curcuma mangga

14
45 ANALISIS KANDUNGAN KURKUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA (Curcuma mangga). The Analisys of Curcuminoid Content of Temu Mango Extract (Curcuma mangga) Abstrak Temu mangga (Curcuma mangga) merupakan tanaman obat yang berkhasiat sebagai antioksidan karena mengandung kurkuminoid. Kandungan kimia dan bioaktif temu mangga belum banyak diteliti dan infomasi ilmiah lainnya masih terbatas sekali. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa kurkuminoid ekstrak temu mangga dan turunan kurkuminoid. Senyawa kurkuminoid diisolasi dengan menggabungkan ekstrak air dan etanol (1:1), sedangkan untuk menganalisis turunannya yang ada dalam kurkuminoid digunakan Kromatografi Cair Kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji fitokimia terhadap rimpang temu mangga, diperoleh alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Hasil ektrasi yang dilakukan, diperoleh kurkuminoid sebanyak 1,84% dari rendemen rimpang temu mangga. Sedangkan analisis kuantitatif kurkuminoid ekstrak menunjukkan konsentrasi dari masing-masing fraksi kurkuminoid sebagai berikut: kurkumin 6,2%, demetoksi-kurkumin 2,3%, dan bis-demetoksi kurkumin 3,0%. Abstract Temu mangga (Curcuma mangga) is a powerful medicinal plants as antioxidants because it contains curcuminoids. The constituents of bioactive chemical from temu mangga had not been widely researched and other scientific information is still limited. This study aimed to isolate compounds extract curcuminoids of temu mango and derivatives curcuminoids. The curcuminoids compounds were isolated by combine of the water and ethanol extracts (1:1), while curcuminoid derivative fractions were analyzed using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The results of phytochemical from rhizome temu mango are alkaloids, flavonoids, tannins and saponins. The results showed as 1.84% curcuminoids from randemen of rhizomes temu mango. The quantitative analysis showed the concentration of curcuminoids extracts from the curcuminoid consist of curcumine (6.2%), demetoxi-curcumine (2.3%) and bis-demetoxi curcumine (3.0%) Key words: Temu mango (Curcuma mango), antioxidants, curcuminoids, HPLC

Upload: yulis-adriana

Post on 05-Dec-2014

188 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: CURCUMA MANGGA

45

ANALISIS KANDUNGAN KURKUMINOID EKSTRAK TEMU MANGGA

(Curcuma mangga).

The Analisys of Curcuminoid Content of Temu Mango Extract (Curcuma

mangga)

Abstrak

Temu mangga (Curcuma mangga) merupakan tanaman obat yang

berkhasiat sebagai antioksidan karena mengandung kurkuminoid. Kandungan

kimia dan bioaktif temu mangga belum banyak diteliti dan infomasi ilmiah

lainnya masih terbatas sekali. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa

kurkuminoid ekstrak temu mangga dan turunan kurkuminoid. Senyawa

kurkuminoid diisolasi dengan menggabungkan ekstrak air dan etanol (1:1),

sedangkan untuk menganalisis turunannya yang ada dalam kurkuminoid

digunakan Kromatografi Cair Kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji fitokimia terhadap

rimpang temu mangga, diperoleh alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin. Hasil

ektrasi yang dilakukan, diperoleh kurkuminoid sebanyak 1,84% dari rendemen

rimpang temu mangga. Sedangkan analisis kuantitatif kurkuminoid ekstrak

menunjukkan konsentrasi dari masing-masing fraksi kurkuminoid sebagai berikut:

kurkumin 6,2%, demetoksi-kurkumin 2,3%, dan bis-demetoksi kurkumin 3,0%.

Abstract

Temu mangga (Curcuma mangga) is a powerful medicinal plants as

antioxidants because it contains curcuminoids. The constituents of bioactive

chemical from temu mangga had not been widely researched and other scientific

information is still limited. This study aimed to isolate compounds extract

curcuminoids of temu mango and derivatives curcuminoids. The curcuminoids

compounds were isolated by combine of the water and ethanol extracts (1:1),

while curcuminoid derivative fractions were analyzed using High Performance

Liquid Chromatography (HPLC). The results of phytochemical from rhizome

temu mango are alkaloids, flavonoids, tannins and saponins. The results showed

as 1.84% curcuminoids from randemen of rhizomes temu mango. The quantitative

analysis showed the concentration of curcuminoids extracts from the curcuminoid

consist of curcumine (6.2%), demetoxi-curcumine (2.3%) and bis-demetoxi

curcumine (3.0%)

Key words: Temu mango (Curcuma mango), antioxidants, curcuminoids, HPLC

Page 2: CURCUMA MANGGA

46

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang penting untuk digali dan

dikembangkan, seperti tanaman obat yang berpotensi sebagai obat untuk

mencegah penyakit yang terkait dengan sirkulasi darah. Salah satu tumbuhan yang

telah diketahu memiliki sifat antioksidan adalah yang berasal dari anggota famili

zingiberaceae, yang di Indonesia dikenal sebagai kunyit atau temu-temuan.

