dahnil sukarno hatta-fsh
TRANSCRIPT
-
Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (LPDB-KUMKM) Sebagai Alternatif Lembaga
Keuangan dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Di susun oleh :
DAHNIL SUKARNO HATTA
NIM: 104046101673
KOSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009
-
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah hi Rabbil Alamin, ungkapan puji syukur tak terhingga ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam
semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Lembaga
Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(LPDB-KUMKM) Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan dalam Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat, sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Islam
pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Bapak Ah.
Azharudin Latief, M.Ag, M.H selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah
memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam
menyiapkan skripsi ini.
3. Bapak Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag, dan Bapak Drs. Agustianto, M.Ag, selaku
pembimbing, yang dengan sabar mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya
kepada penulis selama di bangku kuliah
i
-
5. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, baik
moral maupun materi hingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan S1.
6. Keluarga besar PT. Malacho Buana Perkasa, yang memberikan penulis
pengalaman kerja.
7. LPDB-KUMKM, yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan
skripsi hingga skripsi ini rampung.
8. Kawan-kawan PS D 04 yang selalu memberikan motivasi bagi penulis hingga
menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi
ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Jakarta, Juni 2009
Dahnil Sukarno Hatta
ii
-
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................8
D. Review Study Terdahulu......................................................................8
E. Kerangka Teori.....................................................................................11
F. Metode Penelitian................................................................................15
G. Sistematika Penulisan...........................................................................15
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Lembaga keuangan bank .....................................................................17
1. Pengertian lembaga keuangan bank .............................................18
2. Fungsi lembaga keuangan bank ..................................................19
B. Lembaga keuangan non bank.............................................................25
1. Koperasi.........................................................................................26
2. Baitul Mal Watamwil....................................................................31
C. Distribusi pendapatan..........................................................................33
1. Distribusi pendapatan dalam Islam...............................................34
2. Peran Negara dalam distribusi pendapatan di
Indonesia........................................................................................41
3
-
D. Dana Bergulir.......................................................................................45
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah singkat LPDB-
KUMKM........................................................48
B. Visi, misi LPDB-
KUMKM.................................................................51
C. Struktur Organisasi LPDB-
KUMKM.................................................54
D. Mekanisme Penyaluran Dana
Bergulir................................................59
E. Produk-produk LPDB-
KUMKM........................................................66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. LPDB-KUMKM sebagai alternatif lembaga keuangan
dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.................................................69
1. Peran LPDB-KUMKM dalam pemberdayaan ekonomi
rakyat....70
2. Prioritas penyaluran dana
bergulir.................................................72
3. Peran negara dalam distribusi
pendapatan....................................73
B. Kendala yang dihadapi dalam penyaluran dana bergulir....................80
-
1. Kendala dari dalam lembaga
(internal)........................................81
2. Kendala dari luar lembaga
(eksternal)..........................................82
C. Faktor yang mendukung keberhasilan UMKM...................................83
D. Analisis Swot LPDB-KUMKM..........................................................86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................
........107
B. Saran ..........................................................................................
........109
5
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia yang ditakdirkan ALLAH SWT adalah kehidupan yang
bermasyarakat, berbudaya dan bermoral. Penataan kehidupan yang demikian sifatnya
menjamin suatu kualitas kehidupan yang dapat mewujudkan martabat kemanusiaan.
Tentunya dalam hal ini terkait masalah social ekonomi, bahkan hal ini merupakan
bagian penting dalam mewujudkan kualitas kehidupan yang layak.
Namun dalam kenyataannya, permasalahan sosial masih kerap kali kita jumpai,
misalnya kemiskinan dan kebodohan, kemiskinan dan kebodohan adalah salah satu
mata rantai yang sejak dulu ada dan menimbulkan berbagai macam permasalahan
kehidupan. Dapat dikatakan bahwa salah satu sumber dari permasalahan hidup ini
adalah kemiskinan dan kebodohan. Namun jika ditelaah lebih lanjut, kebodohan itu
sendiri sebenarnya dapat terbentuk dari kemiskinan. Oleh karena itu, yang menjadi
agenda utama dalam rangka memberantas permasalahan kebodohan tersebut adalah
bagaimana masyarakat dapat mengentaskan kemiskinan.
Berbicara mengenai kemiskinan, pada zaman Rasulullah Saw telah ada lembaga
baitul mal di mana dana yang terkumpul salah satunya dianggarkan untuk penyediaan
pelayanan social bagi masyarakat.1ini menunjukan bahwa Negara mempunyai
kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Selain itu di dalam salah satu kebijakan 1 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,
(Jakarta: Pustaka Astruss, 2005), Cet. 1.h 17.
1
-
fiskal yang dilakukan Rasulullah, Rasulullah pun sanagt memperhatikan distribusi
pendapatan antara kaum anshar yang rata-rata merupakan orang yang mampu,
dengan kaum muhajirin yang pada saat itu hijrah dan keadaan keuangan mereka tidak
baik. Di samping itu juga, Rasulullah Saw menerapkan kebijakan penyediaan
lapangan kerja bagi kaum muhajirin agar mereka dapat keluar dari kemiskinan.2
Setelah Rasulullah memberikan contoh konsep mengenai kehidupan sosial,
kemudian banyak ekonom muslim fase awal yaitu pada abad pertama hijriah sampai
abad keempat hijriah yang mengembangkan konsep-konsep yang telah di contohkan
oleh Rasulullah, seperti Abu Yusuf yang menyoroti tentang tanggung jawab ekonomi
penguasa terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat, keadilan dan pemerataan
dalam pajak. Ada juga Imam al-Ghazali yang merumuskan konsep fungsi
kesejahteraan sosial Islami, artinya setiap manusia yang melakukan kegiatan ekonomi
harus mengacu kepada konsep maslahah ( kesejahteraan), sehingga tidak ada pihak
yang dirugikan. Lebih jauh lagi, Imam al-Ghazali mengidentifikasi tiga alasan
mengapa seseorang harus melakukan aktifitas ekonomi, yaitu untuk memenui
kebutuhan hidup yang bersangkutan, mensejahterakan keluarga, dan membantu orang
lain yang membutuhkan.3
Dari fase awal kita beranjak ke fase pertengahan. Pada masa ini para ekonom
Islam lebih jauh lagi membahas mengenai permasalahan ekonomi yang terjadi di
2 Kadim As-Sadr, Fiskal Policies in Early islam, dalam Euis Amalia(ed.), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, h.19.
3 Adiwarman A. karim, Pemikiran Ekonomi Seorang Skolastik Arab, dalam Euis Amalia(ed.), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,h.123-124.
-
3tengah masyarakat. Seperti Ibnu Hazm, yang mengemukakan konsep jaminan sosial
bagi orang tak mampu. Menurut pandangannya, Orang-orang kaya dari penduduk
setiap negeri wajib menanggung kehidupan orang-orang fakir miskin di antara
mereka. Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap mereka jika zakat dan harta
kaum muslimin ( bait al-mal) tidak cukup untuk mengatasinya. Orang fakir miskin itu
harus diberi makanan dari bahan makanan semestinya, pakian untuk musim dingin
dan panas yang layak, dan tempat tinggal yang dapat melindungi mereka dari hujan,
panas matahari, dan pandangan orang-orang yang berlalu lalang.4 Selain Ibnu Hazm,
ada juga ekonom muslim yang bernama Ibnu Taimiyah. Seperti halnya para pemikir
Islam lainnya menyatakan bahwa pemerintah merupakan institusi yang sangat
dibutuhkan. Menurut Ibnu Taimiyah, seseorang harus hidup sejahtera dan tidak
tergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu memenuhi sejumlah
kewajibannya dan keharusan agamanya. Menjadi kewajiban sebuah Negara untuk
membantu rakyatnya guna mencapai kondisi financial yang lebih baik. Ini berarti
Negara harus bisa menghilangkan kemiskinan yang melanda rakyatnya.5
Hingga saat ini, pemikiran-pemikiran yang di kemukakan oleh para ekonom
muslim banyak dijadikan acuan dalam mengatasi masalah ekonomi di Negara
tertentu. Indonesia menganut sistem ekonomi pancasila di mana seluruh kegiatan
ekonomi yang dilakukan harus mengacu dan sesuai dengan pancasila yang lebih
4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,h.141.
5 Ibid.h.179-180.
-
cenderung kearah sosialis. Sejarah perekonomian Indonesia bisa dikatakan mulai
berjalan secara normal pada akhir tahun 60an dan terus berkembang hingga terjadi
krisis pada tahun 1997.
