cuplikan terjemahan buku paulo coelho; stories for parents children and grandchildren vol.1

84
KUMPULAN KISAH UNTUK AYAHBUNDA DAN ANAKCUCU VOL 1 PAULO COELHO Tentang Penulis: Paulo Coelho, pengarang dari Brazil lahir pada tahun 1947 di kota Rio de Janeiro. Sebelum mengabdikan seluruh hidupnya bagi kesusastraan” ia bekerja sebagai pimpinan teater dan aktor, lirikus dan jurnalis. Pada tahun 1986, Paulo Coelho melakukan perjalanan ziarah menelusuri jalur st james de compostela, pengalaman tersebut kemudian ia bukukan dalam The Pilgrimage. Tahun berikutnya, Coelho menerbitkan Novel The Alchemist. Penjualannya yang lambat membuat penerbit menghentikan peredarannya. Namun kemudian Novel tersebut menjadi Novel Best Seller sepanjang masa di Brazil. Judul-judul yang lain diantaranya Brida (1990), The Valkyries (1992), By The river Piedra I sat down and wept (1994), koleksi catatan kolom terbaiknya Maktub (1994) dimuat dalam Koran nasional Brazil Folha de Sao Paulo, kompilasi tulisan Phrases (1995), The Fifth Mountain (1996), Manual of a Warrior of Light (1997), Veronika decides to die (1998), The Devil and Miss Prym (2000), kompilasi dongeng tradisional untuk ayahbunda dan anakcucu (2001), Eleven Minutes (2003), The Zahir

Upload: beny-a-baekuni

Post on 27-Jul-2015

416 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kumpulan kisah-kisah untuk ayahbunda dan anakcucu (cuplikan)

TRANSCRIPT

KUMPULAN KISAH UNTUK AYAHBUNDA DAN ANAKCUCU VOL 1 PAULO COELHO

Tentang Penulis: Paulo Coelho, pengarang dari Brazil lahir pada tahun 1947 di kota Rio de Janeiro. Sebelum mengabdikan seluruh hidupnya bagi kesusastraan ia bekerja sebagai pimpinan teater dan aktor, lirikus dan jurnalis. Pada tahun 1986, Paulo Coelho melakukan perjalanan ziarah menelusuri jalur st james de compostela, pengalaman tersebut kemudian ia bukukan dalam The Pilgrimage. Tahun berikutnya, Coelho menerbitkan Novel The Alchemist. Penjualannya yang lambat membuat penerbit menghentikan peredarannya. Namun kemudian Novel tersebut menjadi Novel Best Seller sepanjang masa di Brazil. Judul-judul yang lain diantaranya Brida (1990), The Valkyries (1992), By The river Piedra I sat down and wept (1994), koleksi catatan kolom terbaiknya Maktub (1994) dimuat dalam Koran nasional Brazil Folha de Sao Paulo, kompilasi tulisan Phrases (1995), The Fifth Mountain (1996), Manual of a Warrior of Light (1997), Veronika decides to die (1998), The Devil and Miss Prym (2000), kompilasi dongeng tradisional untuk ayahbunda dan anakcucu (2001), Eleven Minutes (2003), The Zahir (2005), The Witch of Portobello (2006) and Winner Stands Alone (2009). Paulo juga menjadi pionir dan memperluas eksistensinya di internet dengan blog hariannya di Wordpresss, Myspace & facebook. Ia juga hadir dalam dalam situs-situs berbagi lewat media seperti Youtube dan Flickr, kepada penggemarnya. tidak hanya menawarkan teks seperti biasanya, namun juga menawarkan video dan gambar Ketertarikan yang intensif dan penggunaan internet ini melahirkan proyeknya yang terbaru: The Experimental Witch dimana ia mengundang pembacanya untuk mengadaptasikan karyanya, The Witch of Portobello ke dalam layar. Paulo Coelho benar-benar meyakini internet sebagai media baru dan ia adalah pengarang best-seller pertama yang giat mendukung distribusi online gratis dari karya-karyanya.

Kemahiran sejati Yogi Raman adalah seorang mahaguru seni memanah. Suatu pagi, dia mengundang murid terbaiknya untuk menyaksikan peragaan keahliannya memanah. Sang murid telah menyaksikannya ratusan kali, walaupun demikian ia tetap mematuhi titah gurunya. Mereka pergi ke hutan di sebelah biara. Ketika mereka sampai di dekat pohon oak yang besar, Raman mengambil bunga yang ia selipkan di bajunya, lalu menaruhnya di salah satu cabang pohon itu. Ia lalu membuka tasnya, dan mengeluarkan tiga buah benda; busurnya yang megah, yang terbuat dari kayu bermutu, anak panah, dan saputangan warna putih dengan bordir bunga bakung. Sang yogi mundur seratus langkah dari pohon tempat ia meletakkan bunga. Berhadapan dengan targetnya, dia meminta muridnya untuk menutup matanya dengan saputangan bordiran. Sang murid lalu melaksanakan perintah gurunya. Seberapa sering kau menyaksikan aku berlatih olahraga panah warisan leluhur yang mulia ini? Raman bertanya kepadanya Setiap hari, muridnya menjawab. Dan biasanya guru selalu memanah bunga itu dalam jarak 300 langkah. Dengan mata tertutup saputangan, Yogi Raman memsang kuda-kuda, menarik tali busur, dan dengan perkiraannya, membidik bunga yang ditaruh di cabang pohon oak, lalu melepaskan panahnya. Panah itu melesat di udara, namun bahkan tidak menancap di pohon, meleset dengan sangat memalukan dan jauh dari sasaran. Apakah aku berhasil memanah bunga itu? tanya Raman sambil membuka ikatan saputangan yang menutup matanya. Tidak guru, guru benar-benar meleset, muridnya menjawab. Saya mengira guru akan memperlihatkan kekuatan fikiran dan kemampuan guru bermain sulap kepada saya. Aku baru saja mengajarkan kepadamu pelajaran yang paling penting mengenai kekuatan fikiran Raman menjawab. Ketika kamu menginginkan sesuatu, pusatkan fikiranmu hanya kepada hal tersebut: tak ada yang dapat mencapai sasaran yang tak dapat dilihat

Ingin Selalu Dikenang Di dalam biara Sceta, Kepala biara Lucas mengumpulkan para saudara dan berkhutbah. Mungkin kamu semua akan dilupakan ia berkata Tapi mengapa salah seorang saudara bertanya. Bukankah itu berarti teladan kita tak akan pernah bermanfaat untuk menolong mereka yang membutuhkan? Ketika semua orang benar, tidak ada yang akan memperhatikan orang yang bertindak untuk menjadi teladan. Kepala biara menjawab. Setiap orang melakukan yang terbaik, tanpa pernah berfikir bahwa dengan bertindak seperti itu mereka melakukan hal itu untuk saudaranya. Mereka mencintai saudaranya karena mereka mengerti bahwa ini merupakan bagian dari hidup dan mereka mematuhi hukum alam. Mereka membagi kepemilikan mereka agar tidak menimbun lebih dari yang mampu mereka bawa, karena perjalanan terus berlangsung seumur hidup. Mereka hidup bersama dalam kebebasan, memberi dan menerima, tidak menuntut apapun dan tidak menyalahkan siapapun. Itu sebabnya mengapa amalan mereka tidak pernah dibicarakan dan itu pula sebabnya mereka tak pernah meninggalkan kisah. Jika saja kita mampu mencapai hal yang sama sekarang: untuk membuat kebajikan sebagai hal yang biasa sehingga kita tidak perlu memuji orang yang menjalankan hal tersebut.

Membangun Kembali Dunia Seorang Ayah terus menerus diganggu oleh anaknya ketika sedang membaca koran. Akhirnya sang ayah yang lelah diganggu menyobek salah satu halaman koran yang bergambar peta dunia, ia lalu mengguntingnya menjadi beberapa bagian, lalu menyerahkannya kepada anaknya. Ya, sekarang kamu punya pekerjaan yang harus dilakukan. Kuberikan padamu peta dunia, aku ingin melihat apakah kamu bisa menyatukannya kembali seperti sediakala Mengetahui bahwa tugas tersebut akan membuat si anak sibuk sepanjang hari, Sang ayah pun melanjutkan membaca korannya. Namun, seperempat jam kemudian si anak kembali dengan petanya. Apakah Ibumu belum mengajarkanmu Geografi? sang Ayah bertanya dalam keheranannya. Aku bahkan tidak tahu apa itu geografi. si anak menjawab. Tapi ada foto seorang lelaki di balik halaman peta dunia itu. Maka aku menyatukannya hingga kembali utuh dan menemukan bahwa hal itu juga akan menyatukan gambar dunia seperti sediakala.

Memikirkan Kematian Zilu berkata kepada Confucius (Filsuf Cina yang hidup pada abad ke 6 SM) Bolehkah saya mengetahui pendapat anda mengenai kematian? Anda boleh bertanya Confusius menjawab. Namun jika kita masih belum mengerti hidup, mengapa kita harus mengetahui kematian. Tinggalkan pertanyaan mengenai kematian ketika hidup telah berakhir.

