derma wati
TRANSCRIPT
SUBSTITUSI HARA MINERAL ORGANIK
TERHADAP INORGANIK UNTUK PRODUKSI
TANAMAN PAKCHOY (Brassica rapa L.) SECARA
HIDROPONIK
D E R M A W A T I
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
SUBSTITUSI HARA MINERAL ORGANIK
TERHADAP INORGANIK UNTUK PRODUKSI
TANAMAN PAKCHOY (Brassica rapa L.) SECARA
HIDROPONIK
D E R M A W A T I
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
ABSTRAK DERMAWATI.Substitusi Hara Mineral Organik terhadap Inorganik untuk Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Secara Hidroponik. Dibimbing oleh MUHADIONO dan THERESIA PRAWITASARI. Pakchoy (Brassica rapa L.) adalah merupakan jenis sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Pakchoy dapat ditanam di tanah secara langsung atau dengan cara hidroponik. Dalam penelitian ini pakchoy ditanam secara hidroponik menggunakan 3 macam pupuk yaitu PK + ALTI, Superbionik dan AB Mix dengan masing-masing pupuk 2 macam konsentrasi yaitu 1.25 EC dan 2.50 EC serta 2 waktu penyiraman 5 dan 10 menit. Respons yang dihasilkan dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap 3 faktor dan Uji Wilayah Berganda Duncan.
Pemakaian pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, diameter batang, indeks luas daun, berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman, berat kering batang tanaman. Konsentrasi pupuk dan waktu siram juga berbeda nyata untuk tinggi tanaman.
PK + ALTI dengan perlakuan konsentrasi 1.25 pada waktu siram 5 dan 10 menit minggu ke-4 sudah layak dipanen dari segi tinggi tanaman dan jumlah daun sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga sekitar 20 % dibanding waktu panen normal pada minggu ke-5.
Nilai substitusi kandungan total unsur N Superbionik lebih tinggi terhadap AB Mix dimana pemakaian Superbionik lebih efektif dari AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata Superbionik hasilnya lebih besar dari AB Mix (substitusi 52 %). Sedangkan nilai substitusi tinggi tanaman PK + ALTI lebih tinggi terhadap AB Mix dimana pemakaian PK + ALTI lebih efektif dari AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata PK + ALTI menunjukkan nilai lebih besar dari AB Mix (substitusi 24%). Sementara Superbionik lebih efisien dari AB Mix karena untuk tinggi tanaman yang sama (20.00 cm) Superbionik memerlukan EC paling kecil, yaitu 1.26.
PK + ALTI lebih efisien dari segi harga karena lebih murah, ekonomis terbuat dari bahan yang terbuang, lebih sehat, mudah diperoleh dan secara ekologis bahan ini masih berguna dalam kehidupan. Sayuran organik menggunakan PK + ALTI lebih baik daripada memakai AB Mix dari segi kualitas serat kasar yang dikandungnya.
Judul Tesis : Substitusi Hara Mineral Organik terhadap
Inorganik untuk Produksi Tanaman Pakchoy
(Brassica rapa L.) secara Hidroponik
Nama : Dermawati
NRP : G 351020141
Program studi : Biologi
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Muhadiono , MSc Dr. Ir. Theresia Prawitasari, MS
Ketua Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Biologi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana
IPB
Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto,
MSc
Tanggal ujian : 26 Januari 2006 Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indarung pada tanggal 25 Desember 1966 sebagai
anak ke-4 dari delapan bersaudara dari pasangan Nazar dan Juriana. Pendidikan
sarjana ditempuh di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Padang Program
Studi Pendidikan Biologi, lulus tahun 1990. Kesempatan untuk meneruskan ke
program Magister Sains IPB dengan program studi Biologi diperoleh tahun 2002
dengan biaya sendiri.
Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Madrasah Negeri
Tanjungpinang dari tahun 1992-1995, kemudian pada Madrasah Aliyah Negeri
Cikarang dari tahun 1995 sampai sekarang serta sebagai dosen honorer di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dari tahun 2002 sampai sekarang.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini
dilaksanakan bulan April 2004 sampai bulan September 2004 dengan judul
Substitusi Hara Mineral Organik terhadap Inorganik untuk Produksi Tanaman
Pakchoy (Brassica rapa L.) secara Hidroponik.
Terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Muhadiono, MSc. dan
Dr. Ir. Theresia Prawitasari, MS selaku pembimbing serta Prof. Dr. Ir. Alex
Hartana sebagai Ketua Jurusan Biologi dan Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA
sebagai Ketua Sekolah Pascasarjana Program Study Biologi yang telah banyak
memberi saran dan dorongan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
suami tercinta Drs. Solihin serta anak-anakku Syahid Aghnia Shalih, Ihsan Fatiy
Shalih dan Azka Kamila Shalih dan keluarga semua atas dukungan dan kasih
sayangnya.
Insya Allah karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2006
Dermawati
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... .... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iv
PRAKATA ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
Hipotesis ................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Pakchoy (Brassica rapa L.) ........................................... 6
Hidroponik ....................................................................................... 9
Hara mineral ......................................................................................... 13
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ........................................................................... 17
Bahan dan Alat ............................................................................... 17
Metode Penelitian ........................................................................... 17
Model linear .................................................................................... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .......................................................................................... 26
Pembahasan ............................................................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................... 54
Saran .......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 55
LAMPIRAN................................................................................................... 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Tanaman pakchoy (Brassica rapa L.)..................................................... 8
2. Talang rumah untuk NFT ...................................................................... 12
3. Susunan 1 set alat percobaan ................................................................. 22
4. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai PK + ALTI (minggu ke-5)... .................................................................. 29
5. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai Superbionik (minggu ke-5).. .................................................................. 29 6. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai AB Mix (minggu ke-5............................................................................. 30 7. Rerata total unsur N tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen
dengan siram 10 menit ........................................................................... 44 8. Rerata tinggi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) pada minggu ke-4
dengan siram 10 menit .......................................................................... 48
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan dan Komposisi Gizi Pakchoy (Brassica rapa L.) setiap 100 Gram Bahan Segar ................................................................ 8
2 Perlakuan Percobaan .............................................................................. 21
3. Parameter yang diamati dan frekuensi pengamatan ................................ 24 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa L.) .............................................. 26 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Interaksi 3 Macam Faktor pada Parameter Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Pakchoy (Brassica rapa L.) .................................................................... 27 6 Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Hasil Panen ............ 30 7. Karakteristik Kandungan Gizi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram, menggunakan 4 tanaman sampel per perlakuan ............ 31
8. Karakteristik Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram ............................................... 33
9. Rekapitulasi Nilai Korelasi Pearson Antar Parameter pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa L.) ................................................................ 37
10. Substitusi harga total unsur N pada tinggi tanaman 20 cm ................... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1a. Kandungan unsur mineral tiga jenis pupuk dan air limbah ....................... 61
1b. Prosedur pembuatan PK + ALTI ............................................................... 62 2. Data suhu udara di Kebun Hidroponik Parung Farm dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ................................................. 63
3. Data suhu larutan dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ............. 64
4. Data pH larutan pupuk dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ... 65
5. Data Elektron Conductivity (EC) larutan pupuk dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ................................................. 66 6. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam ............................................................................................. 67 7. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata persentase Tinggi Tanaman dalam In Time... ..................... 67 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman dalam In Time ..............................................68 9. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Jumlah Daun dalam In Time.................................................68 10. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Jumlah Daun Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam ......................69 11 . Sidik Ragam Jumlah Daun dalam RAL In Time .........................................69 12. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Panjang Akar........................................................................70 13. Sidik Ragam Panjang Akar Setelah Panen ....................................................70 14. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Diameter Batang Tanaman Setelah Panen .........................70 15. Sidik Ragam Diameter Batang Setelah Panen ..............................................71
16. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen .......................71 17. Sidik Ragam Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen ............................71 18. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Tanaman Setelah Panen .................................72 19. Sidik Ragam Berat Basah Tanaman Setelah Panen ................................... 72 20. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen ...................... .72 21. Sidik Ragam Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen ........................... 73 22. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap
Rerata Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen .................................. 73 23. Sidik Ragam Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen ......................... 73 24. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap
Rerata Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen ................................ 74 25. Sidik Ragam Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen ..................... .74 26. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) terhadap Parameter Hasil Panen ..................................................................................................75 27. Kandungan Protein Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ............................................ 75 28. Kandungan Lemak Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ..............................................77 29. Kandungan Karbohidrat Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ...............................................76 30. Kandungan Klorofil Pada Daun Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar...............................................76 31. Kandungan Serat Kasar Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ................................................77 32. Kadar Air Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar .............................................77 33. Kandungan Abu Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ........................................... 77
34. Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ..............................................78 35. Nilai Substitusi antara Pupuk Organik 1(P1) dengan Pupuk Organik 2 (P2), Pupuk Organik 1(P1) dengan Pupuk Inorganik (P3), Pupuk Organik 2 (P2) dengan Pupuk Inorganik (P3) ..................................................................................79 36. Kebutuhan Pupuk dan Nilai Substitusi Antar Pupuk Organik 1 (P1) dengan
Pupuk organik 2 (P2), Pupuk organik 1 (P1) dengan Pupuk Inorganik (P3), Pupuk Organik 2 (P2) dengan Pupuk Inorganik (P3) .................................80
37. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1 ............81 38. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2 ............81 39. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3 ............81 40. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4 ............81 41. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor ya itu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5 ............82 42. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In time....................83 43. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1............ 82 44. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2 ............82 45. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3............ 83 46. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4 ............83 47. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5 ............83
48. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In Time...................83 49. Nilai Rerata Panjang Akar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................84 50. Nilai Rerata Diameter Batang dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................84 51. Nilai Rerata Indeks Luas Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................84 52. Nilai Rerata Berat Basah dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi
pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .............................................................84 53. Nilai Rerata Berat Akar Basah dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................85 54. Nilai Rerata Berat Akar Kering dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2...........................................85 55. Nilai Rerata Berat Batang Kering dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................85 56. Nilai Rerata Kandungan Protein dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2.......................................... 85 57. Nilai Rerata Kandungan Lemak dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 58. Nilai Rerata Kandungan Karbohidrat dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 59. Nilai Rerata Kandungan Klorofil A dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 60. Nilai Rerata Kandungan Klorofil B dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 61. Nilai Rerata Kandungan Serat Kasar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................87 62. Nilai Rerata Kandungan Kadar Air dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................87
63. Nilai Rerata Kandungan Abu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2......................................... 87 64. Nilai Rerata Total Unsur N dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................87 65. Nilai Rerata Total Unsur P dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88 66. Nilai Rerata Total Unsur K dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88 67. Nilai Rerata Total Unsur Ca dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88
68. Nilai Rerata Total Unsur Mg dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88 69. Nilai Rerata Total Unsur Fe dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ........................................ 89 70. Nilai Rerata Total Unsur Na dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ........................................ 89 71. Nilai Rerata Total Unsur Cu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ........................................ 89 72. Nilai Rerata Total Unsur Zn dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................89 73. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk P1 (Pupuk Organik 1) ......................................................................90 74. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk P2 (Pupuk Organik 2) ......................................................................90 75. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk P3 (Pupuk Inorganik) ......................................................................90 76. Gambar Kolam Netralisasi dari Limbah di IPAK Duri Kosambi- Cengkareng Rata-rata persentase Tinggi Tanaman Minggu ke-1, Interaksi Pupuk dan Konsentrasi Pupuk ......................................... 91 77. Rerata masing-masing parameter .................................................. 92
78. Korelasi Pearson antar parameter ............................................................... 93 79. Perbandingan kandungan gizi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) dengan perlakuan PK + ALTI, Superbionik, AB Mix dengan FAO ......... 94 80. Kosa kata .................................................................................................. 95
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakchoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakchoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih
sefamili dengan Chinese vegetable (Siemonsma & Piluek, 1994) . Saat ini
pakchoy dikembangkan secara luas di Philipina dan Malaysia, terbatas di
Indonesia dan Thailand. Pakchoy (Brassica rapa L.) kaya vitamin, mineral dan
protein (Elsivier, 1981). Kandungan gizi pakchoy berperan penting bagi
kesehatan manusia (Tyndall, 1983). Pakchoy masuk ke wilayah Indonesia diduga
pada Abad XIX dan budidaya umumnya dilakukan di dataran tinggi (lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut) (Rukmana , 1994).
Penanaman pakchoy secara hidroponik selalu memerlukan pupuk. Sejalan
perkembangan zaman, pemakaian pupuk bahan alami lebih diharapkan untuk
ditingkatkan. Pemakaian pupuk organik diusahakan dapat diwujudkan pada
tanaman hidroponik. Menurut Cooke (1987) pupuk kandang kering rerata
mengandung 2% N, 9,04% P, dan 1,7% K, tetapi ketersediaan terhadap tanaman
hanya dapat diketahui pada percobaan lapangan. Bahan organik dibuat oleh
organisme hidup dan tersusun atas banyak senyawa karbon. Produksi bahan
organik memadukan faktor lingkungan iklim, ketersediaan air, bahan induk,
ketersediaan hara dan organisma. Permana (2001) menyatakan bahwa tanaman
pakchoy ditanam secara hidroponik menggunakan 100% arang sekam sebagai
media tanam mempunyai tingkat pertumbuhan paling tinggi dibanding media
70% arang sekam + 30% kasting dan 70 % arang sekam + 30 % kasting + NPK.
Karsono et al.(2002) menyatakan bahwa hidroponik banyak dikaitkan dengan
pemakaian bahan organik. Kotoran sapi yang difermentasi dan dilarutkan ke
dalam air lalu disaring untuk diambil supernatan juga bisa digunakan untuk
hidroponik.
Beberapa tahun terakhir, penggunaan pupuk hayati pada sayuran telah
dilaksanakan dan memberi prospek cerah untuk pertanian masa mendatang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hayati dalam bentuk EM
(Effective Microorganism) dan MVA (Mycorrhiza Vascular Abuscular) yang
dicampurkan ke dalam bahan organik tanah atau diinokulasikan langsung ke
media persemaian dan zona perakaran tanaman cabai, tomat, kubis, dan bawang
merah memberi hasil yang lebih baik (Hilman, 2000).
Kompos cair dari hasil fermentasi anaerobik limbah tanaman paprika
secara teknis dapat digunakan sebagai larutan hara hidroponik (Haikal, 1993).
Menurut Handayani (2003), pupuk kandang dari kasting dengan dosis 50 %
berpengaruh lebih baik daripada tanpa kasting terhadap pertumbuhan jumlah
daun, indeks luas daun, bobot basah dan bobot kering tajuk dan dapat menyamai
pertumbuhan selada dalam media hidroponik.
Menurut Sutiyoso (2003), bahan kimia untuk pupuk tanaman hidroponik
harus memenuhi kualitas tertentu, antara lain:
1. Kemurnian dan daya larut tinggi dan tidak ada endapan yang akan menyumbat
sistem irigasi;
2. Memiliki proporsi tertentu sesuai kebutuhan jenis tanaman, fase pertumbuhan,
dan sasaran produksi.
Menurut Darmijati dan Syarifudin (1988), hasil panen hidroponik mengacu pada
standar kualitas luar negeri. Proses produksi secara signifikan memerlukan biaya
tinggi. Biaya tinggi ini disebabkan oleh investasi mendirikan greenhouse dan
perawatan, menggunakan banyak pompa listrik, bahan kimia mahal, benih
kebanyakan diimpor, pengelolaan hama, penyakit dan gulma harus dilakukan
ketat, biaya tugas khusus pada orang tertentu, biaya sarana produksi, biaya
distribusi, dan biaya operasi sehari-hari yang mahal (Sutiyoso, 2003).
Dalam budi daya hidroponik terdapat beberapa faktor penting yang harus
diperhatikan, antara lain, unsur hara, media tanam, suplai oksigen, dan suplai air.
Unsur makro adalah unsur dibutuhkan tanaman dalam jumlah ppm banyak seperti
C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah
ppm sedikit yaitu B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn (Marschner, 1986).
Upaya pemupukan dengan bahan organik perlu digalakkan, tanpa
terkecuali juga pada sistem pola tanam hidroponik, untuk menghemat biaya
produksi karena pupuk organik relatif murah, mudah didapat dan efek negatif
minimum baik bagi kesehatan maupun lingkungan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Besar substitusi hara mineral pupuk organik terhadap pupuk inorganik
untuk produksi tanaman pakchoy secara hidroponik;
2. Interaksi faktor bahan pupuk dengan konsentrasi larutan pupuk;
3. Interaksi faktor bahan pupuk dengan waktu siram;
4. Interaksi faktor konsentrasi larutan pupuk dengan waktu siram.
5. Korelasi antar parameter pengamatan
Hipotesis
1. H0 P : PK + ALTI = Superbionik = AB Mix = setiap jenis pupuk
memberikan pengaruh yang sama terhadap rerata produksi.
H1 P : minimum terdapat sepasang PK + ALTI ? Superbionik , PK
+ ALTI ? AB Mix , Superbionik ? AB Mix , = 1 ? 2 , 1 ?
3, 2 ? 3 = i = 1,2,3.
2. H0 A : A1 = A2 = setiap konsentrasi pupuk memberikan pengaruh
sama terhadap rerata produksi.
H1 A : minimum terdapat sepasang A1 ? A2, 1 ? 2 = j = 1, 2.
3. H0 T : T1 = T2 = setiap waktu siram memberikan pengaruh sama
terhadap rerata produksi
H1 T : minimum terdapat sepasang T1 ? T2, 1 ? 2 = k = 1, 2.
