danti firda nur_1306370890
DESCRIPTION
aaaTRANSCRIPT
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 1
TUGAS REVIEW JURNAL
Penggunaan Kultur Starter Bakteri Asam Laktat
pada Pengolahan Sosis Fermentasi Ikan Lele Dumbo yang Diinfeksi
Listeria monocytogenes ATCC-1194
Disusun oleh :
Danti Firda Nur
1306370890
PRORGAM STUDI TEKNOLOGI BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2015
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 2
KATA PENGANTAR
Segala dan syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah kultur sel ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya.
Penyelesaian makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan selama mengerjakan penulisan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penulisan
ini. Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dianursanti S.T., M.T. dan Bapak Dr. Saptowo
Jumali Pardal selaku dosen pengajar kultur sel, karena telah memberikan pengarahannya kepada
saya. Saya ucapkan terima kasih kepada para anggota penyusunan makalah, karena berkat bantuan
mereka, makalah ini dapat selesai.
Akhir kata semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Depok,8 Desember 2015
Penulis
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 3
DAFTAR ISI
Lembar Judul ............................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ..............................................................................................................................2
Daftar Isi ..............................................................................................................…………….....3
Daftar Tabel ................................................................................................................................. 4
RINGKASAN ............................................................................................................................. 4
BAB 1 : PENDAHULUAN ..................................................………...………....……………... 5
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 5
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 6
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................................................7
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA…………………......................................................………. 8
2.1 Pediococcus acidilacti………………………………..……....................................................8
2.2 Lactobacillus casei..................................................................................................................9
2.3 Listeria monocytogenes........................................................................................................ 11
BAB 3 : METODELOGI PENELITIAN………………….................................................… 12
3.1 Kultur Sel Bakteri……………………………………..……..................................................13
3.2 Preparasi Sosis…….............................................................. ................................................ 14
3.3 Analisis Biopreservatif….......................................................................................................15
3.4 Analisis Hasil………………………………………………………………………………..16
BAB 4 : HASIL & PEMBAHASAN………………………………………………………….. 17
BAB 5 : PENUTUP …………………………………………………...………………………. 24
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 24
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 4
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....………........ 25
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Data kadar senyawa volatil dan asam lemaksosis fermentasi ikan lele dumbo pada ahir
inkubasi.....................................................................................................................................19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Diagram alir metode penelitian…………………………………………………13
Gambar 2. Plot kuadrat penghambatan kelangsungan hidup (log) Listeria monocytogenes
terhadap rasio C15:0/C17…………………………………………………………………21
Gambar 3. Koloni Listeria monocytogenes pada media blood agar………………………..22
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 5
RINGKASAN
Penggunaan biopreservatif bakteri asam laktat pada bahan makanan sangat efektif
dalam mengontrol pertumbuhan bakteri patogen dan mikroorganisme pembusuk.
Bakteri asam laktat pada produk fermentasi, selain berperan sebagai biopreservatif
juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas nutrisi bahan mentah yang
difermentasi. Penelitian ini merupakan kajian tentang penggunaan kultur starter
Pediococcus acidilactici; Lactobacillus casei; dan kombinasi Pediococcus
acidilactici dan Lactobacillus casei; serta tanpa starter kultur sebagai kontrol,
terhadap karakter biopreservatif sosis fermentasi ikan lele dumbo yang diinfeksi
Listeria monocytogenes selama pematangan 28 hari pada suhu inkubasi 15-22 °C.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui komponen biopreservatif yang dihasilkan
didominasi oleh senyawa alkohol, keton, asam-asam lemak, ester dari asam lemak,
fenol, benzene, dan senyawa volatil lain. Fenol merupakan senyawa yang
terbanyak. Semakin besar rasio C15:0/C17:0 dalam sosis fermentasi ikan lele
dumbo, pertumbuhan Listeria monocytogenes makin sedikit. Sosis yang
difermentasi menggunakan kombinasi Pediococcus acidilactici dan Lactobacillus
casei starter memiliki rasio C15:0/C17:0 terbesar, dan mampu mematikan
pertumbuhan Listeria monocytogenes. Rasio C15:0/C17:0 dengan nilai 79,84
merupakan dosis yang mematikan bagi Listeria monocytogenes pada suhu inkubasi
15-21,2 °C secara in vitro.
Kata kunci: BAL, biopreservatif, Ikan Lele Dumbo, Listeria monocytogenes
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosis ikan merupakan sebuah produk, yang berasal dari daging ikan segar
dicampur dengan beberapa aditif, kemudian dimasukkan ke dalam casing dan
diproses melalui pemanasan.Pengolahan sosis ikan mulai berkembang pesat pada
tahun 1950 sampai 1975 di Jepang, dan merupakan pengembangan dari industri
kamaboko. Perlakuan panas yang diberikan pada pengolahan sosis ikan pada suhu
88 – 90°C selama 45 menit, belum cukup untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan spora bakteri pembusuk, sehingga pada era tahun 1980
dikembangkan penggunaan suhu tinggi, namun masih terjadi hambatan terutama
biaya yang sangat tinggi dan menurunnya karakter tekstur produk
akhir.Penggunaan strain bakteri penghasil bakteriosin sebagai kultur starter atau
protektif kultur, akhir-akhir ini banyak dikembangkan dan mampu mengontrol
keberadaan bakteri patogen maupun bakteri pembusuk dalam produk pangan siap
saji (Hugas, 1995). Kultur strain yang digunakan sebagian besar berasal dari bakteri
asam laktat, antara lain Lactobacillus, Pediococcus, Lactococcus, Leuconostoc, dan
Carnobacterium, tetapi penggunaan kultur starter BAL yang tidak tepat belum
mampu menghambat pertumbuhan Listeria monocytogenes pada sosis Penggunaan
biopreservatif bakteri asam laktat ke dalam sistem pangan terlihat sangat efektif
dalam mengontrol pertumbuhan bakteri patogen dan mikroorganisme pembusuk.
