determinan kematian neonatal di daerah rural...

215
DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL INDONESIA TAHUN 2008-2012 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: Siti Malati Umah NIM: 1110101000040 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

Upload: vankhanh

Post on 02-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL INDONESIA TAHUN 2008-2012

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Siti Malati Umah NIM: 1110101000040

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 28 Agustus 2014

Siti Malati Umah

Page 3: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul

DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL

DI DAERAH RURAL INDONESIA TAHUN 2008-2012

Telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 28 Agustus 2014

Oleh:

Siti Malati Umah

NIM: 1110101000040

Pembimbing I,

Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS

NIP. 198404042008122007

Pembimbing II,

Minsarnawati, SKM, M.Kes

NIP. 197502152009012003

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Page 4: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI

DAERAH RURAL INDONESIA TAHUN 2008-2012 telah diujikan dalam

sidang skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 15 Agustus 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

Jakarta, 28 Agustus 2014

Sidang Skripsi,

Penguji I,

Raihana Nadra Al Kaff, SKM, MMA NIP. 197812162009012005

Penguji II,

Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM NIP. 1980516200902005

Page 5: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, 28 Agustus 2014

Siti Malati Umah, NIM: 1110101000040 Determinan Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

xviii + 156 halaman, 27 tabel, 6 gambar, 3 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Kematian neonatal merupakan penyumbang terbesar kasus kematian pada bayi di Indonesia sebanyak 59% kasus. Kematian neonatal lebih tinggi terjadi di daerah rural dibandingkan wilayah urban Indonesia. Pengetahuan tentang faktor yang berpengaruh terhadap kematian neonatal diperlukan untuk mencegah terjadinya kasus kematian neonatal khususnya di daerah rural. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kematian neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

Metode: Sumber data penelitian adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 dengan desain penelitian cross sectional study dan analisis statistik menggunakan uji chi square.

Hasil: Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal yaitu status pekerjaan ibu (p= 0,000), umur ibu (p=0,007), paritas (0,033), kunjungan antenatal (p=0,001) dan komplikasi kehamilan (p=0,002). Sedangkan pendidikan ibu (p=0,311), indeks kekayaan rumah tangga (0,375), jenis kelamin bayi (p=0,458), penolong persalinan (p=0,548), persalinan caesar (0,363) dan tempat persalinan (0,674) tidak berhubungan dengan kematian neonatal di daerah rural Indonesia.

Simpulan: Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan pada kelompok ibu umur >20 tahun dan >35 tahun serta kelompok ibu yang bekerja, peningkatan ketersediaan dan kelengkapan fasilitas dan tenaga pada layanan KB, pelayanan antenatal yang fokus pada terjaminnya ketersediaan, kelengkapan dan kualitas fasilitas dan tenaga kesehatan, pemantauan berkelanjutan bagi ibu yang mengalami komplikasi kehamilan dan peningkatan kualitas tenaga penolong persalinan.

Kata kunci: Determinan, Kematian Neonatal, Rural, Indonesia Daftar bacaan: 121 (1992-2014)

Page 6: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

v

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION

Undergraduate Thesis, August 29th 2014

Siti Malati Umah, NIM: 1110101000040 Determinants of Neonatal Mortality in Rural Indonesia Year 2008-2012 xviii + 156 pages, 27 tables, 6 pictures, 3 attachments

ABSTRACT

Background: Neonatal mortality accounts for almost 59% of infant mortality in Indonesia. Neonatal mortality shows to be higher in rural area than in urban area. An understanding of the factors related to neonatal mortality in rural setting is needed to prevent neonatal death. This study aimed to identify the determinants of neonatal deaths in rural Indonesia year 2008-2012.

Method: The data source for the analysis was the 2012 Indonesia Demographic and Health Survey with cross sectional study design and statistic analysis was performed using chi square test.

Results: The results indicated that maternal occupation status (p= 0,000), maternal age (p=0,007), parity (0,033), antenatal care (p=0,001) and complications during pregnancy (p=0,002) were associated with neonatal death. While maternal education (p=0,311), household wealth index (0,375), sex of neonatus (p=0,458), birth attendants (p=0,548), cesarean delivery (0,363) dan place of delivery (0,674) were not associated with neonatal death in rural area of Indonesia.

Conclusion: Strategies on improving maternal knowledge needed to be focus on maternal age >20 and >35 years and maternal working group, provision of adequate health facilities both of the availability of health professionals and the completeness of equipments on family planning and antenatal care service, sustained monitoring on maternal complication group and improving skilled birth attendance towards providing quality service.

Keywords: Determinants, Neonatal Mortality, Rural, Indonesia Reading list: 121 (1992-2014)

Page 7: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas Pribadi

Nama Lengkap : Siti Malati Umah

Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 26 Juli 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Pasirpanjang RT 006/002, Kecamatan Salem,

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, 52275

Nomor telepon : 0857 4784 2313

Email : [email protected]

Website : elummah35.wordpress.com

B. Pendidikan Formal

1. 1997 - 2003 : SDN 03 Pasirpanjang, Salem, Brebes

2. 2003 - 2006 : MTs As Salam Salem, Brebes

3. 2006 - 2010 : MAN 2 Ciamis

4. 2010 - sekarang : S1-Peminatan Epidemiologi, Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang,

atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Mata Kuliah

Skripsi. Salawat dan salam senantiasa tecurahkan kepada Rasul tercinta yang telah

menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh

selama perkuliahan, penulis menyusun skripsi mengenai “Determinan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012”. Skripsi ini disusun

dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah skripsi sebagai tugas akhir mahasiswa.

Masalah kematian pada neonatal dipilih sebagai topik penelitian mengingat

kematian neonatal menempati proporsi tertinggi kematian yang terjadi pada bayi.

Angka Kematian Bayi masih jauh dari target MDGs 2015. Target MDGs untuk

menurunkan Angka Kematian Bayi akan tercapai apabila penurunan Angka

Kematian Neonatal bisa dicapai. Sehingga diharapkan penelitian ini nantinya bisa

berkontribusi terhadap upaya penurunan angka kematian bayi serta balita di

Indonesia khususnya untuk daerah rural Indonesia.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. (hc). Dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 9: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

viii

2. Ir. Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat serta

penanggungjawab Mata Kuliah Skripsi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013-2014.

3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014-2015.

4. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes selaku penanggungjawab

Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta serta dosen pembimbing skripsi atas arahan dan

bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS selaku dosen pembimbing skripsi atas

konsultasi, arahan serta bimbingannya selama penyusunan skripsi.

6. Orang tua penulis, bagi Bapak (Ali Syamsuddin Alm) rasa terimakasih yang

sangat besar atas dukungan, do’a serta kepercayaannya yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis semakin percaya diri dalam menghadapi

berbagai hal. Untuk Ibu (Syariah), dengan kelembutan dan kasih sayang serta

do’anya yang tak pernah berhenti dipanjatkan untuk penulis serta keteguhan

hati yang dicontohkannya sehingga semakin menguatkan penulis. Penulis

selalu mendo’akan, semoga Allah SWT menerima seluruh amal kebaikan

mereka dan mengampuni segala dosanya. Amiin.

7. A Irfan yang terus memberikan masukan, motivasi, semangat disaat penulis

menghadapi kesulitan-kesulitan. Ceu Ela, dengan kasih sayangnya yang

sangat tulus sehingga membuat penulis semakin semangat. Udin, adikku yang

paling santai menghadapi berbagai masalahnya. Ceu, A, Udin, semuanya

makasih atas dukungan semangat, motivasi dan do’anya. Buat Udin, Ayoo,

Page 10: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

ix

segera menyusul 3.5 tahun selesai ya… Tidak lupa buat si bungsu Fuad yang

menjadi sponsor pulsa bagi penulis, makasih Uad bantuannya,, sangat

bermanfaat…

8. Buat Rizka sahabatku, teman sekosanku yang mau direpotkan, sering

dimintain tolong ini itu, De, makasih banget ya udah banyak ngebantu aku...

Buat Nida, Najah, Zata, makasih Nid, Jah, Ta, masukan dan do’a kalian saat

penyusunan proposal membuat semangatku bangkit kembali. Buat Wiwid,

kamu keren sis, aku banyak belajar dari kamu lho,,. Buat Luthfi, Fi.. makasih

ya, udah ngasih banyak masukan buat proposal dan skripsiku, skripsi kita

bener-bener mirip ya, tapi tetep berbeda. Buat Bebe, Tika, juga Karlin,

makasih ya kalian udah sering berbagi cerita, informasi, ngasih masukan,

saling nyemangatin, semoga ukhuwah kita tetap terjaga... Buat kalian

semuanya, makasih ya udah sering main ke kosan, refreshing banget buat

aku, skripsi jadi lebih menyenangkan (kapan lagi ya kita bisa kumpul di

kosan). Tidak lupa buat Ii, makasih ya udah ngasih semangat juga saat

proposal. Buat Putri, semangat selalu ya, semoga kita lulus tahun ini semua.

Terakhir buat dua cowok yang memang hanya dua cowok di peminatan

epidemiologi, Harun dan Bayu, Wong Palembang, cowok-cowok rajin yang

ngalahin cewek paling rajin di kelas, kalian bener-bener superrr, patut

dijadikan contoh. Peminatan Epidemiologi Pokoknya Tak Terlupakan (udah

kangen banget sama kalian...).

9. Teman-teman Kesehatan Masyarakat, Reka, Ifa, Bila, Nina, Angga, Anin,

Mawar, Sari, Nita terutama buat Eliza, Syifa, Qotrun, Dillah, Supri, Nia,

Page 11: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

x

makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih seru, sekilas

ketegangan hilang, thanks banget Guys...

10. Teman-teman program studi lain, Keperawatan, Shulcha, Hilma, Alung;

teman-teman Farmasi Nia, Lina, Farida; adik kelas peminatan epidemiologi

Rini, Iis, Ila, Karim; teman-teman CSS MoRA UIN Jakarta, serta kakak

kelasku (Teh Eci) dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian pada

skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar penulis

dapat menyusun laporan penelitian yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Wassalamu‘alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Jakarta, 28 Agustus 2014

Siti Malati Umah

Page 12: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xi

MOTTO HIDUP

" ف إ ن س ع ال ع م ار س ی ر

اإ ر یس ر عس ع ال م .."ن “…Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada

kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan…” (Q.S. Al Insyiroh: 5-6)

Page 13: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk Bapak (Alm)

dan Ibu tercinta…

Page 14: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xiii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ i

PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP PENULIS ......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ 6

1.4.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

1.5.1 Bagi Peneliti ........................................................................... 8

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ............................ 8

1.5.3 Bagi Pemerintah ..................................................................... 8

1.5.4 Bagi Masyarakat..................................................................... 9

1.6 Ruang Lingkup Masalah .................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

2.1 Kematian Neonatal .......................................................................... 10

2.2 Angka Kematian Neonatal ............................................................... 11

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal .......... 13

Page 15: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xiv

2.3.1 Faktor Sosial-ekonomi (Socioeconomic Factors) .................. 13

2.3.2 Determinan Terdekat (Proximate Determinants) .................. 20

2.3.2.1 Faktor Ibu (Maternal Factors) .................................. 20

2.3.2.2 Faktor Neonatal (Neonatal Factors) ......................... 24

2.3.2.3 Faktor Sebelum Melahirkan (Pre-Delivery Factors) . 38

2.3.2.4 Faktor Saat Melahirkan (Delivery Factors) .............. 47

2.3.2.5 Faktor Setelah Melahirkan (Post Delivery Factors) .. 61

2.4 Konsep Daerah Rural/Perdesaan ...................................................... 63

2.5 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI 2012) ....... 68

2.6 Kerangka Teori ................................................................................ 75

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........ 77

3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 77

3.2 Definisi Operasional ........................................................................ 80

3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 83

BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 84

4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 84

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 85

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 85

4.3.1 Populasi Penelitian ............................................................... 85

4.3.2 Sampel Penelitian ................................................................. 85

4.4 Cara Pengambilan Sampel ............................................................... 86

4.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 87

4.6 Pengolahan Data .............................................................................. 89

4.7 Analisis Data ................................................................................... 90

4.7.1 Analisis Univariat ................................................................. 91

4.7.2 Analisis Bivariat ................................................................... 91

BAB V HASIL ............................................................................................ 92

5.1 Distribusi Kematian Neonatal .......................................................... 92

5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu .................................................... 92

5.3 Distribusi Status Pekerjaan Ibu ........................................................ 93

5.4 Distribusi Indeks Kekayaan Rumah Tangga ..................................... 93

Page 16: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xv

5.5 Distribusi Umur Ibu ......................................................................... 94

5.6 Distribusi Jenis Kelamin Bayi .......................................................... 94

5.7 Distribusi Paritas ............................................................................. 95

5.8 Distribusi Kunjungan Antenatal ....................................................... 95

5.9 Distribusi Komplikasi Kehamilan .................................................... 95

5.10 Distribusi Penolong Persalinan ........................................................ 96

5.11 Distribusi Persalinan Caesar ............................................................ 96

5.12 Distribusi Tempat Persalinan ........................................................... 97

5.13 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kematian Neonatal ..................... 97

5.14 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kematian Neonatal ....................... 98

5.15 Hubungan Indeks Kekayaan Rumah Tangga dengan Kematian

Neonatal .......................................................................................... 99

5.16 Hubungan Umur Ibu dengan Kematian Neonatal ........................... 100

5.17 Hubungan Jenis Kelamin Bayi dengan Kematian Neonatal ............ 100

5.18 Hubungan Paritas dengan Kematian Neonatal ................................ 101

5.19 Hubungan Kunjungan Antenatal dengan Kematian Neonatal ......... 102

5.20 Hubungan Komplikasi Kehamilan dengan Kematian Neonatal....... 102

5.21 Hubungan Penolong Persalinan dengan Kematian Neonatal ........... 103

5.22 Hubungan Persalinan Caesar dengan Kematian Neonatal .............. 104

5.23 Hubungan Tempat Persalinan dengan Kematian Neonatal .............. 104

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................... 106

6.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 106

6.2 Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 .. 107

6.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di

Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ..................................... 111

6.3.1 Pendidikan Ibu ................................................................... 111

6.3.2 Pekerjaan Ibu ..................................................................... 115

6.3.3 Indeks Kekayaan Rumah Tangga........................................ 119

6.3.4 Umur Ibu ............................................................................ 123

6.3.5 Jenis Kelamin Bayi............................................................. 127

6.3.6 Paritas ................................................................................ 129

6.3.7 Kunjungan Antenatal .......................................................... 135

Page 17: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xvi

6.3.8 Komplikasi Kehamilan ....................................................... 142

6.3.9 Penolong Persalinan ........................................................... 145

6.3.10 Persalinan Caesar ............................................................... 152

6.3.11 Tempat Persalinan .............................................................. 154

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 161

7.1 Simpulan ....................................................................................... 161

7.2 Saran ............................................................................................. 162

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 164

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 175

Page 18: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia............................... 67

Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 80

Tabel 4.1 Variabel dan Kode Variabel Penelitian Pada SDKI 2012 ............... 89

Tabel 4.2 Hasil Cleaning Data Daerah Rural Indonesia SDKI 2012 .............. 90

Tabel 5.1 Distribusi Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun

2008-2012 ..................................................................................... 92

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Daerah Rural Indonesia Tahun

2008-2012 ..................................................................................... 92

Tabel 5.3 Distribusi Pekerjaan Ibu di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-

2012 .............................................................................................. 93

Tabel 5.4 Distribusi Indeks Kekayaan Rumah Tangga di Daerah Rural

Indonesia Tahun 2008-2012 .......................................................... 93

Tabel 5.5 Distribusi Umur Ibu di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 . 94

Tabel 5.6 Distribusi Jenis Kelamin Bayi di Daerah Rural Indonesia Tahun

2008-2012 ..................................................................................... 94

Tabel 5.7 Distribusi Paritas di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ..... 95

Tabel 5.8 Distribusi Kunjungan Antenatal di Daerah Rural Indonesia Tahun

2008-2012 ..................................................................................... 95

Tabel 5.9 Distribusi Komplikasi Kehamilan di Daerah Rural Indonesia Tahun

2008-2012 ..................................................................................... 96

Tabel 5.10 Distribusi Penolong Persalinan di Daerah Rural Indonesia Tahun

2008-2012 ..................................................................................... 96

Tabel 5.11 Distribusi Persalinan Caesar di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-

2012 .............................................................................................. 97

Tabel 5.12 Distribusi Tempat Persalinan di Daerah Rural Indonesia Tahun

2008-2012 ..................................................................................... 97

Page 19: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xviii

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 .................. 98

Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................................. 98

Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Indeks Kekayaan Rumah Tangga dengan

Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 .. 99

Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Umur Ibu dengan Kematian Neonatal di

Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................................... 100

Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin Bayi dengan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................ 100

Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Paritas dengan Kematian Neonatal di

Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................................... 101

Tabel 5.19 Analisis Hubungan antara Kunjungan Antenatal dengan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................ 102

Tabel 5.20 Analisis Hubungan antara Komplikasi Kehamilan dengan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................ 102

Tabel 5.21 Analisis Hubungan antara Penolong Persalinan dengan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................ 103

Tabel 5.22 Analisis Hubungan antara Persalinan Caesar dengan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................ 104

Tabel 5.23 Analisis Hubungan antara Tempat Persalinan dengan Kematian

Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012 ................ 105

Page 20: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tren Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Neonatal di

Indonesia Tahun 2002-2012 ........................................................ 13

Gambar 2.2 Bagan Alur Pengambilan Sampel Rumah Tangga dan Individu ... 69

Gambar 2.3 Kerangka Teori ........................................................................... 76

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 79

Gambar 4.1 Bagan Alur Pengambilan Sampel Penelitian ................................ 87

Gambar 4.2 Proses Pengambilan Data Penelitian ............................................ 88

Page 21: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

1

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai laporan menunjukkan bahwa kematian neonatal menempati

proporsi kematian terbanyak yang terjadi pada bayi di dunia. Laporan

MDGs 2013 menunjukkan bahwa proporsi kematian neonatal pada kejadian

kematian balita di dunia mengalami peningkatan dari 36% pada tahun 1990

menjadi 43% pada tahun 2011 (United Nations, 2013). Data WHO juga

menunjukkan bahwa kematian neonatal memiliki proporsi sebesar 40%

kematian dari seluruh kematian yang terjadi pada balita di dunia (WHO,

2014).

Data SDKI 2012 menunjukkan kematian neonatal untuk periode 2008-

2012 di Indonesia sebesar 19 kematian per 1000 kelahiran hidup (KH).

Angka Kematian Neonatal ini merupakan proporsi kematian terbesar yang

terjadi pada bayi (59%) di Indonesia. Angka Kematian Bayi di Indonesia

yaitu sebesar 32 per 1000 KH untuk periode 2008-2012. Angka Kematian

Bayi ini menunjukkan masih cukup jauh untuk bisa mencapai target MDGs

menurunkan Angka Kematian Bayi sebesar 23 per 1000 KH pada tahun

2015 (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Angka Kematian Neonatal berdasarkan wilayah rural dan urban di

Indonesia menunjukkan bahwa Angka Kematian Neonatal lebih tinggi di

Page 22: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

2

daerah rural (perdesaan) Indonesia dibandingkan di daerah urban

(perkotaan) Indonesia. Angka Kematian Neonatal di daerah urban Indonesia

sebesar 15 per 1.000 KH. Sedangkan Angka Kematian Neonatal di daerah

rural Indonesia berdasarkan SDKI 2012 yaitu sebesar 24 per 1.000 KH

untuk periode 2003-2012 (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013). Angka Kematian Neonatal didaerah rural mengalami penurunan pada

hasil SDKI 2002-2003 (26 per 1000 KH) (BPS & ORC Macro, 2003),

namun Angka Kematian Neonatal di daerah rural Indonesia ini tetap konstan

berdasarkan hasil SDKI 2007 (24 per 1.000 KH) (BPS & Macro

International, 2008).

Angka Kematian Neonatal (AKN) merupakan kematian yang terjadi

pada dua puluh delapan hari pertama kehidupan dibagi jumlah bayi lahir

hidup. Pada SDKI 2012 AKN dihitung berdasarkan keterangan jumlah bayi

yang meninggal pada dua puluh delapan hari pertama kehidupan dibagi

dengan keterangan jumlah bayi yang bertahan hidup. Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dilaksanakan untuk mengetahui

informasi mengenai masalah kependudukan serta masalah kesehatan yang

fokus pada kesehatan ibu dan anak di Indonesia (BPS, BKKBN, Kemenkes

& ICF International, 2013).

Masa neonatal merupakan masa empat minggu pertama kehidupan

pada bayi setelah dilahirkan (WHO, 2006). Masa neonatal merupakan waktu

yang paling rentan untuk kelangsungan hidup anak. Upaya menurunkan

angka kematian neonatal menjadi semakin penting, bukan hanya karena

proporsinya yang semakin meningkat tetapi karena intervensi kesehatan

Page 23: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

3

yang diperlukan untuk mengatasi penyebab utama kematian berbeda dengan

intervensi pada kematian balita secara umum (WHO, 2014).

Hasil penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa faktor-faktor

yang berhubungan dengan kematian neonatal yaitu usia ibu (Prabamurti,

dkk., 2008), berat bayi lahir (Onwuanaku dkk., 2011), jarak kelahiran

(Mekonnen dkk., 2013), jenis kelamin bayi (Bashir dkk., 2013), paritas

(Singh dkk., 2013), pendidikan ibu (Upadhyay dkk., 2012), suntikan tetanus

toksoid pada ibu (Singh dkk., 2013), persalinan caesar (Chaman dkk.,

2009), umur kehamilan (Onwuanaku dkk., 2011), riwayat komplikasi

persalinan (Singh, dkk., 2013) dan fasilitas persalinan (Tura, dkk., 2013).

Penelitian yang dilakukan di beberapa daerah rural menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal yaitu

kelahiran prematur, berat bayi lahir rendah, persalinan sesar, paritas, jarak

kelahiran, pendidikan ibu, usia ibu, pekerjaan ibu, komplikasi persalinan

(Mercer, dkk., 2006; Chaman, dkk., 2009; Upadhyay, dkk., 2012; Singh,

dkk., 2013). Penelitian lainnya menemukan bahwa penyebab utama

kematian pada neonatal di daerah rural yaitu asfiksia, infeksi (31%), lahir

prematur (26%), sepsis (45%) dan pneumonia (36%) (Baqui, dkk., 2006).

Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa faktor risiko

yang paling berpengaruh adalah berat badan saat lahir (Efriza, 2007;

Fachlaeli, 2000). Penelitian lainnya yang menggunakan data SDKI 2003

menunjukkan bahwa status orang tua, status pekerjaan ayah, jarak

kelahiran, jenis kelamin bayi, ukuran bayi lahir dan riwayat komplikasi

persalinan memiliki hubungan dengan kematian neonatal di Indonesia

Page 24: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

4

(Titaley, dkk., 2008). Umur ibu saat melahirkan dan umur kehamilan dapat

meningkatkan risiko terjadinya kematian neonatal (Fachlaeli, 2000). Pada

penelitian yang dilakukan (Yani & Duarsa, 2013) Yani dan Duarsa (2013)

menemukan bahwa pelayanan antenatal dan penolong persalinan memiliki

hubungan dengan kematian neonatal.

Target MDGs untuk menurunkan angka kematian bayi sebesar 23

kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 cukup berat bagi

Indonesia. Penurunana angka kematian bayi ini membutuhkan berbagai

upaya yang perlu ditingkatkan (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF

International, 2013) sedangkan waktu pencapaian hanya tersisa satu tahun.

Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui faktor apa saja yang

berpengaruh terhadap kasus kematian neonatal di Indonesia dengan fokus di

daerah rural karena memiliki angka kematian neonatal yang lebih tinggi

dibandingkan di daerah urban serta memiliki angka kematian neonatal yang

tetap konstan dari tahun sebelumnya. Penelitian ini diharapkan dapat

berkontribusi dalam upaya melakukan intervensi terkait faktor risiko

kematian neonatal sehingga bisa berdampak terhadap penurunan Angka

Kematian Neonatal di daerah rural Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data SDKI 2012 untuk periode 2008-2012, diketahui

bahwa kematian neonatal menjadi penyumbang utama kematian yang terjadi

pada Bayi di Indonesia. Angka Kematian Bayi masih tinggi, sangat jauh

untuk bisa mencapai target MDGs. Angka Kematian Neonatal di daerah

rural Indonesia menunjukkan lebih tinggi dibandingkan di daerah urban

Page 25: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

5

Indonesia. Kematian neonatal di daerah rural Indonesia tetap konstan

berdasarkan SDKI 2007 dan SDKI 2012. Sehingga perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

kematian neonatal di daerah rural Indonesia agar bisa diketahui intervensi

yang diperlukan untuk menurunkan Angka Kematian Neonatal yang juga

diharapkan bisa berdampak pada penurunan Angka Kematian Bayi.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan pada penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagaimana distribusi kematian neonatal, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,

indeks kekayaan rumah tangga, umur ibu, jenis kelamin bayi, paritas,

kunjungan antenatal, komplikasi kehamilan, penolong persalinan,

persalinan caesar dan tempat persalinan di daerah rural Indonesia tahun

2008-2012?

2) Bagaimana hubungan pendidikan ibu dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

3) Bagaimana hubungan pekerjaan ibu dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

4) Bagaimana hubungan indeks kekayaan rumah tangga dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

5) Bagaimana hubungan umur ibu dengan kematian neonatal di daerah

rural Indonesia tahun 2008-2012?

6) Bagaimana hubungan jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

Page 26: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

6

7) Bagaimana hubungan paritas dengan kematian neonatal di daerah rural

Indonesia tahun 2008-2012?

8) Bagaimana hubungan kunjungan antenatal dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

9) Bagaimana hubungan komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal

di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

10) Bagaimana hubungan penolong persalinan dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

11) Bagaimana hubungan persalinan caesar dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

12) Bagaimana hubungan tempat persalinan dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus

sebagai berikut:

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya determinan

kematian neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut:

1) Diketahuinya distribusi kematian neonatal, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, indeks kekayaan rumah tangga, umur ibu, jenis

kelamin bayi, paritas, kunjungan antenatal, komplikasi kehamilan,

Page 27: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

7

penolong persalinan, persalinan caesar dan tempat persalinan di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

2) Diketahuinya hubungan pendidikan ibu dengan kematian neonatal

di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

3) Diketahuinya hubungan pekerjaan ibu dengan kematian neonatal

di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

4) Diketahuinya hubungan indeks kekayaan rumah tangga dengan

kematian neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

5) Diketahuinya hubungan umur ibu dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

6) Diketahuinya hubungan jenis kelamin bayi dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

7) Diketahuinya hubungan paritas dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

8) Diketahuinya hubungan kunjungan antenatal dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

9) Diketahuinya hubungan komplikasi kehamilan dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

10) Diketahuinya hubungan penolong persalinan dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

11) Diketahuinya hubungan persalinan caesar dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

12) Diketahuinya hubungan tempat persalinan dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

Page 28: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

8

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Peneliti

Sebagai sarana menerapkan dan mengaplikasikan keilmuan

kesehatan masyarakat yang telah didapatkan di perkuliahan

mengenai metodologi penelitian, epidemiologi kesehatan reproduksi,

manajemen dan analisis data serta keilmuwan kesehatan masyarakat

lainnya yang digunakan dalam penelitian ini.

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan bagi

kalangan akademisi sebagai informasi terhadap penelitian

selanjutnya.

1.5.3 Bagi Pemerintah

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bisa

mendapatkan hasil penelitian ini berupa Policy Brief mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di daerah

rural Indonesia. Sehingga diharapkan Policy Brief tersebut

selanjutnya menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan upaya

penurunan Angka Kematian Neonatal di Indonesia terutama fokus di

daerah rural.

Page 29: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

9

1.5.4 Bagi Masyarakat

Masyarakat bisa mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kematian neonatal di daerah rural Indonesia setelah

membaca laporan hasil penelitian ini.

1.6 Ruang Lingkup Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kematian neonatal. Penelitian ini merupakan penelitian

epidemiologi analitik dengan variabel independen adalah pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, indeks kekayaan rumah tangga, umur ibu, jenis kelamin bayi,

paritas, kunjungan antenatal, komplikasi kehamilan, penolong persalinan,

persalinan caesar dan tempat persalinan. Sedangkan variabel dependennya

adalah kematian neonatal. Desain penelitian yang digunakan adalah cross

sectional study, dimana variabel dependen maupun independen

dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Instrumen pada penelitian

berupa Kuesioner Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012.

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2014. Populasi penelitian yaitu semua

neonatal di daerah rural Indonesia pada periode 2008-2012 dengan sampel

penelitian berjumlah 7.138 orang.

Page 30: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

10

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kematian Neonatal

Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi dari saat lahir sampai usia 4

minggu pertama kehidupan (Wong, 2004). Periode neonatal dimulai saat

bayi lahir sampai 28 hari setelah kelahiran (WHO, 2006). Periode neonatal

ini merupakan periode paling kritis untuk perkembangan dan pertumbuhan

bayi (Saifudin, dkk, 2009). Bayi sangat mudah terserang penyakit akibat

terjadi transisi dari kehidupan didalam kandungan ke kehidupan di luar

kandungan (ekstrauterus) yang memerlukan beberapa penyesuaian

fisiologi dan biokimia agar bayi bisa bertahan hidup. Pada masa transisi ini

sebagian besar masalah yang terjadi adalah lemahya adaptasi bayi akibat

aspiksia, kelahiran prematur dan efek yang terjadi akibat proses persalinan

(Kliegman, dkk., 2011).

Kematian neonatal menurut ICD10 adalah kematian yang terjadi

selama dua puluh delapan hari pertama kehidupan setelah bayi dilahirkan.

Kematian neonatal terbagi atas kematian neonatal dini dan kematian

neonatal lanjut. Kematian neonatal dini merupakan kematian seorang bayi

dari mulai setelah dilahirkan sampai 7 hari pertama kehidupan (0-6 hari).

Sedangkan kematian neonatal lanjut adalah kematian bayi setelah 7 hari

sampai sebelum 28 hari pertama kehidupan (7-27 hari) (WHO, 2006).

Page 31: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

11

2.2 Angka Kematian Neonatal

Angka Kematian Neonatal merupakan jumlah kematian bayi

berumur kurang dari 28 hari pada periode tertentu biasanya pada periode

satu tahun (Timmreck, 1994). Walaupun Angka Kematian Balita di dunia

menunjukkan terjadi penurunan sebesar 41% dari 87 kematian per 1000

kelahiran hidup tahun 1990 menjadi 51 kematian per 1000 kelahiran hidup

tahun 2011, masih diperlukan upaya lebih serius untuk menurunkan dua

per tiga kematian balita pada tahun 2015. Selain itu, proporsi kematian

neonatal pada kematian balita di dunia justru mengalami peningkatan dari

36% pada tahun 1990 menjadi 43% pada tahun 2011 (United Nations,

2013).

Penurunan Angka Kematian Neonatal sangat penting untuk

mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 penurunan

Angka Kematian Balita. Target MDGs untuk penurunan Angka Kematian

Balita yaitu penurunan kematian sebesar dua per tiga kematian pada 2015

dari kematian balita yang terjadi pada tahun 1990 (United Nations, 2013).

Penurunan angka kematian balita ini secara lebih rinci yaitu dari 97

kematian per 1000 KH menjadi 32 kematian per 1000 KH pada tahun 2015

(Stalker, 2008). Angka Kematian Balita di Indonesia diketahui sebesar 40

per 1.000 KH pada periode 2008-2012, dimana kematian yang terjadi pada

bayi merupakan penyumbang kematian tertinggi (BPS, BKKBN,

Kemenkes & ICF International, 2013).

Angka Kematian Bayi di Indonesia yaitu sebesar 32 per 1000 KH

untuk periode 2008-2012. Sedangkan Angka Kematian Bayi di daerah

Page 32: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

12

rural Indonesia sebesar 40 per 1000 KH untuk periode 2003-2012. Pada

kematian bayi tersebut diketahui kematian neonatal merupakan proporsi

kematian penyumbang paling banyak.

Angka Kematian Neonatal di Indonesia yaitu sebesar 19 per 1000

KH untuk periode 2008-2012. Angka kematian neonatal ini tidak

mengalami penurunan maupun peningkatan (konstan) dari hasil SDKI

sebelumnya (SDKI 2007). Namun, Proporsi kematian neonatal terhadap

kematian bayi mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke tahun 2012

(58% menjadi 59%) (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013).

Angka kematian neonatal di daerah rural Indonesia berdasarkan

SDKI 2012 didapatkan sebesar 24 per 1000 KH. Angka kematian neonatal

ini mengalami penurunan berdasarkan SDKI 2002-2003, namun tetap

konstan berdasarkan SDKI 2007. Angka kematian neonatal di daerah rural

Indonesia berdasarkan SDKI 2002-2003 sebesar 26 per 1000 KH (BPS &

ORC Macro, 2003). Sedangkan berdasarkan SDKI 2007, angka kematian

neonatal di daerah rural Indonesia yaitu sebesar 24 per 1000 KH (BPS &

Macro International, 2008).