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 semakin
membenamkan masyarakat kita ke dalam jurang kemiskinan. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan namun hingga kini
sepertinya belum menunjukan hasilnya, jurang pemisah antara yang kaya dengan
yang miskin makin terasa, kesejahteraan tidak merata, kekayaan hanya bertumpu
pada segelintir orang saja, padahal kita tahu bahwa tujuan dari pembangunan nasional
adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan merata, baik secara
materi maupun spiritual berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, selain itu
pembangunan juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan,
kecerdasan dan taraf hidup seluruh rakyat.
Untuk mewujudkan pembangunan tersebut telah banyak usaha yang dilakukan
pemerintah, baik peningkatan kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha.
Namun, kenyataannya usaha yang dilakukan pemerintah belum tampak pengaruhnya
dalam peningkatan pendapatan masyarakat terutama pengusaha kecil. Padahal usaha
mikro, kecil dan menengah merupakan bagian fital dalam dunia usaha nasional yang
mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam
mewujudkan pembangunan nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada
khususnya.
-
5Usaha kecil yang merupakan titik tolak ekonomi dalam kancah perekonomian
nasional, masih belum mampu mengembangkan kemampuan dan peranannya secara
optimal. Hal ini disebabkan karena usaha kecil masih menghadapi hambatan dan
kendala, baik yang bersifat eksternal maupun yang bersifat internal, dalam bidang
produksi, pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, teknologi serta
iklim usaha yang kurang mendukung bagi perkembangannya. Adapun kendala yang
dominan yang dihadapi pengusaha mikro, kecil dan menengah adalah permodalan,
karena memang bagi pengusaha kecil sangat sulit memperoleh akses terhadap sumber
daya modal. Lebih-lebih dalam keadaan pasar yang kompetitif, golongan ini semakin
sulit bersaing dengan golongan yang lebih kuat.
Di Indonesia lembaga keuangan yang dapat menyediakan dana untuk membantu
permodalan secara formal adalah bank. Hanya saja bank belum mampu menyentuh
semua lapisan masyarakat, hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pinjaman
dari bank memerlukan persyaratan agunan/jaminan, proses yang cukup lama dan suku
bunga pinjaman yang relatif tinggi. Selain lembaga keuangan bank, terdapat pula
lembaga keuangan non bank seperti asuransi, baitul maal watamwil, dan koperasi
yang mengelola dana masyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah sebagai pemegang amanat rakyatnya mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mendorong para pengusaha mikro, kecil
dan menengah untuk dapat meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan
pendapatan serta kesejahteraan mereka. Di samping itu, memang sudah merupakan
-
tugas pemerintah dalam mendistribusikan pendapatan dan kekayaan yang dimiliki
oleh negara, agar harta dan kekayaan itu dapat dinikmati oleh seluruh rakyat dan
tidak berputar pada segelintir orang saja. Konsep ini juga banyak dijumpai dalam Al-
Quran antara lain untuk menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh
masyarakat. Konsep tersebut antara lain: (1) manfaat sumber-sumber alam harus
dapat dinikmati oleh semua mahluk Allah (Q.s. 6:3), (2) kehidupan fakir miskin harus
diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya (Q.s. 51:19), (3)
kekayan tidak boleh dinikmati dan berputar di antara orang kaya saja (Q.s. 104:2)6.
Sangat jelas terlihat bahwa salah satu tugas pemerintah yang tidak kalah penting
adalah dalam hal pendistribusian kekayaan dan pendapatan.
Dalam mengeluarkan kebijakan, pemerintah menunjuk instansi-instansi yang
terkait dengan kebijakan tersebut, salah satunya adalah kebijakan dana bergulir
departemen keuangan yang akan disalurkan kepada koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah, melalui lembaga yang didirikan oleh KEMENTRIAN NEGARA
KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I, yaitu LEMBAGA
PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL
DAN MENENGAH (LPDB-KUMKM).
Atas dasar itu, penulis selaku mahasiswa jurusan Perbankan Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, ingin menulis skripsi mengenai pemberdayaan
ekonomi rakyat dengan judul Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan
6 Daud Ali Mohammad. System Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,(Jakarta: UI-press,1988). h. 16
-
7Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat.
B. Perumusan Masalah
Jika berbicara dan membahas mengenai pemberdayaan ekonomi rakyat, tentunya
sangat luas cakupanya, di antaranya kebijakan pemerintah, lembaga keuangan, hingga
keadaan ekonomi nasional dalam suatu negara. Oleh karena itu, saya mencoba
membatasi masalah hanya pada lembaga yang berperan dalam pemberdayaan
ekonomi rakyat, dengan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran LPDB-KUMKM dalam memberdayakan ekonomi
rakyat?
2. Kendala apa saja yang dihadapi LPDB-KUMKM dalam menyalurkan
dana bergulir?
3. Faktor apa saja yang mendukung keberhasilan UMKM di Indonesia?
4. Bagaimana analisa swot LPDB-KUMKM?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk ;
1. Memberikan informasi mengenai lembaga di luar lembaga keuangan
yang memberikan pembiayaan kepada UMKM.
2. Menjelaskan bagaimana peran negara dalam distribusi pendapatan.
Manfaat dari penelitian ini adalah
-
1. Bagi LPDB-KUMKM membantu mensosialisasikan lembaganya agar
semakin banyak Lembaga Keuangan Mikro yang mengetahui adanya
lembaga yang memberikan pembiayaan kepada UMKM.
2. Bagi penulis dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai
bagaimana peran negara dalam pendistribusian pendapatan dalam
tujuannya mensejahterakan rakyat.
3. Bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk memberikan informasi dan
gambaran mengenai lembaga yang memberikan pembiayaan di luar
lembaga keuangan bank dan non bank.
D. Review Studi Terdahulu
Mengenai pembahasan tentang tema yang sama, ditemukan juga beberapa skripsi
terdahulu yang memiliki tema serupa, di antaranya ada yang menulis skripsi
mengenai Pendistribusian Kekayaan Negara dalam Perspektif Islam karya
Fahrurrozi, 2006. Beliau membahas mengenai kebijakan pemerintah dalam bidang
ekonomi yang ditujukan untuk pendistribusian kekayaan negara yang diperoleh dari
pajak, explorasi sumber daya alam, dan pendapatan lainya untuk kepentingan para
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah agar tetap eksis sebagai mata pencaharian.
Dalam penulisan skripsinya beliau menggunakan metode deskriptif analisis, yang
menggambarkan dan menganalisa secara mendalam tentang peran Negara dalam
pendistribusian kekayaannya. Ada juga yang membahas mengenai Peranan BMT
sebagai Lembaga Keuangan dalam Memberdayakan Ekonomi Rakyat" ( studi di
-
9BMT Al-Fath ciputat, Tangerang ) yang ditulis oleh Achmad Riyadi. Beliau
membahas mengenai operasional BMT serta usaha-usaha yang telah dilakukan BMT
dalam memberdayakan ekonomi rakyat seperti penyaluran dana kepada para
pedagang kecil. Berikut ini matrik kedua skripsi di atas dan perbedaannya dengan
skripsi penulis:
No Penulis/ judul Kelebihan Kekurangan 1 Fahrurrozi /
Pendistribusian Kekayaan
Negara dalam Perspektif
Islam
- pembahasannya cukup
luas, hampir menyentuh
seluruh aspek
- pembahasan
substansinya terlalu
umum
- tidak adanya contoh konkrit kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan distribusi pendapatan kekayaan negara
2 Achmad Riyadi / Peranan
BMT sebagai Lembaga
Keuangan dalam
Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat
- lebih detail dalam
membahas masalah yang
ada
- hanya membahas
mengenai BMT saja,
tidak ada pembahasan
tentang LKM yang
lain
- substansinya tidak bisa berkembang, karena
3 Dahnil Sukarno Hatta /
LPDB-KUMKM sebagai
Alternatif Lembaga
- pembahasan cukup luas
- ada beberapa contoh
LKM
- hanya membahas
LKM secara garis
besar saja
-
Keuangan dalam
Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat
- lembaga yang dibahas
merupakan lembaga baru
- banyak contoh bentuk
kebijakan pemerintah
- minim tabel
- analisisnya kurang mendalam
E. Kerangka Teori
Dana bergulir adalah Dana yang berasal dari pemerintah melalui Kementerian
Negara Koperasi dan UKM yang merupakan dana simpan-pinjam/pembiayaan yang
disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa Keuangan
Syariah/lembaga keuangan lainnya untuk disalurkan lebih lanjut kepada anggotanya
yaitu pengusaha mikro dan kecil.7
Sedangkan modal ventura berarti Dana yang berasal dari pemerintah melalui
Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebagai pembiayaan yang berbentuk
penyertaan modal, pola bagi hasil, dan obligasi konversi kepada Koperasi, Usaha
Kecil dan Menengah Perusahaan Pasangan Usaha (KUKM-PPU) dalam jangka waktu
tertentu dengan karakteristik mempunyai tingkat risiko atas modal yang ditanamkan
karena bertindak sebagai investor, merupakan investasi aktif yaitu jika dipandang
perlu melibatkan diri dalam pengelolaan usaha KUKM-PPU, investasi bersifat
sementara, dan mengharapkan hasil atas investasi yang ditanamkan.8
7 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.3.8 Ibid,h.4.