4. H0 PA : PA ij = 0 = tidak ada interaksi antara jenis pupuk dan
konsentrasi pupuk terhadap rerata produksi.
H1 PA : PA ij ? 0 = ada interaksi antara jenis pupuk dan konsentrasi
pupuk terhadap rerata produksi.
5. H0 PT : PT ik = 0 = tidak terdapat interaksi antara jenis pupuk dan
waktu siram terhadap rerata produksi.
H1 PT : PT ik ? 0 = terdapat interaksi antara jenis pupuk dan waktu
siram terhadap rerata produksi.
6. H0 AT : AT jk = 0 = tidak terdapat interaksi antara konsentrasi pupuk
dan waktu siram terhadap rerata produksi.
H1 AT : AT jk ? 0 = terdapat interaksi antara konsentrasi pupuk dan
waktu siram terhadap rerata produksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Pakchoy
Pakchoy adalah sayuran terna berbentuk roset dengan daun tegak lurus
kaku dan rata petiol putih dan lembut, membulat tajam. Ada dua tipe (pakchoy
dan choi sam) dengan kondisi budi daya sama. Pakchoy dikenal sebagai kubis
putih Cina, karena daun putih khusus, walaupun beberapa jenis memiliki tangkai
daun hijau. Banyak jenis tersedia di Asia Tenggara (Taiwan, Hongkong,
Singapura) dan sayuran ini diusahakan sangat luas di daerah ini. Sayuran
pakchoy cocok di negara tropis lain, lebih disukai menjadi sayuran populer
(Williams et al., 1993).
Pakchoy merupakan tanaman sayuran daun termasuk famili Brassicaceae.
Pakchoy mempunyai nilai ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini berkembang pesat di
daerah subtropis maupun tropis. Daerah asal tanaman dari Tiongkok/Cina
(Rukmana, 1994). Pakchoy dalam bahasa Canton berarti sayuran putih, atau
disebut juga bokchoy. Konon di daerah Cina, tanaman ini dibudidayakan sejak
2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Pakchoy
masuk ke wilayah Indonesia pada Abad XIX, bersamaan dengan lintas
perdagangan jenis sayuran tropis lain, terutama kelompok kubis/Brassicaceae
(Rubatzky & Yamaguchi, 1998).
Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan tanaman pakchoy
merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun
pakchoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak
membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam
spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih
atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm.
Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai
varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan
ungu yang berbeda.
Lebih lanjut dinyatakan pakchoy kurang peka terhadap suhu ketimbang
sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas. Vernalisasi
minimum diperlukan untuk bolting. Bunga berwarna kuning pucat. Jenis ini
ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi;
yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih
rapat.
Kultivar genjah dipanen umur 40 hari, dan kultivar lain memerlukan
waktu hingga 80 hari setelah tanam. Daun lembut berkembang penuh dan tangkai
daun biasa dimasak, ditumis adalah penyajian yang paling disukai. Pakchoy
memiliki umur pascapanen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan
selama 10 hari, pada suhu 00C dan RH 95% (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Produksi utama pakchoy adalah daun. Pakchoy dikomsumsi dalam berbagai
bentuk antara lain dilalap, digoreng, disayur lodeh atau ditumis. Oleh orang
Korea, pakchoy umum diawetkan dalam bentuk asinan disebut “Kimchee“
(Widiastuti 2000).
Sebagai sayuran daun, pakchoy kaya mineral sumber gizi disajikan
Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan dan Komposisi Gizi Pakchoy (Brassica rapa L.) setiap 100 Gram Bahan Segar
Komposisi Gizi Kandungan Gizi Satuan Energi 17,000 Kal Protein 1,700 g Lemak 0,200 g Karbohidrat 3,100 g Serat 0,700 g Abu 0,800 g Fosfor 46,000 mg Zat besi 2,600 mg Natrium 22,000 mg Thiamine 0,070 mg ß-karoten 2,305 µg Kalium 279,000 mg Riboflavin 0,130 mg Niacin 0,800 mg Kalsium 102,000 mg Sumber : Food and Agriculture Organization of The United Nation (1972)
Gambar 1. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.)
Hidroponik
Lingga (1991) menyatakan salah satu alternatif pemecahan masalah
penanaman pakchoy adalah secara hidroponik di rumah kaca (green house); yaitu
bercocok tanam tanpa tanah mengunakan media air atau bahan porus seperti
kerikil, pecahan genteng, pasir kali, styroform, atau bahan sejenis ditambah
larutan hara yang mengandung unsur esensial bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Lebih lanjut dikemukakan Wibowo (1993) bahwa
dengan teknik ini kondisi lingkungan dapat diatur dan tidak bergantung musim
sehingga tanaman terhindar dari pengaruh buruk cuaca dan serangan hama
penyakit.
Pakchoy ditanam konvensional di lahan, maupun dengan cara hidroponik
(Widiastuti, 2000). Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media
tanah. Dalam bahasa asal (Yunani), hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan
ponos (kerja) yang berarti pengerjaan (budidaya tanaman) dengan air (P &
Indriani, 1995). Jadi hidroponik adalah budidaya tanaman dengan air. Banyak
tafsiran mengena i hidroponik seperti ; budi daya tanpa tanah, dilakukan di green
house, harus pakai pupuk organik, tanpa pestisida. Namun apapun istilahnya,
penanaman hidroponik harus ada pengaturan baik terhadap pH larutan, komposisi
hara, konsentrasi unsur hara, sirkulasi oksigen, suhu dan sebagainya. Definisi
hidroponik modern dikemukakan Harris (1994) bahwa hidroponik adalah seni
bertanam tumbuhan di dalam medium padat selain lahan, diairi dengan bahan
gizi unsur tumbuhan yang penting dilarutkan di dalam air. Karsono et al. (2002)
menyatakan bahwa tanaman sayuran yang cocok dengan cara hidroponik, antara
lain sawi, pakchoy, selada, caisim, dan bayam.
Keuntungan hidroponik antara lain banyak variasi penanaman, pengendalian
lebih baik, tanpa media tanah, hasil lebih besar, hasil seragam, lebih bersih, lebih
sedikit tenaga kerja, hampir tidak ada rumput liar dan sebagai suatu
pengembangan hobbi. Menurut Resh (1981) keuntungan dari sistem hidroponik
antara lain kemudahan sterilisasi media, penanganan nutrisi tanaman, menghemat
luasan lahan, mudah penanganan gulma dan serangan hama penyakit, kemudahan
dalam hal penyiraman, kualitas produk bagus, menghemat pupuk dan panen lebih
besar.
Terdapat empat sistem berbeda budidaya hidroponik. Keempat sistem
tersebut adalah kultur pasir, sistem terbuka agregat, sistem hidroponik
mengapung dan teknik selaput hara (Nutrient Film Technique) (Harjadi, 1989).
Sistem NFT (Nutrient Film Tecnique) dimana diupayakan tanaman pada daerah
perakaran sesuai kondisi optimal pertumbuhan tanaman. NFT merupakan metode
budi daya tanaman tanpa tanah dengan akar tanaman berada dalam aliran dangkal
bersirkulasi dalam air mengandung unsur diperlukan tanaman. Lapisan aliran
tersebut sangat dangkal (tipis seperti film), sehingga sebagian akar tanaman
terendam dalam lapisan larutan dan sebagian lagi berada pada bagian atasnya
(Cooper, 1979). Tebal lapis larutan hara pada sistem ini hanya 3–4 mm . Bentuk
berupa lapisan film tipis dan secara konstan mengairi akar. Sistem dijalankan
selama 24 jam / hari, tetapi dapat dijalankan secara terputus dan berseling
(intermitted ) antara on dan off asalkan waktu off-nya cukup singkat , maksimum
10 menit sehingga tanaman tidak sempat layu karena segera tersiram air kembali
(Karsono et al., 2002). Hal ini telah diterapkan pada tanaman tomat dengan
mempertahankan suhu larutan nutrisi pada 22oC dan dengan menggunakan
sirkulasi larutan nutrisi secara berkala. Sistem NFT, pertumbuhan tanaman tetap
baik, walaupun temperatur udara dalam greenhouse mencapai 37oC (Matsuoka et
al. , 1992).
Menurut Graves dan Hurd (1995) yang menggunakan sirkulasi berkala
(30 menit on, 30 menit off), produksi mentimum naik 8–15% dan kualitas
(harga) meningkat 8–10% dibanding dengan sirkulasi kontinyu. Cara lebih
praktis melakukan penyiraman, yakni menggunakan timer dimana frekuensi dan
volume penyiraman dari alat ini bisa diatur sesuai kebutuhan
(Karsono et al., 2002).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas larutan nutrisi ialah
konduktivitas listrik atau kemampuan untuk menghantarkan ion listrik yang ada
di dalam larutan ke akar tanaman. Konduktivitas listrik merupakan parameter
yang menunjukkan konsentrasi ion terlarut di dalam larutan. Semakin banyak ion
terlarut maka semakin tinggi konduktivitas litrik larutan nutrisi tersebut. Hal ini
mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu kecepatan fotosintesis tanaman,
aktivitas enzim, dan potensial penyerapan ion larutan oleh akar sehingga
mempengaruhi absorbsi hara (Kristanti, 1998). Morgan (1999) menyatakan
bahwa untuk mengetahui konduktivitas listrik konsentrasi larutan hara mineral
pada air diukur dengan suatu alat sederhana yaitu EC (elektrical conductivity)
atau TDS (total dissolved salts) meter. Ada beberapa unit dari penggunaan
ukuran untuk menyatakan konduktivitas dalam larutan hidroponik. Unit lebih
umum adalah millisiemens/cm (mS/cm, atau mS cm -1), atau juga disebut
millimhos/cm (mho). Satu mho/cm = 1 millisiemen/cm (mS cm-1). Sedang
penggunaan tingkatan EC dalam hidroponik untuk kelompok selada termasuk
pakchoy berkisar antara 0,5–2,5 mS cm-1 (5–25 unit). Konsentrasi larutan juga
diukur dalam satuan ppm (parts per miilion), dimana total konsentrasi 1000 dan
1500 ppm sebanding dengan 1,5 dan 3,5 mS cm-1 dalam satuan EC. Nilai pH
yang sesuai untuk tanaman pakchoy berkisar antara 5,5–6,5.
Agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu maka konsentrasi larutan harus
selalu diperiksa. Pemeriksaan larutan hara terutama pH dan nilai EC, apabila
kualitas larutan berkurang, maka dapat dilakukan penambahan bahan tertentu dan
jika larutan sudah tidak mungkin dipakai, harus diganti dengan larutan baru
(Roan, 1998).
Gambar 2. Talang rumah untuk NFT
Hara Mineral
Schoenstein (1986) menyatakan bahwa hidroponik mempunyai bermacam
jenis cara tanam antara lain penanaman tanpa tanah, kultur agregat dan
aeroponik. Pengertian baru yang umum dengan pertambahan permintaan untuk
pupuk organik dan produksi pertumbuhan didukung sistem hidro-organik. Hidro
organik adalah pertumbuhan tanaman di dalam hidroponik dengan larutan nutrisi
yang bukan dari bahan kimia industri dan menekankan sabun perangkap serta
serangga pemangsa untuk pengontrolan hama. Larutan nutrisi yang digunakan
harus memenuhi permintaan lembaga sertifikasi yang sangat ketat. Ini tidak
hanya sebagai suatu pemenuhan untuk kesadaran hobi bercocok tanam
hidroponik tetapi juga untuk pengembangan komersial yang dapat meraup nilai
pasar tinggi untuk cara produksi bersertifikat.
Menurut Sugito (1995) dan Adianto (1993) sistem pertanian organik
adalah suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik, baik makhluk
hidup maupun yang sudah mati, merupakan faktor penting dalam proses
produksi. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta
pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis adalah contoh
penerapan sistem pertanian organik. Sebagai contoh salah satunya adalah pupuk
kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang dapat memberikan
tambahan bahan organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah, serta
mengembalikan hara yang terangkut hasil panen (Nugroho et al., 1999).
Sementara Sutarjo (1995) menyatakan bahwa produksi bawang putih dipengaruhi
secara nyata dengan penggunaan bahan organik.
Syarifuddin dan Abdurachman (1993) menyatakan pupuk telah
memainkan peranan menentukan dalam menghasilkan peningkatan produksi.
Peranan pupuk dimasa depan akan semakin menonjol apabila kita mengingat
keterbatasan lahan untuk perluasan pertanian pangan. Disamping itu, penggunaan
pupuk ikut pula menentukan koefisien penggunaan air irigasi, suatu sumber yang
keterbatasannya juga semakin terasa.
Dalam sistem hidroponik menggunakan pupuk organik, pupuk yang
diberikan adalah pupuk berbentuk cairan. Pupuk cair adalah pupuk larut air yang
dibuat dengan melarutkan kotoran ternak, kotoran ayam dan kompos (Bastanta,
2003). Dalam penggunaan pupuk organik komposisi hara berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah dan persentase
pembentukan buah cabai rawit (Wahyuni, 2003).
Dalam praktek dilapangan seringkali terjadi kendala untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman yang optimal (Handayanto & Ismunandar, 1999). Untuk
menghilangkan kendala ini maka diperlukan pemenuhan unsur-unsur yang
diperlukan oleh tanaman baik itu unsur makro ataupun unsur mikro. Dalam
mengurangi efek yang ditimbulkan pada pemupukan tanaman baik bagi media
tumbuh, lingkungan maupun konsumen maka diusahakan sistem pertanian yang
berdampak negatif seminimal mungkin. Langkah pengadaan pupuk berasal dari
bahan organik merupakan suatu hal yang perlu dikembangkan dalam program
“back to nature “, yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam akan kembali ke
alam.
Fauci dan Dick (1994) menambahkan bahwa bahan organik merupakan
makanan bagi mikroba tanah dan merangsang perubahan biologi. Pupuk organik
mengandung pengertian pupuk terdiri atas senyawa organik, baik berupa organik
alam atau senyawa bentukan maupun pupuk hayati. Pada umumnya pupuk
organik dianggap pupuk berasal dari bahan organik seperti sisa tumbuhan atau
sisa hewan (pupuk kandang) dan kompos (hasil proses pembuatan pupuk dari
bahan organik) (Sugito, 1995). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pupuk kandang
merupakan salah satu pupuk organik , berupa kotoran padat dan cair dari hewan
ternak, tercampur dengan sisa makanan. Kelebihan pupuk kandang tidak terletak
pada penambahan unsur hara, tetapi karena pupuk kandang meningkatkan
kandungan humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad
renik.
Dinas Kebersihan (2002) menyatakan pencemaran yang diakibatkan oleh
adanya bahan-bahan buangan padat, cair maupun gas dapat dikurangi dampak
negatifnya terhadap lingkungan dengan cara mengolah limbah tersebut terlebih
dahulu. Disamping mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, pengolahan
bahan buangan/limbah juga dapat merupakan nilai tambah sehingga hasilnya
bermanfaat kembali bagi masyarakat atau lingkungan sekitarnya. Air buangan
rumah tangga, dalam arti lebih khusus lagi yaitu air buangan manusia yang
disebut tinja/air kotor diolah sehingga tidak mengotori lingkungan dan menjadi
supernatan yang kaya akan zat organik.
Supernatan yang telah diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Kotor (IPAK)
Duri Kosambi Jakarta Barat ini dapat dijadikan sebagai pelarut bagi pupuk
organik yang berasal dan pupuk kandang sehingga kandungan unsur haranya
lebih tinggi dibandingkan kalau dilarutkan dengan air tanah.
Untuk pupuk organik yang berbentuk cairan telah banyak dipasarkan
dalam bentuk berbagai jenis. Diantaranya adalah pupuk organik Superbionik
yang digunakan dalam penelitian ini.
Kebutuhan bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai campuran larutan
hara dihadapkan pada masalah biaya yang relatif mahal, selain itu diperlukan
ketelitian dan keterampilan yang tinggi untuk mencampur bahan-bahan kimia
tersebut. Garam-garam pupuk telah dibuat oleh sejumlah perusahaan dalam
ukuran yang berbeda. Dalam penelitian ini pupuk inorganik yang dipakai adalah
AB mix.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan penelitian dikerjakan pada bulan April sampai bulan
September 2004 dan tempat pelaksanaan penelitian di Kebun Hidroponik,
Parung, Kabupaten Bogor. Analisis lengkap sampel pupuk dan analisis
kandungan gizi setelah panen dilakukan di laboratorium Fisiologi tumbuhan dan
laboratorium Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, dan Laboratorium
Balitro, Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan, antara lain, adalah bibit pakchoy putih, AB Mix ,
PK + ALTI, Superbionik dan air. Alat yang digunakan, antara lain, talang kaca
untuk NFT, styroform, gabus, selang PE (polietilena), pompa air celup
(submersible pump), balvalve (keran buka tutup), backwash (untuk
mengaduk/mengagitasi larutan supaya konsentrasi unsur hara merata, peralatan
uji unsur-unsur makro dan unsur mikro, green house dan timer.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 faktor
(faktorial RAL) yaitu jenis pupuk, konsentrasi pupuk, dan waktu penyiraman
unsur hara dengan enam kali ulangan .
Pengacakan pengamatan perlakuan pada green house diatur
sedemikian rupa agar perlakuan homogen. Pola penanaman diatur dengan
memakai 3 instalasi hidroponik yang masing-masing menggunakan larutan pupuk
yang berbeda. Setiap instalasi terdiri dari 2 timer dan 2 wadah tempat larutan
pupuk yang kapasitasnya sekitar 20 liter dengan konsentrasi yang berbeda.
