development potency of goat farming in ungaran sub...

13
POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI KECAMATAN UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ( Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub District Semarang Regency) Marzuki S, Siswanto IS, Migie Handayani dan Pujiono Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Penelitian potensi pengembangan usaha ternak kambing telah dilakukan pada bulan April Mei 2010 di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Pengambilan data dilakukan di Desa Kalirejo, Desa Susukan, Desa Kalongan, Desa Leyangan, Desa Sidomulyo dan Desa Dampu, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Jumlah respoden sebanyak 60 peternak yang dipilih secara quota sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa daya dukung lahan dan ketersediaan pakan hijauan di Kecamatan Ungaran sangat baik untuk usaha pengembangan ternak kambing. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan strartegi pengembangan peternakan kambing dapat dilakukan dengan meningkatkan pelatihan beternak kambing, teknologi pakan, inseminasi buatan, pengembangan usaha dengan pola kemitraan, kelompok tani ternak kambing dan memperhatikan kesehatan ternak (penyediaan obat-obatan ternak) serta meminimalkan biaya produksi. Hasil perhitungan pendapatan, menghasilkan profitabilitas lebih tinggi dari bunga kredit Bank. Kata kunci : daya dukung lahan, pengembangan kambing, profitabilitas. DEVELOPMENT POTENCY OF GOAT FARMING IN UNGARAN SUB DISTRICT SEMARANG REGENCY Marzuki S, Siswanto IS, Migie Handayani and Pujiono Fakulty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang ABSTRACT The research of development potency of goat farm have been done on April May 2010 in Ungaran, Semarang Regency. Sample was taken in Kalirejo, Susukan, Kalongan, Leyangan, Sidomulyo, and Dampu village, Ungaran Districts, Semarang Regency. 60 farmers have been choosen as respondents by quota sampling. The result showed that carrying capacity land and availability of forage in Ungaran were excellent for goat farm development efforts. Base of SWOT analysis obtained that development effort strategy can be done with increasing : farmers training, feed technology, artificial insemination, business development with a partnership, goat farmer groups and pay attention to the health of livestock (livestock medicines) and minimize production costs. The result of income calculation could generate profitability higher than bank credit rate. Keywords : carrying capacity land, development of goat farming, profitability PENDAHULUAN Peternakan merupakan tempat dimana ternak dapat tumbuh dan berkembang, mulai dari pembibitan, pemeliharaan, penggemukan, sampai pengolahan hasil ternak. Peternakan kambing akhir-akhir ini semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat di daerah yang melakukan usaha peternakan kambing. Usaha ternak kambing merupakan salah satu kegiatan di bidang peternakan yang dianggap masyarakat menguntungkan dan dapat menyerap tenaga kerja di pedesaan. Dilihat dari teknik budidaya, kambing merupakan ternak yang mudah

Upload: donhu

Post on 08-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KAMBING DI KECAMATAN UNGARAN

KABUPATEN SEMARANG

( Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub District Semarang Regency)

Marzuki S, Siswanto IS, Migie Handayani dan Pujiono Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAK

Penelitian potensi pengembangan usaha ternak kambing telah dilakukan pada bulan April – Mei 2010 di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. Pengambilan data dilakukan di Desa Kalirejo, Desa Susukan, Desa Kalongan, Desa Leyangan, Desa Sidomulyo dan Desa Dampu, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Jumlah respoden sebanyak 60 peternak yang dipilih secara quota sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa daya dukung lahan dan ketersediaan pakan hijauan di Kecamatan Ungaran sangat baik untuk usaha pengembangan ternak kambing. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan strartegi pengembangan peternakan kambing dapat dilakukan dengan meningkatkan pelatihan beternak kambing, teknologi pakan, inseminasi buatan, pengembangan usaha dengan pola kemitraan, kelompok tani ternak kambing dan memperhatikan kesehatan ternak (penyediaan obat-obatan ternak) serta meminimalkan biaya produksi. Hasil perhitungan pendapatan, menghasilkan profitabilitas lebih tinggi dari bunga kredit Bank.

Kata kunci : daya dukung lahan, pengembangan kambing, profitabilitas.

DEVELOPMENT POTENCY OF GOAT FARMING IN UNGARAN SUB DISTRICT SEMARANG

REGENCY

Marzuki S, Siswanto IS, Migie Handayani and Pujiono

Fakulty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University, Semarang

ABSTRACT

The research of development potency of goat farm have been done on April – May 2010 in Ungaran, Semarang Regency. Sample was taken in Kalirejo, Susukan, Kalongan, Leyangan, Sidomulyo, and Dampu village, Ungaran Districts, Semarang Regency. 60 farmers have been choosen as respondents by quota sampling. The result showed that carrying capacity land and availability of forage in Ungaran were excellent for goat farm development efforts. Base of SWOT analysis obtained that development effort strategy can be done with increasing : farmers training, feed technology, artificial insemination, business development with a partnership, goat farmer groups and pay attention to the health of livestock (livestock medicines) and minimize production costs. The result of income calculation could generate profitability higher than bank credit rate.

