dahnil sukarno hatta-fsh

Upload: muhammad-thoriq-bahri

Post on 13-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil

    dan Menengah (LPDB-KUMKM) Sebagai Alternatif Lembaga

    Keuangan dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam

    Di susun oleh :

    DAHNIL SUKARNO HATTA

    NIM: 104046101673

    KOSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAH

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2009

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Alhamdulillah hi Rabbil Alamin, ungkapan puji syukur tak terhingga ke

    hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam

    semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Lembaga

    Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

    (LPDB-KUMKM) Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan dalam Pemberdayaan

    Ekonomi Rakyat, sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Islam

    pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan

    Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Bapak Ah.

    Azharudin Latief, M.Ag, M.H selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah

    memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam

    menyiapkan skripsi ini.

    3. Bapak Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag, dan Bapak Drs. Agustianto, M.Ag, selaku

    pembimbing, yang dengan sabar mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini.

    4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya

    kepada penulis selama di bangku kuliah

    i

  • 5. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, baik

    moral maupun materi hingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan S1.

    6. Keluarga besar PT. Malacho Buana Perkasa, yang memberikan penulis

    pengalaman kerja.

    7. LPDB-KUMKM, yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan

    skripsi hingga skripsi ini rampung.

    8. Kawan-kawan PS D 04 yang selalu memberikan motivasi bagi penulis hingga

    menyelesaikan skripsi ini.

    9. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi

    ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Jakarta, Juni 2009

    Dahnil Sukarno Hatta

    ii

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

    DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................................7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................8

    D. Review Study Terdahulu......................................................................8

    E. Kerangka Teori.....................................................................................11

    F. Metode Penelitian................................................................................15

    G. Sistematika Penulisan...........................................................................15

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    A. Lembaga keuangan bank .....................................................................17

    1. Pengertian lembaga keuangan bank .............................................18

    2. Fungsi lembaga keuangan bank ..................................................19

    B. Lembaga keuangan non bank.............................................................25

    1. Koperasi.........................................................................................26

    2. Baitul Mal Watamwil....................................................................31

    C. Distribusi pendapatan..........................................................................33

    1. Distribusi pendapatan dalam Islam...............................................34

    2. Peran Negara dalam distribusi pendapatan di

    Indonesia........................................................................................41

    3

  • D. Dana Bergulir.......................................................................................45

    BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

    A. Sejarah singkat LPDB-

    KUMKM........................................................48

    B. Visi, misi LPDB-

    KUMKM.................................................................51

    C. Struktur Organisasi LPDB-

    KUMKM.................................................54

    D. Mekanisme Penyaluran Dana

    Bergulir................................................59

    E. Produk-produk LPDB-

    KUMKM........................................................66

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

    A. LPDB-KUMKM sebagai alternatif lembaga keuangan

    dalam pemberdayaan ekonomi rakyat.................................................69

    1. Peran LPDB-KUMKM dalam pemberdayaan ekonomi

    rakyat....70

    2. Prioritas penyaluran dana

    bergulir.................................................72

    3. Peran negara dalam distribusi

    pendapatan....................................73

    B. Kendala yang dihadapi dalam penyaluran dana bergulir....................80

  • 1. Kendala dari dalam lembaga

    (internal)........................................81

    2. Kendala dari luar lembaga

    (eksternal)..........................................82

    C. Faktor yang mendukung keberhasilan UMKM...................................83

    D. Analisis Swot LPDB-KUMKM..........................................................86

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan.................................................................................

    ........107

    B. Saran ..........................................................................................

    ........109

    5

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kehidupan manusia yang ditakdirkan ALLAH SWT adalah kehidupan yang

    bermasyarakat, berbudaya dan bermoral. Penataan kehidupan yang demikian sifatnya

    menjamin suatu kualitas kehidupan yang dapat mewujudkan martabat kemanusiaan.

    Tentunya dalam hal ini terkait masalah social ekonomi, bahkan hal ini merupakan

    bagian penting dalam mewujudkan kualitas kehidupan yang layak.

    Namun dalam kenyataannya, permasalahan sosial masih kerap kali kita jumpai,

    misalnya kemiskinan dan kebodohan, kemiskinan dan kebodohan adalah salah satu

    mata rantai yang sejak dulu ada dan menimbulkan berbagai macam permasalahan

    kehidupan. Dapat dikatakan bahwa salah satu sumber dari permasalahan hidup ini

    adalah kemiskinan dan kebodohan. Namun jika ditelaah lebih lanjut, kebodohan itu

    sendiri sebenarnya dapat terbentuk dari kemiskinan. Oleh karena itu, yang menjadi

    agenda utama dalam rangka memberantas permasalahan kebodohan tersebut adalah

    bagaimana masyarakat dapat mengentaskan kemiskinan.

    Berbicara mengenai kemiskinan, pada zaman Rasulullah Saw telah ada lembaga

    baitul mal di mana dana yang terkumpul salah satunya dianggarkan untuk penyediaan

    pelayanan social bagi masyarakat.1ini menunjukan bahwa Negara mempunyai

    kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Selain itu di dalam salah satu kebijakan 1 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,

    (Jakarta: Pustaka Astruss, 2005), Cet. 1.h 17.

    1

  • fiskal yang dilakukan Rasulullah, Rasulullah pun sanagt memperhatikan distribusi

    pendapatan antara kaum anshar yang rata-rata merupakan orang yang mampu,

    dengan kaum muhajirin yang pada saat itu hijrah dan keadaan keuangan mereka tidak

    baik. Di samping itu juga, Rasulullah Saw menerapkan kebijakan penyediaan

    lapangan kerja bagi kaum muhajirin agar mereka dapat keluar dari kemiskinan.2

    Setelah Rasulullah memberikan contoh konsep mengenai kehidupan sosial,

    kemudian banyak ekonom muslim fase awal yaitu pada abad pertama hijriah sampai

    abad keempat hijriah yang mengembangkan konsep-konsep yang telah di contohkan

    oleh Rasulullah, seperti Abu Yusuf yang menyoroti tentang tanggung jawab ekonomi

    penguasa terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat, keadilan dan pemerataan

    dalam pajak. Ada juga Imam al-Ghazali yang merumuskan konsep fungsi

    kesejahteraan sosial Islami, artinya setiap manusia yang melakukan kegiatan ekonomi

    harus mengacu kepada konsep maslahah ( kesejahteraan), sehingga tidak ada pihak

    yang dirugikan. Lebih jauh lagi, Imam al-Ghazali mengidentifikasi tiga alasan

    mengapa seseorang harus melakukan aktifitas ekonomi, yaitu untuk memenui

    kebutuhan hidup yang bersangkutan, mensejahterakan keluarga, dan membantu orang

    lain yang membutuhkan.3

    Dari fase awal kita beranjak ke fase pertengahan. Pada masa ini para ekonom

    Islam lebih jauh lagi membahas mengenai permasalahan ekonomi yang terjadi di

    2 Kadim As-Sadr, Fiskal Policies in Early islam, dalam Euis Amalia(ed.), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, h.19.

    3 Adiwarman A. karim, Pemikiran Ekonomi Seorang Skolastik Arab, dalam Euis Amalia(ed.), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,h.123-124.

  • 3tengah masyarakat. Seperti Ibnu Hazm, yang mengemukakan konsep jaminan sosial

    bagi orang tak mampu. Menurut pandangannya, Orang-orang kaya dari penduduk

    setiap negeri wajib menanggung kehidupan orang-orang fakir miskin di antara

    mereka. Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap mereka jika zakat dan harta

    kaum muslimin ( bait al-mal) tidak cukup untuk mengatasinya. Orang fakir miskin itu

    harus diberi makanan dari bahan makanan semestinya, pakian untuk musim dingin

    dan panas yang layak, dan tempat tinggal yang dapat melindungi mereka dari hujan,

    panas matahari, dan pandangan orang-orang yang berlalu lalang.4 Selain Ibnu Hazm,

    ada juga ekonom muslim yang bernama Ibnu Taimiyah. Seperti halnya para pemikir

    Islam lainnya menyatakan bahwa pemerintah merupakan institusi yang sangat

    dibutuhkan. Menurut Ibnu Taimiyah, seseorang harus hidup sejahtera dan tidak

    tergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu memenuhi sejumlah

    kewajibannya dan keharusan agamanya. Menjadi kewajiban sebuah Negara untuk

    membantu rakyatnya guna mencapai kondisi financial yang lebih baik. Ini berarti

    Negara harus bisa menghilangkan kemiskinan yang melanda rakyatnya.5

    Hingga saat ini, pemikiran-pemikiran yang di kemukakan oleh para ekonom

    muslim banyak dijadikan acuan dalam mengatasi masalah ekonomi di Negara

    tertentu. Indonesia menganut sistem ekonomi pancasila di mana seluruh kegiatan

    ekonomi yang dilakukan harus mengacu dan sesuai dengan pancasila yang lebih

    4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,h.141.

    5 Ibid.h.179-180.

  • cenderung kearah sosialis. Sejarah perekonomian Indonesia bisa dikatakan mulai

    berjalan secara normal pada akhir tahun 60an dan terus berkembang hingga terjadi

    krisis pada tahun 1997.

    Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 semakin

    membenamkan masyarakat kita ke dalam jurang kemiskinan. Berbagai upaya telah

    dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan namun hingga kini

    sepertinya belum menunjukan hasilnya, jurang pemisah antara yang kaya dengan

    yang miskin makin terasa, kesejahteraan tidak merata, kekayaan hanya bertumpu

    pada segelintir orang saja, padahal kita tahu bahwa tujuan dari pembangunan nasional

    adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan merata, baik secara

    materi maupun spiritual berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, selain itu

    pembangunan juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan,

    kecerdasan dan taraf hidup seluruh rakyat.

    Untuk mewujudkan pembangunan tersebut telah banyak usaha yang dilakukan

    pemerintah, baik peningkatan kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha.

    Namun, kenyataannya usaha yang dilakukan pemerintah belum tampak pengaruhnya

    dalam peningkatan pendapatan masyarakat terutama pengusaha kecil. Padahal usaha

    mikro, kecil dan menengah merupakan bagian fital dalam dunia usaha nasional yang

    mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam

    mewujudkan pembangunan nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada

    khususnya.

  • 5Usaha kecil yang merupakan titik tolak ekonomi dalam kancah perekonomian

    nasional, masih belum mampu mengembangkan kemampuan dan peranannya secara

    optimal. Hal ini disebabkan karena usaha kecil masih menghadapi hambatan dan

    kendala, baik yang bersifat eksternal maupun yang bersifat internal, dalam bidang

    produksi, pengelolaan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, teknologi serta

    iklim usaha yang kurang mendukung bagi perkembangannya. Adapun kendala yang

    dominan yang dihadapi pengusaha mikro, kecil dan menengah adalah permodalan,

    karena memang bagi pengusaha kecil sangat sulit memperoleh akses terhadap sumber

    daya modal. Lebih-lebih dalam keadaan pasar yang kompetitif, golongan ini semakin

    sulit bersaing dengan golongan yang lebih kuat.

    Di Indonesia lembaga keuangan yang dapat menyediakan dana untuk membantu

    permodalan secara formal adalah bank. Hanya saja bank belum mampu menyentuh

    semua lapisan masyarakat, hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pinjaman

    dari bank memerlukan persyaratan agunan/jaminan, proses yang cukup lama dan suku

    bunga pinjaman yang relatif tinggi. Selain lembaga keuangan bank, terdapat pula

    lembaga keuangan non bank seperti asuransi, baitul maal watamwil, dan koperasi

    yang mengelola dana masyarakat.

    Oleh karena itu, pemerintah sebagai pemegang amanat rakyatnya mengeluarkan

    kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mendorong para pengusaha mikro, kecil

    dan menengah untuk dapat meningkatkan produksi sekaligus meningkatkan

    pendapatan serta kesejahteraan mereka. Di samping itu, memang sudah merupakan

  • tugas pemerintah dalam mendistribusikan pendapatan dan kekayaan yang dimiliki

    oleh negara, agar harta dan kekayaan itu dapat dinikmati oleh seluruh rakyat dan

    tidak berputar pada segelintir orang saja. Konsep ini juga banyak dijumpai dalam Al-

    Quran antara lain untuk menjamin tingkat dan kualitas hidup minimum bagi seluruh

    masyarakat. Konsep tersebut antara lain: (1) manfaat sumber-sumber alam harus

    dapat dinikmati oleh semua mahluk Allah (Q.s. 6:3), (2) kehidupan fakir miskin harus

    diperhatikan oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang punya (Q.s. 51:19), (3)

    kekayan tidak boleh dinikmati dan berputar di antara orang kaya saja (Q.s. 104:2)6.

    Sangat jelas terlihat bahwa salah satu tugas pemerintah yang tidak kalah penting

    adalah dalam hal pendistribusian kekayaan dan pendapatan.

    Dalam mengeluarkan kebijakan, pemerintah menunjuk instansi-instansi yang

    terkait dengan kebijakan tersebut, salah satunya adalah kebijakan dana bergulir

    departemen keuangan yang akan disalurkan kepada koperasi dan usaha mikro, kecil

    dan menengah, melalui lembaga yang didirikan oleh KEMENTRIAN NEGARA

    KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I, yaitu LEMBAGA

    PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL

    DAN MENENGAH (LPDB-KUMKM).

    Atas dasar itu, penulis selaku mahasiswa jurusan Perbankan Syariah, Fakultas

    Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, ingin menulis skripsi mengenai pemberdayaan

    ekonomi rakyat dengan judul Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan

    6 Daud Ali Mohammad. System Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,(Jakarta: UI-press,1988). h. 16

  • 7Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Sebagai Alternatif Lembaga Keuangan

    Dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat.

    B. Perumusan Masalah

    Jika berbicara dan membahas mengenai pemberdayaan ekonomi rakyat, tentunya

    sangat luas cakupanya, di antaranya kebijakan pemerintah, lembaga keuangan, hingga

    keadaan ekonomi nasional dalam suatu negara. Oleh karena itu, saya mencoba

    membatasi masalah hanya pada lembaga yang berperan dalam pemberdayaan

    ekonomi rakyat, dengan perumusan masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana peran LPDB-KUMKM dalam memberdayakan ekonomi

    rakyat?

    2. Kendala apa saja yang dihadapi LPDB-KUMKM dalam menyalurkan

    dana bergulir?

    3. Faktor apa saja yang mendukung keberhasilan UMKM di Indonesia?

    4. Bagaimana analisa swot LPDB-KUMKM?

    C. Tujuan dan Manfaat penelitian

    Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk ;

    1. Memberikan informasi mengenai lembaga di luar lembaga keuangan

    yang memberikan pembiayaan kepada UMKM.

    2. Menjelaskan bagaimana peran negara dalam distribusi pendapatan.

    Manfaat dari penelitian ini adalah

  • 1. Bagi LPDB-KUMKM membantu mensosialisasikan lembaganya agar

    semakin banyak Lembaga Keuangan Mikro yang mengetahui adanya

    lembaga yang memberikan pembiayaan kepada UMKM.

    2. Bagi penulis dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai

    bagaimana peran negara dalam pendistribusian pendapatan dalam

    tujuannya mensejahterakan rakyat.

    3. Bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk memberikan informasi dan

    gambaran mengenai lembaga yang memberikan pembiayaan di luar

    lembaga keuangan bank dan non bank.

    D. Review Studi Terdahulu

    Mengenai pembahasan tentang tema yang sama, ditemukan juga beberapa skripsi

    terdahulu yang memiliki tema serupa, di antaranya ada yang menulis skripsi

    mengenai Pendistribusian Kekayaan Negara dalam Perspektif Islam karya

    Fahrurrozi, 2006. Beliau membahas mengenai kebijakan pemerintah dalam bidang

    ekonomi yang ditujukan untuk pendistribusian kekayaan negara yang diperoleh dari

    pajak, explorasi sumber daya alam, dan pendapatan lainya untuk kepentingan para

    pelaku usaha mikro, kecil dan menengah agar tetap eksis sebagai mata pencaharian.

    Dalam penulisan skripsinya beliau menggunakan metode deskriptif analisis, yang

    menggambarkan dan menganalisa secara mendalam tentang peran Negara dalam

    pendistribusian kekayaannya. Ada juga yang membahas mengenai Peranan BMT

    sebagai Lembaga Keuangan dalam Memberdayakan Ekonomi Rakyat" ( studi di

  • 9BMT Al-Fath ciputat, Tangerang ) yang ditulis oleh Achmad Riyadi. Beliau

    membahas mengenai operasional BMT serta usaha-usaha yang telah dilakukan BMT

    dalam memberdayakan ekonomi rakyat seperti penyaluran dana kepada para

    pedagang kecil. Berikut ini matrik kedua skripsi di atas dan perbedaannya dengan

    skripsi penulis:

    No Penulis/ judul Kelebihan Kekurangan 1 Fahrurrozi /

    Pendistribusian Kekayaan

    Negara dalam Perspektif

    Islam

    - pembahasannya cukup

    luas, hampir menyentuh

    seluruh aspek

    - pembahasan

    substansinya terlalu

    umum

    - tidak adanya contoh konkrit kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan distribusi pendapatan kekayaan negara

    2 Achmad Riyadi / Peranan

    BMT sebagai Lembaga

    Keuangan dalam

    Pemberdayaan Ekonomi

    Rakyat

    - lebih detail dalam

    membahas masalah yang

    ada

    - hanya membahas

    mengenai BMT saja,

    tidak ada pembahasan

    tentang LKM yang

    lain

    - substansinya tidak bisa berkembang, karena

    3 Dahnil Sukarno Hatta /

    LPDB-KUMKM sebagai

    Alternatif Lembaga

    - pembahasan cukup luas

    - ada beberapa contoh

    LKM

    - hanya membahas

    LKM secara garis

    besar saja

  • Keuangan dalam

    Pemberdayaan Ekonomi

    Rakyat

    - lembaga yang dibahas

    merupakan lembaga baru

    - banyak contoh bentuk

    kebijakan pemerintah

    - minim tabel

    - analisisnya kurang mendalam

    E. Kerangka Teori

    Dana bergulir adalah Dana yang berasal dari pemerintah melalui Kementerian

    Negara Koperasi dan UKM yang merupakan dana simpan-pinjam/pembiayaan yang

    disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa Keuangan

    Syariah/lembaga keuangan lainnya untuk disalurkan lebih lanjut kepada anggotanya

    yaitu pengusaha mikro dan kecil.7

    Sedangkan modal ventura berarti Dana yang berasal dari pemerintah melalui

    Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebagai pembiayaan yang berbentuk

    penyertaan modal, pola bagi hasil, dan obligasi konversi kepada Koperasi, Usaha

    Kecil dan Menengah Perusahaan Pasangan Usaha (KUKM-PPU) dalam jangka waktu

    tertentu dengan karakteristik mempunyai tingkat risiko atas modal yang ditanamkan

    karena bertindak sebagai investor, merupakan investasi aktif yaitu jika dipandang

    perlu melibatkan diri dalam pengelolaan usaha KUKM-PPU, investasi bersifat

    sementara, dan mengharapkan hasil atas investasi yang ditanamkan.8

    7 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.3.8 Ibid,h.4.

