang saya tinggal di Amerika, ini bukan berarti saya telah keluardari lingkungan V�ndāvana, sebab saya selalu berpikir tentangK���a, karena itu saya senantiasa berada di V�ndāvana, tidakmempedulikan atribut-atribut yang bersifat materiil. KesadaranK���a artinya, orang senantiasa hidup bersama K���a di planetrohani, yaitu Goloka V�ndavana, dan ia hanya tinggal menunggusaat pelepasan ragawinya tiba. Smarati nityaśa� berarti “ingat se-lalu”. Bagi orang yang terus-menerus ingat kepada K���a, K���aakan menjadi—(tasyāha� sulabha�)—K���a mudah dicapai.K���a Sendiri bersabda bahwa Dia mudah dicapai dengan carabhakti-yoga. Jika demikian, untuk apa kita mulai dengan carayang lain? Kita dapat mengucapkan mantra; Hare K���a, HareK���a, K���a K���a, Hare Hare/ Hare Rāma, Hare Rāma, RāmaRāma, Hare Hare, selama duapuluh empat jam sehari. Dalampengucapan tidak ada aturan dan peraturan. Seseorang dapatmengucapkan mantra Hare K���a di jalanan, di kereta api, di ru-mah ataupun di kantor. Tidak dipunggut pajak atau biaya apapun untuk itu. Mengapa kita tidak menggunakan cara itu?

Page 30: Di luar kelahiran dan kematian
Page 31: Di luar kelahiran dan kematian

31Naik Tingkat Saat Meninggal

3Bebas dari Planet-Planet

Dunia Fana

Para jñānī dan para yogī umumnya impersonalis, walaupunpembebasan yang temporer dapat mereka capai dengan menyatudalam cahaya kehampaan, yaitu angkasa rohani, pengetahuanmereka menurut Śrīmad-Bhāgavatam dianggap tidak murni.Dengan pertapaan, kesederhanaan, dan meditasi, mereka dapatnaik tingkat sampai ke tingkat Penguasa Yang Mahatinggi, tetapi,dijelaskan bahwa mereka akan jatuh lagi ke dunia materi lantaranmereka tidak menerima ciri-ciri personalitas K���a secara serius.Seseorang harus kembali lagi ke tingkatan duniawi, kecuali iabersembah sujud pada kaki-padma K���a. Cara yang terbaik ber-sikap terhadap Dia adalah cara berikut: “Hamba pelayan abadi-Mu. Bagaimanapun, tolonglah perkenankan hamba untuk diikutsertakan dalam pengabdian kepada-Mu.” K���a disebut sebagaiajita�—tidak dapat ditaklukkan—sebab tidak ada yang mampumenaklukkan Tuhan. Tetapi berdasarkan Śrīmad-Bhāgavatam,orang yang bersikap rendah hati seperti itu, dapat meluluhkanhati Tuhan dengan mudah. Śīmad-Bhāgavatam juga menganjur-kan agar kita menghentikan upaya yang sia-sia, yaitu mengukurYang Mahatinggi. Bahkan batas-batas ruang angkasa pun tidakdapat kita ukur apalagi mengukur Tuhan Yang Mahabesar. Tidakmungkin panjang maupun lebarnya K���a dapat diukur hanyamenggunakan pengetahuan manusia yang amat terbatas. Orangyang sampai pada kesimpulan demikian, dia dianggap cerdasmenurut kesusastraan suci Veda. Hendaknya orang memahamidengan sikap tunduk bahwa ia adalah bagian yang amat kecil

31

Page 32: Di luar kelahiran dan kematian

32 Di Luar Kelahiran dan Kematian

dalam alam semesta. Seyogyanya kita menjadi rendah hati danmendengarkan tentang Ketuhanan Yang Maha Esa melalui sum-ber-sumber absah yang terpercaya, seperti Bhagavad-gītā, atau-pun wacana dari orang yang telah mencapai keinsafan-diri, dantelah meninggalkan segala usahanya untuk mengerti Tuhan YangMaha Esa melalui pengetahuan yang terbatas atau rekayasa pi-kiran belaka.

Dalam Bhagavad-gītā Arjuna mendengarkan tentang Tuhandari bibir Śrī K���a Sendiri. Dengan demikian Arjuna mencapaikriteria pemahaman tentang K���a melalui cara mendengarkandengan rendah hati. Sikap kita adalah mendengarkan Bhagavad-gītā dari ucapan Arjuna atau dari guru spiritual yang bonafid se-bagai wakilnya Arjuna. Sesudah memperoleh pengetahuan darimendengar, itu harus dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Seorang penyembah berdoa sebagai berikut: “Tuhan YangMahamulia, yang hamba cintai, Engkau tak terkalahkan. Tetapidengan cara ini, dengan mendengarkan, Engkau takluk”. Tuhantidak dapat ditaklukkan, tetapi Dia takluk pada seorang penyem-bah yang menghentikan cara pemikiran yang direka-reka danmendengar Dia dari sumber-sumber yang absah terpercaya.

Menurut Brahma-sa�hitā ada dua proses untuk mendapatkanpengetahuan—yaitu proses “pendakian” dan proses “menurun”.Melalui proseses pendakian, seseorang naik tingkat denganpengetahuan yang diperoleh dari usahanya sendiri. Dengan caraitu, ia berpikir, “Saya tidak peduli terhadap sumber-sumber lainatau kitab-kitab apa pun. Saya akan mencari sendiri dan menda-patkannya dengan cara bermeditasi, berfilsafat, dan yang lain.Dengan cara demikian saya akan mengerti Tuhan.” Cara yang kedua, yaitu cara menuruti/ menurun, berarti menerima penge-tahuan dari sumber-sumber yang lebih tinggi yang terpercaya.Dalam Brahma-sa�hitā dinyatakan bahwa, jika seseorang me-milih cara yang pertama yaitu mencari sendiri ke atas walaudengan kecepatan pikiran dan angin selama berjuta-juta tahunpun akhirnya dia masih tetap tidak tahu. Baginya, misteri tentanghal itu masih terlalu sulit dipecahkan dan tidak dapat dimengerti.Padahal pengetahuan tentang soal itu telah diberikan dalamBhagavad-gītā: ananya-ceta�. K���a kerap kali menyampaikan

Page 33: Di luar kelahiran dan kematian

33Bebas Dari Planet-Planet Dunia Fana

agar memilih cara konsentrasi pada Dia tanpa menyimpang darijalan bhakti dengan sikap rendah hati. Bagi mereka yang memujaK���a dengan cara tersebut—tasyāha� sulabha�: “Aku mudahdicapai”, Inilah caranya: kalau seseorang bekerja untuk K���aduapuluh empat jam sehari, maka K���a tidak akan dapat melu-pakan orang tersebut. Dengan menjadi rendah hati, ia akan dapatmenarik perhatian Tuhan. Sebagai Guru, Mahārāja Bhaktisid-dhānta Sarasvatī berkata, “Janganlah berusaha untuk melihatTuhan. Apakah Tuhan harus datang dan berdiri di hadapan kitaseperti pelayan hanya karena kita ingin melihat Dia? Itu bukansikap yang tunduk. Kita harus menyenangkan Dia dengan cintakasih dan kebaktian”.

Cara yang tepat untuk mendekatkan diri kepada K���a dibe-rikan kepada umat manusia oleh Śrī Caitanya Mahāprabhu, ber-sama Rūpa Gosvāmī yaitu murid pertama-Nya, yang begitu tinggiapresiasinya tergadap cara tersebut. Rūpa Gosvāmī pernah men-jabat sebagai duta besar dalam suatu pemerintahan, tetapi beliaumengundurkan diri dari jabatannya itu untuk menjadi murid-NyaŚrī Caitanya Mahāprabhu. Ketika Rupa Gosvamī bertemu denganŚrī Caitanya untuk pertama kalinya, beliau mengucapkan ślokayang berikut:

namo mahā-vadānyāya k��a-prema-pradaya tek��āya k��a-caitanya- nāmne gaura-tvi�e nama�

“Hamba bersujud dengan hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa,Śrī K���a Caitanya, yang lebih berkarunia daripada avatāra-avatāra lain, bahkan lebih berkarunia daripada K���a Sendiri,karena Dia menganugerahkan dengan leluasa sesuatu yang be-lum pernah diberikan oleh avatāra-avatāra lainnya—cinta kasihmurni—kepada K���a.”

Rūpa Gosvāmī menyebut Caitanya Mahaprabhu “Kepribadianyang paling murah hati, dan paling baik”, karena Dia memberi-kan sesuatu yang paling berharga untuk semuanya dengan sa-ngat murah—cinta-kasih Tuhan. Kita semuanya menginginkan

Page 34: Di luar kelahiran dan kematian

34 Di Luar Kelahiran dan Kematian

K���a, dan kita semua merindukan Dia. K���a adalah yang palingmemikat, paling indah, paling kaya, paling perkasa, dan palingberpengetahuan. Itulah tujuan hasrat kita. Kita mendambakan se-gala keindahan, keperkasaan, pengetahuan dan kemewahan.K���a adalah sumber dari segala keistimewaan tersebut. Karenaitu, kita hanya perlu mengarahkan perhatian kita tertuju kepadaDia, dan kita akan mendapatkan segalanya. Segala—apa punyang kita inginkan. Keinginan hati nurani kita akan terpenuhilewat kesadaran K���a ini.