Keywords : carrying capacity land, development of goat farming, profitability

PENDAHULUAN

Peternakan merupakan tempat dimana ternak dapat tumbuh dan berkembang, mulai dari

pembibitan, pemeliharaan, penggemukan, sampai pengolahan hasil ternak. Peternakan kambing

akhir-akhir ini semakin berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat di

daerah yang melakukan usaha peternakan kambing. Usaha ternak kambing merupakan salah satu

kegiatan di bidang peternakan yang dianggap masyarakat menguntungkan dan dapat menyerap

tenaga kerja di pedesaan. Dilihat dari teknik budidaya, kambing merupakan ternak yang mudah

Page 2: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

dipelihara, karena ternak kambing lebih suka terhadap semua jenis tanaman pakan dan dapat

berkembang biak dengan cepat. Dari segi ekonomi, usaha ternak kambing tidak membutuhkan

modal besar dan perputaran modal dapat lebih cepat dibandingkan dengan usaha ternak sapi.

Pemasaran ternak kambing dapat dilakukan dengan mudah, karena dapat dijual melalui pasar

lokal. Disamping penghasil daging yang baik, ternak kambing juga dapat sebagai kulit yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai macam industri kulit dan kerajinan yang mempunyai nilai ekonomi

tinggi (Cahyono, 1998). Dalam usaha ternak kambing di pedesaan, bibit ternak dapat diperoleh

dari daerah sekitar atau dari pasar lokal, seperti yang dikatakan oleh Setiawan dan Tanius (2005),

bahwa bibit ternak dapat dilakukan seleksi di daerah dengan pengamatan langsung ciri-ciri dan

sifat keunggulan dari ternak yang diseleksi. Bibit yang baik akan menghasilkan keturunan yang

baik dan sekaligus akan menghasilkan produksi seperti yang diinginkan (Mulyono dan Sarwono,

2004).

Kambing sebagai ternak ruminansia pakan utamanya adalah hijauan dan konsentrat

sebagai pakan tambahan (Mulyono dan Sarwono, 2004). Hijauan pakan, berupa rumput lapangan,

rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja), hijauan sisa hasil pertanian, daun

lamtoro, daun turi, daun nangka, daun gamal, daun ubi jalar, daun singkong dll merupakan sumber

pakan kambing yang sangat baik, banyak tumbuh di pedesaan. Pakan tambahan berupa ampas

tahu, dedak/katul, bungkil juga banyak terdapat dipedesaan. Ternak kambing dewasa dengan

bobot badan 25 – 40 kg membutuhkan pakan hijauan sebanyak 2,5 – 4,0 kg dan pakan tambahan.

Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari panas matahari, hujan dan kemungkinan

serangan hewan buas. Kandang juga berguna untuk memudahkan penanganan ternak dalam hal

pemberian pakan dan minum, pengumpulan/membersihkan kotoran, dan penanganan pada waktu

pemberian obat atau vaksin ternak (Tomaszewska et al., 1993). Kambing dewasa membutuhkan

kandang ukuran 1 – 1,5 m2. Sedangkan kambing induk dengan 1 – 2 anak membutuhkan

kandang 3 -3,5 m2. Kandang sebaiknya dibuat panggung, sehingga kotoran dapat langsung jatuh

ke bawah (Setiawan dan Tanius, 2005).

Pengembangan wilayah khususnya pedesaan adalah proses perubahan yang terencana

untuk mencapai taraf hidup masyarakat yang lebih baik secara ekonomi dan sosial budaya.

Pengembangan pedesaan utamanya berorientasi pada petani kecil melalui pendekatan pertanian

dalam arti luas, termasuk di dalamnya peternakan kambing pada pola usaha tani lahan kering

(Nurzaman, 2002). Kebijakan yang ditempuh dalam pengembangan lahan kering dilakukan

dengan pola usahatani terpadu. Pertanian terpadu antara pertanian tanaman pangan lahan kering

dengan peternakan kambing dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan juga dapat

memberikan keuntungan untuk konservasi lahan dan meningkatkan produktivitas lahan (Ichsan

,1993). Pakan hijjauan sangat dibutuhkan dalam pengembangan peternakan kambing.

Kemampuan suatu daerah dalam pencukupi pakan hijauan pada ternak disebut kemampuan daya

tampung atau carrying capasity. Proses pengambilan keputusan dalam strategi pengembangan

peternakan dapat digunakan analisis SWOT (Rangkuti, 2006). Untuk mengukur keberhasilan

Page 3: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

usaha dan efektivitas pengelolaan usaha ternak analisis profitabilitas. Menurut Mulyadi (2005),

analisis profitabilitas dapat digunakan untuk menilai prestasi suatu usaha secara keseluruhan.

Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang merupakan suatu wilayah yang memiliki

populasi kambing cukup besar, di Kecamatan Ungaran terdapat cukup banyak petani ternak

kambing. Peternakan kambing yang ada merupakan usaha peternakan rakyat. Upaya-upaya

pengembangan yang dilakukan belum banyak menunjukan kemajuan yang berarti. Sehingga

usaha peternakan kambing belum dapat dijadikan sebagai mata pencaharian penduduk, tetapi

selama ini peternakan kambing sebagai usaha sampingan dapat membantu perekonomian

masyarakat di pedesaan (Hartono dan Rohman, 2006), termasuk di daerah Kecamatan Ungaran.

