dermatitis kontak kerja
DESCRIPTION
DKKTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis berasal dari kata derm/o- (kulit) dan –itis (radang/inflamasi),
sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit
mengalami inflamasi. Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut
diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis secara umum berdasarkan
sumber agen penyebab dermatitis : dermatitis eksogen dan endogen. Dermatitis
eksogen salah satunya adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak merupakan
inflamasi non-infeksi pada kulit yang disebabkan oleh senyawa yang kontak
dengan kulit tersebut. Ciri umum dermatitis kontak adalah adanya eritema
(kemerahan), edema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 5mm),
vesikel (tonjolan berisi cairan diameter kurang dari 5mm), crust. Secara umum,
dermatitis kontak dibagi menjadi dua, yakni dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi. Walaupun demikian, beberapa pustaka lain ada yang
memasukkan jenis dermatitis lainnya ke dalam kelompok dermatitis kontak,
seperti fototoksik dermatitis, fotoalergi dermatitis, sindrom urtikaria kontak dan
dermatitis kontak sistemik.
Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria.
Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK (penyakit akibat kerja),
terbanyak bersifat nonalergi atau iritan . Dikenal dua jenis dermatitis kontak, yaitu
dermatitis kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis
kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik. Keduanya
dapat bersifat akut maupun kronis. Bahan penyebab dermatitis kontak alergik
pada umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam alat-alat yang
dikenakan oleh penderita, yang berhubungan dengan pekerjaan/hobi, atau oleh
bahan yang berada di sekitarnya. Disamping bahan penyebab tersebut, ada faktor
penunjang yang mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu suhu
udara, kelembapan, gesekan, dan oklusi.
1
Dermatitis kontak sering dihubungkan dengan risiko dari suatu pekerjaan,
seperti : petugas kehutanan, nelayan, polisi lalu lintas, dan sebagainya. Dermatitis
kontak alergik pada lingkungan kerja terjadi lebih sedikit dari pada dermatitis
kontak iritan. Dermatitis kontak akibat kerja dapat diartikan dengan kelainan kulit
yang disebabkan oleh pekerjaan secara langsung atau penyakit kulit yang dapat
diperberat dan merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang dapat
mempengaruhi hasil produksi.
Berdasarkan data di Inggris menunjukkan bahwa dari 1,29 kasus per 1000
pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit
kulit akibat kerja, maka lebih dari 95% adalah dermatitis kontak, sedangkan yang
lain berupa penyakit kulit yang lain seperti akne, urtikaria kontak, dan tumor kulit.
Data mengenai insiden dan prevalensi penyakit kulit di Indonesia sulit didapat
akibat tidak terdiagnosisnya atau tidak terlaporkannya penyakit tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Dermatitis
Dermatitis berasal dari kata derm/o- (kulit) dan –itis
(radang/inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu
keadaan di mana kulit mengalami inflamasi. Dermatitis adalah peradangan
kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor
eksogen da atau faktor endoge, menimbulkan kelainan klinis berpa
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan terkadang disertai keluhan gatal.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya
bahan kimia seperti detergen, asam, basa, oli, semen. Bahan fisik seperti
sinar dan suhu; miroorganisme seperti bakteri dan jamur, dan dapat berupa
endogen misalnya dermatitis atopik.
Dermatitis kontak merupakan peradangan kulit yang disertai
dengan adanya spongiosis /edema interseluler pada epidermis karena kulit
berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan
dengan kulit. Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik.
Gambar.1 Gambaran Dermatitis
3
2. Klasifikasi Dermatitis
Hingga kini belum ada kesepakatan intenasional mengenai
tatanama dan klasifikasi dermatitis, tidak hanya karena penyebabnya yang
multifaktor, tetapi karena seseorang dapat menderita lebih dari satu jenis
dermatitis pada waktu yang bersamaan atau bergantian.
Berdasarkan etiologi dapat dibedakan sebagai dermatitis kontak,
radiodermatitis, dermatitis medikamentosa. Dermatitis kontak merupakan
dermatitis yang paling sering terjadi pada pekerja.