Membayar dengan Harga yang Pantas Nixivan mengundang kawan-kawannya untuk makan malam dan memasak daging yang lezat untuk mereka. Tiba-tiba, dia sadar bahwa ia tak punya garam. Kemudian Nixian memanggil anaknya. Pergilah ke desa dan belilah sebungkus garam, tapi bayarlah dengan harga yang pantas; jangan terlalu mahal ataupun terlalu murah. Anaknya pun terkejut. Saya bisa mengerti mengapa kita tak boleh membayar terlalu mahal Ayahku, tetapi jika kita mampu menawar lebih murah, mengapa kita tidak menghemat uang kita saja? Hal itu merupakan sebuah pemikiran yang wajar jika kita hidup di kota besar, namun hal itu dapat menghancurkan desa kecil seperti desa kita. Ketika tamu-tamu Nixian yang mendengar pembicaraan mereka ingin mengetahui mengapa mereka tidak boleh membeli garam lebih murah padahal mereka mampu, Nixian lalu menjawab: Satu-satunya alasan orang untuk menjual garam lebih murah dari biasanya adalah karena dia sangat membutuhkan uang. Dan barangsiapa yang mengambil keuntungan dari keadaan itu, maka ia tidak menghormati keringat dan perjuangan dari mereka yang telah bekerja keras untuk mehasilkan garam itu. Namun hal yang kecil seperti itu tak akan mungkin sampai menghancurkan sebuah desa. Awalnya, hanya sedikit ketidak-adilan yang terjadi di dunia ini, namun orang yang datang setelah itu kemudian menambah porsinya, mereka selalu berpikir bahwa itu adalah hal yang kecil dan tidak penting. Dan sekarang, lihatlah apa yang terjadi dengan dunia ini.

Balok Kaca yang Hilang Suatu ketika, ketika saya dan istri saya sedang bepergian, aku menerima fax dari sekretarisku. Ada satu balok kaca yang hilang untuk pekerjaan renovasi dapur, Ia berkata. Aku mengirimkan rancangan orisinal bersama Rancangan baru sebagai gantinya. Satu tangan saya memegang rancangan yang dibuat oleh istri saya: garis-garis harmoni balok kaca dengan sebuah lubang ventilasi. Sementara tangan yang satu lagi memegang rancangan yang dibuat untuk mengatasi masalah balok kaca yang hilang: benar-benar seperti sebuah puzzle dimana balok skaca itu tersusun tidak teratur dan mengabaikan estetika. Sudah saja beli lagi balok kaca yang baru. Tulis istri saya. Merekapun melaksanakannya dan kembali ke rancangan yang asli. Sore itu saya merenungkan apa yang telah terjadi; Seringkali, karena kekurangan satu balok kaca, kita mengubah rencana hidup kita yang sejati.

Renungan Epictetus pada sebuah pertemuan Epictetus (55 A.D.- 135 A. D.) terlahir sebagai seorang budak, kemudian menjadi salah satu filsuf terbesar di Roma. Ia diusir dari kota itu pada tahun 94 A.D. Sewaktu dalam pengansingan ia menemukan metoda untuk mendidik murid-muridnya. Ini adalah sebuah kutipan dari seni hidupnya. Ada 2 hal yang mungkin terjadi ketika kita bertemu seseorang: apakah kita akan berteman atau kita mencoba meyakinkan orang itu untuk mengikuti keyakinan kita. Hal yang sama juga terjadi ketika arang yang tengah membara bertemu dengan arang lainnya; mungkin ia akan berbagi apinya atau kewalahan oleh ukuran arang yang lain dan kemudian ia padam. Namun karena pada umumnya kita merasa tidak aman ketika kita bertemu seseorang, kita lebih suka untuk memperlihatkan sikap acuh, arogan, ataupun kerendahan hati yang berlebihan. Hasilnya adalah kita berhenti untuk menjadi diri kita sendiri, dan malah berpindah ke dalam dunia yang aneh yang bukan tempat kita. Untuk menghindari hal-hal seperti itu, munculkan perasaan nyamanmu secepatnya. Arogansi mungkin hanya menjadi topeng yang tipis untuk menutupi kepengecutan, Namun hal itu bisa menghalangi hal-hal penting berkembang dalam hidup kita.

Sebuah Cerita karya Kahlil Ghibran Aku sedang berjalan dalam taman di sebuah rumah sakit jiwa ketika kemudian bertemu seorang anak muda yang sedang membaca buku filsafat. Tingkah laku dan keadaannya yang terlihat sehat membuatnya berbeda dari temantemannya. Kemudian aku duduk di sampingnya dan bertanya: Apa yang sedang kau lakukan disini? Ia terkejut dan menatapku. Namun demi melihat bahwa aku bukanlah salah satu dokternya, ia menjawab: Jawabannya sederhana sekali. Ayahku adalah seorang pengacara brilian yang menginginkan aku seperti dirinya. Pamanku yang memiliki sebuah toko besar menginginkan aku untuk mencontoh dirinya. Kakak perempuanku selalu menjadikan suaminya daripada aku sebagai contoh orang yang sukses. Saudara laki-lakiku mencoba melatihku untuk menjadi atlit seperti dirinya. Hal yang sama juga terjadi di sekolah. Guru piano dan guru bahasa inggrisku yakin bahwa mereka adalah contoh terbaik untuk diikuti. Tak ada satupun dari mereka yang melihatku sebagai manusia, mereka melihatku seperti mereka melihat pada sebuah cermin. Itulah alasan mengapa aku memasuki rumah sakit ini. Setidaknya aku dapat menjadi diriku sendiri.

Bertemu Sang Raja Seorang Raja persia bertanya kepada Saadi dari Shiraz: Dalam pengembaraanmu melewati kota-kota di kerajaanku, Apakah kamu mengingatku dan hasil karyaku? Yang Mulia, hamba selalu mengingat Yang Mulia ketika hamba lupa kepada Tuhan. Orang bijak tersebut menjawab.

Hanya Satu yang Bersalah Seorang Raja yang bijaksana melakukan kunjungan ke sebuah penjara. Lalu ia mulai mendengarkan keluhan para tahanan. Saya tidak bersalah, seorang tahanan yang dituduh membunuh berbicara. Saya disini hanya karena saya ingin menakut-nakuti istri saya, namun tanpa sengaja saya membunuhnya. Saya dituduh menerima suap,sahut salah seorang yang lain,Padahal yang saya lakukan hanyalah menerima hadiah. Semua tahanan mengungkapkan ketidakbersalahan mereka kepada Raja Weng, hingga salah satu dari mereka, seorang anak muda yang baru berumur duapuluhan berkata: Saya bersalah. Saya telah melukai saudara saya dalam sebuah perkelahian dan saya berhak untuk dihukum. Tempat ini telah membuat saya menyadari rasa sakit yang telah saya timbulkan. Keluarkan tahanan ini dari penjara sekarang juga! Perintah Raja Weng. Kelak ia akan menodai semua orang disini yang tidak bersalah.

Membantu Bangsa Zizhang mencari Konfusius ke seantero Cina. Saat itu Cina sedang mengalami pergolakan sosial yang hebat, dan ia takut terjadi pertumpahan darah. Ia menemukan Tuannya sedang bermeditasi di dekat sebuah pohon ara. Tuan, kami membutuhkan kehadiran anda di Pemerintahan. Ia berkata. Negara sedang dalam keadaan kacau. Konfusius tetap melanjutkan meditasinya. Tuan, anda mengajarkan kepada kami bahwa kita tidak boleh bermalas-malasan, Zizhang melanjutkan.Anda berkata bahwa kita semua bertanggung jawab terhadap dunia. Aku berdoa untuk bangsa ini, Konfusius menjawab. Nanti aku akan pergi membantu seseorang yang tinggal di dekat sini. Dengan melakukan apa yang ada dalam jangkauan kita, kita menguntungkan semua orang. Dengan ide untuk menyelamatkan dunia semata, kita bahkan tidak membantu diri kita sendiri. Ada beribu cara untuk terlibat dalam politik; Aku tidak butuh menjadi bagian dari Pemerintah.

Dimana Monyet Menaruh Tangannya Aku berkata kepada seorang kawan: Sebuah Peribahasa mengatakan, seekor monyet tua tidak pernah menaruh tangannya dalam periuk. Ya, tapi hal tersebut dapat dimengerti. Ia menjawab. Di India, pemburu membuat lubang kecil dalam sebuah kelapa, menaruh pisang di dalamnya dan menguburnya. Kemudian seekor monyet menemukan kelapa itu, lalu menaruh tangannya pada lubang itu untuk mengambil pisang. Namun bukannya membuat pisang itu terlepas, sang monyet tetap disana dan sibuk bergulat dengan hal yang tidak mungkin dan akhirnya tertangkap basah. Hal yang sama juga terjadi dalam hidup kita. Kebutuhan untuk memiliki hal-hal tertentu, seringkali hal-hal kecil yang tidak berguna, akhirnya membuat kita menjadi tawanan dari keinginan kita sendiri.

