derma wati

111
SUBSTITUSI HARA MINERAL ORGANIK TERHADAP INORGANIK UNTUK PRODUKSI TANAMAN PAKCHOY (Brassica rapa L.) SECARA HIDROPONIK D E R M A W A T I SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Upload: pangeran-pangaribuanz

Post on 31-Jul-2015

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Derma Wati

SUBSTITUSI HARA MINERAL ORGANIK

TERHADAP INORGANIK UNTUK PRODUKSI

TANAMAN PAKCHOY (Brassica rapa L.) SECARA

HIDROPONIK

D E R M A W A T I

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 2: Derma Wati

SUBSTITUSI HARA MINERAL ORGANIK

TERHADAP INORGANIK UNTUK PRODUKSI

TANAMAN PAKCHOY (Brassica rapa L.) SECARA

HIDROPONIK

D E R M A W A T I

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Biologi

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Page 3: Derma Wati

ABSTRAK DERMAWATI.Substitusi Hara Mineral Organik terhadap Inorganik untuk Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Secara Hidroponik. Dibimbing oleh MUHADIONO dan THERESIA PRAWITASARI. Pakchoy (Brassica rapa L.) adalah merupakan jenis sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Pakchoy dapat ditanam di tanah secara langsung atau dengan cara hidroponik. Dalam penelitian ini pakchoy ditanam secara hidroponik menggunakan 3 macam pupuk yaitu PK + ALTI, Superbionik dan AB Mix dengan masing-masing pupuk 2 macam konsentrasi yaitu 1.25 EC dan 2.50 EC serta 2 waktu penyiraman 5 dan 10 menit. Respons yang dihasilkan dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap 3 faktor dan Uji Wilayah Berganda Duncan.

Pemakaian pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, diameter batang, indeks luas daun, berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman, berat kering batang tanaman. Konsentrasi pupuk dan waktu siram juga berbeda nyata untuk tinggi tanaman.

PK + ALTI dengan perlakuan konsentrasi 1.25 pada waktu siram 5 dan 10 menit minggu ke-4 sudah layak dipanen dari segi tinggi tanaman dan jumlah daun sehingga menghemat waktu, biaya dan tenaga sekitar 20 % dibanding waktu panen normal pada minggu ke-5.

Nilai substitusi kandungan total unsur N Superbionik lebih tinggi terhadap AB Mix dimana pemakaian Superbionik lebih efektif dari AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata Superbionik hasilnya lebih besar dari AB Mix (substitusi 52 %). Sedangkan nilai substitusi tinggi tanaman PK + ALTI lebih tinggi terhadap AB Mix dimana pemakaian PK + ALTI lebih efektif dari AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata PK + ALTI menunjukkan nilai lebih besar dari AB Mix (substitusi 24%). Sementara Superbionik lebih efisien dari AB Mix karena untuk tinggi tanaman yang sama (20.00 cm) Superbionik memerlukan EC paling kecil, yaitu 1.26.

PK + ALTI lebih efisien dari segi harga karena lebih murah, ekonomis terbuat dari bahan yang terbuang, lebih sehat, mudah diperoleh dan secara ekologis bahan ini masih berguna dalam kehidupan. Sayuran organik menggunakan PK + ALTI lebih baik daripada memakai AB Mix dari segi kualitas serat kasar yang dikandungnya.

Page 4: Derma Wati

Judul Tesis : Substitusi Hara Mineral Organik terhadap

Inorganik untuk Produksi Tanaman Pakchoy

(Brassica rapa L.) secara Hidroponik

Nama : Dermawati

NRP : G 351020141

Program studi : Biologi

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhadiono , MSc Dr. Ir. Theresia Prawitasari, MS

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Biologi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana

IPB

Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto,

MSc

Tanggal ujian : 26 Januari 2006 Tanggal lulus :

Page 5: Derma Wati

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indarung pada tanggal 25 Desember 1966 sebagai

anak ke-4 dari delapan bersaudara dari pasangan Nazar dan Juriana. Pendidikan

sarjana ditempuh di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Padang Program

Studi Pendidikan Biologi, lulus tahun 1990. Kesempatan untuk meneruskan ke

program Magister Sains IPB dengan program studi Biologi diperoleh tahun 2002

dengan biaya sendiri.

Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Madrasah Negeri

Tanjungpinang dari tahun 1992-1995, kemudian pada Madrasah Aliyah Negeri

Cikarang dari tahun 1995 sampai sekarang serta sebagai dosen honorer di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dari tahun 2002 sampai sekarang.

Page 6: Derma Wati

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini

dilaksanakan bulan April 2004 sampai bulan September 2004 dengan judul

Substitusi Hara Mineral Organik terhadap Inorganik untuk Produksi Tanaman

Pakchoy (Brassica rapa L.) secara Hidroponik.

Terima kasih disampaikan kepada Dr. Ir. Muhadiono, MSc. dan

Dr. Ir. Theresia Prawitasari, MS selaku pembimbing serta Prof. Dr. Ir. Alex

Hartana sebagai Ketua Jurusan Biologi dan Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA

sebagai Ketua Sekolah Pascasarjana Program Study Biologi yang telah banyak

memberi saran dan dorongan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada

suami tercinta Drs. Solihin serta anak-anakku Syahid Aghnia Shalih, Ihsan Fatiy

Shalih dan Azka Kamila Shalih dan keluarga semua atas dukungan dan kasih

sayangnya.

Insya Allah karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2006

Dermawati

Page 7: Derma Wati

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... .... ii

ABSTRAK ........................................................................................................ iii

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iv

PRAKATA ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

PENDAHULUAN

Latar belakang ..................................................................................... 1

Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

Hipotesis ................................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Pakchoy (Brassica rapa L.) ........................................... 6

Hidroponik ....................................................................................... 9

Hara mineral ......................................................................................... 13

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat ........................................................................... 17

Bahan dan Alat ............................................................................... 17

Metode Penelitian ........................................................................... 17

Model linear .................................................................................... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil .......................................................................................... 26

Pembahasan ............................................................................... 38

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................... 54

Saran .......................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 55

LAMPIRAN................................................................................................... 61

Page 8: Derma Wati

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tanaman pakchoy (Brassica rapa L.)..................................................... 8

2. Talang rumah untuk NFT ...................................................................... 12

3. Susunan 1 set alat percobaan ................................................................. 22

4. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai PK + ALTI (minggu ke-5)... .................................................................. 29

5. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai Superbionik (minggu ke-5).. .................................................................. 29 6. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai AB Mix (minggu ke-5............................................................................. 30 7. Rerata total unsur N tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen

dengan siram 10 menit ........................................................................... 44 8. Rerata tinggi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) pada minggu ke-4

dengan siram 10 menit .......................................................................... 48

Page 9: Derma Wati

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan dan Komposisi Gizi Pakchoy (Brassica rapa L.) setiap 100 Gram Bahan Segar ................................................................ 8

2 Perlakuan Percobaan .............................................................................. 21

3. Parameter yang diamati dan frekuensi pengamatan ................................ 24 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa L.) .............................................. 26 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Interaksi 3 Macam Faktor pada Parameter Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Pakchoy (Brassica rapa L.) .................................................................... 27 6 Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Hasil Panen ............ 30 7. Karakteristik Kandungan Gizi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram, menggunakan 4 tanaman sampel per perlakuan ............ 31

8. Karakteristik Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram ............................................... 33

9. Rekapitulasi Nilai Korelasi Pearson Antar Parameter pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa L.) ................................................................ 37

10. Substitusi harga total unsur N pada tinggi tanaman 20 cm ................... 49

Page 10: Derma Wati

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1a. Kandungan unsur mineral tiga jenis pupuk dan air limbah ....................... 61

1b. Prosedur pembuatan PK + ALTI ............................................................... 62 2. Data suhu udara di Kebun Hidroponik Parung Farm dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ................................................. 63

3. Data suhu larutan dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ............. 64

4. Data pH larutan pupuk dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ... 65

5. Data Elektron Conductivity (EC) larutan pupuk dari tanggal 29 Juli 2004 – 1 September 2004 ................................................. 66 6. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam ............................................................................................. 67 7. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata persentase Tinggi Tanaman dalam In Time... ..................... 67 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman dalam In Time ..............................................68 9. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Jumlah Daun dalam In Time.................................................68 10. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Jumlah Daun Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam ......................69 11 . Sidik Ragam Jumlah Daun dalam RAL In Time .........................................69 12. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Panjang Akar........................................................................70 13. Sidik Ragam Panjang Akar Setelah Panen ....................................................70 14. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Diameter Batang Tanaman Setelah Panen .........................70 15. Sidik Ragam Diameter Batang Setelah Panen ..............................................71

Page 11: Derma Wati

16. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen .......................71 17. Sidik Ragam Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen ............................71 18. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Tanaman Setelah Panen .................................72 19. Sidik Ragam Berat Basah Tanaman Setelah Panen ................................... 72 20. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen ...................... .72 21. Sidik Ragam Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen ........................... 73 22. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap

Rerata Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen .................................. 73 23. Sidik Ragam Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen ......................... 73 24. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap

Rerata Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen ................................ 74 25. Sidik Ragam Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen ..................... .74 26. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) terhadap Parameter Hasil Panen ..................................................................................................75 27. Kandungan Protein Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ............................................ 75 28. Kandungan Lemak Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ..............................................77 29. Kandungan Karbohidrat Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ...............................................76 30. Kandungan Klorofil Pada Daun Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar...............................................76 31. Kandungan Serat Kasar Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ................................................77 32. Kadar Air Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar .............................................77 33. Kandungan Abu Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ........................................... 77

Page 12: Derma Wati

34. Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar ..............................................78 35. Nilai Substitusi antara Pupuk Organik 1(P1) dengan Pupuk Organik 2 (P2), Pupuk Organik 1(P1) dengan Pupuk Inorganik (P3), Pupuk Organik 2 (P2) dengan Pupuk Inorganik (P3) ..................................................................................79 36. Kebutuhan Pupuk dan Nilai Substitusi Antar Pupuk Organik 1 (P1) dengan

Pupuk organik 2 (P2), Pupuk organik 1 (P1) dengan Pupuk Inorganik (P3), Pupuk Organik 2 (P2) dengan Pupuk Inorganik (P3) .................................80

37. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1 ............81 38. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2 ............81 39. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3 ............81 40. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4 ............81 41. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor ya itu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5 ............82 42. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In time....................83 43. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1............ 82 44. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2 ............82 45. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3............ 83 46. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4 ............83 47. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5 ............83

Page 13: Derma Wati

48. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In Time...................83 49. Nilai Rerata Panjang Akar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................84 50. Nilai Rerata Diameter Batang dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................84 51. Nilai Rerata Indeks Luas Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................84 52. Nilai Rerata Berat Basah dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi

pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .............................................................84 53. Nilai Rerata Berat Akar Basah dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................85 54. Nilai Rerata Berat Akar Kering dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2...........................................85 55. Nilai Rerata Berat Batang Kering dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................85 56. Nilai Rerata Kandungan Protein dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2.......................................... 85 57. Nilai Rerata Kandungan Lemak dengan 3 macam faktor yaitu pupuk,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 58. Nilai Rerata Kandungan Karbohidrat dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 59. Nilai Rerata Kandungan Klorofil A dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 60. Nilai Rerata Kandungan Klorofil B dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................86 61. Nilai Rerata Kandungan Serat Kasar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................87 62. Nilai Rerata Kandungan Kadar Air dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ..........................................87

Page 14: Derma Wati

63. Nilai Rerata Kandungan Abu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2......................................... 87 64. Nilai Rerata Total Unsur N dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................87 65. Nilai Rerata Total Unsur P dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88 66. Nilai Rerata Total Unsur K dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88 67. Nilai Rerata Total Unsur Ca dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88

68. Nilai Rerata Total Unsur Mg dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................88 69. Nilai Rerata Total Unsur Fe dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ........................................ 89 70. Nilai Rerata Total Unsur Na dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ........................................ 89 71. Nilai Rerata Total Unsur Cu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 ........................................ 89 72. Nilai Rerata Total Unsur Zn dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 .........................................89 73. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk P1 (Pupuk Organik 1) ......................................................................90 74. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk P2 (Pupuk Organik 2) ......................................................................90 75. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk P3 (Pupuk Inorganik) ......................................................................90 76. Gambar Kolam Netralisasi dari Limbah di IPAK Duri Kosambi- Cengkareng Rata-rata persentase Tinggi Tanaman Minggu ke-1, Interaksi Pupuk dan Konsentrasi Pupuk ......................................... 91 77. Rerata masing-masing parameter .................................................. 92

Page 15: Derma Wati

78. Korelasi Pearson antar parameter ............................................................... 93 79. Perbandingan kandungan gizi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) dengan perlakuan PK + ALTI, Superbionik, AB Mix dengan FAO ......... 94 80. Kosa kata .................................................................................................. 95

Page 16: Derma Wati

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakchoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang

termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakchoy berasal dari China dan telah

dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat

serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih

sefamili dengan Chinese vegetable (Siemonsma & Piluek, 1994) . Saat ini

pakchoy dikembangkan secara luas di Philipina dan Malaysia, terbatas di

Indonesia dan Thailand. Pakchoy (Brassica rapa L.) kaya vitamin, mineral dan

protein (Elsivier, 1981). Kandungan gizi pakchoy berperan penting bagi

kesehatan manusia (Tyndall, 1983). Pakchoy masuk ke wilayah Indonesia diduga

pada Abad XIX dan budidaya umumnya dilakukan di dataran tinggi (lebih dari

1000 meter di atas permukaan laut) (Rukmana , 1994).

Penanaman pakchoy secara hidroponik selalu memerlukan pupuk. Sejalan

perkembangan zaman, pemakaian pupuk bahan alami lebih diharapkan untuk

ditingkatkan. Pemakaian pupuk organik diusahakan dapat diwujudkan pada

tanaman hidroponik. Menurut Cooke (1987) pupuk kandang kering rerata

mengandung 2% N, 9,04% P, dan 1,7% K, tetapi ketersediaan terhadap tanaman

hanya dapat diketahui pada percobaan lapangan. Bahan organik dibuat oleh

organisme hidup dan tersusun atas banyak senyawa karbon. Produksi bahan

organik memadukan faktor lingkungan iklim, ketersediaan air, bahan induk,

ketersediaan hara dan organisma. Permana (2001) menyatakan bahwa tanaman

pakchoy ditanam secara hidroponik menggunakan 100% arang sekam sebagai

Page 17: Derma Wati

media tanam mempunyai tingkat pertumbuhan paling tinggi dibanding media

70% arang sekam + 30% kasting dan 70 % arang sekam + 30 % kasting + NPK.

Karsono et al.(2002) menyatakan bahwa hidroponik banyak dikaitkan dengan

pemakaian bahan organik. Kotoran sapi yang difermentasi dan dilarutkan ke

dalam air lalu disaring untuk diambil supernatan juga bisa digunakan untuk

hidroponik.

Beberapa tahun terakhir, penggunaan pupuk hayati pada sayuran telah

dilaksanakan dan memberi prospek cerah untuk pertanian masa mendatang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk hayati dalam bentuk EM

(Effective Microorganism) dan MVA (Mycorrhiza Vascular Abuscular) yang

dicampurkan ke dalam bahan organik tanah atau diinokulasikan langsung ke

media persemaian dan zona perakaran tanaman cabai, tomat, kubis, dan bawang

merah memberi hasil yang lebih baik (Hilman, 2000).

Kompos cair dari hasil fermentasi anaerobik limbah tanaman paprika

secara teknis dapat digunakan sebagai larutan hara hidroponik (Haikal, 1993).

Menurut Handayani (2003), pupuk kandang dari kasting dengan dosis 50 %

berpengaruh lebih baik daripada tanpa kasting terhadap pertumbuhan jumlah

daun, indeks luas daun, bobot basah dan bobot kering tajuk dan dapat menyamai

pertumbuhan selada dalam media hidroponik.

Menurut Sutiyoso (2003), bahan kimia untuk pupuk tanaman hidroponik

harus memenuhi kualitas tertentu, antara lain:

1. Kemurnian dan daya larut tinggi dan tidak ada endapan yang akan menyumbat

sistem irigasi;

Page 18: Derma Wati

2. Memiliki proporsi tertentu sesuai kebutuhan jenis tanaman, fase pertumbuhan,

dan sasaran produksi.

Menurut Darmijati dan Syarifudin (1988), hasil panen hidroponik mengacu pada

standar kualitas luar negeri. Proses produksi secara signifikan memerlukan biaya

tinggi. Biaya tinggi ini disebabkan oleh investasi mendirikan greenhouse dan

perawatan, menggunakan banyak pompa listrik, bahan kimia mahal, benih

kebanyakan diimpor, pengelolaan hama, penyakit dan gulma harus dilakukan

ketat, biaya tugas khusus pada orang tertentu, biaya sarana produksi, biaya

distribusi, dan biaya operasi sehari-hari yang mahal (Sutiyoso, 2003).

Dalam budi daya hidroponik terdapat beberapa faktor penting yang harus

diperhatikan, antara lain, unsur hara, media tanam, suplai oksigen, dan suplai air.

Unsur makro adalah unsur dibutuhkan tanaman dalam jumlah ppm banyak seperti

C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg, sedang unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah

ppm sedikit yaitu B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn (Marschner, 1986).

Upaya pemupukan dengan bahan organik perlu digalakkan, tanpa

terkecuali juga pada sistem pola tanam hidroponik, untuk menghemat biaya

produksi karena pupuk organik relatif murah, mudah didapat dan efek negatif

minimum baik bagi kesehatan maupun lingkungan.

Page 19: Derma Wati

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Besar substitusi hara mineral pupuk organik terhadap pupuk inorganik

untuk produksi tanaman pakchoy secara hidroponik;

2. Interaksi faktor bahan pupuk dengan konsentrasi larutan pupuk;

3. Interaksi faktor bahan pupuk dengan waktu siram;

4. Interaksi faktor konsentrasi larutan pupuk dengan waktu siram.

5. Korelasi antar parameter pengamatan

Hipotesis

1. H0 P : PK + ALTI = Superbionik = AB Mix = setiap jenis pupuk

memberikan pengaruh yang sama terhadap rerata produksi.

H1 P : minimum terdapat sepasang PK + ALTI ? Superbionik , PK

+ ALTI ? AB Mix , Superbionik ? AB Mix , = 1 ? 2 , 1 ?