-
11
Pengusaha Mikro adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan usaha yang
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta
rupiah). Sedangkan pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan
usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000.- (satu
milyar rupiah) atau memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000.- (dua
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan.9
Lembaga keuangan dalam kamus manajemen dijelaskan sebagai badan atau
organisasi yang bergerak di bidang keuangan.10 Sedangkan pengertian lembaga
keuangan bank berarti badan atau lembaga yang kegiatan utamanya adalah menerima
simpanan giro, tabungan dan deposito. Dalam pembicaraan sehari-hari bank juga
dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkanya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan
uang, memindahkan uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan
setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, biaya kuliah dan pembayaran
lainya.
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.11
Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata
9 Ibid,h.5.
10 Marbun.B.N, Kamus Manajemen, (Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2003). h.476.
11 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya,(Jakarta;Rajagarfindo Perkasa,2005).h.23
-
assuradeur yang berarti penanggungan dan geassureerde yang berarti
tertanggung. Kemudian dalam bahasa Perancis disebut Assurance yang berarti
menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata
asuransi disebut Insurance yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin terjadi.
Di Indonesia pengertian asuransi menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang usaha asuransi adalah sebagai berikut :
Asuransi atau penanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.12
Dalam Ensiklopedia Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi (Ar: at-Tamin)
adalah transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban
membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya
kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai
dengan perjanjian yang dibuat.13
Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan
atau kepentingan bersama. Kelompok orang inilah yang akan menjadi anggota
koperasi yang didirikannya, pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan
dan gotong royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang memerlukan
12 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya,(Jakarta;Rajagarfindo Perkasa,2005).h.276.13 Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam,(Jakarta:Kencana,2004).h.61.
-
13
bantuan baik berbentuk barang maupun pinjaman uang.14
Dalam Islam proses distribusi memegang peranan sangat penting, karena
pada proses inilah dapat dilihat pemerataan dari hasil produksi. Distribusi
didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting yaitu:
nilai kebebasan dan nilai keadilan.15 Konsep Islam menjamin sebuah distribusi
pendapatan yang memuat nilai insani. kedudukan manusia yang berbeda antara
satu dengan yang lain merupakan kehendak ALLAH SWT. Perbedaan ini
merupakan bagian dari upaya manusia untuk bisa memahami nikmat ALLAH,
sekaligus memahami kedudukannya dengan sesama. Manusia tidak dapat
menentukan dirinya untuk berkedudukan lebih tinggi atau rendah, karena semua
itu telah ditentukan ALLAH. Pemilikan harta hanya pada beberapa orang dalam
suatu masyarakat akan menimbulkan ketidakseimbangan hidup dan akan
menimbulkan efek yang buruk bagi kehidupan. Sesuai dengan firman Allah,
dalam surat al-Hasyr (59) ayat 7.
!$B u!$sr& !$# 4n?t &!qu `B @dr& 3t)9$# Ts Aq=9ur %!ur 4n1)9$# 4y J tGu9$#ur 3 |yJ9$#ur $#ur @69$# s1 w tbq3t P's!r tt/ !$uYF{$# N3ZB 4 !$tBur N39s #? u Aq9$# nrs $tBur N39pktX mYt (#qgtFR$$s 4 (#q)?$#ur !$# ( b) !$# x
>$s)9$# )/ : (Artinya: apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka
14 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, hal. 270.15 Qardhawi, Yusuf, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam,(Jakarta:Rabbani
Press, 2001).h.349.
-
adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.(Al-Hasyr/ 59 : 7)
F. Metode penulisan skripsi
Metode penulisan skripsi ini adalah menggunakan metode penulisan deskriptif
yang menekankan pada data-data dan informasi sebanyak-banyaknya yang
berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.
Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan. Sedangkan jenis data yang digunakan antara lain data primer antara lain
wawancara dan observasi. Dan data sekunder yaitu data yang ada pada lembaga
pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah.
Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2005.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review study
terdahulu), kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan
BAB II Berisi tinjauan teoritis tentang lembaga keuangan bank, lembaga
keuangan non bank, dan pendistribusian pendapatan.
-
15
BAB III Berisi gambaran umum tentang LPDB-KUMKM, meliputi Sejarah
singkat LPDB-KUMKM, Visi - misi LPDB-KUMKM, Struktur Organisasi di LPDB-
KUMKM dan Produk-produk LPDB-KUMKM.
BAB IV Berisi hasil penelitian yang meliputi penjelasan mengenai LPDB
sebagai alternatif lembaga keuangan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat serta
mekanisme penyaluran dana bergulir.
BAB V Dalam bab ini penulis mencoba menulis kesimpulan dari pembahasan
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran yang
kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Daftar Pustaka dan
Lampiran.
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Lembaga Keuangan Bank
Sektor perbankan memiliki peran yang strategis bagi perekonomian suatu negara.
Dalam sistem ekonomi modern, perbankan bisa diibaratkan sebagai jantung
perekonomian karena pengaruhnya yang besar terhadap perekonomian suatu Negara.
Di Indonesia lembaga keuangan dibagi menjadi dua, pertama, lembaga keuangan
bank dan kedua, lembaga keuangan non bank. Pada prinsipnya pengertian lembaga
keuangan adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali ke masyarakat. Tetapi karena dunia perbankan dirasa sudah
sangat besar dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia juga sangat besar,
maka lembaga keuangan bank dipisahkan dari lembaga keuangan lainnya. Indonesia
dan dunia pernah mengalami krisis moneter pada tahun 1997 yang cukup dahsyat
sehingga perekonomian Indonesia dan dunia pada saat itu kacau balau, akibatnya
adalah perekonomian dunia pada saat itu tidak stabil.
Di Indonesia, angka inflasi mencapai 300% dan suku bunga kredit melambung
tinggi, sehingga banyak para pengusaha yang kesulitan mengembalikan dana kredit
yang menyebabkan banyaknya kredit macet sehingga mengurangi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. Atas dasar itu para nasabah yang
mempercayakan dananya pada bank berbondong-bondong untuk segera mencairkan
dananya tersebut. Sejak dilanda krisis pada tahun 1997, perkembangan dunia
-
perbankan di Indonesia sampai saat ini bisa dikatakan sudah mulai membaik, yang
ditunjukan oleh perekonomian yang stabil, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
dunia perbankan sudah mulai meningkat dan sektor riil sudah bisa berjalan dengan
baik yang tentunya ditopang oleh dana dari perbankan.
1. Pengertian Lembaga Keuangan Bank
Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan banco dalam bahasa
Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan
fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti
berlian, peti uang dan sebagainya.1 Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal
sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro,
tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk
meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu
bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau
menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran
listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.2
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november
1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentu-benntuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2002), h.2.2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2005),h.23.
-
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, di mana seluruh aktivitas
perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai
bank tidak terlepas dari masalah keuangan.
