desiminasi revisi fix ok

72
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah lansia di dunia tiap tahunnya selalu meningkat. Berdasarkan data UNESCAP tahun 2013, jumlah penduduk lansia di kawasan Asia mencapai sebanyak 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia. Populasi lansia di Asia Tenggara saat ini masih di bawah level rata-rata dunia, namun pada tahun 2040 akan jauh di atas rata-rata populasi lansia di dunia. Hal ini mengindikasikan suatu kondisi khusus terkait lansia di wilayah ini yang akan berdampak pada derajat kesehatan dari masing-masing lansia tersebut. Rata-rata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan hidup di Indonesia sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun, berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 (WHO, 2012). Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Depkes, 2012). Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia (Notoadmodjo, 2007). Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas dan mengakibatkan timbulnya berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila sebelum umur tersebut proses menua telah terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental dan social (Rahardjo, 1994 dikutip oleh Budhi Darmojo, 2000). Menurut dr.S.A 1

Upload: arif21492

Post on 24-Dec-2015

288 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

desminasi

TRANSCRIPT

Page 1: Desiminasi Revisi Fix Ok

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah lansia di dunia tiap tahunnya selalu meningkat. Berdasarkan data

UNESCAP tahun 2013, jumlah penduduk lansia di kawasan Asia mencapai

sebanyak 4,22 miliar jiwa atau 60% dari penduduk dunia. Populasi lansia di Asia

Tenggara saat ini masih di bawah level rata-rata dunia, namun pada tahun 2040

akan jauh di atas rata-rata populasi lansia di dunia. Hal ini mengindikasikan suatu

kondisi khusus terkait lansia di wilayah ini yang akan berdampak pada derajat

kesehatan dari masing-masing lansia tersebut. Rata-rata usia harapan hidup di

negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun, sedangkan usia harapan

hidup di Indonesia sendiri termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun, berdasarkan

Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 (WHO, 2012). Indonesia adalah

termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging

structured population). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2011

adalah sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan

pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan

hidup 71,1 tahun (Depkes, 2012).

Meningkatnya jumlah penduduk lansia akan menimbulkan masalah terutama

dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia (Notoadmodjo, 2007). Lanjut usia

adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas dan mengakibatkan

timbulnya berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila sebelum umur

tersebut proses menua telah terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental

dan social (Rahardjo, 1994 dikutip oleh Budhi Darmojo, 2000). Menurut dr.S.A

Nuhonni M. Jatim, Sp.RM, proses menua adalah penjumlahan semua perubahan

yang terjadi dengan berlalunya waktu. Perubahan ini menjadi penyebab atau

berkaitan erat dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit, karena

berkurangnya kemampuan tubuh dalam proses-proses penyesuaian diri dalam

maupun luar tubuh. Masalah yang umumnya terjadi pada lansia antara lain

gangguan penyesuaian, kehilangan, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, Jumlah

lansia diIndonesia mencapai 18,96 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 14% di

antaranya berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang merupakan

daerah paling tinggi jmlah lansianya. Disusul Provinsi Jawa Tengah (11,16%),

Jawa Timur (11,14%), dan Bali (11,02%).

Dengan meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi

berupa besarnya biaya kesehatan karena sifat penyakitnya adalah penyakit

degeneratif, kronis dengan multiple patologi. Keadaan ini akan mempengaruhi

pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri.

1

Page 2: Desiminasi Revisi Fix Ok

Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah kesehatan

pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawaatan pada lansia baik

dalam keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok.

Fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.

Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU )

Pasuruan merupakan salah satu sasaran pelayanan keperawatan yang

komprehensif pada lansia dari individu maupun kelompok. Berkaitan dengan

kondisi diatas kami mahasiswa Program Profesi Ners STIKes Insan Cendekia

Medika Jombang ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan pada lansia

secara langsung di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT

PSLU ) Pasuruan pada tanggal 10 November-28 November 2014. Kegiatan ini

bertujuan mendapatkan pengalaman secara langsung untuk menemukan

permasalahan yang terjadi pada lanjut usia serta memberikan asuhan

keperawatan baik secara bio-psiko-sosio-spiritual dan kultural.

1.2. Tujuan Kegiatan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kelompok lanjut

usia dalam kehidupan Panti secara profesional dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan secara komprehensif di UPT PSLU Pasuruan

pada tanggal 10 November- 28 November 2014.

1.2.2. Tujuan Khusus

Setelah selesai mengikuti praktek keperawatan gerontik mahasiswa

dapat:

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada kelompok lanjut usia di Unit

Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan.

2. Mengidentifikasi masalah kesehatan atau keperawatan yang timbul pada

kelompok lanjut usia yang ada di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial

Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan.

3. Membuat rencana strategis untuk memberikan solusi terhadap masalah

kesehatan atau keperawatan yang ada di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan

Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan, dengan mempertimbangkan

sumber daya, dana, sarana dan prasarana, serta kebijakan pemerintah pusat

dan daerah.

4. Melaksanakan rencana strategis untuk mengatasi masalah kesehatan atau

keperawatan pada kelompok lanjut usia yang ada di Unit Pelaksana Teknis

Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan.

5. Mengevaluasi hasil implementasi rencana strategis serta membuat

kesimpulan dan saran.

2

Page 3: Desiminasi Revisi Fix Ok

1.3. Manfaat Kegiatan

1.3.1.Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan kelompok

gerontik yang tinggal di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia

( UPT PSLU ) Pasuruan.

1.3.2.Bagi Lansia

1. Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif.

2. Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya.

3. Lansia mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.

4. Lansia akan meingkat kwalitas hidupnya.

1.3.3.Bagi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU)

Pasuruan.

1. Dapat menerapkan pelayanan yang komprehensif (Bio-Psiko-Sosio-

Spiritual)

2. Mendapatkan masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif

pemecahannya

1.3.4.Bagi Institusi Pendidikan.

Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada

lansia di lingkungan Panti, sekaligus sebagai sarana evaluasi terhadap proses

pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan praktik profesi keperawatan.

3

Page 4: Desiminasi Revisi Fix Ok

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Panti

2.1.1 Pengertian

Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah Unit

Pelaksana Tehnis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan tugas

pelayanan, dan bimbingan sosial bagi lanjut usia terlantar, berdasarkan pada

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor : 119 tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur

2.1.2 Landasan Hukum

a. Pancasila dan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34.

b. UU No. 11 Th 2009 Tentang kesejahteraan sosial.

c. UU No.13 Tahun 1998 Tentang kesejahteraan Lanjut Usia.

d. UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Jo No.32 Th 2004

e. UU No. 25 Tahun 1999 Tentang, Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah

Junto PP No. 25 Th. 2000.

f. PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara

pemerintahan, pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kab/Kota

g. PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

h. Permendagri No. 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan

Organisasi Perangkat Daerah

i. Perda Prov Jatim No. 5 tahun 2008 tentang Pembentukan Perda

j. Perda Prov Jatim No. 7 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Daerah

Provinsi Jawa Timur.

k. Pergub Prov Jatim No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jatim

2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

UPT Pelayanan sosial Lanjut Usia mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Dinas dalam pelayanan sosial lanjut usia terlantar

Untuk melaksanakan tugas UPT mempunyai fungsi :

a. Pelaksana program kerja UPT

b. Pembinaandan pengendalian pengelolaan ketatausahaan, penyelenggaraan

kegiatan pelayanan sosial bimbingan dan pembinaan lanjut

c. Penyelenggaraan praktek pekerjaan sosial dalam bimbingan sosial lanjut

usia

d. Pemberian bimbingan umum kepada klien di lingkungan UPT

4

Page 5: Desiminasi Revisi Fix Ok

e. Penyelenggaraan kerjasama dengan instansi / lembaga lain perorangan

dalam rangka pengembangan progran UPT

f. Pengembangan metodologi pelayanan kesejahteraan sosial dalam

pelayanan sosial lanjut usia

g. Penyelenggaraan penyebarluasan informasi tentang pelayanan tentang

pelayanan kesejahteraan sosial

h. Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial

i. Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan

j. Pelaksanaan pelayanan masyarakat

k. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

2.2 Pelayanan Lansia Dalam UPT PSLU

2.2.1 Prinsip Pelayanan

a) Menghormati harkat & martabat klien

b) Menjaga kerahasiaan

c) Tidak memberikan stigma

d) Tidak mengucilkan

e) Menghindari sikap sensitive

f) Pemenuhan kebutuhan secara tepat

g) Pelayanan secara komprehensif.

h) Menghindari sikap belas kasihan

i) Pelayanan yang cepat dan tepat

j) Pelayanan yang bermutu

k) Pelayanan yang efisien dan efektif

l) Pelayanan yang akuntabel

2.2.2 Persyaratan masuk panti

a) Laki / perempuan usia 60 tahun keatas

b) Potensial dan tidak potensial.

c) Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan

d) Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan

dengan surat keterangan sehat dari Dokter.

e) Direkomendasi dari kantor sosial / Pemda setempat.

f) Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas panti.

2.2.3 Jenis Pelayanan Sosial Lanjut Usia

a. Pengasramaan

Proses kegiatan penempatan klien ke masing-masing wismayang disesusikan

dengan kondisi dan kapasitas yang ada

5

Page 6: Desiminasi Revisi Fix Ok

b. Makanan

Pemberian makan klien yang sesuai dengan menu dan standart gizi yang

direkomendasi oleh ahli gizi/dokter Puskesmas setempat.

c. Pakaian

Pakaian diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan

d. Kesehatan / obat-obatan.