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulis. Dermatitis kontak dapat
dibagi menjadi 2 yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergi. Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit
nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului
proses sensitisasi. Sebaliknya dermatitis kontak alergik (DKA) terjadi
pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.
a. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari
berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI
diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan
pekerjaan (DKI akibat kerja)
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang
bersifat iritan misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam,
alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi ditentukan oleh
ukuran molekuk, daya laru, konsetrasi bahan tersebut dan vehikulum,
juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu
lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi
sehingga menyebabkan kulit lebih pemeabel, demikian pula gerakan
dan trauma fisis. Suhu dan kelembapan juga ikut berpengaruh.
4
b. Dermatitis kontak Alergi (DKA)
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih
sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat
peka (hipersensitif).
Tabel.1 Alergen yang sering menyebabkan terjadinya DKA
Sensitasi terjadi sesudah kontak dengan suatu zat (allergen)
tanpa terjadinya perubahan kulit yang jelas. Sensitivitas biasanya
timbul beberapa minggu sesudah pajanan pertama, dan kontak
berikutnya dengan allergen yang sama, walaupun jumlahnya sedikit,
akan menimbulkan dermatitis kontak. Sensitivitas dapat bertahan
selama beberapa bulan, beberapa tahun, bahkan seumur hidup.
Beberapa zat kimia dapat bersifat sebagai allergen (sensitizer) maupun
iritan. Beberapa faktor yang membantu terjadinya dermatitis kontak
alergik maupun iritan adalah penyakit kulit yang telah ada sebelumnya
(misalnya dermatitis atopic), suhu panas, kelembaban dan gesekan.
5
3. Dermatitis Akibat Lingkungan Kerja
a. Penyebab Dermatitis Akibat Lingkungan Kerja
Pada dermatitis akibat lingkungan kerja dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, Dermatitis akibat kerja biasanya dikelompokkan
menurut mekanisme yang menyebabkannya yaitu mekanik, fisik,
biologik dan kimiawi.
i. Faktor mekanik
Gesekan dan trauma Gesekan dan tekanan akibat
pemakaian terus menerus suatu alat sering menimbulkan
penebalan kulit, kalus, abrasi dan ulkus.
ii. Faktor fisik
Faktor lingkungan misalnya panas, lembab, dingin,
asap, tumbuh–tumbuhan, kayu, sinar matahari dan ultraviolet
dapat menyebabkan berbagai kelainan kulit. Reaksi fototoksik
dan foto alergik dapat juga terjadi akibat pajanan tertentu.
Suhu tinggi ditempat kerja dapat menyebabkan miliara,
dan combustion.
Suhu rendah ditempat kerja menyebabkan frostbite.
Kelembaban terlalu rendah dapat menyebabkan kulit
dan selaput lendir saluran perfasan menjadi kering dan
pecah-pecah sehingga dapat terjadi perdarahan pada
kulit dan selaput lendir.
Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet
dan infra merah.
Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah,
hal ini dapat menyebabkan timbulnya jamur.
Perneranganyang kurang baik di tempat kerja dapat
menyebabkan terganggunya indra penglihatan sehingga
cenderung terjadinya kecelakaan kerja.
6
Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan
kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk
gas.
Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan
kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk
gas, uap, asap, kabut menjadi lebih besar.
iii. Faktor biologik
Bakteri, ragi, jamur, virus, dan parasit dapat
menimbulkan penyakit kulit primer pada lingkungan pekerjaan.
Infeksi bacterial skunder dapat merupakan komplikasi suatu
erupsi eksematosa.