Bakteri asam laktat pada produk fermentasi, selain berperan sebagai biopreservatif
juga penting peranannya dalam meningkatkan kualitas nutrisi bahan mentah yang
difermentasi.Penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri patogen dan pembusuk
diakibatkan oleh biopreservatif yang diproduksi bakteri asam laktat, seperti asam
laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin. Bakteri yang
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 7
memproduksi bakteriosin sebagai antimikroba terhadap Listeria monocytogenes
diantaranya Lactococcus lactis, Lactobacillus bavaricus, Lactobacillus reuteri,
Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus curvatus, Lactobacillus sake,
Lactobacillus plantarum, Leuconostoc carnosum, Leuconostoc mesenteroides,
Carnobacterium piscicola, Pediococcus acidilactici, Propionibacterium thoenii,
dan Enterococcus spp. Penelitian ini merupakan kajian tentang penggunaan kultur
starter Pediococcus acidilactici 0094<TGA-3; actobacillus casei NRRL-B1992;
dan kombinasi Pediococcus acidilactici 0094<TGA-3 dan Lactobacillus casei
NRRL-B1992; serta tanpa starter kultur sebagai kontrol, terhadap karakter
biopreservatif sosis fermentasi ikan lele dumbo yang diinfeksi Listeria
monocytogenes ATCC-1194 selama 28 hari pada suhu inkubasi 15-22 °C.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mereview jurnal yang berjudul
“Penggunaan Kultur Starter Bakteri Asam Laktat pada Pengolahan Sosis
Fermentasi Ikan Lele Dumbo yang Diinfeksi Listeria monocytogenes ATCC-1194”
serta memberikan penjelasan mengenai metode peneltian beserta hasil penelitian
dalam penggunaan kultur starter bakteri asam laktat pada pengolahan sosis
fermentasi ikan lele dumbo yang telah diinfeksi oleh Listeria monocytogenes
ATCC-1194
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan yang digunakan dalam melakukan kultur starter bakteri asam
laktat pada pengolahan sosis fermentasi ikan lele dumbo yang telah diinfeksi
oleh Listeria monocytogenes ATCC-1194
2. Metode-metode apakah yang digunakan dalam melakukan kultur kultur starter
bakteri asam laktat pada pengolahan sosis fermentasi ikan lele dumbo yang
telah diinfeksi oleh Listeria monocytogenes ATCC-1194
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 8
3. Bagaimana hasil akhir dari teknik kultur kultur starter bakteri asam laktat pada
pengolahan sosis fermentasi ikan lele dumbo yang telah diinfeksi oleh Listeria
monocytogenes ATCC-1194
4. Potensi pengembangan kultur starter bakteri asam laktat pada pengolahan sosis
fermentasi ikan lele dumbo
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan sangatlah menentukan hasil akhir dari penyajian makalah
tersebut. sehingga diperlukan metode penulisan yang baik dan sistematis untuk
memudahkan pembaca dalam memahaminya. Metode penulisan yang digunakan
dalam makalah ini adalah metode review dari jurnal ilmiah serta metode studi
literatur yang bersumber dari jurnal ilmiah yang berasal dari internet beserta dari
sumber lain.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pediococcus acidilactici
Pediococcus acidilactici adalah spesies kokus gram positif yang sering
ditemukan berpasangan atau tetrad. Pediococcus acidilactici adalah bakteri homo
fermentatif yang dapat tumbuh di berbagai tekanan pH, suhu dan osmotik, sehingga
mampu menjajah saluran pencernaan.Pediococcus acidilactici telah muncul sebagai
probiotik potensial yang telah menunjukkan hasil yang menjanjikan pada hewan
percobaan dan manusia, meskipun beberapa dari hasilnya terbatas. Mereka
umumnya ditemukan dalam sayuran difermentasi, produk susu fermentasi dan
daging.Pediococcus acidilactici adalah anaerob fakultatif yang tumbuh dengan baik
pada MRS (deMann, Rogosa, Sharpe) agar-agar dari pH optimum 6,2, dengan
inkubasi semalam pada 37 derajat Celcius dan 45 derajat Celcius. Mereka juga
layak pada suhu tinggi hingga 65 derajat Celcius .Pediococcus acidilactici juga
bakteri acidophilic yang layak pada pH yang sangat rendah. Itu, probiotik
Pediococcus acidilactici adalah anaerob fakultatif dengan sensitivitas yang lebih
rendah untuk oksigen. Pediococci mengerahkan antagonisme terhadap
mikroorganisme lainnya, termasuk patogen enterik, terutama melalui produksi
asam laktat dan sekresi bakteriosin dikenal sebagai pediocins.Pediococcus
acidilactici memiliki berbagai manfaat potensial yang masih sedang dipelajari.
