data kontemporer

22
OLEH: MUSFIRAYANTI MUSTAMIN 0910041 “EPIDEMIOLOGI & BIOSTATISTIK” STIK TAMALATEA MAKASSAR 2012

Upload: musfirayanti

Post on 05-Dec-2015

248 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

data kontemporer

TRANSCRIPT

Page 1: Data Kontemporer

OLEH:

MUSFIRAYANTI MUSTAMIN

0910041

“EPIDEMIOLOGI & BIOSTATISTIK”

STIK TAMALATEA

MAKASSAR

2012

BAB I

PENDAHULUAN

Page 2: Data Kontemporer

A. LATAR BELAKANG

Pemanasan global (Inggris: global warming adalah suatu proses meningkatnya suhu

rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi

telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian

besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar

disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas

manusia”[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh

setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari

negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju

dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.Model iklim yang

dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat

1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka

perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi

gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang

berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,

pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih

dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan

besarnya kapasitas kalor lautan.Meningkatnya suhu global diperkirakan akan

menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,

meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola

presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil

pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.Penelitian yang telah

dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata

makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan

oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh

pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok

peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap

beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung

Page 3: Data Kontemporer

dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru

yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan

penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan

untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah

bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan

yang kita alami, dan manusialah ontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca

tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran

bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta

pembangkit tenaga listrik.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Negara apa saja yang terkena musibah pemanasan global?

2. Bagaimanakah pengelompokan jenis kelamin, umur yang banyak menderita

penyakit akibat pemanasan global?

3. Kapan terjadinya pemanasan global yang banyak mengakibatkan musibah besar?

BAB II

PEMBAHASAN

Page 4: Data Kontemporer

1. GARIS BESAR DAMPAK GLOBAL WARMING BERDASARKAN ORANG,WAKTU

DAN TEMPAT :

Pemanasan Global (Global Warming), terjadi disebabkan meningkatnya suhu rata-rata

permukaan bumi.

Karena bumi menyerap lebih banyak energi matahari, daripada yang dilepas kembali ke

atmosfer (ruang angkasa).

Menyebabkan terjadinya peningkatan emisi gas.

Menimbulkan peningkatan panas bumi dan pencairan kutub es.

malnutrisi mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun.

diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa.

Angka kejadian diare, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi.

Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan

pada

75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan

KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277

diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya disebabkan rendahnya ketersediaan

air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.

dan malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.

Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan

penyebaran vektor penyakit. BADAN Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa

pemanasan global (global warming) akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan

lingkungan. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan

berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain virus

dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat

menimbulkan kekeringan maupun banjir.

Page 5: Data Kontemporer

Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang

terganggu

Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare.

Yang paling nyata, antara lain :

1. Kerusakan lingkungan

2. Penyakit yang ditimbulkan oleh perubahan iklim akibat pemanasan global

3. Banjir

4. Kebakaran hutan

Hal ini berdampak terhadap kesehatan manusia, misalnya :

kwalitas air yang kita minum

Udara yang kita hirup

Makanan yang kita makan

a. Banjir (Paradoks Korban Banjir )

Pemanasan global membuat penumpukan uap air di udara semakin besar.

Ketika daerah perkotaan tergenang, muncul paradoks yang khas. Penduduk kehausan di

tengah genangan air.

Dari situlah berjangkit penyakit diare dan Leptospirosis

b. Kebakaran hutan

Kebakaran hutan itu mengusik ekosistem bumi dari dua segi. Material kayu dan serasah

yang terbakar itu menghasilkan gas-gas rumah kaca yang menimbulkan pemanasan

global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia.

Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan

gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis

hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD).

Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan

gangguan kehamilan serta kemandulan pada wanita.

Page 6: Data Kontemporer

TABEL 1.1

Frekwensi jenis kelamin di Jakarta berdasarkan banyaknya yang menderita akibat

Global Warming

Jenis Kelamin

Angka Kejadian

Ƹ %

Perempuan

Laki-Laki

250.000 kasus

200.000 kasus

85%

62%

Sumber:Depkes,2000

TABEL 1.2

Berdasarkan umur penderita penduduk JAKARTA akibat global warming :

Klasifikasi Umur Jumlah Penderita

≥ 5 Tahun

5-12 Tahun

12-17 Tahun

≥ 18 Tahun

100.000

99.000

55.000

200.000

Sumber:Depkes,2000

8. Dampak secara langsung

Pada suhu panas manusia rentan sakit, Penyakit Saluran Pernafasan

2. Dampak tidak langsung

Page 7: Data Kontemporer

Meningkatnya penyakit menular, antara lain : Malaria, DBD, Chikungunya, Penyakit

yang ditularkan melalui udara dan air

9. Dampak jangka panjang

Terjadinya konflik psikologi, mis. Stress.

