development potency of goat farming in ungaran sub...
TRANSCRIPT
POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI KECAMATAN UNGARAN
KABUPATEN SEMARANG
( Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub District Semarang Regency)
Marzuki S, Siswanto IS, Migie Handayani dan Pujiono Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRAK
Penelitian potensi pengembangan usaha ternak kambing telah dilakukan pada bulan April – Mei 2010 di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Pengambilan data dilakukan di Desa Kalirejo, Desa Susukan, Desa Kalongan, Desa Leyangan, Desa Sidomulyo dan Desa Dampu, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Jumlah respoden sebanyak 60 peternak yang dipilih secara quota sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa daya dukung lahan dan ketersediaan pakan hijauan di Kecamatan Ungaran sangat baik untuk usaha pengembangan ternak kambing. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan strartegi pengembangan peternakan kambing dapat dilakukan dengan meningkatkan pelatihan beternak kambing, teknologi pakan, inseminasi buatan, pengembangan usaha dengan pola kemitraan, kelompok tani ternak kambing dan memperhatikan kesehatan ternak (penyediaan obat-obatan ternak) serta meminimalkan biaya produksi. Hasil perhitungan pendapatan, menghasilkan profitabilitas lebih tinggi dari bunga kredit Bank.
Kata kunci : daya dukung lahan, pengembangan kambing, profitabilitas.
DEVELOPMENT POTENCY OF GOAT FARMING IN UNGARAN SUB DISTRICT SEMARANG
REGENCY
Marzuki S, Siswanto IS, Migie Handayani and Pujiono
Fakulty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang
ABSTRACT
The research of development potency of goat farm have been done on April – May 2010 in Ungaran, Semarang Regency. Sample was taken in Kalirejo, Susukan, Kalongan, Leyangan, Sidomulyo, and Dampu village, Ungaran Districts, Semarang Regency. 60 farmers have been choosen as respondents by quota sampling. The result showed that carrying capacity land and availability of forage in Ungaran were excellent for goat farm development efforts. Base of SWOT analysis obtained that development effort strategy can be done with increasing : farmers training, feed technology, artificial insemination, business development with a partnership, goat farmer groups and pay attention to the health of livestock (livestock medicines) and minimize production costs. The result of income calculation could generate profitability higher than bank credit rate.
Keywords : carrying capacity land, development of goat farming, profitability
PENDAHULUAN
Peternakan merupakan tempat dimana ternak dapat tumbuh dan berkembang, mulai dari
pembibitan, pemeliharaan, penggemukan, sampai pengolahan hasil ternak. Peternakan kambing
akhir-akhir ini semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat di
daerah yang melakukan usaha peternakan kambing. Usaha ternak kambing merupakan salah satu
kegiatan di bidang peternakan yang dianggap masyarakat menguntungkan dan dapat menyerap
tenaga kerja di pedesaan. Dilihat dari teknik budidaya, kambing merupakan ternak yang mudah
dipelihara, karena ternak kambing lebih suka terhadap semua jenis tanaman pakan dan dapat
berkembang biak dengan cepat. Dari segi ekonomi, usaha ternak kambing tidak membutuhkan
modal besar dan perputaran modal dapat lebih cepat dibandingkan dengan usaha ternak sapi.
Pemasaran ternak kambing dapat dilakukan dengan mudah, karena dapat dijual melalui pasar
lokal. Disamping penghasil daging yang baik, ternak kambing juga dapat sebagai kulit yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam industri kulit dan kerajinan yang mempunyai nilai ekonomi
tinggi (Cahyono, 1998). Dalam usaha ternak kambing di pedesaan, bibit ternak dapat diperoleh
dari daerah sekitar atau dari pasar lokal, seperti yang dikatakan oleh Setiawan dan Tanius (2005),
bahwa bibit ternak dapat dilakukan seleksi di daerah dengan pengamatan langsung ciri-ciri dan
sifat keunggulan dari ternak yang diseleksi. Bibit yang baik akan menghasilkan keturunan yang
baik dan sekaligus akan menghasilkan produksi seperti yang diinginkan (Mulyono dan Sarwono,
2004).
Kambing sebagai ternak ruminansia pakan utamanya adalah hijauan dan konsentrat
sebagai pakan tambahan (Mulyono dan Sarwono, 2004). Hijauan pakan, berupa rumput lapangan,
rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja), hijauan sisa hasil pertanian, daun
lamtoro, daun turi, daun nangka, daun gamal, daun ubi jalar, daun singkong dll merupakan sumber
pakan kambing yang sangat baik, banyak tumbuh di pedesaan. Pakan tambahan berupa ampas
tahu, dedak/katul, bungkil juga banyak terdapat dipedesaan. Ternak kambing dewasa dengan
bobot badan 25 – 40 kg membutuhkan pakan hijauan sebanyak 2,5 – 4,0 kg dan pakan tambahan.
Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari panas matahari, hujan dan kemungkinan
serangan hewan buas. Kandang juga berguna untuk memudahkan penanganan ternak dalam hal
pemberian pakan dan minum, pengumpulan/membersihkan kotoran, dan penanganan pada waktu
pemberian obat atau vaksin ternak (Tomaszewska et al., 1993). Kambing dewasa membutuhkan
kandang ukuran 1 – 1,5 m2. Sedangkan kambing induk dengan 1 – 2 anak membutuhkan
kandang 3 -3,5 m2. Kandang sebaiknya dibuat panggung, sehingga kotoran dapat langsung jatuh
ke bawah (Setiawan dan Tanius, 2005).
Pengembangan wilayah khususnya pedesaan adalah proses perubahan yang terencana
untuk mencapai taraf hidup masyarakat yang lebih baik secara ekonomi dan sosial budaya.
Pengembangan pedesaan utamanya berorientasi pada petani kecil melalui pendekatan pertanian
dalam arti luas, termasuk di dalamnya peternakan kambing pada pola usaha tani lahan kering
(Nurzaman, 2002). Kebijakan yang ditempuh dalam pengembangan lahan kering dilakukan
dengan pola usahatani terpadu. Pertanian terpadu antara pertanian tanaman pangan lahan kering
dengan peternakan kambing dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan juga dapat
memberikan keuntungan untuk konservasi lahan dan meningkatkan produktivitas lahan (Ichsan
,1993). Pakan hijjauan sangat dibutuhkan dalam pengembangan peternakan kambing.
Kemampuan suatu daerah dalam pencukupi pakan hijauan pada ternak disebut kemampuan daya
tampung atau carrying capasity. Proses pengambilan keputusan dalam strategi pengembangan
peternakan dapat digunakan analisis SWOT (Rangkuti, 2006). Untuk mengukur keberhasilan
usaha dan efektivitas pengelolaan usaha ternak analisis profitabilitas. Menurut Mulyadi (2005),
analisis profitabilitas dapat digunakan untuk menilai prestasi suatu usaha secara keseluruhan.
Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang merupakan suatu wilayah yang memiliki
populasi kambing cukup besar, di Kecamatan Ungaran terdapat cukup banyak petani ternak
kambing. Peternakan kambing yang ada merupakan usaha peternakan rakyat. Upaya-upaya
pengembangan yang dilakukan belum banyak menunjukan kemajuan yang berarti. Sehingga
usaha peternakan kambing belum dapat dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk, tetapi
selama ini peternakan kambing sebagai usaha sampingan dapat membantu perekonomian
masyarakat di pedesaan (Hartono dan Rohman, 2006), termasuk di daerah Kecamatan Ungaran.
Penelitian ini bertujuan : 1). Untuk mengukur kemampuan daya dukung lahan dan
ketersediaan pakan hijauan, 2). Untuk mengetahui potensi wilayah meliputi analisis SWOT, 3)
Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui profitabilitas. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberi gambaran tentang daya dukung Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dalam
pengembangan usaha ternak kambing sehingga dapat dijadikan bahan pertibangan bagi
pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan usaha ternak
kambing.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, pada bulan April - Mei 2010, dengan pertimbangan Kecamatan Ungaran mempuyai
jumlah ternak kambing terendah kedua dari seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten
Semarang. Penelitian dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
petani ternak sampel dan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan
penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Singarimbun dan
Effendi (1995) menyatakan bahwa metode survei merupakan metode penelitian dimana penelitian
mengambil sample dari salah satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul
data pokok. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara quota sampling yaitu
pengambilan sampel dengan jumlah tertentu dan ciri-ciri tertentu (Usman et al. 1995). Sampel
yang diambil sebanyak 60 peternak yang terdiri dari 6 desa dengan masing-masing desa diambil
sampel 10 peternak. Desa yang diambil yaitu 1) Desa Kalirejo 2) Desa Susukan 3) Desa Kalongan
4) Desa Leyangan 5) Desa Sidomulyo 6) Desa Dampu.
Penelitian dengan menggunakan data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi dan wawancara langsung
dengan responden yaitu peternak kambing dengan berpedoman pada kuesioner. Data sekunder
diperoleh dari catatan dinas peternakan Kabupaten Semarang, kantor Kecamatan Ungaran dan
sumber-sumber data yang lain. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Dasar potensi
pengembangan usaha ternak kambing dianalisis dengan daya dukung luas lahan, ketersediaan
pakan hijauan, metode SWOT dan profitabilitas.