Bebarapa spesies dari tumbuhan ini diketahui memiliki senyawa bersifat

antioksidan seperti kurkumin yang terdapat pada kunyit (Curcuma longa), gliserol

yang terdapat pada jahe (Zingiber officinale) dan temu putih (Curcuma zeodaria).

Temu mangga (Curcuma mangga) adalah salah satu jenis temu-temuan

yang belum banyak dimanfaatkan sebagai ramuan tradisional. Ciri khas tanaman

ini adalah umbinya berwarna kuning dan memiliki bau yang khas seperti mangga.

Kecenderungan kuat untuk kembali ke pengobatan yang menerapkan konsep back

to nature. Temu mangga mempunyai prospek ke depan yang dapat dikembangkan

sebagai bahan baku obat dan mempunyai daya jual tinggi. Karena

keanekaragaman jenis temu-temuan ini, maka temu mangga dapat digunakan

sebagai obat tradisional, fitoterapi, dan farmaseutik sebagai usaha mandiri dalam

bidang bahan baku obat.

Senyawa aktif yang terkandung dalam temu mangga adalah kurkuminoid,

yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan telah banyak diteliti pada

beberapa spesies kurkuma. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Quiles et

al. (2002); Tonnessen & Karlsen (1985) menunjukan bahwa, kunyit mengandung

kurkuminoid yang terdiri atas kurkumin, dimetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi

kurkumin. Hasil yang sama dilakukan juga oleh Kiso et al. (1983), bahwa temu

lawak (Curcuma xanthorrhiza) mengandung senyawa desmetoksi-kurkumin dan

bisdesmetoksi-kurkumin. Senyawa-senyawa tersebut diketahui sebagai senyawa

aktif yang dapat dapat digunakan untuk mengeliminasi radikal hidroksi, radikal

superoksida, nitrogen dioksid dan nitrogen monooksida, serta mencegah turunan

dari radikal superoksid (Quiles et al. 2002; Rao 1995; Ruby & Lokesh 1995;

Sreejayan & Rao 1997). Selain itu, kurkuminoid terutama fraksi kurkumin

Page 3: CURCUMA MANGGA

47

diketahui berpotensi dalam menghambat proses oksidasi LDL dan peroksidasi

plasmatik yang berperan penting dalam patogenesis penyakit (Quiles et al. 2002).

Berbagai macam zat aktif lainnya yang terkandung di dalam temu mangga,

sampai saat ini belum banyak diteliti dan informasinya masih terbatas sekali.

Kurkumin dan flavonoid selama ini telah digunakan sebagai obat kanker baik di

bidang medis maupun obat tradisional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tedjo

dkk. (2005) menunjukan bahwa, senyawa ekstrak etanol dari temu mangga,

memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan butil hidroksi

anisol (BHA). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi

ekstrak kurkuminoid temu mangga serta turunannya. Hasil yang diperoleh,

diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat dan

komponen-komponen yang terdapat di dalam kurkuminoid ekstrak temu mangga.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan: tiga kg rimpang temu mangga, asam sulfat pekat,

asam klorida, etanol absolut, pereaksi Mayer, Dragendorf dan Wagner, natrium

hidroksi, feri klorida, standar kurkumin, standar flavonoid (quersetin), metanol,

aseton nitril, amil alkohol, kloroform, dan akuades.

Alat yang digunakan antara lain spektrofotometer, Kromatografi Cair

Kinerja tinggi (KCKT) dengan Beckman Diode Array Detector (model 168),

kolom LC-18 supelcosil (150 mm x 4,6 mm dan 5 µm. Supelco), erlenmeyer,

vakum evaporator, tabung reaksi, gelas ukur dan alat gelas lainnya.

Metode Penelitian

Persiapan Serbuk (simplisia).

Sebanyak tiga (3) kg rimpang temu mangga yang berumur sekitar satu

tahun, dicuci dan diiris tipis lalu dikeringkan dan dihaluskan untuk dibuat serbuk.