iv. Faktor kimiawi
Zat kimia merupakan penyebab tersering suatu
dermatosis akibat kerja, dan biasanya digolongkan menurut
pengaruhnya pada permukaan kulit sebagai iritan atau
sensitizer. Zat Iritan digolongkan sesuai dengan kerjanya pada
kulit yaitu
Zat yang merusak lapisan tanduk : alkali, sabun, pelarut
organic
Zat yang melarutkan lipid permukaan kulit : pelarut
anorganik dan organic, deterjen
Zat penghidrasi : asam anorganik, anhidrida, alkali
Zat pengoksidasi : pemutih, krom, garam arsen dan seng,
peroksida
Zat pengendap protein : krom, arsen, garam seng’
Zat penghidrolisa : senyawa kalsium
Zat pereduksi : asam oksalat, asam format
Photosensitizer : ter batubara, zat pewarna dan petroleum
7
Zat teratogenik : arsen, arang batubara, petroleum, radiasi
matahari, radiasi berion
Selain itu pada dermatitis dalam lingkunngan kerja dapat juga
terjadi sebagai reaksi alergi. Pada orang yang peka, suatu reaksi alergik
dapat terjadi setelah terpajan dengan zat kimia. Keadaan ini sangat khas
dan penyebabnya adalah reaksi hipersensitivitas. Gejala klinis reaksi ini
tidak terjadi pada pajanan pertama, tetapi timbul setelah melewati
periode sensititasi sekitar 2 minggu dan pajanan berikutnya
menyebabkan dermatitis kontak eksematosa. Alergen industry sangat
banyak jumlahnya dan bersifat khas untuk setiap industry. Allergen
yang paling sering ialah garam nikel, kromat alkali, etilendiamin,
senyawa air raksa, resin (epoksi, fenolformaldehid), dinitroklorobenzen,
parafenilendiamin.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis dalam
lingkungan kerja
i. Lama kontak
Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak
akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan
meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin
lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi
kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit.
Pengendalian risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan
lama kontak yang terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti upaya
pengendalian lama kontak dengan bahan kimia dengan
menggunakan terminologi yang bervariasi seperti Occupational
Exposure Limits (OELs) atau Threshold Limit Values (TLVs)
yang dapat diterapkan bagi pekerja yang melakukan kontak
dengan bahan kimia selama rata-rata 8 jam per hari.
8
ii. Frekuensi kontak
Frekuensi kontak yang berulang untuk bahan yang
mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya
dermatitis kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan
jumlah sedikit akan menyebabkan dermatitis yang berlebih baik
luasnya maupun beratnya tidak proporsional. Oleh karena itu
upaya menurunkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja
adalah dengan menurunkan frekuensi kontak dengan bahan kimia.
iii. Ras
Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan
industry karena kulitnya kaya akan melanin, sehingga jarang
menderita tumor kulit oleh radiasi ultraviolet, kurang peka
terhadap debu kimia, dan bahan pelarut alkali.
iv. Tipe Kulit
Kulit yang berminyak lebih tahan terhadap sabun, bahan,
dan zat-zat yang larut dalam air, sedangkan kulit yang kering
rentan terhadap asam, basa, deterjen, dan bahan pelarut lemak.
v. Pengeluaran Keringat
Keringat melindungi kulit dengan cara mengencerkan dan
menghanyutkan bahan-bahan iritan. Keringat dapat pula merubah
bahan-bahan yang laurt dalam air menjadi bentuk lain dan
mempermudah absorbs kulit melalui pori-pori kulit.
vi. Iklim/Musim
Dermatitis akibat kerjabanyak dijumpai pada waktu musim
panas karena pengeluaran keringat meningkat dan pekerja kurang
senang memakai alat pelindung diri.
9
vii. Personal Hygiene
Pekerja yang kurang bersih misalnya tidak membersihkan
diri setelah selesai bekerja menjadipenyebab terjadinya dermatitis
kontak.
viii. Pengetahuan
Kebanyakan pekerja tidak mengetahui prosedur kerja,
mereka bekerja dengan cara sendiri yang lebih mementingkan
kenyamanan tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja.
ix. Tindakan
Tindakan pekerja ketika melakukan pekerjaan, meskipun
pekerja sudah mengetahui prosedur kerja dan risiko pekerja
namun pekerja tidak bertindak seusai dengan pengetahuan yang
merak miliki.
c. Penegakan Diagnosis Dermatitis dalam Lingkungan Kerja
Diagnosis dermatitis akibat kerja didasarkan pada riwayat
penyakit, pemeriksaan jasmani, perjalanan erupsi dan pemeriksaan
laboratorik (uji tempel dan biopsy)
Riwayat penyakit :
Informasi yang tepat yang dapat membantu menegakkan diagnosis
adalah:
Jenis pekerjaan
Keadaan kulit sebelum erupsi timbul
Zat yang ditangani langsung atau yang terdapat di lingkungan
kerja
Pakaian pelindung, tindakan protektif dan bahan pembersih
yang digunakan
10
Permulaan dan perjalanan erupsi (perbaikan atau penyembuhan
lesi bila bebas dari pekerjaan untuk periode tertentu).