3, 2 ? 3 = i = 1,2,3.

2. H0 A : A1 = A2 = setiap konsentrasi pupuk memberikan pengaruh

sama terhadap rerata produksi.

H1 A : minimum terdapat sepasang A1 ? A2, 1 ? 2 = j = 1, 2.

3. H0 T : T1 = T2 = setiap waktu siram memberikan pengaruh sama

terhadap rerata produksi

H1 T : minimum terdapat sepasang T1 ? T2, 1 ? 2 = k = 1, 2.

4. H0 PA : PA ij = 0 = tidak ada interaksi antara jenis pupuk dan

konsentrasi pupuk terhadap rerata produksi.

Page 20: Derma Wati

H1 PA : PA ij ? 0 = ada interaksi antara jenis pupuk dan konsentrasi

pupuk terhadap rerata produksi.

5. H0 PT : PT ik = 0 = tidak terdapat interaksi antara jenis pupuk dan

waktu siram terhadap rerata produksi.

H1 PT : PT ik ? 0 = terdapat interaksi antara jenis pupuk dan waktu

siram terhadap rerata produksi.

6. H0 AT : AT jk = 0 = tidak terdapat interaksi antara konsentrasi pupuk

dan waktu siram terhadap rerata produksi.

H1 AT : AT jk ? 0 = terdapat interaksi antara konsentrasi pupuk dan

waktu siram terhadap rerata produksi.

Page 21: Derma Wati

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Pakchoy

Pakchoy adalah sayuran terna berbentuk roset dengan daun tegak lurus

kaku dan rata petiol putih dan lembut, membulat tajam. Ada dua tipe (pakchoy

dan choi sam) dengan kondisi budi daya sama. Pakchoy dikenal sebagai kubis

putih Cina, karena daun putih khusus, walaupun beberapa jenis memiliki tangkai

daun hijau. Banyak jenis tersedia di Asia Tenggara (Taiwan, Hongkong,

Singapura) dan sayuran ini diusahakan sangat luas di daerah ini. Sayuran

pakchoy cocok di negara tropis lain, lebih disukai menjadi sayuran populer

(Williams et al., 1993).

Pakchoy merupakan tanaman sayuran daun termasuk famili Brassicaceae.

Pakchoy mempunyai nilai ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini berkembang pesat di

daerah subtropis maupun tropis. Daerah asal tanaman dari Tiongkok/Cina

(Rukmana, 1994). Pakchoy dalam bahasa Canton berarti sayuran putih, atau

disebut juga bokchoy. Konon di daerah Cina, tanaman ini dibudidayakan sejak

2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Pakchoy

masuk ke wilayah Indonesia pada Abad XIX, bersamaan dengan lintas

perdagangan jenis sayuran tropis lain, terutama kelompok kubis/Brassicaceae

(Rubatzky & Yamaguchi, 1998).

Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan tanaman pakchoy

merupakan salah satu sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun

pakchoy bertangkai, berbentuk oval, berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak

membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah mendatar, tersusun dalam

Page 22: Derma Wati

spiral rapat, melekat pada batang yang tertekan. Tangkai daun, berwarna putih

atau hijau muda, gemuk dan berdaging, tanaman mencapai tinggi 15–30 cm.

Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai

varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan

ungu yang berbeda.

Lebih lanjut dinyatakan pakchoy kurang peka terhadap suhu ketimbang

sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas. Vernalisasi

minimum diperlukan untuk bolting. Bunga berwarna kuning pucat. Jenis ini

ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi;

yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih

rapat.

Kultivar genjah dipanen umur 40 hari, dan kultivar lain memerlukan

waktu hingga 80 hari setelah tanam. Daun lembut berkembang penuh dan tangkai

daun biasa dimasak, ditumis adalah penyajian yang paling disukai. Pakchoy

memiliki umur pascapanen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan

selama 10 hari, pada suhu 00C dan RH 95% (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Produksi utama pakchoy adalah daun. Pakchoy dikomsumsi dalam berbagai

bentuk antara lain dilalap, digoreng, disayur lodeh atau ditumis. Oleh orang

Korea, pakchoy umum diawetkan dalam bentuk asinan disebut “Kimchee“

(Widiastuti 2000).

Page 23: Derma Wati

Sebagai sayuran daun, pakchoy kaya mineral sumber gizi disajikan

Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan dan Komposisi Gizi Pakchoy (Brassica rapa L.) setiap 100 Gram Bahan Segar

Komposisi Gizi Kandungan Gizi Satuan Energi 17,000 Kal Protein 1,700 g Lemak 0,200 g Karbohidrat 3,100 g Serat 0,700 g Abu 0,800 g Fosfor 46,000 mg Zat besi 2,600 mg Natrium 22,000 mg Thiamine 0,070 mg ß-karoten 2,305 µg Kalium 279,000 mg Riboflavin 0,130 mg Niacin 0,800 mg Kalsium 102,000 mg Sumber : Food and Agriculture Organization of The United Nation (1972)

Gambar 1. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.)

Page 24: Derma Wati

Hidroponik

Lingga (1991) menyatakan salah satu alternatif pemecahan masalah

penanaman pakchoy adalah secara hidroponik di rumah kaca (green house); yaitu

bercocok tanam tanpa tanah mengunakan media air atau bahan porus seperti

kerikil, pecahan genteng, pasir kali, styroform, atau bahan sejenis ditambah

larutan hara yang mengandung unsur esensial bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Lebih lanjut dikemukakan Wibowo (1993) bahwa

dengan teknik ini kondisi lingkungan dapat diatur dan tidak bergantung musim

sehingga tanaman terhindar dari pengaruh buruk cuaca dan serangan hama

penyakit.

Pakchoy ditanam konvensional di lahan, maupun dengan cara hidroponik

(Widiastuti, 2000). Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media

tanah. Dalam bahasa asal (Yunani), hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan

ponos (kerja) yang berarti pengerjaan (budidaya tanaman) dengan air (P &

Indriani, 1995). Jadi hidroponik adalah budidaya tanaman dengan air. Banyak

tafsiran mengena i hidroponik seperti ; budi daya tanpa tanah, dilakukan di green

house, harus pakai pupuk organik, tanpa pestisida. Namun apapun istilahnya,

penanaman hidroponik harus ada pengaturan baik terhadap pH larutan, komposisi

hara, konsentrasi unsur hara, sirkulasi oksigen, suhu dan sebagainya. Definisi

hidroponik modern dikemukakan Harris (1994) bahwa hidroponik adalah seni

bertanam tumbuhan di dalam medium padat selain lahan, diairi dengan bahan

gizi unsur tumbuhan yang penting dilarutkan di dalam air. Karsono et al. (2002)

menyatakan bahwa tanaman sayuran yang cocok dengan cara hidroponik, antara

lain sawi, pakchoy, selada, caisim, dan bayam.

Page 25: Derma Wati

Keuntungan hidroponik antara lain banyak variasi penanaman, pengendalian

lebih baik, tanpa media tanah, hasil lebih besar, hasil seragam, lebih bersih, lebih

sedikit tenaga kerja, hampir tidak ada rumput liar dan sebagai suatu

pengembangan hobbi. Menurut Resh (1981) keuntungan dari sistem hidroponik

antara lain kemudahan sterilisasi media, penanganan nutrisi tanaman, menghemat

luasan lahan, mudah penanganan gulma dan serangan hama penyakit, kemudahan

dalam hal penyiraman, kualitas produk bagus, menghemat pupuk dan panen lebih

besar.

Terdapat empat sistem berbeda budidaya hidroponik. Keempat sistem

tersebut adalah kultur pasir, sistem terbuka agregat, sistem hidroponik

mengapung dan teknik selaput hara (Nutrient Film Technique) (Harjadi, 1989).

Sistem NFT (Nutrient Film Tecnique) dimana diupayakan tanaman pada daerah

perakaran sesuai kondisi optimal pertumbuhan tanaman. NFT merupakan metode

budi daya tanaman tanpa tanah dengan akar tanaman berada dalam aliran dangkal

bersirkulasi dalam air mengandung unsur diperlukan tanaman. Lapisan aliran

tersebut sangat dangkal (tipis seperti film), sehingga sebagian akar tanaman

terendam dalam lapisan larutan dan sebagian lagi berada pada bagian atasnya

(Cooper, 1979). Tebal lapis larutan hara pada sistem ini hanya 3–4 mm . Bentuk

berupa lapisan film tipis dan secara konstan mengairi akar. Sistem dijalankan

selama 24 jam / hari, tetapi dapat dijalankan secara terputus dan berseling

(intermitted ) antara on dan off asalkan waktu off-nya cukup singkat , maksimum

10 menit sehingga tanaman tidak sempat layu karena segera tersiram air kembali

(Karsono et al., 2002). Hal ini telah diterapkan pada tanaman tomat dengan

mempertahankan suhu larutan nutrisi pada 22oC dan dengan menggunakan

Page 26: Derma Wati

sirkulasi larutan nutrisi secara berkala. Sistem NFT, pertumbuhan tanaman tetap

baik, walaupun temperatur udara dalam greenhouse mencapai 37oC (Matsuoka et

al. , 1992).

Menurut Graves dan Hurd (1995) yang menggunakan sirkulasi berkala

(30 menit on, 30 menit off), produksi mentimum naik 8–15% dan kualitas

(harga) meningkat 8–10% dibanding dengan sirkulasi kontinyu. Cara lebih

praktis melakukan penyiraman, yakni menggunakan timer dimana frekuensi dan

volume penyiraman dari alat ini bisa diatur sesuai kebutuhan

(Karsono et al., 2002).

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas larutan nutrisi ialah

konduktivitas listrik atau kemampuan untuk menghantarkan ion listrik yang ada

di dalam larutan ke akar tanaman. Konduktivitas listrik merupakan parameter

yang menunjukkan konsentrasi ion terlarut di dalam larutan. Semakin banyak ion

terlarut maka semakin tinggi konduktivitas litrik larutan nutrisi tersebut. Hal ini

mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu kecepatan fotosintesis tanaman,

aktivitas enzim, dan potensial penyerapan ion larutan oleh akar sehingga

mempengaruhi absorbsi hara (Kristanti, 1998). Morgan (1999) menyatakan

bahwa untuk mengetahui konduktivitas listrik konsentrasi larutan hara mineral

pada air diukur dengan suatu alat sederhana yaitu EC (elektrical conductivity)

atau TDS (total dissolved salts) meter. Ada beberapa unit dari penggunaan

ukuran untuk menyatakan konduktivitas dalam larutan hidroponik. Unit lebih

umum adalah millisiemens/cm (mS/cm, atau mS cm -1), atau juga disebut

millimhos/cm (mho). Satu mho/cm = 1 millisiemen/cm (mS cm-1). Sedang

penggunaan tingkatan EC dalam hidroponik untuk kelompok selada termasuk

Page 27: Derma Wati

pakchoy berkisar antara 0,5–2,5 mS cm-1 (5–25 unit). Konsentrasi larutan juga

diukur dalam satuan ppm (parts per miilion), dimana total konsentrasi 1000 dan

1500 ppm sebanding dengan 1,5 dan 3,5 mS cm-1 dalam satuan EC. Nilai pH

yang sesuai untuk tanaman pakchoy berkisar antara 5,5–6,5.

Agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu maka konsentrasi larutan harus

selalu diperiksa. Pemeriksaan larutan hara terutama pH dan nilai EC, apabila

kualitas larutan berkurang, maka dapat dilakukan penambahan bahan tertentu dan

jika larutan sudah tidak mungkin dipakai, harus diganti dengan larutan baru

(Roan, 1998).

Gambar 2. Talang rumah untuk NFT

Page 28: Derma Wati

Hara Mineral

Schoenstein (1986) menyatakan bahwa hidroponik mempunyai bermacam

jenis cara tanam antara lain penanaman tanpa tanah, kultur agregat dan

aeroponik. Pengertian baru yang umum dengan pertambahan permintaan untuk

pupuk organik dan produksi pertumbuhan didukung sistem hidro-organik. Hidro

organik adalah pertumbuhan tanaman di dalam hidroponik dengan larutan nutrisi

yang bukan dari bahan kimia industri dan menekankan sabun perangkap serta

serangga pemangsa untuk pengontrolan hama. Larutan nutrisi yang digunakan

harus memenuhi permintaan lembaga sertifikasi yang sangat ketat. Ini tidak

hanya sebagai suatu pemenuhan untuk kesadaran hobi bercocok tanam

hidroponik tetapi juga untuk pengembangan komersial yang dapat meraup nilai

pasar tinggi untuk cara produksi bersertifikat.

Menurut Sugito (1995) dan Adianto (1993) sistem pertanian organik

adalah suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik, baik makhluk

hidup maupun yang sudah mati, merupakan faktor penting dalam proses

produksi. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta

pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis adalah contoh

penerapan sistem pertanian organik. Sebagai contoh salah satunya adalah pupuk

kandang. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang dapat memberikan

tambahan bahan organik, hara, memperbaiki sifat fisik tanah, serta

mengembalikan hara yang terangkut hasil panen (Nugroho et al., 1999).

Sementara Sutarjo (1995) menyatakan bahwa produksi bawang putih dipengaruhi

secara nyata dengan penggunaan bahan organik.

Page 29: Derma Wati

Syarifuddin dan Abdurachman (1993) menyatakan pupuk telah

memainkan peranan menentukan dalam menghasilkan peningkatan produksi.

Peranan pupuk dimasa depan akan semakin menonjol apabila kita mengingat

keterbatasan lahan untuk perluasan pertanian pangan. Disamping itu, penggunaan

pupuk ikut pula menentukan koefisien penggunaan air irigasi, suatu sumber yang

keterbatasannya juga semakin terasa.

Dalam sistem hidroponik menggunakan pupuk organik, pupuk yang

diberikan adalah pupuk berbentuk cairan. Pupuk cair adalah pupuk larut air yang

dibuat dengan melarutkan kotoran ternak, kotoran ayam dan kompos (Bastanta,

2003). Dalam penggunaan pupuk organik komposisi hara berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah dan persentase

pembentukan buah cabai rawit (Wahyuni, 2003).

Dalam praktek dilapangan seringkali terjadi kendala untuk pertumbuhan

dan produksi tanaman yang optimal (Handayanto & Ismunandar, 1999). Untuk

menghilangkan kendala ini maka diperlukan pemenuhan unsur-unsur yang

diperlukan oleh tanaman baik itu unsur makro ataupun unsur mikro. Dalam

mengurangi efek yang ditimbulkan pada pemupukan tanaman baik bagi media

tumbuh, lingkungan maupun konsumen maka diusahakan sistem pertanian yang

berdampak negatif seminimal mungkin. Langkah pengadaan pupuk berasal dari

bahan organik merupakan suatu hal yang perlu dikembangkan dalam program

“back to nature “, yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam akan kembali ke

alam.

Fauci dan Dick (1994) menambahkan bahwa bahan organik merupakan

makanan bagi mikroba tanah dan merangsang perubahan biologi. Pupuk organik

Page 30: Derma Wati

mengandung pengertian pupuk terdiri atas senyawa organik, baik berupa organik

alam atau senyawa bentukan maupun pupuk hayati. Pada umumnya pupuk

organik dianggap pupuk berasal dari bahan organik seperti sisa tumbuhan atau

sisa hewan (pupuk kandang) dan kompos (hasil proses pembuatan pupuk dari

bahan organik) (Sugito, 1995). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pupuk kandang

merupakan salah satu pupuk organik , berupa kotoran padat dan cair dari hewan

ternak, tercampur dengan sisa makanan. Kelebihan pupuk kandang tidak terletak

pada penambahan unsur hara, tetapi karena pupuk kandang meningkatkan

kandungan humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad

renik.

Dinas Kebersihan (2002) menyatakan pencemaran yang diakibatkan oleh

adanya bahan-bahan buangan padat, cair maupun gas dapat dikurangi dampak

negatifnya terhadap lingkungan dengan cara mengolah limbah tersebut terlebih

dahulu. Disamping mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, pengolahan

bahan buangan/limbah juga dapat merupakan nilai tambah sehingga hasilnya

bermanfaat kembali bagi masyarakat atau lingkungan sekitarnya. Air buangan

rumah tangga, dalam arti lebih khusus lagi yaitu air buangan manusia yang

disebut tinja/air kotor diolah sehingga tidak mengotori lingkungan dan menjadi

supernatan yang kaya akan zat organik.

Supernatan yang telah diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Kotor (IPAK)

Duri Kosambi Jakarta Barat ini dapat dijadikan sebagai pelarut bagi pupuk

organik yang berasal dan pupuk kandang sehingga kandungan unsur haranya

lebih tinggi dibandingkan kalau dilarutkan dengan air tanah.

Page 31: Derma Wati

Untuk pupuk organik yang berbentuk cairan telah banyak dipasarkan

dalam bentuk berbagai jenis. Diantaranya adalah pupuk organik Superbionik

yang digunakan dalam penelitian ini.

Kebutuhan bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai campuran larutan

hara dihadapkan pada masalah biaya yang relatif mahal, selain itu diperlukan

ketelitian dan keterampilan yang tinggi untuk mencampur bahan-bahan kimia

tersebut. Garam-garam pupuk telah dibuat oleh sejumlah perusahaan dalam

ukuran yang berbeda. Dalam penelitian ini pupuk inorganik yang dipakai adalah

AB mix.

Page 32: Derma Wati

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan penelitian dikerjakan pada bulan April sampai bulan

September 2004 dan tempat pelaksanaan penelitian di Kebun Hidroponik,

Parung, Kabupaten Bogor. Analisis lengkap sampel pupuk dan analisis

kandungan gizi setelah panen dilakukan di laboratorium Fisiologi tumbuhan dan

laboratorium Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor, dan Laboratorium

Balitro, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan, antara lain, adalah bibit pakchoy putih, AB Mix ,

PK + ALTI, Superbionik dan air. Alat yang digunakan, antara lain, talang kaca

untuk NFT, styroform, gabus, selang PE (polietilena), pompa air celup

(submersible pump), balvalve (keran buka tutup), backwash (untuk

mengaduk/mengagitasi larutan supaya konsentrasi unsur hara merata, peralatan

uji unsur-unsur makro dan unsur mikro, green house dan timer.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 3 faktor

(faktorial RAL) yaitu jenis pupuk, konsentrasi pupuk, dan waktu penyiraman

unsur hara dengan enam kali ulangan .

