dasar teori
DESCRIPTION
dasar teoriTRANSCRIPT
DASAR TEORI
Ilmu kiimia adalah salah satu ilmu yang didasarkan pada hasil percobaan
dan/atau pengalaman di laboratorium, sehingga merupakan hal yang penting bagi
setiap mahasiswa untuk mengetahui dan memahami praktik-praktik di
laboratorium serta dapat menggunakan alat-alat praktikum secara benar.
Di dalam laboratorium kimia akan didapatkan berbagai macam alat
muali yang sederhana, misalnya alat-alat gelas sampai pada alat yang cukup
rumit, misalnya spektrofotometer, incubator, neraca analitik, dan sebagainya.
Selain itu terdapat alat-alat canggih yang digunakan serta memerlukan
keahlian tersendiri, misalnya kromotografi gas dan spektrofotometer NRM.
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau Praktikan,
dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan
lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan
kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya.
Selain itu, peralatan yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan
bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan
praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan
digunakan. Setiap percobaan kita selalu menggunakan peralatan yang berbeda
atau meskipun sama tapi ukurannya berbeda. Misalnya untuk mengambil larutan
dalam jumlah sedikit kita harus menggunakan gelas ukur bukan beaker glass
ataupun erlenmeyer karena ketelitian gelas ukur yang tinggi dan memang untuk
mengukur zat cair serta mudah digunakan, sedangkan beaker glass hanya sebagai
wadah atu tempat larutan atau sampel, meskipun terdapat skala pada beaker glass
namun skala ini tidak akurat dan tidak boleh digunakan untuk mengukur sampel
yang sangat sensituf. Begitu pula dengan prosedur percobaan yang lain, kita harus
bisa menyesuaikan dan menggunakan peralatan untuk praktikum tersebut.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara menggunakan alat
– alat tersebut dengan tepat sehingga tidak akan mengganggu kelancaran
praktikum dan tidak terjadi kecelakaan akibat dari kesalahan praktikan. Selain itu,
pengenalan alat ini sangat penting demi kelancaran praktikum kita selanjutnya.
Dalam sebuah praktikum, tentu saja praktikan tidak dapat secara langsung
menggunakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum tersebut tanpa
mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk menggunakannya.
Mengingat betapa pentingnya pengetahuan dan prosedur penggunaan
peralatan laboratorium, meka praktikum pengenalan alat laboratorium dirasa
penting agar setiap praktikum yang akan dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana
mestinya tanpa terjadi hal – hal yang tidak di inginkan.
Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami
cara kerja serta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk
menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari
masing-masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna
(Walton, 1998).
Penanganan bahan sebelum melakukan praktikum sangat mempengaruhi
hasil praktikum. Bahan yang mudah menguap diletakkan didalam wadah, bahan
kimia yang dapat menimbulkan bahaya sebaiknya disimpan dalam sebuah lemari
asam (Neilands, 1990).
Ada beberapa faktor yang sangat penting dalam mengetahui alat-alat yang
ada dilaboratorium, yaitu masalah alat-alat yang digunakan dan adanya ketelitian
praktikan dalam melakukan pengukuran dan perhitungan (Ibnu, 1976).
Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja
atau pemakainya yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan
fatal maupun sakit atau gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratorium
yang aman, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan, dan keracunan seseorang
dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efesien (Khasani, 1990).
Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat
gelas. Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan
tersebut dapat berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu
laboratorium dapat kita ciptakan apabila ada kemauan dari para pekerja,
pengguna, maupun kelompok pekerja laboratorium untuk menjaga dan
melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan yang terjadi dapat
berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Tujuan dari
praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam alat gelas
yang sering digunakan dalam laboratorium dan penggunaanya (Ginting, 2000).