Penelitian ini bertujuan : 1). Untuk mengukur kemampuan daya dukung lahan dan

ketersediaan pakan hijauan, 2). Untuk mengetahui potensi wilayah meliputi analisis SWOT, 3)

Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui profitabilitas. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberi gambaran tentang daya dukung Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dalam

pengembangan usaha ternak kambing sehingga dapat dijadikan bahan pertibangan bagi

pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan usaha ternak

kambing.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa

Tengah, pada bulan April - Mei 2010, dengan pertimbangan Kecamatan Ungaran mempuyai

jumlah ternak kambing terendah kedua dari seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten

Semarang. Penelitian dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari

petani ternak sampel dan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan

penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Singarimbun dan

Effendi (1995) menyatakan bahwa metode survei merupakan metode penelitian dimana penelitian

mengambil sample dari salah satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul

data pokok. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara quota sampling yaitu

pengambilan sampel dengan jumlah tertentu dan ciri-ciri tertentu (Usman et al. 1995). Sampel

yang diambil sebanyak 60 peternak yang terdiri dari 6 desa dengan masing-masing desa diambil

sampel 10 peternak. Desa yang diambil yaitu 1) Desa Kalirejo 2) Desa Susukan 3) Desa Kalongan

4) Desa Leyangan 5) Desa Sidomulyo 6) Desa Dampu.

Penelitian dengan menggunakan data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara observasi dan wawancara langsung

dengan responden yaitu peternak kambing dengan berpedoman pada kuesioner. Data sekunder

diperoleh dari catatan dinas peternakan Kabupaten Semarang, kantor Kecamatan Ungaran dan

sumber-sumber data yang lain. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Dasar potensi

pengembangan usaha ternak kambing dianalisis dengan daya dukung luas lahan, ketersediaan

pakan hijauan, metode SWOT dan profitabilitas.

Page 4: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

Kemampuan daya dukung lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha ternak

kambing di Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

CCR : Kemampuan daya dukung lahan A : Jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan peternakan H : Jumlah KK (Kepala Keluarga) h : Frekuensi jumlah penduduk yang tinggal f : Ukuran lahan rata-rata yang dimiliki penduduk

Kriteria CCR:

1. Apabila CCR > 1, berarti berdasarkan kemampuan lahan, daerah tersebut masih

memiliki kemampuan mendukung kebutuhan pokok penduduk dan masih mampu

menerima tambahan penduduk. Pembangunan masih dimungkinkan bersifat ekspansif

dan eksploratif lahan.

2. Apabila CCR < 1, berarti bahwa berdasarkan kemampuan lahan, daerah tersebut sudah

tidak mungkin dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.

3. Apabila CCR = 1, berarti bahwa daerah tersebut masih memiliki keseimbangan antara

kemampuan lahan dan jumlah penduduk.

Untuk mengetahui ketersediaan pakan hijauan dihitung dengan menggunakan carrying

capacity yaitu daya tampung suatu padang pengembalaan ternak dalam kemampuannya

menyediakan hijauan terhadap ternak. Cara perhitungan carrying capacity yaitu 1) mencari luas

panen dari jenis pakan yang ada di daerah tersebut, dalam Ha; 2) Menghitung produksi yang

dihasilkan dari suatu areal pakan ternak, yaitu luas panen x asumsi produksi dalam satuan

ton/Ha/tahun; 3) Kemudian menghitung persentase yang dapat dikonsumsi ternak yaitu hasil

produksi x asumsi yang dapat dikonsumsi dalam satuan ton/tahun; 4) Kemudian dihitung TDN

(Total Digestible Nutrition), yaitu hasil yang dikonsumsi x asumsi TDN; 5) Hasil TDN tersebut

dibagi 1,2045 sehingga dapat diketahui carrying capacity (daya tampung ternak) dari daerah

tersebut (Dinas Peternakan JawaTengah, 2002).

Setelah diketahui produksi hijauan/Ha/tahun maka diketahui ketersediaan pakan hijauan dengan

rumus :

Dalam strategi pengembangan usaha ternak kambing di Kecamatan Ungaran , maka akan

dilakukan perhitungan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yang digunakan terdiri dari 1)

kekuatan, 2) kelemahan, 3) peluang serta 4) ancaman. Menurut Rangkuti, (2006) analisis SWOT

membandingkan antara faktor eksternal peluang (oppurtunities) dan ancaman (threats) dengan

faktor internal kekuatan (stengths) dan kelemahan (weaknees).

Pendapatan peternak kambing potong di Kecamatan Ungaran dihitung dengan

menggunakan profitabilitas. Menurut Riyanto (2002), pengertian profitabilitas suatu perusahaan

Page 5: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu

pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.