Pengacakan pengamatan perlakuan pada green house diatur

sedemikian rupa agar perlakuan homogen. Pola penanaman diatur dengan

memakai 3 instalasi hidroponik yang masing-masing menggunakan larutan pupuk

Page 33: Derma Wati

yang berbeda. Setiap instalasi terdiri dari 2 timer dan 2 wadah tempat larutan

pupuk yang kapasitasnya sekitar 20 liter dengan konsentrasi yang berbeda.

Pengamatan dilakukan mulai pemindahan bibit dan tiap minggu setelah bibit

dipindahkan kedalam sistem hidroponik secara NFT.

Model Linear

Berdasar rancangan acak lengkap 3 faktor disusun dapat diuraikan suatu

model linear seperti di bawah ini:

Y ijkl = µ + ai + ßj + ?k + ( aß) ij + (a?)ik + (ß?)jk + (aß?)ijk + eijkl

i = 1,2,3 ; j = 1,2 ; k = 1,2 ; l = 1,2,3,4,5,6

dengan

Y ijkl = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke–l yang memperoleh

kombinasi perlakuan ijk (taraf ke–i faktor jenis pupuk, taraf ke–j faktor

konsentrasi pupuk, dan taraf ke-k faktor waktu siram;

µ = rataan umum;

ai = pengaruh jenis pupuk taraf ke- i;

ßj = pengaruh konsentrasi pupuk taraf ke-j;

?k = pengaruh waktu siram taraf ke-k;

( aß)ij = pengaruh interaksi pupuk taraf ke- i dan konsentrasi pupuk taraf ke-j;

(a?)ik = pengaruh interaksi pupuk taraf ke-i dan waktu siram taraf ke-k;

(ß?)jk = pengaruh interaksi konsentrasi pupuk taraf ke-j dan waktu siram taraf;

ke-k;

Page 34: Derma Wati

(aß?)ijk = pengaruh interaksi pupuk taraf ke- i, konsentrasi pupuk taraf ke-j, dan

waktu siram taraf ke-k;

eijkl = pengaruh galat dari satuan percobaan ke- l yang memperoleh kombinasi

perlakuan ijk.

Pada percobaan yang dilakukan oleh Nichols & Atkins (2004) pada

hidroponik organik tanaman selada menggunakan campuran organik dengan

perbandingan 3 : 2 dari larutan ikan “Betta-Crops dan larutan ganggang laut,

memperlihatkan hasil bahwa produksi hidroponik dengan memakai pupuk

organik adalah memungkinkan. Dan penggunaan larutan nutrisi hidroponik

inorganik konvensional sudah tentu lebih menjamin akan produksi lebih bagus

karena komposisi unsur haranya bisa ditentukan sesua i dengan yang diinginkan.

Jenis pupuk dalam penelitian ini memakai kedua jenis pupuk terdiri dari 3 taraf

perlakuan yaitu

1. P1 = PK + ALTI, pupuk organik ramuan sendiri

2. P2 = Superbionik, pupuk organik paket pabrik

3. P3 = AB Mix, pupuk inorganik paket usaha

Menurut Hermawan (2004) perlakuan EC memberikan respon yang

berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun per

minggu, bobot basah per tanaman, hasil per kelompok, bobot basah akar, dan

bobot kering akar pada tanaman selada. Pada selada varietas Bellona dan Paris

cos island dengan menggunakan sistem NFT pada kisaran EC 1.5—5.0 ms/cm

berpengaruh kecil terhadap bobot berat basah dan meningkatkan bobot berat

Page 35: Derma Wati

kering akar seiring dengan peningkatan taraf EC (Economakis, 1991). Dalam

penelitian ini konsentrasi pupuk terdiri dari 2 taraf perlakuan yaitu

1. A1 = konsentrasi 1.25 EC;

2. A2 = konsentrasi 2,5 EC

Untuk pemenuhan larutan hara tanaman dan oksigen diperlukan

pemberian hara pada akar semaksimal mungkin. Morgan (1999) menyatakan hal

terpenting dalam sistem NFT adalah kembalinya larutan ke dalam tanki, dan

semakin tinggi titik jatuhnya, semakin baik pengaruh pendinginannya. Laju aliran

larutan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tanaman. Semakin

sering aliran larutan mengenai akar tanaman maka semakin tercukupi kebutuhan

hara dan oksigen tanaman. Dalam penelitian ini waktu penyiraman terdiri dari 2

taraf perlakuan yaitu

1. T1 = waktu penyiraman setiap 5 menit;

2. T2 = waktu penyiraman setiap 10 menit.

Berdasarkan perlakuan di atas diperoleh 12 kombinasi perlakuan (3x2x2)

dan diulang enam kali sehingga diperoleh 72 satuan percobaan. Setiap kombinasi

perlakuan menggunakan instalasi alat yang sama. Kombinasi perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 2 .

Page 36: Derma Wati

Tabel 2. Perlakuan Percobaan

T 1

T 2

P3 A1 T1 P3 A2 T1

P3 A1 T2 P3 A2 T2

AB MIX

Konsentrasi pupuk

A1 (EC) A2 (EC)

JENIS PUPUK

PERLAKUAN

P1 A1 T 1 P1 A2 T 1

SUPERBIONIK

Konsentrasi pupuk

A1 (EC) A2 (EC)

P2 A1 T1 P2 A2 T1

PK + ALTI

Konsentrasi pupuk

A1 (EC) A2 (EC)

P2 A1 T2 P2 A2 T2P1 A1 T 2 P1 A2 T 2

Keterangan : A1 : konsentrasi pupuk 1.25 EC; A2 : konsentrasi pupuk 2,5 EC; T1 : waktu siram tiap 5 menit ; T2 : waktu siram tiap 10 menit.

Page 37: Derma Wati

Gambar 3. Susunan satu set alat percobaan (Karsono et al., 2002)

Keterangan : - Pada Percobaan ini dibutuhkan 3 set alat percobaan, masing-masing untuk PK + ALTI, Superbionik, AB Mix

- Masing-masing set percobaan memerlukan 4 buah motor listrik yaitu : M1 = Motor 1, M2 = Motor 2, M3 = M otor 3, M4 = Motor 4

- Masing-masing set alat percobaan memakai 2 buah timer yaitu : T1 = 5 menit, T2 = 10 menit

Page 38: Derma Wati

Struktur Tabel Analisis Sidik Ragam (ANOVA) Rancangan Acak Lengkap 3 faktor adalah sebagai berikut : Sumber Derajat Jumlah KuadratKeragaman BEBAS (db) Kuadrat Tengah

(JK) (KT)A a - 1 = 2 JKA KTA KTA / KTGB b - 1 = 1 JKB KTB KTB / KTGC c - 1 = 1 JKC KTC KTC / KTGAB (a - 1) (b - 1) = 2 JKAB KTAB KTAB / KTGAC (a - 1) (c - 1) = 2 JKAC KTAC KTAC / KTGBC (b - 1) (c - 1) = 1 JKBC KTBC KTBC KTGABC (a - 1)(b - 1)(c - 1) = 2 JKABC KTABC KTABC KTGUlangan r - 1 = 5 JKK KTK KTK / KTGGalat abc (r - 1) = 60 JKG KTGTotal abcr - 1 = 71 JKT

F Hitung

Dari Analisis Sidik Ragam di atas ada 3 hal yang dapat diketahui :

1. Perlakuan memberikan respon yang sama atau tidak dengan melihat nilai

peluang pada Tabel ANOVA, jika nilai peluang < a maka perlakuan

memberikan respon yang berbeda.

2. Jika terdapat perbedaan, maka perlakuan yang sama atau berbeda dapat

ditentukan dengan uji lanjut. Dalam penelitian ini digunakan Uji Wilayah

Berganda Duncan.

3. Perlakuan mana yang memberikan respon tertinggi dapat di lihat dari nilai

rataan untuk setiap perlakuan atau kombinasi perlakuan.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan analisis sidik ragam,

dan Uji Wilayah Berganda Duncan dengan tingkat kepercayaan 95% dan

dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui keeratan hubungan beberapa

parameter pengamatan.

Page 39: Derma Wati

Bibit pakchoy sebelum ditanam pada unit percobaan disemaikan terlebih

dulu dan setelah berumur lebih kurang 10–14 hari atau telah berdaun 3 atau 4

helai, akar dibungkus dengan rocwool atau busa baru dipindahkan ke styroform

yang sebelumnya telah dilubangi dengan memakai sistem NFT (Nutrient Film

Technic).

Parameter dan waktu pengamatan disajikan pada Tabel 3

Tabel 3. Parameter yang diamati dan frekuensi pengamatan

No Parameter Jumlah pengamatan

1 Tinggi Tanaman 5 kali (1kali setiap minggu)2 Jumlah Daun 5 kali (1kali setiap minggu)3 Panjang Akar 1 kali setelah panen4 Diameter Batang 1 kali setelah panen5 Indeks Luas Daun (ILD) 1 kali setelah panen6 Berat Basah Tanaman 1 kali setelah panen7 Berat Akar Basah 1 kali setelah panen8 Berat Akar Kering 1 kali setelah panen9 Berat Batang Kering 1 kali setelah panen

10 Kandungan Protein 1 kali setelah panen11 Kandungan Lemak 1 kali setelah panen12 Kandungan Karbohidrat 1 kali setelah panen13 Kandungan Klorofil 1 kali setelah panen14 Kandungan Serat Kasar 1 kali setelah panen15 Kadar Air 1 kali setelah panen16 Kadar Abu 1 kali setelah panen17 Kandungan Total Unsur 1 kali setelah panen

Pengamatan tanaman dilakukan setiap hari dan pencatatan data dilakukan

1 kali setiap minggu mulai dari minggu pertama setelah pemindahan sampai

minggu terakhir ketika panen yaitu minggu ke-5. Waktu panen dilakukan pagi

hari untuk mengurangi penguapan kandungan air pada berat basah tanaman.

Pengukuran berat basah, berat kering, uji kandungan klorofil serta analisis

Page 40: Derma Wati

kandungan gizi dilakukan di laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi

FMIPA IPB Bogor dan Laboratorium Balitro, Bogor.

Faktor kendala yang percobaan ini antara lain disebabkan faktor cuaca,

serangan hama, dan bibit kurang baik. Untuk menanggulangi cuaca dan suhu

sangat panas, diatasi dengan penggunaan green house dan pemakaian kipas

angin. Sedang pengendalian hama dilakukan secara mekanis, yaitu hama yang

menyerang berbentuk ulat yang masuk kedalam jaringan daun langsung dibuang

dari daun yang bersangkutan. Bibit kurang baik diatasi dengan persiapan bibit

dan penggantian seluruh tanaman serta pemilihan bibit lebih teliti.

Page 41: Derma Wati

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan disajikan menjadi empat

kelompok, yaitu pertumbuhan vegetatif tanaman dari minggu ke-1 sampai

minggu ke-5, hasil panen, kandungan gizi tanaman setelah panen, total unsur

tanaman setelah panen dan korelasi antar parameter.

Pertumbuhan vegetatif tanaman dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5

Hasil analisis perhitungan statistika terhadap tinggi tanaman dan jumlah

daun, macam pupuk berpengaruh nyata terhadap semua parameter untuk

pertumbuhan vegetatif baik tinggi tanaman maupun jumlah daun mulai dari

minggu ke-1 sampai minggu ke-5, sedang konsentrasi pupuk dan waktu siram

ada yang tidak berpengaruh nyata. Parameter yang diamati pada pertumbuhan ini

disajikan pada Tabel 4 dan Lampiran 6-11.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Pertumbuhan Pakchoy (Brassica rapa L.)

Peubah Minggu Pupuk Konsentrasi Waktu siram Interaksipupuk

Tinggi tanaman 1 * tn tn tn2 * * tn ** 3 * * tn tn4 * * tn tn5 * * ** tn

Jumlah daun 1 * tn tn tntanaman 2 * tn tn tn

3 * tn tn tn4 * * tn **5 * * tn **

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 0.05

** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 0.01 tn = tidak berbeda nyata

Page 42: Derma Wati

Berdasarkan Tabel 4, pengaruh pupuk nyata terhadap tinggi tanaman dan

jumlah daun dari mulai ditanam sampai waktu panen. Untuk pengaruh

konsentrasi pupuk pada parameter tinggi tanaman pada minggu ke-1 tidak

berpengaruh nyata dan setelah minggu ke-2 sampai minggu ke-5 berpengaruh

nyata , sedangkan untuk parameter jumlah daun tanaman baru setelah minggu

ke-4 dan ke-5 berpengaruh nyata. Untuk interaksi antara pupuk dengan

konsentrasi pupuk serta waktu siram tidak berpengaruh nyata dalam penelitian

ini kecuali minggu ke-2 pada parameter tinggi tanaman dan minggu ke-4 dan

mingggu ke-5 untuk parameter jumlah daun. Data selengkapnya disajikan pada

Lampiran 6-11.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Ragam Interaksi 3 Macam Faktor

pada Parameter Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Pakchoy (Brassica rapa L.)

Parameter Interaksi1 2 3 4 5

Tinggi Tanaman P*A ** * tn * tn P*T tn tn tn tn tn A*T ** * * * **

Jumlah Daun P*A * tn tn tn tnTanaman P*T tn tn tn * tn

A*T tn tn tn ** tn

Minggu Setelah Tanam

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 0.05 ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 0.01 tn = tidak berbeda nyata Berdasarkan Tabel 5, interaksi antara pupuk dengan konsentrasi pupuk

untuk parameter jumlah daun tidak berpengaruh nyata kecuali pada minggu ke-1,

sedang pada parameter tinggi tanaman pada minggu ke-1 berpengaruh sangat

nyata minggu ke-2 dan ke-4 berpengaruh nyata, sedang minggu ke-3 dan ke-5

tidak berpengaruh.

Page 43: Derma Wati

Interaksi pupuk dengan waktu siram untuk parameter tinggi tanaman tidak

berpengaruh nyata, sedang untuk parameter jumlah daun hanya pada minggu ke-4

sangat yang berpengaruh nyata.

Gambar 4. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai pupuk PK + ALTI (minggu ke-5)

Gambar 5. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai pupuk Superbionik (minggu ke-5)

P1A1T1

P1A2T1 P1A2T1

P2A2T1 P2A2T1P2A1T1

P2A1T2

P1A1T1

Page 44: Derma Wati

Gambar 6. Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah panen dengan memakai pupuk AB Mix (minggu ke-5)

Hasil Panen

Tanaman pakchoy dipanen pada minggu ke-5 dan seluruh bagian tanaman

adalah merupakan hasil yang akan dipanen. Hasil pengamatan merupakan 4

sampel untuk masing-masing perlakuan (12 perlakuan) dan disajikan pada Tabel

6 meliputi panjang akar, diameter batang, indeks luas daun, berat basah tanaman,

berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman, berat kering batang

tanaman.

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam pada Parameter Hasil Panen Peubah Pupuk Konsentrasi Waktu siram Interaksi

pupukPanjang Akar * tn tn tnDiameter Batang * * tn tnIndeks Luas Daun * * tn **Berat Basah Tanaman * * ** **Berat Basah Akar Tanaman * tn tn tnBerat Kering Akar Tanaman * tn tn tnBerat Kering Batang Tanaman * * tn tnKeterangan : * = berbeda nyata pada taraf uji 0.05 ** = berbeda sangat nyata pada taraf uji 0.01 tn = tidak berbeda nyata

P3A1T1

P3A1T1 P3A2T1

P3A2T2

Page 45: Derma Wati

Berdasarkan Tabel 6, pengaruh pupuk nyata terhadap semua parameter

yang diukur setelah panen. Untuk pengaruh konsentrasi pupuk pada parameter

panjang akar, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman tidak

berpengaruh nyata, sedangkan untuk waktu tidak berpengaruh nyata kecuali

untuk parameter berat basah akar tanaman berpengaruh sangat nyata. Untuk

interaksi antara pupuk dengan konsentrasi pupuk serta waktu siram tidak

berpengaruh nyata dalam penelitian ini kecuali untuk parameter indeks luas daun

dan berat basah tanaman berpengaruh sangat nyata. Data selengkapnya disajikan

pada Lampiran 12-26.

Nilai substitusi antara pupuk PK + ALTI terhadap pupuk Superbionik,

pupuk PK + ALTI terhadap pupuk AB Mix, serta pupuk Superbionik terhadap

AB Mix dapat dilihat pada Lampiran 35.

Nilai substitusi pada parameter panjang akar, diameter batang, indeks luas

daun, berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman,

berat kering batang tanaman antara PK + ALTI terhadap Superbionik, PK +

ALTI untuk semua perlakuan umumnya lebih tinggi dari Superbionik dan AB

Mix. Sedangkan substitusi antara Superbionik terhadap AB Mix, Superbionik

mempunyai nilai negatif untuk semua parameter. Data selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 12-26, Gambar 4-6, 49-55.

Kandungan gizi tanaman setelah panen

Kandungan gizi yang diamati dalam penelitian ini dianalisis oleh Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Page 46: Derma Wati

Pertanian (2004) antara lain yaitu protein, lemak, karbohidrat, klorofil, serat

kasar, kadar air, kadar abu.

Tabel 7. Karakteristik Kandungan Gizi Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram

PerlakuanProtein Lemak Karbohidrat Serat Kadar Kadar

(g) (g) (g) Kasar Air AbuA B (%) (%) (%)

P1A1T1 1,072 0.162 1,395 0.837 0.380 0.895 92,913 1,164P1A1T2 1,387 0.221 1,625 0.596 0.294 0.886 92,201 1,319P1A2T1 2,646 0.193 1,422 1,527 0.611 1,209 89,878 1,576P1A2T2 2,026 0.197 0.769 1,613 0.650 0.885 91,824 1,376

P2A1T1 2,918 0.146 0.461 0.782 0.448 0.630 93,293 1,160P2A1T2 3,813 0.175 0.466 0.740 0.420 0.622 93,383 1,067P2A2T1 4,255 0.220 0.914 0.112 0.052 0.634 91,454 1,173P2A2T2 4,631 0.257 0.923 0.052 0.123 0.592 90,947 1,387

P3A1T1 2,162 0.096 0.397 1,315 0.611 0.667 94,120 1,160P3A1T2 1,937 0.109 0.533 1,037 0.506 0.624 93,667 1,208P3A2T1 2,001 0.100 0.379 1,218 0.518 0.636 94,376 1,186P3A2T2 3,059 0.101 0.812 1,414 0.581 1,015 91,102 1,790

Parameter Kandungan GiziKlorofil(mg/l)

Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak berbeda nyata dengan uji DMRT (p=5%). = Tertinggi, = Terendah Berdasarkan Tabel 7, untuk kandungan protein, tertinggi ditunjukkan oleh

perlakuan dengan memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu

siram 10 menit (4.631 g) dan terendah (1.072 g) dengan perlakuan PK + ALTI,

konsentrasi pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan lemak, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.257

g) dan terendah (0.096 g) dengan perlakuan AB Mix , konsentrasi pupuk 1.25 EC,

waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan karbohidrat, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan

dengan memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit

Page 47: Derma Wati

(0.923 g) dan terendah (0.379 g) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk

2.50 EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan klorofil A dan B, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan

dengan memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit

(1.613 dan 0.650) dan terendah (0.052) untuk klorofil A dengan perlakuan AB

Mix , konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit serta untuk klorofil B

(0.052) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5

menit .