2. Produk Lembaga Keuangan Bank
Lembaga keuangan bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara
unit-unit ekonomi yang memiliki kelebihan dana (surplus unit ) dengan unit-unit
lain yang membutuhkan atau kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank, dana
berlebih yang dimiliki surplus unit dapat disalurkan kepada deficit unit sehingga
dana berlebih tersebut dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Dalam
menjalankan kegiatan usahanya, bank dalam hal ini mengeluarkan produk-produk
yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini, pihak bank harus pandai menciptakan
produk-produk baru yang bisa memikat hati para calon nasabah dengan cara
menbuat produk yang mampu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi oleh
calon nasabah sehingga para calon nasabah merespon dengan positif hadirnya
produk baru tersebut. Secara umum, produk perbankan ada 3 (tiga), yaitu :
a. Produk penghimpunan dana (funding)
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas. Masyarakat tidak akan menyimpan dananya begitu saja
kepada bank, tanpa adanya timbal balik yang rasional. Maksudnya, bank harus
memberikan balas jasa atau rangsangan kepada nasabah penabung berupa
19
-
bunga, bagi hasil atau hadiah yang dapat menarik minat nasabah penabung
untuk menyimpan dananya di bank. Semakin besar bunga, bagi hasil atau
hadiah yang ditawarkan, maka minat masyarakat untuk menyimpan dananya
semakin bersar pula. Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank
memiliki beberapa produk yang bisa dipilih oleh calon nasabah penabung
yang sesuai dengan kebutuhannya, yaitu :
1) Simpanan Giro
Dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10
November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro
adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.3
2) Simpanan Tabungan
Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai
syarat-syarat tertentu bagi pemegangnya dan biasanya persyaratan bagi
pemegang dari setiap bank berbeda. Pengertian tabungan menurut
Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
3 Ibid, h.65.
-
giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.4
3) Simpanan Deposito
Simpanan deposito merupakan jenis simpanan ketiga yang
dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya,
simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo)
sehingga tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari. Menurut
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang
dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank artinya apabila nasabah menyimpan dananya
untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka dana tersebut baru dapat
dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir.5
b. Produk penyaluran dana (lending)
Setelah menghimpun dana dari masyarakat, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan bank adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat yang kekurangan dana (deficit unit) atau sering disebut kredit
dalam bank konvensional dan pembiayaan dalam bank syariah. Menurut
Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud kredit
adalah:
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
4 Ibid, h.74.
5 Ibid, h.80.
21
-
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Bank konvensional memberikan dana kepada pihak yang membutuhkan
dengan imbalan bunga ditambah biaya administrasi sedangkan sistim bagi
hasil bagi bank yang menggunakan sistim syariah. Dalam menyalurkan
dananya, perbankan syariah memiliki lebih banyak produk yang ditawarkan,
sehingga memudahkan calon nasabah untuk memilih produk yang sesuai
dengan kebutuhannya. Secara garis besar ada tiga produk yang ditawarkan
oleh bank syariah dalam menyalurkan dana yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaannya, yaitu:6
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
memiliki barang berdasarkan prinsip jual beli.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk
mendapatkan jasa berdasarkan prinsip sewa.
3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama
yang ditujukan untuk mendapatkan sekaligus
barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
Dalam menjalankan tugas ini bank juga dituntut untuk bisa bersaing
dengan bank lain dalam tingkat suku bunga pinjaman atau pun tingkat bagi
6 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, cet.II, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), h. 61.
-
hasil pembiayaan agar para calon nasabah kredit atau pembiayaan tertarik
untuk bekerjasama.
c. Produk jasa (service)
Produk jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang ketiga. Tujuan
pemberian jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan
menghimpun dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang
diberikan, maka semakin baik, dalam arti jika nasabah hendak melakukan
suatu transaksi perbankan, cukup di satu bank saja. Demikian pula sebaliknya
jika jasa bank yang diberikan kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk
mencari bank lain yang menyediakan jasa yang mereka butuhkan. Lengkap
atau tidaknya jasa bank yang diberikan sangat tergantung dari kemampuan
bank tersebut, baik dari segi modal, perlengkapan fasilitas sampai kepada
personil yang mengoperasikannya.7
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata transfer, kartu
ATM, kliring atau money changer, itu semua merupakan sebagian dari produk
jasa bank. Berikut ini adalah beberapa produk jasa dari bank:
1) Kiriman Uang (transfer)
Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota,
luar kota, atau ke luar negri. Dengan menggunakan jasa bank ini, nasabah
bisa mengirim uang ke mana saja dengan waktu singkat dan aman. Dalam
mengirim uang melalui bank, biasanya nasabah dikenakan biaya yang
7Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 135.
23
-
besarnya tergantung jarak atau bank yang dituju.
2) Kliring (clearing)
Kliring merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar bank dengan
cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga
kliring. Lembaga kliring ini di bentuk dan dikoordinir oleh Bank Indonesia
setiap hari kerja. Peserta kliring adalah bank yang sudah memperoleh izin
dari Bank Indonesia. Salah satu tujuan dari jasa kliring pada bank adalah
untuk memajukan dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral sehingga
dapat dilaksanakan dengan aman dan efisien.8
3) Kartu Bank (Bank Card)
Bank Card merupakan kartu yang di keluarkan oleh bank yang
diberikan kepada nasabahnya untuk dapat di pergunakan sebagai alat
pembayaran di tempat tertentu. Di samping itu kartu ini juga diuangkan
(mengambil uang tunai) melalui ATM (Automated Teller Machine) yang
tersebar di berbagai tempat strategis seperti pusat perbelanjaan, tempat
hiburan dan perkantoran.9
Kartu ini hanya bisa digunakan oleh nasabah yang bersangkutan karena
untuk menggunakannya harus menggunakan nomor PIN yang hanya di
ketahui oleh nasabah pemegang kartu sehingga keamanan dari dana yang
ada dalam kartu sangat terjaga. Dengan kartu ini pula nasabah dimudahkan
8 Ibid., h. 1409 Ibid., h. 146
-
dengan tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak karena dapat
mencairkan uang kapan pun di butuhkan.
4) Penukaran Uang (Money Changer)
Jasa penukaran mata uang asing juga disediakan oleh bank. Dengan
menggunakan jasa ini nasabah dapat menukarkan uang yang dimilikinya
kepada mata uang yang lain untuk kepentingan tertentu. Dalam menukarkan
mata uang tentu terdapat perbedaan nilai antar mata uang yang satu dengan
mata uang lainnya sehingga nilai tukarnya di sesuaikan dengan selisih nilai
yang ada. Jasa penukaran ini memudahkan nasabah yang memerlukan mata
uang asing untuk keperluannya.
B. Lembaga Keuangan Non Bank
Selain lembaga keuangan bank, ada juga lembaga keuangan lainnnya atau lebih
sering disebut lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan non bank ini
dipisahkan dari lembaga keuangan bank karena memang terdapat perbedaan yang
signifikan dalam hal jumlah asset dan nasabah yang tentunya membedakan
pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia. Tetapi peran dan pengaruh
lembaga keuangan non bank tidak bisa di kesampingkan begitu saja. Lembaga
keuangan non bank memiliki keunggulan tersendiri yang bisa menarik minat para
calon nasabahnya, meskipun tugas, fungsi dan tujuannya tidak jauh berbeda dengan
lembaga keuangan bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat.
25
-
1. Koperasi
a. Sejarah Singkat Koperasi
-
Gerakan koperasi di gagas oleh Robert Owen (17711858), yang
menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark,
Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William
King (17861865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris.
Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The
Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang
mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi.
17
-
Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman,
juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan
koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris di dirikan oleh Charles
Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc
mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di
Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi pertanian.10
10 Ensiklopedia bebas, Koprasi, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi#Sejarah_Berdirinya_Koperasi
17
-
Sedangkan gerakan Koperasi di Indonesia diperkenalkan oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan
koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang
dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru
oleh Boedi Oetomo dan SDI. Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan
tempat pusat perlawanan, mengeluarkan UU no. 431 Tahun 19 yang isinya
yaitu :
1). Harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi
17
-
2). Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa
3). Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral
17
-
4). Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda
Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena tidak
mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh
Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91
pada Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :
1). Hanya membayar 3 gulden untuk materai
2). Bisa menggunakan bahasa daerah
3). Hukum dagang sesuai daerah masing-masing
4). Perizinan bisa di daerah setempat
17
-
Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang
mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua
kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu
mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun
fungsinya berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk
keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.
17
-
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan
koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di
Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi
Indonesia.11
b. Pengertian koperasi
11 ibid
17
-
Sementara itu koperasi memiliki pengertian adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan
untuk mensejahterakan anggotanya.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi
yaitu:
1). Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi
anggota koperasi;
2). Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang
menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup
lebih luas.
17
-
Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi
1998), disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan
dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda.
Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus
pengguna jasa koperasi.
