depok dan masyarakatnya hingga awal abad ke-20

Upload: tri-wahyuning-m-irsyam

Post on 26-Feb-2018

257 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    1/53

    DEPOK DAN MASYARAKATNYA HINGGA AWAL ABAD KE-20

    ABSTRACT

    The purpose of this study entitled Growing in the Shadow of Jakarta: The History of the City of Depok, 1950s-1999s is to determine thecausative factors from the changes and problems in Depok due to thegovernment policies and others developments.

    This research based on archival sources and other publications heldin the National Archives (Arsip Nasional). Various contemporarynewspapers with recorded social activities in Jakarta and Depok areused. Magazines such de Bannier, Prisma, Tempo and other journalsarticles related to the research theme, are found in various libraries in

    Jakarta and Yogyakarta. It also conducting various interviews aspart of oral history methods.

    The result showed that City of Depok, was designed as satellite townalong with Bogor, Tangerang and Bekasi, to solve the existingproblems in Jakarta. In fact in its development to become a new

    growth center is considered as very slowly though not stagnant. It isbecause in its development, Depok as a city developed into a bufferthat serve the needs of Jakarta. While the presence of UniversitasIndonesia in Depok has not helped usher into a new developmentcenter, and grew as the shadows of Jakarta. Jakartas stronghegemony affected the economic and socio- cultural relations in thecity of Depok. Depok is an examole of metropolitan buffer towntypology in Indonesia.

    Research contribution and its findings is to enrich the historiographyof town history in Indonesia, particularly the study of a satellite town.It also contribute to the decision maker in the development ofmetropolitan satellite town in the future.

    Keywords : The shadows of Jakarta, Depok, Universitas Indonesia,satellite tow

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    2/53

    "

    Tulisan ini merupakan bagian dari disertasi yang berjudul

    Berkembang Dalam Bayang-Bayang Jakarta: Sejarah Depok 1950-an

    1990-an, yang disusun oleh Tri Wahyuning M. Irsyam untuk

    mencapai gelar Doktor dalam bidang Sejarah, Program Studi Ilmu-

    Ilmu Humaniora, Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya

    Universitas Gadjah Mada. Disertasi ini disusun di bawah bimbingan

    Prof. Dr. Djoko Suryo dan Prof. Dr. Bambang Purwanto, M.A.

    Kemunculan Depok sebagai kota seringkali dikaitkan dengan

    kehadiran Cornelis Chastelein (1657-1714) yang mendapatkan tanah

    tersebut pada 1696. Tulisan ini akan menyoroti lebih jauh tentang

    tanah partikelir Depok, dan persoalan-persoalan yang muncul di

    tanah partikelir tersebut, termasuk terbentuknya komunitas Kristen

    Depok, dan bagaimana interaksinya dengan masyarakat Depok

    lainnya hingga awal abad ke-20.

    A. Berawal dari Tanah Dengan Hak Eigendom

    1. Asal Usul Kepemilikan Tanah Depok

    Di masa kekuasaan VOC, wilayah di luar tembok kastil Batavia

    termasuk bagian yang dalam catatan arsip kolonial disebut sebagai

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    3/53

    #

    Jakatrasche Bovenlanden .1 Pada 15 Oktober 1695 Lucas van der

    Meur, residen Cirebon, memperoleh sebidang tanah di wilayah

    selatan yang jauhnya kira-kira satu hari perjalanan 2 dari Batavia.

    Tanah tersebut terletak di antara sungai Ciliwung dan sungai

    Pasanggrahan. Tidak sampai setahun, tanah Depok 3 yang terletak

    antara Batavia dan Buitenzorg itu pada 18 Mei 1696 dijual dengan

    harga 300 rijksdaalders, 4 kepada Cornelis Chastelein, dengan status

    1 J. Faes, Geschiedenis van Buitenzorg (Batavia: Albrecht, 1902),hlm. 6.

    2Harga tanah pada waktu itu ditentukan oleh jaraknya dariBatavia. Menurut J. Hageman, jarak Depok-Batavia adalah 7 ! jam.Lihat Hageman, Overzicht van Java op het Einde der Achtiendeeeuw, dalam TBG, Jilid IX tahun 1960, hlm. 365. Harga tanah padasaat itu ditentukan sebagai berikut: Tanah yang berjarak 10 jamperjalanan (35 paal ) per morgen dijual seharga ! , " ,# atau $/10

    rijkdsdaalder atau antara f 1; 0,50; 0,25, atau 0,24 per bahu. Tanah yang letaknya antara 4-8 jam (14 sampai 28 paal) per morgen dijualseharga 1 % , % , % , $/3, " , atau # rijkdsdaalder atau f 3,50; f 1; f0,66, f 0,50 sampai f 0,25 per bahu dan tanah yang berjarak 1-2 jamperjalanan (3 ! sampai 7 paal ) dilepaskan dengan harga 3, 2; 1 ! ,1 % , dan ! rijksdaalder per morgen atau f 6; f 4,50; f 3,50; f 1 perbahu. (1 morgen = 8.516 m 2 ; 1 bahu = 7.096 m 2) . LihatGeschiedkundig onderzoek naar den oorsprong en den aard van hetpartikulier landbezit op Java dalam Tijdschrift voor NederlandschIndie, 1849, I, hlm. 245; lihat juga J. Tromp, Het PartikulierLandbezit in de Bataviasche Ommelanden tot 1857, dalam Tijdschrift

    voor Nederlandsch Indie, 1865, I, hlm. 332.3Lihat F. de Haan, Priangan, de Prianger-Regentschappen onder

    het Nederlandsch Bestuur tot 1811 , Batavia, 1910, deel I, Personalia,hlm. 236.

    4Mata uang Belanda yang terbuat dari perak. 1 rijksdaalderssetara dengan 1 ringgit (Rp. 2,50,-). S. Wojowasito, Kamus Umum

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    4/53

    $

    kepemilikan ( eigendom verponding) No. 872. 5 Chastelein dapat membeli

    tanah tersebut, karena ditopang oleh perkawinannya dengan putri

    anggota dewan, Cornelis van Quaelbergt. 6 Dari perkawinannya itu ia

    hanya dikaruniai seorang putra, Anthony Chastelein. Namun

    Chastelein juga mengakui bahwa ia mempunyai dua anak

    perempuan, yaitu Maria Chastelein, yang diadopsi menurut hukum,

    hasil perkawinannya dengan Leonara van Bali pada 1681 7 .

    Sementara anak perempuannya yang lain, Catharina van Batavia,

    hasil perkawinan dengan Cecilia van Bali, tidak diadopsi secara

    hukum.

    Setelah membeli tanah tersebut, Chastelein (1657-1714) lebih

    banyak tinggal di Batavia. Ia baru memberikan perhatian kepada

    tanah Depok ini pada tahun 1705. 8 Ada dugaan bahwa pada saat itu

    Cornelis Chastelein memasuki masa persiapan pensiun dari dinas

    Belanda Indonesia (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), hlm.544.

    5Lihat Lampiran 2: Peta Kepemilikan tanah Depok.6Lihat F. de Haan, Daghregister gehouden in Casteel Batavia

    anno 1681 (Batavia, 1919, landsdrukkerij), hlm. 461.

    7Lihat Jan-Karel Kwisthout, Sporen uit het verleden van Depok:Een Nalatenschap van Cornelis Chastelein (1657-1714) aan ZijnVrijgemaakte Christenslaven, (Free Musketeers, Worden, 2007, hlm103.

    8H. Blink, Nederlandsch Oost en West Indi (Leiden: E.J. Brill,1905), hlm. 475.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    5/53

    %

    VOC, karena usianya mencapai 48 tahun. Ketika pindah ke

    Seringsing, 9 Chastelein bukan hanya membawa keluarganya

    melainkan juga budak-budaknya. Dari catatan yang dihimpun oleh

    Encyclopaedie van Nederlandsch Indie , para budak yang dipindahkan

    ke Depok, berasal dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain dari

    Bali, Sulawesi, dan Timor, yang jumlahnya sekitar 200 orang. 10

    Mereka adalah para budak yang dipekerjakan di tanah milik Cornelis

    Chastelein, di Nordwijk, dan Tugu. 11 Pemindahan mereka ke Depok

    9Menurut Cornelis de Bruijn, seorang penulis dan ilustrator yang membuat laporan perjalanannya ke Seringsing, yang berjarak17 paal dari Batavia, nama Seringsing berasal dari tanaman seringtinh , yang banyak tumbuh di daerah tersebut. Tanaman itu hidup dipohon. Orang Belanda menyebut tanaman itu grobiesgras atau alang-alang berbatang kasar. Lihat Jan Karel Kwisthout, op.cit., hlm. 44.

    10 Ada keragaman jumlah budak yang dipindahkan ke Depokoleh Cornelis Chastelein. D.G. Stibbe, Encyclopaedie vanNederlandsch Indie , 2 e druk, (s Gravenhage: M. Nijhoff,1917), hlm.473, misalnya mencatat jumlah budak adalah 200 orang. Sementarade Vries mencatat 120 orang. Lihat juga J.W. De Vries DeDepokkers: Geschiedenis, Sociale Structuur en Talgebruik vanGeisoleerde Gemeenschap dalam BKI, 1976, deel 132, hlm. 232.Untuk keperluan dalam disertasi ini digunakan jumlah 200 orang,karena datanya dianggap lebih akurat , diambil dari sumber yangditerbitkan pada tahun 1917, sementara data yang lain, merupakanhasil penelitian yang diterbitkan pada tahun 1976. Menurut LouisGottschalk, (terjemahan Nugroho Notosusanto), Mengerti Sejarah .(Jakarta: UI Press, 1975), dikatakan bahwa semakin dekat antaraperistiwa dan waktu pembuatan laporannya, semakin dapatdipercaya keakuratan datanya.

    11 Daerah Nordwijk terletak di Weltevreden, sementara tanah Tugu, yang terletak di Tanjung Priok adalah tempat hunian yang

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    6/53

    &

    bertujuan untuk mengembangkan daerah Depok sebagai lahan

    percobaan perkebunan lada, yang bibitnya diperoleh dari Gubernur

    Jenderal Johannes Camphuijs. Tanaman lain yang juga dibudidaya-

    kan di kawasan ini adalah indigo, kakao, jeruk sitrun, nangka,

    sirsak, dan belimbing.