Memilih Takdir Kita Dahulu kala, Hiduplah seorang manusia yang mampu mencintai dan memaafkan semua orang yang ia temui. Karena itu, Tuhan mengirimkan malaikat untuk berbicara kepadanya. Tuhan memerintahkan kepadaku untuk mengunjungimu dan menyampaikan pesan dari-Nya bahwa Dia ingin memberi ganjaran atas kebaikanmu. Malaikat berkata. Kau dapat memiliki ganjaran yang kau inginkan. Apakah kamu ingin diberikan kesehatan? Tentu saja tidak. kata orang itu. Aku lebih menginginkan Tuhan memilih mereka yang harus disembuhkan. Bagaimana kalau anda diberikan kemampuan untuk membimbing mereka yang berdosa untuk kembali ke jalan yang benar? Itu pekerjaan untuk malaikat sepertimu. Aku tak ingin dimuliakan oleh siapapun dan tak ingin menjadi tauladan abadi. Dengarkan aku, aku tak bisa kembali ke surga jika belum memberikanmu mujizat. Jika kamu tidak memilih, maka aku yang akan memilihkannya untukmu. Ia berpikir sejenak, lalu berkata: Baiklah, aku ingin agar kebajikan dapat disebarkan melalui diriku, tapi tanpa seorangpun mengetahuinya, termasuk diriku, agar aku terhindar dari dosa keangkuhan. Kemudian Malaikat mengatur agar bayang-bayang si lelaki memiliki kekuatan penyembuhan, namun hanya pada saat mentari menyinari wajah lelaki itu. Dengan cara seperti itu, kemanapun ia pergi, mereka yang sakit disembuhkan, tanah menjadi subur kembali, dan mereka yang sedih kembali menemukan kebahagiaan. Lelaki itu berkeliling dunia selama bertahun-tahun, tanpa menyadari mujizat yang ia hasilkan. Karena ketika ia menghadap matahari, bayang-bayangnya selalu berada di belakang. Dengan cara ini, ia mampu untuk hidup dan mati tanpa menyadari kesuciannya sendiri.

Pencarian yang Sia-sia Mistikus Ramakrishna memulai pengabdiannya pada kehidupan spiritual ketika ia berusia enam belas. Pada awalnya, ia selalu menangis dengan getir, karena meskipun ia mengabdi dengan bekerja di biara, ia merasa mengalami kemandegan. Kemudian, setelah ia dikenal orang, seorang kawan bertanya tentang masa-masa yang menyedihkan itu. Ramakrishna menjawab: Jika seorang pencuri bermalam dalam sebuah ruangan dengan hanya sebuah dinding tipis yang membatasinya dari ruangan lain yang penuh dengan emas, Apakah kamu berpikir ia bisa tidur? Ia akan terjaga sepanjang malam, membuat rencana. Ketika aku masih muda, aku menginginkan Tuhan sama seperti pencuri yang bernafsu untuk mendapatkan emas itu, dan butuh waktu yang sangat panjang untuk menyadari bahwa kebajikan terbesar dalam dunia spiritual adalah kesabaran.

Krishna Akan Mendengar Doamu Seorang janda dari sebuah desa miskin di Bengal tidak memiliki cukup uang untuk membayar ongkos bus bagi anaknya. Karena itu, ketika sang anak mulai berangkat ke sekolah, ia harus berjalan sendirian melewati hutan. Untuk meyakinkanya, ia pun berkata: Jangan takut terhadap hutan anakku. Mintalah kepada Krishna Tuhanmu untuk pergi bersamamu. Ia akan mendengar doamu. Sang anak kemudian mengikuti nasihat Ibunya, dan Krishna muncul tepat pada waktunya, lalu mulai saat itu Krishna menemaninya ke sekolah setiap hari. Saat gurunya berulang tahun, sang anak meminta uang kepada ibunya untuk membeli hadiah. Kami tidak memiliki uang anakku. Mintalah kepada saudaramu Krishna agar memberimu hadiah. Keesokan harinya, sang anak menceritakan masalahnya kepada Krishna, yang memberinya seteko susu. Sang anak dengan bangga memberikan susu tersebut kepada gurunya, namun hadiah dari anak yang lain jauh lebih bagus dan gurunya bahkan tidak memperhatikan hadiah darinya. Bawa susu itu ke dapur kata Sang guru kepada pembantunya. Pembantunya kemudian melakukan suruhannya. Namun ketika ia mencoba mengosongkan teko tersebut, ia melihat bahwa teko itu segera terisi kembali dengan takaran yang sama dengan sebelumnya. Ia pun segera memberitahukan hal itu kepada sang guru, yang kemudian terkejut dan bertanya pada anak itu: Darimana kamu mendapatkan teko itu dan bagaimana bisa teko itu tetap penuh sepanjang waktu? Krishna, sang Dewa hutan yang memberikannya kepadaku. Tak ada Dewa di hutan, itu murni tahayul kata gurunya. Jika ia memang ada, mari kita semua pergi dan melihatnya. Mereka semua kemudian berangkat ke hutan. Sang anak mulai memanggil Krishna, namun Ia tidak juga memperlihatkan dirinya. Sang anak kemudian berseru untuk terakhir kalinya. Saudaraku Krishna, guruku ingin bertemu denganmu. Kumohon perlihatkan dirimu!

Saat itu, sebuah suara muncul dari hutan dan bergaung melewati kota dan terdengar oleh semua orang. Bagaimana mungkin ia ingin melihatku anakku? Ia bahkan tidak percaya aku ada!

Seni Mendengarkan Saadi dari siraz yang bijak sedang mempuh perjalanan dengan berjalan kaki bersama muridnya ketika ia melihat seorang lelaki mencoba membuat keledainya bergerak. Ketika binatang itu menolak untuk berpindah tempat, lelaki tersebut mulai menyumpahinya dengan kata-kata terburuk yang terpikirkan olehnya saat itu. Jangan bodoh, kata Saadi. Keledai itu tidak akan pernah mengerti bahasamu. Akan lebih baik jika kamu tenangkan dirimu lalu pelajari bahasanya. Dan saat ia meninggalkan tempat itu, ia berkata kepada muridnya: Sebelum kamu berdebat dengan seekor keledai, ingatlah kejadian yang baru saja kau saksikan.

Terompet yang Mampu Mengusir Harimau Seorang lelaki tiba di sebuah desa dengan membawa sebuah terompet misterius yang dihiasi kain merah dan kuning, manik-manik dan tulang hewan. Terompet ini mampu mengusir harimau, kata lelaki itu. Mulai hari ini, dengan bayaran harian yang pantas, aku akan memainkan terompet ini setiap pagi dan kalian tidak akan pernah menjadi santapan binatang yang mengerikan itu. Karena ketakutan oleh serangan binatang buas, penduduk desa itu pun menyetujui untuk membayar sesuai permintaan pendatang tersebut. Tahun demi tahun berlalu, pemilik terompet menjadi kaya raya dan membangun istana yang megah untuk dirinya. Suatu pagi, seorang anak lelaki yang lewat di depan istana itu menanyakan siapa pemilik istana tersebut. Setelah mendengar semuanya, ia memutuskan untuk pergi menemui si pemilik terompet. Kata orang-orang, anda memiliki sebuah terompet yang mampu mengusir harimau. kata anak lelaki itu. Namun harimau tidak terdapat di negeri ini. Pemilik terompet kemudian memanggil seluruh penduduk desa dan meminta si anak lelaki untuk mengulangi perkataannya. Kalian dengar itu ? seru pemilik terompet setelah si anak lelaki selesai berbicara. Sekarang kalian memiliki bukti yang tidak terbantahkan mengenai kekuatan terompetku!

Kesunyian Malam Seorang guru sufi dan muridnya berjalan melintasi gurun Afrika. Ketika malam tiba, mereka mendirikan tenda dan berbaring untuk beristirahat. Betapa sunyinya ! ucap si murid. Jangan pernah berkata Betapa Sunyinya, jawab sang guru. lebih baik berkata: Aku tak dapat mendengar alam.

Pertemuan Matisse dan Renoir Sebagai seorang anak muda, pelukis Henri matisse secara rutin kerap kali mengunjungi Renoir yang Agung di studionya. Ketika Renoir terkena radang sendi, Matisse mulai mengunjunginya setiap hari, mengambilkannya makanan, kuas, cat, sembari tak henti mengingatkan sang guru bahwa ia bekerja terlalu keras dan butuh untuk sedikit beristirahat. Suatu hari, demi melihat bahwa setiap kali mencoretkan kuasnya Renoir selalu berteriak kesakitan, Matisse tak mampu lagi menahan dirinya: Guru, anda telah menciptakan karya yang sangat banyak dan penting, mengapa harus terus menerus menyiksa diri seperti ini? Sederhana sekali jawabannya. jawab Renoir. Keindahan itu abadi, sedangkan rasa sakit itu sementara.

Roti yang Jatuh dengan Sisi yang Salah Kita semua memiliki kecenderungan untuk meyakini bahwa semua yang kita lakukan ternyata salah. Karena kita berfikir bahwa kita tidak pantas untuk diberkati. Ada sebuah kisah menarik yang menjelaskan perasaan tersebut dengan tepat. Seorang lelaki dengan tenang menghabiskan sarapannya. Tiba-tiba, sepotong roti yang telah ia olesi dengan mentega jatuh ke lantai. Bayangkan betapa terkejutnya dia ketika ia menatap ke bawah dan melihat roti itu jatuh dengan sisi yang bermentega menghadap ke atas! Lelaki itu berfikir bahwa ia telah menyaksikan mujizat. Dengan gembira, ia pergi memberitahu teman-temannya mengenai apa yang telah terjadi, dan mereka semua kagum karena ketika sepotong roti jatuh ke lantai, selalu saja sisi yang bermentega menghadap ke bawah, mengotori semuanya. Mungkin kamu adalah malaikat. seorang temannya berkata. Dan ini adalah sebuah tanda dari Tuhan. Tak lama kemudian seluruh desa pun mengetahuinya, dan mereka semua dengan semangat mulai mendiskusikan kejadian tersebut: Bagaimana itu bisa terjadi, berlawanan dengan semua perkiraan, bahwa sepotong roti milik laki-laki itu telah jatuh dengan sisi yang bermentega menghadap ke atas? Karena tidak ada yang dapat menjawab dengan tepat, mereka pun pergi menemui seorang guru yang tinggal tak jauh dari sana dan menceritakan kejadian itu. Guru tersebut kemudian meminta waktu satu malam untuk berdoa, merenung dan meminta ilham ilahi. Keesokan harinya, mereka semua kembali, berharap untuk sebuah jawaban. Benar-benar sangat sederhana. jawab guru itu. Sebenarnya sepotong roti itu jatuh tepat seperti seharusnya ia jatuh. Namun menteganya telah diolesi di sisi yang salah.