Profitabilitas = )5...(....................%.........100Produksi Biaya

rata-rata Pendapatanx

Kriteria Profitabilitas:

Jika nilai profitabilitas < tingkat suku bunga Bank, maka usaha tersebut tidak layak

dilakukan karena tidak mampu menghasilkan keuntungan.

Jika nilai profitabilitas > tingkat suku bunga Bank, maka usaha tersebut layak dilakukan

karena mampu menghasilkan keuntungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Ungaran memiliki luas lahan kering sebesar 1.512,22 dan luas lahan basah

1.210,20 daya lahan tersebut berdasarkan nilai CCR (Carryng Capacity Ratio) sebesar 91,66

untuk sektor peternakan kambing. Dengan angka tersebut, daya dukung lahan Kecamatan

Ungaran dapat dikatakan masih memiliki kemampuan untuk mendukung aktivitas-aktivitas

penduduknya dalam sektor peternakan kambing. Sesuai dengan pendapat Riyadi dan

Bratakusuma (2002) jika nilai CCR > 1 berarti wilayah tersebut masih memiliki kemampuan untuk

mendukung kebutuhan pokok penduduk dan mampu menerima tambahan penduduk,

pembangunan masih dimungkinkan untuk dilakukan melalui ekpansi dan eksplorasi lahan. Wilayah

Kecamatan Ungaran memiliki luas wilayah kurang lebih 3.726,69 Ha yang terdiri dari Tanah kering

seluas 1.512,22 Ha, Tanah basah 1.210,20 Ha, Tanah sawah 141,56 Ha, Tanah perkebunan

87,78 Ha, Tanah hutan 546,34 Ha lain-lain 228,59 Ha dengan luas seperti itu banyak tanaman

yang bisa dijadikan sebagai bahan pakan untuk ternak seperti leguminosa dan rumput liar. Selain

tanaman pakan yang ada areal pertanian yang dimiliki oleh. Kecamatan Ungaran juga

menghasilkan libah pertanian yanga juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk ternak,

seperti jerami jagung dan jerami kacang-kacangan.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa potensi atau ketersediaan pakan hijauan di

Kecamatan Ungaran sebanyak 17.189,46 AU dengan asumsi bahwa pakan tersebut sebagai

pakan ternak kambing, sedangkan jumlah ternak ruminansia Kecamatan Ungaran 4.679,648 AU.

Untuk ternak kambing di Kecamatan Ungaran 110,97 AU Berdasarkan perhitungan dapat diketahui

bahwa besarnya rasio pakan dan ternak kambing adalah 25,97. Berdasarkan hasil tersebut maka

dapat dikatakan bahwa Kecamatan Ungaran memiliki kelebihan pakan hijauan karena besarnya

potensi hijauan tersebut lebih besar dari 1. Kelebihan ketersediaan pakan hijauan tersebut dapat

digunakan untuk mengembangkan usaha ternak kambing serta untuk menampung 144.980 ekor

kambing.

Penelitian menunjukkan beberapa faktor yang harus dipertimbangakan dalam analisis

SWOT, yaitu faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan

ancaman).

Page 6: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

Kekuatan. Di Kecamatan Ungaran populasi kambing cukup besar yaitu 5.804 ekor dan

tertinggi kedua setelah domba. Hal ini dapat mendukung untuk pengembangan usaha ternak

kambing serta dapat dijadikan sebagai sentra usaha peternakan kambing di wilayah tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan 60 peternak kambing, menyatakan bahwa peternak menyadari

betul peran pakan terhadap pemeliharaan ternak kambing. Pakan hijauan merupakan pakan dasar

untuk ternak ruminansia, termasuk kambing. Oleh karena itu sangat memungkinkan apabila

kebutuhan akan hijauan terpenuhi akan berdampak kepada produktifitas ternak (Mulyono dan

Sarwono, 2004). sehingga tidak heran jika peternak mulai sadar akan peran penting pakan hijauan

dalam pemeliharaan ternak kambing. Prasarana jalan atau akses untuk transportasi dalam

pemasaran produk peternakan tidak sulit karena jalan sudah aspal sehingga memudahkan bagi

para peternak untuk menjual hasil produk peternakan mereka. Kecamatan Ungaran terletak di

Ibukota Kabupaten Semarang. Dimana wilayah tersebut berada di dataran tinggi dengan suhu

rata-rata 24-250C sehingga cocok untuk usaha peternakan kambing karena dapat meminimalkan

stress akibat cekaman panas. Menurut Murtidjo (1995), kambing cocok dipelihara pada suhu 20-

270C. Hal ini tentunya sangat baik untuk mendukung pengembangan usaha ternak kambing.