    Menurut Djoko Sukiman, kepemilikan budak dengan jumlah

    yang sangat banyak itu dimungkinkan karena penghasilan dan

    kekayaannya yang dimiliki para pejabat tinggi VOC dan pemerintah

    kolonial, sangat besar. Dengan demikian mereka dapat memiliki

    tanah yang luas, yang pada umumnya terletak jauh di luar pusat

    kota dan pemerintahan. Di tanah tersebut mereka kemudian

    mendirikan bangunan rumah yang sangat besar dengan halaman

    luas yang disebut landhuizen .12 Untuk pemeliharaan dan pelayanan

    keluarga dalam rumah yang besar inilah diperlukan budak yang

    sangat banyak dengan beragam tugas. Jumlah budak yang dimiliki

    merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal Johannes Camphuijs(1634-1695) untuk Cornelis Chastelein. Lihat F. de Haan,Daghregister gehouden in Casteel Batavia anno 1681 (Batavia

    landsdrukkerij, 1919), hlm 461.

    12 Djoko Sukiman, Kebudayaan Indis dan Gaya HidupMasyarakat Pendukungnya di Jawa (Abad XVIII- Medio Abad XX),(Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya bekerjasama dengan YayasanAdikarya IKAPI, dan The Ford Foundation, 2000), hlm. 74.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    7/53

    '

    juga merupakan indikasi kekayaan sipemilik sekaligus sebagai status

    simbol. 13

    Para budak Cornelis Chastelein baik yang tinggal di Depok,

    maupun yang tinggal di kediamannya di Seringsing, hidup dan

    bekerja langsung di bawah pengawasan Chastelein. Dalam pergaulan

    sehari-hari, hubungan antara Cornelis Chastelein dan mereka tidak

    selayaknya seperti hubungan majikan dan budak, melainkan lebih

    bersifat patron-client. Hubungan patron-client menurut Pensioen 14 ,

    adalah hubungan kerja di antara bapak dan anak. Sistem

    hubungan kerja seperti ini, mensyaratkan para client untuk tinggal di

    tanah milik patronn ya, dalam rumah yang terpisah. Dalam hubungan

    kerja ini, para client melayani patron dan keluarganya, sementara

    sang patron berperan sebagai pelindung dan memenuhi kebutuhan

    makan dan minum client nya. Bentuk hubungan demikian dilakukan

    oleh Chastelein karena ia mendasarkan hubungan mereka pada nilai-

    nilai agama Kristen Protestan yang dianutnya.

    13 Ibid . Lihat juga Jean Gelman Taylor, Kehidupan Sosial diBatavia, (Jakarta: Masup, 2009) hlm. 122-123.

    14 J.A. Pensioen, The Analysis of Social Change Reconsidered: ASosiological Study , (The Hague: Mouton & Cos-Gravenhage, 1962),hlm. 139.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    8/53

    (

    Akibat dari bentuk hubungan yang demikian, Chastelein

    kemudian membuat suatu rencana masa depan bagi para budaknya

    setelah ia meninggalkan mereka kelak di kemudian hari. Ada dua

    prinsip utama yang menjadi rencana Chastelein terhadap para

    budaknya. Pertama, memberikan perubahan status dari budak

    menjadi orang bebas yang menjadi pemeluk agama Kristen, dan

    kedua, memberikan bekal sebagai modal hidup mereka di kemudian

    hari dalam bentuk kepemilikan sebagian hartanya yang berupa

    tanah. Kedua prinsip tersebut kemudian dicantumkan dalam surat

    wasiatnya yang dibuat pada tanggal 13 Maret 1714. 15 Di akhir

    wasiatnya, Cornelis juga menuliskan bahwa satu copy surat wasiat

    ini diserahkan kepada Jarong van Bali, kepala pemerintahan yang

    diangkat oleh Cornelis Chastelei, untuk dijadikan pedoman dalam

    melaksanakan tugasnya.

    15 Apa yang dilakukan Cornelis Chastelein sebenarnya sejalandengan hukum Romawi yang dimodifikasi, untuk mengaturperbudakan di Asia. Pada prinsipnya, hukum tersebut mengaturorang-orang Eropa yang memiliki budak dapat mengkristenkan parabudaknya dan kemudian membebaskan mereka. Pembebasanmereka setidaknya dicantumkan dalam surat wasiat. lihat JeanGelman Taylor, Kehidupan Sosial di Batavia, (Jakarta: Masup, 2009)hlm. 123. Surat wasiat tertanggal 13 Maret 1714 itu disahkan olehnotaris Nicolaas van Haeften di Batavia pada tanggal itu juga. Lihat

    Jan-Karel Kwisthout, Jejak-jejak Masa Lalu Depok: Warisan CornelisChastelein (1657-1714) Kepada Para Budaknya yang Dibebaskan ,(terj.) Pdt Hallie dan Corry Longdong, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2015), hlm.102.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    9/53

    )

    Ketika Cornelis Chastelein wafat pada 28 Juni 1714, para

    mantan budaknya sudah berstatus sebagai orang yang merdeka.

    Sesuai dengan apa yang tertera dalam surat wasiatnya, mereka

    kemudian menjadi pemilik sah dari tanah Depok. Dari data yang

    dihimpun oleh Encyclopaedie van Nederlandsch Indie antara tahun

    1696 sampai tahun 1713, kurang lebih 120 orang dari sekitar 200

    budak yang diajari etika agama Kristen Protestan mau menerima

    Sakramen Pembaptisan, 16 dan sekaligus menerima pembebasan.

    Dengan demikian sisanya sebanyak 80 orang budak, diduga dari

    marga Zadokh yang menolak untuk menerima Sakramen

    Pembaptisan, dan kembali kepada agama asalnya. Dalam surat

    wasiat dicantumkan bahwa mereka yang tidak mau dibaptis, tidak

    boleh tinggal di tanah Depok. Ada dugaan bahwa delapan puluh

    budak ini bergabung dengan orang-orang kampung yang hidup di

    sekitar tanah partikelir. Adanya silaturahmi di antara mereka

    (Belanda Depok dan orang Kampung) pada hari besar Kristen atau

    16 Diantara para budak yang mau menerima sakramenpembabtisan tersebut antara lain adalah Jan van Badinlias, BatenPahan (semula keduanya beragama Islam), Samawarin van Bali,Hazin van Bali, Wiera van Makasar dan Florian van Bengalen.Disamping itu juga Raima dan istrinya, Mamma; Lukas dan istrinya,Klara; Sangkat Maligat, Malantas, Hagar dan Soman yang semuanyaberasal dari Bali. Pembebasan mereka disertai dengan keturunan-keturunannya. Lihat: Testamen van Cornelis Chastelein.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    10/53

    *+

    Islam menunjukkan indikasi bahwa ada mantan marganya yang

    bergabung dengan orang kampung.

    Namun di antara 120 orang yang dibebaskan setelah

    menerima sakramen pembabtisan, juga ada yang tidak berhak

    mendapat warisan dan dilarang tinggal di Depok oleh Cornelis

    Chastelein karena mereka sering membuat onar. Nama-nama mereka

    dituliskan didalam surat wasiat sebagai berikut:

    maka jang tiada boleh tinggal di Depok dan tiada bolehdapat bahagian satoe apa poen disana jaitu Leendort danistrinja, Elisabet dari Bali, dan anaknja Catje, djoega Ottodari Makasarsebab ku takoet mereka itoe nanti akanmemboeat huru hara. Dari itoe akoe pesan betoel-betoel supaja dia orang djangan ke Depok dan djangan diterimadisana . 17

    Setelah melakukan pembebasan atas budak-budaknya,

    Cornelis Chastelein kemudian mengajukan permohonan kepada

    pemerintah agar mereka bisa mendapatkan persetujuan untuk tetap

    memiliki tanah itu. 18 Namun, pada 24 Juli 1714 Raad van Indie

    memutuskan bahwa permohonan Cornelis Chastelein tidak dapat

    dikabulkan. Alasan yang dikemukakan Raad van Indie , adalah

    karena ketentuan dalam surat wasiat ini bertentangan dengan

    17 Lihat Testamen van Cornelis Chastelein.18 Cornelis Chastelein, Batavia in Het Begin der Achtiende

    Eeuw. Dalam Tijdschrijft voor Nederlandsch Indie , 1891, jilid II, hlm.178.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    11/53

    **

    Resolusi tanggal 29 Mei 1705 yang dibuat tentang harta warisan. 19

    Meskipun demikian, Dewan Hindia tidak sepenuhnya menolak

    permohonan Chastelein. Dalam keputusan tertanggal 24 Juli 1714

    itu disebutkan bahwa pemerintahan atas Depok dijalankan bukan

    di bawah pemerintahan para mantan budak, melainkan di bawah

    pimpinan dan pemerintahan Koopman Anthony Chastelein, sebagai

    putra dan ahli waris almarhum Cornelis Chastelein. 20

    Pembebasan para budak merupakan perwujudan dari cita-

    cita Chastelein untuk mengembangkan kelompok penduduk asli

    yang beragama nasrani, 21 dalam suatu perhimpunan Kristen, dan

    hidup di tanah miliknya. Lahan itu sekaligus dicitrakan sebagai

    pusat penyebaran agama Kristen untuk daerah sekitarnya .

    Ketika Cornelis Chastelein wafat, Anthony Chastelein

    melanjutkan tugas untuk mengawasi umat Kristen Depok sesuai

    dengan ketentuan yang ada dalam surat wasiat. Tugas lain yang

    harus dilakukan Anthony Chastelein adalah mendaftarkan tanah

    milik ayahnya di Depok, atas nama mantan budak-budaknya yang

    19 Jan-Karel Kwisthout op.cit. hlm.178. 20 Ibid., hlm. 222.21 Hendrik E. Niemeijer, Batavia: Masyarakat Kolonial Abad XVII

    (Jakarta: Masup Jakarta, 2012), hlm. 145.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    12/53

    *"

    berhak. Namun hal itu belum dapat dilaksanakan, karena pada

    bulan Februari 1715 ia wafat.

