dampak merger & akuisisi thdp lapkeu

Upload: olikh-kafk-milancapolista

Post on 19-Jul-2015

346 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS DAMPAK JANGKA PANJANG MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUSISI DAN PERUSAHAAN DIAKUISISI DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

SKRIPSI

oleh Nama Nomor Mahasiswa Program Studi Bidang Konsentrasi : Murni Hadiningsih : 03311088 : Manajemen : Keuangan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2007

ANALISIS DAMPAK JANGKA PANJANG MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUSISI DAN PERUSAHAAN DIAKUISISI DI BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)

SKRIPSI

ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat ujian akhir guna memperoleh gelar sarjana Strata-1 di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia

oleh Nama Nomor Mahasiswa Program Studi Bidang Konsentrasi : Murni Hadiningsih : 03311088 : Manajemen : Keuangan

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2007

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Apabila kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis,

Murni Hadiningsih

HALAMAN MOTTO

Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sepadan dengan kemampuannya. Bagi seseorang, pahala yang ia buat dan baginya pula dosa yang ia buat. Wahai Tuhan kami, janganlah kami disiksa karena kami lalai atau keliru. Ya Tuhan kami, jangan Engkau bebankan kepada kami beban berat, sebagaimana Engkau bebankan kepada orang sebelum kami. Dan janganlah pula Kau bebankan kepada kami sesuatu yang tidak mampu kami lakukan. Maafkan dan ampunilah serta kasihanilah kami, Engkau Pelindung Kami. Tolonglah kami menghadapi orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah:286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. (QS. Al Insyiroh:6)

Setiap ada usaha, pasti ada jalan

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil karya besar ini kupersembahkan kepada: Allah SWT atas kekuatan dan

kemudahan yang Ia berikan. Bapak dan ibuku tercinta yang telah memberi perhatian. kasih sayang, doa dan

ABSTRAK

Dalam penelitian ini judul yang diambil adalah Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakusisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta. Tujuan Penelitian dengan judul tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan pengakusisi dan perusahaan yang diakusisisi dalam jangka panjang dengan pertimbangan sinergi yang diharapkan dapat terlihat dalam jangka panjang. Kinerja keuangan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas dan return saham dengan jangka waktu satu tahun sebelum, satu dan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 14 perusahaan pengakuisisi dan 12 perusahaan yang diakuisisi Dari hasil analisis diketahui bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan rasio keuangan secara menyeluruh antara satu tahun dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum merger dan akuisisi baik pada perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi. Pada sisi return saham, Average Abnormal Return (AAR) pada perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan signifikan pada masa menjelang dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi, sedangkan pada perusahaan yang diakuisisi tidak terjadi perubahan secara menyeluruh dengan adanya peristiwa merger dan akuisisi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa merger dan akuisisi tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio keuangan dan return saham pada perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Sinergi yang diharapkan tidak tercapai. Hal ini mungkin dikarenakan lemahnya strategi, kurangnya pengalaman merger dan akuisisi pada perusahaan pengakuisisi dan faktor non ekonomis yaitu untuk menyelamatkan perusahaan target dari kebangkrutan.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya-Nya kepada penulis. Salam dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai hari pembalasan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakusisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Dalam proses penulisan skripsi ini, terdapat beberapa hambatan dan kesulitan. Namun semangat, ketekunan, kerja keras, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada : 1. Bapak Drs. H. Asmai Ishak, M.Bus.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

2. Bapak Dr. Zaenal Arifin, M.Si selaku Ketua Jurusan sekaligus dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberi pengarahan, koreksi dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini. 3. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungannya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Beserta kakak-kakakku yang telah memberi dorongan bagi penulis untuk mengerjakan skripsi ini. 4. Teman-teman manajemen angkatan 2003, elli, mey, vita, dita, jaza, sista, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. 5. Teman-teman KKN angkatan 32 unit 21. 6. Kepada para pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyususunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Mungkin hal ini karena terbatasnya pengetahuan maupun pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf sesbesar-besarnya dan penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang sifatnya memperbaiki. Semoga hasil penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di masa mendatang. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Agustus 2007

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL DEPAN SKRIPSI.................................................. HALAMAN JUDUL SKRIPSI.................................................................... PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................................. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...................................................... HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI......................................... HALAMAN MOTTO................................................................................. HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. ABSTRAK.................................................................................................. KATA PENGANTAR................................................................................ DAFTAR ISI............................................................................................... DAFTAR TABEL....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah..................................................... 1.2. Rumusan Masalah Penelitian.............................................. 1.3. Tujuan Penelitian................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian............................................................. 1.5. Sistematika Penulisan......................................................... 1 4 4 4 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori................................................................... 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu................................................. 2.3. Formulasi Hipotesis........................................................... 7 27 29

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel.......................................................... 3.2. Data dan Sumber Data....................................................... 3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian.......................... 3.4. Alat Analisisis................................................................... 3.5. Teknik Analisis Data........................................................ 30 32 33 34 37

BAB VI. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Rasio Likuiditas................................................... 4.2. Analisis Rasio Aktivitas.................................................... 4.3. Analisis Rasio Leverage.................................................... 4.4. Analisis Rasio Profitabilitas.............................................. 4.5. Analisis Return Saham...................................................... 38 45 56 59 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan....................................................................... 5.2. Saran.................................................................................. 80 82

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

83

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. 3.2. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9.

Halaman Daftar perusahaan pengakuisisi tahun 2000-2004............................. Daftar perusahaan diakuisisi tahun 2000-2004.................................. Current Ratio Perusahaan Pengakuisisi............................................. Uji Paired SampleT-Test: Current ratio Perusahaan Pengakuisisi..... Current Ratio Perusahaan Diakuisisi................................................. Uji Paired SampleT-Test: Current ratio Perusahaan Diakuisisi....... Quick Ratio Perusahaan Pengakuisisi............................................... Uji Paired SampleT-Test: Quick ratio Perusahaan Pengakuisisi...... Quick Ratio Perusahaan Diakuisisi................................................... Uji Paired SampleT-Test: Quick ratio Perusahaan Diakuisisi.......... 31 32 39 39 40 41 42 42 43 44

Fixed asset turn over Perusahaan Pengakuisisi................................ 46 Pengakuisisi...................................................................................... 46

4.10. Uji Paired SampleT-Test: Fixed asset turnover Perusahaan 4.11. Fixed asset turn over Perusahaan Diakuisisi................................... 47 4.12. Uji Paired SampleT-Test: Fixed asset turnover Perusahaan Diakuisisi......................................................................................... 4.14. Uji Paired SampleT-Test: Total asset turn over Perusahaan Pengakuisisi...................................................................................... 4.16. Uji Paired SampleT-Test: Total asset turn over Perusahaan Diakuisisi.......................................................................................... 4.18. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total asset ratio Perusahaan Pengakuisisi...................................................................................... 4.20. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total asset ratio Perusahaan Diakuisisi......................................................................................... 4.21. Debt to total equity ratio Perusahaan Pengakuisisi.......................... 4.22. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total equity ratio Perusahaan Pengakuisisi...................................................................................... 56 55 56 53 4.19. Debt to total asset ratio Perusahaan Diakuisisi............................... 54 50 4.17. Debt to total asset ratio Perusahaan Pengakuisisi........................... 53 49 4.15. Total asset turn over Perusahaan Diakuisisi.................................... 50 48 4.13. Total asset turn over Perusahaan Pengakuisisi................................ 49