Kemampuan daya dukung lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha ternak
kambing di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
CCR : Kemampuan daya dukung lahan A : Jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan peternakan H : Jumlah KK (Kepala Keluarga) h : Frekuensi jumlah penduduk yang tinggal f : Ukuran lahan rata-rata yang dimiliki penduduk
Kriteria CCR:
1. Apabila CCR > 1, berarti berdasarkan kemampuan lahan, daerah tersebut masih
memiliki kemampuan mendukung kebutuhan pokok penduduk dan masih mampu
menerima tambahan penduduk. Pembangunan masih dimungkinkan bersifat ekspansif
dan eksploratif lahan.
2. Apabila CCR < 1, berarti bahwa berdasarkan kemampuan lahan, daerah tersebut sudah
tidak mungkin dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.
3. Apabila CCR = 1, berarti bahwa daerah tersebut masih memiliki keseimbangan antara
kemampuan lahan dan jumlah penduduk.
Untuk mengetahui ketersediaan pakan hijauan dihitung dengan menggunakan carrying
capacity yaitu daya tampung suatu padang pengembalaan ternak dalam kemampuannya
menyediakan hijauan terhadap ternak. Cara perhitungan carrying capacity yaitu 1) mencari luas
panen dari jenis pakan yang ada di daerah tersebut, dalam Ha; 2) Menghitung produksi yang
dihasilkan dari suatu areal pakan ternak, yaitu luas panen x asumsi produksi dalam satuan
ton/Ha/tahun; 3) Kemudian menghitung persentase yang dapat dikonsumsi ternak yaitu hasil
produksi x asumsi yang dapat dikonsumsi dalam satuan ton/tahun; 4) Kemudian dihitung TDN
(Total Digestible Nutrition), yaitu hasil yang dikonsumsi x asumsi TDN; 5) Hasil TDN tersebut
dibagi 1,2045 sehingga dapat diketahui carrying capacity (daya tampung ternak) dari daerah
tersebut (Dinas Peternakan JawaTengah, 2002).
Setelah diketahui produksi hijauan/Ha/tahun maka diketahui ketersediaan pakan hijauan dengan
rumus :
Dalam strategi pengembangan usaha ternak kambing di Kecamatan Ungaran , maka akan
dilakukan perhitungan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yang digunakan terdiri dari 1)
kekuatan, 2) kelemahan, 3) peluang serta 4) ancaman. Menurut Rangkuti, (2006) analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang (oppurtunities) dan ancaman (threats) dengan
faktor internal kekuatan (stengths) dan kelemahan (weaknees).
Pendapatan peternak kambing potong di Kecamatan Ungaran dihitung dengan
menggunakan profitabilitas. Menurut Riyanto (2002), pengertian profitabilitas suatu perusahaan
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu
pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.
Profitabilitas = )5...(....................%.........100Produksi Biaya
rata-rata Pendapatanx
Kriteria Profitabilitas:
Jika nilai profitabilitas < tingkat suku bunga Bank, maka usaha tersebut tidak layak
dilakukan karena tidak mampu menghasilkan keuntungan.
Jika nilai profitabilitas > tingkat suku bunga Bank, maka usaha tersebut layak dilakukan
karena mampu menghasilkan keuntungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Ungaran memiliki luas lahan kering sebesar 1.512,22 dan luas lahan basah
1.210,20 daya lahan tersebut berdasarkan nilai CCR (Carryng Capacity Ratio) sebesar 91,66
untuk sektor peternakan kambing. Dengan angka tersebut, daya dukung lahan Kecamatan
Ungaran dapat dikatakan masih memiliki kemampuan untuk mendukung aktivitas-aktivitas
penduduknya dalam sektor peternakan kambing. Sesuai dengan pendapat Riyadi dan
Bratakusuma (2002) jika nilai CCR > 1 berarti wilayah tersebut masih memiliki kemampuan untuk
mendukung kebutuhan pokok penduduk dan mampu menerima tambahan penduduk,
pembangunan masih dimungkinkan untuk dilakukan melalui ekpansi dan eksplorasi lahan. Wilayah
Kecamatan Ungaran memiliki luas wilayah kurang lebih 3.726,69 Ha yang terdiri dari Tanah kering
seluas 1.512,22 Ha, Tanah basah 1.210,20 Ha, Tanah sawah 141,56 Ha, Tanah perkebunan
87,78 Ha, Tanah hutan 546,34 Ha lain-lain 228,59 Ha dengan luas seperti itu banyak tanaman
yang bisa dijadikan sebagai bahan pakan untuk ternak seperti leguminosa dan rumput liar. Selain
tanaman pakan yang ada areal pertanian yang dimiliki oleh. Kecamatan Ungaran juga
menghasilkan libah pertanian yanga juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk ternak,
seperti jerami jagung dan jerami kacang-kacangan.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa potensi atau ketersediaan pakan hijauan di
Kecamatan Ungaran sebanyak 17.189,46 AU dengan asumsi bahwa pakan tersebut sebagai
pakan ternak kambing, sedangkan jumlah ternak ruminansia Kecamatan Ungaran 4.679,648 AU.