    Sepeninggal Anthony, Anna Chastelein de Haan, janda

    Anthony, menikah dengan Johan Francois de Witte van Schoten,

    seorang anggota Raad van Justice , pada 1717. Sebagai ahli hukum,

    dan melalui perkawinannya dengan Anna de Haan, Johan Francois.

    de Witte van Schoten menafsirkan salah satu klausul yang terdapat

    dalam surat jawaban Raad van Indie terhadap permohonan Cornelis

    Chastelein. Dalam penafsirannya, ia berpendapat bahwa para

    mantan budak Cornelis Chastelein beserta keturunannya, hanya

    mempunyai hak menggunakan tanah secara bebas untuk

    selamanya. 22 Atas dasar itu, ia kemudian memohon kepada College

    van Schepenen di Batavia untuk memberikan surat-surat

    kepemilikan tanah Depok kepadanya. Permohonannya dikabulkan

    dan hingga abad ke-19, tanah Depok tercatat atas nama Johan

    Francois de Witte van Schoten. 23

    22 Jan-Karel Kwisthout, op.cit ., hlm. 222.23

    Apa yang dilakukan Johan F. de Witte van Schoten, didugamerupakan strategi hukum untuk menyelamatkan komunitas Depok.Melalui kepemilikan ini, pemerintah di Batavia tidak dapat seenaknyamengambilalih tanah Depok, apalagi Johan de Witte termasuk dalam

    jajaran aristokrasi Batavia. Kenyataan lain yang ditunjukkan oleh Johan de Witte van Schoten adalah sebelum pulang ke Belanda pada1734, ia tidak menjual tanah Depok kepada pihak lain, melainkan

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    13/53

    *#

    Dalam perkembangan kemudian, hingga akhir abad ke-19, hak

    guna atas tanah Depok secara resmi terus berlaku, sampai akhirnya

    pada 1850, Raad van Indi mengumumkan secara resmi bahwa

    tanah Depok sebagai hak milik mantan budak Cornelis Chastelein. 24

    Pada 1871 Raad van Administratie dibantu oleh ahli-ahli hukum,

    Bijstand-Verleeners , di antaranya Mr. H. Kleyn membentuk badan

    pengurus yang dikenal dengan Het Gemeente Bestuur van Particuliere

    Land Depok. 25 Meskipun bentuk pemerintahan di Depok, secara

    hukum dikenal sebagai Het Gemeente Bestuur van Particuliere Land

    Depok, namun istilah gemeente bestuur dalam kasus tanah partikelir

    Depok tidak dapat disejajarkan dengan istilah gemeente (kotapraja)

    yang baru dicanangkan pada awal abad ke-20. Istilah gemeente

    bestuur di tanah partikelir Depok merujuk pada suatu badan yang

    menyerahkan pemeliharaannya kepada para pengguna tanah. Iatetap menghormati keinginan Cornelis Chastelein terhadap orang-orang Depok. Dengan demikian hak kepemilikan resmi tanah Depokatas namanya merupakan satu-satunya cara untuk menjaminkeberadaan Depok di masa yang akan datang. Melalui kepemilikanitu, Johan Francois de Witte van Schoten menawarkan lebih banyakkepastian, daripada kepastian semu yang mereka miliki denganmengandalkan surat wasiat Cornelis Chastelein.

    24 Jean Gelman Taylor, op.cit., hlm. 135.25 Mengenai pembentukan Het Gemeente Bestuur van

    Particuliere Land Depok, lihat De Banier, Christelijk Weekblad voorNederlandsch-Indi , edisi Jubileum Depok, 1914, VI, Weltevreden, 26

    Juni 1914.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    14/53

    *$

    tugasnya mengurus kepentingan komunitas dari tanah partikelir

    itu. 26

    Penanggungjawab gemeente , oleh warganya disebut presiden.

    Dengan demikian jabatan presiden dalam komunitas ini sebenarnya

    merupakan wakil dari para mantan budak yang mendapat warisan

    dari Cornelis Chastelein. Presiden Depok dipilih secara demokratis

    oleh anggota komunitasnya setiap tiga tahun sekali. Ia bukan tuan

    tanah melainkan koordinator pengurus ( bestuur ) dari gemeente .27

    Para mantan budak dan keluarganya kemudian tumbuh

    menjadi suatu komunitas tersendiri di Depok yang identitasnya

    ditentukan oleh statusnya sebagai umat Kristen, yang

    membedakannya dengan masyarakat lain di sekitar tempat tinggal

    mereka. Keberadaan mereka secara yuridis formal diperkuat oleh

    statusnya sebagai pemilik tanah, meskipun dalam hal ini mereka

    menguasai dan mengaturnya secara kolektif.

    Jean Gelman Taylor, menyatakan bahwa pengakuan terhadap

    keanekaragaman tradisi dan perilaku manusia menjadi bagian dari

    26 Lihat Reglement van het land Depok dalam Jan-KarelKwisthout, op.cit ., hlm. 223-227.

    27 Sebutan presiden dalam hal ini adalah untuk menyebutketua pengurus gereja dan komunitas Kristen Depok, yang dipilihdari 12 marga keturunan dari para budak yang telah dibebaskan.Istilah Presiden dalam komunitas ini tidak dapat disetarakan dengankonsep Presiden yang memimpin suatu negara.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    15/53

    *%

    kehidupan sehari-hari di Batavia. Berbagai kelompok masyarakat

    secara sadar mengadopsi bahasa dan institusi perbudakan Asia.

    Sebaliknya, orang-orang Asia menggunakan nama, pakaian,

    kebiasaan, pekerjaan, dan agama yang sama dengan orang Eropa.

    Aliansi-aliansi baru terbentuk diantara berbagai kelompok bukan

    berdasarkan pada sikap saling menghargai, namun lebih

    berdasarkan pada kesamaan dalam keterikatan pada agama dan

    kekuasaan.

    Kondisi seperti itu juga terjadi di kalangan para mantan budak

    Cornelis Chastelein. Mereka kemudian menggunakan nama-nama

    seperti Jonathans, Laurens, Bacas, Loen, Sudira, Isakh, Samuel,

    Leander, Joseph, Tholense, Jacob, dan Zadokh sebagai nama

    keluarga. Ada kemungkinan nama-nama itu di ciptakan oleh para

    mantan budak pada tahun 1871, setelah terbentuknya Het Gemeente

    Bestuur van Particuliere Land Depok secara resmi. Dugaan itu

    muncul karena hingga Cornelis Chastelein wafat, nama-nama

    tersebut belum ada. Cornelis Chastelein menyebut budak-budaknya

    dengan menggunakan nama asal daerahnya antara lain seperti Jan

    van Bali, Daniel van Makasar, Alexander van Makasar, dan Lambert

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    16/53

    *&

    van Bali. 28 Mengenai hal ini Hendrik E. Niemeijer mencatat bahwa

    nama-nama dengan toponimi itu menunjukkan latar belakang etnis

    dari mana para budak berasal. 29

    2. Perubahan Status Tanah: dari Hak Eigendom ke TanahPartikelir

    Hingga pertengahan 1714, status kepemilikan tanah Depok

    adalah hak milik ( eigendom verponding ). Kondisi ideal yang

    dibayangkan Chastelein ternyata tidak berlangsung lama. Tiga puluh

    tahun kemudian, pada 1745, Gubernur Jenderal Baron van Imhoff

    (1743-1750) membeli tanah Kampung Baru, di Buitenzorg. Kemudian

    van Imhoff mengembangkan tanah Kampung Baru menjadi tanah

    jabatan gubernur jenderal, dan menegakkan institusi tanah

    partikelir 30 pada petak-petak tanah lain di daerah Buitenzorg hingga

    28 Lihat surat wasiat yang beredar di kalangan komunitasBelanda Depok, dalam dua bahasa (Belanda dan Melayu). SuratWasiat aslinya, yang ditemukan di Arsip Nasional pada 1995 sudahtidak dapat dibaca lagi, karena tertumpah tinta.

    29 Hendrik E. Niemeijer, Komunitas Kristen Asia Merdeka danKemiskinan di Batavia Pramodern, dalam Kees Grijns dan Peter J.M.Nas (penyunting), Jakarta Batavia Esai Sosio-Kultural (Jakarta:Banana, KITLV-Jakarta, 2007, hlm. 85.

    30 Tanah partikelir adalah tanah yang sangat luas, yang olehKompeni dan pemerintahan yang menggantikannya dialihkanhaknya kepada orang-orang swasta; kepada orang-orang swasta inidiberikan hak-hak penting terhadap penghuni yang tinggal di tanah-tanah ini. Hak-hak tersebut dikenal sebagai hak pertuanan yang

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    17/53

    *'

    sekitar Batavia. 31 Tujuannya adalah agar tanah-tanah tersebut

    menjadi lebih produktif ketika dimiliki dan dikerjakan oleh para

    pemilik tanah partikelir. Sementara itu hak-hak primordial yang

    melekat pada kepemilikan ini dimaksudkan untuk menaikkan nilai

    dan daya tarik bagi pembelinya, yang umumnya terdiri atas para

    pejabat VOC atau orang kaya yang mampu membelinya dari

    penguasa VOC. 32

    antara lain adalah hak untuk mengangkat serta menghentikankepala kampung atau desa; hak untuk menuntut kerja paksa ataumemungut uang pengganti kerja paksa dari penduduk; hak untukmendirikan pasar, dan memungut biaya pemakaian jalan danpenyeberangan. Lihat Peratoeran Baroe atas Tanah-TanahParticulier di Tanah Djawa Sebelah Koelon Tjimanoek dalamStaatsblad , No. 422 Tahun 1912 (Batavia: Landsdrukkerij, 1913),hlm. 24. Dalam Penjelasan Undang-Undang No. 1 Tahun 1958, yang

    membedakan tanah partikelir dengan hak eigendom adalah adanyahak-hak pada pemiliknya yang bersifat hak-hak kenegaraan ataulandheerlijke rechten.

    31 J.C. Faes, Geschiedenis van Buitenzorg (Batavia: Albrecht,1902), hlm. 68-69. Sistem pewarisan tanah jabatan yang dirintis olehvan Imhoff ini disahkan sebagai suatu sistem resmi berdasarkanResolusi tanggal 25 Januari 1760. Dalam dokumen ini, Gubernur

    Jenderal van der Parra (1750-1756) memulai membagi tanah-tanahdi sekitar Buitenzorg untuk dijual kepada penawar tertinggi dandilengkapi dengan hak-hak jabatan yang mirip dengan tanahKampung Baru.