Pelayanan kesehatan bagi klien diberikan sewaktu-waktu pada saat klien

membutuhkan perawatan. Pemeriksaan seluruh klien dilakukan setiap hari

jum’at bekerja sama dengan PUSKESMAS ( POSYANDU LANSIA )

e. Pemberian higine dan obat-obatan, sesuai kebutuhan

f. Melakukan rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit, apabila klien

memerlukan perawatan lanjutan / rawat inap (opname)

2.2.4 Proses Pelayanan

1) Tahap Pendekatan Awal

a) Sosialisasi

Kegiatan ini merupakan penyampaian informasi tentang program

pelayanan sosial dalam panti kepada pihak-pihak yang terlibat agar

terdapat kesamaan persepsi dan tindakan dalam pelayanan sosial lanjut usia

b) Identifikasi dan seleksi

Proses menemukenali, menginfentarisasi memilih dan menetapkan calon

klien

c) Penerimaan dan Regristrasi

penerimaan calon klien dari pihak keluargaatau pihak-pihak lain kepada

pihak panti

2) Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)

Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan permasalahan klien,

serta situasi dan kondisi obyektif dari keluarga dan lingkungan sosialnya

untuk dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pelayanan yang akan

diberikan kepada lanjut usia

3) Tahap Perencanaa Program Pelayanan

Merupakan proses penelaahan dan penyusunan rencana program pelayanan

yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien

4) Tahap Pelaksanaan Pelayanan

a. Pememenuhan kebutuhan pisik

Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakaian, tempat

tinggal

6

Page 7: Desiminasi Revisi Fix Ok

b. Bimbingan sosial.

Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan kepada lanjut usia

agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positip dan menjalankan

peranan sosialnya dalam panti dan dalam lingkungan sosial masyarakat

c. Bimbingan fisik dan kesehatan.

Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan

kondisi fisik dan kesehatan lanjut usia, sehingga dapat melaksanakan peran

sosialnya

d. Bimbingan Psikososial.

Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial

psikologis seperti adanya perasaan rasa aman, nyaman, tenteram dan damai

e. Bimbingan Mental Spiritual dan kerohanian.

Merupakan upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan meningkatkan

kondisi mental-spiritual dan kerohanian klien.

f. Bimbingan Ketrampilan.

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan

bakat, minat dan potensi klien untuk menisi waktu luangnya sehingga

merasa betah dan nyaman tinggal dalam panti.

g. Bimbingan Rekreasi dan Hiburan.

Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kreatifitas untuk

meningkatkan semangat hidup klien agar bahagia dalam menjalankan

kehidupannya.

2.2.5 Tahap Pasca Pelayanan

a) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauhmana keberhasilan atau

kegagalan program pelayanan yang telah diberikan sebagai salah satu bentuk

pertanggungjawaban pihak panti kepada klien, keluarganya atau pemerintah

b) Terminasidan Rujukan

Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien meninggal

dunia atau kembali ke keluarga atau karena sesuatu hal harus

dilakukan.Rujukan adalah proses menghubungkan klen dengan pelayanan

lain yang dibutuhkan sesuai masalah dan kebutuhannya.

c) Pembinaan Lanjut

Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke keluarga,

dan/atau ketika klien sudah dimakamkan karena klien tidak memiliki

keluarga

7

Page 8: Desiminasi Revisi Fix Ok

2.2.6 Ketenagaan

Kebutuhan tenaga di panti sebaiknya berimbang antara tenaga

pelaksanaan pelayanan dengan penerima pelayanan. Tenaga pelaksana yang

memenuhi persyaratan pendidikan sesuai dengan bidang tenaga, secara umum

ketenagaan dibagi dalam dua bidang yaitu tenaga administrasi dan tenaga

teknis.

2.2.7 Peralatan pelayanan

Peralatan yang diperlukan oleh lanjut usia meliputi :

1. Peralatan penginapan

2. Peralatan makan

3. Peralatan ketrampilan

4. Peralatan pembinaan mental spiritual

5. Peralatan olah raga

6. Peralatan terapi

7. Peralatan hiburan

8. Peralatan pelayanan kesehatan

8

Page 9: Desiminasi Revisi Fix Ok

2.3 Teori TentangAging Proses

2.3.1 Pengertian

Lanjut Usia Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan

dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan

UU No 13  tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses penuaan dipandang sebagai

sebuah proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun penuaan

adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu seseorang meninggal hanya

karena usia tua.  Sebab individu memiliki perbedaan yang unik terhadap

genetik, sosial, psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin

dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda pada setiap

orang.  Dalam sepanjang kehidupannya, seseorang mengalami pengalaman

traumatik baik fisik maupun emosional yang  bisa melemahkan kemampuan

seseorang untuk memperbaiki atau mempertahankan dirinya.  Akhirnya

periode akhir dari hidup yang disebut senescence terjadi saat organisme

biologik tidak dapat menyeimbangkan lagi mekanisme “Pengrusakan dan

Perbaikan”.

2.3.2 Teori tentang Proses menua

a. Teori Biologik Menurut Mary Ann Christ et al. (1993)

Penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan

perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang

berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat

interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan

perubahan degeneratif. Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi

menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik.  Intrinsik berarti perubahan yang

berkaitan dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri,

sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang  terjadi

diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.

Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase yang

berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA, serta enzym

proteolytik yang dapat menemukan sel yang mengalami degradasi protein

sangat penting. Sedangkan pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan

adalah radikal bebas,  fungsi kekebalan seluler dan humoral, oksidasi stress,

cross link serta mekanisme “dipakai dan aus” sangat menentukan dalam

proses penuaan yang terjadi . Adanya  faktor pengaruh intrinsik dan 

ekstrinsik tadi pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel

, sel otak dan saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh lainnya.

1) Teori Genetik dan Mutasi

Genetic Clock Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang

diprogram  oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi. Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi

9

Page 10: Desiminasi Revisi Fix Ok

akibat  adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar

dalam jangka  waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya

maka, akan menyebabkan  berhentinya proses mitosis. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan

Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara

kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies

Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu

diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses

menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi

somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia

dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi yang

progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

2) Teori ERROR Salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel

somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono,

1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya

berbagai macam kesalahan  sepanjang kehidupan manusia. Akibat

kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat

mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

3) Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory Kelebihan usaha dan stres

menyebabkan sel-sel tubuh lelah

4) Autoimune Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu

zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan  terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati. Proses menua

dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat

mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali

dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan

terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan

mengakibatkan  sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami

perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya

Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan

makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia

(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak

lain sistem  imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami

penurunan pada proses menua,  daya serangnya terhadap antigen menjadi

menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan

menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994).

5) Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan  lingkungan

internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah  dipakai.

10

Page 11: Desiminasi Revisi Fix Ok

6) Teori Radikal Bebas Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan

oksidasi-oksidasi bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein .

radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. Penuaan dapat

terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh

manusia. Radikal bebas dapat  berupa : superoksida (O2), Radikal

Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat

merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA,

protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari

Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin

banyak terbentuk  radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi

, kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

7) Teori Kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan

kecepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel  jaringan.

b. Teori Sosial

1. Teori Aktifitas.

Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam

kegiatan sosial.

2. Teori Pembebasan.

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan

interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun

kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :

a) Kehilangan peran

b) Hambatan kontrol sosial

c) Berkurangnya komitmen

3. Teori Kesinambungan.

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan

lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat

merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok

dari teori kesinambungan adalah :

a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam

proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa

lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan

b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

4. Teori Interaksi Sosial (Social  Exchange Theory).

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Mauss  

(1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi

sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar

11

Page 12: Desiminasi Revisi Fix Ok

lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus

menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status

sosialnya untuk melakukan tukar menukar.Pokok-pokok Social Exchanger

Theory sebagai berikut :

a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai

tujuannya masing-masing.

b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya

dan waktu.

c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor akan

mengeluarkan biaya.

d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya

kerugian.

e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

5. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory).

Cumming  dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang

diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang

lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Selain

hal tersebut, dari pihak masyarakat juga mempersiapkan  kondisi agar para

lansia menarik diri. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia

menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.Pokok –

pokokdisenggagement theory adalah :

a) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada masa  pensiun.

Pada wanita terjadi pada masa peran dalam keluarga berkurang misalnya

saat anak menginjak dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan

menikah.

b) Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini, karena lansia dapat

merasakan bahwa tekanan sosial berkurang sedangkan kaum muda

memperoleh kerja yang lebih luas.

c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :

1) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup

2) Proses tak dapat dihindari

3) Hal ini diterima lansia dan masyarakat.

6. Teori Aktivitas (Activity theory)

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang

mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lansia

merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan

aktivitas tersebut selama mungkin.Pokok-pokok teori aktivitas adalah :

a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan

sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

12

Page 13: Desiminasi Revisi Fix Ok

7. Teori Perkembangan (Development Theory)

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh

lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian perlu dipahami

teori Freud, Buhler, Jung dan Erikson. Sigmund Freud meneliti tentang

psikoanalisa dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930)

membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu menemukan integritas

diri melawan keputusasaan (ego integrity versus despair).. Havighurst dan

Duvall menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (development tasks)

selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia yaitu ;

a) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis

b) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan

c) Menemukan makna kehidupan

d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

e) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga

f) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia

g)  Menerima dirinya sebagai calon lansia Joan Birchenall  RN, Med dan

Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya mempelajari

psikologi perkembangan guna mengerti perubahan emosi dan sosial

seseorang selama fase kehidupannya.