4.23. Debt to total equity Perusahaan Diakuisisi..................................... 57 4.24. Uji Paired SampleT-Test: Debt to total equity ratio Perusahaan Diakuisisi.......................................................................................... 4.26. Uji Paired SampleT-Test: Operating profit margin Perusahaan Pengakuisisi...................................................................................... 4.28. Uji Paired SampleT-Test: Operating profit margin Perusahaan Diakuisisi.......................................................................................... 4.30. Uji Paired SampleT-Test: Net profit margin Perusahaan Pengakuisisi...................................................................................... 4.32. Uji Paired SampleT-Test: Net profit margin Perusahaan Diakuisisi.......................................................................................... 4.34. Uji Paired SampleT-Test: Return on investment Perusahaan Pengakuisisi...................................................................................... 4.36. Uji Paired SampleT-Test: Return on investment Perusahaan Diakuisisi.......................................................................................... 4.38. Uji Paired SampleT-Test: Return on equity Perusahaan Pengakuisisi...................................................................................... 4.40. Uji Paired SampleT-Test: Return on equity Perusahaan Diakuisisi.......................................................................................... 70 4.41. Pengujian Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Pengakuisisi.... 73 4.42. Pengujian Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Diakuisisi........ 75 4.43. Uji Paired Sample T-Test Rata-Rata Abnormal Return Pengakuisisi....................................................................................... 78 4.44. Uji Paired Sample T-Test Rata-Rata Abnormal Return Diakuisisi.......................................................................................... 79 69 4.39. Return on equity Perusahaan Diakuisisi.......................................... 70 67 4.37. Return on equity Perusahaan Pengakuisisi...................................... 69 66 4.35. Return on investment Perusahaan Diakuisisi................................... 67 64 4.33. Return on investment Perusahaan Pengakuisisi............................... 66 63 4.31. Net profit margin Perusahaan Diakuisisi......................................... 64 62 4.29. Net profit margin Perusahaan Pengakuisisi..................................... 63 60 4.27. Operating profit margin Perusahaan Diakuisisi............................... 61 58 4.25. Operating profit margin Perusahaan Pengakuisisi........................... 60

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lampiran II

Ringkasan Laporan Keuangan dan Perhitungan Rasio Keuangan Data Return Saham, Return Pasar dan Abnormal Return

Lampiran III Hasil Uji Statistik Abnormal Return dengan One Sample T-Test

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Adanya globalisasi dan persaingan bebas menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing. Strategi bersaing yang berusaha mengembangkan

(membesarkan) perusahaan sesuai dengan ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan disebut strategi pertumbuhan. Strategi ini dapat dilaksanakan melalui pertumbuhan internal atau merger dan akuisisi (Muhammad, 2004). Pertumbuhan internal dilakukan dengan cara memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, misalnya dengan cara menambahkan kapasitas pabrik, menambah produk atau mencari pasar baru. Sementara merger dilakukan dengan menggabungkan dua atau lebih perusahaan dimana salah satu nama perusahaan yang bergabung tetap digunakan sedangkan yang lain dihilangkan dan akuisisi dilakukan dengan pembelian seluruh atau sebagian kepemilikan suatu perusahaan. Di Amerika Serikat, aktivitas merger dan akuisisi merupakan hal biasa terjadi. Bahkan di era 1980an telah terjadi kira-kira 55.000 aktivitas sehingga tahun 1980an sering disebut sebagai dekade merger mania (Hitt, 2002). Sementara di Indonesia aktivitas merger dan akuisisi mulai marak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal di Indonesia. Beberapa contoh perusahaan di Bursa Efek

1

Jakarta (BEJ) yang melakukan merger dan akuisisi diantaranya adalah PT Semen Gresik yang mengakuisisi PT Semen Padang, PT Gudang Garam merger dengan PT Surya Pamenang dan PT Nutricia yang mengakuisisi PT Sari Husada. Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger dan akuisisi sebagai strateginya daripada pertumbuhan internal adalah karena merger dan akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai keseluruhan perusahaaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu merger dan akuisisi dapat memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi. Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan akuisisi yang dilakukan, kita dapat melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi, terutama kinerja keuangan. Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan di Indonesia diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio keuangan dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya menunjukkan rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan abnormal return saham sebelum pengumuman merger dan

2

akuisisi positif, namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2006) yang menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan dari kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dari rasio-rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Penelitian yang membandingkan antara akuisitor dan non akuisitor dilakukan Wibowo dan Pakereng (2001) yang meneliti return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor, hasilnya menunjukkan bahwa baik akuisitor dan non akuisitor sama-sama memperoleh abnormal return yang negatif di seputar pengumuman merger dan akuisisi. Penelitian lainnya dilakukan Sutrisno dan Sumarsih (2004) yang meneliti return saham perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dalam jangka panjang yaitu dengan jangka waktu pengamatan satu tahun sebelum dan dua tahun sesudah merger dan akuisisi, menunjukkan hasilnya bahwa merger dan akuisisi memberi pengaruh pada return saham yang bisa bernilai positif dan negatif walaupun tidak signifikan secara statistik. Atas pertimbangan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh merger dan akuisisi dengan membandingkan pengaruhnya terhadap pengakuisisi dan yang diakuisisi. Disamping itu mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan dalam jangka panjang, baik dari rasio-rasio keuangan maupun return saham dengan pertimbangan

bahwa sinergi yang diharapkan terjadi dalam jangka panjang. Dari pertimbanganpertimbangan tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul skripsi: Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi

3

terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah maka rumusan masalah yang disampaikan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi dalam jangka panjang ? b. Bagaimana pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan diakuisisi dalam jangka panjang ?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi dalam jangka panjang. b. Mengetahui pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan perusahaan diakuisisi dalam jangka panjang.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : a. Bagi investor.

4

Investor dapat mengetahui pengaruh aksi perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap fundamental perusahaan melalui kinerja keuangan. b. Bagi manajer. Sebagai pertimbangan dalam memutuskan merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan.

1. 5 Sistematika Penulisan. Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: Bab 1: Pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab 2: Kajian Pustaka. Dalam bab ini berisi tentang penjelasan dan pembahasan mengenai kajian pustaka yang meliputi; teori merger dan akuisisi dengan kinerja keuangan dan hasil penelitian terdahulu yang kemudian dari pembahasan tersebut diformulasikan dalam bentuk hipotesis. Bab 3: Metode Penelitian. Pada bab ini dibahas tentang metodologi penelitian menjelaskan populasi dan sampel, data dan sumber data yang dipakai dalam penelitian, definisi operasional variabel penelitian dan teknik analisis.

5

Bab 4: Analisis dan Pembahasan. Dalam bab ini dikemukakan analisis dan pembahasan hasil penelitian berupa pengujian statistik dan interpretasi dari data penelitian. Bab 5: Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini dikemukakan kesimpulan dari seluruh pembahasan dan disertai dengan saran.

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori. 2.1.1 Merger dan Akuisisi 2.1.1.1 Pengertian Merger dan Akuisisi Merger merupakan salah satu strategi yang diambil perusahaan untuk mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Merger berasal dari kata mergere (Latin) yang artinya (1) bergabung bersama, menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan sesuatu. Merger didefinisikan sebagai penggabungan dua atau perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Sementara akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi dalam teminologi bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Moin,2003).

7

2.1.1.2 Motif Melakukan Merger dan Akuisisi Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah

perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan (Moin, 2003). 1) Motif ekonomi. Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini. Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dan akuisisi dilakukan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Biasanya perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk mendapatkan economies of scale dan economies of scope.

8

2) Motif sinergi. Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (1) Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2001). 3) Motif diversifikasi. Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi

9

bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang. 4) Motif non-ekonomi. Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. a. Hubris hypothesis. Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisisi dilakukan karena ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Mereka menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, semakin besar pula kompensasi yang mereka terima. Kompensasi yang mereka terima bukan hanya sekedar materi saja tapi juga berupa pengakuan, penghargaan dan aktualisasi diri. b. Ambisi pemilik. Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang

10

ada untuk membangun kerajaan bisnis. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan. 2.1.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Aktivitas Merger dan Akuisisi. Alasan mengapa perusahaan melakukan merger adalah ada manfaat lebih yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain adalah: (Moin, 2003) 1) Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. 2) Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kredititor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3) Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. 4) Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. 5) Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. 6) Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. 7) Menghemat waktu untuk memasuki untuk memasuki bisnis baru. 8) Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Disamping memiliki keunggulan, merger dan akuisisi juga memiliki kelemahan sebagai berikut:

11

1) Proses integrasi yang tidak mudah. 2) Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. 3) Biaya konsultan yang mahal. 4) Meningkatnya kompleksitas birokrasi. 5) Biaya koordinasi yang mahal. 6) Seringkali menurunkan moral organisasi. 7) Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan. 8) Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. 2.1.1.4 Tipe-Tipe Merger dan Akuisisi. Merger dan akuisisi berdasarkan aktivitas ekonomik dapat

diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu: (Moin, 2003) 1) Merger horisontal. Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. 2) Merger vertikal. Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaanperusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. 3) Merger konglomerat. Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait.