    32 Nicolaas Engelhard, Overzigt van den staat Nederlandsch OostIndische Bezittingen onder bestuur van den Gouverneur GeneraalHerman Willem Daendels (Amsterdam: De Gebroeders van Cleef,1816), hlm. 262. Puncaknya terjadi pada tahun 1780-an ketika parapejabat VOC dari kalangan tertinggi masing-masing berburu tanahdan menjadikan petak-petak tanah yang dibelinya sebagai hak milik

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    18/53

    *(

    Setelah dibangun, van Imhoff kemudian tinggal di sana. 33

    Sejak saat itu Buitenzorg diresmikan menjadi kediaman penguasa

    tertinggi VOC. Kepindahan kediaman Gubernur Jenderal Hindia

    Belanda ke Buitenzorg tidak mempengaruhi kegiatan di Batavia yang

    tetap menjadi sentra pemerintahan di Hindia Belanda.

    Jejak van Imhoff diikuti oleh beberapa pejabat tinggi VOC,

    dengan membeli petak-petak tanah di sekitar kediaman Gubernur

    Jenderal. Pada tahap selanjutnya Gubernur Jenderal Herman

    Willem Daendels (1808-1811) mengambil alternatif untuk menjual

    tanah-tanah termasuk milik gubernur jenderal, dalam rangka usaha

    mendapatkan dana untuk menopang program pertahanannya di

    Jawa.

    Kompleks tanah Kampung Baru yang ditetapkan sebagai tanah

    milik para Gubernur Jenderal VOC itu, kemudian secara bergantian,

    dijadikan milik pribadi gubernur jenderal. Daendels hanya

    turun-temurun bagi penerusnya. Lahan yang menjadi objeknyaterutama daerah sekitar Batavia menjadi prioritas tertinggi dankemudian menyusul perluasannya ke arah selatan.

    33 J. Faes, Geschiedenis van Buitenzorg. (Batavia, 1902,Albrecht), hlm. 11. Van Imhoff membeli tanah tersebut seharga 50ribu ringgit dan ia menetapkan kebiasaan bahwa tanah itu menjadimilik pribadi Gubernur Jenderal, namun setiap pergantian jabatan,pejabat baru wajib membelinya dari pejabat lama.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    19/53

    *)

    mengambil lahan di istana Buitenzorg dan lingkungan sekitarnya.

    Sisanya dikapling-kapling dan dijual kepada individu swasta

    lainnya. 34 Taggart melihat gejala pengkaplingan dan pembagian

    pemilikan tanah ini sebagai konsekwensi perluasan kota. 35

    Pada tahap awal dicanangkan kebijakannya, tidak banyak

    orang berminat untuk membeli tanah-tanah itu. Daendels kemudian

    membuat keputusan yang dianggap bisa menarik dan meningkatkan

    penjualannya. Keputusannya adalah memberikan status partikelir

    pada tanah-tanah yang dibeli. Langkah ini dimaksudkan agar para

    pembeli tanah itu mendapatkan status hak milik mutlak ( eigendom )

    dan berlaku turun-temurun. Di samping itu status hukum yang

    diberikan pada tanah tersebut sebagai tanah partikelir ( particuliere

    land ) memberikan kewenangan kepada pemiliknya otonomi yang

    sangat luas karena berhak membuat aturan sendiri di luar intervensi

    pemerintah atas kehidupan yang ada di tanahnya, sejauh tidak

    bertentangan dengan peraturan negara.

    34 P.J. Veth, Java: Geographisch, Ethnologisch, Historisch,tweede deel (Haarlem: De Erven F. Boh, 1912), hlm. 291.

    35 W.D. Mc. Taggart, Private Landownership in a Colonial Town: The Case of Noumea, New Caledonia , dalam EconomicGeography , No 42, 1966, hlm. 189-204.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    20/53

    "+

    Dengan demikian ada fenomena penting yang muncul dari

    pemberian kewenangan ini: pemilik tanah menjadi penguasa lokal

    yang berstatus tuan tanah ( landlord ), dan ia bukan hanya berhak

    atas tanah melainkan juga berhak atas semua penduduk yang tinggal

    di atasnya. 36 Sebagai akibat dari keputusan ini, muncul institusi

    tanah-tanah partikelir sebagai kompleks-kompleks kehidupan sosial

    otonom di pedalaman Jawa. Depok, yang semula berstatus hak

    eigendom, juga mengalami perubahan status menjadi tanah

    partikelir.

    Perubahan struktural teritorial lainnya yang ditimbulkan oleh

    kebijakan pemerintah kolonial adalah adanya rencana pembukaan

    jalan baru yang menghubungkan Batavia-Buitenzorg. Ketika Gustaf

    Willem van Imhoff membeli tanah Kampung Baru, jalan yang

    menghubungkan kedua tempat ini hanya ada satu yaitu jalur yaitu

    dari Batavia-Kampung Makasar-Cimanggis-Cibinong-Buitenzorg. Ia

    kemudian merencanakan untuk membuka jalur baru. Namun

    36S. Pompe, Indonesian law 1949-1989 a bibliography of foreignlanguage materials with brief commentaries on the law (Dordrecht,

    1992, Martinus Nijhoff Publ.), hlm. 187. Institusi ini tidak tersentuholeh Regeering Reglement tahun 1854 maupun oleh Agrarische Wettahun 1870. Dasar yang mengatur tanah-tanah ini adalah Staatsbladvan Nederlandsch Indi tahun 1836.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    21/53

    "*

    pembukaan jalan baru ini baru dapat direalisasikan pada masa

    kepemimpinan Gubernur Jenderal Jean Chretien Baud.

    Pada masa pemerintahan Inggris Thomas Stamford Raffles

    (1811-1816) tidak menjual Depok kepada para tuan tanah Eropa

    atau Cina. Raffles menjadikan Depok sebagai tempat percobaannya

    untuk menerapkan sistem pajak tanahnya ( landrent ). Sejak itu Depok

    menjadi daerah yang langsung berada di bawah kekuasaan

    pemerintah kolonial Inggris.

    Pada tahun 1830 ketika pemerintah kolonial menerapkan

    kebijakan cultuurstelsel, yang diikuti oleh meningkatnya produksi

    tanaman dagang termasuk penyetoran produk kopi oleh tanah-tanah

    partikelir, Buitenzorg dan sekitarnya menjadi salah satu sumber

    pemasok produk tersebut. Akibatnya transportasi untuk pengiriman

    produk mengalami peningkatan, dan memerlukan fasilitas jalan lebih

    luas.

    Gubernur Jenderal Jean Chretien Baud (1834-1836) kemudian

    memutuskan membuka jalan baru yang menghubungkan

    Buitenzorg-Batavia melalui Depok. Jalan ini kemudian dikenal

    sebagai Jalan Barat. 37 Pembukaan Jalan Barat ini, secara langsung

    37 A.J. van der Aa, Nederlands Oost Indi, derde deel(Amsterdam, 1851, J.F. Schleijer), hlm. 29. Jalan Barat ini

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    22/53

    ""

    menempatkan Depok pada posisi sebagai bagian dari jaringan

    komunikasi dan transportasi komersial yang bertumpu pada

    eksploitasi agraris sebagai dampak langsung dari cultuurstelsel .

    Pembukaan jalan Barat berpengaruh pada status Depok yaitu

    menjadi tempat transit dari dua sentra politik dan ekonomi kolonial.

    Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah kolonial

    merencanakan untuk menghapus institusi tanah partikelir.

    Menanggapi hal itu, Henricus Hubertus van Kol, anggota tweede

    kamer (1897-1909), dari partai sosialis Belanda ( Social Democratic

    Labor Partij ), pada tahun 1907 mengajukan rencana undang-undang

    untuk menghapuskan institusi tanah partikelir dan mengambil

    alihnya. Meskipun rencana ini belum berhasil disahkan oleh

    parlemen, namun Henricus Hubertus van Kol berhasil memperluas

    campur tangan pemerintah di tanah partikelir. 38

    membentang dari Buitenzorg ke Batavia melalui Kedung Badak,Cilebut, Bojong Gede, Depok dan Cinere, merupakan jalan tanah danhanya bisa dilalui pada saat musim kemarau, karena pada musimhujan jalan itu licin dan sulit dilewati, karena tidak diperkerasdengan kerikil seperti halnya jalan timur. Jalan Barat seringkalidisebut jalan militer. Jalan Timur dari Cililitan, Kampung Makasar,Pasar Rebo, Cimanggis, Cibinong, dan Buitenzorg , digunakan untukkepentingan pengangkutan hasil bumi dari daerah pedalamanBuitenzorg ke Batavia. Lihat juga Algemeen Verslag van AssistantResidentie Buitenzorg Over Het Jaar 1823.

    38 Staatsblad van Nederlandsch Indi, Nomor 63 Tahun 1907.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    23/53

    "#

    Apa yang dilakukan oleh Henricus Hubertus van Kol,

    menjadi dasar lebih lanjut bagi Menteri Koloni Alexander Willem

    Frederic Idenburg (1909-1916) untuk meneruskan desakan bagi

    pengambilalihan tanah-tanah partikelir. Pada 5 Januari 1911 Ratu

    Wilhelmina menandatangani keputusan yang mengesahkan RUU

    tentang pengembalian tanah-tanah partikelir di Jawa yang dijadikan

    sebagai tanah negara. 39 Dalam peraturan tersebut tuan tanah

    sebagai pemilik tanah mendapatkan ganti rugi yang ditentukan oleh

    sebuah komisi penilai yang dibentuk oleh pemerintah.

    Meskipun peraturan ini tidak bisa langsung diaplikasikan,

    namun dalam kenyataannya peraturan ini menjadi dasar hukum

    bagi penerbitan sejumlah peraturan lain yang mengarah pada

    penebusan tanah-tanah partikelir secara bertahap hingga akhir

    pemerintahan Belanda di Indonesia pada tahun 1942. Tanah

    partikelir itu kemudian dijadikan tanah-tanah negara dan

    digunakan bagi kepentingan pemerintah atau publik.

    B. Menjadi Tanah Negara

    Setelah Belanda menyerah tanpa syarat, di Kalijati, Subang,

    pada 1942, maka Indonesia memasuki babak baru dibawah

    39 Staatsblad van Nederlandsch Indi, Nomor 38, Tahun 1911.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    24/53

    "$

    pemerintahan militer balatentara Jepang. Terbatasnya sumberdaya

    manusia mengakibatkan Depok dibiarkan tanpa pengawasan

    langsung oleh pemerintah balatentara militer Jepang. Kegiatan di

    Depok tetap dilakukan oleh Het Gemeente Bestuur van het Particulier

    land Depok .