Pokok-pokok dalam development theory adalah :

a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.

b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial

yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.

c) Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam

keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,

ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.

8. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory) Wiley (1971)

menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis yang

menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran,

kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari

model stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.

Pokok-pokok dari teori ini adalah :

a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat

b) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok

c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara penduduk.

c. Teori Psikologi

1. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow Menurut teori ini,

setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang

memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954). Kebutuhan ini

memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia

13

Page 14: Desiminasi Revisi Fix Ok

sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya

sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan terbsebut tercapai. Semua

kebutuhan ini sering digambarkan seperti sebuah segitiga dimana

kebutuhan dasar terletak paling bawah/di dasar.

2. Teori Individual Jung Carl Jung (1960) menyusun sebuah teori

perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan  yaitu mulai dari

masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan

sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran

seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian

digambarkan/diorientasikan terhadap dunia luar (ekstroverted) atau ke arah

subyektif, pengalaman-pengalaman dari dalam diri  (introvert). 

Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan

merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

3. Teori Proses Kehidupan Manusia Charlotte Buhler (1968) menyusun

sebuah teori yang menggambarkan perkembangan manusia yang

didasarkan pada penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan

melalui wawancara. Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan

mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase proses

perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan

kunci perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain

orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi

kebutuhannya dengan beberapa cara. Pada tahun 1968 Buhler

mengembangkan awal pemikirannya yang secara jelas mengidentifikasi

lima fase yang terpisah dalam pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati

manusia. Pada masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang

spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga tidak jelas.

Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai hanya sekali dalam

kehidupan. Seseorang mulai mengkonsep tujuan-tujuan hidup yang spesifik

dan memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu. Saat berumur

25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit mengenai tujuan hidupnya dan

secara aktif diterapkan dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari

lansia (usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri cita-citanya

yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.

2.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

2.4.1 Perubahan fisik

a. Sel :

jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan

intra dan extra seluler

14

Page 15: Desiminasi Revisi Fix Ok

b. Persarafan :

cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu untuk

meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran, presbiakusis,

atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena

meningkatnya keratin

c. Sistem penglihatan :

spinkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon terhadap sinaps,

kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang

pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang

pandang.

d. Sistem Kardivaskuler :

katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa

darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas

pembuluh darah, tekanan darah meninggi.

e. Sistem respirasi :

otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya

aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu

meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.

f. Sistem gastrointestinal :

kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap menurun

krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai 80 %,

kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin.

g. Sistem genitourinaria :

ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal

terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi

melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria

sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.

Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva

terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan

menurun, sekresi berkurang  dan menjadi alkali.

h. Sistem endokrin :

pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun, sedangkan

fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun

sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin

menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.

i. Sistem integumen :

15

Page 16: Desiminasi Revisi Fix Ok

pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan lemak, kulit kepala

dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan

hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.

j. Sistem muskuloskeletal :

tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kiposis, tinggi

badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis, tendon

mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban 

bergerak. otot kam dan tremor.

2.4.2 Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d.Keturunan

e. Lingkungan Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari  yang lalu

b. kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk Intelegentia

Question :

a.Tidak berubah dengan informasi  matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi

perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari

faktor waktu.

2.4.3 Perubahan Psikososial

a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan

b. Merasakan atau sadar akan kematian

c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak

lebih sempit.

\

16

Page 17: Desiminasi Revisi Fix Ok

LANSIA

2.5 Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

2.5.1 Fisik / Biologis

a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat.

b. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /

penglihatan.

c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam

merawat diri.

d. Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian penurunan

fungsi tubuh tidak adekuat.

17

Perubahan biologis/fisik Perubahan sosialPerubahan kejiwaan

Perubahan masukan nutrisi

Perubahan aktifitas

Penurunan fungsi sendi,otot,pendengaran,penglihatan

Demensia

Penurunan daya ingat tingkat pendidikan rendah

Fungsi intelektual

Fungsi sosial menurun kehilangan hub famili

Sumber keuangan menurun

Dimensia penurunan cara hidup (masuk PSTW)

Perasaan sedih

Mudah marah/tersinggung

Merasa kurang diperhatikan

Takut (ansietaas)

Perasaan tak tenang

G3 istirahat/tidur

Perubahan psikososial

Membahayakan diri sendiri

Menarik dari sosial

Page 18: Desiminasi Revisi Fix Ok

e. Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola makan yang tidak

efektif, peristaltik lemah.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.

g. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas / adanya

skrit pada jalan napas.

h. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropis serabut

otot.

2.5.2 Psikologis-sosial

a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu.

b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.

c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.

d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.

e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan

menghilangkan perasaan secara tepat.

f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

2.5.3 Spiritual

a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan.

b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap dengan

kematian.

c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami.

d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidak mampuan ibadah secara

tepat.

18

Page 19: Desiminasi Revisi Fix Ok

BAB III

PENGKAJIAN

3.1 Pengkajian kelompok usia lanjut UPT PSLU Pasuruan

Langkah pertama dalam kegiatan pelaksanaan praktek keperawatan

gerontik di UPT PSLU Pasuruan adalah menganalisa situasi. Hasil analisa situasi

dapat menggambarkan situasi umum tempat praktek yang selanjutnya dapat

dijadikan pedoman dalam merencanakan tindakan berikutnya: data yang

diperoleh dalam pelaksanaan analisa situasi adalah indentitas panti, latar

belakang pendirian panti, misi, visi dan motto panti, tujuan panti, struktur panti,

kapasitas panti, sarana dan prasarana panti, kegiatan dalam panti, hubungan

lintas sektoral dan lintas sektor, distribusi pendanaan, data kesehatan yang

disajikan dalam bentuk analisa SWOT.

3.2 Identitas Panti

Nama Panti : UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN

SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN

Alamat : Jl Dr. Soetomo, Pandaan, Pasuruan

Pengelola : Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur

3.3 Latar Belakang Berdirinya Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pauruan.

a. Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan ini didirikan

pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan nama SASANA TRESNA WERDHA

( STW ) "SEJAHTERA" PANDAAN yang pada awalnya melayani 30

orang,

b. Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Sosial

Bapak Saparjo dengan dasar KEP.MENSOS RI NO. 32/HUK / KEP/VI/82 di

bawah pengendalian Kanwil Depsos Propinsi Jawa Timur dengan kapasitas

tampung 110 orang dan menempati areal seluas 13.968 M ²

c. Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat / Panti /

Sasana dilingkungan Departemen Sosial dengan SK. Mensos RI

No.14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha “

Sejahtera " Pandaan.

d. Dalam perkembangan waktu dan perkembangan kebutuhan akan pelayanan

lanjut usia terjadi perubahan dengan Melalui SK.Mensos RI. No.8/HUK/1998

ditetapkan menjadi Panti percontohan Tingkat Propinsi dengan kapasitas 110

orang.

e. Pada tahun 1988 ketika Departemen Sosial RI Dihapus, panti ini sempat di

kelola melalui Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat. Dan pada tahun

2000 pada saat pelaksanaan otonomi daerah diberlakukan maka semua

19

Page 20: Desiminasi Revisi Fix Ok

perangkat pusat termasuk aset-asetnya diserahkan pada Pemerintah Provinsi

Jawa Timur, melalui Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2000. tentang Dinas

Sosial Propinsi Jawa Timur bahwa Panti Sosial Tresna Werdha “

Sejahtera “ Pandaan, merupakan Unit Pelaksana Tehnis Dinas

Sosial Propinsi Jawa Timur.

f. Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia melalui

Perda No.14 Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12 Tahun

2000 tentang Dinas Sosial, bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan

berubah nama menjadi : Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan-

Bangkalan, yang jangkauan pelayanannya bertambah untuk wilayah Madura

dengan penambahan Unit Pelayanan Sosial lanjut Usia di Bangkalan

g. Berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur,

Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan- Bangkalan berubah menjadi : Unit

Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruandengan

jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Pasuruan dan Kab./Kota sekitarnya

ditambah Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Lamongan dengan jangkauan

pelayanan wilayah Kabupaten Lamongan dan Kabupaten sekitarnya

3.4 Visi, Misi, dan Motto Panti

1) Visi :

Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Misi :

a. Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia

dalam upaya memenuhi kebutuhan rohani, jasmani dan sosial sehingga

dapat menikmati hari tua yang diliputi kebahagiaan dan ketentraman

lahir batin.

b. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia potensial, sehingga dapat

mandiri dan dapat menjalankan fungsi sosial secara wajar.

c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia terlantar.

3) Motto

Lansia Kreatif dan Energic

3.5 Maksud dan Tujuan

1) Maksud.

Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih sayang terhadap para

Lanjut Usia terlantar ( potensial dan tidak potensial ) dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

20

Page 21: Desiminasi Revisi Fix Ok

2) Tujuan.

a. Terpenuhinya kebutuhan rohani meliputi:

Ibadah sesuai dengan Agama masing-masing, kebutuhan kasih

sayang, peningkatan semangat hidup dan rasa percaya diri.

b. Terpenuhinya kebutuhan jasmani meliputi :

Kebutuhan pokok secara layak ( Sandang, pangan dan papan ),

pemeliharaan kesehatan, pemenuhan kebutuhan rekreatif untuk mengisi

waktu luang

c.Terpenuhinya kebutuhan sosial, terutama bimbingan sosial antar penghuni

panti, pembina maupun dengan masyarakat.

3.6 Denah

21

Page 22: Desiminasi Revisi Fix Ok

3.7 Struktur Kepengurusan Panti

22

KEPALA UPT

Drs. JABISTON LIMBONG, M.M.

NIP. 19580221 198503 1 011Kasub. Bag. Tata Usaha

Drs. SUGIYONO, M.Si.NIP. 19650315 199303 1 001

Staf Tata Usaha

MARYANI, S.Sos.NIP. 19650703 198910 2 002

DYA IRIANTI, S.Sos. NIP. 19690124 198901 2 001

PROBO NOEGROHONIP. 19630813 198910 1 001

KHUSNAN MULYADINIP. 19600417 200604 1 016

DANNY CAHYADI ISDIANTORONIP. 19750424 201001 1 002

DIDIK HARIYANTONIP. 19701231 200801 1 033

ISMAWANNIP. 19791106 200901 1 002

TAUFAN ALMUSTAKIMNIP. 19700202 200901 1 003

SITI ALFIAHNIP. 19831020 200901 2 009

MOHAMAD TOLIBNIP. 19670805 201001 1 003

SAKURNIP. 19690831 200801 1 006

Staf Binjut.

DARMANTO, A.K.S.NIP. 19630517 198901 1 001

SOLIKIN, S.S.T.NIP. 19670807 199010 1 001

SUSIAMI, S.Sos.NIP. 19630812 198603 2 015

SUPRIANTO NAZULUL, S.H.NIP. 19660111 198010 1 002

VISITerwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

MISI1. Melaksanakan tugas

pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia dalam upaya memenuhi kebutuhan rohani, jasmani dan sosial sehingga dapat menikmati hari tua yang diliputi kebahagiaan dan ketentraman lahir batin.

2. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia potensial, sehingga dapat mandiri dan dapat menjalankan fungsi sosial secara wajar.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia terlantar.

Staf Pelayanan Sosial

LISTIYO, A.K.S.NIP. 19641017 198910 1 002

DEWI SENJAYATINIP. 19650926 200701 2 009

SARTININIP. 19820930 200901 2 002

INDAH SETIYO WIJAYANTINIP. 19790512 201403 2 001

Pekerja Sosial

M. UMAR SAID, S.H.NIP. 19600711 198303 1 023

NINUK FIRONIKANIP. 19610613 198503 2 009

RINI ASTUTI SETYOWATINIP. 19680921 199303 2 005

KASIE. BINJUT.

SUKRISNO, S.Sos.NIP. 19630323 198303 1 014

KASIE. PELAYANAN SOSIAL

Rr. DEWI ROZAINA, S.H.NIP. 19580710 197812 2 001

Page 23: Desiminasi Revisi Fix Ok

3.8 Manajemen Unit

3.8.1. MAN

Ketenagaan :

Jumlah tenaga yang ada di panti ada 28 pegawai dengan perincian sebagai

berikut :

PNS: 20 orang

PTT: 8 orang

Selain 20 pegawai tetap, pihak UPT PSLU Pasu... juga merekrut 8 orang PTT

dengan perincian sebagai berikut :

Keamanan 2 orang

Perawat : 4 orang

Petugas dapur : 2 orang

Kapasitas Panti berjumlah 107 jiwa dengan jumlah lansia penghuni panti yang

berusia 60 tahun ke atas :103 jiwa

Jumlah hunian yang berada di wisma berdasarkan jenis kelamin

Nama Wisma

Jumlah Hunian

Laki-laki Perempuan

Wisma Teratai 0 8

Wisma Anggrek 8 1

Wisma Kemuning 9 1

Wisma Mawar 0 7

Wisma Cendana 0 10

Wisma Dahlia 7 0

Wisma Perawatan Khusus 1 25

Wisma Seruni 10 0

Wisma Kenanga 0 8

Wisma Melati 1 7

Total

Total hunian 103

Berdasarkan hasil pendataan pada 12 November 2014

3.8.2 METHOD :

A. Pripsip Pelayanan

1. Menghormati harkat & martabat klien

2. Menjaga kerahasiaan

3. Tidak memberikan stigma

4. Tidak mengucilkan

5. Menghindari sikap sensitive

6. Pemenuhan kebutuhan secara tepat

23

Page 24: Desiminasi Revisi Fix Ok

7. Pelayanan secara komprehensif.

8. Menghindari sikap belas kasihan

9. Pelayanan yang cepat dan tepat

10. Pelayanan yang bermutu

11. Pelayanan yang efisien dan efektif

12. Pelayanan yang akuntabel

B. Persyaratan Masuk Panti

a. Laki / perempuan usia 60 tahun keatas

b. Potensial dan tidak potensial.

c. Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan

d. Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan

dengan surat keterangan sehat dari Dokter.

e. Direkomendasi dari kantor sosial / Pemda setempat.

f. Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas PEKSOS.

g. Yang tidak memiliki biaya atau penghasilan.

C. Jenis Pelayanan Lanjut Usia

1. Pengasramaan

Proses kegiatan penempatan klien ke masing-masing wisma yang disesusikan

dengan kondisi dan kapasitas yang ada

2. Permakanan

Pemberian makan klien yang sesuai dengan menu dan standart gizi yang

direkomendasi oleh ahli gizi/dokter Puskesmas setempat.

3. Pakaian

Pakaian diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan

4. Kesehatan / obat-obatan.

Pelayanan kesehatan bagi klien diberikan sewaktu-waktu pada saat klien

membutuhkan perawatan. Pemeriksaan seluruh klien dilakukan setiap hari

jum’at bekerja sama dengan PUSKESMAS ( POSYANDU LANSIA )

5. Pemberian higine dan obat-obatan, sesuai kebutuhan

6. Melakukan rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit, apabila klien

memerlukan perawatan lanjutan / rawat inap ( opname ).

D. Proses Pelayanan

1. Tahap Pendekatan Awal.

a. Sosialisasi

Kegiatan ini merupakan penyampaian informasi tentang program

pelayanan sosial dalam panti kepada pihak-pihak yang terlibat agar

24

Page 25: Desiminasi Revisi Fix Ok

terdapat kesamaan persepsi dan tindakan dalam pelayanan sosial lanjut

usia

b. Identifikasi dan seleksi

Proses menemukenali, menginfentarisasi memilih dan menetapkan

calon klien.

c. Penerimaan dan Regristrasi

Penerimaan calon klien dari pihak keluarga atau pihak-pihak lain

kepada pihak panti

2. Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)

Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan

permasalahan klien, serta situasi dan kondisi obyektif dari keluarga dan

lingkungan sosialnya untuk dijadikan dasar dalam penyusunan rencana

pelayanan yang akan diberikan kepada lanjut usia.

3. Tahap Perencanaan Program Pelayanan

Merupakan proses penelaahan dan penyusunan rencana program

pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien

4. Tahap Pelaksaan Pelayanan

a) Pememenuhan kebutuhan pisik

Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakaian,

tempat tinggal

b) Bimbingan sosial.

Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan kepada

lanjut usia agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positip dan

menjalankan peranan sosialnya dalam panti dan dalam lingkungan

sosial masyarakat

c) Bimbingan fisik dan kesehatan.

Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau

meningkatkan kondisi fisik dan kesehatan lanjut usia, sehingga dapat

melaksanakan peran sosialnya

d) Bimbingan Psikososial.

Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial

psikologis seperti adanya perasaan rasa aman, nyaman, tenteram dan

damai

e) Bimbingan Mental Spiritual dan kerohanian.

Merupakan upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan

meningkatkan kondisi mental-spiritual dan kerohanian klien.

f) Bimbingan Ketrampilan.

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

mengembangkan bakat, minat dan potensi klien untuk menisi waktu

luangnya sehingga merasa betah dan nyaman tinggal dalam panti

25

Page 26: Desiminasi Revisi Fix Ok

g) Bimbingan Rekreasi dan Hiburan.

Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan

kreatifitas untuk meningkatkan semangat hidup klien agar bahagia

dalam menjalankan kehidupannya.

5. Tahap pasca pelayanan

a) Evaluasi.

Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauhmana

keberhasilan atau kegagalan program pelayanan yang telah diberikan

sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pihak panti kepada

klien, keluarganya atau pemerintah.

b) Terminasi dan Rujukan.

Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien

meninggal dunia atau kembali ke keluarga atau karena sesuatu hal

harus dilakukan.

Rujukan adalah proses menghubungkan klen dengan pelayanan

lain yang dibutuhkan sesuai masalah dan kebutuhannya.

c) Pembinaan Lanjut

Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke

keluarga, dan/atau ketika klien sudah dimakamkan karena klien tidak

memiliki keluarga

E. Pemberdayaan

1. Keterampilan : lansia di UPT PSLU Pandaan diarahkan untuk membuat

keterampilan yang mempunyai nilai ekonomis sebagai upaya untuk

pemberdayaan lansia.

