case tonsilofaringitis meiresty-raras (air dingin)

34
Case Report Session TONSILOFARINGITIS PUSKESMAS AIR DINGIN 1 Meiresty Evasari 07120041 Raras Hayati R. 07923041 Preseptor : dr. Yahya Marpaung,

Upload: resty-evasari

Post on 27-Dec-2015

100 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

case rotasi 2

TRANSCRIPT

Page 1: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Case Report Session

TONSILOFARINGITIS

PUSKESMAS AIR DINGIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

1

Meiresty Evasari 07120041

Raras Hayati R. 07923041

Preseptor : dr. Yahya Marpaung, Sp.B

Page 2: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

2013BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

FARINGITIS

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan

oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain.

Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi

inflamasi lokal. Infeksi bakteri grup A streptokokus β hemolitikus dapat

menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini melepaskan

toksin ekstraselular yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup

jantung, glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat

terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak usia

sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan

infeksi melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection).

1. Faringitis Akut

a. Faringitis viral

Rinovirus menimbulkan gejala rinitis dan beberapa hari kemudian akan

menimbulkan faringitis.

Gejala dan tanda

Demam disertai rinorea, mual , nyeri tenggorok, sulit menelan.

Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza,

coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus

dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa

maculopapular rash.

Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan

gejala konjugtivitis terutama pada anak.

Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi

eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh

tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali.

2

Page 3: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok,

nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,

terdapat eksudat. Limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.

Terapi

Istirahat dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Analgetika

jika perlu dan tablet isap.

Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi herpes

simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari

pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam

4-6 kali pemberian/hari.

b. Faringitis bakterial

Infeksi grup A streptokokus β hemolitikus merupakan penyebab faringitis

akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).

Gejala dan tanda

Nyeri kepala yang hebat, muntah , kadang-kadang disertai demam dengan

suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis

dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak

petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfe leher anterior membesar,

kenyal dan nyeri pada penekanan.

Terapi

a. Antibiotik

diberikan terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A streptokokus

β hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau

amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada

dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4 x 500 mg/hari.

b. Kortikosteroid

deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali.

3

Page 4: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

c. Analgetika

d. Kumur dengan air hangat atau antiseptik.

c. Faringitis fungal

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.

Gejala dan tanda

Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak

plak putih di orofarig dan mukosa faring lainnya hiperemis.

Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar Sabouroud dextrosa.

Terapi

Nystasin 100.000 – 400.000 2 kali/hari.

Analgetika

d. Faringitis gonorea

Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

Terapi

Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250 mg, IM.

2. Faringitis Kronik

Terdapat 2 bentuk, yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitis kronik

atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rinitis kronik,

sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang

mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah

pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidung tersumbat.

a. Faringitis kronik hiperplastik

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding

posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band

hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,

bergranular.

4

Page 5: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Gejala

Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk

yang berdahak.

Terapi

Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring dengan memakai zat kimia

larutan nitras argenti atau dengan listrik (elcetro cauter). Pengobatan simptomatis

diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk

antitusif atau ekspektoran. Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati.

b. Faringitis kronik atrofi

Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi. Pada

rinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga

menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.

Gejala dan tanda

Pasien mengeluh tenggorok kering dan tebal serta mulut berbau. Pada

pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila

diangkat tampak mukosa kering.

Terapi

Pengobatan yang ditujukan pada rinitis atrofinya dan untuk faringitis atrofi

ditambahkan dengan obat kumur dan menjaga kebersihan mulut.

3. Faringitis spesifik

a. Faringtis luetika

Treponema palidum dapat menimbulkan infeksi di daerah faring seperti

juga penyakit lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung pada stadium

penyakit primer, sekunder atau tertier.

5

Page 6: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Stadium primer

Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil

dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan. Bila infeksi terus

berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia

yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula yang tidak

nyeri tekan .

Stadium sekunder

Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding faring yang

menjalar ke arah laring.

Stadium tertier

Pada stasium ini terdapat guma. Predileksinya pada tonsil dan palatum.

Jarang pada dinding posterior faring. Guma pada dinding posterior faring dapat

meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat menyebabkan kematian. Guma

yang terdapat di palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan parut yang

dapat menimbulkan gangguan fungsi palatum secara permanen.

Diagnosis ditegakkan pemeriksaan serologik. Terapi penisilin dalam dosis

tinggi merupakan obat pilihan utama.

b. Faringitis tuberkulosis

Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.

Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis faring

primer. Cara infeksi eksogen, yaitu kontak dengan sputum yang mengandung

kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran

melalui darah pada tuberkulosis miliaris. Bila imfeksi timbul secara hematogen

maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering ditemukan pada dinding

posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole

dan palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak. Saat ini penyebaran

juga secara limfogen.

6

Page 7: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Gejala

Keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan odinofagia. Pasien

mengeluh nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di telinga atau otalgia serta

pembesaran kelenjar limfa servikal.

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan

asam, foto toraks untuk melihat adanya tuberkulosis paru dan biopsi jaringan yang

terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman basil tahan

asam di jaringan.

Terapi

Sesuai dengan terapi tuberkulosis paru.

TONSILITIS

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsila palatina yang merupakan bagian

dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang

terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina

(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius

(latereal band dinding faring / Gerlach’s tonsil).

JENIS

Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut,

tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis.

1. TONSILITIS AKUT

ETIOLOGI

Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A Streptokokus beta

hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes.

Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini.Penyebab paling sering

adalah Epstein Barr, selain itu juga Hemofilus influenzae dan Coxschakie virus.

7

Page 8: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

PATOFISIOLOGI

Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets), tangan dan ciuman.

Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Kuman menginfiltrasi

lapisan epitel, kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superfisial

bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit

polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan

leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini

mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.

Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis

folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk alur-alur

maka akan terjadi tonsilitis lakunaris. Bercak detritus ini juga dapat melebar

sehingga terbentuk semacam membran semu (pseudomembrane) yang menutupi

tonsil.

MANIFESTASI KLINIK

Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda-tanda yang ditemukan dalam

tonsillitis akut ini meliputi nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas

yang berbau, suara akan menjadi serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi,

rasa lesu, rasa nyeri di persendian, tidak nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga.

Pada pemeriksaan juga akan nampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat

detritus berbentuk folikel, lakuna akan tertutup oleh membran semu. Kelenjar

submandibula membengkak dan nyeri tekan.

KOMPLIKASI

Otitis media akut (pada anak-anak), sinusitis, abses peritonsil, abses

parafaring, toksemia, septicemia, bronchitis, nefritis akut, miokarditis, dan

arthritis. Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien bernafas melalui

mulut, tidur mendengkur (ngorok), gangguam tidur karena terjadinya sleep apnea

yang dikenal sebagai Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).

8

Page 9: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

PEMERIKSAAN

- Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada

dalam

tubuh pasien merupkan bakteri grup A.

- Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

PENGOBATAN

Perawatan yang dilakukan pada penderita tonsillitis biasanya dengan

perawatan sendiri dan dengan menggunakan antibiotik. Tindakan operasi hanya

dilakukan jika sudah mencapai tonsillitis yang tidak dapat ditangani sendiri.

Apabila penderita tonsillitis diserang karena virus sebaiknya biarkan virus itu

hilang dengan sendirinya. Selama satu atau dua minggu sebaiknya penderita

banyak istirahat, minum minuman hangat juga mengkonsumsi cairan

menyejukkan. Jika tonsillitis disebabkan oleh bakteri maka antibiotik yang akan

berperan dalam proses penyembuhan. Selain itu juga diberikan obat-obatan

dengan menggunakan antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

2. TONSILITIS MEMBRANOSA

Ada beberapa macam penyakit yang termasuk dalam tonsillitis

membranosa beberapa diantaranya yaitu Tonsilitis difteri, Tonsilitis septik, serta

Angina Plaut Vincent.

TONSILITIS DIFTERI

ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae yaitu suatu

bakteri gram positif pleomorfik penghuni saluran pernapasan atas yang dapat

menimbulkan abnormalitas toksik yang dapat mematikan bila terinfeksi

bakteriofag.

PATOFISIOLOGI

Bakteri masuk melalui mukosa lalu melekat serta berkembang biak pada

permukaan mukosa saluran pernapasan atas dan mulai memproduksi toksin yang

9

Page 10: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

merembes kesekeliling lalu selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalu

pembuluh darah dan limfe. Toksin ini merupakan suatu protein yang mempunyai

2 fragmen yaitu aminoterminal sebagai fragmen A dan fragmen B,

carboxyterminal yang disatukan melalui ikatan disulfide. Tidak semua orang yang

terinfeksi kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer anti toksin

dalam darah seseorang. Titer antitoksin sebesar 0,03 satuan per cc darah dapat

dianggap cukup memberikan dasar imunitas. Hal inilah yang dipakai pada tes

Schick.

