ceramah singkat

100
MENATA HATI Betapa indahnya sekiranya kita memiliki qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, terawat dengan sebaik- baiknya. Ibarat taman bunga yang pemiliknya mampu merawatnya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Nah, Begitu juga dengan qolbu yang kita miliki, kita harus senantiasa metatanya, memelihara na, serta kita rawat dengan sebaik-baiknya. Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, bimbang dan. kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla. Ia yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut namanya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun dihadapinya, seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan sunggingan senyum dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab yang menjadi masalah hanyalah caranya yang salah dalam menghadapi masalah. Kaum muslimin rohimakumullah, apabila hati atau qulbu tidak dirawat dan di jaga maka akan menimbulkan penayakit, aitu penyakit hati, hati akan kusut apabila tidak terjaga dan dipelihara. Hati yang kusut Ia bagaikan kamar mandi yang kumuh dan tidak terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya masih belepotan sisa kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor, kotor, dan berlendir. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun sulit untuk mengalir. Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang menghampirinya menutup hidung.

Upload: azhar-ajjha

Post on 20-Oct-2015

178 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

er

TRANSCRIPT

Betapa indahnya sekiranya kita memiliki qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, terawat dengan sebaik-baiknya

MENATA HATI

Betapa indahnya sekiranya kita memiliki qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, terawat dengan sebaik-baiknya. Ibarat taman bunga yang pemiliknya mampu merawatnya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.

Nah,Begitu juga dengan qolbu yang kita miliki, kita harus senantiasa metatanya, memelihara na, serta kita rawat dengan sebaik-baiknya.

Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, bimbang dan. kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.

Ia yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut namanya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun dihadapinya, seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan sunggingan senyum dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab yang menjadi masalah hanyalah caranya yang salah dalam menghadapi masalah.

Kaum muslimin rohimakumullah, apabila hati atau qulbu tidak dirawat dan di jaga maka akan menimbulkan penayakit, aitu penyakit hati, hati akan kusut apabila tidak terjaga dan dipelihara. Hati yang kusut Ia bagaikan kamar mandi yang kumuh dan tidak terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya masih belepotan sisa kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor, kotor, dan berlendir. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun sulit untuk mengalir. Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang menghampirinya menutup hidung. Sudah pasti setiap orang enggan memasukinya. Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tak ada pilihan lain dan dalam keadaan yang sangat terdesak. Itu pun seraya menutup hidung dan menghindarkan pandangan sebisa-bisanya.

Begitu pun keadaannya dengan orang yang berhati kusam. Ia senantiasa tampak resah dan gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain berbahagia, kikir, dan lain-lain penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan.

Sungguh, orang yang berhati busuk seperti itu akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hatinya yang selalu gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun akan merasa jijik dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun jua. Ia akan dicibir dan dilecehkan orang. Ia akan tidak disukai, sehingga sangat mungkin akan tersisih dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Adakah ia orang berilmu, berharta banyak, pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, niscaya akan mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya pun mungkin akan sama atau, bahkan, lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya.

Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya, akan jatuh di hadapan manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai dengan aneka perbuatan yang mengundang dosa. Allah tidak akan pernah berlaku aniaya terhadap makhluk-makhluknya. Sesungguhnyalah apa yang didapatkan seseorang itu, tidak bisa tidak, merupakan buah dari apa yang diusahakannya.

"Dan bahwasannya manusia tidak akan memperoleh (sesuatu), selain dari apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasannya kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberikan balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna." (QS. An Najm {53} : 39-41), demikian firman Allah Azza wa Jalla.

Orang yang hatinya tertata rapih adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan. Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia akan melangkah pada jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga mencapai titik puncak. Sementara itu ia akan berusaha sekuat-kuatnya untuk berusaha sekuat-kuatnya untuk memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, dan perilaku rendah lainnya. Oleh karenanya, surga sebaik-baiknya tempat kembali, tentulah telah disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan ketika hidup di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala amal baiknya.

Dengan demikian, sungguh betapa beruntungnya orang yang senantiasa bersungguh-sungguh menata hatinya karena berarti ia telah menabung aneka kebaikan yang akan segera dipetik hasilnya dunia akhirat. Sebaliknya alangkan malangnya orang yang selama hidupnya lalai dan membiarkan hatinya kusut masai dan kotor. Karena, jangankan akhirat kelak, bahkan ketika hidup di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan nikmatnya hidup tenteram, nyaman, dan lapang.

Marilah kita senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial bisa menimbulkan ketidaknyamanan di dalam hati ini. Karena, dengan hati yang nyaman, indah, dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai, karena berseliwerannya aneka masalah sama sekali tidak akan pernah membuat dirinya terjebak dalam kesulitan hidup karena selalu mampu menemukan jalan keluar terbaiknya, dengan izin Allah. Insya Allah!***

(Sumber : Tabloid MQ EDISI 04/TH.1/AGUSTUS 2000)

MEMPERINDAH HATI

Setiap manusia tentulah sangat menyukai dan merindukan keindahan. Banyak orang yang menganggap keindahan adalah pangkal dari segala puji dan harga. Tidak usah heran kalau banyak orang memburunya. Ada orang yang berani pergi beratus bahkan beribu kilometer semata-mata untuk mencari suasana pemandangan yang indah. Banyak orang rela membuang waktu untuk berlatih mengolah jasmani setiap saat karena sangat ingin memiliki tubuh yang indah. Tak sedikit juga orang berani membelanjakan uangnya berjuta bahkan bermilyar karena sangat rindu memiliki rumah atau kendaraan mewah.

Akan tetapi, apa yang terjadi? Tak jarang kita menyaksikan betapa terhadap orang-orang yang memiliki pakaian dan penampilan yang mahal dan indah, yang datang ternyata bukan penghargaan, melainkan justru penghinaaan. Ada juga orang yang memiliki rumah megah dan mewah, tetapi bukannya mendapatkan pujian, melainkan malah cibiran dan cacian. Mengapa keindahan yang tadinya disangka akan mengangkat derajat kemuliaan malah sebaliknya, padahal kunci keindahan yang sesungguhnya adalah jika sesorang merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati. Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya.

Rasulullah SAW pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa, dan pangkat. Akan tetapi, demi Allah sampai saat ini tidak pernah berkurang kemuliaannya. Rasulullah SAW tidak menggunakan singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, sampai detik ini sama sekali tidak pernah luntur pujian dan penghargaan terhadapnya, bahkan hingga kelak datang akhir zaman. Apakah rahasianya? Ternyata semua itu dikarenakan Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian hatinya.

Rasulullah SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).

Boleh saja kita memakai segala apapun yang indah-indah. Namun, kalau tidak memiliki hati yang indah,demi Allah tidak akan pernah ada keindahan yang sebenarnya. Karenanya jangan terpedaya oleh keindahan dunia. Lihatlah, begitu banyak wanita malang yang tidak mengenal moral dan harga diri. Mereka pun tidak kalah indah dan molek wajah, tubuh, ataupun penampilannya. Kendatipun demikian, mereka tetap diberi oleh Allah dunia yang indah dan melimpah.

Ternyata dunia dan kemewahan bukanlah tanda kemuliaan yang sesungguhnya karena orang-orang yang rusak dan durjana sekalipun diberi aneka kemewahan yang melimpah ruah oleh Allah. Kunci bagi orang-orang yang ingin sukses, yang ingin benar-benar merasakan lezat dan mulianya hidup, adalah orang-orang yang sangat memelihara serta merawat keindahan dan kesucian qalbunya.

Imam Al Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga golongan, yakni yang sehat (qolbun shahih), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati (qolbun mayyit).

Seseorang yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang bersih.

Orang yang paling beruntung memiliki hati yang sehat adalah orang yang dapat mengenal Allah Azza wa Jalla dengan baik. Semakin cemerlang hatinya, maka akan semakin mengenal dia. Penguasa jagat raya alam semesta ini. Ia akan memiliki mutu pribadi yang begitu hebat dan mempesona. Tidak akan pernah menjadi ujub dan takabur ketika mendapatkan sesuatu, namun sebaliknya akan menjadi orang yang tersungkur bersujud. Semakin tinggi pangkatnya, akan membuatnya semakin rendah hati. Kian melimpah hartanya, ia akan kian dermawan. Semua itu dikarenakan ia menyadari, bahwa semua yang ada adalah titipan Allah semata. Tidak dinafkahkan di jalan Allah, pasti Allah akan mengambilnya jika Dia kehendaki.

Semakin bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur. Dikaruniai apa saja, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakini bahwa semua ini adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sikap ujub dan takabur. Persis seperti ucapan yang terlontar dari lisan Nabi Sulaiman AS, tatkala dirinya dianugerahi Allah berbagai kelebihan, "Haadzaa min fadhli Rabbii, liyabluwani a-asykuru am afkuru." (QS. An Naml [27] : 40). Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku mampu bersyukur atau malah kufur atas nikmat-Nya.

Suatu saat bagi Allah akan menimpakkan ujian dan bala. Bagi orang yang hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa justru benar-benar akan membuatnya kian merasakan indahnya hidup ini. Karena, orang yang mengenal Allah dengan baik berkat hati yang bersih, akan merasa yakin bahwa ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah, yang membuat seseorang semakin bermutu.

Dengan persoalan akan menjadikannya semakin bertambah ilmu. Dengan persoalan akan bertambahlah ganjaran. Dengan persoalan pula derajat kemuliaan seorang hamba Allah akan bertambah baik, sehingga ia tidak pernah resah, kecewa, dan berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus dinikmati dalam hidup ini.