2. Pertanian : lansia di UPT PSLU Pandaan pernah diberikan pengarahan

untuk menanam pohon dan merawat pekarangan disekitar UPT PSLU

Pandaan.

3. Peternakan : lansia di UPT PSLU Pandaan diarahkan untuk memelihara

kambing dan ikan serta merawat dari peliharaan tersebut.

F. Maping lokasi

1. Total care (perawatan khusus) diperuntukkan bagi lansia yang tidak bisa

memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Adapun ruangannya yaitu di

wisma flamboyan, cempaka dan anggrek.

2. Partial care (perawatan sebagian) diperuntukkan bagi lansia yang bisa

memenuhi kebutuhan dasar namun dengan bantuan orang lain. Adapun

ruangannya yaitu di wisma anggrek

26

Page 27: Desiminasi Revisi Fix Ok

3. Self care (perawatan mandiri) diperuntukkan bagi lansia yang mampu

memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Adapun ruangannya yaitu di

wisma teratai, melati, dahlia, mawar, cendana, kenanga

3.8.3. MATERIAL

1) Kondisi geografis panti

UPT PSLU Pasuruan yang terletak di Jl. Dr. Sutomo Pandaan, Kec.

Pandaan, Kab. Pasuruan merupakan lokasi yang sangat strategis, karena

mudah untuk dicapai seluruh lapisan masyarakat Luas tanah 13.968 m2,

kondisi cuaca kabupaten Pasuruan yang sejuk sepanjang tahun, merupakan

faktor yang sangat mendukung bagi lansia untuk mempertahankan

kenyamanan lansia mudahnya sumber-sumber pendukung bagi

kelangsungan panti, seperti sumber air,sumber listrik, akses terhadap pasar

dan transportasi yang memadai akan sangat mendukung dalam operasional

panti. Namun demikian lokasi yang cenderung pada daerah menurun

menjadikan tempat ini riskan dengan resiko injuri. Akan tetapi modifikasi

tempat disiasati dengan pemasangan pagar pegangan yang sekaligus

pengaman menurunkan resiko meskipun tetap ada resiko tersebut. Oleh

karena itu diperlukan pengawasan yang terus menurus.

2) Dukungan pemerintah

Dukungan pemerintah terhadap keberadaan UPT PSLU Pasuruan ini

sangat besar, hal ini terlihat dari Perda Pemprov jawa Timur yang

menjadikan panti ini sebagai suatu lembaga sosial yang berada langsung

dibawah pemerintah propinsi dengan pertimbangan untuk mempermudah

pengembangan terutama yang berhubungan dengan pendanaan dan

pengembangan sumber daya manusia.

3)Sarana dan prasarana

Secara umum sarana dan prasarana di UPT PSLU Pasuruan sudah

cukup lengkap namun ada beberapa hal yang masih perlu menjadi

perhatian khusus yaitu :

Model tempat tidur yang digunakan

Model tempat tidur yang digunakan oleh klien lansia kurang

ergonomis, yaitu semua tempat tidur tidak ada pengaman samping

(Side Rail) sehingga kurang memberi keamanan pada klien terutama

resiko jatuh dengan tinggi tempat tidur relative tinggi (50 cm) belum

cukup memadai untuk meminimalkan resiko cedera akibat dari jatuh

dari tempat tidur.

Bangunan perumahan

27

Page 28: Desiminasi Revisi Fix Ok

Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding

tembok, lantai keramik, atap genting, ventilasi dan pencahayaan

cukup, yang terdiri dari :

a. Wisma klien : 11 buah, luas 858m 2

b. Kantor : 2 buah, luas 94,5 m2

c. Aula : 1 buah, luas141,75 m2

d. Musholla : 1 buah, luas 157,5 m2

e. Ruang keterampilan : 1 buah, luas 81 m2

f. Ruang poliklinik : 1 buah, luas 26,25 m2

g. Gudang di setiap wisma : 1 buah

h. Pos Penjagaan : 1 buah, 9 m2

i. Ruang perawatan khusus : 2 buah, luas 70 m2

j. Rumah dinas Kepala : 1 buah, luas 63 m2

k. Garasi : 1 buah,luas 15 m2

l. Dapur : 1 buah

m.Taman dan jalan

n. Tanah makam

o. Kolam ikan

p. Gazebo

q. Asrama mahasiswa

r. Koperasi

s. Kebun

(Sumber data sekunder UPT PSLU Pasuruan 2014).

a. Sarana Air bersih

Sumber air bersih dari PDAM

b. Jamban Wisma

Jamban keluarga sejumlah 20 buah, hampir keseluruhan

jamban masih baik, sebagian jamban menggunakan kloset jongkok dan

sebagian lagi menggunakan kloset duduk.

c. Sarana Pembuangan air limbah

Pengelolaan pembuangan air limbah menggunakan SPAL

tertutup dengan septictank menjadi satu dengan jamban.

Untuk wisma : saluran air dialirkan langsung ke resapan

Asrama : disalurkan kekolam

Dapur : disalurkan ke got

d. Sarana Ibadah

Sarana ibadah berupa 1 buah musholla.

e. Model tempat tidur

28

Page 29: Desiminasi Revisi Fix Ok

Tempat tidur masih ada yang tinggi, lebih dari 30 cm tanpa

pengaman.

f. Lampu penerangan

Lampu penerangan cukup.

g. Lantai rumah

Kondisi lantai baik, kebersihan perlu dijaga untuk mencegah

resiko cedera.

h. Kamar mandi dan WC

Kondisi cukup bersih, belum terdapat pegangan tangan (kecuali

wisma flamboyan, wisma anggrek dan wisma cempaka terdapat pegangan

tangan) untuk menghindari lansia jatuh (cedera).

i. Ruang ketrampilan

Terletak didepan ruang pertemuan, luas ruangan tidak mampu

menampung seluruh lansia.

j. Tempat Olah Raga

Olah raga dilaksanakan di halaman panti setiap hari selasa –

kamis pelaksanaan senam dimulai pukul 07.30 WIB.

k. Ruang perawatan khusus

Sudah adanya ruangan khusus bagi perawat yang full obsereasi

pada ruang perawatan khusus. Namun belum maksimal dalam

penggunaannya

l. Ruang makan

Ruang makan bersama belum ada, lansia makan di wisma

masing-masing.

m. Transportasi

Mobil : 2 buah

Sepeda motor : 1 buah

n. Asrama

Terletak di sebelah barat musholla, yang terdiri dari 16 ruangan

dengan luas 72 m2 yaitu 8 ruangan di lantai 2 dan 8 ruangan dilantai

bawah.

o. koperasi

Ruangan ini terletak di sebelah tangga, bagian lantai bawah

sebelah kamar asrama. dengan terdapat kursi yang terletak didepan

koperasi. koperasi ini menjual berbagai barang dagangan misalnya :

softdrink, sabun, mie instan, snack, kopi, gula, dan lain – lain.

3.8.4. MONEY

Distribusi pendanaan

29

Page 30: Desiminasi Revisi Fix Ok

a. Donatur

Donator diperoleh dari lembaga swasta terdiri dari :

a) Organisasi masyarakat

b) Kelompok pengajian

c) Perorangan

d) Perusahaan

e) Institusi pendidikan (sekolah TK)

Macam donatur :

a) Uang

Donatur berupa uang, dikumpulkan dan penggunaan ditujukan

untuk memenuhi kebutuhan klien yang kurang dan penambahan sarana

prasarana panti.

b. Dinas sosial

a) Biaya dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur ( APBD )yang diberikan

setiap bulan.

b) Biaya dari pemerintah digunakan untuk DIPA (Daftar Isian Proyek

Anggaran) yang dibentuk oleh panti termasuk gaji PTT.

c) Pembimbing wisma (Pegawai UPTPS) gaji disesuaikan dengan tingkat

golongan masing-masing pegawai.

3.8.5. MARKET

Dalam mengenalkan UPT PSLU kepada masyarakat, pihak panti

menggunakan media social seperti membuat blog, memalui facebook. Selain

itu, upaya pelayanan di panti yang baik mampu meningkatkan pemasaran

panti di masyarakat. Dimulai dari masyarakat lingkungan panti yang

menginformasikan kepada sanak keluarga dan masyarakat diluar panti

lainnya. Selain itu, alur penerimaan klien juga terstruktur. Dimulai dari

identifikasi klien sampai dengan tahap terminasi .

Adanya kerjasama UPT PSLU Pasuruan dengan, akan meningkatkan

jumlah klien dengan proses yang lebih cepat karena telah diproses

sebelumnya oleh pihak UPT lain. Adanya lansia dengan keterampilan tertentu

30

Page 31: Desiminasi Revisi Fix Ok

3.9 Pengkajian wisma binaan

1) Wisma Anggrek

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma anggrek

mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam

makan,kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi),

sebanyak 7 orang, sedangkan 2 orang termasuk dalam indeks katz B

(kemandiriaan dalam semua aktifitas hidup sehari-hari kecuali 1 dari

fungsi tersebut).

Secara keseluruhan,lansia di wisma anggrek dapat menjaga

kebersihan dirinya masing-masing,akan tetapi masih harus di ingatkan.

Sosialisasi antar lansia di wisma anggrek sudah cukup baik,walaupun

kadang-kadang masih ada konflik antar lansia. Tiaplansia saling

membantu satu sama lain dalam satu wisma, 3 dari 9 mampu

membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar sesama lansia di

wisma anggrek menggunakan bahasa jawa.