Pengamatan dilakukan mulai pemindahan bibit dan tiap minggu setelah bibit
dipindahkan kedalam sistem hidroponik secara NFT.
Model Linear
Berdasar rancangan acak lengkap 3 faktor disusun dapat diuraikan suatu
model linear seperti di bawah ini:
Y ijkl = µ + ai + ßj + ?k + ( aß) ij + (a?)ik + (ß?)jk + (aß?)ijk + eijkl
i = 1,2,3 ; j = 1,2 ; k = 1,2 ; l = 1,2,3,4,5,6
dengan
Y ijkl = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke–l yang memperoleh
kombinasi perlakuan ijk (taraf ke–i faktor jenis pupuk, taraf ke–j faktor
konsentrasi pupuk, dan taraf ke-k faktor waktu siram;
µ = rataan umum;
ai = pengaruh jenis pupuk taraf ke- i;
ßj = pengaruh konsentrasi pupuk taraf ke-j;
?k = pengaruh waktu siram taraf ke-k;
( aß)ij = pengaruh interaksi pupuk taraf ke- i dan konsentrasi pupuk taraf ke-j;
(a?)ik = pengaruh interaksi pupuk taraf ke-i dan waktu siram taraf ke-k;
(ß?)jk = pengaruh interaksi konsentrasi pupuk taraf ke-j dan waktu siram taraf;
ke-k;
(aß?)ijk = pengaruh interaksi pupuk taraf ke- i, konsentrasi pupuk taraf ke-j, dan
waktu siram taraf ke-k;
eijkl = pengaruh galat dari satuan percobaan ke- l yang memperoleh kombinasi
perlakuan ijk.
Pada percobaan yang dilakukan oleh Nichols & Atkins (2004) pada
hidroponik organik tanaman selada menggunakan campuran organik dengan
perbandingan 3 : 2 dari larutan ikan “Betta-Crops dan larutan ganggang laut,
memperlihatkan hasil bahwa produksi hidroponik dengan memakai pupuk
organik adalah memungkinkan. Dan penggunaan larutan nutrisi hidroponik
inorganik konvensional sudah tentu lebih menjamin akan produksi lebih bagus
karena komposisi unsur haranya bisa ditentukan sesua i dengan yang diinginkan.
Jenis pupuk dalam penelitian ini memakai kedua jenis pupuk terdiri dari 3 taraf
perlakuan yaitu
1. P1 = PK + ALTI, pupuk organik ramuan sendiri
2. P2 = Superbionik, pupuk organik paket pabrik
3. P3 = AB Mix, pupuk inorganik paket usaha
Menurut Hermawan (2004) perlakuan EC memberikan respon yang
berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun per
minggu, bobot basah per tanaman, hasil per kelompok, bobot basah akar, dan
bobot kering akar pada tanaman selada. Pada selada varietas Bellona dan Paris
cos island dengan menggunakan sistem NFT pada kisaran EC 1.5—5.0 ms/cm
berpengaruh kecil terhadap bobot berat basah dan meningkatkan bobot berat
kering akar seiring dengan peningkatan taraf EC (Economakis, 1991). Dalam
penelitian ini konsentrasi pupuk terdiri dari 2 taraf perlakuan yaitu
1. A1 = konsentrasi 1.25 EC;
2. A2 = konsentrasi 2,5 EC
Untuk pemenuhan larutan hara tanaman dan oksigen diperlukan
pemberian hara pada akar semaksimal mungkin. Morgan (1999) menyatakan hal
terpenting dalam sistem NFT adalah kembalinya larutan ke dalam tanki, dan
semakin tinggi titik jatuhnya, semakin baik pengaruh pendinginannya. Laju aliran
larutan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tanaman. Semakin
sering aliran larutan mengenai akar tanaman maka semakin tercukupi kebutuhan
hara dan oksigen tanaman. Dalam penelitian ini waktu penyiraman terdiri dari 2
taraf perlakuan yaitu
1. T1 = waktu penyiraman setiap 5 menit;
2. T2 = waktu penyiraman setiap 10 menit.
Berdasarkan perlakuan di atas diperoleh 12 kombinasi perlakuan (3x2x2)
dan diulang enam kali sehingga diperoleh 72 satuan percobaan. Setiap kombinasi
perlakuan menggunakan instalasi alat yang sama. Kombinasi perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 2 .
Tabel 2. Perlakuan Percobaan
T 1
T 2
P3 A1 T1 P3 A2 T1
P3 A1 T2 P3 A2 T2
AB MIX
Konsentrasi pupuk
A1 (EC) A2 (EC)
JENIS PUPUK
PERLAKUAN
P1 A1 T 1 P1 A2 T 1
SUPERBIONIK
Konsentrasi pupuk
A1 (EC) A2 (EC)
P2 A1 T1 P2 A2 T1
PK + ALTI
Konsentrasi pupuk
A1 (EC) A2 (EC)
P2 A1 T2 P2 A2 T2P1 A1 T 2 P1 A2 T 2
Keterangan : A1 : konsentrasi pupuk 1.25 EC; A2 : konsentrasi pupuk 2,5 EC; T1 : waktu siram tiap 5 menit ; T2 : waktu siram tiap 10 menit.
Gambar 3. Susunan satu set alat percobaan (Karsono et al., 2002)
Keterangan : - Pada Percobaan ini dibutuhkan 3 set alat percobaan, masing-masing untuk PK + ALTI, Superbionik, AB Mix
- Masing-masing set percobaan memerlukan 4 buah motor listrik yaitu : M1 = Motor 1, M2 = Motor 2, M3 = M otor 3, M4 = Motor 4
- Masing-masing set alat percobaan memakai 2 buah timer yaitu : T1 = 5 menit, T2 = 10 menit
Struktur Tabel Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Rancangan Acak Lengkap 3 faktor adalah sebagai berikut : Sumber Derajat Jumlah KuadratKeragaman BEBAS (db) Kuadrat Tengah
(JK) (KT)A a - 1 = 2 JKA KTA KTA / KTGB b - 1 = 1 JKB KTB KTB / KTGC c - 1 = 1 JKC KTC KTC / KTGAB (a - 1) (b - 1) = 2 JKAB KTAB KTAB / KTGAC (a - 1) (c - 1) = 2 JKAC KTAC KTAC / KTGBC (b - 1) (c - 1) = 1 JKBC KTBC KTBC KTGABC (a - 1)(b - 1)(c - 1) = 2 JKABC KTABC KTABC KTGUlangan r - 1 = 5 JKK KTK KTK / KTGGalat abc (r - 1) = 60 JKG KTGTotal abcr - 1 = 71 JKT
F Hitung
Dari Analisis Sidik Ragam di atas ada 3 hal yang dapat diketahui :
1. Perlakuan memberikan respon yang sama atau tidak dengan melihat nilai
peluang pada Tabel ANOVA, jika nilai peluang < a maka perlakuan
memberikan respon yang berbeda.
2. Jika terdapat perbedaan, maka perlakuan yang sama atau berbeda dapat
ditentukan dengan uji lanjut. Dalam penelitian ini digunakan Uji Wilayah
Berganda Duncan.
3. Perlakuan mana yang memberikan respon tertinggi dapat di lihat dari nilai
rataan untuk setiap perlakuan atau kombinasi perlakuan.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis sidik ragam,
dan Uji Wilayah Berganda Duncan dengan tingkat kepercayaan 95% dan
dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui keeratan hubungan beberapa
parameter pengamatan.
Bibit pakchoy sebelum ditanam pada unit percobaan disemaikan terlebih
dulu dan setelah berumur lebih kurang 10–14 hari atau telah berdaun 3 atau 4
helai, akar dibungkus dengan rocwool atau busa baru dipindahkan ke styroform
yang sebelumnya telah dilubangi dengan memakai sistem NFT (Nutrient Film
Technic).
Parameter dan waktu pengamatan disajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Parameter yang diamati dan frekuensi pengamatan
No Parameter Jumlah pengamatan
1 Tinggi Tanaman 5 kali (1kali setiap minggu)2 Jumlah Daun 5 kali (1kali setiap minggu)3 Panjang Akar 1 kali setelah panen4 Diameter Batang 1 kali setelah panen5 Indeks Luas Daun (ILD) 1 kali setelah panen6 Berat Basah Tanaman 1 kali setelah panen7 Berat Akar Basah 1 kali setelah panen8 Berat Akar Kering 1 kali setelah panen9 Berat Batang Kering 1 kali setelah panen
10 Kandungan Protein 1 kali setelah panen11 Kandungan Lemak 1 kali setelah panen12 Kandungan Karbohidrat 1 kali setelah panen13 Kandungan Klorofil 1 kali setelah panen14 Kandungan Serat Kasar 1 kali setelah panen15 Kadar Air 1 kali setelah panen16 Kadar Abu 1 kali setelah panen17 Kandungan Total Unsur 1 kali setelah panen
Pengamatan tanaman dilakukan setiap hari dan pencatatan data dilakukan
1 kali setiap minggu mulai dari minggu pertama setelah pemindahan sampai
minggu terakhir ketika panen yaitu minggu ke-5. Waktu panen dilakukan pagi
hari untuk mengurangi penguapan kandungan air pada berat basah tanaman.
Pengukuran berat basah, berat kering, uji kandungan klorofil serta analisis
kandungan gizi dilakukan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
FMIPA IPB Bogor dan Laboratorium Balitro, Bogor.
Faktor kendala yang percobaan ini antara lain disebabkan faktor cuaca,
serangan hama, dan bibit kurang baik. Untuk menanggulangi cuaca dan suhu
sangat panas, diatasi dengan penggunaan green house dan pemakaian kipas
angin. Sedang pengendalian hama dilakukan secara mekanis, yaitu hama yang
menyerang berbentuk ulat yang masuk kedalam jaringan daun langsung dibuang
dari daun yang bersangkutan. Bibit kurang baik diatasi dengan persiapan bibit
dan penggantian seluruh tanaman serta pemilihan bibit lebih teliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan disajikan menjadi empat
kelompok, yaitu pertumbuhan vegetatif tanaman dari minggu ke-1 sampai
minggu ke-5, hasil panen, kandungan gizi tanaman setelah panen, total unsur
tanaman setelah panen dan korelasi antar parameter.
Pertumbuhan vegetatif tanaman dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5
Hasil analisis perhitungan statistika terhadap tinggi tanaman dan jumlah
daun, macam pupuk berpengaruh nyata terhadap semua parameter untuk
pertumbuhan vegetatif baik tinggi tanaman maupun jumlah daun mulai dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-5, sedang konsentrasi pupuk dan waktu siram
ada yang tidak berpengaruh nyata. Parameter yang diamati pada pertumbuhan ini
disajikan pada Tabel 4 dan Lampiran 6-11.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa L.)
Peubah Minggu Pupuk Konsentrasi Waktu siram Interaksipupuk
Tinggi tanaman 1 * tn tn tn2 * * tn ** 3 * * tn tn4 * * tn tn5 * * ** tn
Jumlah daun 1 * tn tn tntanaman 2 * tn tn tn
3 * tn tn tn4 * * tn **5 * * tn **
Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 0.05
** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 0.01 tn = tidak berbeda nyata
Berdasarkan Tabel 4, pengaruh pupuk nyata terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun dari mulai ditanam sampai waktu panen. Untuk pengaruh
konsentrasi pupuk pada parameter tinggi tanaman pada minggu ke-1 tidak
berpengaruh nyata dan setelah minggu ke-2 sampai minggu ke-5 berpengaruh
nyata , sedangkan untuk parameter jumlah daun tanaman baru setelah minggu
ke-4 dan ke-5 berpengaruh nyata. Untuk interaksi antara pupuk dengan
konsentrasi pupuk serta waktu siram tidak berpengaruh nyata dalam penelitian
ini kecuali minggu ke-2 pada parameter tinggi tanaman dan minggu ke-4 dan
mingggu ke-5 untuk parameter jumlah daun. Data selengkapnya disajikan pada
Lampiran 6-11.
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Ragam Interaksi 3 Macam Faktor
pada Parameter Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Pakchoy (Brassica rapa L.)
Parameter Interaksi1 2 3 4 5
Tinggi Tanaman P*A ** * tn * tn P*T tn tn tn tn tn A*T ** * * * **
Jumlah Daun P*A * tn tn tn tnTanaman P*T tn tn tn * tn
A*T tn tn tn ** tn
Minggu Setelah Tanam
Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 0.05 ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 0.01 tn = tidak berbeda nyata Berdasarkan Tabel 5, interaksi antara pupuk dengan konsentrasi pupuk
untuk parameter jumlah daun tidak berpengaruh nyata kecuali pada minggu ke-1,
sedang pada parameter tinggi tanaman pada minggu ke-1 berpengaruh sangat
nyata minggu ke-2 dan ke-4 berpengaruh nyata, sedang minggu ke-3 dan ke-5
tidak berpengaruh.
Interaksi pupuk dengan waktu siram untuk parameter tinggi tanaman tidak
berpengaruh nyata, sedang untuk parameter jumlah daun hanya pada minggu ke-4
sangat yang berpengaruh nyata.
Gambar 4. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai pupuk PK + ALTI (minggu ke-5)
Gambar 5. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai pupuk Superbionik (minggu ke-5)
P1A1T1
P1A2T1 P1A2T1
P2A2T1 P2A2T1P2A1T1
P2A1T2
P1A1T1
Gambar 6. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai pupuk AB Mix (minggu ke-5)
Hasil Panen
Tanaman pakchoy dipanen pada minggu ke-5 dan seluruh bagian tanaman
adalah merupakan hasil yang akan dipanen. Hasil pengamatan merupakan 4
sampel untuk masing-masing perlakuan (12 perlakuan) dan disajikan pada Tabel
6 meliputi panjang akar, diameter batang, indeks luas daun, berat basah tanaman,
berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman, berat kering batang
tanaman.
Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Hasil Panen Peubah Pupuk Konsentrasi Waktu siram Interaksi
pupukPanjang Akar * tn tn tnDiameter Batang * * tn tnIndeks Luas Daun * * tn **Berat Basah Tanaman * * ** **Berat Basah Akar Tanaman * tn tn tnBerat Kering Akar Tanaman * tn tn tnBerat Kering Batang Tanaman * * tn tnKeterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 0.05 ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 0.01 tn = tidak berbeda nyata
P3A1T1
P3A1T1 P3A2T1
P3A2T2
Berdasarkan Tabel 6, pengaruh pupuk nyata terhadap semua parameter
yang diukur setelah panen. Untuk pengaruh konsentrasi pupuk pada parameter
panjang akar, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman tidak
berpengaruh nyata, sedangkan untuk waktu tidak berpengaruh nyata kecuali
untuk parameter berat basah akar tanaman berpengaruh sangat nyata. Untuk
interaksi antara pupuk dengan konsentrasi pupuk serta waktu siram tidak
berpengaruh nyata dalam penelitian ini kecuali untuk parameter indeks luas daun
dan berat basah tanaman berpengaruh sangat nyata. Data selengkapnya disajikan
pada Lampiran 12-26.
Nilai substitusi antara pupuk PK + ALTI terhadap pupuk Superbionik,
pupuk PK + ALTI terhadap pupuk AB Mix, serta pupuk Superbionik terhadap
AB Mix dapat dilihat pada Lampiran 35.
Nilai substitusi pada parameter panjang akar, diameter batang, indeks luas
daun, berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman,
berat kering batang tanaman antara PK + ALTI terhadap Superbionik, PK +
ALTI untuk semua perlakuan umumnya lebih tinggi dari Superbionik dan AB
Mix. Sedangkan substitusi antara Superbionik terhadap AB Mix, Superbionik
mempunyai nilai negatif untuk semua parameter. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 12-26, Gambar 4-6, 49-55.
Kandungan gizi tanaman setelah panen
Kandungan gizi yang diamati dalam penelitian ini dianalisis oleh Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian (2004) antara lain yaitu protein, lemak, karbohidrat, klorofil, serat
kasar, kadar air, kadar abu.
Tabel 7. Karakteristik Kandungan Gizi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram
PerlakuanProtein Lemak Karbohidrat Serat Kadar Kadar
(g) (g) (g) Kasar Air AbuA B (%) (%) (%)
P1A1T1 1,072 0.162 1,395 0.837 0.380 0.895 92,913 1,164P1A1T2 1,387 0.221 1,625 0.596 0.294 0.886 92,201 1,319P1A2T1 2,646 0.193 1,422 1,527 0.611 1,209 89,878 1,576P1A2T2 2,026 0.197 0.769 1,613 0.650 0.885 91,824 1,376
P2A1T1 2,918 0.146 0.461 0.782 0.448 0.630 93,293 1,160P2A1T2 3,813 0.175 0.466 0.740 0.420 0.622 93,383 1,067P2A2T1 4,255 0.220 0.914 0.112 0.052 0.634 91,454 1,173P2A2T2 4,631 0.257 0.923 0.052 0.123 0.592 90,947 1,387
P3A1T1 2,162 0.096 0.397 1,315 0.611 0.667 94,120 1,160P3A1T2 1,937 0.109 0.533 1,037 0.506 0.624 93,667 1,208P3A2T1 2,001 0.100 0.379 1,218 0.518 0.636 94,376 1,186P3A2T2 3,059 0.101 0.812 1,414 0.581 1,015 91,102 1,790
Parameter Kandungan GiziKlorofil(mg/l)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak berbeda nyata dengan uji DMRT (p=5%). = Tertinggi, = Terendah Berdasarkan Tabel 7, untuk kandungan protein, tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan dengan memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu
siram 10 menit (4.631 g) dan terendah (1.072 g) dengan perlakuan PK + ALTI,
konsentrasi pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan lemak, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.257
g) dan terendah (0.096 g) dengan perlakuan AB Mix , konsentrasi pupuk 1.25 EC,
waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan karbohidrat, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan
dengan memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit
(0.923 g) dan terendah (0.379 g) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk
2.50 EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan klorofil A dan B, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan
dengan memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit
(1.613 dan 0.650) dan terendah (0.052) untuk klorofil A dengan perlakuan AB
Mix , konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit serta untuk klorofil B
(0.052) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5
menit .