Kelemahan. Kelemahan yang dimiliki oleh para peternak adalah teknologi yang masih

tradisional, pengetahuan peternak masih rendah, belum menyediakan obat-obatan, dan

keterbatasan modal. Dalam pengembangan suatu usaha sebuah teknologi sangat diperlukan, hal

ini bertujuan agar usaha yang dijalankan menjadi lebih berkembang. Penerapan teknologi dalam

usaha peternakan kambing yang dijalankan para peternak masih sangat sederhana, dari hasil

survey sebanyak 60 peternak masih mengawinkan ternak secara alami tidak melalui IB

(Inseminasi Buatan) tentu hal ini akan berpengaruh terhadap produktifitas dari ternak tersebut. Hal

ini sesuai dengan pendapat Davendara dan Burns (1994), yang menyatakan tingkat kinerja

produksi tergantung pada interaksi faktor genetik dan lingkungan. Sebagian besar petani peternak

masih pendidikan yang rendah, SD dan SMP serta pengetahuan beternak kambing kurang,

sehingga seringkali ternak yang merupakan bibit unggul tidak dioptimalkan, karena ketidaktahuan

petani peternak dalam memaksimalkan usaha peternakan kambing. Dari hasil survey dilapangan

menunjukkan bahwa sebanyak 57 peternak yang tidak menyediakan obat-obatan dalam usaha

peternakannya, petani peternak suka mengobati ternak ketika ternak sakit dari pada

pencegahannya. Sehingga mengakibatkan banyak ternak kambing mereka yang mati karena

terlambat dalam pengobatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono dan Sarwono (2004),

penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai peternak karena dapat menimbulkan

kematian ternak dan kerugian petani peternak. Modal yang terbatas menyebabkan suatu usaha

tidak dapat dikembangkan sebagaimana mestinya sesuai potensi yang ada (Hendarto, 2000).

Kondisi dilapangan menunjukkan, dengan modal yang terbatas akan berpengaruh terhadap

pengembangan usaha peternakan kambing. Sebagian besar petani peternak berusaha dengan

modal pribadi dan modal tersebut masih rendah, sehingga untuk pengembangan usaha yang lebih

Page 7: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

besar petani peternak masih kesulitan. Masih jarang peternak yang memanfaatkan bank untuk

menambah modal.

Peluang. Meningkatnya jumlah permintaan produk peternakan, kususnya daging baik itu

daging segar maupun olahan, terutama untuk kebutuhan dalam negeri yang tidak pernah cukup

tentu saja hal ini memberi peluang untuk para peternak dalam pengembangan usaha.

Pertumbuhan penduduk yang setiap tahun semakin meningkat. Dari data Kecamatan Ungaran

jumlah penduduk pada tahun 2006 sebanyak 55.062 dan pada tahun 2008 sebanyak 55.143 hal

ini memberi kesempatan bagi petani peternak dalam pengembangan usaha ternak kambing untuk

memenuhi kebutuhan daging kambing di Kecamatan Ungaran. Kambing merupakan ternak

ruminansia kecil yang dalam sekali beranak dapat melahirkan 2 ekor anak bahkan ada yang 3 ekor

dalam sekali melahirkan (Davendra dan Burns, 1994), dengan demikian dalam usaha ternak

kambing dapat memperoleh keuntungan dua kali lipat sekali beranak.

Kecamatan Ungaran mempunyai lahan yang cukup luas dalam upaya untuk

pengembangan usaha ternak kambing, karena sebagian besar daerah Kecamatan Ungaran

berupa tanah kering 1.512,22 Ha yang sangat cocok dalam usaha ternak kambing. Hal tersebut

dapat diketahui dari ketersediaan pakan hijauan dan lahan. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan usaha dan menjadi peluang yang baik untuk usaha peternakan kambing.

Banyaknya permintaan daging kambing pada hari-hari besar islam seperti Idul Adha dan Idul Fitri.

Dari data dinas peternakan Kabupaten Semarang Kecamatan Ungaran pada tahun 2009

memotong sebanyak 652 ekor kambing, hal ini memberi kesempatan yang baik bagi para peternak

dalam pengembangan usaha ternak kambing dan dapat meningkatkan pendapatan para peternak

kambing karena harga kambing jauh lebih mahal dari harga biasanya.

Ancaman. Ancaman yang dimiliki dalam pengembangan usaha ternak kambing antara

lain, produksi pakan hijauan turun di musim kemarau, banyaknya pesaing dengan usaha yang

sama, resiko penyakit, dan ketidaksetabilan harga kambing yang berakibat pada perekonomian

peternak kambing. Pada musim penghujan ketersediaan hijauan cukup melimpah, tetapi pada

musim kemarau ketersediaan pakan hijauan berkurang. Hal ini akan berpengaruh terhadap

kelangsungan usaha ternak kambing bila tidak memakai pakan pengganti atau konsentrat disaat

musim kemarau. Kebutuhan pakan sangat tergantung dari musim (Mulyono dan Sarwono, 2004).