17
-
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh
anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam
setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi
(biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan
andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan
pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang di
lakukan oleh si anggota.12 Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, pengertian Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Sementara menurut ICA Cooperative Identity Statement, Manchester,
23 September 1995, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang
yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi
ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka
miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.13
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa koperasi
merupakan wadah bagi individu-individu yang memiliki tujuan
meningkatkan taraf hidupnya bersama anggota koperasi yang lain dengan
memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki para anggotanya sehingga
12Tim LAPENKOP Nasional, Bentuk Koperasi, artikel diakses pada15 Desember 2008 dari http://berkoperasi.blogspot.com/search/label/koperasi
13 Djunaedird, Mahluk apa Koperasi itu?, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http://djunaedird.wordpress.com/wp-admin/-_ftn2
17
-
tercapai kesejahteraan bersama seluruh anggotanya.
c. Jenis Usaha Koperasi
Secara garis besar, usaha yang di lakukan koperasi di kelompokan
menjadi dua bagian utama, yaitu usaha penghimpunan dana dan penyaluran
dana. Usaha penghimpunan dana adalah usaha untuk mengumpulkan dana
dari berbagai sumber, baik dari anggota koperasi maupun dari pihak lain.
Jenis-jenis sumber dana yang bisa di jaring oleh koperasi adalah: modal,
hutang dan simpanan.14 Sumber dana jenis modal berupa simpanan wajib
dan simpanan pokok dari anggota, sedangkan sumber dana jenis hutang bisa
berupa hutang dari bank atau dari pihak lain di luar anggota, kemudian
sumber dana jenis simpanan berasal dari tabungan yang dimiliki masing-
masing anggota di dalam koperasi tersebut. Sedangkan usaha menyalurkan
dana yang dilakukan koperasi secara umum tidak jauh berbeda dari lembaga
keuangan lainnya yaitu dengan memberikan pinjaman atau pembiayaan.
Perbedaannya hanya terletak pada pihak debiturnya, di mana yang bisa
menjadi debitur hanya anggota koperasi tersebut.
2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
a. Pengertian Baitul Maal Wattamwil
Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal
14 HA Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, cet.I, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h.155.
-
dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha usaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti; zakat, infaq
dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. Usaha usaha tersebut menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi
masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.15
Baitul Maal Wattamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah
non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini
didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan
lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Oleh
karena itu, selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, BMT juga bisa
berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas
menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana
kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga
berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri dan
pertanian.
b. Prinsip Operasional BMT
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah,
yakni menggunakan prinsip:
1) Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman
15 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.96.
19
-
dengan BMT.
a). Al Mudharabah
b). Al Musyarakah
c). Al Muzaraah
d). Al Musyaqah
2). Sistem Jual Beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaanya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi
kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian
bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya
tersebut dengan ditambah mark up. Keuntungan BMT nantinya akan
dibagi kepada penyedia dana.
a). Bai al Murrabahah
b). Bai as Salam
c). Bai al Istishna
d). Bai Bitsaman Ajil
3) Sistem non Profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial,
Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja atau disebut
dengan istilah Al Qordhul Hasan.16
16Ibid, h.101.
-
C. Distribusi Pendapatan
Perbedaan dalam kehidupan manusia merupakan ketetapan ALLAH SWT.
Dengan perbedaan inilah manusia mempunyai peran lebih di antara makhluk lain di
kehidupan ini. Di samping itu, perbedaan ini membawa pentingnya makna kerjasama
antara satu orang dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.perbedaan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dengan perbedaan ini bukan
menjadi alasan manusia yang satu dengan manusia lainnya untuk melegitimasi
kedudukannya di hadapan ALLAH SWT sebagai makhluk mulia atau hina. Dalam
hal ekonomi perbedaan yang sering kita sebut adalah adanya golongan miskin dan
golongan kaya. Dari perbedaan inilah biasanya manusia mengalami konflik batin
antara kelompok-kelompok tersebut. Oleh karena itu, distribusi pendapatan yang adil
sangat penting perannya agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu besar antara
golongan kaya dan golongan miskin. Di dalam Negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi digenjot setinggi mungkin akan
mengakibatkan kesenjangan yang semakin besar, di mana terjadi akumulasi
pemilikan modal oleh kelompok atas, sedangkan golongan bawah hanya
mendapatkan upah yang jumlahnya relatif kecil.
1. Distribusi Pendapatan dalam Islam
Konsep Islam menjamin sebuah distribusi pendapatan yang memuat nilai
insani. kedudukan manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain
merupakan kehendak ALLAH SWT. Perbedaan ini merupakan bagian dari
21
-
upaya manusia untuk bisa memahami nikmat ALLAH, sekaligus memahami
kedudukannya dengan sesama. Manusia tidak dapat menentukan dirinya untuk
berkedudukan lebih tinggi atau rendah, karena semua itu telah ditentukan
ALLAH. Dalam surat Faathir (35) ayat 2, Allah berfirman:
$B xtGt !$# $ =Y 9 `B 7puHq xs y7JB $ygs9 ( $tBur 7J xs @B ms9 .`B nt/
4 uqdur y9$# L3pt:$# )/ : (Artinya: apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Faathir/ 35 : 2)
Pemilikan harta hanya pada beberapa orang dalam suatu masyarakat akan
menimbulkan ketidakseimbangan hidup dan akan menimbulkan efek yang
buruk bagi kehidupan. Sesuai dengan firman Allah, dalam surat al-Hasyr (59)
ayat 7.
!$B u!$sr& !$# 4n?t &!qu `B @dr& 3t)9$# Ts Aq=9ur %!ur 4n1)9$# 4y J tGu9$#ur 3 |yJ9$#ur $#ur @69$# s1 w tbq3t P's!r tt/ !$uYF{$# N3ZB 4 !$tBur N39s #? u Aq9$# nrs $tBur N39pktX mYt (#qgtFR$$s 4 (#q)?$#ur !$# ( b) !$# x
>$s)9$# )/ : (Artinya: apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
-
Allah Amat keras hukumannya.(Al-Hasyr/ 59 : 7)
Pada dasarnya Islam memilki dua sistem distribusi utama, yakni: distribusi
secara komersial dan mengikuti mekanisme pasar serta sistem distribusi yang
bertumpu pada aspek keadilan sosial masyarakat.
Sistem distribusi pertama berlangsung melalui proses ekonomi. Di
antaranya meliputi gaji bagi para pekerja, biaya sewa tanah serta alat produksi
lainnya, profit atau keuntungan untuk pihak yang menjalankan usaha, maupun
profit sharing untuk modal dana melalui mekanisme musyarakah. Adapun
sistem yang kedua, yang lebih bernuansa sosial kemasyarakatan, Islam
menciptakannya untuk memastikan keseimbangan pendapatan di masyarakat.
Seorang muslim yang kekayaannya melebihi nisab, diwajibkan membayar
zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya yang
ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.17 Mengingat
tidak semua orang mampu terlibat dalam proses ekonomi karena yatim piatu
atau jompo dan cacat tubuh, Islam memastikan distribusi ekonomi bagi mereka
dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah.
Keindahan lain sistem distribusi Islam adalah warisan. Hukum kewarisan
Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan
peralihan hak dan atau kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia
meninggal dunia kepada ahli warisnya.18 Dengan warisan, Islam hendak 17 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),
h. 14.
18 Mohammed Daud Ali, HUkum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
23
-
memastikan bahwa aset dan kekuatan ekonomi tidak boleh terpusat pada
seseorang saja betapa pun kayanya dia. Jika si bapak meninggal maka anak,
istri, ibu, bapak, kakek, dan kerabat lainnya akan kebagian peninggalannya.
Sistem distribusinya pun sudah diatur secara sistematis dan kompleks dalam
disiplin ilmu faraidh, yang tiada taranya dalam agama atau sistem ekonomi lain.
Untuk memastikan keseimbangan famili non-famili Islam juga melengkapinya
dengan wasiat yang boleh diberikan kepada non famili dengan catatan tidak
lebih dari 1/3. Ini pun untuk memproteksi kepentingan ahli waris juga.