DASAR TEORIIlmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan eksperimen. Oleh karena itu,
laboratorium akan sangat membantu dalam mempelajari ilmu kimia. Zat kimia yang terdapat di laboratorium ada yang bersifat racun, ada yang mudah terbakar dan ada yang sangat korosif dan sebagainya. Oleh karena itu, penanganannya harus hati-hati sesuai petunjuk. Dengan demikian pemakaian alat-alat kimia dilaboratorium yang sebagian terbuat dari gelas yang mudah pecah
II. Dasar Teori Sebelum melakukan penelitian, dilakukanlah pemilihan jenis alat yang akan digunakan dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Agar penelitian dapat berjalan lancar, haruslah kita mengenal alat-alat dan fungsinya.
Dasar TeoriDefinisi ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana benda atau materi di alam raya dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat-sifat tertentu menjadi bentuk-bentuk lain dengan sifat-sifat berbeda. Sebagai contoh, ilmu kimia memberikan pengetahuan yang memungkinkan untuk perubahan bentuk minyak alami menjadi berbagai bahan bakar dan sejumlah besar plastik, obat-obatan dan pestisida (Petrucci dkk, 1987: 1)
Praktikum di laboratorium merupakan sarana yang efektif untuk melatih dan
mengembangkan aspek kognitif dan psikomotorik praktikan serta jiwa kerjasama
antar praktikan. Pengamatan dan percobaan menghasilkan data kualitatif yang
didapat melalui pengukuran. Dalam mengukur harus memerhatikan keabsahan
yang menyangkut alat ukur, dan kuantitas pengukuran yang menyangkut
kecermatan dan ketelitian. Data hasil pengukuran harus menggunakan satuan
dengan aturan-aturannya (Tim Dosen Teknik Kimia, 2009:1).
Dalam praktikum, analisis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian.
Mahasiswa dengan meja praktikum yang tertib kecil kemungkinan
mencampuradukkan sampel, salah menambah reagensia, menumpahkan larutan
dan memecahkan alat kaca. Kerapian dalam laboratorium tentu saja harus melebar
mulai dari meja praktikumnya sendiri ke rak dimana tersedia bahan-bahan untuk
seluruh kelas. Banyak waktu terbuang untuk mencari sebuah benda kecil dalam
kumpulan alat kaca yang berantakan atau untuk mencuci suatu botol reagensia
tertentu yang salah ditaruh pada rak samping. Kerapian hendaknya mencakup juga
pemeliharaan perabot laboratorium yang permanen seperti oven, lemari asam, bak
meja. Bahkan korosif yang tumpah harus segera dikeringkan dari peralatan,
bangku ataupun lantai. Penting bahwa saluran pembuangan disterilkan dengan
mengguyur asam dan basa dengan banyak air (Day and Underwood, 1999:1)
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat kaca yang
tampaknya bersih belum tentu bersih dari sudut pandang seorang analisis.
Permukaan yang tampaknya tak ada kotoran sering masih tercemari oleh lapisan
tipis, tak tampak yang berminyak. Bila air dituangkan dari dalam suatu wadah
yang tercemar, air tidak terbuang secara seragam dari permukaan kaca, tetapi
menyisakan tetesan yang kecil, yang merepotkan atau kadang-kadang mustahil
dipulihkan. Alat kaca yang bisa dimasuki sikat seperti bekker dan erlenmeyer
paling baik dibersihkan dengan sabun atau detergen sintetik. Pipet, buret, atau
labu volumetri mungkin memerlukan larutan detergen panas untuk bisa benar-
benar bersih. Jika permukaan kaca itu masih membuang airnya secara seragam,
mungkin perlu digunakan larutan pembersih, yang sifat oksidasi kuatnya dapat
memastikan kebersihan permukaan kaca keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu
hendaknya dibilas beberapa kali dengan air kran, kemudian dengan sedikit air
suling, dan akhirnya mengering sendiri (Day and Underwood, 1999: 577-578).
Ketika mempelajari kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya
adalah fase yang homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen
yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan
komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solute.
Penerapan titrasi di dunia industri ada banyak sekali. Contohnya saja dalam
penetapan kadar vitamin C dalam tablet vitamin C dan penetapan kadar asam
dalam asam cuka, serta penentuan asam oksalat menggunakan permanganate.