Page 4: CURCUMA MANGGA

48

Analisis Fitokimia.

Sebagian serbuk rimpang temu mangga diuji secara kualitatf yang meliputi

uji alkaloid, uji saponin, uji steroid, uji flavonoid, uji tanin dan uji kuinon. Sisanya

(simplisia) digunakan untuk mengisolasi kurkuminoid.

Uji Alkaloid. Serbuk ditambahkan 10 ml kloroform dan beberapa tetes

amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan H2SO4 2 M. Fraksi

H2SO4 diambil, kemudian ditambahkan pereaksi Mayer, Dragendorf dan Wagner.

Jika uji terdapat endapan putih dengan pereaksi Mayer, endapan merah dengan

pereaksi Drangendorf dan endapan jingga dengan pereaksi Wagner, maka uji

dinyatakan positif.

Uji Saponin. Dua gram serbuk ditambah air secukupnya dan dipanaskan

selama 5 menit. Lalu didinginkan dan dikocok kuat. Adanya saponin ditandai

dengan timbulnya busa yang stabil selama 10 menit.

Uji Steroid/Triterpenoid. Dua gram serbuk ditambahkan etanol lalu

dipanaskan dan disaring. Filtrat diuapkan kemudian ditambahkan eter ke dalam

pipet dan diuji dengan pereaksi Lieberman Burchad (asam asetat anhidrat – asam

sulfat pekat). Warna merah ungu yang terbentuk menunjukan positif mengandung

triterpenoid dan warna hijau menunjukan positif kandungan steroid.

Uji Flavonoid. Dua gram sampel ditambahkan air secukupnya lalu

dipanaskan selam 5 menit, kemudian ditambahkan serbuk Mg, 0,2 ml asam

klorida pekat dan beberapa tetes amil alkohol, larutan dikocok dan dibiarkan

terpisah. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna merah coklat

pada lapisan amil alkohol.

Uji Tanin. Dua gram serbuk ditambahkan air secukupnya dan dipanaskan

selama 5 menit. Filtrat ditambahkan feri klorida 1%, bila membentuk warna biru

tua atau hijau kehitaman menunjukan positif mengandung tanin.

Uji Kuinon. Dua gram serbuk ditambahkan air, kemudian didihkan selama

5 menit. Setelah dingindi saring lalu filtrat ditambahkan natrium hidroksi 15% ,

bila berwarna merah positif mengandung kuinon.

Secara kuantitatif dilakukan juga terhadap pengukuran kadar air, kadar abu

dan kadar lemak dengan menggunakan metode gravimetri. Sedangkan untuk

pengukuran flavonoid dan kurkuminoid diggunakan spektrofotometri. Pengukuran

Page 5: CURCUMA MANGGA

49

jumlah protein, karbohidrat dan lemak yang terdapat dalam rimpang temu mangga

digunakan metode tritimetri. Semua metode dalam percobaan ini menggunakan

metode standar Indonesia (MSI).

Isolasi Kurkuminoid. Serbuk dimaserasi dengan air hangat 80o C, lalu

disaring sehingga diperoleh ekstrak air dan residu. Ekstrak air diuapkan dengan

menggunakan vakum evaporator selama 2 jam pada suhu 600C. Sisa residu

diekstrak kembali dengan menggunakan etanol absolut dan dipanaskan selama 2

jam pada suhu 600C, kemudian disaring lalu diuapkan dengan menggunakan

vakum evaporator kembali sehingga diperoleh ekstrak alkohol. Kedua ekstrak (air

dan alkohol) dicampur dengan perbandingan 1:1 dan diresuspensikan kembali

sehingga diperoleh ekstrak kurkuminoid (Quiles et al. 2002).

Fraksi kurkuminoid Ekstrak Temu Mangga Diidentifikasi dengan

menggunakan Kromatografi Cair Kinerja tinggi (KCKT). Kromatografi cair

yang digunakan dengan Beckman Diode Array Detector (model 168), kolom LC-

18 supelcosil (150 mmx4,6 mm dan 5 µm. supelco), fase gerak menggunakan

metanol:asam asetat: asetonitril pada panjang gelombang (λ) 425 mm, suhu kolom

300C dan laju alir adalah 1 ml/menit. Sebanyak 5 μmol/ml kurkuminoid ekstrak

temu mangga, dinjeksikan pada kolom KCKT (Quiles et al. 2002)