Untuk khalayak ramai, Islam juga memperkenalkan instrument distribusi
lain yaitu waqaf, yang bentuk dan caranya bisa sangat banyak sekali, dari mulai
gedung, uang tunai, buku, tanah, bahan bangunan, kendaraan, saham serta aset-
aset produktif lainnya. Berbeda dengan yang lainnya, waqaf tidak dibatasi oleh
kaya miskin atau pertalian darah serta kekerabatan. Waqaf adalah fasilitas
umum siapa pun boleh menikmatinya.19
Di samping itu ada juga skim pinjaman tanpa bunga yaitu qard yang
bermakna al-Qathu (potong). Artinya harta yang diserahkan kepada orang yang
berhutang merupakan satu potongan dari pada hara orang yang memberkan
hutang.20 Menurut ulama Hanafi, qard adalah pemberian harta oleh seeorang
Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 281.19Trimudilah, Distribusi Pendapatan dalam Islam, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari
http://www.belajarekonomiislam.com/index.php/nasional/2006/12/14/1665/distribusi_pendapatan_dalam_islam
20 Syed Ahmad Syed Al-Husain, et al., Fiqh dan Perundangan Islam, (terj), (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pusaka, 1995), h. 726.
-
kepada orang lain supaya ia membayarnya semula atau suatu kontrak yang
khusus mengenai penyerahan harta kepada seseorang supaya orang itu
memulangkan kembali harta yang sama sepertinya. Para ulama telah sepakat
bahwa qard boleh dilakukan, kesepakatan ini didasari tabiat manusia yang tidak
bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam aqad qard adalah sebagai berikut: a). apabila orang yang
berhutang menghadiahkan kepada orang yang member hutang, boleh diterima
dengan tidak dimakruhkan dan disukai bagi yang berhutang. b). tidak boleh
yang memberi hutang mengambil dengan sesuatu dari harta yang berhutang
(menurut Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad).21 Menurut Sayid Sabiq, akad qard
dimaksudkan untuk berlemah lembut sesama manusia, menolong urusan
kehidupan mereka dan memudahkan sarana hidup mereka, bukan bertujuan
untuk memperoleh keuntungan. Demikian juga menurut para ulama mazhab
Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali yang mengharamkan memberikan
tambahan dari sesuatu yang dihutangkan. Misalnya muqrid meminjamkan uang
kepada muqtarid dengan syarat muqtarid harus mengembalikan pinjamannya
dengan jumlah yang lebih banyak, begitu juga dengan hadiah yang diberikan
muqtarid kepada muqrid, apabila disyaratkan oleh 2 belah pihak pada saat
melakukan akad, maka hal tersebut tidak boleh dialakukan. Dan qard itu rusak
bilamana yang menghutangkan mengambil manfaat tambahan. c). muqrid tidak
21 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam,(Semarang: PT. Pustak Rizki Putra, 1997), h. 364.
25
-
dibenarkan memaksa muqtarid untuk mempercepat pembayaran sebelum
waktunya. Terlebih lagi apabila muqtarid dalam kesusahan, maka sebaiknya
tagihan tersebut ditangguhkan.22 Sebaliknya orang yang berhutang tidak boleh
menunda-nunda pembayaran apabila ia sudah mampu membayar, karena hal ini
merupakan kezaliman. Manfaat qard adalah sebagai produk pembiayaan bagi
usaha kecil. Dengan skim pembiayaan ini dapat terbentuk semangat wirausaha
dalam sektor industry kecil atau mikro yang pada akhirnya akan memacu
pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis syariah. Sifat qard tidak
memberikan keuntungan financial bagi pihak yang meminjamkan. Transaksi
qard ini dapat dikombinasikan dengan dana zakat. Sebagaimana kita pahami
bersama, pemberian dana zakat, termasuk infaq dan shodaqah harus
memberikan preferensi yang menguntungkan si miskin untuk dapat berdikari.
Dengan demikian zakat dapat menjadi suplemen pendapatan permanen hanya
bagi mereka yang tidak dapat menghidupi dirinya sendiri secara mencukupi
lewat usahanya sendiri. Penggunaan dana ZIS secara professional melalui skim
Qardul Hasan akan memungkinkan si miskin berdikari dalam sebuah
lingkungan sosio-ekonomi yang mengembangkan industry kecil dan akan
berdampak mengurangi pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial
ekonomi. Jadi dengan adanya skim pembiayaan qardul hasan akan sangat
membantu kaum pengusaha kecil dan juga dapat meningkatkan semangat
22 Siti Sadiya, Teori Al Qardul Hasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Perpus Syariah dan Hukum, 2001), h. 13
-
wirausaha dan ekonomi yang berbasiskan syariah dapat tumbuh. Qardul Hasan
juga bersifat mendidik agar muqtarid memiliki sikap tanggungjawab terhadap
harta, sehingga ia bisa mengembalikannya dan dana tersebut dapat digulirkan
kepada mustahiq lainnya. Dengan konsep ini diharapkan makin banyak
mustahiq yang berubah menjadi muzzaki. Distribusi dalam ekonomi Islam
didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting, yaitu:
Nilai kebebasan dan Nilai keadilan. Islam menetapkan kebebasan, bukan berarti
kebebasan itu mutlak seperti yang ada pada sistem kapitalis, kebebasan
ekonomi yang disyariatkan Islam bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari
berbagai ikatan, tetapi kebebasan yang terkendali dan terikat dengan keadilan
yang diwajibkan ALLAH SWT.23 Manusia memiliki sifat dasar di antaranya
sangat mencintai harta, kikir dan bakhil, sebagimana firman ALLAH dalam
surat Al-Aadiyaat ayat 8:
mR)ur b=s9 s:$# ts9 )/ : (
Artinya dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya
kepada harta(Al-Aadiyaat/ 100 : 8)
Jika manusia dibiarkan bebas dalam mendapatkan dan membelanjakan
harta yang Allah titipkan padanya, niscaya akan terjadi kejahatan, ketidakadilan
dan kekacauan yang akan membawa malapetaka bagi umat manusia. Di mana
sebagian orang mendapatkan hartanya dengan cara yang dilarang Allah, seperti
23Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam,cet.1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 220.
27
-
mencuri, korupsi, menjual diri atau bersekutu dengan setan. Dan sebagian orang
lainnya membelanjakan harta tersebut tidak pada tempanya seperti bermewah-
mewahan, berzina atau pemborosan. Semuanya itu hanya akan mendatangkan
mudharat bagi umat manusia. Oleh karena itu, Islam membatasi kebebasan itu
untuk tujuan kemaslahatan dan keadilan bagi seluruh umat manusia di muka
bumi.
Nilai keadilan merupakan akar dari semua ajaran Islam baik akidah, syariat
dan etika. Islam sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dalam setiap aspek
kehidupan. Dalam hal ekonomi, keadilan dapat di wujudkan dengan banyak
cara, salah satunya adalah keadilan dalam distribusi pendapatan. Di mana Allah
menjamin orang-orang yang tidak mampu dalam hal ekonomi dengan konsep
distribusi pendapatan yang Dia ciptakan seperti zakat, infaq, shadaqah, faI,
ghonimah, dan lainnya. Dengan adanya konsep distribusi pendapatan Islam ini,
diharapkan kehidupan ekonomi manusia di dunia ini dapat berjalan dengan adil,
seimbang dan merata, sehingga tecipta kemashlahatan yang merupakan tujuan
utama dari syariat Islam itu sendiri.
2. Peran Negara dalam Distribusi Pendapatan di Indonesia
Peran negara sangat menentukan dalam pelaksanaan sistem ekonomi.
Negara harus bisa mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh para pelaku ekonomi, baik itu dalam aspek hukum, perencanaan,
pengawasan alokasi atau distribusi sumberdaya dan dana, pemerataan
-
pendapatan dan kekayaan serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.24
Indonesia yang merupakan Negara berkembang, memiliki banyak
masalah dalam bidang ekonomi. Permasalahan tersebut menjadi tugas Negara
khususnya pemerintah untuk bisa mengatasi sehingga tercipta keseimbangan di
masyarakat. Masalah ekonomi terberat yang dihadapi Indonesia saat ini adalah
pengangguran dan kemiskinan. Pengangguran dan kemiskinan timbul karena
tidak terjadi pemerataan sumberdaya dan dana yang baik. Di mana hanya orang
atau kelompok tertentu saja yang dapat menikmati sumber daya dan dana
tersebut, sehingga akan memperlebar kesenjangan sosial yang ada di
masyarakat. Pemerintah mempunyai tugas-tugas sebagai penjabaran dari fungsi
kekuasaan politik yang dimilikinya,yaitu: pertama: menyelenggarakan
pembangunan spiritual dan kesejahteraan social, kedua: memelihara dan
mengembangkan ketertiban sosial dan keamanan Negara.25 Dalam hal ini,
pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang bertujuan mengurangi
pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.