Sebagaimana dinyatakan tadi, bahwa orang yang sadar akanK���a pada saat meninggal dijamin akan masuk K���aloka, yaitu,tempat tinggal K���a yang paling utama. Sekarang mungkin kitabertanya apakah manfaatnya bagi kita pergi ke planet itu, danK���a Sendiri menjawab:

mam upetya punar janma du�khalayam aśaśvatam—napnuvanti mahatmana� sa�siddhi� parama� gatah

“Setelah sampai kepada-Ku, roh-roh yang agung yang menjadiyogī-yogī dalam kebaktian tidak pernah kembali lagi ke duniafana ini yang penuh kesengsaraan, karena mereka sudah men-capai kesempurnaan yang paling tinggi.” (Bg. 8.15)

Śrī K���a, Sang Pencipta, menyatakan dunia materi ini sebagaidu�khālayam—penuh kesengsaraan. Lalu, bagaimanakah cara-nya agar dunia ini menjadi tempat yang menyenangkan? Apakahitu bisa dicapai melalui apa yang disebut kemajuan pengetahuanmodern? Tidak, itu tidak mungkin. Sebagai akibatnya, justru kitatidak begitu peduli dan tidak ingin tahu apa itu penderitaan.Sebagaimana dinyatakan tadi, penderitaan itu adalah, kelahiran,usia tua, penyakit, dan kematian, dan karena tidak ada solusi lainbagi kita, kita telah mencoba mengesampingkannya. Pengetahu-an modern tidak berdaya mengatasi penderitaan tersebut dan se-nantiasa memberikan kesulitan baru kepada kita. Melainkan, iahanya mengalihkan perhatian kita pada pembuatan pesawat ru-ang angkasa, bom-bom atom, dan sebagainya. Penyelesaian atas

Page 35: Di luar kelahiran dan kematian

35Bebas Dari Planet-Planet Dunia Fana

problema tersebut diberikan di sini dalam Bhagavad-gītā: Kalauseseorang mencapai tempat K���a, maka dia tidak harus kembalilagi ke bumi, tempat kelahiran dan kematian ini. Seyogyanya kitamencoba untuk dapat mengerti bahwa tempat ini penuh denganpenderitaan. Untuk mengerti hal ini diperlukan kesadaran yanglebih berkembang lagi. Kucing, anjing dan babi, tidak mengertibahwasanya mereka menderita. Manusia disebut sebagai hewanyang berakal tetapi akal pikirannya sedang digunakannya untukmelanjutkan kecenderungan hewaninya dan bukan untuk men-cari pembebasan dari keadaan menderita ini. Di sini K���amenyatakan dengan jelas bahwa orang yang datang kepada Diatidak akan pernah dilahirkan lagi untuk mengalami penderitaan.Roh-roh mulia yang datang kepada Dia, telah mencapai kesem-purnaan hidup yang tertinggi dan aktif menyelamatkan makhlukhidup dari penderitaan kehidupan yang terbelenggu.

Salah satu perbedaan antara K���a dengan makhluk biasa ada-lah, makhluk biasa hanya berada di satu tempat, dan tidak beradadi tempat lain secara bersamaan, sedangkan K���a berada dimana pun di seluruh alam semesta, sambil Dia tetap tinggal ditempat tinggal-Nya pada waktu yang sama. Tempat tinggal K���adi kerajaan rohani bernama Goloka V�ndāvana. V�ndāvana di In-dia adalah V�ndavana yang sama yang telah turun ke bumi ini.Apabila K���a Sendiri turun ke bumi dengan kekuatan internal-Nya, maka dhāma atau tempat tinggal-Nya pun turut serta.Dengan kata lain, bilamana K���a turun ke bumi ini, Dia me-wujudkan Diri-Nya di tempat yang khusus itu. Walau demikian,tempat tinggal K���a tetap ada untuk selamanya dalam ling-kungan rohani, yaitu di planet-planet Vaiku�tha. Dalam ayat ini,K���a menyatakan bahwa orang-orang yang berdatangan di tem-pat-tempat tinggal K���a di Vaiku�tha tidak pernah terlahirkanlagi di dunia fana ini. Orang seperti itu disebut mahātmā. Dinegara-negara barat, kata mahātmā pada umumnya dikenal ber-hubungan dengan Mahatma Gandhi, tetapi hendaknya kita me-ngerti bahwa, mahātmā bukanlah gelar bagi seorang politisi. Me-lainkan mahātmā menunjukkan manusia kelas utama yang sadarakan K���a dan memenuhi syarat untuk masuk ke tempat tinggalK���a. Kesempurnaan seorang mahātmā adalah sebagai berikut:

Page 36: Di luar kelahiran dan kematian

36 Di Luar Kelahiran dan Kematian

memanfaatkan segala bentuk kehidupan manusia dan sumber-sumber daya alam untuk membebaskan dirinya dari peredarankelahiran dan kematian.

Orang-orang cerdas tahu bahwa penderitaan ini bukan karenakeinginannya, namun mereka terpaksa mengalami deraan deritaitu. Sebagaimana telah dinyatakan tadi, kita senantiasa dalam ke-adaan menderita yang disebabkan oleh pikiran, badan, gangguanalam, ataupun makhluk-makhluk hidup lainnya. Kita selalu ter-timpa duka-cita. Dunia materi ini dimaksudkan sebagai tempatmenderita, dan jika tanpa penderitaan, kita tidak memiliki ke-inginan keras untuk mencapai tingkat Kesadaran K���a. Sebenar-nya penderitaan itu merupakan pendorong dan memotivasi kitauntuk meningkat hingga mencapai kesadaran K���a. Orang yangcerdas bertanya, “Mengapa saya harus menderita?” Akan tetapisikap peradaban modern adalah, “Biarlah saya menderita. Minu-man keras dan sejenisnya dapat menutupinya, dan selesai sudah”.Tetapi begitu mabuknya hilang, penderitaan datang bertambah.Tidak mungkin menghilangkan dan menyelesaikan penderitaandengan menjadi mabuk. Penderitaan hanya bisa diatasi denganKesadaran K���a.

Mungkin ada orang yang menunjukkan bahwa, biarpun parapenyembah K���a berusaha masuk ke planet K���a, namun kitajuga memiliki cita-cita untuk pergi ke bulan. Bukankah pergi kebulan juga merupakan suatu kesempurnaan? Para entitas hidupselalu cendrung untuk pergi berjalan-jalan ke planet-planet lain.Salah satu julukan entitas hidup adalah sarva-gata�, yang berarti,“Ingin berkeliling ke mana-mana”. Bertamasia merupakan salahsatu bagian dari sifat makhluk hidup. Keinginan untuk pergi kebulan bukanlah hal baru. Para yogī juga berminat untuk dapatmemasuki planet-planet yang lebih unggul itu, tetapi di dalamBhagavad-gīta, K���a menunjukkan bahwa, hal itu tidak meno-long kita sama sekali.

ā-brahma-bhuvanāl lokā� punar āvartino’rjunamām upetya tu kaunteya punar janma na vidyate

Page 37: Di luar kelahiran dan kematian

37Bebas Dari Planet-Planet Dunia Fana

“Dari planet yang paling tinggi dalam dunia materi hingga planetyang paling rendah, semuanya adalah tempat kesengsaraan di-mana kelahiran dan kematian terjadi berulang kali. Tetapi sese-orang yang mencapai tempat tinggal-Ku tidak akan pernah dila-hirkan lagi, wahai putera Kuntī.” (Bg. 8.16)

Alam semesta ini dibagi menjadi beberapa sistem, yakni sistemplanet yang lebih utama, menengah, dan yang rendah. Bumi ter-masuk bagian sistem planet yang menengah. K���a menyatakanbahwa, jika seseorang berada di planet yang paling utama sekali-pun, yang disebut Brahmaloka, kelahiran dan kematian yangberulang kali masih dialami di sana. Planet-planet lain di alamsemesta penuh dengan para entitas hidup. Sebaiknya kita janganpernah berpikir bahwa kita semua berada di sini, sementara diplanet-planet lain adalah semuanya kosong. Dapat kita saksikanbahwa di seluruh bumi ini pun, tidak ada bagian yang tidak di-tempati oleh para makhluk hidup; jika kita menggali tanah, makakita menemukan banyak cacing, di daratan ada banyak binatang,di udara ada banyak burung, dan di air/ laut ada banyak ikan.Bagaimana mungkin kita menyimpulkan bahwa, di planet-planetlain tidak terdapat entitas hidup? Walau begitu, K���a menunjuk-kan bahwa, jika kita masuk ke planet-planet tempat tinggal paradewa yang agung sekalipun, kita masih ditaklukkan oleh kema-tian. Sekali lagi K���a mengulangi kembali bahwa, dengan men-capai planet-Nya, seseorang tidak perlu dilahirkan lagi.