Meskipun digunakan sebagai suplemen probiotik dalam mengobati sembelit, diare,
menghilangkan stres, meningkatkan respon imun antara burung dan binatang kecil.
Pediococcus acidilactici belum dinyatakan dalam literatur memiliki efek beracun.
Manfaat lain potensi menggunakan mereka sebagai Probiotik adalah
penggunaannya sebagai obat alternatif terhadap patogen parasit menular seperti
Eimeria pada broiler-ayam
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 10
2.2 Lactobacillus casei
Lactobacillus casei adalah bakteri Gram-positif, anaerob, tidak memiliki
alat gerak, tidak menghasilkan spora, berbentuk batang dan menjadi salah satu
bakteri yang berperan penting. Lactobacillus adalah bakteri yang bisa memecah
protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong penyerapan elemen
penting dan nutrisi seperti mineral, asam amino, dan vitamin yang dibutuhkan
manusia dan hewan untuk bertahan hidup (Damika, 2006). Lactobacillus casei
adalah bakteri anaerobik fakultatif atau mikroaerofilik. Genus bakteri ini
membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam laktat, dinamakan demikian
karena kebanyakan anggotanya dapat merubah laktosa dan gula lainnya menjadi
asam laktat. Kebanyakan dari bakteri ini umum dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
Dalam manusia, bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina dan sistem
pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora
usus. Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan
materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam laktatnya membuat
lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri
merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memiliki genom sendiri.Bakteri ini
berukuran 0,7 – 1,1 x 2,0 – 4,0 µm dan merupakan bakteri yang penting dalam
pembentukan asam laktat. Seperti bakteri asam laktat lain, Lactobacillus casei
toleran terhadap asam, tidak bisa mensintesis perfirin, dan melakukan fermentasi
dengan asam laktat sebagai metabolit akhir yang utama. Bakteri ini membentuk
gerombolan dan merupakan bagian dari spesies heterofermentatif fakultatif,
dimana bakteri ini memproduksi asam laktat dari gula heksosa dengan jalur
Emblen-Meyerlhof dan dari pentose dengan jalur 6-fosfoglukonat, fosfoketolase.
pertumbuhan Lactobacillus casei pada suhu 15oC, dan membutuhkan riboflavin,
asam folat, kalsium pantotenat, dan faktor pertumbuhan lain.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 11
Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan bisa
diisolasi dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan
fermentasi. Dari segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam
probiotik manusia, kultur starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan
kultur khas untuk intensifikasi dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas
keju yang dibubuhi bakteri.Lactobacillus casei diduga dapat mengontrol organisme
yang dapat menimbulkan efek toksik di dalam saluran pencernaan manusia,
diantaranya yaitu Escherichia coli. Lactobacillus casei adalah suatu jasad renik
jenis temporer penghasil asam laktat, Lactobacillus casei dapat ditemukan di mulut
dan di usus manusia. Selain itu bakteri Lactobacillus casei dapat menghalangi
pertumbuhan H. pylori, dan membantu microflora di usus besar.Menurut
Margawani (1995) bakteri Lactobacillus casei Shirota strain adalah galur unggul
yang mudah dan cocok untuk dikembangbiakkan dalam minuman dasar susu.
Selain bakteri ini mampu bertahan dari pengaruh asam lambung, juga mampu
bertahan dalam cairan empedu sehingga mampu bertahan hidup hingga usus halus.
Peranan lain terhadap kesehatan manusia adalah untuk memperbaiki penyerapan
kalsium pada usus, melancarkan buang air besar, penyerapan bahan karsinogenik,
membunuh bakteri patogen dan bersifat anti tumor. Dijelaskan pula oleh Hull et.
al. (1992) bahwa bersama dengan Bifidobacterium sp, dapat memberi efek
menguntungkan pada induk semang dengan meningkatkan keseimbangan
mikroorganisme dalam saluran pencernaan.Kecepatan pertumbuhan bakteri
Lactobacillus casei Shirota strain berkisar 50 Dornic atau 0,5% asam laktat setelah
48 jam. Lactobacillus casei Shirota strain berbentuk batang tunggal dan termasuk
golongan bakteri heterofermentatif, fakultatif, mesofilik, dan berukuran lebih kecil
dari pada Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus acidophillus, dan Lactobacillus
helveticus. Lactobacillus casei Shirota strain akan merubah ribosa menjadi asam
laktat dan asam asetat, perubahan ribosa diinduksi oleh faseketolase.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 12
2.3 Listeria monocytogenes
Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) diklasifikasikan sebagai
bakteri gram-positif, dan bergerak menggunakan flagella. Penelitian menunjukkan
bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L. monocytogenes di dalam ususnya.