12

4) Merger ekstensi pasar. Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-bersama memperluas area pasar. 5) Merger ekstensi produk. Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau perusahaan perusahaan. 2.1.1.5 Faktor-Faktor Kegagalan Merger dan Akuisisi. Keberhasilan atau kegagalan suatu merger dan akuisisi dapat dilihat pada saat proses perencanaan. Pada saat proses ini biasanya terjadi sudut pandang yang berbeda-beda antara fungsi organisasi dalam menanggapi pengambilan keputusan merger dan akuisisi seiring dengan untuk memperluas lini produk masing-masing

meningkatnya momentum, selanjutnya terjadi rancunya pengharapan dimana terjadi perbedaan-perbedaan harapan di pihak manajemen. Dari proses tersebut dapat memunculkan faktor-faktor yang yang memicu kegagalan merger dan akuisisi yaitu: 1) Perusahaan target memiliki kesesuaian strategi yang rendah dengan perusahaan pengambilalih. 2) Hanya mengandalkan analisis strategik yang baik tidaklah cukup untuk mencapai keberhasilan merger dan akuisisi. 3) Tidak adanya kejelasan mengenai nilai yang tercipta dari setiap program merger dan akuisisi.

13

4) Pendekatan-pendekatan integrasi yang tidak disesuaikan dengan perusahaan target yaitu absorbsi, preservasi atau simbiosis. 5) Rencana integrasi yang tidak disesuaikan dengan kondisi lapangan. 6) Tim negosiasi yang berbeda dengan tim implementasi yang akan menyulitkan proses integrasi. 7) Ketidakpastian, ketakutan dan kegelisahan diantara staf perusahaan yang tidak ditangani. Untuk itu tim implementasi dari perusahaan pengambilalih kewibawaan, harus simpati menangani dan masalah tersebut dengan

pengetahuan

untuk

menumbuhkan

kepercayaan dan komitmen mereka pada proses integrasi. 8) Pihak pengambilalih tidak mengkomunikasikan perencanaan dan pengharapan mereka terhadap karyawan perusahaan target sehingga terjadi kegelisahan diantara karyawan. 2.1.1.6 Faktor-Faktor Keberhasilan Merger dan Akuisisi. Hunt dkk. (1987) mengakhiri penelitian mereka dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang memberikan kontribusi kepada kesuksesan dan kegagalan akuisisi (Sudarsanam, 1999). Faktor-faktor yang dianggap memberi kontribusi terhadap keberhasilan merger dan akuisisi yaitu: 1) Melakukan audit sebelum merger dan akuisisi. 2) Perusahaan target dalam keadaan baik. 3) Memiliki pengalaman merger dan akuisisi sebelumnya. 4) Perusahaan target relatif kecil. 5) Melakukan merger dan akuisisi yang bersahabat.

14

2.1.1.7 Pengaruh Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan. Menurut teori keuangan modern, keputusan-keputusan manajemen ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam hal ini merger dan akuisisi sebagai bagian dari keputusan manajemen perlu adanya pembuktian keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut. Para peneliti terdahulu sulit menentukan alat ukur yang tepat bagi pencapaian keberhasilan merger dan akuisisi. Pendekatan secara umum untuk mengukur peningkatan kemakmuran pemegang saham dilakukan dengan metode abnormal return, yang mengukur keuntungan perusahaan selama periode waktu sekitar pengumuman pengambilalihan. Salah satu model yang paling sering digunakan dalam literatur adalah model pasar, yaitu hubungan antara return saham individu dengan return pasar: Rit = i + i . Rmt + it. (1)

Dimana Rit dan Rmt adl keuntungan selama t (satu hari atau satu bulan) pada saham perusahaan dan atas indeks harga pasar seperti IHSG yang mewakili pasar. adalah titik pertemuan dan adalah beta, juga dianamakan risiko sistematis. it adalah kesalahan acak yang jika diratarata mendekati nilai nol. Parameter-parameter model, i dan i, diestimasikan dengan meregresikan Rit dan Rmt selama periode estimasi yang tepat. Parameter-parameter yang telah diestimasi kemudian

15

digunakan untuk menghitung pendapatan normal E(Ri) untuk setiap perusahaan i dan pendapatan abnormal seperti berikut: AR = Rit E(Ri) AR = Rit { i + i . Rmt } (2) (3)

Jika peristiwa pengambilalihan diperkirakan akan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham I, maka AR akan positif. Ia akan menjadi nol bila pengaruh pengambilan netral. Untuk menguji apakah peristiwa tersebut memberikan pendapatan positif, uji-uji stastistik dilakukan dengan sampel yang terdiri dari berbagai pengambilalihan. Sebagian besar literatur terdahulu menggunakan pendapatan bulanan. Dengan adanya kemudahan memperoleh harga saham harian, penelitian selanjutnya cenderung menggunakan data harian. Walaupun dengan penggunakan data harian lebih akurat dibandingkan data bulanan. Data bulanan mempunyai konsisitensi yang lebih tinggi dan mendukung estimasi parameter yang lebih stabil atau dapat diandalkan. Penggunaan model pasar memiliki beberapa kelemahan, estimasi yang mengurangi keandalannya. Dua diantaranya adalah transaksi yang terlalu sedikit dan perbedaan ukuran antara perusahaan-perusahaan sampel dan wakil dari pasar. Semuanya mendorong pada benchmark yang salah, dan banyak peneliti telah mencoba menggunakan prosedur-prosedur yang telah diperbaiki untuk meminimalkan permasalahan. Dua model lain yang sampai pada taraf tertentu menghilangkan tersebut adalah model pasar disesuaikan, dimana estimasi parameter dikoreksi untuk transaksi

16

kecil, dan model penyesuaikan pasar yang menghindari perlunya mengestimasi dan . Model penyesuaian pasar menggunakan pendapatan pasar Rm sebagai pendapatan normal dan tidak disesuaikan dengan resiko. Bukti empiris dari penelitian-penelitian internasional yang berasal dari Inggris dan Amerika Serikat. Keduanya sama-sama membuktikan bahwa dalam jangka pendek, merger dan akuisisi memberikan keuntungan bagi pemegang saham perusahaan target. Sebaliknya pemegang saham pengambilalih dirugikan. Hal ini terjadi karena adanya pengalihan kekayaan pemegang saham pengakuisisi kepada pemegang saham perusahaan target dan diduga karena manajer pengakuisisi cenderung membayar lebih atas akuisisi mereka, mereka terlalu tinggi mengestimasi kapasitas perusahaan target untuk menciptakan nilai akuisisi tersebut. Dalam kinerja jangka panjang, penelitian Frank dkk. menunjukkan bahwa keuntungan pemegang saham pengakuisisi dalam jangka panjang adalah negatif. Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan digabung bersama. Dasar logik dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan maka laba perusahaan juga semakin meningkat. Oleh karena itu kinerja

17

pascamerger seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger. Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap profitabilitas telah dilakukan. Di Inggris Meeks (1977) dan Kumar (1984) meneliti pengaruh merger terhadap profitabilitas perusahaan yang melakukan merger dan membuktikan adanya penurunan profitabilitas yang signifikan setelah tiga tahun dan lima tahun dengan menggunakan laba operasi. Sebaliknya Healy (1992) dan Manson (1994) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang merger memperoleh peningkatan signifikan dalam produktivitas aset relatif terhadap imdustri dengan penggunaan cash flow. Penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja manajemen juga telah dilakukan. Newbould (1970) melakukan penelitian yang melibatkan manajer 38 perusahaan publik yang melakukan merger tahun 1976-1986. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah dua tahun dan lima tahun, 21 perusahaan tidak memperoleh keuntungan dalam bentuk apapun juga. Cooper dan Lybran (1992) meneliti pengalaman akuisisi perusahaan-perusahaan Inggris dan menunjukkan 54 persen dari akuisisi tersebut sebagai kegagalan. 2.1.2 Analisis Kinerja Keuangan. 2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan. Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001). Kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang

18

diperlihatkan,

kemampuan

kerja

(tentang

peralatan).