Oleh karenanya, tidak usah heran orang yang hatinya bersih, ditimpa apapun dalam hidup ini, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak pernah akan berguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yang tegak tegar, dihantam ombak sedahsyat apapun tidak akan pernah roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat yakin dengan janji Allah, "Laa yukalifullahu nafasan illa wusahaa." (QS. Al Baqarah [2] : 286). Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Pasti semua yang menimpa sudah diukur oleh-Nya. Mahasuci Allah dari perbuatan zhalim kepada hamba-hamba-Nya.

Ia sangat yakin bahwa hujan pasti berhenti. Badai pasti berlalu. Malam pasti berganti menjadi siang. Tidak ada satu pun ujian yang menimpa, kecuali pasti akan ada titik akhirnya. Ia tidak berubah bagai intan yang akan tetap kemilau walaupun dihantam dengan apapun jua.

Memang luar biasa orang yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datang tak pernah membuatnya lalai bersyukur, sementara sekalipun musibah yang menerjang, sama sekali tidak akan pernah mengurangi keyakinan akan curahan kasih sayang-Nya. Semua itu dikarenakan ia bisa menyelami sesuatu secara lebih dalam atas musibah yang menimpa dirinya, sehingga tergapailah sang mutiara hikmah. Subhanallaah, sungguh teramat beruntung siapapun yang senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya untuk memperindah qolbunya.***

Ceramah Nuzulul Quran 17 Ramadhan 1422 HMasjid Istiqlal, Jakarta KH. Abdullah Gymnastiar

Segala puji bagi Allah SWT. Alhamdulillahilladzi liyadzadu iimaanan maa 'aimaanihim. Sholawat dan salam semoga tercurah selalu bagi Rasulullah panutan kita, yang membangunkan dan menuntun hati nurani kita, menjadi cahaya bagi segala perbuatan mulia.

Bangsa kita sesungguhnya dikaruniai Alloh potensi yang begitu dahsyat, yang jika disyukuri dengan cara mengelolanya dengan tepat, niscaya berpeluang menjadi negara besar yang berwibawa dan bermartabat.

Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah ruah baik berupa daratan, lautan serta apapun yang terkandung didalamnya; maupun lokasi geografis dan keindahan alam, negeri kita bagaikan percikan surga yang tertetes di dunia.

Potensi manusia dengan jumlah dua ratus duapuluh juta lebih dengan aneka kemampuannya, merupakan aset berharga jika disinergikan dengan formula yang tepat.

Dan aset yang tidak ternilai harganya adalah sumber keyakinan bagi mayoritas penduduk Indonesia, yaitu aqidah Islam yang diyakini bersama sebagai agama yang paripurna, rahmatan lil `alamiin, yang dapat menjadi solusi yang universal.Namun, bila kita melihat kenyataan, ternyata semua potensi seakan-akan tidak berbuah kenyataan yang dicita-citakan bersama. Bahkan, aneka bala dan musibah dari berbagai sisi kehidupan begitu lekat dan memilukan.

Sudah kita dengar bersama upaya untuk menyehatkan dan mensejahterakan masyarakat, namun kita wajib mengevaluasi hal-hal pokok yang menjadi kunci permasalahan.

Masyarakat kita relatif berbadan sehat, juga berpikir normal, bahkan sebagian ada yang berfisik sangat kuat dan berotak cerdas. Hanya sedikit masyarakat yang berpenyakit lahir dan ia juga berpenyakit akal. Rupanya yang sedang berjangkit di negara kita secara umum, justru penyakit qolbu/hati nurani. Karena orang yang kuat dan cerdas akal pikirannya, yang tidak sehat qolbunya ternyata mereka itulah yang menjadi biang-biang kerusakan dan kesengsaraan bagi bangsa ini. Dengan kata lain, kelemahan bangsa kita ini adalah belum sungguh-sungguh memprogram untuk menghidupkan dan membangkitkan kekuatan nurani yang akan menuntun akal pikiran, sikap dan tingkah laku menjadi penuh nilai kemuliaan dan kehormatan yang hakiki, karena qolbu adalah inti terpenting dari manusia yang akan mengatur segala sikapnya. Sabda Rasulullah:

"Alaa inna fil jasad mudhgoh Idza soluhat soluha jazadukuluhuWaidza fasadat fasada jasadukuluhu Alaa wa hiyal qolbu"

"Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu." (HR. Bukhari Muslim)

Dan sumber kerusakan ini menurut Rasulullah adalah: Dapat diperkirakan bahwa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut melahap isi mangkok. Para sahabat bertanya, "Apakah pada saat itu jumlah kami sediit ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali, tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit wahn". Mereka bertanya lagi, "Apakah penyakit wahn itu ya Rasulullah?", beliau menjawab "Hubbud dunya (kecintaan yang amat sangat kepada dunia ) dan takut mati". HR Abu Dawud

Gejalanya bisa kita lihat dari tingkah polah dalam memperebutkan duniawi ini (harta, kedudukan, kekuasaan, popularitas, kesenangan duniawi, gelar, pangkat, jabatan yang ditujukan hanya untuk kepuasan dunia belaka), tidak sedikit orang yang menghalalkan cara-cara tak terpuji sehingga mendzolimi hak-hak orang lain. Bagi yang telah mendapatkannya, juga melakukan perbuatan yang tak mulia yaitu dengan gemar pamer kemewahan, hidup dengan biaya tinggi, menjadi jalan kecurigaan dan kedengkian bagi yang lain; dan untuk mempertahankan dunia yang dimilikinya sering pula melakukan tindakan yang melupakan kepentingan masyarakat. Bagi masyarakat yang ada dalam keterbatasan, melihat situasi yang materialistis membuat terbuai angan-angannya sehingga melakukan tindakan yang mencoreng harga dirinya.

Pendek kata, budaya cinta dunia atau materialistis adalah biang masalah yang beranak-pinak dengan kesombongan, kemewahan, kedengkian, keserakahan, kezoliman dan bercucu pada permusuhan, keinginan untuk menghancurkan orang lain, dan akibatnya seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Kita harus mulai membangunkan nurani masyarakat dengan cara mensosialiksasikan obat penyembuhnya, yaitu membangun hidup mulia dengan bersahaja, hidup proporsional, tidak berbudaya bersembunyi dibalik topeng duniawi dan hal ini sangat memungkinkan kita lakukan setidaknya dengan empat kunci :

1. Suri tauladan yang nyata

Harus menjadi kesadaran para pemimpin bahwa mereka benar-benar diperhatikan dan ditiru oleh masyarakat. Kita harus membudayakan memilih para pemimpin yang berani hidup bersahaja dan mengutamakan kemampuan memimpin dengan adil dan profesional, dibanding dengan orang yang hanya mampu mempertontonkan kedudukan dan kekayaaannya. Nabi Muhammad SAW membangun peradaban dengan menjadi suri tauladan yang nyata. Ini harus menjadi budaya bagi para pemimpin, dengan tidak menyuruh orang lain sebelum menyuruh dirinya sendiri. Tidak melarang orang lain sebelum melarang diri sendiri. Lebih banyak berkata dengan karya dan tauladan nyata, daripada hanya berbuat dengan perkataan.

Masyarakat sesungguhnya sangat tercuri hatinya kepada para pemimpin yang bisa berbuat banyak, namun amat bersahaja dalam hidupnya. Pada saat yang sama, masyarakatpun teramat curiga dan dengki kepada para pemimpin yang hidup glamour, yang mereka yakini semuanya itu adalah uang rakyat.

2. Pendidikan dan pelatihan, juga pembinaan secara sistematis berkesinambungan terhadap masyarakat

Perlu kesadaran dan kesepakatan bersama untuk mendidik segala lapisan masyarakat dengan menggunakan seluruh media yang ada untuk mengetahui nilai-nilai keutamaan hidup berhati bersih, bernurani dan hidup tidak materialistis, baik lewat pendidikan di sekolah/kampus, melalui aneka sinetron film/televisi ataupun radio, untuk mendampingi pendidikan lewat suri tauladan dari para pemimpin / tokoh panutan masyarakat.

3. Sistem yang kondusif

Kitapun harus bekerja keras untuk membangun system dalam bentuk undang-undang, aturan-aturan lainnya yang mendukung perubahan sikap di masyarakat untuk tidak berjiwa materialistis dan sangat menghargai nilai-nilai kemuliaan ahlak dan moral, dengan cara membuat peraturan yang benar-benar adil dan konsisten untuk menegakkannya. Nabi Muhammad berlaku adil terhadap siapapun, termasuk kepada keluarganya sendiri.

Menegakkan supremasi hukum adalah bagian kunci yang teramat penting untuk membangun harapan di masyarakat, bahwa memburu dunia tidak dengan cara yang benar, akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Menegakkan hukum dengan adil, tidak dengan kebencian dan dendam, akan membuat keadilan menjadi sesuatu yang indah dan menjadi tumpuan semua pihak.

Ketidak-seriusan menegakkan sistem yang adil akan mengundang ketidakpuasan, dan ini akan mengundang pula aneka masalah yang lebih pelik dan merugikan.

4. Membangun kekuatan ruhiyah

Sebagai orang yang beriman, selalu harus kita sadari bahwa kita semua hanya sekedar mahluk yang sangat banyak memiliki keterbatasan, dan Alloh-lah yang Maha Kuasa menolong siapapun yang Dia kehendaki, karena Dia-lah yang menggengam segala masalah dan jalan keluarnya.

Laa haulaa walaa quwwata illa billahil aliyil'aziim. Maka, harus dicanangkan kebangkitan ruhiyah nasional dengan memotivasi masyarakat untuk melakukan kebangkitan ibadah dengan benar lebih intensif. Baik yang fardhu maupun sunah, yang tentu diawali dengan suri teladan dari semua tokoh panutan dan difasilitasi baik tempat, waktu/kesempatan, dan dana, agar masyarakat --selain lebih terkendali-- juga doa-doanya mendatangkan pertolongan Allah seperti yang dijanjikan. Surat at Thalaq ayat 23 menyatakan, yang artinya, "Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi jalan keluar dari segala urusannya dan memberi rezeki dari tempat yang tidak disangka-sangka, dan barang siapa yang bertawakal niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya."Amatlah tipis harapan kita akan keluar dengan baik dari permasalahan ini tanpa bimbingan Allah, karena manusia amatlah terbatas dalam segalanya, tak mampu berbuat apa pun tanpa izin-Nya.