Untuk ternak kambing di Kecamatan Ungaran 110,97 AU Berdasarkan perhitungan dapat diketahui
bahwa besarnya rasio pakan dan ternak kambing adalah 25,97. Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat dikatakan bahwa Kecamatan Ungaran memiliki kelebihan pakan hijauan karena besarnya
potensi hijauan tersebut lebih besar dari 1. Kelebihan ketersediaan pakan hijauan tersebut dapat
digunakan untuk mengembangkan usaha ternak kambing serta untuk menampung 144.980 ekor
kambing.
Penelitian menunjukkan beberapa faktor yang harus dipertimbangakan dalam analisis
SWOT, yaitu faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan
ancaman).
Kekuatan. Di Kecamatan Ungaran populasi kambing cukup besar yaitu 5.804 ekor dan
tertinggi kedua setelah domba. Hal ini dapat mendukung untuk pengembangan usaha ternak
kambing serta dapat dijadikan sebagai sentra usaha peternakan kambing di wilayah tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan 60 peternak kambing, menyatakan bahwa peternak menyadari
betul peran pakan terhadap pemeliharaan ternak kambing. Pakan hijauan merupakan pakan dasar
untuk ternak ruminansia, termasuk kambing. Oleh karena itu sangat memungkinkan apabila
kebutuhan akan hijauan terpenuhi akan berdampak kepada produktifitas ternak (Mulyono dan
Sarwono, 2004). sehingga tidak heran jika peternak mulai sadar akan peran penting pakan hijauan
dalam pemeliharaan ternak kambing. Prasarana jalan atau akses untuk transportasi dalam
pemasaran produk peternakan tidak sulit karena jalan sudah aspal sehingga memudahkan bagi
para peternak untuk menjual hasil produk peternakan mereka. Kecamatan Ungaran terletak di
Ibukota Kabupaten Semarang. Dimana wilayah tersebut berada di dataran tinggi dengan suhu
rata-rata 24-250C sehingga cocok untuk usaha peternakan kambing karena dapat meminimalkan
stress akibat cekaman panas. Menurut Murtidjo (1995), kambing cocok dipelihara pada suhu 20-
270C. Hal ini tentunya sangat baik untuk mendukung pengembangan usaha ternak kambing.
Kelemahan. Kelemahan yang dimiliki oleh para peternak adalah teknologi yang masih
tradisional, pengetahuan peternak masih rendah, belum menyediakan obat-obatan, dan
keterbatasan modal. Dalam pengembangan suatu usaha sebuah teknologi sangat diperlukan, hal
ini bertujuan agar usaha yang dijalankan menjadi lebih berkembang. Penerapan teknologi dalam
usaha peternakan kambing yang dijalankan para peternak masih sangat sederhana, dari hasil
survey sebanyak 60 peternak masih mengawinkan ternak secara alami tidak melalui IB
(Inseminasi Buatan) tentu hal ini akan berpengaruh terhadap produktifitas dari ternak tersebut. Hal
ini sesuai dengan pendapat Davendara dan Burns (1994), yang menyatakan tingkat kinerja
produksi tergantung pada interaksi faktor genetik dan lingkungan. Sebagian besar petani peternak
masih pendidikan yang rendah, SD dan SMP serta pengetahuan beternak kambing kurang,
sehingga seringkali ternak yang merupakan bibit unggul tidak dioptimalkan, karena ketidaktahuan
petani peternak dalam memaksimalkan usaha peternakan kambing. Dari hasil survey dilapangan
menunjukkan bahwa sebanyak 57 peternak yang tidak menyediakan obat-obatan dalam usaha
peternakannya, petani peternak suka mengobati ternak ketika ternak sakit dari pada
pencegahannya. Sehingga mengakibatkan banyak ternak kambing mereka yang mati karena
terlambat dalam pengobatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono dan Sarwono (2004),
penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai peternak karena dapat menimbulkan
kematian ternak dan kerugian petani peternak. Modal yang terbatas menyebabkan suatu usaha
tidak dapat dikembangkan sebagaimana mestinya sesuai potensi yang ada (Hendarto, 2000).