Seyogyanya kita sangat serius dalam mencapai kehidupan kitayang kekal yang penuh kebahagiaan dan pengetahuan. Kita telahlupa bahwa itulah tujuan hidup kita yang sebenarnya atau hasratbesar kita yang sejati. Mengapa kita melupakannya? Kita benar-benar terjerat oleh gemerlapnya materiil, oleh pencakar langit,pabrik-pabrik, dan percaturan politik, padahal kita tahu bahwa,walaupun kita telah membangun semua kemegahan itu, namunkita tidak dapat tinggal di sini untuk selamanya-lamanya. Sebaik-nya kita tidak membuang-buang tenaga dan waktu kita hanyauntuk pembangunan industri dan kota-kota besar jika hanya un-tuk semakin menjerat kita dalam alam materi; semua itu hendak-nya digunakan untuk mengembangkan Kesadaran K���a supayakita mendapatkan badan rohani yang dapat membawa kita ma-

Page 38: Di luar kelahiran dan kematian

38 Di Luar Kelahiran dan Kematian

suk planet K���a. Kesadaran K���a bukan suatu formula religiusatau rekreasi rohani; Kesadaran K���a merupakan bagian yangpaling penting dari makhluk hidup.

Page 39: Di luar kelahiran dan kematian

39Bebas Dari Planet-Planet Dunia Fana

4Langit di Luar Jagad Raya

Jika di planet-planet yang lebih unggul pun, di alam semesta iniada kelahiran dan kematian, mengapa para yogī yang hebat ituberusaha naik ke sana? Tentu, walau mereka itu sarat dengan ber-bagai kesaktian, mereka masih cenderung untuk menikmati fasi-litas-fasilitas kehidupan duniawi. Di planet-planet yang lebihunggul itu, usia yang lamanya tak terkira dapat dicapai oleh sese-orang di sana. Ukuran waktu di planet-planet tersebut dijelaskanoleh Śrī K���a:

sahasra-yuga-paryantam ahar yad brahma�o vidu�rātri� yuga-sahasrāntā� te’ho-rātra-vido janā�

“Menurut perhitungan manusia, seribu yuga (zaman) sama de-ngan satu siang, bagi Brahma. Dan sejumlah itu, merupakan satumalamnya Brahma.” (Bg. 8.17)

Satu yuga (zaman) mencakup 4.300.000 tahun manusia. Angkatersebut dikalikan seribu, dihitung sebagai dua belas jam atau se-tengah hari bagi Brahmā, di planet Brahmaloka. Demikian pula,sejumlah dua belas jam berikutnya merupakan waktu gelapnyamalam Brahmā. Seperti halnya tiga puluh hari sama dengan satubulan, dua belas bulan sama dengan satu tahun, dan diketahuibahwa Brahmā dapat berusia selama seratus tahun perhitunganitu. Jadi, usia seseorang sedemikian lamanya di planet seperti itu,namun sesudah bertrilyun-trilyun tahun manusia lamanya, pen-duduk Brahmaloka pun harus menghadapi maut. Tidak mungkin

39

Page 40: Di luar kelahiran dan kematian

40 Di Luar Kelahiran dan Kematian

bagi kita untuk dapat luput dari kematian, kecuali kita telah ber-ada di planet-planet rohani.

avyaktād vyaktaya� sarvā� prabhavanty ahar-āgamerātry-āgame pralīyante tatraivāvyakta-sa�jnake

“Apabila siang harinya Brahmā telah tiba, banyak sekali entitashidup yang menjadi berwujud, dan jika malam hari Brahmā tiba,mereka semua dimusnahkan.” (Bg. 8.18)

Pada akhir satu hari Brahmā, semua sistem planet yang rendahditenggelamkan ke dalam air, dan semua makhluk di sana dimus-nahkan. Setelah peleburan, dan gelapnya malam Brahmā berlalu,pada waktu pagi, ketika Brahmā bangun ada pencipataan kem-bali dan semua makhluk tersebut muncul kembali. Demikian du-nia fana diciptakan dan dileburkan, dan merupakan salah satusifat dunia fana itu.

bhūta-grāma� sa evāya� bhūtvā bhūtvā pralīyaterātry-āgame vaśah pārtha prabhavaty ahar-āgame

“Siang-hari datang berulang-ulang, dan para makhluk di tempat-nya masing-masing menjadi aktif kembali; kemudian bila malamtelah tiba, Wahai Partha, dan mereka semua yang tak berdaya itudileburkan.”(Bg. 8.19)

Walaupun para entitas hidup tidak suka menerima peleburan,namun peleburan itu tetap berlangsung, dengan banjir besar disemua planet sehingga seluruh makhluk hidup di planet-planetitu tenggelam ke dalam air selama malam harinya Brahmā. Tetapiapabila fajar telah tiba bagi Brahmā, air itu berangsur-angsur su-rut kembali.

paras tasmāt tu bhāvo ’nyo ’vyakto ’vyaktāt sanātana�

Page 41: Di luar kelahiran dan kematian

41Langit Di luar Jagad Raya

ya� sa sarve�u bhūte�u naśyatsu na vinaśyati

“Namun ada alam lain, yang kekal dan bersifat transendental me-lampaui alam fana ini yang berwujud dan tidak berwujud. Alamitu adalah alam yang utama dan tidak pernah dibinasakan. Apa-bila seluruh dunia fana ini dihancurkan, bagian itu tetap sepertisemula sebagaimana adanya.” (Bg. 8.20)

Kita tidak sanggup menghitung luasnya alam semesta ini, te-tapi kita memiliki pengetahuan dari Veda bahwa, ada berjuta-jutaalam semesta dari seluruh ciptaan, dan di luar jagad raya materiini ada langit lain yang bersifat rohani. Di sana semua planet ber-sifat kekal, dan makhluk-makhluk di sana hidup untuk selama-nya. Dalam śloka ini kata bhāva� berarti “alam”, dan di sini alamlain yang ditunjukkan. Di dunia ini pun kita mengalami dua alam.Entitas hidup adalah roh, dan selama sang roh berada di dalambahan alam, alam itu menjadi hidup, seketika entitas hidup itu,bunga api rohani itu, keluar dari badan, maka badan tidak bisabergerak. Alam rohani disebut alamnya K���a yang lebih utama,dan alam dunia fana ini disebut alam yang lebih rendah. Di luaralam fana ini ada alam yang lebih utama, yang sepenuhnya bersi-fat rohani. Tidak mungkin orang dapat mengerti hal ini denganpengetahuan eksperimen. Kita dapat melihat berjuta-juta bintangdengan menggunakan teleskop, tetapi kita tidak dapat mende-kati bintang-bintang itu. Kita harus mengerti bahwa kita kurangsanggup. Jika alam semesta materi ini pun tidak dapat kita me-ngerti dengan pengetahuan percobaan, bagaimana kita mengertitentang Tuhan dan kerajaan-Nya? Tidak mungkin kita dapat me-ngerti tentang Tuhan dengan percobaan-percobaan. Kita harusmengertinya dengan cara mendengar Bhagavad-gītā. Kita tidakdapat mengetahui siapa ayah kita dengan pengetahuan berda-sarkan percobaan; kita harus mendengar keterangan dari ibu kitadan kita harus mempercayainya. Kalau kita tidak mempercayaiibu kita, maka tiada cara lain untuk mengetahui siapa ayah kita.Begitu juga, jika kita berpedoman pada metode Kesadaran K���amaka semua pengetahuan tentang K���a dan kerajaan-Nya akanterungkap.

Page 42: Di luar kelahiran dan kematian

42 Di Luar Kelahiran dan Kematian

Paras tu bhāva� berarti “alam utama”, dan vyakta� menunjuk-kan apa yang kita dapat lihat yang sudah berwujud. Kita dapatmelihat alam semesta ini berwujud sebagai bumi, matahari, bin-tang-bintang dan planet-planet. Dan di luar alam semesta ini adaalam lain yaitu alam yang kekal. Avyaktāt sanātana�. Alam du-nia materi ini yang memiliki awal dan akhir, tetapi alam rohani itubersifat sanātana�—kekal. Alam rohani itu tiada awal ataupuntiada akhir. Bagaimana hal ini mungkin? Barangkali awan melin-tas di langit, dan mungkin awan itu tampak menutupi daerah-daerah yang begitu luas, namun pada hakikatnya awan itu hanyasebuah bintik kecil yang menutupi bagian yang tak berarti dariseluruh langit. Oleh karena kita ini terlalu kecil, dan jika be-berapa ratus kilometer dari langit ditutupi oleh awan, maka yangterlihat adalah seluruh langit yang tertutupi. Begitu juga, seluruhalam semesta ini seperti awan yang kecil yang tidak ada artinyadibandingkan dengan angkasa rohani yang luas. Alam semestaditutupi oleh mahat-tattva atau alam. Seperti halnya awan memi-liki permulaan dan akhir, alam materi ini pun memiliki permu-laan dan akhir. Apabila awan lenyap dan langit menjadi terang,kita dapat melihat segala sesuatu menjadi sesuai dengan aslinya.Demikian pula, badan jasmani ini seperti awan penutup, yangmenutupi sang roh. Badan jasmani hidup beberapa saat, mem-beri hasil, mengalami kemunduran, kemudian lenyap. Segala se-suatu yang kita lihat di dunia fana ini mengalami enam jenis peru-bahan alamiah—berwujud, tumbuh, tahan beberapa saat, meng-hasilkan, mengalami kemerosotan, dan kemudian lenyap. K���amenunjukkan bahwa di luar alam yang berubah-ubah bagaikanawan ini, ada alam rohani yang bersifat kekal. Dan apabila alamdunia fana dihancurkan, avyaktāt sanātana� tersebut tetap ada.