Penutup

Semoga dengan kombinasi ikhtiar lahir batin, suri tauladan yang nyata, pola pendidikan dan pembinaan juga sistem yang kondusif dan ketangguhan dalam ibadah seluruh elemen masyarakat, menjadikan semua masalah yang ada pada bangsa kita ini akan membuahkan budaya hidup baru yang benar-benar akan menjadi fondasi bagi masyarakat maju yang beradab.

Yaitu masyarakat yang produktif dalam aktivitas di dunia, namun didasari dengan niat yang bersih karena Alloh, menjalankan aktivitasnya sebagai ibadah dan diwarnai dengan kebersihan hati, jauh dari segala kesombongan, riya, kedengkian, cinta dunia atau aneka penyakit hati lainnya, yang semua ini akan terpancar dari ahlak yang bermutu tinggi di lapisan manapun mereka berkiprah.

Dan warisan terbesar dari setiap insan yang diberi amanah adalah kemuliaan pribadi, buah dari kebersihan hati yang merupakan tanda kesuksesan dan keselamatan kehidupan seorang manusia, yang lebih tinggi nilainya dari topeng duniawi apapun yang disandangnya sejenak didunia ini.

Hanya kepada Alloh-lah kembalinya segala urusan, dan hanya Dia-lah yang akan menerima amal, dan tiada pertemuan dengan-Nya kecuali hanya orang yang berhati bersih dan selamat.

Jadikan Shalat Pencegah Perbuatan Keji dan MunkarSetiap kewajiban yang telah dibebankan Islam kepada umatnya senantiasa memuat hikmah dan maslahat bagi mereka. Islam menginginkan terbentuknya akhlak Islami dalam diri Muslim ketika ia mengimplementasikan setiap ibadah yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam Kitab dan Sunnah rasul-Nya.

Pada akhirnya nilai-nilai keagungan Islam senantiasa mewarnai ruang kehidupan Muslim. Tidak hanya terbatas pada ruang kepribadian individu Muslim, namun nilai-nilai itu dapat ditemukan pula dalam ruang kehidupan keluarga dan komunitas masyarakat Muslim. Kita bisa merenungkan kembali ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan hal ini, sebagaimana salah satu firman-Nya, Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah: 183). Melalui ibadah puasa, Allah SWT menginginkan terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang bertakwa. Pribadi yang tidak pernah mengenal slogan hidup kecuali slogan yang agung ini: saminaa wa athana. Pribadi yang senantiasa melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dalam situasi dan kondisi apapun. Oleh karenanya, Nabiyullah agung Muhammad SAW telah bersabda: Takutlah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, ikuti keburukan dosa dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskannya dan gauli manusia dengan akhlak yang baik. Dalam sabda beliau yang lain: Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa faridlah (kewajiban) maka jangan sekali-kali kamu menyia-nyiakannya, Dia telah menetapkan batasan-batasan maka jangan sekali-kali kamu melampui batas, Dia telah mengharamkan banyak hal maka jangan sekali-kali melanggarnya. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo\'alah untuk mereka. Sesungguhnya do\'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. 9/At-Taubah: 103). Dengan ibadah zakat, Islam mengharapkan tumbuh subur sifat-sifat kebaikan dalam jiwa seorang Muslim dan mampu memberangus kekikiran dan cinta yang berlebihan kepada harta benda. Begitu juga ibadah shalat yakni ibadah yang jika seorang hamba melaksanakan dengan memelihara syarat-syarat, rukun-rukun, wajibat, adab-adab, dan kekhusyu`an di dalamnya, niscaya ibadah ini akan menjauhkannya dari perbuatan keji dan kemunkaran. Sebaliknya, ibadah ini akan mendekatkan seorang hamba yang melaksanakannya dengan sebenarnya kepada Sang Khalik dan mendekatkannya kepada kebaikan-kebaikan serta cahaya hidup. Perhatikan ayat berikut ini, Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. 29/Al-Ankabuut: 45). Muslim yang selalu menunaikan ibadah ini akan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan kebaikan dan mampu menjadi cahaya di tengah-tengah masyarakatnya. Muslim yang memiliki hamasah yang menggelora dalam memperjuangkan kebenaran dan memberangus nilai-nilai kemunkaran, kelaliman, dan perbuatan keji lainnya. Hatinya terasa tersayat di saat menyaksikan pornografi dan porno aksi mewabah di tengah-tengah masyarakatnya. Jiwanya akan terus gelisah ketika melihat kelaliman yang dipermainkan para budak kekuasaan. Memang, ia harus menjadi cahaya yang berjalan di tengah-tengah kegelapan zaman ini. Allah berfirman, Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. 6Al-Anam: 122) Ikhwan dan akhwat fillah, Ibadah shalat adalah awal kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada umat ini pada peristiwa Isra dan Miraj. Ibadah yang merupakan simbol dan tiang agama, Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah. (HR Muslim). Ibadah yang dijadikan Allah sebagai barometer hisab amal hamba-hamba-Nya di akhirat, Awal hisab seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya baik, dan apabila buruk maka seluruh amalnya buruk. (HR At-Thabrani). Ibadah shalat merupakan wasiat Nabi yang terakhir kepada umat ini dan yang paling terakhir dari urwatul islam (ikatan Islam) yang akan dihapus oleh Allah SWT. Selain ini, shalat juga penyejuk mata, waktu rehatnya sang jiwa, saat kebahagiaan hati, kedamaian jiwa dan merupakan media komunikasi antara hamba dan Rabbnya. Ibadah yang memiliki kedudukan atau manzilah yang agung ini tidak akan hadir maknanya dalam kehidupan kita, tatkala kita lalai menjaga arkan, wajibat dan sunah yang inheren dengan ibadah ini. Tatkala kita tidak mampu menghadirkan hati, merajut benang kekhusukan dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah ini maka kita tidak akan mampu menangkap untaian makna yang terkandung di dalamnya. Kita tidak akan mampu memahami sinyal-sinyal rahasia yang ada di balik ibadah ini. Tidakkah banyak di antara manusia Muslim yang ahli ibadah namun masih jauh dari nilai-nilai Islam. Ahli shalat namun masih suka melakukan kemaksiatan. Hal ini disebabkan nilai-nilai agung yang terkandung dalam ibadah sama sekali tidak mampu memberikan pesan-pesan ilahiah di luar shalat. Takbir yang dikumandangkan di saat beribadah tidak mampu melahirkan keagungan di luar shalat. Doa iftitah Inna shalaatii wa nusukii. yang dilafazkan dalam shalat tidak mampu mengingatkan tujuan hidupnya. Ibadah ini seolah-olah hanya menjadi gerakan-gerakan ritual yang maknanya tidak pernah membumi dalam kehidupan orang yang melaksanakannya. Oleh karena itu, ibadah shalat yang mampu melahirkan hikmah pencegahan dari perbuatan keji dan kemungkaran, hikmah pensucian jiwa dan ketentraman, apabila dilakukan dengan penuh kekhusyukan, mentadabburkan gerakan dan ucapan yang terkandung di dalamnya, penuh ketenangan dan dengan tafakkur yang sesungguhnya. Maka ia akan keluar dari ibadah dengan merasakan kenikmatannya, terkontaminasi dengan nilai-nilai ketaatan dan mendapatkan cahaya marifatullah. Rasulullah SAW bersabda: Tidak seorangpun yang melaksanakan shalat maktubah (fardlu), lalu ia memperbaiki wudlunya, khusyuk dan rukuknya kecuali shalat ini akan menjadi pelebur dosa-dosa sebelumnya selama tidak melakukan dosa besar. Dan ini berlaku sepanjang tahun. (H.R. Muslim) Inilah yang pernah dilakukan oleh salaf shalih termasuk di dalamnya Ibnu Zubair RA. Mereka laksana tiang yang berdiri tegak karena kekhusyukannya. Mereka terbius dengan kerinduannya akan Rabbnya dan mereka asyik berkomunikasi dengan Sang Khalik tanpa terganggu dengan suara makhluk-Nya. Ikhwan dan akhwat fillah, Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan di saat melaksanakan ibadah shalat agar hikmah di dalamnya selalu terjaga. Pertama, menjaga arkan, wajibat dan sunah. Rasulullah SAW bersabda: Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat. Kedua, ikhlas, khusyuk dan menghadirkan hati. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta\'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. 98/Al-Bayyinah: 5). Ketiga, memahami dan mentadabburi ayat, doa dan makna shalat. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (Q.S. 107/Al-Maauun: :4-5). Keempat, mengagungkan Allah SWT dan merasakan haibatullah. Rasulullah SAW bersabda, Kamu mengabdi kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya dan apabila kamu tidak melihat-Nya, maka (yakinlah) bahwasanya Allah melihat kamu (H.R. Muslim). Semoga kita semua mampu merenungkan kembali arti shalat dalam kehidupan dakwah dan memperbaikinya agar kita benar-benar miraj kepada Allah SWT. Wallahu Alam Bish-shawwabAda banyak tuntutan yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim dalam kehidupan di dunia ini, salah satunya adalah keharusan menjalin habulum minallah (hubungan yang baik kepada Allah) dan hablum minannas (hubungan yang baik dengan manusia). Hal ini ditekankan karena manusia sangat membutuhkan Tuhan dan Tuhan yang sesungguhnya adalah Allah Swt, disamping itu manusia juga tidak bisa hidup sendirian, karenanya ia membutuhkan manusia lain yang dapat berinteraksi secara baik untuk bisa mewujudkan kehidupan yang baik. Di dalam Al-Quran, Allah Swt berfirman: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mensekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (QS 4:36).

