case skizifrenia paranoid

Upload: adheliakusuma1569

Post on 19-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

case

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSSKIZOFRENIA PARANOID

Disusun oleh :Septiana CitradewiTri GunadiWreda Adhy NugrahaSiska AngrainiAnggraeni Fully Citra PSarah Amithia

Pembimbing:dr.Ni Wayan Ani P, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK STASE KEDOKTERAN JIWA RS. JIWA ISLAM KLENDER2011 STATUS PSIKIATRI

A. IDENTITAS PASIEN Nama: Tn. KI Jenis Kelamin: Laki-laki Tempat/Tanggal Lahir: Tegal, 17 Mei 1994Usia: 17 tahun Agama : Islam Suku bangsa: Indonesia Pendidikan : SMP Status pernikahan: Belum menikah Alamat: Bekasi Pekerjaan : Pelajar Datang Ke Rumah Sakit: 13 Oktober 2011 pukul 22.00 WIB Riwayat perawatan Rawat Jalan : Pernah dengan Dr. RRawat Inap: Belum pernah dirawat inap

B. RIWAYAT PSIKIATRIBerdasarkan Autoanamnesa: Diambil tanggal 14, 15,17 Oktober 2011Alloanamnesis: Diambil tanggal 15 Oktober 2011, dengan ibu pasien

Keluhan UtamaPasien sudah 3 kali kabur dari rumah

Riwayat Gangguan SekarangPasien datang ke RSJIK diantar oleh orang tuanya pada tanggal 13 Oktober 2011 karena pasien sudah 3 kali kabur dari rumah. Pasien pertama kali kabur dari rumah pergi ke daerah sekitar bekasi dan karena beberapa hari tidak pulang ke rumah, orang tua pasien menghubungi kantor polisi dan melaporkan bahwa anak nya menghilang. Seminggu kemudian pasien diketemukan dan diantar ke rumahnya menggunakan ambulance RS di daerah bekasi. Keesokan harinya, pasien kembali kabur dari rumah dan pergi ke pulogadung tetapi kemudian pasien kembali pulang ke rumah pada malam harinya. Pasien berada di rumah hanya beberapa jam lalu pasien kembali keluar rumah tanpa pamit dan pergi ke pondok kopi dan keesokan harinya pasien kembali ke rumah. Menurut pasien, ia pergi ke daerah-daerah tersebut dengan berjalan kaki dan naik angkutan umum. Alasan pasien kabur dari rumah adalah karena ia mendengar bisikan-bisikan di telinganya yang menyuruhnya keluar dari rumah dan pergi ketempat-tempat tersebut agar pasien tahu jalan. Menurut pasien bisikan-bisikan itu adalah suara 1 atau 2 orang temannya tetapi pasien tidak melihat temannya tersebut ada di dekatnya. Bisikan-bisikan yang menyuruhnya kabur dari rumah terus berulang dan pasien tidak dapat melawan bisikan-bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja. Pasien merasa bahwa pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahui isi pikirannya tetapi dia tidak dapat membaca isi pikiran orang lain. Pasien juga mengaku pernah ada pikiran dari luar tubuhnya yang masuk ke pikirannya sehingga pasien teriak-teriak, dan bicara sendiri. Pasien menyangkal bahwa pikirannya dapat diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.Saat pasien melewati salah satu rumah sakit di daerah bekasi, dia mengaku melihat tuyul, pocong dan kuntilanak dan menurut pasien ada seorang anak kecil yang bisa melihat tuyul, pocong dan kuntilanak tersebut tetapi pasien tidak tahu apakah orang lain dapat melihatnya juga atau tidak. Menurut orang tuanya, dirumah pasien sering bicara sendiri, bicara dengan suara keras, sering membicarakan tuyul dan hal-hal mistis lainnya.Pasien yakin bahwa tetangganya sering membicarakannya dan memiliki niat jahat terhadapnya dengan cara mengguna-gunai pasien. Menurut pasien, tetangganya tersebut memiliki tuyul dan pasien merasa ada yang sedang mengawasinya. Walaupun pasien tidak pernah mendengar secara langsung tetangga nya membicarakannya, tetangganya mengawasi dan mengguna-gunai nya, tetapi pasien meyakini hal tersebut. Di rumah pasien juga sering marah-marah terutama dengan ibunya karena menurut pasien ibu nya sering menceritakan kejelekan pasien keluar dan suara ibunya terdengar seperti suara kuntilanak di telinga pasien. Selain marah, pasien pernah menendang kemaluan ayahnya karena ayahnya menasehati pasien agar tidak kabur lagi dari rumah. Menurut orang tuanya, pasien adalah anak yang taat beribadah, tetapi sejak prilakunya menjadi aneh, pasien tidak mau sholat maupun mengaji. Pasien juga sudah tidak tidur selama seminggu karena takut mimpi buruk. Pasien sering bermimpi di datangi oleh genderuwo.

