cognitive transitions

14
Cognitive Transitions Psikologi Remaja

Upload: nella-frisca

Post on 15-Jan-2016

252 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

psikologi remaja

TRANSCRIPT

Page 1: Cognitive Transitions

Cognitive TransitionsPsikologi Remaja

Page 2: Cognitive Transitions

Question

Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif? Hal-hal apa yang mempengaruhi perkembangan kognitif remaja? Seperti apa kognitif remaja?

Page 3: Cognitive Transitions

Pendahuluan

Remaja tidak hanya berbeda secara fisik dari anak-anak yang lebih muda tetapi juga memiliki proses berpikir yang berbeda dari anak-anak yang lebih muda.

Meskipun pemikiran remaja terkadang menunjukkan ketidakmatangan dalam beberapa cara, namun kebanyakan remaja mampu untuk berpikir abstrak dan memberikan penilaian sosial serta dapat membuat rencana yang realisitis untuk masa depannya

Page 4: Cognitive Transitions

Perkembangan Kognitif Remaja : Formal Operational

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa.

Pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.

Perkembangan kognitif remaja mencapai tingkatan paling tinggi menurut Piaget, dimana remaja mencapai tahap formal operations → umur 11 tahun.

Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.

Page 5: Cognitive Transitions

Perkembangan Kognitif Remaja : Formal Operational

Kemampuan remaja untuk berpikir abstrak memilki emotional implications contohnya kalau sebelumnya seorang anak berpikir mencintai orang tua atau membenci teman sekelas, sekarang seorang remaja mampu memilki pemikiran mencintai kebebasan atau membenci eksploitasi.

Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.

Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.

Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Page 6: Cognitive Transitions

Perkembangan Bahasa

Kemampuan berbahasa pada masa remaja menjadi lebih baik, kosa kata berkembang begitu juga dalam hal membaca.

Meskipun remaja belum tentu sama satu dengan yang lainnya, namun pada usia antara 16-18 tahun seorang anak muda mengetahui sekitar 80.000 kata.

Dengan berpikir formal, seorang remaja dapat mendefinisikan, membicarakan konsep-konsep abstrak seperti love, justice, dan freedom.

Remaja juga seringkali menggunakan istilah seperti: however, otherwise, anyway, therefore, realy, dan probably untuk menunjukkan hubungan logis antara anak kalimat dengan kalimat.

Page 7: Cognitive Transitions

Ketidakmatangan Dalam Pemikiran Remaja

(1) Idealism and criticalness Remaja meyakini bahwa mereka sebenarnya lebih tahu daripada orang dewasa bagaimana menjalani kehidupan ini seringkali mencari-cari kesalahan/ kekurangan orang tuanya.

(2) Argumentativeness Remaja secara konstan mencari kesempatan dan mencoba untuk menunjukkan kemampuan bernalar mereka seringkali membuat agumentasi tentang keadaan mereka, misalnya dengan memberikan alasan kenapa mereka sampai datang terlambat.

(3) Indecisiveness Remaja dapat menyimpan banyak alternatif pemikiran dalam pikiran mereka pada satu waktu yang sama, tetapi seringkali mereka tidak efektif dalam memilih alternatif pemikiran tersebut.

Page 8: Cognitive Transitions

Ketidakmatangan Dalam Pemikiran Remaja

(4) Apparent hypocrisy Remaja seringkali tidak mengenali perbedaan antara mengekspresikan sesuatu yang ideal dengan melakukan pengorbanan yang diperlukan untuk mengekspresikan idealisme mereka tersebut.

(5) Self-consciousness Remaja seringkali berpikir bahwa apa yang dipikirkan oleh orang lain sama seperti yang dipikirkannya.

(6) Specialness and Invulnerability Elkins menggunakan istilah specialness dengan personal fable berisi keyakinan bahwa dirinya adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya.

Page 9: Cognitive Transitions

Ketidakmatangan Dalam Pemikiran Remaja

Personal fable merupakan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme remaja → Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil karena perilaku seksual yang dilakukannya, atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan → Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.

Invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri → berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu).

Page 10: Cognitive Transitions

Self-Efficacy dan Motivasi Akademik

Self-efficacy keyakinan seorang inidvidu bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk menghadapi tantangan dan mampu untuk meraih tujuannya.

Seseorang yang tidak percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk sukses akan merasa frustasi dan depresi dan merasa kesuksesan adalah sesuatu yang sulit dicapai.

Motivasi berprestasi seseorang juga dipengaruhi oleh parental involvement (keterlibatan orang tua) dan parenting style (pola asuh orang tua).

Socioeconomic, peer influence, family environment, quality of school juga memberikan pengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk meraih prestasi.

Page 11: Cognitive Transitions

Penggunaan Dari Waktu (Use of Time)

Motivasi untuk berprestasi dan keyakinan akan kemampuan diri mempengaruhi seorang remaja dalam menggunakan waktu sehari-hari Beberapa diantaranya terlihat sangat sibuk dengan aktivitas ekstrakurikuler, perkerjaan rumah, dan aktivitas di luar rumah.

Meskipun pola penggunaan waktu tampaknya berubah dari tahun ke tahun, lebih dari setengah murid secara konstan aktif di beberapa area, yaitu:

(1) Mengerjakan tugas rumah,

(2) Mengikuti aktivitas sekolah,

(3) Berkumpul bersama teman,

(4) Mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan

(5) Mencari penghasilan tambahan

Page 12: Cognitive Transitions

Faktor Sekolah (School Factors)

Faktor penting agar murid dapat berprestasi adalah kualitas dari sekolah. Sekolah yang baik → mempunyai peraturan yang baik, atmosfir yang kondusif, cara belajar yang aktif, memiliki kepala sekolah yang penuh semangat, dan guru yang dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Selain itu baik kepala sekolah maupun guru harus memilki harapan yang besar pada murid, menekankan pendidikan akademik, dan melihat dari dekat performansi murid

Murid yang menyukai sekolahnya → biasanya menunjukkan potensi akademis yang baik dan lebih sehat.

Remaja khususnya remaja laki-laki sedikit kurang menyukai sekolah jika dibandingkan dengan anak yang lebih muda.

Remaja laki-laki lebih merasa puas dengan sekolah apabila mereka diizinkan untuk berpartisipasi dalam membuat aturan dan mendapat dukungan dari guru atau murid lainnya.

Page 13: Cognitive Transitions

Putus Sekolah (Drouping out of High School)

Seseorang yang tidak dapat menyelesaikan sekolahnya (droup outs) dapat menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi pengangguran, mempunyai penghasilan dan kesejahteraan yang rendah, terlibat dengan obat-obatan terlarang, kriminalitas, dan kenakalan remaja. Ada beberapa indikator untuk dapat melihat apakah seseorang individu dapat/ tidak menyelesaikan sekolah, yaitu: Active engagement, yaitu tingkatan seorang murid untuk terlibat aktif di sekolah.Tahap pertama dari active engagement meliputi: datang sekolah tepat waktu, mempersiapkan diri, mendengarkan dan memberikan respon terhadap guru, dan melaksanakan peraturan sekolah meliputi mengikuti mata pelajaran, bertanya, dan berinisiatif mencari bantuan ketika membutuhkan.

Page 14: Cognitive Transitions

Thank you for your Attention