deskripsi teater tradisi lang lang buana

45
DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA DI KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU FAHRIZAL 2050951022 JURUSAN TEATER FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT KESENIAN JAKARTA

Upload: aby-grass

Post on 28-Jun-2015

748 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

DI KABUPATEN NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

FAHRIZAL

2050951022

JURUSAN TEATER

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT KESENIAN JAKARTA

2010

Page 2: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beribu pulau besar

dan kecil. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) pada tahun 2002

berdasarkan hasil kajian citra satelit menyatakan bahwa jumlah pulau di Indonesia

adalah sebanyak 18.306 buah.1 Hal ini menyebabkan terjadinya berbagai sub-kultur

budaya dari suku bangsa yang berbeda-beda. Keragaman itu disatukan dalam

semboyan Negara Indonesia yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika” – berbeda-beda tetapi

tetap satu. Pengertian dari semboyan ini bukan berarti bahwa kebudayaan di

Indonesia disetarakan/disentralisasi oleh satu sistem. Justru semakin banyaknya

perbedaan yang ada, maka semakin banyak perbendaharaan khazanah kebudayaan

yang terdapat di Indonesia.

Sejak zaman dahulu, Indonesia merupakan akes jalur perdagangan dunia.

Jalur perdagangan laut antara Indonesia, Tiongkok, India dan daerah-daerah di Barat

(kekaisaran Romawi) telah dimulai dari abad pertama sesudah masehi. Hubungan

yang terjalin ini akhirnya bukan hanya sekadar hubungan perdagangan saja, tetapi

terjadi juga persinggungan terhadap unsur-unsur kebudayaannya, khususnya

kesenian.

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_di_Indonesia

2

Page 3: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Kesenian merupakan salah satu dari unsur kebudayaan. Menurut

Koentjaraningrat terdapat tujuh unsur-unsur kebudayaan, yaitu : bahasa, sistem

pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata

pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Sedangkan menurut E. B. Taylor,

unsur-unsur kebudayaan ada delapan yaitu : knowledge (pengetahuan), belief

(kepercayaan), art (kesenian), morals (moral), law (hukum), customs (adat istiadat),

capabilities (kemampuan) dan habbits (kebiasaan).

Kesenian memiliki peran penting di dalam kebudayaaan. Oleh sebab itu,

kesenian dalam wujudnya menampakkan pesan-pesan budaya dari masyarakat

pendukungnya melalui hasil karya yang tercipta. Pesan-pesan ini didapat dari

peninggalan-peninggalan leluhur yang terwujud dalam tata cara adat istiadat, baik

melalui visual (artefak, relief, bangunan dan lain-lain), verbal (petuah, pantun,

dongeng, legenda dan lain-lain) maupun yang berbentuk naskah tertulis. Umar

Kayam dalam bukunya Seni, Tradisi, Masyarakat mengatakan :

Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat. Sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan – dan dengan demikian juga kesenian – mencipta, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkan untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. (Umar Kayam, 1981)

Hal senada juga diungkapkan oleh Edi Sedyawati yang mengatakan : “…di mana

pun, kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan. Kesenian juga selalu

mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat yang menjadi ajangnya. Demikian

3

Page 4: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

pula di Indonesia, kesenian dapat ditinjau dalam konteks kebudayaan maupun

kemasyarakatannya.” (Edi Sedyawati, 1983).

Kesenian di suatu etnik tertentu biasanya berpedoman kepada sistem

budayanya. Kesenian itu berpedoman kepada sistem pengetahuan, kepercayaan, nilai,

norma-norma yang hidup dalam budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut.

Namun tidak dapat dipungkiri dengan berkembangnya zaman maka kesenian di suatu

etnik tertentu bisa saja berubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan zaman.

Bachtiar mengatakan : “Pada saat ini suatu jenis kesenian tertentu mungkin sekali

masih murni mengandung pesan budaya etniknya. Akan tetapi ada pula kesenian

etnik yang telah mendapat pengaruh dari unsur sistem budaya yang berasal dari

agama (Hindu, Budha, Islam, Kristen) atau sistem budaya asing.” (Bachtiar, 1985).

Hal di atas bisa terjadi disebabkan oleh adanya penetrasi kebudayaan -

masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan

dapat terjadi dengan dua cara yaitu penetrasi damai (penetration pasifique) dan

penetrasi kekerasan (penetration violante)2. Penyebaran kebudayaan secara damai

akan menghasilkan Akulturasi3, Asimilasi4, atau Sintesis5. Sementara itu penetrasi

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Perubahan_Sosial_Budaya

3 bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.

4 bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.

5 bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

4

Page 5: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

kekerasan dapat menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan

dalam masyarakat.

Penetrasi kebudayaan di Indonesia terjadi di dalam dua cara tersebut dan

perubahan yang sangat signifikan dapat dilihat dari perkembangan seni pertunjukan

di Indonesia. Secara garis besarnya, sekarang ini seni pertunjukan di Indonesia

memiliki tiga bentuk – seni konvensional/modern, seni tradisional dan perpaduan di

antara keduanya. Drs. Jabatin S. Bangun mengatakan :

Seni pertunjukan Indonesia memiliki ciri-ciri umum :

1. Holistik, mencakup keseluruhan dari unsur-unsur yang ada di dalamnya; teater, tari, musik.

2. Kontekstual, penyajiannya berdasarkan kebutuhan. Seperti ritual agama, pernikahan dan lain-lain.

3. Berkembang/berubah, seni pertunjukan itu mengalami perkembangan dan perubahan karena persinggungan dengan kebudayaan lain.

