case report eklampsi+cpd

32
LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Nurhayati Umur : 32 tahun Alamat : cilawu Pendidikan : Smp Pekerjaan : Ibu rumah tangga Kiriman dari : posyandu MRS : 1 april 2012, pukul 23:00 II. ANAMNESIS Keluhan utama : Tekanan darah tinggi Anamnesis khusus : G 2 P 1 A 0 merasa hamil 9 bulan, mengeluh tekanan darah tinggi sejak umur kehamilan 7 bulan. Saat kontrol di posyandu TD=140/90 berobat. Riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan sebelumnya dan diluar kehamilan disangkal pasien. Nyeri kepala yang hebat, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati tidak diakui. Mules-mules yang semakin kuat dan bertambah sering sudah dirasakan sejak 6 jam SMRS. Keluar lendir bercampur darah disangkal. Keluar air-air yang banyak disangkal. Gerak anak dirasakan pasien. III. RIWAYAT OBSTETRI Kehamila Tempa Penolong Cara Cara BB Jenis usia Keadaan

Upload: dhita-larasati

Post on 05-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Report Eklampsi+CPD

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Nurhayati

Umur : 32 tahun

Alamat : cilawu

Pendidikan : Smp

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Kiriman dari : posyandu

MRS : 1 april 2012, pukul 23:00

II. ANAMNESIS

Keluhan utama : Tekanan darah tinggi

Anamnesis khusus :

G2P1A0 merasa hamil 9 bulan, mengeluh tekanan darah

tinggi sejak umur kehamilan 7 bulan. Saat kontrol di posyandu

TD=140/90 berobat. Riwayat tekanan darah tinggi pada

kehamilan sebelumnya dan diluar kehamilan disangkal pasien.

Nyeri kepala yang hebat, pandangan kabur, dan nyeri ulu hati

tidak diakui. Mules-mules yang semakin kuat dan bertambah

sering sudah dirasakan sejak 6 jam SMRS. Keluar lendir

bercampur darah disangkal. Keluar air-air yang banyak

disangkal. Gerak anak dirasakan pasien.

III. RIWAYAT OBSTETRI

Kehamila

n ke

Temp

at

Penolon

g

Cara

kehamila

n

Cara

persali

nan

BB

lahir

Jenis

kelami

n

usia Keadaa

n

I rumah bidan 9 bulan Pervagin

am

3,7k

g

O+ 6

tahu

n

Hidup

II Hamil saat ini

Page 2: Case Report Eklampsi+CPD

IV. KETERANGAN TAMBAHAN

Menikah : ♀ : 24 tahun, SMP, IRT

♂ : 29 tahun, Smp, buruh

KB : suntik 3 bulan sejak tahun 2006 samapai dengan

2009

PNC : 10 x, ke bidan, kunjungan terahir pada hari ke

rumah sakit

HPHT : 15 Juni 2011

TP : 22 maret 2012

Siklus : 7 hari, teratur, tidak nyeri

Menarche : 15 tahun

V. PEMERIKSAAN FISIK

Status Presens :

Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 180/100 mmHg

Nadi : 84x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 37,5 °C

Edema : +/+ ektremitas bawah

Varices : -/-

Refleks Fisiologis : +/+

Berat badan : ¿

Tinggi badan : ¿

Cor : Bunyi jantung murni reguler

Pulmo : sonor, VBS kiri = kanan

Hepar : sulit dinilai

Lien : tidak teraba

Page 3: Case Report Eklampsi+CPD

PEMERIKSAAN PANGGULPEMERIKSAAN PANGGUL

CV : 10,5 cm CD : 12 cm

Promontorium : teraba

Sacrum : konkaf

Spinaichiadica : tak menonjol

Arcus pubis : > 900

Kesan panggul : Panggul sempit relatif

VI. STATUS OBSTETRI

Fundus Uteri : 41 cm di atas symphisis

Lingkar perut : 115 cm

Letak anak : Kepala punggung kiri 5/5

BJA : 152 x/menit

His : 3-4x/menit, reguler

TBBA : 4495gram

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

01-04-2012

Kimia urine

Bilirubin urine : negatif

Ureum : 26 mg/dl

Kreatinin : 0,8 mg/dl

Glukosa sewaktu : 80 mg/dl

Asam Urat : 9,4 mg/dl

Natrium : 136 mg/dl

Kalium : 3,9 mg /dl

Darah

Hb : 11,4 gr/dL

Hematokrit : 35%

Lekosit : 10.000/mm3

Trombosit : 233.000/mm3

Page 4: Case Report Eklampsi+CPD

eritrosit : 4,28juta/mm3

Urin

Berat jenis urin : 1,020

pH urine : 6.0

nitrit urine : negatif

Protein urine : +

Glukosa urine : negatif

Keton urine : negatif

Urobilinogen urine : normal

Bilirubin urine : negatif

03/04/2012

Darah rutin

Haemoglobin : 10,2 mg/dl

Hematokrit : 42%

Leukos : 17.400 per ml

Trombosit : 191.000 per ml

Eritrosit : 5,03

VIII. DIAGNOSIS

G2P1A0 parturien aterem kala 1 fase aktif + PER

IX. PENGELOLAAN

- Infus rl 20gtt/m

- Dopamet 3x500mg

- Nivedipin 3x10mg

Page 5: Case Report Eklampsi+CPD

- MgSO4 20% 4gr dalam 100 ml RL (loading dose) dalam 15

menit

- MgSO4 20% 10gr dalam 500 ml RL

Pemantauan persalinan kala 1

Jam tensi nadi respi suhu His Djj Keterangan

23:0

0

180/10

0

84 20 af 3-4 152 Infus RL

Dopamet 500mg

Nifedipin 10mg

MgSo4 20% 4gr

dalam 100cc RL

Dilanjutkan MgSo4

20% 10gr dalam

500cc RL

07:0

0

160/10

0

84 24 Af + 140 Nifedipin 10mg

Dopamet 500mg

LAPORAN OPERASI

Tanggal oprasi : 2 april 20012

Kategori oprasi : besar

Operator : dr. Maya

Ahli anestesi : dr. Hj. Hayati U Sp.An

Asisten I : elis

Asisten anestesi : ozy

Diagnosa prabedah : G2P1A0 parturien aterem PER + CPD

Diagnosa pasca bedah : P2A0 partus maturus dengan SC ai

CPD

Page 6: Case Report Eklampsi+CPD

Jenis oprasi : SCTP + insersi IUD

Jenis anestesi : NU

Desinfeksi kulit : betadin

Prosedur operasi

1. dilakukan tindakan a dan antiseptik pada daerah abdomen dan

sekitarnya

2. dilakukan insisi mediana infirior kurang lebih 10cm

3. tampak dinding depan uterus, plika vesikouterina dibuka,

kandung kemih disisih kan kebawah dan ditahan dengan

retraktor abdomen, sbr disayat koncav.

4. jam 9:40 lahir bayi laki-laki dengan meluksir kepala, berat badan

3650gram, panjang badan 50cm, apgar skor “6 dan “8.

disuntikan oksitosin 10IU, kontraksi baik

5. jam 9:43 lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat,

berat 600 gram, ukuran 16x14x7cm, perdarahan dirawat

6. sbr dijahit lapis demi lapis, lapisan pertama dijahit secara jelujur

interlocking.

7. sebelum semuanya ditutup, dilakukan insersi IUD

8. lapisan ke2 djahit secara jelujur. Setelah yakin tidak ada

perdarahan dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneal

kandung kencing.

9. rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah

10. fascia dijahit dengan safil no 1, kulit dijahit secara

subkutikuler.

11. perdarahan selama operasi kurang lebih 600cc

12. diuresis selama operasi kurang lebih 700cc

intruksi pasca bedah

observasi KU suhu tensi nadi resoirasi suhu perdarahan

Page 7: Case Report Eklampsi+CPD

infus RL; : D5 2:1 20 gtt per menit

analgetik : tramadol 100 mg + ketorolac 30 mg dalam 500 RL

lain-lain : oksigen 3 liter 6 jam post op

puasa : tidak puasa

antibiotik : cefotaxim 2 x 1 gr

metronidazol 3 x 500

kaltropen supp 2x1

Follow up jaga

02/04/12 KU : CM KEL : -

T : 160/100 mmHg R :

24x/m

N : 84 x/mnt S :

afebris

Mata: ca -/- si -/-

Abdomen cembung lembut

Tfu : 41

His: +

Djj : 140

BAB/BAK (-/+)

v/v : TAK

porsio : tipis lunak

pembukaan : 7-8

ketuban : +

station : -4

D/G2P1A0 parturien kala 1 fase

aktif dengan PER + susp CPD

- infus rl + maintanace MgSo4

- dopamed 3x500mg

- nivedipin 3x10mg

- R/ SC ai CPD

- inform concent

- Observasi

03/04/12

POD I

KU : CM KEL : -

T : 110/70 mmHg R :

20x/m

N: 84 x/m S :

Afebris

Mata: ca -/- si -/-

ASI -/-

Abdomen datar lembut

Kontraksi : baik

Page 8: Case Report Eklampsi+CPD

Tfu : 2 jari dibawah pusat

PP : +, minimal

LO : tertutup perban

BAB/BAK (-/+)