HUBUNGAN KEPADA ALLAH SWT

Menjalin hubungan baik kepada Allah Swt bagi manusia merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Manusia telah dicipta oleh Allah Swt, bagaimana mungkin ia tidak mau menyembah dan mengabdi kepada sang pencipta, bukankah hal itu menunjukkan bahwa ia tidak pandai bersyukur kepada Allah Swt?. Oleh karena itu, di dalam ayat di atas, manusia harus menyembah Allah Swt dan menunjukkan pengabdian kepada-Nya dengan semurni-murninya sehingga ia tidak boleh mensekutukan Allah dengan apapun dan siapapun juga, inilah yang disebut dengan syirik.

Sebagai muslim, kita tidak dibenarkan melakukan syirik, baik syirik yang besar maupun syirik yang kecil. Namun Rasulullah Saw ternyata tidak begitu khawatir akan kemungkinan kita melakukan syirik yang besar yakni menuhankan atau menyembah selain Allah Swt, karena rasanya hal itu tidak mungkin orang yang mengaku muslim tapi menuhankan selain Allah Swt. Yang sangat dikhawatirkan oleh Nabi Muhammad Saw justeru adalah apabila kita melakukan syirik yang kecil, karena hal ini membuat nilai amalnya menjadi terhapus. Dalam satu hadits, Rasulullah Saw bersabda:

Sesungguhnya yang aku sangat khawatirkan atas kamu adalah apabila kamu melakukan syirik yang kecil. Sahabat bertanya: Apakah syirik yang kecil itu ya Rasulullah?. Beliau menjawab: Riya (HR ).

HUBUNGAN DENGAN SESAMA MANUSIA.

Manusia antara yang satu dengan lainnya saling membutuhkan, karena itu seharusnya sesama manusia bisa menjalin hubungan yang sebaik-baiknya. Di dalam ayat di atas, disebutkan contoh-contoh kepada siapa saja manusia harus menjalin hubungan yang sebaik-baiknya, yakni kepada delapan kelompok orang.

Pertama, Berlaku baik kepada kedua orang tua. Setiap orang tua, pasti ingin agar anaknya dapat berlaku baik kepadanya. Orang tua disamping telah melahirkan dan membesarkan juga mendidik dengan pengorbanan harta dan jiwa sehingga seorang anak tumbuh dan besar dengan baik. Karena itu, setiap anak harus mampu menunjukkan kebaikan dengan sebaik-baiknya kebaikan kepada orang tuanya, ini karena sebaik apapun perbuatannya kepada orang tua, tetap saja hal itu tidak akan mampu membalas jasa dan kebaikan orang tua.

Kedua, Berlaku baik kepada kerabat. Kerabat, keluarga atau famili, baik hubungannya dari pihak suami atau isteri, dari bapak atau ibu merupakan orang yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan ini. Karena itu hubungan kekerabatan yang sering disebut dengan silaturrahim harus disambung dan dikuatkan. Karenanya sangat tidak dibenarkan di dalam Islam bila seorang muslim memutuskan hubungan silaturrahim, bahkan hal itu bisa menyebabkan seseorang terhalang untuk masuk ke dalam surga. Hal ini menjadi sangat penting karena bagaimana mungkin seseorang bisa berlaku baik kepada orang lain bila dengan keluarganya saja ia tidak berlaku baik.

Ketiga, Berlaku baik kepada anak yatim. Setiap anak pasti membutuhkan perhatian, pendidikan dan nafkah dari orang tuanya. Namun bila orang tuanya telah wafat yang menyebabkan si anak menjadi yatim, maka kaum muslimin dituntut menggantikan apa yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu, Rasulullah Saw memberikan perhatian yang begitu besar kepada anak yatim sehingga ada anak yang tidak yatim, tapi ingin menjadi yatim karena iapun ingin mendapatkan perlakuan yang begitu baik dari Nabi sebagaimana yang didapat oleh temannya yang yatim. Penghargaaan Rasulullah Saw kepada orang yang mengurus anak yatim juga sangat besar, yakni mendapatkan tempat yang dekat dengan beliau di dalam surga sebagaimana dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah. Rasulullah Saw juga menyatakan bahwa rumah yang terbaik adalah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dan diurus dengan baik, sedangkan rumah yang buruk adalah rumah yang didalamnya ada anak yatim tapi tidak diurus anak itu dengan baik.

Keempat, Berlaku baik kepada orang miskin. Menjadi miskin merupakan keadaan yang tidak disukai oleh manusia. Karena itu, kemiskinan harus diatasi meskipun pada masyarakat kita semakin banyak orang yang menjadi miskin. Kemiskinan satu orang belum bisa diatasi, tapi sudah muncul orang miskin yang baru. Oleh karena itu, seorang muslim harus berlaku baik kepada orang miskin, apalagi bila sampai bisa membantu mengatasi kemiskinan yang dialaminya. Banyaknya orang miskin merupakan ladang amal shaleh bagi kita bila kita bisa berlaku baik dengan sebaik-baiknya.

Kelima, Berlaku baik kepada tetangga. Keberadaan tetangga sangat kita butuhkan dalam hidup ini. Karena itu, setiap manusia apalagi sebagai muslim harus berlaku sebaik mungkin kepada tetangga. Raasulullah Saw bercerita bahwa beliau sering didatangi malaikat Jibril, tiap kali dating Jibril seringkali berwasiat kepada Nabi agar berlaku baik kepada tetangga hingga Nabi merasa seolah-olah antar tetangga bias saling mewarisi. Itu berarti, antar tatangga seharusnya bias diperlakukan seperti keluarga sendiri. Karenanya berlaku baik kepada tetangga menjadi salah satu bukti keimanan yang sejati.

Keenam, Berlaku baik kepada teman sejawat. Teman atau sahabat merupakan salah satu yang sangat kita perlukan dalam kehidupan ini. Seenak-enak dan sekuat-kuatnya manusia dalam hidup ini, ia tidak akan bisa hidup sendirian, ia membutuhkan teman yang sejati, karena itu dalam persahabatan dengan orang lain, seorang muslim harus bersahabat dengan persahabatan yang sebaik-baiknya, persahabatan yang bisa berbagi dan merasakan penderitaan maupun kebahagiaan.

Ketujuh, Berlaku baik kepada Musafir. Orang yang dalam perjalanan untuk suatu urusan yang baik disebut dengan ibnu sabil. Ketika melakukan safar (perjalanan) bisa jadi seseorang merasakan kesulitan meskipun tidak selalu berupa kesulitan ekonomi, misalnya tersesat jalan yang perlu kita membantu menjelaskan rute perjalanan yang harus ditempuhnya, bukan malah sengaja menyesatkannya.

Kedelapan, Berlaku baik kepada Hamba sahaya. Hamba sahaya atau budak seharusnya diperlakukan dengan baik, karena ia banyak membantu majikannya. Dalam kehidupan sekarang, kita menyebutnya dengan permbantu rumah tangga meskipun ia berbeda kedudukannya dengan hamba sahaya. Oleh karena itu, sangat tercela bila seseorang tidak bias berlaku baik kepada pembantu rumah tangganya yang dalam kehidupannya sehari-hari bersama keluarga sangat besar manfaatnya.

JANGAN SOMBONG.

Dalam rangkaian penyebutan kepada siapa saja manusia harus berbuat baik, selanjutnya Allah Swt menutup ayat di atas dengan kalimat: Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang sombong dan membanggakan diri. Kesan yang bias kita tangkap dari kalimat ini adalah manusia jangan sombong kepada orang tuanya, meskipun ia lebih pintar dan kaya, ia juga tidak boleh sombong dengan kerabatnya, meskipun mereka orang yang lemah, miskin dan bodoh, jangan smbong kepada anak yatim karena anak saat dimana anak kita juga menjadi yatim. Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat dimana kitapun bisa menjadi miskin secara tiba-tiba. Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang pertama memberikan pertolongan atau kita mintalak pertolongan saat kita kesulitan. Jangan sombong kepada teman karena kita sangat membutuhkannya. Jangan sombong kepada musafir karena ada saat dimana kitapun menjadi musafir dan jangan sombong kepada pembantu rumah tangga karena mereka besar bantuannya kepada kita meskipun tidak besar upah yang kita berikan.

Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa manusia antar satu dengan lainnya saling membutuhkan, karenanya harus dijalin hubungan yang baik dengan sesamanya, tapi semua itu harus dilandasi pada hubungan yang baik kepada Allah Swt. Sehingga setiap kita harus menjalin hubungan baik kepada Allah lalu dibuktikan dengan menjalin hubungan baik dengan sesame manusia, sedangkan hubungan yang baik dengan sama manusia harus didasari atas hubungan baik epada Allah Swt. Bila ini bisa kita wujudkan, maka kebahagiaan dan kedamaian hidup manusia bisa diperoleh.

Muhammad Haikal, S.Ag

Citi-Ciri Wanita ShalihahTidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah swt. Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu :1. Taat kepada Allah dan RasulNya

2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut :1. Taat kepada Allah dan RasulNyaBagaimana yang dikatakan taat kepada Allah swt?

1. Mencintai Allah swt dan Rasulullah saw melebihi dari segala-galanya.

2. Wajib menutup aurat

3. Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah

4. Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya mahramnya.

5. Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa

6. Berbuat baik kepada ibu & bapa

7. Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang

8. Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa

9. Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami

1. Memelihara kewajiban terhadap suami

2. Sentiasa menyenangkan suami

3. Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.

4. Tidak cemberut di hadapan suami.

5. Tidak menolak ajakan suami untuk tidur

6. Tidak keluar tanpa izin suami.

7. Tidak meninggikan suara melebihi suara suami

8. Tidak membantah suaminya dalam kebenaran

9. Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.

10. Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik dan kecantikannya serta kebersihan rumahtangga.

Faktor Yang Merendahkan Martabat Wanita Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita. Faktor-faktor tersebut ialah :1. Lupa mengingat AllahKarena terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya. Firman Allah swt di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya: "Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya."Sabda Rasulullah saw: artinya: "Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi) Mengingati Allah swt bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu. 2. Mudah tertipu dengan keindahan duniaKeindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah swt hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit. Firman Allah swt di dalam surah al-An'am: artinya :"Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir." 3. Mudah terpedaya dengan syahwat 4. Lemah iman 5. Bersikap suka menunjuk-nunjuk. Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholichDunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholichahArti Sebuah Cinta

Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.

Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, Kami sama-sama cinta, suka sama suka. Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.

Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya Muhammad . Allah berfirman:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imran: 14)

Rasulullah dalam haditsnya dari shahabat Tsauban mengatakan: Hampir-hampir orang-orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di atas sebuah tempayan. Seseorang berkata: Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit? Rasulullah berkata: Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dalam hati kalian (penyakit) al-wahn. Seseorang bertanya: Apakah yang dimaksud dengan al-wahn wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Cinta dunia dan takut mati. (HR. Abu Dawud no. 4297, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sadi dalam tafsirnya mengatakan: Allah memberitakan dalam dua ayat ini (Ali Imran: 13-14) tentang keadaan manusia kaitannya dengan masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, dan Allah menjelaskan perbedaan yang besar antara dua negeri tersebut. Allah memberitakan bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb) dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkannya di dalam hati-hati mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan terbesar dari cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat cepat.

Definisi Cinta

Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri. (Madarijus Salikin, 3/9)

Hakikat Cinta

Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.

Cinta kepada Allah

Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:

Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian. (Ali Imran: 31)

Mereka (sebagian salaf) berkata: (firman Allah) Niscaya Allah akan mencintai kalian, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah , faidah dan buahnya adalah kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah maka kecintaan Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang.

Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik :

Tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara:

Pertama, membaca Al Quran, menggali, dan memahami makna-maknanya serta apa yang dimaukannya.

Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.

Ketiga, terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.

Keempat, mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolaknya nafsu.

Kelima, hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan dan mengetahuinya.

Keenam, menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya.

Ketujuh, tunduknya hati di hadapan Allah .

Kedelapan, berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah turun (ke langit dunia).

Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur.

Kesepuluh, menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati dari Allah . (Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)

Cinta adalah Ibadah

Sebagaimana telah lewat, cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Allah berfirman:

Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu. (Al-Hujurat: 7)

Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah. (Al-Baqarah: 165)

Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya. (Al-Maidah: 54)

Adapun dalil dari hadits Rasulullah adalah hadits Anas yang telah disebut di atas yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.

Macam-macam cinta

Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada empat macam:

Pertama, cinta ibadah.

Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas.

Kedua, cinta syirik.

Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah nberfirman:

Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah. (Al-Baqarah: 165)

Ketiga, cinta maksiat.

Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Allah nberfirman:

Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat. (Al-Fajr: 20)

Keempat, cinta tabiat.

Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah berfirman:n

Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf alaihis salam) berkata: Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita. (Yusuf: 8)

Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.

Buah cinta

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat. (Majmu Fatawa, 1/95)

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sadi menyatakan: Dasar tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna. (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)

Bila kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Allah? Maka kita tidak boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan tetapi jawabannya perlu dirinci.

Pertama, bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau sama dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas haram.

Kedua, bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya haram.

Ketiga, bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini diperbolehkan.

Wallahu alam.

Mabuk cinta biasanya terjadi dari dua belah pihak antara yang mencintai dan yang dicintai, terkadang kedua belah pihak saling mencintai satu sama lainnya, namun adakalanya gejolak cinta itu bertepuk sebelah tangan.

Orang yang terkena panah asmara ini adalah orang yang paling celaka hidupnya, paling hina, paling gelisah dan paling jauh dari Rabb mereka.

Ibnu Taimiyah berkata :"mabuk asmara dapat membuat penderitanya kurang akal dan ilmu, rusak agama dan akhlaknya, lalai akan seluruh kebaikan agama dan dunia. Dan akibat buruknya bisa menjadi berlipat ganda".

Orang yang dimabuk asmara akan selalu mengkhayalkan kekasih hatinya tidak sesuai dengam keadaan yang sebenarnya, hingga akhirnya penyakit ini akan menimpa dirinya. Kalaulah dia tau secara mendalam orang yang dikaguminya, ia tidak akan sampai dimabuk cinta, walaupun sudah terjalin rasa cinta dan hubungan dalam dirinya.

Kasmaran adalah penyakit kronis yang akan merusak jiwa, menghilangkan katentraman, bahkan penyakit ini ibarat lautan berombak yang akan menenggelamkan siapapun yang mengarunginya. Penyakit ini laksana samudra yang tak bertepi. hampir tidak ada seorangpun yang dapat selamat darinya.

Jika kita tanya kepada nikmat "apa yang menyebabkanmu sirna?" kita Tanya pada bencana "apa yang menyebabkanmu datang menghampiri?" kita Tanya pada kesedihan dan penderitaan "apa yang menyebabkanmu tertarik mendatangiku?" kita Tanya pada keselamatan "apa yang menyebabkanmu menjauh?" kita Tanya pada aib "apa yang menyebabkanmu tersingkap?" kita Tanya pada wajah "apa yang menyebabkan hilangnya cahayamu?" kita Tanya pada kehidupan "apa yang membuatmu menjadi keruh?" kita Tanya pada cahaya keimanan "apa yang menyebabkan cahayamu redup?" kita Tanya pada kehormatan diri " apa yang menyebabkanmu hina?" kita Tanya pada diri yang dihinakan setelah dimuliakan " apa yang telah merubah keadaanmu ini?" seluruhnya pasti akan menjawab " ini adalah buah dari penyakit asmara"

Jika kita melihat cinta yang melintas di dalam hati dan bagaimana denyutnya, anda pasti akan dapati bahwa mengalirnya cinta dalam hati lebih lembut daripada mengalirnya nyawa dalam jasadnya.

Seorang yang dimabuk asmara akan binasa di tangan orang yang dicintainya. Dia akan menjadi hamba yang hina. Jika kekasih hati yang ia cintai memanggilnya maka akan segera memenuhi panggilan itu. Jika ditanyakan padanya "apa yang engkau harapkan?" maka kekasih yang ia cintai itulah yang menjadi tumpuan dan harapannya. Ia tak akan hidup tenang dan tenteram tanpa kekasihnya.

Layakkah bagi orang yang berakal menggadaikan seorang raja yang dipatuhi dengan orang yang akan menggiringnya ke dalam adzab yang pedih???

Penyakit ini akan menghilangkan rasa malu, padahal malu adalah materi hidupnya hati. Hal itu juga kan berpengaruh pada penyimpangan amal dan hidayah, keadaan yang jelek akan ia anggap baik. Juga akan menimbulkan perangai buruk yang tidak terdapat dalam kejahatan laen. Akan menimbulkan kemurkaan Allah pada dirinya.

Yach banyak sekali kerugian yang akan kita dapatkan Karena mabuk asmara ini, coba kita tengok sebentar, apa sebenarnya penyebab dari mabuk asmara itu?

Berpaling dari Allah ; barangsiapa yang mengenal Allah akan menautkan hatinya pada-Nya, dan tidak akan mungkin berpaling mencari kekasih selain-Nya.

Kejahilan seseorang tentang bahaya yang muncul karena mabuk cinta.

Kekosongan hati ; "tidaklah mungkin penyakit ini muncul kecuali atas orang yang suka melamun dan menganggur"

ibnul qoyyim berkata "perkara yang paling berbahaya bagi seorang hamba adalah kehampaan hati dan jiwa. Karena sesungguhnya jiwa itu tidak akan pernah kosong. Jika tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat pasti akan terisi dengan hal-hal yang membahayakan"

Media informasi

Media informasi sangat berperan besar terhadap penyebaran penyakit ini. Lihatlah betapa vulgarnya acara-acara televisi, Koran, majalah, buku-buku, internet, VCD dan sebagainya meng

Taklid buta

Membaca kisah-kisah percintaan, puisi-puisi, syair, dan mendengarkan lagu-lagu tentang cinta akan menjerumuskan seseorang untuk mengekspresikan apa yg dia rasa dengan hal serupa. Dia akan mudah mengikuti apa yang dilakukan oleh orang-orang disekelilingnya, tanpa tau itu hak atau batil.

Keliru dalam memahami makna cinta dan mabuk asmara

Persepsi yang salah dalam memaknai cinta , yaitu anggapan bahwa hakikat cinta itu adalah cinta yang dapat membutakan mata hati, membuatnya terombang-ambing dalam kesesatan. Siapa saja yang tergelincir ke dalamnya akan menjadi lembut, penih perasaan, menjadi mulia, dan sebainya. Mereka beranggapan barangsiapa tidak pernah merasakannya akan menjadi orang yang keras hati, tidak memiliki perasaan dan tidak memiliki sedikitpun kemuliaan.

Tertipu dengan ungkapan-ungkapan orang-orang yang membolehkan mabuk asmara

Sebagian orang membolehkan mabuk asmara dengan berdalil pada hadits "Barangsiapa yang jatuh cinta kemudian menahan dirinya, menyembunyikannya dan bersabar, setelah itu dia meninggal, maka dianggap mati syahid".

Ibnu Qoyyim berkata, hadits ini diriwayatkan oleh Suwaid bin Said, dan telah diingkari oleh para ulama islam. Hadits ini batil dan palsu.

Syahid terbagi menjadi syahid khusus dan umum. Syahid khusus yaitu mati terbunuh di jalan Allah. Adapun syahid umum tersebut dalam hadits shahih dan tidak terdapat didalamnya yang mati karena menahan cinta.