Dalam sastra-sastra Veda ada banyak keterangan tentang ang-kasa dunia ini dan angkasa dunia rohani. Dalam skanda keduaŚrīmad-Bhāgavatam ada gambaran-gambaran dunia rohani danpara penghuninya. Juga diterangkan tentang pesawat terbangrohani yang ada di sana, terbang di angkasa rohani beserta paramakhluk yang bebas, mereka berjalan-jalan mengendarai pesa-wat-pesawat tersebut dengan kecepatan kilat. Segala sesuatuyang kita temukan di sini, juga dapat ditemukan di sana dalam

Page 43: Di luar kelahiran dan kematian

43Langit Di luar Jagad Raya

realitasnya. Di sini, di langit materi segala sesuatu tiruan atau ba-yangan dari yang terdapat di angkasa rohani. Seperti di bioskopkita mudah melihat pertunjukan tiruan dari sesuatu yang nyata,dalam Śrīmad-Bhāgavatam dinyatakan bahwa, dunia fana hanyamerupakan suatu kombinasi alam yang terbentuk menyerupaiaslinya. Seperti halnya manekin (boneka gadis) yang dipajang dietalase toko, modelnya persis seorang gadis. Siapa pun yangberakal sehat tahu bahwa manekin itu hanyalah tiruan. ŚrīdharaSvāmī mengatakan bahwa, oleh karena dunia rohani adalah reali-tas sejati, dunia fana ini, yang merupakan tiruan, kelihatannyajuga seperti aslinya. Kita harus mengerti apa artinya realitas—realitas berarti kehidupan yang tidak dapat dimusnahkan; reali-tas berarti kekekalan.

nāsato vidyate bhāvo nābhāvo vidyate sata�ubhayor api d�to ’ntas tv anayos tattva-darśibhi�

“Orang-orang yang melihat kebenaran telah menarik kesimpul-an bahwa, hal-hal yang tidak benar tidak tahan lama, dan hal-halyang benar tidak pernah habis. Inilah kesimpulan mereka setelahmempelajari sifat keduanya.” (Bg. 2.16)

Kebahagiaan sejati itu adalah K���a, sedangkan kebahagiaanduniawi, yang bersifat temporer, tidak aktual. Dengan demikianorang yang dapat melihat hal-hal yang sebenarnya tidak terha-nyut dalam kebahagiaan yang hanya bayangan. Tujuan sejati darikehidupan manusia adalah untuk mencapai angkasa rohani,tetapi sebagaimana ditunjukkan dalam Śrīmad-Bhāgavatam,kebanyakan orang belum tahu tentang angkasa rohani itu. Kehi-dupan manusia dimaksudkan untuk dapat mengerti kebenarandan berpindah ke dalam kebenaran itu. Dalam semua kesusas-traan suci Veda diajarkan agar kita jangan tetap tinggal dalam ke-gelapan ini. Sifat Dunia fana adalah penuh kegelapan, sedangkandunia rohani penuh cahaya, tetapi bukan diterangi oleh api atau-pun listrik. K���a memberikan isyarat tentang hal ini dalam BabKelimaBelas dari Bhagavad-gītā.

Page 44: Di luar kelahiran dan kematian

44 Di Luar Kelahiran dan Kematian

na tad bhāsayate sūryo na śaśā�ko na pāvaka�yad gatvā na nivartante tad dhāma parama� mama

“Tempat tinggal-Ku tidak diterangi oleh matahari ataupun bulan,tidak juga oleh listrik/ api. Orang yang mencapai tempat itu tidakakan kembali lagi ke dunia fana ini.” (Bg. 15.6)

Dunia rohani dikatakan tidak berwujud karena dunia rohanitidak terlihat oleh indera-inderawi.

avyakto ’k�ara ity uktas tam āhu� paramā� gatimya� prāpya na nivartante tad dhāma parama� mama

“Tempat tinggal yang paling utama tersebut tidak tampak dantidak ada kekurangannya, dan tempat itu adalah tujuan yang pa-ling utama. Apabila orang telah pergi ke sana, dia tidak pernahkembali. Itulah tempat tinggal-Ku, tempat yang paling utama.”(Bg. 8.21)

Ayat tersebut mengindikasikan sebuah perjalanan akbar. Kitaharus sanggup menembus angkasa luar, menyebrangi alam se-mesta materi, menembus penutupnya dan memasuki angkasarohani. Paramā� gatim—perjalanan itu adalah perjalananyang paling utama. Ini bukan persoalan ribuan mil jauhnya un-tuk pergi dari planet ini ataupun untuk kembali dari sana. Kitaharus menembus seluruh alam semesta ini. Dan kita tidak akansanggup menembus seluruh alam semesta dengan mengguna-kan pesawat ruang angkasa, tetapi itu dapat dilakukan dengancara Kesadaran K���a. Orang yang menyatu dalam KesadaranK���a dan ingat pada K���a pada saat dia meninggal, ia akandipindahkan ke sana saat itu juga. Jika kita ingin pergi ke sanadan berada di angkasa rohani itu dan menjalani kehidupan yangkekal, berbahagia penuh pengetahuan, kita harus mulai seka-rang mengembangkan kesadaran kita agar kita memperolehbadan yang bersifat sac-cid-ānanda. Dikatakan bahwa badan

Page 45: Di luar kelahiran dan kematian

45Langit Di luar Jagad Raya

K���a bersifat sac-cid-ānanda—īśvara� parama� k��a� sac-cid-ānanda-vigraha�—dan kita pun memilki badan seperti itu,badan kekal, penuh kebahagiaan dan pengetahuan, tetapi itusangat kecil dan masih ditutupi oleh unsur-unsur materi yangdiumpamakan sebagai pakaian. Jika dengan suatu cara kita da-pat lepas dari belenggu pakaian palsu itu, kita dapat mencapaikerajaan rohani. Dan jika kita telah mencapai dunia rohani terse-but, maka kita tidak perlu kembali lagi ke dunia yang fana ini(ya� prāpya na nivartante).

Karena itu seyogyanya semua orang berusaha untuk pergi kedhāma paramam tersebut—tempat tinggal yang paling utamamilik K���a. K���a Sendiri datang memanggil kita, dan memberi-kan sastra-sastra suci kepada kita sebagai buku-buku petunjukdan mengirim utusan-utusan-Nya yang absah. Hendaknya kitamenggunakan fasilitas-fasilitas tersebut yang diberikan kepadaumat manusia. Bagi orang yang mencapai tempat tinggal yangpaling utama itu, pertapaan, kesederhanaan, bermeditasi dalamyoga, dan lain-lain tidak lagi diperlukan, sedangkan bagi orangyang tidak mencapai tempat tinggal tersebut, segala pertapaandan kesederhanaannya hanyalah memboroskan tenaga dan wa-ktu saja. Bentuk kehidupan sebagai manusia merupakan kesem-patan mendapatkan anugerah itu, dan kewajiban suatu negara,seorang ayah dan ibu, guru-guru serta para wali adalah mengang-kat kehidupan sebagai manusia sehingga dapat mencapai kesem-purnaan. Jika orang hanya makan, tidur, berketurunan danbertengkar seperti halnya kucing dan anjing, maka itu bukanlahperadaban. Sebaiknya kita memanfaatkan kehidupan manusia inisecara layak dan menggunakan pengetahuan kita untukmempersiapkan diri untuk Kesadaran K���a, sehingga kita dapattekun berpikir dalam K���a selama duapuluh empat jam seharidan pada saat meninggal dapat langsung berpindah ke angkasarohani tersebut.

puru�a� sa para� pārtha bhaktyā labhyas tv ananyayāyasyānta�sthāni bhūtāni yena sarvam ida� tatam

Page 46: Di luar kelahiran dan kematian

46 Di Luar Kelahiran dan Kematian

“Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa yang lebih Agung dari sega-lanya bisa dicapai melalui kebaktian yang murni. Walaupun Diaberada di tempat tinggal-Nya, namun Dia berada di mana-mana,dan segala sesuatu berada di dalam diri-Nya.” (Bg. 8.22)

Jika kita berminat mencapai tempat tinggal yang paling utamatersebut, maka cara yang dianjurkan di sini adalah cara bhakti.Bhaktyā berarti kebaktian, ketaatan kepada Tuhan Yang Maha-kuasa. Akar kata dari kata bhaktyā adalah bhaj, yang berarti“pengabdian”. Kata bhakti didefinisikan dalam Nārada-pañca-rātra adalah “bebas dari atribut-atribut”. Kalau orang bertabahhati untuk menjadi lepas dari segala atribut dan mengaitkan diripada roh yang bersifat suci, yaitu, lepas dari segala julukan yangtimbul karena hubungannya dengan badan dan selalu berubahapabila badan berubah, maka dia dapat mencapai bhakti. Bhaktiberarti menginsafi bahwa kita bukan alam materi, tetapi roh yangbersifat suci. Identitas kita yang sejati bukan sebagai badan ini.Badan jasmaniah ini hanyalah penutup dari roh, tetapi identitasyang sejati adalah sebagai dāsa, yaitu sebagai hamba K���a. Apa-bila orang mantap dalam identitasnya yang sejati dan berbakti ke-pada K���a, ia disebut bhakta. H�īke�a h�īkeśa-sevanam: apa-bila indera-indera kita bebas dari hal-hal duniawi, maka kita akanmenggunakan indera-indera untuk berbakti pada H�īkeśa.H�īkeśa adalah salah satu di antara nama-nama K���a yang ber-arti “Yang menguasai indera-indera”.