Page 33: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

13

Gambar 2.1 Tren Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2002-2012

Sumber: (BPS & ORC Macro, 2003; BPS & Macro International, 2008;

BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013)

2.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal

Determinan atau faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup neonatal menurut Titaley, dkk (2008) terdiri dari

faktor sosial-ekonomi (socioeconomic determinants) dan faktor terdekat

(proximate determinants). Determinan terdekat tersebut terdiri dari faktor

ibu, faktor bayi dan faktor pelayanan kesehatan.

2.3.1 Faktor Sosial-ekonomi (Socioeconomic Factors)

Faktor sosial-ekonomi yang berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup bayi terdiri dari pendidikan ibu, pekerjaan ibu,

indeks kekayaan rumah tangga dan wilayah tempat tinggal (Titaley,

dkk, 2008; Mekonnen dkk., 2013; Singh, dkk., 2013; Upadhyay,

dkk., 2012; Yi, dkk., 2011).

1) Pendidikan Ibu

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

52 4540

26 24 24

0

20

40

60

SDKI 2002-2003 SDKI 2007 SDKI 2012Ju

mla

h

Kematian Bayi Kematian Neonatal

Page 34: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

14

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Adapun jenjang pendidikan merupakan tahapan pendidikan

yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang

dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas

pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.

Semakin meningkatnya level pendidikan ibu dapat

meningkatkan kemampuan ibu untuk memperoleh, memproses

dan memahami informasi dasar kesehatan tentang manfaat

pelayanan sebelum melahirkan dan informasi pelayanan

kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Informasi sangat

penting bagi ibu untuk membuat keputusan yang tepat. Ibu

dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih percaya diri

bertanya mengenai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh

dirinya (Karlsen, dkk., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan ibu berhubungan dengan kejadian kematian

neonatal (Mekonnen dkk., 2013; Upadhyay, dkk., 2012).

Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan dengan kejadian

Page 35: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

15

kematian neonatal (Singh dkk., 2013). Semakin rendah tingkat

pendidikan ibu akan semakin besar peluang terjadinya kasus

kematian bayi (Ibu tidak pernah sekolah, OR: 2.48; ibu

berpendidikan rendah, OR: 1.57) (Faisal, 2010). Penelitian

lainnya juga menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan ibu dengan kematian bayi (Sugiharto, 2011).

Penelitian yang dilakukan Pertiwi (2010) juga menunjukkan

ada hubungan antara pendidikan dengan kematian neonatal.

Ibu yang tidak memiliki riwayat pendidikan lebih rentan

mengalami kejadian kematian pada neonatusnya (Manzar,

dkk., 2012).

Penelitian kualitatif pada masyarakat suku Dayak Siang

Murung Raya, menemukan bahwa terdapat remaja yang masih

duduk dibangku sekolah bahkan remaja yang belum

mengalami menstruasi yang sudah menikah. Hal tersebut

terjadi karena diketahui sebagian besar pendidikan masyarakat

setempat yang masih rendah (Kemenkes RI, 2012). Penelitian

pada masyarakat suku Gorontalo Desa Imbodu menemukan

bahwa sebagian besar masyarakat berpendidikan rendah.

Informasi yang didapatkan secara informal juga jarang

ditemukan di daerah perdesaan. Sebagian besar masyarakat

mendapatkan pengetahuan kesehatan berdasarkan penuturan-

penuturan orang tua. Para orang tua memiliki pengalaman

diobati oleh dukun saat mereka sakit. Selain itu, para remaja

Page 36: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

16

sungkan untuk bertanya mengenai masalah kesehatan

reproduksi kepada orangtuanya. Biasanya para remaja tersebut

mendapatkan informasi dari teman-temannya (Kemenkes RI,

2012).

Namun, pada penelitian yang dilakukan Wijayanti

(2013) menunjukkan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu

dengan kejadian kematian neonatal.

2) Pekerjaan Ibu

Apabila ibu melakukan pekerjaan saat hamil, ibu

memiliki kemungkinan terkena pajanan terhadap zat

fetotoksik, ketegangan fisik yang berlebihan, terlalu lelah serta

kesulitan yang berhubungan dengan keseimbangan tubuh. Ibu

yang sering beridiri di suatu tempat dalam jangka waktu lama

bisa berisiko mengalami varises vena, flebitis dan edema

(Ladewig, dkk., 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kematian

neonatal (Singh, dkk., 2013). Status ibu bekerja memiliki

hubungan dengan kematian neonatal (Titaley, dkk., 2008). Ibu

yang bekerja mempunyai kecenderungan untuk mengalami

kejadian kematian bayi 1.52 kali lebih besar dibandingkan ibu

yang tidak bekerja (Faisal, 2010). Ada hubungan antara status

ibu bekerja dengan kematian neonatal dini (Nugraheni, 2013).

Page 37: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

17

Ibu yang bekerja memiliki risiko 2.34 kali untuk mengalami

kematian neonatal dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Dewi,

2010). Penelitian lainnya menunjukkan tidak ada hubungan

antara pekerjaan ibu dengan kejadian kematian neonatal

(Wijayanti, 2013).

Penelitian di daerah rural Etiopia menunjukkan bahwa

kematian bayi lebih tinggi terjadi pada ibu yang bekerja yang

merupakan usaha miliki sendiri. Bayi dari ibu tersebut

memiliki risiko 5.4 kali lebih besar untuk mengalami kematian

dibandingkan bayi dari ibu pada kelompok lainnya (petani,

IRT) (Andargie, dkk., 2013). Penelitian di daerah rural India

juga menemukan bahwa anak dari ibu yang tidak bekerja

(tinggal di rumah) memiliki risiko lebih rendah untuk

meninggal selama periode neonatal dibandingkan anak dari ibu

yang bekerja (Singh, dkk., 2013).

Penelitian kualitatif yang dilakukan di Desa Jrangoan

(Suku Madura) Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Jawa

Timur, menemukan bahwa remaja putri telah menikah

umumnya pada usia 17 tahun. Remaja putri tersebut yang

kemudian menjadi nyonya-nyonya kecil harus bisa membantu

suami mengurus ladang yang merupakan tempat mereka

mencari nafkah. Ibu hamil tetap bekerja ke sawah walaupun

dalam kondisi hamil karena ingin membantu suaminya

mencari nafkah untuk keluarga. Kegiatan bertani yang

Page 38: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

18

dilakukan oleh ibu hamil tersebut adalah menanam berbagai

jenis tanaman seperti padi, kacang-kacangan, singkong, ketela,

cabai, bawang dan tembakau (Kemenkes RI, 2012).

Kebiasaan ibu tetap bekerja juga ditemukan pada

masyarakat Etnik Manggarai Desa Waicodi Kecamatan Cibal

Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ibu

hamil usia muda maupun usia kehamilan tujuh bulan masih

selalu bekerja membantu suaminya di ladang. Pada saat

menjelang persalinan, ibu juga dianjurkan untuk turut bekerja

di kebun agar janin dalam kandungan tidak diganggu roh jahat

(Kemenkes RI, 2012).

Pada masyarakat Etnik Ngalum Distrik Oksibil

Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua juga diemukan

bahwa kebiasaan ibu saat hamil pada etnik ini yaitu dari mulai

menyiapkan sarapan untuk keluarga, memetik hasil kebun dan

kemudian menjualnya ke pasar, dimana jarak rumah ke pasar

cukup jauh. Ibu hamil dan ibu-ibu lainnya kemudian

menggunakan hasil penjualan dagangannya untuk membeli

keperluan keluarga yang telah habis. Selanjutnya ibu

menyiapkan makanan siang untuk keluarganya dan setelah

semua selesai ibu melakukan pekerjaan lain, mencuci pakaian,

mencuci piring, mengangkat air dan bahkan kembali lagi ke

kebun mengangkat kayu bakar untuk memasak di rumah.

Kebiasaan-kebiasaan melakukan pekerjaan berat ini berlaku

Page 39: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

19

bagi seluruh ibu di Etnik Ngalum baik ibu tidak hamil maupun

tidak hamil (Kemenkes RI, 2012).

3) Indeks Kekayaan Rumah Tangga

Indeks kekayaan rumah tangga memiliki hubungan

dengan kejadian kematian neonatal. Rumah tangga dengan

indeks kekayaan rumah tangga terendah memiliki

kemungkinan 1,6 kali untuk mengalami kematian neonatal

dibandingkan rumah tangga dengan indeks kekayaan tinggi

(Bashir, dkk., 2013). Neonatus yang berasal dari ibu dengan

status sosial ekonomi dibawah rata-rata lebih rentan terhadap

kematian pada periode neonatal (Manzar, dkk., 2012; Gizaw,

dkk., 2014).

Penelitian yang dilakukan Mekonnen, dkk (2013) juga

menunjukkan terdapat hubungan antara indeks kekayaan

rumah tangga dengan kematian neonatal. Rumah tangga

miskin yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan memiliki

risiko yang meningkat terhadap kematian neonatal (Målqvist,

dkk., 2010). Ibu dan anak yang berasal dari keluarga miskin

memiliki risiko meningkat terhadap kematian neonatal dan

memiliki tantangan untuk mengakses pelayanan tepat waktu

dibandingkan keluarga yang lebih kaya (Lawn, dkk., 2009).

Page 40: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

20

2.3.2 Determinan Terdekat (Proximate Determinants)

Menurut Titaley, dkk (2008), determinan atau faktor

terdekat terhadap kematian neonatal terdiri dari faktor ibu, faktor

neonatal, faktor sebelum melahirkan, faktor saat melahirkan dan

faktor setelah melahirkan.

2.3.2.1 Faktor Ibu (Maternal Factors)

Faktor ibu yang berpengaruh terhadap kelangsungan

hidup neonatal adalah umur ibu (Bashir, dkk., 2013;

Mekonnen, dkk., 2013; Upadhyay, dkk, 2012).

1) Umur Ibu

Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul

sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.

Akibatnya, ibu hamil pada usia itu mungkin mengalami

persalinan lama/macet atau gangguan lainnya karena

ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan

tanggungjawabnya sebagai orang tua. Ibu dianjurkan

hamil pada usia antara 20-35 tahun. Pada usia ini ibu

lebih siap hamil secara jasmani dan kejiwaan. Pada umur

35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun,

akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai

kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat,

persalinan lama dan perdarahan (Kemenkes RI, 2011).

Page 41: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

21

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51%

kematian neonatal terjadi pada pada ibu usia muda (15-

24 tahun) (Yego, dkk., 2013). Umur ibu merupakan

faktor tidak langsung dan merupakan faktor confounding.

Ibu yang memiliki umur lebih dari 30 tahun bisa

mengalami kematian neonatal (Vandresse, 2008).

Terdapat hubungan antara variabel umur ibu saat

melahirkan dengan kejadian kematian bayi (Sugiharto,

2011) (Sugiharto, 2011; Mekonnen, dkk., 2013).

Penelitian yang dilakukan Bashir, dkk (2013)

menunjukkan bahwa kematian neonatal dipengaruhi oleh

umur ibu dengan OR sebesar 2.4 (≥ 40 tahun). Pada

penelitian Markovitz, dkk (2005) menunjukkan risko

kematian neonatal lebih tinggi pada ibu usia muda (12–

17 tahun) dari pada ibu usia lebih tua (18–19 tahun)

menunjukkan tidak ada perbedaan risiko kematian

neonatal.

Umur ibu memiliki pengaruh terhadap kematian

neonatal dengan nilai (Yani & Duarsa, 2013). Ibu yang

melahirkan pada kelompok umur <20 tahun dan

kelompok umur >30 tahun memiliki peluang lebih besar

untuk terjadinya kasus kematian bayi dibandingkan ibu

melahirkan umur 20-30 tahun (<20 tahun = OR: 1.53;

>30 tahun = OR: 1.46) (Faisal, 2010). Penelitian lainnya

Page 42: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

22

juga menunjukkan bahwa ibu kelompok umur <20 tahun

dan >35 tahun memiliki risiko terjadinya kematian lebih

tinggi (OR: 1.595) dibandingkan dengan kelompok umur

antara 20-35 tahun (Wijayanti, 2013).

Namun hasil penelitian yang dilakukan

Onwuanaku dkk (2011) dan August, dkk., (2011)

menunjukkan bahwa umur ibu tidak memiliki hubungan

dengan kematian neonatal. Penelitian yang dilakukan

Pertiwi (2010) juga menunjukkan tidak ada hubungan

antara variabel umur ibu dengan kematian neonatal.

Tidak ada hubungan antara umur ibu kurang dari 20

tahun dengan kematian neonatal dini serta tidak ada

hubungan antara umur ibu lebih dari 35 tahun terhadap

kematian neonatal dini (Nugraheni, 2013).

Hasil penelitian kualitatif di salah satu daerah

rural Indonesia, yaitu pada masyarakat Etnik Madura

Jawa Timur, menemukan bahwa umumnya remaja putri

menikah sebelum menyelesaikan pendidikan pesantren,

yaitu sekitar usia 17 tahun (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian kualitatif pada Etnik Nias, Sumatera Utara

juga menemukan bahwa masyarakat di Desa Hilifadölö

secara umum mentaati peraturan mengenai usia boleh

menikah yaitu minimal 18 tahun bagi perempuan dan 20

tahun bagi laki-laki. Selain itu, masih ditemukan

Page 43: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

23

beberapa pasangan yang menikah sebelum umur

tersebut. Sebagian besar pasangan yang menikah

sebelum umur yang telah ditetapkan adalah pasangan

yang menikah di luar Pulau Nias (Kemenkes RI, 2012).

Bahkan hasil penelitian lainnya menemukan bahwa usia

perkawinan yang dianjurkan pada masyarakat Etnik

Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat yaitu minimal 16

tahun untuk perempuan dan minimal 18 tahun untuk

laki-laki (Kemenkes RI, 2012).

Pada masyarakat Etnik Ngalum, Provinsi Papua,

juga diketahui bahwa batasan usia boleh melakukan

pernikahan di Daerah Pegunungan Bintang adalah 18

tahun. Secara umum masyarakat yang benar-benar

memegang norma adat mematuhi aturan tersebut.

Namun, banyak juga masyarakat melanggar aturan

tersebut dengan melakukan perkawinan pada usia dini.

Diketahui, karena kurangnya pengetahuan para remaja

Etnik Ngalum mengenai kesehatan reproduksi, sehingga

banyak remaja yang hamil pada usia sangat muda yaitu

usia 13 tahun. Remaja tersebut melakukan aktivitas

belajar di sekolah dalam keadaan hamil dan pihak guru

tidak melarang mereka mengikuti kegiatan belajar karena

sudah memahami kondisi murid seperti itu di daerahnya.

Bahkan ada remaja yang telah memiliki anak, kemudian

Page 44: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

24

menunggunya diluar kelas bersama ibunya. Selain itu,

para remaja tersebut cenderung tidak mengingat waktu

terakhir mengalami haid, sehingga mereka tidak

mengetahui berapa umur kandungannya. Kasus

kehamilan tidak hanya ditemukan pada anak dan remaja

tetapi juga terjadi pada ibu usia lebih dari 45 tahun.

Padahal kehamilan pada usia tersebut sangat berisiko

terhadap terjadinya komplikasi kehamilan. Apalagi

diketahui kasus anemia pada ibu hamil di Suku Ngalum

merupakan kasus yang paling tinggi di Papua (Kemenkes

RI, 2012).

2.3.2.2 Faktor Neonatal (Neonatal Factors)

Faktor neonatal yang berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup neonatal yaitu infeksi/penyakit, paritas,

jarak kelahiran, jenis kelamin bayi, berat badan lahir,

inisiasi menyusu dini (Titalley, dkk., 2008; Debes, dkk.,

2013; Carlsen, dkk., 2013).

1) Infeksi/Penyakit

Penyakit tertentu dilihat sebagai indikator

biologi terhadap peranan determinan langsung

kematian neonatal (Mosley & Chen, 2003). Aspiksia,

kelahiran prematur, kelainan kongenital merupakan

penyebab terbanyak yang mengakibatkan buruknya

adaptasi bayi terhadap lingkungan diluar rahim

Page 45: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

25

(Kliegman, dkk., 2011). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penyebab utama kematian neonatal dini adalah

aspiksia (45%), infeksi (22%) dan kelainan kongenital

(11%) (Djaja, dkk., 2005).

Pada saat baru lahir, fungsi pernapasan yang

adekuat pada bayi sangat penting agar berhasil

beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Pada janin,

organ pertukaran gas adalah plasenta sedangkan pada

saat lahir, paru-paru mengambil alih fungsi pernapasan.

Agar bayi bisa bertahan hidup, bayi harus mampu

mengembangkan fungsi paru-paru dengan udara,

melakukan pernapasan secara kontinu, dan

mempertahankan area kontak antara gas alveolus

dengan darah kapiler yang cukup besar agar efek

perpindahan gas dapat memenuhi kebutuhan metabolik

(Rudolph, dkk., 2007).

Infeksi yang relatif tidak membahayakan pada

orang dewasa bisa bersifat fatal jika terjadi pada bayi.

Gejala infeksi pada bayi sangat tidak jelas pada tingkat

awal kehidupan bayi, sehingga pengenalan terhadap

gejala infeksi pada bayi menjadi sangat penting. Pintu

masuk infeksi bisa melalui saluran pernapasan, saluran

pencernaan, saluran kemih, dan kulit (Price & Gwin,

2005).

Page 46: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

26

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa

pneumonia merupakan salah satu dari tiga penyebab

utama kematian neonatal yang berkontribusi terhadap

perbedaan kematian antara area rural dan urban pada

kematian neonatal (Yanping, dkk., 2010). Aspiksia,

infeksi dan kelainan kongenital merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap kematian neonatal dini (Sriasih,

2012). Hasil penelitian Baqui, dkk (2006) menunjukkan

bahwa aspiksia, infeksi dan pneumonia merupakan

penyebab utama kematian pada neonatal selain.

Penelitian yang dilakukan Yego, dkk., (2013) juga

menunjukkan bahwa aspiksia merupakan salah satu

penyebab utama kematian neonatal.

Penelitian yang dilakukan Prabamurti, dkk

(2008) menunjukkan ada hubungan antara kondisi

usaha napas bayi dengan kematian neonatal.

Manajemen infeksi pada bayi baru lahir merupakan

salah satu intervensi yang dapat menurunkan kematian

pada neonatal (Khan, dkk., 2013).

2) Jenis Kelamin Bayi

Jenis kelamin merupakan karakteristik fisik

seseorang sebagai pria atau wanita (Andrews, 2009).

Bayi laki-laki cenderung lebih rentan terhadap penyakit

dibandingkan dengan bayi perempuan. Secara biologis,

Page 47: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

27

bayi perempuan mempunyai keunggulan fisiologi pada

tubuhnya jika dibandingkan dengan bayi laki-laki

(Wells, 2000).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kematian

neonatal (Pertiwi, 2010). Penelitian yang dilakukan

Rahmawati (2007) juga menunjukkan bahwa jenis

kelamin secara statistik berhubungan dengan kematian

neonatal. Bayi laki-laki berisiko mengalami kematian

neonatal sebesar 1.4 kali dibandingkan dengan bayi

perempuan. Beberapa penelitian lainnya juga

menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin

dengan kematian neonatal (Pertiwi, 2010).

Namun penelitian lainnya menunjukkan tidak

terdapat hubungan antara jenis kelamin bayi dengan

kematian pada bayi (Faisal, 2010; Wijayanti, 2013).

Terjadi penurunan absolut kematian bayi yang lebih

tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan bayi

perempuan (Carlsen, dkk., 2013). Penelitian yang

dilakukan Dewi (2010) juga menunjukkan tidak

terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan

kematian neonatal.

Page 48: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

28

Menurut penelitian kualitatif pada suku Nias

diketahui bahwa anak laki-laki (ono matua) dianggap

lebih berharga dibandingkan dengan anak perempuan.

Hal ini disebabkan karena suku Nias menganut sistem

patrilinear, yakni garis keturunan yang diikuti adalah

dari pihak laki-laki sehingga anak laki-lakilah yang

akan meneruskan keturunan/marga (ngaötö/mado)

keluarga dan juga mengurus harta atau warisan yang

dimiliki keluarga. Selain itu, sebagian besar anak laki-

laki yang sudah menikah tinggal bersama dengan orang

tua sehingga kelak ketika orang tua sudah tidak bisa

bekerja lagi maka anak laki-laki inilah yang akan

mengurus orang tuanya. Sehingga para ibu terus hamil

sampai akhirnya berhasil mendapatkan anak laki-laki

(Kemenkes RI, 2012).

3) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi

baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari

2500 gram (Saifuddin, dkk., 2009). BBLR sangat

terkait dengan kelahiran prematur dimana terjadi fungsi

organ belum matang, komplikasi akibat terapi dan

gangguan-gangguan tertentu (Kliegman, dkk., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian

menjadi lebih tinggi pada neonatus dengan berat lahir

Page 49: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

29

kurang dari 2.5 kg (Onwuanaku dkk., 2011). Terdapat

hubungan antara berat bayi saat lahir dengan kematian

neonatal dini (Nugraheni, 2013). Anak lahir dengan

BBLR mempunyai kecenderungan untuk mengalami

kejadian kematian bayi sebesar 3.53 kali lebih besar

dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi lahir

BBLN (Faisal, 2010).

Pada beberapa penelitian lainnya juga

menunjukkan terdapat hubungan antara berat bayi lahir

dengan kematian neonatal (Schoeps, dkk., 2007;

Rahmawati, 2007; Dewi, 2010; Pertiwi, 2010;

Wijayanti, 2013). Namun, pada penelitian yang

dilakukan Sugiharto (2011) menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara berat bayi lahir dengan kematian bayi.

2) Paritas

Menurut Kamus Saku Mosby (Kedokteran,

Keperawatan dan Kesehatan), paritas merupakan

klasifikasi perempuan berdasarkan jumlah bayi lahir

hidup dan lahir mati yang dilahirkannya pada umur

kehamilan lebih dari 20 minggu. Pada masa kehamilan,

rahim ibu teregang oleh adanya janin. Apabila terlalu

sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Apabila

ibu telah melahirkan 3 anak atau lebih, perlu

Page 50: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

30

diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan,

persalinan dan nifas (Kemenkes RI, 2011).

Paritas lebih dari 3 menunjukkan ada hubungan

dengan kematian neonatal (Chaman, dkk., 2009).

Penelitian yang dilakukan Titaley, dkk (2008)

menunjukkan bahwa jarak kelahiran pendek

berhubungan dengan kematian neonatal. Hasil

penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara paritas dengan kematian neonatal

(Dewi, 2010). Penelitian yang dilakukan Sugiharto

(2011) menunjukan bahwa nomor urut kelahiran

memiliki hubungan dengan kematian bayi. Ibu yang

telah melahirkan lebih dari tiga anak mempunyai

kecenderungan untuk mengalami kejadian kematian

bayi sebesar 1.66 kali dibandingkan ibu yang telah

melahirkan 1-3 anak (Faisal, 2010). Penelitian lainnya

juga menyebutkan bahwa ibu yang memiliki paritas

lebih dari empat memiliki hubungan dengan kematian

neonatal (Rahmawati, 2007).

Namun, pada penelitian Rahmawati (2007)

menunjukkan bahwa ibu yang memiliki paritas satu

tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kematian

neonatal. Penelitian lain yang dilakukan Nugraheni

(2013) juga menunjukkan tidak ada hubungan antara

Page 51: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

31

urutan kelahiran pertama dengan kematian neonatal

dini. Pada penelitian yang dilakukan Wijayanti (2013)

menunjukkan tidak terdapat hubungan antara paritas

dengan kematian neonatal.

Hasil penelitian kualitatif lainnya menunjukkan

bahwa nilai anak bagi orang Toraja Sa’dan sangat

penting. Memiliki banyak anak masih menjadi

pandangan utama bagi sebagian besar penduduk

Sa’dan. Program Keluarga Berencana (KB) dari

pemerintah yang mengarahkan dua anak lebih baik

tidak berlaku bagi orang Toraja Sa’dan. Istilah KB bagi

orang Toraja Sa’dan diubah menjadi “keluarga besar”,

untuk menunjukkan banyaknya jumlah anak yang

mereka miliki. Bahkan seorang yang terpandang di

Toraja menceritakan bahwa dua bukan dua orang,

namun dua pasang (empat orang) untuk menunjukkan

anak yang beliau miliki. Ketiadaan seorang anak bagi

orang Toraja Sa’dan merupakan hal yang masiri’

(malu) dalam keluarga, dianggap lemah, dan dikasihani

oleh keluarga luas. Bahkan, sekalipun sudah memiliki

anak, tetapi baru satu, keluarga tersebut masih dianggap

belum lengkap (Kemenkes RI, 2012).

Padahal, hasil penelitian menunjukkan bahwa

intervensi yang bisa dilakukan untuk mengontrol

Page 52: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

32

jumlah kelahiran adalah penggunaan metode

kontrasepsi. Penelitian yang dilakukan di Bangladesh,

menunjukkan bahwa penggunaan metode kontrasespi

berhubungan dengan kejadian kematian neonatal. Pada

ibu yang pernah menggunakan metode kontrasepsi

sekitar 39% lebih rendah terhadap kematian neonatal

dibandingkan ibu yang tidak pernah menggunakan

metode kontrasepsi (Chowdhury, dkk, 2013).

Pemakaian metode kontrasepsi (Contraceptive

Prevalence Rate) di Indonesia menurut hasil SDKI

2012 diketahui tidak ada perbedaan antara daerah

perdesaan dengan daerah perkotaan yaitu sebesar 62%.

Pemakaian kontrasepsi ini mengalami peningkatan dari

tahun 2007 sebelumnya yaitu sebesar 61%. Pemakaian

metode kontrasepsi modern juga mengalami

peningkatan dari 57% menjadi 58% (BPS, BKKBN,

Kemenkes & ICF International, 2013). Namun, angka

ini masih cukup jauh dari target MDGs 5 untuk

meningkatkan pemakaian metode kontrasepsi modern

sebesar 65% pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2014).

Diantara metode KB modern, metode KB yang

paling banyak digunakan wanita berstatus kawin adalah

suntikan dan pil (masing-masing 32 dan 14%). Peserta

KB suntikan mengalami peningkatan dari 12% tahun

Page 53: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

33

1991 menjadi 32% tahun 2012. Sedangkan peserta KB

IUD mengalami penurunan dari 13% tahun 1991

menjadi 4% tahun 2012. Wanita di daerah perdesaan

cenderung lebih banyak menggunakan metode suntik

dibanding daerah perkotaan (masing-masing sebesar

28% dan 35%) sedangkan metode IUD,

MOW/sterilisasi wanita dan kondom lebih banyak di

gunakan di daerah perkotaan (BPS, BKKBN,

Kemenkes & ICF International, 2013).

Adapun total tingkat kebutuhan ber-KB yang

tidak terpenuhi (unmetneed) wanita berstatus kawin 15-

49 tahun pada SDKI 2012 sebesar 11% (7% untuk

membatasi kelahiran dan 4% untuk menjarangkan

kelahiran). Walaupun unmetneed ini telah turun dari

13% pada SDKI 2007 menjadi 11% pada SDKI 2012

(BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013),

namun angka ini masih belum mencapai target MDGs 5

untuk menurunkan unmetneed menjadi 5% pada tahun

2015 (Kemenkes RI, 2014).

Hasil penelitian kualitatif di daerah Kalimantan

Tengah menemukan bahwa ibu hamil Suku Dayak

Siang Murung terpaksa tidak melakukan KB karena

alat di fasilitas kesehatan tidak tersedia (Kemenkes RI,

2012). Pada masyarakat suku lainnya diketahui bahwa

Page 54: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

34

ibu sudah mengetahui tentang manfaat KB, namun ibu

tetap ingin memiliki anak lebih dari dua. Falsafah hidup

Banyak Anak Banyak Rezeki masih diyakini beberapa

warga hingga saat ini (Kemenkes RI, 2012).

4) Jarak Kelahiran

Apabila jarak kelahiran dengan anak

sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan

ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam

keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan

pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan

yang lama atau perdarahan (Kemenkes RI, 2011). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa jarak kelahiran kurang

dari 24 bulan (2 tahun) menunjukkan ada hubungan

dengan kematian neonatal (Chaman, dkk.,, 2009). Hasil

penelitian Titaley, dkk., (2008) juga menunjukkan

bahwa jarak kelahiran berhubungan dengan kematian

neonatal.

Penelitian yang dilakukan Smith, dkk (2003)

menunjukkan bahwa ibu yang memiliki jarak yang

pendek (<6 bulan) diantara kehamilannya memiliki

peluang lebih besar untuk mengalami komplikasi

pertama. Jarak antar kehamilan yang pendek

berhubungan peningkatan risiko kelahiran prematur dan

kematian neonatal. Penelitian lainnya menunjukkan

Page 55: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

35

terdapat hubungan antara jarak antar kelahiran dengan

kematian bayi (Sugiharto, 2011). Namun, penelitian

lainnya menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

jarak kelahiran dengan kematian neonatal dini

(Nugraheni, 2013). Jarak antar kelahiran tidak

berhubungan dengan kematian neonatal (Wijayanti,

2013).

5) Kelahiran Prematur

Persalinan prematur adalah persalinan yang

terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara

20-37 minggu) (Saifuddin, dkk., 2009). Persalinan

prematur merupakan hal yang berbahaya karena

mempunyai dampak potensia terhadap kematian

perinatal (Wiknjosastro, dkk., 2002). Persalinan

prematur pada bayi dengan BBLR sangat tergantung

dengan usia kehamilan. Kelahiran prematur

berhubungan dengan kondisi kesehatan dimana terjadi

ketidakmampuan uterus untuk menahan janin akibat

ketuban pecah dini, pemisahan dini plasenta, kehamilan

ganda atau kondisi lain yang menyebabkan terjadinya

kontraksi uterus sebelum waktu persalinan (Kliegman,

dkk., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan antara umur kehamilan saat melahirkan

Page 56: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

36

dengan kematian pada neonatal. Bayi yang dilahirkan

pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu

menunjukkan angka kematian neonatal yang tinggi

dibandingkan dengan ibu melahirkan dengan umur

kehamilan 37 minggu atau lebih (Onwuanaku dkk.,

2011). Penelitian yang dilakukan Schoeps, dkk (2007)

menunjukkan terdapat hubungan antara kelahiran

prematur dengan kematian neonatal. Penelitian lainnya

menemukan bahwa kelahiran prematur pada minggu ke

32-36 memiliki risiko yang rendah terhadap kematian

neonatal dibandingkan kelahiran prematur kurang dari

32 minggu (Lisonkova, dkk., 2012).

6) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

ASI dapat memberikan keuntungan imunitas,

gizi, dan psikososial. Jika dibandingkan dengan susu

sapi, ASI lebih banyak mengandung zat besi, gula,

vitamin A, C dan Vitamin B3. ASI memiliki protein

dan kalsium yang lebih rendah daripada susu sapi, tapi

jumlah tersebut lebih baik bagi bayi. ASI lebih mudah

dicerna karena gelembung lemak berukuran kecil serta

terbebas dari bakteri. Sehingga, bayi menjadi lebih

kebal terhadap penyakit-penyakit tertentu pada anak-

anak. Bayi yang mendapatkan ASI lebih cenderung

tidak mengalami gangguan pencernaan (Price & Gwin,

Page 57: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

37

2005). Jadi, manfaat selain menyediakan nilai gizi, ASI

juga memberikan perlindungan dalam melawan

sejumlah besar infeksi (Kliegman, dkk., 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inisiasi

menyusu dini memberikan risiko yang rendah terhadap

kejadian kematian neonatal pada bayi dengan BBLR

(RR=0.580 dan bayi dengan infeksi yang berhubungan

dengan kematian neonatal (RR = 0.55) (Debes, dkk.,

2013). Penelitian yang dilakukan Pertiwi (2010)

menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini

berhubungan dengan penurunan risiko kematian

neonatal. Inisiasi menyusu setelah satu jam pertama

memiliki risiko dua kali lipat terhadap kematian

neonatal.

Penelitian lainnya menemukan bahwa ibu yang

tidak memberikan ASI pada bayinya mempunyai

kecenderungan untuk mengalami kematian bayi sebesar

10.67 kali lebih besar dibandingkan ibu yang

memberikan ASI pada waktu <1 jam (Faisal, 2010).

Penelitian yang dilakukan Sugiharto (2011) juga

menunjukkan terdapat hubungan antara waktu pertama

bayi mendapatkan ASI dengan kejadian kematian bayi.

Namun, pada penelitian yang dilakukan Dewi (2010)

dan Rahmawati (2007) menunjukkan tidak terdapat

Page 58: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

38

hubungan antara pemberian Air Susu Ibu (ASI) dengan

kematian neonatal.

2.3.2.3 Faktor Sebelum Melahirkan (Pre-Delivery Factors)

Faktor sebelum melahirkan yang berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup neonatal adalah kunjungan

antenatal dan komplikasi kehamilan (Singh, dkk., 2013,

Bashir, dkk., 2013; Singh, dkk 2014).