Bakteri ini juga telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies mamalia, baik hewan
piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung, dan mungkin
pada beberapa spesies ikan dan kerang. Bakteri ini terdistribusi luas dilingkungan,
dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang
diawetkan dengan fermentasi (silage), dan sumber-sumber alami lainnya seperti
feses ternak.Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L. monocytogenes
sangat kuat dan tahan terhadap panas, asam, dan garam. Bakteri ini juga tahan
pembekuan dan dapat tetap tumbuh pada suhu 4oC, khususnya pada makanan yang
disimpan di lemari pendingin. Bakteri L. monocytogenes juga membentuk biofilm,
yakni terbentuknya lapisan lendir pada permukaan makanan.
Listeria monocytogenes adalah suatu bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi serius dan fatal pada bayi, anak-anak, orang sakit dan lanjut usia, serta orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Orang sehat juga dapat terinfeksi
bakteri Listeria, dengan gejala jangka pendek yang muncul seperti demam tinggi,
sakit kepala parah, pegal, mual, sakit perut dan diare. Listeriosis merupakan nama
penyakit yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 13
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada pengkulturan starter starter bakteri
asam laktat pada pengolahan sosis fermentasi ikan lele dumbo yang telah diinfeksi
oleh Listeria monocytogenes ATCC-1194 dapat digambarkan melalui diagram alir
berikut:
Gambar.1 Diagram alir metode penelitian
( Sumber : penulis)
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain,
Pediococcus acidilactici 0094<TGA-3 (PA),Lactobacillus casei NRRL-B1992
(LC), dan Listeria monocytogenes ATCC-1194 (LM) sebagai bakteri yang akan
dikultur.Bakteri tersebut berasal dari PAU (Pusat Antar Universitas) pangan dan
gizi,Universitas Gajahmada Yogyakarta.Sehingga dapat dikatakan bahwa bakteri
Kultur Bakteri
Preparasi Sosis
Analisis Biopreservatif
Analisis Hasil
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 14
yang digunakan pada penelitian ini dapat ditemukan di Indonesia.Bahan lain yang
digunakan untuk mengkultur bakteri pada penelitian ini adalah BHI broth, MRS
broth,NaCl,dan pepton. Lele dumbo segar (Clarias gariepinus), sodium nitrat,
sodium nitrit, sukrosa, glukosa,fruktose, lada putih, lada hitam,lengkuas ,jahe, kayu
manis,bawang putih, dan cengkeh digunakan sebagai bahan untuk membuat
sosis.Sedangkan untuk alat yang digunakan pada penelitian ini adalah labu
erlenmeyer,cawan petri,blender,serta Gas Chromatography Mass Spectrometri
yang digunakan untuk menganalisis komponen biokonservatif.Sedangkan blender
digunakan untuk tahapan preparasi sosis dan cawan petri serta labu erlenmeyer
digunakan pada proses kultur bakteri.Ketiga alat tersebut harus berada dalam
kondisi aseptis saat digunakan,sehingga perlu dilakukan sterilisasi terlebih dahulu
sebelum digunakan.
3.1 Kultur Bakteri
Pediococcus acidilactici 0094<TGA-3 (PA),Lactobacillus casei NRRL-
B1992 (LC), dikultur pada MRS broth (Oxoid) suhu 30°C.MRS merupakan media
yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk memperkaya,
menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS
broth mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui
untuk beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, tetapi
MRS broth tidak selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis
Leuconostoc serta jenis bakteri lain dapat tumbuh.Komposisi MRS broth adalah
protein dari kasein 10 g/L,ekstrak daging 8,0 g/L,ekstrak ragi 4,0 g/L, (+) glukosa
20 g/L.magnesium sulfat 0,2 g/L,agar-agar 14 g/L,dipotassium hidrogen phosphate
2 g/L,tween 80 1,0 g/L,diamonium hidrogen sitrat 2 g/L,natrium asetat 5
g/L,mangan sulfat 0,04 g/L.Kultur dilakukan pada suhu 30°C karena merupakan
suhu optimum pertumbuhan Lactobacillus.Sedangkan untuk Listeri
monocytogenes ATCC-1194 (LM), dikultur pada medium BHI broth (Oxoid) yang
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 15
ditambahkan NaCl 3% pada suhu 37 °C. BHI broth atau Brain-Heart infusion (BHI)
adalah media penyubur yang berguna untuk pertumbuhan berbagai macam bakteri
baik bentuk cair maupun agar. Bahan utama terdiri dari beberapa jaringan hewan
ditambah pepton, buffer posfat, dan sedikit dekstrosa. Penambahan karbohidrat
memungkinkan bakteri dapat menggunakan langsung sebagai sumber energi. BHI
biasanya digunakan untuk media pertumbuhan spesimen darah. Prinsip kerja dari
BHI adalah berisi irisan kecil dari jaringan otak dan dapat digunakan untuk
menumbuhkan banyak bakteri seperti streptococcus, staphylococcusKandungan
sendiri antara lain,nutrien substrat, glukosa, NaCl, Dinatrium hydrogen
phospat.Kemudian sel bakteri dipanen setelah 24 jam inkubasi, dan dilarutkan ke
dalam pepton 0,1% steril untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.Larutan
pepton sendiri digunakan agar mikroba cepat tumbuh, karena pada pepton
terkandung ntirogen.