Rupa Gosvamī menyatakan bahwa kita harus berbakti kepadaK���a dengan baik. Biasanya kita ingin berbakti kepada Tuhandengan maksud duniawi atau untuk mencari laba. Tentu saja or-ang yang mendekati Tuhan walau untuk mencari keuntunganyang bersifat duniawi masih lebih baik daripada mereka yangtidak pernah mendekati Tuhan sama sekali, tetapi sebaiknya kitalepas dari keinginan untuk keuntungan yang bersifat duniawi.Hendaknya kita bertujuan untuk dapat mengerti tentang K���a.Memang K���a tidak terbatas dan tidak mungkin seseorang dapatmengerti Dia seutuhnya, namun kita harus menerima apa yangdapat kita pahami. Tujuan utama Bhagavad-gītā secara khususadalah untuk pengertian kita. Hendaknya kita tahu bahwa K���asenang kalau kita menerima pengetahuan dengan cara tersebut,

Page 47: Di luar kelahiran dan kematian

47Langit Di luar Jagad Raya

dan sebaiknya kita berbakti kepada-Nya dengan tekun, sesuaidengan petunjuk-petunjuk-Nya. Kesadaran K���a adalah ilmupengetahuan yang utama dengan kesusastraan yang sangat luas,dan hendaknya kita menggunakannya untuk mencapai bhakti.

Puru�a� sa para�: Tuhan Yang Mahakuasa berada di angkasarohani sebagai Kepribadian Yang Paling Utama. Di sana terdapatplanet-planet yang bercahaya sendiri dan tidak terhitung jumlah-nya. Di dalam setiap planet tersebut ada penjelmaan dari K���ayang tinggal di sana. Penjelmaan-penjelmaan tersebut berlenganempat dengan nama-nama yang tak terhitung jumlahnya. Danmereka semuanya adalah persun-persun—Mereka bukan non-personalitas. Puru�a-puru�a atau persun-persun tersebut dapatdidekati dengan cara bhakti: bukan dengan cara menantang,bukan dengan filosofi yang spekulatif, bukan dengan rekayasapikiran, ataupun latihan-latihan fisik. Puru�a-puru�a tersebut da-pat didekati dengan cara melakukan pelayanan bakti tanpamenyimpang ke arah kegiatan yang mengharapkan pamrih.

Apa dan bagaimanakah puru�a atau Kepribadian Yang PalingUtama itu? Yasyānta�-sthāni bhūtāni yena sarvam ida� tatam:Setiap kesatuan hidup dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya, namun Dia di luar dan berada di mana-mana. Bagaimanamungkin demikian? Dia seperti halnya matahari yang terletak disatu tempat, dan terdapat di mana-mana dengan cahaya sinarnya.Walaupun Tuhan berada di dhama-paramam-Nya, namunenergi-energinya-Nya tersebar di mana-mana. Seperti halnyamatahari tidak berbeda dengan sinarnya, begitu juga Dia tidakberbeda dengan energi-energi-Nya. Oleh karena K���a dan se-gala energi-Nya tidak berbeda, kita dapat melihat K���a di mana-mana kalau kita sudah maju dalam kebaktian.

premāñjana-cchurita-bhakti-vilocanenasanta� sadaiva hdaye�u vilokayanti

“Hamba menyembah Govinda, Kepribadian Tuhan Yang MahaEsa yang asli, yang selalu dilihat di dalam hati oleh para penyem-bah yang suci yang matanya sudah diolesi salep mata cinta-kasihTuhan.” (Brahma-sa�hitā 5.38)

Page 48: Di luar kelahiran dan kematian

48 Di Luar Kelahiran dan Kematian

Orang yang penuh cinta-kasih Tuhan dapat melihat Dia senan-tiasa di hadapannya. Bukan soal kita melihat Tuhan tadi malamdan sekarang tidak lagi. Tidak demikian. Bagi orang yang sadarakan K���a, K���a selalu ada dan dapat dirasakan setiap saat. Kitahanya harus merohanikan mata kita untuk melihat Dia.

Karena perikatan duniawi kita, sebagai penutup indera-indera,maka kita tidak dapat mengerti apa itu kerohanian. Tetapi kebo-dohan ini dapat dihilangkan dengan cara mengucapkan mantraHare K���a. Bagaimana mungkin demikian? Orang yang sedangtidur dapat dibangunkan dengan getaran suara. Meskipun sese-orang dalam keadaan terlelap sehingga benar-benar tidak sa-dar—tidak melihat, tidak merasakan sentuhan, tidak merasakanbau-bauan, dan lain-lain—namun betapa kuatnya indera pende-ngar itu sehingga orang yang sedang tidur nyenyak pun dapatdibangunkan dengan getaran suara saja. Begitu juga, walaupunsang roh sekarang sedang tertidur dalam hubungan materiil, diadapat dibangunkan dengan getaran suara rohani yaitu mantra,Hare K���a, Hare K���a, K���a K���a, Hare Hare/ Hare Rāma,Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare. Hare K���a adalah pujiankepada Tuhan Yang Maha Esa dan energi-energi-Nya. Hare ber-arti energi, dan K��a adalah salah satu nama Tuhan Yang MahaEsa, demikian bila mengucapkan mantra Hare K���a, kita me-ngatakan, “Oh kekuatan Tuhan, oh Tuhan, mohon terimalahhamba”. Kita tidak memiliki doa lagi, selain doa ini untuk dapatditerima oleh Tuhan. Bukan soal berdoa untuk memohonkanagar dapat makanan, sebab makanan sudah tersedia. Hare K���aadalah pujian kepada Tuhan Yang Mahaa Esa agar Dia menerimakita. Śrī Caitanya Mahāprabhu Sendiri berdoa sebagai berikut:

ayi nanda-tanuja ki�kara� patita� mā� vi�ame bhavāmbudhaukpayā tava pāda-pa�kaja- sthita-dhūlī-sadśa� vicintaya

“Wahai putera Maharaja Nanda, hamba adalah abdi-Mu untuk se-lamanya. Walau sungguh demikian hamba telah jatuh dalamlautan kelahiran dan kematian. Karena itu, mohon agar Engkau

Page 49: Di luar kelahiran dan kematian

49Langit Di luar Jagad Raya

mengangkat hamba dari lautan kematian itu dan menempatkandiri hamba sebagai salah satu di antara atom-atom pada kakipadma-Mu.” (Śik�ā�aka 5)

Satu-satunya harapan bagi orang yang jatuh ke dalam lautanluas adalah, datang penyelamat dan mengangkatnya dari lautanitu. Jika datang penolong lalu mengangkatnya satu meter saja diatas permukaan laut, dia segera terselamatkan. Begitu juga jikakita diangkat dari lautan kelahiran dan kematian dengan caraKesadaran K���a, maka kita segara terselamatkan.

Walaupun kita tidak dapat merasakan sifat rohani Tuhan YangMaha Esa, ataupun nama suci-Nya, kemasyhuran-Nya, dan ke-giatan-Nya, namun jika kita memantapkan diri kita dalam Kesa-daran K���a, berangsur-angsur Dia akan memperlihatkan Diri-Nya kepada kita. Kita tidak dapat melihat Tuhan dengan usahasendiri. Tetapi jika kita memenuhi syarat, Tuhan akan memperli-hatkan Diri dan kita segera dapat melihat-Dia. Tak seorang punyang mampu menuntut agar Tuhan Sendiri datang, berdiri sambilmenari di hadapannya, melainkan kita harus berusaha sedemi-kian rupa sehingga K���a sudi menampakkan Diri kepada kita.