Berdasarkan

pengertian tersebut kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan akuisisi. 2.1.2.2 Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa neraca dan laporan laba rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Rasio Likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Current ratio. Current ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan

19

kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi tidak selalu berarti perusahaan sedang dalam keadaan yang baik. Hal tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin. Perhitungan current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Current ratio =b. Quick ratio.

Current asset Current liabilitie s

Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Quick ratio =2) Rasio Aktivitas.

Current asset inventory Current liabilitie s

Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Fixed asset turn over. Fixed asset turn over mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over, berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk

20

mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Fixed asset turn over =b. Total asset turn over.

Sales Net fixed asset

Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus sebagai berikut:

Total asset turn over =3) Rasio Leverage.

Sales Total asset

Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari pihak luar atau kreditor.

21

a. Debt to total asset ratio. Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih menyukai rasio yang rendah karena semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to total asset dihitung dengan rumus sebagai berikut:Debt to total asset ratio = Total liabilities Total asset

b. Debt to equity ratio. Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Debt to total equity ratio =

Total liabilities Owner's equity

22

4) Rasio Profitabilitas. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Operating profit margin. Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini, semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:

Operating profit margin =b. Net profit margin.

Operating profit Sales

Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. Untuk menghitung net profit margin berikut:Net profit margin = Net profit Sales

digunakan rumus sebagai

23

c. Return On Investment. Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk oleh manajemen, sedangkan rasio tinggi menunjukkan kinerja atas penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On Investment digunakan rumus sebagai berikut:

Return on investment =d. Return On Equity.

Net profit Total asset

Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung Return On Equity digunakan rumus sebagai berikut;Return on equity = Net profit Owner ' s equity

2.1.2.3 Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Return Saham. Penelitian terhadap return saham digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, dengan pertimbangan bahwa harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan.

24

Return saham merupakan keuntungan atau hasil dari suatu investasi saham. Return saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu return sesungguhnya (realized return) dan return yang diharapkan atau return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung dari selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Sedang return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return nomal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Untuk mengestimasi return ekspektasi dapat digunkan tiga model yaitu: 1) Mean-Adjusted model. Model disesuaikan rata-rata (meanadjusted model) ini menganggap bahwa return ekspektasinya bernilai konstan yang sama dengan ratarata realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), yang dirumuskan sebagai berikut:

E [R .i.t ] =

R .i.j T

E [R.i.t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. R.i.j = return realisasi sekuritas pada periode estimasi ke-j.

25

T

= lamanya periode estimasi.

2) Market Model. Perhitungan return ekspektasi dengan model model pasar (market model) dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan: R.i.j = i + i . RMj + ij. R.i.j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j. i i = intercept untuk sekuritas ke-i. = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i.

RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j. ij = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j.

3) Market-Adjusted Model. Model disesuaikan-pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

26

Abnormal return untuk masing-masing sekuritas dengan model ini dapat dihitung dengan mengurangkan return yang terjadi untuk masing-masing sekuritas dengan return indeks pasar pada periode yang sama. Model ini pada dasarnya hampir sama dengan model pasar (market model), perbedaannya pada model penyesuaian pasar menganggap =0 dan =1 untuk semua sekuritas. Penggunaan model ini didasarkan pertimbangan bahwa pasar modal Indonesia masih dalam tahap perkembangan (emerging market).

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu. Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan Payamta dan Setiawan (2004) meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi tahun 1990-1996. Dari rasiorasio keuangan yang terdiri rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas hanya rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, Operating Profit Margin, Total Asset to Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah merger dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. Dari sisi abnormal return menunjukkan sebelum merger dan akuisisi positif, namun setelah pengumuman merger dan akuisisi justru negatif. Penelitian ini menyimpulkan kinerja keuangan dari sisi rasio keuangan, merger dan akuisisi

27

tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan melakukan dengan kata lain, motif ekonomis bukanlah motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Sedangkan dari sisi kinerja saham mengalami penurunan setelah pengumuman merger dan akuisisi dimana investor menganggap merger dan akusisisi yang dilakukan tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan, bahkan menjadi reserve sinergy. Widjanarko (2006) meneliti perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 1998-2002. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas dan leverage. Penelitian ini menyimpulkan penyebab kemungkinan tidak signifikan karena cara merger dan akuisisi dan pemilihan perusahaan target yang salah. Wibowo dan Pakereng (2001) meneliti pengaruh merger dan akuisisi terhadap return saham pada perusahaan akuisitor dan non akuisitor pada tahun 1991-1997 menunjukkan hasil bahwa baik perusahaan akuisitor maupun non akuisitor sama-sama memperoleh abnormal return yang negatif di seputar pengumuman merger dan akuisisi. Penelitian ini menyimpulkan adanya abnormal return yang signifikan saat pengumuman merger dan akuisisi oleh akuisitor mengakibatkan abnormal return bagi saham non akuisitor atau terjadi transfer informasi. Sutrisno dan Sumarsih (2004) meneliti pengaruh merger dan akuisisi terhadap return saham dalam jangka panjang. Hasilnya menunjukkan merger dan akuisisi memiliki dampak terhadap return saham, dimana return saham dapat bernilai positif atau negatif walaupun tidak signifikan secara statistik.

28

2.3 Formulasi Hipotesis Atas dasar pertimbangan dari teori pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan dimana setelah merger dan akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan digabung bersama. Dasar logik dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan maka laba perusahaan juga semakin meningkat. Oleh karena itu kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi. Dengan pertimbangan tersebut penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Tingkat kinerja keuangan dalam jangka panjang perusahaan pengakuisisi mengalami peningkatan pada masa sesudah merger dan akuisisi. 2. Tingkat kinerja keuangan dalam jangka panjang perusahaan diakuisisi mengalami peningkatan pada masa sesudah merger dan akuisisi.

29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan rentang waktu antara tahun 20002004. Sampel dibedakan menjadi dua yaitu perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Sampel perusahaan pengakuisisi dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi selama periode tahun 2000-2004 yang telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). 2) Melakukan satu kali aktivitas merger dan akuisisi dan memiliki pasangan perusahaan target maksimal satu perusahaan. Untuk sampel perusahaan diakuisisi dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) Perusahaan mengalami peralihan kepemilikan berupa perpindahan kepemilikan saham lebih dari 50 persen saham (diakuisisi) oleh perusahaan lain. 2) Memiliki keterangan waktu yang jelas mengenai kapan perusahaan tersebut diakuisisi. Selain kriteria diatas perusahaan sampel juga memiliki data laporan keuangan dan harga saham untuk masa satu tahun sebelum hingga dua tahun sesudah merger dan akuisisi dan bukan jenis industri perbankan dan keuangan