3.2 Preparasi Sosis
Lele dumbo segar (Clarias gariepinus) yang didapat dari penangkar kota
Batu-Jawa Timur dipotong kepalanya, dikuliti dan difilet, kemudian dicincang
menggunakan blender selanjutnya preblending. Formula sosis untuk 1000 gram lele
adalah: NaCl 20 g, sodium nitrat 0,2 g, sodium nitrit 0,1 g, sukrosa 4 g, glukosa 3
g,fruktose 3 g, lada putih 1 g, lada hitam 1 g,lengkuas 0,7 g, jahe 0,7 g, kayu manis
0,6 g,bawang putih 0,5 g, dan cengkeh 0,5 g. Resep tersebut diambil berdasarkan
Aryanta, et al.,(1991), dengan modifikasi formula dan proses oleh Nursyam, et al.,
(2006 dan 2007) .Semua bahan tersebut dicampur dengan lele cincang, kemudian
ditambahkan kultur starter P.acidilactici dan Lactobacillus casei masing-masing108
cfuml-1 sebanyak 2 ml untuk 500 g daging.Listeria monocytogenes ATCC-1194
masing 2 ml 105 cfuml-1 diinokulasikan secara individual kedalam sosis,
selanjutnya adonan dimasukkan casing kolagen diameter 2 cm sepanjang 10 cm.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 16
Casing colagen digunakan sebagai pengemas adonan sosis, selongsong/casing
harus kuat, elastic, dan tidak mudah rusak. Secara garis besar, peran casing pada
sosis adalah mengikat dan menjaga tekstur sosis, serta mengatur pengembangan
dan kontruksi sosis selama pengolahan Casing kolagen terbuat dari kulit hewan
besar (sapi, kerbau, dan kuda), produk sampingan yang kaya akan protein kolagen.
Selongsong kolagen biasanya digunakan untuk fresh sausages seperti frankfurtes,
wieners, Italian sausage, kielbasa dan bratwurst.Edible collagen casing sangat
konsisten ukurannya, bersifat porous, lebih lentur dari jenis casing yang lain,
mudah sobek, mudah pecah. Pembuatan casing kolagen ini sangat terbatas maka
harga casing kolagen ini 2-3 kali lebih mahal dari harga casing lainnya.Kemudian
selanjtnya adalah tahap pra-inkubasi, pengasapan, dan diinkubasi pada suhu
komersial (15-22 °C) selama 28 hari.
3.3 Analisis Biopreservatif
Biopreservatif adalah pengawetan makanan dengan menggunakan agen
biologi.Sehingga analisis biopreservatif dapat diartikan sebagai analisis
konstentrasi suatu agen biologi untuk dapat mengawetkan makanan,dalam
percobaan ini adalah sosis fermentasi ika lele dumbo.Kajian biopreservatif sosis
fermentasi ikan lele diamati melalui 2 percobaan yaitu identifikasi komponen
biopreservatif menggunakan GC-MS (Shimadzu 20), dan pengujian Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) biopreservatif terhadap Listeria monocytogenes
secara in-vitro.Konsentrasi bakterisida minimum (MBC) adalah konsentrasi
terendah dari agen antibakteri yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri
tertentu.Hal ini dapat ditentukan dari tes konsentrasi hambat minimum (MIC) oleh
kaldu pengenceran subkultur ke piring agar yang tidak mengandung agen yang akan
dites. MBC diidentifikasi dengan menentukan konsentrasi terendah agen
antibakteri yang mengurangi kelangsungan hidup inokulum bakteri awal
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 17
sebanya≥99.9%. Agen antibakteri biasanya dianggap sebagai bakterisida jika MBC
tidak lebih dari empat kali MIC.Karena tes MBC menggunakan unit pembentuk
koloni sebagai ukuran proksi dari viabilitas bakteri, tes dapat dikacaukan oleh agen
antibakteri yang menyebabkan agregasi sel bakteri. Contoh-contoh zat antibakteri
yang melakukan hal ini termasuk flavonoid dan peptida.Pengujian komponen
biopreservatif dianalisis dengan menggunakan “Gas Chromatography Mass
Spectrometri”. Sebanyak 2 μL sampel sosis hasil refluksi diinjeksikan dalam
GCMS (Shimadzu QP2010S).Minimum Bactericidal Concentration komponen
biopreservatif terhadap survival Listeria monocytogenes, dianalisis berdasarkan
modifikasi metode dari Nichols et al., (2003) untuk persiapan media, Erkkila et al.,
(2001) untuk survival Listeria monocytogenes; dan Kronvall (1982) untuk
penarikan MBC Survival Listeria monocytogenes terhadap rasio C15:0/C17:0
diukur menggunakan metode spread, setelah ditaman dan diinkubasi 48 jam pada
media TSA-Oxoid 37°C. Minimum konsentrasi antimikroba bagi Listeria
monocytogenes dari asam lemak didefinisikan sebagai rasio C15:0/C17:0 yang
tidak terdapat pertumbuhan koloni Listeria monocytogenes setelah diinkubasi 48
jam pada suhu 37°C.