Berdasarkan hasil survei 60 peternak sebanyak 50 peternak yang mengatakan banyaknya

pesaing dalam usaha yang sama, hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap usaha para

peternak, bila tidak menghasilkan produksi yang bagus. Kondisi iklim di Indonesia yang beriklim

tropis tentu berpengaruh terhadap ternak yang dipelihara, terutama terhadap kondisi kesehatan

ternak, hal ini menjadi ancaman bagi para peternak kambing karena bila ternak mereka sakit dan

akhirnya mati maka para peternak akan mengalami kerugian dalam usahanya. Tomaszewska et

al.,(1993) menyatakan serangan penyakit dapat menghambat pertumbuhan ternak, kematian

ternak dan dapat mengurangi pendapatan petani peternak. Harga kambing dipasaran tidak ada

patokan yang pasti, berkisar antara Rp 2.000.000 sampai Rp 2.500.000 kondisi ini mengakibatkan

Page 8: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

para peternak bersaing dalam meningkatkan produktivitas. Bila harga kambing dihargai dengan

harga tinggi maka peternak akan mendapat keuntungan tetapi bila harga kambing dihargai dengan

harga rendah peternak akan mengalami kerugian dengan kondisi ini akan berpengaruh terhadap

perekonomian para peternak. Mubyarto (1993) menyatakan pendapatan petani hanya diterima

setiap musim panen atau kadang-kadang dalam waktu yang mendesak sebelum panen tiba.

Penyusunan Matriks dan Strategi Pengembangan

a. Matriks faktor internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam usaha peternakan

kambing dan berhubungan secara langsung. Selanjutnya faktor-faktor tersebut ditabulasi sesuai

dengan kekuatan dan kelemahan. Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal

kegiatan usaha ternak kambing dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Kemudian masing-masing

faktor diberi ranting sesuai dengan besar kecil pengaruhnya terhadap usaha peternakan kambing

Tabel Matriks Faktor Internal

Faktor Internal Rating Bobot Bobot Skor

A. KEKUATAN 1. Banyaknya populasi kambing 2. Ketersediaan pakan hijauan 3. Prasarana jalan baik 4. Letak usaha yang startegis berada di

Ibukota Kabupaten Sub Total Kekuatan B. KELEMAHAN

1. Teknologi masih tradisional 2. Pengetahuan peternak masih rendah 3. Belum menyediakan obat-obatan 4. Keterbatasan modal

Sub Total Kelemahan

4 4 4 4 1 1 1 2

0,190 0,190 0,190 0,190

0,760

0,048 0,048 0,048 0,095 0,239

0,760 0,760 0,760 0,760

3,040

0,047 0,047 0,047 0,19 0,331

Total Faktor Internal 1,00 3,371

Keterangan :

Pemberian nilai rating dimulai dari skala 1 sampai 4, berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap kondisi usaha peternakan pada umumnya. Variabel yang bersifat positif baik itu kekuatan

maupun peluang diberi nilai 1 sampai 4 (sangat besar pengaruhnya). Sedangkan variabel yang

bersifat negatif, kebalikanya.

b. Matriks faktor eksternal.

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar kegiatan usaha peternakan

dan tidak berpengaruh langsung dengan jalannya proses produksi. Selanjutnya faktor-faktor

tersebut dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman.

Page 9: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

Tabel Matriks Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Rating Bobot Bobot Skor

A. PELUANG 1. Pertumbuhan penduduk makin

meningkat 2. Perkembangbiakan cukup baik sekali

beranak bisa dua 3. Adanya lahan untuk perluasan usaha 4. Daya beli masyarakat yang tinggi di hari-

hari besar Sub Total Peluang B. ANCAMAN

1. Produksi pakan turun di musim kemarau 2. Banyaknya pesaing usaha yang sama 3. Penyakit pada kambing 4. Ketidakstabilan harga kambing berakibat

pada perekonomian peternak Sub Total Ancaman

3 4 4 4 1 2 2 1

0,142 0,190

0,190 0,190

0,712

0,04 0,09 0,09 0,04

0,26

0,426 0,760

0,760 0,760

2,706

0,04 0,18 0,18 0,04

0,44

Total Faktor Eksternal 1,00 3,146

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap potensi

pengembangan usaha ternak kambing, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi

tersebut melalui matriks Internal Eksternal (Ilustrasi 1). Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh

total skor faktor internal sebesar 3,371 dan total skor faktor eksternal sebesar 3,146 kemudian

angka tersebut masuk dalam matiks Internal pada daerah 1 (strategi konsentrasi melalui integrasi

vertikal). Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2006), bahwa bila skor faktor internal maupun

eksternal diatas 3, maka masuk ke dalam daerah 1.

TINGGI TOTAL SKOR FAKTOR INTERNAL

I

Pertumbuhan

(3,370 ; 3,140)

II

Pertumbuhan

III

Penciutan

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan

Stabilitas

VI

Penciutan

VII

Pertumbuhan

VIII

Pertumbuhan

IX

Penciutan

Ilustrasi 1. Diagram Matriks Internal Eksternal

4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi

Sedang

Rendah

3,0

2,0

1,0

T O T A L

F A K T O R

E K S - I N T

Page 10: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

Matriks SWOT

Matrik SWOT dapat dilihat pada Ilustrasi 2. Strategi S-O yakni memanfaatkan seluruh

kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, strategi yang disarankan

yaitu :

1. Memperluas pangsa pasar, dari hasil survei, sebanyak 53 peternak hanya menjual ternaknya

disekitar Ungaran saja seperti Ambarawa, Babatan, dan Karangjati. Seharusnya petani

peternak lebih memperluas pangsa pasar dengan menjual diluar kota Ungaran seperti

Semarang, Yogyakarta dan kota-kota besar lainnya, agar pemasaran ternak menjadi lebih

luas.Memperhatikan peluang tersebut, maka sangat optimis usaha ternak kambing di

Kecamatan Ungaran dapat dikembangkan.