Distribusi pendapatan mutlak dilakukan agar kesenjangan yang ada tidak
semakin lebar, baik dalam bentuk subsidi, modal usaha bagi UKM, atau
memberikan dana sosial bagi rakyat miskin. Pemerintah harus membantu
masyarakat yang kurang beruntung dengan bantuan dari masyarakat yang lebih
24 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1988), h. 17.
25 Abdul Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 201.
29
-
beruntung. Bantuan dapat dilakukan melalui pajak, sumbangan, hibah dan
lainnya.26 Pada saat ini peran pemerintah dalam mendistribusikan pendapatan
bisa dibilang cukup baik, terbukti dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan
yang berpihak kepada rakyat kecil, antara lain Kredit Usaha rakyat (KUR) yang
diperuntukan bagi pengusaha kecil dan menengah. Kredit ini bertujuan agar
para pengusah kecil, mikro dan menengah dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi mereka sehingga daya saing mereka menjadi lebih baik.
Hingga saat ini pemerintah telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
senilai Rp 10,65 trilun, dari Rp 14,5 triliun yang sudah disiagakan untuk tahun
2008. Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadarma Ali, dari total
dana yang tersalurkan itu, penyerapan tertinggi adalah Jawa Timur sebesar Rp
1,4 triliun, disusul Jawa Barat Rp 1,2 triliun.27
Ada juga program pengentasan kemiskinan perkotaan (P2KP) yang
diperuntukan bagi orang miskin perkotaan dan juga P2KP sektor ekonomi bagi
pengusaha mikro yang ada di perkotaan. Program ini bertujuan untuk
membantu masyarakat miskin dan para pengusaha mikro perkotaan dalam hal
permodalan sehingga mereka dapat mengembangkan usahanya.
Selain itu ada juga subsidi bagi barang-barang kebutuhan pokok yang
bertujuan membantu masyarakat ekonomi lemah dengan cara pemerintah
26 Adi Warman Karim, Ekonomi Makro Islam, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 273.
27Sinar Harapan, KUR Sudah Tersalur Rp. 10,65 Triliun, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://www.sinarharapan.com/read/xml/2008/09/23/6005/kur_sudah_tersalur_rp_10,65_triliun
-
menanggung sebagian dari harga suatu barang sehingga daya beli masyarakat
meningkat. Subsidi biasanya dikenakan kepada barang-barang tertentu yang
merupakan kebutuhan pokok dari masyarakat, tetapi dampak dari subsidi dirasa
kurang efektif karena tidak hanya masyarakat ekonomi lemah saja yang
menikmati tetapi semua masyarakat dapat menikmatinya.
Bagi masyarakat miskin juga ada program bantuan langsung tunai (BLT)
yang diperuntukan khusus bagi masyarakat miskin, baik yang ada di kota
maupun di desa. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban ekonomi
masyarakat miskin akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan naiknya
harga-harga barang lainnya. BLT diberikan dalam waktu 3 (tiga) bulan sekali
sebesar Rp. 300.000. tetapi banyak pihak yang mengkritisi kebijakan
pemerintah ini karena dinilai tidak mendidik.
Di samping itu, memang sudah merupakan kewajiban dari pemerintah
memberikan jaminan sosial kepada rakyatnya berupa menyediakan tempat
ibadah, jaminan pendidikan yang berkualitas, jaminan keamanan terhadap harta
dan jiwa, serta jaminan untuk hari esok yang lebih baik. Selain itu masyarakat
juga harus bisa melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah apabila ada
kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat.28
Terlepas dari kelemahan dan kelebihannya, dengan adanya kebijakan-
kebijakan di atas, diharapkan distribusi pendapatan atau pemerataan pendapatan
28 Abdul Qodir Jaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h. 254.
31
-
yang adil dapat tercapai sehingga dapat mengurangi kesenjangan yang ada di
masyarakat yang saat ini dinilai sudah mengkhawatirkan. Oleh karena itu, peran
Negara dalam distribusi pendapatan sangat penting untuk menjaga
keseimbangan di tengah-tengah masyarakat.
D. Dana bergulir
Pengertian dari dana bergulir adalah dana yang berasal dari pemerintah melalui
Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang merupakan dana simpan-
pinjam/pembiayaan yang disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa
Keuangan Syariah/lembaga keuangan lainnya untuk disalurkan lebih lanjut kepada
anggotanya yaitu pengusaha mikro dan kecil.29
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 99 Tahun
2008 yang menggeser belanja sosial menjadi belanja modal. Peraturan itu telah
mengubah mekanisme pendistribusian dana bergulir untuk koperasi usaha mikro kecil
dan menengah (KUMKM) yang selama ini terjadi. Dengan peraturan baru Menkeu,
dana bergulir dari pemerintah yang disalurkan kepada masyarakat, ketika kembali
tidak bisa lagi langsung digulirkan kepada masyarakat lagi, tetapi harus dikembalikan
ke pemerintah dulu baru bisa disalurkan melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir
(LPDB).30 Dana bergulir ini ada yang berpola konvensional dan ada yang berpola
29 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.28. 30Sinar Harapan, KUR sudah Tersalur Rp. 10,65 Triliun, artikel diakses pada 5 Januari
2009 dari http://www.sinarharapan.com/read/xml/2008/09/23/6005/kur_sudah_tersalur_rp_10,65_triliun
-
syariah. Untuk dana bergulir syariah dikeluarkan Peraturan Mentri Negara Koperasi
dan UKM RI No. 10/Per/M.KUKM/VI/2006 tentang Petunjuk Teknis Program
Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) pola syariah. P3KUM
ini tidak lain adalah dana bergulir. Penyaluran dana bergulir syariah dilakukan
bekerjasama dengan bank pelaksana seperti Bank Muamalat dan Bank Syariah
Mandiri. Kerja sama ini dilaksanakan dengan dasar akad mudharabah, musyarakah
atau piutang murabahah antara bank pelaksana dengan KJKS/UJKS yang
bersangkutan. 31Akad yang digunakan dalam pembiayaan dana bergulir untuk KJKS-
koperasi adalah musyarakah dan mudharabah. Pihak LPDB bekerjasama dengan
pihak KJKS dengan sistem bagi hasil, di mana persentase pembagian keuntungan
ditentukan di awal akad. Pihak KJKS sebagai pengelola dana harus bisa
menggulirkan dana tersebut kepada koperasi primer yang kemudian disalurkan
kembali kepada UMKM sehingga dana tersebut bisa berkembang dan mendapat
keuntungan.
Bank pelaksana Dana Bergulir Syariah (DBS) ditetapkan oleh Mentri Negara
Koperasi dan UKM yang operasionalisasinya dapat dilakukan oleh kantor cabang.
Bnak pelaksana diprioritaskan kepada Bank Umum dengan pola syariah dan memiliki
cabang di daerah. Bank DBS bertanggung jawab terhadap proses penyaluran dana
dan pengawasannya sesuai dengan spesifikasi tugas yang telah ditetapkan. Selain itu
juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana yang ditempatkan pada banknya
31 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia,(Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 265.
33
-
selama kegiatan program berlangsung baik yang berasal dari dana awal yang
ditempatkan pemerintah maupun dana-dana simpanan milik KJKS/UJKS
penerima.untuk itu bank pelaksana juga bertanggung jawab terhadap akurasi data
hasil pengawasan dan monitoring. 32Oleh karenanya, peran LPDB-KUMKM sebagai
Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Negara Koperasi dan UKM harus bisa
menjadi solusi untuk masalah klasik mengenai permodalan koperasi dan usaha kecil
menengah.
32 Ibid, h. 266
-
48
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya LPDB-KUMKM
Peran Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Menengah (KUMKM) sangat
penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta
dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri
demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Negara Koperasi dan UKM memiliki komitmen untuk memperkokoh
permodalan KUMKM serta mengembangkan lembaga keuangan KUMKM,
mengingat bahwa permodalan merupakan salah satu sumber kekuatan bagi
pengembangan usaha KUMKM. Untuk mencapainya, Kementerian Negara Koperasi
dan UKM melaksanakan program penyaluran dana bergulir dengan persyaratan yang
mudah dan pemberian fasilitas penjaminan kredit, yang dikelola oleh unit organisasi
di lingkungan Kementerian Negara Koperasi dan UKM.1
Jumlah pengusaha yang tergolong Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia saat ini
mencapai lebih dari 42 juta unit. Jumlah besar ini merupakan potensi yang sangat
signifikan untuk diberdayakan dalam rangka pengentasan kemiskinan serta
menanggulangi pengangguran. Dalam masa krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu,
di mana mayoritas pengusaha besar berjatuhan, ternyata Usaha Mikro dan Kecil dapat
bertahan, sehingga mampu memberikan kontribusi dalam menggerakan roda ekonomi
1 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.1-2.