1) Kunjungan Antenatal

Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai

sebelum bayi dilahirkan melalui pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya

pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-

faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil

perlu diprioritaskan seperti gizi rendah, anemia dan jarak

antar kelahiran dekat (Saifudin, dkk, 2009). Asuhan

antenatal merupakan upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi kesehatan

maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan rutin

selama kehamilan (Saifuddin, dkk., 2010). Adanya

manajemen yang baik saat bayi masih dalam kandungan,

selama persalinan, segera setelah dilahirkan dan

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setelahnya

akan menghasilkan bayi yang sehat (Saifudin, dkk.,

2009).

Page 59: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

39

Indikator yang digunakan untuk menggambarkan

akses ibu terhadap layanan antenatal adalah cakupan

kunjungan pertama (K1) dan cakupan kunjungan

minimal empat kali (K4) dengan tenaga kesehatan sesuai

standar. K1 sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada

trimester pertama sebelum minggu ke-8. Sedangkan K4

sebaiknya dilakukan minimal satu kali pada trimester

pertama (0-12 minggu), minimal satu kali pada trimester

ke-2 (≥12-24 minggu) dan minimal 2 kali pada trimester

ke-3 (≥24 minggu sampai kelahiran) (Kemenkes RI,

2012).

Janin yang melakukan aktivitas secara aktif

menununjukkan janin berada dalam kondisi baik.

Adanya penurunan aktivitas janin menunjukkan janin

dalam kondisi bahaya dan membutuhkan penanganan

secepatnya (Ladewig, dkk., 2006). Kondisi seperti ini

bisa diketahui apabila ibu melakukan kunjungan

antenatal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara kunjungan antenatal dengan kematian

neonatal (<4, ≥4). Kunjungan ANC merupakan faktor

protektif yang berhubungan dengan kematian neonatal

pada minggu pertama (OR: 0.65) dan pada hari pertama

kehidupan (OR: 0.71) (Singh, dkk., 2014). Beberapa

Page 60: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

40

penelitian lainnya yang dilakukan di Indonesia juga

menunjukkan terdapat hubungan antara kunjungan

antenatal dengan kematian neonatal (Rahmawati, 2007;

Dewi, 2010; Sukamti, 2011; Sugiharto, 2011).

Pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat

mencegah kematian neonatal (Sukamti, 2011). Ibu yang

tidak pernah melakukan kunjungan ANC mempunyai

kecenderungan untuk mengalami kematian bayi sebesar

.3.09 kali lebih besar dibandingkan ibu yang melakukan

kunjungan ANC sesuai standar minimal (Faisal, 2010).

Penelitian lainnya menemukan bahwa bayi yang

dilahirkan dari ibu dengan pelayanan antenatal tidak

lengkap berisiko mengalami kematian neonatal sebesar

16.32 lebih besar daripada bayi yang dilahirkan ibu

dengan pelayanan antenatal lengkap (Yani & Duarsa,

2013).

Ibu yang melakukan kunjungan ke fasilitas

kesehatan selama kehamilannya akan menerima

pemeriksaan dan pengidentifikasian kondisi-kondisi

yang berkaitan dengan komplikasi serta edukasi

mengenai tanda bahaya, potensi komplikasi dan tempat

untuk mencari pertolongan (Mahmood, 2002). Penelitian

lainnya oleh Hinderaker, dkk (2003) di wilayah rural

Tanzania menegaskan bahwa sekitar 62% kasus

Page 61: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

41

kematian neonatal sebetulnya dapat dicegah melalui

kegiatan layanan antenatal di fasilitas layanan kesehatan.

Penyedia layanan kesehatan bertanggungjawab terhadap

lebih dari setengah dari faktor-faktor terhadap kematian

neonatal yang dapat dicegah, baik dari faktor kegagalan

klinik antenatal untuk merujuk ke fasilitas layanan

kesehatan yang lebih tinggi maupun kelalaian yang

terjadi di tingkat rumah sakit itu sendiri. Hal ini

mengindikasikan adanya potensi untuk melakukan

peningkatan layanan antenatal dan konsultasi rutin

termasuk layanan kehamilan di rumah sakit.

Kunjungan antenatal yang terlambat

kemungkinan menghambat ibu untuk mendapatkan

manfaat sepenuhnya dari strategi pencegahan pada

layanan antenatal misalnya suplementasi zat besi, asam

folat, pengobatan untuk infeksi cacing dan pengobatan

untuk pencegahan malaria pada kehamilan (Eijk, dkk.,

2006).

Penelitian yang dilakukan Titaley, dkk (2010) di

Indonesia menemukan bahwa yang berhubugan sangat

kuat dengan rendahnya kunjungan antenatal yaitu bayi

dari ibu yang tinggal di daerah rural, memiliki tingkat

indeks kekayaan rumah tangga rendah, berasal dari ibu

dengan berpendidikan rendah, jumlah kelahiran tinggi

Page 62: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

42

dan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun. Penelitian

kualitatif yang dilakukan di beberapa daerah rural

Indonesia menemukan bahwa ibu hamil suku Alifuru di

Provinsi Maluku baru akan memeriksakan kehamilannya

saat terlihat perubahan yang nyata pada tubuh ibu

(terlihat jelas ibu hamil). Kunjungan saat terakhir

menstruasi (K1) dan kunjungan pada trimester kedua

relatif kecil (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian kualitatif lainnya menemukan bahwa

alasan ibu Etnik Dayak Siang Murung di Kalimantan

Tengah tidak melakukan pemeriksaan kehamilan yaitu

karena Puskesmas Pembantu yang ada di desa tidak

menyediakan fasilitas kesehatan yang lengkap seperti

obat-obatan, wilayah puskesmas pembantu cukup sulit

dijangkau oleh masyarakat di RT lain dan tenaga

kesehatan yang ditugaskan sering tidak berada di tempat

sehingga membuat masyarakat kesulitan saat

membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu, sebagian

masyarakat memilih langsung melakukan pemeriksaan di

Rumah Sakit yang ada di Kabupaten. Rumah sakit

berada sangat jauh dari desa dan harus melewati jalan

yang cukup sulit terutama apabila terjadi hujan

disamping memerlukan biaya yang cukup besar.

Sehingga beberapa ibu hamil lainnya memilih tidak

Page 63: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

43

memeriksakan kehamilannya dengan alasan petugas

kesehatan sering tidak ada di tempat (Kemenkes RI,

2012).

Penelitian lainnya pada ibu hamil Etnik

Gorontalo Provinsi Gorontalo menemukan bahwa

sebagian ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

kehamilan kepada bidan tidak memakan vitamin yang

diberikan dengan alasan tidak diberi penjelasan manfaat

minum obat. Ibu juga tidak meminum vitamin penambah

darah dengan alasan vitamin rasanya pahit (Kemenkes

RI, 2012).

Namun, penelitian lainnya menunjukkan tidak

ada hubungan antara variabel antenatal dengan kematian

neonatal (Pertiwi, 2010). Penelitian yang dilakukan

Nugraheni (2013) juga menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara kunjungan antenatal dengan kematian

neonatal dini (Nugraheni, 2013). Penelitian lainnya juga

menunjukkan tidak ada hubungan antara ANC dengan

kematian neonatal (Wijayanti, 2013).

2) Komplikasi Kehamilan

Menurut McCarthy & Maine (1992), komplikasi

kehamilan terdiri dari perdarahan, infeksi, pre-

eklampsia/eklampsia, persalinan lama/macet dan abortus.

Page 64: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

44

Komplikasi kehamilan merupakan masalah kesehatan

yang sering terjadi selama kehamilan dan persalinan.

Masalah kesehatan ibu bisa saja terjadi sebelum

kehamilan yang pada akhirnya berdampak komplikasi

pada masa kehamilan. Komplikasi ini dapat berdampak

pada kesehatan ibu, kesehatan bayi ketika dilahirkan,

atau keduanya (Wiknjosastro, dkk., 2002).

Perdarahan yang terjadi pada kehamilan harus

selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.

Perdarahan setelah kehamilan dua minggu biasanya lebih

banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum 22 minggu

sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda.

Perdarahan yang berbahaya umumnya bersumber pada

kelainan plasenta. Kejang merupakan salah satu gejala

pada wanita penderita eklampsia yang biasanya juga

diikuti dengan koma. Biasanya eklampsia terjadi

didahului pre-eklampsia, sehingga pengawasan antenatal

yang teliti dan teratur merupakan salah satu upaya untuk

mencegah timbulnya eklampsia (Wiknjosastro, dkk.,

2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kematian

neonatal dini. Prevalensi kematian neonatal dini lebih

besar pada kelompok komplikasi kehamilan

Page 65: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

45

dibandingkan tidak mengalami komplikasi kehamilan

(Nugraheni, 2013). Penelitian lainnya menunjukkan ada

hubungan antara komplikasi selama kehamilan dengan

kejadian kematian neonatal (95% CI, 1.690-3.897)

(Wijayanti, 2013). Ibu yang mengalami komplikasi

kehamilan memiliki risiko 1.8 kali dibandingkan ibu

yang tidak mengalami komplikasi kehamilan

(Rahmawati, 2007). Hasil penelitian (Schoeps, dkk.,

2007) juga menunjukkan terdapat hubungan antara

komplikasi saat kehamilan dengan kematian neonatal.

Penelitian lainnya yang dilakukan di daerah rural

Bangladesh juga menunjukkan bahwa ibu yang

mengalami pendarahan selama kehamilannya

berhubungan kuat dengan adanya peningkatan risiko

terhadap kematian neonatal (Owais, dkk., 2013).

Penelitian yang dilakukan pada ibu hamil Etnik

Ngalum Provinsi Papua menemukan bahwa ibu yang

hamil tetap mengalami komplikasi walaupun telah

melakukan pemeriksaan kehamilan karena hamil pada

usia lebih dari 45 tahun dan memiliki anak rata-rata11-14

anak dengan jarak kelahiran yang berdekatan. Tingkat

anemia ibu hamil pada suku ini paling tinggi

dibandingkan etnik lainnya. Kondisi seperti ini

menyebabkan tingginya kejadian retensio plasenta saat

Page 66: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

46

melahirkan. Padahal petugas kesehatan telah

memberikan tablet penambah darah yang seharusnya

diberikan tiga bulan sekali menjadi satu bulan sekali

karena tingginya kasus anemia. Namun, petugas

kesehatan tidak bisa memastikan apakah obat yang

diberikan rutin diminum oleh ibu hamil setiap hari

(Kemenkes RI, 2012). Hasil penelitian pada ibu hamil

Etnik Gorontalo Provinsi Gorontalo menemukan

sebagian ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

kehamilan tidak memakan vitamin yang diberikan

dengan alasan tidak diberi penjelasan manfaat minum

obat. Ibu juga tidak meminum vitamin penambah darah

dengan alasan rasanya pahit (Kemenkes RI, 2012).

Anemia atau kadar Hb <11 g/dl yang salah

satunya bisa disebabkan karena defisiensi besi sehingga

perlu diberi obat penambah zat besi. Kondisi anemia

pada ibu hamil sangat berbahaya bisa menyebabkan

terjadinya perdarahan pasca persalinan (WHO;

Kemenkes RI; POGI; IBI, 2013). Perdarahan merupakan

penyebab terbanyak kematian pada ibu (Zakariah, dkk.,

2009). Berdasarkan hasil review bahwa dampak anemia

pada ibu hamil terhadap bayinya bervariasi sesuai tingkat

defisiensi Hb yang dialami oleh ibu. Defisiensi Hb <11

gr/dl berhubungan dengan peningkatan kematian pada

Page 67: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

47

perinatal. Peningkatan 2-3 kali kematian perinatal pada

ibu dengan Hb <8.0 gr/dl dan peningkatan 8-10 kali

ketika kadar Hb <5.0 gr/dl. Selain itu, penurunan

terhadap berat bayi lahir dan lambatnya pertumbuhan

janin terjadi ketika kadar Hb ibu <8.0 gr/dl (Kalaivani,

2009).

Penelitian lainnya yang dilakukan Dewi (2010)

menunjukkan tidak ada hubungan antara komplikasi

kehamilan dengan kematian neonatal.

2.3.2.4 Faktor Saat Melahirkan (Delivery Factors)

Faktor saat melahirkan yang berpengaruh terhadap

kelangsungan hidup neonatal adalah penolong persalinan,

komplikasi persalinan, persalinan cesario dan tempat

persalinan (Titalley, dkk., 2008; Singh, dkk., 2013; Bashir,

dkk., 2013; Chaman, dkk 2009; Singh, dkk., 2014).

1) Penolong Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

merupakan pelayanan persalinan yang aman yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten (Depkes

RI, 2009). Penolong persalinan memiliki tugas untuk

mengawasi ibu yang sedang berada pada proses

persalinan dan mengecek apakah semua persiapan untuk

persalinan sudah lengkap serta member obat kepada ibu

jika terdapat indikasi bagi ibu maupun anaknya

Page 68: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

48

(Wiknjosastro, dkk., 2002). Penanganan medis yang

tepat dan memadai selama melahirkan dapat menurunkan

risiko komplikasi yang bisa menyebabkan kesakitan

serius pada ibu dan bayinya (BPS, BKKBN, Kemenkes

& ICF International, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara penolong persalinan dengan kematian

neonatal. Penolong persalinan memiliki hubungan

dengan kematian neonatal pada minggu pertama

kehidupan yang terjadi di Asia (Singh, dkk., 2014).

Penelitian yang dilakukan di Indonesia juga

menunjukkan terdapat hubungan antara penolong

persalinan dengan kematian neonatal (Pertiwi, 2010;

Wijayanti, 2013). Ibu yang melahirkan dengan bantuan

tenaga bukan kesehatan mempunyai kecenderungan

untuk mengalami kejadian kematian bayi sebesar 2.01

kali lebih besar dibandingkan ibu yang melahirkan bayi

dengan bantuan tenaga kesehatan (Faisal, 2010).

Penelitian yang dilakukan Yani & Duarsa (2013) juga

menemukan bahwa penolong persalinan berhubungan

dengan kejadian kematian neonatal.

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa 83%

persalinan pada kurun waktu 2008-2012 ditolong oleh

tenaga kesehatan profesional (62% perawat/bidan/bidan

Page 69: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

49

desa, 20% dokter kandungan dan 1% dokter). Proporsi

ini mengalami peningkatan dari hasil SDKI 2007 sebesar

73% persalinan yang ditolong tenaga kesehatan

profesional (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF

International, 2013).

Menurut Yego, dkk (2013) akses terhadap

penolong persalinan terampil termasuk dokter maupun

bidan penting untuk mencegah kematian maternal dan

neonatal. Penolong persalinan yang sebagian besar

dilakukan oleh penolong persalinan dengan keterampilan

yang rendah dapat berkontribusi terhadap kejadian

kematian neonatal dan kematian maternal. Pada

penelitian lainnya juga menemukan bahwa perlunya

pelatihan bagi penolong persalinan agar penolong

persalinan mampu menangani kasus infeksi yang

diketahui merupakan penyebab terbanyak kasus

kematian neonatal (Turnbull, dkk., 2011).

Pada penelitian yang dilakukan Kusiako, dkk

(2000) menunjukkan bahwa komplikasi pada saat

melahirkan merupakan penyebab sepertiga kematian

pada perinatal. Padahal peningkatan layanan persalinan

oleh tenaga kesehatan yang terkualifikasi dan layanan

neonatus yang lebih baik seharusnya dapat menurunkan

kematian pada perinatal. Penelitian yang dilakukan di

Page 70: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

50

Jawa Barat menemukan bahwa ibu yang mengakses

penolong persalinan terlatih atau melakukan persalinan

di fasilitas layanan kesehatan sebagian besar dilakukan

ketika ibu mengalami komplikasi kehamilan (Titaley,

dkk., 2010). Hasil penelitian kualitatif pada masyarakat

Suku Nias juga menemukan bahwa terkadang keluarga

alot dalam memutuskan merujuk ke rumah sakit atau

puskesmas. Hal tersebut menyebabkan ibu terlambat

mendapatkan pertolongan dari petugas kesehatan. Ibu

yang melakukan persalinan di rumah sakit biasanya ibu

yang sudah mengalami masalah pada persalinannya

(Kemenkes RI, 2012).

Review yang dilakukan Upadhyay, dkk (2012)

juga menunjukkan bahwa kurangnya sumber daya yang

terampil merupakan salah satu penyebab kematian

neonatal yang terjadi di daerah rural India. Kurangnya

sumber daya manusia yang terampil berdampak pada

rendahnya kualitas pelayanan yang diterima oleh

neonatus. Sehingga penyediaan tenaga kesehatan yang

terkualifikasi ke daerah rural merupakan tantangan yang

harus dilakukan untuk menghindari kematian pada

neonatal.

Pada penelitian Zimba, dkk (2012) juga

menemukan bahwa walaupun Malawi mengalami

Page 71: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

51

peningkatan jumlah penolong persalinan terampil, tetapi

sebagian besar ibu dan bayi baru lahir yang mengalami

komplikasi masih belum mendapatkan penanganan

kesehatan yang diperlukan. Pada penelitian lainnya

diketahui bahwa peralatan dan kualitas layanan yang

tidak memadai juga merupakan tantangan di wilayah

Afrika dan Asia (Harvey, dkk., 2007). Menurut Singh,

dkk (2014) definisi tenaga penolong persalinan yang ada

saat ini, tidak mencakup unsur layanan yang memadai.

Walaupun sebagian besar negara di Afrika dan Asia

mengalami peningkatan jumlah tenaga penolong

persalinan terampil, sebagian besar setiap individu yang

disebut sebagai tenaga kesehatan terampil tidak memiliki

kompetensi yang diperlukan atau peralatan yang

dibutuhkan untuk mengatasi komplikasi pada ibu dan

bayi baru lahir. Berdasarkan tingginya kematian pada

minggu pertama kehidupan, pelatihan intervensi pada

masa intrapartum harus ditekankan.

Adapun penyebab masih tingginya kematian

neonatal pada penolong pesalinan non tenaga kesehatan

di daerah rural Indonesia kemungkinan terjadi karena

masih rendahnya akses ibu hamil terhadap tenaga

keseahatan.menurut. Seperti diketahui hasil penelitian

Titaley, dkk (2010) bahwa di beberapa daerah terpencil

Page 72: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

52

di Indonesia, bidan desa yang pada beberapa wilayah

merupakan satu-satunya tenaga kesehatan penolong

persalinan yang tersedia, terkadang pergi keluar desa

(Titaley, dkk., 2010).

Masih tingginya kematian pada penolong

persalinan non tenaga kesehatan kemungkinan besar

karena pengetahuan dan keterampilan penolong

persalinan bukan tenaga kesehatan yang sangat kurang

tentang penanganan persalinan pada ibu bersalin,

maupun tentang penanganan bayi baru lahir. Apalagi

penanganan ibu dengan gejala eklampsia, akan sangat

sulit bagi penolong bukan tenaga kesehatan untuk dapat

melakukan tindakan yang tepat. Pengetahuan penolong

yang kurang tentang bagaimana melakukan upaya

pencegahan terhadap kemungkinan bayi aman dari risiko

terjadinya gangguan thermoregulasi, gangguan respirasi,

dan risiko lainnya yang biasa melekat pada bayi baru

lahir, sangat berpengaruh besar terhadap status kesehatan

neonatus. Jika penanganannya kurang tepat maka

kecenderungan terjadinya risiko kematian akan semakin

besar (Astuti, dkk., 2010).

Namun, pada beberapa penelitian lainnya

menunjukkan tidak ada hubungan antara penolong

persalinan dengan kematian bayi (Sugiharto, 2011;

Page 73: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

53

Dewi, 2010). Penelitian yang dilakukan Nugraheni

(2013) juga menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

penolong persalinan dengan kematian neonatal dini.

2) Komplikasi Persalinan

Komplikasi persalinan merupakan tanda bahaya

yang terjadi pada saat persalinan. Komplikasi yang

terjadi pada saat persalinan diantaranya adalah

perdarahan, ketuban pecah sebelum waktunya dan

persalinan lama (Kemenkes RI, 2011). Perdarahan yang

banyak segera atau dalam satu jam setelah melahirkan

sangat berbahaya dan merupakan penyebab kematian ibu

paling banyak. Ibu harus segera mendapatkan

pertolongan agar bisa diselamatkan (Kemenkes RI,

2011). Ketuban pecah dini merupakan keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan (WHO; Kemenkes

RI; POGI; IBI, 2013). Biasanya ketuban pecah saat

menjelang persalinan, setelah ada tanda awal persalinan

seperti mulas dan keluarnya lendir bercampur sedikit

darah. Bila ketuban pecah dan cairan ketuban keluar

sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan, janin dan

ibu akan mudah terinfeksi (Kemenkes RI, 2011).

Kemudian, persalinan lama merupakan waktu

persalinan yang memanjang akibat kemajuan persalinan

yang terhambat (WHO; Kemenkes RI; POGI; IBI, 2013).

Page 74: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

54

Biasanya persalinan berlangsung kurang dari 12 jam.

Apabila persalinan lebih dari 12 jam perlu ibu harus

segera mendapatkan pertolongan di rumah sakit untuk

menyelamatkan janin serta mencegah perdarahan dan

infeksi pada ibu (Kemenkes RI, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan

antara komplikasi kelahiran dengan kematian neonatal

(Dewi, 2010). Ibu yang memiliki komplikasi persalinan

meningkatkan risiko kematian neonatal sebesar 1.5 kali

dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi

persalinan (Rahmawati, 2007). Penelitian lainnya yang

dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

komplikasi saat persalinan dengan kematian neonatal

(Schoeps, dkk., 2007). Penelitian lainnya yang dilakukan

di daerah rural Bangladesh juga menunjukkan bahwa ibu

yang mengalami pendarahan selama kehamilannya

berhubungan kuat dengan adanya peningkatan risiko

terhadap kematian neonatal (Owais, dkk., 2013).

Penelitian yang dilakukan pada ibu hamil Etnik

Ngalum Provinsi Papua menemukan bahwa ibu yang

hamil tetap mengalami komplikasi walaupun telah

melakukan pemeriksaan kehamilan karena hamil pada

usia lebih dari 45 tahun dan memiliki anak rata-rata11-14

anak dengan jarak kelahiran yang berdekatan. Tingkat

Page 75: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

55

anemia ibu hamil pada suku ini paling tinggi

dibandingkan etnik lainnya. Kondisi seperti ini

menyebabkan tingginya kejadian retensio plasenta saat

melahirkan. Padahal petugas kesehatan telah

memberikan tablet penambah darah yang seharusnya

diberikan tiga bulan sekali menjadi satu bulan sekali

karena tingginya kasus anemia. Namun, petugas

kesehatan tidak bisa memastikan apakah obat yang

diberikan rutin diminum oleh ibu hamil setiap hari

(Kemenkes RI, 2012).

Hasil penelitian pada ibu hamil Etnik Gorontalo

Provinsi Gorontalo menemukan sebagian ibu hamil yang

melakukan pemeriksaan kehamilan tidak memakan

vitamin yang diberikan dengan alasan tidak diberi

penjelasan manfaat minum obat. Ibu juga tidak

meminum vitamin penambah darah dengan alasan

rasanya pahit (Kemenkes RI, 2012).

Anemia atau kadar Hb <11 g/dl yang salah

satunya bisa disebabkan karena defisiensi besi sehingga

perlu diberi obat penambah zat besi. Kondisi anemia

pada ibu hamil sangat berbahaya bisa menyebabkan

terjadinya perdarahan pasca persalinan (WHO;

Kemenkes RI; POGI; IBI, 2013). Perdarahan merupakan

penyebab terbanyak kematian pada ibu (Zakariah, dkk.,

Page 76: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

56

2009). Berdasarkan hasil review bahwa dampak anemia

pada ibu hamil terhadap bayinya bervariasi sesuai tingkat

defisiensi Hb yang dialami oleh ibu. Defisiensi Hb <11

gr/dl berhubungan dengan peningkatan kematian pada

perinatal. Peningkatan 2-3 kali kematian perinatal pada

ibu dengan Hb <8.0 gr/dl dan peningkatan 8-10 kali

ketika kadar Hb <5.0 gr/dl. Selain itu, penurunan

terhadap berat bayi lahir dan lambatnya pertumbuhan

janin terjadi ketika kadar Hb ibu <8.0 gr/dl (Kalaivani,

2009).

Penelitian lainnya menunjukkan tidak ada

hubungan antara komplikasi selama persalinan dengan

kematian neonatal (Wijayanti, 2013).

3) Persalinan Caesar

Persalinan caesar merupakan tindakan untuk

melahirkan bayi melalui sayatan pada dinding uterus

yang masih utuh (Saifuddin, dkk., 2009). Persalinan

caesar merupakan operasi besar yang dilakukan pada

saat terdapat alasan kesehatan tertentu (Whalley, dkk.,

2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persalinan

dengan cara bedah caesar memiliki hubungan dengan

kematian neonatal (Bashir, dkk., 2013). Bayi dari ibu

yang kembali melakukan persalinan dengan cara caesar

Page 77: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

57

memiliki angka kesakitan (penyakit pernapasan) lebih

tinggi dan tinggal di rumah sakit lebih lama

dibandingkan ibu yang melakukan persalinan per

vaginam yang sebelumnya melakukan persalinan caesar

(Kamath, dkk., 2009). Kematian neonatal meningkat

sejalan dengan tingginya persalinan caesar yang

dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan. Selain itu

secara keseluruhan, persalinan caesar (kondisi

kegawatdaruratan maupun non kegawatdaruratan)

berhubungan dengan meningkatnya kesakitan pada

neonatal (Shah, dkk., 2009).

Hasil review literatur menyebutkan bahwa

persalinan caesar tanpa adanya alasan kesehatan

(kegawatdaruratan) juga bisa membahayakan kondisi ibu

dan janinnya baik dari segi pendek maupun lamanya

waktu yang diperlukan prosedur persalinan caesar

dibandingkan persalinan normal (Wiklund, dkk., 2012).

Penelitian lainnya menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara persalinan caesar terhadap kematian

neonatal dini (Nugraheni, 2013). Penelitian yang

dilakukan Wijayanti (2013) juga menunjukkan tidak ada

hubungan antara riwayat operasi caesar dengan kejadian

kematian neonatal.

Page 78: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

58

4) Tempat Persalinan

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap

kematian ibu dan anak adalah terbatasnya tempat

persalinan yang memadai. Upaya untuk mengurangi

risiko kematian ibu dan anak adalah sangat penting

dengan cara meningkatkan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang profesional yang dilakukan di fasilitas

kesehatan (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF

International, 2013). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ibu yang melahirkan di fasilitas non kesehatan

mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian

kematian bayi sebesar 1.35 kali lebih besar dibandingkan

ibu yang melahirkan bayi di fasilitas kesehatan (Faisal,

2010). Melahirkan diluar fasilitas layanan kesehatan

lebih memungkinkan untuk mengalami kematian

neonatal dibandingkan melahirkan dilakukan di fasilitas

layanan kesehatan (Ajaari, dkk., 2012).

Penelitian kualitatif pada Suku Mamasa,

Sulawesi Barat menemukan bahwa walaupun telah

terdapat program Jampersal (Jaminan Persalinan) namun

belum diketahui oleh ibu-ibu di wilayah tersebut. Selain

itu, mereka belum mempercayai sepenuhnya bahwa

bersalin di fasilitas kesehatan tidak dikenakan

biaya/gratis. Apalagi jika mereka harus di rujuk ke

Page 79: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

59

Rumah Sakit, akan membutuhkan biaya yang lebih besar.

Selain itu, permasalahan juga terdapat pada tenaga

kesehatan dimana belum keluarnya pembayaran (klaim)

terhitung sejak 2011-2012. Padahal semua catatan dan

bukti telah terkumpul dengan rapi. Kejadian tersebut

terjadi pada semua bidan di desa dan kecamatan di

Kabupaten Mamasa. Meskipun demikian, bidan desa

tetap melayani dan menggratiskan persalinan yang

ditolong di fasilitas persalinan (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian lainnya pada suku Toraja Sa’dan

menunjukkan bahwa terdapat pertimbangan lain,

pertimbangan ekonomi untuk memenuhi biaya-biaya di

luar cakupan Jampersal, seperti transportasi, uang makan

keluarga yang menungguinya di sarana kesehatan, anak-

anak kecil yang ditinggalkan, hewan-hewan ternak

(pemeliharaan babi) yang menjadi tanggung jawab ibu.

Pendapatan sehari-hari menjadi pertimbangan lain

mengapa ibu memutuskan untuk melahirkan sendiri di

rumahnya. Selain itu, beberapa wilayah Toraja Sa’dan

memang berada jauh dari sarana pelayanan kesehatan.

Selain jarak yang jauh, akses warga terhadap pelayanan

kesehatan dipersulit dengan kondisi jalan yang rusak.

Sarana transportasi menjadi sulit dan mahal karena

kondisi jalan yang rusak parah (Kemenkes RI, 2012).

Page 80: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

60

Hasil penelitian lainnya menunjukkan tidak ada

hubungan antara tempat persalinan dengan kematian bayi

(Sugiharto, 2011). Beberapa penelitian lainnya juga

menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis tempat

persalinan dengan kematian neonatal (Pertiwi, 2010;

Nugraheni, 2013; Wijayanti, 2013). Penelitian yang

dilakukan di daerah rural Burkina Faso bahwa kematian

bayi lebih tinggi terjadi di fasilitas layanan kesehatan.

Adanya fasilitas pelayanan kesehatan tidak akan

memberikan perbedaan yang berarti jika fasilitas tersebut

tidak memiliki kelengkapan alat atau tenaga kesehatan

yang cukup terlatih (Diallo, dkk., 2012).

Menurut penelitian Singh, dkk (2012) juga

menunjukkan bahwa setelah adanya peningkatan

penggunaan rumah sakit bersalin di India berdampak

pada terjadinya penurunan kematian neonatal sebesar

2.5% namun penurunan kematian neonatal ini tidak

signifikan dimungkinkan terjadi karena masih rendahnya

kualitas layanan kesehatan. Seperti ditemukan juga pada

penelitian lainnya bahwa persalinan yang dilakukan di

rumah di daerah rural sebagian besar ditolong oleh

dokter atau bidan desa dengan tingkat pengetahuan dan

keterampilan masih tergolong cukup rendah (Yanping,

dkk., 2010).

Page 81: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

61

2.3.2.5 Faktor Setelah Melahirkan (Post Delivery Factors)

Faktor setelah melahirkan yang berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup neonatal adalah kunjungan

neonatal (Titalley, dkk., 2008; Kayode, dkk, 2014; Bashir,

dkk., 2013).

1) Kunjungan Neonatal

Pelayanan pada bayi baru lahir sangat penting

dilakukan untuk mengurangi kematian neonatal dan

mencegah komplikasi segera setelah ibu melahirkan

(BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Sekitar dua per tiga bayi meninggal pada 4 minggu

pertama setelah kelahirannya (Pinem, 2009). Sehingga

untuk mencegah terjadinya kematian tersebut semua

bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan klinis

dalam 24 jam pertama kehidupan (Meadow & Newell,

2002).

Pada saat kelahiran, tubuh bayi baru lahir mulai

melakukan sejumlah adaptasi psikologik. Adanya

perubahan lingkungan yang dramastis menyebabkan

bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

bagaimana bayi tersebut membuat suatu transisi yang

baik terhadap kehidupannya diluar rahim (Ladewig,

dkk, 2006). Pemeriksaan bayi baru lahir memiliki

tujuan untuk mendeteksi masalah penting sedini

Page 82: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

62

mungkin sehingga dapat diobati secara tepat,

mempermudah adaptasi pada kehidupan ekstrauterus

dan melindungi bayi baru lahir dari proses berbahaya

seperti hipotermia dan infeksi (Rudolph, dkk., 2006).

Standar pelayanan kesehatan bagi neonatus

menetapkan bahwa setiap bayi baru lahir harus

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh

tenaga kesehatan minimal tiga kali selama periode 0

sampai dengan 28 hari setelah lahir baik, di fasilitas

kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Adapun

kunjungan neonatus pertama (KN1) merupakan

pelayanan kesehatan terhadap neonatus sesuai standar

pada 6-48 jam setelah lahir. Kunjungan neonatal ini

diharapkan dapat meningkatkan akses neoantus

terhadap pelayanan kesehatan dasar dan mengetahui

sedini mungkin kelainan/masalah kesehatan yang

terjadi pada neonatus (Depkes RI, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat

hubungan antara pemeriksaan bayi setelah melahirkan

dengan kejadian kematian neonatal (Pertiwi, 2010).

Kematian bayi lebih rendah pada bayi yang menerima

kunjungan pada hari pertama dibandingkan mereka

yang tidak menerima kunjungan. Bayi yang bertahan

hidup pada dua hari pertama dan menerima kunjungan

Page 83: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

63

pertama pada hari kedua berhubungan dengan sebesar

64% kematian neonatal yang lebih rendah

dibandingkan mereka yang tidak menerima kunjungan.

Namun, kunjungan pertama setelah hari kedua

kehidupan pertama bayi tidak berhubungan dengan

penurunan kematian neonatal (Baqui, dkk., 2009).