Karena itu, praktikan tentunya harus tahu dan memahami bagaimana cara
menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.
Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan
diri praktikan. Dengan begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi juga
dalam praktik dan penerapannya. Sehingga nantinya praktikan dapat mengolah
bahan-bahan yang memiliki konsentrasi tinggi dan menguntungkan perusahaan,
sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran perusahaan.
Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang
lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun
untuk semua zat-zat komplek yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang
terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu
ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur dan senyawa dianggap zat murni
karena komposisiya dapat berubah-ubah (Brady, 1999: 35).
Bedasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang
homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk
satu fasa,yaitu mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian
dengan bagian yang lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut
larutan, contohnya air gula dan alkohol dalam air. Campuran heterogen adalah
campuran yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi.
Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang lebih besar
jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain
adalah zat terlarut (solute) (Syukri, 1999: 391).
Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut maupun pelarut, dikenal istilah
konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti
persen berat, persen volume, molaritas, molalitas, fraksi mol, normalitas dan
bagian persejuta.
Metode ilmiah lebih dari hanya sekedar pernyataan resmi dan langkah-
langkah yang selalu kita lakukan untuk memecahkan masalah secara logis.
Perhatikan misalnya, bagaimana montir mobil berusaha memperbaiki mobil yang
tidak mau hidup mesinnya bila distater. Mula-mula, penyebab yang jelas dari
masalah ini akan dilokalisir dengan cara mengamati hasil dari satu atau beberapa
percobaan. Selanjutnya bagian/alat yang diperkirakan penyebabnya diganti atau
dibetulkan dan kemudian di coba lagi menghidupkan mesin mobil tersebut. Bila
montir tersebut tepat memperkirakan penyebab masalah tersebut, mka perkerjaan
ini selesai. Jika tidak, maka dilakukan percobaan lainnya, kemudian mengganti
dan membetulkannya lagi sampai akhirnya mobil tersebut dapat berjalan kembali.
(Braddy, 1995: 2).
Bila kita memecahkan suatu masalah dalam ilmu pengetahuan, kita juga
akan melaksanakan kita juga akan melaksanakan langkah-langkah yang hampir
sama seperti ini. Oleh sebab itu langkah pertama dalam metode ilmu dapat disebut
penelitian dan observasi. Hal ini merupakan tujuan eksperimen yang dibuat di
laboratorium dimana sifat-sifat dapat diteliti dalam keadaan terkontrol, jadi hasil
eksperimen itu dapat diulangi atau diiru kembali (Braddy, 1999: 5).
Eksperimen dan praktek laboratorium merupakan bagian dari pengajaran
sains ini. Bekerja di laboratorium sains adalah suatu hal yang melibatkan benda
nyata dan juga mengamati perubahan yang diamati. Ketika sains bergerak
melampaui dunia pengalaman menuju generalisasi yang lebih abstrak yang
memungkinkan penjelasan dan peramalan, pengalaman secara dekat adalah titik
awal untuk generalisasi ilmiah dan pembuatan teori. Sehingga praktik
laboratorium dan eksperimen merupakan bagian yang esensial dalam pengajaran
sains sebagai produk ini (Wahyudi, 2011).
Pengajaran metode sains melalui metode praktik laboratorium dapat
berperan sebagai (Wahyudi, 2011):
1. Untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimensi daripada sekedar
penjelasan tertulis.
2. Persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks
3. Untuk memberkan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan untuk
melath penggunaan alat-alat laboratorium beserta teknik-teknik penggunaannya.
4. Untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teori-teori ilmiah.
Oleh karena itu pengajaran sains buku teks memerlukan berbagai
pendekatan praktek yang beragam dan cocok dalam pemakaian metode praktek
laboratorium. Karena sebelum memulai melakukan praktik di laboratorium,
praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar
yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan dilaboratorium.
Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan dalam praktikum
(Laboratorium Kimia SMA YPPI, 2011):
1. Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses
reparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
2. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan
untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan miniskus pada
saat pembacaan skala.
3. Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup
besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan
kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
4. Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu
melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu
menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
5. Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastik. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan
untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
6. Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan
untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan
mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
7. Erlenmeyer
Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut
(ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-
kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.
8. Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia
dalam jumlah sedikit.
9. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung
reaksi.
10. Kawat Kasa
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas
dengan alat pemanas/kompor listrik.
11. Penjepit
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan,
atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisipanas.
12. Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat bantu mengambil bahan padat
atau kristal.
13. Kertas Lakmus
Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah
dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Fenolftalein
(PP), Metil Jingga (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau
mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
14. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
15. Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.
16. Pipet Tetes
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
17. Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
18. Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk
mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump
untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
19. Pipet Gondok
Pipet digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan
label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah
pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
20. Buret
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk
menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
Dalam praktikum analis yang baik biasanya cermat dalam hal kerapian.
Kerapian hendaknya mencakup juga pemeliharaan perabot-perabot laboratorium
yang permanen seperti oven, lemari asam dan bak meja. Bahkan korosif yang
tumpah harus segera dibersihkan dari peralatan, bangku ataupun lantai. Penting
bahwa saluran pembuangan di sterilkan dengan mengguyur asam dan basa dengan
banyak air (Underwood, 1991: 1).
Analisis tidak boleh dilakukan dengan alat kaca yang tidak bersih. Alat
kaca yang bisa dimasuki sikat seperti beker dan erlenmeyer paling baik
dibersihkan dengan sabun, deterjen sintetik atau pembersih sintetik lainnya. Pipet,
buret, tabung reaksi atau labu volumetrik mungkin memerlukan deterjen panas
untuk bisa benar-benar bersih dan hilang atau hilang semua bekas kotoran yang
menempel. Jika permukaan kaca belum membuang airnya secara keseluruhan,
perlu digunakan larutan pembersih yang sifat oksidasinya kuat sehingga dapat
memastikan kebersihan kaca secara keseluruhan. Setelah dibersihkan, alat itu
dibilas dengan air kran, kemudian dengan sedikit air suling dan biarkan
mengering sendiri tanpa di lap (Underwood, 1991: 578).
Maksud penyaringan adalah untuk memisahkan endapan dari larutan induk
dan kelebihan reagensia. Umumnya digunakan kertas saring yang tekstur
kehalusannya sedang. Tepi kertas saring hendaknya 1 cm dari bagian tepi atas
corong (Vogel, 1994: 72).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Deskripsi Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Neraca Analitis
- Kaca Arloji
- Sendok
- Gelas Beker
- Pengaduk Gelas
- Corong
- Kertas Saring
- Buret
- Statip
- Erlenmeyer
- Labu Ukur
- Pipet Gondok
- Kolom Vigraux
- Soxhlet
- Kondensor
- Separator
- Pipet Mohr
- Propipet
- Botol Semprot
- Aluminium Foil
- Botol Semprot
- Aluminium Foil
- Botol Terang
- Botol Gelap
- pH Indikator
- Tabung Reaksi
- Gelas Ukur
- Rak Tabung Reaksi
- Pinggan Porselen
- Pembakar Gas
- Kaki Tiga
- Kasa
- Pemanas Mantel
- Labu Didih
- Piknometer
- Kompor Listrik
- Pipet Tetes
- Bunsen
- Gegep
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
- Akuades
- KMnO4
- HCl Larutan
- NaOH serbuk
- CaCO3 serbuk
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penimbangan dan Pembuatan Larutan
1 Mengambil gelas arloji, kemudian memasukkan ke dalam neraca analitis.
2 Mengalibrasi gelas arloji.
3 Mengambil padatan CaCO3, kemudian meletakkan ke atas gelas arloji sedikit
demi sedikit hingga mencapai 3 g.
4 Mengambil kembali padatan CaCO3 yang telah ditimbang, lalu memasukkan ke
gelas beker.
5 Mencampur padatan CaCO3 dengan akuades, kemudian mengaduk menggunakan
pengaduk.