Untuk kandungan serat kasar, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan
dengan memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit
(1.209 %) dan terendah (0.622 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi
pupuk 1.25 EC, waktu siram 10 menit.
Untuk kandungan kadar air, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit (94.376 %)
dan terendah (89.878 %) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50
EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan kadar abu, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (1.790 %)
dan terendah (1.160 %) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk 1.25 EC,
waktu siram 5 menit.
Nilai substitusi antara PK + ALTI terhadap Superbionik, PK + ALTI
terhadap AB Mix, serta Superbionik terhadap AB Mix dapat dilihat pada
Lampiran 35.
Nilai substitusi pada parameter protein Superbionik lebih tinggi nilainya
daripada AB Mix, parameter lemak nilai substitusi antara PK + ALTI terhadap
AB Mix semua bernilai positif. Untuk parameter karbohidrat, klorofil, serat
kasar, kadar air dan kadar abu pada umumnya PK + ALTI bernilai positif
terhadap AB Mix. Sedangkan substitusi antara Superbionik terhadap AB Mix
mempunyai nilai negatif untuk semua parameter. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 27-33, 56-63.
Total unsur tanaman setelah panen
Kandungan total unsur yang diamati dalam penelitian ini dianalisis oleh
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian (2004) antara lain yaitu unsur Nitrogen (N), Posfor (P), Potassium (K),
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Natrium (Na), Mangan (Mn), Cuprun
(Cu), Seng (Zn).
Tabel 8. Karakteristik Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram
PerlakuanN P K Ca Mg Fe Na Mn Cu Zn
(%) (%) (%) (%) (%) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)P1A1T1 0.172 0.068 0.325 0.142 0.035 24.414 0.008 22.731 1.667 16.706
P1A1T2 0.222 0.073 0.376 0.164 0.039 26.624 0.008 26.488 1.898 22.982
P1A2T1 0.423 0.087 0.459 0.320 0.049 23.775 0.009 44.562 1.098 29.556
P1A2T2 0.325 0.071 0.413 0.216 0.039 320.074 0.002 38.566 1.317 25.187
P2A1T1 0.467 0.062 0.462 0.168 0.025 378.082 0.003 30.792 3.616 31.800P2A1T2 0.450 0.009 0.395 0.074 0.025 167.100 0.005 27.465 2.828 27.119P2A2T1 0.681 0.015 0.291 0.059 0.031 26.766 0.005 32.250 4.833 18.315P2A2T2 0.741 0.023 0.266 0.073 0.037 19.847 0.002 37.578 5.357 19.886
P3A1T1 0.346 0.054 0.510 0.342 0.032 244.928 0.002 51.775 1.179 15.752P3A1T2 0.310 0.052 0.459 0.366 0.032 73.383 0.001 51.379 1.249 22.562P3A2T1 0.320 0.043 0.465 0.404 0.031 19.375 0.001 52.705 1.368 25.914P3A2T2 0.489 0.078 0.654 0.537 0.050 36.229 0.002 89.544 3.189 52.442
Parameter Kandungan Total Unsur (satuan)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak berbeda nyata dengan uji DMRT (p=5%). = Tertinggi, = Terendah
Berdasarkan Tabel 8, untuk kandungan unsur N, tertinggi ditunjukkan
oleh perlakuan dengan memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu
siram 10 menit (0.741 %) dan terendah (0.172 %) dengan perlakuan PK + ALTI,
konsentrasi pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan unsur P, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit (0.087 %)
dan terendah (0.009 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 1.25
EC, waktu siram 10 menit.
Untuk kandungan unsur K, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.654 %)
dan terendah (0.291 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50
EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan unsur Ca, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.537 %)
dan terendah (0.059 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50
EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan unsur Mg, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai AB Mix , konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.050 % )
dan terendah (0.025 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 1.25
EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan unsur Fe, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit (0.087
ppm) dan terendah (0.009 ppm) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi
pupuk 1.25 EC, waktu siram 10 menit.
Untuk kandungan unsur Na, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit (0.009
ppm) dan terendah (0.009 ppm) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk
1.25 EC dan 2.50 EC, waktu siram 5 menit dan 10 menit (0.001ppm).
Untuk kandungan unsur Mn, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (89.544
ppm) dan terendah (22.731 ppm) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi
pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan unsur Cu, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (5.537
ppm) dan terendah (1.098 ppm) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi pupuk
2.50 EC, waktu siram 5 menit.
Untuk kandungan unsur Zn, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan
memakai AB Mix , konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (52.442
ppm) dan terendah (16.706 ppm) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi
pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit. Data selengkapnya disajikan pada
Lampiran 34, 64-72.
Nilai rata-rata parameter dengan perlakuan PK + ALTI sebagian besar
mempunyai nilai tertinggi dibanding perlakuan Superbionik dan AB Mix
(Lampiran 77).
Korelasi antar parameter
Korelasi antar parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar,
diameter batang, indeks luas daun, berat basah, berat basah akar, berat kering
akar, berat kering batang, protein, lemak, karbohidrat, klorofil, serat kasar,
kandungan air, kandungan abu, total unsur N merupakan korelasi dengan arah
positif sedangkan Mg dan Zn mempunyai nilai korelasi dengan arah negatif..
Hubungan korelasi ini disajikan pada Tabel 9 dan lebih rinci disajikan pada
Lampiran 78.
Berdasarkan Tabel 9 serat kasar mempunyai korelasi yang sangat tinggi
terhadap tinggi tanaman (89 %), diameter batang (85 %), indeks luas daun (83
%), berat basah (89 %), berat basah akar (91 %), berat kering batang (91 %),
protein (92 %), lemak (99 %), klorofil (98 %), kandungan air (98 %), kandungan
abu (97 %), dan N (97 %). Nilai korelasi mempunyai arah positif dengan kisaran
tertinggi dan terendah 66 % - 99 %.
Sedangkan kandungan total unsur Mg mempunyai nilai korelasi negatif
tertinggi terhadap parameter tinggi tanaman (-90 %), indeks luas daun (-94 %),
berat basah (-90 %), berat kering batang (-90 %). Nilai korelasi mempunyai arah
negatif dengan kisaran tertinggi dan terendah - 63% - 66 %.
Unsur Zn mempunyai nilai korelasi negatif tertinggi terhadap parameter
panjang akar (-90 %). Nilai korelasi mempunyai arah negatif dengan kisaran
tertinggi dan terendah – 2 % - 88 %.
PEMBAHASAN
Pertumbuhan vegetatif tanaman dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5
Dari hasil pengamatan untuk parameter tinggi tanaman dan jumlah daun
tanaman yang diamati minggu ke-1 sampai minggu ke-5 nilai tertinggi
ditunjukkan oleh pemakaian PK + ALTI kecuali untuk tinggi tanaman pada
minggu ke-5 (Gambar 4-6 dan Lampiran 6,10). Hal ini berkaitan erat dengan
kandungan unsur yang ada pada pupuk yang dipergunakan (Lampiran 1).
Apabila dilihat perkembangan tanaman yang ditanam dengan memakai
PK + ALTI pada perlakuan A1T1 dan A1T2 maka pada minggu ke-4 sudah layak
untuk dipanen dari segi tinggi tanaman dan jumlah daun (Lampiran 6.10,73-75).
Hal ini akan menyebabkan hemat waktu, biaya dan tenaga sekitar 20 %.
Srivastava dan Gupta (1996) menyatakan bahwa Mn berperan dalam proses
pembentukan O2 yaitu sebagai biokatalisator dalam fotosintesis. Kandungan
unsur Mn yang dikandung oleh PK + ALTI cukup tinggi dibanding AB Mix
(Lampiran 1) sehingga hal ini berpengaruh besar dalam pertumbuhan vegetatif
tanaman Pakchoy.
Menurut Salisbury dan Ross (1995) tumbuhan yang terlalu banyak
mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat,
dengan sistem akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk akarnya tinggi. Hasil
pemeriksaan laboratorium yang dapat dilihat pada Lampiran 1 jumlah kandungan
nitrogen pada PK + ALTI cukup tinggi, yang cukup tinggi dan akan
mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun (Lampiran 6-11).
Untuk faktor ketersediaan air, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban
dianggap tidak berpengaruh pada masing-masing pupuk karena perlakuannya dan
kondisi diusahakan sama.
Ketersediaan K di dalam tanaman memiliki kemampuan untuk
mengurangi laju transpirasi, sehingga kehilangan air dari dalam tanaman dapat
diperkecil. Menurut Mengel dan Kirby (1979) menyatakan bahwa tanaman yang
mendapat suplai K dalam jumlah cukup akan lebih tahan terhadap kondisi
kekurangan air. Jadi walaupun suhu di lokasi penelitian cukup tinggi sehingga
transpirasi tinggi tapi dapat diimbangi dengan jumlah K yang mencukupi yaitu
untuk PK + ALTI, Superbionik dan AB Mix.
Lebih lanjut Subiyanto (2000) menyatakan bahwa beberapa
konsentrasi yang sesuai untuk proses penyerapan ini ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban intensitas
cahaya), sifat tanaman itu sendiri, serta fase pertumbuhan tanaman. Dalam
kaitannya dengan pertumbuhan tanaman beberapa ahli mengelompokkan
besarnya konsentrasi larutan menjadi tiga, yaitu fase pertumbuhan, fase
pembuahan dan fase pematangan buah, dimana semakin bertambah fase
pertumbuhan, konsentrasi larutan nutrisi yang diberikan semakin meningkat. Dari
Lampiran 6-8 terlihat nilai tertinggi untuk pertumbuhan tinggi tanaman dan
jumlah daun ditunjukan oleh pemakaian PK + ALTI dengan konsentrasi 1.25 EC,
waktu siram 5 menit. Chuan (1994) menyatakan kisaran nilai EC optimum untuk
untuk pakchoy adalah 1.5 – 2.0.
Ketersediaan air yang cukup sangat diperlukan pada sistem hidroponik ini
sehingga untuk waktu siram setiap 10 menit umumnya menunjukan nilai
pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun yang tertinggi.
Hasil Panen
Seluruh bagian tanaman adalah merupakan hasil utama yang akan
dipanen yaitu dipanen pada akhir minggu ke-5 setelah tanam. Bagian yang di
panen tersebut adalah berupa panjang akar, diameter batang, indeks luas daun
berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman dan
berat kering batang tanaman.
Berdasarkan hasil analisis ragam faktor pupuk untuk semua parameter
mempunyai pengaruh yang nyata (Lampiran 12-26).
Nilai substitusi untuk panjang akar, diameter batang, indeks luas daun
berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman dan
berat kering batang tanaman pada pemakaian PK + ALTI dibandingkan AB Mix
sebagian bernilai negatif dan Superbionik dibandingkan AB Mix mempunyai
nilai substitusi negatif (Lampiran 35).
Akar tanaman dapat menyerap nutrisi melalui prinsip tekanan osmosa,
dan ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam akar
dengan di luar akar (larutan nutrisi). Abe (1995) menyatakan material organik
kadang-kadang menyebabkan suatu supresi menyangkut pertumbuhan dari
tanaman padi di semaian bibit tidak lama sesudah ditransplantasi. Material
organik menginfeksi sebagian dari pemanjangan nodul akar yang muncul
terutama pada fase reproduksi dari pertumbuhan padi. Karena tinggi konsentrasi
pupuk dan lama waktu siram akar mendapatkan nutrisi yang cukup banyak
sehingga menyebabkan akar menjadi panjang (Gambar 6).
Menurut Limbongan dan Monde (1999) pemberian pupuk organik
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun perumpun. Lebih lanjut
dijelaskan pupuk kandang menurunkan berat isi, meningkatkan ruang pori total,
pori aerasi, pori air tersedia, meningkatkan kejenuhan basa, dan P tersedia serta
menurunkan kejenuhan Al. Kelarutan pupuk dan tingginya konsentrasi
merupakan salah satu faktor untuk mempertinggi indeks luas daun.
Sumarni dan Rosliani (2001) dalam penelitiannya menyatakan tanaman
untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangannya harus melakukan
fotosintesis dan respirasi sel. Dalam hal ini peran daun sangat penting karena
tempat berlangsungnya fotosintesis. Diasumsikan makin besar luas daun maka
makin tinggi fotosintat atau karbohidrat yang dihasilkan. Fotosintat itu digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain pertambahan ukuran
panjang/tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru, yang diekspresikan
dalam bobot kering tanaman. Semakin tinggi fotosintat yang dihasilkan
diasumsikan semakin tinggi fotosintat yang ditranslokasikan dari organ sumber
(daun) ke organ penerima (buah). Karena itu dengan luas daun yang memadai
makin tinggi bobot kering tanamannya, dan hasil buah tentu akan makin tinggi
pula.
Tingginya nilai indeks luas daun dan secara langsung akan
mengakibatkan tingginya berat basah dari jumlah keseluruhan daun. Tingginya
berat basah akar dan berat kering akar merupakan akibat tersedianya unsur yang
tinggi dalam pupuk yang digunakan (Lampiran 1a). Menurut Resh (1983) dan
Chuan (1994) tingginya kandungan unsur Ca akan mempercepat pertumbuhan
akar serta mempermudah penyerapan K oleh tanaman serta kandungan P yang
tinggi mendorong pertumbuhan bunga, buah serta akar yang sehat dan kandungan
S yang tinggi meningkatkan kerja P.
Kandungan gizi tanaman setelah panen
Nilai substitusi untuk kandungan protein, lemak dan karbohidrat
merupakan nilai tertinggi yang ditunjukkan oleh perlakuan Superbionik sehingga
mempunyai nilai substitusi positif terhadap AB Mix. Pemakaian PK + ALTI
dibanding AB Mix juga mempunyai nilai positif yang cukup besar seperti
tercantum pada Lampiran 35.
Hal ini disebabkan sangat tingginya kandungan unsur yang ada pada
Superbionik (Lampiran 1a) ya itu unsur N, P, K, S, Ca yang merupakan unsur
makro. Seperti yang dikemukakan oleh Handayanto dan Ismunandar (1999)
bahwa banyak kendala untuk pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal
apabila kandungan bahan organik rendah, masam, kahat unsur P, N, Ca, Mg, K,
Mo, Zn dan Cu, kandungan Al dan Mn yang tinggi, kapasitas tukar kation dan
kejenuhan basa rendah, serta rentan terhadap erosi. Harris (1994) juga
menyatakan N adalah komponen penting dari semua protein dimana dapat
dijumpai di klorofil dan sitoplasma.
Kandungan kadar air dan kadar abu Superbionik mempunyai nilai yang
lebih kecil dari AB Mix sedangkan kolrofil dan serat kasar mempunyai nilai lebih
kecil dari PK + ALTI. Hal ini disebabkan tidak stabilnya suhu, pH dan EC dari
larutan pupuk yang dipakai dimana sering > 7.0 (Lampiran 2-5).
Morgan (1999) menyatakan pH dari larutan hidroponik adalah penting, karena
merupakan kontrol untuk ketersediaan dari nutrisi garam-garam mineral. Untuk
produksi sayuran hidroponik, pH berkisar antara 5.6 – 6.0 adalah dapat diterima.
Defisiensi nutrisi dapat terjadi pada tingkatan di atas atau di bawah
cakupan yang bisa diterima, garam atau unsur-unsur tertentu hanya tersedia
untuk tumbuhan di dalam suatu cakupan pH tertentu. Suatu nilai pH harus dipilih
mana yang menyediakan kondisi-kondisi pengambilan terbaik untuk
pertumbuhan. Nilai pH antara 5.8 dan 6.5 untuk kebanyakan tumbuhan,
bagaimanapun, tumbuhan dapat bertahan mencakup pH 5 - 7.5. Di bawah pH 5
ada suatu bahaya merusak dan membinasakan jaringan akar dari tumbuhan. Di
atas pH 7.5 sebagian dari nutrisi bisa dipercepat ke luar dari larutan dan menjadi
tak tersedia kepada tanaman itu. Fe, Mn dan Zn menjadi kurang tersedia seperti
pH dari 6.5 - 7.5 atau 8.0.
Kandungan unsur Ca yang terdapat pada PK + ALTI sangat besar
(1200.73 ppm). Menurut Sutiyoso (2003) unsur Ca dalam jumlah cukup banyak
menyebabkan tanaman terasa manis begitu juga kandungan unsur S (196.64 ppm)
membuat tanaman akan lebih renyah apabila dimakan. Hal ini merupakan nilai
positif bagi tanaman sayur sehingga sayuran pakchoy dengan memakai PK +
ALTI layak untuk dikomsumsi dan menyehatkan tubuh manusia.