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma anggrek

adalah sebagai berikut:

No Keluhan ∑ Klien Persentase1 Nyeri 1 1/9 = 11,11%2 Gangguan

penglihatan1 1/9 = 11,11%

3 Diabetes Melitus 1 1/9 = 11,11%4 Hipertensi 1 1/9 = 11,11%5 Pegal linu 2 2/9 = 22,22%6 Tidak Ada Keluhan 3 3/9 = 33,35%

Jumlah 9 100% Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa tanggal 11 November2014

No Sholat di Musholah

Sholat di Wisma

Tidak Sholat

Alasan Tidak Sholat

1 0 3(33,33%)

6(66,67%)

- tidak ada kemauan untuk sholat- 2 nasrani

∑ 9 (100%)

2) Wisma Mawar

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma mawar

mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan,

kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 7

orang.

Secara keseluruhan,lansia di wisma mawar dapat menjaga

kebersihan dirinya masing-masing.Sosialisasi antar lansia di wisma mawar

sudah cukup baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar

lansia. Tiap lansia saling membantu satu sama lain dalam satu wisma

mereka mampu membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar

sesama lansia di wisma mawar menggunakan bahasa jawa.

31

Page 32: Desiminasi Revisi Fix Ok

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma mawar

adalah sebagai berikut:

No Keluhan ∑ Klien Persentase1 Gangguan penglihatan 2 2/7 = 28,57 %2 Asma 1 1/7 = 14,28 %3 Hipertensi 2 2/7 = 28,57 %4 Tidak Ada Keluhan 2 2/7 = 28,58%

Jumlah 7 100% Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa tanggal 11 November 2014

Kegiatan Spiritual lansia di Wisma mawar adalah sebagai berikut:

No Sholat di Musholah

Sholat di Wisma

Tidak Sholat

Alasan Tidak Sholat

1 2 (28,57%)

4(57,14%)

1(14,29%)

- Gangguan Jiwa

∑ 7 (100%)

3) Wisma Cendana

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma cendana

mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan,

kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 10

orang.

Secara keseluruhan, lansia di wisma Cendana dapat menjaga

kebersihan dirinya masing-masing. Sosialisasi antar lansia di wisma

cendana sudah cukup baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik

antar lansia. Tiap lansia saling membantu satu sama lain dalam satu

wisma mereka mampu membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi

antar sesama lansia di wisma Cendana menggunakan bahasa jawa.

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma

Cendana adalah sebagai berikut:

No Keluhan ∑ Klien Persentase1 Batuk 1 1/10 = 10%2 Sesak napas 2 2/10= 20%3 Pegal linu 2 2/10 = 20%4 Tidak Ada Keluhan 5 5/10 = 50%

Jumlah 10 100%Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa 11 November 2014

Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Cendana adalah sebagai berikut:

No Sholat di Musholah

Sholat di Wisma

Tidak Sholat

Alasan Tidak Sholat

1 5 (50%) 5 (50%) - 1 nasrani- 4 Keterbatasan fisik

∑ 10 (100%)

4) Wisma teratai

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma teratai

mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan,

32

Page 33: Desiminasi Revisi Fix Ok

kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 8

orang.

Secara keseluruhan,lansia di wisma teratai dapat menjaga

kebersihan dirinya masing-masing. Sosialisasi antar lansia di wisma teratai

sudah cukup baik, walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar

lansia. Tiaplansia saling membantu satu sama lain dalam satu srikandi

mereka mampu membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar

sesama lansia di wisma teratai menggunakan bahasa jawa.

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma teratai

adalah sebagai berikut:

No Keluhan ∑ Klien Persentase1 Hipertensi 2 2/8 = 25%2 Pegal linu 3 3/8 = 37,5%3 Tidak Ada Keluhan 3 3/8 = 37,5%

Jumlah 8 100%Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa 11 November 2014

Kegiatan Spiritual lansia di Wisma teratai adalah sebagai berikut:

No Sholat di Musholah

Sholat di Wisma

Tidak Sholat

Alasan Tidak Sholat

1 7 (87,5%) 0(0%) 1 (12,5%) - nasrani ∑ 8 (100%)

5) Wisma Kemuning

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma kemuning

mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan,

kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 9

orang, dan 1 yang termasuk dalam indeks katz B (kemandiriaan dalam

semua aktifitas hidup sehari-hari kecuali 1 dari fungsi tersebut).

Secara keseluruhan,lansia di wisma Kemuning dapat menjaga

kebersihan dirinya masing-masing,akan tetapi masih harus di

ingatkan.Sosialisasi antar lansia di wisma Kemuning sudah cukup

baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar lansia. Tiap lansia

saling membantu satu sama lain dalam satu wisma mereka mampu

membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar sesama lansia di

wisma Kemuning menggunakan bahasa jawa.

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma

Kemuning adalah sebagai berikut:

No Keluhan ∑ Klien Persentase1 Hipertensi 5 5/10 = 50%2 Sesak napas 1 1/10 = 10%3 Gatal-gatal 2 2/10 = 20%

33

Page 34: Desiminasi Revisi Fix Ok

4 Linu-linu 1 1/10 = 10%5 Gangguan jiwa 1 1/10 = 10%

Jumlah 10 100%Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa 11 November 2014

Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Kemuning adalah sebagai berikut:

No Sholat di Musholah

Sholat di Wisma

Tidak Sholat

Alasan Tidak Sholat

1 0 1 (10%) 9(90%)

- 7 Tidak Mau Sholat- 1 gangguan jiwa- nasrani

∑ 10 (100%)

6) Wisma Dahlia

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma Dahlia

mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan,

kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 7

orang.

Secara keseluruhan,lansia di wisma Dahlia dapat menjaga

kebersihan dirinya masing-masing,akan tetapi masih harus di ingatkan.

Sosialisasi antar lansia di wisma Dahlia sudah cukup baik, walaupun

kadang-kadang masih ada konflik antar lansia. Tiap lansia saling

membantu satu sama lain dalam satu wisma mereka mampu

membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar sesama lansia di

wisma Dahlia menggunakan bahasa jawa.

No Keluhan ∑ Klien Persentase1 Hipertensi 4 1/7 = 14,28%2 Gangguan Jiwa 1 1/7 = 14,28%3 Tidak Ada Keluhan 2 5/7 = 71,43%

Jumlah 7 100%Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari selasa 11 November 2014

Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Dahlia adalah sebagai berikut:

No Sholat di Musholah

Sholat di Wisma

Tidak Sholat

Alasan Tidak Sholat

1 1 (14,28%)

0 6(85,71%)

- Tidak Mau Sholat- Gangguan jiwa

∑ 7 (100%)

7) Wisma Perawatan Khusus

Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di perawatan khusus

mayoritas termasuk dalam indeks katz F (kemandirian dalam aktifitas

sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu

fungsi tambahan) sebanyak 7 orang, 13 orang termasuk dalam indeks katz

E (kemandirian dalam aktifitas sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,

kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan) dan 9 yang termasuk dalam

indeks katz A (kemandiriaan dalam semua aktifitas hidup sehari-hari).

34

Page 35: Desiminasi Revisi Fix Ok

Secara keseluruhan,lansia di perawatan khusus tidak dapat

menjaga kebersihan dirinya masing-masing secara mandiri ,akan tetapi di

bantu oleh petugas dalam melakukan ADL. 2 lansia yang melakukan

shalat. Komunikasi antar lansia di perawatan khusus kurang berjalan

dengan baik.

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma

Perawatan Khusus adalah sebagai berikut:

No Keluhan ∑ Klien Persentase1 Hipertensi 4 4/29 = 13,80 %2 Gatal-gatal 2 2/29 = 6,90 %3 Rematik 3 3/29 = 10,34 %4 Nyeri tulang/ linu-linu 6 6/29 = 20,69 %5 Tidak ada keluhan 14 14/29 = 48,27 %

Jumlah 29 100 %Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari selasa 11 November 2014

Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Perawatan Khusus adalah sebagai

berikut:

No Sholat di Musholah

Sholat di Wisma

Tidak Sholat

Alasan Tidak Sholat

1 0 (0%) 2 (6,90%) 24 (93,10%) - 26 keterbatasan fisik∑ 29 (100%)

3.10. Analisa Data

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari hasil pengkajian yang telah

dilakukan maka disusun analisa, yaitu sebagai berikut :

No. Bidang Data Subyektif Data Obyektif Masalah1 BIOLOGIS Sebagian lansia mengeluh

pusing-pusing 36,7% Sebanyak 79 lansia

mempunyai keluhan Ketidakefektifan pemeliharaan

35

Page 36: Desiminasi Revisi Fix Ok

Sebagian lansia mengeluhkan linu-linu sebanyak 16 orang (20,25%)

Dari 8 wisma terdapat wisma yang kurang bersih perawatannya yaitu PK dan Anggrek

penyakit dengan uraian sebagai berikut :Hipertensi 29 (36,7 %) lansia, rheumatik Atritis 16 (20,25 %) lansia.