D/P2A0 partus matorus dengan

SC ai CPD

04/04/12

POD II

KU : CM KEL : -

T : 130/80 mmHg R :

24x/m

N: 84 x/m S :

Afebris

Mata: ca -/- si -/-

ASI +/+ sedikit

Abdomen datar lembut

Kontraksi : baik

Tfu : 2 jari dibawah pusat

PP : +, minimal

LO : kering

BAB/BAK (-/+)

D/P2A0 partus matorus dengan

SC ai CPD

-cefadroxyl 2x500mg

-as.mefenamat 3x500mg

-breast care

-vulva hygine

-mobilisasi

PERMASALAHAN

1. Mengapa pasien ini didiagnosis G2P1A0 parturien aterem kala 1

fase aktif + PER?

2. Bagaimana pengelolaan PER?

3. Mengapa dilakukan SC ai CPD pada pasien ini?

4. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?

5. Prognosis?

Page 9: Case Report Eklampsi+CPD

PEMBAHASAN

1. Mengapa pasien ini didiagnosis G2P1A0 parturien serotinus 43-

44 minggu kala 1 fase aktif + PER + suspek bayi besar?

Parturien : dari anamnesa didapat pasien datang dengan keluhan

mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat sejak

6jam SMRS, dan dari hasil pemeriksaan didapatkan pembukaan

4-5 cm dan his 3-4 kali/10 menit 30 detik

serotinus : dari anamnesis didapatkan pengakuan pasien yang

sudah merasa hamil selama 9 bulan. HPHT 8 juni 2011, dari

HPHT didapat taksiran umur kehamilan 43-44 minggu. Serotinus

kehamilan lebih dari 42 minggu.

Kala 1 fase aktif : dari anamnesa didapatkan pasien mengeluh

mules mules yang semakin sering dan bertambah kuat. dan

pasien juga mengatakan sudah merasakan keluar lendir yang

bercampur sedikit darah. Dari pemeriksaan dalam didapatkan,

pembukaan 4-5.

PER: dari anamnesis didapatkan, ibu dirujuk oleh bidan karena

tekanan darah tinggi sejak usia kehamilan 7 bulan. Riwayat

tekanan darah tinggi sebelumnya disangkal. Nyeri kepala,

pandangan kabur dan nyeri ulu ati disangkal. Dari riwayat

penyakit terdahulu tidak didapatkan riwayat penyakit hipertensi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 180/100mmhg dan dari

pemeriksaan penunjang didapatkan protein urin + (positif 1).

2. Bagaimana pengelolaan pre eklamsi ringan?

Pengelolaan PER pada pasien ini ialah untuk mencegah kejang

dan menurun kan tekanan darah dalam kehamilan.

Dilakukan : observasi tekanan darah, rawat inap, observasi DJJ,

diberikan nivedipi 3x10mg/hari, diberikan metildopa

3x500mg/hari, infus RL 20gtt/menit, pantau protein urine tiap

hari.

Page 10: Case Report Eklampsi+CPD

3. mengapa dilakukan SC atas indikasi CPD pada pasien ini

pasien datang dengan keluhan tekanan darah tinggi, pada

pemeriksaan tidak ditemukan kelainan panggul sempit. Dari

riawayat obsterti didapatkan pasien melahirkan anak pertama

dengan berat 3,7kg dengan persalinan pervaginam di bidan.

Tidak didapatkan kecurigan CPD pada saat pasien datang.

Setelah diobservasi, pada pembukaan 7 – 8 tidak didapatkan

penurunan kepala janin, kepala janin berada pada st 5/5 dan

kepala janin masih dapat digerakan. Tekanan darah pasien

160/100 saat follow up hari pertama. Alasan tersebutlah yang

mengindikasikan pasien untuk dilakukan secsio cesaria.

4. apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada pasien ini

PER : - dapat menjadi pre eklampsi berat

- dapat menjadi eklampsi

- gawat janin

- KMK

- IUFD

CPD: - Kaput Suksedaneum

- rupture uteri

- cedar otot dasar panggul

5. prognosis

quo ad vitam : ad bonam karena tanda vital

dapat diperbaiki

quo ad functionam : ad bonam karena setelah

penatalaksanaan tidak didapat kelainan

MATERI

I. PER

Page 11: Case Report Eklampsi+CPD

Preeklampsia – termasuk eklampsia – adalah penyakit hipertensi yang khas dalam

kehamilan dengan gejala utama adalah hipertensi akut pada ibu hamil dan dalam masa

nifas. Disamping hipertensi akut, proteinuria juga merupakan gejala penting dan diagnosa

preeklampsia akan sulit ditegakkan jika gejala ini tidak ditemukan.