  • 11

    Pengusaha Mikro adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan usaha yang

    memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100.000.000 (seratus juta

    rupiah). Sedangkan pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang melakukan kegiatan

    usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000.- (satu

    milyar rupiah) atau memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000.- (dua

    ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan.9

    Lembaga keuangan dalam kamus manajemen dijelaskan sebagai badan atau

    organisasi yang bergerak di bidang keuangan.10 Sedangkan pengertian lembaga

    keuangan bank berarti badan atau lembaga yang kegiatan utamanya adalah menerima

    simpanan giro, tabungan dan deposito. Dalam pembicaraan sehari-hari bank juga

    dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang

    membutuhkanya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan

    uang, memindahkan uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan

    setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, biaya kuliah dan pembayaran

    lainya.

    Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.11

    Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata

    9 Ibid,h.5.

    10 Marbun.B.N, Kamus Manajemen, (Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2003). h.476.

    11 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya,(Jakarta;Rajagarfindo Perkasa,2005).h.23

  • assuradeur yang berarti penanggungan dan geassureerde yang berarti

    tertanggung. Kemudian dalam bahasa Perancis disebut Assurance yang berarti

    menanggung sesuatu yang pasti terjadi. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata

    asuransi disebut Insurance yang berarti menanggung sesuatu yang mungkin terjadi.

    Di Indonesia pengertian asuransi menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992

    tentang usaha asuransi adalah sebagai berikut :

    Asuransi atau penanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.12

    Dalam Ensiklopedia Hukum Islam disebutkan bahwa asuransi (Ar: at-Tamin)

    adalah transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban

    membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya

    kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai

    dengan perjanjian yang dibuat.13

    Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan

    atau kepentingan bersama. Kelompok orang inilah yang akan menjadi anggota

    koperasi yang didirikannya, pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan

    dan gotong royong khususnya untuk membantu para anggotanya yang memerlukan

    12 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya,(Jakarta;Rajagarfindo Perkasa,2005).h.276.13 Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam,(Jakarta:Kencana,2004).h.61.

  • 13

    bantuan baik berbentuk barang maupun pinjaman uang.14

    Dalam Islam proses distribusi memegang peranan sangat penting, karena

    pada proses inilah dapat dilihat pemerataan dari hasil produksi. Distribusi

    didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting yaitu:

    nilai kebebasan dan nilai keadilan.15 Konsep Islam menjamin sebuah distribusi

    pendapatan yang memuat nilai insani. kedudukan manusia yang berbeda antara

    satu dengan yang lain merupakan kehendak ALLAH SWT. Perbedaan ini

    merupakan bagian dari upaya manusia untuk bisa memahami nikmat ALLAH,

    sekaligus memahami kedudukannya dengan sesama. Manusia tidak dapat

    menentukan dirinya untuk berkedudukan lebih tinggi atau rendah, karena semua

    itu telah ditentukan ALLAH. Pemilikan harta hanya pada beberapa orang dalam

    suatu masyarakat akan menimbulkan ketidakseimbangan hidup dan akan

    menimbulkan efek yang buruk bagi kehidupan. Sesuai dengan firman Allah,

    dalam surat al-Hasyr (59) ayat 7.

    !$B u!$sr& !$# 4n?t &!qu `B @dr& 3t)9$# Ts Aq=9ur %!ur 4n1)9$# 4y J tGu9$#ur 3 |yJ9$#ur $#ur @69$# s1 w tbq3t P's!r tt/ !$uYF{$# N3ZB 4 !$tBur N39s #? u Aq9$# nrs $tBur N39pktX mYt (#qgtFR$$s 4 (#q)?$#ur !$# ( b) !$# x

    >$s)9$# )/ : (Artinya: apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka

    14 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, hal. 270.15 Qardhawi, Yusuf, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam,(Jakarta:Rabbani

    Press, 2001).h.349.

  • adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.(Al-Hasyr/ 59 : 7)

    F. Metode penulisan skripsi

    Metode penulisan skripsi ini adalah menggunakan metode penulisan deskriptif

    yang menekankan pada data-data dan informasi sebanyak-banyaknya yang

    berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.

    Teknik pengumpulan data menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian

    lapangan. Sedangkan jenis data yang digunakan antara lain data primer antara lain

    wawancara dan observasi. Dan data sekunder yaitu data yang ada pada lembaga

    pengelola dana bergulir koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah.

    Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi

    Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    tahun 2005.

    G. Sistematika Penulisan

    BAB I Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan

    dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review study

    terdahulu), kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan

    BAB II Berisi tinjauan teoritis tentang lembaga keuangan bank, lembaga

    keuangan non bank, dan pendistribusian pendapatan.

  • 15

    BAB III Berisi gambaran umum tentang LPDB-KUMKM, meliputi Sejarah

    singkat LPDB-KUMKM, Visi - misi LPDB-KUMKM, Struktur Organisasi di LPDB-

    KUMKM dan Produk-produk LPDB-KUMKM.

    BAB IV Berisi hasil penelitian yang meliputi penjelasan mengenai LPDB

    sebagai alternatif lembaga keuangan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat serta

    mekanisme penyaluran dana bergulir.

    BAB V Dalam bab ini penulis mencoba menulis kesimpulan dari pembahasan

    yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan saran-saran yang

    kiranya bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Daftar Pustaka dan

    Lampiran.

  • BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Lembaga Keuangan Bank

    Sektor perbankan memiliki peran yang strategis bagi perekonomian suatu negara.

    Dalam sistem ekonomi modern, perbankan bisa diibaratkan sebagai jantung

    perekonomian karena pengaruhnya yang besar terhadap perekonomian suatu Negara.

    Di Indonesia lembaga keuangan dibagi menjadi dua, pertama, lembaga keuangan

    bank dan kedua, lembaga keuangan non bank. Pada prinsipnya pengertian lembaga

    keuangan adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan

    menyalurkannya kembali ke masyarakat. Tetapi karena dunia perbankan dirasa sudah

    sangat besar dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia juga sangat besar,

    maka lembaga keuangan bank dipisahkan dari lembaga keuangan lainnya. Indonesia

    dan dunia pernah mengalami krisis moneter pada tahun 1997 yang cukup dahsyat

    sehingga perekonomian Indonesia dan dunia pada saat itu kacau balau, akibatnya

    adalah perekonomian dunia pada saat itu tidak stabil.

    Di Indonesia, angka inflasi mencapai 300% dan suku bunga kredit melambung

    tinggi, sehingga banyak para pengusaha yang kesulitan mengembalikan dana kredit

    yang menyebabkan banyaknya kredit macet sehingga mengurangi tingkat

    kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. Atas dasar itu para nasabah yang

    mempercayakan dananya pada bank berbondong-bondong untuk segera mencairkan

    dananya tersebut. Sejak dilanda krisis pada tahun 1997, perkembangan dunia

  • perbankan di Indonesia sampai saat ini bisa dikatakan sudah mulai membaik, yang

    ditunjukan oleh perekonomian yang stabil, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

    dunia perbankan sudah mulai meningkat dan sektor riil sudah bisa berjalan dengan

    baik yang tentunya ditopang oleh dana dari perbankan.

    1. Pengertian Lembaga Keuangan Bank

    Kata bank dari kata banque dalam bahasa Prancis, dan banco dalam bahasa

    Italia, yang berarti peti/lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan

    fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti

    berlian, peti uang dan sebagainya.1 Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal

    sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro,

    tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk

    meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu

    bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau

    menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran

    listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan pembayaran lainnya.2

    Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 november

    1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha

    yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

    menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentu-benntuk

    lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

    1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2002), h.2.2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

    2005),h.23.

  • Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah

    perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, di mana seluruh aktivitas

    perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai

    bank tidak terlepas dari masalah keuangan.