30

lainnya dengan alasan metode untuk menilai kinerja keuangan industri jenis perbankan dan keuangan lainnya harus menggunakan metode lain. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, akhirnya diperoleh 14 perusahaan pengakuisisi dan 12 perusahaan diakuisisi sebagai sampel penelitian ini. Tabel 3.1 Daftar perusahaan pengakuisisi tahun 2000-2004 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Kode saham DYNA BGMT ETWA SMAR TLKM BASS INDF SIMM STTP SRSN AALI UNVR MLPL PT. Dynaplast. PT. Siloam Health Care. PT Sanpak Unggul. PT Baligraha Medikatama Medikatama. PT. Smart PT. Telkom PT. Bahtera Adimina Samudra PT. Indofood Sukses Makmur PT. Surya Intrindo Makmur. PT. Siantar Top. PT. Sarasa Nugraha PT. Astra Agro Lestari PT. Unilever Indonesia. PT. Multipolar Corporation. GGRM PT. Gudang Garam. PT. Aglo Sama Permata Motor. PT. Saritama Tunggal PT. Karyadibya Mahardika PT. Sarasa Mitratama. PT. Sinar Tabiora PT Knorr Indonesia. PT. Matahari Putra Prima. Agustus 2001 Maret 2002 Mei 2002 Oktober 2002 Juli 2004 Oktober 2004 Mei 2001 PT. Inti Gerak Maju. PT. Multimedia Nusantara PT. Intergalaxy Delta Fisheries. PT. Asia Food Property. Mei 2001 November 2000 Desember 2000 Mei 2001 Perusahaan Pengakuisisi Mengakuisisi Bulan efektif/ pengumuman Januari 2000 Maret 2000 Maret 2000

PT. Eterindo Wahanatama PT. Surya Malindo

31

Tabel 3.2 Daftar perusahaan diakuisisi tahun 2000-2004 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Kode saham AQUA INTP SMBC DVLA SKLT ALFA SULI ISAT PICO ADES MPPA SDPC PT. Aqua Golden Missippi. Danone. PT. Indocement Tunggal Perkasa. PT. Holcim Indonesia (Semen Cibinong) PT. Darya Varya Laboratories. PT. Sekar Laut. PT. Alfa Retailindo. BNP Paribas. PT. Sigmantara Alfindo. Sejahtera. PT. Indosat. PT. Ades Waters Indonesia PT. Matahari Putra Prima. PT. Millenium Pharmacon International.Sumber: BEJ, Indonesian Capital Market Directory

Perusahaan Diakuisisi

Diakuisisi Oleh

Bulan efektif/ pengumuman April 2000 April 2001 November 2001 Desember 2001 Juni 2002 Agustus 2002 Agustus 2002 Januari 2003 Juni 2004 Juli 2004 Oktober 2004 Desember 2004

Heidelberger Zement AG. Holcim Ltd. Far East Drug Co. Ltd.

PT. Sumalindo Lestari Jaya PT. Sumber Graha STT Telemedia. Water Partners Bottling PT. Multipolar Corporation. Esteem Interpoint Sdn Bhd

PT. Pelangi Indah Canindo. Hammond Holding Ltd.

3.2 Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data Laporan Keuangan dan harga saham perusahaan sampel berasal dari buku Indonesian Market Directory dan Database Pojok BEJ Fakultas Ekonomi

32

Universitas Islam Indonesia. Sumber data lainnya berasal dari sumber bacaan seperti buku-buku, jurnal, dan data dari internet.

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian. Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Rasio keuangan dan return saham merupakan variabel yang diteliti dalam penelitian ini sebagai cerminan kinerja keuangan perusahaan. 1) Rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan alat yang menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba. Dalam penelitian ini, rasio keuangan yang digunakan meliputi rasio berikut ini: a. Rasio likuiditas, meliputi: current ratio dan quick ratio. b. Rasio aktivitas, meliputi: fixed asset turnover, dan total asset turnover. c. Rasio leverage, meliputi: debt to total asset dan debt to equity ratio. d. Rasio profitabilitas, meliputi: operating profit, net profit margin, return on investment dan return on equity. 2) Return saham. Return saham merupakan keuntungan atau hasil dari investasi saham. Penilaian return saham diukur dari abnormal return yang merupakan selisih return sesungguhnya (realized return) dengan return yang

33

diharapkan

(expected

return). Abnormal return dihitung dengan

menggunakan model pasar disesuaikan (market-adjusted model).

3.4 Alat Analisis. 1) Alat analisis pada rasio keuangan. a. Rasio likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek.

-

Current ratio =

Current asset Current liabilities

-

Quick ratio =

Current asset inventory Current liabilitie s

b. Rasio Aktivitas. Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya.

-

Fixed asset turn over =

Sales Net fixed asset

-

Total asset turn over =

Sales Total asset

c. Rasio Leverage. Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari pihak luar atau kreditor.

-

Debt to total asset ratio =

Total liabilitie s Total asset

34

-

Total asset turn over =

Sales Total asset

d. Rasio Profitabilitas. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba.

-

Operating profit margin =

Operating profit Sales

-

Net profit margin =

Net profit SalesNet profit Total asset

-

Return on investment =

-

Return on equity =

Net profit Owner ' s equity

2) Alat analisis return saham. Untuk menghitung return saham diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Informasi harga saham akan digunakan untuk menghitung return saham (Rit) aktual yang dirumuskan sebagai berikut:P Rit = Pit Pit it 1

(1)

Keterangan: Rit Pit = return saham i pada bulan t. = harga saham i pada bulan t.

35

Pit-1 = harga saham i pada bulan t-1. b. Menghitung return pasar dg rumus:

Rmt =

IHSG - IHSGt - 1 IHSGt - 1

(2)

Keterangan: Rmt = return pasar.

IHSGt = indeks harga saham gabungan pada bulan ke t. IHSGt-1 = indeks harga saham gabungan pada bulan ke t-1. c. Menghitung abnormal return selama periode pengamatan dengan rumus.

AR it = R it - R mtKeterangan: ARit = abnormal return saham i pada bulan t. Rit = actual return untuk saham i pada bulan t. Rmt = return pasar pada bulan t-1

(3)

d. Menghitung rata-rata abnormal return (AAR) saham pada bulan ke-t.

AARnt =keterangan :

ARiti=t

n

n

(4)

AARnt = rata-rata abnormal return saham pada bulan ke-t. n = jumlah seluruh saham perusahaan yang diteliti.

36

3.5 Teknik Analisis Data.

Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis dengan merinci dan menjelaskan secara panjang lebar keterkaitan data penelitian yang biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan pada data di tabel tersebut. Data penelitian tersebut adalah olahan data perhitungan rasio keuangan dan return saham. 2) Analisis statistika. Analisis statistika merupakan statistik. analisis Teknik yang ini dilakukan dipergunakan dengan untuk

menggunakan

teknik

membuktikan hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya.

37

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian berupa olahan data mengenai perbedaan rasio keuangan untuk periode satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. Rasio keuangan ini terdiri dari: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Disamping itu, terdapat pengujian terhadap perbedaan abnormal return satu tahun sebelum hingga dua tahun sesudah merger dan akuisisi.

4.1 Analisis Rasio Likuiditas.

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Pembahasan analisis rasio likuiditas dimulai dengan analisis deskriptif yang didasarkan pada data statistik rasio-rasio likuiditas perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Dilanjutkan analisis uji signifikansi untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara signifikan antara rasio-rasio likuiditas pada masa sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi. Berdasarkan perhitungan masing-masing rasio, pada tiap-tiap rasio berikut ini disajikan data stastistik yang memuat nilai minimum, maksimum, ratarata, standar deviasi, standar error mean dan pengujian statistik paired t-test untuk uji signifikansi.