10. Penyakit lama timbul kembali

Penyakit Malaria.

11. Penyakit enetictive

Penyakit jantung, Penyakit paru-paru.

12. Dampak penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra violet

Kanker kulit, Katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi enetic.

7. Memperburuk penyakit-penyakit umum

Asma dan alergi.

8. Meningkatkan kasus-kasus kardiovaskular

Kematian yang disebabkan penyakit jantung dan stroke. Gangguan jantung dan pembuluh

darah.

TABEL 1.3

2. TABEL-TABEL DIBAWAH INI TENTANG DAERAH-DAERAH YANG ADA DI

JAKARTA MENGENAI GLOBAL WARMING DARI TAHUN 2006-2011 :

Page 8: Data Kontemporer

Kota/Kabupaten

W A K T U

TOTAL2006 2007 2008 2009 2010 2011

n % n % n % n % n % n % N %

Jakarta Selatan 25 50,7 35 60 40 76,8 42 78,8 45 80,

0

35 98,2 222 50,8

Jakarta Timur 10 60 25 60,5 20 70,0 15 40,8 43 76,

9

46 80,9 159 76,9

Jakarta Pusat 15 37,7 35 38,9 38 39,0 45 45,8 60 45,

9

65 99,9 258 55,5

Jakarta Barat 24 45,5 28 43,0 30 40,8 32 55,5 46 50,

8

48 70,9 208 60,9

Jakarta Utara 45 50,5 54 60,0 55 65,9 58 61,0 59 76,

6

65 90,0 336 99,7

Kepulauan Seribu 23 46,7 30 45,9 31 54,4 39 64,7 42 87,

9

44 88,0 209 45,5

Ket: Berdasarkan table diatas ,menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun daerah yang berada di JAKARTA sangat meningkat populasi penderita akibat global warming.

Sumber:Susenas, 2005

TABEL 1.4

TABEL IKLIM DATA UNTUK JAKARTA:

IKLIM DATA UNTUK JAKARTA TAHUN 2011-2012Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Novem-

berDesem-ber

Ta-hun

Rata” Tinggi ◦c (◦F)

31,5 (88,7)

32,5 (90,5)

32,3 (90,1)

33,5 (92,3)

33,5 (92,3)

34,3 (93,7)

33,3 (91,9)

33,0 (91,4)

32,0 (89,6)

31,7 (89,1)

31,3 (88,3)

32,0 (89,6)

31,8 (89,2)

Rendah Rata” ◦c (◦F)

24,2 (75,6)

25,2 (77,4)

24,3 (75,7)

25,1 (77,2)

25,4 (77,7)

24,9 (76,8)

24,9 (76,8)

25,5 (77,9)

25,5 (77,9)

25,5 (77,9)

24,9 (76,8)

24,9 (76,8)

24,8 (76,6)

Pengendapan mm (inci)

389,7 (15,343)

100,3 (3,949)

309,8 (12,197)

257,8 (10,15)

139,4 (5,488)

83,1 (3,272)

30,8 (1,213)

34,2 (1,346)

30,0 (1,181)

33,1 (1,303)

175,0 (6,89)

123,0 (4,843)

1,706,2 (67,173)

Avg.Hujan Hari

26 15 20 18 13 5 5 6 9 22 12 20 168

Sumber: Organisasi Meteorologi Dunia

Page 9: Data Kontemporer

TABEL 1.5

JUMLAH DAERAH DIMANA TERJADI BENCANA ALAM DI JAKARTA DENGAN KOTA DAN JENIS BENCANA,2005-2008 :

Kota Madya Banjir Naik Air laut Angin Puyuh Tanah LongsorPulau Seribu e 4 3 eJakarta Selatan 42 e e eJakarta Timur 43 e 1 1Jakarta Pusat 27 e e eJakarta Utara 37 e e eJakarta Barat 29 3 1 eTOTAL 178 7 5 1

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2009

TABEL 1.6

BEBERAPA PENYAKIT YANG DISEBABKAN TERJADINYA GLOBAL WARMING DIJAKARTA:

Jenis Penyakit/Musibah Angka Kejadian dari TAHUN 2001-2008Ƹ N %

Diare 500.000 Kasus 8 Juta Jiwa 80Demam Berdarah Dengue 250.000 Kasus 1,5 Juta Jiwa 65Cikunguya 20.000Kasus 3.918 Jiwa 10Malaria 350.000 Kasus 2,5 Juta Jiwa 72

3. BEBERAPA PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT PEMANASAN GLOBAL DI

JAKARTA BERDASARKAN WAKTU,TEMPAT DAN ORANG

1. PENYAKIT MALARIA

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama

Plasmodium.Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit

tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ

hati kemudian menginfeksi sel darah merah.Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan

menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka

Page 10: Data Kontemporer

dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. Penyakit ini paling banyak terjadi

di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat berkembang baik begitu

pula dengan vektor nyamuk Anopheles.Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini

di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria

tertinggi.Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30.