Riwayat Gangguan Sebelumnya1) Gangguan PsikiatriSejak bulan September tahun 2009, pasien berobat jalan ke poliklinik jiwa dengan gangguan depresi dengan gejala psikotik. Saat itu menurut keluarga pasien tampak sedih, tidak mau bicara, menyendiri, tidak bisa tidur, dan mulai mendengar bisikan-bisikan yang tidak ada sumbernya, pasien mulai curiga terhadap tetangganya karena saat itu tetangganya menggunakan kandang burungnya untuk dijadikan kandang ayam. Pasien diterapi dengan stelazin 2x5 mg, THP 2x2 mg, sertralin 1x50 mg dan naphrenia 2x2 mg.

2) Gangguan MedikPasien tidak memiliki kelainan bawan sejak lahir. Pasien tidak pernah dirawat di RS ataupun berobat ke RS. Pasien tidak memiliki riwayat kejang dan trauma kepala.

3) Gangguan Zat PsikoaktifPasien merupakan seorang perokok. Pasien tidak pernah minum minuman beralkohol. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang maupun zat psikotropika jenis apapun.

Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum Sakit1) Riwayat Prenatal dan PerinatalSelama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit atau hal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien lahir dari pernikahan yang sah, cukup bulan dalam kandungan ibu, dan lahir secara normal dan saat lahir bayi langsung menangis. Tidak ada penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan.

2) Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun)Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya serta kakak-kakaknya yang lain. Pasien bisa bicara usia 2 tahun, dan berjalan usia 1,5 tahun. Pasien merupakan anak yang pendiam sehingga tidak banyak bicara.

3) Masa Kanak-Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien termasuk anak yang baik, pendiam dan tertutup serta tidak memiliki banyak teman. Sampai dengan kelas 2 SD, bicara pasien masih cadel. Saat SD pernah jadi ketua kelas dan karena teman-temannya sering berisik, pasien pernah menendang kaki temannya dan hampir mengangkat kursi.

4) Masa Pubertas dan Remaja Hubungan Sosial Pasien termasuk orang tertutup dan pendiam yang tidak mudah dekat dan bergaul dengan orang lain. Pasien lebih suka bermain dengan anak yang usianya lebih muda darinya. Pasien juga tidak banyak bicara dengan orang tua dan kakak-kakak nya. Riwayat Pendidikan Formal Pasien bersekolah SD di daerah Bekasi, lalu melanjutkan ke SMP Bekasi dan lulus tahun 2011. Saat ini pasien baru masuk 1 bulan di pesantren modern. Prestasi pasien di sekolah cukup baik. Pasien pernah mendapatkan peringkat dua sebanyak dua kali saat duduk di bangku SMP.

Perkembangan Motorik dan KognitifDalam Perkembangan motorik dan kognitif pasien tidak ada gangguan. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam hal keterampilan intelektual maupun motorik.

Gangguan Emosi dan FisikPasien termasuk orang yang pendiam, tidak pernah mau terbuka dengan keluarganya untuk menceritakan kehidupan pribadinya dalam bergaul. Saat SMP, pasien pernah berkelahi dengan temannya karena masalah perempuan.

Riwayat PsikoseksualPasien tidak mempunyai riwayat gangguan psikoseksual. Pasien memiliki sifat tertutup.

Riwayat Keluarga

Keterangan : bagian diarsiradalah pasien = Perempuan = laki-laki

Keterangan :Pasien adalah anak kedua dari lima bersaudara. Terdiri dari satu kakak perempuan berusia 21 tahun, dua adik laki-laki-masing berusia15 tahun dan 12 tahun dan 1 adik perempuan berusia 8 tahun. Pekerjaan ayah pasien adalah pedagang dan ibunya adalah tukang cuci. Hubungan pasien dengan anggota keluarga lainnya cukup baik walaupun pasien sering adu mulut dengan kakak dan adik ke-2 nya. Orang tua pasien sering bertengkar yang disebabkan oleh masalah ekonomi keluarga. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita gangguan jiwa.C. STATUS MENTALI. Deskripsi UmumA. PenampilanPasien seorang laki-laki, berbadan agak kurus, berkulit coklat, berambut ikal, kuku panjang, dengan tinggi sekitar 165 cm dan berat 50 kg. Saat ini pasien berumur 17 tahun tetapi terlihat lebih tua dibandingkan umurnya. Ketika wawancara pasien mengenakan baju kaos berlengan pendek berwarna orange, dan celana panjang berwarna hitam.

B. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorSelama wawancara pasien duduk dengan tenang. Pasien langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. Saat berbicara pasien menatap dokter muda, tidak ada gerakan yang tidak disadari selama wawancara. Setelah wawancara dokter muda berpamitan dengan pasien dan pasien menerima dengan baik.

C. Sikap terhadap PemeriksaPasien cukup kooperatif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan ketika wawancara. Pasien bersikap tenang dan berprilaku sopan.

II. Keadaan AfektifSuasana Perasaan / Mood: IritabelAfek : Terbatas Keserasian : Sesuai

III. Pembicaraan Volume : sedang Irama : teratur Kelancaran : agak terbata-bata, artikulasio dan intonasi jelas Kecepatan: sedang Gaya berbicara : sedikit tegang Gangguan berbicara : tidak ada afasia, tidak ada disartria, tidak ada ekolalia.

IV. Gangguan Persepsia. Halusinasi Auditorik : Ada pasien sering mendengar suara-suara dari 1 atau 2 orang temannya yang menyuruhnya keluar dari rumah. Visual: Ada pasien mengaku melihat tuyul, pocong dan kuntilanak Taktil: tidak ada. Olfaktorik : tidak ada. Gustatorik : tidak ada.b. Ilusi : Ada Pasien mendengar suara ibunya seperti suara kuntilanak.c. Derealisasi : tidak ada d. Depersonalisasi : tidak ada

V. Proses Pikir1. Proses Pikir Produktivitas : cukup ide Kontinuitas - Assosiasi longgar: ada- Inkoherensia: tidak ada- Flight of ideas: tidak ada- Neologisme: tidak ada

2.Isi pikir Preokupasi: tidak ada Waham Waham kebesaran : tidak ada Waham kejar : ada (Pasien yakin tetangganya punya niat jahat terhadapnya dengan mengguna-gunai, dan mengawasi pasien) Waham refensi : ada (Pasien yakin tetangganya sering membicarakannya,dan ibunya sering membicarakan kejelekannya keluar) Thought echo: ada (Bisikan-bisikan yang menyuruhnya kabur dari rumah terus berulang). Thought broadcasting: ada (Pasien merasa bahwa pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahui isi pikirannya tetapi dia tidak dapat membaca isi pikiran orang lain). Thought withdrawal : tidak ada Thought insertion : ada (Pasien juga mengaku pernah ada pikiran dari luar tubuhnya yang masuk ke pikirannya sehingga pasien teriak-teriak, dan bicara sendiri). Thought control: ada Delusion of passivity: ada (Pasien tidak dapat melawan bisikan-bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja). Gagasan bunuh diri dan membunuh : tidak ada Obsesi dan konvulsi : tidak ada Fobia : tidak ada

VI. Sensorium dan Kognitif 1. Kesadaran : kompos mentis2. Orientasi Waktu baik (pasien benar menyebutkan tanggal, bulan, tahun, dan musim saat di wawancara tetapi tidak tahu hari apa saat diwawancara) Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur, Negara Indonesia, kota jakarta, dan ruangan perawatannya) Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda dan mengenali beberapa pasien lainnya)

3. Daya ingat : Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat kejadian yang terjadi saat ia SD) Daya ingat jangka pendek baik (pasien dapat mengingat hari pasien masuk rumah sakit) Daya ingat yang baru-baru ini terjadi baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi, pukul berapa bangun tadi pagi) Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara ajukan)

4. Konsentrasi : baik Pasien mampu mengurangi penjumlahan seratus kurang tujuh sebanyak 5 kali berturut-turut5. Kemampuan Visuospasial : baikPasien dapat menggambar jam segi lima berhimpitan6. Pikiran abstrak : baikPasien dapat mengetahui arti panjang tangan dan tong kosong nyaring bunyinya.

7. Pengetahuan umum dan intelegensi : baik Pasien mengetahui nama presiden RI sekarang Pasien dapat menghitung uang kembalian dari Rp.10.000 setelah dibelanjakan Rp.3500

VII. Pengendalian ImpulsKemampuan mengendalikan impuls kehendak dan keinginan pada pasien baik, pasien bersedia mendengarkan dan menjawab pertanyaan pewawancara dengan baik.