38

4.1.1 Current Ratio.

Current ratio menunjukkan besarnya aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk menutup kewajiban lancar. 1) Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.1 Current Ratio Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

CR_1thn sbl CR_1thn ssd CR_ 2 thn ssd

14 14 14

0,5195 0,1964 0,4296

4,5569 2,7078 6,1640

1,579364 1,350329 1,480971

1,0117428 0,7548499 1,4125837

0,2703996 0,2017421 0,3775289

Tabel 4.2 Uji Paired Sample T-Test: Current Ratio Perusahaan PengakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper Pair 1CR_1sbl - CR_ 290357 1,0430946 787788 732292 313006 Pair 2CR_1sbl - CR_ 983929 1,9928534 326125 1,05225 490322

t ,822 ,185

df ig. (2-tailed 13 ,426 13 ,856

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa current ratio terendah terjadi pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,1964 dan current ratio tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 6,1640. Rata-rata curent ratio pada satu tahun sesudah merger dan

39

akuisisi adalah 1,350329 menurun 0,229035 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata curent ratio pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 1,480971 mengalami kenaikan 0,130642 dibanding satu tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil uji signifikansi pada tabel 4.2 current ratio menunjukkkan Sig satu = 0,426 dan Sig dua = 0,856 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa secara signifikansi tidak ada perbedaan rata-rata current ratio satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah. 2) Perusahaan diakuisisi.Tabel 4.3 Current Ratio Perusahaan Diakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

CR_1thn sbl CR_1thn ssd CR_ 2 thn ssd

12 12 12

0,0408 0,1594 0,2495

3,4314 2,9045 3,0160

1,013158 1,281133 1,584900

0,9297739 0,8938708 0,8114162

0,2684026 0,2580383 0,2342357

40

Tabel 4.4 Uji Paired Sample T-Test: Current Ratio Perusahaan DiakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t Pair 1CR_1sbl - CR_ 679750 ,7746867 236328 601874 242374 -1,198 Pair 2CR_1sbl - CR_ 717417 1,1697578 376800 1,31497 714870 -1,693

df ig. (2-tailed 11 ,256 11 ,119

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa current ratio terendah terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,0408 dan current ratio tertinggi terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 3,4314. Rata-rata curent ratio pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 1,281133 meningkat 0,267975 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata curent ratio pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 1,584900 meningkat 0,303767 dibanding satu tahun sebelumnya. Berdasarkan uji signifikansi current ratio menunjukkkan Sig satu = 0,256 dan Sig dua = 0,119 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian diatas disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata current ratio secara signifikan satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.

41

4.1.2 Quick Ratio.

Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. 1) Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.5 Quick Ratio Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

QR_1thn sbl QR_1thn ssd QR_ 2 thn ssd

14 14 14

0,3104 0,1480 0,3265

2,5197 2,5454 5,4370

1,126236 0,876186 1,070357

0,6924589 0,7205070 1,2925781

0,1850674 0,1925636 0,3454560

Tabel 4.6 Uji Paired Sample T-Test: Quick Ratio Perusahaan PengakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper Pair 1 QR_1sbl - QR_ 500500 ,9767478 610468 139074 140074 Pair 2 QR_1sbl - QR_ 558786 1,6521339 415514 980352 097923

t ,958 ,127

df ig. (2-tailed 13 ,356 13 ,901

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa quick ratio terendah terjadi satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,1480 dan tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 5, 4370. Rata-rata quick ratio pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi 0,876186

42

mengalami penurunan 0,25005 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi mengalami sedikit kenaikan 0,194189 menjadi 1,070357. Hasil uji signifikansi quick ratio menunjukkkan Sig satu = 0,356 dan Sig dua = 0,901 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut membuktikan secara signifikan tidak ada perbedaan rata-rata quick ratio satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. 2) Perusahaan diakuisisi.Tabel 4.7 Quick Ratio Perusahaan Diakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

QR_1thn sbl QR_1thn ssd QR_ 2 thn ssd

12 12 12

0,0211 0,0546 0,1730

1,9382 1,6485 2,4918

0,656708 0,796925 1,056992

0,6237476 0,5899283 0,7388438

0,1800604 0,1702976 0,2132858

43

Tabel 4.8 Uji Paired Sample T-Test: Quick Ratio Perusahaan DiakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Error Mean td. Deviation Mean Lower Upper t Pair 1 QR_1sbl - QR_ 402167 ,5736355 65594350468732242539 -,847 Pair 2 QR_1sbl - QR_ 4002833 ,929796726840929910480 904813 -1,491

df

Sig. (2-tailed 11 ,415 11 ,164

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa quick ratio terendah terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,0211 dan quick ratio tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 2,4918. Rata-rata quick ratio pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 0,796925 meningkat 0,140217 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata quick ratio pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 1,056992 mengalami peningkatan kembali sebesar 0,260067 dibanding satu tahun sebelumnya. Dilihat dari hasil uji signifikansi quick ratio menunjukkkan Sig satu = 0,356 dan Sig dua = 0,901 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian diatas disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata quick ratio satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah.4.1.3 Hasil Analisis Rasio Likuiditas.

Pada perusahaan pengakuisisi rasio-rasio likuiditas mengalami penurunan pada tahun pertama setelah merger dan akuisisi dan pada tahun kedua

44

setelah merger dan akuisisi ada sedikit peningkatan pada rasio-rasio likuiditas. Hal ini diduga karena likuiditas perusahaan-perusahaan pengakuisisi mengalami penurunan dengan adanya merger dan akuisisi dan pada tahun kedua mengalami peningkatan dimana perusahaan-perusahaan pengakuisisi mulai bisa menyesuaikan dengan merger dan akuisisi yang dijalankan. Hal tersebut berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang diakuisisi yang mengalami peningkatan pada masa sesudah merger dan akuisisi pada tahun pertama dan tahun kedua, diduga merger dan akuisisi meningkatkan likuiditas perusahaan yang diakuisisi. Sementara berdasarkan hasil pengujian current ratio dan quick ratio disimpulkan bahwa merger dan akuisisi tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Hasil ini berbeda dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya dan hasil penelitian sama dengan penelitian Payamta dan Setiawan (2004) diduga karena sinergi yang diharapkan tidak tercapai dalam melakukan merger dan akuisisi.

4.2 Analisis Rasio Aktivitas.

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Analisis rasio aktivitas dimulai dengan analisis deskriptif masingmasing rasio pada perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Dilanjutkan analisis uji signifikansi untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara signifikan atau tidak antara rasio-rasio aktivitas sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi.

45

Berikut ini disajikan data statistik tiap-tiap rasio yang didasarkan perhitungan masing-masing rasio yang memuat nilai minimum, maksimum, ratarata, standar deviasi, standar error mean dan pengujian statistik paired t-test untuk uji signifikansi.4.2.1 Fixed asset turn over.

Fixed asset turn over mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. 1) Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.9 Fixed asset turn over Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

FAT_1thn sbl FAT_1thn ssd FAT_ 2 thn ssd

14 14 14

0,3782 0,4766 0,4355

12,3480 35,6298 56,3689

4,732400 4,976350 6,503786

4,5029985 8,9847316 14,4475954

1,2034770 2,4012705 3,8612823

Tabel 4.10 Uji Paired Sample T-Test: Fixed asset turn over Perusahaan PengakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper Pair 1FAT_1sbl - FAT 439500 7,2153126 283734 4,40995 220474 Pair 2FAT_1sbl - FAT 1,77139 2,4970996 399904 8,98700 442248

t -,127 -,530

df ig. (2-tailed 13 ,901 13 ,605

46

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa fixed asset turnover terendah terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,03782 dan fixed asset turnover tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 56,3689. Rata-rata fixed asset turn over pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 4,976350 meningkat 0,24395 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata fixed asset turnover pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 6,503786 meningkat 1,527436 dibanding satu tahun sebelumnya. Uji signifikansi fixed asset turn over menunjukkkan Sig satu = 0,901 dan Sig dua = 0,605 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata fixed asset turn over satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah. 2) Perusahaan diakuisisi.Tabel 4.11 Fixed asset turn over Perusahaan Diakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

FAT_1 thn sbl FAT_1 thn ssd FAT_ 2 thn ssd

12 12 12

0,2616 0,2826 0,3362

34,2472 68,9680 90,2919

5,370208 8,481550 10,020217

9,4375350 19,2856460 25,3917274

2,7243817 5,5672865 7,3299603

47

Tabel 4.12 Uji Paired Sample T-Test: Fixed asset turn over Perusahaan DiakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t Pair 1FAT_1sbl - FAT 3,11134 0,0349579 968428 9,48725 645664 -1,074 Pair 2FAT_1sbl - FAT 4,65001 6,2121747 800517 14,9507 507160 -,994

df ig. (2-tailed 11 ,306 11 ,342

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa fixed turn over terendah terjadi satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,2616 dan tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 90,2919. Ratarata fixed asset turn over pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi 8,481550 mengalami peningkatan dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi mengalami kenaikan kembali sebesar 1,538667 menjadi 10,020217. Dari hasil uji signifikansi fixed asset turn over menunjukkkan Sig satu = 0,306 dan Sig dua = 0,342 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian diatas disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata fixed asset turn over satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah.4.2.2 Total Asset Turn Over.