Pembunuh Naga Zhuangzi, seorang penulis terkenal dari Cina, menceritakan kisah Zhu Pingman, yang mengembara mencari guru dengan tujuan mempelajari cara yang terbaik untuk membunuh naga. Sang guru melatih Pingman selama sepuluh tahun penuh, hingga ia selesai diasah untuk menyempurnakan teknik membunuh naga yang paling mutakhir. Pingman yang menghabiskan sisa hidupnya mencari naga guna memamerkan kemampuannya merasa sangat kecewa karena ia tak pernah menemukan naga seekor pun. Penulis cerita ini kemudian berkomentar: Kita semua mempersiapkan diri kita untuk membunuh naga, Namun berakhir sebelum dapat melahapnya karena hal-hal kecil yang tak pernah membuat kita terusik untuk memperhatikannya.

Tentang Tuan dan Guru Dalam salah satu obrolan keluarga, konfusius menuliskan sebuah dialog yang menarik mengenai materi pelajaran. Konfusius duduk dan beristirahat, lalu muridnya mulai bertanya kepadanya. Hari itu suasana hatinya sedang baik, maka ia memutuskan untuk menjawab. Seorang murid bertanya kepadanya: Anda mampu untuk menjelaskan semua yang anda rasakan. Mengapa anda tidak pergi menemui Kaisar dan berbicara kepadanya? Kaisar sendiri membuat pidato yang indah, kata Konfusius, Tapi pidato yang indah hanyalah soal teknik saja, ia tidak mengandung kebajikan di dalamnya. Kalau begitu, kirimkan saja kumpulan puisi anda kepadanya. 300 puisi itu dapat dirangkum dalam dua kata: berpikir tepat. Itulah rahasianya. Mencakup apa sajakah berpikir tepat itu? Mengetahui bagaimana menggunakan pikiran dan hati, disiplin dan emosi. Ketika kita menginginkan sesuatu, hidup akan membimbing kita, namun dengan alur yang tak terduga. Seringkali kita kebingungan karena kita terkejut oleh alur tersebut dan berfikir bahwa kita telah salah jalan. Itulah sebabnya mengapa aku pernah berkata, biarkan dirimu terbawa oleh emosi, tapi milikilah disiplin yang cukup untuk mengikutinya. Itukah yang anda lakukan? Pada umur lima belas, aku mulai belajar. Pada umur tiga puluh, aku tahu yang aku inginkan. Pada umur empatpuluh, keraguanku muncul kembali. Pada umur lima puluh, aku menemukan bahwa langit memiliki rencana untukku dan untuk tiap manusia di muka bumi. Pada umur enam puluh, aku memahami rencana tersebut dan dan menemukan ketenangan untuk mengikutinya. Saat ini, pada umur tujuh puluh, aku dapat mendengarkan suara hatiku, namun tidak membiarkan hal tersebut mengalihkan aku dari alurku. lalu apa yang membuat anda berbeda dari manusia lain yang juga menerima kehendak langit? Aku mencoba berbagi pengetahuanku denganmu. Dan siapapun yang ingin berdiskusi tentang kearifan masa lalu dengan generasi baru, maka ia harus menggunakan kemampuannya untuk mengajar. Itulah satu-satunya kelebihanku, menjadi guru yang baik.

Apa yang dimaksud dengan guru yang baik? Seseorang yang mempertanyakan semua hal yang ia ajarkan. Ide-ide lama tak akan pernah mampu memperbudak manusia, karena mereka berubah dan menuju bentuk yang baru. Jadi marilah kita menggunakan kearifan yang berlimpah dari masa lalu, dengan tanpa melupakan tantangan dari dunia masa kini yang terbentang di hadapan kita. Lalu apa yang dimaksud dengan murid yang baik . Seseorang yang mendengarkan apa yang kukatakan, namun menyesuaikan ajaranku dengan kehidupannya dan tidak menelannya bulat-bulat. Seseorang yang tidak hanya mencari pekerjaan, tapi juga mencari pekerjaan yang bermartabat. Seseorang yang tidak ingin mencari perhatian, namun ingin melakukan sesuatu yang menarik perhatian.

Jembatan dan Papan Setelah bertahun-tahun pengerjaan dan perenungan tentang cara yang terbaik untuk menyebrangi sungai yang mengalir melewati rumahnya, seorang lelaki membuat titian dari papan. Namun demikian, warga desa jarang sekali menggunakannya karena titian tersebut tampaknya dibuat untuk keadaan darurat. Suatu hari, Datanglah seorang insinyur. Dengan bantuan para penduduk, ia membangun sebuah jembatan yang layak. Hal itu membuat gusar sang pembuat titian. Ia akan berbicara kepada setiap orang yang mau mendengarkannya bahwa sang insinyur tidak menunjukkan penghormatan kepada hasil kerjanya. Titian itu masih ada disana! jawab warga desa yang lain.Itu adalah sebuah tugu bagi hasil keringat dan pemikiranmu selama bertahun-tahun. Ya, tapi tidak ada yang menggunakannya! jawab lelaki itu dengan marah Anda adalah warga yang sangat dihormati disini dan kita semua menyukai anda, hanya saja kita menemukan jembatan baru yang lebih indah dan berguna dibanding titian papan anda. Tapi jembatan itu melewati sungaiku. Sekarang, tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada hasil karya anda, harus kami katakan bahwa sungai ini bukan milik anda. Kita bisa saja menyebrang, berenang, atau mendayung, namun jika orang-orang lebih menginginkan untuk menggunakan jembatan, mengapa kita tidak menghormatinya? Disamping itu, bagaimana kita bisa percaya kepada seseorang yang lebih meluangkan seluruh waktunya untuk mengkritik orang lain daripada menyempurnakan jembatannya sendiri? (Diambil dari sebuah cerita oleh Silvio Paulo Albino)

Dalam Perjalanan ke Pameran Buku Saya terbang dari New York Ke Chicago untuk menghadiri sebuah pameran buku yang diselenggarakan oleh Asosiasi Penerbit Amerika. Tiba-tiba, seorang anak muda berdiri di jalur antara kursi-kursi penumpang dan mengumumkan: Saya membutuhkan dua belas sukarelawan untuk membawa sebuah mawar setiap orangnya saat kita turun dari pesawat. Beberapa orang mengacungkan tangannya, termasuk saya. Namun saya tidak terpilih. Meskipun demikian, Saya memutuskan untuk mengikuti mereka. Setelah mendarat, anak muda tersebut memberikan sebuah tanda yang menunjuk kepada seorang wanita muda di ruang kedatangan di bandara Ohare. Satu persatu, 12 penumpang itu memberikan sekuntum mawar kepadanya. Akhirnya, di depan semua orang, anak muda tersebut meminta gadis itu untuk menikah dengannya, dan gadis itu menerimanya. Seorang pramugari berkata kepada saya: Saya telah bekerja disini selama bertahun-tahun, dan ini adalah hal yang paling romantis yang pernah terjadi di bandara.

Hakikat Sebuah Pengampunan Salah seorang prajurit Napoleon melakukan sebuah kejahatan (kisah tersebut tidak menceritakan tentang kejahatannya) dan ia dituntut hukuman mati. Pada pagi hari, sesaat sebelum ia akan ditembak, ibu dari anak itu datang untuk memohon agar anaknya terhindar dari hukuman mati. Nyonya, perbuatan anak anda tidak pantas diampuni. Saya tahu, kata sang ibu. Jika hal tersebut dilakukan, maka itu bukanlah sebuah pengampunan sejati. Untuk memaafkan adalah kemampuan untuk melampaui balas dendam ataupun keadilan. Setelah ia mendengar kata-kata itu, Napoleon merubah hukuman mati untuk prajuritnya tersebut menjadi pengasingan.

Jalan Tengah Lukas sang pendeta berjalan melewati sebuah desa ditemani oleh muridnya. Kemudian seorang kakek bertanya kepadanya: Wahai orang suci, bagaimana caranya agar aku dekat dengan Tuhan? Perbanyaklah waktu untuk memanjakan diri sendiri, dan pujilah sang pencipta dengan gembira. jawabnya. Mereka baru saja akan meneruskan perjalanan ketika seorang anak muda mendekati mereka. Ia bertanya: Apa yang harus kulakukan supaya bisa lebih dekat dengan Tuhan? Kurangilah waktu untuk memanjakan diri. kata Lukas Setelah anak muda itu pergi, muridnya berkata: Guru, tampaknya anda tidak yakin apakah kita harus memanjakan diri atau tidak. Pencarian spiritual adalah sebuah jembatan yang melintasi jurang yang dalam tanpa pengaman di pinggirnya,jawab Lukas. Jika seseorang berjalan terlalu dekat ke sisi kanan, maka aku berkata: Ke sebelah kiri! Jika seseorang berjalan terlalu dekat ke sebelah kanan, maka aku berkata: Ke sebelah kiri! Karena tindakan ekstrim itu dapat mengalihkan kita dari Sang Jalan.