Pengobatan sebelumnya (sendiri atau tenaga professional)
Pemeriksaan jasmani
Penampilan klinis erupsi dan lokasinya dapat member keterangan
tentang kemungkinan penyebabnya. Seluruh permukaan tubuh
seharusnya diperiksa untuk mencari tempat – tempat erupsi.
Pemeriksaan Laboratorik :
Pada uji tempel, sejumlah kecil zat penyebab yang dicurigai dalam
konsentrasi tertentu, dioleskan atau ditempelkan pada permukaan kulit.
Reaksi uji tempel dinilai positif bila dalam 24 sampai 48 jam timbul
kemerahan, edema atau vesikel pada tempat yang ditempelkan. Untuk
mengerjakan dan menilai hasil uji tempel, dibutuhkan pengetahuan
yang khusus. Untuk menghindari terjadinya eksaserbasi erupsi,
sebaiknya hanya dokter yang berpengalaman dalam uji tempel yang
melakukannya. Biopsy dan pemeriksaan histopatologik dilakukan
untuk membatu mengidentifikasi beberapa dermatosis akibat kerja dan
bila telah dicurigai terjadinya suatu keganasan.
d. Bahan-bahan yang menyebabkan dermatitis dalam lingkungan
Kerja
Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida dikenal sebagai kaustik soda, kekuatan
basa sangat bergantung pada kemampuan abasa tersebut
melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa
tersebut. Natrium hidroksida bersifat sebagai basa kuat dalam
air, dan bersifat iritan yang dapat menimbulkan kerusakan dan
peradangan pada kulit. NaOH juga bersifat reaktif, karena bila
11
berekasi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang
mudah terbakar.
Kromium
Banyak sekali dermatitis akibat kerja yang disebabkan oleh
iritasi atau sensitasi senyawa kromium. Sensitasi terjadi
perlahan dan baru timbul setelah bertahun-tahun, pekerja
konstruksi dan industri lain yang terpajan dengan senyawa
yang mengandung krom misalnya cat warna kuning atau hijau,
bahan fotografi dan percetakan. Zat anti korosif dan uap las
patri. Kromat yang terdapat dalam semen merupakan penyebab
utama sensitasi pada tukang dan pekerja semen.
Nikel
Pajanan terhadap nikel dan garamnya merupakan penyuebab
paling sering dari dermatitis kontak alergik yang diindukasi
logam. Nikel banayak dipakai diu pabrik peralatan dari logam
dan sebagai bahan pengeras logam lain. Pajanan nikel dapat
merupakan hal yang berhubungan dengan pekerjaan ataupun
tidak. Sensitasi pada pria biasanya akibat pajanan pekerjaan,
namun dapat juga akibat kontak dengan jam tangan, penjepit
atau kacamata. Pada wanita, sumbernya adalah pengait logam
pada pakaian dan perhiasan. Individu yang telah tersensitasi
dapat menderita erupsi beberapa tahun kemudian bila terpajan
dengan nikel atau garamnya di lingkungan kerja. Pekerja yang
sering terkena ialah pekerja yang memakai alat yang dilapisi
nikel (penata rambut, tukang jahit, pekerja kantor, sering
memegang uang logam). Trauma, tekanan dan keringat yang
berlebihan dapat melepaskan nikel dari benda yang
mengandung nikel.
12
Tumbuhan dan Kayu
Tumbuhan, serbuk-sari, duri, kayu, sayur-mayur dan zat yang
berasal dari tumbuhan misalnya terpentin, berhubungan dengan
dermatitis kontak pada berbagai jenis pekerjaan. Tanaman dan
serbuk-sarinya : petani, tukang kebun, perangkai bunga,
pengunjung taman bunga, pembangun jalan, ahli kehutanan.
Kayu : tukang tebang, tukang kayu dan perabot, pekerja yang
memakai kayu dalam pekerjaannya. Sayur-mayur :tukang
masak, penjual sayur. Terpentin (balsam yang berasal dari
pinus): artis, tukang cat, tukang ukir, litografer, pekerja
kebersihan yang memakai terpentin sebagai pelarut.