VIII. Pertimbangan dan Tilikan Pertimbangan : baikMisalnya bila menemukan dompet di jalan dan didalam dompet tersebut terdapat KTP pemilik dompet, dia akan mengembalikannya kepada pemiliknya. Tilikan : derajat 4 (pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri sendiri).

IX. Reabilitas Reabilitas pasien terganggu Taraf dapat Dipercaya Kurang dapat dipercaya (terdapat beberapa jawaban tertentu yang setelah dilakukan alloanamnesa ternyata berbeda dengan pernyataan yang diungkapkan oleh pihak keluarga).

D. STATUS FISIK1. Status Interna Keadaan umum :BaikKesadaran :Compos mentisTanda vital > Tekanan Darah :110/70 mmHg > Nadi :88 x/menit > Suhu:afebris > Pernapasan: 18 x/menit

Kepala : NormosefalMata : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.Telinga : NormotiaHidung : Bentuk normal, sekret -/-Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, T1/T1 tenang Thoraks : Cor : S1S2 Reguler, Murmur -/-, Gallop -/- Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), H/L tidak membesar Ekstremitas : Akral hangat 2. Status Neurologik : Tanda Rangsang Meningeal :Tidak ada Refleks Fisiologis:Normal Refleks Patologis :Tidak ada Tonus: Baik Turgor: Baik Kekuatan: Baik Koordinasi: Baik Sensibilitas: Baik

Kelainan khusus: Tidak ada

12

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA1. RTA: terganggu2. Kesadaran: kompos mentis3. Mood: iritabel 4. Afek: terbatas5. Kesesuaian: serasi6. Gangguan persepsi: halusinasi auditorik dan visual, ilusi7. Gangguan isi pikir: waham paranoid (waham kejar dan referensi), waham pengendalian (Thought echo, Thought broadcasting, Thought insersion, Thought control, Delusion of passivity)8. Gangguan proses pikir : asosiasi longgar 9. Tilikan: derajat 410. Reabilitas : kurang dapat dipercaya11. Nilai MMSE : 28

F. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I: Skizofrenia paranoid Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual yang berlangsung selama 2 tahun. Di temukan juga gangguan isi pikir berupa waham paranoid (waham kejar dan referensi), waham pengendalian (Thought echo, Thought broadcasting, Thought insersion, Thought control, Delusion of passivity) Menurut DSM IV ini termasuk skizofrenia paranoid karena : Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun Halusinasi dengar yang berulang kali Tidak ada bicara kacau, prilaku kacau atau katatonik, afek datar atau tidak sesuai Aksis II : Tidak ditemukan gangguan kepribadian Aksis III : Tidak ditemukan kelainan organobiologik Aksis IV : Keluarga yang tidak harmonis Aksis V : GAF scale 25 (21-30), prilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi

G. DIAGNOSA Diagnosa banding Skizofrenia paranoid Skizoafektif Diagnosa kerja : Skizofrenia Paranoid

H. PENATALAKSANAAN 1. Psikoterapi :a. Psikoterapi SuportifMenanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur agar gejala penyakitnya berkurang dan menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat.b. Psikoterapi Ventilasi Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya agar pasien merasa lega serta keluhannya berkurang.c. Terapi berorientasi keluarga Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhn pasien.d. Sosial budaya Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal. Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.

e. Religius Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa, dan berdzikir.

2. Farmakoterapi :a. Haloperidol injeksi b. Diazepam injeksic. Risperidon 3x2 mgd. Triheksiphenidyl 3 x 2 mg I. PROGNOSIS Dubia ad bonam Faktor yang memperberat : Perekonomian yang sulit Terjadi pada usia muda Etiologi tidak jelas

Faktor yang memperingan : Tidak adanya faktor genetik Dukungan dari keluarga dari segi motivasi untuk sembuh sangat baik Kepatuhan minum obat secara teratur.

TINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISISkizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.Subtipe paranoid. DSM-IV menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terorganisasi atau katatonika jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat samai akhir usia 20-30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka sendiri secara adekuat di dalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oeleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek.B. Symptom skizofrenia Gangguan pikiran : Gangguan proses pikirPasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah :a. Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak menyambung (terjadi keseimbangan penyampaian dari satu ke ide yang lain). Ide tersebut seolah dapat melompat dari satu topic ke topic yang lain yang tak berhubungan sehingga membingungkkan pendengar. Gangguan ini sering terjadi misalnya di pertengahan kalimat sehingga pembicaraan sering tidak koheren.b. Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan.c. Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka mungkin mengandung arti simbolik)d. Terhambat : pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit) kemudian, biasanya dengan topic yang lain. Ini dapat menunjukan bahwa ada interupsi. Biasanya pikiran-pikiran lain masuk ke dalam ide pasien sering sangat mudah teralih dan jangka waktu atensinya singkat.e. Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya.f. Ekolalia : pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja diucapakan oleh seseorang. g. Konkritisasi : pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya.h. Alogia : pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh reistensi yang disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang disampaikan (miskin isi pembicaraan)

Gangguan isi pikira. WahamWaham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tak sesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut mungkin aneh (misalnya; mata saya adalah computer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh (hanya sangat tidak mungkin, misalnya; FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahanan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak sistematis: Waham kejar Waham kebesaran Waham rujukan, yaitu pasien meyakini ada arti di balik peristiwa-peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa atau perbuatan orang lain tersebut seolah-olah diarahkan kepada mereka. Waham penyiaran pikiran yaitu kepercayaan bahwa orang lain dapat membaca pikiran mereka. Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran orang lain dimasukkan ke dalam benak pasien.

b. TilikanKebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

Gangguan persepsi HalusinasiHalusinasi paling sering ditemui, bilasanya bentuk pendengaran tetapi bisa juga bentuk penglihatan, penciuman dan perabaan. Halusinasi pendengaran (paling sering suara, satu atau beberapa orang) dapat pula komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekirar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah perintah langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara sering (tetapi tidak selalu) diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran mereka sendiri berbicara keras (sering memalukannya atau suara yang memalukan). Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada fase awal skizofrenia.

Ilusi dan depersonalisasiPasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.

Gangguan emosiPasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan dapat berpindah dari satu emosi ke emosi yang lain dalam jangka waktu singkat. Ada tiga efek dasar yang sering (tetapi tidak patognomonik):a. Afek tumpul atau datar: ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut seharusnya diekspresikan. Pasien tidak menunjukkan kehangatan.b. Afek tak serasi : afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai dengan pikiran dan pemikiran pasien.c. Afek labil : dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.

Gangguan perilakuBerbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tumbuh yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, agresif, dan perilaku seksual yang tidak pantas. Skizofrenia dapat berlangsung berapa bulan atau bertahun-tahun (lebih sering). Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan, dalam bentuk episode aktif, secara periodic, dalam kehidupannya, secara khas dengan jarak beberapa bulan atau tahun. Selama masa pengobatan, pasien biasanya memperlihatkan gejala residual (sering dengan derajat keparahan yang meningkat setelah beberapa tahun). Walaupun demikian, ada sebagian kecil pasien yang mengalami remisi.Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tanda-tanda awal tersebut meliputi peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan napsu makan, depresi ringan dan anhedonia, tidak bisa tidur, dan konsentrasi terganggu.

C. Kriteria Diagnosis skizofrenia1. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil) : Waham Halusinasi Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas Gejala negative, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)Catatan : hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.2. Disfungsi social atau pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lenih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah ini tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

3. Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang menenuhi criteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk perode gejala prodromal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negative atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam criteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyanikan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).

4. Penyingkiran gangguan skizofektif dan gangguan mood: gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena : (1) tidak ada episode depresi berat, manik, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relative singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.

5. Penyingkiran zat/kondisi medis umum: gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

6. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jiwa waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).Kriteria Diagnosis Tipe ParanoidSuatu tipe skizofrenia di mana criteria berikut ini terpenuhi : Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi yang menonjol. Tidak ada dari berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai.

D. Diagnosis bandingGejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh (nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya atau suatu gangguan mood.

E. PROGNOSISSecara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.Prognosis BaikPrognosis Buruk

Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Onset akut Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif) Menikah Riwayat keluarga gangguan mood Sistem pendukung yang baik Gejala positif Onset muda Tidak ada factor pencetus Onset tidak jelas Riwayat social dan pekerjaan premorbid yang buruk Prilaku menarik diri atau autistic Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda Sistem pendukung yang buruk Gejala negatif Tanda dan gejala neurologist Riwayat trauma perinatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan

F. PENATALAKSANAANPerawatan di Rumah SakitIndikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :1. Untuk tujuan diagnostik.2. Menstabilkan medikasi.3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.