    2. Produk Lembaga Keuangan Bank

    Lembaga keuangan bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara

    unit-unit ekonomi yang memiliki kelebihan dana (surplus unit ) dengan unit-unit

    lain yang membutuhkan atau kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank, dana

    berlebih yang dimiliki surplus unit dapat disalurkan kepada deficit unit sehingga

    dana berlebih tersebut dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Dalam

    menjalankan kegiatan usahanya, bank dalam hal ini mengeluarkan produk-produk

    yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Untuk

    memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini, pihak bank harus pandai menciptakan

    produk-produk baru yang bisa memikat hati para calon nasabah dengan cara

    menbuat produk yang mampu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi oleh

    calon nasabah sehingga para calon nasabah merespon dengan positif hadirnya

    produk baru tersebut. Secara umum, produk perbankan ada 3 (tiga), yaitu :

    a. Produk penghimpunan dana (funding)

    Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari

    masyarakat luas. Masyarakat tidak akan menyimpan dananya begitu saja

    kepada bank, tanpa adanya timbal balik yang rasional. Maksudnya, bank harus

    memberikan balas jasa atau rangsangan kepada nasabah penabung berupa

    19

  • bunga, bagi hasil atau hadiah yang dapat menarik minat nasabah penabung

    untuk menyimpan dananya di bank. Semakin besar bunga, bagi hasil atau

    hadiah yang ditawarkan, maka minat masyarakat untuk menyimpan dananya

    semakin bersar pula. Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank

    memiliki beberapa produk yang bisa dipilih oleh calon nasabah penabung

    yang sesuai dengan kebutuhannya, yaitu :

    1) Simpanan Giro

    Dalam Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10

    November 1998 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro

    adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

    dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran

    lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.3

    2) Simpanan Tabungan

    Seperti halnya simpanan giro, simpanan tabungan juga mempunyai

    syarat-syarat tertentu bagi pemegangnya dan biasanya persyaratan bagi

    pemegang dari setiap bank berbeda. Pengertian tabungan menurut

    Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah simpanan

    yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat

    tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet

    3 Ibid, h.65.

  • giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.4

    3) Simpanan Deposito

    Simpanan deposito merupakan jenis simpanan ketiga yang

    dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya,

    simpanan deposito mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo)

    sehingga tidak dapat ditarik setiap saat atau setiap hari. Menurut

    Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang

    dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya

    dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah

    penyimpan dengan bank artinya apabila nasabah menyimpan dananya

    untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka dana tersebut baru dapat

    dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir.5

    b. Produk penyaluran dana (lending)

    Setelah menghimpun dana dari masyarakat, langkah selanjutnya yang

    harus dilakukan bank adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada

    masyarakat yang kekurangan dana (deficit unit) atau sering disebut kredit

    dalam bank konvensional dan pembiayaan dalam bank syariah. Menurut

    Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud kredit

    adalah:

    kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam

    4 Ibid, h.74.

    5 Ibid, h.80.

    21

  • antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

    Bank konvensional memberikan dana kepada pihak yang membutuhkan

    dengan imbalan bunga ditambah biaya administrasi sedangkan sistim bagi

    hasil bagi bank yang menggunakan sistim syariah. Dalam menyalurkan

    dananya, perbankan syariah memiliki lebih banyak produk yang ditawarkan,

    sehingga memudahkan calon nasabah untuk memilih produk yang sesuai

    dengan kebutuhannya. Secara garis besar ada tiga produk yang ditawarkan

    oleh bank syariah dalam menyalurkan dana yang dibedakan berdasarkan

    tujuan penggunaannya, yaitu:6

    1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk

    memiliki barang berdasarkan prinsip jual beli.

    2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk

    mendapatkan jasa berdasarkan prinsip sewa.

    3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama

    yang ditujukan untuk mendapatkan sekaligus

    barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.

    Dalam menjalankan tugas ini bank juga dituntut untuk bisa bersaing

    dengan bank lain dalam tingkat suku bunga pinjaman atau pun tingkat bagi

    6 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, cet.II, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), h. 61.

  • hasil pembiayaan agar para calon nasabah kredit atau pembiayaan tertarik

    untuk bekerjasama.

    c. Produk jasa (service)

    Produk jasa bank merupakan kegiatan perbankan yang ketiga. Tujuan

    pemberian jasa bank ini adalah untuk mendukung dan memperlancar kegiatan

    menghimpun dana dan menyalurkan dana. Semakin lengkap jasa bank yang

    diberikan, maka semakin baik, dalam arti jika nasabah hendak melakukan

    suatu transaksi perbankan, cukup di satu bank saja. Demikian pula sebaliknya

    jika jasa bank yang diberikan kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk

    mencari bank lain yang menyediakan jasa yang mereka butuhkan. Lengkap

    atau tidaknya jasa bank yang diberikan sangat tergantung dari kemampuan

    bank tersebut, baik dari segi modal, perlengkapan fasilitas sampai kepada

    personil yang mengoperasikannya.7

    Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata transfer, kartu

    ATM, kliring atau money changer, itu semua merupakan sebagian dari produk

    jasa bank. Berikut ini adalah beberapa produk jasa dari bank:

    1) Kiriman Uang (transfer)

    Transfer merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota,

    luar kota, atau ke luar negri. Dengan menggunakan jasa bank ini, nasabah

    bisa mengirim uang ke mana saja dengan waktu singkat dan aman. Dalam

    mengirim uang melalui bank, biasanya nasabah dikenakan biaya yang

    7Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, h. 135.

    23

  • besarnya tergantung jarak atau bank yang dituju.

    2) Kliring (clearing)

    Kliring merupakan jasa penyelesaian hutang piutang antar bank dengan

    cara saling menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan di lembaga

    kliring. Lembaga kliring ini di bentuk dan dikoordinir oleh Bank Indonesia

    setiap hari kerja. Peserta kliring adalah bank yang sudah memperoleh izin

    dari Bank Indonesia. Salah satu tujuan dari jasa kliring pada bank adalah

    untuk memajukan dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral sehingga

    dapat dilaksanakan dengan aman dan efisien.8

    3) Kartu Bank (Bank Card)

    Bank Card merupakan kartu yang di keluarkan oleh bank yang

    diberikan kepada nasabahnya untuk dapat di pergunakan sebagai alat

    pembayaran di tempat tertentu. Di samping itu kartu ini juga diuangkan

    (mengambil uang tunai) melalui ATM (Automated Teller Machine) yang

    tersebar di berbagai tempat strategis seperti pusat perbelanjaan, tempat

    hiburan dan perkantoran.9

    Kartu ini hanya bisa digunakan oleh nasabah yang bersangkutan karena

    untuk menggunakannya harus menggunakan nomor PIN yang hanya di

    ketahui oleh nasabah pemegang kartu sehingga keamanan dari dana yang

    ada dalam kartu sangat terjaga. Dengan kartu ini pula nasabah dimudahkan

    8 Ibid., h. 1409 Ibid., h. 146

  • dengan tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak karena dapat

    mencairkan uang kapan pun di butuhkan.

    4) Penukaran Uang (Money Changer)

    Jasa penukaran mata uang asing juga disediakan oleh bank. Dengan

    menggunakan jasa ini nasabah dapat menukarkan uang yang dimilikinya

    kepada mata uang yang lain untuk kepentingan tertentu. Dalam menukarkan

    mata uang tentu terdapat perbedaan nilai antar mata uang yang satu dengan

    mata uang lainnya sehingga nilai tukarnya di sesuaikan dengan selisih nilai

    yang ada. Jasa penukaran ini memudahkan nasabah yang memerlukan mata

    uang asing untuk keperluannya.

    B. Lembaga Keuangan Non Bank

    Selain lembaga keuangan bank, ada juga lembaga keuangan lainnnya atau lebih

    sering disebut lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan non bank ini

    dipisahkan dari lembaga keuangan bank karena memang terdapat perbedaan yang

    signifikan dalam hal jumlah asset dan nasabah yang tentunya membedakan

    pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia. Tetapi peran dan pengaruh

    lembaga keuangan non bank tidak bisa di kesampingkan begitu saja. Lembaga

    keuangan non bank memiliki keunggulan tersendiri yang bisa menarik minat para

    calon nasabahnya, meskipun tugas, fungsi dan tujuannya tidak jauh berbeda dengan

    lembaga keuangan bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

    menyalurkannya kembali kepada masyarakat.

    25

  • 1. Koperasi

    a. Sejarah Singkat Koperasi

  • Gerakan koperasi di gagas oleh Robert Owen (17711858), yang

    menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark,

    Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan lebih lanjut oleh William

    King (17861865) dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris.

    Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama The

    Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang

    mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi.

    17

  • Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman,

    juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan

    koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris di dirikan oleh Charles

    Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc

    mendirikan koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di

    Denmark Pastor Christiansone mendirikan koperasi pertanian.10

    10 Ensiklopedia bebas, Koprasi, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi#Sejarah_Berdirinya_Koperasi

    17

  • Sedangkan gerakan Koperasi di Indonesia diperkenalkan oleh R. Aria

    Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan

    koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang

    dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru

    oleh Boedi Oetomo dan SDI. Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan

    tempat pusat perlawanan, mengeluarkan UU no. 431 Tahun 19 yang isinya

    yaitu :

    1). Harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi

    17

  • 2). Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa

    3). Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral

    17

  • 4). Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda

    Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena tidak

    mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh

    Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91

    pada Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :

    1). Hanya membayar 3 gulden untuk materai

    2). Bisa menggunakan bahasa daerah

    3). Hukum dagang sesuai daerah masing-masing

    4). Perizinan bisa di daerah setempat

    17

  • Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang

    mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua

    kalinya. Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu

    mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun

    fungsinya berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk

    keuntungan, dan menyengsarakan rakyat.

    17

  • Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan

    koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di

    Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi

    Indonesia.11

    b. Pengertian koperasi

    11 ibid

    17

  • Sementara itu koperasi memiliki pengertian adalah badan usaha yang

    beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

    kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

    ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan

    untuk mensejahterakan anggotanya.

    Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi

    yaitu:

    1). Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi

    anggota koperasi;

    2). Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang

    menjadi anggota koperasi yang memiliki lingkup

    lebih luas.

    17

  • Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi

    1998), disebutkan bahwa karateristik utama koperasi yang membedakan

    dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda.

    Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus

    pengguna jasa koperasi.

    17

  • Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh

    anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam

    setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi

    (biasa disebut Sisa Hasil Usaha atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan

    andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan

    pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang di

    lakukan oleh si anggota.12 Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang

    Perkoperasian, pengertian Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

    orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya

    berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat

    yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

    Sementara menurut ICA Cooperative Identity Statement, Manchester,

    23 September 1995, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang

    yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi

    ekonomi, sosial, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka

    miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.13

    Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa koperasi

    merupakan wadah bagi individu-individu yang memiliki tujuan

    meningkatkan taraf hidupnya bersama anggota koperasi yang lain dengan

    memanfaatkan potensi ekonomi yang dimiliki para anggotanya sehingga

    12Tim LAPENKOP Nasional, Bentuk Koperasi, artikel diakses pada15 Desember 2008 dari http://berkoperasi.blogspot.com/search/label/koperasi

    13 Djunaedird, Mahluk apa Koperasi itu?, artikel diakses pada 15 Desember 2008 dari http://djunaedird.wordpress.com/wp-admin/-_ftn2

    17

  • tercapai kesejahteraan bersama seluruh anggotanya.

    c. Jenis Usaha Koperasi

    Secara garis besar, usaha yang di lakukan koperasi di kelompokan

    menjadi dua bagian utama, yaitu usaha penghimpunan dana dan penyaluran

    dana. Usaha penghimpunan dana adalah usaha untuk mengumpulkan dana

    dari berbagai sumber, baik dari anggota koperasi maupun dari pihak lain.

    Jenis-jenis sumber dana yang bisa di jaring oleh koperasi adalah: modal,

    hutang dan simpanan.14 Sumber dana jenis modal berupa simpanan wajib

    dan simpanan pokok dari anggota, sedangkan sumber dana jenis hutang bisa

    berupa hutang dari bank atau dari pihak lain di luar anggota, kemudian

    sumber dana jenis simpanan berasal dari tabungan yang dimiliki masing-

    masing anggota di dalam koperasi tersebut. Sedangkan usaha menyalurkan

    dana yang dilakukan koperasi secara umum tidak jauh berbeda dari lembaga

    keuangan lainnya yaitu dengan memberikan pinjaman atau pembiayaan.

    Perbedaannya hanya terletak pada pihak debiturnya, di mana yang bisa

    menjadi debitur hanya anggota koperasi tersebut.

    2. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

    a. Pengertian Baitul Maal Wattamwil

    Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal

    14 HA Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, cet.I, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h.155.

  • dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha usaha

    pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti; zakat, infaq

    dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan

    penyaluran dana komersial. Usaha usaha tersebut menjadi bagian yang

    tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi

    masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.15

    Baitul Maal Wattamwil adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah

    non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini

    didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan

    lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Oleh

    karena itu, selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, BMT juga bisa

    berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan ia bertugas

    menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana

    kepada masyarakat (anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi ia juga

    berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri dan

    pertanian.

    b. Prinsip Operasional BMT

    Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah,

    yakni menggunakan prinsip:

    1) Prinsip bagi hasil

    Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman

    15 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.96.

    19

  • dengan BMT.

    a). Al Mudharabah

    b). Al Musyarakah

    c). Al Muzaraah

    d). Al Musyaqah

    2). Sistem Jual Beli

    Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam

    pelaksanaanya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi

    kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian

    bertindak sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya

    tersebut dengan ditambah mark up. Keuntungan BMT nantinya akan

    dibagi kepada penyedia dana.

    a). Bai al Murrabahah

    b). Bai as Salam

    c). Bai al Istishna

    d). Bai Bitsaman Ajil

    3) Sistem non Profit

    Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini

    merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial,

    Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja atau disebut

    dengan istilah Al Qordhul Hasan.16

    16Ibid, h.101.

  • C. Distribusi Pendapatan

    Perbedaan dalam kehidupan manusia merupakan ketetapan ALLAH SWT.

    Dengan perbedaan inilah manusia mempunyai peran lebih di antara makhluk lain di

    kehidupan ini. Di samping itu, perbedaan ini membawa pentingnya makna kerjasama

    antara satu orang dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.perbedaan

    merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dengan perbedaan ini bukan

    menjadi alasan manusia yang satu dengan manusia lainnya untuk melegitimasi

    kedudukannya di hadapan ALLAH SWT sebagai makhluk mulia atau hina. Dalam

    hal ekonomi perbedaan yang sering kita sebut adalah adanya golongan miskin dan

    golongan kaya. Dari perbedaan inilah biasanya manusia mengalami konflik batin

    antara kelompok-kelompok tersebut. Oleh karena itu, distribusi pendapatan yang adil

    sangat penting perannya agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu besar antara

    golongan kaya dan golongan miskin. Di dalam Negara yang sedang berkembang

    seperti Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi digenjot setinggi mungkin akan

    mengakibatkan kesenjangan yang semakin besar, di mana terjadi akumulasi

    pemilikan modal oleh kelompok atas, sedangkan golongan bawah hanya

    mendapatkan upah yang jumlahnya relatif kecil.

    1. Distribusi Pendapatan dalam Islam

    Konsep Islam menjamin sebuah distribusi pendapatan yang memuat nilai

    insani. kedudukan manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain

    merupakan kehendak ALLAH SWT. Perbedaan ini merupakan bagian dari

    21

  • upaya manusia untuk bisa memahami nikmat ALLAH, sekaligus memahami

    kedudukannya dengan sesama. Manusia tidak dapat menentukan dirinya untuk

    berkedudukan lebih tinggi atau rendah, karena semua itu telah ditentukan

    ALLAH. Dalam surat Faathir (35) ayat 2, Allah berfirman:

    $B xtGt !$# $ =Y 9 `B 7puHq xs y7JB $ygs9 ( $tBur 7J xs @B ms9 .`B nt/

    4 uqdur y9$# L3pt:$# )/ : (Artinya: apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Faathir/ 35 : 2)

    Pemilikan harta hanya pada beberapa orang dalam suatu masyarakat akan

    menimbulkan ketidakseimbangan hidup dan akan menimbulkan efek yang

    buruk bagi kehidupan. Sesuai dengan firman Allah, dalam surat al-Hasyr (59)

    ayat 7.

    !$B u!$sr& !$# 4n?t &!qu `B @dr& 3t)9$# Ts Aq=9ur %!ur 4n1)9$# 4y J tGu9$#ur 3 |yJ9$#ur $#ur @69$# s1 w tbq3t P's!r tt/ !$uYF{$# N3ZB 4 !$tBur N39s #? u Aq9$# nrs $tBur N39pktX mYt (#qgtFR$$s 4 (#q)?$#ur !$# ( b) !$# x

    >$s)9$# )/ : (Artinya: apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya

  • Allah Amat keras hukumannya.(Al-Hasyr/ 59 : 7)

    Pada dasarnya Islam memilki dua sistem distribusi utama, yakni: distribusi

    secara komersial dan mengikuti mekanisme pasar serta sistem distribusi yang

    bertumpu pada aspek keadilan sosial masyarakat.

    Sistem distribusi pertama berlangsung melalui proses ekonomi. Di

    antaranya meliputi gaji bagi para pekerja, biaya sewa tanah serta alat produksi

    lainnya, profit atau keuntungan untuk pihak yang menjalankan usaha, maupun

    profit sharing untuk modal dana melalui mekanisme musyarakah. Adapun

    sistem yang kedua, yang lebih bernuansa sosial kemasyarakatan, Islam

    menciptakannya untuk memastikan keseimbangan pendapatan di masyarakat.

    Seorang muslim yang kekayaannya melebihi nisab, diwajibkan membayar

    zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya yang

    ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.17 Mengingat

    tidak semua orang mampu terlibat dalam proses ekonomi karena yatim piatu

    atau jompo dan cacat tubuh, Islam memastikan distribusi ekonomi bagi mereka

    dalam bentuk zakat, infaq dan shadaqah.

    Keindahan lain sistem distribusi Islam adalah warisan. Hukum kewarisan

    Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkenaan dengan

    peralihan hak dan atau kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah ia

    meninggal dunia kepada ahli warisnya.18 Dengan warisan, Islam hendak 17 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),

    h. 14.

    18 Mohammed Daud Ali, HUkum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

    23

  • memastikan bahwa aset dan kekuatan ekonomi tidak boleh terpusat pada

    seseorang saja betapa pun kayanya dia. Jika si bapak meninggal maka anak,

    istri, ibu, bapak, kakek, dan kerabat lainnya akan kebagian peninggalannya.

    Sistem distribusinya pun sudah diatur secara sistematis dan kompleks dalam

    disiplin ilmu faraidh, yang tiada taranya dalam agama atau sistem ekonomi lain.