Namun, pada penelitian yang dilakukan

Nugraheni (2013) menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara kunjungan neonatal pertama dengan

kematian neonatal dini. Penelitian yang dilakukan

Singh, dkk (2012) juga menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara pemeriksaan bayi pada 24 jam setelah

kelahiran dengan kematian neonatal.

2.4 Konsep Daerah Rural/Perdesaan

Menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun

2010 tentang klasifikasi perkotaan dan perdesaan di Indonesia. Perkotaan

merupakan status suatu wilayah administrasi setingkat desa/kelurahan

yang memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. Sedangkan

perdesaan adalah status suatu wilayah administrasi setingkat

desa/kelurahan yang belum memenuhi kriteria klasifikasi wilayah

perkotaan. Desa/Kelurahan merupakan wilayah administrasi terendah

dalam hierarki pembagian wilayah administrasi Indonesia di bawah

kecamatan (BPS, 2010).

Page 84: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

64

Adapun kriteria suatu desa/kelurahan dikategorikan sebagai

perkotaan atau perdesaan yaitu apabila suatu desa/kelurahan memiliki

persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah

tangga pertanian dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan (BPS,

2010). Fasilitas perkotaan tersebut yaitu (BPS, 2010):

1) Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK)

2) Sekolah Menengah Pertama

3) Sekolah Menengah Umum

4) Pasar

5) Pertokoan

6) Bioskop

7) Rumah Sakit

8) Hotel/Bilyar/Diskotek/Panti Pijat/Salon

9) Persentase Rumah Tangga yang menggunakan Telepon

10) Persentase Rumah Tangga yang menggunakan Listrik

Penentuan nilai/skor untuk menetapkan sebagai wilayah perkotaan

dan perdesaan atas desa/kelurahan yaitu sebagai berikut (BPS, 2010):

a. Wilayah perkotaan, apabila dari kepadatan penduduk, persentase

rumah tangga, pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas

perkotaan yang dimiliki mempunyai total nilai/skor 10 (sepuluh)

atau lebih.

b. Wilayah perdesaan, apabila dari kepadatan penduduk,

persentase rumah tangga, pertanian, dan keberadaan/akses pada

Page 85: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

65

fasilitas perkotaan yang dimiliki mempunyai total nilai/skor

dibawah 10 (sepuluh).

Nilai/skor kepadatan penduduk, persentase rumah tangga

pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan yang dimiliki

dapat dilihat pada Tabel 2.1 (BPS, 2010).

Angka Kematian Neonatal di daerah rural berdasarkan SDKI 2012

menunjukkan kematian lebih tinggi di daerah rural dibandingkan di daerah

urban (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013). Penelitian

yang dilakukan di Bangladesh juga menemukan bahwa risiko kematian

neonatal di daerah rural menunjukkan lebih tinggi jika dibandingkan

dengan daerah urban (Chowdhury, dkk., 2013). Perbedaan antara wilayah

rural dan urban tersebut menggambarkan adanya perbedaan wilayah yang

mengalami perkembangan dan wilayah yang tidak mengalami

perkembangan (Yanping, dkk., 2010).

Penyebab kematian yang perlu mendapatkan perhatian serius di

daerah rural Indonesia yaitu masih tingginya pengaruh dari unsur budaya.

Hasil penelitian kualitatif pada ibu hamil Etnik Ngalum di Distrik Oksibil

Provinsi Papua menemukan bahwa terdapat adat dimana pihak perempuan

harus membalas mas kawin kepada pihak laki-laki sebesar yang

dibayarkan kepada pihak perempuan. Apabila terjadi pelanggaran adat, ibu

tidak membayar mas kawin kepada pihak laki-laki, maka akan terdapat

korban dari keluarga tersebut. Salah satu kasus yang ditemukan, Ibu Tuti

seorang ibu hamil belum bisa membayar mas kawin sampai usia

kehamilannya 9 bulan. Pada saat melahirkan, bayi yang dilahirkan berada

Page 86: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

66

dalam kondisi sehat namun keesokan harinya ditemukan bayi telah

meninggal. Keluarga menyadari betul, bahwa hal itu terjadi karena mereka

belum menyelesaikan pembayaran kembali mas kawin. Sehingga mereka

harus tunduk pada adat yang telah ada/turun-temurun dari nenek moyang

mereka (Kemenkes RI, 2012). Diketahui hasil SDKI 2012 menunjukkan

bahwa Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi dengan Angka

Kematian Neonatal yang tinggi di Indonesia yaitu sebesar 27 per 1.000

KH (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Selain itu, kasus kematian bayi baru lahir yang masih tinggi pada

Etnik Ngalum Papua juga disebabkan karena bayi mengalami infeksi

pneumonia. Hasil pengamatan menemukan, ternyata pada beberapa

keluarga dapur perapian bukan hanya digunakan untuk memasak makanan

tetapi juga digunakan untuk menghangatkan badan pada saat malam hari

karena suhu yang cukup dingin (19-200C). Namun, perapian tersebut tidak

dilengkapi dengan cerobong asap, sehingga asap hasil pembakaran hanya

berputar didalam dapur (Kemenkes RI, 2012).

Page 87: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

67

67

Tabel 2.1 Kriteria Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia

Kriteria Keberadaan/Akses Pada Fasilitas Perkotaan

Kepadatan Penduduk per Km2 Nilai/Skor

Persentase Rumah Tangga

Pertanian Nilai/Skor Fasilitas Perkotaan Kriteria Nilai/Skor

>500 1 >70.00 1 a. Sekolah Taman Kanak-Kanak 1) Ada, atau ≤ 2.5 Km *)

2) > 2.5 Km *) 1 0 500-1249 2 50.00-69.99 2 b. Sekolah Menengah Pertama

1250-2499 3 40.00-49.99 3 c. Sekolah Menengah Umum 2500-3999 4 20.00-30.99 4 d. Pasar 1) Ada, atau ≤ 2 Km *)

2) > 2 Km *) 0 1 4000-5999 5 15-19.99 5 e. Pertokoan

6000-7499 6 10-14.99 6 f. Bioskop 1) Ada, atau ≤ 5 Km *)

2) > 5 Km *) 0 1 7500-8499 7 5.00-9.99 7 g. Rumah Sakit

>8500 8 <5.00 8 h. Hotel/Bilyar/Diskotek/Panti Pijat/Salon

1) Ada

2) Tidak ada 1 0

i. Persentase RT Telepon 1) ≥ 8.00

2) < 8.00 0 1

j. Persentase RT listrik 1) ≥ 90.00

2) < 90.00 0 1

*) Jarak tempuh diukur dari Kantor Desa/Kelurahan

Page 88: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

68

2.5 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI 2012)

Survei demografi adalah survei yang menggambarkan rumah

tangga secara nasional. Survei ini menyediakan data dengan cakupan luas

terkait indikator monitoring dan evaluasi populasi, kesehatan dan gizi (ICF

International). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012

merupakan survei ketujuh yang dilakukan sebagai bagian dari proyek

internasional Demographic and Health Survey (DHS). Survei sebelumnya

dilakukan pada tahun 1987, 1991, 1994, 1997, 2002-2003, dan 2007.

SDKI 2012 dirancang bersama-sama oleh Badan Pusat Statistik (BPS),

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes). SDKI 2012 bertujuan untuk

menyediakan informasi secara rinci tentang penduduk, keluarga berencana

dan bidang kesehatan (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013).

Pengambilan sampel yang dilakukan pada SDKI 2012 mengunakan

metode sampel tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan pemilihan

sejumlah Primary Sampling Unit (PSU) dari kerangka sampel PSU secara

Probability Proportional to Size (PPS). PSU adalah kelompok blok sensus

berdekatan yang menjadi wilayah tugas koordinator tim Sensus Penduduk

2010. Pada tahap kedua dilakukan pemilihan satu blok sensus secara PPS

disetiap PSU terpilih. Selanjutnya pada tahap ketiga dilakukan pemilihan

25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematik.

Rangkaian pengambilan sampel SDKI 2012 digambarkan pada Gambar

2.2 (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Page 89: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

69

Gambar 2.2 Bagan Alur Pengambilan Sampel Rumah Tangga dan Individu

Sumber: (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013) BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International (2013)

Sampel SDKI 2012 bertujuan untuk memberikan estimasi

karakteristik bagi perempuan usia 15-49 tahun dan laki-laki menikah usia

15-54 tahun di Indonesia baik di daerah perkotaan maupun pedesaan di

setiap provinsi. Sehingga untuk mencapai tujuan ini, sebanyak 1.840 blok

sensus (874 di daerah perkotaan dan 966 di daerah pedesaaan) dipilih dari

daftar Blok sensus pada Primary Sampling Unit (PSU) yang terbentuk saat

sensus penduduk 2010. Pada setiap blok sensus, pemutakhiran dan

pemetaan daftar rumah tangga secara lengkap dilakukan pada bulan April

2012. Daftar lengkap rumah tangga dimasing-masing blok sensus

dijadikan dasar untuk pengambilan sampel tahap kedua. Sebanyak 25

rumah tangga dipilih secara sistematis dari setiap blok sensus. Semua

wanita usia 15-49 yang memenuhi syarat diwawancarai dalam komponen

Pemilihan Blok Sensus (Primary Sampling Unit) berdasarkan Daftar Blok Sensus

Penduduk 2010

Pemilihan 25 rumah tangga pada setiap Blok Sensus secara sistematis

Pemilihan wanita usia 15-49 yang memenuhi syarat di setiap rumah tangga

Wawancara wanita usia 15-49 yang memenuhi syarat

Page 90: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

70

Remaja dari SDKI. Data wanita dan laki yang tidak pernah menikah usia

15-24 tahun merupakan dasar laporan ini. Selanjutnya 8 rumah tangga

dipilih secara sistematis dari 25 rumah tangga untuk mendapatkan

responden pria menikah usai 15-54 tahun (BPS, BKKBN, Kemenkes &

ICF International, 2013).

Hasil pendataan sampel rumah tangga didapatkan total rumah

tangga sebesar 46.024 untuk Indonesia dimana sebanyak 47.533 wanita

memenuhi syarat untuk diwawancarai. Total rumah tangga hasil pendataan

sampel untuk Provinsi Maluku adalah sebesar 1.077 rumah tangga.

Sedangkan total sampel wanita usia subur yang memenuhi syarat untuk

Indonesia didapatkan sebesar 1.291 wanita (BPS, BKKBN, Kemenkes &

ICF International, 2013).

SDKI 2012 menggunakan empat macam kuesioner yaitu kuesioner

rumah tangga, kuesioner wanita usia subur, kuesioner pria kawin dan

kuesioner remaja pria belum pernah kawin. Adanya perubahan cakupan

sampel individu wanita dari wanita pernah kawin (WPK) umur 15-49

tahun dalam SDKI 2007 menjadi wanita umur subur (WUS) 15-49 tahun

pada SDKI 2012, maka kuesioner WUS ditambahkan pertanyaan-

pertanyaan untuk remaja wanita belum pernah kawin umur 15-24 tahun.

Tambahan pertanyaan ini merupakan bagian dari kuesioner Survei

Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2007 (BPS, BKKBN, Kemenkes &

ICF International, 2013).

Page 91: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

71

Kuesioner rumah tangga maupun kuesioner WUS SDKI 2012

sebagian besar mengacu pada versi terbaru (Maret 2011) kuesioner standar

yang digunakan program DHS VI. Model kuesioner tersebut disesuaikan

dengan kebutuhan di Indonesia. Beberapa pertanyaan di kuesioner standar

DHS tidak dicakup dalam SDKI 2012 karena kurang sesuai dengan

kondisi di Indonesia. Selain itu, kategori jawaban serta tambahan

pertanyaan disesuaikan dengan muatan lokal terkait program di bidang

kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia (BPS, BKKBN, Kemenkes

& ICF International, 2013).

Kuesioner rumah tangga digunakan untuk mencatat seluruh

anggota rumah tangga dan tamu yang menginap di rumah tangga terpilih

sampel malam sebelum wawancara, dan keadaan tempat tinggal rumah

tangga terpilih. Pertanyaan dasar anggota rumah tangga yang dikumpulkan

adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan hubungan

dengan kepala rumah tangga. Keterangan mengenai tempat tinggal yang

dikumpulkan meliputi sumber air minum, jenis kakus, jenis lantai, jenis

atap, jenis dinding, dan kepemilikan aset rumah tangga. Informasi

mengenai kepemilikan aset menggambarkan status sosialekonomi rumah

tangga tersebut. Kegunaan utama kuesioner rumah tangga adalah untuk

menentukan responden wanita dan pria yang memenuhi syarat untuk

wawancara perseorangan (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013).

Kuesioner WUS digunakan untuk mengumpulkan informasi dari

wanita umur 15-49 tahun. Topik yang ditanyakan kepada wanita tersebut

Page 92: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

72

adalah latar belakang responden (status perkawinan, pendidikan, akses

terhadap media massa, dan lain-lain), riwayat kelahiran, pengetahuan dan

pemakaian kontrasepsi, perawatan kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan

setelah melahirkan, pemberian air susu ibu dan makanan anak, kematian

anak, imunisasi dan kesakitan anak, perkawinan dan kegiatan seksual,

preferensi fertilitas, latar belakang suami/pasangan dan pekerjaan

responden, pengetahuan tentang HIV-AIDS dan infeksi seksual lain,

kematian saudara kandung, termasuk kematian ibu dan isu kesehatan

lainnya (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Selanjutnya pada kuesioner wanita umur 15-24 tahun yang belum

pernah kawin, ditanyakan mengenai latar belakang tambahan yaitu

pengetahuan mengenai sistem reproduksi manusia, sikap tentang

perkawinan dan anak, peran keluarga, sekolah, masyarakat dan media,

rokok, minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, pacaran dan

perilaku seksual. Pada kuesioner pria kawin (PK), informasi yang

dikumpulkan dalam kuesioner PK hampir sama dengan kuesioner WUS

namun lebih pendek karena tidak mencakup riwayat kelahiran, dan

kesehatan ibu dan anak. Pada kuesioner untuk pria berstatus kawin juga

dikumpulkan informasi mengenai pengetahuan dan partisipasi mereka

dalam perawatan kesehatan anak. Kuesioner remaja pria (RP) mencakup

pertanyaan yang sama dengan kuesioner remaja wanita belum pernah

kawin umur 15-24 tahun (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013).

Page 93: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

73

Sebelum memulai kegiatan di lapangan, kuesioner SDKI 2012

diujicobakan di Provinsi Riau dan Nusa Tenggara Timur untuk

memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan sudah jelas dan dapat dipahami

oleh responden. Uji coba penting dilakukan terkait dengan cakupan sampel

yang berbeda dengan SDKI sebelumnya. Pada SDKI sebelumnya

responden perempuan merupakan wanita yang pernah kawin umur 15-49

tahun berubah menjadi semua wanita umur 15-49 tahun terlepas dari status

perkawinan. Selain itu, terdapat pertanyaan baru dan format pertanyaan

yang disesuaikan dengan kuesioner standar DHS. Dua tim direkrut di

setiap provinsi. Uji coba dilakukan pada pertengahan Juli hingga

pertengahan Agustus 2011 di empat kabupaten terpilih, yang mencakup 4

blok sensus perkotaan dan empat blok sensus perdesaan. Kabupaten yang

dipilih untuk uji coba adalah Pekanbaru dan Kabupaten Kampar (Provinsi

Riau), serta Kota Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (Provinsi

Nusa Tenggara Timur). Berdasarkan temuan uji coba, dilakukan

penyempurnaan terhadap kuesioner rumah tangga dan individu (BPS,

BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Kemudian dilakukan pelatihan kepada seluruh enumerator sebelum

survei dilakukan. Sebanyak 922 orang (376 pria dan 546 wanita) dilatih

sebagai pewawancara. Pelatihan berlangsung selama 12 hari pada bulan

Mei 2012 di sembilan pusat pelatihan yaitu Batam, Bukit Tinggi, Banten,

Yogyakarta, Denpasar, Banjarmasin, Makasar, Manokwari dan Jayapura.

Pelatihan mencakup pembelajaran materi di kelas, latihan wawancara dan

tes. Pelatihan dibedakan menjadi tiga kelas yaitu kelas wanita (WUS),

Page 94: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

74

kelas pria kawin (PK), dan kelas remaja pria (RP). Seluruh peserta dilatih

menggunakan kuesioner rumah tangga dan kuesioner perseorangan sesuai

jenis kelasnya. Pengumpulan data yang dilakukan pada SDKI 2012 yaitu

menggunakan metode wawancara terhadap responden penelitian

menggunakan kuesioner penelitian (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF

International, 2013).

Pengumpulan data SDKI 2012 dilakukan oleh 119 tim petugas.

Setiap tim terdiri dari delapan orang yaitu 1 orang pengawas pria, 1 orang

editor wanita untuk WUS dan PK, 4 orang wanita pewawancara WUS, 1

orang pria pewawancara PK yang merangkap sebagai editor RP, dan 1

orang pria pewawancara RP. Sedangkan untuk Provinsi Papua dan Papua

Barat setiap tim pengumpul terdiri dari dari lima orang, 1 orang pengawas

pria yang merangkap sebagai editor PK dan RP, 1 orang wanita editor

WUS, 2 orang wanita pewawancara WUS dan 1 orang pria pewawancara

PK dan RP. Kegiatan pengumpulan data SDKI 2012 di lapangan

berlangsung dari 7 Mei sampai 31 Juli 2012 (BPS, BKKBN, Kemenkes &

ICF International, 2013).

Hasil pengumpulan data dilapangan didapatkan sebesar 99%

sampel rumah tangga yang berhasil diwawancarai. Selanjutnya, sampel

wanita usia subur yang memenuhi syarat yang berhasil diwawancarai yaitu

sebesar 22.898 wanita (96%). Adapun rumah tangga yang berhasil

diwawancarai untuk Indonesia yaitu sebesar 97.4% (1.077 rumah tangga)

dan sampel wanita usia subur yang memenuhi syarat yang berhasil

Page 95: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

75

diwawancarai sebesar 89% (1.149 wanita) (BPS, BKKBN, Kemenkes &

ICF International, 2013).

2.6 Kerangka Teori

Berdasarkan model faktor-faktor yang berhubungan dengan

kematian pada neonatal dari Titaley (2008) dapat diilustrasikan model

kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi kematian neonatal pada

Gambar 2.3.

Page 96: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

76

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Determinan Kelangsungan Hidup Bayi Titaley, dkk (1), 2008, Kayode, dkk, 2014 (2), Singh, dkk, 2013 (3), Bashir, dkk.

2013 (4), Mekonnen, dkk, 2013 (5), Upadhyay, dkk, 2012 (6), Onwuanaku, dkk 2011 (7), Chaman, dkk 2009 (8), Singh, dkk 2014

(9), Carlsen, dkk 2013 (10), Debes, dkk 2013 (11), Yego, dkk, 2013 (12), Yanping, dkk, 2010 (13)

Determinan Sosial-ekonomi:

Pendidikan Ibu3,5,6

Pekerjaan Ibu1,3

Indeks Kekayaan Rumah Tangga4

Hidup Meninggal

Faktor Ibu: Umur Ibu4,5,6

Faktor Sebelum Melahirkan:

Kunjungan Antenatal3,9 Komplikasi Kehamilan4

Faktor Neonatal:

Infeksi/Penyakit12,13

Jenis Kelamin Bayi1,3,4,5,10 Berat Bayi Lahir2,7,8

Paritas2,3,8

Jarak Kelahiran1,2,5,8

Kelahiran Prematur7

Inisiasi Menyusu Dini11

Determinan Terdekat (Proximate Determinants)

Faktor Saat Melahirkan:

Penolong Persalinan9

Komplikasi Persalinan1,3,4

Persalinan Caesar4,8

Tempat Persalinan1

Faktor Setelah Melahirkan:

Kunjungan Neonatal1,2,4

Page 97: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

77

3 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori penyebab kematian neonatal dari Titaley (2008),

faktor yang mempengaruhi kematian neonatal yaitu terdiri dari faktor

sosial ekonomi dan faktor terdekat (proximate determinants). Determinan

sosial-ekonomi tidak mempengaruhi secara langsung kematian neonatal,

namun hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat

pendidikan ibu, semakin besar peluang terjadinya kasus kematian bayi. Ibu

yang bekerja mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian

kematian bayi lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Ibu dan

anak yang berasal dari keluarga miskin memiliki risiko meningkat

terhadap kematian neonatal. Sehingga peneliti ingin meneliti secara

langsung pengaruh faktor sosial-ekonomi tersebut terhadap kematian

neonatal.

Variabel berat bayi lahir, jarak kelahiran, kelahiran prematur,

inisiasi menyusu dini, komplikasi persalinan dan kunjungan neonatal tidak

dijadikan variabel penelitian karena sebagian besar data variabel missing

serta variabel infeksi/penyakit tidak dijadikan variabel penelitian karena

data tidak tersedia pada SDKI 2012. Adapun variabel lainnya yang dipilih

sebagai variabel penelitian adalah faktor terdekat yang terdiri dari variabel

Page 98: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

78

umur ibu, jenis kelamin bayi, paritas, jarak kelahiran, kelahiran prematur,

kunjungan antenatal, komplikasi kehamilan, penolong persalinan,

persalinan caesar dan tempat persalinan.

Semakin tua umur ibu maka organ reproduksi ibu semakin

mengalami penurunan serta semakin muda umur ibu, organ reproduksi

yang ada belum cukup matang untuk menjalani proses kehamilan.

Sehingga pada umur terlalu muda dan terlalu tua kehamilan memiliki

risiko tinggi mengalami kematian bayi. Selain itu, apabila ibu terlalu

sering melahirkan rahim akan semakin lemah. Bayi pada ibu yang

mengalami komplikasi pada saat kehamilan memiliki kemungkinan untuk

mengalami komplikasi pada saat persalinan (perdarahan, persalinan sulit

atau lama) yang bisa menyebabkan terjadinya kematian pada bayi terutama

pada masa 28 hari pertama kehidupan.

Persalinan caesar dilakukan apabila terdapat indikasi kesehatan

tertentu, sehingga ibu lebih memiliki risiko kematian pada bayinya.

Penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil akan membantu ibu

dan bayi tetap berada pada kondisi yang baik. Petugas kesehatan memiliki

keterampilan lebih baik dalam menghadapi kondisi-kondisi yang mungkin

terjadi selama persalinan. Apabila ibu melangsungkan persalinan di

fasilitas kesehatan, kondisi yang memerlukan tindakan lebih lanjut bisa

dilakukan lebih cepat karena telah tersedianya alat-alat yang dibutuhkan.

Page 99: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

79

Berikut kerangka konsep pada penelitian ini:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Kematian Neonatal

Umur Ibu

Pekerjaan Ibu

Pendidikan Ibu

Indeks Kekayaan Rumah Tangga

Jenis Kelamin Bayi

Paritas

Kunjungan Antenatal

Komplikasi Kehamilan

Penolong Persalinan

Persalinan Caesar

Tempat Persalinan

Page 100: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

80

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Dependen 1. Kematian Neonatal Kematian yang terjadi selama dua

puluh delapan hari pertama kehidupan setelah bayi dilahirkan di Indonesia pada periode 2008-2012.

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

2 No. 216, 220, Bagian 4 No. 404

0 = meninggal 1 = tidak meninggal

(WHO, 2006)

Ordinal

Variabel Independen 2. Pendidikan Ibu Jenjang pendidikan tertinggi yang

pernah dijalani ibu. Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

1 No 105, 106

0 = rendah (SD atau SMP) 1 = tinggi (SMA, Diploma

atau Perguruan Tinggi) (Singh, dkk., 2013)

Ordinal

3. Pekerjaan Ibu Status pekerjaan yang dilakukan ibu baik dirumah maupun diluar rumah yang mendapat imbalan/penghasilan.

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

8 No. 807-814

0 = bekerja 1 = tidak bekerja

(Titaley, dkk., 2008)

Ordinal

4. Indeks kekayaan rumah tangga

Indeks kekayaan rumah tangga, yang didapatkan dengan mengukur karakteristik latar belakang rumah tangga (mengukur standar hidup rumah tangga dalam jangka panjang).

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-RT Bagian III

dan IV

1 = rendah 2 = menengah 3 = tinggi

(Bashir, dkk., 2013)

Ordinal

5. Umur Ibu Ulang tahun terakhir ibu saat dilakukan wawancara dikurangi umur

Observasi Data SDKI

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

0 = < 20 atau > 35 tahun 1 = 20-35 tahun

Ordinal

Page 101: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

81

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

anak terakhir pada periode 5 tahun sebelum survei (2008-2012).

2012 1 No. 102, 103 (Wijayanti, 2013)

6. Jenis Kelamin Jenis kelamin anak terakhir yang meninggal pada periode 2008-2012.

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-RT Bagian 2

No. 213

0 = laki-laki 1 = perempuan

(Titaley, dkk., 2008)

Ordinal

7. Paritas Jumlah bayi yang pernah dilahirkan ibu baik lahir hidup maupun lahir mati.

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

2 No. 224

0 = ≥ 4 1 = 1-3

(Titaley, dkk., 2008)

Ordinal

8. Kunjungan Antenatal

Jumlah kunjungan ibu memeriksakan kehamilan untuk anak terakhir pada periode 5 tahun sebelum survei (2008-2012).

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-Bagian 4 No.

408-412C

0 = tidak melakukan kunjungan atau kunjungan kurang dari empat kali

1 = kunjungan antenatal minimal empat kali

(Yani & Duarsa, 2013)

Ordinal

9. Komplikasi kehamilan

Riwayat terjadinya komplikasi pada kehamilan untuk kehamilan anak terakhir dengan tanda komplikasi mulas sebelum 9 bulan, perdarahan, demam yang tinggi, kejang-kejang dan pingsan.

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI-WUS Bagian 4 No.

414 C, 414 D

0 = komplikasi (minimal terdapat satu tanda komplikasi)

1 = tidak komplikasi (Nugraheni, 2013)

Ordinal

10. Penolong Persalinan Tenaga yang menjadi penolong persalinan untuk anak terakhir pada periode 5 tahun sebelum survei (2008-

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

4 No. 433

0 = non tenaga kesehatan 1 = tenaga kesehatan

(Titaley, dkk., 2008)

Ordinal

Page 102: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

82

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

2012). 11. Persalinan caesar Anak terakhir pada periode 5 tahun

sebelum survei (2008-2012) dilahirkan dengan cara perut dibedah untuk mengeluarkan bayi.

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

4 No. 435

0 = caesar 1 = tidak caesar

(Bashir, dkk., 2013)

Ordinal

12. Tempat persalinan Tempat ibu melangsungkan proses persalinan untuk anak terakhir pada periode 5 tahun sebelum survei (2008-2012).

Observasi Data SDKI

2012

Kuesioner SDKI 2012-WUS Bagian

4 No. 434

0 = non fasilitas layanan kesehatan

1 = fasilitas layanan kesehatan

(Titaley, dkk., 2008)

Ordinal

Page 103: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

83

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kematian neonatal.

2. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kematian neonatal.

3. Ada hubungan antara indeks kekayaan rumah tangga dengan kematian

neonatal.

4. Ada hubungan antara umur ibu dengan kematian neonatal.

5. Ada hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal.

6. Ada hubungan antara paritas dengan kematian neonatal.

7. Ada hubungan antara kunjungan antenatal dengan kematian neonatal.

8. Ada hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal.

9. Ada hubungan antara penolong persalinan dengan kematian neonatal.

10. Ada hubungan antara persalinan caesar dengan kematian neonatal.

11. Ada hubungan antara tempat persalinan dengan kematian neonatal.

Page 104: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

84

4 BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi dengan

menggunakan desain cross sectional study dimana status paparan dan status

penyakit dikumpulkan dalam satu waktu (Gordis, 2004). Desain ini adalah

desain penelitian dalam Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2012 yang merupakan sumber data pada penelitian ini. Desain studi cross

sectional merupakan desain penelitian yang mudah dilakukan karena tidak

membutuhkan waktu follow up (Murti, 1997). Namun, desain cross sectional

memiliki kelemahan dimana tidak bisa membedakan antara faktor penyebab

dan akibat, karena pengumpulan data paparan dan efek dilakukan secara

bersamaan (Gerstman, 2003).

SDKI 2012 merupakan survei ketujuh yang dilakukan sejak tahun

1987 sebagai bagian dari proyek internasional Demographic and Health

Survey (DHS). Survei ini bertujuan untuk menyediakan informasi secara rinci

tentang penduduk, keluarga berencana dan kesehatan. Survei ini dirancang

oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)

(BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Page 105: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

85

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2014 dengan lokasi

penelitian adalah wilayah rural Indonesia. Adapun analisis data penelitian

dilakukan di wilayah Ciputat, Tangerang Selatan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya

akan diduga (Hastono & Sabri, 2010). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh neonatal di daerah rural Indonesia pada periode 2008-

2012 berdasarkan sampel SDKI 2012.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang ciri-cirinya akan

diteliti atau diukur (Hastono & Sabri, 2010). Sampel yang digunakan

pada penelitian ini yaitu wanita usia subur (15-49 tahun) di daerah

rural Indonesia dan pernah memiliki bayi pada rentang periode 2008-

2012. Besar sampel minimal pada penelitian ini ditentukan

berdasarkan rumus berikut (Dahlan, 2010):

n = Z1-α/2 2P(1-P)+Z1-β P1(1-P1)+ P2(1-P2)

2

(P1- P2)2 xDeff

Keterangan:

n1 = jumlah sampel minimal

Z1-α/2 = 1.96 (Nilai Z pada derajat kemakanaan α sebesar 5%

(0.05)

Page 106: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

86

Z1-β = 0.84 (Nilai Z pada kekuatan uji 1-β dengan β sebesar

20%)

P = Proporsi total = (P1+P2)/2

P1 = proporsi kematian neonatal pada kelompok yang nilainya

merupakan judgement peneliti

P2 = proporsi kematian neonatal pada kelompok yang

bersumber dari kepustakaan

Deff = Desain efek

Berdasarkan nilai P2 hasil penelitian terdahulu sebesar 0.43

(Chaman, dkk., 2009), α = 5% (Z1-α/2 = 1.96); β = 20% (Zβ = 0.84), P1-

P2 = 3.5% dan Deff = 2 didapatkan jumlah sampel minimal yang

diperlukan untuk penelitian sebesar 6.327 sampel. Jumlah WUS yang

memililiki bayi pada periode 2008-2012 di daerah rural Indonesia

setelah proses cleaning data didapatkan sebesar 7.138 sampel.

Sehingga peneliti mengambil seluruh sampel tersebut (7.138 sampel)

karena telah memenuhi besar sampel minimal penelitian (6.327

sampel).

4.4 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan memilih sampel WUS yang

memenui syarat dan berhasil diwawancarai di Indonesia. Jumlah sampel WUS

yang memenuhi syarat yang berhasil diwawancarai yaitu sebesar 45.607

wanita. Selanjutnya dipilih sampel WUS yang memiliki bayi pada periode

2008-2012. Jumlah sampel WUS yang memenuhi syarat dan berhasil

diwawancarai serta memiliki bayi pada periode 2008-2012 di Indonesia yaitu

Page 107: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

87

sebesar 16.198 sampel. Selanjutnya dipilih WUS berdasarkan wilayah tempat

tinggal didaerah rural (perdesaan) yaitu sebesar 8.848 sampel. Kemudian

dilakukan proses cleaning data sehingga didapatkan jumlah sampel WUS

yang memiliki bayi pada periode 2008-2012 yaitu sebesar 7.138 sampel.

Berikut alur pengambilan sampel pada penelitian ini.

Gambar 4.1 Bagan Alur Pengambilan Sampel Penelitian

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data pada penelitian ini adalah data hasil Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Data yang dikumpulkan pada

Pemilihan sampel wanita usia 15-49 yang di wawancarai di Indonesia yaitu sebesar

45.607 sampel

Pemilihan sampel wanita usia 15-49 yang di wawancarai yang memiliki bayi di Indonesia

Tahun 2008-2012 yaitu sebesar 16.198 sampel

Pemilihan sampel wanita usia 15-49 yang di wawancarai yang memiliki bayi di daerah

rural Indonesia Tahun 2008-2012 yaitu sebesar 8.848 sampel

Pemilihan sampel hasil cleaning data wanita usia 15-49 yang di wawancarai yang memiliki

bayi di daerah rural Indonesia Tahun 2008-2012 yaitu sebesar 7.138 sampel

Page 108: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

88

penelitian ini yaitu data hasil Kuesioner Wanita Usia Subur (WUS) dan

Kuesioner Rumah Tangga SDKI 2012 untuk Indonesia. Data hasil kuesioner

WUS yang dikumpulkan terdiri dari kematian neonatal, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, indeks kekayaan rumah tangga, wilayah tempat tinggal, umur

ibu, jenis kelamin bayi, paritas, kunjungan antenatal, komplikasi kehamilan,

penolong persalinan, persalinan caesar dan tempat persalinan.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan analisis terlebih

dahulu terhadap Kuesioner WUS dan Kuesioner Rumah Tangga SDKI 2012.