6 Mengamati endapan yang terjadi.
3.3.2 Penyaringan
1. Mengambil kertas saring.
2. Melipat kertas saring menjadi ¼ bagian, kemudian melipat lagi hingga 2-3
lipatan.
3. Meletakkan kertas saring yang telah dilipat pada dinding corong dengan
membasahinya dengan menggunakan Akuades.
4. Meletakkan corong yang telah ditempeli kertas corong diatas gelas piala.
5. Memasukkan CaCO3 secara merata pada corong.
6. Menuangkan sedikit demi sedikit larutan CaCO3 dengan gerakan memutar pada
kertas corong hingga semua endapan CaCO3 dalam gelas beker habis.
3.3.3 Pengenceran
Pengenceran larutan HCl
1. Mengambil 5 ml HCl dengan menggunakan pipet gondok berukuran 5ml.
2. Memasukkan 5 ml HCl ke labu ukur berukuran 100ml.
3. Memasukkan Akuades ke labu ukur yang sudah diisi 5ml HCl hingga miniskus
bawah Akuades mencapai tanda tera 100ml pada labu ukur.
4. Menutup labu ukur, kemudian mengocok labu ukur sebentar
Pengenceran larutan NaOH
1. Mengambil padatan NaOH 8 g.
2. Memasukkan padatan NaOH ke dalam Erlenmeyer 100ml.
3. Memasukkan Akuades ke dalam Erlenmeyer yang berisi padatan NaOH sampai
keduanya tercampur.
4. Mengencerkan dan mengocok agar keduanya homogen dan menjadi larutan
NaOH 100ml 2 M
3.3.4 Titrasi
1. Memasang buret pada statip.
2. Meletakkan labu Erlenmeyer dibawah buret yang sudah dipasang statip.
3. Memasukkan Akuades ke dalam buret hingga volumenya sedikit lebih banyak
diatas angka nol.
4. Mengeluarkan Akuades dari buret sampai bagian bawah buret terisi dan sampai
permukaan Akuades sejajar angka nol
5. Memasukkan Akuades pada Erlenmeyer kemudian goyangkan
6. Memasukkan Akuades dan serbuk KMnO4 pada gelas beker untuk membuat
larutan KMnO4
7. Mengulangi langkah-langkah 16 untuk menitrasi larutan KMnO4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1.1 Macam-macam alat laboratorium dan fungsinyaNo. Gambar Keterangan1. Kolom Vigraux
Alat yang digunakan dalam proses destilasi.
2. PropipetDigunakan sebagai penghisap yang dapat disambung pada pipet (mohr dan gondok).
3. SoxhletDigunakan untuk proses pemisahan suatu bahan alam dengan pelarut organik berdasar massa jenis.
4. Kompor ListrikDigunakan untuk memanaskan bahan-bahan.
5.
(a)
(a) Pipet GondokDigunakan untuk mengambil larutan dengan volume yang tepat
(b) Pipet MohrDigunakan untuk mengukur volume larutan lebih tepat dari gelas ukur.
(b)6. Rak Tabung Reaksi
Untuk menyimpan tabung reaksi.7. Batang Pengaduk Kaca
Untuk mengaduk suatu campuran agar merata sehingga reaksi lebih sempurna.
8. BuretDigunakan untuk titrasi dengan variabel volume titran yang dapat diubah-ubah.
9. SeparatorDigunakan sebagai pemisah larutan berdasarkan berat jenisnya.
10. Corong KacaSebagai alat bantu dalam penuangan larutan kedalam botol yang mulutnya kecil.
11. Kaki TigaSebagai penyangga/tungku pada pembakaran
12. Cawan PorselenDigunakan untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi.
13. Kasa AsbesSebagai alat untuk membantu meratakan pemanasan ke seluruh bagian bawah alat yang dipanaskan.
14. Tabung ReaksiTerbuat dari kaca, digunakan untuk mereaksikan zat dalam jumlah sedikit.
15. Aluminium FoilDigunakan untuk menutup gelas yang mengandung larutan yang mudah menguap.
16. Gelas BekerDigunakan untuk menyimpan zat sementara serta pemanasan.
17. ErlenmeyerDigunakan untuk pengukuran volume tidak tahan panas.
18. Gelas UkurDigunakan untuk pengukuran volume tidak
tahan panas.19. Labu Ukur
Digunakan untuk membuat larutan standar. Juga bisa digunakan untuk pengenceran.