    Untuk memastikan keseimbangan famili non-famili Islam juga melengkapinya

    dengan wasiat yang boleh diberikan kepada non famili dengan catatan tidak

    lebih dari 1/3. Ini pun untuk memproteksi kepentingan ahli waris juga.

    Untuk khalayak ramai, Islam juga memperkenalkan instrument distribusi

    lain yaitu waqaf, yang bentuk dan caranya bisa sangat banyak sekali, dari mulai

    gedung, uang tunai, buku, tanah, bahan bangunan, kendaraan, saham serta aset-

    aset produktif lainnya. Berbeda dengan yang lainnya, waqaf tidak dibatasi oleh

    kaya miskin atau pertalian darah serta kekerabatan. Waqaf adalah fasilitas

    umum siapa pun boleh menikmatinya.19

    Di samping itu ada juga skim pinjaman tanpa bunga yaitu qard yang

    bermakna al-Qathu (potong). Artinya harta yang diserahkan kepada orang yang

    berhutang merupakan satu potongan dari pada hara orang yang memberkan

    hutang.20 Menurut ulama Hanafi, qard adalah pemberian harta oleh seeorang

    Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 281.19Trimudilah, Distribusi Pendapatan dalam Islam, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari

    http://www.belajarekonomiislam.com/index.php/nasional/2006/12/14/1665/distribusi_pendapatan_dalam_islam

    20 Syed Ahmad Syed Al-Husain, et al., Fiqh dan Perundangan Islam, (terj), (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pusaka, 1995), h. 726.

  • kepada orang lain supaya ia membayarnya semula atau suatu kontrak yang

    khusus mengenai penyerahan harta kepada seseorang supaya orang itu

    memulangkan kembali harta yang sama sepertinya. Para ulama telah sepakat

    bahwa qard boleh dilakukan, kesepakatan ini didasari tabiat manusia yang tidak

    bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Hal-hal yang perlu

    diperhatikan dalam aqad qard adalah sebagai berikut: a). apabila orang yang

    berhutang menghadiahkan kepada orang yang member hutang, boleh diterima

    dengan tidak dimakruhkan dan disukai bagi yang berhutang. b). tidak boleh

    yang memberi hutang mengambil dengan sesuatu dari harta yang berhutang

    (menurut Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad).21 Menurut Sayid Sabiq, akad qard

    dimaksudkan untuk berlemah lembut sesama manusia, menolong urusan

    kehidupan mereka dan memudahkan sarana hidup mereka, bukan bertujuan

    untuk memperoleh keuntungan. Demikian juga menurut para ulama mazhab

    Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali yang mengharamkan memberikan

    tambahan dari sesuatu yang dihutangkan. Misalnya muqrid meminjamkan uang

    kepada muqtarid dengan syarat muqtarid harus mengembalikan pinjamannya

    dengan jumlah yang lebih banyak, begitu juga dengan hadiah yang diberikan

    muqtarid kepada muqrid, apabila disyaratkan oleh 2 belah pihak pada saat

    melakukan akad, maka hal tersebut tidak boleh dialakukan. Dan qard itu rusak

    bilamana yang menghutangkan mengambil manfaat tambahan. c). muqrid tidak

    21 Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam,(Semarang: PT. Pustak Rizki Putra, 1997), h. 364.

    25

  • dibenarkan memaksa muqtarid untuk mempercepat pembayaran sebelum

    waktunya. Terlebih lagi apabila muqtarid dalam kesusahan, maka sebaiknya

    tagihan tersebut ditangguhkan.22 Sebaliknya orang yang berhutang tidak boleh

    menunda-nunda pembayaran apabila ia sudah mampu membayar, karena hal ini

    merupakan kezaliman. Manfaat qard adalah sebagai produk pembiayaan bagi

    usaha kecil. Dengan skim pembiayaan ini dapat terbentuk semangat wirausaha

    dalam sektor industry kecil atau mikro yang pada akhirnya akan memacu

    pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis syariah. Sifat qard tidak

    memberikan keuntungan financial bagi pihak yang meminjamkan. Transaksi

    qard ini dapat dikombinasikan dengan dana zakat. Sebagaimana kita pahami

    bersama, pemberian dana zakat, termasuk infaq dan shodaqah harus

    memberikan preferensi yang menguntungkan si miskin untuk dapat berdikari.

    Dengan demikian zakat dapat menjadi suplemen pendapatan permanen hanya

    bagi mereka yang tidak dapat menghidupi dirinya sendiri secara mencukupi

    lewat usahanya sendiri. Penggunaan dana ZIS secara professional melalui skim

    Qardul Hasan akan memungkinkan si miskin berdikari dalam sebuah

    lingkungan sosio-ekonomi yang mengembangkan industry kecil dan akan

    berdampak mengurangi pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial

    ekonomi. Jadi dengan adanya skim pembiayaan qardul hasan akan sangat

    membantu kaum pengusaha kecil dan juga dapat meningkatkan semangat

    22 Siti Sadiya, Teori Al Qardul Hasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Perpus Syariah dan Hukum, 2001), h. 13

  • wirausaha dan ekonomi yang berbasiskan syariah dapat tumbuh. Qardul Hasan

    juga bersifat mendidik agar muqtarid memiliki sikap tanggungjawab terhadap

    harta, sehingga ia bisa mengembalikannya dan dana tersebut dapat digulirkan

    kepada mustahiq lainnya. Dengan konsep ini diharapkan makin banyak

    mustahiq yang berubah menjadi muzzaki. Distribusi dalam ekonomi Islam

    didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting, yaitu:

    Nilai kebebasan dan Nilai keadilan. Islam menetapkan kebebasan, bukan berarti

    kebebasan itu mutlak seperti yang ada pada sistem kapitalis, kebebasan

    ekonomi yang disyariatkan Islam bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari

    berbagai ikatan, tetapi kebebasan yang terkendali dan terikat dengan keadilan

    yang diwajibkan ALLAH SWT.23 Manusia memiliki sifat dasar di antaranya

    sangat mencintai harta, kikir dan bakhil, sebagimana firman ALLAH dalam

    surat Al-Aadiyaat ayat 8:

    mR)ur b=s9 s:$# ts9 )/ : (

    Artinya dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya

    kepada harta(Al-Aadiyaat/ 100 : 8)

    Jika manusia dibiarkan bebas dalam mendapatkan dan membelanjakan

    harta yang Allah titipkan padanya, niscaya akan terjadi kejahatan, ketidakadilan

    dan kekacauan yang akan membawa malapetaka bagi umat manusia. Di mana

    sebagian orang mendapatkan hartanya dengan cara yang dilarang Allah, seperti

    23Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam,cet.1, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 220.

    27

  • mencuri, korupsi, menjual diri atau bersekutu dengan setan. Dan sebagian orang

    lainnya membelanjakan harta tersebut tidak pada tempanya seperti bermewah-

    mewahan, berzina atau pemborosan. Semuanya itu hanya akan mendatangkan

    mudharat bagi umat manusia. Oleh karena itu, Islam membatasi kebebasan itu

    untuk tujuan kemaslahatan dan keadilan bagi seluruh umat manusia di muka

    bumi.

    Nilai keadilan merupakan akar dari semua ajaran Islam baik akidah, syariat

    dan etika. Islam sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dalam setiap aspek

    kehidupan. Dalam hal ekonomi, keadilan dapat di wujudkan dengan banyak

    cara, salah satunya adalah keadilan dalam distribusi pendapatan. Di mana Allah

    menjamin orang-orang yang tidak mampu dalam hal ekonomi dengan konsep

    distribusi pendapatan yang Dia ciptakan seperti zakat, infaq, shadaqah, faI,

    ghonimah, dan lainnya. Dengan adanya konsep distribusi pendapatan Islam ini,

    diharapkan kehidupan ekonomi manusia di dunia ini dapat berjalan dengan adil,

    seimbang dan merata, sehingga tecipta kemashlahatan yang merupakan tujuan

    utama dari syariat Islam itu sendiri.

    2. Peran Negara dalam Distribusi Pendapatan di Indonesia

    Peran negara sangat menentukan dalam pelaksanaan sistem ekonomi.

    Negara harus bisa mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan ekonomi yang

    dilakukan oleh para pelaku ekonomi, baik itu dalam aspek hukum, perencanaan,

    pengawasan alokasi atau distribusi sumberdaya dan dana, pemerataan

  • pendapatan dan kekayaan serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.24

    Indonesia yang merupakan Negara berkembang, memiliki banyak

    masalah dalam bidang ekonomi. Permasalahan tersebut menjadi tugas Negara

    khususnya pemerintah untuk bisa mengatasi sehingga tercipta keseimbangan di

    masyarakat. Masalah ekonomi terberat yang dihadapi Indonesia saat ini adalah

    pengangguran dan kemiskinan. Pengangguran dan kemiskinan timbul karena

    tidak terjadi pemerataan sumberdaya dan dana yang baik. Di mana hanya orang

    atau kelompok tertentu saja yang dapat menikmati sumber daya dan dana

    tersebut, sehingga akan memperlebar kesenjangan sosial yang ada di

    masyarakat. Pemerintah mempunyai tugas-tugas sebagai penjabaran dari fungsi

    kekuasaan politik yang dimilikinya,yaitu: pertama: menyelenggarakan

    pembangunan spiritual dan kesejahteraan social, kedua: memelihara dan

    mengembangkan ketertiban sosial dan keamanan Negara.25 Dalam hal ini,

    pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang bertujuan mengurangi

    pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.