Kemudian memilih variabel-variabel yang akan dijadikan sebagai variabel

penelitian berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

Selanjutnya, peneliti meminta data mentah (row data) hasil Kuesioner WUS

dan Rumah Tangga ke Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) sebagai pemegang data SDKI 2012. Berikut ini gambaran

proses pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini:

Gambar 4.2 Proses Pengambilan Data Penelitian

Analisis Kuesioner Wanita Usia Subur (WUS) dan Kuesioner Rumah Tangga (RT), SDKI

2012

Pemilihan Variabel Penelitian Berdasarkan Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Permintaan Data Mentah (Row Data) Hasil Kuesioner WUS dan RT, SDKI 2012 ke

BKKBN

Page 109: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

89

4.6 Pengolahan Data

Adapun proses pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini

sebagai berikut:

1) Filter (Penyaringan), menyaring data yang tidak dibutuhkan dalam

penelitian. Peneliti sebelumnya mengidentifikasi pertanyaan pada

Kuesioner SDKI 2012 yang dianggap berkaitan dengan kematian

neonatal berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut kode

variabel penelitian pada row data SDKI 2012:

Tabel 4.1 Variabel dan Kode Variabel Penelitian Pada SDKI 2012

No. Variabel Kode Data Variabel Dependen 1. Kematian neonatal B5, B6, B7 Variabel Independen 2. Pendidikan ibu V106, V149 3. Pekerjaan ibu V714, V716, V731 4. Indeks kekayaan rumah tangga V190, V191 5. Umur ibu V012 6. Jenis kelamin bayi B4 7. Paritas V201 8. Kunjungan pelayanan antenatal M13, M14, S412BA-

S412BC 9. Komplikasi kehamilan S632HA-S632HX 10. Penolong persalinan M3A$1, M3B$1, M3C$1,

M3D$1, M3E$1, M3G$1, M3H$1, M3K$1, M3N$1

11. Persalinan Caesar V401, M17 12. Tempat persalinan M15

2) Cleaning (Pembersihan data), memeriksa kembali kemungkinan

adanya data tidak konsisten dan missing data dengan analisis frekuensi

Page 110: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

90

terhadap masing-masing variabel penelitian. Berikut hasil cleaning

data pada penelitian ini:

Tabel 4.2 Hasil Cleaning Data Daerah Rural Indonesia SDKI 2012

No. Variabel Jumlah Awal

Data Valid Missing

1. Kategori anak hidup 8.848 8.848 0 2. Umur saat meninggal 8.848 8.848 0 3. Pendidikan ibu 8.848 8.368 480 4. Pekerjaan ibu 8.848 8.834 14 5. Indeks kekayaan rumah tangga 8.848 8.848 0 6. Wilayah tempat tinggal 8.848 8.848 0 7. Umur ibu 8.848 8.848 0 8. Jenis kelamin bayi 8.848 8.848 0 9. Paritas 8.848 8.848 0 10. Jarak kelahiran 8.848 5.722 3.126 11. IMD 8.848 7.226 1.622 12. Kunjungan antenatal 8.848 8.848 0 13. Komplikasi kehamilan 8.848 8.810 38 14. Penolong persalinan 8.848 8.784 64 15. Komplikasi persalinan 8.848 6.718 2130 16. Berat bayi lahir 8.848 6.652 2.196 17. Kelahiran prematur 8.848 585 8.263 18. Persalinan Caesar 8.848 8.769 79 19. Tempat persalinan 8.848 8.783 65 20. Kunjungan neonatal pertama 8.848 4.464 4.384

Jumlah Akhir Sampel 7.138 sampel

3) Recoding (pengkodean ulang), memberikan kode baru untuk setiap

variabel penelitian yang perlu diubah.

4.7 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis

univariat dan analisis bivariat.

Page 111: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

91

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi variabel-

variabel yang akan diteliti. Variabel-variabel tersebut adalah kematian

neonatal, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, indeks kekayaan rumah

tangga, umur ibu, jenis kelamin bayi, paritas, kunjungan antenatal,

komplikasi kehamilan, penolong persalinan, persalinan caesar dan

tempat persalinan.

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik

chi square untuk menguji hipotesis penelitian, yaitu adanya hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian.

Variabel independen penelitian terdiri dari pendidikan ibu, pekerjaan

ibu, indeks kekayaan rumah tangga, umur ibu, jenis kelamin bayi,

paritas, kunjungan antenatal, komplikasi kehamilan, penolong

persalinan, persalinan caesar dan tempat persalinan. Sedangkan

variabel dependennya adalah kematian neonatal.

Derajat signifikansi (α) pada penelitian ini ditetapkan sebesar

5% (0.05). Terdapat hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen apabila hasil perhitungan didapatkan nilai p lebih

kecil dari nilai α (P < α). Sebaliknya apabila nilai p didapatkan lebih

besar dari nilai α (P > α), maka tidak terdapat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Page 112: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

92

5 BAB V HASIL

5.1 Distribusi Kematian Neonatal

Distribusi kematian neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1 Distribusi Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Kematian Neonatal n % Meninggal 79 1,1 Tidak meninggal 7059 98,9

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 7.138 ibu yang memiliki

bayi, terdapat 1,1% (79 kasus) kematian neonatal yang terjadi pada bayi di

daerah rural Indonesia Tahun 2008-2012.

5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu

Distribusi pendidikan ibu di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Pendidikan Ibu n % Rendah 4911 68,8 Tinggi 2227 31,2

Total 7138 100

Page 113: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

93

Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki

tingkat pendidikan rendah (68,8%).

5.3 Distribusi Status Pekerjaan Ibu

Distribusi status pekerjaan ibu di daerah rural Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3 Distribusi Pekerjaan Ibu di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Status Pekerjaan Ibu n % Bekerja 3903 54,7 Tidak bekerja 3235 45,3

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa ibu yang memiliki status

bekerja yaitu sebesar 54,7% (3.903 orang).

5.4 Distribusi Indeks Kekayaan Rumah Tangga

Distribusi Indeks Kekayaan Rumah Tangga di daerah rural Indonesia

dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4 Distribusi Indeks Kekayaan Rumah Tangga di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Indeks Kekayaan Rumah Tangga n %

Rendah 4756 66,6 Menengah 1196 16,8 Tinggi 1186 16,6

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki

indeks kekayaan rumah tangga rendah yaitu sebesar 66,6% (4.756 orang).

Page 114: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

94

5.5 Distribusi Umur Ibu

Distribusi umur ibu di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel

5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Umur Ibu di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Umur Ibu n % <20 tahun dan >35 tahun 1980 27,7 20-35 tahun 5158 72,3

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki

umur 20-35 tahun yaitu sebesar 72,3% (5.158 orang).

5.6 Distribusi Jenis Kelamin Bayi

Distribusi jenis kelamin bayi di daerah rural Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6 Distribusi Jenis Kelamin Bayi di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Jenis Kelamin n % Laki-laki 3725 52,2 Perempuan 3413 47,8

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa bayi yang berjenis kelamin

perempuan lebih sedikit dibandingkan bayi berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebesar 47,8% (3.413 bayi).

Page 115: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

95

5.7 Distribusi Paritas

Distribusi paritas di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.7

berikut ini:

Tabel 5.7 Distribusi Paritas di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Paritas n % >=4 1368 19,1 1-3 5778 80,9

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki

paritas 1-3 yaitu sebesar 80,9% (5.778 orang).

5.8 Distribusi Kunjungan Antenatal

Distribusi kunjungan antenatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8 Distribusi Kunjungan Antenatal di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Kunjungan Antenatal n % Tidak ANC 2688 37,7 ANC 4450 62,3

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa ibu yang telah melakukan

kunjungan antenatal selama kehamilannya yaitu sebesar 62,3% (4.450 orang).

5.9 Distribusi Komplikasi Kehamilan

Distribusi komplikasi kehamilan di daerah rural Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 5.9 berikut ini:

Page 116: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

96

Tabel 5.9 Distribusi Komplikasi Kehamilan di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Komplikasi Kehamilan n % Komplikasi 427 6,0 Tidak komplikasi 6711 94,0

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.9 diketahui bahwa sebagian besar ibu tidak

mengalami komplikasi pada saat kehamilannya yaitu sebedar 94,0% (6.711

orang).

5.10 Distribusi Penolong Persalinan

Distribusi penolong persalinan di daerah rural Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 5.10 berikut ini:

Tabel 5.10 Distribusi Penolong Persalinan di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Penolong Persalinan n % Non Nakes 1911 26,8 Nakes 5227 73,2

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa sebagian besar persalinan pada

ibu ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu sebesar 73,2% (5.227 orang).

5.11 Distribusi Persalinan Caesar

Distribusi persalinan caesar di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 5.11 berikut ini:

Page 117: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

97

Tabel 5.11 Distribusi Persalinan Caesar di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Persalinan Caesar n % Caesar 571 8,0 Tidak Caesar 6567 92,0

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.11 diketahui bahwa sebesar 8,0% (571 orang) ibu

yang melakukan persalinan caesar pada persalinannya.

5.12 Distribusi Tempat Persalinan

Distribusi tempat persalinan di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 5.12 berikut ini:

Tabel 5.12 Distribusi Tempat Persalinan di Daerah Rural Indonesia

Tahun 2008-2012

Tempat Persalinan n % Non Fasyankes 4276 59,9 Fasyankes 2862 40,1

Total 7138 100

Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa ibu yang melakukan

persalinan di non fasilitas pelayanan kesehatan pada saat persalinannya yaitu

sebesar 59,9% (4.276 orang).

5.13 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan kematian neonatal

di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut ini:

Page 118: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

98

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Kematian Neonatal di

Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Pendidikan Ibu Kematian Neonatal Total P

Value Meninggal Tidak meninggal n % n % n %

Rendah 59 1,2 4852 98,8 4911 100 0,311 Tinggi 20 0,9 2207 99,1 2227 100

Berdasarkan Tabel 5.13 diketahui bahwa dari 4.911 ibu yang

berpendidikan rendah terdapat 59 kematian neonatal (1,2%), sedangkan dari

2.227 ibu berpendidikan tinggi terdapat 20 kematian neonatal (0,9%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,311 sehingga dapat diartikan

bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan antara

pendidikan ibu dengan kematian neonatal.

5.14 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara pekerjaan ibu dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut ini:

Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Kematian Neonatal di

Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Status Pekerjaan Ibu

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Bekerja 62 1,6 3841 98,4 3903 100 0,000 Tidak Bekerja 17 0,5 3218 99,5 3235 100

Berdasarkan Tabel 5.14 diketahui bahwa dari 3.903 ibu yang bekerja

terdapat 62 kematian neonatal (1,6%), sedangkan dari 3.235 ibu yang tidak

bekerja terdapat 17 kematian neonatal (0,5%). Berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh nilai p = 0,000 sehingga dapat diartikan bahwa pada tingkat

Page 119: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

99

kepercayaan 95% terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu dengan

kematian neonatal.

5.15 Hubungan Indeks Kekayaan Rumah Tangga dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara indeks kekayaan rumah tangga dengan

kematian neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.15

berikut ini:

Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Indeks Kekayaan Rumah Tangga dengan

Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Indeks Kekayaan

Rumah Tangga

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Rendah 47 1,0 4709 99,0 4756 100

0,375 Menengah 17 1,4 1179 98,6 1196 100 Tinggi 15 1,3 1171 98,7 1186 100

Berdasarkan Tabel 5.15 diketahui bahwa dari 4.756 ibu dengan status

indeks kekayaan rumah tangga rendah terdapat 47 kematian neonatal (1,0%),

dari 1.196 ibu dengan status indeks kekayaan rumah tangga menengah terdapat

17 kematian neonatal (1,4%) serta dari 1.186 ibu dengan status indeks

kekayaan rumah tangga tinggi terdapat 15 kematian neonatal (1,3%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,375 sehingga dapat diartikan

bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan antara indeks

kekayaan rumah tangga dengan kematian neonatal.

Page 120: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

100

5.16 Hubungan Umur Ibu dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara umur ibu dengan kematian neonatal di

daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut ini:

Tabel 5.16 Analisis Hubungan antara Umur Ibu dengan Kematian Neonatal di

Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Umur Ibu Kematian Neonatal Total P

Value Meninggal Tidak meninggal n % n % n %

<20 tahun dan >35 tahun 33 1,7 1947 98,3 1980 100 0,007 20-35 tahun 46 0,9 5112 99,1 5158 100

Berdasarkan Tabel 5.16 diketahui bahwa dari 1.980 ibu yang berusia

<20 tahun dan >35 tahun terdapat 33 kematian neonatal (1,.7%), sedangkan dari

5.158 ibu yang berusia 20-35 tahun terdapat 46 kematian neonatal (0,9%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,007 sehingga dapat diartikan

bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan antara umur ibu

dengan kematian neonatal.

5.17 Hubungan Jenis Kelamin Bayi dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin bayi dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.17 berikut ini:

Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Jenis Kelamin Bayi dengan Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Jenis Kelamin Bayi

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Laki-laki 45 1,2 3680 98,8 3725 100 0,458 Perempuan 34 1,0 3379 99,0 3413 100

Page 121: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

101

Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui bahwa dari 3.725 ibu dengan bayi

berjenis kelamin laki-laki terdapat 45 kematian neonatal (1,2%), sedangkan dari

3.413 ibu dengan bayi berjenis kelamin perempuan terdapat 34 kematian

neonatal (1,0%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,458

sehingga dapat diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat

hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal.

5.18 Hubungan Paritas dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara paritas dengan kematian neonatal di daerah

rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut ini:

Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Paritas dengan Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Paritas Kematian Neonatal Total P

Value Meninggal Tidak meninggal n % n % n %

≥4 23 1,7 1342 98,3 1365 100 0,033 1-3 56 1,0 5717 99,0 5773 100

Berdasarkan Tabel 5.18 diketahui bahwa dari 1.365 ibu yang memiliki

paritas lebih dari empat terdapat 23 kematian neonatal (1,7%), sedangkan dari

5.773 ibu yang memiliki paritas 1-3 terdapat 56 kematian neonatal (1,0%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,033 sehingga dapat diartikan

bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan antara paritas dengan

kematian neonatal.

Page 122: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

102

5.19 Hubungan Kunjungan Antenatal dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara kunjungan antenatal dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.19 berikut ini:

Tabel 5.19 Analisis Hubungan antara Kunjungan Antenatal dengan Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Kunjungan Antenatal

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Tidak ANC 45 1,7 2643 98,3 2688 100 0,001 ANC 34 0,8 4416 99,2 4416 100

Berdasarkan Tabel 5.19 diketahui bahwa dari 2.688 ibu yang tidak

melakukan kunjungan antenatal terdapat 45 kematian neonatal (1,7%),

sedangkan dari 4.416 ibu yang melakukan kunjungan antenatal terdapat 34

kematian neonatal (0,8%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p =

0,001 sehingga dapat diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat

hubungan antara kunjungan antenatal dengan kematian neonatal.

5.20 Hubungan Komplikasi Kehamilan dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara komplikasi kehamilan dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut ini:

Tabel 5.20 Analisis Hubungan antara Komplikasi Kehamilan dengan Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Komplikasi Kehamilan

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Komplikasi 12 2,8 415 97,2 427 100 0,002 Tidak komplikasi 67 1,0 6644 99,0 6711 100

Page 123: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

103

Berdasarkan Tabel 5.20 diketahui bahwa dari 427 ibu yang mengalami

komplikasi kehamilan terdapat 12 kematian neonatal (2,8%), sedangkan dari

6.711 ibu yang melakukan kunjungan antenatal terdapat 67 kematian neonatal

(1,0%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002 sehingga dapat

diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan antara

komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal.

5.21 Hubungan Penolong Persalinan dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara penolong persalinan dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.21 berikut ini:

Tabel 5.21 Analisis Hubungan antara Penolong Persalinan dengan Kematian Neonatal di

Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Penolong Persalinan

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Non Nakes 24 1,3 1887 98,7 1911 100 0,548 Nakes 55 1,1 5172 98,9 5227 100

Berdasarkan Tabel 5.21 diketahui bahwa dari 1.911 ibu dengan

penolong persalinan bukan tenaga kesehatan terdapat 24 kematian neonatal

(1,3%), sedangkan dari 5.227 ibu dengan penolong persalinan oleh tenaga

kesehatan terdapat 55 kematian neonatal (1,1%). Berdasarkan hasil uji statistik

diperoleh nilai p = 0,548 sehingga dapat diartikan bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan

kematian neonatal.

Page 124: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

104

5.22 Hubungan Persalinan Caesar dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara persalinan caesar dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.22 berikut ini:

Tabel 5.22 Analisis Hubungan antara Persalinan Caesar dengan Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Persalinan Caesar

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Caesar 9 1,6 562 98,4 571 100 0,363 Tidak Caesar 70 1,1 6497 98,9 6567 100

Berdasarkan Tabel 5.22 diketahui bahwa dari 571 ibu yang melakukan

persalinan caesar pada persalinannya terdapat 9 kematian neonatal (1,6%),

sedangkan dari 6.567 ibu yang tidak melakukan persalinan caesar pada

persalinannya terdapat 70 kematian neonatal (1,1%). Berdasarkan hasil uji

statistik diperoleh nilai p = 0,363 sehingga dapat diartikan bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan antara persalinan caesar dengan

kematian neonatal.

5.23 Hubungan Tempat Persalinan dengan Kematian Neonatal

Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin bayi dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.23 berikut ini:

Page 125: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

105

Tabel 5.23 Analisis Hubungan antara Tempat Persalinan dengan Kematian Neonatal

di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Tempat Persalinan

Kematian Neonatal Total P Value Meninggal Tidak meninggal

n % n % n % Non Fasyankes 45 1,1 4231 98,9 4276 100 0,674 Fasyankes 34 1,2 2828 98,8 2862 100

Berdasarkan Tabel 5.23 diketahui bahwa dari 4.276 ibu dengan

persalinan dilakukan bukan di fasilitas pelayanan kesehatan terdapat 45

kematian neonatal (1,1%), sedangkan dari 2.862 ibu dengan persalinan

dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan terdapat 34 kematian neonatal

(1,2%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,674 sehingga dapat

diartikan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tidak terdapat hubungan antara

tempat persalinan dengan kematian neonatal.

Page 126: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

106

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang

berhubungan dengan kematian neonatal di daerah rural Indonesia.

Keterbatasan pada penelitian ini termasuk merupakan keterbatasan pada SDKI

2012 sebagai sumber data pada penelitian ini. Pertama, pelaporan kematian

terbatas pada wanita umur 15-49 tahun yang masih hidup. Oleh karena itu,

pelaporan anak yang meninggal dari wanita yang telah meninggal tidak

tersampaikan. Sehingga akan menghasilkan bias terhadap estimasi mortalitas

neonatal. Estimasi mortalitas akan berbeda dengan kenyataan sesungguhnya

di lapangan.

Kedua, responden cenderung kurang mengingat kejadian di masa

lampau, sehingga kemungkinan terjadi pelaporan tanggal kelahiran dan umur

saat meninggal yang berbeda yang bisa menghasilkan angka kematian yang

bias. Ketiga, kematian hanya dikumpulkan dari wanita usia 15-49 tahun,

sehingga wanita usia 50 tahun tidak dapat melaporkan kelangsungan hidup

anaknya pada periode survei yang dimaksud. Keempat, SDKI 2012 tidak

meneliti seluruh faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal,

Page 127: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

107

sehingga variabel pada penelitian terbatas pada variabel yang diteliti SDKI

2012. Kelima, terdapat hingga ribuan data yang missing pada variabel jarak

kelahiran, inisiasi menyusu dini, komplikasi persalinan, berat bayi lahir,

kelahiran prematur dan kunjungan neonatal pertama sehingga variabel

tersebut tidak bisa dianalisis.

6.2 Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Menurut WHO (2006) kematian neonatal adalah kematian yang terjadi

selama dua puluh delapan hari pertama kehidupan setelah bayi dilahirkan.

Kematian neonatal dibedakan menjadi kematian neonatal dini dan kematian

neonatal lanjut. Kematian neonatal dini yaitu kematian saat setelah bayi

dilahirkan sampai 7 hari pertama kehidupannya (0-6 hari) sedangkan kematian

neonatal lanjut yaitu kematian setelah hari ke tujuh sampai sebelum dua puluh

delapan hari (7-27 hari).

Pada penelitian ini ditemukan kematian neonatal sebesar 0.8% dari

total 7.138 bayi yang dilahirkan selama periode 2008-2012. Walaupun jumlah

kematian neonatal pada penelitian ini terlihat sangat kecil, tetapi hasil

perhitungan secara keseluruhan kasus kematian neonatal di daerah rural

Indonesia pada SDKI 2012 menghasilkan angka kematian neonatal di daerah

rural Indonesia sebesar 24 per 1000 KH. Adanya perbedaan yang cukup rumit

antara kematian neonatal dini dan lahir mati, sehingga SDKI menyarankan

untuk menggabungkannya pada penghitungan angka kematian. Angka

kematian neonatal di daerah rural tersebut tetap konstan berdasarkan hasil

Page 128: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

108

SDKI pada periode sebelumnya. (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF

International, 2013).

Pada penelitian ini, didapatkan Angka Kematian Neonatal di daerah

rural Indonesia sebesar 11,19 per 1000 KH. Angka kematian neonatal di

daerah rural pada penelitian ini menunjukkan lebih kecil dari hasil SDKI 2012

sebelumnya dikarenakan pada penelitian ini terdapat ratusan variabel yang

tidak dianalisis sehubungan adanya missing data. Oleh karena itu, terdapat

beberapa kasus kematian neonatal yang tidak bisa masuk ke dalam penelitian

ini. Angka Kematian Neonatal di daerah rural berdasarkan SDKI 2012

menunjukkan kematian lebih tinggi di daerah rural dibandingkan di daerah

urban (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013). Hasil angka

kematian neonatal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bangladesh

bahwa risiko kematian neonatal di daerah rural menunjukkan lebih tinggi jika

dibandingkan dengan daerah urban (Chowdhury, dkk., 2013). Perbedaan

antara wilayah rural dan urban tersebut menggambarkan adanya perbedaan

wilayah yang mengalami perkembangan dan wilayah yang tidak mengalami

perkembangan (Yanping, dkk., 2010).

Periode neonatal merupakan periode paling kritis untuk perkembangan

dan pertumbuhan bayi (Saifudin, dkk., 2009). Bayi pada periode ini sangat

mudah terserang penyakit akibat terjadi transisi dari kehidupan didalam

kandungan ke kehidupan di luar kandungan (ekstrauterus) yang memerlukan

beberapa penyesuaian baik fisiologi maupun biokimia sehingga bayi dapat

Page 129: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

109

bertahan hidup. Asfiksia, kelahiran prematur, dan efek persalinan merupakan

salah satu penyebab lemahnya adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya

(Kliegman, dkk., 2011). Penyebab langsung kematian neonatal pada

penelitian belum diketahui karena data tidak tersedia pada SDKI 2012.

Penelitian-penelitian di daerah rural yang telah dilakukan sebelumnya

menunjukkan bahwa penyebab langsung kematian neonatal adalah infeksi,

berat bayi lahir rendah, meningitis/sepsis, kelahiran prematur, asfiksia dan

pneumonia (Hinderaker, dkk., 2003; Baqui, dkk., 2006; Chowdhury, dkk.,

2010; Yanping, dkk., 2010; Turnbull, dkk., 2011; Owais, dkk., 2013).

Sebanyak 65% kasus kematian neonatal berdasarkan hasil identifikasi

terhadap penyedia pelayanan kesehatan sebetulnya dapat dicegah dan 51%

kasus dapat dicegah dari faktor pasien itu sendiri. Sebagian besar ibu yang

memiliki risiko terhadap kematian neonatal tidak menyadari keberadaan

faktor risiko tersebut. Kemudian sebagian besar pasien gagal untuk mencari

layanan kesehatan ketika mereka mengetahui tanda bahaya pada kehamilan.

Padahal sebetulnya apabila ibu mendapatkan pencegahan terhadap komplikasi

dan bayi mendapatkan pengobatan yang adekuat bisa mencegah terjadinya

kematian pada neonatal (Hinderaker, dkk., 2003).

Penyebab lain kematian yang perlu mendapatkan perhatian serius di

daerah rural Indonesia yaitu masih tingginya pengaruh dari unsur budaya.

Hasil penelitian kualitatif pada ibu hamil Etnik Ngalum di Distrik Oksibil

Provinsi Papua menemukan bahwa terdapat adat dimana pihak perempuan

Page 130: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

110

harus membalas mas kawin kepada pihak laki-laki sebesar yang dibayarkan

kepada pihak perempuan. Apabila terjadi pelanggaran adat, ibu tidak

membayar mas kawin kepada pihak laki-laki, maka akan terdapat korban dari

keluarga tersebut. Salah satu kasus yang ditemukan, Ibu Tuti seorang ibu

hamil belum bisa membayar mas kawin sampai usia kehamilannya 9 bulan.

Pada saat melahirkan, bayi yang dilahirkan berada dalam kondisi sehat namun

keesokan harinya ditemukan bayi telah meninggal. Keluarga menyadari betul,

bahwa hal itu terjadi karena mereka belum menyelesaikan pembayaran

kembali mas kawin. Sehingga mereka harus tunduk pada adat yang telah

ada/turun-temurun dari nenek moyang mereka (Kemenkes RI, 2012).

Diketahui hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa Provinsi Papua merupakan

salah satu provinsi dengan Angka Kematian Neonatal yang tinggi di Indonesia

yaitu sebesar 27 per 1000 KH (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013).

Selain itu, kasus kematian bayi baru lahir yang masih tinggi pada

Etnik Ngalum Papua juga disebabkan karena bayi mengalami infeksi

pneumonia. Hasil pengamatan menemukan, ternyata pada beberapa keluarga

dapur perapian bukan hanya digunakan untuk memasak makanan tetapi juga

digunakan untuk menghangatkan badan pada saat malam hari karena suhu

yang cukup dingin (19-200C). Namun, perapian tersebut tidak dilengkapi

dengan cerobong asap, sehingga asap hasil pembakaran hanya berputar di

dalam dapur (Kemenkes RI, 2012).

Page 131: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

111

Penurunan Angka Kematian Neonatal sangat penting agar bisa

mencapai target MDGs 4 penurunan angka kematian bayi sebesar 23 per 1000

KH pada tahun 2015. Namun penurunan angka kematian bayi menjadi cukup

berat mengingat waktu pencapaian target hanya tersisa satu tahun. Sehingga

perlu dilakukan upaya-upaya lebih giat lagi dalam melakukan intervensi

terhadap penurunan Angka Kematian Bayi.

6.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal pada

penelitian ini diuraikan pada bagian-bagian berikut:

6.3.1 Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No. 20 tahun 2003).

Pendidikan dapat mempengaruhi ibu dalam memperoleh, memproses

dan memahami informasi. Informasi sangat penting bagi ibu untuk

membuat keputusan yang tepat. Selanjutnya ibu dengan tingkat

pendidikan tinggi akan lebih percaya diri untuk bertanya mengenai

Page 132: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

112

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan bagi dirinya (Karlsen, dkk.,

2011).

Pada penelitian ini, pendidikan ibu dikategorikan menjadi

pendidikan rendah dan pendidikan tinggi. Pendidikan rendah terdiri

dari SD dan SMP. Ibu yang tidak sekolah tidak termasuk pendidikan

rendah karena data tidak ditemukan pada penelitian ini. Sedangkan

pendidikan tinggi terdiri dari SMA, diploma, atau perguruan tinggi.

Pengkategorian ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya (Singh, dkk., 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki

tingkat pendidikan rendah lebih banyak dibandingkan ibu yang

berpendidikan tinggi (68,8%). Hasil analisis statistik menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

kematian neonatal. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Wijayanti (2013) namun berbeda dengan hasil penelitian

Mahmood, dkk (2002) bahwa pendidikan ibu berpengaruh terhadap

penurunan kematian bayi pada daerah rural Pakistan. Pendidikan

berhubungan dengan kematian neonatal dimana semakin rendah

tingkat pendidikan ibu semakin besar peluang terjadinya kematian

pada neonatal (Faisal, 2010).

Walaupun secara statistik hasil penelitian ini tidak

menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan

Page 133: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

113

kematian neonatal, pada penelitian ini ditemukan bahwa jumlah

kematian neonatal lebih tinggi pada ibu dengan pendidikan rendah.

Hal ini sejalan dengan hasil Singh, dkk (2013) pada penelitiannya

bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang sekolah lebih dari 10 tahun,

lebih sedikit bayi yang mengalami kematian neonatal (40%) jika

dibandingkan ibu yang buta huruf. Ibu dengan pendidikan rendah

merupakan kelompok berisiko dimana rendahnya tingkat pendidikan

dapat menurunkan kemampuan ibu untuk memahami informasi yang

diberikan (Karlsen, dkk., 2011).

Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang

dilakukan Andargie, dkk (2013) bahwa kematian bayi lebih tinggi

pada kelompok ibu pendidikan rendah (buta huruf). Sehingga ibu

dengan pendidikan tinggi merupakan harapan yang bisa memberikan

banyak manfaat dan peluang lebih baik untuk menurunkan kemiskinan

serta masalah kemiskinan yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

Pada penelitian lainnya diketahui ibu yang tidak mengalami

pendidikan cenderung lebih banyak tinggal di daerah dengan waktu

tempuh lebih dari 1,5 jam ke fasilitas pelayanan kesehatan

dibandingkan ibu dengan pendidikan (Okwaraj, dkk., 2012). Hal ini

mengindikasikan bahwa kematian neonatal akan diperparah dengan

masalah waktu tempuh ke pelayanan kesehatan pada ibu dengan

pendidikan rendah.

Page 134: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

114

Penelitian kualitatif lainnya menemukan bahwa pada

masyarakat suku Dayak Siang Murung Raya, terdapat remaja yang

masih duduk di bangku sekolah yang sudah menikah bahkan remaja

yang belum mengalami menstruasi. Hal tersebut terjadi karena

diketahui sebagian besar pendidikan masyarakat setempat yang masih

rendah (Kemenkes RI, 2012). Hal ini juga ditemukan bahwa sebagian

besar masyarakat suku Gorontalo Desa Imbodu berpendidikan rendah.

Selain itu, informasi yang didapatkan secara informal juga jarang

ditemukan di daerah perdesaan. Sebagian besar masyarakat

mendapatkan pengetahuan kesehatan berdasarkan penuturan-

penuturan orang tua. Para orang tua memiliki pengalaman diobati oleh

dukun saat mereka sakit. Selain itu, para remaja sungkan untuk

bertanya mengenai masalah kesehatan reproduksi kepada orangtuanya.

Biasanya para remaja tersebut mendapatkan informasi dari teman-

temannya (Kemenkes RI, 2012).

Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini, pemberian informasi

tentang kesehatan ibu dan anak perlu lebih ditingkatkan pada

kelompok ibu dengan tingkat pendidikan rendah. Peningkatan

pemberian informasi juga harus didukung oleh ketersediaan akses

yang memadai terhadap informasi tersebut.

Page 135: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

115

6.3.2 Pekerjaan Ibu

Ibu yang melakukan pekerjaan pada saat hamil memiliki

kemungkinan terkena pajanan zat fetotoksik, ketegangan fisik

berlebihan, kelelahan serta kesulitan yang berhubungan dengan

keseimbangan tubuh. Kondisi lain, seperti ibu sering berdiri di suatu

tempat dalam jangka waktu lama juga bisa berisiko terhadap varises

vena, flebitis dan edema yang bisa membahayakan ibu (Ladewig, dkk.,

2006).

Pada penelitian ini, status pekerjaan ibu dibedakan menjadi

bekerja dan tidak bekerja. Ibu dikatakan bekerja apabila ibu berprofesi

sebagai tenaga ahli/teknisi, pemimpin, pejabat, industri, jasa, pertanian

dan tenaga produksi. Sedangkan ibu dikatakan tidak bekerja apabila

ibu mengatakan tidak memiliki profesi-profesi tertentu.

Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah ibu yang bekerja

lebih banyak dibandingkan ibu yang tidak bekerja (54,7%). Ibu lebih

banyak bekerja pada bidang pertanian (19,5%), tenaga usaha jasa dan

penjualan (14%), dan pekerja industri (12,1%). Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status pekerjaan dengan

kematian neonatal. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian

sebelumnya oleh Titaley, dkk (2008) bahwa status ibu bekerja

memiliki hubungan dengan kematian pada neonatal. Penelitian lainnya

yang dilakukan Faisal (2010) juga menunjukkan bahwa ibu yang

Page 136: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

116

bekerja mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian

kematian bayi 1,52 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak

bekerja. Penelitian lainnya di wilayah rural India menunjukkan terjadi

penurunan risiko kematian neonatal sebesar 10% pada neonatus yang

dilahirkan dari ibu yang tidak bekerja dibandingkan neonatus yang

dilahirkan dari ibu yang bekerja (Singh, dkk., 2013).

Penelitian di daerah rural Etiopia juga menunjukkan bahwa

kematian bayi lebih tinggi terjadi pada ibu yang bekerja yang

merupakan usaha miliki sendiri. Bayi dari ibu tersebut memiliki risiko

5,4 kali lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan bayi dari

ibu pada kelompok lainnya (petani, IRT) (Andargie, dkk., 2013).