Kondisi dilapangan menunjukkan, dengan modal yang terbatas akan berpengaruh terhadap
pengembangan usaha peternakan kambing. Sebagian besar petani peternak berusaha dengan
modal pribadi dan modal tersebut masih rendah, sehingga untuk pengembangan usaha yang lebih
besar petani peternak masih kesulitan. Masih jarang peternak yang memanfaatkan bank untuk
menambah modal.
Peluang. Meningkatnya jumlah permintaan produk peternakan, kususnya daging baik itu
daging segar maupun olahan, terutama untuk kebutuhan dalam negeri yang tidak pernah cukup
tentu saja hal ini memberi peluang untuk para peternak dalam pengembangan usaha.
Pertumbuhan penduduk yang setiap tahun semakin meningkat. Dari data Kecamatan Ungaran
jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak 55.062 dan pada tahun 2008 sebanyak 55.143 hal
ini memberi kesempatan bagi petani peternak dalam pengembangan usaha ternak kambing untuk
memenuhi kebutuhan daging kambing di Kecamatan Ungaran. Kambing merupakan ternak
ruminansia kecil yang dalam sekali beranak dapat melahirkan 2 ekor anak bahkan ada yang 3 ekor
dalam sekali melahirkan (Davendra dan Burns, 1994), dengan demikian dalam usaha ternak
kambing dapat memperoleh keuntungan dua kali lipat sekali beranak.
Kecamatan Ungaran mempunyai lahan yang cukup luas dalam upaya untuk
pengembangan usaha ternak kambing, karena sebagian besar daerah Kecamatan Ungaran
berupa tanah kering 1.512,22 Ha yang sangat cocok dalam usaha ternak kambing. Hal tersebut
dapat diketahui dari ketersediaan pakan hijauan dan lahan. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha dan menjadi peluang yang baik untuk usaha peternakan kambing.
Banyaknya permintaan daging kambing pada hari-hari besar islam seperti Idul Adha dan Idul Fitri.
Dari data dinas peternakan Kabupaten Semarang Kecamatan Ungaran pada tahun 2009
memotong sebanyak 652 ekor kambing, hal ini memberi kesempatan yang baik bagi para peternak
dalam pengembangan usaha ternak kambing dan dapat meningkatkan pendapatan para peternak
kambing karena harga kambing jauh lebih mahal dari harga biasanya.
Ancaman. Ancaman yang dimiliki dalam pengembangan usaha ternak kambing antara
lain, produksi pakan hijauan turun di musim kemarau, banyaknya pesaing dengan usaha yang
sama, resiko penyakit, dan ketidaksetabilan harga kambing yang berakibat pada perekonomian
peternak kambing. Pada musim penghujan ketersediaan hijauan cukup melimpah, tetapi pada
musim kemarau ketersediaan pakan hijauan berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap
kelangsungan usaha ternak kambing bila tidak memakai pakan pengganti atau konsentrat disaat
musim kemarau. Kebutuhan pakan sangat tergantung dari musim (Mulyono dan Sarwono, 2004).
Berdasarkan hasil survei 60 peternak sebanyak 50 peternak yang mengatakan banyaknya
pesaing dalam usaha yang sama, hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap usaha para
peternak, bila tidak menghasilkan produksi yang bagus. Kondisi iklim di Indonesia yang beriklim
tropis tentu berpengaruh terhadap ternak yang dipelihara, terutama terhadap kondisi kesehatan
ternak, hal ini menjadi ancaman bagi para peternak kambing karena bila ternak mereka sakit dan
akhirnya mati maka para peternak akan mengalami kerugian dalam usahanya. Tomaszewska et
al.,(1993) menyatakan serangan penyakit dapat menghambat pertumbuhan ternak, kematian
ternak dan dapat mengurangi pendapatan petani peternak. Harga kambing dipasaran tidak ada
patokan yang pasti, berkisar antara Rp 2.000.000 sampai Rp 2.500.000 kondisi ini mengakibatkan
para peternak bersaing dalam meningkatkan produktivitas. Bila harga kambing dihargai dengan
harga tinggi maka peternak akan mendapat keuntungan tetapi bila harga kambing dihargai dengan
harga rendah peternak akan mengalami kerugian dengan kondisi ini akan berpengaruh terhadap
perekonomian para peternak. Mubyarto (1993) menyatakan pendapatan petani hanya diterima
setiap musim panen atau kadang-kadang dalam waktu yang mendesak sebelum panen tiba.