detik.Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar 1 juta orang meninggal karena

penyakit ini setiap tahunnya.90% kematian terjadi di Afrika, terutama pada anak-

anak.Malaria terkonsentrasi di pulau-pulau luar Papua, Maluku, Nusa Tenggara,

Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra . Hal ini terjadi dengan frekuensi rendah atau tidak

ada di pulau Jawa dan Bali di mana sekitar 70% penduduk tinggal. Semua jenis parasit

malaria manusia ditemukan di Indonesia . Baru-baru ini, negara melaporkan tentang

keberadaan spesies P. kowlesi juga. Sebelumnya, P. malariae dan P. ovale sebagian besar

ditemukan di bagian timur Indonesia , Nusa Tenggara Timur dan Papua. Sekitar 117 juta

orang berada pada derajat beragam risiko. Malaria transmisi di Indonesia adalah abadi. P.

vivax dan P. falciparum adalah jenis yang paling umum dari spesies malaria lazim di

negara ini. Selama pra pemberantasan era, situasi malaria di Indonesia adalah sebagai

buruk, jika tidak lebih buruk, seperti dalam India . Kasus-kasus malaria dan kematian

diperkirakan adalah sekitar 30 juta (di Jawa dan Bali saja) dan 0,12 juta masing-masing

setiap tahun. Namun karena hasil kemajuan dalam pemberantasan program, pulau dari

Jawa dan Bali praktis malaria gratis dengan 1964. Dari tahun 1965, situasi mulai

memburuk kejadian malaria secara bertahap meningkat dan penyakit tersebar di pulau-

pulau. Pada tahun 1968, layanan malaria pemberantasan itu melengkung ke bidang sosial-

ekonomi daerah di pulau lainnya. Sejak lima tahun terakhir, hampir 350 000 kasus yang

dikonfirmasi dan 1,25 juta - 2,50 juta kasus malaria mungkin, dengan 45% -50% dari

mereka menjadi kasus P. falciparum, dan sekitar 500 kematian malaria dikonfirmasi

dilaporkan setiap tahun. Darah rata geser tingkat pemeriksaan tahunan (aber) adalah <2 di

tingkat nasional namun tingkat membaik di daerah terpilih dengan dukungan meningkat

dari Global Fund. Sebagian besar program pengendalian telah dilakukan di Jawa-Bali.

Fokus sisa berada di Jawa Tengah . Obat resistensi terhadap P.falciparum masalah dan

telah diidentifikasi di semua provinsi. Rendah sampai sedang tingkat resistensi juga

memperhatikan untuk senyawa SP serta Mefloquine dalam perlawanan Irian Jaya

Page 11: Data Kontemporer

P.vivax. Untuk chroroquine pertama kali dilaporkan pada tahun 1991 dari Irian Jaya

provinsi. Saat ini, negara telah mengadopsi ACT untuk pengobatan kedua jenis spesies

malaria.

Gambar. 1 : Tren kasus malaria dikonfirmasi di JAKARTA (Indonesia) , 1991 -2010

2. DIARE

Diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan  pada anak

di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan anak berumur di bawah 3 tahun

mengalami 2-3 kejadian diare per tahunnya. Meskipun sebagian besar diare pada anak

akan sembuh sendiri (self limited), namun penanganan yang akurat tetap sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan (dehidrasi).Pada orang

dewasa, dperkirakan setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut

sebanyak 99.000.000 kasus. Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.

Page 12: Data Kontemporer

Melalui faktor lingkungan, seseorang yang keadaan fisik atau daya tahannya terhadap

penyakit kurang, akan mudah terserang penyakit. Masalah kesehatan lingkungan utama

di negara-negara yang sedang berkembang adalah penyediaan air minum, tempat

pembuangan kotoran, pembuangan sampah, perumahan dan pembuangan air

limbah.Syarat air minum ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis. Syarat

fisik yakni, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya

di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. Syarat kimia yakni, air tidak mengandung

zat kimia atau mineral yang berbahaya bagi kesehatan misalnya CO2, H2S, NH4. Syarat

bakteriologis yakni, air tidak mengandung bakteri E. coli yang melampaui batas yang

ditentukan, kurang dari 4 setiap 100 cc air.Masalah pembuangan kotoran manusia

merupakan masalah pokok karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit

yang multikompleks. Syarat pembuangan kotoran antara lain : tidak mengotori tanah

permukaan, tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air tanah, kotoran tidak

boleh terbuka sehingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang

biak, kakus harus terlindung atau tertutup, pembuatannya mudah dan

murah.Pengumpulan sampah diperlukan tempat sampah yang terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, harus tertutup rapat, dan  ditempatkan di luar