Penelitian di daerah rural India juga menemukan bahwa anak dari ibu

yang tidak bekerja (tinggal di rumah) memiliki risiko lebih rendah

untuk meninggal selama periode neonatal dibandingkan anak dari ibu

yang bekerja (Singh, dkk., 2013).

Pada penelitian ini menunjukkan ibu sebagian besar bekerja

sebagai petani. Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan Pusat

Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,

Balitbangkes Kemenkes RI, di salah satu daerah rural Indonesia, Desa

Jrangoan (Suku Madura) Kecamatan Omben Kabupaten Sampang

Jawa Timur, menemukan bahwa remaja putri telah menikah umumnya

pada usia 17 tahun. Remaja putri tersebut yang kemudian menjadi

Page 137: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

117

nyonya-nyonya kecil harus bisa membantu suami mengurus ladang

yang merupakan tempat mereka mencari nafkah. Ibu hamil tetap

bekerja ke sawah walaupun dalam kondisi hamil karena ingin

membantu suaminya mencari nafkah untuk keluarga. Kegiatan bertani

yang dilakukan oleh ibu hamil tersebut adalah menanam berbagai jenis

tanaman seperti padi, kacang-kacangan, singkong, ketela, cabai,

bawang dan tembakau (Kemenkes RI, 2012).

Ibu-ibu muda tersebut akan istirahat hanya saat menjelang

persalinan. Setelah melahirkan, ibu juga hanya diminta untuk duduk

sementara pekerjaan lain yang biasanya dikerjakan seperti memasak,

mencuci pakaian dan membersihkan rumah dilakukan oleh sang

suami. Namun, hal ini terjadi jika sang suami tidak pergi ke luar kota

untuk bekerja. Bagi ibu yang suaminya bekerja di luar kota, ibu tetap

harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti biasa. Selain itu,

mereka akan mulai bekerja setelah 35 hari dari persalinan dengan

alasan masa nifas telah selesai dan sudah mampu bekerja di ladang.

Pekerjaan di ladang yang dilakukan masyarakat suku madura ini

memang biasanya dilakukan oleh perempuan/ibu (Kemenkes RI,

2012). Kebiasaan ibu tetap bekerja juga ditemukan di Etnik Manggarai

Desa Waicodi Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa

Tenggara Timur, ibu hamil usia muda maupun usia kehamilan tujuh

bulan masih selalu bekerja membantu suaminya di ladang. Pada saat

Page 138: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

118

menjelang persalinan, ibu juga dianjurkan untuk turut bekerja di kebun

agar janin dalam kandungan tidak diganggu roh jahat (Kemenkes RI,

2012).

Penelitian kualitatif lainnya pada masyarakat Etnik Ngalum

Distrik Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang Provinsi Papua

menemukan bahwa kebiasaan ibu saat hamil pada etnik ini yaitu dari

mulai menyiapkan sarapan untuk keluarga, memetik hasil kebun dan

kemudian menjualnya ke pasar, dimana jarak rumah ke pasar cukup

jauh. Ibu hamil dan ibu-ibu lainnya kemudian menggunakan hasil

penjualan dagangannya untuk membeli keperluan keluarga yang telah

habis. Selanjutnya ibu menyiapkan makanan siang untuk keluarganya

dan setelah semua selesai ibu melakukan pekerjaan lain, mencuci

pakaian, mencuci piring, mengangkat air dan bahkan kembali lagi ke

kebun mengangkat kayu bakar untuk memasak di rumah. Kebiasaan-

kebiasaan melakukan pekerjaan berat ini berlaku bagi seluruh ibu di

Etnik Ngalum baik ibu tidak hamil maupun tidak hamil (Kemenkes

RI, 2012).

Kebiasaan bekerja pada ibu hamil juga ditemukan pada Etnik

Dayak Siang Murung di Kalimantan Tengah, ibu hamil tetap memilih

bekerja walaupun keluarga dan suami menganjurkan tidak bekerja. Ibu

hamil tetap melakukan mantat (menyadap karet) sebagai mata

pencaharian mereka bersama suaminya di ladang (Kemenkes RI,

Page 139: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

119

2012). Kebiasaan tetap bekerja juga ditemukan pada ibu hamil Etnik

Alifuru di Provinsi Maluku, ibu tidak pernah berhenti melakukan

kegiatan yang harus dilakukannya sehari-hari walaupun usia

kehamilannya sekitar enam bulan. Ibu tetap pergi ke hutan, mencari

air, serta mengurus rumah dan anak-anak seperti biasanya. Ibu

menganggap bahwa kehamilan tidak boleh menghalanginya dari tugas

dan kewajiban sehari-hari (Kemenkes RI, 2012).

Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian ini dianjurkan

agar ibu hamil di daerah rural Indonesia menghindari pekerjaan yang

terlalu berat seperti melakukan pekerjaan tanpa jeda dari mulai pagi

sampai sore hari terutama pekerjaan berat seperti mengambil kayu di

hutan, menyadap getah karet dan membawa air dari hutan. Hal ini bisa

menyebabkan ibu hamil mengalami ketegangan atau kelelahan yang

bisa membahayakan kondisi kesehatannya serta janin yang

dikandungnya. Seperti diketahui hasil pada penelitian ini menunjukkan

bahwa ibu yang bekerja berhubungan dengan kejadian kematian

neonatal di daerah rural Indonesia.

6.3.3 Indeks Kekayaan Rumah Tangga

Indeks kekayaan rumah tangga pada SDKI 2012 dihitung

berdasarkan kepemilikan rumah tangga terhadap sejumlah aset yang

digunakan di rumah tangga seperti fasilitas sanitasi, sumber air minum,

barang tahan lama, bahan lantai rumah dan lain lain. Berdasarkan

Page 140: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

120

keterangan kepemilikan atas sejumlah aset tersebut kemudian dihitung

menggunakan prinsip analisis komponen untuk mendapatkan skor

indeks kekayaan. Skor indeks kekayaan dibagi kedalam lima kuintil

kekayaan dari mulai skor indeks kekayaan terendah sampai tertinggi

yang terdiri dari 20% penduduk pada setiap kuintil. Lima kuintil

tersebut yaitu kuintil terendah, kedua, menengah, keempat dan

tertinggi. Hasil dari kepemilikan rumah tangga atas barang-barang

tertentu yang dibedakan kedalam lima kuintil tersebut digunakan untuk

mengukur status sosial ekonomi keluarga (BPS, BKKBN, Kemenkes

& ICF International, 2013).

Pada penelitian ini, indeks kekayaan rumah tangga dibedakan

menjadi tiga kategori yaitu rendah, menengah dan tinggi. Kategori

rendah terdiri dari kuintil terendah dan kuintil kedua, kategori

menengah terdiri dari kuintil menengah serta ketegori tinggi terdiri

dari kuintil keempat dan kuintil tertinggi. Pengelompokan ini

dilakukan karena jumlah kematian neonatal pada kuintil ke-2 dan ke-4

sangat kecil. Hal ini juga dilakukan pada penelitian sebelumnya

Bashir, dkk (2013) dimana kategori dibedakan menjadi rendah,

menengah dan tinggi karena jumlah kematian neonatal pada kuintil ke-

2 dan ke-4 sangat kecil.

Ibu dan anak yang berasal dari keluarga miskin memiliki risiko

meningkat terhadap kematian neonatal karena memiliki tantangan

Page 141: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

121

untuk mengakses pelayanan tepat waktu dibandingkan keluarga yang

lebih kaya (Lawn, dkk., 2009). Hasil penelitian ini menunjukkan ibu

yang memiliki indeks kekayaan rumah tangga rendah lebih banyak

dibandingkan ibu dengan indeks kekayaan menengah dan tinggi

(66,6%). Analisis statistik yang dilakukan pada penelitian ini

menemukan tidak terdapat hubungan antara indeks kekayaan rumah

tangga dengan kematian neonatal. Hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan hasil penelitian Bashir, dkk (2013) bahwa indeks kekayaan

rumah tangga memiliki hubungan dengan kejadian kematian neonatal.

Pada penelitian Manzar, dkk (2012) dan Gizaw, dkk (2014) juga

menemukan bahwa neonatus yang berasal dari ibu dengan status sosial

ekonomi dibawah rata-rata lebih rentan mengalami kematian pada

periode neonatal.

Pada penelitian ini, jumlah ibu dengan indeks kekayaan rumah

tangga rendah lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Penelitian

kualitatif di salah satu daerah rural Indonesia juga menunjukkan bahwa

proporsi masyarakat kelompok miskin pada masyarakat Suku Mamasa

masih cukup besar (27,5%) (Kemenkes RI, 2012). Namun, pada

penelitian ini proporsi kematian neonatal lebih tinggi pada kelompok

lainnya. Kematian neonatal lebih tinggi pada kelompok indeks

kekayaan rumah tangga menengah dan tinggi. Hasil ini tidak konsisten

dengan hasil penelitian yang dilakukan di daerah rural Nepal bahwa

Page 142: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

122

terjadi pengaruh faktor sosial-ekonomi yang lebih besar dibandingkan

pengaruh faktor biologi terhadap kelangsungan hidup bayi pada ibu

dengan usia muda (Sharma, dkk., 2009).

Sehingga kemungkinan penyebab kematian neonatal lebih

tinggi pada kelompok indeks kekayaan menengah dan tinggi karena

kelompok ibu usia berisiko lebih tinggi pada kelompok ini. Namun,

pada penelitian ini ditemukan bahwa ibu dengan usia berisiko, lebih

tinggi pada kelompok indeks kekayaan rendah. Kemungkinan faktor

lainnya berkontribusi terhadap hasil penelitian ini seperti status

pekerjaan ibu dan persalinan caesar. Pada penelitian ini diketahui

status ibu bekerja lebih tinggi pada kelompok ibu dengan indeks

kekayaan rendah dibandingkan kelompok lainnya. Hasil ini sesuai

dengan penelitian oleh Singh, dkk (2013) di daerah rural India bahwa

pada ibu yang bekerja menunjukkan ibu memiliki tingkat ekonomi

lebih rendah. Kemungkinan penyebab lainnya adalah tingginya

persalinan caesar, namun ternyata persalinan caesar menunjukkan

lebih tinggi pada ibu dengan indeks kekayaan rumah tangga rendah.

Penyebab lain tingginya kematian pada kedua kelompok

tersebut yaitu jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, menurut

Okwaraj, dkk (2012) efek dari jarak terhadap fasilitas layanan

kesehatan lebih berpengaruh di daerah dengan tingkat kemiskinan

tinggi dimana mereka tidak memiliki biaya untuk membayar

Page 143: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

123

transportasi ke fasilitas layanan kesehatan dibandingkan keluarga yang

kaya. Pada penelitian ini diketahui kematian neonatal lebih tinggi pada

kelompok ibu dengan indeks kekayaan rumah tangga menengah dan

tinggi. Sehingga, masalah biaya untuk transportasi kemungkinan tidak

menjadi kendala bagi kedua kelompok ini. Sehingga perlu adanya

penelitian untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap

tingginya angka kematian neonatal pada kelompok indeks kekayaan

menengah dan atas.

6.3.4 Umur Ibu

Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering kali

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya, ibu hamil pada

usia itu mungkin mengalami persalinan lama/macet atau gangguan

lainnya karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan

tanggungjawabnya sebagai orang tua. Ibu dianjurkan hamil pada usia

antara 20-35 tahun. Pada usia ini ibu lebih siap hamil secara jasmani

dan kejiwaan. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah

menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan

lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan

perdarahan (Kemenkes RI, 2011).

Pada penelitian ini, ibu dikategorikan kedalam kelompok ibu

kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dan kelompok ibu usia

20-35 tahun. Pengelompokkan ini didasarkan pada hasil penelitian

Page 144: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

124

sebelumnya yang dilakukan oleh Wijayanti (2013). Penelitian ini

menunjukkan, ibu yang memiliki umur kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun yaitu sebesar 27,7%. Hasil uji statistik umur ibu dengan

kematian neonatal diketahui terdapat hubungan antara umur ibu

dengan kematian neonatal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Yego, dkk

(2013) bahwa sebagian besar kematian neonatal terjadi pada ibu usia

muda. Umur ibu memiliki pengaruh terhadap kematian neonatal,

dimana semakin muda dan semakin tua umur ibu, maka semakin

tinggi juga kematian pada neonatal (Mekonnen, dkk., 2013; Bashir,

dkk., 2013; Markovitz, dkk., 2005). Pada penelitian ini menunjukkan

bahwa kematian neonatal lebih tinggi pada kelompok umur kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Penelitian oleh Sharma, dkk

(2009) juga menemukan bahwa kejadian yang merugikan bayi baru

lahir lebih tinggi pada kelompok ibu usia 12-15 dibandingkan ibu usia

20-24. Sekitar 51% bayi mengalami BBLR, 24% lahir prematur dan

73,5% usia kehamilan kecil. Bayi yang dilahirkan dari ibu usia 12-15

tahun memiliki risiko 2,24 kali lebih tinggi terhadap kematian neonatal

dibandingkan bayi yang dilahirkan dari ibu usia 20-24 tahun.

Penelitian lainnya berbasis rumah sakit di Nepal menemukan

bahwa kejadian BBLR, komplikasi pada neonatal dan komplikasi pada

ibu, lebih tinggi ditemukan pada ibu usia 15-19 tahun dibandingkan

Page 145: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

125

ibu usia 20-24 tahun (Pun & Chauhan, 2011). Hasil ini juga didukung

oleh Chen, dkk (2007) bahwa kehamilan yang terjadi pada remaja

berhubungan dengan kejadian peningkatan risiko kematian pada

neonatal.

Hasil penelitian kualitatif di salah satu daerah rural Indonesia,

yaitu pada masyarakat Etnik Madura Jawa Timur, menemukan bahwa

umumnya remaja putri di daerah tersebut menikah sebelum

menyelesaikan pendidikan pesantren, yaitu sekitar usia 17 tahun

(Kemenkes RI, 2012). Penelitian kualitatif lainnya pada Etnik Nias,

Sumatera Utara juga menemukan bahwa masyarakat di Desa

Hilifadölö secara umum mentaati peraturan mengenai usia boleh

menikah yaitu minimal 18 tahun bagi perempuan dan 20 tahun bagi

laki-laki. Selain itu, masih ditemukan beberapa pasangan yang

menikah sebelum umur tersebut. Sebagian besar pasangan yang

menikah sebelum umur yang telah ditetapkan adalah pasangan yang

menikah di luar Pulau Nias (Kemenkes RI, 2012). Bahkan hasil

penelitian lainnya menemukan bahwa usia perkawinan yang

dianjurkan pada masyarakat Etnik Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat

yaitu minimal 16 tahun untuk perempuan dan minimal 18 tahun untuk

laki-laki (Kemenkes RI, 2012).

Pada masyarakat Etnik Ngalum, Provinsi Papua, juga diketahui

bahwa batasan usia boleh melakukan pernikahan di Daerah

Page 146: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

126

Pegunungan Bintang adalah 18 tahun. Secara umum masyarakat yang

benar-benar memegang norma adat mematuhi aturan tersebut. Namun,

diektahui masih banyak masyarakat yang melanggar aturan tersebut

dengan melakukan perkawinan pada usia dini. Kurangnya

pengetahuan para remaja Etnik Ngalum mengenai kesehatan

reproduksi, sehingga banyak remaja yang hamil pada usia sangat muda

yaitu usia 13 tahun (Kemenkes RI, 2012).

Remaja tersebut melakukan aktivitas belajar di sekolah dalam

keadaan hamil dan pihak guru tidak melarang mereka mengikuti

kegiatan belajar karena sudah memahami kondisi murid seperti itu di

daerahnya. Bahkan ada remaja yang telah memiliki anak, kemudian

menunggunya diluar kelas bersama ibunya. Selain itu, para remaja

tersebut cenderung tidak mengingat waktu terakhir mengalami haid,

sehingga mereka tidak mengetahui berapa umur kandungannya. Kasus

kehamilan tidak hanya ditemukan pada anak dan remaja tetapi juga

terjadi pada ibu usia lebih dari 45 tahun. Padahal kehamilan pada usia

tersebut sangat berisiko terhadap terjadinya komplikasi kehamilan.

Apalagi diketahui kasus anemia pada ibu hamil di Suku Ngalum

merupakan kasus yang paling tinggi di Papua (Kemenkes RI, 2012).

Sehingga berdasarkan hasil pada penelitian ini, maka perlu

adanya peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan anak

bagi kelompok ibu usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Page 147: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

127

Peningkatan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut harus

ditingkatkan lebih serius di daerah rural Indonesia baik melalui

layanan antenatal di fasilitas layanan kesehatan maupun kegiatan yang

telah ada di masyarakat.

6.3.5 Jenis Kelamin Bayi

Jenis kelamin merupakan karakteristik fisik seseorang sebagai

laki-laki atau perempuan (Andrews, 2009). Bayi laki-laki cenderung

lebih rentan terhadap penyakit jika dibandingkan dengan bayi

perempuan. Secara biologis, bayi perempuan mempunyai fungsi

fisiologi tubuh lebih baik jika dibandingkan dengan bayi laki-laki

(Wells, 2000).

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa bayi berjenis kelamin

laki-laki lebih banyak dibandingkan bayi berjenis kelamin perempuan

(52,2%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal. Hasil

penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Titaley (2008) dan Pertiwi (2010) yang menemukan bahwa terdapat

hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kematian neonatal. Bayi

berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko 1,49 kali lebih besar

terhadap kematian neonatal dibandingkan bayi perempuan (Titaley,

dkk., 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian-

Page 148: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

128

penelitian lainnya yang dilakukan sebelumnya (Dewi, 2010; Faisal,

2010; Wijayanti, 2013).

Namun, pada penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi

kematian neonatal lebih tinggi pada bayi berjenis kelamin laki-laki

dibandingkan bayi jenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan di daerah rural Bangladesh yang

menunjukkan bahwa proporsi kematian neonatal lebih tinggi pada bayi

jenis kelamin laki-laki (60%) dibandingkan bayi jenis kelamin

perempuan (Owais, dkk., 2013). Keuntungan biologis yang dimiliki

bayi perempuan kemungkinan menyebabkan bayi perempuan lebih

mampu untuk bertahan hidup dibandingkan bayi laki-laki (Wells,

2000).

Seleksi alam diprediksi dapat meningkatkan kerentanan bayi

laki-laki terhadap kondisi-kondisi seperti penyakit infeksi, luka atau

gizi buruk. Fungsi fisiologi bayi laki-laki pada awal kehidupan tidak

sebaik fungsi fisiologi pada bayi perempuan. Perbedaan tersebut

diasumsikan semakin berkembang dengan munculnya masalah gizi

pada anak. Gizi memegang peranan penting sebagai etiologi penyakit

yang berkaitan dengan paru-paru pada neonatal. Bayi perempuan lebih

terlindungi karena memiliki tingkat kematangan paru-paru lebih baik

dibandingkan bayi laki-laki. Adanya interaksi antara penyakit infeksi

dengan masalah gizi menyebabkan kondisi yang semakin

Page 149: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

129

membayakan bayi laki-laki. Selanjutnya, adanya pengaruh lingkungan

pada semua status gizi merupakan faktor yang lebih memperberat

kondisi laki-laki terhadap kasus kematian (Wells, 2000).

Selain itu, menurut penelitian kualitatif diketahui bahwa anak

laki-laki (ono matua) dianggap lebih berharga dibandingkan dengan

anak perempuan pada suku Nias. Hal ini disebabkan karena suku Nias

menganut sistem patrilinear, yakni garis keturunan yang diikuti adalah

dari pihak laki-laki sehingga anak laki-lakilah yang akan meneruskan

keturunan/marga (ngaötö/mado) keluarga dan juga mengurus harta

atau warisan yang dimiliki keluarga. Selain itu, sebagian besar anak

laki-laki yang sudah menikah tinggal bersama dengan orang tua

sehingga kelak ketika orang tua sudah tidak bisa bekerja lagi maka

anak laki-laki inilah yang akan mengurus orang tuanya. Sehingga para

ibu terus hamil sampai akhirnya berhasil mendapatkan anak laki-laki

(Kemenkes RI, 2012).

6.3.6 Paritas

Menurut Kamus Saku Mosby, paritas merupakan klasifikasi

perempuan berdasarkan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati yang

dilahirkannya pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Pada saat

hamil, rahim ibu teregang karena adanya janin. Apabila terlalu sering

melahirkan, rahim ibu akan semakin lemah. Jika ibu telah melahirkan

Page 150: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

130

3 anak atau lebih, perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu

kehamilan, persalinan dan nifas (Kemenkes RI, 2011).

Pada penelitian ini, paritas dibedakan menjadi kelompok

paritas 1-3 dan paritas lebih dari 3. Pengkategorian ini didasarkan pada

hasil penelitian sebelumnya (Titaley, dkk., 2008) yang membagi

paritas kedalam dua kelompok. Pada penelitian ini menunjukkan

bahwa ibu yang telah melahirkan lebih dari tiga anak sebesar 19,1%.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

paritas dengan kematian neonatal. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Titaley, dkk (2008) bahwa paritas lebih dari tiga memiliki

hubungan dengan kematian neonatal. Hasil penelitian ini berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan Wijayanti (2013) yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan

kematian neonatal.

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kematian

neonatal lebih tinggi pada ibu dengan paritas lebih dari tiga. Hasil ini

konsisten dengan penelitian Titaley (2008) di Indonesia yang

menunjukkan bahwa kematian neonatal lebih tinggi terjadi pada bayi

dengan urutan kelahiran lebih dari empat dengan jarak kelahiran

kurang atau sama dengan dua tahun. Bayi dengan urutan kelahiran

lebih dari tiga merupakan faktor risiko potensial terhadap kematian

neonatal (Chaman, dkk., 2009). Tingginya paritas berkaitan dengan

Page 151: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

131

semakin melemahnya rahim ibu akibat terjadinya peregangan rahim

karena keberadaan janin (Kemenkes RI, 2011).

Hasil peneilitian Faisal (2010) juga menunjukkan bahwa ibu

yang telah melahirkan lebih dari tiga anak mempunyai kecenderungan

untuk mengalami kejadian kematian bayi sebesar 1,66 kali

dibandingkan ibu yang telah melahirkan 1-3 anak. Pada penelitian

lainnya juga menunjukkan bahwa kematian neonatal semakin

meningkat pada ibu dengan paritas lebih dari tiga (Kozuki, dkk.,

2013). Kozuki, dkk (2013) juga menemukan bahwa kelahiran pertama

(nulipara) menunjukkan risiko kematian neonatal yang lebih tinggi.

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa ibu dengan kelahiran pertama

memiliki risiko yang meningkat terhadap hipertensi, BBLR dan

persalinan caesar. Ibu dengan paritas tinggi namun tidak memiliki

riwayat komplikasi sebelumnya memiliki risiko yang rendah terhadap

terjadinya komplikasi (Majoko, dkk., 2004).

Pada penelitian ini, peneliti memasukan paritas satu kedalam

kelompok tidak berisiko berdasarkan pertimbangan terhadap

penelitian-penelitian yang telah dilakukan di Indonesia. Penelitian

tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara paritas satu dengan

kematian neonatal (Rahmawati, 2007; Nugraheni, 2013). Selain itu,

penelitian lainnya menunjukkan ada hubungan antara paritas lebih dari

tiga dengan kematian neonatal (Faisal, 2010). Penelitian yang

Page 152: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

132

dilakukan di daerah rural Iran juga menunjukkan paritas lebih dari tiga

memiliki hubungan dengan kejadian kematian pada neonatal (Chaman,

dkk., 2009).

Hasil penelitian kualitatif pada Suku Ngalum Provinsi Papua

menemukan bahwa ibu yang hamil pada usia lebih dari 45 tahun

memiliki anak rata-rata11-14 anak dengan jarak kelahiran yang

berdekatan. Namun, dengan jumlah anak yang banyak dan tingkat

anemia tinggi/gizi kurang sehingga banyak ditemukan kasus retensio

plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim tidak keluar bersama bayi).

Sehingga, ditemukan tingkat kematian ibu yang sangat tinggi pada

Suku Ngalum (Kemenkes RI, 2012).

Hasil penelitian kualitatif lainnya menunjukkan bahwa nilai

anak bagi orang Toraja Sa’dan sangat penting. Memiliki banyak anak

masih menjadi pandangan utama bagi sebagian besar penduduk

Sa’dan. Program Keluarga Berencana (KB) dari pemerintah yang

mengarahkan dua anak lebih baik tidak berlaku bagi orang Toraja

Sa’dan. Istilah KB bagi orang Toraja Sa’dan diubah menjadi “keluarga

besar”, untuk menunjukkan banyaknya jumlah anak yang mereka

miliki. Bahkan seorang yang terpandang di Toraja menceritakan

bahwa dua bukan dua orang, namun dua pasang (empat orang) untuk

menunjukkan anak yang beliau miliki. Ketiadaan seorang anak bagi

orang Toraja Sa’dan merupakan hal yang masiri’ (malu) dalam

Page 153: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

133

keluarga, dianggap lemah, dan dikasihani oleh keluarga luas. Bahkan,

sekalipun sudah memiliki anak, tetapi baru satu, keluarga tersebut

masih dianggap belum lengkap (Kemenkes RI, 2012).

Padahal, hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi yang

bisa dilakukan untuk mengontrol jumlah kelahiran adalah penggunaan

metode kontrasepsi. Penelitian yang dilakukan di Bangladesh,

menunjukkan bahwa penggunaan metode kontrasespi berhubungan

dengan kejadian kematian neonatal. Pada ibu yang pernah

menggunakan metode kontrasepsi sekitar 39% lebih rendah terhadap

kematian neonatal dibandingkan ibu yang tidak pernah menggunakan

metode kontrasepsi (Chowdhury, dkk, 2013).

Pemakaian metode kontrasepsi (Contraceptive Prevalence

Rate) di Indonesia menurut hasil SDKI 2012 diketahui tidak ada

perbedaan antara daerah perdesaan dengan daerah perkotaan yaitu

sebesar 62%. Pemakaian kontrasepsi ini mengalami peningkatan dari

tahun 2007 sebelumnya yaitu sebesar 61%. Pemakaian metode

kontrasepsi modern juga mengalami peningkatan dari 57% menjadi

58% (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013). Namun,

angka ini masih cukup jauh dari target MDGs 5 untuk meningkatkan

pemakaian metode kontrasepsi modern sebesar 65% pada tahun 2015

(Kemenkes RI, 2014).

Page 154: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

134

Diantara metode KB modern, metode KB yang paling banyak

digunakan wanita berstatus kawin adalah suntikan dan pil (masing-

masing 32 dan 14%). Peserta KB suntikan mengalami peningkatan

dari 12% tahun 1991 menjadi 32% tahun 2012. Sedangkan peserta KB

IUD mengalami penurunan dari 13% tahun 1991 menjadi 4% tahun

2012. Wanita di daerah perdesaan cenderung lebih banyak

menggunakan metode suntik dibanding daerah perkotaan (masing-

masing sebesar 28% dan 35%) sedangkan metode IUD,

MOW/sterilisasi wanita dan kondom lebih banyak di gunakan di

daerah perkotaan (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International,

2013).

Adapun total tingkat kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi

(unmetneed) wanita berstatus kawin 15-49 tahun pada SDKI 2012

sebesar 11% (7% untuk membatasi kelahiran dan 4% untuk

menjarangkan kelahiran). Walaupun unmetneed ini telah turun dari

13% pada SDKI 2007 menjadi 11% pada SDKI 2012 (BPS, BKKBN,

Kemenkes & ICF International, 2013), namun angka ini masih belum

mencapai target MDGs 5 untuk menurunkan unmetneed menjadi 5%

pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2014).

Hasil penelitian kualitatif di daerah Kalimantan Tengah

menemukan bahwa ibu hamil Suku Dayak Siang Murung terpaksa

tidak melakukan KB karena alat di fasilitas kesehatan tidak tersedia

(Kemenkes RI, 2012). Pada masyarakat suku lainnya diketahui bahwa

Page 155: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

135

ibu sudah mengetahui tentang manfaat KB, namun ibu tetap ingin

memiliki anak lebih dari dua. Falsafah hidup Banyak Anak Banyak

Rezeki masih diyakini beberapa warga hingga saat ini (Kemenkes RI,

2012).

Sehingga upaya penurunan angka kematian neonatal dengan

mengunakan strategi peningkatan pemakaian metode kontrasepsi perlu

dilakukan. Startegi pemakaian metode kontrasepsi selain

memperhatikan aspek kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan juga

memperhatikan aspek budaya/adat masyarakat setempat.

6.3.7 Kunjungan Antenatal

Kunjungan antenatal merupakan pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan ibu hamil selama masa kehamilannya minimal empat kali

yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (0-12 minggu),

minimal satu kali pada trimester ke-2 (≥12-24 minggu) dan minimal 2

kali pada trimester ke-3 (≥24 minggu sampai kelahiran) (Kemenkes

RI, 2012). Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi

dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

hamil. Manajemen yang baik yang diperoleh bayi saat masih dalam

kandungan akan menghasilkan bayi yang sehat (Saifudin, dkk., 2009).

Pada penelitian ini, kunjungan antenatal dikategorikan menjadi

melakukan kunjungan antenatal dan tidak melakukan kunjungan

antenatal. Ibu dikategorikan melakukan kunjungan antenatal apabila

Page 156: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

136

ibu melakukan kunjungan minimal satu kali pada trimester pertama,

minimal satu kali pada trimester kedua dan minimal dua kali pada

trimester ketiga. Pengkategorian ini dilakukan berdasarkan kriteria

kunjungan antenatal yang di rekomendasikan di Indonesia (Kemenkes

RI, 2012). Selain itu, pengkategorian ini juga didasarkan pada hasil

penelitian-penelitian sebelumnya (Yani & Duarsa, 2013; Singh, dkk.,

2014).

Pada penelitian ini diketahui bahwa tiga provinsi paling tinggi

yang telah melakukan kunjungan antenatal sesuai dengan rekomendasi

Kemenkes RI (1-1-2) di daerah rural Indonesia yaitu Provinsi DIY

(87,2%), Provinsi Bali (84%) dan Provinsi Jawa Tengah (82,6%).

Adapun tiga provinsi dengan jumlah kunjungan antenatal paling

rendah yaitu Provinsi Papua (31,7%), Provinsi Sulawesi Barat (33,8%)

dan Provinsi Gorontalo (43,4%). Angka cakupan tertinggi kunjungan

antenatal pada penelitian ini masih belum mencapai target rencana

strategis Kementerian Kesehatan RI yaitu sebesar 93% untuk target

kunjungan antenatal K4.

Pada penelitian ini, ibu yang tidak melakukan kunjungan

antenatal selama kehamilannya adalah sebesar 37,7%. Hasil uji

statistik didapatkan bahwa terdapat hubungan antara kunjungan

antenatal dengan kematian neonatal. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hasil penelitian yang dilakukan Singh, dkk (2014) bahwa terdapat

Page 157: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

137

hubungan antara kunjungan antenatal dengan kematian neonatal.

Penelitian lainnya menemukan bahwa ibu yang tidak melakukan

kunjungan antenatal memiliki risiko mengalami kematian neonatal

lebih tinggi dibandingkan ibu yang melakukan kunjungan antenatal

(Faisal, 2010; Yani & Duarsa, 2013). Namun, hasil ini tidak sesuai

dengan hasil pada penelitian-penelitian lainnya di Indonesia (Pertiwi,

2010; Nugraheni, 2013; Wijayanti, 2013).

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa kematian

neonatal lebih tinggi pada kelompok ibu yang tidak melakukan

kunjungan antenatal dibandingkan ibu yang melakukan kunjungan

antenatal. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menerima pemeriksaan

kesehatan selama kehamilan di daerah rural menunjukkan memiliki

peluang yang lebih tinggi untuk bertahan selama periode neonatal

(Mahmood, 2002).

Kondisi janin salah satunya dipengaruhi oleh adanya

komplikasi kehamilan, biasanya merupakan masalah yang sering

terjadi selama kehamilan. Komplikasi yang sering terjadi diantaranya

perdarahan, pre-eklampsia dan eklampsia. Eklampsia biasanya terjadi

didahului pre-eklampsia, sehingga pemeriksaan antenatal yang rutin

dan teliti merupakan salah satu upaya untuk mencegah eklampsia yang

bisa membahayakan kondisi ibu dan janin yang dikandungnya

(Wiknjosastro, dkk., 2002). Ibu yang melakukan kunjungan ke fasilitas

Page 158: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

138

kesehatan selama kehamilannya akan menerima pemeriksaan dan

pengidentifikasian kondisi-kondisi yang berkaitan dengan komplikasi

serta edukasi mengenai tanda bahaya, potensi komplikasi dan tempat

untuk mencari pertolongan (Mahmood, 2002).

Penelitian lainnya oleh Hinderaker, dkk (2003) di wilayah rural

Tanzania menegaskan bahwa sekitar 62% kasus kematian neonatal

sebetulnya dapat dicegah melalui kegiatan layanan antenatal di

fasilitas layanan kesehatan. Penyedia layanan kesehatan

bertanggungjawab terhadap lebih dari setengah dari faktor-faktor

terhadap kematian neonatal yang dapat dicegah, baik dari faktor

kegagalan klinik antenatal untuk merujuk ke fasilitas layanan

kesehatan yang lebih tinggi maupun kelalaian yang terjadi di tingkat

rumah sakit itu sendiri. Hal ini mengindikasikan adanya potensi untuk

melakukan peningkatan layanan antenatal dan konsultasi rutin

termasuk layanan kehamilan di rumah sakit.