Hipertensi

Hipertensi didiagnosa bila terdapat tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan

penentuan diastolik mengunakan bunyi Korotkoff fase lima.

Pada masa lalu, kriteria diagnosa hipertensi pada kehamilan juga bisa berupa

peningkatan tekanan sistolik setinggi 30 mmHg atau diastolik setinggi 15 mmHg dari

tekanan darah biasanya meskipun tekanan absolutnya dibawah 140/90 mmHg. Namun

kriteria ini sekarang sudah tidak direkomendasikan lagi karena terbukti bahwa banyak ibu

hamil dalam kriteria ini ternyata tidak mengalami gangguan pada kehamilan. Namun, ibu

hamil dengan kriteria seperti ini tetap memerlukan observasi yang lebih ketat.

Terjadinya edema juga sudah tidak digunakan lagi sebagai kriteria diagnostik

karena terlalu banyak ditemukan pada kehamilan normal.

Proteinuria

Proteinuria dideskripsikan sebagai jumlah protein urin per 24 jam ≥ 300 mg atau

jumlah protein urin pada sampel urin acak persisten 30 mg/dL (+1 dipstick).

Perlu diperhatikan bahwa derajat proteinuria dalam 24 jam bisa saja mengalami

fluktuasi walaupun dalam kasus yang berat sekalipun. Oleh karena itu, pengambilan

sampel urin acak yang dilakukan hanya sekali mungkin saja gagal untuk menggambarkan

keadaan proteinuria yang terjadi.

Insidensi Dan Faktor Resiko

Insidensi preeklampsia secara umum dinyatakan sekitar 5% meskipun terdapat

beberapa laporan yang bervariasi. Tingkat insidensi ini sangat dipengaruhi oleh paritas

dan berhubungan dengan ras, etnis, predisposisi genetik serta faktor lingkungan. Sekitar

7,6% dari ibu nullipara ditemukan menderita preeklampsia dan 3,3% dari kelompok

Page 12: Case Report Eklampsi+CPD

tersebut berkembang menjadi preeklampsia berat Insidensi ini lebih besar daripada ibu

multipara.

Faktor lain yang bisa meningkatkan resiko terjadinya preeklmpsia adalah;

kehamilan multipel, riwayat hipertensi kronik, usia diatas 35 tahun, dan berat badan yang

berlebihan selama kehamilan, serta ibu dengan kehamilan kembar. Suatu hal yang

menjadi ironi adalah penurunan resiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan pada ibu

hamil yang merokok meskipun rokok diketahui banyak dihubungkan dengan gangguan

pada kehamilan. Plasenta previa juga dinyatakan dapat menurunkan resiko terjadinya

hipertensi dalam kehamilan.

Patologi

Preeklampsia merupakan sindroma penurunan perfusi darah organ akibat dari

vasospasme dan aktivasi endotelial yang spesifik ditemukan pada masa kehamilan.

Walaupun etiologinya belum jelas, banyak para ahli sepakat bahwa vasopasme

merupakan proses awal dari terjadinya penyakit ini. Gambaran patologis pada fungsi

beberapa organ dan sistem, yang kemungkinan disebabkan oleh vasospasme dan iskemia,

telah ditemukan pada kasus-kasus preeklampsia dan eklampsia berat.

Vasospasme bisa merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam

lapisan otot polos pembuluh darah, reaksi imunologi, maupun radikal bebas. Semua ini

akan menyebabkan terjadinya kerusakan/jejas endotel yang kemudian akan

mengakibatkan gangguan keseimbangan antara kadar vasokonstriktor (endotelin,

tromboksan, angiotensin, dan lain-lain) dengan vasodilatator (nitritoksida, prostasiklin,

dan lain-lain). Selain itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem

pembekuan darah akibat kebocoran endotelial berupa konstituen darah termasuk platelet

dan fibrinogen.

Vasokontriksi yang meluas akan menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi

normal berbagai macam organ dan sistem. Gangguan ini dibedakan atas efek terhadap ibu

dan janin, namun pada dasarnya keduanya berlangsung secara simultan. Gangguan ibu

secara garis besar didasarkan pada analisis terhadap perubahan pada sistem

kardiovaskular, hematologi, endokrin dan metabolisme, serta aliran darah regional.

Sedangkan gangguan pada janin terjadi karena penurunan perfusi uteroplasenta.

Page 13: Case Report Eklampsi+CPD

Kardiovaskular

Gangguan berat pada fungsi kardiovaskular sering ditemukan pada kasus-kasus

preeklampsia atau eklampsia. Gangguan tersebut pada dasarnya berhubungan dengan

peningkatan afterload yang diakibatkan oleh hipertensi dan aktivasi endotelial berupa

ekstravasasi cairan ke ruang ekstraselular terutama di paru-paru.