Plastik
Bahan ini banyak digunakan dalam industri dan banyak pula
menyebankan dermatosis. Zat-zat plastik yang dapat
menyebabkan dermatosis kontak:
i. Resin epoksi : merupakan iritan dan sensitizer kuat
yang banyak dipakai dalam pembuatan alat listrik, lem
kantor dan rumah tangga, perekat
(karet,keramik,logam) dan cat.
ii. Plastik urea formaldehis : pelapis pengkilap kayu,
sebagai bahan adesif dalam industri tekstil
iii. Plastik akrilik : diapaki dalam cat, bahan gigi palsu,
kuku palsu, lensa kontak dan protesa ortopedik
e. Terapi pada dermatitis dalam lingkungan kerja
Pada dermatitis kontak iritan dilakukan dengan cara
menghilangkan inflamasi, mencegah pemaparan lebih lanjut, dan
edukasi pada pasien bagaimana cara untuk mencegah terjadinya
kekambuhan. Sedangkan pada dermatitis kontak alergi melindungi
area yang terpapar sleama fase akut ruam, mencegah gatal dan garukan
13
yang berlebihan yang dapat memicu membukanya luka yang dapat
menyababkan infeksi kulit sekunder serta mencegah penyebaran
dermatitis.
f. Pencegahan Dermatitis dalam Lingkungan Kerja
Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus
digunakan oleh pekerja disuatu tempat yang berbahaya. Alat Pelindung
diri standar untuk bahan kimia berbahaya adalah
Pelindung kepala (safety helmet)
Bertujuan melindungi kepala dari benda jatuh atau benturan.
Pelindung mata (safety glasses)
Pelindung ini dapa menahan sinar ultraviolet sampai persentase
tertentu.
Pelindung wajah (face shield)
Melindungi wajah dari sistuasi yang mungkin terjadi seperti
percikan bahan kimia, uap, serbuk,debu dank abut.
Pelindung tangan (safety gloves)
Untuk mengurangi dan mencegah kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh bahan kimia, beracun, listrik, suhu yang terlalu
dingin.
Pelindung kaki
Sepatu dapat melindungi kaki dari asam, basa, ketone, aldehid.
14
BAB III
KESIMPULAN
Kejadian dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan ataupun alergi
sangat berkaitan dengan suatu pekerjaan. Sehingga orang orang yang memiliki
aktivitas pekerjaan diluar memiliki resiko terkena dermatitis. Pada dermatitis
kontak iritan, iritan yang kuat seperti asam kuat atau basa kuat dapat
mengakibatkan dermatitis kontak iritan akut, sedangkan iritan lemah seperti
deterjen membutuhkan waktu yang lama untuk mengakibatkan dermatitis kontak
iritan kronik. Dermatitis kontak alergika lebih jarang terjadi pada pekerja.
Sehingga yang sebaiknya dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan
dengan cara memberikan edukasi kepada pekerja tersebut bagaimana cara
mencegah terjadinya dermatitis pada lingkungan kerja. Pencegahan dapat berupa
penggunaan pelindung kepala, pelindung mata, pelindung tangan, pelindung kaki.
Selain itu dapat diberikan edukasi mengenai bahaya-bahaya yang dapat terjadi
saat bekerja. Menjaga higienitas saat sesudah bekerja juga merupakan hal penting
dalam pencegahan terjadinya dermatitis pada pekerja.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Emmet, EA. Occupational Dermatoses. Dalam: Fitzpatrick TB, Eisen AZ; Wolff K, Freeberg IM, Austen KF eds Dermatology in General Medicine. Edisi 3. Mc Graw Hill, New York, 2000
2. Lestari, F dan Utomo H. Faktor Faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja. Dalam MAKARA kesehatan. Vol 11. 2007:2.
3. Sularsito, S dan Djuanda S. Dermatitis. Dalam ilmu Penyakit Kulit Kelamin, Djuanda A (ed). Edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007.
4. Situmeang S. Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol di PTX Medan. Universitas Sumatera Utara. 2008.
5. Sumantri, S. Dermatitis Kontak swamedikasi. 2007. Diunduh dari pharma-c.blogspot.com
16