MANIFESTASI KLINIS

Tonsillitis difteri ini lebih sering terjadi pada anak-anak pada usia 2-5

tahun. Penularan melalui udara, benda atau makanan yang terkontaminasai dengan

masa inkubasi 2-7 hari. Gambaran klinik dibagi dalam 3 golongan yaitu, gejala

umum, gejala lokal dan gejala akibat eksotoksin.

- Gejala umum dari penyaki ini adalah terjadi kenaikan suhu subfebril,

nyeri tenggorok, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, dan nadi

lambat.

- Gejala lokal berupa nyeri tenggorok, tonsil membengkak ditutupi bercak putih

kotor makin lama makin meluas dan menyatu membentuk membran semu.

Membran ini melekat erat pada dasar dan bila diangkat akan timbul

pendarahan. Jika menutupi laring akan menimbulkan serak dan stridor

inspirasi, bila menghebat akan terjadi sesak nafas. Bila infeksi tidak

terbendung kelenjar limfa leher akan membengkak menyerupai leher sapi.

- Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan

menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yaitu pada jantung dapat terjadi

miokarditis sampai decompensatio cordis, mengenai saraf kranial

menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernafasan dan pada

ginjal menimbulkan albuminuria.

10

Page 11: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

KOMPLIKASI

Laryngitis difteri, miokarditis, kelumpuhan otot palatum mole,

kelumpuhan otot mata, otot faring laring sehingga suara parau, kelumpuhan otot

pernapasan, dan albuminuria.

DIAGNOSIS

Diagnosis tonsillitis difteri harus dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis

karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa penderita. Pemeriksaan

preparat langsung diidentifikasi secara fluorescent antibody technique yang

memerlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C, diphteriae dengan

pembiakan pada media Loffler dilanjutkan tes toksinogenesitas secara vivo dan

vitro. Cara PCR (Polymerase Chain Reaction) juga dapat membantu menegakkan

diagnosis.

PEMERIKSAAN

1. Tes Laboratorium

Dilakukan dengan cara preparat langsung kuman (dari permukaan bawah

membran semu). Medium transport yang dapat dipaki adalah agar Mac Conkey

atau Loffler.

2. Tes Schick (tes kerentanan terhadap difteri)

PENGOBATAN

Tujuan dari pengobatan penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin yang

belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi

minimal, mengeliminasi C.diphteria untuk mencegah penularan serta mengobati

infeksi penyerta dan penyulit diphtheria. Secara umum dapat dilakukan dengan

cara istirahat selama kurang lebih 2 minggu serta pemberian cairan. Secara khusus

dapat dilakukakan dengan pemberian :

1. Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)

Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur

dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu.

2. Anti mikrobial

11

Page 12: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin prokain 50.000-

100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi diberikan eritromisin 25-50

mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.

3. Kortikosteroid

Diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian

atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik. Dosis 1,2 mg per kg berat

badan per hari.

4. Antipiretik, untuk simtomatis.

Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di

tempat tidur selama 2-3 minggu.

3. TONSILITIS KRONIS

Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah serangan akut

yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis.

Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan

tidak jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar

serangan terlihat membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar

anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus.

 

Etiologi

Adapula yang menyatakan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut :

1.      Streptokokus β hemolitikus Grup A

2.      Hemofilus influenza

3.      Streptokokus pneumonia

4.      Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)

5.      Tuberkulosis (pada keadaan immunocompromise).

Faktor Predisposisi

Adapun beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis,

yaitu :

1.      Rangsangan kronis (rokok, makanan)

2.      Higiene mulut yang buruk

12

Page 13: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

3.      Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)

4.      Alergi (iritasi kronis dari alergen)

5.      Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)

6.      Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat.

Patologi

Proses keradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena

proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis,

sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan

parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte akan melebar. Secara klinis

kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit

yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-

kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul

perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Pada anak-anak, proses ini

akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.

Manifestasi Klinis

Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis

akut yang berulang-ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada

tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal

di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.

Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis

Kronis yang mungkin tampak, yakni :

1.      Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke

jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang

purulen atau seperti keju.

2.      Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang

seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte

yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.