    Distribusi pendapatan mutlak dilakukan agar kesenjangan yang ada tidak

    semakin lebar, baik dalam bentuk subsidi, modal usaha bagi UKM, atau

    memberikan dana sosial bagi rakyat miskin. Pemerintah harus membantu

    masyarakat yang kurang beruntung dengan bantuan dari masyarakat yang lebih

    24 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press, 1988), h. 17.

    25 Abdul Muin Salim, Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 201.

    29

  • beruntung. Bantuan dapat dilakukan melalui pajak, sumbangan, hibah dan

    lainnya.26 Pada saat ini peran pemerintah dalam mendistribusikan pendapatan

    bisa dibilang cukup baik, terbukti dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan

    yang berpihak kepada rakyat kecil, antara lain Kredit Usaha rakyat (KUR) yang

    diperuntukan bagi pengusaha kecil dan menengah. Kredit ini bertujuan agar

    para pengusah kecil, mikro dan menengah dapat meningkatkan kualitas dan

    kuantitas produksi mereka sehingga daya saing mereka menjadi lebih baik.

    Hingga saat ini pemerintah telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

    senilai Rp 10,65 trilun, dari Rp 14,5 triliun yang sudah disiagakan untuk tahun

    2008. Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadarma Ali, dari total

    dana yang tersalurkan itu, penyerapan tertinggi adalah Jawa Timur sebesar Rp

    1,4 triliun, disusul Jawa Barat Rp 1,2 triliun.27

    Ada juga program pengentasan kemiskinan perkotaan (P2KP) yang

    diperuntukan bagi orang miskin perkotaan dan juga P2KP sektor ekonomi bagi

    pengusaha mikro yang ada di perkotaan. Program ini bertujuan untuk

    membantu masyarakat miskin dan para pengusaha mikro perkotaan dalam hal

    permodalan sehingga mereka dapat mengembangkan usahanya.

    Selain itu ada juga subsidi bagi barang-barang kebutuhan pokok yang

    bertujuan membantu masyarakat ekonomi lemah dengan cara pemerintah

    26 Adi Warman Karim, Ekonomi Makro Islam, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 273.

    27Sinar Harapan, KUR Sudah Tersalur Rp. 10,65 Triliun, artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari http://www.sinarharapan.com/read/xml/2008/09/23/6005/kur_sudah_tersalur_rp_10,65_triliun

  • menanggung sebagian dari harga suatu barang sehingga daya beli masyarakat

    meningkat. Subsidi biasanya dikenakan kepada barang-barang tertentu yang

    merupakan kebutuhan pokok dari masyarakat, tetapi dampak dari subsidi dirasa

    kurang efektif karena tidak hanya masyarakat ekonomi lemah saja yang

    menikmati tetapi semua masyarakat dapat menikmatinya.

    Bagi masyarakat miskin juga ada program bantuan langsung tunai (BLT)

    yang diperuntukan khusus bagi masyarakat miskin, baik yang ada di kota

    maupun di desa. Program ini bertujuan untuk mengurangi beban ekonomi

    masyarakat miskin akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan naiknya

    harga-harga barang lainnya. BLT diberikan dalam waktu 3 (tiga) bulan sekali

    sebesar Rp. 300.000. tetapi banyak pihak yang mengkritisi kebijakan

    pemerintah ini karena dinilai tidak mendidik.

    Di samping itu, memang sudah merupakan kewajiban dari pemerintah

    memberikan jaminan sosial kepada rakyatnya berupa menyediakan tempat

    ibadah, jaminan pendidikan yang berkualitas, jaminan keamanan terhadap harta

    dan jiwa, serta jaminan untuk hari esok yang lebih baik. Selain itu masyarakat

    juga harus bisa melakukan kontrol sosial terhadap pemerintah apabila ada

    kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syariat.28

    Terlepas dari kelemahan dan kelebihannya, dengan adanya kebijakan-

    kebijakan di atas, diharapkan distribusi pendapatan atau pemerataan pendapatan

    28 Abdul Qodir Jaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h. 254.

    31

  • yang adil dapat tercapai sehingga dapat mengurangi kesenjangan yang ada di

    masyarakat yang saat ini dinilai sudah mengkhawatirkan. Oleh karena itu, peran

    Negara dalam distribusi pendapatan sangat penting untuk menjaga

    keseimbangan di tengah-tengah masyarakat.

    D. Dana bergulir

    Pengertian dari dana bergulir adalah dana yang berasal dari pemerintah melalui

    Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang merupakan dana simpan-

    pinjam/pembiayaan yang disalurkan kepada Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa

    Keuangan Syariah/lembaga keuangan lainnya untuk disalurkan lebih lanjut kepada

    anggotanya yaitu pengusaha mikro dan kecil.29

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 99 Tahun

    2008 yang menggeser belanja sosial menjadi belanja modal. Peraturan itu telah

    mengubah mekanisme pendistribusian dana bergulir untuk koperasi usaha mikro kecil

    dan menengah (KUMKM) yang selama ini terjadi. Dengan peraturan baru Menkeu,

    dana bergulir dari pemerintah yang disalurkan kepada masyarakat, ketika kembali

    tidak bisa lagi langsung digulirkan kepada masyarakat lagi, tetapi harus dikembalikan

    ke pemerintah dulu baru bisa disalurkan melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir

    (LPDB).30 Dana bergulir ini ada yang berpola konvensional dan ada yang berpola

    29 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.28. 30Sinar Harapan, KUR sudah Tersalur Rp. 10,65 Triliun, artikel diakses pada 5 Januari

    2009 dari http://www.sinarharapan.com/read/xml/2008/09/23/6005/kur_sudah_tersalur_rp_10,65_triliun

  • syariah. Untuk dana bergulir syariah dikeluarkan Peraturan Mentri Negara Koperasi

    dan UKM RI No. 10/Per/M.KUKM/VI/2006 tentang Petunjuk Teknis Program

    Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) pola syariah. P3KUM

    ini tidak lain adalah dana bergulir. Penyaluran dana bergulir syariah dilakukan

    bekerjasama dengan bank pelaksana seperti Bank Muamalat dan Bank Syariah

    Mandiri. Kerja sama ini dilaksanakan dengan dasar akad mudharabah, musyarakah

    atau piutang murabahah antara bank pelaksana dengan KJKS/UJKS yang

    bersangkutan. 31Akad yang digunakan dalam pembiayaan dana bergulir untuk KJKS-

    koperasi adalah musyarakah dan mudharabah. Pihak LPDB bekerjasama dengan

    pihak KJKS dengan sistem bagi hasil, di mana persentase pembagian keuntungan

    ditentukan di awal akad. Pihak KJKS sebagai pengelola dana harus bisa

    menggulirkan dana tersebut kepada koperasi primer yang kemudian disalurkan

    kembali kepada UMKM sehingga dana tersebut bisa berkembang dan mendapat

    keuntungan.

    Bank pelaksana Dana Bergulir Syariah (DBS) ditetapkan oleh Mentri Negara

    Koperasi dan UKM yang operasionalisasinya dapat dilakukan oleh kantor cabang.

    Bnak pelaksana diprioritaskan kepada Bank Umum dengan pola syariah dan memiliki

    cabang di daerah. Bank DBS bertanggung jawab terhadap proses penyaluran dana

    dan pengawasannya sesuai dengan spesifikasi tugas yang telah ditetapkan. Selain itu

    juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana yang ditempatkan pada banknya

    31 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia,(Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 265.

    33

  • selama kegiatan program berlangsung baik yang berasal dari dana awal yang

    ditempatkan pemerintah maupun dana-dana simpanan milik KJKS/UJKS

    penerima.untuk itu bank pelaksana juga bertanggung jawab terhadap akurasi data

    hasil pengawasan dan monitoring. 32Oleh karenanya, peran LPDB-KUMKM sebagai

    Badan Layanan Umum (BLU) Kementerian Negara Koperasi dan UKM harus bisa

    menjadi solusi untuk masalah klasik mengenai permodalan koperasi dan usaha kecil

    menengah.

    32 Ibid, h. 266

  • 48

    BAB III

    GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

    A. Sejarah Singkat Berdirinya LPDB-KUMKM

    Peran Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Menengah (KUMKM) sangat

    penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat serta

    dalam mewujudkan kehidupan demokrasi ekonomi yang mempunyai ciri-ciri

    demokratis, kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan. Pemerintah dalam hal ini

    Kementerian Negara Koperasi dan UKM memiliki komitmen untuk memperkokoh

    permodalan KUMKM serta mengembangkan lembaga keuangan KUMKM,

    mengingat bahwa permodalan merupakan salah satu sumber kekuatan bagi

    pengembangan usaha KUMKM. Untuk mencapainya, Kementerian Negara Koperasi

    dan UKM melaksanakan program penyaluran dana bergulir dengan persyaratan yang

    mudah dan pemberian fasilitas penjaminan kredit, yang dikelola oleh unit organisasi

    di lingkungan Kementerian Negara Koperasi dan UKM.1

    Jumlah pengusaha yang tergolong Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia saat ini

    mencapai lebih dari 42 juta unit. Jumlah besar ini merupakan potensi yang sangat

    signifikan untuk diberdayakan dalam rangka pengentasan kemiskinan serta

    menanggulangi pengangguran. Dalam masa krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu,

    di mana mayoritas pengusaha besar berjatuhan, ternyata Usaha Mikro dan Kecil dapat

    bertahan, sehingga mampu memberikan kontribusi dalam menggerakan roda ekonomi

    1 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.1-2.