Hemodinamik

Dibandingkan dengan ibu hamil normal, penderita preeklampsia atau eklampsia

memiliki peningkatan curah jantung yang signifikan pada fase preklinik, namun tidak ada

perbedaan pada tahanan perifer total. Sedangkan pada stadium klinik, pada kasus

preeklampsia atau eklampsia terjadi penurunan tingkat curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer total yang signifikan dibandingkan dengan kasus normal.

Volume darah

Hemokonsentrasi adalah pertanda penting bagi terjadinya preeklampsia dan

eklampsia yang berat. Pitchard dkk (1984) melaporkan bahwa pada ibu hamil dengan

eklampsia tidak terjadi hipervolemia seperti yang diharapkan. Pada seorang wanita

dengan usia rata-rata, biasanya terjadi peningkatan volume darah dari ± 3500 mL saat

tidak hamil menjadi ± 5000 mL beberapa minggu terakhir kehamilan. Dalam kasus

eklampsia, peningkatan volume ± 1500 mL ini tidak ditemukan. Keadaan ini

kemungkinan berhubungan dengan vasokonstriksi luas yang diperburuk oleh peningkatan

permeabilitas vaskular.

Hematologi

Abnormalitas hematologi ditemukan pada beberapa kasus hipertensi dalam

kehamilan. Diantara abnormalitas tersebut bisa timbul trombositopenia, yang pada suatu

waktu bisa menjadi sangat berat sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyebab

terjadinya trombositopenia kemungkinan adalah peningkatan produksi trombosit yang

diiringi oleh peningkatan aktivasi dan pemggunaan platelet. Kadar trombopoeitin, suatu

sitokin yang merangsang proliferasi platelet, ditemukan meningkat pada kasus

preeklampsia dengan trombositopenia (Frolich dkk, 1998). Namun, aggregasi platelet

Page 14: Case Report Eklampsi+CPD

pada kasus preeklampsia lebih rendah dibandingkan dengan kehamilan normal (Baker

dan Cunningham, 1999). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh “kelelahan” platelet

akibat aktivasi in vivo. Selain itu, juga ditemukan penurunan dari faktor-faktor

pembekuan plasma dan kerusakan eritrosit sehingga berbentuk bizzare dan mudah

mengalami hemolisis akibat vasospasme berat.

Gambaran klinis preeklampsia dengan trombositopenia ini akan semakin buruk bila

juga ditemukan gejala peningkatan enzim hepar. Gangguan ini dikenal dengan HELLP

syndrome, yang terdiri dari hemolysis (H), elevated liver enzymes (EL), dan low platelet

(LP).

Endokrin Dan Metabolisme

Kadar renin, angiotensin, dan aldosteron plasma meningkat pada kehamilan normal.

Namun pada kasus hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan dari kadar ini

dibandingkan dengan kehamilan normal.

Renal

Pada kasus preeklampsia, terjadi penurunan aliran darah ginjal sehingga terjadi

penurunan laju filtrasi glomerolus dibandingkan dengan kehamilan normal. Pada ginjal

juga terjadi perubahan anatomis berupa pembesaran glomerolus sebesar 20% (Sheehan,

1950).

Otak

Secara patologi anatomi, pada kasus preeklampsia maupun eklampsia, manifestasi

sistem saraf pusat yang terjadi disebabkan oleh lesi pada otak berupa edema, hiperemia,

dan perdarahan. Sheehan (1950) meneliti otak postmortem 48 orang ibu hamil yang

meninggal dengan eklampsia dan ditemukan perdarahan mulai dari perdarahan ptekie

sampai masif pada 56% kasus. Keadaan yang selalu ditemukan pada kasus preeklampsia

maupun eklampsia dengan manifestasi neurologis adalah perubahan fibrinoid pada

dinding pembuluh darah otak.

Perfusi Uteroplasenta

Page 15: Case Report Eklampsi+CPD

Gangguan perfusi uteroplasenta akibat vasospasme hampir dapat dipastikan

merupakan penyebab tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada kasus

preeklampsia. Brosens dkk melaporkan bahwa diameter rata-rata arteriol spiral

miometrium dari 50 ibu dengan kehamilan normal adalah 500 µm. Dengan pemeriksaan

yang sama pada 36 ibu dengan preeklampsia ditemukan diameter rata-ratanya adalah 200

µm.