rumah. Pengangkutan dilakukan oleh dinas pengelola sampah ke tempat pembuangan

akhir (TPA). Pemusnahan dan pengelolaan sampah dilakukan dengan berbagai cara

yakni, ditanam (Landfill), dibakar (Inceneration), dijadikan pupuk (Composting).Air

limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri dan pada

umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan zat yang

terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan

menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat. Syarat pengelolaan limbah yang baik

yaitu tidak mengkontaminasi sumber air minum, tidak mencemari permukaan tanah,

tidak mencemari air mandi, air sungai, tidak dihinggapi serangga, tikus dan tidak

menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor, tidak terbuka kena udara

luar sehingga baunya tidak mengganggu.Tidak hanya masalah kesehatan lingkungan,

kondisi lingkungan seperti keadaan perumahan juga merupakan salah satu faktor yang

menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Adapun syarat-syarat rumah yang

sehat yaitu ventilasi yang baik (Luas ventilasi kurang lebih 15-20% dari luas lantai

Page 13: Data Kontemporer

rumah), cahaya harus cukup, luas bangunan rumah yang optimum yaitu apabila dapat

menyediakan 2,5-3 m2 untuk tiap orang. Jika luas bangunan tidak sebanding dengan

jumlah penghuni maka menyebabkan kurangnya konsumsi O2, sehingga jika salah satu

penghuni menderita penyakit infeksi maka akan mempermudah penularan kepada

anggota keluarga lain.

3. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

DEMAM Berdarah Dengue (DBD) hampir setiap tahun menjadi momok yang

menakutkan di Indonesia. Saat musim hujan atau pancaroba datang, hampir dapat dipastikan

terjadi peningkatan jumlah penderita. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan yang

utama karena dapat menyerang semua golongan umur dan menyebabkan kematian,

khususnya pada anak. Gejalanya biasanya diawali dengan demam tinggi mendadak disertai

dengan pendarahan, kebocoran plasma dan berisiko menimbulkansyok.WHO

memperkirakan setiap tahunnya 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rumah

sakit, sebagian besar pasiennya adalah anak-anak. Sekitar 2,5% di antara pasien anak

tersebut diperkirakan meninggaldunia.DBD adalah salah satu varian klinis infeksi yang

ditandai oleh panas 2-7 hari disertai dengan gangguan hemostatik dan kebocoran plasma

yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Demam berdarah

dengue merupakan penyakit senantiasa ada sepanjang tahun di negeri kita, oleh karena itu

disertai penyakit endemis. Dari tahun ke tahun penyakit ini menunjukkan peningkatan

jumlah kasus, kelompok umur yang sering terkena adalah anak-anak umur 4-10 tahun,

walaupun dapat pula mengenai bayi di bawah umur 1 tahun. Akhir-akhir ini banyak juga

mengenai orang dewasa muda umur 18-25 tahun. Laki-laki dan perempuan sama-sama dapat

terkena tanpa terkecuali.

4. CIKUNGUYA

Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita,

yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur penderita

yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini menurut lembar

data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi

pada lutut, pergelangan kaki serta persendian tangan dan kaki. Selain kasus demam

Page 14: Data Kontemporer

berdarah yang merebak di sejumlah wilayah Indonesia, masyarakat direpotkan pula

dengan kasus Chikungunya. Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang

mencapai 39 derajat C, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari

kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik

kemerahan) pada kulit. Terdapat juga sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit

fotofobia.Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri sendiri dan akan sembuh sendiri.

Perawatan berdasarkan gejala disarankan setelah mengetepikan penyakit-penyakit lain

yang lebih berbahaya. Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada

tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB)

Chikungunya dilaporkan pada tahun 1982, Demam Chikungunya di Indonesia

dilaporkan pertama kali di Samarinda pada tahun 1973[1], kemudian berjangkit di Kuala

Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor

(2001). Sebuah wabah Chikungunya ditemukan di Port Klang di Malaysia pada tahun

1999, selanjutnya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Awal 2001, kejadian luar biasa

demam Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh. Disusul

Bogor bulan Oktober. Setahun kemudian, demam Chikungunya berjangkit lagi di

Bekasi (Jawa Barat), Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah). Diperkirakan sepanjang

tahun 2001-2003 jumlah kasus Chikungunya mencapai 3.918 jiwa dan tanpa kematian

yang diakibatkan penyakit ini.

Page 15: Data Kontemporer

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh

seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara

kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya

pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan

menghadapi peristiwa Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di

kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut,

dan kenaikan permukaan air laut.  Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan

udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya

berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-

pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang.  Ancaman lain yang dihadapi

masyarakat yaitu memburuknya kualitas air tanah, sebagai akibat dari masuknya atau

merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan,

sebagai akibat tergenang oleh air laut.

B. SARAN

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara

adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon,

terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang

sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam

kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang

mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali

karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain,

seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk

mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam

mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Page 16: Data Kontemporer