2. Penyuluhan IB (Inseminasi Buatan) yang intensif

Maksudnya adalah dengan memberikan informasi kepada para peternak tentang pentingnya IB

dalam usaha peternakan kambing, karena para peternak masih banyak yang mengawinkan

ternak secara alami. Menurut Tomaszewska et al,. (1993), perkawinkan melalui IB kualitas

keturunan dapat ditingkatkan, biaya perawatan pejantan dapat dikurangi dan penyakit kelamin

dapat dihindari.

IFAS EFAS

STRENGTHS (S) 1. Banyaknya populasi kambing 2. Ketersediaan pakan hijauan 3. Prasarana jalan baik 4. Letak usaha yang startegis

berada di Ibukota Kabupaten

WEAKNESSES (W) 1. Teknologi masih tradisional 2. Pengetahuan peternak

masih rendah 3. Belum menyediakan obat-

obatan 4. Keterbatasan modal

OPPORTUNITIES (O) 1. Pertumbuhan penduduk

makin meningkat 2. Perkembangbiakan cukup

baik sekali beranak bisa dua

3. Adanya lahan untuk perluasan usaha

4. Daya beli masyarakat yang tinggi di hari-hari besar

STRATEGI SO 1. Memperluas pangsa pasar 2. Penyuluhan IB (Inseminasi

Buatan) yang intensif 3. Meningkatkan usaha

dibidang peternakan 4. Lebih mengembangkan lagi

usaha yang ditekuni agar keuntungan dapat lebih besar

STRATEGI WO 1. Pelatihan mengenai

beternak kambing yang baik 2. Pemanfaatan kredit dalam

pola kemitraan

THREATS (T) 1. Produksi pakan turun di

musim kemarau 2. Banyaknya pesaing usaha

yang sama 3. Penyakit pada kambing 4. Ketidakstabilan harga

kambing berakibat pada perekonomian peternak

STRATEGI ST 1. Teknologi pembuatan pakan. 2. Memperbaiki menejemen

pemeliharaan. 3. Pengobatan ternak kepada

dokter hewan.

STRATEGI WT 1. Bekerjasama dengan

mendirikan KTT 2. Melakukan penyediaan obat

Ilustrasi 2. Matrik SWOT

Page 11: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

3. Meningkatkan usaha dibidang peternakan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60 peternak memelihara ternak kambing

masih menjadi usaha pokok sambilan, seharusnya petani peternak lebih meningkatkan

menjadi usaha pokok, apalagi masih banyak ketersediaan pakan hijauan sebagai pakan ternak

kambing dengan nilai CCR 91,66 serta permintaan yang meningkat di hari besar seperti hari

raya Idul Fitri dan Idul Adha.

4. Pembangan lebih lanjut, usaha peternakan kambing tidak lagi menjadi usaha sampingan tetapi

dapat menjadi usaha pokok, yang melputi pembibitan, penggemukan dan varian kegiatan lain

dari usaha peternakan kambing. Hal ini dikarenakan banyaknya populasi ternak kambing di

Kecamatan Ungaran yang mencapai 5.804 ekor.

Strategi S-T yakni suatu strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi

ancaman. Dari hasil matriks SWOT, maka strategi yang disarankan adalah :

1. Teknologi pembuatan pakan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60 peternak kesulitan pakan pada saat

musim kemarau. Petani peternak seharusnya di beri ketrampilan dalam bidang pengolahan

pakan agar pada saat terjadi musim kemarau para peternak tidak mengalami kesulitan pakan

seperti pembuatan makanan tambahan untuk kambing dan bahan pakan alternatif sebagai

pengganti hijauan. Mulyono dan Sarwono (2004), yang menyatakan kambing dapat disediakan

pakan dalam bentuk hijauan dan pakan penguat seperti bekatul, ketela, dan konsentrat.

2. Memperbaiki menejemen pemeliharaan.

Selama ini petani peternak sendiri belum ada manajemen khusus yang mengatur dalam usaha

ternak kambing, untuk itu seharusnya petani peternak lebih sering berdiskusi dengan sesama

petani dan penyuluh untuk mencari pengetahuan tentang cara memelihara ternak kambing.

Diharapkan petani peternak bisa lebih trampil dalam memelihara ternak kambing.

3. Pengobatan ternak kepada dokter hewan.

Penyakit merupakan ancaman yang harus diwaspadai peternak karena dapat menimbulkan

masalah dan kerugian yang tidak kecil (Mulyono dan Sarwono, 2004). Dari hasil penelitian

sebanyak 60 peternak yang keliru dan tidak memperhatikan kesehatan ternak, sehingga petani

peternak sering menderita kerugian karena ternaknya mati. Petani peternak dengan bimbingan

dan pengawasan dokter hewan atau petugas kesehatan hewan, harus mampu dan mau

meberi pengobatan yang benar untuk menyelamatkan ternak.