4. Oral tradisi, penyebarannya melalui mulut dari generasi ke generasi….”6

Teater tradisi merupakan salah satu jenis dari seni pertunjukan. Seni

pertunjukan (bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni yang melibatkan

aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan biasanya

melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman

dengan penonton.7

6 Bahan mata kuliah Seni Pertunjukan Indonesia I pada tahun ajaran 2010/2011. Dosen Drs. Jabatin S. Bangun.

7 http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_pertunjukan

5

Page 6: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Dengan memahami ciri-ciri dan unsur-unsur di atas, maka akan lebih

memudahkan untuk memahami bagaimana suatu teater tradisi itu tercipta dan siklus

perkembangannya. Selain itu, untuk memahami teater tradisi dapat dipelajari dari

beberapa aspek. Menurut James Danandjaja :

Aspek tersebut adalah aspek identitas dan aspek fungsinya (function). Aspek identitas adalah umpamanya: apa yang dimaksudkan, bagaimana cara penyebarannya, berapa usianya, dan sebagainya. Aspek fungsi adalah umpamanya: apa guna teater rakyat bagi kehidupan masyarakat penduduknya (folk-nya), mengapa ada orang senang berperan di dalamnya, mengapa ada orang senang menontonnya, dan sebagainya. (Danandjaja : 80).

Berbagai macam penjelasan di atas dijadikan penulis sebagai bahan bantuan

di dalam menulis sebuah karya tulis dengan judul Deskripsi Teater Tradisi Lang Lang

Buana di Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Tulisan ini berkaitan dengan

latar belakang budayanya, sejarah kemunculannya dan bentuk serta unsur-unsur teater

yang terdapat di dalamnya.

Keberadaan teater Tradisi Lang Lang Buana sungguh sangat memprihatinkan.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa teater tradisi ini telah hampir

punah. Maka diperlukan adanya keinginan bersama untuk melestarikannya. Di dalam

hal ini, penulis mencoba membuat suatu pengarsipan atau dokumentasi tertulis

tentang teater tradisi ini. Meski pun terdapat beberapa kendala di dalam pencarian

data, namun tulisan ini diharapkan dapat menjadi titik acuan untuk menghidupkan

kembali dengan cara merekontruksi teater tradisi ini.

6

Page 7: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Lang Lang Buana sendiri pernah menjadi primadona di Ranai8 pada 1960-

1980. Namun untuk saat ini, Lang Lang Buana sudah tidak pentas selama 22 tahun.

Lang Lang Buana merupakan nama grup dan nama judul lakon yang dipentaskan

serta nama salah satu tokoh yang ada di di dalam lakon tersebut. Memang sangat

jarang terjadi penyatuan sebutan istilah pada teater tradisi di Indonesia. Contohnya

teater tradisi Lenong, grup Gunung Dromo, judul naskah Si Jampang dan memang

ada nama tokoh ‘Jampang’ di dalam naskah tersebut. Hal serupa terjadi pada teater

tradisi Mendu yang tumbuh dan berkembang di Natuna juga, tepatnya di Pulau Laut.

Mendu merupakan jenis teater tradisi dan salah satu judul lakon yang dipentaskan

serta nama tokoh utama di dalam lakon tersebut, namun nama grupnya beraneka

ragam. Hal ini terjadi mungkin karena hanya ada satu grup yang membawakan lakon

Lang Lang Buana. Sebab lainnya mungkin dikarenakan kebiasaan masyarakatnya

yang suka menamakan jenis sesuatu dengan menyebutkan nama merek/brand

imagenya. Seandainya kita ke Ranai, lalu ingin mencari tempat penyewaan motor.

Tentunya di sini akan terjadi misunderstanding di dalam istilah ‘motor’. Orang Ranai

menyebutkan kata ‘motor’ untuk mengatakan ‘pompong/perahu bermotor’,

sedangkan mereka menyebutkan motor dengan istilah ‘Honda’.

Penggambaran di atas memaparkan sedikit keunikan dari teater tradisi ini dan

memang cukup layak untuk diteliti. Namun untuk lebih bisa memahaminya, ada

baiknya untuk terlebih dahulu mengenal Natuna – tempat di mana teater tradisi ini

pernah tumbuh dan berkembang.

8 sekarang menjadi ibukota Kabupaten Natuna

7

Page 8: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Kabupaten Natuna adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau,

Indonesia. Natuna merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Di sebelah

utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan

Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau, dan

di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada

jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan. Sejarah

Kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kabupaten Kepulauan Riau,

karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah otonomi, Kabupaten Natuna

merupakan bahagian dan wilayah Kepulauan Riau. Kabupaten Natuna dibentuk

berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 yang disahkan pada tanggal 12

Oktober 1999, dengan dilantiknya Bupati Natuna Drs. H. Andi Rivai Siregar oleh

Menteri Dalam Negeri ad intrem Jenderal TNI Faisal Tanjung di Jakarta.9

Perkembangan kesenian di Kabupaten Natuna tidak bisa terlepas dari provinsi

induknya – Provinsi Riau. Di Provinsi Riau terdapat dua jenis teater tradisi, yaitu

teater tradisi Mak Yong dan teater Bangsawan. Mak Yong adalah seni teater

tradisional masyarakat Melayu yang tumbuh dan berkembang di negara-negara

bagian Malaysia dan di Kepulauan Riau. Hal ini disebabkan karena letak geografis

dan kultur kebudayaan antara dua daerah yang berbeda negara itu saling berdekatan

dan memiliki persamaan. Pementasan Mak Yong di Kepulauan Riau dengan memakai

topeng, berbeda dengan Malaysia yang tanpa memakai topeng.