Kenikmatan dan Lidah Seorang guru Zen sedang beristirahat bersama salah satu muridnya, ketika tiba-tiba ia mengambil buah melon dari dalam tasnya dan membelahnya menjadi dua agar mereka berdua dapat memakannya. Ketika mereka makan, muridnya bertanya: Guruku yang bijaksana, karena semua yang anda lakukan memiliki makna, mungkin tindakan anda berbagi buah melon ini dengan saya adalah pertanda bahwa anda ingin mengajarkan kepada saya sesuatu. Sang guru melanjutkan makan-nya tanpa menjawab. Sikap diam anda jelas sekali menyembunyikan sebuah pertanyaan,Muridnya bersikeras, Dan pertanyaannya pastilah begini: apakah kenikmatan yang aku alami karena memakan buah yang lezat ini terletak pada melonnya ataukah pada lidahku? Sang guru tidak berkata apapun. Muridnya kemudian melanjutkan dengan bersemangat: Dan karena semua hal dalam hidup ini memiliki arti, saya pikir saya telah dekat mendekati jawaban dari pertanyaan itu: Kenikmatan adalah sebuah tindakan penuh cinta dan ketergantungan antara kita, karena tanpa buah melon, maka tidak akan ada objek kenikmatan. Dan tanpa lidah..... Cukup! kata sang guru.Orang bodoh sejati adalah orang yang mengira dirinya sangat pintar dan menghabiskan seluruh waktunya untuk memaknai segala sesuatu. Buah melon ini lezat, dan itu cukup. Sekarang biarkan aku makan dengan tenang!

El Greco dan Cahaya Pada sebuah sore yang cerah di musim semi, seorang teman datang mengunjungi El Greco si pelukis. Yang mengejutkan, ia menemukan si pelukis di studionya dengan seluruh tirai yang tertutup. El Greco sedang mengerjakan sebuah lukisan yang tema sentralnya adalah Bunda Maria. Dan ia hanya menggunakan sebuah lilin untuk menerangi ruangan. Temannya yang kebingungan kemudian berkomentar: Aku seringkali diberitahu bahwa seorang pelukis membutuhkan cahaya matahari untuk memilih warna yang tepat. Mengapa kamu tidak menyibakkan tirai-tirai itu? Tidak sekarang, kata El Greco. Itu akan mengganggu api inspirasi yang bersinar cemerlang di dalam jiwaku, yang mengisi semua benda disekitarku dengan cahaya.

Cara untuk Mendatarkan Dunia Suatu masa ketika Konfusius mengembara bersama muridnya, ia mendengar kabar tentang seorang bocah yang sangat cerdas yang hidup di sebuah desa. Konfusius pergi menemuinya dan bercakap-cakap dengannya. Dengan setengah bercanda ia bertanya: Bagaimana caramu menolong kami untuk menghilangkan semua penyimpangan dan ketidak adilan di muka bumi? Mengapa? tanya bocah itu. Jika kita meratakan gunung, burung-burung akan kehilangan tempat tinggal. Jika kita mereklamasi laut dan sungai yang dalam, maka ikan-ikan akan mati. Jika seorang kepala kampung memiliki kekuasaan sama seperti orang gila, tidak akan ada orang yang tahu dimana mereka berada. Dunia ini cukup luas untuk menanggulangi perbedaan. Kearifan si bocah meninggalkan kesan yang mendalam di hati muridnya. Dan setelah mereka meneruskan kembali perjalanan ke kota berikutnya, salah satu dari mereka berkomentar bahwa semua anak-anak seharusnya seperti itu. Konfusius berkata: Aku banyak mengenal anak-anak yang sibuk untuk mencoba memahami dunia daripada bermain dan melakukan hal-hal yang sesuai dengan umurnya. Tidak ada satupun diantara anak-anak yang dewasa sebelum waktunya itu melakukan sesuatu yang berdampak luar biasa dalam hidupnya karena mereka belum pernah mengalami kepolosan dan ketidak bertanggung jawaban yang sehat dari masa kanak-kanak.

Pentingnya Mengetahui Nama Zilu bertanya kepada Konfusius: Jika Raja Wen meminta anda untuk mengatur negara, apakah tindakan pertama yang akan anda lakukan? Saya akan mempelajari nama-nama penasihat saya. Omong kosong! Tindakan tersebut sangat sukar dimengerti sebagai perhatian utama seorang perdana menteri. Seseorang tidak dapat mengharapkan pertolongan dari apa yang tidak ia ketahui. Jawab Konfusius. Jika ia tidak memahami alam, ia tidak akan memahami Tuhan. Demikian juga jika ia tidak mengetahui siapa yang berada di sampingnya, maka ia tidak akan memiliki teman. Tanpa teman, ia tidak akan mampu untuk menyusun rencana. Tanpa rencana, ia tidak akan mampu untuk mengarahkan tindakan seseorang. Tanpa adanya arah, Negeri akan terjerumus ke dalam kegelapan, dan bahkan para penari tidak akan mengetahui kaki yang sebelah mana yang akan dijejakkan berikutnya. Tindakan mengenal nama seseorang di samping anda yang tampaknya adalah sebuah tindakan yang dangkal mampu membuat dampak yang sangat besar. Dosa yang selalu dikejar orang saat ini adalah bahwa semua orang ingin memperbaiki keadaan secepatnya, dan mereka lupa bahwa untuk melakukan tindakan seperti itu anda membutuhkan banyak orang.

Kota dan Tentara Menurut sebuah legenda, ketika Joan dari Arc berarak menuju Poitiers bersama pasukannya, ia melintas dan menghampiri seorang bocah yang sedang bermain dengan tanah dan ranting di tengah jalan. Apa yang sedang kau lakukan? Joan dari Arc bertanya. Tidakkah kau lihat? bocah itu menjawab. Ini adalah sebuah kota. Bagus sekali, Ia berkata, Sekarang kumohon tinggalkan jalan ini, aku bersama anak buahku hendak lewat dan meneruskan perjalanan. Bocah itu naik pitam dan berdiri di belakangnya. Kota itu tidak bergerak. Sekumpulan pasukan mungkin menghancurkannya, namun kota itu sendiri akan tetap berada pada tempatnya. Joan dari Arc terenyum melihat kesungguhan hati bocah itu dan memerintahkan pasukannya untuk meninggalkan jalan dan mengitari Kota.

Bukan sebuah Contoh Rabi Elimelekh telah menyampaikan sebuah khotbah yang indah dan sekarang ia akan kembali ke tempat asalnya. Untuk menghormatinya dan untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka, para pengikutnya memutuskan untuk mengantar kereta kudanya hingga ke luar kota. Di satu tempat, sang rabi menghentikan kereta kudanya dan meminta kusir untuk terus melaju tanpa dirinya sementara ia bergabung dengan para pengikutnya. Contoh yang baik mengenai kerendahan hati. Ucap salah seorang lelaki di sampingnya. Kerendahan hati tidak ada hubungannya dengan ini, hanya sedikit kecerdasan saja. Jawab Elimelekh. Kalian semua disini berjalan, bernyanyi, minum anggur, bercakap-cakap satu sama lain, mendapat kawan baru, dan semuanya itu disebabkan oleh seorang rabi tua yang datang dan berbicara kepadamu tentang seni hidup. Jadi, marilah kita tinggalkan teoriku di kereta kuda, aku ingin menikmati pesta ini.

Berdoa untuk Setiap Orang Seorang buruh tani bersama istrinya yang sedang sakit meminta kepada seorang biksu untuk memanjatkan serangkai doa. Sang biksu mulai berdoa, memohon kepada Tuhan agar menyembuhkan semua yang sedang sakit. Tunggu sebentar.Kata buruh tani. Saya meminta anda untuk berdoa bagi istriku sedangkan anda berdoa untuk semua orang yang sedang sakit. Saya berdoa untuk istri anda juga. Ya, tetapi anda berdoa untuk setiap orang. Mungkin akhirnya anda akan menolong tetangga saya yang juga sedang sakit, dan saya bahkan tidak menyukainya. Anda tidak mengetahui apapun tentang penyembuhan, Ucap Biksu itu sambil berlalu. Dengan berdoa bagi setiap orang, saya menyertakan doa saya bersama jutaan orang sakit yang juga berdoa bagi kesembuhannya. Jika dikumpulkan bersama, suara itu akan sampai kepada Tuhan dan menguntungkan semuanya. Namun jika terpisahpisah, ia akan kehilangan kekuatannya dan tak akan menuju ke arah manapun.

Saadi dari Shiraz dan Pendoa Saadi dari Shiraz biasa menceritakan kisah ini: Saat aku masih bocah dulu, aku biasa berdoa bersama ayahku, pamanku, dan sepupuku. Setiap malam kami biasa berkumpul bersama untuk mendengarkan lantunan ayat suci Al-Quran. Pada suatu malam, ketika pamanku membaca sebuah ayat dengan nyaring, aku melihat semua orang tertidur. Lalu aku berkata kepada ayahku: Tidak ada satupun dari orang-orang yang mengantuk ini yang mendengarkan ayat-ayat suci. Mereka tidak akan pernah menggapai Tuhan. Dan ayahku menjawab: Anakku sayang, lihatlah jalanmu sendiri dengan keyakinan dan biarkan orang lain mengurus dirinya sendiri. Siapa tahu, mungkin mereka berbicara kepada Tuhan di dalam mimpi mereka. Percayalah padaku, aku lebih menginginkan kau tidur bersama mereka daripada mendengarkan kata-kata kasar yang berisi penghakiman dan kutukan darimu.

