demo tandingan - arielheryanto.files.wordpress.com · ini bukan kejutan. tidak juga istimewa. ......

1
KOMPAS, MINGGU, 17 DESEMBER 1995 Demo Tandingan T ANGGAL 7 Desember lalu puluhan pe- muda dari berbagai daemh berdemonstmsi di Jakarta menentang "integrasi Timtim". Ini bukan kejutan. Tidak juga istimewa. Yang lebih menarik adalah tampilnya de- monstrasi tandingan oleh sejumlah pemu- da lain daTi Timtim terhadapnya. Ketika pengadilan atas Sri Bintang Pa- mungkag barn dimulai terjadi demonstrasi. Para demonstran ini mengelu-elukan ter- dakwa dan menuntut pembebasannya. Pa- da sidang-sidang berikutnya muncul de- monstrasi tandingan. Mereka memaki terdakwa sebagai pengkhi- anat bangsa. Bahkan melemparkan telur busuk. Masih banyak kasus lain demonstrasi dihadapi dengan demon- strasi tandingan. Termasuk yang terjadi sesudah pembreidelan tiga media massa di Jakarta tahun lalu. Kampus yang menjadi rumah para mahasiswa demonstran sudah lumrah dijadikan anjang de- monstrasi dan demonstrasi tandingan. Yang tenar adalah demon- strasi tandingan untuk membela Rektor di Universitas Islam In- donesia (Yogyakarta), Universitas Nasional (Jakarta), Universitas Kristen Satya Wacana (Salatiga), dan Universitas Diponegoro (Semarang). *** PERBEDAAN pendapat tidak aneh dalam kehidupan berma- syarakat yang majemuk. Bentuknya bisa lewat polemik di surat ka- bar, kampanye pemilu atau demonstrasi di jalanan. Tetapi ada yang baru dan penting dati maraknya demonstrasi tandingan. Bukan saja demonstrasi tandingan itu menjadi mode yang trendy, yang lebih penting, demonstrasi tandingan tidak hanya dilakukan pihak yang bersengketa dengan pihare lain yang sederajat di depan hukum. Adu demonstrasi yang kini menggejala melibatkan dua pi- hak yang terikat secara formal menjadi atasan-bawahan! Semua gejala itu mengajak kita brandai-andai. Andaikan di Kedung Ombo atau Jenggawah ada demonstrasi menentang peng- Halaman 2 gusuran tanah rakyat. Lalu muncul demonstrasi mendukung peng- gusuran. Andaikan ada demonstrasi buruh di Tangerang menuntut gaji dan tunjangan. Tiba-tiba muncul demonstrasi tandingan me- nuntut panghapusan hak-hak itu. Andaikan di Pasuruan ada demonstrasi antipencemaran. Ini ditandingi demonstrasi pro-pen- cemaran. Andaikan ada demonstrasi menentang kenaikan harga beras, bensin atau tari! listrik. Muncul demonstrasi tandingan me- nuntut agar harga-harga kebutuhan hidup rakyat banyak itu di- naikkan setinggi-tingginya. Aneh? Kalau demonstrasi mahasiswaldosen menentang rektor bisa ditandingi demonstrasi pro-rektor, apa anehnya pengandaian yang berikut ini. Didemonstrasi karyawan, seorang manajer me- ngerahkan demonstran tandingan terhadap karyawan. Gubernur mendemonstrasi camat di daerahnya, karena camat itu mendemon- strasinya terlebih dahulu, dan seterusnya. *** DULU demonstrasi artinya tetiakan marah dari golongan bawah ke elit di atag. Lain dari permohonan atau imbauan. Komunik(!.si yang dari pihak atas ke bawah namanya bisa Tetapi pasti bukan demonstragi. Entah itu bernama instruksi, pengumuman, seruan, undang-undang, peraturan, warta berita, tn- dokttinasi, penataran, latihan, atau pembinaan. Tapi itu dulu. Sekarang sudah lain. Kini demonstrasi menjadi milik semua orang. Dulu demonstrasi dilarang pemerintah. Tak pe- duli-apa pesannya, isunya, tujuannya, atau pelakunya. Kemudian ditetima selektif dan diharuskan punya izin. Kini para pejabat swasta dan negeri rupanya berpikir-pikir ulang. Demonstrasi? Ter- gantung. Yang mana? Oleh siapa, terhadap siapa? Demonstragi itu sendiri dianggap netral. Bisa baik, bisa burnk. Apakah ini proses pendewasaan politik? Pejabat birokrasi dan pemilik modal mulai belajar bahwa demonstrasi tandingan 'bisa lebih ampuh ketimbang satuan kemanan (satkam), ninja, atau pre- man untuk mengamankan kepentingannya. Ongkosnya pun lebih murah secara moneter, moral, dan politis. Menghalau demonstrasi dengan kekeragan akan menyulut ke.-ibutan lembaga pemantau hak agasi. Demonstrasi menjadi bentuk komunikasi yang kini naik pamor. Dulu ditolak mentah-mentah dan dihantam dengan satkam, pen- tungan, dan gas air mata. Karena semua itu terbukti tak mempan, ia diterima dengan penjinakan nama barn "unjuk-rasa ". Ini belum cukup. Maka inilah hikmah paling mutakhir: kalau Anda tak tahan didemonstrasi, ikutlah berdemonstrasi! Walau cuma tandingan. *** Ariel Heryanto Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Upload: nguyenkiet

Post on 07-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KOMPAS, MINGGU, 17 DESEMBER 1995

Demo Tandingan T ANGGAL 7 Desember lalu puluhan pe­

muda dari berbagai daemh berdemonstmsi di Jakarta menentang "integrasi Timtim". Ini bukan kejutan. Tidak juga istimewa. Yang lebih menarik adalah tampilnya de­monstrasi tandingan oleh sejumlah pemu­da lain daTi Timtim terhadapnya.