9 http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Natuna

8

Page 9: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Pertunjukan Mak Yong menggabungkan berbagai unsur upacara keagamaan,

sandiwara, tari, musik dengan vokal atau instrumen dan naskah yang sederhana.

Tokoh utama pria dan wanita keduanya dibawakan oleh penari wanita. Tokoh-tokoh

lain yang muncul dalam cerita misalnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan

binatang. Pertunjukan mak yong diiringi alat musik seperti rebab, gendang, dan

tetawak10.

Sementara itu, teater Bangsawan lebih mudah dipahami sebagai perintis dari

perkembangan teater Indonesia ke arah teater modern. Hanya saja Teater Bangsawan

belum menggunakan naskah tertulis seperti naskah well made play pada teater

konvensional. Naskahnya hanya menceritakan garis besar/plot dari sebuah cerita yang

akan dipentaskan. Teater Bangsawan atau Waayang Bangsawan adalah teater rakyat

tradisional yang hidup di Kepulauan Riau dan Kepulauan Lingga, Indonesia, serta

berkembang pula di kawasan Malaysia dan Brunei Darussalam. Teater ini dapat

dimainkan semua lapisan masyarakat. Pertunjukan Teater Bangsawan

menggabungkan unsur musik, drama dan tari serta mengangkat kisah-kisah di

lingkungan istana. Cerita-cerita yang sering diangkat adalah kisah tentang Hang Tuah

Lima Bersaudara, Sultan Mahmud Mangkat Dijulang dan Laksamana Bintan.

Menurut sejarah, teater ini dikembangkan oleh masyarakat Persia atau Parsi

yang pindah ke India karena pertentangan ideologi di tanah airnya. Teater ini lalu

berkembang di Pulau Penang, Malaysia dan menyebar pula ke Indonesia, termasuk

Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Tetapi teater ini lebih

10 alat musik seperti gong, tetapi bentuknya lebih kecil.

9

Page 10: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

lekat dengan kebudayaan Riau. Di Malaysia, teater ini pada awalnya dinamakan

Wayang Parsi. Lalu, kelompok wayang asal Persia ini pulang ke India dan menjual

peralatan pertunjukan kepada seorang Malaysia, Mohamad Pushi. Mohamad

menganti nama teater itu menjadi Teater Bangsawan.

Di Kabupaten Natuna sendiri sebenarnya memiliki dua jenis teater tradisi,

yaitu teater tradisi Mendu dan Lang Lang Buana. Teater tradisi Mendu cukup dikenal

oleh masyarakat di gugusan kepulauan ini dan telah dibukukan serta dijadikan bahan

penelitian ilmiah. Istilah ‘Mendu’ berasal dari kata ‘menghibur rindu’. Pada zaman

dahulu para saudagar, nelayan dan petani sangat senang menghibur diri pada malam

hari sebagai pelepas lelah setelah mereka bekerja berat pada siang hari. Mereka

memainkan musik, nyanyian, berpantun sebagai pelepas rindu pada kampung

halaman. Lama-kelamaan kata menghibur rindu mereka singkat dengan sebutan

mendu yang akhirnya menjadi tontotan yang sangat digemari oleh masyarakat

Kepulauan Natuna. Permainan Mendu merupakan pemaparan cerita pentas

(panggung) yang dilakukan di lapangan terbuka dan menggabungkan unsur-unsur

akting, tarian, nyanyian dan musik. Para pemainnya bermain dengan dialog yang

disertakan dengan gerakan dan sewaktu-waktu dapat menjadi tarian. Walaupun

demikian unsur tari dalam seni pertunjukkan Mendu bukan sekadar tempelan atau

selingan saja, melainkan sebagai unsur yang saling berhubungan dengan unsur-unsur

seni lainnya yang utuh pada pertunjukkan Mendu.

10

Page 11: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Sementara itu, teater tradisi Lang Lang Buana didirikan oleh almarhum Datok

Kaya Wan Mohammad Rasyid yang sekaligus merangkap sebagai Syeh11. Ia

merupakan keturunan kaum Bangsawan yang zaman dahulu memerintah di pulau

Ranai. Pada masa hidupnya, teater tradisi Lang Lang Buana sangat populer di

kalangan masyarakat Ranai. Bahkan kepopulerannya sampai ke pulau Midai,

Sedanau, Pulau Laut dan pulau-pulau lainnya yang termasuk dalam gugusan Pulau

Tujuh12.

Teater tradisi Lang Lang Buana memiliki salah satu keunikan yang sekaligus

menjadi syarat utama di dalam pementasannya. Teater tradisi ini harus bermain di

atas panggung. Dengan kata lain, para pemainnya selama pertunjukan berlangsung

tidak boleh menginjakkan kakinya di atas tanah. Salah seorang pemerhati kesenian

ini mengatakan :

Sewaktu saya kecil, saya pernah melihat pertunjukan Lang Lang Buana. Pada saat itu tanpa sengaja seorang pemain menginjakkan kakinya ke tanah. Seketika saja angin ribut langsung melanda panggung pertunjukan itu dan pemain yang menginjakkan kainya tadi langsung jatuh pingsan.13

Kejadian seperti ini bisa dimaklumi karena pada umumnya teater tradisi Indonesia

memang tidak bisa terlepas dari unsur-unsur mistis yang terdapat di dalamnya.