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini, yaitu jumlah kurkuminoid

ekstrak temu mangga dan fraksi kurkuminoid ekstrak temu mangga.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, terutama untuk data

fitokimia dan kuantitatif dari temu mangga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Fitokimia terhadap Serbuk Temu mangga (Curcuma mangga)

Temu mangga mengandung berbagai macam senyawa kimia. Berdasarkan

hasil analisis fitokimia terhadap rimpang temu mangga, ternyata temu mangga

mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder. Metabolit sekunder tersebut

Page 6: CURCUMA MANGGA

50

seperti terlihat pada Tabel 2. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa metabolit

sekunder yang terkandung dalam temu mangga berupa alkaloid, flavonoid, tanin

dan saponin tetapi tidak mengandung steroid, triterpenoid maupun kuinon.

Tabel 2 Hasil analisis fitokimia kandungan ekstrak temu mangga

No Jenis analisa Hasil

1

2

3

4

5 6

7

Alkoloid - Mayer

-Wagner

-Dragondorf Flavonoid

Steroid

Triterpenoid

Kuinon Tanin

Saponin

+++

+++

+++ +++

-

-

- ++

+++ Keterangan: +++ kandungan senyawa kimia tinggi; ++ kandungan senyawa kimia cukup tinggi;

- tidak mengandung senyawa kimia

Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada

tanaman kurang lebih 20%, strukturnya mengandung lebih dari 15 atom nitrogen.

Struktur alkaloid berupa cincin heterosiklik yang mengandung nitrogen dan atom

karbon. Kerangka karbon mengandung turunan dari terpenoid. Beberapa alkaloid

dibedakan atas ornitin, termasuk asam nikotinamid vitamin B (niasin), yang

merupakan prekursor dari cincin alkaloid. Pada tanaman, nitrogen sebagai gudang

alkaloid tetapi pada hewan sebagai asam urat dan urik. Akaloid terdapat di dalam

sitosol pada pH 7,2 dan disintesis dari beberapa asam amino seperti lisin, tirosin

dan triptopan. Alkaloid sebagai alat pertahan bagi tanaman untuk menghindari

predator. Alkaloid cukup toksik bagi manusia secara alami seperti strignin, atropin

bahkan dapat menyerang sistem syaraf seperti nikotin (Taiz & Zeiger 2002).

Menurut Pelletier 1983 & Bruneton 1993), berdasarkan cincin nitrogen dan

biosintesisnya maka alkaloid dibagi kedala 3 kelompok terdiri atas: 1) Alkaloid

sejati, senyawa nitrogen yang mempunyai struktur kompleks dan bersifat basa,

atom nitrogennya bagian dari heterosiklik sehingga bersifat farmakologik. 2)

Protoalkaloid, senyawa amina sederhana yang mana atom nitrogen bukan

merupakan heterosiklik, bersifat basa, contohnya serotonin. 3) Pseudo alkaloid,

Page 7: CURCUMA MANGGA

51

senyawa nitrogen heterosiklik tetapi bukan merupakan turunan asam amino,

contoh isoprenoid, terpenoid.

Tanin merupakan polimer heterogenus yang menganding senyawa fenolat

dan asam galat dengan berat molekul antara 600 – 3000. Pada tanaman tanin

terikat dengan lignin, sedangkan pada hewan tanin berikatan dengan protein

kolagen di bawah kulit. Pada hewan, tanin dapat meningkatkan resistensi/

melindung dari cuaca panas, air maupun mikrobah. Tanin dapat berkondensasi

membentuk polimerisasi dengan unit flavonoid, tetapi dapat juga dihidrolisis

menjadi antasianida bila diperlakukan dengan asam kuat (Taiz & Zeiger 2002).

Saponin merupaka senyawa steroid dan glikosil terpena yang dapat larut

dalam lipid dan air. Secara normal dikenal sebagai ditergent (sabun), jika di

gosokkan ke tangan. Bila membentuk kompleks dengan sterol, saponin menjadi

toksik terutama pada sistem pencernakan dan merusak dinding pembuluh darah

bagi manusia (Taiz & Zeiger 2002).

Flavonoid merupakan produk yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan,

termasuk dalam kelompok besar polfenol. Tanaman yang banyak mengandung

polifenol tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dan berbagai konsentrasi.