Untuk kandungan serat kasar, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan

dengan memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit

(1.209 %) dan terendah (0.622 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi

pupuk 1.25 EC, waktu siram 10 menit.

Untuk kandungan kadar air, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit (94.376 %)

dan terendah (89.878 %) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50

EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan kadar abu, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (1.790 %)

dan terendah (1.160 %) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk 1.25 EC,

waktu siram 5 menit.

Nilai substitusi antara PK + ALTI terhadap Superbionik, PK + ALTI

terhadap AB Mix, serta Superbionik terhadap AB Mix dapat dilihat pada

Lampiran 35.

Page 48: Derma Wati

Nilai substitusi pada parameter protein Superbionik lebih tinggi nilainya

daripada AB Mix, parameter lemak nilai substitusi antara PK + ALTI terhadap

AB Mix semua bernilai positif. Untuk parameter karbohidrat, klorofil, serat

kasar, kadar air dan kadar abu pada umumnya PK + ALTI bernilai positif

terhadap AB Mix. Sedangkan substitusi antara Superbionik terhadap AB Mix

mempunyai nilai negatif untuk semua parameter. Data selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 27-33, 56-63.

Total unsur tanaman setelah panen

Kandungan total unsur yang diamati dalam penelitian ini dianalisis oleh

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian (2004) antara lain yaitu unsur Nitrogen (N), Posfor (P), Potassium (K),

Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Natrium (Na), Mangan (Mn), Cuprun

(Cu), Seng (Zn).

Tabel 8. Karakteristik Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen dengan 3 macam pupuk, 2 konsentrasi pupuk dan 2 waktu siram

PerlakuanN P K Ca Mg Fe Na Mn Cu Zn

(%) (%) (%) (%) (%) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)P1A1T1 0.172 0.068 0.325 0.142 0.035 24.414 0.008 22.731 1.667 16.706

P1A1T2 0.222 0.073 0.376 0.164 0.039 26.624 0.008 26.488 1.898 22.982

P1A2T1 0.423 0.087 0.459 0.320 0.049 23.775 0.009 44.562 1.098 29.556

P1A2T2 0.325 0.071 0.413 0.216 0.039 320.074 0.002 38.566 1.317 25.187

P2A1T1 0.467 0.062 0.462 0.168 0.025 378.082 0.003 30.792 3.616 31.800P2A1T2 0.450 0.009 0.395 0.074 0.025 167.100 0.005 27.465 2.828 27.119P2A2T1 0.681 0.015 0.291 0.059 0.031 26.766 0.005 32.250 4.833 18.315P2A2T2 0.741 0.023 0.266 0.073 0.037 19.847 0.002 37.578 5.357 19.886

P3A1T1 0.346 0.054 0.510 0.342 0.032 244.928 0.002 51.775 1.179 15.752P3A1T2 0.310 0.052 0.459 0.366 0.032 73.383 0.001 51.379 1.249 22.562P3A2T1 0.320 0.043 0.465 0.404 0.031 19.375 0.001 52.705 1.368 25.914P3A2T2 0.489 0.078 0.654 0.537 0.050 36.229 0.002 89.544 3.189 52.442

Parameter Kandungan Total Unsur (satuan)

Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama dalam satu kolom, tidak berbeda nyata dengan uji DMRT (p=5%). = Tertinggi, = Terendah

Page 49: Derma Wati

Berdasarkan Tabel 8, untuk kandungan unsur N, tertinggi ditunjukkan

oleh perlakuan dengan memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu

siram 10 menit (0.741 %) dan terendah (0.172 %) dengan perlakuan PK + ALTI,

konsentrasi pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan unsur P, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit (0.087 %)

dan terendah (0.009 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 1.25

EC, waktu siram 10 menit.

Untuk kandungan unsur K, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.654 %)

dan terendah (0.291 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50

EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan unsur Ca, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai AB Mix, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.537 %)

dan terendah (0.059 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50

EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan unsur Mg, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai AB Mix , konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (0.050 % )

dan terendah (0.025 %) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi pupuk 1.25

EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan unsur Fe, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit (0.087

ppm) dan terendah (0.009 ppm) dengan perlakuan Superbionik, konsentrasi

pupuk 1.25 EC, waktu siram 10 menit.

Page 50: Derma Wati

Untuk kandungan unsur Na, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai PK + ALTI, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 5 menit (0.009

ppm) dan terendah (0.009 ppm) dengan perlakuan AB Mix, konsentrasi pupuk

1.25 EC dan 2.50 EC, waktu siram 5 menit dan 10 menit (0.001ppm).

Untuk kandungan unsur Mn, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (89.544

ppm) dan terendah (22.731 ppm) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi

pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan unsur Cu, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai Superbionik, konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (5.537

ppm) dan terendah (1.098 ppm) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi pupuk

2.50 EC, waktu siram 5 menit.

Untuk kandungan unsur Zn, tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan dengan

memakai AB Mix , konsentrasi pupuk 2.50 EC, waktu siram 10 menit (52.442

ppm) dan terendah (16.706 ppm) dengan perlakuan PK + ALTI, konsentrasi

pupuk 1.25 EC, waktu siram 5 menit. Data selengkapnya disajikan pada

Lampiran 34, 64-72.

Nilai rata-rata parameter dengan perlakuan PK + ALTI sebagian besar

mempunyai nilai tertinggi dibanding perlakuan Superbionik dan AB Mix

(Lampiran 77).

Page 51: Derma Wati

Korelasi antar parameter

Korelasi antar parameter tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar,

diameter batang, indeks luas daun, berat basah, berat basah akar, berat kering

akar, berat kering batang, protein, lemak, karbohidrat, klorofil, serat kasar,

kandungan air, kandungan abu, total unsur N merupakan korelasi dengan arah

positif sedangkan Mg dan Zn mempunyai nilai korelasi dengan arah negatif..

Hubungan korelasi ini disajikan pada Tabel 9 dan lebih rinci disajikan pada

Lampiran 78.

Berdasarkan Tabel 9 serat kasar mempunyai korelasi yang sangat tinggi

terhadap tinggi tanaman (89 %), diameter batang (85 %), indeks luas daun (83

%), berat basah (89 %), berat basah akar (91 %), berat kering batang (91 %),

protein (92 %), lemak (99 %), klorofil (98 %), kandungan air (98 %), kandungan

abu (97 %), dan N (97 %). Nilai korelasi mempunyai arah positif dengan kisaran

tertinggi dan terendah 66 % - 99 %.

Sedangkan kandungan total unsur Mg mempunyai nilai korelasi negatif

tertinggi terhadap parameter tinggi tanaman (-90 %), indeks luas daun (-94 %),

berat basah (-90 %), berat kering batang (-90 %). Nilai korelasi mempunyai arah

negatif dengan kisaran tertinggi dan terendah - 63% - 66 %.

Unsur Zn mempunyai nilai korelasi negatif tertinggi terhadap parameter

panjang akar (-90 %). Nilai korelasi mempunyai arah negatif dengan kisaran

tertinggi dan terendah – 2 % - 88 %.

Page 52: Derma Wati
Page 53: Derma Wati

PEMBAHASAN

Pertumbuhan vegetatif tanaman dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5

Dari hasil pengamatan untuk parameter tinggi tanaman dan jumlah daun

tanaman yang diamati minggu ke-1 sampai minggu ke-5 nilai tertinggi

ditunjukkan oleh pemakaian PK + ALTI kecuali untuk tinggi tanaman pada

minggu ke-5 (Gambar 4-6 dan Lampiran 6,10). Hal ini berkaitan erat dengan

kandungan unsur yang ada pada pupuk yang dipergunakan (Lampiran 1).

Apabila dilihat perkembangan tanaman yang ditanam dengan memakai

PK + ALTI pada perlakuan A1T1 dan A1T2 maka pada minggu ke-4 sudah layak

untuk dipanen dari segi tinggi tanaman dan jumlah daun (Lampiran 6.10,73-75).

Hal ini akan menyebabkan hemat waktu, biaya dan tenaga sekitar 20 %.

Srivastava dan Gupta (1996) menyatakan bahwa Mn berperan dalam proses

pembentukan O2 yaitu sebagai biokatalisator dalam fotosintesis. Kandungan

unsur Mn yang dikandung oleh PK + ALTI cukup tinggi dibanding AB Mix

(Lampiran 1) sehingga hal ini berpengaruh besar dalam pertumbuhan vegetatif

tanaman Pakchoy.

Menurut Salisbury dan Ross (1995) tumbuhan yang terlalu banyak

mendapatkan nitrogen biasanya mempunyai daun berwarna hijau tua dan lebat,

dengan sistem akar yang kerdil sehingga nisbah tajuk akarnya tinggi. Hasil

pemeriksaan laboratorium yang dapat dilihat pada Lampiran 1 jumlah kandungan

nitrogen pada PK + ALTI cukup tinggi, yang cukup tinggi dan akan

mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun (Lampiran 6-11).

Page 54: Derma Wati

Untuk faktor ketersediaan air, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban

dianggap tidak berpengaruh pada masing-masing pupuk karena perlakuannya dan

kondisi diusahakan sama.

Ketersediaan K di dalam tanaman memiliki kemampuan untuk

mengurangi laju transpirasi, sehingga kehilangan air dari dalam tanaman dapat

diperkecil. Menurut Mengel dan Kirby (1979) menyatakan bahwa tanaman yang

mendapat suplai K dalam jumlah cukup akan lebih tahan terhadap kondisi

kekurangan air. Jadi walaupun suhu di lokasi penelitian cukup tinggi sehingga

transpirasi tinggi tapi dapat diimbangi dengan jumlah K yang mencukupi yaitu

untuk PK + ALTI, Superbionik dan AB Mix.

Lebih lanjut Subiyanto (2000) menyatakan bahwa beberapa

konsentrasi yang sesuai untuk proses penyerapan ini ditentukan oleh beberapa

faktor, diantaranya kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban intensitas

cahaya), sifat tanaman itu sendiri, serta fase pertumbuhan tanaman. Dalam

kaitannya dengan pertumbuhan tanaman beberapa ahli mengelompokkan

besarnya konsentrasi larutan menjadi tiga, yaitu fase pertumbuhan, fase

pembuahan dan fase pematangan buah, dimana semakin bertambah fase

pertumbuhan, konsentrasi larutan nutrisi yang diberikan semakin meningkat. Dari

Lampiran 6-8 terlihat nilai tertinggi untuk pertumbuhan tinggi tanaman dan

jumlah daun ditunjukan oleh pemakaian PK + ALTI dengan konsentrasi 1.25 EC,

waktu siram 5 menit. Chuan (1994) menyatakan kisaran nilai EC optimum untuk

untuk pakchoy adalah 1.5 – 2.0.

Page 55: Derma Wati

Ketersediaan air yang cukup sangat diperlukan pada sistem hidroponik ini

sehingga untuk waktu siram setiap 10 menit umumnya menunjukan nilai

pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun yang tertinggi.

Hasil Panen

Seluruh bagian tanaman adalah merupakan hasil utama yang akan

dipanen yaitu dipanen pada akhir minggu ke-5 setelah tanam. Bagian yang di

panen tersebut adalah berupa panjang akar, diameter batang, indeks luas daun

berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman dan

berat kering batang tanaman.

Berdasarkan hasil analisis ragam faktor pupuk untuk semua parameter

mempunyai pengaruh yang nyata (Lampiran 12-26).

Nilai substitusi untuk panjang akar, diameter batang, indeks luas daun

berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering akar tanaman dan

berat kering batang tanaman pada pemakaian PK + ALTI dibandingkan AB Mix

sebagian bernilai negatif dan Superbionik dibandingkan AB Mix mempunyai

nilai substitusi negatif (Lampiran 35).

Akar tanaman dapat menyerap nutrisi melalui prinsip tekanan osmosa,

dan ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam akar

dengan di luar akar (larutan nutrisi). Abe (1995) menyatakan material organik

kadang-kadang menyebabkan suatu supresi menyangkut pertumbuhan dari

tanaman padi di semaian bibit tidak lama sesudah ditransplantasi. Material

organik menginfeksi sebagian dari pemanjangan nodul akar yang muncul

terutama pada fase reproduksi dari pertumbuhan padi. Karena tinggi konsentrasi

Page 56: Derma Wati

pupuk dan lama waktu siram akar mendapatkan nutrisi yang cukup banyak

sehingga menyebabkan akar menjadi panjang (Gambar 6).

Menurut Limbongan dan Monde (1999) pemberian pupuk organik

berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun perumpun. Lebih lanjut

dijelaskan pupuk kandang menurunkan berat isi, meningkatkan ruang pori total,

pori aerasi, pori air tersedia, meningkatkan kejenuhan basa, dan P tersedia serta

menurunkan kejenuhan Al. Kelarutan pupuk dan tingginya konsentrasi

merupakan salah satu faktor untuk mempertinggi indeks luas daun.

Sumarni dan Rosliani (2001) dalam penelitiannya menyatakan tanaman

untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangannya harus melakukan

fotosintesis dan respirasi sel. Dalam hal ini peran daun sangat penting karena

tempat berlangsungnya fotosintesis. Diasumsikan makin besar luas daun maka

makin tinggi fotosintat atau karbohidrat yang dihasilkan. Fotosintat itu digunakan

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain pertambahan ukuran

panjang/tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru, yang diekspresikan

dalam bobot kering tanaman. Semakin tinggi fotosintat yang dihasilkan

diasumsikan semakin tinggi fotosintat yang ditranslokasikan dari organ sumber

(daun) ke organ penerima (buah). Karena itu dengan luas daun yang memadai

makin tinggi bobot kering tanamannya, dan hasil buah tentu akan makin tinggi

pula.

Tingginya nilai indeks luas daun dan secara langsung akan

mengakibatkan tingginya berat basah dari jumlah keseluruhan daun. Tingginya

berat basah akar dan berat kering akar merupakan akibat tersedianya unsur yang

tinggi dalam pupuk yang digunakan (Lampiran 1a). Menurut Resh (1983) dan

Page 57: Derma Wati

Chuan (1994) tingginya kandungan unsur Ca akan mempercepat pertumbuhan

akar serta mempermudah penyerapan K oleh tanaman serta kandungan P yang

tinggi mendorong pertumbuhan bunga, buah serta akar yang sehat dan kandungan

S yang tinggi meningkatkan kerja P.

Kandungan gizi tanaman setelah panen

Nilai substitusi untuk kandungan protein, lemak dan karbohidrat

merupakan nilai tertinggi yang ditunjukkan oleh perlakuan Superbionik sehingga

mempunyai nilai substitusi positif terhadap AB Mix. Pemakaian PK + ALTI

dibanding AB Mix juga mempunyai nilai positif yang cukup besar seperti

tercantum pada Lampiran 35.

Hal ini disebabkan sangat tingginya kandungan unsur yang ada pada

Superbionik (Lampiran 1a) ya itu unsur N, P, K, S, Ca yang merupakan unsur

makro. Seperti yang dikemukakan oleh Handayanto dan Ismunandar (1999)

bahwa banyak kendala untuk pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal

apabila kandungan bahan organik rendah, masam, kahat unsur P, N, Ca, Mg, K,

Mo, Zn dan Cu, kandungan Al dan Mn yang tinggi, kapasitas tukar kation dan

kejenuhan basa rendah, serta rentan terhadap erosi. Harris (1994) juga

menyatakan N adalah komponen penting dari semua protein dimana dapat

dijumpai di klorofil dan sitoplasma.

Kandungan kadar air dan kadar abu Superbionik mempunyai nilai yang

lebih kecil dari AB Mix sedangkan kolrofil dan serat kasar mempunyai nilai lebih

kecil dari PK + ALTI. Hal ini disebabkan tidak stabilnya suhu, pH dan EC dari

larutan pupuk yang dipakai dimana sering > 7.0 (Lampiran 2-5).

Page 58: Derma Wati

Morgan (1999) menyatakan pH dari larutan hidroponik adalah penting, karena

merupakan kontrol untuk ketersediaan dari nutrisi garam-garam mineral. Untuk

produksi sayuran hidroponik, pH berkisar antara 5.6 – 6.0 adalah dapat diterima.

Defisiensi nutrisi dapat terjadi pada tingkatan di atas atau di bawah

cakupan yang bisa diterima, garam atau unsur-unsur tertentu hanya tersedia

untuk tumbuhan di dalam suatu cakupan pH tertentu. Suatu nilai pH harus dipilih

mana yang menyediakan kondisi-kondisi pengambilan terbaik untuk

pertumbuhan. Nilai pH antara 5.8 dan 6.5 untuk kebanyakan tumbuhan,

bagaimanapun, tumbuhan dapat bertahan mencakup pH 5 - 7.5. Di bawah pH 5

ada suatu bahaya merusak dan membinasakan jaringan akar dari tumbuhan. Di

atas pH 7.5 sebagian dari nutrisi bisa dipercepat ke luar dari larutan dan menjadi

tak tersedia kepada tanaman itu. Fe, Mn dan Zn menjadi kurang tersedia seperti

pH dari 6.5 - 7.5 atau 8.0.