Penyusunan Matriks dan Strategi Pengembangan
a. Matriks faktor internal
Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam usaha peternakan
kambing dan berhubungan secara langsung. Selanjutnya faktor-faktor tersebut ditabulasi sesuai
dengan kekuatan dan kelemahan. Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal
kegiatan usaha ternak kambing dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Kemudian masing-masing
faktor diberi ranting sesuai dengan besar kecil pengaruhnya terhadap usaha peternakan kambing
Tabel Matriks Faktor Internal
Faktor Internal Rating Bobot Bobot Skor
A. KEKUATAN 1. Banyaknya populasi kambing 2. Ketersediaan pakan hijauan 3. Prasarana jalan baik 4. Letak usaha yang startegis berada di
Ibukota Kabupaten Sub Total Kekuatan B. KELEMAHAN
1. Teknologi masih tradisional 2. Pengetahuan peternak masih rendah 3. Belum menyediakan obat-obatan 4. Keterbatasan modal
Sub Total Kelemahan
4 4 4 4 1 1 1 2
0,190 0,190 0,190 0,190
0,760
0,048 0,048 0,048 0,095 0,239
0,760 0,760 0,760 0,760
3,040
0,047 0,047 0,047 0,19 0,331
Total Faktor Internal 1,00 3,371
Keterangan :
Pemberian nilai rating dimulai dari skala 1 sampai 4, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi usaha peternakan pada umumnya. Variabel yang bersifat positif baik itu kekuatan
maupun peluang diberi nilai 1 sampai 4 (sangat besar pengaruhnya). Sedangkan variabel yang
bersifat negatif, kebalikanya.
b. Matriks faktor eksternal.
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar kegiatan usaha peternakan
dan tidak berpengaruh langsung dengan jalannya proses produksi. Selanjutnya faktor-faktor
tersebut dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman.
Tabel Matriks Faktor Eksternal
Faktor Eksternal Rating Bobot Bobot Skor
A. PELUANG 1. Pertumbuhan penduduk makin
meningkat 2. Perkembangbiakan cukup baik sekali
beranak bisa dua 3. Adanya lahan untuk perluasan usaha 4. Daya beli masyarakat yang tinggi di hari-
hari besar Sub Total Peluang B. ANCAMAN
1. Produksi pakan turun di musim kemarau 2. Banyaknya pesaing usaha yang sama 3. Penyakit pada kambing 4. Ketidakstabilan harga kambing berakibat
pada perekonomian peternak Sub Total Ancaman
3 4 4 4 1 2 2 1
0,142 0,190
0,190 0,190
0,712
0,04 0,09 0,09 0,04
0,26
0,426 0,760
0,760 0,760
2,706
0,04 0,18 0,18 0,04
0,44
Total Faktor Eksternal 1,00 3,146
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap potensi
pengembangan usaha ternak kambing, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi
tersebut melalui matriks Internal Eksternal (Ilustrasi 1). Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh
total skor faktor internal sebesar 3,371 dan total skor faktor eksternal sebesar 3,146 kemudian
angka tersebut masuk dalam matiks Internal pada daerah 1 (strategi konsentrasi melalui integrasi
vertikal). Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2006), bahwa bila skor faktor internal maupun
eksternal diatas 3, maka masuk ke dalam daerah 1.
TINGGI TOTAL SKOR FAKTOR INTERNAL
I
Pertumbuhan
(3,370 ; 3,140)
II
Pertumbuhan
III
Penciutan
IV
Stabilitas
V
Pertumbuhan
Stabilitas
VI
Penciutan
VII
Pertumbuhan
VIII
Pertumbuhan
IX
Penciutan
Ilustrasi 1. Diagram Matriks Internal Eksternal
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
Sedang
Rendah
3,0
2,0
1,0
T O T A L
F A K T O R
E K S - I N T
Matriks SWOT
Matrik SWOT dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Strategi S-O yakni memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, strategi yang disarankan
yaitu :
1. Memperluas pangsa pasar, dari hasil survei, sebanyak 53 peternak hanya menjual ternaknya
disekitar Ungaran saja seperti Ambarawa, Babatan, dan Karangjati. Seharusnya petani
peternak lebih memperluas pangsa pasar dengan menjual diluar kota Ungaran seperti
Semarang, Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya, agar pemasaran ternak menjadi lebih
luas.Memperhatikan peluang tersebut, maka sangat optimis usaha ternak kambing di
Kecamatan Ungaran dapat dikembangkan.