Komponen tersebut terikat atau terkonjungasi dengan senyawa gula (Taiz &

Zeiger 2002). Salah satu komponen flavonoid yang digunakan sebagai suplemen

makanan adalah fitoestrogen, fitoestrogen tersusun atas isoflavon, lignin, dan

kumestran (Ruggiero et al.2002). Berbagai sayuran dan buah-buahan yang dapat

dimakan juga mengandung mengandung sejumlah flavonoid. Konsentrasi

tertinggi flavonoid terdapat pada daun dan kulit kupasan jika dibandingkan

dengan jaringan yang di dalam. Diet yang kaya akan flavonoid dapat menurunkan

risiko penyakit arteri koronaria, kanker dan stroke. Flavonoid mempunyai

mempunyai kemampuan sebagai skavenger radikal bebas dan dan menghambat

oksidasi lipid (van Hoorn et al. 2003; Taiz & Zeiger 2002).

Selain metabolit sekunder yang terkandung pada tanaman temu mangga,

juga terdapat berbagai macam nutrisi sebagai metabolit primer lainnya, seperti

karbohidrat, protein, lemak yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia

(Tabel 3). Semua metabulit primer ini digunakan untuk kebutuhan sel tanaman itu

sendiri (Taiz & Zeiger 2002).

Page 8: CURCUMA MANGGA

52

Karbohidrat merupakan makro molekul yang digunakan sebagai sumber

energi dan sebagai penyusun sel tumbuhan, seperti selulosa, lignin maupun

pektin. Sebagai sumber energi, karbohidrat akan degradasi menjadi molekul

sederhana yaitu air, adenosin trifosfat (ATP) dan karbon dioksida (CO2). Protein

merupakan

makromolekul terdiri atas rangkaian asam amino yang dihubungkan oleh ikatan

peptida. Secara umum, protein digunakan untuk pertumbuhan sel tumbuhan itu

sendiri, sebagai penyusun membran sel bersama-sama dengan lipid. Asam lemak

merupakan senyawa penyusun membran sel dan dapat berfungsi sebagai sumber

energi. Sintesis asam lemak terjadi di sitosol, sedangkan katabolisme terjadi di

dalam mitokondria.

Tabel 3 Hasil analisis kuantitatif kandungan ekstrak temu mangga

No Jenis analisis Hasil Metode

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Kadar air (%)

Kadar abu (%)

Kadar lemak (%)

Kadar flavonoid (mg/g)

Kadar protein (%)

Kadar karbohidrat (mg/g)

Kadar kurkumin

Rendemen air (%)

Rendemen pelarut organik (%)

15,16

7,02

6,85

1,02

4,64

16,66

5,52

1,52

2,41

Gravimetri

Gravimetri

Gravimetri

Spektrofometer

Titrimetri

Titrimetri

Spektrometri

Ekstraksi

Ekstraksi

Analisis Turunan Kurkuminoid Ekstrak Temu Mangga

Kurkuminoid ekstrak temu mangga dalam penelitian ini diperoleh sebanyak

randemen sebanyak 1,84 % dari rimpang temu mangga. Selain kurkuminoid,

ekstrak temu mangga ternyata mengandung sejumlah senyawa kimia lainnya,

seperti flavonoid (1,024 mg/g berat serbuk), alkaloid, tanin dan saponin, asam

lemak, protein dan senyawa karbohidrat.

Dalam percobaan ini, kurkuminoid diekstraksi dengan menggunakan air dan

residu hasil ektraksi diekstrak kembali dengan menggunakan etanol. Tonnesen

(1992) menyatakan bahwa kurkuminoid hasil ekstraksi dari rimpang Curcuma

longa berwarna kekuningan, dan ju mlah yang diperoleh 1-5 % dari berat kering.

Page 9: CURCUMA MANGGA

53

Hasil penelitian ini diperoleh kurkuminoid ekstrak temu mangga lebih rendah

dibandingkan seperti yang diteliti oleh Tonesen (1992). Hal ini disebabkan temu

mangga yang digunakan dalam penelitian ini dalam keadaan berat basah sehingga

bilah dikeringkan bobotnya menjadi menurun. Disamping itu pelarut yang

digunakan untuk mengekstraksi kurkuminoid berbeda yaitu pelarut air dan etanol,

sedangkan Tonessan (1992) menggunakan pelarut etanol dan aseton. Selain etanol

dan aseton, kurkuminoid dapat juga diektraksi dengan menggunakan butanol,

dietil eter, benzena, metanol, etilin diklorid dan petroleum eter. Quiles et al.

(2002) mengekstraksi kurkuminoid dari Curcuma longa dengan menggunakan

metode maserasi dengan air dan atanol absolut sebagai. Sedangkan Kiso (1985)

mengisolasi kurkuminoid dengan metode soxhletasi bertingkat menggunakan

etanol 50% sebagai pelarut.