20. pH IndikatorDigunakan untuk mengukur pH suatu larutan dengan cara dicelupkan ke cairan yang akan di uji pH nya.
21. GegepDigunakan untuk pengambilan alat-alat yang tidak bisa diambil langsung dengan tangan, misalnya tabung reaksi yang sedang dipanaskan.
22. Bunsen BurnerSebagai pemanas dengan bahan bakar, diletakkan dibawah kaki tiga.
23.(a)
(b)
(a) Botol GelapUntuk menyimpan zat yang tidak tahan terhadap cahaya, oksidasi, dan lainnya.
(b) Botol TerangUntuk menyimpan zat yang tahan cahaya.
24. PiknometerUntuk mengukur berat jenis suatu zat.
25. KondensorDigunakan sebagai pendingin uap panas dalam proses destilasi.
26. Kertas SaringUntuk menyaring larutan yang ingin dipisahkan endapannya.
27. Labu DidihUntuk tempat mendidihkan suatu larutan.
28. Pemanas MantelUntuk memanaskan suatu larutan yang ada pada suatu wadah (contoh: labu didih).
29. StatipUntuk menegakkan buret.
30. Neraca AnalitisUntuk menimbang berat suatu benda dengan ketepatan 4 angka dibelakang koma.
31. Gelas ArlojiUntuk membantu menimbang padatan.
32. Botol SemprotUntuk menyimpan akuades yang berfungsi sebagai pembersih alat-alat gelas dan pembasah kertas saring agar melekat pada corong pada saat ingin melakukan penyaringan.
4.2 Pembahasan
Berikut akan diuraikan pembahasan tentang hasil percobaan ini yang
berjudul pengenalan alat-alat laboratorium. Tujuan diadakannya laboratorium ini
adalah agar setiap praktikan mampu mengenal dan memahami fungsi, cara
penggunaan serta perbedaan berbagai alat yang ada dilaboratorium. Dan
diharapkan agar nantinya praktikan tidak canggung lagi di laboratorium.
Dalam percobaan yang telah dilakukan, terdapat berbagai macam alat,
berikut akan diuraikan pengkategorian dan penanganan alat-alat yang ada di
laboratorium berdasarkan kemampuan yang dimiliki alat untuk mendukung
berbagai proses yang dilakukan dalam percobaan kimia ini. Alat-alat pemanasan
terdiri atas pembakar gas, pembakar spiritus, pemanas mantel, kompor listrik, kaki
tiga, kasa, gelas beker, tabung reaksi, labu didih, penjepit. Untuk alat-alat
penimbangan terdiri atas labu ukur, labu erlenmeyer, pipet gondok, gelas beker.
Dan terakhir untuk alat titrasi terdiri atas statip, buret, labu erlenmeyer dan
corong.
Saat praktikum, baik sebelum atau sesudahnya, semua alat yang digunakan
mesti dicuci. Ini bertujuan agar alat tetap steril sehingga menunjukkan hasil kerja
yang maksimal. Cara mencucinya adalah dicuci dengan sabun, kemudian diguyur
dengan air kran hingga bersih, dibilas dengan akuades dan dikeringkan dengan lap
dan tisu.
Dilaboratorium, bahan-bahan kimia tertentu mesti disimpan dalam botol
gelap untuk menghindari bereaksinya bahan ketika terkena cahaya, contohnya
adalah hidrogen peroksida. Tetapi, jika suatu bahan tidak sensitif dengan cahaya
maka dapat disimpan dalam botol terang, misalnya H2SO4.