Kandungan unsur Ca yang terdapat pada PK + ALTI sangat besar

(1200.73 ppm). Menurut Sutiyoso (2003) unsur Ca dalam jumlah cukup banyak

menyebabkan tanaman terasa manis begitu juga kandungan unsur S (196.64 ppm)

membuat tanaman akan lebih renyah apabila dimakan. Hal ini merupakan nilai

positif bagi tanaman sayur sehingga sayuran pakchoy dengan memakai PK +

ALTI layak untuk dikomsumsi dan menyehatkan tubuh manusia.

Pada Lampiran 79 diperlihatkan perbandingan kandungan gizi tanaman

pakchoy masing-masing perlakuan terhadap tanaman pakchoy yang diteliti oleh

FAO (Tabel 1). Untuk kandungan protein, serat, unsur P, Fe, K dan Ca jauh lebih

tinggi dari FAO. Hal ini disebabkan tingginya kandungan unsur yang terdapat

dalam pupuk baik PK + ALTI, Superbionik maupun AB Mix.

Page 59: Derma Wati

Total unsur tanaman setelah panen

Nilai substitusi untuk total unsur tanaman setelah panen mempunyai nilai

substitusi positif dan negatif antara ketiga macam pupuk (Lampiran 35). Dari

ketiga macam pupuk yang digunakan menghasilkan tanaman yang mengandung

kandungan unsur yang berbeda-beda. Adapun unsur yang di ukur dalam hal ini

adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Na, Mn, Cu, dan Zn. Untuk kandungan unsur

masing-masing tanaman dengan perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada

Lampiran 34.

Pada Gambar 7 ditunjukkan rerata kandungan unsur Nitrogen antara

ketiga macam pupuk dengan waktu siram 10 menit.

Gambar 7. Rerata total unsur N tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) setelah

panen dengan waktu siram 10 menit.

Page 60: Derma Wati

Pada EC 1.80, Superbionik menunjukkan nilai 58 % Total Unsur N, AB

Mix (38 % Total Unsur N) dan PK + ALTI (26 % Total Unsur N). Pada

konsentrasi tersebut berarti bahwa substitusi PK + ALTI terhadap AB Mix adalah

- 31 % dan Superbionik terhadap AB Mix adalah + 52 %. Jadi pemakaian

Superbionik lebih efektif dari AB Mix sebesar 52 %. Hal ini disebabkan

kandungan hara mineral N yang tinggi dalam Superbionik yaitu 62468.21 ppm

(Lampiran 1) maka kandungan N dalam tanaman juga tinggi. Sedangkan PK +

ALTI mempunyai nilai substitusi negatif sebesar 31 % terhadap AB Mix.

Kandungan N (Lampiran 1a) dalam pupuk PK + ALTI (1953.91 ppm)

kalau dibanding dengan AB Mix (142.27 ppm) mempunyai nilai lebih 1373 %

dimana PK + ALTI adalah merupakan pupuk organik.

Walaupun PK + ALTI mempunyai nilai substitusi negatif terhadap AB

Mix namun bahan ini sebaga i limbah terhadap lingkungan, maka PK + ALTI

memiliki nilai positif sangat besar, yaitu sebagai bahan untuk pupuk dan dapat

menggantikan pupuk inorganik industri (AB Mix).

Menurut Salisbury dan Ross (1995) serta Resh (1983) dan Chuan (1994)

nitrogen mendorong pembentukan daun, karena demikian banyak senyawa

penting tidaklah mengherankan kalau pertumbuhan akan lambat tanpa nitrogen.

Tumbuhan yang mengandung nitrogen untuk sekedar tumbuh saja akan

menunjukkan gejala kekahatan, yakni klorosis biasa terutama pada daun tua

(Lampiran 74). Pada kasus yang parah, daun menjadi kuning seluruhnya lalu

agak kecoklatan saat mati. Biasanya, daun gugur pada fase kuning atau kuning

kecoklatan. Daun muda tetap hijau lebih lama karena mereka mendapatkan

nitrogen larut yang berasal dari daun yang tua. Tapi pada kenyataan

Page 61: Derma Wati

pertumbuhan dengan memakai Superbionik ini kurang bagus pertumbuhannya

karena pH larutan sering tidak stabil sehingga banyak unsur justru tidak dapat

diserap dengan baik oleh akar (Lampiran 4).

Dalam hal ini tanaman yang memakai pupuk PK + ALTI mempunyai

kelebihan yaitu mengandung serat yang tinggi serta rerata tinggi serta jumlah

daun juga paling besar (Lampiran 77). Ketiga parameter ini merupakan patokan

untuk tanaman sayur. Konsumen lebih banyak memilih sayuran jumlah daun dan

tinggi tanaman lebih besar serta kandungan serat yang tinggi. Dan pemakaian

pupuk PK + ALTI juga ramah akan lingkungan dan harganya murah.

Menurut Chuan (1994) pH optimum untuk tanaman pak choy adalah 7,0.

Mengingat pentingnya pH bagi ketersediaan nutrisi tanaman hidroponik, maka

pH larutan nutrisi perlu senantiasa dijaga agar tidak keluar dari kisaran yang

dibutuhkan tanaman (Subiyanto, 2000). Pada Lampiran 4 kisaran pH untuk PK +

ALTI dan AB Mix cukup stabil sedangkan Superbionik sering berubah melewati

pH optimum (> 7.0) sehingga proses penyerapan agak terganggu walaupun

kandungan nutrisi dalam pupuk tersebut mencukupi.

Lebih lanjut Nichols dan Atkins (2004) juga menyatakan pH adalah suatu

ukuran kadar keasaman atau ukuran basa / aktivitas ion hidrogen di dalam air,

yaitu dari 0 – 14 dengan 7 netral. Kebanyakan tumbuhan tumbuh terbaik

manakala medium itu pH adalah 5.6 - 6.2. Yang utama pH pada pertumbuhan

tumbuhan akan mengendalikan ketersediaan nutrisi. pH rendah mungkin adalah

respon kelebihan Fe dan ketersediaan Mn yang mendorong ke arah toksik atau Ca

dan Mg yang tak mencukupi. pH tinggi adalah lebih buruk seperti dapat

menyebabkan kekurangan dari banyak nutrisi itu. Nutrisi harus terlarut dalam air

Page 62: Derma Wati

supaya dapat diserap oleh akar. Proses kondensasi (kebalikan dari pelarutan)

menghasilkan bentuk padat dalam larutan nutrisi, yang membuat nutrisi tidak

dapat diserap tanaman. Nilai pH yang mencolok dapat menyebabkan kondensasi

dari nutrisi tertentu ( Diatloff, 1998). Morgan (1999) lebih lanjut juga

menyatakan bila pH meningkat dari 6.5 menjadi 7.5 atau 8, beberapa elemen

seperti Fe, Mn dan P akan berkurang dan ciri-ciri kekurangan nutrisi akan mulai

terlihat, walaupun nutrisi ini tersedia dengan tingkatan yang cukup di dalam

larutan. Bila pH terlalu tinggi, akan menurunkan kadar Fe dalam larutan

hidroponik dan menjadikannya sama sekali tidak dapat diserap oleh tanaman dan

menyebabkannya klorosis pada bagian atas daun ( Lampiran 74).

Korelasi antar parameter tanaman

Berdasarkan Tabel 9 serat kasar mempunyai korelasi yang sangat tinggi

terhadap tinggi tanaman, diameter batang, indeks luas daun, berat basah, berat

basah akar, berat kering batang, protein, lemak, klorofil, kadar air, kadar abu, dan

total unsur N.

Pada Gambar 8 ditunjukkan rerata tinggi tanaman antara ketiga macam

pupuk dengan waktu siram 10 menit.

Page 63: Derma Wati

Gambar 8. Rerata tinggi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) pada minggu ke-4

dengan waktu siram 10 menit.

Pada EC 1.80, PK + ALTI menunjukkan nilai 22.40 cm tinggi tanaman,

AB Mix (18.00 cm tinggi tanaman) dan Superbionik (16.00 cm tinggi tanaman).

Pada konsentrasi tersebut berarti bahwa substitusi PK + ALTI terhadap AB Mix

adalah + 24 % dan Superbionik terhadap AB Mix adalah – 11 %. Jadi pemakaian

PK + ALTI lebih efektif dari AB Mix sebesar 24 %. Sedangkan Superbionik

mempunyai nilai substitusi negatif sebesar 11 % terhadap AB Mix. Walaupun

Superbionik mempunyai nilai substitusi negatif tetapi secara ekologis lebih

ramah terhadap lingkungan dan aman untuk dikomsumsi karena merupakan

pupuk organik.

Untuk tinggi tanaman yang sama yaitu 20.00 cm ternyata PK + ALTI

memerlukan EC 2.32, AB Mix EC 1.31 dan Superbionik EC 1.26. Pada tinggi

tanaman 20.00 cm tersebut nilai substitusinya pupuk PK + ALTI terhadap AB

Page 64: Derma Wati

Mix adalah -77 %, Superbionik terhadap AB Mix adalah + 3 %. Jadi pemakaian

Superbionik lebih efisien daripada AB Mix 3 % sedangkan PK + ALTI

mempunyai substitusi negatif sebesar 77 % terhadap AB Mix.

Tabel 10. Substitusi harga total unsur N pada tinggi tanaman 20 cm

PK + ALTI Superbionik AB Mix

Kandungan Unsur N (ppm) 1953.91 62468.21 142.27

Harga pupuk/m2 1400 80000 3000

Harga Unsur N per 1 ppm (Rp) 0.72 1.28 21.09

EC (tinggi 20 cm) 2.32 1.31 1.26

Kandungan Unsur (ppm) 3248 1834 1764

Total harga unsur N / m2 (Rp) 2,327 2,349 37,197

Total harga unsur N / ha (Rp) 23,272,310 23,487,147 371,968,792

Efisiensi harga terhadap 93.74 93.69 0AB Mix (%)

Macam pupukUraian

Pada Tabel 10 untuk tinggi tanaman yang sama PK + ALTI mempunyai

nilai substitusi negatif sebesar 77% terhadap AB Mix untuk jumlah pupuk yang

diperlukan, ternyata total harga unsur N-nya per hektar mempunyai nilai yang

paling kecil yaitu Rp 23.272.310 dan substitusi harga paling besar yaitu 93.74 %

terhadap AB Mix. Jadi dengan nilai EC yang paling tinggi (2.32), PK + ALTI

mempunyai harga yang paling murah.

Walaupun PK + ALTI mempunyai nilai substitusi negatif terhadap AB

mix terhadap jumlah EC disamping harganya murah secara ekologis bahan ini

masih berguna dalam kehidupan walaupun diperlukan dalam jumlah

Page 65: Derma Wati

konsentrasi yang lebih besar. Dari segi ekonomis lebih tinggi nilainya karena

terbuat dari bahan terbuang yaitu limbah dari kotoran sapi namun tetap

bermanfaat bagi lingkungan dan substitusi hara mineral organik terhadap

inorganik, pupuk lebih mahal dapat digantikan oleh pupuk organik yang lebih

sehat dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar kita.

Pemakaian pupuk PK + ALTI lebih efektif daripada AB Mix dan pupuk

Superbionik lebih efisien dari AB Mix untuk parameter tinggi tanaman dimana

sangat erat korelasi (Tabel 9) antara kandungan serat kasar dengan tinggi

tanaman (89 %). Tambah tinggi tanaman maka tambah banyak pula serat kasar

yang dikandung oleh tanaman tersebut. Sayuran yang baik harus dapat

mencukupi kandungan gizi yang diperlukan dalam makanan. Soekirman (1993)

menyatakan mengkomsumsi sumber nabati yang banyak mengandung serat

sebagai pencegah penyakit kanker. Sesuai dengan Lampiran 34 dan 77

kandungan serat kasar terutama dengan perlakuan PK + ALTI (96%) sangat

tinggi, jadi pakchoy merupakan sayuran yang baik untuk dikomsumsi. Semakin

tinggi komsumsi serat larut akan semakin banyak asam empedu dan lemak

dikeluarkan tubuh (Khomsan, 2003). Sehingga kemungkinan menumpuknya

kolesterol dalam darah dapat dihindari dengan mengkomsumsi sayur pakchoy

terutama dengan memakai pupuk organik.

Serat kasar juga mempunyai korelasi yang sangat besar terhadap

kandungan protein, lemak, karbohidrat, klorofil, kadar air, kadar abu dan jumlah

unsur N. Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan energi untuk

aktivitas kehidupan. Energi yang diperoleh dapat berasal dan hewani maupun

nabati. Dalam sayuran pakchoy ini terdapat protein, lemak dan juga karbohidrat

Page 66: Derma Wati

sebagai sumber energi. Seperti dinyatakan oleh Wikawati (1990) energi dalam

pangan merupakan hasil pembakaran dari zat gizi makro karbohidrat, lemak,

protein dan mutu kualitatif pangan diperkirakan dari besarnya sumbangan protein

terhadap nilai energi. Lebih lanjut dinyatakan kekurangan asam lemak essensial

menyebabkan penyakit jantung dan kerusakan endotel, sebagaimana fungsi asam

lemak adalah menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel dan membuat

zat-zat seperti hormon (eucosanoid) yang dapat meningkatkan kecerdasan dan

kekebalan tubuh (Thoha, 2004). Lemak dalam pangan berfungsi sebagai sumber

energi yang padat bagi tubuh yaitu 9 kkal/g, menghemat protein tiamin; membuat

rasa kenyang lebih lama; membuat rasa makanan menjadi enak; memberi zat gizi

lain yang dibutuhkan tubuh (Karsin, 2004). Dengan memakan sayur adalah

merupakan cara yang aman untuk menghindari kemungkinan penyakit diatas

dengan resiko lebih kecil. Banyak mengkomsumsi makanan berasal dari

tumbuhan mempunyai resiko lebih rendah untuk terserang penyakit jantung

(Khomsan, 2003).

Sedangkan kandungan total unsur Mg mempunyai nilai korelasi negatif

tertinggi terhadap parameter tinggi tanaman, indeks luas daun, berat basah, berat

kering batang.

Kandungan unsur Mg yang cukup kecil (Lampiran 1) dalam pupuk

berkaitan erat dengan parameter tinggi tanaman, indeks luas daun, berat basah,

berat kering batang. Menurut Harris (1989) Mg berpengaruh penting terhadap pH

tanah. Dengan stabilnya pH tanah maka pertumbuhan tanaman dapat berjalan

dengan baik sehingga mempengaruhi parameter-parameter tersebut. Menurut

Resh (1983) dan Chuan (1994) fungsi dari Mg adalah membentuk klorofil (hijau

Page 67: Derma Wati

daun) serta aktif dalam distribusi P keseluruh tubuh tanaman. Karena kandungan

Mg yang tinggi ini maka tanaman pakchoy dengan pupuk ini mengandung

klorofil paling tinggi. Tingginya klorofil akan meningkatkan fotosintesis dan

distribusi P akan mempengaruhi unsur N, serat kasar (Harris, 1989). Tanaman

mengalami klorosis apabila nilai Mg rendah dan menyebabkan tidak terbentuk

klorofil seperti disajikan pada Lampiran 76.

Unsur Zn mempunyai nilai korelasi negatif tertinggi terhadap parameter

panjang akar. Kecukupan mineral ini dalam makanan dapat mengurangi resiko

kerusakan saraf secara permanen untuk defisiensi Zn (Karsin, 2004). Defisiensi

Zn merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan anak

(Riyadi, 1992). Untuk parameter panjang akar bukan merupakan faktor yang

utama dalam pemilihan kualitas sayur maka nilai korelasi negatif adalah bagus.

Dilihat dari kandungan mineral sayur pakchoy ini maka sangat baik untuk

dikomsumsi terutama bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan.

Gangguan akibat kekahatan Zn meliputi lambatnya pertumbuhan batang,

tepi daun sering tampak mengerut dan berubah bentuk daun kerdil dan fungsinya

mendorong proses pengubahan tenaga dalam tubuh tanaman (Salisbury & Ross

(1995) dan Resh (1983) dan Chuan (1994).

Page 68: Derma Wati

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Pemakaian pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi

tanaman, jumlah daun, panjang akar, diameter batang, indeks luas

daun, berat basah tanaman, berat basah akar tanaman, berat kering

akar tanaman, berat kering batang tanaman. Konsentrasi pupuk dan

waktu siram juga berbeda nyata untuk tinggi tanaman.

2. PK + ALTI pada perlakuan konsentrasi 1.25 pada waktu siram 5 dan

10 menit minggu ke-4 sudah layak untuk dipanen dari segi tinggi

tanaman dan jumlah daun sehingga akan menghemat waktu, biaya

dan tenaga sekitar 20 % dibanding waktu panen normal minggu ke-5.

3. Nilai substitusi kandungan total unsur N Superbionik lebih tinggi

terhadap AB Mix dimana pemakaian Superbionik lebih efektif dari

AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata

Superbionik hasilnya lebih besar dari AB Mix (substitusi 52 %).

Sedangkan nilai substitusi tinggi tanaman PK + ALTI lebih tinggi

terhadap AB Mix dimana pemakaian PK + ALTI lebih efektif dari

AB Mix karena dengan nilai EC yang sama (1.80) ternyata PK +

ALTI menunjukkan nilai lebih besar dari AB Mix (substitusi 24%).

Sementara Superbionik lebih efisien dari AB Mix karena untuk tinggi

tanaman yang sama (20.00 cm) Superbionik memerlukan EC paling

kecil, yaitu 1.26.

Page 69: Derma Wati

4. PK + ALTI lebih efisien dari segi harga karena lebih murah, ekonomis

dan terbuat dari bahan yang terbuang, lebih sehat, mudah diperoleh

dan secara ekologis bahan ini masih berguna bagi kehidupan.

5. Sayuran organik menggunakan pupuk PK + ALTI lebih baik daripada

memakai AB Mix dari segi kualitas serat kasar yang dikandungnya.

SARAN

1. Perlu dikembangkan pupuk PK + ALTI dengan konsentrasi pupuk

sejalan kandungan Superbionik agar diperoleh hasil pertumbuhan

lebih optimal.

2. Perlu dilakukan penelitian untuk jenis sayuran hidroponik yang lain

menggunakan pupuk organik dalam media larutan atau sebagai pupuk

cair bagi hidroponik dan aeroponik.