Pada Lampiran 79 diperlihatkan perbandingan kandungan gizi tanaman
pakchoy masing-masing perlakuan terhadap tanaman pakchoy yang diteliti oleh
FAO (Tabel 1). Untuk kandungan protein, serat, unsur P, Fe, K dan Ca jauh lebih
tinggi dari FAO. Hal ini disebabkan tingginya kandungan unsur yang terdapat
dalam pupuk baik PK + ALTI, Superbionik maupun AB Mix.
Total unsur tanaman setelah panen
Nilai substitusi untuk total unsur tanaman setelah panen mempunyai nilai
substitusi positif dan negatif antara ketiga macam pupuk (Lampiran 35). Dari
ketiga macam pupuk yang digunakan menghasilkan tanaman yang mengandung
kandungan unsur yang berbeda-beda. Adapun unsur yang di ukur dalam hal ini
adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Na, Mn, Cu, dan Zn. Untuk kandungan unsur
masing-masing tanaman dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada
Lampiran 34.
Pada Gambar 7 ditunjukkan rerata kandungan unsur Nitrogen antara
ketiga macam pupuk dengan waktu siram 10 menit.
Gambar 7. Rerata total unsur N tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah
panen dengan waktu siram 10 menit.
Pada EC 1.80, Superbionik menunjukkan nilai 58 % Total Unsur N, AB
Mix (38 % Total Unsur N) dan PK + ALTI (26 % Total Unsur N). Pada
konsentrasi tersebut berarti bahwa substitusi PK + ALTI terhadap AB Mix adalah
- 31 % dan Superbionik terhadap AB Mix adalah + 52 %. Jadi pemakaian
Superbionik lebih efektif dari AB Mix sebesar 52 %. Hal ini disebabkan
kandungan hara mineral N yang tinggi dalam Superbionik yaitu 62468.21 ppm
(Lampiran 1) maka kandungan N dalam tanaman juga tinggi. Sedangkan PK +
ALTI mempunyai nilai substitusi negatif sebesar 31 % terhadap AB Mix.
Kandungan N (Lampiran 1a) dalam pupuk PK + ALTI (1953.91 ppm)
kalau dibanding dengan AB Mix (142.27 ppm) mempunyai nilai lebih 1373 %
dimana PK + ALTI adalah merupakan pupuk organik.
Walaupun PK + ALTI mempunyai nilai substitusi negatif terhadap AB
Mix namun bahan ini sebaga i limbah terhadap lingkungan, maka PK + ALTI
memiliki nilai positif sangat besar, yaitu sebagai bahan untuk pupuk dan dapat
menggantikan pupuk inorganik industri (AB Mix).
Menurut Salisbury dan Ross (1995) serta Resh (1983) dan Chuan (1994)
nitrogen mendorong pembentukan daun, karena demikian banyak senyawa
penting tidaklah mengherankan kalau pertumbuhan akan lambat tanpa nitrogen.
Tumbuhan yang mengandung nitrogen untuk sekedar tumbuh saja akan
menunjukkan gejala kekahatan, yakni klorosis biasa terutama pada daun tua
(Lampiran 74). Pada kasus yang parah, daun menjadi kuning seluruhnya lalu
agak kecoklatan saat mati. Biasanya, daun gugur pada fase kuning atau kuning
kecoklatan. Daun muda tetap hijau lebih lama karena mereka mendapatkan
nitrogen larut yang berasal dari daun yang tua. Tapi pada kenyataan
pertumbuhan dengan memakai Superbionik ini kurang bagus pertumbuhannya
karena pH larutan sering tidak stabil sehingga banyak unsur justru tidak dapat
diserap dengan baik oleh akar (Lampiran 4).
Dalam hal ini tanaman yang memakai pupuk PK + ALTI mempunyai
kelebihan yaitu mengandung serat yang tinggi serta rerata tinggi serta jumlah
daun juga paling besar (Lampiran 77). Ketiga parameter ini merupakan patokan
untuk tanaman sayur. Konsumen lebih banyak memilih sayuran jumlah daun dan
tinggi tanaman lebih besar serta kandungan serat yang tinggi. Dan pemakaian
pupuk PK + ALTI juga ramah akan lingkungan dan harganya murah.
Menurut Chuan (1994) pH optimum untuk tanaman pak choy adalah 7,0.
Mengingat pentingnya pH bagi ketersediaan nutrisi tanaman hidroponik, maka
pH larutan nutrisi perlu senantiasa dijaga agar tidak keluar dari kisaran yang
dibutuhkan tanaman (Subiyanto, 2000). Pada Lampiran 4 kisaran pH untuk PK +
ALTI dan AB Mix cukup stabil sedangkan Superbionik sering berubah melewati
pH optimum (> 7.0) sehingga proses penyerapan agak terganggu walaupun
kandungan nutrisi dalam pupuk tersebut mencukupi.
Lebih lanjut Nichols dan Atkins (2004) juga menyatakan pH adalah suatu
ukuran kadar keasaman atau ukuran basa / aktivitas ion hidrogen di dalam air,
yaitu dari 0 – 14 dengan 7 netral. Kebanyakan tumbuhan tumbuh terbaik
manakala medium itu pH adalah 5.6 - 6.2. Yang utama pH pada pertumbuhan
tumbuhan akan mengendalikan ketersediaan nutrisi. pH rendah mungkin adalah
respon kelebihan Fe dan ketersediaan Mn yang mendorong ke arah toksik atau Ca
dan Mg yang tak mencukupi. pH tinggi adalah lebih buruk seperti dapat
menyebabkan kekurangan dari banyak nutrisi itu. Nutrisi harus terlarut dalam air
supaya dapat diserap oleh akar. Proses kondensasi (kebalikan dari pelarutan)
menghasilkan bentuk padat dalam larutan nutrisi, yang membuat nutrisi tidak
dapat diserap tanaman. Nilai pH yang mencolok dapat menyebabkan kondensasi
dari nutrisi tertentu ( Diatloff, 1998). Morgan (1999) lebih lanjut juga
menyatakan bila pH meningkat dari 6.5 menjadi 7.5 atau 8, beberapa elemen
seperti Fe, Mn dan P akan berkurang dan ciri-ciri kekurangan nutrisi akan mulai
terlihat, walaupun nutrisi ini tersedia dengan tingkatan yang cukup di dalam
larutan. Bila pH terlalu tinggi, akan menurunkan kadar Fe dalam larutan
hidroponik dan menjadikannya sama sekali tidak dapat diserap oleh tanaman dan
menyebabkannya klorosis pada bagian atas daun ( Lampiran 74).
Korelasi antar parameter tanaman
Berdasarkan Tabel 9 serat kasar mempunyai korelasi yang sangat tinggi
terhadap tinggi tanaman, diameter batang, indeks luas daun, berat basah, berat
basah akar, berat kering batang, protein, lemak, klorofil, kadar air, kadar abu, dan
total unsur N.
Pada Gambar 8 ditunjukkan rerata tinggi tanaman antara ketiga macam
pupuk dengan waktu siram 10 menit.
Gambar 8. Rerata tinggi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) pada minggu ke-4
dengan waktu siram 10 menit.
Pada EC 1.80, PK + ALTI menunjukkan nilai 22.40 cm tinggi tanaman,
AB Mix (18.00 cm tinggi tanaman) dan Superbionik (16.00 cm tinggi tanaman).
Pada konsentrasi tersebut berarti bahwa substitusi PK + ALTI terhadap AB Mix
adalah + 24 % dan Superbionik terhadap AB Mix adalah – 11 %. Jadi pemakaian
PK + ALTI lebih efektif dari AB Mix sebesar 24 %. Sedangkan Superbionik
mempunyai nilai substitusi negatif sebesar 11 % terhadap AB Mix. Walaupun
Superbionik mempunyai nilai substitusi negatif tetapi secara ekologis lebih
ramah terhadap lingkungan dan aman untuk dikomsumsi karena merupakan
pupuk organik.
Untuk tinggi tanaman yang sama yaitu 20.00 cm ternyata PK + ALTI
memerlukan EC 2.32, AB Mix EC 1.31 dan Superbionik EC 1.26. Pada tinggi
tanaman 20.00 cm tersebut nilai substitusinya pupuk PK + ALTI terhadap AB
Mix adalah -77 %, Superbionik terhadap AB Mix adalah + 3 %. Jadi pemakaian
Superbionik lebih efisien daripada AB Mix 3 % sedangkan PK + ALTI
mempunyai substitusi negatif sebesar 77 % terhadap AB Mix.
Tabel 10. Substitusi harga total unsur N pada tinggi tanaman 20 cm
PK + ALTI Superbionik AB Mix
Kandungan Unsur N (ppm) 1953.91 62468.21 142.27
Harga pupuk/m2 1400 80000 3000
Harga Unsur N per 1 ppm (Rp) 0.72 1.28 21.09
EC (tinggi 20 cm) 2.32 1.31 1.26
Kandungan Unsur (ppm) 3248 1834 1764
Total harga unsur N / m2 (Rp) 2,327 2,349 37,197
Total harga unsur N / ha (Rp) 23,272,310 23,487,147 371,968,792
Efisiensi harga terhadap 93.74 93.69 0AB Mix (%)
Macam pupukUraian
Pada Tabel 10 untuk tinggi tanaman yang sama PK + ALTI mempunyai
nilai substitusi negatif sebesar 77% terhadap AB Mix untuk jumlah pupuk yang
diperlukan, ternyata total harga unsur N-nya per hektar mempunyai nilai yang
paling kecil yaitu Rp 23.272.310 dan substitusi harga paling besar yaitu 93.74 %
terhadap AB Mix. Jadi dengan nilai EC yang paling tinggi (2.32), PK + ALTI
mempunyai harga yang paling murah.
Walaupun PK + ALTI mempunyai nilai substitusi negatif terhadap AB
mix terhadap jumlah EC disamping harganya murah secara ekologis bahan ini
masih berguna dalam kehidupan walaupun diperlukan dalam jumlah
konsentrasi yang lebih besar. Dari segi ekonomis lebih tinggi nilainya karena
terbuat dari bahan terbuang yaitu limbah dari kotoran sapi namun tetap
bermanfaat bagi lingkungan dan substitusi hara mineral organik terhadap
inorganik, pupuk lebih mahal dapat digantikan oleh pupuk organik yang lebih
sehat dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar kita.
Pemakaian pupuk PK + ALTI lebih efektif daripada AB Mix dan pupuk
Superbionik lebih efisien dari AB Mix untuk parameter tinggi tanaman dimana
sangat erat korelasi (Tabel 9) antara kandungan serat kasar dengan tinggi
tanaman (89 %). Tambah tinggi tanaman maka tambah banyak pula serat kasar
yang dikandung oleh tanaman tersebut. Sayuran yang baik harus dapat
mencukupi kandungan gizi yang diperlukan dalam makanan. Soekirman (1993)
menyatakan mengkomsumsi sumber nabati yang banyak mengandung serat
sebagai pencegah penyakit kanker. Sesuai dengan Lampiran 34 dan 77
kandungan serat kasar terutama dengan perlakuan PK + ALTI (96%) sangat
tinggi, jadi pakchoy merupakan sayuran yang baik untuk dikomsumsi. Semakin
tinggi komsumsi serat larut akan semakin banyak asam empedu dan lemak
dikeluarkan tubuh (Khomsan, 2003). Sehingga kemungkinan menumpuknya
kolesterol dalam darah dapat dihindari dengan mengkomsumsi sayur pakchoy
terutama dengan memakai pupuk organik.
Serat kasar juga mempunyai korelasi yang sangat besar terhadap
kandungan protein, lemak, karbohidrat, klorofil, kadar air, kadar abu dan jumlah
unsur N. Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan energi untuk
aktivitas kehidupan. Energi yang diperoleh dapat berasal dan hewani maupun
nabati. Dalam sayuran pakchoy ini terdapat protein, lemak dan juga karbohidrat
sebagai sumber energi. Seperti dinyatakan oleh Wikawati (1990) energi dalam
pangan merupakan hasil pembakaran dari zat gizi makro karbohidrat, lemak,
protein dan mutu kualitatif pangan diperkirakan dari besarnya sumbangan protein
terhadap nilai energi. Lebih lanjut dinyatakan kekurangan asam lemak essensial
menyebabkan penyakit jantung dan kerusakan endotel, sebagaimana fungsi asam
lemak adalah menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel dan membuat
zat-zat seperti hormon (eucosanoid) yang dapat meningkatkan kecerdasan dan
kekebalan tubuh (Thoha, 2004). Lemak dalam pangan berfungsi sebagai sumber
energi yang padat bagi tubuh yaitu 9 kkal/g, menghemat protein tiamin; membuat
rasa kenyang lebih lama; membuat rasa makanan menjadi enak; memberi zat gizi
lain yang dibutuhkan tubuh (Karsin, 2004). Dengan memakan sayur adalah
merupakan cara yang aman untuk menghindari kemungkinan penyakit diatas
dengan resiko lebih kecil. Banyak mengkomsumsi makanan berasal dari
tumbuhan mempunyai resiko lebih rendah untuk terserang penyakit jantung
(Khomsan, 2003).
Sedangkan kandungan total unsur Mg mempunyai nilai korelasi negatif
tertinggi terhadap parameter tinggi tanaman, indeks luas daun, berat basah, berat
kering batang.
Kandungan unsur Mg yang cukup kecil (Lampiran 1) dalam pupuk
berkaitan erat dengan parameter tinggi tanaman, indeks luas daun, berat basah,
berat kering batang. Menurut Harris (1989) Mg berpengaruh penting terhadap pH
tanah. Dengan stabilnya pH tanah maka pertumbuhan tanaman dapat berjalan
dengan baik sehingga mempengaruhi parameter-parameter tersebut. Menurut
Resh (1983) dan Chuan (1994) fungsi dari Mg adalah membentuk klorofil (hijau
daun) serta aktif dalam distribusi P keseluruh tubuh tanaman. Karena kandungan
Mg yang tinggi ini maka tanaman pakchoy dengan pupuk ini mengandung
klorofil paling tinggi. Tingginya klorofil akan meningkatkan fotosintesis dan
distribusi P akan mempengaruhi unsur N, serat kasar (Harris, 1989). Tanaman
mengalami klorosis apabila nilai Mg rendah dan menyebabkan tidak terbentuk
klorofil seperti disajikan pada Lampiran 76.
Unsur Zn mempunyai nilai korelasi negatif tertinggi terhadap parameter
panjang akar. Kecukupan mineral ini dalam makanan dapat mengurangi resiko
kerusakan saraf secara permanen untuk defisiensi Zn (Karsin, 2004). Defisiensi
Zn merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan anak
(Riyadi, 1992). Untuk parameter panjang akar bukan merupakan faktor yang
utama dalam pemilihan kualitas sayur maka nilai korelasi negatif adalah bagus.
Dilihat dari kandungan mineral sayur pakchoy ini maka sangat baik untuk
dikomsumsi terutama bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan.
Gangguan akibat kekahatan Zn meliputi lambatnya pertumbuhan batang,
tepi daun sering tampak mengerut dan berubah bentuk daun kerdil dan fungsinya
mendorong proses pengubahan tenaga dalam tubuh tanaman (Salisbury & Ross
(1995) dan Resh (1983) dan Chuan (1994).
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Pemakaian pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi
tanaman, jumlah daun, panjang akar, diameter batang, indeks luas
daun, berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering
akar tanaman, berat kering batang tanaman. Konsentrasi pupuk dan
waktu siram juga berbeda nyata untuk tinggi tanaman.
2. PK + ALTI pada perlakuan konsentrasi 1.25 pada waktu siram 5 dan
10 menit minggu ke-4 sudah layak untuk dipanen dari segi tinggi
tanaman dan jumlah daun sehingga akan menghemat waktu, biaya
dan tenaga sekitar 20 % dibanding waktu panen normal minggu ke-5.
3. Nilai substitusi kandungan total unsur N Superbionik lebih tinggi
terhadap AB Mix dimana pemakaian Superbionik lebih efektif dari
AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata
Superbionik hasilnya lebih besar dari AB Mix (substitusi 52 %).
Sedangkan nilai substitusi tinggi tanaman PK + ALTI lebih tinggi
terhadap AB Mix dimana pemakaian PK + ALTI lebih efektif dari
AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata PK +
ALTI menunjukkan nilai lebih besar dari AB Mix (substitusi 24%).
Sementara Superbionik lebih efisien dari AB Mix karena untuk tinggi
tanaman yang sama (20.00 cm) Superbionik memerlukan EC paling
kecil, yaitu 1.26.
4. PK + ALTI lebih efisien dari segi harga karena lebih murah, ekonomis
dan terbuat dari bahan yang terbuang, lebih sehat, mudah diperoleh
dan secara ekologis bahan ini masih berguna bagi kehidupan.
5. Sayuran organik menggunakan pupuk PK + ALTI lebih baik daripada
memakai AB Mix dari segi kualitas serat kasar yang dikandungnya.
SARAN
1. Perlu dikembangkan pupuk PK + ALTI dengan konsentrasi pupuk
sejalan kandungan Superbionik agar diperoleh hasil pertumbuhan
lebih optimal.
2. Perlu dilakukan penelitian untuk jenis sayuran hidroponik yang lain
menggunakan pupuk organik dalam media larutan atau sebagai pupuk
cair bagi hidroponik dan aeroponik.