Fraksinasi turunan kurkuminoid temu mangga dipisahkan dengan metode

KCKT. Hasil fraksinasi ekstrak kurkuminoid temu mangga dan standar

kurkuminoid disajikan pada Gambar 13. Dalam percobaan ini, fraksi kurkuminoid

dipisahkan dengan menggunakan metanol:asam asetat: asetonitril. Pemilihan fase

gerak ini, karena senyawa tersebut dapat mimisahkan standar kurkuminoid.

Hasil uji frakfsinasi terhadap kurkuminoid ekstrak temu mangga, diperoleh

4 fraksi kurkumioid. Hal ini terlihat seperti gambar di bawah yang terdiri atas 4

waktu retensi dengan luas area dan ketinggian yang berbeda bila dibandingkan

dengan standar kurkuminoid yang terdiri atas 13 fraksi.

Gambar 13 Kromatogram kurkuminoid ekstrak temu mangga dan standar

kurkuminoid.

Waktu (menit)

Waktu (menit)

Sin

ya

l A

bso

rb

an

S

iny

al

Ab

sorb

an

Page 10: CURCUMA MANGGA

54

Dari ke empat fraksi yang diperoleh, hanya 3 fraksi utama yang telah

teidentifikasi diantaranya kurkumin, demetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi

kurkumin. Ke tiga fraksi tersebut memiliki waktu retensi yang relatif sama dengan

waktu retensi standard kurkuminoid. Namun mempunyai perbedaan waktu retensi

dari nmasing-masing fraksi yang peroleh. Kondisi ini menandakan bahwa tingkat

polaritas dari masing-masing fraksi yang diuji berbeda jenisnya. Luas area dan

puncak ketinggian dari ke tiga fraksi kurkuminoid, hampir sama bentuknya jika

dibandingkan dengan standard kurkuminoid. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa

waktu retensi, luas area, dan ketinggian puncak dapat digunakan untuk

menentukan konsentrasi dan mengidentifikasi komponen-komponen yang terdapat

di dalam sampel penelitian.

Hostettman et al. (1995) menyatakan bahwa, senyawa yang bersifat polar

dan atau mudah larut dalam air paling sesuai dipisahkan dengan menggunakan

KCKT. Tonnessen & Karlsen (1985) menyatakan bahwa kurkumin dapat

dipisahkan dengan metode KCKT, pada kolom nukleosil-NH2 dengan fase gerak

etanol 96%, pada pH alkalis dengan masa inkubasi 5 menit dan 28 jam. Menurut

Kiso (1983), pemisahan kurkumin jenis desmetoksi kurkumin dapat dipisahkan

dengan teknik kolom kromatografi pada silika gel yang menggunakan campuran

pengelusi klorofom dan metanol, fraksi kurkumin keluar sebagai fraksi awal.

Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan, fraksi kurkuminoid

temu mangga dapat dipisahkan dengan menggunakan KCKT, dengan kolom LC-

18 supelcosil (150 mm x 4,6 mm dan 5 µm. supelco). Fase gerak yang digunakan

adalah metanol:asam asetat: asetonitril pada panjang gelombang (λ) 425 mm,

dengan suhu kolom 300C dan laju alir adalah 1 ml/menit (Tabel 4).

Tabel 4 Waktu retensi, luas area dan ketinggian puncak hasil fraksinasi

kurkuminoid

Fraksi waktu retensi(menitI) luas Area (%) puncak (%)

KTM Standar KTM Standar KTM Standar

- 2,50 2,38 1,09 0,26 0,69 0,31

- - 2,78 - 0,32 - 0,17

- - 4,86 - 0,38 - 0,29

- - 5,66 - 0,35 - 0,32

bis demetoksi kurkumin 6,83 6,88 8,11 8,95 7,18 8,50

demetoksi kurkumin 7,44 7,43 18,88 30,67 19,54 32,04

kurkumin 8,02 8,02 71,92 58,75 72,59 58,05

- - 9,54 - 0,32 - 0,32

Keterangan: KTM, kurkuminoid temu mangga

Page 11: CURCUMA MANGGA

55

Konsentrasi fraksi kurkuminoid ekstrak temu mangga berbeda hasilnya

berbeda bila dibandingkan dengan Curcuma longa (Tabel 5). Perbedaan

konsentrasi fraksi kurkuminoid Curcuma mangga dan Curcuma longa, terjadi

karena jenis kurkuma yang diteliti berbeda dari peneliti sebelumnya. Perbedaan

terlihat pada demetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin dari temu mangga,

konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan Curcuma longa. Namun demikian,

konsentrasi kurkumin temu mangga lebih rendah dibandingkan dengan Curcuma

longa. Dengan demikian, dapat dibuat suatu disimpulkan bahwa temu mangga

mempunyai spesifikasi yang berbeda dengan Curcuma longa, yaitu pada senyawa

demetoksi-kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin.