Pada penelitian Hinderaker, dkk (2003) juga ditemukan lebih

dari sepertiga kasus kematian neonatal tidak memiliki faktor risiko dan

kemungkinan tidak teridentifikasi pada layanan antenatal rutin. Hal ini

menjadi lebih membahayakan bagi ibu yang tidak menyadari adanya

faktor risiko pada dirinya. Sehingga ditegaskan bahwa setiap ibu hamil

merupakan kelompok yang berisiko. Pelayanan antenatal seharusnya

dapat berperan dalam melakukan skrining dan merujuk ibu hamil

Page 159: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

139

dengan risiko atau komplikasi ke fasilitas pelayanan yang lebih tinggi.

Pelayanan antenatal harus fokus untuk mempersiapkan ibu untuk

persalinannya dan mengedukasi suaminya sehingga telah siap ketika

terjadi komplikasi yang tak terduga. Komunikasi yang baik antara

petugas kesehatan dan ibu hamil pada saat layanan antenatal perlu

ditekankan, harus dipastikan pesan yang disampaikan dimengerti oleh

ibu hamil maupun suaminya.

Kunjungan antenatal yang terlambat kemungkinan

menghambat ibu untuk mendapatkan manfaat sepenuhnya dari strategi

pencegahan pada layanan antenatal misalnya suplementasi zat besi,

asam folat, pengobatan untuk infeksi cacing dan pengobatan untuk

pencegahan malaria pada kehamilan (Eijk, dkk., 2006). Adapun, hasil

pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 63,7% dari ibu yang

tidak melakukan kunjungan antenatal pada trimester pertama

melakukan kunjungan antenatal pada trimester ketiga. Sehingga,

kemungkinan hal ini menyebabkan ibu tidak menerima seluruh

manfaat layanan antenatal, dimana salah satunya dilakukan upaya

deteksi dini terhadap adanya komplikasi kehamilan maupun

persalinan.

Perilaku penggunaan layanan antenatal dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Hasil penelitian di daerah rural Kenya menunjukkan

bahwa ibu dengan status pernah mendapatkan pendidikan selama lebih

Page 160: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

140

dari 8 tahun dan merupakan kelompok dengan tingkat sosial ekonomi

tinggi merupakan faktor paling berpengaruh terhadap kunjungan

antenatal. Walaupun terkadang persepsi mahalnya biaya yang

diperlukan untuk melakukan kunjungan antenatal dapat menghalangi

ibu untuk melakukan kunjungan. Biaya untuk transportasi, jarak ke

fasilitas layanan antenatal yang jauh bisa menjadi hambatan bagi ibu

untuk melakukan kunjungan antenatal begitu juga persepsi rendahnya

kualitas layanan antenatal menjadi salah satu hambatan ibu melakukan

kunjungan (Eijk, dkk. 2006).

Penelitian yang dilakukan Titaley, dkk (2010) di Indonesia

menemukan bahwa yang berhubugan sangat kuat dengan rendahnya

kunjungan antenatal yaitu bayi dari ibu yang tinggal di daerah rural,

memiliki tingkat indeks kekayaan rumah tangga rendah, berasal dari

ibu dengan berpendidikan rendah, jumlah kelahiran tinggi dan jarak

kelahiran kurang dari 2 tahun. Penelitian kualitatif yang dilakukan di

beberapa daerah rural Indonesia menemukan bahwa ibu hamil suku

Alifuru di Provinsi Maluku baru akan memeriksakan kehamilannya

saat terlihat perubahan yang nyata pada tubuh ibu (terlihat jelas ibu

hamil). Kunjungan saat terakhir menstruasi (K1) dan kunjungan pada

trimester kedua relatif kecil (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian kualitatif lainnya menemukan bahwa alasan ibu

Etnik Dayak Siang Murung di Kalimantan Tengah tidak melakukan

Page 161: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

141

pemeriksaan kehamilan yaitu karena Puskesmas Pembantu yang ada di

desa tidak menyediakan fasilitas kesehatan yang lengkap seperti obat-

obatan, wilayah puskesmas pembantu cukup sulit dijangkau oleh

masyarakat di RT lain dan tenaga kesehatan yang ditugaskan sering

tidak berada di tempat sehingga membuat masyarakat kesulitan saat

membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu, sebagian masyarakat

memilih langsung melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit yang ada

di Kabupaten. Rumah sakit berada sangat jauh dari desa dan harus

melewati jalan yang cukup sulit terutama apabila terjadi hujan

disamping memerlukan biaya yang cukup besar. Sehingga beberapa

ibu hamil lainnya memilih tidak memeriksakan kehamilannya dengan

alasan petugas kesehatan sering tidak ada di tempat (Kemenkes RI,

2012).

Penelitian lainnya pada ibu hamil Etnik Gorontalo Provinsi

Gorontalo menemukan bahwa sebagian ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan kehamilan kepada bidan tidak memakan vitamin yang

diberikan dengan alasan tidak diberi penjelasan manfaat minum obat.

Ibu juga tidak meminum vitamin penambah darah dengan alasan

vitamin rasanya pahit (Kemenkes RI, 2012).

Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini bahwa ada hubungan

antara kunjungan antenatal dengan kematian neonatal di daerah rural

Indonesia, maka perlu memperhatikan aspek yang mempengaruhi

Page 162: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

142

kunjungan antenatal tersebut. Seperti telah dijelaskan berbagai

penelitian, beberapa alasan ibu hamil tidak melakukan kunjungan

antenatal baik dari segi budaya, kurangnya ketersediaan fasilitas

kesehatan maupun kurangnya tenaga kesehatan. Pelayanan antenatal

perlu ditingkatkan dengan lebih mengutamakan kelengkapan fasilitas

kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan serta tetap menjamin kualitas

dari fasilitas dan tenaga kesehatan.

6.3.8 Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan yaitu terdiri dari perdarahan, infeksi,

pre-eklampsia/eklampsia, persalinan lama/macet dan abortus

(McCarthy & Main, 1992). Komplikasi kehamilan merupakan masalah

kesehatan yang sering terjadi selama kehamilan dan persalinan.

Komplikasi kehamilan dapat berdampak pada kesehatan ibu, kesehatan

bayi ketika dilahirkan, atau pada keduanya (Wiknjosastro, dkk., 2002).

Pada penelitian ini, komplikasi kehamilan dikategorikan

menjadi komplikasi dan tidak komplikasi. Ibu masuk kedalam

kelompok komplikasi jika mengalami minimal satu bentuk komplikasi

(mulas sebelum 9 bulan, pendarahan, demam tinggi, kejang-kejang dan

pingsan). Sedangkan ibu masuk kedalam kelompok tidak komplikasi

jika ibu tidak mengalami satu pun bentuk komplikasi kehamilan.

Pengkategorian ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

(Nugraheni, 2013).

Page 163: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

143

Pada penelitian ini diketahui ibu yang mengalami komplikasi

pada saat kehamilannya yaitu sebesar 6%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komplikasi kehamilan

dengan kematian neonatal. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil

penelitian yang dilakukan Nugraheni (2013) dan Wijayanti (2013)

bahwa ada hubungan antara komplikasi selama kehamilan dengan

kejadian kematian neonatal. Ibu yang mengalami komplikasi

kehamilan memiliki risiko lebih tinggi terhadap kematian neonatal

dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan

(Rahmawati, 2007).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kematian

neonatal lebih tinggi terjadi pada kelompok ibu dengan komplikasi

kehamilan. Bayi dari ibu yang mengalami komplikasi kehamilan

memiliki risiko 1,8 kali lebih tinggi terhadap kematian neonatal

dibandingkan bayi dari ibu yang tidak mengalami komplikasi selama

kehamilannya (Rahmawati, 2007). Penelitian lainnya yang dilakukan

di daerah rural Bangladesh juga menunjukkan bahwa ibu yang

mengalami pendarahan selama kehamilannya berhubungan kuat

dengan adanya peningkatan risiko terhadap kematian neonatal (Owais,

dkk., 2013).

Penelitian yang dilakukan pada ibu hamil Etnik Ngalum

Provinsi Papua menemukan bahwa ibu yang hamil tetap mengalami

Page 164: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

144

komplikasi walaupun telah melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu

tersebut mengalami kehamilan pada usia lebih dari 45 tahun dan

memiliki anak rata-rata11-14 anak dengan jarak kelahiran yang

berdekatan. Tingkat anemia ibu hamil pada suku ini paling tinggi

dibandingkan suku lainnya. Kondisi seperti ini menyebabkan tingginya

kejadian retensio plasenta saat melahirkan. Padahal petugas kesehatan

telah memberikan tablet penambah darah yang seharusnya diberikan

tiga bulan sekali menjadi satu bulan sekali karena sangat tingginya

kasus anemia. Namun, petugas kesehatan tidak bisa memastikan

apakah obat yang diberikan rutin diminum oleh ibu hamil setiap hari

(Kemenkes RI, 2012).

Hasil penelitian pada ibu hamil Etnik Gorontalo Provinsi

Gorontalo juga menemukan bahwa sebagian ibu hamil yang

melakukan pemeriksaan kehamilan tidak meminum vitamin yang

diberikan dengan alasan tidak diberi penjelasan manfaat minum obat.

Ibu juga tidak meminum vitamin penambah darah dengan alasan

karena rasanya pahit (Kemenkes RI, 2012).

Anemia atau kadar Hb <11 g/dl yang salah satunya bisa

disebabkan karena defisiensi besi sehingga perlu diberi obat penambah

zat besi. Kondisi anemia pada ibu hamil sangat berbahaya bisa

menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan (WHO;

Kemenkes RI; POGI; IBI, 2013). Perdarahan merupakan penyebab

Page 165: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

145

terbanyak kematian pada ibu (Zakariah, dkk., 2009). Berdasarkan hasil

review bahwa dampak anemia pada ibu hamil terhadap bayinya

bervariasi sesuai tingkat defisiensi Hb yang dialami oleh ibu.

Defisiensi Hb <11 gr/dl berhubungan dengan peningkatan kematian

pada perinatal. Peningkatan 2-3 kali kematian perinatal pada ibu

dengan Hb <8,0 gr/dl dan peningkatan 8-10 kali ketika kadar Hb <5,0

gr/dl. Selain itu, penurunan terhadap berat bayi lahir dan lambatnya

pertumbuhan janin terjadi ketika kadar Hb ibu <8,0 gr/dl (Kalaivani,

2009).

Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa terdapat

hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal

maka perlu dilakukan peningkatan upaya deteksi dini di tingkat

layanan antenatal disertai pemantauan yang ketat terhadap kepatuhan

kelompok ibu yang dideteksi mengalami komplikasi kehamilan

(anemia, hipertensi, dan lain-lain) terhadap saran yang diberikan oleh

petugas kesehatan seperti dianjurkan mengonsumsi tablet penambah

darah.

6.3.9 Penolong Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan

pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang kompeten (Depkes RI, 2009). Penanganan medis yang tepat dan

memadai saat ibu melahirkan dapat menurunkan risiko komplikasi

Page 166: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

146

yang bisa menyebabkan kesakitan serius pada ibu dan bayinya (BPS,

BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013).

Pada penelitian ini, penolong persalinan dikategorikan menjadi

tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan. Penolong persalinan

dikategorikan sebagai tenaga kesehatan jika merupakan dokter, dokter

kandungan, perawat, bidan, atau bidan desa. Sedangkan penolong

persalinan dikategorikan sebagai non tenaga kesehatan jika penolong

persalinan adalah dukun, tetangga atau tanpa penolong persalinan.

Pengkategorian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan Titaley, dkk (2008) di Indonesia.

Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa 83% persalinan pada

kurun waktu 2008-2012 ditolong oleh tenaga kesehatan profesional

(62% perawat/bidan/bidan desa, 20% dokter kandungan dan 1%

dokter). Proporsi ini mengalami peningkatan dari hasil SDKI 2007

sebesar 73% persalinan yang ditolong tenaga kesehatan profesional

(BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International, 2013). Pada

penelitian ini diketahui ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan

profesional pada persalinannya di daerah rural Indonesia yaitu sebesar

73,2% (30,7% bidan, 24,1% bidan desa, 5,5% dokter kandungan, 1,3%

perawat, 0,4% dokter dan 11,2% lebih dari satu penolong tenaga

kesehatan). Angka ini masih cukup jauh dari target MDGs 5 tahun

Page 167: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

147

2015, peningkatan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan

profesional menjadi 90% (Kemenkes RI, 2014).

Persalinan yang dilakukan oleh bukan tenaga kesehatan pada

penelitian ini yaitu sebesar 26,8%. Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan

kematian neonatal. Artinya, tidak ada perbedaan antara penolong

persalinan oleh tenaga kesehatan maupun oleh non tenaga kesehatan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Singh, dkk

(2014), Pertiwi, (2010) dan Wijayanti, (2013) yang menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan kematian

neonatal. Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan Sugiharto (2011), Dewi (2010) dan Nugraheni (2013)

yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penolong

persalinan dengan kematian neonatal.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu

ditolong oleh tenaga kesehatan pada persalinannya, namun proporsi

kematian neonatal pada kedua kelompok tidak menunjukkan

perbedaan proporsi yang cukup jauh sehingga analisis statistik

menunjukkan tidak ada hubungan. Bahkan pada penelitian Titaley,

dkk (2011) yang dilakukan di Indonesia ditemukan kematian neonatal

dini justru lebih tinggi pada ibu yang bersalin di rumah yang ditolong

oleh tenaga yang terlatih. Penelitian lainnya menemukan bahwa

Page 168: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

148

kematian neonatal lebih tinggi pada ibu tanpa penolong persalinan

(Neupane & Doku, 2014). Namun, pada penelitian ini hanya 0,4% ibu

yang melakukan persalinan tanpa adanya penolong persalinan.

Kemungkinan penyebab masih tingginya angka kematian

neonatal pada kelompok ibu dengan penolong persalinan tenaga

kesehatan adalah masih rendahnya kualitas penolong persalinan

tersebut. Seperti diketahui pada penelitian Yego, dkk (2013) bahwa

akses terhadap penolong persalinan terampil termasuk dokter maupun

bidan penting untuk mencegah kematian maternal dan neonatal.

Penolong persalinan yang sebagian besar dilakukan oleh penolong

persalinan dengan keterampilan yang rendah dapat berkontribusi

terhadap kejadian kematian neonatal dan kematian maternal (Yego,

dkk., 2013). Pada penelitian lainnya juga menemukan bahwa perlunya

pelatihan bagi penolong persalinan agar penolong persalinan mampu

menangani kasus infeksi yang diketahui merupakan penyebab

terbanyak kasus kematian neonatal (Turnbull, dkk., 2011).

Pada penelitian yang dilakukan Kusiako, dkk (2000)

menunjukkan bahwa komplikasi pada saat melahirkan merupakan

penyebab sepertiga kematian pada perinatal. Padahal peningkatan

layanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terkualifikasi dan

layanan neonatus yang lebih baik seharusnya dapat menurunkan

kematian pada perinatal. Pada penelitian ini, kemungkinan penyebab

Page 169: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

149

lain masih tingginya kematian neonatal pada kelompok ibu dengan

persalinan oleh tenaga kesehatan adalah ibu memilih bersalin oleh

tenaga kesehatan ketika terjadi masalah serius pada persalinannya.

Seperti ditemukan pada penelitian yang dilakukan di Jawa Barat

bahwa ibu yang mengakses penolong persalinan terlatih atau

melakukan persalinan di fasilitas layanan kesehatan sebagian besar

dilakukan ketika ibu mengalami komplikasi kehamilan (Titaley, dkk.,

2010).

Review yang dilakukan Upadhyay, dkk (2012) juga

menunjukkan bahwa kurangnya sumber daya yang terampil

merupakan salah satu penyebab kematian neonatal yang terjadi di

daerah rural India. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil

berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan yang diterima oleh

neonatus. Sehingga penyediaan tenaga kesehatan yang terkualifikasi

ke daerah rural merupakan tantangan yang harus dilakukan untuk

menghindari kematian pada neonatal.

Pada penelitian Zimba, dkk (2012) menemukan bahwa

walaupun Malawi mengalami peningkatan jumlah penolong persalinan

terampil, tetapi sebagian besar ibu dan bayi baru lahir yang mengalami

komplikasi masih belum mendapatkan penanganan kesehatan yang

diperlukan. Pada penelitian lainnya diketahui bahwa peralatan dan

kualitas layanan yang tidak memadai juga merupakan tantangan di

Page 170: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

150

wilayah Afrika dan Asia (Harvey, dkk., 2007). Menurut Singh, dkk

(2014) definisi tenaga penolong persalinan yang ada saat ini, tidak

mencakup unsur layanan yang memadai. Walaupun sebagian besar

negara di Afrika dan Asia mengalami peningkatan jumlah tenaga

penolong persalinan terampil, sebagian besar setiap individu yang

disebut sebagai tenaga kesehatan terampil tidak memiliki kompetensi

yang diperlukan atau peralatan yang dibutuhkan untuk mengatasi

komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir.

Adapun penyebab masih tingginya kematian neonatal pada

penolong pesalinan non tenaga kesehatan di daerah rural Indonesia

kemungkinan terjadi karena masih rendahnya akses ibu hamil terhadap

tenaga keseahatan.menurut. Hasil penelitian Titaley, dkk (2010) di

beberapa daerah terpencil di Indonesia menunjukkan bahwa bidan

desa yang pada beberapa wilayah merupakan satu-satunya tenaga

kesehatan penolong persalinan yang tersedia, terkadang pergi keluar

desa (Titaley, dkk., 2010). Hal ini semakin mempersulit akses ibu

terhadap tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.

Masih tingginya kematian pada penolong persalinan non

tenaga kesehatan kemungkinan besar juga karena pengetahuan dan

keterampilan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan yang sangat

kurang tentang penanganan persalinan pada ibu bersalin, maupun

tentang penanganan bayi baru lahir. Apalagi penanganan ibu dengan

Page 171: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

151

gejala eklamsia, akan sangat sulit bagi penolong bukan tenaga

kesehatan untuk dapat melakukan tindakan yang tepat. Pengetahuan

penolong yang kurang tentang bagaimana melakukan upaya

pencegahan terhadap kemungkinan bayi aman dari risiko terjadinya

gangguan thermoregulasi, gangguan respirasi, dan risiko lainnya yang

biasa melekat pada bayi baru lahir, sangat berpengaruh besar terhadap

status kesehatan neonatus. Jika penanganannya kurang tepat maka

kecenderungan terjadinya risiko kematian akan semakin besar (Astuti,

dkk., 2010).

Hasil penelitian kualitatif pada masyarakat Suku Nias

menemukan bahwa terkadang keluarga alot dalam memutuskan

merujuk ke rumah sakit atau puskesmas. Hal tersebut menyebabkan

ibu terlambat mendapatkan pertolongan dari petugas kesehatan. Ibu

yang melakukan persalinan di rumah sakit biasanya ibu yang sudah

mengalami masalah pada persalinannya (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian ini diperlukan upaya untuk

meningkatkan keterampilan penolong persalinan baik bagi tenaga

penolong persalinan. Peningkatan kualitas tenaga penolong persalinan

dilakukan dari mulai calon tenaga penolong persalinan di tingkat

akademik/universitas maupun bagi mereka yang telah berprofesi

sebagai tenaga penolong persalinan. Peningkatan kualitas tenaga

Page 172: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

152

penolong persalinan ini terutama pada masalah penanganan

komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir.

6.3.10 Persalinan Caesar

Persalinan caesar merupakan tindakan untuk melahirkan bayi

melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Saifuddin, dkk.,

2009). Persalinan caesar merupakan operasi besar yang dilakukan

pada saat terdapat indikasi kesehatan tertentu (Whalley, dkk., 2008).

Pada penelitian ini, cara persalinan dibedakan menjadi persalinan

caesar dan bukan persalinan caesar. Ibu dikategorikan melakukan

persalinan caesar apabila ibu melakukan persalinan dengan cara perut

dibedah untuk mengeluarkan bayi. Sedangkan ibu dikategorikan tidak

melakukan persalinan caesar apabila ibu melakukan persalinan dengan

cara per vaginam/normal. Pengkategorian ini didasarkan pada

penelitian sebelumnya yang dilakukan Bashir, dkk (2013).

Pada penelitian ini diketahui ibu yang melakukan persalinan

caesar pada persalinannya yaitu sebesar 8%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persalinan caesar

dengan kematian neonatal. Hasil pada penelitian ini tidak sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan Bashir, dkk (2013) yang

menunjukkan bahwa persalinan dengan cara bedah caesar memiliki

hubungan dengan kematian neonatal. Ibu dengan persalinan caesar

memiliki kemungkinan 1,6 kali lebih besar terhadap kematian neonatal

Page 173: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

153

dibandingkan ibu yang melahirkan per vaginam. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugraheni (2013) dan

Wijayanti (2013) bahwa tidak ada hubungan antara persalinan caesar

dengan kematian neonatal. Namun, penelitian Owais, dkk (2013) di

daerah rural Bangladesh justru menemukan bahwa persalinan dengan

cara caesar menjadi faktor protektif terhadap kematian neonatal.

Walaupun uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan

antara persalinan caesar dengan kematian neonatal, pada penelitian ini

menunjukkan bahwa proporsi kematian neonatal lebih tinggi pada

kelompok ibu dengan persalinan caesar. Kemungkinan hal ini terjadi

karena persalinan caesar sebagian besar dilakukan karena ditemukan

adanya indikasi kesehatan tertentu pada ibu seperti ditunjukkan pada

hasil penelitian (Shah, dkk., 2009). Penelitian yang dilakukan di

daerah urban Ibadan Nigeria menunjukkan bahwa dari 21% ibu yang

melakukan persalinan caesar sebanyak 89% merupakan kasus

kegawatdaruratan (Adetola, dkk., 2011). Namun, pada penelitian

lainnya yang dilakukan di daerah Iran menemukan bahwa sebagian

besar persalinan caesar dilakukan bukan karena adanya indikasi

kesehatan (Bahadori, dkk., 2013).

Bayi dari ibu yang kembali melakukan persalinan dengan cara

caesar memiliki angka kesakitan (penyakit pernapasan) lebih tinggi

dan tinggal di rumah sakit lebih lama dibandingkan ibu yang

Page 174: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

154

melakukan persalinan per vaginam yang sebelumnya melakukan

persalinan caesar (Kamath, dkk., 2009). Kematian neonatal meningkat

sejalan dengan tingginya persalinan caesar yang dilakukan pada

kondisi kegawatdaruratan. Selain itu secara keseluruhan, persalinan

caesar (kondisi kegawatdaruratan maupun non kegawatdaruratan)

berhubungan dengan meningkatnya kesakitan pada neonatal (Shah,

dkk., 2009).

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 571 persalinan

yang dilakukan secara caesar, 90,2% tidak mengalami komplikasi

selama kehamilannya. Sehingga, kemungkinan sebagian besar

persalinan caesar pada penelitian ini dilakukan bukan karena adanya

indikasi kesehatan. Hasil review literatur menyebutkan bahwa

persalinan caesar tanpa adanya alasan kesehatan (kegawatdaruratan)

juga bisa membahayakan kondisi ibu dan janinnya baik dari segi

pendek maupun lamanya waktu yang diperlukan prosedur persalinan

caesar dibandingkan persalinan normal (Wiklund, dkk., 2012).

6.3.11 Tempat Persalinan

Upaya untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak sangat

penting dengan cara meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan

yang profesional yang dilakukan di fasilitas kesehatan (BPS, BKKBN,

Kemenkes & ICF International, 2013). Pada penelitian ini, tempat

persalinan dikategorikan menjadi non fasilitas layanan kesehatan dan

Page 175: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

155

fasilitas layanan kesehatan. Ibu melakukan persalinan di fasilitas

layanan kesehatan jika persalinan dilakukan di rumah sakit, klinik,

dokter/perawat/bidan praktek, dan bidan desa. Sedangkan ibu

dikategorikan melakukan persalinan di non fasilitas layanan kesehatan

apabila ibu melakukan persalinan di rumahnya sendiri maupun rumah

dukun/tetangga. Pengkategorian ini didasarkan pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan Titaley, dkk (2008).

Pada penelitian ini diketahui bahwa ibu yang melakukan

persalinan di non fasilitas pelayanan kesehatan yaitu sebesar 59,9%.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

tempat persalinan dengan kematian neonatal. Hasil ini berbeda dengan

hasil penelitian yang dilakukan Faisal (2010) menunjukkan bahwa ibu

yang melahirkan di fasilitas non kesehatan mempunyai kecenderungan

untuk mengalami kejadian kematian bayi lebih besar dibandingkan ibu

yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Namun, hasil penelitian ini

sama dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto (2011), Pertiwi

(2010), Nugraheni (2013) dan Wijayanti (2013) bahwa tidak terdapat

hubungan antara tempat persalinan dengan kematian neonatal.

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa kematian

neonatal lebih tinggi terjadi di non fasilitas layanan kesehatan. Ibu

yang melakukan persalinan diluar fasilitas pelayanan kesehatan

memiliki risiko 1,85 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian

neonatal dibandingkan ibu yang melahirkan di fasilitas layanan

Page 176: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

156

kesehatan. Melahirkan diluar fasilitas layanan kesehatan lebih

memungkinkan untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan

melahirkan dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (Ajaari, dkk.,

2012).

Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah ibu yang

melahirkan di non fasilitas pelayanan kesehatan lebih tinggi

dibandingkan di fasilitas pelayanan kesehatan konsisten dengan hasil

penelitian Owais, dkk (2013). Namun, diketahui kematian neonatal

justru ditemukan lebih tinggi terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan.

Artinya, kasus kematian neonatal lebih tinggi terjadi di fasilitas

pelayanan kesehatan padahal penolong persalinan di fasilitas

pelayanan merupakan tenaga kesehatan. Hasil ini sesuai dengan hasil

penelitian Titaley (2011) bahwa terjadinya peningkatan risiko

kematian neonatal dini yang signifikan berhubungan dengan

persalinan yang dilakukan di rumah sakit di daerah rural Indonesia.

Hasil ini juga konsisten dengan penelitian lainnya yang

dilakukan di daerah rural Burkina Faso bahwa kematian bayi lebih

tinggi terjadi di fasilitas layanan kesehatan. Adanya fasilitas pelayanan

kesehatan tidak akan memberikan perbedaan yang berarti jika fasilitas

tersebut tidak memiliki kelengkapan alat atau tenaga kesehatan yang

cukup terlatih (Diallo, dkk., 2012). Hasil ini juga sejalan dengan hasil

penelitian Singh, dkk (2012) bahwa setelah adanya peningkatan

penggunaan rumah sakit bersalin di India terjadi penurunan kematian

Page 177: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

157

neonatal sebesar 2,5% namun penurunan kematian neonatal ini tidak

signifikan dimungkinkan terjadi karena masih rendahnya kualitas

layanan kesehatan. Seperti ditemukan juga pada penelitian lainnya

bahwa persalinan yang dilakukan di rumah di daerah rural sebagian

besar ditolong oleh dokter atau bidan desa dengan tingkat pengetahuan

dan keterampilan masih tergolong cukup rendah (Yanping, dkk.,

2010).

Kemungkinan alasan lainnya yaitu sebagian besar persalinan

yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan persalinan

dengan komplikasi yang bisa berakibat pada kematian neonatal. Hal

ini terjadi karena perilaku mencari pelayanan kesehatan dilakukan

setelah awalnya persalinan akan dilakukan di rumah. Penolong

persalinan di rumah tidak akan merujuk ibu ke fasilitas layanan

kesehatan kecuali ibu telah mengalami komplikasi. Sehingga

lemahnya sistem layanan kesehatan juga akan berkontribusi terhadap

tingginya angka kematian neonatal di fasilitas layanan kesehatan

(Ajaari, dkk., 2012).

Pada penelitian ini didapatkan, hasil analisis antara komplikasi

kehamilan dengan tempat persalinan menunjukkan adanya hubungan.

Sebesar 49,2% persalinan yang dilakukan di fasilitas layanan

kesehatan merupakan kasus komplikasi kehamilan. Penelitian

kualitatif yang dilakukan pada masyarakat suku Mamasa Sulawesi

Barat juga menunjukkan bahwa beberapa kejadian kematian ibu dan

Page 178: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

158

bayi saat bersalin di rumah sakit rujukan. Ibu hamil datang ke rumah

sakit tersebut dengan keadaan sangat parah (sakit berat) atau umur

kehamilan sudah terlalu tua (Kemenkes RI, 2012).

Penggunaan layanan kesehatan kemungkinan juga dipengaruhi

oleh jarak terhadap layanan kesehatan tersebut. Hasil penelitian di

daerah rural Etiophia ditemukan bahwa sekitar 90% anak tinggal di

wilayah dengan waktu tempuh lebih dari 1,5 jam ke fasilitas

kesehatan. Anak tersebut memiliki risiko 2 kali lebih besar terhadap

kematian dibandingkan anak yang tinggal dengan waktu tempuh 1,5

jam ke fasilitas kesehatan (Okwaraj, dkk., 2012). Penelitian lain di

daerah rural Burkina Faso menemukan bahwa terjadi 33% peningkatan

kematian bayi yang signifikan jika ibu tinggal dengan lokasi pusat

layanan kesehatan yang terdekat lebih dari 10 km (Becher, dkk.,

2004). Penelitian yang dilakukan di Jawa Barat menemukan bahwa

jarak dan keterbatasan biaya merupakan dua penyebab utama ibu tidak

mengakses penolong persalinan terlatih dan fasilitas layanan kesehatan

pada saat persalinannya (Titaley, dkk., 2010).

Walaupun 90% ibu telah melakukan kunjungan antenatal

namun hanya 2 dari 10 ibu yang melakukan persalinan di fasilitas

layanan antenatal. Hasil pengamatan diketahui bahwa persalinan

dilakukan di rumah berkaitan dengan adanya perkembangan persalinan

yang cepat, jarak, kesulitan transportasi pada malam hari dan biaya.

Jarak merupakan hambatan terhadap persalinan di fasilitas layanan

Page 179: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

159

kesehatan bukan terhadap kunjungan antenatal. Hal ini dikarenakan

tidak semua fasilitas yang menyediakan layanan antenatal memiliki

layanan persalinan 24 jam. Sehingga jarak untuk mendapatkan fasilitas

kesehatan dengan layanan persalinan lebih sulit didapatkan

dibandingkan dengan layanan antenatal. Persalinan alami pada kondisi

gawat mungkin menjadi lebih baik untuk menyelesaikan masalah jarak

ke fasilitas layanan persalinan. Selain itu, ibu memilih tenaga

penolong persalinan tradisional karena lebih fleksibel dalam masalah

biaya. Bahkan masih ditemukan ibu tanpa tenaga penolong persalinan,

padahal ibu tanpa penolong persalinan akan kesulitan mendapatkan

penolong ketika terjadi komplikasi pada persalinannya (Eijk, dkk.,

2006).

Penelitian kualitatif pada Suku Mamasa, Sulawesi Barat

menemukan bahwa walaupun telah terdapat program Jampersal

(Jaminan Persalinan) namun belum diketahui oleh ibu-ibu di wilayah

tersebut. Selain itu, mereka belum mempercayai sepenuhnya bahwa

bersalin di fasilitas kesehatan tidak dikenakan biaya/gratis. Apalagi

jika mereka harus di rujuk ke Rumah Sakit, akan membutuhkan biaya

yang lebih besar. Selain itu, permasalahan juga terdapat pada tenaga

kesehatan dimana belum keluarnya pembayaran (klaim) terhitung

sejak 2011-2012. Padahal semua catatan dan bukti telah terkumpul

dengan rapi. Kejadian tersebut terjadi pada semua bidan di desa dan

kecamatan di Kabupaten Mamasa. Meskipun demikian, bidan desa

Page 180: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

160

tetap melayani dan menggratiskan persalinan yang ditolong di fasilitas

persalinan (Kemenkes RI, 2012).

Penelitian lainnya pada suku Toraja Sa’dan menunjukkan

bahwa terdapat pertimbangan lain, pertimbangan ekonomi untuk

memenuhi biaya-biaya di luar cakupan Jampersal, seperti transportasi,

uang makan keluarga yang menungguinya di sarana kesehatan, anak-

anak kecil yang ditinggalkan, hewan-hewan ternak (pemeliharaan

babi) yang menjadi tanggung jawab ibu. Pendapatan sehari-hari

menjadi pertimbangan lain mengapa ibu memutuskan untuk

melahirkan sendiri di rumahnya. Selain itu, beberapa wilayah Toraja

Sa’dan memang berada jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Selain

jarak yang jauh, akses warga terhadap pelayanan kesehatan dipersulit

dengan kondisi jalan yang rusak. Sarana transportasi menjadi sulit dan

mahal karena kondisi jalan yang rusak parah (Kemenkes RI, 2012).