  • 49

    nasional. Hal ini menunjukkan bahwa potensi ekonomi rakyat tidak dapat diabaikan

    terutama daya tahannya dalam menghadapi situasi yang sulit.

    Namun, permasalahan permodalan tampaknya masih menjadi ganjalan utama

    dalam pengembangan KUMKM di mana kemampuan pemupukkan modalnya relatif

    masih sangat terbatas. Di lain pihak, akses KUMKM terhadap sumber-sumber

    permodalan dan pembiayaan juga masih sangat terbatas, akibat belum

    berkembangnya usaha yang memiliki kelayakan ekonomi dan rendahnya kredibilitas

    dihadapan kreditur. Kondisi ini telah membelit KUMKM sebagai usaha ekonomi

    yang terus-menerus berada pada posisi marginal.

    Pendirian Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil

    dan Menengah (LPDB-KUMKM), merupakan babak baru dalam Sejarah Pengelolaan

    Keuangan Negara. Di awali dengan diterbitkannya Undang-Undang Keuangan

    Negara Nomor 17 Tahun 2003 yang didalamnya terdapat hal-hal baru dan/atau

    perubahan mendasar dalam ketentuan Pengelolaan Keuangan Negara. Sejalan dengan

    itu, pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Perbendaharaan Negara Nomor 1

    Tahun 2004, khususnya pasal 68 dan 69 yang secara spesifik mengatur tentang

    perlunya peran Badan Layanan Umum (BLU) yang dapat meningkatkan pelayanan

    kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

    kehidupan bangsa.2

    2 LPDB-KUMKM, Sejarah Singkat Dana Bergulir artikel diakses pada 5 Januari 2009 dari

    http://www.danabergulir.com/sejarah_singkat_LPDB

  • 50

    Dalam rangkaian tersebut, pemerintah kemudian menerbitkan Surat Keputusan

    Bersama Menteri Keuangan R.I. dan Menteri Negara Koperasi Dan UKM Nomor

    468a/KMK.01/2004 dan Nomor 07/SKB/M.KUKM/X/2004 Tentang Pendirian

    Badan Layanan Dana Bergulir (BLDB) Kementerian Negara Koperasi dan UKM,

    selanjutnya terbit Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pola

    Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).

    Sebagai tindak lanjut dari perkembangan tersebut, Menteri Negara Koperasi Dan

    UKM kemudian mempersiapkan semua persyaratan yang diperlukan dalam rangka

    pendirian Badan Layanan Umum, yang kemudian memperoleh persetujuan

    pembentukan satuan kerja dengan nama Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB),

    oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor B/1955/M.PAN/8/2006.

    Selanjutnya diterbitkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM

    No.19.4/Per/M.KUKM/VIII/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja LPDB-

    KUMKM. Sedangkan ijin Penerapan Pola Pengelolaan Badan Layanan Umum (PPK-

    BLU) bagi LPDB-KUMKM, telah ditetapkan dengan terbitnya Surat Persetujuan

    Menteri Keuangan Nomor: KEP-292/MK.S/2006 tentang Penetapan Lembaga

    Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pada

    Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Sebagai Instansi

    Pemerintah yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

    (PPK-BLU).

    Pendirian LPDB terutama bertujuan untuk mengembangkan dan menyediakan

    akses pembiayaan bagi KUMKM melalui pola dana bergulir. Di samping itu, LPDB

  • 51

    juga bertujuan untuk memperkuat pendanaan lembaga keuangan dalam rangka

    memberdayakan lembaga di maksud, agar dapat memberikan layanan pembiayaan

    secara mandiri bagi KUMKM yang belum memenuhi kriteria kelayakan perbankan

    umum.

    Dengan berdirinya Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) Kementerian

    Negara Koperasi dan UKM, maka pengelolaan Dana Bergulir yang bersumber dari

    Pemerintah melalui Kementerian Negara Koperasi Dan UKM, Hibah dari masyarakat

    atau badan lain, serta sebagian pendapatan jasa pengelolaan dana bergulir, akan

    dikelola secara profesional sebagai Lembaga Nir-Laba yang mengedepankan

    kepentingan pelayanan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (KUMKM)

    secara transparan, akuntabel, produktif, efisien dan efektif. Dengan demikian,

    diharapkan LPDB-KUMKM akan mampu mengelola Dana Bergulir bagi kepentingan

    KUMKM secara lebih profesional sehingga kegiatan usaha KUMKM akan lebih

    berkembang dan memiliki peran yang besar dalam perekonomian Indonesia.3

    B. Visi, Misi LPDB-KUMKM

    LPDB-KUMKM didirikan untuk mendukung program pemerintah dalam

    memberikan kemudahan kepada KUMKM untuk memperoleh sumber pendanaan,

    melalui penyediaan dana bergulir. Tujuan yang hendak dicapai adalah:4

    3 Ibid

    4 LPDB-KUMKM, Rencana Strategis Bisnis, (Jakarta: LPDB-KUMKM, 2006), h.9-10.

  • 52

    1. Mengelola dana bergulir yang bersumber dari Kementerian Negara Koperasi

    dan UKM secara corporate, sehingga dapat dikelola lebih optimal dan sesuai

    dengan peraturan perundangan yang berlaku.

    2. Mengembangkan dan menyediakan akses pembiayaan bagi KUMKM di

    berbagai sektor yang usahanya layak tapi belum memenuhi kriteria kelayakan

    perbankan umum.

    3. Memperkuat kemampuan keuangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) seperti

    KSP/USP-Koperasi, KJKS/UJKS-Koperasi, Perusahaan Modal Ventura, atau

    lembaga keuangan lainnya, agar dapat memberikan layanan pembiayaan

    secara mandiri bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.

    4. Mendukung upaya pemerintah dalam menumbuhkan wirausaha baru dan

    menggerakan sektor riil dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan

    mengurangi kemiskinan melalui pemberdayaan KUMKM, sesuai dengan

    sasaran RPJM 2004-2009.

    Dalam pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat, LPDB-KUMKM menerapkan

    Asas Pelayanan Publik yang terdiri dari:5

    1. Transparansi

    Bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang

    membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah di mengerti.

    2. Akuntabilitas

    5 Ibid.h.10-11.

  • 53

    Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    3. Kondisional

    Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

    dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

    4. Partisipatif

    Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan dengan

    memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

    5. Kesamaan Hak

    Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan,

    gender dan status ekonomi.

    6. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

    Pemberi dan penerima pelayanan harus memenuhi hak dan kewajiban masing-

    masing pihak.

    Sedangkan mengenai visi dan misi LPDB-KUMKM adalah sebagai berikut:

    LPDB-KUMKM mempunyai visi:6

    lembaga yang dapat diandalkan dalam memberikan layanan pembiayaan kepada

    KUMKM.

    Dalam rangka mencapai tujuan ideal yang telah ditetapkan sebagai visi tersebut,

    maka LPDB-KUMKM mempunyai misi:7

    6 Ibid.h.9.

  • 54

    1. Melakukan kegiatan pembiayaan dalam rangka pemberdayaan KUMKM.

    2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan yang fokus, terukur, dapat dicapai,

    dapat diandalkan, tepat waktu, dan berkelanjutan kepada KUMKM.

    3. Mewujudkan program pemerintah dalam upaya meningkatkan ekonomi

    kerakyatan, untuk menciptakan lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan.

    C. Struktur Organisasi LPDB-KUMKM

    Dalam struktur organaisasi LPDB-KUMKM sebagai pemimpin tertinggi adalah

    Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Keuangan dan Departemen Koperasi,

    Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, sebagai departemen yang mempunyai

    kepentingan langsung dengan LPDB-KUMKM. Di bawah Departemen-Departemen

    tersebut terdapat Dewan Pengawas yang bertugas mengawasi kinerja LPDB-

    KUMKM dan berkewajiban melaporkan hasil pengawasannya langsung kepada

    Departemen Keuangan dan Departemen Koperasi, Usaha Kecil, Mikro dan

    Menengah. Selanjutnya, dalam struktur organisasi LPDB-KUMKM terdapat Dewan

    Direksi yang terdiri dari:8

    1. Direktur Utama

    Memiliki wewenang dalam menentukan keputusan penting mengenai

    operasional lembaga secara menyeluruh, dan bertanggung jawab langsung

    kepada wali amanat dana bergulir.

    7 Ibid.h.9.

    8 Peraturan Mentri Negara Koperasi dan UKM, Nomor: 11/Per/M.KUKM/VI/2008.

  • 55

    2. Direktur Pengembangan Usaha

    Memiliki wewenang dalam menentukan keputusan mengenai bidang yang di

    bawahinya, dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

    3. Direktur Keuangan dan Umum

    Memiliki wewenang mengenai keuangan lembaga dan bertanggung jawab

    kepada Direktur Utama.

    4. Direktur Bisnis

    Memiliki wewenang mengenai bidang yang di bawahinya dan bertanggung

    jawab kepada Direktur Utama.

    Dari struktur Dewan Direksi di atas terdapat divisi-divisi yang ber