11 Orang yang memiliki kekuatan magis untuk menangkal kekuatan gaib yang dapat mencelakan pemain.12 Dahulu merupakan sebutan untuk tujuh kecamatan, yaitu Tambelan, Letung, Tarempa, Bunguran Timur (Ranai), Bunguran Barat (Sedanau), Midai dan Serasan.

13 Hasil wawancara dengan Wan Suhardi – cucu dari Datok Kaya Wan Mohammad Benteng.

11

Page 12: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Seperti halnya dengan seni teater tradisi lain di Indonesia yang cara

penyampaiannya menggunakan multi media ekspresi terpadu (Integrated multy media

expression)14, di mana di dalamnya terdapat berbagai unsur yang menyatu. Teater

tradisi Lang Lang Buana juga menggabungkan unsur-unsur ritual, lakon, tari,

nyanyian dan musik yang menjadi satu kesatuan di dalam pementasannya. Menurut

Hoebel :

Bentuk pengutaraan seperti ini tidak berarti bahwa seni tradisi itu ketinggalan zaman, tidak mengunakan pakem-pakem yang ada, dangkal, kasar dan tidak bisa menerima perubahan. Produk-produk kesenian tradisional itu sesungguhnya menunjukkan teknik yang matang, ide-ide yang kompleks dan memperlihatkan gaya yang khas dalam bentuknya yang abstrak merupakan karya yang penuh khayal dan simbolik. (Hoebel, 1966)

Dengan demikian, kesenian tradisi memiliki nilai-nilai yang paling mendasar bagi

manusia untuk memahami latar belakang kebudayaan dan kiat-kiat dalam menjalani

kehidupan melalui pesan-pesan yang ada di dalamnya.

Meski pun belum pernah ada data tertulis tentang teater ini dan saat sekarang

ini sudah tidak pernah lagi dipentaskan, namun para pelaku generasi ketiga dari

kesenian ini masih bisa ditemui di Desa Kelanga, Kecamatan Bunguran Timur Laut,

Kabupaten Natuna. Sehingga teater ini masih cukup layak diteliti untuk dijadikan

bahan skripsi.

14 Diktat dari mata kuliah Teater Asia untuk semester III pada tahun ajaran 2009/2010. Pengertian ini tercantum dalam Bab I tentang Mengenal Timur dan Barat. Dosen A. Kasim Achmad.

12

Page 13: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

I.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

penelitian ini akan mengangkat persoalan tentang penggambaran teater tradisi Lang

Lang Buana di Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Penelitian ini mengidentifikasikan pertanyaan penelitian :

1. Bagaimana sejarah munculnya teater tradisi Lang Lang Buana Di Kabupaten

Natuna.

2. Bagaimana pengaruh kebudayaan masyarakat pendukungnya di dalam teater

tradisi Lang Lang Buana

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi eksistensi teater tradisi Lang Lang

Buana

4. Bagaimana bentuk penyajian dan unsur-unsur di dalam teater tradisi Lang

Lang Buana.

I.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan teater tradisi Lang Lang

Buana menurut sejarah, faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensinya dan bentuk

pertunjukan serta unsur-unsur yang terdapat teater di dalamnya.

13

Page 14: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

I.4 Manfaat Penelitian

Ada pun manfaat dari penelitian ini adalah :

I.4.i Manfaat Teoritis

1. Membuat dokumentasi tertulis agar teater tradisi Lang

2. Menjadikan bahan rujukan untuk ke depannya

I.4.ii Manfaat Praktis

Ada pun manfaat prakits dari penelitian ini sebagai bahan utama untuk

merekontruksi dan mewujudkannya di dalam sebuah pertunjukan teater tradisi Lang

Lang Buana di Ranai. Dengan cara ini diharapkan nantinya akan muncul generasi-

generasi penerus teater tradisi ini.

I.5 Kerangka Konsep

Penulis memakai sejumlah konsep untuk menjawab pertanyaan di atas.

Konsep-konsep tersebut adalah : 1) Kebudayaan; 2) Seni Pertunjukan; 3) Kesenian

Tradisi; 4) Mendu (sebagai bahan perbandingan) dan 5) Folklor.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sehinga segala

sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki

oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan merupakan kesuluruhan yang kompleks, di

14

Page 15: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

mana di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menopang kehidupan bagi

kelangsungan umat manusia.

Seni Pertunjukan merupakan bagian dari kesenian yang tidak terpisahkan dari

kehidupan bermasyarakat. Di dalam bermasyarakat dibutuhkan adanya komunikasi

antar individunya. Seni Pertunjukan menjadi salah satu cara menyampaikan ekspresi

seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Sehingga Seni Pertunjukan

merupakan kesenian yang kolektif – membutuhkan orang lain dalam

penyampaiannya.