Page 70: Derma Wati

DAFTAR PUSTAKA

Abe J, Songmuang P, Harada J. 1995. Root Growt of Paddy Rice with

Application of Organic Materials as Fertilizers in Thailand. JARQ 29 (2), 77-82

Adianto. 1993. Biologi Pertanian . Pupuk Kandang, Pupuk organik Dan

Insektisida . Penerbit Alumni . Bandung

Bastanta E S. 2003. Budidaya Kubis di Pertanian Organik Yayasan Bina Bakti Cisarua. Departemen Biologi. FMIPA . Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chuan T L A. 1994. a Guide to Hydroponics Singapore Science Centre. Singapore.

Cooke G W. 1987. Fertilizing for Maximum Yield. Granada Publ. London .297p Cooper A . 1979. The ABC of NFT . Grower Books , London. Darmijati S, Syarifuddin K. 1988.Tangggapan kacang tanah terhadap sisa

bahan organik di lahan kering . Penelitian Pertanian 8 (2) : 90 –94 Diatloff E. 1998. pH-What Does It Relly Means ? Best Of Practical Hydroponics

& Greenhouse-International Trade Directory. Dinas Kebersihan. 2002. Pemantauan Kualitas Air di Sekitar IPAK Duri

Kosambi Jakrta Barat. Propinsi DKI Jakarta . Jakarta Economakis C D. 1999. Effect of solution conductivity on growth and yield of

lettuce in Nutrient Film Tecnique. Acta Horticulturae. Http;/acta horticulturae/html. [29 Desember 2002]

Elsivier. 1981. Agricultural Compendium. Elsevier Science. Publishing

Company. Nedherlands. Fauci M F. and Dick R P. 1994. Spoil microbial dynamics : short-and long-term

effects of inorganic and organic nitrogen. Soil Sci. Soc. Am. J. 58 : 801-806

Food and Agriculture Organization of The United Nation. 1972. Food

Composition Table for Use in East Asia . Food Policy and Nutrition Division. Roma.

Gomez, Kwanchai A. & Arturo A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. UI-Press. Jakarta

Page 71: Derma Wati

Graves C J. , Hurd R G. 1983. Intermittent solution circulation in nutrient film tecnique. Acta Hort. 133 : 47 – 52

Haikal R E. 1993. Pemeliharaan Tanaman Paprika (Capsicum annuum var.

Grossum) Dengan teknik Hidroponik Menggunakan Kompos Cair dari Limbah Tanaman Bersangkutan [ skripsi ]. Jur. Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Handayani I. 2003. Respon Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa) dalam Media

Arang Sekam, Kasting, dan Larutan Hara (Hidroponik) Handayanto E , Ismunandar S. 1999. Seleksi bahan organik untuk peningkatan

sinkronisasi nitrogen pada ultisol Lampung. J. Habitat Vol. 11 No. 109 : 37 – 47

Harjadi S S. 1989. Dasar-dasar Holtikultura. Jurusan Budidaya Pertanian.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Harris D. 1994 . The Illustrated Guide to Hydroponics . Tien Wah Press (Pte.) ,

Ltd. Singapore Harris R S. 1989. Pengaruh Budidaya Pertanian terhadap Susunan Bahan Pangan

Nabati Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Terjemahan. ITB. Bandung

Hermawan. 2004. Pengaruh Tingkat EC (Electrical Conductivity) terhadap

PertumbuhanEmpat Varietas Selada pada Sistem Ebb and Flow [skripsi]. Departemen Biologi FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hilman Y , Asgar A. 1995. Pengaruh Umur Panen Pada Dua Macam Paket

pemupukan terhadap Kuantitas Hasil Bawang Merah Kultivar Kuning di dataran rendah. Bul. Penel. Hort. 27 940 : 40-50.

Karsin E S. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Klasifikasi Pangan dan Gizi.

Penebar Swadaya. Jakarta Karsono S, Sudarmodjo , Sutiyoso Y. 2002 , Hidroponik Skala Rumah Tangga .

Agro Media Pustaka. Khomsan.A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada.

Jakarta. Kristanti N. 1998. Krakteristik Konduktivitas Listrik Larutan Nutrisi Tanaman

Selada (Lactuva sativa L.) Pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) Dengan Sirkulasi Larutan Nutrisi Secara Berkala [skripsi]. Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 72: Derma Wati

Limbongan J, Monde A. 1999. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Kultivar Palu. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. J. Holtikultura. Volume 9 No. 3 .212-219.

Lingga P. 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.Penebar Swadaya .

Jakarta Mengel K and Kirby E A. 1979. Principles of Plants Nutrition. International

Potrash Institute. Berne. Switzerland. Marschner H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants . Institute of Plant

Nutrition University of Hohenheim Federal Republik of Germany. Academic Press . London.

Mattjik A A, Sumertajaya I . 2002. Perancangan Percobaan Dengan

Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi kedua. IPB Press. Bogor. Matsuoka T, Suhardiyanto , Herrry, Yuwono A S. 1992. Energy and thermal

aspect of interittent circulation of the cooled nutrient solution for NFT cultivation in summer . Bull. Rest; Inst. Syst. Hort. Fac. Of Agric. Kochi Univ. 9 65-71

Morgan L. 1999. Hydroponic Lettuce Production.Casper Publication Pty. Ltd.

Australia Morgan L. 1999. Practical Hydroponics & Greenhouses. Casper Publication Pty.

Ltd. Australia Nichol S M and Atkins K. 2004. Organic (Part Two). http : www .

maximumyield. Com /viewart.php? article = 202. View Article, Indoor Gardening and Hydroponic, Maximun Yield [17 Juni 2004]

Nugroho A, Basuki N, Nasution M A. 1999. Pengaruh Pemberian Pupuk

Kandang dan Kalium terhadap Produksi dan Kualitas Jagung Manis (Zea mays saccharata ) pada Lahan Kering. J. Ilmiah Habitat Vol. 10 : 33-38

Permana H W. 2001. Tingkat pertumbuhan Pakchoi (Brassica chinensis) yang

ditanam secara hidroponik dan nonhidroponik.Jur. Biologi .FMIPA Bogor :IPB

Resh H M. 1981. Hydroponics : Question and Answer for Succesful Growing. Woodbridge Press. Santa Barbara.

Page 73: Derma Wati

Resh H M. 1983. Hydroponics Food Production. Woodbridge Press. Santa Barbara, California (USA).

Riyadi H. 1992. Hubungan Seng Serum dengan Hambatan Pertumbuhan pada Anak Sekolah Dasar [tesis]. Prog. Pascasarjana. IPB. Bogor

Roan P N M. 1998. Pengaruh Aerasi dan Bahan Pemegang Tanaman Pada Tiga Konsentrasi Larutan Terhadap Pertumbuhan Selada (Lactuca sativa L.) Dalam Sistem Hidroponik Mengapung [skripsi]. Jur. Budidaya Pertanian. IPB.

Rosliani R, Hilman Y. 2002. Pengaruh Pupuk Urea Hayati dan Pupuk Organik Penambat Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah. J. Hort. 12 (1) : 17-27

Rubatzky E V, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia 2 . Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Rukmana R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi . Kanisius . Yogyakarta.

Rubatzky V E, Yamaguchi M . 1998 . Sayuran Dunia 2 , Prinsip, Produksi, dan Gizi. Edisi kedua. Eds. ITB. Bandung

Salisbury F B and Ross C W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. ITB Bandung

Salisbury F B and Ross C W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB Bandung

Schoenstein G. 1986. Hydro-organics. Will it work ? . Proceedings of 17th Conference Hydroponics Society of Amerika.Hlm : 121 – 125

Sie monsma J S and Piluek K 1994. Prosea . Plant Resources of South – East Asia 8 . Vegetables . pp. 130 – 134

Soekirman. 1993. Masalah Gizi Ganda Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua. Widyakarya Pangan dan Gizi. Jakarta

Page 74: Derma Wati

Srivastava P C and Gupta U C. (1996). Trace Elements in Crop Production. Science Publishers, Inc. USA

Subiyanto. 2000. Pengelolaan Nutrisi Dalam Teknik Budidaya Hidroponik Pada Tanaman Holtikultura Semusim. J. Analisis Sistem . Nomor 14, Tahun VII . 44 – 52

Sugito Y. 1995. Sistem Pertanian Organik , Univertas Negeri Malang .Malang Sumarni N , Rosliani R. 2001. Media Tumbuh dan Waktu Aplikasi Larutan Hara

untuk Penanaman Cabai Secara Hidroponik. J. Hort. 11 (4) : 237-243 Sutarjo. 1995. Peranan Bahan Organik terhadap Perubahan Sifat Tanah dan

Produksi Bawang Putih (Allium sativum L.) DI Tiom, Irian Jaya [skripsi]. Institut Pertanian Bogor

Sutiyoso Y. 2003. Prospek Hidroponik dalam Menanggulangi Keperluan

Pangan. Seminar Sehari Laboratorium Fisiologi Tumbuhan. Jur. Biologi FMIPA-IPB. Bogor.

Sutiyoso Y. (2003). Meramu Pupuk Hidroponik : Tanaman Buah, Tanaman

Sayur, Tanaman Hias/Bunga. Penebar Swadaya. Jakarta Syarifuddin K A, Abdurachman A. 1994. Optimasi pemanfaatan sumber daya

lahan berwawasan lingkungan. Di dalam : Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta/ Bogor, 23 – 25 Agustus 1993. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hlm 98 – 100

Thoha. 2004. Asam Lemak Essensial untuk Optimalisasi Fungsi Otak Balita

[tesis]. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Tyndall H D. 1983. Vegetables in The Tropics Macmillan Education Ltd

Hampshire

Wahyuni A D. 2003. Pengaruh Komposisi Hara Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Rawit Dalam Sistem Hidroponik. Departemen Budidaya Pertanian [ skripsi ]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wibowo N L. 1993. Pemanfaatan Limbah Tanaman Tomat sebagai Larutan Hara Hidroponik Tanaman Tomat (Lycorpersicon esculentum Mill)[skripsi]. Jurusan Biologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 75: Derma Wati

Widiastuti M M D. 2000. Budidaya Pak Choi (Brassica chinensis L.) dengan media hidroponik dan kasting di Padepokan Bumi Mandiri Cisaat , Sukabumi [ skripsi ]. IPB . Bogor.

Wikawati W.1990. Keragaman Komsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga petani dengan Pola Usaha Tani yang Berbeda di Kabupaten Jember [tesis]. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

William C N, Uzo J O, Peregrine W T H. 1993. Produksi Sayuran Di daerah Tropika . Eds. Gajah Mada University Press. Malang

Page 76: Derma Wati
Page 77: Derma Wati

Lampiran 1b. Prosedur Pembuatan PK + ALTI Bahan-bahan :

1. Pupuk Organik Super ( pupuk kandang dari sapi yang sudah difermentasi dari Sukabumi)

2. Air Limbah Tinja yang sudah dine tralisasi diambil dari kolam netralisasi IPAK Duri Kosambi – Cengkareng

3. Air 4. H3PO4 / H2SO4 dan KOH

Alat-alat :

1. Blender 2. Saringan 3. Wadah pupuk 4. Pengaduk 5. pH meter 6. EC meter

Prosedur pembuatan :

1. Pupuk Kandang diambil sekitar 200 gram dan dicampur dengan air sampai volume 1 liter dan dihaluskan dengan blender dan disaring sampai menghasilkan supernatan yang kental.

2. Supernatan ini kemudian diuji kelaboratorium untuk mengetahui kandungan unrsur-unsur yang terdapat di dalamnnya.

3. Disamping itu Air Limbah Tinja juga dianalisis kandungan unsur-unsur yang terdapat didalamnya.

4. Dalam pembuatan larutan PK + ALTI Untuk EC 1.25 diperlukan perbandingan supernatan pupuk kandang dengan air limbah tinja dengan perbandingan 1 : 5, sedang untuk EC 2.50 perbandingannnya 1 : 2.5.

5. Untuk menurunkan pH menjadi antara 6-7 maka ditetesi dengan H3PO4 atau H2S04 setetes demi setetes sambil diaduk sampai pH-nya sesuai dengan yang diinginkan sedangkan untuk menaikkan pH digunakan KOH.

Page 78: Derma Wati
Page 79: Derma Wati
Page 80: Derma Wati
Page 81: Derma Wati
Page 82: Derma Wati

Lampiran 6. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Pertumbuhan Tinggi Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam

Parameter Perlakuan1 2 3 4 5

Tinggi P1A1T1 10.45ab 15.62ab 21.00ab 22.15abc 24.75bcTanaman P1A1T2 11.10ab 16.87a 23.25a 25.12a 24.25bcd

P1A2T1 11.87a 15.37ab 19.12bc 24.30ab 25.67abcP1A2T2 11.25a 14.87b 16.80cd 19.40c 21.07cdP2A1T1 8.25de 12.75cd 12.75ef 18.82c 22.95bcdP2A1T2 8.75cde 12.25d 14.82de 20.30c 22.17cdP2A2T1 8.35de 9.62ef 10.32fg 12.25d 13.42eP2A2T2 7.62e 8.02f 9.20g 11.62d 12.25eP3A1T1 10.37ab 11.00de 16.25cd 19.32c 27.30abP3A1T2 11.62a 14.50bc 17.25cd 21.40bc 30.07aP3A2T1 10.25abc 12.87cd 18.00c 20.32c 27.92abP3A2T2 9.50bcd 11.12de 12.85ef 14.07d 19.37d

Minggu Setelah Tanam (cm)

Lampiran 7. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata persentase Tinggi Tanaman dalam In Time

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 1.19121 1 2 1,21281 2 1 1.19681 2 2 1.14872 1 1 1.10222 1 2 1.11982 2 1 0.99912 2 2 0.96133 1 1 1.13833 1 2 1.18673 2 1 1.16583 2 2 1.0684

FaktorRata-rata

Page 83: Derma Wati

Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman dalam RAL in Time SumberKeragamanP 2 0.4998 75.37 <0.0001*A 1 0.3373 50.86 <0.0001*P*A 2 0.0714 10.77 0.0003*T 1 0.0182 2.76 0.1064P*T 2 0.0013 0.2 0.8175A*T 1 0.1465 22.09 <0.0001*P*A*T 2 0.0141 2.13 0.135Galat (a) 33 0.0066 5.01m 5 14,909 761.07 <0.0001*Galat (b) 15 0.0019 1.48P*m 10 0.038 28.68 <0.0001*A*m 5 0.0307 23.21 <0.0001*T*m 5 0.0034 2.59 0.0278**P*A*m 10 0.0104 7.96 <0.0001*P*T*m 10 0.0105 2.23 0.0184**A*T*m 5 0.0029 6.03 <0.0001*P*A*T*m 10 0.0079 1.1 0.3675Galat © 165 0.0014Total 287 0.0013

F HitungKTDb P

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 9. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Jumlah Daun dalam In Time

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 0,95791 1 2 0,97331 2 1 0,93011 2 2 0,95962 1 1 0,84852 1 2 0,86152 2 1 0,81872 2 2 0,81723 1 1 0,90923 1 2 0,92103 2 1 0,94673 2 2 0,8787

FaktorRata-rata

Page 84: Derma Wati

Lampiran 10. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) Terhadap Parameter Jumlah Daun Tanaman pada minggu ke 1-5 Setelah Tanam

Parameter Perlakuan1 2 3 4 5

Jumlah P1A1T1 5.00abc 7.50a 10.25a 13.25ab 16.25abcDaun Tanaman P1A1T2 5.00abc 7.75a 10.50a 14.75a 17.50a

P1A2T1 5.00abc 7.25a 9.00abc 12.00bc 14.00cdP1A2T2 5.50ab 7.25a 10.00a 13.25ab 16.25abcP2A1T1 3.75cd 5.00b 7.25cd 10.00cd 11.25efP2A1T2 4.00cd 5.00b 7.50bcd 10.00cd 12.25defP2A2T1 3.25d 5.00b 6.75cd 8.75d 9.75fP2A2T2 3.25d 5.00b 6.50d 8.75d 10.00fP3A1T1 4.25bcd 6.75a 7.75abcd 11.25bc 14.25bcdP3A1T2 4.50bcd 6.50a 8.50abcd 11.25bc 16.75abP3A2T1 5.00abc 7.25a 9.75ab 12.25b 16.25abcP3A2T2 6.25a 6.75a 8.75abcd 6.25e 13.25de

Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 11 . Sidik Ragam Jumlah Daun dalam RAL in Time SumberKeragamanP 2 0.3488 41.38 <0.0001*A 1 0.0289 3.43 0.0729P*A 2 0.0071 0.85 0.435T 1 0 0 0.9992P*T 2 0.0159 1.89 0.1667A*T 1 0.0128 1.52 0.2262P*A*T 2 0.0139 1.65 0.2071Galat (a) 33 0.0084 5.43m 5 21,235 1191.43 <0.0001*Galat (b) 15 0.0017 1.15P*m 10 0.0215 13.86 <0.0001*A*m 5 0.0107 6.92 <0.0001*T*m 5 0.0048 3.14 0.0098*P*A*m 10 0.005 3.27 0.0007*P*T*m 10 0.0058 3.79 0.0001*A*T*m 5 0.0047 3.09 0.0108**P*A*T*m 10 0.0047 3.06 0.0014*Galat © 165 0.0015Total 287

F HitungKTDb P

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %

Page 85: Derma Wati

Lampiran 12. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Panjang Akar Setelah Panen

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 1,0651 1 2 1,0691 2 1 1,4281 2 2 1,5042 1 1 0.882 1 2 0,9492 2 1 0,6592 2 2 0,6053 1 1 1,1943 1 2 1,3193 2 1 1,3063 2 2 1,135

FaktorRata-rata

Lampiran 13. Sidik Ragam Panjang Akar Setelah Panen

P 2 1.22 79.61 < 0.0001*A 1 0.01 0.55 0.4639P*A 2 0.47 30.93 <0.0001*T 1 0.00 0.05 0.8196P*T 2 0.00 0.26 0.7750A*T 1 0.04 2.63 0.1137P*A*T 2 0.03 2.18 0.1273Galat 36 0.01Total 47

PSumber Keragaman F HitungKTDb

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 14. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Diameter Batang Tanaman Setelah Panen

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 2,5501 1 2 3,2001 2 1 2,6251 2 2 2,3252 1 1 1,9002 1 2 2,3502 2 1 1,3002 2 2 1,0503 1 1 2,0503 1 2 2,2253 2 1 2,4503 2 2 1,575