DIAGNOSA

Klasifikasi Preeklampsia:

Kriteria minimum;

Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu

Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ +1 dipstick

Kriteria yang meningkatkan derajat kepastian terjadinya preeklampsia;

Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg

Proteinuria 2000 mg/24 jam atau ≥ +2 dipstick

Kreatinin serum ≥ 1,2 mg/dL kecuali sudah diketahui sudah meningkat sebelum

kehamilan

Trombosit > 100.000/mm3

Hemolisis mikroangiopati (penigkatan LDH)

Penigkatan ALT atau AST

Nyeri kepala, gangguan serebral dan visus yang persisten

Nyeri epigastrium yang persisten

Bila pada kasus preeklampsia sudah ditemukan kejang dan atau koma, maka

penyakit ini disebut dengan eklampsia yang pada dasarnya sama dengan preeklampsia

hanya saja memiliki tingkatan keparahan yang lebih berat.

TERAPI

Page 16: Case Report Eklampsi+CPD

Tujuan dasar dari penatalaksanaan dari komplikasi kehamilan dari preeklampsia

adalah:

Mencegah terjadinya eklampsia

Kelahiran anak dengan kemungkinan hidup yang besar

Persalinan dengan trauma yang seminimal mungkin dengan upaya menghindari

kesulitan untuk persalinan berikutnya

Mencegah hipertensi yang menetap

Prenatal Care

Pada tingkat permulaan, preeklampsia tidak menunjukkan gejala-gejala sehingga

dibutuhkan deteksi dini melalui prenatal care yang baik. Penentuan pemeriksaan prenatal

hendaknya dilakukan setiap 4 minggu sampai minggu ke-28, kemudian dilanjutkan setiap

2 minggu sampai minggu ke-36, dan selanjutnya setiap minggu pada bulan-bulan akhir

kehamilan. Pada pemeriksaan kehamilan hendaknya ditentukan tekanan darah,

penambahan berat badan, adanya edema, dan proteinuria. Perhatian harus ditujukan pada

ibu hamil yang memiliki faktor predisposisi terhadap preeklampsia, diantranya;

Nuliparitas

Riwayat keluarga preeklampsia dan eklampsia

Kehamilan ganda

Diabetes mellitus

Hipertensi kronis

Mola hidatidosa

Hidrops fetalis

Ibu hamil juga harus mengetahui tanda-tanda bahaya, yaitu sakit kepala, gangguan

penglihatan, dan bengkak pada kaki dan tangan. Jika tanda-tanda ini muncul hendaknya

segera datang untuk memeriksakan diri tanpa harus menunggu jadwal rutin. Beberapa

cara pencegahan dapat dilakukan dengan perbaikan nutrisi dan intervensi farmakologis

seperti obat anti hipertensi, asam salisilat, heparin, diuretikum, dan lain-lain.

Preeklampsia Ringan

Page 17: Case Report Eklampsi+CPD

Rawat jalan

Banyak istirahat

Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam

Sedatif ringan; fenobarbital (3x30 mg p.o) atau diazepam (3x2 mg p.o) selama 7

hari

Roboransia

Kunjungan ulang setiap 1 minggu

Rawat inap

Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak ada perbaikan

Berat badan meningkat > 2 kg/minggu selama 2 kali pemeriksaan berturut-turut

Timbul salah satu atau lebih gejala preeklampsia berat

Preeklampsia Berat

Dasar pengobatan adalah istirahat, diet, sedatif, obat anti hipertensi, dan induksi

persalinan. Penderita dapat ditangani secara konservatif maupun aktif. Pada perawatan

konservatif, kehamilan dipertahankan bersamaan dengan pemberian pengobatan

medisinal. Sedangkan pada pengobatan aktif, kehamilan segera diinduksi dengan

pemberian pengobatan medisinal.

Indikasi Perawatan Aktif Adalah:

Ibu

Kehamilan > 37 minggu

Tanda-tanda impending eklampsia seperti sakit kepala hebat, gangguan

penglihatan, nyeri ulu hati, kegelisahan dan hiperrefleksi, serta kegagalan

perawatan konservatif

Kenaikan tekanan darah setelah 6 jam pemberian pengobatan medisinal

Tidak ada perbaikan setelah 24 jam pemberian pengobatan medisinal

Janin

Gawat janin dan Pertumbuhan Janin Terganggu (PJT)

Laboratorik

Page 18: Case Report Eklampsi+CPD

HELLP Syndrome

Pengobatan Medisinal

Obat anti kejang

Terapi pilihan pada preeklampsia adalah magnesium sulfat (MgSO4). Diberikan 4

gram MgSO4 20% (20 cc) i.v dan disusul 8 gram (20 cc) MgSO4 40% intramuskular.