DAFTAR PUSTAKA
Abe J, Songmuang P, Harada J. 1995. Root Growt of Paddy Rice with
Application of Organic Materials as Fertilizers in Thailand. JARQ 29 (2), 77-82
Adianto. 1993. Biologi Pertanian . Pupuk Kandang, Pupuk organik Dan
Insektisida . Penerbit Alumni . Bandung
Bastanta E S. 2003. Budidaya Kubis di Pertanian Organik Yayasan Bina Bakti Cisarua. Departemen Biologi. FMIPA . Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chuan T L A. 1994. a Guide to Hydroponics Singapore Science Centre. Singapore.
Cooke G W. 1987. Fertilizing for Maximum Yield. Granada Publ. London .297p Cooper A . 1979. The ABC of NFT . Grower Books , London. Darmijati S, Syarifuddin K. 1988.Tangggapan kacang tanah terhadap sisa
bahan organik di lahan kering . Penelitian Pertanian 8 (2) : 90 –94 Diatloff E. 1998. pH-What Does It Relly Means ? Best Of Practical Hydroponics
& Greenhouse-International Trade Directory. Dinas Kebersihan. 2002. Pemantauan Kualitas Air di Sekitar IPAK Duri
Kosambi Jakrta Barat. Propinsi DKI Jakarta . Jakarta Economakis C D. 1999. Effect of solution conductivity on growth and yield of
lettuce in Nutrient Film Tecnique. Acta Horticulturae. Http;/acta horticulturae/html. [29 Desember 2002]
Elsivier. 1981. Agricultural Compendium. Elsevier Science. Publishing
Company. Nedherlands. Fauci M F. and Dick R P. 1994. Spoil microbial dynamics : short-and long-term
effects of inorganic and organic nitrogen. Soil Sci. Soc. Am. J. 58 : 801-806
Food and Agriculture Organization of The United Nation. 1972. Food
Composition Table for Use in East Asia . Food Policy and Nutrition Division. Roma.
Gomez, Kwanchai A. & Arturo A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. UI-Press. Jakarta
Graves C J. , Hurd R G. 1983. Intermittent solution circulation in nutrient film tecnique. Acta Hort. 133 : 47 – 52
Haikal R E. 1993. Pemeliharaan Tanaman Paprika (Capsicum annuum var.
Grossum) Dengan teknik Hidroponik Menggunakan Kompos Cair dari Limbah Tanaman Bersangkutan [ skripsi ]. Jur. Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Handayani I. 2003. Respon Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa) dalam Media
Arang Sekam, Kasting, dan Larutan Hara (Hidroponik) Handayanto E , Ismunandar S. 1999. Seleksi bahan organik untuk peningkatan
sinkronisasi nitrogen pada ultisol Lampung. J. Habitat Vol. 11 No. 109 : 37 – 47
Harjadi S S. 1989. Dasar-dasar Holtikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Harris D. 1994 . The Illustrated Guide to Hydroponics . Tien Wah Press (Pte.) ,
Ltd. Singapore Harris R S. 1989. Pengaruh Budidaya Pertanian terhadap Susunan Bahan Pangan
Nabati Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Terjemahan. ITB. Bandung
Hermawan. 2004. Pengaruh Tingkat EC (Electrical Conductivity) terhadap
PertumbuhanEmpat Varietas Selada pada Sistem Ebb and Flow [skripsi]. Departemen Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hilman Y , Asgar A. 1995. Pengaruh Umur Panen Pada Dua Macam Paket
pemupukan terhadap Kuantitas Hasil Bawang Merah Kultivar Kuning di dataran rendah. Bul. Penel. Hort. 27 940 : 40-50.
Karsin E S. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Klasifikasi Pangan dan Gizi.
Penebar Swadaya. Jakarta Karsono S, Sudarmodjo , Sutiyoso Y. 2002 , Hidroponik Skala Rumah Tangga .
Agro Media Pustaka. Khomsan.A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Kristanti N. 1998. Krakteristik Konduktivitas Listrik Larutan Nutrisi Tanaman
Selada (Lactuva sativa L.) Pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) Dengan Sirkulasi Larutan Nutrisi Secara Berkala [skripsi]. Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Limbongan J, Monde A. 1999. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Kultivar Palu. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. J. Holtikultura. Volume 9 No. 3 .212-219.
Lingga P. 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.Penebar Swadaya .
Jakarta Mengel K and Kirby E A. 1979. Principles of Plants Nutrition. International
Potrash Institute. Berne. Switzerland. Marschner H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants . Institute of Plant
Nutrition University of Hohenheim Federal Republik of Germany. Academic Press . London.
Mattjik A A, Sumertajaya I . 2002. Perancangan Percobaan Dengan
Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi kedua. IPB Press. Bogor. Matsuoka T, Suhardiyanto , Herrry, Yuwono A S. 1992. Energy and thermal
aspect of interittent circulation of the cooled nutrient solution for NFT cultivation in summer . Bull. Rest; Inst. Syst. Hort. Fac. Of Agric. Kochi Univ. 9 65-71
Morgan L. 1999. Hydroponic Lettuce Production.Casper Publication Pty. Ltd.
Australia Morgan L. 1999. Practical Hydroponics & Greenhouses. Casper Publication Pty.
Ltd. Australia Nichol S M and Atkins K. 2004. Organic (Part Two). http : www .
maximumyield. Com /viewart.php? article = 202. View Article, Indoor Gardening and Hydroponic, Maximun Yield [17 Juni 2004]
Nugroho A, Basuki N, Nasution M A. 1999. Pengaruh Pemberian Pupuk
Kandang dan Kalium terhadap Produksi dan Kualitas Jagung Manis (Zea mays saccharata ) pada Lahan Kering. J. Ilmiah Habitat Vol. 10 : 33-38
Permana H W. 2001. Tingkat pertumbuhan Pakchoi (Brassica chinensis) yang
ditanam secara hidroponik dan nonhidroponik.Jur. Biologi .FMIPA Bogor :IPB
Resh H M. 1981. Hydroponics : Question and Answer for Succesful Growing. Woodbridge Press. Santa Barbara.
Resh H M. 1983. Hydroponics Food Production. Woodbridge Press. Santa Barbara, California (USA).
Riyadi H. 1992. Hubungan Seng Serum dengan Hambatan Pertumbuhan pada Anak Sekolah Dasar [tesis]. Prog. Pascasarjana. IPB. Bogor
Roan P N M. 1998. Pengaruh Aerasi dan Bahan Pemegang Tanaman Pada Tiga Konsentrasi Larutan Terhadap Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa L.) Dalam Sistem Hidroponik Mengapung [skripsi]. Jur. Budidaya Pertanian. IPB.
Rosliani R, Hilman Y. 2002. Pengaruh Pupuk Urea Hayati dan Pupuk Organik Penambat Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. J. Hort. 12 (1) : 17-27
Rubatzky E V, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia 2 . Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Rukmana R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi . Kanisius . Yogyakarta.
Rubatzky V E, Yamaguchi M . 1998 . Sayuran Dunia 2 , Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi kedua. Eds. ITB. Bandung
Salisbury F B and Ross C W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB Bandung
Salisbury F B and Ross C W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Bandung
Schoenstein G. 1986. Hydro-organics. Will it work ? . Proceedings of 17th Conference Hydroponics Society of Amerika.Hlm : 121 – 125
Sie monsma J S and Piluek K 1994. Prosea . Plant Resources of South – East Asia 8 . Vegetables . pp. 130 – 134
Soekirman. 1993. Masalah Gizi Ganda Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua. Widyakarya Pangan dan Gizi. Jakarta
Srivastava P C and Gupta U C. (1996). Trace Elements in Crop Production. Science Publishers, Inc. USA
Subiyanto. 2000. Pengelolaan Nutrisi Dalam Teknik Budidaya Hidroponik Pada Tanaman Holtikultura Semusim. J. Analisis Sistem . Nomor 14, Tahun VII . 44 – 52
Sugito Y. 1995. Sistem Pertanian Organik , Univertas Negeri Malang .Malang Sumarni N , Rosliani R. 2001. Media Tumbuh dan Waktu Aplikasi Larutan Hara
untuk Penanaman Cabai Secara Hidroponik. J. Hort. 11 (4) : 237-243 Sutarjo. 1995. Peranan Bahan Organik terhadap Perubahan Sifat Tanah dan
Produksi Bawang Putih (Allium sativum L.) DI Tiom, Irian Jaya [skripsi]. Institut Pertanian Bogor
Sutiyoso Y. 2003. Prospek Hidroponik dalam Menanggulangi Keperluan
Pangan. Seminar Sehari Laboratorium Fisiologi Tumbuhan. Jur. Biologi FMIPA-IPB. Bogor.
Sutiyoso Y. (2003). Meramu Pupuk Hidroponik : Tanaman Buah, Tanaman
Sayur, Tanaman Hias/Bunga. Penebar Swadaya. Jakarta Syarifuddin K A, Abdurachman A. 1994. Optimasi pemanfaatan sumber daya
lahan berwawasan lingkungan. Di dalam : Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta/ Bogor, 23 – 25 Agustus 1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hlm 98 – 100
Thoha. 2004. Asam Lemak Essensial untuk Optimalisasi Fungsi Otak Balita
[tesis]. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Tyndall H D. 1983. Vegetables in The Tropics Macmillan Education Ltd
Hampshire
Wahyuni A D. 2003. Pengaruh Komposisi Hara Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Rawit Dalam Sistem Hidroponik. Departemen Budidaya Pertanian [ skripsi ]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wibowo N L. 1993. Pemanfaatan Limbah Tanaman Tomat sebagai Larutan Hara Hidroponik Tanaman Tomat (Lycorpersicon esculentum Mill)[skripsi]. Jurusan Biologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widiastuti M M D. 2000. Budidaya Pak Choi (Brassica chinensis L.) dengan media hidroponik dan kasting di Padepokan Bumi Mandiri Cisaat , Sukabumi [ skripsi ]. IPB . Bogor.
Wikawati W.1990. Keragaman Komsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga petani dengan Pola Usaha Tani yang Berbeda di Kabupaten Jember [tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
William C N, Uzo J O, Peregrine W T H. 1993. Produksi Sayuran Di daerah Tropika . Eds. Gajah Mada University Press. Malang
Lampiran 1b. Prosedur Pembuatan PK + ALTI Bahan-bahan :
1. Pupuk Organik Super ( pupuk kandang dari sapi yang sudah difermentasi dari Sukabumi)
2. Air Limbah Tinja yang sudah dine tralisasi diambil dari kolam netralisasi IPAK Duri Kosambi – Cengkareng
3. Air 4. H3PO4 / H2SO4 dan KOH
Alat-alat :
1. Blender 2. Saringan 3. Wadah pupuk 4. Pengaduk 5. pH meter 6. EC meter
Prosedur pembuatan :
1. Pupuk Kandang diambil sekitar 200 gram dan dicampur dengan air sampai volume 1 liter dan dihaluskan dengan blender dan disaring sampai menghasilkan supernatan yang kental.
2. Supernatan ini kemudian diuji kelaboratorium untuk mengetahui kandungan unrsur-unsur yang terdapat di dalamnnya.
3. Disamping itu Air Limbah Tinja juga dianalisis kandungan unsur-unsur yang terdapat didalamnya.
4. Dalam pembuatan larutan PK + ALTI Untuk EC 1.25 diperlukan perbandingan supernatan pupuk kandang dengan air limbah tinja dengan perbandingan 1 : 5, sedang untuk EC 2.50 perbandingannnya 1 : 2.5.
5. Untuk menurunkan pH menjadi antara 6-7 maka ditetesi dengan H3PO4 atau H2S04 setetes demi setetes sambil diaduk sampai pH-nya sesuai dengan yang diinginkan sedangkan untuk menaikkan pH digunakan KOH.
Lampiran 6. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam
Parameter Perlakuan1 2 3 4 5
Tinggi P1A1T1 10.45ab 15.62ab 21.00ab 22.15abc 24.75bcTanaman P1A1T2 11.10ab 16.87a 23.25a 25.12a 24.25bcd
P1A2T1 11.87a 15.37ab 19.12bc 24.30ab 25.67abcP1A2T2 11.25a 14.87b 16.80cd 19.40c 21.07cdP2A1T1 8.25de 12.75cd 12.75ef 18.82c 22.95bcdP2A1T2 8.75cde 12.25d 14.82de 20.30c 22.17cdP2A2T1 8.35de 9.62ef 10.32fg 12.25d 13.42eP2A2T2 7.62e 8.02f 9.20g 11.62d 12.25eP3A1T1 10.37ab 11.00de 16.25cd 19.32c 27.30abP3A1T2 11.62a 14.50bc 17.25cd 21.40bc 30.07aP3A2T1 10.25abc 12.87cd 18.00c 20.32c 27.92abP3A2T2 9.50bcd 11.12de 12.85ef 14.07d 19.37d
Minggu Setelah Tanam (cm)
Lampiran 7. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata persentase Tinggi Tanaman dalam In Time
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 1.19121 1 2 1,21281 2 1 1.19681 2 2 1.14872 1 1 1.10222 1 2 1.11982 2 1 0.99912 2 2 0.96133 1 1 1.13833 1 2 1.18673 2 1 1.16583 2 2 1.0684
FaktorRata-rata
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman dalam RAL in Time SumberKeragamanP 2 0.4998 75.37 <0.0001*A 1 0.3373 50.86 <0.0001*P*A 2 0.0714 10.77 0.0003*T 1 0.0182 2.76 0.1064P*T 2 0.0013 0.2 0.8175A*T 1 0.1465 22.09 <0.0001*P*A*T 2 0.0141 2.13 0.135Galat (a) 33 0.0066 5.01m 5 14,909 761.07 <0.0001*Galat (b) 15 0.0019 1.48P*m 10 0.038 28.68 <0.0001*A*m 5 0.0307 23.21 <0.0001*T*m 5 0.0034 2.59 0.0278**P*A*m 10 0.0104 7.96 <0.0001*P*T*m 10 0.0105 2.23 0.0184**A*T*m 5 0.0029 6.03 <0.0001*P*A*T*m 10 0.0079 1.1 0.3675Galat © 165 0.0014Total 287 0.0013
F HitungKTDb P
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 9. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Jumlah Daun dalam In Time
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 0,95791 1 2 0,97331 2 1 0,93011 2 2 0,95962 1 1 0,84852 1 2 0,86152 2 1 0,81872 2 2 0,81723 1 1 0,90923 1 2 0,92103 2 1 0,94673 2 2 0,8787
FaktorRata-rata
Lampiran 10. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Jumlah Daun Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam
Parameter Perlakuan1 2 3 4 5
Jumlah P1A1T1 5.00abc 7.50a 10.25a 13.25ab 16.25abcDaun Tanaman P1A1T2 5.00abc 7.75a 10.50a 14.75a 17.50a
P1A2T1 5.00abc 7.25a 9.00abc 12.00bc 14.00cdP1A2T2 5.50ab 7.25a 10.00a 13.25ab 16.25abcP2A1T1 3.75cd 5.00b 7.25cd 10.00cd 11.25efP2A1T2 4.00cd 5.00b 7.50bcd 10.00cd 12.25defP2A2T1 3.25d 5.00b 6.75cd 8.75d 9.75fP2A2T2 3.25d 5.00b 6.50d 8.75d 10.00fP3A1T1 4.25bcd 6.75a 7.75abcd 11.25bc 14.25bcdP3A1T2 4.50bcd 6.50a 8.50abcd 11.25bc 16.75abP3A2T1 5.00abc 7.25a 9.75ab 12.25b 16.25abcP3A2T2 6.25a 6.75a 8.75abcd 6.25e 13.25de
Minggu Setelah Tanam (MST)
Lampiran 11 . Sidik Ragam Jumlah Daun dalam RAL in Time SumberKeragamanP 2 0.3488 41.38 <0.0001*A 1 0.0289 3.43 0.0729P*A 2 0.0071 0.85 0.435T 1 0 0 0.9992P*T 2 0.0159 1.89 0.1667A*T 1 0.0128 1.52 0.2262P*A*T 2 0.0139 1.65 0.2071Galat (a) 33 0.0084 5.43m 5 21,235 1191.43 <0.0001*Galat (b) 15 0.0017 1.15P*m 10 0.0215 13.86 <0.0001*A*m 5 0.0107 6.92 <0.0001*T*m 5 0.0048 3.14 0.0098*P*A*m 10 0.005 3.27 0.0007*P*T*m 10 0.0058 3.79 0.0001*A*T*m 5 0.0047 3.09 0.0108**P*A*T*m 10 0.0047 3.06 0.0014*Galat © 165 0.0015Total 287
F HitungKTDb P
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %
Lampiran 12. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Panjang Akar Setelah Panen
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 1,0651 1 2 1,0691 2 1 1,4281 2 2 1,5042 1 1 0.882 1 2 0,9492 2 1 0,6592 2 2 0,6053 1 1 1,1943 1 2 1,3193 2 1 1,3063 2 2 1,135
FaktorRata-rata
Lampiran 13. Sidik Ragam Panjang Akar Setelah Panen