Tabel 5 Jumlah persentase fraksi kurkuminoid hasil KCKT

Fraksi Kurkuminoid

Curcuma mangga Curcuma longa*

bis demetoksi kurkumin (%) 3,00 0,70

demetoksi kurkumin (%) 2,30 1,97

kurkumin (%) 6,20 7,34

Keterangan: * Quiles et al. (2002).

Penelitian yang dilakukan Quiles et al. (2002) menunjukan bahwa kurkumin

dengan dosis 2,4-9,6 umol/l, mampu menghambat peroksidasi LDL pada

makrofag dari manusia yang dilakukan secara in vitro. Kurkumin diketahui

mempunyai aktivitas antioksidan, disamping itu kurkumin mampu mengeliminasi

radikal bebas dari turunan oksigen yang memberikan respon peroksidasi lipid,

radikal hidroksi, superoksid, singlet oksigen, nitrogen dioksida (Sreejeyan et al.

1994; Reddy & Lokesh 1994; Rao 1995; Rao et al. 1995; Unnikrishnan &

Rao1997; Sreejeyan & Rao. 1997).

Struktur kimia kurkuminoid mengandung gugus fenolik yang sangat

esensial untuk scavenger superoksid, dan adanya gugus orto akan meningkatkan

aktivitas fenolik (Sreejeyan et al. 1994). Bahkan telah didemontrasikan, bahwa

kurkumin mampu menghambat turunan dari radikal superoksid (Rubby & Lokesh

1995). Sedangkan Vareed et al. (2008) menyatakan, substansi fenolik yang

terdapat pada tanaman obat mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, antiradang,

antikangker maupun antimutagenik. Hernani & Raharjo (2002) menyatakan

bahwa polifenol merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai aktivitas

Page 12: CURCUMA MANGGA

56

sebagai antioksidan, antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk mencegah

kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, farmasi maupun

plastik. Sedangkan Vareed et al. (2008) menyatakan bahwa substansi fenolik yang

terdapat pada tanaman obat mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, antiradang,

antikanker maupun antimutagenik. Jayaprakasa dkk (2005) menyatakan bahwa

gugus hidroksil dan metoksil pada cicin fenil dan subtituen 1,3 diketon memiliki

peran penting yang sangat signifikan dalam kemampuan kurkumin sebagai

antioksidan.

Secara in vitro, kurkumin dapat memperlihatkan toksisitas interinsik yang

sangat rendah terhadap sel hepatosit tikus. Suatu kenyataan bahwa, tidak adanya

toksisitas terhadap kurkumin kemungkinan besar karena struktur kurkumin

mengandung gugus keton yang dapat mengikat hidrogen internal pada sistem

aromatik. Kurkumin juga dijumpai sebagai fototoksik terhadap sel mamalia, sel

leukemia basofilik tikus yang diberikan pada konsentrasi kurang dari 1 µM.

Kecilnya dosis toksitas kurkumin menunjukkan bahwa kurkumin dapat digunakan

sebagai pengobatan awal dari suatu penyakit (Tonnesen et al. 1987). Sedangkan

menurut Kiso (1985), kurkuminoid mempunyai aroma yang khas dan tidak

bersifat toksik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan dari data hasil percobaan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa, kurkuminoid ekstrak temu mangga hasil ekstraksi dengan

pelarut air dan etanol diperoleh randemen sebanyak 1,83% dari rimpang temu

mangga. Sedangkan hasil fraksinasi kurkuminoid diperoleh senyawa kurkumin

6,2%; demetoksi-kurkumin 2,3% dan bis-demetoksi kurkumin 3,0%. Analisis

fitokimia menghasilkan alkaloid, tannin dan saponin. Secara kuantitatif temu

mangga mengandung nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak.