Pamer kecantikan, tabaruj, dan membuka penutup wajah

Mengumbar pandangan mata

Terlalu bebas mengumbar pandangan akan melahirkan kebinasaan. Ketika seseorang leluasa memandang maka ia telah membuka hati untuk melampiaskan syahwatnya.

Percakapan melalui telpon, chatting, dsb

Taubat dari mabuk asmara

Bagi siapa saja yang telah terjerumus dalam cinta terlarang hendaklah ia bertaubat kepada Allah, baik dirinya sebagai orang yang mencintai, dicintai, ataupun pihak-pihak lain yang turut membantunya.

Caranya adalah dengan meninggalkannya, jangan menampakkan kepada orang yang dicintai, berusaha melupakannya, tidak menemuinya, dan tidak memandangnya. Serta memutuskan segala bentuk hubungan yang dapat membangkitkan kenangan lamanya.

Terapi penyakit mabuk asmara

Ikhlas karena Allah

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata "sesungguhnya apabila hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, maka tidak ada yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik darinya"

Jika seorang hamba ikhlas kepada Allah, maka Allah akan memilihnya, menghidupkan hatinya, menariknya kepada-Nya. Maka sagala keburukan dan kekejian akan berpaling darinya dan ia sangat takut bila terjadi yang sebaliknya. Sedangkan hati yang tidak ikhlas, pada dasarnya terbuka secara mutlak untuk segala bentuk tuntutan, keinginan, dan cinta. Hati akan menerima segala sesuatu yang mendatanginya. Ibarat ranting kecil yang meliuk-liuk kesana kemari mengikuti kemana aarah angin.

Berdoa : merendahkan diri kepada Allah

Seseorang yang diuji dengan penyakit ini berarti dalam keadaan terjepit, dan Allah berjani akan memenuhi doa hamba-Nya yang dalam kondisi terjepit.

Menahan pandangan

Ketika seorang hamba menahan pandangannya maka hati turut menahan syahwat serta keinginannya. Allah menjadikan menahan pandangan dan menjaga kemaluan sebagai kunci utama penyucian jiwa. Dan kesucian jiwa mengandung pengertian hilangnyaa segala macam bentuk kejahatan seperti perbuatan keji, kezhaliman, syirik, dusta, dan sebagainya.

Banyak berfikir dan berdzikir

Harusnya ia ingat bahwa seluruh langkahnya dicatat dan ia akan dimintai pertangggungjawaban. Seharusnya ia berfikir bahwa ungkapan perasaan dan perbincangan dengan kekasihnya akan ditanyakan nanti pada hari kiamat. Ingat penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian, dan betapa sakitnya sakarotul maut. Berpikir bahwa dirinya tidak rela jika ada mahramnya yang diincar dan dipacari, jika ia masih memiliki rasa cemburu, bagaimana ia tega berbuat hal yang sama kepada orang lain?

Menjauh dari orang yang dicintainya

Memisahkan diri dan menjauh akan mengusir bayangan orang yang dicintai. Hendaklah ia bersabar menanggung perpisahan beberapa saat meski awalnya sulit. Jangan sampai ia melihatnya, mendengar suaranya dan melihat sesuatu yang dapat mengingatkannya kepada kekasihnya.

Menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat

Sebabnya asmara adalah kekosongan hati, oleh karena itu sibukkan diri dengan bekerja, belajar, dan berkarya.

Menikah

Meski bukan dengan orang yang dicintainya, sebab menikah mencukupi segalanya, penuh berkah dan menjadi solusi. Jika telah menikah maka hendaklah sering melakukan jima, sebab jima dapat meredam gejolak syahwat yang tersimpan. Jika orang yang dicintainya adalah orang yang mungkin dinikahinya maka hendaklah ia menikah dengannya. Jika sulit menikahnya hendaklah memohon kepada Allah untuk memudahkannya.

menengok orang sakit, mengiringi jenazah, menziarahi kubur, melihat orang mati, berfikir tentang kematian dan kehidupan setelahnya

Senantiasa menghadiri majelis ilmu, duduk bersama orang-orang zuhud dan mendengar kisah-kisah orang sholih.

Memangkas habis ambisi dengan membuang putus asa disertai dengan keinginan keras untuk dapat menundukkan hawa nafsu

Sesungguhnya pangkal terjadinya al-isyq adalah menganggap indah sesuatu yang dikagumi, baik melalui pandangan ataupun pendengaran. Jika tidak diikuti dengan keinginan keras untuk bertemu lalu disertai dengan usaha untuk mendapatkannya niscaya mabuk asmara dapat dihindari.

Selalu konsisten menjaga sholat dengan sempurna, menjaga kewaajiban-keajiban sholat, baik berupa kekhusukan dan kesempurnaannya secara lahir maupun batin.

Menjaga kharisma agar tidak jatuh kepada kedudukan yang hina dina

Orang yang punya wibawa dan harga diri tidak mau terikat menjadi budak sesuatu.

Memelihara kemuliaan diri, kesucian dan menjaga kehormatannya

Harga diri seseorang itu akan tinggi dan kedudukannya akan muliaa sesuai dengan kadar kemuliaan dan kesucian dirinya.

Membayangkan cela yang terdapat pada diri orang yang dicintainya

Orang yang engkau cintai tidak identik dengan apa yang engkau khayalkan dalam hatimu. Maka carilah aibnya niscaya engkau akan dapat melepaskannya.

Memikirkan akan ditinggal pergi oleh orang yang dicintainya

Dengan itu akan hilanglah segala perkara yang mendatangkan ujian yang lebih berat dari batas kewajaran yang dapat merugikan kedudukannya di dunia maupun di akhirat.

Memikirkan akibat perbuatannya

Cinta itu selalu diselimuti kesedihan, kecemasan, takut berpisah, kehinaan di dunia dan penyesalan di akhirat.

Memikirkan betapa banyak hal-hal yang bermanfaat menjadi luput disebabkan menyibukkan diri dengan cinta seperti ini

Melihat kondisi para pemabuk cinta

Bagaimana derita yang mereka tanggung, bagaimana hidup mereka yang dikucilkan oleh masyarakat, betapa berantakan segala urusan dunia dan akhirat mereka, dsb. Hal ini akan membuat orang yang berakal berpikir dua kali untuk lebih jauh mengarungi samudera asmara.

Siapa saja yang mengambil obat penawar ini, mudah-mudahan ia mendapat pertolongan dan taufik. Jika ia telah bermujahadah dan bersabar namun masih sedikit tersisa dalam hatinya, maka hal itu tidaklah tercela.

Junaid berkata "Manusia tidak dicela karena tabiat yang tercipta dalam dirinya, yang dicela adalah jika ia melakukannya".

Ibnu Hazm berkata "tidak ada cela bagi orang yang tabiat dalam dirinya cenderung kepada kejelekan walaupun sangat tercela dan hina sekalipun selama ia tidak menampakkannya dalam perkataan maupun perbuatan. Bahkan bisa jadi akan lebih terpuji dibandingkan orang yang tabiat dasarnya selalu mengajaknya untuk berbuat hal-hal yang mulia. Sebab tidak mungkin dapat mengalahkan tabiat yang rusak kecuali jika ia memiliki akal yang utama.

Laa Haula Walaa Quwwata illaa billaahi

Smoga Allah berkenan membebaskan hati kita dari Al Isyqu, amin

Semarang, 05102004, 00:25

Persiapan menyambut Romadhon, kita jelang Romadhon dengan hati yang bersih

DOA UNTUK KEKASIH HATI

>

> Allah Yang Maha Pemurah, terimakasih Engkau telah menciptakan dia dan

> mempertemukan saya dengannya.

>

> Terimakasih untuk saat-saat indah yang boleh kami nikmati

> bersama.Terimakasih untuk setiap pertemuan yang boleh kami lalui bersama.

> Terimakasih untuk setiap saat-saat yang lalu. Saya datang bersujud

> dihadapan-Mu, Sucikan hati saya yaa Allah, sehingga dapat melaksanakan

> kehendak dan rencana-Mu dalam hidup saya.

>

> Yaa Allah, jika saya bukan pemilik tulang rusuknya, janganlah biarkan

> saya merindukan kehadirannya. Janganlah biarkan saya melabuhkan hati

> saya di hatinya. Kikislah pesonanya dari pelupuk mata saya dan usirlah

> dia dari relung hati saya. Gantilah damba kerinduan dan cinta yang

> bersemayam di dada ini dengan kasih dari dan pada-Mu yang tulus dan

> murni. Tolonglah saya agar dapat mengasihinya sebagai sahabat.

>

> Tetapi jika Kau ciptakan dia untuk saya, yaa Allah, tolong satukan

> hati kami. Bantulah saya untuk mencintai, mengerti dan menerima dia seutuhnya.

> Berikan saya kesabaran, ketekunan, dan kesungguhan untuk memenangkan

> hatinya.

> Urapilah dia agar dia juga mencintai, mengerti dan mau menerima saya

> dengan segala kelebihan dan kekurangan saya sebagaimana saya telah Kau

> ciptakan.

> Yakinkanlah dia bahwa saya sungguh-sungguh mencintai dan rela membagi

> suka dan duka saya dengan dia.

>

> Yaa Allah Maha Pengasih, dengarlah doa saya ini. Lepaskanlah saya dari

> keraguan ini menurut kasih dan kehendak-Mu.

>

> Allah Yang Maha Kekal, saya tahu Engkau senantiasa memberikan yang

> terbaik buat saya. Luka dan keraguan yang saya alami pasti ada hikmahnya.

> Pergumulan ini mengajar saya untuk hidup makin dekat pada-Mu, untuk

> lebih peka terhadap suara-Mu yang membimbing saya menuju terang-Mu.