K���a memberikan keterangan tentang Diri-Nya kepada kitadalam Bhagavad-gītā, dan pengetahuan itu tidak diragukan lagi,kita hanya harus merasakan dan mengerti pengetahuan itu. Tidakdiperlukan kualifikasi dan persiapan awal untuk mengertiBhagavad-gītā, sebab Bhagavad-gītā adalah sabda dari tingkat-an yang mutlak. Cara yang sederhana, yaitu, cara mengucapkannama-nama K���a, akan memperlihatkan kepada kita siapa dirikita, siapa Tuhan, apa artinya alam semesta ini dan alam semestarohani, mengapa kita terikat, dan bagaimana cara melepaskandiri dari ikatan itu—dan lainnya, tahap demi tahap. Sebenarnyacara kepercayaan dan wahyu bukan hal yang asing bagi kita. Se-tiap hari kita telah memperpercayai sesuatu yang kita harapkanakan diperlihatkan nantinya kepada kita. Barangkali kita mem-beli tiket untuk pergi ke India, dan kita menaruh kepercayaanpada tiket itu yang akan membawa kita ke sana. Mengapa kitapercaya menyerahkan uang untuk tiket itu? Kita tidak membe-rikan uang itu kepada sembarang orang. Agen resmi penjual tiketdan maskapai penerbangan itu sah adanya, karena itu timbullah

Page 50: Di luar kelahiran dan kematian

50 Di Luar Kelahiran dan Kematian

kepercayaan. Tanpa rasa percaya, kita tidak bisa maju selangkahpun dalam kehidupan kita sehari-hari. Kepercayaan harus kitamiliki, tetapi kepercayaan itu harus terhadap sesuatu yang dibe-narkan. Kita bukan percaya terhadap sesuatu secara buta, tetapikita mengakui sesuatu yang dibenarkan. Bhagavad-gītā diakuidan diterima sebagai Kitab Suci oleh semua golongan di India,dan di luar India, banyak sarjana, para akhli teologi, dan akhlifilsafat yang telah mengakui Bhagavad-gītā sebagai sumber ke-benaran dan sebuah maha karya agung. Dan tidak diragukan lagibahwa Bhagavad-gītā adalah sebagai sumber yang hak. BahkanProfesor Albert Einstein, seorang ilmuwan yang termasyhur, jugamembaca Bhagavad-gīta secara teratur.

Dari Bhagavad-gītā kita harus menerima bahwa ada alam se-mesta rohani; yaitu, kerajaan Tuhan. Andaikata kita dibawa kesuatu negeri dengan suatu cara dan diberitahukan bahwa di sanakita tidak harus mengalami kelahiran, usia tua, penyakit, dan ke-matian lagi, akankah kita tidak merasa bahagia? Andaikata kitamendengar tentang suatu tempat seperti itu, tentu saja kita beru-saha sekuat tenaga untuk pergi ke sana. Tak seorang pun yangingin tua; tak ada orang yang mau meninggal. Memang, sebuahtempat yang bebas dari penderitaan tersebut adalah tempat yangkita inginkankan yang merupakan keinginan kita yang hakiki.Mengapa kita mendambakan tempat-tempat seperti itu? Sebabkita memiliki kebenaran, hak kebebasan kita menghendaki halitu. Kita ini bersifat kekal, bahagia, dan penuh pengetahuan,tetapi lantaran tertutupi oleh belenggu materiil, kita telah melu-pakan identitas sejati kita. Demikian Bhagavad-gītā memberikanmanfaat kepada kita sehingga kita dapat menghidupkan kembalistatus kita yang asli.

Menurut para pengikut Śa�kara serta lainnya, dunia di luar du-nia ini adalah hampa, tetapi Bhagavad-gītā tidak mengecewakankita seperti itu. Filsafat kehampaan hanya menyebabkan orang-orang tidak yakin terhadap Tuhan. Kita makhluk-makhluk yangbersifat rohani, transendental, dan kita ingin menikmati keba-hagiaan, tetapi ketika kita berupa kehampaan/ non-personalitas,maka kita cenderung menikmati kehidupan materiil lagi. Sepertiitu, seseorang yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan, atau

Page 51: Di luar kelahiran dan kematian

51Langit Di luar Jagad Raya

menolak personalitas Tuhan, membahas filsafat impersonalissambil berusaha untuk menikmati kehidupan materiil sepuas-puasnya. Orang mungkin senang menikmati pemikiran sepertiitu, namun tidak ada sedikit pun manfaat rohaninya.

brahma-bhūta� prasannātmā na śocati na kā�k�atisama� sarve�u bhūte�u mad-bhakti� labhate parām

“Orang yang berada dalam kebahagiaan rohani seperti itu segeramenginsafi Brahman Yang Paling Utama. Dia tidak pernah me-ratap ataupun ingin memiliki sesuatu apa pun; bersikap sama ter-hadap semua makhluk hidup. Dalam keadaan yang demikian diamencapai tingkatan kebaktian yang paling murni kepada-Ku.”(Bg. 18.54)

Dia yang sudah maju dalam kehidupan pelayanan bakti danmerasa bahagia dalam kebaktian kepada K���a, akan otomatisbebas dari ikatan kenikmatan duniawi. Yang menandakan orangtekun dalam bhakti adalah bahwa, ia merasa puas sepenuhnyabersama K���a.

Page 52: Di luar kelahiran dan kematian
Page 53: Di luar kelahiran dan kematian

5Berhubungan Dengan K���a

Jika seseorang memperoleh sesuatu yang lebih baik, tentu tidaksulit baginya melepaskan yang kurang baik. Kita menginginkankenikmatan, namun filsafat yang menolak bentuk pribadi Tuhan(non-personalis) dan filsafat kehampaan telah menciptakan ke-adaan yang mengakibatkan kita kecanduan akan kepuasan nafsuduniawi. Tentu ada kenikmatan apabila berhubungan denganKepribadian Yang Paling Utama (Puru�a� sa para�), kita bisabertatap muka dengan Dia. Di sana, di angkasa rohani kita dapatberbicara dengan Tuhan, bermain bersama Dia, makan bersama-Dia, dan sebagainya. Semua hal tersebut dapat dicapai denganbhaktyā—kebaktian rohani yang bersifat cinta kasih. Akan tetapipelayanan bakti itu haruslah murni, seperti sering dikatakan, kitamencintai Tuhan harus tanpa pamrih atau tanpa mengharapkanimbalan yang bersifat duniawi. Mencintai Tuhan dengan maksuduntuk menyatu dengan-Nya juga merupakan cinta yang belummurni.

Salah satu perbedaan pokok antara angkasa rohani dan ang-kasa dunia materi adalah penguasa atau pemimpin planet-planetdi angkasa rohani tidak memiliki pesaing. Dalam segala keadaan,kepribadian yang berkuasa di setiap planet rohani itu adalah pen-jelmaan yang berkuasa penuh dari Śrī K���a. Tuhan Yang Maha-kuasa serta manifestasi-manifestasi-Nya yang multivariatif me-mimpin seluruh planet-planet Vaiku�tha. Di bumi ini, terdapatpersaingan untuk dapat menduduki jabatan presiden atau jaba-tan perdana menteri, sedangkan di angkasa rohani seluruh peng-huninya mengakui Tuhan sebagai penguasa Tertinggi. Dengan

53

Page 54: Di luar kelahiran dan kematian

54 Di Luar Kelahiran dan Kematian

demikian siapa pun yang berusaha bersaing dengan Dia dantidak mengakuinya maka ia akan segera ditempatkan di alam se-mesta materi, sama halnya dengan penjara. Di setiap kota adapenjara, dan penjara itu tak berarti jika dibandingkan dengan se-luruh kota, begitupun alam semesta materi merupakan penjarabagi roh-roh yang terikat. Suatu bagian yang kurang berarti jikadibandingkan dengan dunia rohani, namun ia ditempatkan tidakdi luar angkasa rohani, seperti halnya penjara yang tidak terletakdi luar kota.

Para penghuni planet-planet Vaiku�tha di angkasa rohani se-muanya merupakan roh-roh yang telah bebas. Dalam Śrīmad-Bhāgavatam dijelaskan bahwa ciri-ciri raga mereka sama sepertiTuhan. Di sejumlah planet rohani, Tuhan berwujud berlengandua, dan di sejumlah lainnya berlengan empat. Para penghuni-nya sama seperti Tuhan yaitu berlengan dua dan berlengan em-pat, dan dikatakan bahwa, seseorang tidak dapat membedakanantara mereka dengan Kepribadian Yang Paling Utama. Di duniarohani ada lima macam pembebasan (mok�a atau mukti).

Sāyujya-mukti adalah bentuk pembebasan dimana seseorangdapat menyatu dengan Brahman, yaitu aspek Tuhan yang tidakberbentuk pribadi/ non personalitas.

Pembebasan bentuk lain adalah sārūpya-mukti, dimana sese-orang dapat menerima bentuk rupa persis dengan bentuk Tuhan.

Dan Sālokya-mukti, artinya seseorang dapat tinggal di planetyang sama dengan Tuhan.

Dengan sār�i-mukti seseorang dapat memiliki kemewahanyang sama dengan yang dimiliki Tuhan.