Seni pertunjukan di Indonesia tidak dapat terpisahkan dari kesenian

tradisional yang tumbuh dan berkembang di masing-masing daerah. Sehingga

kesenian yang muncul mengandung unsur-unsur sistem budaya dari masyarkat yang

bersangkutan. Dengan demikian, masyarakat yang bersangkutan bermaksud

menjawab dan menginterpretasikan permasalahan kehidupan sosialnya, mengisi

kebutuhan, atau mencapai suatu tujuan bersama, seperti kemakmuran, kemuliaan,

persatuan, kebahagian dan rasa aman yang berhubungan dengan yang gaib

(supranatural) dan lain-lain.

Teater tadisi Mendu memiliki asal usul dan sejarah serta perkembangannya.

Mendu adalah salah satu teater rakyat yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten

Natuna, selain teater tradisi Lang Lang Buana. Sehingga dapat dijadikan bahan

perbandingan di dalam penggambaran teater tradisi Lang Lang Buana disebabkan

15

Page 16: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

karena adanya persamaan latar belakang kebudayaan dan letak geografisnya yang

sama.

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu koletif, yang tersebar dan

diwariskan secara turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara

tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang

disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

(Danandjaja : 1984). Dengan disiplin ilmu ini, penulis akan lebih mudah memahami

suatu jenis kesenian tradisi yang hampir punah karena teknik pengumpulan datanya

adalah wawancara kepada para pelakunya maupun masyarakat pendukung kesenian

tersebut.

I.6 Metode Penelitian

Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan atau pendokumentasian

di dalam bentuk sebuah naskah folklor15. Hal ini disebabkan karena tidak

adanya bukti tertulis maupun di dalam bentuk gambar (visual) tentang teater

tradisi Lang Lang Buana. Untuk membuat penelitan folklor terdiri dari tiga

tahap. Menurut Danandjaja di dalam bukunya “Folklor Indonesia : “Ilmu gossip,

dongeng, dan lain-lain” mengatakan : Penelitian folklor terdiri antara lain dati

tiga macam atau tahap, yakni: pengumpulan, penggolongan (pengklasifikasian),

15 Folklor terdiri dari dari dua istilah. Folk adalah sinonim dengan kolektif, yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

16

Page 17: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

dan penganalisaan”. Tahapan-tahapan ini sangat berfungsi untuk tujuan

pengarsipan atau pendokumentasian.

Di dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitan yang

bersifat penelitian di tempat (field work)16. Ada tiga tahap yang harus dilalui

oleh seorang peneliti di tempat jika hendak berhasil dalam usahanya. Tiga tahap

itu adalah: (1) tahap prapenelitian di tempat, (2) tahap penelitian di tempat yang

sesungguhnya, dan (3) cara pembuatan naskah folklor bagi pengarsipan.

(Danandjaja : 1984). Dengan tiga tahapan itu, penelitian yang dilakukan peneliti

akan lebih terarah dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan.

Teknik penelitian yang dilakukan penulis di dalam pemngumpulan data adalah

tehnik wawancara dengan pewaris aktif (active bearer)17 dan pewaris pasif

(passive bearer). Wanwancara yang dilakukan bersifat wawancara yang terarah

(directed) dan yang tidak terarah (non directed).

Sebenarnya ada dua cara penelitian lapangan yaitu teknik wawancara dan

pengamatan. Namun di dalam kasus ini, penulis tidak dapat melakukan teknik

pengamatan disebabkan tidak ada lagi pementasan teater tradisi ini. Hal ini

bukanlah menjadi halangan untuk mengumpulkan data yang empiris.

Selanjutnya penulis melakukan pengujian kebenaran data wawancara dengan

cara mengecek kepada informan lain berdasarkan pertanyaan yang sama.

16 Folklor Indonesia : Ilmu gossip, dongeng, dan lain lain. James Danandjaja. 1984.17 Idem.

17

Page 18: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Adapun alat bantuan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah tape

recorder dan handycam untuk pembuatan perekaman suara dan gambar hidup.

I.7 Rencana Isi

Penelitian ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan,

bagian isi dan penutup. Bagian pendahuluan merupakan pra bab yang berisi abstrak,

halaman pengesahan, kata pengantar dan daftar isi. (PR)

Bagian kedua adalah bagian isi yang dibagi di dalam tiga bab. Bab I berisi

tentang:

1. Latar belakang masalah, sub ini menjelaskan tentang mengapa topik

penelitian masih cukup relevan dan menarik untuk diteliti.

2. Masalah penelitian, mengangkat tentang pertanyaan-pertanyaan yang

menyangkut penelitian ini.

3. Tujuan penelitian, merupakan titik tolak dari penulis untuk menetukan

jawaban dari hasil penelitian ini.

4. Manfaat Penelitian, merupakan penjabaran tentang manfaat yang bisa

diperoleh dari penelitian ini, baik itu manfaat teoritis maupun manfaat praktis.

5. Kerangka Konsep, berisi referensi-referensi yang digunakan penulis. Daftar

referensinya didapat dari buku, koran, majalah, makalah, blog internet, dan

lain-lain.

6. Metode penelitian, menjelaskan metode yang digunakan dalam pengumpulan

data-data untuk penelitian ini.

18

Page 19: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

7. Rencana isi, berisi tentang sistematis penulisan skripsi ini.

Di dalam Bab II membahas mengenai Kabupaten Natuna dilihat dari latar

belakang kebudayannya dan eksistensi teater tradisi Lang Lang Buana di Kabupaten

Natuna.

Bab III membahas mengenai teater tadisi Lang Lang Buana secara

menyeluruh, baik ditinjau dari bentuk pertunjukannya maupun unsur-unsur teater

yang terdapat di dalamnya. Pembahasan bab ini berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dengan masyarakat pendukungnya dan para pelaku teater tradisi ini.