> Ajarlah saya untuk tetap setia dan sabar menanti tibanya waktu yang

> telah Engkau tentukan.

>

> Jadilah kehendak-Mu dan bukan kehendak saya yang jadi dalam setiap

> bagian hidup saya, yaa Allah.

>

Amin.

Penulis: Abu Aufa*

alhikmah.com - Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan.Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada.Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.

Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.

Duhai...

Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumah tangganya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Karenanya, yakinkah batin itu tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?

Letih...

Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.

Duhai ukhti sholehah...

Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya Allah akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.

Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia

Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.

Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya

di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah - lah

selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.

Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.

Sabarlah ukhti sholehah...

Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.

Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati. Terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.

Semoga.

WaLlahua'lam bi shawab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*

Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,

Abu Aufa *

(* Penulis buku Diari Kehidupan 2, telah diterbitkan oleh PT Syaamil Cipta Media, Bandung, 2004, Catatan: Tulisan ini adalah hasil editing dari tulisan lamanya Abu Aufa yang berjudul Usah Kau Lara Sendiri.

> Ya, ALLAH,>

> Aku berdoa untuk seorang wanita,

> yang akan menjadi bagian dari hidupku.

> Seorang yang sungguh mencintaiMU lebih dari segala sesuatu.

> Seorang wanita yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya

> setelah Engkau.

> Seorang wanita yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMU.

>

> Seseorang yang memiliki hati yang bijak bukan hanya otak yang cerdas.

> Seorang wanita yang tidak hanya mencintaiku tetapi juga menghormati aku.

> Seorang wanita yang tidak hanya memujaku tetapi dapat juga menasehati

> ketika

> aku berbuat salah.

> Seorang yang mencintaiku bukan karena ketampananku tetapi karena hatiku.

> Seorang wanita yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu

> dan situasi.

> Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang pria ketika

> berada disebelahnya.

>

> Aku tidak meminta seorang yang sempurna,

> Namun aku meminta seorang yang tidak sempurna,

> sehingga aku dapat membuatnya sempurna dimataMU.

> Seorang wanita yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya.

> Seorang wanita yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya.

> Seseorang yang membutuhkan senyumanku untuk mengatasi kesedihannya.

> Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna.

>

> Dan aku juga meminta:

> Jadikanlah aku menjadi seorang pria yang dapat membuat wanita itu bangga.

> Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintaiMU,

> sehingga aku dapat mencintainya dengan cintaMU,

> bukan mencintainya dengan sekedar cintaku.

>

> Berikanlah SifatMU yang lembut sehingga ketampananku datang dariMU

> bukan dari luar diriku.

> Berilah aku tanganMU sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya.

> Berikanlah aku penglihatanMU sehingga aku dapat melihat banyak hal baik

> dalam dirinya dan bukan hal buruk saja.

> Berikan aku mulutMU yang penuh dengan kata-kata kebijaksanaanMU

> dan pemberi semangat, sehingga aku dapat mendukungnya setiap hari,

> dan aku dapat tersenyum padanya setiap pagi.

>

> Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat

> mengatakaan "betapa besarnya Tuhan itu karena Engkau telah memberikan

> kepadaku seseorang yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna".>

> Aku mengetahui bahwa Engkau menginginkan kami bertemu pada waktu yang

> tepat dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang

> Kautentukan.

Ramadhan adalah 'Sepotong Taman Surga'

Rahasia di Balik Kewajiban Puasa - Puasa Cara Rasulullah Ada banyak rahasia di balik kewajiban ibadah puasa. Allah mengatakan dalam Al Qur'an Surah Al Baqarah ayat 183, ''Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, mudah-mudahan kamu bertakwa.''

Jadi, puasa adalah jalan menuju ketakwaan kepada Allah SWT, dan orang yang berpuasa adalah orang yang terdekat dengan Tuhannya. Saat perutnya kosong, hatinya bersih, ketika hatinya merasakan kepuasan, saat rongga perutnya merasakan haus, matanya menangis. Dalam sebuah hadits, Rasulullah berkata, ''Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu untuk menikah, hendaknya ia menikah. Sebab nikah dapat mengendalikan pandangan mata dan dapat menjaga kesucian faraj. Orang yang tidak mampu, hendaknya ia berpuasa. Sebab puasa baginya menjadi tameng.''

Adapun hikmah-hikmah disyariatkannya puasa antara lain:

Pertama, puasa mempersempit aliran makanan dan darah yang notabene merupakan aliran setan, sehingga dengan demikian bisikannya menjadi sedikit.

Kedua, puasa melemahkan syahwat, hasrat jahat dan keinginan maksiat sehingga ruh menjadi tak ternoda.

Ketiga, puasa mengingatkan orang yang berpuasa bahwa di antara saudara-saudaranya yang berpuasa ada yang kelaparan, membutuhkan pertolongan, fakir, dan miskin. Ibadah puasa mendidik pelakunya agar ia mau mengasihi, menyayangi dan menolong mereka.

Keempat, puasa adalah media pendidikan jiwa, pensucian hati, pengendalian pandangan, dan menjaga anggota tubuh dari dosa.

Kelima, puasa adalah rahasia antara hamba dan Tuhannya. Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan, Allah SWT berfirman, ''Setiap amal anak Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Ia adalah untukku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.''

Sebab, tak ada yang mengetahui puasa seseorang kecuali Allah SWT. Para salafushshaleh (ulama terkemuka zaman dahulu) mengenal puasa sebagai media pendekatan kepada Allah, medan pacu dalam kebaikan, musim berbuat kebaikan. Mereka menangis karena gembira menyambutnya, dan menangis sedih karena berpisah dengannya.

Mereka mencintai Ramadhan, berusaha keras dalam bulan Ramadhan; mengorbankan diri mereka dalam bulan Ramadhan; menjadikan malam sebagai saat untuk shalat, ruku', sujud, menangis dan khusyu'; sedangkan siang digunakan untuk berdizkir, membaca Alquran, mengajar, berdakwah, dan memberi nasehat.

Keenam, para salaf, berdasarkan riwayat yang shahih, duduk di masjid dengan Alquran mereka; membaca dan menangis; menjaga lidah dan mata dari hal-hal haram.

Ketujuh, puasa adalah alat pemersatu kaum Muslimin. Mereka berpuasa pada waktu bersamaan, dan buka pada saat yang sama pula. Merasakan lapar bersama, makan bersama, dengan rukun dan penuh persaudaraan, dengan cinta dan kesetiakawanan.

Kedelapan, puasa adalah penghapus kesalahan dan penyirna kejahatan. Nabi bersabda, ''Dari satu Jumat ke Jumat lain, dari satu umrah ke umrah lain, dari satu Ramadhan ke Ramadhan lain adalah kaffarat (penghapusan dosa-dosa) selama bukan termasuk dosa besar.''

Kesembilan, puasa sungguh sehat untuk tubuh, sebab ia mengosongkan perut dari semua materi yang destruktif, mengistirahatkan pencernaan, dan membersihkan darah. Selain itu, menormalkan kerja hati, ruh menjadi cerah, jiwa menjadi bersih, dan akhlak menjadi terbina karenanya.

Kesepuluh, bila seseorang berpuasa, maka dirinya terasa kerdil di hadapan Allah; hatinya mudah trenyuh; rasa rakusnya menipis; syahwatnya sirna; sehingga dengan demikian doanya dikabulkan karena kedekatannya kepada Allah SWT.

Kesebelas, dalam puasa terdapat rahasia agung, yakni ketaatan menyembah Alah SWT, patuh atas segala perintah-Nya, tunduk kepada syariah-Nya, meninggalkan hasrat makan, minum dan bersetubuh untuk mencari keridhaan-Nya.

Kedua belas, puasa merupakan kemenangan seorang Muslim mengalahkan hawa nafsunya; kemenangan seorang Muslim atas dirinya.

Ketiga belas, puasa adalah eksprimen luar biasa bagi jiwa agar ia berada pada kondisi siap seratus persen untuk menanggung beban dan menghadapi persoalan; siap menunaikan pekerjaan-pekerjaan penting dan agung seperti jihad fi sabilillah; menginfakkan harta benda di jalan Allah dan berkurban.

ika, dikutip dari 30 Renungan Ramadhan karya Syaikh 'Aidh Abdullah Al-QarniRamadhan adalah 'Sepotong Taman Surga'

Pernahkah terbayang dalam benak kita mengenai "sepotong surga" yang melayang-layang di atas bentangan langit dunia? Ia diangkat tinggi-tinggi oleh sepasukan malaikat Allah dan diantarkan oleh para bidadari yang mengirimnya hingga ke langit terbawah.

Dalam "sepotong surga" ini tampak pula sepotong kolam yang berair tenang hingga kita dapat melihat diri kita sejelas-jelasnya. Jelas dosa-dosa kita, jelas pula kekurangan dan sifat alpa kita. Inilah tempat paling jujur bagi kita untuk melihat diri. Dan, dialah, Ramadhan yang kehadirannya selalu dinanti-nanti.

"Sepotong surga" ini sengaja dihidangkan Allah untuk para hamba-Nya. Ia, tentu saja diidam-idamkan oleh semua makhluk Allah. Berbeda dengan kilatan komet yang datang sekian puluh tahun sekali, "potongan surga" ini datang sekali setahun, selama satu bulan. Komet hanya sekilas lalu menghilang. Hanya dinikmati oleh mereka yang dekat dengan teropong. Tetapi potongan surga ini, sungguh luar biasa menakjubkan, diperuntukkan untuk semua hamba-Nya.

Baginda Rasul, Nabi Muhammad SAW, jauh-jauh hari sebelum bulan termulia ini datang, selalu melakukan persiapan-persiapan. Beliau menampakkan rasa gembiran serta keriangan tiada tara, karena bulan ini akan memberikan kesempatan emas bagi beliau dan terutama bagi umatnya.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah, bulan kasih sayang Allah, bulan ampunan Allah dan bulan di mana Allah membuka pendaftaran bagi hamba-Nya yang ingin dibebaskan dari sergapan dan jilatan api neraka.