2. Penyuluhan IB (Inseminasi Buatan) yang intensif
Maksudnya adalah dengan memberikan informasi kepada para peternak tentang pentingnya IB
dalam usaha peternakan kambing, karena para peternak masih banyak yang mengawinkan
ternak secara alami. Menurut Tomaszewska et al,. (1993), perkawinkan melalui IB kualitas
keturunan dapat ditingkatkan, biaya perawatan pejantan dapat dikurangi dan penyakit kelamin
dapat dihindari.
IFAS EFAS
STRENGTHS (S) 1. Banyaknya populasi kambing 2. Ketersediaan pakan hijauan 3. Prasarana jalan baik 4. Letak usaha yang startegis
berada di Ibukota Kabupaten
WEAKNESSES (W) 1. Teknologi masih tradisional 2. Pengetahuan peternak
masih rendah 3. Belum menyediakan obat-
obatan 4. Keterbatasan modal
OPPORTUNITIES (O) 1. Pertumbuhan penduduk
makin meningkat 2. Perkembangbiakan cukup
baik sekali beranak bisa dua
3. Adanya lahan untuk perluasan usaha
4. Daya beli masyarakat yang tinggi di hari-hari besar
STRATEGI SO 1. Memperluas pangsa pasar 2. Penyuluhan IB (Inseminasi
Buatan) yang intensif 3. Meningkatkan usaha
dibidang peternakan 4. Lebih mengembangkan lagi
usaha yang ditekuni agar keuntungan dapat lebih besar
STRATEGI WO 1. Pelatihan mengenai
beternak kambing yang baik 2. Pemanfaatan kredit dalam
pola kemitraan
THREATS (T) 1. Produksi pakan turun di
musim kemarau 2. Banyaknya pesaing usaha
yang sama 3. Penyakit pada kambing 4. Ketidakstabilan harga
kambing berakibat pada perekonomian peternak
STRATEGI ST 1. Teknologi pembuatan pakan. 2. Memperbaiki menejemen
pemeliharaan. 3. Pengobatan ternak kepada
dokter hewan.
STRATEGI WT 1. Bekerjasama dengan
mendirikan KTT 2. Melakukan penyediaan obat
Ilustrasi 2. Matrik SWOT
3. Meningkatkan usaha dibidang peternakan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60 peternak memelihara ternak kambing
masih menjadi usaha pokok sambilan, seharusnya petani peternak lebih meningkatkan
menjadi usaha pokok, apalagi masih banyak ketersediaan pakan hijauan sebagai pakan ternak
kambing dengan nilai CCR 91,66 serta permintaan yang meningkat di hari besar seperti hari
raya Idul Fitri dan Idul Adha.
4. Pembangan lebih lanjut, usaha peternakan kambing tidak lagi menjadi usaha sampingan tetapi
dapat menjadi usaha pokok, yang melputi pembibitan, penggemukan dan varian kegiatan lain
dari usaha peternakan kambing. Hal ini dikarenakan banyaknya populasi ternak kambing di
Kecamatan Ungaran yang mencapai 5.804 ekor.
Strategi S-T yakni suatu strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi
ancaman. Dari hasil matriks SWOT, maka strategi yang disarankan adalah :
1. Teknologi pembuatan pakan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60 peternak kesulitan pakan pada saat
musim kemarau. Petani peternak seharusnya di beri ketrampilan dalam bidang pengolahan
pakan agar pada saat terjadi musim kemarau para peternak tidak mengalami kesulitan pakan
seperti pembuatan makanan tambahan untuk kambing dan bahan pakan alternatif sebagai
pengganti hijauan. Mulyono dan Sarwono (2004), yang menyatakan kambing dapat disediakan
pakan dalam bentuk hijauan dan pakan penguat seperti bekatul, ketela, dan konsentrat.
2. Memperbaiki menejemen pemeliharaan.
Selama ini petani peternak sendiri belum ada manajemen khusus yang mengatur dalam usaha
ternak kambing, untuk itu seharusnya petani peternak lebih sering berdiskusi dengan sesama
petani dan penyuluh untuk mencari pengetahuan tentang cara memelihara ternak kambing.
Diharapkan petani peternak bisa lebih trampil dalam memelihara ternak kambing.
3. Pengobatan ternak kepada dokter hewan.
Penyakit merupakan ancaman yang harus diwaspadai peternak karena dapat menimbulkan
masalah dan kerugian yang tidak kecil (Mulyono dan Sarwono, 2004). Dari hasil penelitian
sebanyak 60 peternak yang keliru dan tidak memperhatikan kesehatan ternak, sehingga petani
peternak sering menderita kerugian karena ternaknya mati. Petani peternak dengan bimbingan
dan pengawasan dokter hewan atau petugas kesehatan hewan, harus mampu dan mau
meberi pengobatan yang benar untuk menyelamatkan ternak.