Ayah yang Berduka Rabi abraham telah menjalani hidupnya dengan menjadi tauladan. Ketika ia wafat, ia langsung dimasukkan ke surga, dan para bidadari menyambutnya dengan lagu-lagu pujian. Meskipun demikian, Abraham duduk sendirian, bertopang dagu, dalam kesedihan yang teramat sangat, dan menolak semua hiburan. Akhirnya, ia dibawa ke hadirat Yang Maha Kuasa dan ia mendengar suara lembut bergema dan bertanya kepadanya: Wahai pelayanku yang setia, derita apakah gerangan yang kau simpan dalam dadamu? Hamba tidak pantas untuk kehormatan yang dibebankan kepadaku, Jawab sang rabi. Hamba dianggap sebagai tauladan bagi pengikut hamba, namun hamba yakin hamba telah melakukan suatu kesalahan besar. Salah satu anak hamba, yang kepadanya aku mencurahkan seluruh ajaran terbaik hamba, telah menjadi seorang kristiani! Oh, jangan khawatir mengenai hal itu, Terdengar suara Yang Maha Kuasa. Aku juga memiliki anak satu-satunya dan ia melakukan hal yang persis sama!

Ibu yang Berduka Roberto Shiniashiky menasihati seorang ibu Yahudi yang mencoba untuk mengarahkan anaknya sebisa mungkin sejalan dengan tradisi. Bagaimanapun, anak itu memiliki kepribadian yang kuat dan hanya akan mengikuti kata hatinya. Sang ibu, seperti rabi Abraham dalam kisah sebelumnya, langsung dimasukkan ke dalam surga ketika ia meninggal, karena ia telah menjadi suri tauladan bagi kesetiaan di bumi ini. Ketika ia tiba di sana, ia berbicara kepada ibu-ibu yang lain mengenai penderitaan yang disebabkan oleh kelakuan anaknya, disana ia mengetahui bahwa tidak ada satupun dari mereka yang merasa puas dengan jalan yang ditempuh oleh anak-anak mereka. Setelah bercakap-cakap seharian, ketika mereka menyuarakan penyesalan mereka bahwa mereka tidak cukup kuat untuk mengatur anaknya, sekumpulan wanita itu melihat Bunda Maria melewati mereka. Sekarang ia mampu mengatur anaknya dengan baik. Sahut salah seorang ibu. Dan mereka semua berkumpul mengerumuni Bunda Maria, memuji-muji karir Yesus, anaknya. Ia adalah seorang yang bijak, Mereka berkata. Ia mampu menyelesaikan apa yang menjadi takdirnya, ia berjalan di jalan yang benar, tidak pernah menyimpang sesaat pun, dan ia masih menjadi sumber kebanggaan bagi keluarganya. Ya, ada benarnya perkataan anda, Kata Bunda Maria, Tapi jika saja aku boleh jujur, sebenarnya aku menginginkan dia untuk menjadi dokter.

Tempat Dimana Tuhan Hidup Ketika rabi Yitzhak Meir yang agung sedang mempelajari adat istiadat masyarakat pengikutnya, salah seorang temannya berkata padanya dengan setengah bercanda: Aku akan memberikanmu satu florin(mata uang inggris kuno) jika kau bisa menyebutkan tempat dimana Tuhan hidup. Aku akan memberikanmu dua florin jika kau bisa mengatakan kepadaku tempat dimana Tuhan tidak hidup. Jawab Meir.

Waktu Fajar Seorang rabi berkumpul bersama murid-muridnya dan bertanya kepada mereka: Bagaimana kita dapat mengetahui waktu yang tepat ketika malam tlah berakhir dan fajar tiba? Waktu yang tepat adalah ketika kita mampu membedakan kambing dengan anjing dalam jarak pandang yang cukup jauh. Kata seorang anak muda. Sang rabi tidak puas dengan jawaban itu. Lalu murid yang lain berkata: bukan itu jawabannya, waktu yang tepat adalah ketika mampu membedakan pohon zaitun dengan pohon ara dalam jarak pandang yang cukup jauh. Tidak, itu juga bukan sebuah penjelasan yang baik. baiklah, kalau begitu apakah jawaban yang benar? Tanya anak itu. Dan sang rabi menjawab: Ketika seorang asing mendekat, dan kita berfikir bahwa ia adalah saudara kita, saat itulah waktu ketika malam berakhir dan fajar tiba.

Karena di Depan juga Hujan Berjuang melawan sesuatu yang akhirnya akan berlalu adalah sia-sia. Kisah singkat dari Cina ini mengilustrasikannya dengan sangat baik. Di tengah-tengah pedesaan, hujan mulai turun. Setiap orang bergegas mencari tempat berlindung, kecuali seorang laki-laki yang terus melangkah pelan menyusuri jalan. Mengapa anda tidak berlari mencari tempat berlindung? Seseorang bertanya. Karena di depan juga hujan, Jawabnya.

Nasrudin Selalu Membuat Pilihan yang Salah Setiap hari Nasrudin pergi meminta derma di supermarket, dan orang-orang di sana biasa mencandainya dengan sebuah permainan seperti ini: mereka akan menunjukkan kepadanya 2 keping uang logam, salah satunya berharga sepuluh kali lipat dari yang lainnya, dan Nasrudin selalu memilih uang logam yang lebih kecil. Cerita ini menyebar hingga ke seluruh provinsi. Hari demi hari, sekumpulan pria dan wanita akan menunjukkan dua keping uang logam, dan nasrudin akan selalu memilih uang logam yang lebih kecil. Hingga pada suatu hari, seorang pria baik hati yang lelah melihat kebodohan Nasrudin, memberi isyarat kepadanya agar mengikutinya ke sudut lapangan, lalu ia berkata: Ketika mereka menawarkan dua keping uang logam kepadamu, seharusnya kamu memilih uang yang lebih besar. Dengan cara itu maka kamu akan mendapatkan lebih banyak uang dan mereka tidak akan menganggapmu sebagai orang bodoh. Sepertinya itu adalah nasihat yang bagus, Nasrudin menjawab,Namun jika saya memilih uang logam yang lebih besar, maka orang-orang akan berhenti menawarkan uangnya, karena mereka merasa senang demi mengetahui bahwa aku ini bahkan lebih bodoh daripada mereka. Anda tidak tahu berapa banyak uang yang telah saya dapatkan dengan siasat ini. Tidak ada salahnya terlihat seperti orang bodoh, bahkan, anda menjadi sangat pintar.

Orang yang Paling Perduli Leo Buscaglia, seorang penulis, pada suatu waktu diundang untuk menjadi juri dalam sebuah kompetisi sekolah untuk mencari anak yang paling perduli terhadap orang lain. Pemenangnya adalah seorang anak yang tetangganya, seorang pria berumur diatas delapan puluh yang baru saja menjadi duda. Ketika ia melihat lelaki tua itu duduk di kebunnya dan menangis, bocah itu melompati pagar, duduk di pangkuan pria itu dan berdiam disana dalam jangka waktu yang cukup lama. Ketika ia pulang ke rumah, ibunya bertanya kepadanya apa yang telah ia katakan kepada pria malang itu. Tidak ada, Sahut anak itu.Ia telah kehilangan istrinya dan itu pasti menyakitkan. Aku hanya datang dan membantunya untuk menangis.

Jawaban Seorang pria bertanya kepada rabi Joshua ben Karechah: Mengapa Tuhan memilih bersabda kepada Musa dengan menampakkan diri dalam semak berduri. Lalu sang rabi menjawab: Jika seandainya ia memilih pohon zaitun ataupun semak belukar, kamu pasti akan tetap menanyakan pertanyaan yang sama. Tapi aku tidak bisa meninggalkanmu tanpa jawaban. Jadi akan kukatakan bahwa Tuhan memilih semak berduri yang malang itu untuk mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada suatu tempatpun di bumi ini dimana ia tidak bisa hadir.

Jendela dan Cermin Seorang anak muda yang sangat kaya pergi menemui seorang rabi untuk meminta nasihat mengenai apa yang harus ia lakukan dengan hidupnya. Sang rabi menuntunya ke sebuah jendela kaca dan bertanya kepadanya: Apa yang bisa kau lihat melalui kaca ini? Aku melihat orang-orang yang lalu lalang dan seorang buta yang sedang meminta derma di jalan. Kemudian sang rabi menunjukkan kepadanya sebuah cermin besar dan berkata kepadanya: Lihatlah ke dalam cermin ini dan katakan apa yang kau lihat. Aku melihat diriku sendiri. Dan kamu tidak bisa melihat orang lain. Sebagaimana kita ketahui bahwa jendela dan cermin itu keduanya terbuat dari bahan yang sama, yaitu kaca. Namun dalam sebuah cermin, dimana kacanya dilapisi oleh sepuhan perak yang halus, maka yang terlihat disana hanyalah dirimu sendiri. Kamu harus membandingkan dirimu dengan kedua jenis kaca ini. Dalam Kekurangan, anda melihat orang lain dan merasa iba kepada mereka. Dalam keadaan berkelimpahan- terbungkus oleh perak anda melihat diri anda sendiri. Kamu hanya akan bermanfaat dalam hal apapun ketika kamu memiliki keberanian untuk merobek perak yang membungkus matamu agar mampu melihat kembali dan mencintai sesamamu.