Setelah sebelas bulan lamanya kita bergelimang dosa, badan ditaburi dengan makan-makanan yang syubhat serta haram, mata hanya menikmati pemandangan yang mengundang murka Allah, telingan hanya mendengarkan yang berbau maksiat, tangan digunakan untuk memeras; kini tiba saatnya, selama satu bulan, kita menahan ini semua.

Betapa sayang dan kasihnya Allah kepada kita, meski berjuta dosa menumpuk, meski serangkaian pengkhianatan kita lakukan, meski setiap janji dengan-Nya kita selalu menyertainya dengan pelanggaran, tetapi Allah tak pernah bosan untuk menyayangi kita.

Alangkah indahnya kasih Allah kepada kita, tetapi alangkah nistanya kita sebagai hamba-Nya. Setiap saat Allah antarkan nikmat-Nya kepada kita, tetapi setiap malam para malaikat-Nya juga mengantarkan catatan-catatan keburukan kita kepada Allah.

Maksiat kita kepada-Nya tiada henti tetapi ampunan Allah kepada kita juga tidak pernah terputus. Alangkah nikmatnya Ramadhan. Beruntunglah kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bertemu Ramadhan karena tidak sedikit di antara saudara kita yang pernah bertemu Ramadhan tahun lalu, tetapi tak bisa menikmatinya tahun ini. Ketahuilah, ini semua terjadi karena kita masih disayang Allah. Janganlah kasih dan sayang-Nya kita balas dengan tindakan yang justru menistakan diri kita.

Untuk membasuh seluruh daki-daki dosa, untuk membersihkan sifat angkara murka, untuk menyucikan kembali jiwa kita, Allah telah memerintahkan para malaikat-Nya mengantarkan "sepotong surga" agar kita dapat membasuh diri, membersihkan jiwa serta menyucikan hati melalu bulan Ramadhan. Karena itu, jangan sia-siakan kedatangan Ramadhan ini, jangan telantarkan hidangan yang tengah disajikan para malaikat-Nya kepada kita.

Bulan ini akan mengajarkan kepada kita bagaimana melakukan pengendalian, bagaimana melakukan pelurusan serta bagaimana melakukan penjernihan terhadap rohani kita. Hal ini semua dapat dengan mudah dicapai bila kita secara sadar mampu mengendalikan nafsu, karena salah satu elemen kamanusiaan ini memang diciptakan Allah dengan kehendak tak terbatas. Nafsu selalu cenderung kepada hal-hal negatif (an-nafsul ammaaroh bis suu') dan untuk menundukkannya kita harus bisa memberikan jalan dan ruang yang jelas agar nafsu dapat dimafaatkan dengan benar. Inilah sebenarnya barometer paling nyata yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk dapat mengukur kehambaan kita kepada-Nya.

Jika seorang hamba mampu mengendalikan nafsu dan memanfaatkannya dengan baik, maka nafsu (an-nafsul lawwamah) akan sangat membantu membangunkan stimulus dalam diri kita untuk selalu menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Allah. Kalau bisa, malah meletakkan kehendak Allah di atas kehendak kita.

Menikmati makanan karena lapar, merasakan kesejukan air karena dahaga, dan berhubungan intim karena memenuhi kebutuhan biologis, adalah kehendak kita. Di bulan Ramadhan, kita mencoba mengendalikan kehendak-kehendak ini di bawah kendali kehendak Allah. Allah berkehendak agar kita berpuasa dari makan, menahan dahaga serta menjauhi hubungan intim.

Ini semua harus kita lakukan meski kita meyakini benar harta yang kita makan adalah milik kita, air yang kita minum adalah milik kita, dan wanita yang kita gauli adalah istri kita. Puasa bukan sekadar melarang kita untuk melakukan hal-hal yang diharamkan Allah, tetapi apa yang menjadi hak kita pun harus dibatasi dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Pada strata ini, kita baru sukses menjadi orang yang berpuasa "shoumul 'umum".

Pada strata lanjutan, seorang hamba akan disebut mampu menangkap pesan moral ibadah puasa ketika ia bukan sebatas menahan makan, minum, dan seks, tetapi bila ia berhasil mengendalikan pembicaraannya, pendengarannya, dan pandangannya.

Bulan ini akan mampu mengantarkan kita melakukan "shoumul khusus", kalau kita mampu puasa bicara. Kita bukan sekadar mampu mengendalikan lidah untuk tidak menggunjing, menfitnah, berbicara kotor, karena di luar bulan Ramadhan pun hal itu tak boleh kita lakukan. Kondisi ini akan semakin baik jika kita juga mampu melakukan puasa mendengarkan.

Bukan sekadar berpuasa mendengarkan yang jelek-jelek, karena di luar bulan Ramadhan pun hal itu sudah jelas-jelas dilarang. Kita mencoba mendengarkan yang baik serta membiasakan telinga kita menyimpan hal-hal yang baik. Begitu pula dengan puasa melihat. Kalau jenjang ini berhasil kita lakukan, maka strata kita sudah meningkat menjadi "shoumu khususil khusus".

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah: 183).

Jika bangsa ini merasa betapa berlimpahnya kesulitan menghadang, seakan tidak ada lagi harapan, maka Ramadhan adalah saat di mana Allah tidak akan mengecewakan hamba-hamba-Nya. Karena itu, seharusnya kita bersimbah air mata karena kerinduan yang mendalam ingin mendapatkan jaminan Allah SWT.

Baginda Rasul pernah bersabda, "Inilah bulan yang ketika engkau diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini napasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.

Bermohonlah kepada Allah, Rab-mu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini. Wallaahu a'lamu bis-shawaab. (RioL)

Oleh : KH Hasyim MuzadiLaylat Al-Qadr

Makna Lailatul Qadar - Menggapai Laylatul Qadar - Waktu dan tanda tanda kedatangan malam Lailatul Qadar - Rahasia Kedatangan Malam Lailatul Qadr - Keutamaan Lailatul Qadar - 11 Hal untuk memperoleh Lailatul QadarSurah Al-Qadr adalah surah ke-97 menurut urutannya di dalam Mushaf. Ia ditempatkan sesudah surah Iqra'. Para ulama Al-Quran menyatakan bahwa ia turun jauh sesudah turunnya surah Iqra'. Bahkan, sebagian diantara mereka, menyatakan bahwa surah Al-Qadr turun setelah Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah.

Penempatan dan perurutan surah dalam Al-Quran dilakukan langsung atas perintah Allah SWT, dan dari perurutannya ditemukan keserasian-keserasian yang mengagumkan.

Kalau dalam surah Iqra', Nabi saw. diperintahkan (demikian pula kaum Muslim) untuk membaca dan yang dibaca itu antara lain adalah Al-Quran, maka wajarlah jika surah sesudahnya --yakni surah Al-Qadr ini-- berbicara tentang turunnya Al-Quran dan kemuliaan malam yang terpilih sebagai malam Nuzul Al-Qur'an (turunnya Al-Quran).

Bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan. Salah satu di antaranya adalah Laylat Al-Qadr -- satu malam yang oleh Al-Quran dinamai "lebih baik daripada seribu bulan".

Yang pasti, dan ini harus diimani oleh setiap Muslim berdasarkan pernyataan Al-Quran, bahwa " Ada suatu malam yang bernama Laylat Al-Qadr" (QS 97:1) dan bahwa malam itu adalah "malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan" (QS 44:3).

Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena Kitab Suci menginformasikan bahwa ia diturunkan oleh Allah pada bulan Ramadhan (QS 2:185) serta pada malam Al-Qadr (QS 97:1). Malam tersebut adalah malam mulia, tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya. Ini diisyaratkan oleh adanya "pertanyaan" dalam bentuk pengagungan, yaitu Wa ma adraka ma laylat Al-Qadr.

Tiga belas kali kalimat ma adraka terulang dalam Al-Quran. Sepuluh di antaranya mempertanyakan tentang kehebatan yang terkait dengan hari kemudian, seperti Ma adraka ma Yawm Al-Fashl, ... Al-Haqqah .. 'illiyyun, dan sebagainya. Kesemuanya itu merupakan hal yang tidak mudah dijangkau oleh akal pikiran manusia, kalau enggan berkata mustahil dijangkaunya. Dari ketiga belas kali ma adraka itu terdapat tiga kali yang mengatakan: Ma adraka ma al-thariq, Ma adraka ma al-aqabah, dan Ma adraka ma laylat al-qadr.

Kalau dilihat pemakaian Al-Quran tentang hal-hal yang menjadi objek pertanyaan, maka kesemuanya adalah hal-hal yang sangat hebat dan sulit dijangkau hakikatnya secara sempurna oleh akal pikiran manusia. Hal ini tentunya termasuk Laylat Al-Qadr yang menjadi pokok bahasan kita, kali ini.

Walaupun demikian, sementara ulama membedakan antara pertanyaan ma adraka dan ma yudrika yang juga digunakan oleh Al-Quran dalam tiga ayat.

Wa ma yudrika la 'alla al-sa'ata takunu qariba (Al-Ahzab: 63)Wa ma yudrika la'alla al-sa'ata qarib ... (Al-Syura:17)Wa ma yudrika la allahu yazzakka (Abasa: 3).

Dua hal yang dipertanyakan dengan wa ma yudrika adalah pertama menyangkut waktu kedatangan hari kiamat dan kedua apa yang berkaitan dengan kesucian jiwa manusia.

Secara gamblang, Al-Quran --demikian pula Al-Sunnah-- menyatakan bahwa Nabi saw. tidak mengetahui kapan datangnya hari kiamat, dan tidak pula mengetahui