Rasio total asset turn over mengukur efektifitas perusahaan dalam penggunaan total aktiva.

48

1) Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.13 Total asset turn over Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TAT_1thn sbl TAT_1thn ssd TAT_ 2 thn ssd

14 14 14

0,2955 0,3312 0,3325

2,3779 2,6005 6,5724

0,896800 0,941271 1,307200

0,6214004 0,6049632 1,5671493

0,1660762 0,1616832 0,4188383

Tabel 4.14 Uji Paired Sample T-Test: Total asset turn over Perusahaan PengakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t Pair 1TAT_1sbl - TAT 444714 ,3896866 041481 694698 805269 -,427 Pair 2TAT_1sbl - TAT 104000 1,1218933 998386 1,05816 373619 -1,369

df ig. (2-tailed 13 ,676 13 ,194

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa total asset turn over terendah terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,2955 dan total asset turn over tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 6,5724. Rata-rata total asset turn over pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 0,941271 meningkat 0,044471 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata total asset

49

turn over pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 1,307200 meningkat 0,365929 dibanding satu tahun sebelumnya. Uji signifikansi total asset turn over menunjukkkan Sig satu = 0,676 dan Sig dua = 0,194 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata total asset turn over satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. 2) Perusahaan diakuisisi.Tabel 4.15 Total asset turn over Perusahaan Diakuisisi. N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TAT_1 thn sbl TAT_1 thn ssd TAT_ 2 thn ssd

12 12 12

0,2101 0,2565 0,2637

4,5891 5,4356 4,3980

1,315475 1,462775 1,379708

1,2747536 1,4794069 1,3014955

0,3679897 0,4270680 0,3757094

Tabel 4.16 Uji Paired Sample T-Test: Total asset turn over Perusahaan Diakuisisi.Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t Pair 1TAT_1sbl - TAT 473000 ,3364818 971339 610904 664904 -1,516 Pair 2TAT_1sbl - TAT 642333 ,3120497 900810 625003 340336 -,713

df ig. (2-tailed 11 ,158 11 ,491

50

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa total asset turn over terendah terjadi satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,2101 dan tertinggi terjadi pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 5,4356. Rata-rata total asset turn over pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi 1,462775 mengalami peningkatan dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi sebesar 0,1473. Rata-rata total asset turn over pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi adalah mengalami penurunan 0,083067 menjadi 1,379708. Hasil uji signifikansi total asset turn over menunjukkkan Sig satu = 0,158 dan Sig dua = 0,491 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata total asset turn over satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.4.2.3 Hasil Analisis Rasio Aktivitas.

Pada perusahaan pengakuisisi rasio-rasio aktivitas mengalami peningkatan pada masa sesudah merger dan akuisisi. Hal ini terjadi diduga karena semakin menurunnya nilai aset yang dimiliki baik aset tetap maupun keseluruhan aset pada masa sesudah merger dan akuisisi dimana kenaikan rasio-rasio aktivitas tidak didukung dengan meningkatnya rasio

profitabilitas secara keseluruhan yang justru mengalami penurunan. Hampir sama dengan yang dialami perusahaan diakuisisi pada rasio fixed asset turnover dimana peningkatan rasio ini tidak didukung dengan

meningkatnya rasio profitabilitas secara keseluruhan.

51

Berdasarkan hasil pengujian signifikansi pada fixed asset turnover dan total asset turn over pada perusahaan pengakuisisi dan diakuisisi menunjukkan bahwa merger dan akuisisi menunjukkan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasio aktivitas yang menolak berbeda dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya. Hasil ini berbeda dengan Payamta dan Setiawan (2004) dimana fixed asset turnover dan total asset turrn over mengalami penurunan setelah mengalami penurunan melakukan merger dan akuisisi. Hal ini membuktikan bahwa tujuan ekonomis perusahaan tidak tercapai dalam melakukan merger dan akusisi dan diduga bahwa bukan tujuan ekonomis yang ingin dicapai dalam melakukan merger dan akuisisi, kemungkinan tujuannya untuk menyelamatkan perusahaan target dari kebangkrutan.

4.3 Analisis Rasio Leverage.

Rasio leverage mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari pihak luar atau kreditor. Analisis rasio leverage terdiri dari analisis deskriptif dan analisis statistika atau uji signifikansi pada perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Analisis didasarkan data statistik tiap-tiap rasio yang berasal dari perhitungan masing-masing rasio yang memuat nilai minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi, standar error mean dan pengujian signifikansi statistik paired t-test untuk apakah ada perbedaan secara signifikan atau tidak antara rasio-rasio aktivitas sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi.

52

4.3.1 Debt to Total Asset Ratio.

Debt to total asset ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. 1) Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.17 Debt to total asset Ratio Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

DTA_1 thn sbl DTA_1 thn ssd DTA_ 2 thn ssd

14 14 14

0,2919 0,0527 0,3065

0,8259 1,1445 1,1159

0,510457 0,534657 0,596629

0,1699783 0,2966455 0,2784111

0,0454286 0,0792818 0,0744085

Tabel 4.18 Uji Paired Sample T-Test: Debt to total asset Ratio Perusahaan PengakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t Pair 1DTA_1sbl - DTA 242000 ,1918427 512721 349667 865667 -,472 Pair 2DTA_1sbl - DTA 861714 ,1974848 527800 001957 278529 -1,633

df ig. (2-tailed 13 ,645 13 ,127

Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa debt to total asset terendah terjadi pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,0527 dan debt to total asset tertinggi terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,8259. Rata-rata debt to total asset pada satu tahun sesudah

53

merger dan akuisisi adalah 0,53465 meningkat 0,0242 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata debt to total asset pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi mengalami peningkatan kembali sebesar 0,061972 yaitu 0,596629. Berdasarkan uji signifikansi debt to total asset menunjukkkan Sig satu = 0,645 dan Sig dua = 0,127 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut membuktikan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata debt to total asset satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. 2) Perusahaan diakuisisi.Tabel 4.19 Debt to total asset ratio Perusahaan Diakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

DTA_1 thn sbl DTA_1 thn ssd DTA_ 2 thn ssd

12 12 12

0,4888 0,2968 0,2679

4,0441 4,0184 4,3664

1,068867 1,010717 1,043517

1,0531785 1,0013871 1,1233463

0,3040264 0,2890756 0,3242821

54

Tabel 4.20 Uji Paired Sample T-Test: Debt to total asset ratio Perusahaan DiakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper Pair 1DTA_1sbl - DTA 581500 ,5454811 574668 884321 047321 Pair 2DTA_1sbl - DTA 253500 ,6526063 883912 892963 399963

t ,369 ,135

df ig. (2-tailed 11 ,719 11 ,895

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa debt to total asset terendah terjadi satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,2679 dan tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 4,3664. Ratarata debt to total asset pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi 1,010717 mengalami penurunan 0,05815 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi mengalami kenaikan 1,0328 dibanding satu tahun sebelumnya menjadi 1,043517. Dilihat dari hasil uji signifikansi, debt to total asset menunjukkkan Sig satu = 0,719 dan Sig dua = 0,895 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian diatas bahwa tidak ada perbedaan rata-rata debt to total asset satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah.4.3.2 Debt to Equity Ratio.