    Perubahan besar dialami oleh Depok setelah pergantian rezim

    penguasa dari kekuasaan kolonial menjadi pemerintah nasional

    sejak tahun 1945. Awal pergantian rezim ini ditandai dengan masa

    revolusi yang penuh kekerasan. Menurut Susan Blackburn, masa

    dua bulan sebelum akhir 1945 disebut sebagai periode Bersiap,

    karena seruan Bersiap diteriakkan tiap kali tentara Sekutu atau

    pasukan Belanda melakukan patroli baik di jalan raya maupun di

    lorong-lorong kampung. 40 Ketika kata Bersiap diserukan, maka

    orang-orang yang ada di jalan atau di lorong-lorong kampung harus

    berdiri tegak, seperti pandu, dan tidak boleh bicara. 41 Masa Bersiap

    40 Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun. Terj. GatotTriwiria (Jakarta: Masup Jakarta, 2011), hlm. 208.

    41 H. Th. Bussemaker, Bersiap!: Opstand in het paradijs. DeBersiap-Periode op Java en Sumatera 1945-1946 . Utrecht: WalburgPers, 2005), hlm. i-iv. Bersiap adalah periode pendek dalam sejarahIndonesia, pada pertengahan September 1945 hingga bulan April1946.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    25/53

    "%

    ditandai dengan maraknya tindakan kriminal, dan kekerasan

    dengan sasaran orang Belanda dan Indo Belanda. Keadaan ini

    terjadi hampir di seluruh Pulau Jawa dan Sumatera.

    Depok juga mengalami masa Bersiap. Pada masa ini terjadi

    satu peristiwa kriminal dan kekerasan fisik, yang dikenal dengan

    peristiwa Gedoran. Peristiwa tersebut mencapai puncaknya pada 11

    Oktober 1945. Pada saat yang bersamaan juga terjadi serangan TKR,

    dalam upayanya menyingkirkan kekuasaan Belanda di Depok.

    Secara kronologis peristiwa Gedoran dapat dikatakan diawali

    dengan aksi pemboikotan penduduk, yang ingin membeli kebutuhan

    hidup sehari-hari di pasar. Pada 7 Oktober 1945, sejumlah pemuda

    Indonesia menghalangi beberapa penjual untuk menjual barang

    dagangan mereka kepada orang-orang Eropa. Pada hari itu juga

    terjadi kasus perampokan, yang diduga dilakukan para pemuda yang

    bekerja pada Asisten Wedana Depok. 42

    Pada tanggal 8 Oktober, situasi dan kondisi Depok, kembali

    tenang, namun pada keesokan harinya kembali terjadi peristiwa

    perampokan atas lima keluarga. Gerombolan perampok tiba pada

    dini hari tanggal 9 Oktober dengan membawa bendera merah putih,

    42 Lihat Arsip Polisi Militer No. 530/MP Tentang Kerusuhan diDepok.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    26/53

    "&

    dan membawa senjata tajam. Dalam peristiwa perampokan ini tidak

    ada korban yang terbunuh. Keesokan harinya para gelandangan

    menjarah gudang pangan (lumbung padi) yang ada di Depok.

    Peristiwa itu kemudian disusul oleh perampokan yang terjadi di

    mana-mana, pada 11 Oktober 1945. Gerombolan perampok yang

    jumlahnya sekitar 4000 orang datang dari segala penjuru, memasuki

    Depok. Mereka datang secara bergelombang dengan kereta api, atau

    mobil pengangkut dan bahkan dengan gerobak. 43 Penduduk Eropa

    dan warga Kristen Depok diusir dari rumah, kemudian rumah dan

    peralatannya dirusak. 44

    Pada tanggal 12 dan 13 Oktober 1945 kasus perampokan

    masih berlanjut, dengan jumlah anggota gerombolan yang lebih

    banyak lagi. Pada hari-hari ini sekitar 10 orang warga Depok

    dibunuh. Kekacauan masih terus berlangsung, tanggal 13 Oktober

    semua penduduk Eropa diburu oleh para anggota BKR dan Pelopor,

    yang dikenal dari ikat lengan mereka. Anggota BKR dan Pelopor ini

    bekerjasama dengan gerombolan perampok, mengumpulkan orang-

    orang Eropa dan penduduk pribumi Depok yang beragama Kristen di

    sebuah rumah di belakang stasiun Depok. Mereka ditawan dan

    43 Ibid.44 Ibid.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    27/53

    "'

    kemudian diangkut ke Buitenzorg dengan kereta api, bersama

    tawanan Sekutu lainnya.

    Semua pria, wanita dan anak-anak hampir seluruhnya

    ditelanjangi. Kepada kaum pria hanya diberikan sebuah celana atau

    kain pembalut pinggang. Banyak yang harus menukarkan pakaian

    mereka yang lebih baik dengan makanan dan sandal dari para

    perampok. Sisa perhiasan yang masih bisa ditemui seperti cincin

    kawin harus diserahkan kepada para perampok.

    Kemudian orang-orang Belanda Depok itu diangkut dengan

    kereta api ke Buitenzorg. Mereka diperlakukan dengan kasar oleh

    para penjaga. Setibanya di Buitenzorg para wanita dan anak-anak

    ditampung dalam sebuah kamp di kampung Sempur di bawah

    pengawasan BKR. Sementara kaum pria dibawa ke Pledang.

    Perjalanan dari stasiun Buitenzorg ke penjara Pledang, merupakan

    jalan yang penuh penderitaan. Masyarakat Indonesia dihasut oleh

    propaganda anti Kristen dan anti-Belanda. Hasutan tersebut juga

    dilakukan kepada para anggota BKR dan Pelopor yang tengah

    membawa para tawanan. Akibat hasutan itu, para tawanan yang

    berbaris dalam deretan panjang dalam formasi dua-dua,

    bertelanjang kaki dan bertelanjang dada, seringkali mendapat

    pukulan dari orang-orang yang mungkin menaruh dendam kepada

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    28/53

    "(

    mereka. 45 Selama kurang lebih dua tahun mereka menjadi penghuni

    Pledang.

    Dalam keadaan kacau seperti ini, sukar untuk membedakan

    mana yang tentara, dan mana yang penjarah. 46 Sekitar awal tahun

    1948 orang-orang Depok yang dipenjara di Pledang, dibebaskan dan

    mereka kemudian kembali ke Depok. Ketika mereka tiba kembali di

    kediaman masing-masing, mereka mendapatkan rumah dalam

    keadaan berantakan, dan barang-barang berharga yang pernah

    mereka miliki sudah tidak ada lagi. Kondisi rumah Belanda Depok

    setelah peristiwa Gedoran dapat dilihat pada Gambar 1.

    Setelah kondisi kembali stabil, terjadi perubahan di mana mereka

    tidak lagi mampu mempertahankan hak-hak yang mereka miliki di

    bawah rezim kolonial meskipun eksistensi mereka sebagai suatu

    komunitas khusus masih tetap ada. Kondisi baru yang mereka

    alami, berbeda sama sekali, baik sehubungan dengan status hukum

    45 Ibid.46 Seperti yang dituturkan oleh Otto Leander, 7 Juni 2006.

    Dikenal dengan nama Gedoran, karena rumah kami digedor(pintunya diketok dengan keras), setelah dibukakan pintu, kemudianterjadi kekerasan dan perampasan harta, bantal, guling kasurdiacak-acak, sehingga kapuknya berserakan kemana-mana. Hal itudilakukan para penjarah yang menyangka barang-barang perhiasandisimpan di dalam bantal, guling atau kasur.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    29/53

    ")

    maupun dalam kaitannya dengan hubungan komunitas sosial

    lainnya.

    Gambar 1. Kondisi Rumah orang Belanda DepokSetelah Peristiwa Gedoran (1945)(koleksi: KITLV)

    Pada 8 April 1949 pemerintah mengeluarkan Keputusan

    Pemerintah Tentang Penghapusan Tanah-tanah Partikelir di seluruh

    Indonesia dan memberlakukan Landreform (Undang-Undang

    Agraria). Dengan dikeluarkannya keputusan tersebut, maka

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    30/53

    #+

    berakhir pula pemerintahan tanah partikelir Depok. 47 Sejak saat itu

    Depok menjadi tanah Negara, dan termasuk dalam Kawedanaan

    Parung, kabupaten Buitenzorg. Kawedanaan Parung dibagi menjadi

    dua kecamatan yaitu Kecamatan Parung dan Kecamatan Depok.

    Pusat kota berada di Pancoran Mas. Pusat kota kecamatan ini

    seringkali diidentikkan dengan kota Depok lama. 48

    Batas-batas wilayah Depok di sebelah utara berbatasan dengan

    kecamatan Jagakarsa yang termasuk dalam wilayah DKI Jakarta, di

    sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Semplak, di sebelah

    timur berbatasan dengan Kecamatan Cimanggis, dan di sebelah

    Barat berbatasan dengan Kecamatan Sawangan. 49 Kecamatan Depok

    saat itu menaungi 21 desa dengan jumlah penduduk 76.874 jiwa.

    Pesebaran penduduk di 21 desa itu dapat dilihat pada Tabel 1.

    47 Lihat Akte Notaris Soeroyo, nomor 18 Tanggal 4 Agustus1952. Dalam akte notaris tersebut dikatakan bahwa para pemiliktanah Partikelir Depok melepaskan haknya secara sukarela kepadapemerintah. Sebagai kompensasi, pemerintah kemudianmemberikan uang sebesar Rp. 229.261,28 serta beberapa gedungdan tanah yang ada kaitannya dengan agama dan pendidikan.

    48 Sebutan Depok Lama muncul ketika pada tahun 1976, dalamrangka mengurangi beban penduduk, pemerintah membangunPerumnas, pemukiman berskala besar di Depok. Kawasan Perumnaskemudian dikenal sebagai kawasan Depok Baru.