FaktorRata-rata

Page 86: Derma Wati

Lampiran 15. Sidik Ragam Diameter Batang Setelah Panen

P 2 4.23 37.26 < 0.0001*A 1 2.90 25.47 < 0.0001*P*A 2 0.70 6.20 0.0049*T 1 0.01 0.07 0.7989P*T 2 0.32 2.83 0.0721A*T 1 2.43 21.34 < 0.0001*P*A*T 2 0.03 0.29 0.7534Galat 36 0.01Total 47

PSumber Keragaman F HitungKTDb

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 16 . Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram

terhadap Rerata Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 838,5621 1 2 1108,5071 2 1 655,001 2 2 582,0452 1 1 546,6652 1 2 613,9402 2 1 188,0252 2 2 118,7653 1 1 982,1453 1 2 1116,4623 2 1 1227,6423 2 2 411,300

FaktorRata-rata

Lampiran 17. Sidik Ragam Indeks Luas Daun Tanaman Setelah Panen

P 2 1401170.26 33.57 < 0.0001*A 1 1364857.98 32.70 < 0.0001*P*A 2 39784.98 0.95 0.3950T 1 79062.82 1.89 0.1772P*T 2 212452.13 5.09 0.0113**A*T 1 618723.90 16.33 0.0003*P*A*T 2 179126.37 4.29 0.0213**Galat 36 41739.81Total 47

PSumber Keragaman F HitungKTDb

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %

Page 87: Derma Wati

Lampiran 18. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Tanaman Setelah Panen

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 69,5371 1 2 88,9701 2 1 62,4001 2 2 43,3252 1 1 33,4622 1 2 35,0872 2 1 10,6452 2 2 6,5723 1 1 68,6553 1 2 78,5253 2 1 94,8003 2 2 23,197

FaktorRata-rata

Lampiran 19. Sidik Ragam Berat Basah Tanaman Setelah Panen

P 2 10673.09 38.60 < 0.0001*A 1 5922.74 21.42 <0.0001*P*A 2 174.94 0.63 0.5370T 1 1357.77 4.91 0.0331**P*T 2 1229.62 4.45 0.0188**A*T 1 5264.94 19.04 0.0001*P*A*T 2 1444.05 5.22 0.0102**Galat 36 276.50Total 47

PSumber Keragaman F HitungKTDb

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran20. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 9,4851 1 2 11,1071 2 1 11,2101 2 2 7,1822 1 1 4,0672 1 2 4,2072 2 1 2,1502 2 2 1,4023 1 1 4,7853 1 2 6,9703 2 1 9,3553 2 2 4,462

FaktorRata-rata

Page 88: Derma Wati

Lampiran 21. Sidik Ragam Berat Basah Akar Tanaman Setelah Panen

P 2 184.39 26.81 < 0.0001*A 1 7.87 1.14 0.2918P*A 2 11.76 1.71 0.1953T 1 10.90 1.59 0.2163P*T 2 1.28 0.19 0.8300A*T 1 61.78 8.98 0.0049**P*A*T 2 10.50 1.53 0.2909Galat 36 6.87Total 47

PSumber Keragaman F HitungKTDb

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 % Lampiran 22. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 0,7651 1 2 0,9751 2 1 1,0361 2 2 0,7862 1 1 0,4062 1 2 0,4302 2 1 0,2132 2 2 0,1203 1 1 0,4983 1 2 0,5643 2 1 0,6843 2 2 0,414

FaktorRata-rata

Lampiran 23. Sidik Ragam Berat Kering Akar Tanaman Setelah Panen

P 2 1.44 51.09 < 0.0001*A 1 0.04 1.76 0.1929P*A 2 0.10 3.73 0.0336**T 1 0.03 1.15 0.2905P*T 2 0.01 0.27 0.7636A*T 1 0.27 9.77 0.0035**P*A*T 2 0.03 1.07 0.3522Galat 36 0.02Total 47

PSumber Keragaman F HitungKTDb

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %

Page 89: Derma Wati

Lampiran 24. Pengaruh Interaksi Pupuk, Konsentrasi Pupuk dan Waktu Siram terhadap Rerata Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen

Pupuk Konsentrasi Waktupupuk siram

1 1 1 4,1621 1 2 6,1841 2 1 3,4081 2 2 2,7562 1 1 1,8372 1 2 2,0562 2 1 0,6962 2 2 0,4743 1 1 3,5383 1 2 4,4093 2 1 4,6473 2 2 1,427

FaktorRata-rata

Lampiran 25. Sidik Ragam Berat Kering Batang Tanaman Setelah Panen

P 2 36.24 33.59 < 0.0001*A 1 25.69 23.81 < 0.0001*P*A 2 1.36 1.26 0.2946T 1 0.32 0.30 0.5885P*T 2 3.53 3.28 0.0492**A*T 1 17.31 16.05 0.0003*P*A*T 2 3.38 3.14 0.0554Galat 36 1.07Total 47

PSumber Keragaman F HitungKTDb

* nyata pada taraf 5 % **nyata pada taraf 1 %

Page 90: Derma Wati

Lampiran 26. Hasil Uji Perbandingan Ganda Duncan (DMRT) terhadap Parameter Hasil Panen

PerlakuanPanjang Diameter Indeks Berat Berat Berat BeratAkar Batang Luas Basah Akar Akar Batang(cm) (cm) Daun (g) Basah (g) Kering Kering

P1A1T1 11.92de 2.55bc 838.6bc 69.54ab 9.48ab 0.76bc 4.6bcP1A1T2 12.27de 3.20a 1108.5ab 88.97a 11.10ab 0.97ab 6.18aP1A2T1 27.20ab 2.62b 655.0cd 62.40bc 11.21a 1.03a 3.40bcdeP1A2T2 34.25a 2.32bcd 582.0cd 43.33cd 7.18abc 0.78abc 2.75cdef

P2A1T1 7.82de 1.90de 546.7cd 33.46de 4.06cd 0.40ef 1.83efgP2A1T2 9.00de 2.35bcd 613.9cd 35.09de 4.20cd 0.43def 2.05defgP2A2T1 4.62e 1.30fg 188.0e 10.65ef 2.15d 0.21fg 0.69gP2A2T2 4.17e 1.05g 118.8e 6.57f 1.40d 0.12g 0.47g

P3A1T1 15.75cd 2.05cde 982.1ab 68.66ab 4.78cd 0.49de 3.53bcdP3A1T2 21.97bc 2.25bcd 1116.5ab 78.53ab 6.97bc 0.56cde 4.40bP3A2T1 20.75bc 2.45bc 1227.6a 94.80a 9.35ab 0.68cd 4.64bP3A2T2 14.10cd 1.57ef 411.3de 23.20def 4.46cd 0.41ef 1.42fg

Parameter Hasil Panen

Lampiran 27. Kandungan Protein Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah

Panen setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kandungan Protein (%)1 P1A1T1 1,0722 P1A1T2 1,3873 P1A2T1 2,6464 P1A2T2 2,0265 P2A1T1 2,9186 P2A1T2 2,8137 P2A2T1 4,2558 P2A2T2 4,6319 P3A1T1 2,16210 P3A1T2 1,93711 P3A2T1 2,00112 P3A2T2 3,059

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)

Page 91: Derma Wati

Lampiran 28. Kandungan Lemak Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar

No Perlakuan Kandungan Lemak (%)1 P1A1T1 0.1622 P1A1T2 0.2213 P1A2T1 0.1934 P1A2T2 0.1975 P2A1T1 0.1466 P2A1T2 0.1757 P2A2T1 0.2208 P2A2T2 0.2579 P3A1T1 0.09610 P3A1T2 0.10911 P3A2T1 0.10012 P3A2T2 0.101

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 29. Kandungan Karbohidrat Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.)

Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kandungan Karbohidrat (%)1 P1A1T1 1,3952 P1A1T2 1,6253 P1A2T1 1,4224 P1A2T2 0.7695 P2A1T1 0.4616 P2A1T2 0.4667 P2A2T1 0.9148 P2A2T2 0.9239 P3A1T1 0.39710 P3A1T2 0.53311 P3A2T1 0.37912 P3A2T2 0.812

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 30. Kandungan Klorofil Pada Daun Tanaman Pakchoy (Brassica rapa

L.) Setelah Panen

Klorofil A Klorofil B1 P1A1T1 0.837 0.3802 P1A1T2 0.596 0.2943 P1A2T1 1,527 0.6114 P1A2T2 1,613 0.6505 P2A1T1 0.782 0.4486 P2A1T2 0.740 0.4207 P2A2T1 0.112 0.0528 P2A2T2 0.052 0.1239 P3A1T1 1,315 0.61110 P3A1T2 1,037 0.50611 P3A2T1 1,218 0.51812 P3A2T2 1,414 0.581

No Perlakuan Hasil (mg/l)

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)

Page 92: Derma Wati

Lampiran 31. Kandungan Serat Kasar Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar

No Perlakuan Kandungan Serat (%)1 P1A1T1 0.8952 P1A1T2 0.8863 P1A2T1 1,2094 P1A2T2 0.8855 P2A1T1 0.6306 P2A1T2 0.6227 P2A2T1 0.6348 P2A2T2 0.5929 P3A1T1 0.66710 P3A1T2 0.62411 P3A2T1 0.63612 P3A2T2 1,015

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 32. Kadar Air Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen

setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kadar Air (%)1 P1A1T1 92,9132 P1A1T2 92,2013 P1A2T1 89,8784 P1A2T2 91,8245 P2A1T1 93,2936 P2A1T2 93,3837 P2A2T1 91,4548 P2A2T2 90,9479 P3A1T1 94,12010 P3A1T2 93,66711 P3A2T1 94,37612 P3A2T2 91,102

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004) Lampiran 33. Kandungan Abu Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah

Panen setiap 100 Gram Berat Segar No Perlakuan Kandungan Abu (%)1 P1A1T1 1,1642 P1A1T2 1,3193 P1A2T1 1,5764 P1A2T2 1,3765 P2A1T1 1,1606 P2A1T2 1,0677 P2A2T1 1,1738 P2A2T2 1,3879 P3A1T1 1,16010 P3A1T2 1,20811 P3A2T1 1,18612 P3A2T2 1,790

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)

Page 93: Derma Wati

Lampiran 34. Kandungan Total Unsur Tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) Setelah Panen setiap 100 Gram Berat Segar

N P K Ca Mg Fe Na Mn Cu Zn(%) (%) (%) (%) (%) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)

1 P1A1T1 0.172 0.068 0.325 0.142 0.035 24,414 0.008 22,731 1,677 16,7062 P1A1T2 0.222 0.073 0.376 0.164 0.039 26,624 0.008 26,488 1,898 22,9823 P1A2T1 0.423 0.087 0.459 0.320 0.049 23,775 0.009 44,562 1,098 29,5564 P1A2T2 0.325 0.071 0.413 0.216 0.039 320,074 0.002 38,566 1,317 25,1875 P2A1T1 0.467 0.062 0.462 0.168 0.025 378,082 0.003 30,792 3,616 31,8006 P2A1T2 0.450 0.009 0.395 0.074 0.025 167,100 0.005 27,465 2,828 27,1197 P2A2T1 0.681 0.015 0.291 0.059 0.031 26,766 0.005 32,250 4,833 18,3158 P2A2T2 0.741 0.023 0.266 0.073 0.037 19,847 0.002 37,578 5,357 19,8869 P3A1T1 0.346 0.054 0.510 0.342 0.032 244,928 0.002 51,775 1,179 15,75210 P3A1T2 0.310 0.052 0.459 0.366 0.032 73,383 0.001 51,379 1,249 22,56211 P3A2T1 0.320 0.043 0.465 0.404 0.031 19,375 0.001 52,705 1,368 25,91412 P3A2T2 0.489 0.078 0.654 0.537 0.050 36,229 0.002 89,544 3,189 52,442

Kandungan Total Unsur (satuan)PerlakuanNo

Sumber : Analisis Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2004)

Page 94: Derma Wati

Lampiran 35. Nilai substitusi antara PK + ALTI terhadap AB Mix, Superbionik terhadap AB Mix pada parameter pengamatan

A1T1 A1T2 A2T1 A2T2 A1T1 A1T2 A2T1 A2T2

1 TINGGI TANAMAN IN TIME 0.05 0.02 0.03 0.07 -0.03 -0.06 -0.14 -0.10

2 TINGGI TANAMAN MINGGU 1 0.01 -0.04 0.16 0.18 -0.20 -0.25 -0.19 -0.20

3 TINGGI TANAMAN MINGGU 2 0.42 0.16 0.19 0.34 0.16 -0.16 -0.25 -0.28

4 TINGGI TANAMAN MINGGU 3 0.29 0.35 0.06 0.31 -0.22 -0.14 -0.43 -0.285 TINGGI TANAMAN MINGGU 4 0.15 0.17 0.20 0.38 -0.03 -0.05 -0.40 -0.176 TINGGI TANAMAN MINGGU 5 -0.09 -0.19 -0.08 0.09 -0.16 -0.26 -0.52 -0.377 JUMLAH DAUN IN TIME 0.05 0.06 -0.02 0.09 -0.07 -0.07 -0.14 -0.078 JUMLAH DAUN MINGGU 1 0.18 0.11 0.00 -0.12 -0.12 -0.11 -0.35 -0.489 JUMLAH DAUN MINGGU 2 0.11 0.19 0.00 0.07 -0.26 -0.23 -0.31 -0.26

10 JUMLAH DAUN MINGGU 3 0.32 0.24 -0.08 0.14 -0.06 -0.12 -0.31 -0.2611 JUMLAH DAUN MINGGU 4 0.18 0.31 -0.02 1.12 -0.11 -0.11 -0.29 0.4012 JUMLAH DAUN MINGGU 5 0.14 0.04 -0.14 0.23 -0.21 -0.27 -0.40 -0.2513 PANJANG AKAR -0.11 -0.19 0.09 0.33 -0.26 -0.28 -0.50 -0.4714 DIAMETER BATANG 0.24 0.44 0.07 0.48 -0.07 0.06 -0.47 -0.3315 ILD -0.15 -0.01 -0.47 0.42 -0.44 -0.45 -0.85 -0.7116 BERAT BASAH 1,011.85 0.13 -0.34 0.87 -0.51 -0.55 -0.89 -0.7217 BRT AKAR BSH 0.98 0.59 0.20 0.61 -0.15 -0.40 -0.77 -0.6918 BRT AKAR KERING 0.54 0.73 0.51 0.90 -0.18 -0.24 -0.69 -0.7119 BRT BTNG KERING 0.18 0.40 -0.27 0.93 -0.48 -0.53 -0.85 -0.67

20 PROTEIN -0.50 -0.28 0.32 -0.34 0.35 0.45 1.13 0.51

21 LEMAK 0.69 1.03 0.93 0.95 0.52 0.61 1.20 1.54

22 KARBOHIDRAT 2.51 2.05 2.75 -0.05 0.16 -0.13 1.41 0.14

23 KLOROFIL A -0.36 -0.43 0.25 0.14 -0.41 -0.29 -0.91 -0.96

24 KLOROFIL B -0.38 -0.42 0.18 0.12 -0.27 -0.17 -0.90 -0.79

25 SERAT KASAR 0.34 0.42 0.90 -0.13 -0.06 0.00 0.00 -0.42

26 KADAR AIR -0.01 -0.02 -0.05 0.01 -0.01 0.00 -0.03 0.00

27 KADAR ABU 0.00 0.09 0.33 -0.23 0.00 -0.12 -0.01 -0.2328 UNSUR N -0.50 -0.28 0.32 -0.34 0.35 0.45 1.13 0.5229 UNSUR P -0.87 0.40 1.02 -0.09 -0.89 -0.83 -0.65 -0.7130 UNSUR K -0.36 -0.18 -0.01 -0.37 -0.09 -0.14 -0.37 -0.5931 UNSUR Ca -0.58 -0.55 -0.21 -0.60 -0.51 -0.80 -0.85 -0.8632 UNSUR Mg 0.09 0.22 0.58 -0.22 -0.22 -0.22 0.00 -0.2633 UNSUR Fe -0.90 -0.64 0.23 7.83 0.54 1.28 0.38 -0.4634 UNSUR Na 3.00 7.00 8.00 0.00 0.50 4.00 4.00 0.0035 UNSUR Mn -0.56 -0.48 -0.15 -0.57 -0.41 -0.47 -0.39 -0.5836 UNSUR Cu 0.42 0.52 -0.20 -0.59 2.07 1.26 2.53 0.6837 UNSUR Zn 0.06 0.02 0.14 -0.52 1.02 0.20 -0.29 -0.62

NO PARAMETERP1 VS P3 (%) P2 VS P3 (%)

Page 95: Derma Wati

Lampiran 36. Korelasi kandungan total unsur dengan luas lahan serta biaya antara PK + ALTI dengan AB Mix dan Superbionik dengan AB Mix

P1 P2 P3 P1 P2 P3

1 N 1953.91 62468.21 142.27 13.73 439.08 1

2 P 534.71 2574.11 233.58 2.29 11.02 1

3 K 965.85 4408.42 409.72 2.36 10.76 1

4 S 196.64 1472.73 146.04 1.35 10.08 1

5 Ca 1200.73 4362.9 123.45 9.73 35.34 1

6 Mg 306 78.83 78.83 3.88 1.00 1

7 Mn 28.26 117.39 6.52 4.33 18.00 1

8 Fe 204.52 126.83 7.53 27.16 16.84 1

9 Zn 12.26 140.41 6.35 1.93 22.11 1

10 Cu 2.54 59.44 4.29 0.59 13.86 1

HARGA Rp 1400/m2 Rp 80.000/m2 Rp 3000/m2

NO UNSURKANDUNGAN (ppm) LUAS LAHAN (ha)

Page 96: Derma Wati

Lampiran 37. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1

Lampiran 38. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2 Lampiran 39. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3

Lampiran 40. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4

T1

10.4511.87

8.25 8.35

10.37 10.25

0.00

2.004.00

6.00

8.00

10.00

12.0014.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i T

anam

an M

ing

gu

ke

-1 (

cm)

P1

P2

P1

T2

11.10 11.25

8.757.62

11.62

9.50

0.00

2.00

4.006.00

8.00

10.00

12.00

14.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Ting

gi T

anam

an M

ingg

u ke

-1 (

cm)

P1

P2

P3

T1

15.62 15.37

12.75

9.6211.00

12.87

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.0018.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i T

anam

an M

ing

gu

ke

-2 (

cm)