3.4 Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan rerata ± standar deviasi
diantara variabel independen percobaan, menggunakan microsoft excell.Adapun
variabel independen pada percobaan ini adalah kosentrasi bakteri Listeria
monocytogenes dari asam lemak sebagai bakteri patogen dan pembusuk.Sedangkan
variabel kontrol nya adalah konsentrasi Pediococcus acidilactici 0094<TGA-3;
actobacillus casei NRRL-B1992 sebagai bakteri yang memproduksi bakteriosin
sebagai antimikroba terhadap Listeria monocytogenes.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis Kromatogram senyawa volatil dan asam lemak sosis
fermentasi ikan lele dumbo, disajikan pada Tabel 1. Data dalam Tabel 1
menunjukkan bahwa fenol dan derivat fenol merupakan komponen terbanyak pada
semua jenis sosis. Hal ini disebabkan fenol adalah senyawa pyrolisis dari lignin
tempurung kelapa yang mampu terikat dalam asam-asam lemak.Hamm (1977)
menyatakan bahwa semakin tinggi keasaman suatu produk, makin tinggi fenol yang
terikat [18]. Terbentuknya senyawa metilpalmitat pada sosis, diduga akibat
interaksi antara asam palmitat (C16:0) dengan minyak atsiri yang terkandung dalam
ketumbar. Harriset al., (1989) menyatakan bahwa ketumbar (Coriandrum sativum)
mengandung 0,5% - 1% minyak atsiri [6].Sosis yang difermentasi menggunakan
kombinasi Ped.acidilactici dan Lb. casei starter (kolom VI) mengandung lebih
banyak senyawa alkohol, asam, phenol, dan benzene. Sosis yang difermentasi
menggunakan kultur starter Ped. acidilactici (kolom V) lebih banyak mengandung
senyawa keton; sedangkan indigenous sosis (kolom IV) lebih banyak pada senyawa
ester.Apabila dibandingkan dengan reference (kolom III), sebagian besar masih
berada dibawahnya,kecuali phenol, asam lemak, dan toluene.Komponen volatil dan
asam lemak pada sosisfermentasi ikan lele dumbo ini rendah diduga enzim
eksogeneus (protease dan lipase) dari BAL tidak cukup untuk memunculkan volatil
dan asam lemak yang lebih banyak.Senyawa volatil dan asam lemak sosis
fermentasi terbanyak adalah fenol, kemudian keton, asam lemak, ester, fenol,
benzene, alkohol, dan benzene acetic acid (Tabel 1.).Montel et al. (1999),
menyatakan volatil dan asam lemak dibentuk oleh reaksi enzimatis (glikolisis,
proteolisis, oksidatif deaminasi,transaminasi, dan dekarboksilasi) atau proses kimia
(oksidasi lemak, degradasi protein, dan reaksi Maillard) yang terjadi selama
pematangan sosis.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 19
Tabel 1. Data kadar senyawa volatil dan asam lemak (ppm) sosis fermentasi ikan lele dumbo pada ahir inkubasi
Listeria monocytogenes
Rumus Refe- Tanpa Diinfeksi
No. Komponen volatil dan asam Molekul ren Starter Kultur Sosis
Lemak Indige PA PA+LC Indige PA PA+LC
nous nous
I II III IV V VI VII VIII IX
1. Alkohol Furyl alkohol C5H6O2 191b 14 15.5 9 17 11,5 29
Ethanol C8H10O 44a 24 31 33.6 31,5 55
JUMLAH 14 39.5 40 50.6 43 84
2. Keton Corylone C6H8O2 276a 56 72.5 65 55 52,5 55,5
3-Ethyl-2-hydroxy-2- C7H10O2 Nd 27 32 31.5 28 31,5 6
cyclopentene-1-one
3-Decen-2-one; C11H21N Nd 13.5 20 12.5 16.8 15,5 19
Ethanon O
JUMLAH 96.5 124.5 109 99.8 99,5 80,5
3. Fatty Pentadecanoic acid C15H30O2 37a 430 418 588.5 494.5 588 192,5
Acids Hexadecanoic acid C16H32O2 186 a 222.5 162 186 171.5 228,5 141
JUMLAH 652,5 580 774,5 666 814,5 333,5
4. Ester - Hexadecanoic acid; C17H34O2 209a 254 138 40,5 128 116.5 -
Fatty Methyl ester
Acid Dodecanoic acid; C14H28O2 351b 44,5 28 46 46.5 48,5 52,5
Ethyl ester
JUMLAH 298,5 166 86,5 174,5 165 52,5
5. Phenol Phenol C6H6O 121a 1529 1738,5 1656 1512 1483,5 1516
Guajol C7H8O2 182b 383 397 361,5 366,5 380,5 465
Eugenol C10H12O2 99b 445,5 426,5 435,5 486.5 458 586,5
Isoeugenol C10H12O2 207a 131 110,5 95,5 125 103 155,5
2-methoxy-4-methyl- C8H10O2 264b 221,5 218 199 220 207,5 272
Phenol
4-ethyl-2-methoxy- C9H12O2 654b 139 134 118 156 133,5 186
Phenol
4-methyl-phenol C7H8O 52a 124,5 136,5 132 139,5 136 145
3-methyl-phenol C7H8O 123a 70,5 74,5 78,5 75 68,5 76
2-methyl-phenol C7H8O 93a 70 59,5 68 75 75 88,5
JUMLAH 3114 3295 3144 3155,5 3045,5 3490,5
6. Benzene Toluene C6H6O4S 24a 160,5 180,5 173 170 174,5 182,5
Syringol C8H10O3 152b 644,5 609 646 661 624,5 658,5
JUMLAH 805 789,5 819 831 799 841
7. Various Benzene acetic acid C11H14O4 93b 14,5 5,5 13,5 16,5 15 25,5
volatil
Rasio C15:0/C17:0 1,69 3,03 14,53 3,86 5,05 *
Keterangan:
LM : Listeria monocytogenes *) : Tidak terhingga
PA : Pediococcus acidilactici
LC : Lactobacillus casei.