Page 13: CURCUMA MANGGA

57

Saran

Saran yang diberikan dalam penelitian lebih lanjut adalah: masih

diperlukan metode yang tepat untuk mengkaji aktivitas kurkuminoid terhadap

aktivitas mikrobia, supaya data yang diperoleh menjadi lebih lengkap. Perlu

membandingkan hasil KCKT kurkuminoid ekstrak temu mangga dengan

kurkuminoid yang dihasilkan dari jenis temu-temuan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bruneton J. 1993. Pharmaconogy, Medical plants. Lavoiser Publishing, London.

Hernani, Rahardjo. 2002. Tanaman berkhasiat antioksidan. Surabaya: Penebar

Surabaya. hal 8-19.

Hostettmann K, Hostettmann M, dan Marston a. 1995. Cara kromatografi

Preparatif Penggunaan pada isolasi senyawa Alam. Terjemahan K.

Padmawinata, Penerbit ITB Bandung.

Kiso YY, Tohkin M, Hikino H. 1983. Antihepatotoxic principles of Curcuma

longa rhizomes. J. Med. Plant. Res. 49:185-187.

Pelletier SW. 1983. The Nature and definition of alkaloid. In Pelletier SW (Ed).

1983. Alcaloids, Chemical and Biological Perspectives. John Wiley an Son,

New York.

Quiles JL, Mesa MD, Tortosa CLR, Aguilera CM, Battio M, Gil A, and Tortosa

MCR . 2002. Curcuma longa extract suplementation reduces oxidative

stress and attenuates aortic fatty streak development in rabbits.

Arteriolscler Thromb Vasc Biol. 22: 1225-1231.

Rao MNA. 1995. Antioxidan properties of curcumin. dalam: Proceeding of the

International Symphosium on Curcumin Pharmacochemistry (ISCP) August

29-31, Yogyakarta Indonesia. Curcumin pharmacochemistry. Yogyakarta.

Rao CV et al. 1995. Chemoprevention of colon carcinogenesis by dietary

curcumin, a naturally accruing plant phenolic compound. Cancer Res.

55:259-266.

Reddy AC, Lokesh BR. 1994. Studies on the inhibitory effecs of curcumin and

ferrous iron. Mol Cell Biochem. 137:1-8.

Page 14: CURCUMA MANGGA

58

Rubby AJ & Lokesh BR. 1995. Anti-tumor and antioxidant activity of natural

curcumoids. Cancer Lett. 146: 35-37.

Ruggiero RJ, Pharm DM, and Frances EL. 2002. Estrogen: Physiology,

Pharmacology, and Formulation for Replacement Therapy. In Journal of

Midwifery and Women’s Health. 47(3): 130-138.

Sreejayan N, Rao MNA. 1994. Curcuminoid as poten inhibitor of lipid

peroxidation. J. Phar. Pharmacols: 46: 1013 - 1016.

Sreejayan N, Rao MNA. 1997. Nitric oxid scavengeing by curcumoids. J. Phar.

Pharmacols 49: 105-107.

Taiz L and Zeiger E. 2002. Secondery Metabolites an Plant in Plant Physiology.

3th. Edition, Sinauer Associated, Sunderland. 286-299.

Tejo A. Sjuthi D dan Darusman LK. 2005. Aktivitas Kemoprevensi Ekstrak Temu

Mangga. Makara, Kesehatan. Vol. 9, 7-62.

Tonnesen HH, and Karlsen J. 1985. Hight Performance Liquid Chromatography

of Curcumin and related compounds. J. Of Chromatogaph. 259: 367-371.

Tonnessen HH, Vries HD, Karlsen J, Henenggouwen GB. 1987. Studies of

curcumin and Curcuminoid IX Investigation of the photobiological activity

of curcumin using bacterial indication system. J. Pharm. Sci. 76: 371-373.

Tonnessen HH, Smistad G, Agren T, an Karlsen J. 1992. Studies of curcumin and

curcuminoid. XX III: Effects of Curcumin on Liposomal Lipid

Peroksidastion.

Unnikrishnan MK, Rao MNA. 1995. Curcumin inhibits nitrogen dioxide induced

oxidation of hemoglobin. Mol Cell Biochem. 146:35-37.

Van Hoorn DEC, van Norren K, Boelens PG, Nijveldi RJ, and van Leeuwen

PAM, 2003. Biological Activitiess of Flavonoids. Science and Medicine.

Vol 9(3). 152-161

Vareed SK. Kakarala M, Ruffin MT, Crowell JA, Normolle DP, Djuric Z and

Brener DE, 2008. Phamacokinetics of Curcumin Conjugate Metabolitees in

Healthy Human Subjeccts. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev 2008; 17

(6):1411-7.