    49 Pemda Tingkat II Kabupaten Bogor, Rencana Kota Depok,Kompilasi Data I, Kerjasama dengan Direktorat Tata Kota dan TataDaerah Dirjen Cipta Karya-Dep. PUTL, Bogor, t.t., hlm. 24.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    31/53

    #*

    Tabel 1. Penduduk Kecamatan Depok (1961)

    KecamatanDepok

    DesaJumlah

    pendudukLaki-laki

    JumlahPenduduk

    Perempuan

    Jumlah KategoriBPS

    (Desa,Kota)

    Bojonggede 2.267 2.178 4.445 DKedungWaringin

    1.498 1.513 3.011 D

    Tanjong 598 639 1.237 D Tajurkalang 1.320 1.376 2.696 DKalisuren 1.129 1.125 2.254 DCimanggis 2.985 2.983 5.968 KCilodong 2.034 1.952 3.986 D

    Citayam 2.396 2.380 4.776 DKukusan 1.347 1.258 2.605 DRangkepanjaya 1.284 1.211 2.495 DMampang 1.226 1.289 2.506 DCipayung 2.499 2.445 4.944 DPabuaran 2.188 2.117 4.305 DSusukan 1.471 1.406 2.877 DRatujaya 1.241 1.246 2.487 D

    Tanah Baru 1.304 1.370 2.674 DSukmajaya 3.230 3.240 6.470 KPancoran Mas 5.040 5.073 10.113 KKemiri Muka 916 908 1.824 DBeji 1.430 1.416 2.846 D

    Pondok Cina 1.190 1.165 2.355 D(Sumber: Sensus Penduduk 1961 Penduduk Desa Jawa. Buku I: DKI

    Jakarta dan Jawa Barat (Pusat Penelitian dan StudiKependudukan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan BiroPusat Statistik 1980), hlm 76-78.

    Tabel 1 menunjukkan bahwa pesebaran penduduk di Kecamatan

    Depok tidak merata, dan jumlah penduduk terbesar ada di desa

    Pancoran Mas. 50 Mengenai hal ini, dalam sensus 1961, BPS

    50 Pancoran Mas, merupakan pusat kegiatan pemerintahan dankeagamaan sejak 1860-an hingga 1950-an.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    32/53

    #"

    mendefinisikan bahwa suatu daerah disebut sebagai kota jika

    mempunyai penduduk lebih dari 5.000. Dengan demikian maka pada

    tahun 1961, konsentrasi kepadatan penduduk berada di wilayah

    Cimanggis, Sukmajaya, dan Pancoran Mas. Sebagai suatu kota,

    daerah tersebut mempunyai kepadatan yang cukup tinggi, dan

    beberapa fasilitas perkotaan sudah tersedia. Sementara daerah

    lainnya seperti Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru dan

    Mampang, adalah daerah yang terletak di sekitar tanah partikelir

    Depok, dan merupakan perkampungan dengan tingkat kepadatan

    penduduk rendah. Realitas ini menyebabkan pesebaran penduduk

    ke daerah-daerah itu relatif kecil.

    C. Masyarakat

    Masyarakat di kawasan Depok merupakan masyarakat yang

    kompleks, baik dari segi kultural, agama, status, sosial dan ekonomi.

    Menurut R.Z. Leirissa, kedudukan seseorang dalam masyarakat

    ditentukan oleh jauh dekatnya orang tersebut dari simbol-simbol

    kekuasaan kolonial. 51 Kekuasaan kolonial disini bisa berupa

    administrasi pemerintahaan kolonial, ekonomi kolonial, para

    51 R.Z. Leirissa, Sejarah Masyarakat Indonesia, Jakarta:Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial, 1981), hlm. 9.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    33/53

    ##

    gubernur jenderal dan para pejabat birokrasi. Berdasarkan hal

    tersebut, masyarakat Depok dapat digolongkan menjadi tiga golongan

    yaitu: (1) Belanda Depok, (2) Orang kampung, dan (3) pendatang.

    1. Belanda Depok

    Belanda Depok 52 adalah sebutan bagi masyarakat yang

    tinggal di tanah partikelir Depok, yang terbentuk sekitar abad ke-18

    dari berbagai etnis di Indonesia. Dalam pembentukan masyarakat

    tersebut terjadi percampuran identitas antar etnis di kalangan budak

    yang diperjualbelikan.

    Graafland, pada 1891 mencatat bahwa sulit untuk

    menggolongkan kaum Depokkers ini dengan orang pribumi, karena

    komposisi mereka sejak awal sudah bercampur dari berbagai suku

    52 M. Buys dalam artikelnya yang berjudul Depok, dan dimuatdalam De Indische Gids, vol. II, 1890, seperti yang dikutip oleh LanceCastle, mendeskripsikan orang Depok sebagai berikut: Penampilanpara pria kurang menarik, mereka mengenakan pakaian menurutgaya yang mirip orang Eropa, banyak di antara mereka yangmenghabiskan waktu mereka untuk tidak melakukan apa-apa.Mereka yakin bahwa para pemilik tanah tidak layak untuk bekerjamengolah lahan dan secara umum pekerjaan kasar diberikan kepadaorang-orang non Kristen. Kebencian terhadap pekerjaan kasarinikadangkala didasarkan pada kebanggaan terhadap kepercayaanKristen mereka. Mereka sedapat mungkin menempatkan diri merekasejajar dengan orang-orang Eropa di Hindia, yang hanya sesekalimelakukan pekerjan kasar yang sesungguhnya. Lihat Lance Castle,The Ethnic Profile of Djakarta dalam Indonesia , vol. 3, April 1967(Ithaca: Modern Indonesia Project Cornell University), hlm 204 .

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    34/53

    #$

    bangsa, kemudian dengan masuknya wanita-wanita asing seperti

    Melayu, Sunda, Jawa, dan Eropa, terjadi perccampuran darah

    (perkawinan) diantara mereka. 53

    Istilah Belanda Depok muncul karena gaya hidup mereka yang

    ke-belanda-belandaan. Mereka mendapat persamaan hak dengan

    orang Eropa. Mereka bisa sekolah di sekolah yang diperuntukkan

    bagi orang Belanda, berbicara memakai bahasa Belanda, dan gaya

    hidupnya mengikuti orang Eropa. 54 Hal ini terjadi karena, pertama,

    orang-orang Belanda Depok tersebut tumbuh bersama dengan

    kebiasaan Eropa. Alasan lain mengapa mereka mempunyai gaya

    hidup yang demikian karena mereka yang memeluk agama yang

    sama dengan pihak penguasa, akan mendapatkan keistimewaan,

    seperti kesempatan bersekolah, dan kemungkinan untuk bekerja di

    instansi pendidikan sebagai guru agama. 55

    Untuk mengikis perbedaan antara mereka dan orang Eropa,

    mereka mengajukan permohonan untuk menggunakan bahasa

    53 Graafland, Land-en Volkenkunde van Nederlandsche Indie- Depok: Eene etnografische studie, dalam Mededeelingen van weegehet Nederlandsche Zendelingengenootschap, deel XXXV. (Rotterdam,1891), hlm. 15.

    54 J.W. de Vries, op.cit ., hlm. 232.55 Jean Gelman Taylor, Kehidupan Sosial di Batavia: Orang

    Eropa dan Eurosia di Hindia Timur (Jakarta: Masup Jakarta, 2009),hlm. 86-87.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    35/53

    #%

    Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah Depok. Motivasi

    permohonan itu sebenarnya adalah agar mereka bisa semakin dekat

    dengan orang Eropa.

    Hasil Penelitian Vries menunjukkan bahwa penggunaan

    bahasa Belanda di Depok cukup meluas seperti yang ditunjukkan

    dalam Tabel 2 berikut ini:

    Tabel 2. Bahasa yang digunakan oleh keturunan Belanda Depok di

    rumah, dan dalam pergaulan sehari-hari (dalam %)

    Lahir antaratahun:

    Bahasa Belanda BahasaIndonesia 56

    BahasaCampuran (Ind.+ Bld)

    1896 1915 14 45 411916 1935 7 60 331936 1955 0 70 30

    (Sumber: J.W. de Vries. Depokkers: Geschiedenis, Sociale Structuuren Taalgebruik van Ge &ssoleerde Gemeenschap, dalamBKI, 1976, deel 132, hlm. 242).

    Penggunaan bahasa Belanda dianggap penting oleh pihak

    pemerintah kolonial, karena menandakan kesetiaan politik dan

    kepercayaan terhadap agama Kristen. 57 Fenomena tersebut

    menunjukkan bahwa komunitas Belanda Depok merupakan

    56 Bahasa Indonesia dalam tabel 2, hendaknya dibaca bahasaMelayu Pasar, meskipun penelitian ini diterbitkan pada 1976, namuntidak diketahui pasti kapan data tersebut diperoleh. Jika dilihat daritahun lahir maka istilah bahasa Indonesia belum ada.

    57 Ibid., hlm. 43.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    36/53

    #&

    komunitas yang eksklusif jika dibandingkan dengan komunitas lain

    yang berada di sekitar Depok (Betawi Ora ). Namun identitas mereka

    mulai bergeser pasca kemerdekaan.

    Pergeseran ini terus berlanjut, terutama pada 1977 ketika

    Perumnas Depok mulai dipenuhi oleh orang Jakarta. Bahasa Belanda

    yang semula menjadi status simbol mereka mulai berangsur hilang.

    Penggunaan bahasa Belanda di Depok, setelah kemerdekaan

    berangsur-angsur menurun, dan hanya digunakan dalam situasi

    tertentu.

    Amri Marzali menyebut keadaan ini sebagai Krisis Identitas.

    Menurut Amri, krisis identitas ini dimulai ketika masyarakat Belanda

    Depok sengaja memupuk orientasi mereka kepada kelas penguasa

    kolonial Belanda untuk mempertahankan identitas dan status

    sosialnya.

    Masa penjajahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia telah

    menghancurkan kejayaan masa lampau komunitas ini. Arah

    orientasi menjadi kabur bersama kepergian penguasa kolonial

    Belanda. Runtuhnya status sosial, mental, dan politik melengkapi

    kehancuran orientasi mereka. Yang tersisa hanya kebingungan

    dalam mempertanyakan diri sendiri, siapa dan di mana tempat

    mereka dalam masyarakat Indonesia yang majemuk ini.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    37/53

    #'

    Kaum Belanda Depok yang pada masa kolonial selalu berusaha

    mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Belanda, ketika Indonesia

    merdeka, mereka mulai mengidentifikasikan dirinya sebagai orang

    Indonesia asli. Mereka tidak suka disebut Belanda Depok, dan lebih

    senang disebut sebagai orang Depok. 58

    Sebutan lain untuk mereka yang tergabung dalam komunitas

    Kristen Depok adalah orang Depok Asli. 59 Istilah ini muncul di

    kalangan komunitas Kristen Depok karena mereka adalah pemegang

    surat tanah asli Depok. Disamping itu, masih ada sebutan lain

    untuk mereka, yaitu orang Depok Dalam. Istilah Depok Dalam

    muncul karena permukiman orang-orang Belanda dan para mantan

    budak sebagian besar tidak berada di sepanjang jalan utama

    Permukiman mereka berada pada jarak kurang lebih lima kilometer

    58 Amri Marzali,Krisis Identitas Pada Orang Depok Asli , dalamBerita Antropologi , Tahun VII, Nomor 22, Juli 1975, hlm. 55-74. Lihat

    juga Boy Loen, Kami Protes Disebut Belanda Depok, dalam PosKota , 10 April 2005.