Strategi W-O diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada. Dari matriks SWOT, maka strategi yang disarankan adalah :
1. Pelatihan mengenai beternak kambing yang baik
Hasil pengamatan, keterampilan petani peternak masih sangat terbatas. Peran pemerintah
sangat penting dalam upaya meningkatkan ketrampilan petani peternak dengan memberikan
pelatihan-pelatihan kepada petani peternak tentang cara beternak kambing yang baik dan
benar (Hendarto,2000).
2. Pemanfaatan kredit dengan pola kemitraan.
Petani peternak pada umumnya kesulitan dalam permodalan, petani peternak dalam usaha
beternak kambing masih menggunakan modal sendiri, seharusnya petani peternak bisa
memanfaatkan kredit dengan pola kemitraan yang ada, misal dengan mengajukan kredit lunak
ke bank atau koprasi. Sehingga usaha beternak kambing yang dilakukan para peternak dapat
berkembang dengan baik (Sumoprastowo,1994).
Strategi W-T didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Dari hasil matriks SWOT, maka stratergi yang
disarankan adalah :
1. Bekerja sama dengan mendirikan kelompok tani ternak
Para peternak sebaiknya menjalin kemitraan dan mendirikan kelompok tani ternak untuk
mengatasi masalah-masalah usaha beternak akan semakin banyak dan koplek. (Murtidjo,
1995).
2. Melakukan penyediaan obat
Pengelolaan peternakan hendaknya para peternak menyediakan obat-obatan ternak untuk
mengatisipasi apabila ternak ada yang sakit, terutama sakit gudig dan kembung.
Profitabilitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam
mengelola usahanya. Analisis ini dapat menggambarkan keuntungan yang diperoleh suatu usaha.
Perhitungan profitabilitas yang diperoleh usaha ternak kambing di Kecamatan Ungaran Timur yaitu
sebesar 25,71%, yang menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tingkat
suku bunga Bank BRI yang berlaku yaitu 15 % sehingga usaha tersebut layak untuk
dikembangkan.
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini bahwa daya dukung luas lahan dan ketersediaan pakan hijauan
di Kecamatan Ungaran sangat baik untuk usaha pengembangan ternak kambing. Berdasarkan
analisis SWOT, strategi pengembangan usaha ternak kambing dapat dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan teknologi peternakan, memperhatikan kesehatan ternak, menjalin
kemitraan usaha dengan mendirikan kelompok tani ternak, dan menyediakan obat-obatan ternak.
Nilai profitabilitas lebih tinggi dari suku bunga kredit.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius,Yogyakarta. Davendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB Bandung dan
Universitas Udayana, Bandung. (Diterjemahkan oleh I.D.K.H. putra). Dinas Peternakan Jawa Tengah. 2002. Penggunaan Rumus-rumus dalam
Penyusunan/Pengolahan Data-data Statistik Peternakan Jawa Tengah. Dinas Peternakan Jawa Tengah, Semarang.
Hartono. B. dan Rohman. 2006. Usaha Ternak Kambing Sebagai Alternatif Sumber Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja Studi di Desa Taman Sari Kecamatan Ampel Gading Kabupaten Malang. Journal Pengembangan Peternakan Tropis. 36 : 99-104.
Hendarto, R.M. 2000. Analisis Potensi Daerah dalam pembangunan Ekonomi. Makalah Diklat.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Ichsan M. 1993. Model Pengembangan Peternakan Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan.
Laporan Diskusi Agribisnis Peternakan. Fakultas Peternakan UGM dan Derektorat Jendral Peternakan, Yogyakarta.
Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES, Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi ke-6.Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu EkonomiYKPN.,
Yogyakarta. Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2004. Penggemukan Kambing Potong. Penerba Swadaya, Jakarta. Murtidjo, B.A.1995. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius,
Yogyakarta. Nurzaman. 2002. Perencanaan Wilayah di Indonesia pada Massa Sekitar Krisis. Penerbit ITB,
Bandung. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Riyadi dan D.S. Bratakusuma. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Setiawan, T. dan A. Tanius. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penerba Swadaya,
Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei.LP3S, Jakarta. Sumoprastowo. 1994. Beternak Kambing yang Berhasil. Cetakan ke-2. Bharata Karya Aksara,
Jakarta. Tomaszewska, M.W., I.M.Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya. 1993.
Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Jakarta. Usman, H. dan R, Purnomo Setiadi Akbar. 1995. Pengantar Statistik. Bumi Aksara, Jakarta.