Berdasarkan hasil pada penelitian ini, maka perlu dilakukan

upaya peningkatan kualitas fasilitas layanan kesehatan baik dari segi

akses maupun kelengkapan alat dan ketersediaan tenaga kesehatan

profesional. Pemerintah Daerah sebaiknya melakukan peningkatan

perbaikan infrastruktur di wilayahnya agar akses terhadap fasilitas

kesehatan semakin meningkat.

Page 181: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

161

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan rendah (55,1%), berstatus

kerja (53,1%), memiliki indeks kekayaan rumah tangga rendah (47,7%),

tinggal diwilayah perdesaan (53,1%), memiliki umur antara 20-35 tahun

(74,3%), berjenis kelamin laki-laki (51,6%), memiliki paritas 1-3 (83,6%),

melakukan kunjungan antenatal (68,8%), mengalami komplikasi kehamilan

(93,5%), melakukan persalinan oleh tenaga kesehatan (82,5%), melakukan

persalinan bukan caesar (87,3%) dan melakukan persalinan di fasilitas

pelayanan kesehatan (57,9%).

2) Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

3) Terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kematian neonatal

di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

4) Tidak terdapat hubungan antara indeks kekayaan rumah tangga dengan

kematian neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

5) Terdapat hubungan antara umur ibu dengan kematian neonatal di daerah

rural Indonesia tahun 2008-2012.

Page 182: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

162

6) Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin bayi dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

7) Terdapat hubungan antara paritas dengan kematian neonatal di daerah rural

Indonesia tahun 2008-2012.

8) Terdapat hubungan antara kunjungan antenatal dengan kematian neonatal

di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

9) Terdapat hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal

di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

10) Tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

11) Tidak terdapat hubungan antara persalinan caesar dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

12) Tidak terdapat hubungan antara tempat persalinan dengan kematian

neonatal di daerah rural Indonesia tahun 2008-2012.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

7.2.1 Bagi Kementerian Kesehatan RI

1) Strategi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait

peningkatan pengetahuan ibu mengenai kesehatan ibu dan anak

perlu difokuskan pada kelompok ibu umur kurang dari 20 tahun

Page 183: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

163

dan lebih dari 35 tahun dan kelompok ibu yang bekerja untuk

daerah rural Indonesia.

2) Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan penggunaan metode

keluarga berencana yang didukung oleh ketersediaan dan

kelengkapan fasilitas dan tenaga yang perlukan serta

memperhatikan aspek budaya/adat masyarakat setempat.

3) Pelayanan antenatal perlu ditingkatkan dengan fokus pada

terjaminnya ketersediaan, kelengkapan dan kualitas dari fasilitas

serta tenaga kesehatan di daerah rural Indonesia.

4) Upaya deteksi dini terhadap komplikasi pada kehamilan di daerah

rural Indonesia perlu diikuti dengan pemantauan yang

berkelanjutan pada kepatuhan ibu terhadap anjuran dari petugas

kesehatan.

5) Penyediaan tenaga penolong persalinan perlu difokuskan pada

peningkatan kualitas tenaga penolong persalinan terutama terkait

penanganan komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir.

7.2.2 Bagi Pemerintah Daerah

Bagi Pemerintah Daerah yang memiliki daerah dengan

karakteristik rural/perdesaan disarankan untuk melakukan peningkatan

ketersediaan, akses, kapasitas dan kualitas tenaga penolong persalinan

dan fasilitas persalinan di wilayahnya.

Page 184: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

164

DAFTAR PUSTAKA

Adetola, A. O., Tongo, O. O., Orimadegun, A. E., & Osinusi, K. (2011). Neonatal Mortality in an Urban Population in Ibadan, Nigeria. Pediatrics and Neonatology , 244.

Ajaari, J., Masanja, H., Weiner, R., Abokyi, S. A., & Owusu-Agyei, S. (2012). Impact of Place of Delivery on Neonatal Mortality in Rural Tanzania. International Journal of MCH and AIDS , 52,.

Andargie, G., Berhane, Y., Worku, A., & Kebede, Y. (2013). Predictors of Perinatal Mortality in Rural Population of Northwest Ethiopia: A Prospective Longitudinal Study. BMC Public Health , 4.

Andrews, G. (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Terjemahan Sari Kurnianingsih. Jakarta: EGC.

Astuti, W. D., Sholikhah, H. H., & Angkasawati, T. J. (2010). Estimasi Risiko Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia Tahun 2007. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan , 306.

August, E., Salihu, H., Weldeselasse, H., Biroscak, B., Mbah, A., & Alio, A. (2011). Infant Mortality and Subsequent Risk of Stillbirth: a Retrospective Cohort Study. BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology , 1636-1645.

Bahadori, F., Hakimi, S., & Heidarzade, M. (2013). The Trend of Caesarean Delivery in The Islamic Republic of Iran. Eastern Mediterranean Health Journal , S69.

Baqui, A. H., Ahmed, S., Arifeen, S. E., Darmstadt, G. L., Rosecrans, A. M., Mannan, I., et al. (2009). Effect of Timing of First Postnatal Care Home Visit on Neonatal Mortality in Bangladesh: A Prospective Cohort Study. BMJ , 445-448.

Baqui, A., Darmstadt, G., Williams, E., Kumar, V., Kiran, T., Panwar, D., et al. (2006). Rates, Timing and Cause of Neontal Deaths in Rural India: Implication for Neonatal Health Programmes. Bulletin of The World Health Organization , 706-711.

Page 185: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

165

Bashir, A. O., Ibrahim, G. H., Bashier, I. A., & Adam, I. (2013). Neonatal Mortality in Sudan: Analysis of the Sudan Household Survey, 2010. BMC Public Health , 1-9.

Becher, H., Muller, O., Jahn, A., Gbango, A., Kynast-Wolf, G., & Kouyate, B. (2004). Risk Factors of Infant and Child Mortality in Rural Burkina Faso. Bulletin of The World Health Organization , 270.

BPS & Macro International. (2008). Indonesia Demograhic and Health Survey 2007. Jakarta: BPS & Macro International.

BPS & ORC Macro. (2003). Indonesia Demographic and Health Survey. Jakarta: BPS & ORC Macro.

BPS. (2010). Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta: BPS.

BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF International.

Carlsen, F., Grytten, J., & Eskild, A. (2013). Changes in Fetal and Neonatal Mortality during 40 Years by Offspring Sex: A National Registry-Based Study in Norway. BMC Pregnancy and Childbirth , 1-7.

Chaman, R., Naieni, K. H., Golestan, B., Nabavizadeh, H., & Yunesian, M. (2009). Neonatal Mortality Risk Factors in a Rural Part of Iran: A Nested Case-Control Study. Iranian Journal of Public Health , 48-52.

Chen, X.-K., Wen, S. W., Fleming, N., Demissie, K., Rhoads, G. G., & Walker, M. (2007). Teenage Pregnancy and Adverse Birth Outcomes: A Large Population Based Retrospective Cohort Study. International Journal of Epidemiology , 371.

Chowdhury, A. H., Islam, S. S., & Karim, A. (2013). Covariates of Neonatal and Post-Neonatal Mortality in Bangladesh. Global Journal of Human Social Science .

Chowdhury, H. R., Thompson, S., Ali, M., Alam, N., Yunus, M., & Streatfield, P. K. (2010). Causes of Neonatal Deaths in a Rural Subdistrict of Bangladesh Implications for Intervention. J. HEALTH POPUL NUTR , 375.

Page 186: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

166

Dahlan, S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Debes, A. K., Kohli, A., Walker, N., Edmond, K., & Mullany, L. C. (2013). Time to Initiation of Breastfeeding and Neonatal Mortality and Morbidity A Systematic Review. BMC Public Health , 1-14.

Depkes RI. (2009). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA). Jakarta: Depkes RI.

Dewi, R. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Diallo, A. H., Meda, N., Sommerfelt, H., Traore, G. S., Cousens, S., & Tylleskar, T. (2012). The High Burden of Infant Deaths in Rural Burkina Faso A Prospective Community-Based Cohort Study. BMC Public Health , 12.

Djaja, S., Kosen, S., Fel, l. P., & Ariawan, I. (2005). Survei Kematian Neonatal (Studi Autopsi Verbal) di Kabupaten Cirebon, 2004. Buletin Penelitian Kesehatan , 41-52.

Efriza. (2007). Determinan Kematian Neonatal Dini Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional , 104.

Eijk, A. M., Bles, H. M., Odhiambo, F., Ayisi, J. G., Blokland, I. E., Rosen, D. H., et al. (2006). Use of Antenatal Services and Delivery Care Among Women in Rural Western Kenya A Community Based Survey. Reproductive Health , 6.

Fachlaeli, E. (2000). Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan Kematian Neonatal Di Kabupaten DT II Majalengka Jawa Barat Tahun 1998. Universitas Indonesia .

Faisal, A. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Bayi di Indonesia Tahun 2003-2007 (Analisis Data SDKI 2007). Depok: Universitas Indonesia.

Gerstman, B. B. (2003). Epidemiology Kept Simple. New Jersey: Canada.

Gizaw, M., Molla, M., & Mekonnen, W. (2014). Trends and Risk Factors for Neonatal Mortality in Butajira District, South Central Ethiopia, (1987-2008): A Prospective Cohort Study. BMC Pregnancy and Childbirth , 1-6.

Gordis, L. (2004). Epidemiology Third Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Page 187: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

167

Harvey, S. A., Blandón, Y. C., McCaw-Binns, A., Sandino, I., Urbina, L., Rodríguez, C., et al. (2007). Are skilled Birth Attendants Really Skilled? A Measurement Method, Some Disturbing Results and A Potential Way Forward. Bulletin of the World Health Organization .

Hastono, S. P., & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Hinderaker, S. G., Olsen, B. E., Bergsjø, P. B., Gasheka, P., Lie, R. T., Havnen, J., et al. (2003). Avoidable Stillbirths and Neonatal Deaths in Rural Tanzania. BJOG: an International Journal of Obstetrics and Gynaecology , 616.

ICF International. (n.d.). DHS Overview. Retrieved Juny 27, 2014, from The DHS Program (Demographic and Health Surveys): http://dhsprogram.com/What-We-Do/Survey-Types/DHS.cfm

Kalaivani, K. (2009). Prevalence & Consequences of Anaemia in Pregnancy. Indian J Med Res , 630.

Kamath, B. D., Todd, J. K., Glazner, J. E., Lezotte, D., & Lynch, A. M. (2009). Neonatal Outcomes After Elective Cesarean Delivery. The American College of Obstetricians and Gynecologists , 1231.

Karlsen, S., Say, L., Souza, J.-P., Hogue, C. J., Calles, D. L., Gülmezoglu, A. M., et al. (2011). The Relationship Between Maternal Education and Mortality Among Women Giving Birth in Health Care Institutions: Analysis of the Cross Sectional WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health. BMC Public Health , 1.

Kayode, G. A., Ansah, E., Agyepong, I. A., Amoakoh-Coleman, M., Grobbee, D. E., & Klipstein-Grobusch, K. (2014). Individual and Community Determinants of Neonatal Mortality in Ghana: A Multilevel Analysis. BMC Pregnancy and Childbirth , 1-12.

Kemenkes RI. (2011). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas Bagi Kader. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Alifuru Seram Desa Waru Kecamatan Bula Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku. Kemenkes RI , 59.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Dayak Siang Murung Desa Dirung Bakung Kecamatan Tanah Siang

Page 188: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

168

Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Kemenkes RI , 79-80.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Gorontalo Desa Imbodu Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwoto Provinsi Gorontalo. Kemenkes RI , 88.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Madura Desa Jrangoan Kecamatan Omben Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur. Kemenkes RI , 14.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Mamasa Desa Makuang Kecamatan Messawa Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat . Kemenkes RI , 45.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Ngalum Distrik Oksibil Kabupaten Penggunungan Bintang Provinsi Papua . Kemenkes RI , 77-78.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Nias Desa Hilifadölö Kecamatan Lölöwa'u Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera Utara . Kemenkes RI , 20.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012: Etnik Toraja Sa'dan Desa Sa'dan Malimbong Kecamatan Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Kemenkes RI , 2.

Kemenkes RI. (2012). Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak: Etnik Manggarai Desa Waicodi Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kemenkes RI , 64.

Kemenkes RI. (2014). Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Kesehatan Ibu Tahun Anggaran 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi Kedua. Jakarta: Kemenkes RI.

Khan, A. A., Zahidie, A., & Rabbani, F. (2013). Interventions to Reduce Neonatal Mortality from Neonatal Tetanus in Low and Middle Income Countries - A Systematic Review. BMC Public Health , 1-7.

Page 189: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

169

Kliegman, R. M., Stanton, B. F., Schor, N. F., II, J. W., & Behrman, R. E. (2011). Nelson Text Book of Pediatrics 19th Edition International Edition. Philadelphia: Elsevier.

Kozuki, N., Lee, A. C., Silveira, M. F., Sania, A., Vogel, J. P., Adair, L., et al. (2013). The Associations of Parity and Maternal Age With Small-For-Gestational-Age, Preterm, and Neonatal and Infant Mortality A Meta-Analysis. BMC Public Health , 5.

Kusiako, T., Ronsman, C., & Paal, L. V. (2000). Perinatal Mortality Atributable to Complications of Childbirth in Matlab, Bangladesh. Bulletin of The World Health Organization , 623.

Ladewig, P. W., London, M. L., & Olds, S. B. (2006). Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi baru Lahir Terjemahan Salmiyatun. Jakarta: EGC.

Lawn, J., Kerber, K., Enweronu-Laryea, C., & Bateman, O. M. (2009). Newborn Survival in Low Resource Settings are We Delivering. BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology , 50.

Lisonkova, S., Sabr, Y., Butler, B., & Joseph, K. (2012). International Comparisons of Preterm Birth Higher Rates of Late Preterm Birth are Associated with Lower Rates of Stillbirth and Neonatal Death. BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology , 1630-1637.

Mahmood, M. A. (2002). Determinants of Neonatal and Post-neonatal Mortality in Pakistan. The Pakistan Development Review , 735, 739.

Majoko, F., LNyström, Munjanja, S., Mason, E., & Lindmark, G. (2004). Relation of Parity to Pregnancy Outcome in a Rural Community in Zimbabwe. African Journal of Reproductive Health , 205.

Målqvist, M., Sohel, N., Do, T. T., Eriksson, L., & Persson, L. Å. (2010). Distance Decay in Delivery Care Utilization Associated With Neonatal Mortality. A Case Referent Study in Northern Vietnam. BMC Public Health , 1-9.

Manzar, N., Manzar, B., Yaqoob, A., Ahmed, M., & Kumar, J. (2012). The Study of Etiological and Demographic Characteristics of Neonatal Mortality and Morbidity-A Consecutive Case Series Study from Pakistan. BMC Pediatrics , 1-6.

Page 190: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

170

Markovitz, B. P., Cook, R., Flick, L. H., & Leet, T. L. (2005). Socioeconomic Factors and Adolescent Pregnancy Outcomes: Distinctions Between Neonatal and Post-Neonatal Deaths? BMC Public Health , 1-7.

McCarthy, J., & Maine, D. (1992). A Framework for Analyzing the Determinants of Maternal Mortality. Studies in Family Planning , 26.

Meadow, R., & Newell, S. (2002). Lectures Notes: Pediatrika. Terjemahan Kripti Hartini dan Asri Dwi Rachmawati. Jakarta: Erlangga.

Mekonnen, Y., Tensou, B., Telake, D. S., Degefie, T., & Bekele, A. (2013). Neonatal Mortality in Ethiopia: Trends and Determinants. BMC Public Health , 1-14.

Mercer, A., Haseen, F., Huq, N. L., Uddin, N., Khan, M. H., & Larson, C. P. (2006). Risk Factors for Neonatal Mortality in Rural Areas of Bangladesh Served by A Large NGO Programme. Oxford University Press , 432.

Mosley, W. H., & Chen, L. C. (2003). An Analytical Framework for The Study of Child Survival in Developing Countries. Geneva: World Health Organization.

Murti, B. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: UGM Press.

Neupane, S., & Doku, D. T. (2014). Neonatal Mortality in Nepal A Multilevel Analysis of A Nationally Representative. Journal of Epidemiology and Global Health , 218.

Nugraheni, A. (2013). Pengaruh Komplikasi Kehamilan Terhadap Kematian Neonatal Dini di Indonesia (Analisis Data SDKI 2007). Depok: Universitas Indonesia.

Okwaraj, Y. B., Cousens, S., Berhane, Y., Mulholland, K., & Edmond, K. (2012). Effect of Geographical Access to Health Facilities on Child Mortality in Rural Ethiopia A Community Based Cross Sectional Study. Plos One , 3.

Onwuanaku, C. A., Okolo, S. N., Ige, K. O., Okpe, S. E., & Toma, B. O. (2011). The Effects of Birth Weight and Gender on Neonatal Mortality in North Central Nigeria. BMC Research Notes , 1-5.

Owais, A., Faruque, A. S., Das, S. K., Ahmed, S., Rahman, S., & Stein, A. D. (2013). Maternal and Antenatal Risk Factors for Stillbirths and Neonatal Mortality in Rural Bangladesh: A Case-Control Study. Plos One , 3.

Page 191: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

171

Pertiwi, I. (2010). Hubungan Kematian Neonatal dengan Kunjungan ANC dan Perawatan Postnatal di Indonesia Menurut SDKI 2007-2008. Depok: Universitas Indonesia.

Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Prabamurti, P. N., Purnami, C. T., Widagdo, L., & Setyono, S. (2008). Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal Studi Kasus Kontrol di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Tahun 2006. Semarang: Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.

Price, D. L., & Gwin, J. F. (2005). Thompson's Pediatric Nursing An Introductory Text. Philadelphia: Elsevier Saunders.

Pun, K. D., & Chauhan, M. (2011). Outcomes of Adolescent Pregnancy at Kathmandu University Hospital, Dhulikhel, Kavre. Kathmandu University Medical Journal , 50.

Rahmawati, H. K. (2007). Hubungan Karakteristik Ibu, Karakteristik Bayi, Pelayanan Antenatal, dan Perawatan Persalinan dengan Kematian Neonatal di Indonesia Tahun 2003-2003 (Analisis Data SDKI 2002-2003). Depok: Universitas Indonesia.

Rudolph, A. M., Hoffman, J. I., & Rudolph, C. D. (2006). Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 1 Terjemahan A. Samik Wahab. Jakarta: EGC.

Rudolph, A., Hoffman, J. I., & Rudolph, C. D. (2007). Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3 Terjemahan A. Samik Wahab. Jakarta: EGC.

Saifuddin, A. B., Rachimhadi, T., & Wiknjosastro, G. H. (2010). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, A. B., Adriaansz, G., Wiknjosastro, G. H., & Waspodo, D. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirodiharjo.

Schoeps, D., Almeida, M. F., Alenca, G. P., Jr., I. F., Novaes, H. M., Siqueira, A. A., et al. (2007). Risk Factors for Early Neonatal Mortality. Rev Saúde Pública , 1-8.

Shah, A., Fawole, B., M'Imunya, J. M., Amokrane, F., Nafiou, I., Wolomby, J.-J., et al. (2009). Cesarean Delivery Outcomes from The WHO Global Survey on

Page 192: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

172

Maternal and Perinatal Health in Africa. International Journal of Gynecology and Obstetrics , 5.

Sharma, V., Katz, J., Mullany, L. C., Khatry, S. K., LeClerq, S. C., Shrestha, S. R., et al. (2009). Young Maternal Age and the Risk of Neonatal Mortality in Rural Nepal. Arch Pediatr Adolesc Med , 5.

Singh, A., Kumar, A., & Kumar, A. (2013). Determinants of Neonatal Mortality in Rural India, 2007–2008. PeerJ , 1-26.

Singh, A., Yadav, A., & Singh, A. (2012). Utilization of Postnatal Care for Newborns and Its Association with Neonatal Mortality in India: An Analytical Appraisal. BMC Pregnancy and Childbirth , 1-6.

Singh, K., Brodish, P., & Suchindran, C. (2014). A Regional Multilevel Analysis: Can Skilled Birth Attendants Uniformly Decrease Neonatal Mortality? Maternal Child Health Journal , 242-248.

Smith, G. C., Pell, J. P., & Dobbie, R. (2003). Interpregnancy Interval and Risk of Preterm Birth and Neonatal Death Retrospective Cohort Study. British Medical Journal , 313-315.

Sriasih, N. G. (2012). Determinan Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kematian Neonatal Dini. Jurnal Skala Husada , 129.

Stalker, P. (2008). Millenium Development Goals. New York: Bappenas dan UNDP.

Sugiharto, J. (2011). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Bayi di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder SDKI 2007). Depok: Universitas Indonesia.

Sukamti, S. (2011). Pengaruh Pelayanan Kesehatan Terhadap Kematian Neonatal Anak Terakhir di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010). Depok: Universitas Indonesia.

Timmreck, T. C. (1994). An Introduction to Epidemiology. London: Jones and Bartlett Publishers.

Titaley, C. R., Dibley, M. J., & Roberts, C. L. (2010). Factors Associated with Underutilization of Antenatal Care Services in Indonesia Results of Indonesia Demographic and Health Survey 2002 2003 and 2007. BMC Public Health , 9.

Page 193: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

173

Titaley, C. R., Dibley, M. J., & Roberts, C. L. (2011). Type of Delivery Attendant, Place of Delivery and Risk of Early Neonatal Mortality Analyses of the 1994–2007 Indonesia Demographic and Health Surveys. Health Policy and Planning , 8, 9.

Titaley, C. R., Dibley, M. J., Agho, K., Roberts, C. L., & Hall, J. (2008). Determinants of Neonatal Mortality in Indonesia. BMC Public Health , 1-15.

Tura, G., Fantahun, M., & Worku, A. (2013). The Effect of Health Facility Delivery on Neonatal Mortality: Systematic Review and Meta-Analysis. BMC Pregnancy and Childbirth , 1-9.

Turnbull, E., Lembalemba, M. K., Guffey, M. B., Bolton-Moore, C., Mubiana-Mbewe, M., Chintu, N., et al. (2011). Causes of Stillbirth, Neonatal Death and Early Childhood Death in Rural Zambia by Verbal Autopsy Assessments. Tropical Medicine and International Health , 897.

United Nations. (2013). The Millennium Development Goals Report 2013. New York: United Nations.

Upadhyay, R., Dwivedi, P., Rai, S., Misra, P., Kalaivani, M., & Krishnan, A. (2012). Determinants of Neonatal Mortality in Rural Haryana: A Retrospective Population Based Study. Indian Pediatric , 291-294.

Vandresse, M. (2008). Estimation of a Structural Model of the Determinants of Neonatal Mortality in Hungary, 1984-88 and 1994-98. Population Studies , 85-111.

Wells, J. C. (2000). Natural Selection and Sex Differences in Morbidity and Mortality in Early Life. J. Theor. Biol. , 70, 71.

Whalley, J., Simkin, P., & Keppler, A. (2008). Panduan Praktis Bagi Calon Ibu: Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: BIP.

WHO. (2014). Global Health Observatory (GHO): Neonatal Mortality. Retrieved Februari 5, 2014, from World Health Organization: http://www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal_text/en/index.html

WHO. (2006). Neonatal and Perinatal Mortality Country, Regional and Global Estimates. Geneva: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

WHO; Kemenkes RI; POGI; IBI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI.

Page 194: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

174

Wijayanti, A. C. (2013). Hubungan Jumlah Anak yang Dilahirkan Terhadap Kejadian Kematian Neonatal (Analisis Data SDKI 2007). Depok: Universitas Indonesia.

Wiklund, I., Andolf, E., Lilja, H., & Hildingsson, I. (2012). Indications for Cesarean Section on Maternal Request-Guidelines for Counseling and Treatment. Sexual & Reproductive Healthcare , 104.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A. B., & Rachimhadhi, T. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wong, D. L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Terjemahan Monica Ester. Jakarta: EGC.

Yani, D. F., & Duarsa, A. B. (2013). Pelayanan Kesehatan Ibu dan Kematian Neonatal. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional , 373.

Yanping, W., Lei, M., Li, D., Chunhua, H., Xiaohong, L., Mingrong, L., et al. (2010). A Study on Rural-Urban Differences in Neonatal Mortality Rate in China, 1996-2006. Journal Epidemiology Community Health , 935-936.

Yego, F., Williams, J. S., Byles, J., Nyongesa, P., Aruasa, W., & D'Este, C. (2013). A Retrospective Analysis of Maternal and Neonatal Mortality at A Teaching and Referral Hospital in Kenya. Reproductive Health , 1-8.

Yi, B., Wu, L., Liu, H., Fang, W., Hu, Y., & Wang, Y. (2011). Rural-Urban Differences of Neonatal Mortality in A Poorly Developed Province of China. BMC Public Health , 1-6.

Zakariah, A. Y., Alexander, S., Roosmalen, J. v., Buekens, P., Kwawukume, E. Y., & Frimpong, P. (2009). Reproductive Age Mortality Survey (RAMOS) in Accra, Ghana. Reproductive Health , 1-5.

Zimba, E., Kinney, M. V., Kachale, F., Waltensperger, K. Z., Blencowe, H., Colbourn, T., et al. (2012). Newborn Survival in Malawi: A Decade of Change and Future Implications. Oxford University Press , iii96.

Page 195: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

175

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 196: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

176

KUESIONER

Page 197: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

177

Pertanyaan Terkait Umur dan Pendidikan Ibu

Page 198: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

178

Pertanyaan Terkait Status Pekerjaan Ibu

Page 199: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

179

Pertanyaan Terkait Indeks Kekayaan Rumah Tangga

Page 200: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

180

Page 201: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

181

Page 202: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

182

Page 203: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

183

Pertanyaan Terkait Kematian Neonatal dan Jenis Kelamin Bayi

Pertanyaan Terkait Paritas

Page 204: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

184

Pertanyaan Terkait Kunjungan Antenatal

Page 205: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

185

Pertanyaan Terkait Komplikasi Kehamilan

Page 206: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

186

Pertanyaan Terkait Penolong Persalinan

Pertanyaan Terkait Cara Persalinan

Pertanyaan Terkait Tempat Persalinan

Page 207: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

187

HASIL UJI STATISTIK

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tingkat Pendidikan Ibu * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Tingkat Pendidikan Ibu * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Tingkat Pendidikan Ibu

Rendah Count 59 4852 4911

% within Tingkat Pendidikan Ibu 1.2% 98.8% 100.0%

Tinggi Count 20 2207 2227

% within Tingkat Pendidikan Ibu .9% 99.1% 100.0%

Total Count 79 7059 7138 % within Tingkat Pendidikan

Ibu 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.288a 1 .256 Continuity Correctionb 1.026 1 .311

Likelihood Ratio 1.338 1 .247 Fisher's Exact Test .274 .155

Linear-by-Linear Association 1.288 1 .256 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.65. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Pekerjaan Ibu * Kematian

Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Page 208: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

188

Pekerjaan Ibu * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Pekerjaan Ibu Bekerja Count 62 3841 3903

% within Pekerjaan Ibu 1.6% 98.4% 100.0%

Tidak bekerja Count 17 3218 3235

% within Pekerjaan Ibu .5% 99.5% 100.0% Total Count 79 7059 7138

% within Pekerjaan Ibu 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 18.263a 1 .000 Continuity Correctionb 17.304 1 .000

Likelihood Ratio 19.688 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 18.260 1 .000 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35.80. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Indeks Kekayaan Rumah Tangga * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Indeks Kekayaan Rumah Tangga * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Indeks Kekayaan Rumah Tangga

Rendah Count 47 4709 4756

% within Indeks Kekayaan Rumah Tangga 1.0% 99.0% 100.0%

Menengah Count 17 1179 1196

% within Indeks Kekayaan Rumah Tangga 1.4% 98.6% 100.0%

Tinggi Count 15 1171 1186

% within Indeks Kekayaan Rumah Tangga 1.3% 98.7% 100.0%

Total Count 79 7059 7138 % within Indeks Kekayaan

Rumah Tangga 1.1% 98.9% 100.0%

Page 209: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

189

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.963a 2 .375 Likelihood Ratio 1.885 2 .390

Linear-by-Linear Association 1.240 1 .265 N of Valid Cases 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.13.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur Ibu * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Umur Ibu * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Umur Ibu 0 Count 33 1947 1980

% within Umur Ibu 1.7% 98.3% 100.0%

1 Count 46 5112 5158

% within Umur Ibu .9% 99.1% 100.0% Total Count 79 7059 7138

% within Umur Ibu 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.848a 1 .005 Continuity Correctionb 7.157 1 .007

Likelihood Ratio 7.242 1 .007 Fisher's Exact Test .008 .005

Linear-by-Linear Association 7.847 1 .005 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.91. b. Computed only for a 2x2 table

Page 210: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

190

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Jenis Kelamin * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Jenis Kelamin Laki-Laki Count 45 3680 3725

% within Jenis Kelamin 1.2% 98.8% 100.0%

Perempuan Count 34 3379 3413

% within Jenis Kelamin 1.0% 99.0% 100.0% Total Count 79 7059 7138

% within Jenis Kelamin 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .730a 1 .393 Continuity Correctionb .550 1 .458

Likelihood Ratio .734 1 .392 Fisher's Exact Test .429 .230

Linear-by-Linear Association .730 1 .393

N of Valid Casesb 7138 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37.77. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Paritas * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Page 211: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

191

Paritas * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Paritas >=4 Count 23 1342 1365

% within Paritas 1.7% 98.3% 100.0%

1-3 Count 56 5717 5773

% within Paritas 1.0% 99.0% 100.0% Total Count 79 7059 7138

% within Paritas 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.156a 1 .023 Continuity Correctionb 4.523 1 .033

Likelihood Ratio 4.624 1 .032 Fisher's Exact Test .030 .020

Linear-by-Linear Association 5.155 1 .023 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.11. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kunjungan Antenatal * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Kunjungan Antenatal * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Kunjungan Antenatal Tidak Count 45 2643 2688

% within Kunjungan Antenatal 1.7% 98.3% 100.0%

Iya Count 34 4416 4450

% within Kunjungan Antenatal .8% 99.2% 100.0%

Total Count 79 7059 7138 % within Kunjungan

Antenatal 1.1% 98.9% 100.0%

Page 212: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

192

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.681a 1 .000 Continuity Correctionb 11.863 1 .001

Likelihood Ratio 12.189 1 .000 Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 12.679 1 .000 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29.75. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Komplikasi Kehamilan * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Komplikasi Kehamilan * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Komplikasi Kehamilan Komplikasi Count 12 415 427

% within Komplikasi Kehamilan 2.8% 97.2% 100.0%

Tidak komplikasi Count 67 6644 6711

% within Komplikasi Kehamilan 1.0% 99.0% 100.0%

Total Count 79 7059 7138 % within Komplikasi

Kehamilan 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.042a 1 .001 Continuity Correctionb 10.444 1 .001

Likelihood Ratio 8.687 1 .003 Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear Association 12.041 1 .001 N of Valid Casesb 7138

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.73. b. Computed only for a 2x2 table

Page 213: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

193

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Penolong Persalinan * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Penolong Persalinan * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Penolong Persalinan Non Nakes Count 24 1887 1911

% within Penolong Persalinan 1.3% 98.7% 100.0%

Nakes Count 55 5172 5227

% within Penolong Persalinan 1.1% 98.9% 100.0%

Total Count 79 7059 7138 % within Penolong

Persalinan 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .530a 1 .466 Continuity Correctionb .361 1 .548

Likelihood Ratio .516 1 .472 Fisher's Exact Test .446 .270

Linear-by-Linear Association .530 1 .467 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.15. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persalinan Caesar * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Page 214: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

194

Persalinan Caesar * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Persalinan Caesar Caesar Count 9 562 571

% within Persalinan Caesar 1.6% 98.4% 100.0%

Tidak caesar Count 70 6497 6567

% within Persalinan Caesar 1.1% 98.9% 100.0% Total Count 79 7059 7138

% within Persalinan Caesar 1.1% 98.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.250a 1 .264 Continuity Correctionb .827 1 .363

Likelihood Ratio 1.117 1 .290 Fisher's Exact Test .291 .178

Linear-by-Linear Association 1.249 1 .264 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.32. b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Tempat Persalinan * Kematian Neonatal 7138 100.0% 0 .0% 7138 100.0%

Tempat Persalinan * Kematian Neonatal Crosstabulation

Kematian Neonatal

Total Meninggal Tidak meninggal

Tempat Persalinan Non Fasyankes Count 45 4231 4276

% within Tempat Persalinan 1.1% 98.9% 100.0%

Fasyankes Count 34 2828 2862

% within Tempat Persalinan 1.2% 98.8% 100.0% Total Count 79 7059 7138

% within Tempat Persalinan 1.1% 98.9% 100.0%

Page 215: DETERMINAN KEMATIAN NEONATAL DI DAERAH RURAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26157/1/Siti... · makasih ya buat kalian, kalian seru banget, bikin skripsi lebih

195

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .288a 1 .592 Continuity Correctionb .177 1 .674

Likelihood Ratio .286 1 .593 Fisher's Exact Test .645 .335

Linear-by-Linear Association .288 1 .592 N of Valid Casesb 7138

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.68. b. Computed only for a 2x2 table