-
49
nasional. Hal ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi rakyat tidak dapat diabaikan
terutama daya tahannya dalam menghadapi situasi yang sulit.
Namun, permasalahan permodalan tampaknya masih menjadi ganjalan utama
dalam pengembangan KUMKM di mana kemampuan pemupukkan modalnya relatif
masih sangat terbatas. Di lain pihak, akses KUMKM terhadap sumber-sumber
permodalan dan pembiayaan juga masih sangat terbatas, akibat belum
berkembangnya usaha yang memiliki kelayakan ekonomi dan rendahnya kredibilitas
dihadapan kreditur. Kondisi ini telah membelit KUMKM sebagai usaha ekonomi
yang terus-menerus berada pada posisi marginal.
Pendirian Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (LPDB-KUMKM), merupakan babak baru dalam Sejarah Pengelolaan
Keuangan Negara. Di awali dengan diterbitkannya Undang-Undang Keuangan
Negara Nomor 17 Tahun 2003 yang didalamnya terdapat hal-hal baru dan/atau
perubahan mendasar dalam ketentuan Pengelolaan Keuangan Negara. Sejalan dengan
itu, pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Perbendaharaan Negara Nomor 1
Tahun 2004, khususnya pasal 68 dan 69 yang secara spesifik mengatur tentang
perlunya peran Badan Layanan Umum (BLU) yang dapat meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.2
2 LPDB-KUMKM, Sejarah Singkat Dana Bergulir artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari
http://www.danabergulir.com/sejarah_singkat_LPDB
-
50
Dalam rangkaian tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan Surat Keputusan
Bersama Menteri Keuangan R.I. dan Menteri Negara Koperasi Dan UKM Nomor
468a/KMK.01/2004 dan Nomor 07/SKB/M.KUKM/X/2004 Tentang Pendirian
Badan Layanan Dana Bergulir (BLDB) Kementerian Negara Koperasi dan UKM,
selanjutnya terbit Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pola
Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).
Sebagai tindak lanjut dari perkembangan tersebut, Menteri Negara Koperasi Dan
UKM kemudian mempersiapkan semua persyaratan yang diperlukan dalam rangka
pendirian Badan Layanan Umum, yang kemudian memperoleh persetujuan
pembentukan satuan kerja dengan nama Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB),
oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor B/1955/M.PAN/8/2006.
Selanjutnya diterbitkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM
No.19.4/Per/M.KUKM/VIII/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPDB-
KUMKM. Sedangkan ijin Penerapan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-
BLU) bagi LPDB-KUMKM, telah ditetapkan dengan terbitnya Surat Persetujuan
Menteri Keuangan Nomor: KEP-292/MK.S/2006 tentang Penetapan Lembaga
Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Sebagai Instansi
Pemerintah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(PPK-BLU).
Pendirian LPDB terutama bertujuan untuk mengembangkan dan menyediakan
akses pembiayaan bagi KUMKM melalui pola dana bergulir. Di samping itu, LPDB
-
51
juga bertujuan untuk memperkuat pendanaan lembaga keuangan dalam rangka
memberdayakan lembaga di maksud, agar dapat memberikan layanan pembiayaan
secara mandiri bagi KUMKM yang belum memenuhi kriteria kelayakan perbankan
umum.
Dengan berdirinya Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kementerian
Negara Koperasi dan UKM, maka pengelolaan Dana Bergulir yang bersumber dari
Pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi Dan UKM, Hibah dari masyarakat
atau badan lain, serta sebagian pendapatan jasa pengelolaan dana bergulir, akan
dikelola secara profesional sebagai Lembaga Nir-Laba yang mengedepankan
kepentingan pelayanan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (KUMKM)
secara transparan, akuntabel, produktif, efisien dan efektif. Dengan demikian,
diharapkan LPDB-KUMKM akan mampu mengelola Dana Bergulir bagi kepentingan
KUMKM secara lebih profesional sehingga kegiatan usaha KUMKM akan lebih
berkembang dan memiliki peran yang besar dalam perekonomian Indonesia.3
B. Visi, Misi LPDB-KUMKM
LPDB-KUMKM didirikan untuk mendukung program pemerintah dalam
memberikan kemudahan kepada KUMKM untuk memperoleh sumber pendanaan,
melalui penyediaan dana bergulir. Tujuan yang hendak dicapai adalah:4
3 Ibid
4 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.9-10.
-
52
1. Mengelola dana bergulir yang bersumber dari Kementerian Negara Koperasi
dan UKM secara corporate, sehingga dapat dikelola lebih optimal dan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Mengembangkan dan menyediakan akses pembiayaan bagi KUMKM di
berbagai sektor yang usahanya layak tapi belum memenuhi kriteria kelayakan
perbankan umum.
3. Memperkuat kemampuan keuangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) seperti
KSP/USP-Koperasi, KJKS/UJKS-Koperasi, Perusahaan Modal Ventura, atau
lembaga keuangan lainnya, agar dapat memberikan layanan pembiayaan
secara mandiri bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.
4. Mendukung upaya pemerintah dalam menumbuhkan wirausaha baru dan
menggerakan sektor riil dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan
mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan KUMKM, sesuai dengan
sasaran RPJM 2004-2009.
Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, LPDB-KUMKM menerapkan
Asas Pelayanan Publik yang terdiri dari:5
1. Transparansi
Bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang
membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah di mengerti.
2. Akuntabilitas
5 Ibid.h.10-11.
-
53
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Kondisional
Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan
dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
4. Partisipatif
Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.
5. Kesamaan Hak
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan,
gender dan status ekonomi.
6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberi dan penerima pelayanan harus memenuhi hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
Sedangkan mengenai visi dan misi LPDB-KUMKM adalah sebagai berikut:
LPDB-KUMKM mempunyai visi:6
lembaga yang dapat diandalkan dalam memberikan layanan pembiayaan kepada
KUMKM.
Dalam rangka mencapai tujuan ideal yang telah ditetapkan sebagai visi tersebut,
maka LPDB-KUMKM mempunyai misi:7
6 Ibid.h.9.
-
54
1. Melakukan kegiatan pembiayaan dalam rangka pemberdayaan KUMKM.
2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan yang fokus, terukur, dapat dicapai,
dapat diandalkan, tepat waktu, dan berkelanjutan kepada KUMKM.
3. Mewujudkan program pemerintah dalam upaya meningkatkan ekonomi
kerakyatan, untuk menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan.
C. Struktur Organisasi LPDB-KUMKM
Dalam struktur organaisasi LPDB-KUMKM sebagai pemimpin tertinggi adalah
Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Keuangan dan Departemen Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sebagai departemen yang mempunyai
kepentingan langsung dengan LPDB-KUMKM. Di bawah Departemen-Departemen
tersebut terdapat Dewan Pengawas yang bertugas mengawasi kinerja LPDB-
KUMKM dan berkewajiban melaporkan hasil pengawasannya langsung kepada
Departemen Keuangan dan Departemen Koperasi, Usaha Kecil, Mikro dan
Menengah. Selanjutnya, dalam struktur organisasi LPDB-KUMKM terdapat Dewan
Direksi yang terdiri dari:8
1. Direktur Utama
Memiliki wewenang dalam menentukan keputusan penting mengenai
operasional lembaga secara menyeluruh, dan bertanggung jawab langsung
kepada wali amanat dana bergulir.
7 Ibid.h.9.
8 Peraturan Mentri Negara Koperasi dan UKM, Nomor: 11/Per/M.KUKM/VI/2008.
-
55
2. Direktur Pengembangan Usaha
Memiliki wewenang dalam menentukan keputusan mengenai bidang yang di
bawahinya, dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
3. Direktur Keuangan dan Umum
Memiliki wewenang mengenai keuangan lembaga dan bertanggung jawab
kepada Direktur Utama.
4. Direktur Bisnis
Memiliki wewenang mengenai bidang yang di bawahinya dan bertanggung
jawab kepada Direktur Utama.
Dari struktur Dewan Direksi di atas terdapat divisi-divisi yang ber