Ukuran tonsil dibagi menjadi :

T0         : Post tonsilektomi

13

Page 14: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

T1         : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris

T2        : Sudah melewati pilar anterior, belum melewati garis paramedian (pillar

posterior)

T3        : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median

T4         : Sudah melewati garis median

Diagnosis

Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :

1.      Anamnesis

Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang

terus menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada sendi,

kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.

2.      Pemeriksaan Fisik

Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut.

Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat diperlihatkan

dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus, kripta membesar, dan suatu

bahan seperti keju atau dempul amat banyak terlihat pada kripta.

3.      Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan

apus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan

derajat keganasan yang rendah, seperti Streptokokus hemolitikus, Streptokokus

viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.

14

Page 15: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Diagnosis Banding

Terdapat beberapa diagnosis banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai

berikut :

1.       Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya

membran semu yang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)

a. Tonsilitis Difteri

b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)

c. Mononukleosis Infeksiosa

2.       Penyakit Kronik Faring Granulomatus

a. Faringitis Tuberkulosa

b. Faringitis Luetika

c. Lepra (Lues)

d. Aktinomikosis Faring

3. Tumor tonsil

Komplikasi

Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke

daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.

Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut :

1.      Komplikasi sekitar tonsil

a.       Peritonsilitis b.      Abses Peritonsilar (Quinsy)

c.       Abses Parafaringeal d.      Abses Retrofaring

e.       Krista Tonsil f.      Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)

2.      Komplikasi Organ jauh

a.       Demam rematik dan penyakit jantung rematik

b.      Glomerulonefritis, Artritis dan fibrositis.

c.       Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

d.      Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura

Penatalaksanaan

Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan

tonsil (Adenotonsilektomi). Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana

15

Page 16: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

penatalaksanaan medis atau terapi konservatif yang gagal untuk meringankan

gejala-gejala. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotika penisilin

yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta

tonsilaris dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai

hubungan dengan infeksi kronis atau berulang-ulang.

Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang diusulkan oleh

Celsus dalam buku De Medicina (tahun 10 Masehi). Jenis tindakan ini juga

merupakan tindakan pembedahan yang pertama kali didokumentasikan secara

ilmiah oleh Lague dari Rheims (1757).

Indikasi Tonsilektomi berdasarkan The American Academy of

Otolaryngology-Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun

1995:

1. Serangan Tonsilitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah

mendapatkan terapi yang adekuat

2. Tonsil hipertropi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan

gangguan pertumbuhan orofasial.

3. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan

nafas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan bicara, dan cor-

pulmonale.

4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak

berhasil hilang dengan pengobatan.

5. Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.

6. Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A streptokokus beta

hemolitikus.

7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.

8. Otitis media efusa/otitis media supratif.

16

Page 17: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, dkk. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok

kepala leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007.

2. Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6.

Jakarta: EGC, 1997.

3. Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.I., Setiowulan, W.

Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius. 2000.

17

Page 18: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

BAB II

LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Fidiyah / Perempuan / 5 tahun 3 bulan

b. Pekerjaan/pendidikan : -

c. Alamat : Sungai Bangek

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Anak : Anak ke-3 dari 3 bersaudara

c. Status Ekonomi Keluarga : Pasien tinggal bersama kedua orang tua

dan 2 orang saudara kandung dengan pendapatan ayah pasien

Rp2.500.000/bulan yang bekerja sebagai PNS.

d. KB : Suntik 3 bulan.

e. Kondisi Rumah :

Rumah permanen, 3 kamar tidur , WC dalam rumah.

Ventilasi udara dan sirkulasi udara baik

Pekarangan cukup luas

Listrik ada, sumber air dari PDAM dan sumber air minum : air

galon

Sampah di angkut petugas

Jumlah penghuni 5 orang, pasien, ayah,ibu serta 2 orang saudara

kandung

Kesan : higiene dan sanitasi baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

Pasien tinggal di daerah yang tidak padat penduduk

18

Page 19: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

3. Aspek Psikologis di keluarga

Hubungan dengan keluarga baik

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

Pasien pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

5. Keluhan Utama

Nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri menelan sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan tidak terlalu

berat, tidak disertai kesulitan menelan, pasien masih bisa makan dan

minum seperti biasa.

Batuk sejak 2 hari yang lalu, batuk disertai dahak dan sulit

dikeluarkan.

Demam sejak 2 hari yang lalu, demam terus menerus, tidak tinggi,

tidak menggigil dan tidak disertai berkeringat.

Pilek sejak 2 hari yang lalu.