Seorang Pria yang Tergeletak di Tanah Pada tanggal 1 Juli, pada pukul lima lebih satu menit pada sore hari, terlihat seorang pria berumur lima puluhan {sedang berbaring} di depan laut di Copacabana. Saya melirik sekilas ketika lewat di depannya, lalu terus berjalan menuju tangga tempat saya biasa minum air kelapa muda. Sebagai penduduk Rio de Janeiro, ratusan atau bahkan mungkin ribuan kali saya harus melewati pria, wanita, atau anak-anak yang sedang terbaring seperti itu. Sebagai seseorang yang telah bepergian ke berbagai tempat di dunia, saya melihat kejadian yang sama hampir di setiap tempat yang saya kunjungi. Dari mulai Swedia yang makmur, hingga Rumania yang miskin. Saya telah melihat orang-orang berbaring di tanah pada berbagai musim: dari musim dingin yang bersalju di Madrid atau Paris atau New York, dimana mereka berkumpul di dekat ventilasi uap panas di luar stasiun kereta api bawah tanah; demikian pula dibawah terik mentari di libya, di bawah reruntuhan gedung yang dihancurkan oleh bertahun-tahun peperangan. Orang-orang terbaring di tanah, mabuk, lelah, dan tanpa tempat tinggal bukanlah pemandangan baru bagi siapapun disana. Saya meminum air kelapa muda saya. Saya harus cepat pulang ke rumah kali ini karena saya punya jadwal interview dengan Juan arias dari El Pais, sebuah koran Spanyol. Ketika berjalan kembali ke arah yang tadi saya lewati, saya melihat laki-laki itu masih tetap di sana, terbaring di bawah mentari, dan semua orang yang melaluinya berbuat hal yang sama seperti saya: melirik sekilas ke arahnya kemudian kembali berlalu. Tanpa saya sadari, hati saya menjadi lelah melihat kejadian yang sama berulang terus menerus. Ketika saya kembali melalui pria itu, tiba-tiba ada sebuah kekuatan dari dalam diri yang membuat saya berlutut dan mencoba untuk mengangkatnya. Ia tidak merespon tindakan saya. Saya membalikkan kepalanya dan melihat darah di pelipisnya. Apa yang harus saya lakukan? Apakah ini luka yang serius? Saya mengusap kulit pelipisnya dengan kaus saya; sepertinya tidak ada luka yang serius. Dalam saat-saat tersebut, pria itu mulai menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti Buatlah mereka berhenti memukuliku. Ternyata ia masih hidup; sekarang apa yang harus saya lakukan adalah mengeluarkannya dari terik mentari dan menelefon polisi.

Saya menghentikan orang pertama yang kebetulan lewat di depan saya dan memintanya untuk membantu saya menyeret pria yang terluka ke tempat yang teduh di pinggir pantai. Ia mengenakan setelan jas dan menjinjing sebuah koper dan membawa banyak bungkusan, namun ia menaruh semua itu untuk menolong saya. Hatinya juga lelah melihat kejadian yang sama. Setelah kami meletakkan pria itu di tempat yang teduh, saya berjalan menuju ke rumah saya. Saya tahu bahwa di dekat sana ada pos polisi militer dimana saya dapat meminta bantuan. Namun sebelum saya sampai di sana, saya bertemu 2 orang polisi. Ada seorang lelaki yang sepertinya telah menjadi korban pemukulan, Saya berkata. Saya telah membaringkannya di pasir. Alangkah baiknya jika kita segera memanggil ambulan. Dua orang polisi itu berkata bahwa mereka akan segera bertindak. Betul, saya telah melakukan tugas saya. Seorang pandu selalu siaga. Selesai sudah kebajikanku hari ini. Masalah itu sekarang telah ditangani oleh yang berwajib, terserah kepada mereka bagaimana cara untuk menyelesaikannya. Dan wartawan Spanyol itu mungkin telah tiba di rumah saya. Saya telah beranjak sepuluh langkah, ketika seorang asing menghentikan langkah saya. Dalam bahasa Portugis yang kacau ia berkata: Saya telah bercerita kepada polisi mengenai orang itu. Mereka berkata bahwa karena ia bukan seorang pencuri, maka ia bukan urusan mereka. Saya tidak menunggu hingga orang itu selesai bicara. Saya kembali ke tempat polisi itu berada, lalu meyakinkan mereka bahwa mereka pasti akan mengetahui siapa saya, bahwa saya menulis di surat kabar, dan bahwa saya muncul di televisi. Saya melakukan hal itu dalam sebuah pandangan yang salah, bahwa kadang-kadang kesuksesan dapat membantu menyelesaikan masalah. Apakah anda seorang pejabat ? Salah satu dari mereka bertanya ketika saya bersikeras meminta agar mereka menolongnya. Ternyata mereka sama sekali tidak mengenal saya. Bukan, Tapi kita akan segera menyelesaikan masalah ini sekarang juga. Pada saat itu, di tempat tersebut saya bermandi keringat, mengenakan kaos yang bernoda darah dan sepotong celana pendek yang terbuat dari potongan celana jeans tua. Saya hanyalah orang biasa, orang tidak dikenal yang tidak memiliki kekuasaan, terlepas dari keletihan saya yang selama bertahun-tahun telah menyaksikan orang terbaring di tanah namun tidak pernah melakukan apapun.

Dan hal tersebut mengubah segalanya. Ada saat-saat dimana secara tiba-tiba anda bebas dari kekangan rasa takut. Ada saat-saat dimana dalam mata anda terdapat cahaya yang berbeda dan orang lain mengetahui bahwa anda benar-benar serius. Akhirnya para polisi itu mengikuti saya dan memanggil ambulan. Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya merenungkan tiga pelajaran yang telah saya pelajari dari kejadian tersebut: (a) Siapapun bisa mengurungkan sebuah tindakan ketika tindakan tersebut adalah romantisme murni. (b) Selalu saja ada seseorang untuk berkata kepada anda:Karena kamu telah memulainya, maka selesaikanlah. Dan (c) setiap orang, lelaki ataupun wanita mempunyai kekuasaan sebagai seorang pejabat ketika ia sangat yakin dengan apa yang ia lakukan.

Nha Chica dari Baependi Apakah keajaiban itu? Terdapat sebuah definisi untuk berbagai macam keajaiban: mungkin hal itu adalah sesuatu yang berlawanan dengan hukum alam, sebuah campur tangan Tuhan dalam saat-saat kritis, sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, dsb. Saya memiliki definisi saya sendiri: keajaiban adalah sesuatu yang mengisi jiwa dengan kedamaian. Kadang ia menjelma dalam sebuah kesembuhan atau harapan yang terkabulkan, apapun itu- hasil akhirnya adalah, ketika keajaiban terjadi, kita merasakan sebuah penghormatan yang mendalam atas keagungan Tuhan yang telah di anugerahkan kepada kita. Sekitar dua puluh tahun yang lalu, Ketika saya menjalani fase hippie saya, saudara perempuan saya meminta saya untuk menjadi ayah baptis bagi anak perempuannya yang pertama. Saya sangat senang dan merasa tersanjung karena ia tidak meminta saya untuk memangkas rambut saya (pada saat itu, memiliki cukup uang untuk membelinya). Sang bayi pun lahir, setahun telah berlalu dan tidak ada pembaptisan. Saya berfikir mungkin saudara perempuan saya telah merubah rencananya, lalu kemudian saya mendatanginya untuk menanyakan apa yang telah terjadi. Ia menjawab: Kamu masih tetap sebagai ayah baptisnya, hanya saja aku telah berjanji kepada Nha Chica dan aku menginginkan anakku di baptis di Baependi karena ia telah mengabulkan permintaanku. Saya tidak mengetahui daerah Baependi dan saya juga belum pernah mendengar nama Nha Chica. Masa-masa hippie saya pun berlalu, dan saya menjadi seorang pekerja eksekutif pada sebuah perusahaan rekaman. Saudara perempuan saya telah memiliki seorang anak lagi dan masih belum ada pembaptisan untuk anaknya. Akhirnya, pada tahun 1978, keputusan pun diambil. Kedua keluarga, yaitu keluarga kami (kakak perempuan saya) dan keluarga mantan suaminya pergi ke Bapaendi. Di sana saya mengetahui bahwa Nha Chica yang tidak memiliki uang untuk membiayai dirinya sendiri telah menghabiskan waktunya selama tiga puluh tahun terakhir untuk membangun sebuah gereja dan membantu kaum papa. Saat itu saya sedang mengalami masa-masa pergolakan hidup dan saya tidak lagi meyakini Tuhan, atau mungkin saya tidak lagi meyakini pentingnya dunia spiritual. rambut saya sepinggang panjangnya), ia pun tidak meminta hadiah pembaptisan yang mahal (saya tidak