Dalam kegiatan pemanasan, sebelum meletakkan kaca diatas alat pemanas,
harus diletakkan kasa terlebih dahulu. Ini dimaksudkan agar pemanasan dapat
merata sehingga memberi hasil yang maksimal. Pada penggunaan pipet, tangan
tidak boleh memegangi tabung, tapi cukup dipegang pada pipet pump, ini
dilakukan untuk menghindari lepasnya tabung dari pipet pump. Untuk jepit statip
dan bagian buret yang akan dijepit harus dililit tisu untuk menghindari pecahnya
tabung saat sekrup setiap dikencangkan.
Di praktikum kali ini, terdapat kegiatan penimbangan CaCO3. Sebelum
menimbang, semua alat seperti gelas arloji, sendok, sudip harus sudah dicuci
bersih dan dikeringkan. Ini dilakukan agar tidak ada kekeliruan saat penimbangan
dikarenakan alat-alat yang tidak bersih. Setelah itu pastikan penimbangan
dilakukan secermat mungkin dan tidak berhamburan. Dengan begitu percobaan
akan memberikan hasil yang maksimal pada praktikan. Prinsip penimbangan
adalah memanfaatkan neraca dan gaya gravitasi untuk mencari tahu massa suatu
benda.
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan suatu endapan dari larutan,
dalam percobaan kali ini yang digunakan adalah larutan CaCO3. Larutan ini
disaring dengan kertas saring yang ditempel pada corong. Endapan larutan
CaCO3, nantinya akan tersangkut pada kertas saring, tidak ikut jatuh kembali ke
dalam larutan, karena molekulnya lebih besar daripada pori-pori kertas saring,
endapan larutan CaCO3 berwarna putih. Gerakan yang dilakukan saat menuang
larutan adalah gerakan memutar. Ini bertujuan agar endapan CaCO3 tidak
menumpuk disatu titik saja sehingga dapat menyebabkan kertas saring robek. Saat
menuang larutan, corong tidak boleh digoyangkan, karena juga dapat
menyebabkan kertas saring robek.
Prinsip penyaringan adalah menahan partikel yang lebih besar dibanding
zat cari yang melarutkannya melalui sebuah media. Media yang dipakai disini
adalah kertas saring, saat melakukan penyaringan, larutan dituang sedikit demi
sedikit untuk menghindari tumpahnya larutan dan robeknya kertas saring yang
dipakai.
Prinsip pengenceran yaitu penambahan zat pelarut kedalam suatu larutan
agar menghasilkan kadar yang berbeda. Pada percobaan ini bahan yang digunakan
adalah HCL dan NaOH. HCl semula memiliki molaritas 1 M berubah menjadi
0,05 M. Sedangkan percobaan satunya mencari massa NaOH bila yang diketahui
molaritas NaOH 2 M dan volume 100ml, setelah dilakukan perhitungan didapat
massa NaOH gram.
Larutan-larutan yang tersedia didalam laboratorium umumnya terdapat
dalam bentuk larutan yang pekat. Dalam percobaan ini, yang diencerkan adalah
HCl dan juga menggabung akuades dengan padatan NaOH didalam labu ukur
kemudian mengocok kedua bahan dalam labu takar sampai tercampur.
Penambahan akuades ini mengakibatkan volume larutan diperbesar tetapi
konsentrasi tambah kecil. Selain cara tadi pengenceran dapat dilakukan dengan
cara terlebih dahulu menentukan konsentrasi dan volume larutan yang akan
dibuat.
Cara pengenceran juga termasuk penggunaan alat yaitu labu takar,
dihitung jumlah zat yang akan diencerkan kemudian ke dalam labu ukur zat
terlarut yang akan diencerkan kemudian kedalam labu ukur zat terlarut yang akan
diencerkan diatas dan ditambah akuades sampai tanda batas yang terdapat pada
labu. Pada dasarnya semua pengenceran dilakukan dengan memakai labu ukur
karena di alat tersebut terdapat tanda patas yang mengandung arti sebatas mana
akuades harus ditambah . sebelum pengenceran dilakukan, kadar solute yang akan
diencerkan harus dihitung terlebih dahulu.