Bagian terakhir adalah bagian penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan

akhir dari penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran untuk menghidupkan

kembali teater tradisi Lang Lang Buana ini.

19

Page 20: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

BAB II

KEBERADAAN TEATER TRADISI LANG LANG BUANA DI KABUPATEN

NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

II.1 Sekilas Tentang Kabupaten Natuna

II.1.i Sejarah Terbentuknya Kabupaten Natuna

Sejarah kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kepulauan

Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah otonomi, Kabupaten Natuna

merupkan bagian dari Kabupaten Kepulauan Riau.

Berdasarkan Surat Keputusan Delegasi Republik Indonesia Provinsi Sumatera

Tengah tanggal 18 Mei 1956 menggabungkan diri ke dalam Wilayah Republik

Indonesia dan Kepulauan Riau yang diberi status Daerah Otonomi Tingkat II yang

dikepalai Bupati sebagai Kepala Daerah yang membawahi 4 Kewedanan sebagai

berikut :

• Kewedanan Tanjungpinang, meliputi Kecamatan Bintan Selatan, Bintan

Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur.

• Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kundur dan Moro.

• Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Singkep dan

Senayang.

20

Page 21: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

• Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,

Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kewedanan Pulau Tujuh yag membawahi Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai,

Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur beserta Kewedanan lainnya

dihapus berdasarkan Keputusan Guberbur Kepala Daerah Tingkat I Riau tanggal 9

Agustus 1964 No. Up/247/5/165. Berdasarkan ketetapan tersebut, terhitung tanggal 1

januari 1966 semua daerah administrative kewedana dalam Kabupaten Kepulauan

Riau dihapus.

Tertulis dalam sejarah bahwa di Kabupaten Natuna yang dulunya bernama

Pulau Tujuh sebelum bergabung dalam Kepulauan Riau, telah memerintah beberapa

orang “Tokong Pulau” (istilah yang diberikan kepada Datuk Kaya di wilayah Pulau

Tujuh) yang menurut kamus Bahasa Indonesia yang berasal dari kata “Tekong” yang

berarti Nakhoda yang memegang peranan dalam mengedalikansebuah kapal atau

perahu layar. Di dalam pembicaraan sehari-hari, “Tokong” artinya tanah busut yang

menonjol ke permukaan laut atau tanah kukup atau batu karang yang menonjol di

permukaan laut yang sangat berbahaya untuk lalu lintas kapal yang melewati area

tersebut. Julukan Tokong Pulau yang diberikan kepada Datuk Kaya di Pulau Tujuh

mengibaratkan seorang pemimpin yang mengendalikan pemerintahan di wilayah

terkecil yang waktu itu diberi hak oleh Sultan Riau sesuai ketentuan “Yayasan Adat”

yang sudah ada pada saat itu.

21

Page 22: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Silsisah dari keturunan Datuk Kaya di wilayah Pulau Tujuh menurut versi

merupakan asal-usul orang ternama di wilayahnya dengan memiliki adat yang telah

diatur sejak dahulu. Hanya Datuk Kaya yang cakap dan mampu boleh memimpin

wilayahnya dengan disetujui oleh penguasa Belanda setelah mendapat restu dari

Sultan Riau pada masa itu.

Dari keterangan yang diperoleh bahwa gelar yang diberikan di dalam

pembagian wialyah Datuk Kaya Pulau Tujuh disebutkan sebagai berikut :

1. Wilayah Pulau Siantan, dipimpin oleh Pangeran Paku Negar dan Orang Kaya

Dewa Perkasa.

2. Wialyah Pulau Jemaja, dipimpin oleh Orang Kaya Maharaja Desa dan Orang

Kaya Lela Pahlawan.

3. Wilayah Pulau Bunguran, dipimpin oleh Orang Kaya Dana Mahkota dan dua

orang Penghulu serta satu orang Amar Diraja.

4. Wilayah Pulau Subi, dipimpin oleh Orang Kaya Indra Pahlawan dan Orang

Kaya Indra Mahkota.

5. Wialyah Pulau Serasan, dipimpin oleh Orang Kaya Raja Setia dan Orang

Kaya Setia Raja.

6. Wilayah Pulau Laut, dipimpin oleh Orang Kaya Tadbir Raja dan Penghulu

Hamba diraja.

22

Page 23: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

7. Wilayah Pulau Tambelan, dipimpin oleh Petinggi dan Orang Kaya Maha Raja

Lela Setia.

Orang-orang besar inilah yang pada zaman dahulu memerintah di wilayah

Pulau Tujuh dengan masing-masing wilayah secara turun-temurun dan sampai pada

akhir kekuasaannya.

Seiring dengan semangat otonomi daerah maka terbentuklah Kabupaten

Natuna berdasarkan Undang-undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran

Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri dari enam kecamatan yaitu Kecamatan

Bunguran Timur, Bunguran Barat, Midai, Serasan, Jemaja, Siantan dan ditambah

Palmatak sebagai kecamatan yang baru dimekarkan. Sehingga sekarang ini

Kabupaten Natuna memiliki 7 kecamatan , sedangkan Tambelan masih berada di

wilayah Kabupaten Kepulauan Riau.