a) : Schmidt dan Berger (1998)
b) : Ansoerena, et al. (2000)
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 20
Metil palmitat sosis kombinasi Pediococcus acidilactici dan Lactobacillus
casei starter (tanpa diinfeksi Listeria monocytogenes) lebih kecil dibanding sosis
indigenous dan Ped. acidilactici starter. Begitu juga yang diinfeksi Listeria
monocytogenes, kecuali sosis kombinasi Ped. acidilactici dan Lb. casei starter
(kolom IX) tidak dijumpai senyawa hexadecanoic acid-metil ester (metil palmitat).
Menurut Sasser (1990), metil palmitat terletak diantara prokariot Listeria
monocytogenes.Welch (1991), menyatakan bahwa L. monocytogenes
dikarakterisasi oleh ranting ikatan CFAs yang panjangnya 15 dan 17. Listeria
monocytogenes disusun oleh C15 dan C17 sebagai komponen utama, dan 88%
asam lemak yang terkandung bersifat polar-lipid, 46% sebagai anteiso C15:0; 24%
sebagai anteiso C17:0; dan 11% sebagai iso C15:0. Persentase komponen C17:0
meningkat linier seiring dengan peningkatan pertumbuhan pada kondisi lingkungan
yang sesuai.
Semakin besar rasio C15:0/C17:0 pada sosis fermentasi, semakin sedikit
kandungan Listeria monocytogenes (Tabel 1) pada sosis fermentasi. Hal ini
mengindikasikan hidro-fobisitas berperan dalam tranportasi lipid ke dalam
membran sel.Listeria monocytogenes. Tabel 5.19 (kolom VI) tertera bahwa rasio
C15:0/C17:0 lebih besar dibanding indigenous dan Ped. acidilactici starter (kolom
IV dan V). Keadaan ini menyebabkan karakter C15:0 yang kurang hidrofobik
dibanding C17:0 berperan semakin kuat, sehingga transfer lipid melalui membran
fosfolipid Listeria monocytogenes menjadi berkurang. Kondisi ini memperkuat
hasil percobaan 8 (Gambar 1), bahwa Listeria monocytogenes tidak
mampuberaktifitas, dan ahirnya mati. Rasio 1,69 pada indigenous sosis (kolom IV)
adalah paling hidrofobik dibanding lainnya, sehingga Listeria monocytogenes
dapat tumbuh dan berkembang biak (Tabel 1).
Membran sel bakteri gram negatif terdiri dari bilayer fosfolipid. Semakin
berkurang karakter hidrofobik asam lemak C15:0/C17:0 semakin sulit menembus
fosfolipid bilayer. Membran fosfolipid terdiri dari rantai acyl yang bersama-sama
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 21
membentuk kesatuan yang kuat dan molekul air mampu berpenetrasi ke dalamnya.
Protein dikirim kedalam membran melalui matriks fosfolipid, juga di degradasi dan
dikeluarkan dari membran dengan adanya enzim proteolitik. Komposisi dan tipe
asam lemak bakteri dibebedakan pada derivat rantai karbon dari gliserol. Derivat
yang terbentuk adalah dimetil acetat dan metil ester.
Perubahan rasio protein atau lemak dan asam lemak jenuh atau tidak jenuh
dalam membran lipid L. monocytogenes, dapat mempengaruhi fluiditas membran
fosfolipid. Oleh karena ketersediaan hexadecanoid acid (Tabel 1) pada sosis yang
difermentasi dengan kombinasi kultur starter Pediococcus acidilactici dan
Lactobacillus casei (kolom VI) lebih kecil dibanding dua sosis lainnya (kolom IV
dan V) menyebabkan Listeria monocytogenes tidak dijumpai pada ahir fermentasi
(kolom IX). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mastronicolis, et al. (1996), bahwa
penurunan proporsi C17:0 anteiso berpengaruh terhadap aktifitas transpor dalam
membran lipid, sehingga tidak tercapainya rasio C15:0/C17:0 yang seharusnya 1,5
menyebabkan penurunan pertumbuhan L. monocytogenes .