Strategi W-O diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada. Dari matriks SWOT, maka strategi yang disarankan adalah :

1. Pelatihan mengenai beternak kambing yang baik

Hasil pengamatan, keterampilan petani peternak masih sangat terbatas. Peran pemerintah

sangat penting dalam upaya meningkatkan ketrampilan petani peternak dengan memberikan

pelatihan-pelatihan kepada petani peternak tentang cara beternak kambing yang baik dan

benar (Hendarto,2000).

Page 12: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

2. Pemanfaatan kredit dengan pola kemitraan.

Petani peternak pada umumnya kesulitan dalam permodalan, petani peternak dalam usaha

beternak kambing masih menggunakan modal sendiri, seharusnya petani peternak bisa

memanfaatkan kredit dengan pola kemitraan yang ada, misal dengan mengajukan kredit lunak

ke bank atau koprasi. Sehingga usaha beternak kambing yang dilakukan para peternak dapat

berkembang dengan baik (Sumoprastowo,1994).

Strategi W-T didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Dari hasil matriks SWOT, maka stratergi yang

disarankan adalah :

1. Bekerja sama dengan mendirikan kelompok tani ternak

Para peternak sebaiknya menjalin kemitraan dan mendirikan kelompok tani ternak untuk

mengatasi masalah-masalah usaha beternak akan semakin banyak dan koplek. (Murtidjo,

1995).

2. Melakukan penyediaan obat

Pengelolaan peternakan hendaknya para peternak menyediakan obat-obatan ternak untuk

mengatisipasi apabila ternak ada yang sakit, terutama sakit gudig dan kembung.

Profitabilitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam

mengelola usahanya. Analisis ini dapat menggambarkan keuntungan yang diperoleh suatu usaha.

Perhitungan profitabilitas yang diperoleh usaha ternak kambing di Kecamatan Ungaran Timur yaitu

sebesar 25,71%, yang menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih besar dari tingkat

suku bunga Bank BRI yang berlaku yaitu 15 % sehingga usaha tersebut layak untuk

dikembangkan.

KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini bahwa daya dukung luas lahan dan ketersediaan pakan hijauan

di Kecamatan Ungaran sangat baik untuk usaha pengembangan ternak kambing. Berdasarkan

analisis SWOT, strategi pengembangan usaha ternak kambing dapat dilakukan dengan

meningkatkan pengetahuan teknologi peternakan, memperhatikan kesehatan ternak, menjalin

kemitraan usaha dengan mendirikan kelompok tani ternak, dan menyediakan obat-obatan ternak.

Nilai profitabilitas lebih tinggi dari suku bunga kredit.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius,Yogyakarta. Davendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB Bandung dan

Universitas Udayana, Bandung. (Diterjemahkan oleh I.D.K.H. putra). Dinas Peternakan Jawa Tengah. 2002. Penggunaan Rumus-rumus dalam

Penyusunan/Pengolahan Data-data Statistik Peternakan Jawa Tengah. Dinas Peternakan Jawa Tengah, Semarang.

Page 13: Development Potency of Goat Farming in Ungaran Sub ...eprints.undip.ac.id/63536/1/artikel_sudiyono_dkk_semnas_upn... · rumput tanaman (rumput gajah, rumput benggala, rumput raja),

Hartono. B. dan Rohman. 2006. Usaha Ternak Kambing Sebagai Alternatif Sumber Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja Studi di Desa Taman Sari Kecamatan Ampel Gading Kabupaten Malang. Journal Pengembangan Peternakan Tropis. 36 : 99-104.

Hendarto, R.M. 2000. Analisis Potensi Daerah dalam pembangunan Ekonomi. Makalah Diklat.

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Ichsan M. 1993. Model Pengembangan Peternakan Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan.

Laporan Diskusi Agribisnis Peternakan. Fakultas Peternakan UGM dan Derektorat Jendral Peternakan, Yogyakarta.

Mubyarto. 1993. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES, Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi ke-6.Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu EkonomiYKPN.,

Yogyakarta. Mulyono, S. dan B. Sarwono. 2004. Penggemukan Kambing Potong. Penerba Swadaya, Jakarta. Murtidjo, B.A.1995. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius,

Yogyakarta. Nurzaman. 2002. Perencanaan Wilayah di Indonesia pada Massa Sekitar Krisis. Penerbit ITB,

Bandung. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta. Riyadi dan D.S. Bratakusuma. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. Setiawan, T. dan A. Tanius. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penerba Swadaya,

Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei.LP3S, Jakarta. Sumoprastowo. 1994. Beternak Kambing yang Berhasil. Cetakan ke-2. Bharata Karya Aksara,

Jakarta. Tomaszewska, M.W., I.M.Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya. 1993.

Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Jakarta. Usman, H. dan R, Purnomo Setiadi Akbar. 1995. Pengantar Statistik. Bumi Aksara, Jakarta.