Terapi somatik1. AntipsikotikPrinsip-Prinsip Terapetik1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus digunakan lagi.3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis yang adekuat.4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah jarang diindikasikan.5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.

Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien.Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :a. Antagonis Reseptor DopaminAdalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu: Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial adalah tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.

Yang termasuk antipsikotik antagonis reseptor dopamine adalah : ChlorpromazineUntuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.

TrifluoperazineUntuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.

HaloperidolUntuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg.

b. Serotonin dopamin antagonis (SDA) RisperidoneAdalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.

ClozapineAdalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.Kontraindikasi Utama Antipsikotik:1. Riwayat respon alergi yang serius2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna.

2. Anti ParkinsonTriheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari

3. Anti Depresan AmitriptylinUntuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.

ImipraminUntuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.

4. Anti AnsietasAnti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain: Fenobarbital : 16-320 mg/hari Meprobamat : 200-2400 mg/hari Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

5. Obat Lain LithiumEfektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi antipsikotik.

AntikonvulsanCarbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia.

BenzodiazepinPemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi pasien yang tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis dapat di eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine.Kegagalan Pengobatan1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alasan utama untuk terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat.2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik, dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium (eskalith), suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate (depakene), atau suatu benzodiazepine. Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan, karena hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.Terapi Somatik LainnyaElektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah yang paling mungkin berespon.Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced coma).

Terapi Psikososial a. Terapi PerilakuTehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau menyimpang dapat diturunkan.Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning )Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan.b. Terapi Berorientasi KeluargaPusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasik dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat.Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.

ANALISA KASUSPada pasien ini ditegakkan diagnosis skizofrenia paranoid karena berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan kasus mental didapatkan kriteria sesuai dengan kriteria diagnostik DSM IV dan PPDGJ III, yaitu:1. Halusinasi auditorik pasien sering mendengar suara-suara dari 1 atau 2 orang temannya yang menyuruhnya keluar dari rumah.2. Halusinasi visual pasien mengaku melihat tuyul, pocong dan kuntilanak 3. Ilusi Pasien mendengar suara ibunya seperti suara kuntilanak. 5. Waham kejar Pasien yakin tetangganya punya niat jahat terhadapnya dengan mengguna-gunai, dan mengawasi pasien 6. Waham refensi Pasien yakin tetangganya sering membicarakannya dan ibunya sering membicarakan kejelekannya keluar 7. Thought echoBisikan-bisikan yang menyuruhnya kabur dari rumah terus berulang. 8. Thought broadcasting Pasien merasa bahwa pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahui isi pikirannya tetapi dia tidak dapat membaca isi pikiran orang lain.9. Thought insertion Pasien juga mengaku pernah ada pikiran dari luar tubuhnya yang masuk ke pikirannya sehingga pasien teriak-teriak, dan bicara sendiri. 10. Thought control 11. Delusion of passivityPasien tidak dapat melawan bisikan-bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja.

Terapi yang diberikan pada pasien inia. Haloperidol injeksi diberikan karena dapt mengatasi gejala positif (waham dan halusinasi) dari pasien skizofrenia. b. Diazepam injeksi dapat diberikan untuk mengurangi episode manik atau kekerasan pada pasien skizofrenia.c. Risperidon 3 x 2 mg dapat mengatasi gejala positif dan ngeatif pada pasien skizofrenia, dapat juga dijadikan obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.d. Triheksiphenidyl 3 x 2 mg sebagai profilaksis anti-parkinson atau mengurangi / mencegah efek samping dari penggunaan obat psikosis .Walaupun pengobatan psikofarmaka merupakan suatu lini pertama dalam pengobatan skizofrenia tetapi sebuah penelitian mengatakan bahwa intervensi psikososial termasuk didalamnya psikoterapi dan sosioterapi dapat memberikan perbaikan klinis.Modalitas psikososial harus berintegrasi dengan psikofarmaka dan harus saling mendukung. Psikoterapi dan sosioterapi dilakukan dengan tujuan untuk membantu membantu meningkatkan kemampuan sosial, rasa percaya diri dan dalam perawatan diri. Sehingga diharapkan ketiga terapi inidapat meningkatkan taraf kehidupan pasien menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA1. Kaplan & Sadock: Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729.2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51.3. W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Airlangga,1980, hal:215-354. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23.5. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Penerbit FKUI, Jakarta, 2003.6. http://www.schizophrenia.com 7. http://www.e-psikologi.com 8. http://www.savalintar.com 9. http://www.idionline.org/infoidi- 10. http://www.medicastore.com/cybermed

33