Kondisi panti yang berada di daerah pegunungan

Lansia yang aktif mengikuti senam sebanyak 32 dari 77 lansia yang mandiri

kesehatan pada lansia

Kurangnya kemauan lansia dalam mengikuti kegiatan

2 PSIKOLOGIS Sebagian lansia mengatakan mengikuti kegiatan ketrampilan

Sebagian lansia mengatakan mengikuti karawitan sejumlah

Sebagian lansia mengatakan mengikuti paduan suara

Terdapat program pelatihan ketrampilan penghuni panti yang dilakukan setiap hari selasa

Terdapat kegiatan karawitan penghuni panti yang dilakukan 2x seminggu

Terdapat kegiatan paduan suara bagi penghuni panti yang dilakukan.......

Peningkatan koping individu (Lansia)

3 SOSIAL Semua klien dari 8 wisma mengatakan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa jawa.

Diadakannya kegiatan kerjabakti ke makam pahlawan untuk memperingati hari pahlawan

Sosialisasi antar lansia di setiap wisma sudah cukup baik

Tiap lansia saling membantu satu sama lain dalam satu wisma.

Potensial peningkatan interaksi social komunitas (lansia)

4 SPIRITUAL Sebagian besar lansia mengatakan jarang melakukan sholat dan mengaji sebanyak 47 lansia.

Sebanyak 12 lansia nasrani

Alasan lansia tidak sholat:- Tidak bisa sholat- Keterbatasan fisik/

stroke/ badan kaku/ Linu-linu

- Tidak mau sholat/ malas

Dari 91 lansia yang beragama islam hanya 44 lansia yang menjalankan ibadah : di masjis 18 (17,47 %) lansia, di wisma 26 (25,24 %) lansia.

Hambatan Religiositas

36

Page 37: Desiminasi Revisi Fix Ok

37

Page 38: Desiminasi Revisi Fix Ok

RENCANA

KEGIATAN (POA)

38

NO MASALAH RENCANA KEGIATAN

PENANGGUNGJAWAB

WAKTU KEGIATAN TEMPAT DANA SUMBER

1 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia

Kurangnya kemauan lansia untuk mengikuti kegiatan panti (senam)

1. Penyuluhan PHBS

Pokja kesehatan Senin, 24-11-201408.20-09.15 WIB

Aula Swadana Mahasiswa

2. TAK motorik Selasa,25-11-2014 08.00 s/d selesai

Makam pahlawan

Swadana Mahasiswa

3. TAK sosialisasi Selasa, 25-11-201415.00 s/d selesai

Ruang ketrampilan

Swadana Mahasiswa

4. Lomba lansia sehat

Rabu dan kamis26 – 27 – 11- 201408.00 s/d selesai

Wisma masing-masing

Swadana Mahasiswa

5. Pengumuman pemenang lomba lansia sehat

Jum’at, 28 – 11 – 201408.00 s/d selesai

Aula Swadana Mahasiswa

2 Hambatan religiositas 1. Istighosah Pokja spiritual Rabu, 19–11–201418.15 s/d selesai (Ba’da magrib)

Mushola - Mahasiswa, rohaniawan, dan seluruh warga panti

2. Yasinan Kamis, 20 – 11 – 2014(Ba’da magrib)

Mushola Mahasiswa dan lansia

3. Khataman Al-Qur’an

Setiap hari Mushola Mahasiswa

3 Kurangnya kemauan lansia dalam mengikuti kegiatan

1. Lomba makan krupuk

Pokja olah raga dan rekreasi

Jum’at, 21 – 11 – 201415.00 s/d selesai

Aula Swadana Mahasiswa

2. Lomba menyanyi

Sabtu, 22 – 11 – 201415.00 s/d selesai

Aula Swadana Mahasiswa

3. Lomba berjoget

Sabtu, 22 – 11 – 201415.00 s/d selesai

Aula Swadana Mahasiswa

4. Jalan sehat Jum’at, 27 – 11 – 201408.00 s/d

Jalan sekitar panti

Swadana Mahasiswa

Page 39: Desiminasi Revisi Fix Ok

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

NO MASALAH KEP.GRN

SASARAN TUJUAN STRATEGI RENC. KEGIATAN

HARI/ TANGGAL

TEMPATEVALUASI

KRITERIA STANDAR1 Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan pada lansia

Semua anggota panti

Terjadi peningkatkan status kesehatan kepada para lansia penghuni UPT PSLU Pasuruan

1. memberi surat pemberitahua dan menjemput di masing-masing wisma

1. Penyuluhan PHBS

2. TAK motorik

3. TAK Sosialisasi

4. Lomba lansia sehat

Senin, 24 Nov 2014

Selasa, 25 Nov 2014

Selasa, 25 Nov 2014

Rabu, Kamis 26 – 27 Nov

2014

Aula

Kerja bakti di TMP

Aula

Wisma

2 Kurangnya kemauan lansia dalam mengikuti kegiatan

Lansia Lansia lebih berperan aktif dalam mengikuti kegiatan

Pengumuman dengan getok tular

1. Lomba makan krupuk

2. Lomba nyanyi dan joget

Jumat, 21 Nov 2014

Sabtu, 22 Nov 2014

Aula

Aula

3 Peningkatan Lansia Meningkatk mendengarka 1. Memberikan Setiap hari Wisma

39

Page 40: Desiminasi Revisi Fix Ok

koping individu (Lansia)

an rasa percaya diri lansia

n cerita dari masing-masing lansia

reward dan feedback yang positif terhadap lansia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari

saat di wisma masing-masing binaan

4 Potensial peningkatan interaksi social komunitas (lansia)

Lansia Terjadi peningkatkan dalam hal kegiatan bersosialisasi

1. Kerja bakti membersihkan makam

2. Membantu lansia lain yang tidak mampu mengambil makanan sendiri di dapur

Selasa, 25 Nov 2014,

Setiap hari

Makam pahlawan

5 Hambatan Religiositas

Lansia Meningkatkan pemenuhan kebutuhan spiritual kepada para lansia

1. Melakukan kegiatan muadzin, imam,

2. Mengadakan istigosah

3. Mengadakan yasinan,

Setiap hari mulai hari Rabu, 19 Nov 2014

Setiap hari rabu, 19 Nov 2014

Setiap hari kamis, 20 Nov

Mushola

Mushola

Mushola

40

Page 41: Desiminasi Revisi Fix Ok

2014

41

Page 42: Desiminasi Revisi Fix Ok

BAB IV

ANALISA SWOT

ELEMEN STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATHMan Terdapat pengelola UPT PSLU pandaan sebanyak 28

orang dengan rincian 1. PNS : 20 orang 2. PTT : 8 orang dengan rincian :

- Keamanan 2 orang - Perawat : 4 orang - Petugas dapur : 2 orang

Petugas pendukung (kerja sama dengan pihak lain) yaitu Dokter

Adanya hubungan lintas program yaitu : 1. Departemen Agama dalam bimbingan mental agama 2. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam

bimbingan ketrampilan kesenian 3. Dinas Kesehatan (Puskesmas, RS) membantu bidang

kesehatan 4. Sekolah/Perguruan Tinggi/Akademi dalam rangka

pengembangan Ilmu Pengetahuan dan sebagai pusat informasi di masyarakat.

Adanya hubungan lintas sektoral : 1. Pemprov / Pemkab/Pemkota khususnya diwilayah

kerja UPT2. Kecamatan 3. Tokoh Masyarakat/LSM Terdapat lansia berjumlah 107 : Adanya 78 lansia yang potensial Sebagian besar 77 (74,75 %) lansia mandiri

Belum mencukupinya tenaga perawat yang bertanggung jawab di ruang perawatan khusus secara full yang memadai sesuai jumlah lansia

Belum adanya tenaga ahli gizi dan fisioterapi yang semestinya dibutuhkan oleh lansia

Kurang adanya interaksi sosial antar wisma bagi lansia yang memiliki keterbatasan gerak

Adanya 29 klien yang beresiko

Dari 91 klien yang potensial tidak lebih dari 18 klien yang muslim mengikuti kegiatan keagamaan dimusholla

Klien yang menjalankan ibadah di wisma masing masing sebanyak 26 klien.

Dari 78 klien yang potensial hanya 25 yang

Adanya kerja sama dengan lembaga diantaranya Stikes ICME jombang, PSIK UNAIR, Akademi keperawatan lawang dan intitusi kesehatan lain.

Dijadikan lahan praktek bagi institusi yang memerlukan praktek tentang lansia

Dijadikan lahan penelitian bagi mahasiswa dari institusi kesehatan.

Bagi lansia non muslim diperkenankan untuk beribadah di gereja di luar panti.

Semakin meningkatnya jumlah lansia yang memiliki masalah kesehatan

Dari 103 lansia yang potensial mempunyai keluhan penyakit sejumlah 79 lansia (76,9%).

Banyaknya lansia yang menderita hipertensi sejumlah 29 lansia (28,15 %) yang mampu menurunkan kwalitas kesehatan lansia.

42

Page 43: Desiminasi Revisi Fix Ok

dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi

mengikuti senam Kurangnya motivasi

dan kemauan yang rendah dalam kegiatan senam.

Dari 103 lansia hampir setengahnya 41 (39,80 %) tingkat depresi lansia yaitu depresi ringan.

Kurangnya peran pembimbing wisma dalam memotivasi lansia untuk berperan aktif dalam perawatan diri.