Gambar 2. Plot kuadrat penghambatan kelangsungan hidup (log) Listeria monocytogenes terhadap rasio C15:0/C17
(Sumber:jels.ub.ac.id)
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 22
Gambar 3.Koloni Listeria monocytogenes pada media blood agar; Merck (Pengenceran 10-1). Rasio C15:0/C17:0 = 1 (A); 3(B); 9 (C); 27 (D); dan 81 (E). Foto diambil pada 48 hari inkubasi menggunakan kamera digital “Logitech” 510.
(Sumber :jels.ub.ac.id)
Hasil pengujian rasio C15:0/C17:0 terhadap kelangsungan hidup Listeria
monocytogenes yang diinkubasi pada suhu 15-21,2 °C, terdapat pada Gambar 1 dan
2. Berdasarkan persamaan garis regresi pada Gambar 1, diperoleh bahwa rasio
C15:0/C17:0 dengan nilai 79,84 merupakan Minimum Bactericidal Concentration
bagi Listeria monocytogenes, dan pada rasio tersebut tidak ditemukan pertumbuhan
Listeria monocytogenes.
Hal ini diduga semakin panjang rantai atom C dari asam-asam lemak,
solubilitasnya semakin menurun, dan semakin sulit menembus membran
sitoplasma. Semakin hidrofobik asam-asam lemak masih cukup untuk berinteraksi
dengan hidrofobik protein dan lemak-lemak pada permukaan sel bakteri. Nichols
et al. (2002) menyatakan bahwa suhu inkubasi berpengaruh terhadap pertumbuhan
serta kebutuhan C15:0 dan C17:0 bagi Listeria monocytogenes.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 23
Pertumbuhan L. monocytogenes pada suhu inkubasi 15-21,2 °C adalah pada
fase lag. Kebutuhan C17:0 lebih tinggi dibanding C15:0. Komposisi asam-asam
lemak C17:0 Listeria monocytogenes dibedakan menjadi 3 region, yaitu
supraoptimal (42 dan 45°C); optimal (37°C); dan suboptimal (30, 20, 10, dan 5
°C).Ross et al. (2000), menyatakan bahwa C15:0 merupakan agen aktifitas
membran sel dan dalam konsentrasi tinggi akan merusak fungsi membran
sitoplasma, sehingga sel Listeria monocytogenes mati.Asam-asam lemak
mempengaruhi permeabilitas sel dan transpor nutrisi. Sejumlah mikromol asam-
asam lemak dapat berpengaruh terhadap aktifitas enzim dalam membran sel. Asam
lemak polyunsaturated juga dilaporkan menghambat mikroba melalui autooksidasi
dan formasi peroksida. Knapp and Melly (1986) melaporkan bahwa pengaruh
bakterisidal dari asam lemak polyunsaturated dijembatani oleh proses peroksidasi
yang melibatkan hidrogen peroksida, dan ion Fe dari bakteri. Penelitian yang
dilakukan ini memperlihatkan bahwa C15:0 lebih menghambat Listeria
monocytogenes dibandingkan C17:0, hal ini berhubungan dengan mekanisme
peroksidasi.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil review jurnal ini dapat disimpulkan bahwa
1. Metode yang digunakan untuk membuat biopreservatif pada sosis
fermentasi lele dumbo adalah kultur sel bakteri,persiapan sosis,analisis
biokonservatif dan analisis hasil
2. Bakteri yang digunakan sebagai biokonservatif sosis fermentasi lele dumbo
ini adalah Pediococcus acidilactici 0094<TGA-3 (PA),Lactobacillus casei
NRRL-B1992
3. Medium yang digunakan adalah MRS Broth dan BHI Broth
4. Semakin besar rasio C15:0/C17:0 dalam sosis fermentasi ikan lele dumbo,
pertumbuhan Listeria monocytogenes makin sedikit
5. Sosis yang difermentasi menggunakan kombinasi Pediococcus acidilactici
dan Lactobacillus casei starter memiliki rasio C15:0/C17:0 terbesar, dan
mampu mematikan pertumbuhan Listeria monocytogenes.
6. Kultur Pediococcus acidilactici dan Lactobacillus casei sebagai
biopreservatif pada sosis fermentasi lele dumbo cukup berpotensi karena
tingkat keberhasilan yang tinggi dan tingkat pembuatan yang mudah.
Tugas Review Jurnal Kultur Sel 25
DAFTAR PUSTAKA
Nursyam,Happy.2012.Penggunaan Kultur Starter Bakteri Asam Laktat pada Pengolahan
Sosis Fermentasi Ikan Lele Dumbo yang Diinfeksi Listeria monocytogenes ATCC
1194.Retrieved from els.ub.ac.id/index.php/jels/article/view/113 diakses pada 8
desember 2015 pukul 20.55
Choupoehuk,P., N. Raksakulthai, and Worawattanamateekul, 2001. Process Development of
Fish Sausage. Int. Journal of Food Properties. 4 (3): 523 – 529.
Anonim, listeria-monocytogenes (depkes.go.id/article/view/15012800001/mengenal-bakteri-
listeria-monocytogenes.html) diakses pada 8 desember 2015 pukul 21.00
Anonim,Collage cassing (//kulinologi.co.id/baru/index1.php?id=987792) diakses pada 8
desember 2015 pukul 21.02