Pada percobaan titrasi dipelajari tentang cara menentukan konsentrasi
suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar
yang udah diketahui. Larutan yang dipergunakan untuk penggunaan larutan yang
tidak diketahui konsentrasinya, dalam percobaan ini akuades dan KMnO4,
diletakkan didalam buret. Larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran
atau titrator. Larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di
erlenmeyer, disebut sebagai analit.
Saat mengisi buret, isilah agar seluruh bagian buret terisi penuh tetapi
dengan keadaan miniskus sejajar dengan skala ukur nol. Cara pembacaan
miniskus, skala dan pandangan mata harus sejajar. Jika larutan berwarna gelap
seperti KMnO4, maka baca bagian atas miniskus, karena bagian bawah tidak
kelihatan. Jika larutan bening, baca miniskus bawah untuk mengetahui
volumenya. Gaya yang menyebabkan miniskus cekung dan cembung adalah gaya
kohesi dan adhesi. Gaya adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang
terjadi antara benda-benda yang bersentuhan, misalnya miniskus bawah
(cembung), itu disebabkan gaya adhesi molekul zat cair dengan molekul wadah
lebih besar dari gaya kohesi antar molekul zat cair. Sedang gaya kohesi adalah
gaya tarik menarik antar molekul yang sama, salah satu aspek yang
mempengaruhinya adalah kerapatan dan jarak antar molekul yang terdapat
didalam suatu benda, seperti pembacaan miniskus cembung, hal itu disebabkan
gaya kohesi zat cair lebih besar dari adhesi antar zat cair dan wadah/volume
bejana.
Dalam menitrasi, titran ditambah sedikit demi sedikit pada analit sampai
diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara ekuivalen dengan analit, artinya
semua titran bereaksi dengan analit keadaan ini disebut titik ekuivalen. Titik
ekuivalen dapat ditentukan dengan berbagai cara, cara yang umum adalah
menggunakan indikator. Indikator akan berubah warna dengan adanya
penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung
menghentikan proses titrasi. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya
perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi.
Prinsip titrasi adalah, kadar suatu larutan A ditentukan dengan
menggunakan larutan B dan sebaliknya. Titran ditambah titer sedikit demi sedikit
sampai mencapai keadaan ekuivalen. Keadaan ini disebut titik ekuivalen. Pada
titik ini titrasi dihentikan, kemudian dicatat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran, volume dan
konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titran.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Setiap kali melakukan praktikum kita harus mengenal dan memahami cara
penggunaan alat yang dipakai saat praktikum.
2. Jika larutan berwarna gelap, maka miniskus yang dibaca adalah miniskus atas.
Jika larutan tidak berwarna atau bening, maka miniskus yang dibaca adalah
miniskus bawah.
3. Penimbangan dilakukan untuk mengetahui massa suatu zat.
4. Pengenceran adalah kegiatan untuk memperbesar konsentrasi dan volume.
5. Penyaringan adalah untuk memisahkan endapan dan larutan
6. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan menggunakan suatu larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan agar semua praktikum menguasai materi
percobaan dan cermat serta teliti agar mendapat hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1994. “Kimia Universitas Edisi Kelima”. Jilid Pertama. Penerbit
Erlangga: Jakarta.
Day, R.A. Jr and, A. L. Underwood. 1998. “Analisis Kimia Kualitatif”. Edisi Revisi
Terjemahan. R.Soendoro dkk. Erlangga: Jakarta.
Laboratorium Kimia SMA YPPI. 2011. “Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Kimia”
http://chemistrylaboratorysma1.blogspot.com/2009/8/pengenalan-alat-alat-
laboratorium-kimia.html
Diakses tanggal 19 September 2011
Vogel. 1990. “Buku Teks Analisis Organik dan Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro Revisi G. Svehla Terjemahan Ir. L. Setrono dan Dr. A. Haelyana
Pudjaatmaka”. PT Kalman Media Pustaka: Jakarta.
Wahyudi, Adi Ribut. 2011. “Pengajaran Sains di Laboratorium”.
http://yudhiart.blogspot.com/2011/02/pengajaran-sains-di-laboratorium.html
Diakses tanggal 19 September 2011.