Sāmīpya-mukti memungkinkan seseorang dapat tinggal ber-sama Tuhan menjadi sahabat-Nya untuk selamanya, seperti hal-nya Arjuna, yang selalu bersama K���a dan menjadi sahabat-Nya.Seseorang dapat mencapai salah satu dari kelima pembebasantersebut, tetapi di antara kelimanya, sāyujya-mukti, atau menyatudengan aspek kekosongan, adalah pembebasan yang takdikehendaki dan atau bukan yang diterima oleh para Vai��ava.Seorang Vai��ava ingin memuja Tuhan sebagaimana Dia adanyadan ia tetap memiliki individualitas tersendiri untuk bisa berbaktikepada-Nya, sedangkan para pengikut filsafat Māyāvādī yang

Page 55: Di luar kelahiran dan kematian

55Berhubungan Dengan K���a

non-personalis, menghilangkan individualitasnya yang tersendiridan berusaha menyatu dengan eksistensi Tuhan. Śrī K���a didalam Bhagavad-gītā, disertai para pakar filsafat Vai��ava darigaris perguruan spiritual-nya tidak merekomendasikan seseorangagar menyatu dengan Tuhan seperti itu. Śrī Caitanya Mahāprabhumenuliskan tentang hal ini dalam hasil karya-Nya yang berjudulŚik�ā�aka:

na dhana� na jana� na sundarī� kavitā� vā jagad-īśa kāmayemama janmani janmanīśvare bhavatād bhaktir ahaitukī tvayi

“Ya Tuhan Yang Mahakuasa! Hamba tidak ingin mengumpulkankekayaan, tiada keinginan hamba menikmati wanita-wanita can-tik, dan tidak juga menginginkan sejumlah pengikut. Apa yangHamba inginkan hanyalah kesempatan untuk melakukan pe-layanan bakti yang tanpa pamrih kepada Engkau dalam kehi-dupan hamba, kelahiran demi kelahiran.” (Śik�ā�aka 4)

Dalam śloka ini Śrī Caitanya Mahāprabhu berkata berkenaandengan “kelahiran demi kelahiran”. Apabila orang terlahir ber-ulang kali, maka pembebasan (mok�a) belum dicapainya. Pem-bebasan berarti, seseorang mencapai planet-planet rohani ataudia menyatu dalam eksistensi Tuhan Yang Mahakuasa—dalamkedua keadaan tersebut, tidak ada lagi persoalan dilahirkan kem-bali di dunia materi ini. Tetapi Śrī Caitanya Mahāprabhu tidakpeduli apakah Dia mencapai pembebasan atau tidak: Dia hanyaingin agar tekun dalam Kesadaran K���a, berbakti kepada TuhanYang Maha Esa. Seorang penyembah tidak peduli di mana diaberada, apakah dia dilahirkan dalam masyarakat binatang, manu-sia ataupun dewa, atau apa pun juga—dia hanya berdoa kepadaTuhan agar dia tidak lupa kepada-Nya dan selalu dapat melaku-kan kebaktian rohani kepada Tuhan. Inilah tanda-tanda darikebaktian yang murni. Di mana pun seorang penyembah tinggal,tentu saja dia tetap berada dalam kerajaan rohani, meskipun se-lama masih di dalam raganya. Dia tidak menuntut sesuatu pundari Tuhan bagi kenaikan tingkat dan kenyamanan dirinya.

Page 56: Di luar kelahiran dan kematian

56 Di Luar Kelahiran dan Kematian

Śrī K���a menyatakan di sini bahwa, walau Dirinya mudah di-capai bagi mereka yang berbakti kepada-Nya, namun untuk parayogī yang melaksanakan cara-cara yoga yang lain, terkandungresiko bersamanya. K���a sudah memberikan petunjuk kepadamereka dalam Bhagavad-gītā tentang saat yang baik untukmeninggalkan badan kasar.

yatra kale tv anavttim avtti� caiva yogina�prayata yanti ta� kala� vak�yami bharatar�abha

“Wahai putera yang paling baik dari keluarga Bharata, sekarangini Aku akan menjelaskan kepadamu pilihan waktu yang berbedauntuk meninggal dunia, sebagai penentu apakah dia kembali,atau tidak kembali ke dunia ini.” (Bg. 8.23)

Di sini K���a menunjukkan bahwa bila seseorang dapat me-ninggalkan badannya pada waktu pilihan, dia bisa menjadi be-bas, tidak pernah kembali lagi ke dunia materi ini. Pada pilihanlainnya, di tunjukkan bahwa jika seseorang meninggal pada saatlain lagi, dia harus kembali lagi. Kemungkinan selalu terjadi, na-mun bagi seorang penyembah yang senantiasa berada dalamKesadaran K���a, persoalan kemungkinan tidak berlaku lagi,karena dia dijamin bisa masuk ke tempat tinggal K���a melaluipengabdiannya kepada Tuhan.

agnir jyotir aha� śukla� �a�-māsā uttarāya�amtatra prayātā gacchanti brahma brahma-vido janā�

“Bagi siapa yang mengenal Brahman Yang Paling Utama akandapat mencapai Yang Mahakuasa dan meninggalkan dunia se-lama pengaruh dari Agni [Dewa Api], pada waktu terang, padasaat yang suci, selama dua minggu menjelang purnama dan se-lama enam bulan pada saat matahari berjalan di sebelah utarakhatlistiwa.” (Bg. 8.24)

Page 57: Di luar kelahiran dan kematian

57Berhubungan Dengan K���a

Matahari berada di sebelah utara khatulistiwa selama enambulan, kemudian ia berada di sebelah selatan khatulistiwa se-lama enam bulan juga. Dalam Śrīmad-Bhāgavatam kita memi-liki keterangan bahwa, seperti halnya planet-planet bergerak,demikian juga matahari bergerak. Apabila seseorang meninggaldunia pada saat matahari berjalan di sebelah utara, dia menca-pai pembebasan.

dhūmo rātris tathā k��a� �a�-māsā dak�i�āyanamtatra cāndramasa� jyotir yogī prāpya nivartate

śukla-k��e gatī hy ete jagata� śāśvate mateekayā yāty anāvttim anyayāvartate puna�

“Seorang rohaniawan yang meninggal dunia pada malam yangberkabut, selama dua minggu menjelang bulan mati, atau selamaenam bulan saat matahari berjalan di sebelah selatan, atau yangmencapai bulan, dia akan kembali lagi. Menurut Veda ada duacara meninggal dunia—yang satu dalam keadaan terang, danyang lain dalam keadaan gelap. Jika seseorang meninggal dalamkeadaan terang, dia tidak kembali lagi, namun jika dalam ke-adaan gelap, dia akan kembali lagi.” (Bg. 8.25-26)

Hal ini semua mungkin terjadi. Kita tidak tahu kapan kita akanmeninggal, dan pada setiap saat ada kemungkinan kita mening-gal secara tiba-tiba. Tetapi bagi seorang Bhakti-yogī yang mantapdalam Kesadaran K���a, tidak ada persoalan kemungkinan. Diaselalu yakin dengan mantap.

naite stī pārtha jānan yogī muhyati kaścanatasmāt sarve�u kāle�u yoga-yukto bhavārjuna

Page 58: Di luar kelahiran dan kematian

58 Di Luar Kelahiran dan Kematian

“Wahai Arjuna, para penyembah yang mengetahui dua jalan ter-sebut tidak akan pernah menjadi bingung. Karena itu, sebaiknyaengkau selalu mantap dalam kebaktian.” (Bg. 8.27)

Telah dinyatakan bahwa, jikalau seseorang dapat mengingatK���a pada waktu meninggal, dia dipindahkan ke tempat tinggalK���a dengan segera.

anta-kāle ca mām eva smaran muktvā kalevaramya� prayāti sa mad-bhāva� yāti nāsty atra sa�śaya�

abhyāsa-yoga-yuktena cetasā nānya-gāmināparama� puru�a� divya� yāti pārthānucintayan

“Dan siapa pun, pada saat meninggal, hanya ingat kepada-Ku,maka ia langsung mencapai tempat-Ku. Tiada keraguan tentanghal ini. Dia yang merenungkan Kepribadian Penguasa Tertinggi,pikirannya selalu sibuk ingat kepada-Ku, tanpa pernah menyim-pang dari jalan itu, maka ia pasti akan sampai kepada-Ku, wahaiPartha [Arjuna].” (Bg. 8.5, 8.8.)

Barangkali meditasi pada K���a seperti yang tersebut di atasnampaknya sulit, tetapi itu tidak sulit. Kalau seseorang menjalan-kan Kesadaran K���a dengan cara mengucapkan mahā-mantra,Hare K���a, Hare K���a, K���a K���a, Hare Hare/ Hare Rāma,Hare Rāma, Rāma Rāma, Hare Hare, maka dia tertolong dengancepat. Tidak ada perbedaan antara K���a dan tempat tinggal-Nyayang rohani. Kita dapat menjalin hubungan dengan K���a mela-lui getaran suara. Misalnya kalau kita mengucapkan mantra HareK���a di jalan, kita akan tahu bahwa K���a bersama kita, sepertihalnya kita memandang ke atas dan melihat bulan, kita merasabahwa bulan menyertai kita. Jika tampaknya energi K���a yanglebih rendah pun dapat menyertai kita, apakah tidak mungkinbagi K���a Sendiri untuk bersama kita bila kita mengucapkannama-nama-Nya? Dia akan menemani kita, tetapi kita harus me-

Page 59: Di luar kelahiran dan kematian

59Berhubungan Dengan K���a

menuhi syarat untuk bertemu dengan-Nya. Akan tetapi jika kitaselalu tekun berpikir tentang K���a, kita bisa yakin, K���a selalubersama kita. Śrī Caitanya Mahaprabhu berdoa sebagai berikut:

nāmnā� akāri bahudhā nija-sarva-śaktis tatrārpitā niyamita� smara�e na kāla�etādśī tava kpā bhagavan mamāpi durdaivam īdśam ihājani nānurāga�

“Ya Tuhan, hanya nama-nama suci-Mu yang dapat memberikansegala karunia kepada para makhluk hidup. Karena itu Engkaumempunyai berjuta-juta nama suci, seperti K���a dan Govinda.Engkau telah memasukkan segala kekuatan rohani-Mu ke dalamnama-nama suci itu, dan tanpa aturan yang terlalu sulit dan tanpaikatan waktu (kapan pun) untuk mengucapkan nama-nama sucitersebut. Ya Tuhan! Engkau sangat bermurah hati sehingga sa-ngat mudah bagi siapa pun mendekati-Mu dengan cara meng-ucapkan nama-nama suci-Mu itu, namun hamba begitu malang,sehingga hamba tetap tidak tertarik untuk mengucapkannya.”(Śīk�ā�aka 2)

Hanya dengan menyanyikan nama-nama suci K���a kita men-dapat segala karunia dari hubungan pribadi kita dengan-Nya. ŚrīCaitanya Mahaprabhu, Kepribadian yang tidak hanya insaf-dirisebagai roh, tetapi yang merupakan penjelmaan K���a Sendiri,yang menyatakan bahwa, pada zaman kali-yuga ini, walaupunmanusia tidak mempunyai fasilitas sempurna untuk keinsafan-diri, namun K���a sangat bermurah hati sehingga Dia memberi-kan śabda ini (penjelmaan suara) untuk digunakan sebagai yuga-dharma atau cara keinsafan-diri pada zaman ini. Tidak ada syaratkhusus dalam melaksanakan cara tersebut; kita juga tidak harusmenguasai Bahasa Sansekerta. Alangkah hebatnya getaran suararohani Hare K���a sehingga siapa pun akan dapat mengucapkanmantra itu tanpa harus menguasai Bahasa Sansekerta samasekali.

vede�u yajñe�u tapa�su caiva dāne�u yat pu�ya-phala� pradi�am

Page 60: Di luar kelahiran dan kematian

60 Di Luar Kelahiran dan Kematian

atyeti tat sarvam ida� viditvā yogī para� sthānam upaiti cādyam

“Seseorang yang menempuh jalan melalui cara melakukan pela-yanan bakti, hasilnya tidak kurang dari hasil-hasil yang diperolehdengan belajar Veda, melakukan yajña (korban suci), denganpertapaan, memberikan dana punia (berderma) ataupun mela-kukan kegiatan di bidang filsafat atau kegiatan untuk mendapat-kan pahala. Akhirnya dia mencapai tempat tinggal yang palingutama.” (Bg. 8.28)

Dalam śloka ini K���a menyatakan bahwa maksud dari semuaajaran Veda adalah untuk mencapai tujuan kehidupan yang ter-tinggi—kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Memang inilahtujuan dari segala kitab suci dari semua negeri. Amanat ini jugadiajarkan oleh semua ācārya atau yang melakukan penyebaranagama. Misalnya di negara-negara Barat, Yesus Kristus mengajar-kan amanat yang sama. Demikian juga halnya Sang Budha danNabi Muhammad. Tidak ada yang menganjurkan agar kita ter-ikatdi dunia fana ini untuk selamanya. Mungkin ada perbedaan kecilyang telah disesuaikan dengan tempat, masa, dan keadaan (deśa,kāla, pātra) dan menurut aturan Kitab Suci, tetapi prinsiputamanya, yang telah diakui oleh para rohaniawan terkemukabahwa; tidak dimaksudkan agar kita menetap di dunia materi inimelainkan agar tinggal di dunia rohani. Segala petunjuk untukmemuaskan hasrat jiwa yang paling dalam adalah untuk menujuke tempat-tempat K���a di luar kelahiran dan kematian.

Page 61: Di luar kelahiran dan kematian

61Kita Bukan Badan Ini

Riwayat Penulis

Śrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupāda lahir pada ta-hun 1896 di Calcutta, India. Pada tahun 1922 beliau bertemu ŚrilaBhaktisiddhānta Sarasvatī Gosvām, guru spiritualnya, pendiriGau�īya Ma ha, suatu institut untuk mempelajari Veda dengan 64cabang di seluruh India. Pada waktu itu, Śrīla Bhaktisiddhāntameminta agar Śrīla Prabhupāda mengajarkan pengetahuan Vedadalam Bahasa Inggris. Pada tahun 1933, Śrīla Prabhupāda dite-rima sebagai murid oleh Śrīla Bhaktisiddhānta.

Selama tahun-tahun berikutnya, Śrila Prabhupāda menyusunulasan Bhagavad-gītā dan membantu Gau�īya Ma ha dalamusahanya. Pada tahun 1944, beliau sendirian mulai menerbitkanmajalah setiap dua minggu dalam Bahasa Inggris yang berjudul“Back to Godhead.” Sekarang penerbitan majalah itu tetap dilan-jutkan oleh murid-murid Śrīla Prabhupāda di seluruh dunia.Perkumpulan Gau�īya Vai��ava mengakui pengetahuan filsafatdan kesucian Śrīla Prabhupāda, dan pada tahun 1947, merekamenghormatinya dengan memberikan gelar “Bhaktivedānta“ ke-padanya. Dalam usia 54 tahun, Śrīla Prabhupāda mengundurkandiri dari lingkungan keluarga dan tinggal di kota suci V�ndāvanasebagai seorang vanaprastha agar menambah waktu beliaudalam mendalami sastra Veda dan menuliskannya. Beliau tinggaldi sana dalam kehidupan yang sangat bersahaja—di kuil Rādhā-Dāmodara, dan pada tahun 1959, beliau menjadi sānnyāsi. Dikuil Rādhā-Dāmodara, Śrīla Prabhupāda mulai menyusun hasilkaryanya yang paling penting; yaitu terjemahan dan ulasan KitabSuci Śrīmad-Bhāgavtam yang diterbitkan dalam beberapa jilid.

Setelah Śrīmad-Bhāgavtam terbit tiga jilid, Śrila Prabhupādaberangkat ke Amerika Serikat dengan menumpang kapal laut ditahun 1965, guna mengemban tugas yang diberikan oleh gurukerohaniannya. Waktu Śrīla Prabhupāda tiba di kota New York,AS., beliau praktis tanpa uang. Kesulitan-kesulitan berat padatahun pertama di sana, dapat beliau lewati dan berhasil mendiri-

Page 62: Di luar kelahiran dan kematian

62 Di Luar Kelahiran dan Kematian

kan “International Society for K���a Consciousness” pada bulanJuli, 966. Walau berusia lanjut, Śrīla Prabhupāda berkeliling duniasecara non-stop dalam rangka mengajarkan dan membimbingperkumpulannya sehingga terus berkembang menjadi ratusanasrama, sekolah-sekolah, tempat-tempat sembahyang dan arealpertanian.

Akan tetapi, hasil karya Śrīla Prabhupāda yang terpenting ada-lah buku-bukunya, yang sangat dihargai oleh para sarjana karenakejelasan artinya, otentik dan dalam sekali. “The BhaktivedantaBook Trust”, didirikan pada tahun 1972 khusus untuk menerbit-kan hasilkarya beliau, kini telah menjadi penerbit yang terbesardi dunia dalam bidang filsafat Veda. “Bhaktivedanta Book Trust”telah menerbitkan lebih dari 100.000.000 buku hasil karya ŚrīlaPrabhupāda dalam 80 bahasa antara lain; Bahasa Inggris, BahasaJerman, Bahasa Prancis, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia, BahasaJepang, dan Bahasa Arab, dan banyak lagi yang lainnya.

Beliau wafat di V�ndāvana, India, pada tanggal 14 November1977, setelah memberi tugas kepada murid-muridnya untuk me-lanjutkan usaha-usaha yang dirintis oleh beliau. Untuk menerus-kan garis parampāra, garis perguruan yang turun temurun dariguru ke murid, beliau melantik murid-muridnya yang terkemukauntuk menjadi guru-guru kerohanian untuk menerima murid-murid baru.

Page 63: Di luar kelahiran dan kematian

63Kita Bukan Badan Ini

BHAGAVAD-GœT“MENURUT ASLINYAEdisi Lengkap hasil karyaŚrī Śrīmad A.C. Bhaktivedanta Swami PrabhupādaPendiri-Acarya International Society for K���a Consciousness

700 ayat sabda Śrī K���a kepada Arjunaini, termasyhur di seluruh dunia sebagaimutiara pengetahuan rohani,memberikan bimbingan definitif padailmu pengetahuan keinsyafan-diri. Iamengungkapkan; sifat dasar kesadaran,sang diri (roh), alam semesta, dan YangMaha Agung dengan begitu jelas.Dihargai dan mengilhami mereka yanginsyaf-diri maupun yang tekun dalampencarian spiritual, sejak dahulu kalaseperti Mahatma Gandhi, Einstein,Thoreau, dan Emerson dll. Edisi yangpaling laris di seluruh dunia (terjual 20

juta exs.) yang diterjemahkan 80 bahasa.Disajikan dengan lengkap;

• 915 halaman isi, 30 halaman kata pengantar, 16 gambarfull colour.

• Ayat-ayat asli Sansekerta, huruf Devanagari dan Latin.• Terjemahan harfiah dan terjemahan lengkap.• Penjelasan lengkap seluruh ayat.• Lampiran kepustakaan, pedoman membaca Bahasa

Sansekerta, daftar istilah Sansekerta, daftar ayat danindeks.

• Jahit benang, full colour, dove laminating hard cover.

Page 64: Di luar kelahiran dan kematian