Sebagai dosis pemeliharaan, diberikan 4 gram (10 cc) MgSO4 40% setiap 6 jam setelah

dosis awal. Syarat pemberian MgSO4 adalah:

Harus tersedia antidotum yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc)

Frekuensi pernafasan ≥ 16 kali/menit

Produksi urin ≥ 30 cc/jam (≥ 0,5 cc/KgBB/jam)

Refleks patela positif

Pemberian MgSO4 harus dihentikan apabila:

Ada tanda intoksikasi

Setelah 24 jam pascapersalinan

Dalam 6 jam pascapersalinan sudah terjadi perbaikan

Apabila tidak tersedia MgSO4, dapat diberikan diazepam10 mg i.v yang dapat

diulangi setelah 6 jam.

Obat anti hipertensi

Obat anti hipertensi hanya diberikan jika tekanan sistolik > 180 mmHg dan

diastolik > 110 mmHg

Hidralazine 2 mg i.v, dilanjutkan dengan 100 mg dalam 500 cc NaCl secara titrasi

sampai tekanan darah sistolik < 170 mmHg dan diastolik < 110 mmHg

Klonidin 1 ampul dalam 10 cc NaCl i.v, dilanjutkan dengan titrasi 7 ampul dalam

500 cc cairan A2 atau RL

Nifedipin p.o 10 mg 3-4 kali

Obat lain seperti; metildopa, etanolol, dan labetalol

Obat-obatan lain

Page 19: Case Report Eklampsi+CPD

Diuretikum, diberikan dengan indikasi edema paru, gagal jantung kongestif, dan

edema anasarka. Pemberian diuretik merupakan indikasi terminasi kehamilan

Kardiotonika, dengan indikasi payah jantung

Antipiretik, antibiotik, dan analgetik bila ada indikasi

II. CPD

Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah suatu keadaan dimana

terdapat ketidakseimbangan antara ukuran kepala bayi dan panggul

ibu yang menyebabkan kesulitan dalam persalinan. CPD merupakan

salah satu kehamilan resiko tinggi. CPD dapat terjadi jika terdapat

kelainan pada rongga panggul, ukuran kepala janin yang besar, atau

lebih seringnya, kombinasi kedua hal tersebut

Faktor janin yang berperan pada CPD antara lain akibat ukuran kepala

janin yang terlalu besar atau akibat kesalahan posisi dari letak kepala

janin (seperti posisi occiput, presentasi muka dan dahi) yang

menyebabkan hambatan penurunan kepala di jalan lahir.5

Besarnya kepala rata-rata tergantung dari besarnya janin.

Pemeriksaan besarnya janin dapat dilakukan sesaat sebelum proses

persalinan atau saat persalinan berlangsung.7

Ada beberapa perkiraan berat janin, yaitu:

a. Umur kehamilan dan taksiran persalinan (Rumus Naegle) 7

b. Berat badan ditaksir melalui palpasi kepala pada abdomen.

Tetapi pemeriksaan ini memerlukan latihan dan pengalaman

yang agak lama. Suatu penaksiran dianggap baik jika

kesalahannya tidak melebihi 10%.7

c. Perhitungan menurut Paulsson-Langstadt. Uterus dianggap

sebagai suatu benda yang terdiri dari bahan homogen berbentuk

elips jika letak janin memanjang. Volume tergantung dari

diameter transversa dan diameter longitudinal dari uterus, yang

diukur menggunakan jangka Baudeloque. Kemudian secara

Page 20: Case Report Eklampsi+CPD

empirik dibuat suatu grafik yang menggambarkan hubungan

berat badan dan jumlah kedua diameter itu. 7

d. Rumus Johnson-Toshack. Berdasarkan atas ukuran Mac

Donald, yaitu jarak antara simfisis pubis dan batas antara fundus

uteri melalui konveksitas abdomen: 7

BBJ = (MD-12) x 155 gram

BBJ = berat badan janin dalam gram

MD= ukuran Mac Donald dalam cm:

Kepala belum H III: (MD-13)

Kepala di HIII: (MD-12)

Kepala lewat H III: (MD-11)

Bila ketuban sudah pecah ditambah 10%

e. Dengan menggunakan ultrasonografi, ditentukan diameter

biparietalis janin.7

Kelainan posisi dan presentasi janin yang berhubungan dengan CPD,

antara lain: 1,5,6

Posisi Oksipitalis Posterior Persisten

Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui

pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring,

sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan

melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang, atau kanan

belakang. Meskipun ubun-ubun kecil berada di kiri atau di kanan

belakang pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya

ke depan, yaitu bila kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul

mempunyai bentuk serta ukuran normal. Dalam keadaan fleksi, bagian

kepala yang pertama mencapai dasar panggul ialah oksiput. Oksiput

akan memutar ke depan karena dasar panggul dengan muskulus

levator ani-nya membentuk ruang yang lebih luas di depan, sehingga

Page 21: Case Report Eklampsi+CPD

memberikan tempat yang lebih sesuai bagi oksiput. Dengan demikian

keberadaan ubun-ubun kecil di belakang masih dapat dianggap

sebagai variasi persalinan biasa. Pada kurang dari 10% keadaan,

kadang-kadang ubun-ubun kecil tidak dapat berputar ke depan,

sehingga tetap di belakang. Keadaan ini dinamakan posisi oksiput

posterior persistens.