    59 Argumentasi mereka, untuk menyebut dirinya orang DepokAsli, karena mereka adalah pemilik tanah partikelir. Sementara orangdi sekitar kawasan tanah partikelir disebut orang Depok Asal,meskipun keberadaan mereka di Depok jauh sebelum kehadiranorang asing ke Depok, akan tetapi mereka bukan pemegang hak atastanah Depok. Wawancara dengan Eduard Loen, 28 Februari 2008.Hal yang sama juga disampaikan oleh Anton Loen, 9 Maret 2010.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    38/53

    #(

    dari jalan besar. 60 Mengenai letak permukiman mereka dapat dilihat

    pada peta 2 dan 3 berikut ini.

    Jika peta 2 digabungkan dengan peta 3, maka akan tampak

    tata ruang di kecamatan Pancoran Mas, yang menunjukkan

    permukiman di Jl. Dahlia merupakan salah satu permukiman

    dengan kategori pedalaman. Permukiman lain yang terletak satu area

    dengan permukiman Jl. Dahlia adalah permukiman di Jl. Kamboja

    dan permukiman di Jl. Bungur. Kondisi permukiman yang tidak

    terletak di jalur jalan utama menjadi salah satu sebab komunitas

    Belanda Depok disebut juga sebagai komunitas Depok Dalam.

    60 Star Weeklly, 6 Februari 1954.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    39/53

    #)

    Peta 2. Pola Pemukiman di Kecamatan Pancoran Mas 61 (Sumber: Dinas Tata Kota, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

    Kawasan Depok Lama, Laporan Akhir, 2003, hlm. 43).

    Keterangan:

    Permukiman pedalaman lainnya terletak di Jl. Kenanga, Jl.

    Cempaka, dan Jl. Melati serta kompleks pemukiman di Jl. Pemuda,

    yang merupakan pusat kota di Kecamatan Pancoran Mas.

    61 Lihat juga Lampiran 10.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    40/53

    $+

    Peta 3. Permukiman Pedalaman

    (Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Depok, Rencana Tata Bangunan danLingkungan Kawasan Depok Lama, Laporan Akhir, 2003,hlm. 38).

    2. Orang Kampung

    Orang Kampung, adalah sebutan bagi mereka yang tinggal di

    kampung-kampung disekitar Depok, yaitu kampung Blimbing,

    Malele, Lion, Pitara, Kapupu, Rawadeno, Pulow, Grogol dan

    Parungbingung. Mereka beragama Islam, serta tidak mengenal

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    41/53

    $*

    pendidikan Barat. 62 Mereka telah tinggal di kampung-kampung itu

    sejak sebelum Depok dibeli oleh Cornelis Chastelein. Mereka

    kebanyakan berasal etnis Sunda, Jawa, dan Betawi Ora

    (pinggiran) 63 , dan tinggal kampung-kampung di sekitar Depok secara

    turun temurun. Mata pencaharian orang kampung ini antara lain

    adalah sebagai petani sawah, petani buah-buahan, buruh kasar di

    Kampung Bandan, Batavia atau di industri gerabah di Kampung

    Lio. 64 Di antara mereka ada juga yang bekerja pada keluarga

    Belanda Depok , sebagai babu (sebutan untuk pembantu rumah

    62 Istilah kampung, awalnya dimaksudkan untuk menyebuttempat tinggal atau kompleks perumahan orang orang pribumi(inlander ) yang dianggap kurang mampu. Lihat Budihartono, PolaPermukiman di Jakarta, dalam Masyarakat . Jurnal Sosiologi.Diterbitkan atas kerjasama Jurusan Sosiologi FISIP-UI denganPenerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993). hlm. 26.

    63 Masyarakat Betawi, merupakan masyarakat yang tinggal dikawasan Jakarta. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah merekadi Jakarta semakin berkurang, karena tergusur ke wilayah sekitar

    Jakarta seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi, sebagai akibat daripembangunan di pusat kota Jakarta. Kepindahan mereka ke daerahpinggiran kota Jakarta menjadikan wilayah Botabek sebagai wilayahbaru budaya Betawi. Kepindahan mereka ke daerah pinggiranmenyebabkan terbentuknya stratifikasi sosial antara Betawi

    gedongan, dan Betawi pinggiran. Wawancara, Prof Dr. YasmineShahab, Depok, 19 September 2014.

    64 J. Tideman, Penduduk Kabupaten-kabupaten Batavia,Meester Cornelis, dan Buitenzorg, dalam Nalom Siahaan dan J.B.Soreharsa (ed), Tanah dan Penduduk di Indonesia . (Jakarta: Bhratara,1985), hlm. 72

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    42/53

    $"

    tangga perempuan), koki (tukang masak) atau jongos (sebutan untuk

    pembantu laki-laki). 65

    Tempat tinggal mereka dibuat menurut model rumah-rumah

    kampung yang dijumpai di sekitar Batavia. 66 Bentuk rumah itu

    adalah rumah panggung, semi permanen, dengan bahan dasar

    bambu, dan beratapkan daun kelapa atau rumbia. Sementara

    dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Berikut ini adalah contoh

    rumah orang kampung pada abad ke-19.

    Tata cara kehidupan orang kampung, mirip dengan kehidupan

    orang Betawi terutama dalam dialek bahasanya. Meskipun lokasi

    tempat tinggalnya berada di Jawa Barat. Komunikasi dengan

    komunitasnya dilakukan dengan mempergunakan bahasa Betawi,

    campur Sunda, sementara komunikasi dengan sinyo-sinyo, yang

    menjadi majikannya, dipergunakan bahasa Melayu-Jakarta. 67

    65 Wawancara dengan Bapak Naam, yang menyebut kerabatdan orang-orang kampung lainnya sebagai orang Betawi pinggiran,14 Januari 2004, dan 3 September 2004. Dikatakan bahwa orangtuanya bekerja sebagai pemelihara hewan pada keluarga TuanRichard dan Nyonya Lies, di dekat Rumah Sakit Harapan, ngangonkebo , demikian istilah yang digunakan untuk menyebut pekerjaanayahnya, sebagai penggembala kerbau. Imbalan ngangon kebodiberikan setelah 15 tahun bekerja, dalam bentuk satu ekor kerbauatau sapi yang di- angon- nya.

    66 Graafland , op.cit., hlm. 1167 Ibid.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    43/53

    $#

    Gambar:4. Bentuk Rumah orang Kampung di pinggiran Batavia(abad-19) . (Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun, Jakarta:Masup Jakarta, 2011, hlm. 93).

    Orang Kampung biasanya tidak pernah mengenyam bangku

    sekolah. Semua urusan yang berkaitan dengan hal-hal yang legal,

    digunakan cap jempol sebagai pengganti tanda tangan. Pendidikan

    yang mereka peroleh adalah pendidikan agama Islam di langgar atau

    surau di sekitar rumahnya, yang bentuknya sangat sederhana dan

    dapat dilihat pada Gambar 5 berikut: .

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    44/53

    $$

    Gambar 5. Surau, Tempat Belajar Agama Islam (abad 19)(Sumber: Susan Blacburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun,

    Jakarta: Masup Jakarta, 2011, hlm. 91)

    Hal-hal tersebut merupakan salah satu ciri khas orang Betawi.

    Ciri khas lainnya adalah, pertama , mereka beragama Islam yang

    cenderung fanatik. Mereka tidak mau mengikuti pendidikan Barat,dan lebih mengirimkan anak-anaknya ke pesantren. Kedua , mereka

    berbicara dalam bahasa mereka sendiri, sebuah dialek Melayu yang

    khas. Meskipun penggunaan bahasa di wilayah tersebut didominasi

    oleh bahasa Sunda. 68

    68 Mengenai etnis Betawi lebih lanjut lihat Budiaman, FolkloreBetawi . (Jakarta: Pustaka Jaya, 1979). Lihat juga Pauline D. Milone,Queen City of the East: The Methamorphosis of a Colonial Capital,Unpublished PhD Dissertation University of California, 1966, hlm.250-263. Wawancara dengan Prof. Dr. Yasmine Shahab, Depok 19September 2014.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    45/53

    $%

    J. Tideman menyebut orang kampung ini dengan sebutan

    Betawi Ora, 69 yang sifatnya berlainan sekali dengan nenek

    moyangnya yang berasal dari daerah lain. Bahasa yang digunakan

    mendapat pengaruh dari bahasa Cina, Jawa, Sunda dan Betawi

    yang nampak pada tabel 3.

    Tabel 3. Contoh kata-kata dalam bahasa Betawi Ora

    Kata Arti dalam bahasa IndonesiaDoang SajaMadang MakanMingser Minggir, bergeserEncang Saudara dari bapak/ibuOra TidakEmbung Tidak mau

    Jigo, gocap, cepe, Dua puluh lima rupiah, limapuluhrupiah, seratus rupiah

    Tumben Tidak seperti biasaNgembat Mengambil tanpa ijinRombeng Usang

    (Sumber: Sriyamto, dkk., Bunga Rampai Kota Depok. Depok: PanduKarya, 2002, hlm 43).

    69 J. Tideman, op.cit., hlm. 56. Menurut Prof. Dr. YasmineShahab, Antropolog UI, ahli Betawi, istilah Betawi Ora digunakanuntuk menyebut orang Betawi yang tinggal di pinggiran. Lebih lanjutdikatakan bahwa dari konsep Betawi Ora, menunjukkan ada BetawiKota yang seringkali disebut sebagai Betawi Gedongan. Wawancaradengan Prof Yasmine Shahab, di Departemen Antroplogi FISIP UI,Depok, 19 September 2014.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    46/53

    $&

    Contoh kata-kata dalam bahasa Betawi Ora tersebut

    menunjukkan terjadi serapan kata antara lain dari bahasa asing

    (Cina) untuk menyebut mata uang, dan bahasa daerah (Jawa:

    madang ; Sunda: embung ).