P 2 1.22 79.61 < 0.0001*A 1 0.01 0.55 0.4639P*A 2 0.47 30.93 <0.0001*T 1 0.00 0.05 0.8196P*T 2 0.00 0.26 0.7750A*T 1 0.04 2.63 0.1137P*A*T 2 0.03 2.18 0.1273Galat 36 0.01Total 47
PSumber Keragaman F HitungKTDb
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 14. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Diameter Batang Tanaman Setelah Panen
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 2,5501 1 2 3,2001 2 1 2,6251 2 2 2,3252 1 1 1,9002 1 2 2,3502 2 1 1,3002 2 2 1,0503 1 1 2,0503 1 2 2,2253 2 1 2,4503 2 2 1,575
FaktorRata-rata
Lampiran 15. Sidik Ragam Diameter Batang Setelah Panen
P 2 4.23 37.26 < 0.0001*A 1 2.90 25.47 < 0.0001*P*A 2 0.70 6.20 0.0049*T 1 0.01 0.07 0.7989P*T 2 0.32 2.83 0.0721A*T 1 2.43 21.34 < 0.0001*P*A*T 2 0.03 0.29 0.7534Galat 36 0.01Total 47
PSumber Keragaman F HitungKTDb
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 16 . Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram
terhadap Rerata Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 838,5621 1 2 1108,5071 2 1 655,001 2 2 582,0452 1 1 546,6652 1 2 613,9402 2 1 188,0252 2 2 118,7653 1 1 982,1453 1 2 1116,4623 2 1 1227,6423 2 2 411,300
FaktorRata-rata
Lampiran 17. Sidik Ragam Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen
P 2 1401170.26 33.57 < 0.0001*A 1 1364857.98 32.70 < 0.0001*P*A 2 39784.98 0.95 0.3950T 1 79062.82 1.89 0.1772P*T 2 212452.13 5.09 0.0113**A*T 1 618723.90 16.33 0.0003*P*A*T 2 179126.37 4.29 0.0213**Galat 36 41739.81Total 47
PSumber Keragaman F HitungKTDb
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %
Lampiran 18. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Tanaman Setelah Panen
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 69,5371 1 2 88,9701 2 1 62,4001 2 2 43,3252 1 1 33,4622 1 2 35,0872 2 1 10,6452 2 2 6,5723 1 1 68,6553 1 2 78,5253 2 1 94,8003 2 2 23,197
FaktorRata-rata
Lampiran 19. Sidik Ragam Berat Basah Tanaman Setelah Panen
P 2 10673.09 38.60 < 0.0001*A 1 5922.74 21.42 <0.0001*P*A 2 174.94 0.63 0.5370T 1 1357.77 4.91 0.0331**P*T 2 1229.62 4.45 0.0188**A*T 1 5264.94 19.04 0.0001*P*A*T 2 1444.05 5.22 0.0102**Galat 36 276.50Total 47
PSumber Keragaman F HitungKTDb
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran20. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 9,4851 1 2 11,1071 2 1 11,2101 2 2 7,1822 1 1 4,0672 1 2 4,2072 2 1 2,1502 2 2 1,4023 1 1 4,7853 1 2 6,9703 2 1 9,3553 2 2 4,462
FaktorRata-rata
Lampiran 21. Sidik Ragam Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen
P 2 184.39 26.81 < 0.0001*A 1 7.87 1.14 0.2918P*A 2 11.76 1.71 0.1953T 1 10.90 1.59 0.2163P*T 2 1.28 0.19 0.8300A*T 1 61.78 8.98 0.0049**P*A*T 2 10.50 1.53 0.2909Galat 36 6.87Total 47
PSumber Keragaman F HitungKTDb
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 22. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 0,7651 1 2 0,9751 2 1 1,0361 2 2 0,7862 1 1 0,4062 1 2 0,4302 2 1 0,2132 2 2 0,1203 1 1 0,4983 1 2 0,5643 2 1 0,6843 2 2 0,414
FaktorRata-rata
Lampiran 23. Sidik Ragam Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen
P 2 1.44 51.09 < 0.0001*A 1 0.04 1.76 0.1929P*A 2 0.10 3.73 0.0336**T 1 0.03 1.15 0.2905P*T 2 0.01 0.27 0.7636A*T 1 0.27 9.77 0.0035**P*A*T 2 0.03 1.07 0.3522Galat 36 0.02Total 47
PSumber Keragaman F HitungKTDb
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %
Lampiran 24. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen
Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram
1 1 1 4,1621 1 2 6,1841 2 1 3,4081 2 2 2,7562 1 1 1,8372 1 2 2,0562 2 1 0,6962 2 2 0,4743 1 1 3,5383 1 2 4,4093 2 1 4,6473 2 2 1,427
FaktorRata-rata
Lampiran 25. Sidik Ragam Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen
P 2 36.24 33.59 < 0.0001*A 1 25.69 23.81 < 0.0001*P*A 2 1.36 1.26 0.2946T 1 0.32 0.30 0.5885P*T 2 3.53 3.28 0.0492**A*T 1 17.31 16.05 0.0003*P*A*T 2 3.38 3.14 0.0554Galat 36 1.07Total 47
PSumber Keragaman F HitungKTDb
* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %
Lampiran 26. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) terhadap Parameter Hasil Panen
PerlakuanPanjang Diameter Indeks Berat Berat Berat BeratAkar Batang Luas Basah Akar Akar Batang(cm) (cm) Daun (g) Basah (g) Kering Kering
P1A1T1 11.92de 2.55bc 838.6bc 69.54ab 9.48ab 0.76bc 4.6bcP1A1T2 12.27de 3.20a 1108.5ab 88.97a 11.10ab 0.97ab 6.18aP1A2T1 27.20ab 2.62b 655.0cd 62.40bc 11.21a 1.03a 3.40bcdeP1A2T2 34.25a 2.32bcd 582.0cd 43.33cd 7.18abc 0.78abc 2.75cdef
P2A1T1 7.82de 1.90de 546.7cd 33.46de 4.06cd 0.40ef 1.83efgP2A1T2 9.00de 2.35bcd 613.9cd 35.09de 4.20cd 0.43def 2.05defgP2A2T1 4.62e 1.30fg 188.0e 10.65ef 2.15d 0.21fg 0.69gP2A2T2 4.17e 1.05g 118.8e 6.57f 1.40d 0.12g 0.47g
P3A1T1 15.75cd 2.05cde 982.1ab 68.66ab 4.78cd 0.49de 3.53bcdP3A1T2 21.97bc 2.25bcd 1116.5ab 78.53ab 6.97bc 0.56cde 4.40bP3A2T1 20.75bc 2.45bc 1227.6a 94.80a 9.35ab 0.68cd 4.64bP3A2T2 14.10cd 1.57ef 411.3de 23.20def 4.46cd 0.41ef 1.42fg
Parameter Hasil Panen
Lampiran 27. Kandungan Protein Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah
Panen setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kandungan Protein (%)1 P1A1T1 1,0722 P1A1T2 1,3873 P1A2T1 2,6464 P1A2T2 2,0265 P2A1T1 2,9186 P2A1T2 2,8137 P2A2T1 4,2558 P2A2T2 4,6319 P3A1T1 2,16210 P3A1T2 1,93711 P3A2T1 2,00112 P3A2T2 3,059
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)
Lampiran 28. Kandungan Lemak Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar
No Perlakuan Kandungan Lemak (%)1 P1A1T1 0.1622 P1A1T2 0.2213 P1A2T1 0.1934 P1A2T2 0.1975 P2A1T1 0.1466 P2A1T2 0.1757 P2A2T1 0.2208 P2A2T2 0.2579 P3A1T1 0.09610 P3A1T2 0.10911 P3A2T1 0.10012 P3A2T2 0.101
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 29. Kandungan Karbohidrat Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.)
Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kandungan Karbohidrat (%)1 P1A1T1 1,3952 P1A1T2 1,6253 P1A2T1 1,4224 P1A2T2 0.7695 P2A1T1 0.4616 P2A1T2 0.4667 P2A2T1 0.9148 P2A2T2 0.9239 P3A1T1 0.39710 P3A1T2 0.53311 P3A2T1 0.37912 P3A2T2 0.812
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 30. Kandungan Klorofil Pada Daun Tanaman Pakchoy (Brassica rapa
L.) Setelah Panen
Klorofil A Klorofil B1 P1A1T1 0.837 0.3802 P1A1T2 0.596 0.2943 P1A2T1 1,527 0.6114 P1A2T2 1,613 0.6505 P2A1T1 0.782 0.4486 P2A1T2 0.740 0.4207 P2A2T1 0.112 0.0528 P2A2T2 0.052 0.1239 P3A1T1 1,315 0.61110 P3A1T2 1,037 0.50611 P3A2T1 1,218 0.51812 P3A2T2 1,414 0.581
No Perlakuan Hasil (mg/l)
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)
Lampiran 31. Kandungan Serat Kasar Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar
No Perlakuan Kandungan Serat (%)1 P1A1T1 0.8952 P1A1T2 0.8863 P1A2T1 1,2094 P1A2T2 0.8855 P2A1T1 0.6306 P2A1T2 0.6227 P2A2T1 0.6348 P2A2T2 0.5929 P3A1T1 0.66710 P3A1T2 0.62411 P3A2T1 0.63612 P3A2T2 1,015
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 32. Kadar Air Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen
setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kadar Air (%)1 P1A1T1 92,9132 P1A1T2 92,2013 P1A2T1 89,8784 P1A2T2 91,8245 P2A1T1 93,2936 P2A1T2 93,3837 P2A2T1 91,4548 P2A2T2 90,9479 P3A1T1 94,12010 P3A1T2 93,66711 P3A2T1 94,37612 P3A2T2 91,102
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 33. Kandungan Abu Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah
Panen setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kandungan Abu (%)1 P1A1T1 1,1642 P1A1T2 1,3193 P1A2T1 1,5764 P1A2T2 1,3765 P2A1T1 1,1606 P2A1T2 1,0677 P2A2T1 1,1738 P2A2T2 1,3879 P3A1T1 1,16010 P3A1T2 1,20811 P3A2T1 1,18612 P3A2T2 1,790
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)
Lampiran 34. Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar
N P K Ca Mg Fe Na Mn Cu Zn(%) (%) (%) (%) (%) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
1 P1A1T1 0.172 0.068 0.325 0.142 0.035 24,414 0.008 22,731 1,677 16,7062 P1A1T2 0.222 0.073 0.376 0.164 0.039 26,624 0.008 26,488 1,898 22,9823 P1A2T1 0.423 0.087 0.459 0.320 0.049 23,775 0.009 44,562 1,098 29,5564 P1A2T2 0.325 0.071 0.413 0.216 0.039 320,074 0.002 38,566 1,317 25,1875 P2A1T1 0.467 0.062 0.462 0.168 0.025 378,082 0.003 30,792 3,616 31,8006 P2A1T2 0.450 0.009 0.395 0.074 0.025 167,100 0.005 27,465 2,828 27,1197 P2A2T1 0.681 0.015 0.291 0.059 0.031 26,766 0.005 32,250 4,833 18,3158 P2A2T2 0.741 0.023 0.266 0.073 0.037 19,847 0.002 37,578 5,357 19,8869 P3A1T1 0.346 0.054 0.510 0.342 0.032 244,928 0.002 51,775 1,179 15,75210 P3A1T2 0.310 0.052 0.459 0.366 0.032 73,383 0.001 51,379 1,249 22,56211 P3A2T1 0.320 0.043 0.465 0.404 0.031 19,375 0.001 52,705 1,368 25,91412 P3A2T2 0.489 0.078 0.654 0.537 0.050 36,229 0.002 89,544 3,189 52,442
Kandungan Total Unsur (satuan)PerlakuanNo
Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)
Lampiran 35. Nilai substitusi antara PK + ALTI terhadap AB Mix, Superbionik terhadap AB Mix pada parameter pengamatan
A1T1 A1T2 A2T1 A2T2 A1T1 A1T2 A2T1 A2T2
1 TINGGI TANAMAN IN TIME 0.05 0.02 0.03 0.07 -0.03 -0.06 -0.14 -0.10
2 TINGGI TANAMAN MINGGU 1 0.01 -0.04 0.16 0.18 -0.20 -0.25 -0.19 -0.20
3 TINGGI TANAMAN MINGGU 2 0.42 0.16 0.19 0.34 0.16 -0.16 -0.25 -0.28
4 TINGGI TANAMAN MINGGU 3 0.29 0.35 0.06 0.31 -0.22 -0.14 -0.43 -0.285 TINGGI TANAMAN MINGGU 4 0.15 0.17 0.20 0.38 -0.03 -0.05 -0.40 -0.176 TINGGI TANAMAN MINGGU 5 -0.09 -0.19 -0.08 0.09 -0.16 -0.26 -0.52 -0.377 JUMLAH DAUN IN TIME 0.05 0.06 -0.02 0.09 -0.07 -0.07 -0.14 -0.078 JUMLAH DAUN MINGGU 1 0.18 0.11 0.00 -0.12 -0.12 -0.11 -0.35 -0.489 JUMLAH DAUN MINGGU 2 0.11 0.19 0.00 0.07 -0.26 -0.23 -0.31 -0.26
10 JUMLAH DAUN MINGGU 3 0.32 0.24 -0.08 0.14 -0.06 -0.12 -0.31 -0.2611 JUMLAH DAUN MINGGU 4 0.18 0.31 -0.02 1.12 -0.11 -0.11 -0.29 0.4012 JUMLAH DAUN MINGGU 5 0.14 0.04 -0.14 0.23 -0.21 -0.27 -0.40 -0.2513 PANJANG AKAR -0.11 -0.19 0.09 0.33 -0.26 -0.28 -0.50 -0.4714 DIAMETER BATANG 0.24 0.44 0.07 0.48 -0.07 0.06 -0.47 -0.3315 ILD -0.15 -0.01 -0.47 0.42 -0.44 -0.45 -0.85 -0.7116 BERAT BASAH 1,011.85 0.13 -0.34 0.87 -0.51 -0.55 -0.89 -0.7217 BRT AKAR BSH 0.98 0.59 0.20 0.61 -0.15 -0.40 -0.77 -0.6918 BRT AKAR KERING 0.54 0.73 0.51 0.90 -0.18 -0.24 -0.69 -0.7119 BRT BTNG KERING 0.18 0.40 -0.27 0.93 -0.48 -0.53 -0.85 -0.67
20 PROTEIN -0.50 -0.28 0.32 -0.34 0.35 0.45 1.13 0.51
21 LEMAK 0.69 1.03 0.93 0.95 0.52 0.61 1.20 1.54
22 KARBOHIDRAT 2.51 2.05 2.75 -0.05 0.16 -0.13 1.41 0.14
23 KLOROFIL A -0.36 -0.43 0.25 0.14 -0.41 -0.29 -0.91 -0.96
24 KLOROFIL B -0.38 -0.42 0.18 0.12 -0.27 -0.17 -0.90 -0.79
25 SERAT KASAR 0.34 0.42 0.90 -0.13 -0.06 0.00 0.00 -0.42
26 KADAR AIR -0.01 -0.02 -0.05 0.01 -0.01 0.00 -0.03 0.00
27 KADAR ABU 0.00 0.09 0.33 -0.23 0.00 -0.12 -0.01 -0.2328 UNSUR N -0.50 -0.28 0.32 -0.34 0.35 0.45 1.13 0.5229 UNSUR P -0.87 0.40 1.02 -0.09 -0.89 -0.83 -0.65 -0.7130 UNSUR K -0.36 -0.18 -0.01 -0.37 -0.09 -0.14 -0.37 -0.5931 UNSUR Ca -0.58 -0.55 -0.21 -0.60 -0.51 -0.80 -0.85 -0.8632 UNSUR Mg 0.09 0.22 0.58 -0.22 -0.22 -0.22 0.00 -0.2633 UNSUR Fe -0.90 -0.64 0.23 7.83 0.54 1.28 0.38 -0.4634 UNSUR Na 3.00 7.00 8.00 0.00 0.50 4.00 4.00 0.0035 UNSUR Mn -0.56 -0.48 -0.15 -0.57 -0.41 -0.47 -0.39 -0.5836 UNSUR Cu 0.42 0.52 -0.20 -0.59 2.07 1.26 2.53 0.6837 UNSUR Zn 0.06 0.02 0.14 -0.52 1.02 0.20 -0.29 -0.62
NO PARAMETERP1 VS P3 (%) P2 VS P3 (%)
Lampiran 36. Korelasi kandungan total unsur dengan luas lahan serta biaya antara PK + ALTI dengan AB Mix dan Superbionik dengan AB Mix
P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 N 1953.91 62468.21 142.27 13.73 439.08 1
2 P 534.71 2574.11 233.58 2.29 11.02 1
3 K 965.85 4408.42 409.72 2.36 10.76 1
4 S 196.64 1472.73 146.04 1.35 10.08 1
5 Ca 1200.73 4362.9 123.45 9.73 35.34 1
6 Mg 306 78.83 78.83 3.88 1.00 1
7 Mn 28.26 117.39 6.52 4.33 18.00 1
8 Fe 204.52 126.83 7.53 27.16 16.84 1
9 Zn 12.26 140.41 6.35 1.93 22.11 1
10 Cu 2.54 59.44 4.29 0.59 13.86 1
HARGA Rp 1400/m2 Rp 80.000/m2 Rp 3000/m2
NO UNSURKANDUNGAN (ppm) LUAS LAHAN (ha)
Lampiran 37. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1
Lampiran 38. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2 Lampiran 39. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3
Lampiran 40. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4
T1
10.4511.87
8.25 8.35
10.37 10.25
0.00
2.004.00
6.00
8.00
10.00
12.0014.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i T
anam
an M
ing
gu
ke
-1 (
cm)
P1
P2
P1
T2
11.10 11.25
8.757.62
11.62
9.50
0.00
2.00
4.006.00
8.00
10.00
12.00
14.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Ting
gi T
anam
an M
ingg
u ke
-1 (
cm)
P1
P2
P3
T1
15.62 15.37
12.75
9.6211.00
12.87
0.002.004.006.008.00
10.0012.0014.0016.0018.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i T
anam
an M
ing
gu
ke
-2 (
cm)
P1
P2
P3
T2
16.8714.87
12.25
8.02
14.50
11.12
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i T
anam
an m
ing
gu
ke
-2 (c
m) P1
P2
P3
T1
21.0019.12
12.7510.32
16.2518.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i T
anam
an M
ing
gu
ke
-3 (
cm) P1
P2
P3
T2
23.25
16.8014.82
9.20
17.25
12.85
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i T
anam
an M
ing
gu
ke
-3 (
cm) P1
P2
P3
T1
22.1524.30
18.82
12.25
19.32 20.32
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i T
anam
an M
ing
gu
ke
-4 (
cm) P1
P2
P3
T2
25.12
19.4020.30
11.62
21.40
4.07
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
ggi T
anam
an M
inggu ke-
4(cm
) P1
P2
P3
Lampiran 41. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5
Lampiran 42. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In time
Lampiran 43. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1
Lampiran 44. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2
T1
24.75 25.6722.95
13.42
27.30 27.92
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i Tan
aman
Min
gg
u
ke-5
(cm
)
P1
P2
P3
T2
24.2521.0722.17
12.25
30.07
19.37
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
ggi T
anam
an
Min
ggu
ke-5
(cm
)
P1
P2
P3
T1
1.19 1.201.10
0.991.13 1.16
0.000.20
0.400.600.80
1.001.20
1.40
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
gg
i Tan
aman
(In
Ti
me)
(cm
)
P1
P2
P3
T2
1.211.141.11
0.96
1.181.06
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Tin
ggi T
anam
an (I
n T
ime)