II.1.ii Keadaan Alam

Letak Kabupaten Natuna secara geografis sangatlah strategis karena berada di

antara jalur perdagangan internasional. Kabupaten Natuna merupakan wilayah yang

berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga :

Sebelah Utara : Vietnam dan Kamboja

Sebelah Timur : Malaysia Timur dan Kalimantan Barat

23

Page 24: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Sebelah Selatan : Kecamatan Tambelan Kepulauan Riau

Sebelah Barat : Semenanjung Malaysia dan Pulau Bintan

Secara geografis letak Kabupaten Natuna berada di antara 2 Lintang Utara

sampai dengan 5 Lintang Utara dan 104 Bujur Timur samapai dengan 110 Bujur

Timur. Terdiri dari daratan dan perairan yang luas wilayahnya mencapai 141.891,2

km. Luas daratannya hanya 3.235,2 km atau 2,28 % dari luas wilayah secara

keseluruhan dan terdiri dari 271 pulau besar dan kecil yang tersebar di Lautan Cina

Selatan.

Pulau-pulau yang ada di Kabupaten Natuna dapat dikelompokkan dalam tiga

gugusan yang memiliki potensi yang beraneka ragam, antara lain :

1. Gugusan Pulau Anambas, terdiri dari Pulau-pulau Siantan dan Jemaja yang

kaya dengan sumber daya alam minyak bumi.

2. Gugusan Pulau Natuna, terdiri dari Pulau Sedanau, Bunguran, Midai dan

Pulau Laut.

3. Gugusan Pulau Serasan, terdiri dari Pulau Serasan, Subi Besar dan Subi Kecil.

Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit

dan bergunung batu, daratan rendah dan landau yang banyak ditemukan di pinggir

pantai. Ketinggian wilayah antar kecamatan cukup beragam, tetapi berkisar dari 3

sampai 500 meter dari permukaan laut dengan tingkat kemiringan antara 2 sampai 5

meter.

24

Page 25: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Sekitar 10 persen dari wilayah Kecamatan Bunguran Timur dan Bunguran

Barat merupakan dataran rendah dan landau terutama di pinggir pantai, 65 persen

berombak dan 25 persen berbukit sampai bergunung. Di daerah ini akan kita temukan

beberapa buah gunung seperti Gunung Ranai (959 meter), Gunung Catub dan

Gunung Bajul.

Wilayah Kecamatan Siantan, Palamtak dan Serasan sebagian besar terdiri dari

perbukitan dan gunung batu, tanah datar sangat terbatas. Di Kecamatan Serasan

terdapat beberapa gunung seperti Gunung Kute, Gunung Punjang dan Gunung

Pelawan Condong.

Kondisi fisik Kecamatan Midai datar dan rendah di pinggir pantai.

Kemiringna tanah antara 3 sampai 500 meter dari permukaan laut. Wilayah

Kecamatan Jemaja tidak banyak berbeda dengan kecamatan lainnya, berupa dataran

rendah dan landau di pinggir pantai sampai berbukit.

Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan angin. Musim

kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret samapai dengan bulan Mei ketika angin

dari arah Utara bertiup. Musim hujan terjadi pada bulan September sampai dengan

bulan Februari ketika arah angin bertiup dari timur dan Selatan.

Rata-rata curah hujan dalam setahun berkisar 2.000 milimeter dengan

kelembaban udara sekitar 85 persen dan temperature berkisar 26 derajat Celcius.

25

Page 26: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

II.1.iii Latar Belakang Budaya

Bentuk kebudayaan di Kabupaten Natuna secara umum merupakan

kebudayaan Melayu Kepulauan. Seiring berjalannya waktu dan terjadinya hubungan

perdagangan dengan bangsa lain, maka terjadilah penetrasi kebudayaan yang

berlangsung dengan damai. Oleh sebab itu, kesenian di kabupaten Natuna banyak

dipengaruhi oleh bangsa Arab/Islami dan negara-negara semenanjung seperti Siam

(Thailand), Cina, Kamboja dan Vietnam.

Menurut sejarahnya, penetrasi ini terjadi karena Natuna dari zaman Majapahit

merupakan daerah persinggahan para pedagang dan pelayar. Di sini terjadi sistem

barter barang bawaan para pedagang dan pelayar dengan makanan dan minuman dari

masyarakat setempat. Bukti ini bisa dilihat dari adanya peninggalan barang-barang

keramik dari diansti Tsung dan dinasti Ming. Penetrasi yang terjadi dari bangsa

Arab/Islami dapat dilihat dari bentuk-bentuk kesenian yang menggunakan alat musik

dari Arab, seperti Berdah, Hadrah, Rebana, Kompang dan syair-syair lagu yang

islami. Namun pada tahap selanjutnya, kesenian seperti ini telah membaur dengna

kesenian Melayu sehingga disebut sebagai kesenian Melayu Kepulauan.

Penetrasi budaya yang terjadi dengan negara-negara semanjung seperti Siam

dapat dilihat dari kesenian teater tradisi Mendu. Sebenarnya terdapat banyak versi

tentang asal-muasal Mendu, ada yang mengatakan dari Kalimantan Barat dan

Malaysia. Namun fakta lapangan yan telah diteliti oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Natuna menyebutkan bahwa teater tradisi Mendu berasal dari

26

Page 27: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Siam. Bukti yang menguatkannya yaitu adanya hikayat cerita yang mempunyai

keterkaitan kisah dengan Negara Siam, seperti adanya kisah tentang gajah putih yan

merupakan symbol dari Negara Thailand (Siam).