Yang terpenting (saat itu) adalah hal-hal nyata dan apa yang mampu kamu raih dalam dunia ini. Saya telah mengabaikan mimpi gila masa muda saya, diantaranya adalah menjadi seorang penulis, dan saya tidak menginginkan untuk kembali ke dunia mimpi itu lagi. Saya berada di gereja tersebut hanya untuk memenuhi kewajiban sosial saya. Ketika saya sedang menunggu acara pembaptisan, saya berkeliling di sekitar gereja dan akhirnya memasuki rumah Nha chica yang sederhana yang terletak di samping gereja. Dua kamar, sebuah altar kecil dengan beberapa foto santa, dan sebuah vas bunga yang berisi dua mawar merah dan satu mawar putih. Dalam sebuah dorongan hati, dan kesunyian dari ketetapan fikiran saya saat itu, saya berjanji bahwa jika suatu hari saya berhasil menjadi penulis seperti yang saya inginkan, saya akan kembali ke tempat ini pada umur lima puluh dan saya akan membawa dua mawar merah dan satu mawar putih. Saya membeli sebuah potret Nha Chica, murni sebagai suvenir pembaptisan. Dalam perjalanan pulang ke Rio, terjadi sebuah kecelakaan: sebuah bus di depan kendaraan saya mengerem mendadak, dan dalam waktu sepersekian detik, tanpa sadar saya berhasil berbelok keluar dari jalan, begitu pun dengan saudara ipar saya. Namun mobil yang berada di belakang kami terus melaju ke arah bus tersebut, terjadi sebuah ledakan dan beberapa orang meninggal dunia. Kami berhenti di sisi jalan, tanpa mengetahui apa yang harus kami lakukan. Saya merogoh ke dalam saku saya untuk sebungkus rokok dan terogoh potret Nha Chica dengan sebuah pesan sunyi perlindungan. Perjalanan saya untuk kembali kepada mimpi, kepada pencarian spiritual dan kesusasteraan dimulai dari sana, dan pada suatu hari, saya menemukan diri saya kembali berjuang dalam sebuah perjuangan yang baik, perjuangan yang kita jalani dengan hati yang penuh kedamaian, karena hal tersebut adalah hasil dari keajaiban. Saya tidak pernah melupakan ketiga mawar tersebut. Akhirnya, hari jadi saya yang ke lima puluh, yang terasa sangat jauh pada saat kejadian itu terjadi-pun tiba. Dan janji saya hampir saja terlewatkan. Meskipun saat itu sedang berlangsung piala Dunia, saya pergi ke Baependi untuk memenuhi janji saya. Seseorang melihat saya di Caxambu, tempat saya bermalam, dan seorang wartawan datang untuk mewawancarai saya. Ketika saya menceritakan kepadanya tentang hal yang sedang saya lakukan, ia berkata:

Sudikah anda bercerita tentang NhaChica. Tubuhnya telah digali kembali minggu ini dan sekarang sedang dalam proses beatifikasi di vatikan. Masyarakat seharusnya mengabarkan pengalamannya dengan beliau. Tidak, Saya berkata. Hal tersebut terlalu pribadi. Saya hanya akan berbicara mengenai hal tersebut jika saya telah mendapat pertanda. Lalu saya berkata kepada diri saya sendiri: Pertanda seperti apakah itu? Satusatunya pertanda yang mungkin adalah seseorang yang berbicara atas namanya! Keesokan harinya saya membeli bunga, lalu mengendarai mobil saya ke Bapaendi. Saya berhenti tak berapa jauh dari gereja, mengenang kembali seorang eksekutif dari sebuah perusahaan rekaman yang telah mengunjungi gerja itu bertahun-tahun yang lalu dan berbagai kejadian yang telah membawa saya kembali. Pada saat saya baru saja akan memasuki rumah, seorang wanita muda keluar dari sebuah toko baju dan berkata: Saya mengetahui bahwa buku anda yang berjudul Maktub dipersembahkan untuk Nha Chica. Saya yakin ia pasti akan sangat bahagia mengetahui hal itu. Hanya itu yang ia katakan. Namun itu adalah pertanda yang saya nantikan. Dan ini adalah sebuah pernyataan publik yang harus saya lakukan.

Membaca Pertanda Seorang kenalan saya yang tidak mampu menyatukan mimpi dan kenyataan akhirnya mengalami kesulitan finansial. Lebih buruk lagi, ia menyeret orang lain hingga terpuruk bersamanya, menyakiti orang yang tidak ingin ia sakiti. Karena tidak mampu membayar utangnya yang menumpuk, ia bahkan mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri. Sampai pada suatu sore, ketika ia sedang menyusuri jalanan, ia melihat rumah yang telah runtuh. Rumah itu adalah aku, ia berfikir, dan pada saat yang berharga itu, ia merasakan sebuah hasrat yang menggebu-gebu untuk membangun kembali rumah tersebut. Dia bertemu dengan pemiliknya dan menawarkan diri untuk membantu segala pekerjaan yang perlu dilakukan. Sang pemilik menyetujuinya, meskipun ia tidak mengerti maksud dari kenalan saya tersebut. Mereka bersama-sama membagi tugas untuk mengangkut genting, pasir dan semen. Kawan saya mengerjakannya dengan sepenuh hati, tanpa ia tahu mengapa dan untuk siapa. Namun segera setelah renovasi tersebut berjalan, ia merasakan kehidupan pribadinya lebih meningkat. Pada akhir tahun, rumah tersebut selesai dibangun. Dan semua masalah pribadinya telah terpecahkan.

Mahatma Ghandi Pergi Berbelanja Setelah ia mendapatkan kemerdekaan untuk India, Mahatma Gandhi mengunjungi Inggris. Ia sedang menyusuri jalan-jalan di London dengan beberapa orang lainnya ketika perhatiannya tertuju pada etalase dari sebuah toko permata yang terkenal. Gandhi berdiri di sana mengamati batu-batu berharga dan perhiasan yang dibuat dengan indah. Sang pemilik toko mengenali wajahnya dan kemudian keluar dari toko tersebut untuk menyalaminya. Saya mendapat sebuah kehormatan besar dengan kehadiran anda di sini, mengamati hasil kerja kami. Kami memiliki banyak barang dengan nilai, keindahan, dan cita rasa seni yang luar biasa, dan kami ingin memberikan kepada anda sesuatu. Ya, saya sangat tercengang dengan semua benda yang menakjubkan ini, Jawab Gandhi.Dan saya lebih terkejut lagi melihat diri saya, karena meskipun mengetahui bahwa saya dapat menerima hadiah yang berharga, saya tetap mampu untuk hidup dan di hormati tanpa membutuhkan perhiasan.

Mengajari Kuda untuk Terbang Mari kita bagi kata preokupasi menjadi dua bagian, pre okupasi yaitu, membebani fikiran anda dengan sesuatu sebelum hal tersebut terjadi. Inilah yang mencemaskan, mencoba memecahkan masalah yang bahkan tidak pernah terlihat, membayangkan hal tersebut, kapan hal itu akan terjadi, akan selalu berubah menjadi yang terburuk. Sewajarnya ada pengecualian untuk hal tersebut. Salah satunya adalah pahlawan dari kisah kecil ini. Seorang Raja tua di India menjatuhkan hukuman gantung kepada seorang lelaki. Ketika sang Raja selesai membacakan putusannya, lelaki pesakitan itu berkata; Anda adalah seorang yang bijak, Yang Mulia, dan selalu ingin mengetahui tentang apa yang dilakukan oleh pelayan anda. Begini Tuan, waktu saya kecil, kakek saya mengajarkan saya cara untuk membuat seekor kuda putih dapat terbang. Karena tidak ada orang lain di seluruh kerajaan ini yang mampu melakukan hal itu kecuali saya, maka saya harus dibiarkan hidup. Sang Raja segera meminta dibawakan seekor kuda putih. Saya butuh meluangkan waktu dua tahun dengan binatang ini, Sahut si pesakitan. Baiklah, kuberikan kau waktu dua dua tahun,Jawab sang Raja, lalu melanjutkan dengan sedikit curiga. Namun bila kuda ini tidak mampu belajar terbang, kamu akan digantung. Dengan gembira, lelaki tersebut kemudian pergi bersama kudanya. Sesampainya di rumah, ia melihat seluruh keluarganya menagis. Apakah kamu sudah gila? mereka semua berteriak. Sejak kapan di rumah ini ada seseorang yang mampu membuat terbang seekor kuda? Jangan khawatir, ia berkata. Pertama-tama, tidak ada yang pernah mencoba mengajari kuda untuk terbang, dan mungkin saja kuda itu mampu belajar dengan baik. Yang kedua, sang Raja sudah sangat tua dan ia mungkin saja wafat pada dua tahun yang akan datang. Yang ketiga, Kuda itu mungkin saja meninggal dan kemudian aku akan diberikan waktu dua tahun lagi untuk mengajar kuda yang baru, belum lagi jika kita mempertimbangkan kemungkinan revolusi, kudeta dan pengampunan umum. Dan bahkan jika segala sesuatunya tidak berubah, maka aku tetap telah mendapatkan waktu hidup selama dua tahun dimana aku bisa melakukan hal-hal yang kuinginkan. Apakah semua itu tampak tak berarti bagi kalian?

Agar Neraka Tetap Penuh Menurut sebuah cerita tradisional, Pada saat sang Tuhan anak berakhir di tiang salib, ia langsung menuju Neraka untuk menyelamatkan para pendosa. Syetan pun menjadi sangat cemas. Aku tidak berguna lagi di alam semesta ini,Ia berkata. Mulai dari saat ini, semua berandalan yang melanggar aturan, berzinah, dan melanggar hukum agama akan dimasukkan ke dalam Surga ! Yesus menatap matanya, kemudian ia tersenyum; Jangan khawatir, Ia berkata kepada Syetan yang malang itu. Semua orang yang meyakini dirinya penuh dengan kebajikan dan karena hal tersebut mereka menghabiskan hidupnya mengutuk mereka yang mengikuti kata-kataku, mereka akan masuk ke sini. Tunggulah beberapa ratus tahun lagi dan kau akan melihat Neraka yang jauh lebih penuh daripada sebelumnya !