(cm
)
P1
P2
P3
T1
7.50 7.25
5.00 5.00
6.757.25
0.001.002.003.004.005.006.007.008.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ing
gu
ke-
2
P1
P2
P1
T 2
7.75 7.25
5.00 5.00
6.50 6.75
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-2
P1
P2
P3
T1
5.00 5.00
3.753.25
4.255.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-1
P1
P2
P1
T2
5.005.50
4.003.25
0.50
6.25
0.001.002.00
3.00
4.005.00
6.007.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-1
P1
P2
P3
Lampiran 45. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3
Lampiran 46. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4
Lampiran 47. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5
Lampiran 48. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In Time
T1
10.259.00
7.25 6.757.75
9.75
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ing
gu
ke-
3
P1
P2
P1
T2
10.50 10.00
7.506.50
8.50 8.75
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-3
P1
P2
P3
T1
13.2512.00
10.008.75
11.25
5.00
0.002.004.00
6.008.00
10.0012.0014.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-4
P1
P2
P1
T2
14.7513.25
10.008.75
11.25
6.25
0.002.004.006.008.00
10.0012.0014.0016.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-4
P1
P2
P3
T1
16.2514.00
11.259.75
14.2516.25
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-5
P1
P2
P1
T2
17.5016.25
12.25
0.00
16.75
13.25
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n M
ingg
u ke
-5
P1
P2
P3
T1
0.950.93
0.840.81
0.900.94
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n (I
n Ti
me)
P1
P2
P1
T2
0.970.93
0.86
0.81
0.92
0.87
0.70
0.75
0.80
0.85
0.90
0.95
1.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
Jum
lah
Dau
n (I
n Ti
me)
P1
P2
P3
Lampiran 49. Nilai Rerata Panjang Akar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 50. Nilai Rerata Diameter Batang dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 51. Nilai Rerata Indeks Luas Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk
, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 52. Nilai Rerata Berat Basah dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
T1
1.06
1.42
0.88
0.65
1.191.30
0.000.200.400.600.801.001.201.401.60
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
PA
NJA
NG
AK
AR
(cm
)
P1
P2P1
T2
1.06
1.50
0.94
0.60
1.311.13
0.000.200.400.600.801.001.201.401.60
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
PA
NJA
NG
AK
AR
(cm
)
P1
P2
P3
T1
2.55 2.62
1.90
1.30
2.052.45
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
DIA
ME
TER
BA
TAN
G
TAN
AM
AN
(cm
)
P1
P2
P1
T2
3.20
2.322.35
1.05
2.22
1.57
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.003.50
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
DIA
ME
TE
R B
AT
AN
G
TAN
AM
AN
(cm
)
P1
P2
P1
T1
838.56655.00
546.66
188.02
982.14
1227.64
0.00200.00
400.00600.00
800.00
1000.001200.00
1400.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
IND
EK
S L
UA
S D
AU
N
P1
P2P1
T2
1108.50
582.04613.94
118.76
1116.46
411.30
0.00
200.00
400.00
600.00
800.00
1000.00
1200.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
IND
EK
S L
UA
S D
AU
N
P1
P2P1
T1
69.5362.40
33.46
10.64
68.65
94.80
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T B
AS
AH
TA
NA
MA
N
(g)
P1
P2
P1
T2
88.97
43.3235.08
6.57
78.52
23.19
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T B
AS
AH
TA
NA
MA
N
(g)
P1
P2
P1
T2
1.382.02
2.81
4.63
1.93
3.05
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N P
RO
TE
IN (
%)
P1
P2
P1
Lampiran 53. Nilai Rerata Berat Basah akar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 54. Nilai Rerata Berat Kering akar dengan 3 macam faktor yaitu
pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 55. Nilai Rerata Berat Kering batang dengan 3 macam faktor yaitu
pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 56. Nilai Rerata Kandungan Protein dengan 3 macam faktor yaitu
pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
T1
9.48
11.21
4.06
2.15
4.78
9.35
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T A
KA
R B
AS
AH
T
AN
AM
AN
(m
g)
P1
P2P1
T2
11.10
7.18
4.20
1.40
6.97
4.46
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T A
KA
R B
AS
AH
T
AN
AM
AN
(m
g)
P1
P2
P1
T1
0.76
1.03
0.40
0.21
0.49
0.68
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T A
KA
R K
ER
ING
T
AN
AM
AN
(m
g)
P1
P2
P1
T2
0.97
0.78
0.43
0.12
0.560.41
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T A
KA
R K
ER
ING
T
AN
AM
AN
(m
g)
P1
P2
P1
T1
4.16
3.40
1.83
0.69
3.53
4.64
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T B
ATA
NG
KE
RIN
G
TAN
AM
AN
(m
g)
P1
P2
P1
T2
6.18
2.752.05
0.47
4.40
1.42
0.00
1.002.00
3.00
4.005.00
6.00
7.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
BE
RA
T B
AT
AN
G K
ER
ING
T
AN
AM
AN
(m
g)
P1P2
P1
T1
1.07
2.642.91
4.25
2.16 2.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N P
RO
TE
IN (
%)
P1
P2
P1
Lampiran 57. Nilai Rerata Kandungan Lemak dengan 3 macam faktor yaitu pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 58. Nilai Rerata Kandungan Karbohidrat dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 59. Nilai Rerata Kandungan Klorofil A dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 60. Nilai Rerata Kandungan Klorofil B dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
T1
0.160.19
0.14
0.22
0.09 0.10
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N L
EM
AK
(%
)
P1P2
P1
T2
0.220.19
0.17
0.25
0.10 0.10
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N L
EM
AK
(%
)
P1P2
P1
T1
1.39 1.42
0.46
0.91
0.39 0.37
0.000.200.400.600.801.001.201.401.60
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N
KA
RB
OH
IDR
AT
(%)
P1
P2P1
T2
1.62
0.76
0.46
0.92
0.530.81
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N
KA
RB
OH
IDR
AT
(%)
P1
P2
P1
T1
0.83
1.52
0.78
0.11
1.311.21
0.000.200.400.600.801.001.201.401.60
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N K
LO
RO
FIL
A
(%) P1
P2
P1
T2
0.59
1.61
0.74
0.05
1.03
1.41
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N K
LO
RO
FIL
A
(%) P1
P2
P1
T1
0.380.61
4.00
0.050.61 0.51
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N K
LO
RO
FIL
B
(%)
P1
P2
P1
T2
0.29
0.65
0.42
0.12
0.500.58
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.600.70
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N K
LO
RO
FIL
B
(%)
P1
P2
P1
Lampiran 61. Nilai Rerata Kandungan Serat Kasar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 62. Nilai Rerata Kandungan Kadar Air dengan 3 macam faktor yaitu
pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 63. Nilai Rerata Kandungan Abu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 64. Nilai Rerata Total Unsur N dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
T1
0.89
1.20
0.63 0.630.66 0.64
0.00
0.20
0.400.60
0.80
1.001.20
1.40
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N S
ER
AT
KA
SA
R
(%)
P1
P2P1
T2 (10 MENIT)
0.88 0.88
0.62 0.590.62
1.01
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N S
ER
AT
KA
SA
R
(%)
P1
P2P1
T1 (5 MENIT)
92.91
89.87
93.29
91.45
94.12 94.37
87.0088.0089.0090.0091.0092.0093.0094.0095.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
DA
R A
IR (
%)
P1P2
P1
T2 (10 MENIT)
92.2091.82
93.38
90.94
93.66
91.10
89.00
90.00
91.00
92.00
93.00
94.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
DA
R A
IR (
%)
P1
P2P1
T1 (5 MENIT)
1.16
1.57
1.16 1.171.16 1.18
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N A
BU
(%
)
P1P2P1
T2 (10MENIT)
1.31 1.37
1.06
1.381.20
0.79
0.000.200.400.600.801.001.201.401.60
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N A
BU
(%
)
P1
P2P1
T1 (5 MENIT)
0.17
0.420.46
0.68
0.34 0.32
0.000.100.200.300.400.500.600.700.80
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
N (
%)
P1
P2
P1
T2 (10 MENIT)
0.220.32
0.45
0.74
0.31
0.48
0.000.100.200.300.400.500.600.700.80
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
N (
%)
P1
P2P1
T2 (10 MENIT)
0.37 0.410.39
0.26
0.45
0.65
0.00
0.10
0.20
0.300.40
0.500.60
0.70
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
K (
%)
P1
P2
P1
T2 (10 MENIT)
0.04 0.04
0.02
0.030.03
0.05
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Mg
(%)
P1P2
P1
Lampiran 65. Nilai Rerata Total Unsur P dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 66. Nilai Rerata Total Unsur K dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 67. Nilai Rerata Total Unsur Ca dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 68. Nilai Rerata Total Unsur Mg dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
T1 (5 MENIT)
0.06
0.08
0.06
0.01
0.050.04
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
P (
%)
P1P2
P1
T2 (10MENIT)
0.07 0.07
0.010.02
0.05
0.07
0.000.010.020.030.040.050.060.070.08
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
P (
%)
P1
P2
P1
T1 (5 MENIT)
0.32
0.450.46
0.29
0.510.46
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
K (
%)
P1
P2
P1
T1 (5 MENIT)
0.14
0.32
0.16
0.05
0.340.40
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Ca
(%)
P1
P2
P1
T2 (10 MENIT)
0.160.21
0.07 0.07
0.36
0.53
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Ca
(%)
P1
P2
P1
T1 (5 MENIT)
0.03
0.04
0.02
0.030.03 0.03
0.00
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Mg
(%)
P1
P2P1
Lampiran 69. Nilai Rerata Total Unsur Fe dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 70. Nilai Rerata Total Unsur Na dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 71. Nilai Rerata Total Unsur Cu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,
konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
Lampiran 72. Nilai Rerata Total Unsur Zn dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2
T1 (5 MENIT)
24.41 23.77
378.08
26.76
244.92
19.37
0.0050.00
100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Fe
(pp
m)
P1
P2
P1
T2 (10MENIT)
26.62
320.07
167.10
19.84
73.3836.22
0.00
50.00
100.00
150.00200.00
250.00
300.00
350.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Fe
(pp
m)
P1
P2
P1
T1 (5 MENIT)
0.010.01
0.00
0.01
0.000.00
0.00
0.00
0.00
0.01
0.01
0.01
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Na
(ppm
)
P1P2P1
T2(10MENIT)
0.01
0.00
0.01
0.000.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.01
0.01
0.01
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Na
(ppm
)
P1
P2
P1
T1 (5 MENIT)
16.70
29.5531.80
18.31
5.75
25.91
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.0035.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Zn
(ppm
)
P1
P2
P1
T2 (10 MENIT)
22.98 25.1827.1119.8822.56
52.44
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Zn
(ppm
)
P1
P2
P1
T1 (5 MENIT)
1.671.09
3.61
4.83
1.17 1.36
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Cu
(ppm
)
P1
P2
P1
T2 (10 MENIT)
1.891.31
2.82
5.35
1.24
3.18
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
A1 A2
Konsentrasi Pupuk
KA
ND
UN
GA
N T
OT
AL
U
NS
UR
Cu
(ppm
)
P1
P2
P1
Lampiran 73. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk PK + ALTI
Lampiran 74. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai
pupuk Superbionik Lampiran 75. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai
pupuk AB Mix
P1A1T1 P1A1T2 P1A2T1
P1A2T2
P3A1T1
P3A1T2 P3A2T1
P3A2T2
P2A1T1P2A1T2
P2A2T1
P2A2T2
Lampiran 76. Gambar Kolam Netralisasi dari Limbah di IPAK Duri Kosambi- Cengkareng
Lampiran 77. Nilai Rerata parameter untuk tiap-tiap macam pupuk
PK + ALTI Superbionik AB Mix
1 Tinggi tanaman (cm) 1.1873 1.0456 1.1398
2 Jumlah daun 0.9552 0.8364 0.9139
3 Panjang akar (cm) 1.2665 0.7732 1.2385
4 Diameter batang (cm) 2.675 1.65 2.075
5 ILD 796.029 366.849 934.387
6 Berat basah (g) 66.058 21.441 66.2943
7 Berat akar basah (g) 9.746 2.9565 6.393
8 Berat akar kering (mg) 0.8905 0.2922 0.54
9 Berat batang kering (mg) 4.1275 1.2657 3.5052
10 Protein (%) 1.7827 2.6542 2.2897
11 Lemak (%) 0.1932 0.1995 0.1015
12 Karbohidrat (%) 1.3077 0.736 0.5302
13 Klorofil A (mg/l) 1.1432 0.4215 1.246
14 Klorofil B (mg/l) 0.4837 0.2607 0.554
15 Serat kasar (%) 0.9687 0.6195 0.7355
16 Kadar air (%) 91.704 92.2692 93.316
17 Kadar abu (%) 1.3587 1.1967 1.336
18 Unsur N (%) 0.286 0.585 0.366
19 Unsur P (%) 0.075 0.027 0.057
20 Unsur K (%) 0.393 0.354 0.552
21 Unsur Ca (%) 0.211 0.094 0.412
22 Unsur Mg (%) 0.041 0.03 0.036
23 Unsur Fe (ppm) 98.721 147.949 93.478
24 Unsur Na (ppm) 0.007 0.004 0.002
25 Unsur Mn (ppm) 33.087 32.021 61.351
26 Unsur Cu (ppm) 1.498 4.159 1.746
27 Unsur Zn (ppm) 23.608 24.28 29.168
NILAI RERATA PARAMETERNo PARAMETER
= Nilai rerata tertinggi
.
Lampiran 79. Perbandingan kandungan gizi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) dengan perlakuan PK + ALTI, Superbionik, AB Mix dengan FAO
Macam
Pakchoy Protein Lemak KH Serat Abu P Fe Na K Ca
(g) (g) (g) (g) (g) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)
1 P1A1T1 1.1 0.2 1.4 0.9 1.2 172 2.4 0.08 325 142
2 P1A1T2 1.4 0.2 1.6 0.9 1.3 222 2.7 0.08 376 164
3 P1A2T1 2.7 0.2 1.4 1.2 1.6 423 2.4 0.09 459 320
4 P1A2T2 2 0.2 0.8 0.9 1.4 325 32 0.02 413 216
5 P2A1T1 2.9 0.2 0.5 0.6 1.2 467 37.8 0.03 462 168
6 P2A1T2 2.8 0.2 0.5 0.6 1.1 450 16.7 0.05 395 74
7 P2A2T1 4.3 0.2 0.9 0.6 1.2 681 2.7 0.05 291 59
8 P2A2T2 4.6 0.3 0.9 0.6 1.4 741 2 0.02 266 73
9 P3A1T1 2.1 0.1 0.4 0.7 1.2 346 24.5 0.02 510 342
10 P3A1T2 1.9 0.1 0.5 0.6 1.2 310 7.3 0.01 459 366
11 P3A2T2 2 0.1 0.4 0.6 1.2 320 1.9 0.01 465 404
12 P3A2T1 3.1 0.1 0.8 1 1.8 489 3.6 0.02 654 537
13 FAO 1.7 0.2 3.1 0.7 0.8 46 2.6 22 279 102
Kandungan GiziN0
= nilai tertinggi
Lampiran 80. Kosa kata Substitusi : penggantian
Electrical Conductivity (EC): ukuran jumlah garam yang terlarut
dalam larutan nutrisi hidroponik
Part per million (ppm) : 1 gram bahan murni unsur yang dilarutkan dalam 1000 liter air.
Satuan EC : milisiemens/cm (mS cm-1) / milliMhos/cm
(mMhos cm-1)
1 mMhos cm-1 : 1 millisiemen cm-1
Unit ppm : EC x 700 x 2
pH : skala untuk mengukur kadar asam atau basa suatu larutan
Hara makro : unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah banyak Hara mikro : unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah sedikit Trace element : bersifat essensial dan diperlukan dalam
jumlah sedikit (< 0.01%)