Rasio ini merupakan imbangan antara hutang dengan modal sendiri.

55

1) Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.21 Debt to total equity ratio Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

DE_1thn sbl DE_1thn ssd DE_ 2 thn ssd

14 14 14

0,4420 -11,2132 -11,5959

5,3187 2,9243 445,8764

1,576843 -0,274364 31,296164

1,6043048 3,9816505 119,4046060

0,4287685 1,0641409 31,9122233

Tabel 4.22 Uji Paired Sample T-Test: Debt to total equity ratio Perusahaan PengakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper Pair 1 DE_1sbl - DE_512071 5,4175804 479093 1,27681 792249 Pair 2 DE_1sbl - DE_ 29,7193 9,6564370 1,97953 98,8069 9,36825

t 1,279 -,929

df ig. (2-tailed 13 ,223 13 ,370

Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa debt to equity ratio terendah terjadi satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu -11,5959 dan tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 445, 8764. Angka negatif debt to equity ratio menunjukkan defisit pada ekuitas atau defisiensi ekuitas perusahaan seperti pada rata-rata debt to equity ratio pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi Hal ini menandakan kemungkinan bahwa rata-rata debt to equity ratio pada

56

perusahaan pengakuisisi mengalami kenaikan pada masa sesudah merger dan akuisisi. Hasil uji signifikansi debt to equity ratio menunjukkkan Sig satu = 0,223 dan Sig dua = 0,370 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata debt to equity ratio satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi. 2) Perusahaan diakuisisi.Tabel 4.23 Debt to total equity ratio Perusahaan Diakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

DE_1 thn sbl DE_1 thn ssd DE_ 2 thn ssd

12 12 12

-13,0028 -3,9803 -2,0764

9,3799 3,5024 25,4466

0,595700 0,577633 3,136267

5,2031562 2,3072155 7,2104886

1,5020218 0,6660357 2,0814888

57

Tabel 4.24 Uji Paired Sample T-Test: Debt to total equity ratio Perusahaan DiakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper Pair 1 DE_1sbl - DE_180667 4,0031365 556060 2,52540 615383 Pair 2 DE_1sbl - DE_ 2,54057 1,6533819 640416 9,94477 636389

t ,016 -,755

df ig. (2-tailed 11 ,988 11 ,466

Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa debt to equity ratio terendah terjadi satu tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu -13,0028 dan tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 25,4466. Rata-rata debt to equity ratio pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi 0,577633 mengalami penurunan 0,018067 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi adalah mengalami kenaikan 2,558634 dibanding satu tahun sebelumnya menjadi 3,136267. Uji signifikansi debt to equity ratio menunjukkkan Sig satu = 0,988 dan Sig dua = 0,466 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian diatas disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata debt to equity ratio satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi .4.3.3 Hasil Analisis Rasio Leverage.

Pada perusahaan pengakuisisi rasio-rasio leverage mengalami peningkatan sesudah merger dan akuisisi. Hal ini menandakan kemungkinan hutang

58

pengakuisisi semakin bertambah dengan adanya merger dan akuisisi. Sementara pada perusahaan diakuisisi rasio-rasio leverage mengalami penurunan pada tahun pertama sesudah merger dan akuisisi, namun mengalami kenaikan pada tahun kedua sesudah merger dan akuisisi. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi pada debt to total asset ratio dan debt to equity ratio pada perusahaan pengakuisisi dan diakuisisi menyimpulkan bahwa merger dan akuisisi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap leverage perusahaan. Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan Widjanarko (2004) yang menduga hasil ini disebabkan oleh penerapan merger dan akuisisi yang salah atau pemilihan perusahaan target dan perusahaan pengakuisisi tidak memiliki pengalaman dalam melakukan merger dan akuisisi.

4.4 Analisis Rasio Profitabilitas.

Rasio

profitabilitas

mengukur

kemampuan

perusahaan

untuk

menghasilkan laba. Analisis rasio profitabilitas terdiri dari analisis deskriptif dan analisis statistika atau uji signifikansi pada perusahaan pengakuisisi dan perusahaan diakuisisi. Berikut ini disajikan data statistik tiap-tiap rasio yang didasarkan perhitungan masing-masing rasio yang memuat nilai minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi, standar error mean dan pengujian signifikansi statistik paired t-test untuk apakah ada perbedaan secara signifikan atau tidak antara rasio-rasio aktivitas sebelum dengan sesudah merger dan akuisisi.

59

4.4.1 Operating profit margin.

Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. 1) Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.25 Operating profit margin Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

OPM_1thn sbl OPM_1thn ssd OPM_ 2 thn ssd

14 14 14

0,0247 -0,0492 -0,3065

0,7352 0,4721 0,4393

0,170600 0,132164 0,108079

0,1122619 0,1626071 0,1890285

0,0300033 0,0434586 0,0505200

Tabel 4.26 Uji Paired Sample T-Test: Operating profit margin Perusahaan PengakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t Pair 1OPM_1sbl - OPM 384357 ,0846617 226268 104465 873179 1,699 Pair 2OPM_1sbl - OPM 625214 ,1348829 360490 153576 404005 1,734

df ig. (2-tailed 13 ,113 13 ,106

Dilihat dari tabel 4.25 dapat diketahui bahwa operating profit margin terendah terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu -0,3065 dan operating profit margin tertinggi terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu 0,7352. Rata-rata operating profit

60

margin pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 0,132164 menurun 0,038436 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata operating profit margin pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah 0,108079 mengalami penurunan kembali sebesar 0,024085 dibanding satu tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil uji signifikansi operating profit margin

menunjukkkan Sig satu = 0,113 dan Sig dua = 0,106 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata operating profit margin satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah. 2) Perusahaan diakuisisi.Tabel 4.27 Operating profit margin Perusahaan Diakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

OPM_1thn sbl OPM_1thn ssd OPM_ 2 thn ssd

12 12 12

-0,1184 -0,8185 -0,9442

0,5718 0,4356 0,4224

0,073042 -0,004733 -0,025417

0,1909023 0,2985042 0,3251249

0,0551088 0,08617007 0,0938555

61

Tabel 4.28 Uji Paired Sample T-Test: Operating profit margin Perusahaan DiakuisisiPaired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Mean td. Deviatio Mean Lower Upper t Pair 1OPM_1sbl - OPM 777750 ,2006052 579097 496835 052335 1,343 Pair 2OPM_1sbl - OPM 984583 ,2770432 799755 775665 744832 1,231

df ig. (2-tailed 11 ,206 11 ,244

Dari tabel 4.27 dapat dilihat bahwa operating profit margin terendah terjadi pada satu tahun sebelum merger dan akuisisi yaitu -0,9442 dan operating profit margin tertinggi terjadi pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi yaitu 0,5718. Rata-rata operating profit margin pada satu tahun sesudah merger dan akuisisi adalah -0,004733 menurun 0,077775 dibanding satu tahun sebelum merger dan akuisisi. Rata-rata operating profit margin pada dua tahun sesudah merger dan akuisisi adalah -0,025417 menurun 0,020684 dibanding satu tahun sebelumnya. Berdasarkan uji signifikansi operating profit margin menunjukkan Sig satu = 0,206 dan Sig dua = 0,244 (lebih besar dari 0,05). Dari pengujian tersebut disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata operating profit margin satu tahun sebelum dengan satu tahun sesudah dan satu tahun sebelum dengan dua tahun sesudah.4.4.2 Net profit margin.

Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau pendapatan.

62

1)

Perusahaan pengakuisisi.Tabel 4.29

Uji Paired Sample T-Test: Net profit margin Perusahaan Pengakuisisi N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Std. Error Mean

NPM_1thn sbl NPM_1thn ssd NPM_ 2 thn ssd

14 14 14

0,0046 -0,2618 -0,3372