    3. Pendatang

    Golongan pendatang, dapat dikelompokkan dalam empat

    kelompok yaitu: Pertama, orang Eropa, dan Indo Eropa, mereka

    biasanya pensiunan pegawai Belanda yang mencari ketentraman dan

    kedamaian hidup di masa tuanya. Depok yang terletak di pinggiran

    kota Batavia dirasakan cocok untuk mereka, karena jauh dari

    kesibukan kota besar. Dengan dibukanya jalur kereta api pada

    1868, 70 orang-orang Eropa mendapatkan kemudahan untuk pergi ke

    Batavia. Permukiman mereka terkonsentrasi di Jl Kenanga, Jl.

    Cempaka, Sumur Batu, Jl. Mawar, Jl. Flamboyan, dan Jl. Melati.

    Permukiman kolonial kemudian berkembang ke arah Jl. Kartini, dan

    sekitar Jl. Citayam.

    70 ANRI, Gouvernement Besluit 27 Maret 1868 no. 1, bundleAlgemeen Secretarie. Keputusan ini disahkan dengan Staatsblad vanNederlandsch Indie over het jaar 1869 nomor 52.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    47/53

    $'

    Gambar. 6. Bentuk Rumah Bergaya Indo Eropa denganpilar-pilar kokoh (Koleksi Pribadi, 2003)

    Berbeda dengan rumah milik orang kampung, rumah milik

    orang Eropa dan Indo Eropa 71 dibangun dengan material yang baik,

    dindingnya terbuat dari batu bata, dengan atap genting, dilengkapi

    dengan pilar-pilar kokoh dibangun dengan jarak yang agak longgar,

    dengan pekarangan yang cukup luas, yang antara lain ditanami

    pohon kenari. 72

    71 Orang-orang Indo Eropa adalah mereka yang lahir dariperkawinan antara orang Eropa, (orang Belanda) dengan orangpribumi. Hal ini bisa terjadi karena VOC tidak menganjurkan parapegawainya untuk membawa isteri Eropa mereka. Lihat SusanBlackburn, op.cit., hlm.27-32. Lihat juga Pradipto Niwandhono, YangTer(di)lupakan: Kaum Indo dan Benih Nasionalisme Indonesia. (Yogyakarta: Penerbit Djaman Baroe, 2011), hlm. 45-50.

    72 Depok, dalam Mededeelingen van wege het NederlandscheZendelinggenootschap, XXXV, 1891, hlm. 4-5 . Mengenai hal ini dokter

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    48/53

    $(

    Golongan kedua adalah para pendatang yang berasal dari

    daerah-daerah di Indonesia seperti Ambon, Menado, Irian dan lain-

    lain. Mereka ini adalah para murid dari Sekolah Seminari Depok

    yang dibuka pada tahun 1873. Kehadirannya di Depok untuk

    mengikuti pendidikan menjadi guru sekolah dan guru injil. Sebagai

    penginjil mereka diharapkan menjadi pendeta pembantu bagi

    pendeta yang berasal dari Eropa. Seminari di Depok pada tahun 1890

    seperti pada tahun sebelumnya menampung 34 orang siswa,

    termasuk 5 orang Dayak, 2 orang Jawa, 4 orang Sunda, 12 orang

    Batak, 10 orang Sangir dan 1 orang Ambon. 73 Gambar 5 berikut ini

    menunjukkan bangunan sekolah seminari yang merupakan

    bangunan permanen, dan para siswanya mengenakan pantalon.

    Kondisi ini berbeda jauh dengan bentuk bangunan tempat belajar

    agama Islam dan gaya berpakaian orang kampung yang disajikan

    dalam gambar 5.

    Arman Jonathans menuturkan bahwa rumahnya adalah bekasrumah orang Indo/Eropa, yang dibangun pada abad ke 19. Tahun

    pembangunan rumah tersebut dapat dilihat di tembok bagian atasrumah, misalnya Anno 1865. Wawancara dengan dokter Arman

    Jonathans, Kompleks Pelni, 18 Januari 2001.

    73 ANRI, Algemeen Verslag van Residentie Batavia over het jaar1890, dalam bundle Batavia.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    49/53

    $)

    Gambar 7. Sekolah Seminari Depok (Abad ke-19),terletak di Jl. Stasiun Lama ( Koleksi Yano Jonathans)

    Golongan ketiga, adalah orang Cina. Mereka hadir di Depok

    sejak abad ke 18, dan bermukim di daerah Pondok Cina. 74 Mereka

    adalah pedagang-pedagang di pasar Depok, yang mondok di daerah

    tersebut sehubungan dengan adanya larangan bagi orang Cina untuk

    tinggal di kota Depok. Orang Cina dilarang tinggal di Depok karena

    mereka dianggap sebagai sumber kerusuhan. Mereka juga dikenal

    74 Pondok Cina, awalnya merupakan kawasan perkebunankaret, dan pertanian. Kawasan ini merupakan tempat transitpedagang Cina yang berdagang di pasar Depok. Lihat Sinergi Online.Indonesian Chinese Magazine, 27 Januari 2001. www.tripod.com.Diunggah tanggal 2 Februari 2001, pukul 15.30.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    50/53

    %+

    sebagai orang yang suka meminjamkan uang dengan bunga tinggi.

    Larangan tersebut tercantum dalam surat wasiat yang ditulis oleh

    Cornelis Chastelein.

    Mereka hanya diizinkan berdagang pada waktu siang hari.

    Apabila matahari telah terbenam mereka berbondong-bondong

    meninggalkan kawasan Depok. Mereka tak mungkin pulang ke

    Glodok (permukiman Cina di Batavia). Mereka kemudian tinggal di

    Kampung Bojong, disekitar rumah tua Pondok Cina yang letaknya

    kurang lebih lima kilometer dari Depok.

    Rumah Tua Pondok Cina didirikan dan dimiliki oleh seorang

    arsitek Belanda. 75 Pada pertengahan abad ke-19 rumah tersebut

    dibeli oleh Lauw Tek Tjiong, saudagar Cina yang kemudian

    mewariskannya kepada anaknya, Lauw Tjeng Shiang, seorang

    Kapiten Cina. Di sekitar rumah tua ini terdapat perkebunan karet

    dan persawahan, yang awalnya dihuni lima keluarga yang semuanya

    keturunan Cina. Mereka ini selain berdagang ada juga yang bekerja

    sebagai petani di sawah milik mereka serta bekerja di ladang kebun

    karet milik tuan tanah orang-orang Belanda.

    75 J. Hageman, Overzicht van Java op Het Einde derAchtiende Eeuw, dalam TBG , jilid IX, tahun 1960, hlm. 365.Selanjutnya, pada pertengahan abad -19, Pondok Cina dijual kepadaLauw Tek Tjiong.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    51/53

    %*

    Gambar 8. Rumah Tua Pondok Cina, di Jl. Margonda Raya(Koleksi Pribadi, 1995)

    Tidak semua pedagang Cina mondok di Pondok Cina, diantara

    mereka ada juga yang tinggal di Cisalak. Mereka menganut ajaran

    Konghuchu, dan mayoritas berasal dari daerah propinsi Fu Jian,

    Cina Selatan. Mereka disebut orang Hokian.

    Golongan terakhir adalah orang-orang yang datang ke daerah

    ini setelah pengakuan kedaulatan. Mereka terdiri dari berbagai suku

    bangsa. Pada umumnya kedatangan mereka adalah untuk mencari

    nafkah. Termasuk pula ke dalam golongan ini adalah pendatang-

    pendatang baru dari Jakarta ketika Perumnas Depok dibuka pada

    tahun 1978.Ketika kekuasaan Hindia Belanda berakhir, Pemerintah

    Balatentara Jepang menguasai Indonesia. Namun karena

    kekurangan tenaga SDM, Tanah Partikelir Depok dibiarkan tanpa

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    52/53

    %"

    pengawasan, dan tetap berada di bawah Het gemeente van Het

    Particulir Landrijen Depok. Pengurus gemeente bertindak sebagai tuan

    tanah dan memiliki kewenangan seperti yang tercantum dalam

    Staatsblad tahun 1836 nomor 19 terhadap mereka yang tinggal di

    atas tanahnya.

    Pada tahun 1945, Jepang mengakhiri penjajahannya di

    Indonesia, dan Depok kemudian menjadi bagian dari negara Republik

    Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, pada 1952, tanah

    partikelir Depok dikembalikan ke Pemerintah Republik Indonesia.

    Meskipun tanah partikelir ini telah dikembalikan, namun Depok

    masih menyisakan permasalahan yaitu status penduduk Eropa.

    Berdasarkan Konferensi Meja Bundar pada akhir Desember 1949.

    Orang Eropa diberi waktu dua tahun untuk memutuskan apakah

    mereka menjadi orang Indonesia atau tetap menjadi warga negara

    Belanda. 76

    Sebagian besar dari mereka memilih tetap menjadi

    warganegara Belanda, dan kemudian meninggalkan Indonesia

    dengan bantuan Belanda. Keputusan tersebut diambil karena rasa

    takut akan kehilangan status dan pendapatan dalam Republik

    Indonesia, ditambah insentif finansial dari Belanda telah ikut

    76 Susan Blackburn, op.cit., hlm. 254-256.

  • 7/25/2019 Depok Dan Masyarakatnya Hingga Awal Abad Ke-20

    53/53

    menentukan nasib mereka. Pada tahun 1956, jumlah penduduk

    Eropa di Jakarta ada sekitar 17.000 jiwa. Namun akibat gerakan

    anti Belanda yang terus menerus dilakukan oleh rakyat Indonesia,

    ditambah dengan penolakan Belanda untuk menyerahkan Irian

    Barat pada tahun 1961, maka jumlah penduduk Belanda di Jakarta

    hanya tersisa 530 jiwa. 77

    Sejalan dengan kondisi politik di Jakarta, sebagian besar

    Belanda Depok juga ikut hijrah bersama orang Eropa yang masih

    tersisa, dan menjadi warganegara Belanda. Sementara sisanya, yang

    tergabung dalam 11 keturunan para mardijkers Depok, tetap memilih

    untuk tinggal dan menjadi warganegara Indonesia.

    Dari pembahasan pada bagian ini nampak bagaimana

    keunikan Tanah Partikelir Depok, dengan penduduk yang mayoritas

    beragama Kristen, dan letaknya menjadi strategis ketika Buitenzorg

    dijadikan tempat tinggal gubernur jenderal. Letaknya yang strategis

    ini, dalam perkembangan selanjutnya menyebabkan keberadaan

    Depok mulai diperhitungkan oleh Jakarta, antara lain sebagai kota

    penunjang bagi Jakarta.