Pada awalnya, Mendu tumbuh dan berkembang di daerah Pulau Laut yang

secara geografis merupakan perbatasan dengan Negara Thailand. Menurut informasi

masyarakat setempat, kisah mendu diangkat memang bertujuan untuk lebih

mengeratkan hubungan peradaban Natuna dengan Siam, Vietnam dan Kamboja.

Hubungan ini terjadi jauh sebelum Natuna masuk ke wilayah Kerajaan Riau Lingga.

Bukti otentiknya terdapat pada buku sejarah yang ada di Negara Thailand.

II.1.iii.a Adat Istiadat

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa adat istiadat

di Natuna merupakan perpaduan antara budaya Melayu Kepulauan dengan penentrasi

oleh budaya bangsa Arab dan negara-negara Semenanjung (Thailand, Vietnam,

Kamboja, Cina). Hal ini disebabkan karena adanya hubungan perdagangan yang

terajadi antara Natuna dengan negara-negara tersebut. Hubungan ini terjadi jauh

sebelum Natuna masuk ke wilayah kerajaan Riau Lingga.

II.1.iii.b Agama

Pada umumnya, agama yang berkembang di Natuna adalah agama Islam yang

dibawa oleh para pedagang dari Arab. Hal ini bisa dilihat dari perpaduan budaya yang

terjadi. Berdah ini biasanya dimainkan pada saat upacara perkawinan masyarakat

27

Page 28: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Natuna dimana sambil menabuh gendang berdiameter 40-60 centimeter. Mereka

melantunkan zikir-zikir pujian kepada Allah dengan harapan kedua mempelai yang

mengarungi kehidupan baru mendapat berkah dan lindungan dari tuhan yang maha

esa. Berdah ini dilakukan setelah upacara akad nikah dimulai setelah sholat isya

sampai waktu sholat subuh. Berdah ini diakhiri dengan melakukan solat subuh

berjamaah.

II.1.iii.c Mata Pencaharian

Dilihat dari keadaan fisik daerahnya yang merupakan daerah kelautan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa mata pencaharian masyarakat Natuna pada

umumnya adalah perikanan. Dari hasil penelitian di lapangan juga menunjukan hal

itu. Namun sekarang ini dengan berkembangnya Natuna sebagai kabupaten yang

memiliki hasil migas terbesar di Indonesia, maka mata pencaharian penduduknya

juga berubah. Saat ini telah dapat ditemui berbagai macam aktifitas perdagangan dan

banyaknya pendatang yang mencoba mencari nafkah, baik sebagai pedagang maupun

menajdi pegawai negeri sipil.

II.1.iii.d Bahasa

Dengan berlandaskan bahwa budaya Melayu Kepulauan yang menjadi latar

belakang kebudayaan di Natuna, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu.

Namun bahasa Melayunya berbeda dengan bahasa melayu pada umumnya. Bahkan di

setiap pulau yang ada di Natuna memiliki berbagai macam bahasa Melayu yang

berbeda-beda. Bahasa Melayu Ranai cukup jauh berbeda dengan bahasa Melayu

28

Page 29: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Midai, Serasan dan pulau-pulau lainnya. Contohnya, kata ‘tidak ada’ di Ranai

diucapkan dengan dengan kata ‘ndek de’, di Midai dengan kata ‘ndak isik’ dan di

Serasan dengan kata ‘naroh’. Begitulah sedikit contoh yang menyatakan bahwa

Natuna memiliki beragam sub-budaya yang mendukungnya.

II.1.iv Jenis-jenis Kesenian

Di Kabupaten Natuna terdapat beberapa jenis kesenian tradisi seperti Hadrah,

Mendu, Berdah, Kompang, Lang Lang Buana dan lain-lain. Secara garis besar,

kesenian tradisi yang cukup mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat adalah

jenis keseniana tradisi tarian dan musik. Hal ini bisa dilihat dari perolehan prestasi

yang didapt dari event-event tingkat nasional. Kabupaten Natuna pernah

mendapatkan juara kedua tingkat provinsi dan dua tahun berturut-turut mendapat

peringkat ketiga nasional.

Sementara itu, seni pertunjukan yang berbentuk teater seperti Mendu dan

Lang Lang Buana masih sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten

Natuna. Hal yang lebih memprihatinkan yaitu teater tradisi Lang Lang Buana terakhir

melakukan pementasan pada tahun 1989. Hal ini berarti teater tradisi ini telah dua

puluh satu tahun tidak dipentaskan. Padahal teater ini dulunya pernah menjadi

primadona tontonan sekitar tahun 1960-1980. Teater tradisi Lang Lang Buana

memang hanya terdapat di daerah Bunguran Timur (Ranai) dan cuma ada satu

kelompok teater tradisi ini. Hal ini berbeda dengan teater tradisi Mendu yang

penyebarannya lebih menyeluruh ke pulau-pulau lain seperti Pulau Midai, Pulau

29

Page 30: DESKRIPSI TEATER TRADISI LANG LANG BUANA

Laut, Serasan, Bunguran Barat. Selain itu, kelompok-kelompok teater tradisi ini

hampir ada di setiap kecamatan. Namun sekarang ini, secara perlahan-lahan

kelompok-kelompok teater tradisi ini juga terkena imbas dari perkembangan zaman.

II.2 Sejarah dan Eksistensi Lang Lang Buana

II.2.i Sejarah Lang Lang Buana

30