Ketika pengadilan atas Sri Bintang Pa­mungkag barn dimulai terjadi demonstrasi. Para demonstran ini mengelu-elukan ter­dakwa dan menuntut pembebasannya. Pa­da sidang-sidang berikutnya muncul de­monstrasi tandingan. Mereka memaki terdakwa sebagai pengkhi­anat bangsa. Bahkan melemparkan telur busuk.

Masih banyak kasus lain demonstrasi dihadapi dengan demon­strasi tandingan. Termasuk yang terjadi sesudah pembreidelan tiga media massa di Jakarta tahun lalu. Kampus yang menjadi rumah para mahasiswa demonstran sudah lumrah dijadikan anjang de­monstrasi dan demonstrasi tandingan. Yang tenar adalah demon­strasi tandingan untuk membela Rektor di Universitas Islam In­donesia (Yogyakarta), Universitas Nasional (Jakarta), Universitas Kristen Satya Wacana (Salatiga), dan Universitas Diponegoro (Semarang).

*** PERBEDAAN pendapat tidak aneh dalam kehidupan berma­

syarakat yang majemuk. Bentuknya bisa lewat polemik di surat ka­bar, kampanye pemilu atau demonstrasi di jalanan. Tetapi ada yang baru dan penting dati maraknya demonstrasi tandingan.

Bukan saja demonstrasi tandingan itu menjadi mode yang trendy, yang lebih penting, demonstrasi tandingan tidak hanya dilakukan pihak yang bersengketa dengan pihare lain yang sederajat di depan hukum. Adu demonstrasi yang kini menggejala melibatkan dua pi­hak yang terikat secara formal menjadi atasan-bawahan!

Semua gejala itu mengajak kita brandai-andai. Andaikan di Kedung Ombo atau Jenggawah ada demonstrasi menentang peng-

Halaman 2

gusuran tanah rakyat. Lalu muncul demonstrasi mendukung peng­gusuran. Andaikan ada demonstrasi buruh di Tangerang menuntut gaji dan tunjangan. Tiba-tiba muncul demonstrasi tandingan me­nuntut panghapusan hak-hak itu. Andaikan di Pasuruan ada demonstrasi antipencemaran. Ini ditandingi demonstrasi pro-pen­cemaran. Andaikan ada demonstrasi menentang kenaikan harga beras, bensin atau tari! listrik. Muncul demonstrasi tandingan me­nuntut agar harga-harga kebutuhan hidup rakyat banyak itu di­naikkan setinggi-tingginya.

Aneh? Kalau demonstrasi mahasiswaldosen menentang rektor bisa ditandingi demonstrasi pro-rektor, apa anehnya pengandaian yang berikut ini. Didemonstrasi karyawan, seorang manajer me­ngerahkan demonstran tandingan terhadap karyawan. Gubernur mendemonstrasi camat di daerahnya, karena camat itu mendemon­strasinya terlebih dahulu, dan seterusnya.

*** DULU demonstrasi artinya tetiakan marah dari golongan bawah

ke elit di atag. Lain dari permohonan atau imbauan. Komunik(!.si yang dari pihak atas ke bawah namanya bisa berbeda~beda. Tetapi pasti bukan demonstragi. Entah itu bernama instruksi, ketetap~n, pengumuman, seruan, undang-undang, peraturan, warta berita, tn-dokttinasi, penataran, latihan, atau pembinaan. ~.

Tapi itu dulu. Sekarang sudah lain. Kini demonstrasi menjadi milik semua orang. Dulu demonstrasi dilarang pemerintah. Tak pe­duli-apa pesannya, isunya, tujuannya, atau pelakunya. Kemudian ditetima selektif dan diharuskan punya izin. Kini para pejabat swasta dan negeri rupanya berpikir-pikir ulang. Demonstrasi? Ter­gantung. Yang mana? Oleh siapa, terhadap siapa? Demonstragi itu sendiri dianggap netral. Bisa baik, bisa burnk.

Apakah ini proses pendewasaan politik? Pejabat birokrasi dan pemilik modal mulai belajar bahwa demonstrasi tandingan 'bisa lebih ampuh ketimbang satuan kemanan (satkam), ninja, atau pre­man untuk mengamankan kepentingannya. Ongkosnya pun lebih murah secara moneter, moral, dan politis. Menghalau demonstrasi dengan kekeragan akan menyulut ke.-ibutan lembaga pemantau hak agasi.

Demonstrasi menjadi bentuk komunikasi yang kini naik pamor. Dulu ditolak mentah-mentah dan dihantam dengan satkam, pen­tungan, dan gas air mata. Karena semua itu terbukti tak mempan, ia diterima dengan penjinakan nama barn "unjuk-rasa ". Ini belum cukup. Maka inilah hikmah paling mutakhir: kalau Anda tak tahan didemonstrasi, ikutlah berdemonstrasi! Walau cuma tandingan. ***

Ariel Heryanto

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>