Keluhan sulit bernafas terutama ketika tidur tidak ada

Tidur ngorok tidak ada

Nafas berbau tidak ada

Suara serak tidak ada

Keluhan sakit gigi tidak ada

Keluhan sekret yang terasa mengalir dari hidung turun ke tenggorok

tidak ada.

Nyeri disekitar dahi, pelipis, mata atau pangkal hidung tidak ada.

Nyeri telinga tidak ada, pendengaran berkurang tidak ada, telinga

berair tidak ada, telinga berdenging tidak ada.

Bengkak di leher tidak ada.

Keluhan berkurangnya pendengaran dan keluar sekret dari telinga

tidak ada.

Pasien mempunyai kebiasaan makan permen, coklat dan minum es.

19

Page 20: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : CMC

Nadi : 88x/ menit

Nafas : 20x/menit

TD : tidak diukur

Suhu : 37,9 0C

BB : 17 Kg

TB : 110 cm

Status Gizi : Gizi baik

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit baik.

Telinga : Tidak ditemukan kelainan

Hidung : Tidak ditemukan kelainan

Gigi dan Mulut : Status lokalis

Dada :

Paru :

Inspeksi : simetris ki=ka

Palpasi : fremitus ki=ka

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung :

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen :

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan(-)

Perkusi : Timpani

20

Page 21: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

Auskultasi : BU (+) N

Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-

Oedem tungkai -/-

STATUS LOKALIS

Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Palatum mole +

Arkus faring

Simetris/tidak Simetris Simetris

Warna Hiperemis Hiperemis

Edema Tidak Ada Tidak Ada

Bercak/eksudat Tidak Ada Tidak Ada

Dinding Faring Warna Hiperemis

Permukaan Rata

Tonsil Ukuran T2 T2

Warna Hiperemis

Permukaan Rata

Muara kripti Tidak melebar

Detritus Tidak Ada Tidak Ada

Eksudat Tidak Ada Tidak Ada

Perlengketan

dg pilar

Tidak Ada Tidak Ada

Gigi

Karies/radiks Caries (+) Caries (+)

Kesan Hygiene mulut

kurang

Lidah

Warna Merah muda Merah muda

Bentuk Simetris Simertis

Deviasi Tidak Ada Tidak Ada

Masa Tidak Ada Tidak Ada

8. Laboratorium Anjuran : Tidak dilakukan

9. Diagnosis Kerja : Tonsilofaringitis akut

21

Page 22: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

10. Diagnosis Banding : Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut

11. Manajemen

a. Preventif :

Menghindari makan makanan es/dingin dan makanan serta

minuman yang bersifat merangsang tenggorokan (makanan pedas

dan berbumbu)

Tingkatkan higienitas mulut dengan menggosok gigi minimal 2x

sehari terutama setelah makan permen, coklat serta makanan manis

lain sebelum tidur.

Asupan nutrisi sehat dan gizi seimbang untuk meningkatkan daya

tahan tubuh.

Memisahkan peralatan makan pasien dengan kakaknya.

b. Promotif :

Menjelaskan kepada pasien dengan bahasa yang dipahaminya

tentang penyakitnya dan pencegahannya.

Menjelaskan kepada orang tua pasien tentang penyakit pasien,

faktor risiko, pengobatan dan pencegahannya.

c. Kuratif :

a. Non-medikamentosa

- Istirahat cukup

- Minum air putih yang banyak

- Kumur dengan air hangat

b. Medikamentosa

- Parasetamol tab 500 mg (3 x ½ tab)

- Gliceril Guaiacolat tab 100 mg (3 x ½ tab)

- CTM tab 4 mg (3 x ½ tab)

- Vitamin C tab 50 mg (3 x 1 tab)

d. Rehabilitatif :

- Kontrol kembali ke puskesmas setelah 3 hari.

22

Page 23: Case Tonsilofaringitis Meiresty-Raras (Air Dingin)

23

Dinas Kesehatan Kodya PadangPuskesmas Air Dingin

Dokter : Raras MeirestyTanggal : 4 Februari 2013

R/ Parasetamol tab 500 mg No. V ∫ p r n tab ½ £

R/ Gliseril Guaiacolat tab 100 mg No. V ∫ 3 dd tab ½ £

R/ CTM tab 4 mg No. V ∫ 3 dd tab ½ £

R/ Vitamin C tab No. X ∫ 3 dd tab I £

Pro : FidiyahUmur : 5 tahun 3 bulanAlamat : Sungai Bangek