Dengan pelvimetri rontgenologik dapat diketahui bentuk panggul dan ukuran-

ukuran panggul. Ukuran-ukuran panggul yang perlu diketahui: 7

- Pintu atas panggul:

* Conjugata vera (CV) : 12 cm

* Diameter transversa (DT) : 13.5 cm

- Panggul Tengah:

* Diameter interspinarum : 10,5 cm

* Diameter anteroposterior (AP) : 11.5 cm

- Pintu bawah panggul:

* Diameter anteroposterior (AP) : 7,5 cm

* Diameter intertuberantia : 10,5 cm

Dengan ukuran-ukuran tersebut dapat diketahui daya akomodasi panggul (DA).

Daya akomodasi panggul adalah volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat

dilahirkan secara spontan dan normal melalui panggul. Daya ini dinyatakan dalam persen

atau gram BB. 7

Kapasitas pintu atas panggul:

CV x DT x 100% =……..X %

120

= ……….gr (untuk anak 4000 gr)

Page 22: Case Report Eklampsi+CPD

Kapasitas panggul tengah:

DI x AP x 100% =………….Y%

115

=…………..gr (untuk anak 4000gr)

Hubungan daya akomodasi dan taksiran berat janin:

a. Taksiran berat janin kurang dari daya akomodasi dikurangi 10%, disimpulkan

tidak ada CPD.

b. Bila taksiran berat janin berada diantara daya akomodasi dikurangi 10% degan

daya akomodasi ditambah 10%, kemungkinan ada CPD (diduga CPD).

c. Bila taksiran berat janin lebih dari daya akomodasi ditambah 10%, disimpulkan

ada CPD. 7

Kapasitas dari pelvis keseluruhan adalah angka yang terkecil dari keduanya. Daya

akomodasi pada kapasitas 100% adalah 4000 gram, sehingga daya akomodasi dari

panggul tersebut adalah kapasitas x 4000 gram. Koreksi dilakukan pada panggul jenis

android dan platipeloid, arsitektur tulang pelvis yang tidak normal seperti sakrum yang

dangkal dan menekuk ke depan. Diambil faktor koreksi 10% sehingga daya akomodasi

dikurangi 10%.7

2.1.1. Penatalaksanaan

Dewasa ini terdapat 2 tindakan utama untuk menangani persalinan pada CPD,

yakni seksio sesarea dan partus percobaan. Di samping itu kadang-kadang ada indikasi

untuk melakukan simfisiotonomia dan kraniotomia, akan tetapi simfisiotonomia jarang

sekali dilakukan di indonesia, sedangkan kraniotomia hanya dikerjakan pada janin mati. 1

Seksio Sesarea

Page 23: Case Report Eklampsi+CPD

Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum persalinan

mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah persalinan

berlangsung selama beberapa waktu. 1

Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup

bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat CPD yang

nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada

faktor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak

janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa

infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain. 1

Seksio sesarea sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau

karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-

syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi. 1

Partus Percobaan

Partus percobaan adalah : Percobaan untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita

dengan panggul yang sempit relatif dan hanya dilakukan pada letak belakang kepala.

Jadi pada partus percobaan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 7

- Sudah benar-benar in partu, yaitu pembukaan 2 jari dan his sudah

teratur

- His normal dan adekuat

- Serviks lunak

- Anak dalam letak kepala dan hidup

Pemeriksaan dilakukan antara 2-4 jam, dan pada saat ketuban pecah. 7

Dalam istilah inggris ada istilah 2 macam istilah persalinan percobaan

1. Trial of labor : adalah persalinan percobaan yang dilakukan dari mulai pembukaan 3

cm sampai lengkap atau sudah sampai di H III+

2. Test of labor : Sebetulnya merupakan fase terkhir dari trial of labor, karena test of

labor mulai dari pembukaan lengkap dan berakhir satu jam sesudahnya..

Kalo dalam 1 jam setelah pembukaan lengkap kepala turun sampai H III+ maka test of

labor dikatakan berhasil.

Page 24: Case Report Eklampsi+CPD

Indikasi partus percobaan :

1. Presentasi belakang kepala

2. Panggul sempit relatif

3. Tidak gawat janin

Kontra indikasi partus percobaan :

1. Panggul sempit absolut

2. Bayi besar

3. Gawat janin