Metode System kepengurusan panti sudah baik. Telah terdapat suatu pembagian struktur organisasi

System yang digunakan adalah model asuhan langsung yang dijalankan seluruh pegawai. Semua pegawai dipanti bias melakukan tindakan vokasi tanpa memerlukan pendidikan khusus

Pegawai yang bekerja di panti memiliki motivasi social yang tinggi

Jadwal untk pegawai (Perawat) adalah 1 shift Adanya pemeriksaan kesehatan lansia secara rutin setiap

hari rabu Setiap hari selalu ada kegiatan ibadah bersama di

mushola Kegiatan senam pagi dilakukan 3 kali seminggu hari

selasa, rabu dan kamis. Senam ini menjaga kebugaran lansia

Adanya jadwal pengaturan istirahat bagi lansia (siang dan malam)

Masing-masing lansia memiliki tempat tidur sendiri Adanya kegiatan tambahan seperti

Kurang support dari karyawan untuk melatih dan memotivasi lansia dalam melakukan latihan ROM mandiri

Kurangnya motivasi dari lansia untuk mengikuti kegiatan panti,seperti senam, dan kerjabakti

Menurunnya minat lansia dalam mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat, terdapat 63 (61,16 % ) lansia lebih memilih duduk – duduk untuk mengisi waktu luang.

Tidak diikutsertakannya wisma anggrek ke dalam wisma perawatan khusus.

Tidak lancarnya aliran air di beberapa wisma (Wisma perawatan khusus dan anggrek)

Panti dapat digunakan sebagai lahan praktek dan penelitian bagi mahasiswa dan institusi lain

Adanya kesempatan bekerja sama dengan instansi lainya dalam mengadakan bimbingan social spiritual dan kesehatan

Terbatasnya petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan kesehatan di UPT PSLU Pandaan, Pasuruan.

43

Page 44: Desiminasi Revisi Fix Ok

ketrampilan,karawitan, dan hiburan menyanyi Adanya kegiatan memelihara hewan ternak dan merawat

kebun

yang akan menghambat lansia yang mandiri untuk melakukan perawatan diri (mandi).

Material UPT PSTW Pandaan Jl. Dr. Sutomo Pandaan, Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan Luas tanah 13.968 m2

Suhu udara 350-360C Fasilitas yang tersedia

a. Wisma klien : 8 buahb. Wisma perawatan khusus : 3 buahc. Kantor : 1 buah, luas 94,5 m2

d. Ruang kepala dinas : 1 buah, luas 63 m2

e. Aula : 1 buah, luas141,75m2

f. Musholla : 1 buah, luas 157,5 m2

g. Ruang keterampilan : 1 buah, luas 81 m2

h. Ruang poliklinik : 1 buah, luas 26,25 m2

i. Gudang : 1 buah per wismaj. Pos Penjagaan : 1 buah, 9 m2

k. garasi : 1 buah,luas 15 m2

l. Dapur : 1 buahm. Lokal kerja : 1 buahn. mobil 2 buaho. Taman dan jalanp. Tanah makam q. Asrama mahasiswa

Adanya pegangan tangan sepanjang jalan

Semua tempat tidur belum memakai pengaman samping (side rail) sehingga klien beresiko jatuh

Belum memaksimalkan fungsi klinik sebagai tempat pemberian tindakan dasar / tindakan infasif sederhana

ketinggian antar anak tangga terlalu tinggi

belum adanya tombol darurat di wisma yang dihubungkan dengan ruangan perawat atau poliklinik.

Adanya anggaran untuk penggadaan alat material

adanya kerjasama dengan instansi pendidikan dalam pengembangan pembangun UPT

adanya potensial resiko terjadinya injury karena tidak adanya pengaman mobilisasi untuk lansia

banyaknya souvenir yang diberikan oleh mahasiswa praktek menyebabkan kerusakan dinding

Money APBD Pem Prov Jatim Biaya operasional berasal dari donator swasta dan

swadaya dari pihak panti dan mahasiswa dalam menggalang dana misalnya untuk memperbaiki

atau menambahkan sarana prasarana. Adanya bantuan dana pihak luar (Kunjungan

spontanitas) yang peduli pada kesejasteraan lansia

Sebanyak lansia tidak memiliki keluarga atau sebatang kara, sehingga jika terjasdi sesuatu yang memerlukan tindakan khusus yang membutuhkan persetujuan dari pihak ketiga (keluarga) mengalami kesulitan

UPT PSLU Pasuruan mempunyai otonomi khusus dalam menjalankan menejementnya

Beberapa lansia yang tinggal di UPT PSLU Pasuruuan memiliki kemampuan membuat keajinan tangan sehingga bisa menjadi

Adanya tuntutan dari lansia dalam peningkatan pelayanan

Terbatasnya dana kesehatan bagi lansia

44

Page 45: Desiminasi Revisi Fix Ok

Produk kerajinan yang diperjualbelikan dan hasil dibagi dengan para lansia yang terlibat.

UPT PSLU Pasuruan memiliki apotek hidup yang ditanam di depan wisma dan di kebun

Adanya lansia yan memiliki kemampuan membuat kerajinan tangan

Tidak adanya donator tetap selain dana dari APBD Pem Prov Jatim

Pengelolaan uang terutama untuk gizi lansia disesuaikan kondisi keuangan panti

Pemberdayaan tanaman obat untuk mengobati masalah kesehatan lansia yang belum optimal

Tidak ada dana khusus untuk transportasi bila ada lansia sakit

alternatif incame dan mampu melatih senam sehingga tidak memerlukan instruktur senam khusus

Adanya donator swasta

Market Adanya promosi PSLU melalui media sosial Alur penerimaan klien terstruktur Adanya batasan dalam penerimaan klien Adanya kerjasama dengan PSLU lain dibawah

naungan dinas sosial Adanya kegiatan ketrampilan lansia yang

membuahkan produk seperti : 1. Merajut2. Membuat jampel, keset3. Membuat kemuceng4. Membuat bros

Kurangnya pendistribusian hasil kerajinan lansia

Pertambahan usia menyebabkan produk yang dihasilkan kurang maksimal hasilnya

Mutu pelayanan yang baik mampu meningkatkan upaya pemasaran UPT PSLU Pasuruan

Digunakannya UPT PSLU Pasuruan mampu meningkatkan pengetahuan serta perawatan diri dan lingkungan untuk lansia

Produksi terbatas karena kurang tenaga Banyaknya produk lain yang serupa dengan harga yang kompetitif

45

Page 46: Desiminasi Revisi Fix Ok

46

Page 47: Desiminasi Revisi Fix Ok

BAB 5

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

IMPLEMENTASI (PELAKSANAAN KEGIATAN)

NO KEGIATAN EVALUASI HAMBATAN1 Penyuluhan PHBS a. Panitia datang tepat waktu

b. Alat dan tempat sesuai rencana

c. Penyuluhan dimulai sesuai rencana

d. Peserta hadir tepat waktue. Peserta hadir 51,94 %f. Peserta kooperatifg. Peserta antusias terhadap

materi yang disampaikanh. Peserta mampu merespon

materi dan mengajukan pertanyaan

i. Peserta mampu menyimpulkan materi yang disampaikan

a. Masih ada lansia yang meninggalkan tempat sebelum acara selesai

b. Masih ada beberapa lansia yang tidak memperhatikan penyampaian materi

2 TAK motorik3 TAK sosialisasi4 Lomba lansia sehat5 Istighosah a. Peserta hadir 30,7 % a. Lansia kurang antusias dalam mengikuti

47

Page 48: Desiminasi Revisi Fix Ok

b. Peserta kooperatifc. Panitia hanya 60 % yang

mengikutid. Peserta mengikuti istigosah

sampai selesai

acara istiqosahb. Tidak ada rohaniawan yang mampu

memotivasi lansia dalam mengikuti kegiatan keagamaan

6 Yasinan a. Peserta hadir 29,7 %b. Peserta kooperatifc. Panitia hanya 55 % yang

mengikutid. Peserta mengikuti yasinan

sampai selesai

a. Lansia kurang antusias dalam mengikuti acara yasinan

b. Tidak ada rohaniawan yang mampu memotivasi lansia dalam mengikuti kegiatan keagamaan

7 khataman al –quran a.8 Lomba makan krupuk a. Panitia datang tepat waktu

b. Alat dan tempat sesuai rencana

c. Lomba tidak dimulai tepat waktu

d. Peserta hadir tidak tepat waktu

e. Peserta hadir 51,94 %f. Peserta kooperatifg. Peserta kurang antusias

terhadap perlombaanh. Peserta mampu berinteraksi

dengan baik i. Peserta mengikuti lomba

sampai selesai

a.

9 Lomba menyanyi a. Panitia tidak datang tepat waktu

b. Alat dan tempat sesuai

48

Page 49: Desiminasi Revisi Fix Ok

rencanac. Lomba tidak dimulai tepat

waktud. Peserta hadir tidak tepat

waktue. Peserta hadir %f. Peserta kooperatifg. Peserta antusias terhadap

lombah. Peserta mampu berinteraksi

dengan baiki. Peserta mengikuti lomba

sampai selesai10 Lomba berjoget a. Panitia tidak datang tepat

waktub. Alat dan tempat sesuai

rencanac. Lomba tidak dimulai tepat

waktud. Peserta hadir tidak tepat

waktue. Peserta hadir %f. Peserta kooperatifg. Peserta antusias terhadap

lombah. Peserta mampu berinteraksi

dengan baiki. Peserta mengikuti lomba

sampai selesai11 Jalan sehat

49

Page 50: Desiminasi Revisi Fix Ok

50