P1

P2

P3

T2

16.8714.87

12.25

8.02

14.50

11.12

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i T

anam

an m

ing

gu

ke

-2 (c

m) P1

P2

P3

T1

21.0019.12

12.7510.32

16.2518.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i T

anam

an M

ing

gu

ke

-3 (

cm) P1

P2

P3

T2

23.25

16.8014.82

9.20

17.25

12.85

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i T

anam

an M

ing

gu

ke

-3 (

cm) P1

P2

P3

T1

22.1524.30

18.82

12.25

19.32 20.32

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i T

anam

an M

ing

gu

ke

-4 (

cm) P1

P2

P3

T2

25.12

19.4020.30

11.62

21.40

4.07

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

ggi T

anam

an M

inggu ke-

4(cm

) P1

P2

P3

Page 97: Derma Wati

Lampiran 41. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5

Lampiran 42. Nilai Rerata Tinggi Tanaman dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In time

Lampiran 43. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-1

Lampiran 44. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-2

T1

24.75 25.6722.95

13.42

27.30 27.92

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i Tan

aman

Min

gg

u

ke-5

(cm

)

P1

P2

P3

T2

24.2521.0722.17

12.25

30.07

19.37

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

ggi T

anam

an

Min

ggu

ke-5

(cm

)

P1

P2

P3

T1

1.19 1.201.10

0.991.13 1.16

0.000.20

0.400.600.80

1.001.20

1.40

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

gg

i Tan

aman

(In

Ti

me)

(cm

)

P1

P2

P3

T2

1.211.141.11

0.96

1.181.06

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Tin

ggi T

anam

an (I

n T

ime)

(cm

)

P1

P2

P3

T1

7.50 7.25

5.00 5.00

6.757.25

0.001.002.003.004.005.006.007.008.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ing

gu

ke-

2

P1

P2

P1

T 2

7.75 7.25

5.00 5.00

6.50 6.75

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-2

P1

P2

P3

T1

5.00 5.00

3.753.25

4.255.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-1

P1

P2

P1

T2

5.005.50

4.003.25

0.50

6.25

0.001.002.00

3.00

4.005.00

6.007.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-1

P1

P2

P3

Page 98: Derma Wati

Lampiran 45. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-3

Lampiran 46. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-4

Lampiran 47. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 pada Minggu ke-5

Lampiran 48. Nilai Rerata Jumlah Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2 dalam In Time

T1

10.259.00

7.25 6.757.75

9.75

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ing

gu

ke-

3

P1

P2

P1

T2

10.50 10.00

7.506.50

8.50 8.75

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-3

P1

P2

P3

T1

13.2512.00

10.008.75

11.25

5.00

0.002.004.00

6.008.00

10.0012.0014.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-4

P1

P2

P1

T2

14.7513.25

10.008.75

11.25

6.25

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-4

P1

P2

P3

T1

16.2514.00

11.259.75

14.2516.25

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-5

P1

P2

P1

T2

17.5016.25

12.25

0.00

16.75

13.25

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n M

ingg

u ke

-5

P1

P2

P3

T1

0.950.93

0.840.81

0.900.94

0.70

0.75

0.80

0.85

0.90

0.95

1.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n (I

n Ti

me)

P1

P2

P1

T2

0.970.93

0.86

0.81

0.92

0.87

0.70

0.75

0.80

0.85

0.90

0.95

1.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

Jum

lah

Dau

n (I

n Ti

me)

P1

P2

P3

Page 99: Derma Wati

Lampiran 49. Nilai Rerata Panjang Akar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 50. Nilai Rerata Diameter Batang dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 51. Nilai Rerata Indeks Luas Daun dengan 3 macam faktor yaitu pupuk

, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 52. Nilai Rerata Berat Basah dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

T1

1.06

1.42

0.88

0.65

1.191.30

0.000.200.400.600.801.001.201.401.60

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

PA

NJA

NG

AK

AR

(cm

)

P1

P2P1

T2

1.06

1.50

0.94

0.60

1.311.13

0.000.200.400.600.801.001.201.401.60

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

PA

NJA

NG

AK

AR

(cm

)

P1

P2

P3

T1

2.55 2.62

1.90

1.30

2.052.45

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

DIA

ME

TER

BA

TAN

G

TAN

AM

AN

(cm

)

P1

P2

P1

T2

3.20

2.322.35

1.05

2.22

1.57

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.003.50

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

DIA

ME

TE

R B

AT

AN

G

TAN

AM

AN

(cm

)

P1

P2

P1

T1

838.56655.00

546.66

188.02

982.14

1227.64

0.00200.00

400.00600.00

800.00

1000.001200.00

1400.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

IND

EK

S L

UA

S D

AU

N

P1

P2P1

T2

1108.50

582.04613.94

118.76

1116.46

411.30

0.00

200.00

400.00

600.00

800.00

1000.00

1200.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

IND

EK

S L

UA

S D

AU

N

P1

P2P1

T1

69.5362.40

33.46

10.64

68.65

94.80

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T B

AS

AH

TA

NA

MA

N

(g)

P1

P2

P1

T2

88.97

43.3235.08

6.57

78.52

23.19

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T B

AS

AH

TA

NA

MA

N

(g)

P1

P2

P1

Page 100: Derma Wati

T2

1.382.02

2.81

4.63

1.93

3.05

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N P

RO

TE

IN (

%)

P1

P2

P1

Lampiran 53. Nilai Rerata Berat Basah akar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 54. Nilai Rerata Berat Kering akar dengan 3 macam faktor yaitu

pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 55. Nilai Rerata Berat Kering batang dengan 3 macam faktor yaitu

pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 56. Nilai Rerata Kandungan Protein dengan 3 macam faktor yaitu

pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

T1

9.48

11.21

4.06

2.15

4.78

9.35

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T A

KA

R B

AS

AH

T

AN

AM

AN

(m

g)

P1

P2P1

T2

11.10

7.18

4.20

1.40

6.97

4.46

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T A

KA

R B

AS

AH

T

AN

AM

AN

(m

g)

P1

P2

P1

T1

0.76

1.03

0.40

0.21

0.49

0.68

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T A

KA

R K

ER

ING

T

AN

AM

AN

(m

g)

P1

P2

P1

T2

0.97

0.78

0.43

0.12

0.560.41

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T A

KA

R K

ER

ING

T

AN

AM

AN

(m

g)

P1

P2

P1

T1

4.16

3.40

1.83

0.69

3.53

4.64

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T B

ATA

NG

KE

RIN

G

TAN

AM

AN

(m

g)

P1

P2

P1

T2

6.18

2.752.05

0.47

4.40

1.42

0.00

1.002.00

3.00

4.005.00

6.00

7.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

BE

RA

T B

AT

AN

G K

ER

ING

T

AN

AM

AN

(m

g)

P1P2

P1

T1

1.07

2.642.91

4.25

2.16 2.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N P

RO

TE

IN (

%)

P1

P2

P1

Page 101: Derma Wati

Lampiran 57. Nilai Rerata Kandungan Lemak dengan 3 macam faktor yaitu pupuk, konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 58. Nilai Rerata Kandungan Karbohidrat dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 59. Nilai Rerata Kandungan Klorofil A dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 60. Nilai Rerata Kandungan Klorofil B dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

T1

0.160.19

0.14

0.22

0.09 0.10

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N L

EM

AK

(%

)

P1P2

P1

T2

0.220.19

0.17

0.25

0.10 0.10

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N L

EM

AK

(%

)

P1P2

P1

T1

1.39 1.42

0.46

0.91

0.39 0.37

0.000.200.400.600.801.001.201.401.60

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N

KA

RB

OH

IDR

AT

(%)

P1

P2P1

T2

1.62

0.76

0.46

0.92

0.530.81

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N

KA

RB

OH

IDR

AT

(%)

P1

P2

P1

T1

0.83

1.52

0.78

0.11

1.311.21

0.000.200.400.600.801.001.201.401.60

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N K

LO

RO

FIL

A

(%) P1

P2

P1

T2

0.59

1.61

0.74

0.05

1.03

1.41

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N K

LO

RO

FIL

A

(%) P1

P2

P1

T1

0.380.61

4.00

0.050.61 0.51

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N K

LO

RO

FIL

B

(%)

P1

P2

P1

T2

0.29

0.65

0.42

0.12

0.500.58

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.600.70

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N K

LO

RO

FIL

B

(%)

P1

P2

P1

Page 102: Derma Wati

Lampiran 61. Nilai Rerata Kandungan Serat Kasar dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 62. Nilai Rerata Kandungan Kadar Air dengan 3 macam faktor yaitu

pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 63. Nilai Rerata Kandungan Abu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 64. Nilai Rerata Total Unsur N dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

T1

0.89

1.20

0.63 0.630.66 0.64

0.00

0.20

0.400.60

0.80

1.001.20

1.40

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N S

ER

AT

KA

SA

R

(%)

P1

P2P1

T2 (10 MENIT)

0.88 0.88

0.62 0.590.62

1.01

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N S

ER

AT

KA

SA

R

(%)

P1

P2P1

T1 (5 MENIT)

92.91

89.87

93.29

91.45

94.12 94.37

87.0088.0089.0090.0091.0092.0093.0094.0095.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

DA

R A

IR (

%)

P1P2

P1

T2 (10 MENIT)

92.2091.82

93.38

90.94

93.66

91.10

89.00

90.00

91.00

92.00

93.00

94.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

DA

R A

IR (

%)

P1

P2P1

T1 (5 MENIT)

1.16

1.57

1.16 1.171.16 1.18

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N A

BU

(%

)

P1P2P1

T2 (10MENIT)

1.31 1.37

1.06

1.381.20

0.79

0.000.200.400.600.801.001.201.401.60

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N A

BU

(%

)

P1

P2P1

T1 (5 MENIT)

0.17

0.420.46

0.68

0.34 0.32

0.000.100.200.300.400.500.600.700.80

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

N (

%)

P1

P2

P1

T2 (10 MENIT)

0.220.32

0.45

0.74

0.31

0.48

0.000.100.200.300.400.500.600.700.80

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

N (

%)

P1

P2P1

Page 103: Derma Wati

T2 (10 MENIT)

0.37 0.410.39

0.26

0.45

0.65

0.00

0.10

0.20

0.300.40

0.500.60

0.70

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

K (

%)

P1

P2

P1

T2 (10 MENIT)

0.04 0.04

0.02

0.030.03

0.05

0.00

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Mg

(%)

P1P2

P1

Lampiran 65. Nilai Rerata Total Unsur P dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 66. Nilai Rerata Total Unsur K dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 67. Nilai Rerata Total Unsur Ca dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 68. Nilai Rerata Total Unsur Mg dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

T1 (5 MENIT)

0.06

0.08

0.06

0.01

0.050.04

0.00

0.02

0.04

0.06

0.08

0.10

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

P (

%)

P1P2

P1

T2 (10MENIT)

0.07 0.07

0.010.02

0.05

0.07

0.000.010.020.030.040.050.060.070.08

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

P (

%)

P1

P2

P1

T1 (5 MENIT)

0.32

0.450.46

0.29

0.510.46

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

K (

%)

P1

P2

P1

T1 (5 MENIT)

0.14

0.32

0.16

0.05

0.340.40

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Ca

(%)

P1

P2

P1

T2 (10 MENIT)

0.160.21

0.07 0.07

0.36

0.53

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

0.60

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Ca

(%)

P1

P2

P1

T1 (5 MENIT)

0.03

0.04

0.02

0.030.03 0.03

0.00

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Mg

(%)

P1

P2P1

Page 104: Derma Wati

Lampiran 69. Nilai Rerata Total Unsur Fe dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 70. Nilai Rerata Total Unsur Na dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 71. Nilai Rerata Total Unsur Cu dengan 3 macam faktor yaitu pupuk ,

konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

Lampiran 72. Nilai Rerata Total Unsur Zn dengan 3 macam faktor yaitu pupuk , konsentrasi pupuk dan waktu siram T1 dan T2

T1 (5 MENIT)

24.41 23.77

378.08

26.76

244.92

19.37

0.0050.00

100.00150.00200.00250.00300.00350.00400.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Fe

(pp

m)

P1

P2

P1

T2 (10MENIT)

26.62

320.07

167.10

19.84

73.3836.22

0.00

50.00

100.00

150.00200.00

250.00

300.00

350.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Fe

(pp

m)

P1

P2

P1

T1 (5 MENIT)

0.010.01

0.00

0.01

0.000.00

0.00

0.00

0.00

0.01

0.01

0.01

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Na

(ppm

)

P1P2P1

T2(10MENIT)

0.01

0.00

0.01

0.000.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.01

0.01

0.01

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Na

(ppm

)

P1

P2

P1

T1 (5 MENIT)

16.70

29.5531.80

18.31

5.75

25.91

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.0035.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Zn

(ppm

)

P1

P2

P1

T2 (10 MENIT)

22.98 25.1827.1119.8822.56

52.44

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Zn

(ppm

)

P1

P2

P1

T1 (5 MENIT)

1.671.09

3.61

4.83

1.17 1.36

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Cu

(ppm

)

P1

P2

P1

T2 (10 MENIT)

1.891.31

2.82

5.35

1.24

3.18

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

A1 A2

Konsentrasi Pupuk

KA

ND

UN

GA

N T

OT

AL

U

NS

UR

Cu

(ppm

)

P1

P2

P1

Page 105: Derma Wati

Lampiran 73. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai pupuk PK + ALTI

Lampiran 74. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai

pupuk Superbionik Lampiran 75. Tanaman Pakchoy pada pengamatan minggu ke-4 dengan memakai

pupuk AB Mix

P1A1T1 P1A1T2 P1A2T1

P1A2T2

P3A1T1

P3A1T2 P3A2T1

P3A2T2

P2A1T1P2A1T2

P2A2T1

P2A2T2

Page 106: Derma Wati

Lampiran 76. Gambar Kolam Netralisasi dari Limbah di IPAK Duri Kosambi- Cengkareng

Page 107: Derma Wati

Lampiran 77. Nilai Rerata parameter untuk tiap-tiap macam pupuk

PK + ALTI Superbionik AB Mix

1 Tinggi tanaman (cm) 1.1873 1.0456 1.1398

2 Jumlah daun 0.9552 0.8364 0.9139

3 Panjang akar (cm) 1.2665 0.7732 1.2385

4 Diameter batang (cm) 2.675 1.65 2.075

5 ILD 796.029 366.849 934.387

6 Berat basah (g) 66.058 21.441 66.2943

7 Berat akar basah (g) 9.746 2.9565 6.393

8 Berat akar kering (mg) 0.8905 0.2922 0.54

9 Berat batang kering (mg) 4.1275 1.2657 3.5052

10 Protein (%) 1.7827 2.6542 2.2897

11 Lemak (%) 0.1932 0.1995 0.1015

12 Karbohidrat (%) 1.3077 0.736 0.5302

13 Klorofil A (mg/l) 1.1432 0.4215 1.246

14 Klorofil B (mg/l) 0.4837 0.2607 0.554

15 Serat kasar (%) 0.9687 0.6195 0.7355

16 Kadar air (%) 91.704 92.2692 93.316

17 Kadar abu (%) 1.3587 1.1967 1.336

18 Unsur N (%) 0.286 0.585 0.366

19 Unsur P (%) 0.075 0.027 0.057

20 Unsur K (%) 0.393 0.354 0.552

21 Unsur Ca (%) 0.211 0.094 0.412

22 Unsur Mg (%) 0.041 0.03 0.036

23 Unsur Fe (ppm) 98.721 147.949 93.478

24 Unsur Na (ppm) 0.007 0.004 0.002

25 Unsur Mn (ppm) 33.087 32.021 61.351

26 Unsur Cu (ppm) 1.498 4.159 1.746

27 Unsur Zn (ppm) 23.608 24.28 29.168

NILAI RERATA PARAMETERNo PARAMETER

= Nilai rerata tertinggi

Page 108: Derma Wati

.

Page 109: Derma Wati

Lampiran 79. Perbandingan kandungan gizi tanaman Pakchoy (Brassica rapa L.) dengan perlakuan PK + ALTI, Superbionik, AB Mix dengan FAO

Macam

Pakchoy Protein Lemak KH Serat Abu P Fe Na K Ca

(g) (g) (g) (g) (g) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)

1 P1A1T1 1.1 0.2 1.4 0.9 1.2 172 2.4 0.08 325 142

2 P1A1T2 1.4 0.2 1.6 0.9 1.3 222 2.7 0.08 376 164

3 P1A2T1 2.7 0.2 1.4 1.2 1.6 423 2.4 0.09 459 320

4 P1A2T2 2 0.2 0.8 0.9 1.4 325 32 0.02 413 216

5 P2A1T1 2.9 0.2 0.5 0.6 1.2 467 37.8 0.03 462 168

6 P2A1T2 2.8 0.2 0.5 0.6 1.1 450 16.7 0.05 395 74

7 P2A2T1 4.3 0.2 0.9 0.6 1.2 681 2.7 0.05 291 59

8 P2A2T2 4.6 0.3 0.9 0.6 1.4 741 2 0.02 266 73

9 P3A1T1 2.1 0.1 0.4 0.7 1.2 346 24.5 0.02 510 342

10 P3A1T2 1.9 0.1 0.5 0.6 1.2 310 7.3 0.01 459 366

11 P3A2T2 2 0.1 0.4 0.6 1.2 320 1.9 0.01 465 404

12 P3A2T1 3.1 0.1 0.8 1 1.8 489 3.6 0.02 654 537

13 FAO 1.7 0.2 3.1 0.7 0.8 46 2.6 22 279 102

Kandungan GiziN0

= nilai tertinggi

Page 110: Derma Wati

Lampiran 80. Kosa kata Substitusi : penggantian

Electrical Conductivity (EC): ukuran jumlah garam yang terlarut

dalam larutan nutrisi hidroponik

Part per million (ppm) : 1 gram bahan murni unsur yang dilarutkan dalam 1000 liter air.

Satuan EC : milisiemens/cm (mS cm-1) / milliMhos/cm

(mMhos cm-1)

1 mMhos cm-1 : 1 millisiemen cm-1

Unit ppm : EC x 700 x 2

pH : skala untuk mengukur kadar asam atau basa suatu larutan

Hara makro : unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam

jumlah banyak Hara mikro : unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dalam

jumlah sedikit Trace element : bersifat essensial dan diperlukan dalam

jumlah sedikit (< 0.01%)

Page 111: Derma Wati